Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sambutan Presiden RI - Jambore HIPMI Perguruan Tinggi se-ASEAN, Bandung, 23 Mei 2016 Senin, 23 Mei 2016
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
JAMBORE HIPMI PERGURUAN TINGGI SE-ASEAN
BANDUNG, JAWA BARAT
23 MEI 2016
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera buat kita semuanya,
Sampurasun,
Yang saya hormati Pimpinan Lembaga Negara yang hadir pada kali ini: Bapak Oesman Sapta Odang,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Gubernur Provinsi Jawa Barat beserta Bupati Kabupaten Bandung,
Yang saya hormati Ketua HIPMI beserta jajaran Pengurus Daerah dan Pusat, serta seluruh Adik-adikku mahasiswa dari perguruan tinggi se-Indonesia dan ASEAN, Hadirin, para Undangan yang berbahagia,
Kalau melihat sambutan dari Ketua HIPMI tadi, semangatnya luar biasa.
Dan saya senang bisa hadir di tengah-tengah anak-anak muda, para pengusaha muda karena saya dulu pernah menjadi anggota HIPMI. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Waktu tadi Adinda Bahlil tadi memberikan sambutan, saya bisa merasakan semangatnya seorang pengusaha muda. Semangatnya kencang banget.
Tapi kadang-kadang remnya blong. Ini yang perlu diingat anak-anak muda yang ingin jadi pengusaha. Semangatnya pasti seperti tadi. Semangatnya semangat banget.
Dan itu saya alami. Saya pernah kehilangan rem tiga kali, rem blongnya tiga kali, tapi bisa bangkit, bisa bangkit, bisa bangkit lagi.
Jadi, kalau ingin jadi pengusaha itu, jangan mikir dulu, tapi terjuni dulu, terjuni jalani. Baru, kalau ada persoalan di lapangan, selesaikan. Kalau tidak menyelesaikan, ya pasti tadi jatuh. Kalau sudah jatuh, ya bangkit lagi. Harus seperti itu.
Biasanya anak-anak muda, kenapa kita baru 1,6% yang jadi pengusaha, padahal di negara yang lain, di lingkup ASEAN sudah lebih dari 4%? Ya karena itu, ketakutan kita bersaing, ketakutan kita berkompetisi.
Modal semangat saja tidak cukup. Kita harus memahami bahwa sekarang ini dunia berubah sangat cepat sekali. Dalam hitungan detik, dalam hitungan jam, dalam hitungan hari, selalu berubah.
Kemajuan teknologi membuat dunia sekarang seolah tanpa batas, borderless. Kita tahu sekarang berjualan sudah kadang-kadang tidak langsung dijual di pasar atau di mall. E-commerce, online store, semuanya tersedia. Dari mulai yang kelasnya internasional, seperti Alibaba, E-bay, Lazada, kemudian yang kita juga Bukalapak, Traveloka, Blibli. Dan juga yang startup yang sudah mulai saya lihat aplikasi Petani, kemudian Limakilo, kemudian ada Hellodoc. Masih banyak lagi yang startup, startup yang sudah mulai kita kenal.
Kemudian, selain kemajuan teknologi, juga rantai pasok bahan baku produk dan jasa yang juga sudah sangat global. Yang ini juga tidak bisa kita batasi lagi. Apalagi dengan social media, semuanya menjadi terbuka dan semuanya tersajikan sangat cepat sekali. Sudah tidak bisa kita bendung lagi.
Dan dalam situasi perubahan seperti ini, perubahan yang sangat cepat seperti ini, pilihan kita hanya dua. Kita mau yang terbuka atau kita mau yang tertutup. Membuka diri atau yang menutup diri, pilihannya hanya dua itu. Di mana pun negara, sama saja. Pilihannya juga dua itu saja.
Buat saya, kalau saya disuruh memilih, pilihan saya hanya satu. Kita harus berani terbuka, kita harus berani terbuka, dan kita harus yakin bahwa dengan terbuka itu kita menjadi lebih baik. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kalau kita terbuka, artinya kita harus berani berkompetisi, artinya kita harus berani bertarung, artinya kita harus berani bersaing. Siap tidak kita? Siap tidak siap, ya kita harus menyiapkan diri. Tidak ada, sekali lagi tidak ada kata lain kalau kita sudah membuka diri.
Dan saya yakin anak-anak muda kita, para pengusaha muda kita bukanlah anak-anak muda yang gampang menyerah, yang jago kandang. Saya meyakini, kalau terus diinjeksi, disuntik terus, anak-anak muda kita adalah petarung-petarung yang tangguh, petarung-petarung yang siap menjadi pemenang, bukan menjadi pecundang.
Di tingkat ASEAN, sepuluh negara ASEAN, kita lihat sekarang hampir setiap dua bulan, setiap tiga bulan ketemu. Baru dua-tiga hari yang lalu, kita juga bertemu di Rusia. Selalu, kalau kita bertemu, bergandeng-gandengan, bergandenggandengan sebagai kawan di ASEAN, sebagai teman baik di ASEAN.
Tetapi perlu saya mengingatkan, meskipun kita bergandengan seperti itu, bergandeng-gandengan seperti ini, saya perlu mengingatkan bahwa mereka adalah pesaing-pesaing kita, mereka adalah kompetitor kita. Ini perlu saya ingatkan. Meskipun yang hadir di sini pun ada 140 juga dari negara-negara ASEAN, saya perlu mengingatkan bahwa, selain kawan, mereka adalah pesaing kita.
Kawan iya, saudara iya. Tetapi mereka adalah kompetitor kita. Ini perlu saya ingatkan. Jangan kita terbuai karena gandeng-gandengan seperti itu.
Sekali lagi, saya ingin menekankan kata kuncinya adalah keterbukaan dan kompetisi. Keterbukaan dan kompetisi akan memaksa kita untuk memperbaiki diri dan mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan negara-negara yang lain.
Semakin detail, semakin rinci saya melihat bangsa kita ini, karakter bangsa kita, terutama anak-anak muda, kita biasanya semakin terdesak, itu pintarnya semakin meloncat. Semakin dipepet, itu ketangguhannya juga semakin meloncat. Itu tipikal kita.
Saya berikan contoh. Ini BUMN kita: BNI, BRI. Tahun ‘75, ‘75-an—saat itu saya masih SMP—saya sering disuruh orang t untuk ambil uang di bank. Itu jam 13.00, jam 13.30 sudah tutup dulu.
Keadaan banknya juga seperti itu. Karena apa? Tidak ada kompetisi, tidak diberi pesaing.
Maksimal jam 14.00, jam 13.30 sudah tutup. Jadi, kalau terlambat ambil uang, ya sudah. Habis sekolah, pulang sekolah, pasti sudah tutup. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Tetapi begitu ada persaingan, justru bank-bank kita, bank-bank pemerintah ini menjadi bagus pelayanannya. Laba tahunannya juga meningkat sangat drastis. Sistem IT-nya juga bisa bersaing dengan swasta.
Coba kita lihat sekarang. BRI keuntungan setiap tahunnya 24 triliun, 24 triliun. Gede sekali. Bank-bank swasta kalah semuanya.
Yang kedua, coba kita lihat Pertamina kita. Tahun ’70, tahun ‘80, SPBU-nya, pompa bensinnya kumuh, kelihatan kumuh. Ya seperti gambar. Yang ini petugasnya kadang pakai seragam, kadang tidak.
Tapi begitu diberikan pesaing—Shell masuk, Total masuk, Petronas masuk—apa yang terjadi? Pompa-pompa bensin itu menjadi pompa-pomba bensin yang sangat baik. Dicat bagus. Lampunya, kalau malam hari, terang. Keuntungannya juga mereka lebih besar.
Dan satu-dua dari pesaing-pesaing dari luar juga sudah tutup karena tidak kuat bersaing dengan Pertamina.
Artinya apa? Kalau diberi pesaing, kita itu baru bangun. Kalau ada kompetisi, baru bangun. Itu tipikal kita.
Oleh sebab itu, saya ingin agar terbukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) ini memberikan sebuah semangat bagi kita semua, anak-anak muda terutama, untuk bangkit dan berani bersaing dan berani berkompetisi.
Garuda Indonesia juga sama. Tahun-tahun ’70-’80, tidak ada pesaingnya sama sekali. Begitu dibuka, ada 70 airline yan ikut berkompetisi, juga sama.
Dulunya seperti itu. Sekarang kita menjadi lima besar brand yang paling baik untuk Asia tahun 2016 karena ada persaingan.
Inilah era kompetisi, inilah era persaingan. Dan tidak perlu Saudara-saudara takut dengan itu. Asal kita siap, asal kita memperbaiki diri, saya kira tidak perlu kita takut terhadap yang namanya persaingan.
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa, kalau Saudara-saudara ingin sukses, masuk ke dunia usaha, atau yang sudah http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54
Sekretariat Negara Republik Indonesia
berusaha, fokuslah pada bidang yang ingin kita geluti. Fokus. Syukur bisa lebih subfokus. Syukur bisa superfokus. Ini akan jauh lebih baik daripada semuanya dikerjakan.
Dengan cara superfokus itu, dengan cara fokus itu, masalah-masalah yang kita hadapi akan semakin kelihatan dan semakin gampang untuk diatasi. Kalau gagal di sebuah usaha, jangan terburu-buru pindah ke usaha yang lain. Tekuni yang sudah kita tekuni itu.
Biasanya, kalau masih muda itu, gagal di suatu tempat pindah ke bidang yang lain. Bidang yang ini gagal, pindah ke bidang yang lain lagi. Artinya memulai terus dari awal, memulai terus dari nol.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Untuk kompetitif, maka kita harus lincah bergerak. Kita dorong paket- paket deregulasi. Kita pangkas atutan-aturan yang membelenggu dan menghambat dunia usaha. Untuk kompetitif, kita juga tidak bisa menunda-nunda yang namanya pembangunan infrastruktur.
Dan pembangunan infrastruktur sekarang juga tidak hanya kita bangun di Jawa, tetapi lebih banyak dibangun di luar Jawa, baik yang namanya jalan tol, baik yang namanya pelabuhan, baik yang namanya airport, seperti di gambar ini.
Trans-Sumatera sudah dimulai.
Kemudian yang di Kalimantan, yang sudah empat tahun berhenti, Balikpapan-Samarinda juga sudah dimulai lagi.
Yang di Sulawesi, Manado-Belitung, juga sudah dikerjakan.
Jalur kereta api yang di Sulawesi juga sudah dimulai, dan kita harapkan akan terus naik ke atas sampai, nanti dari Makassar menuju ke Manado.
Dengan pembangunan-pembangunan infrastruktur inilah, daya saing kita akan menjadi lebih baik. Biaya logistik, biaya transportasi akan jauh lebih murah.
Pelabuhan di Makassar New Port juga sudah dimulai.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pelabuhan besar di Kuala Tanjung juga sudah dimulai.
Pelabuhan kecil-kecil di Galela, di Baubau semuanya dikerjakan.
Saya kira memang dengan kecepatan pembangunan infrastruktur inilah daya saing kita nantinya akan bisa berkompetisi dengan negara-negara di sekitar kita.
Airport di tempat-tempat yang jauh seperti di Wamena, terminalnya seperti yang kita lihat, dulunya seperti di sebelah sana. Kemudian setelah dibangun, seperti yang di sebelah.
Terminal di Rembele misalnya, di Aceh, terminal kecil-kecil sekarang sudah diruntuhkan, dibangun yang lebih besar lagi. Runway-nya diperpanjang.
Dengan cara itulah ada connectivity, ada konektivitas antardaerah dengan daerah.
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Perubahan yang kita lakukan itu adalah untuk membuka seluas-luasnya peluang bagi anak-anak muda untuk berusaha.
Tadi juga disampaikan oleh Ketua Umum HIPMI bahwa kita baru 1,6%. Kalau menuju ke 2%—baru 1,6%—kalau menuju ke 2%, kita masih butuh 1,7-1,8 juta pengusaha. Kalau menuju ke 4%, masih butuh 5,8 juta pengusaha-pengusaha muda.
Dan ini perlu kita sampaikan apa adanya, mengenai Indeks Daya Saing Global kita di sepuluh negara ASEAN. Yang paling tinggi adalah Singapura 5,68%, kemudian Malaysia 5,23%, kemudian Thailand 4,64%, baru kemudian Indonesia 4,52%. Artinya masih banyak yang harus kita perbaiki untuk meningkatkan daya saing global kita.
Kemudian Peringkat Kemudahan Berusaha, itu yang betul-betul sangat membebani saya. Ease of Doing Business, nomor satu tetap Singapura. Kita tahun sebelumnya nomor 120, sekarang nomor 109. Jangan ditepuktangani. Masih nomor 109, kok ditepuktangani? Malaysia sudah nomor 18. Thailand nomor 49. Vietnam nomor 90.
Kalah kita dengan Vietnam, dengan Brunei, dengan Thailand, dengan Malaysia, apalagi dengan Singapura, masih jauh. Nomor kita masih 109, masih jauh sekali karena keruwetan kita dalam memulai usaha, keruwetan kita mengurus izin-izin http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54
Sekretariat Negara Republik Indonesia
kalau pengusaha-pengusaha pemula ingin memulai usaha.
Dan saya juga perintahkan kepada menteri, tahun depan harus kita capai pada angka yang 40, dari 109 meloncat ke 40. Kalau itu tidak bisa kita lakukan, akan berat sekali kita bersaing dengan negara-negara di sekitar kita.
Yang terakhir, saya ingin menyampaikan masalah Kredit Usaha Rakyat yang dulunya bunga 22%. Tahun yang lalu sudah kita turunkan menjadi 12%. Tahun ini sudah kita turunkan lagi menjadi 9%.
Ini adalah peluang bagi pengusaha-pengusaha pemula yang ingin mendapatkan tambahan modal, hanya 9%. Dan saya berharap nanti tahun depan bisa mencapai 7%. Terus akan kita turunkan.
Dan anggaran yang ada di bank sekarang ini untuk KUR 120 triliun. Gede sekali. Peluang bagi pengusaha-pengusaha pemula ini sangat besar apabila ingin menambah modal usahanya maupun untuk modal investasi.
Saya kira peluang-peluang seperti ini jangan dilewatkan. Saya ingin mengingatkan bahwa peluang-peluang yang ada di negara kita ini masih sangat besar sekali. Masih banyak sekali yang bisa kita ambil.
Tetapi memang ini memerlukan sebuah keberanian memutuskan agar Saudara-saudara bisa memanfaatkan peluang yang telah ada ini.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya mengucapkan selamat berjambore kepada HIPMI dan seluruh mahasiswa dari seluruh Indonesia yang pada pagi hari ini hadir. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 4 February, 2017, 08:54