ISSN : 1412-5331 MAJALAH ILMIAH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG
SOLUSI Vol. 7 No. 1 Januari 2008 Restrukturisasi Perusahaan, Alternatif Pengelolaan Bisnis Tinjauan secara Konseptual Sri Yuni Widowati
Tantangan Ekonomi Pancasila dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial (Perspektif Ekonomi Kelembagaan) Chatarina Yekti Prawihatmi Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja melalui Manajemen Style, Orientasi Strategik dan Struktur Organisasi Indarto Inflasi dan Pengangguran di Saat Krisis Sri Purwantini Meningkatkan Kinerja dalam Organisasi dengan Manajemen Konflik Sujito Motif Perusahaan di-Privatisasi Kesi Widjajanti Desain Pelayanan Berdasarkan Voice of the Customer pada Perguruan Tinggi Tri Endang Yani Pemindahan Resiko Perusahaan kepada Perusahaan Asuransi Dwi Widi Pratito S.N. Benang Merah Kompensasi, Aktualisasi Diri dan Motivasi Nunik Kusnilawati Corporate Governance, suatu Tinjauan Teoritis Dian Prawita Sari
Vol. 2 No. 1 Januari 2003
ISSN : 1412-5331 Analisis Kinerja TPI di Jawa Tengah Adijati Utaminingsih
Pengelolaan Tenaga Kerja dalam Hubungan Industrial Pancasila Djodjok Rahardjo
Vol. 7 No. 1 Januari 2008
ISSN : 1412-5331
SOLUSI Mengkaji masalah-masalah sosial, ekonomi dan bisnis Terbitan 3 bulan sekali (Januari, April, Juli, Oktober) Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Pelindung : Rektor Universitas Semarang Penanggungjawab : Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Dewan redaksi : Prof. Dr. Ec. Budiman Christiananta, MA, PhD Prof. Dr. Pahlawansjah Harahap, ME Prof. Dr. Pribadiyono, MS Prof. Dr. RM. Moch. Wispandono, SE, MS Drs. Sumarman MS Redaktur Pelaksana : Andy Kridasusila SE MM, Dian Indriana SE Akt, MSi, Drs. Witjaksono EH MM Dra. Nunik Kusnilawati MM, Indarto SE, MSi Sekretaris Redaksi : Dra. Sri Yuni Widowati MM Tata Usaha : Ali Arifin Alamat Penerbit/Redaksi : Jl. Atmodirono No. 11 Telp. (024) 8411562, Fax. (024) 8446865 SEMARANG – 50241 Terbit Pertama kali : Juli 2002
KATA PENGANTAR
Sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami, tatkala kami dapat hadir rutin setiap 3 bulan sekali untuk saling bertukar pikiran mengenai hal-hal baru di bidang ilmu ekonomi baik manajemen, akuntansi maupun studi pembangunan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembaca, pengirim artikel yang antusias untuk melakukan tukar pikiran dan berkomunikasi melalui media ini. Sekiranya hal ini dapat dipertahankan, maka selain kehadiran kami akan selalu dapat terlaksana dengan tepat waktu dan artikel yang beragam, wawasan pembaca juga akan semakin luas. Penerbitan majalah ilmiah SOLUSI kali ini menghadirkan 12 (duabelas) artikel yang telah kami anggap layak untuk diterbitkan, dengan harapan artikel-artikel ini dapat menjadi tambahan referensi bagi para pembaca dan menjadi sumbangan kami terhadap dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu ekonomi bagi pengembangan organisasi swasta maupun institusi pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Hormat kami,
Redaksi
SOLUSI Vol. 7 No. 1 Januari 2008
ISSN : 1412-5331 DAFTAR ISI
1. Restrukturisasi Perusahaan, Alternatif Pengelolaan Bisnis, Tinjauan secara Konseptual …….……………………………………………………………..... Sri Yuni Widowati
1-6
2. Tantangan Ekonomi Pancasila dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial (Perspektif Ekonomi Kelembagaan) ...........................................…...……..….. Chatarina Yekti Prawihatmi
7 - 15
3. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja melalui Manajemen Style, Orientasi Strategik dan Struktur Organisasi .……...…………......................... Indarto
17 - 25
4. Inflasi dan Pengangguran di Saat Krisis .........………………..………............ Sri Purwantini
27 - 30
5. Meningkatkan Kinerja dalam Organisasi dengan Manajemen Konflik...…...... Sujito
31 - 35
6. Motif Perusahaan di-Privatisasi…………………..……................................... Kesi Widjajanti
37 - 41
7. Desain Pelayanan Berdasarkan Voice of the Customer pada Perguruan Tinggi Tri Endang Yani
43 - 47
8. Pemindahan Resiko Perusahaan kepada Perusahaan Asuransi ......................... Dwi Widi Pratito S.N.
49 - 52
9. Benang Merah Kompensasi, Aktualisasi Diri dan Motivasi................... ..…… Nunik Kusnilawati
53 - 59
10. Corporate Governance, suatu Tinjauan Teoritis…………………...………….. Dian Prawita Sari
61 - 64
11. Analisis Kinerja TPI di Jawa Tengah .................... ……………………..…... Adijati Utaminingsih
65 - 77
12. Pengelolaan Tenaga Kerja dalam Hubungan Industrial Pancasila……….…... Djodjok Rahardjo
79 - 82
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
1. Mempergunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris 2. Naskah berisikan bidang ilmu ekonomi, manajemen bisnis, keuangan dan perbankan, akuntansi, yang dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi terkini. Naskah belum pernah dimuat di media komunikasi lain. 3. Naskah dikirim rangkap 2, diketik dengan jarak 2 spasi, 15-25 halaman kuarto, jenis font Times New Roman ukuran 12. 4. Selain naskah tertulis, juga disertakan disket dalam program MS-Word. 5. Dalam naskah boleh ada tabel, diagram, tetapi tidak boleh ada foto dan lampiran. 6. Sistematika naskah : a. Laporan Penelitian : Judul, Nama Penulis, Instansi Penulis, Abstrak, key Word, pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka. b. Studi Kepustakaan : Judul, Nama Penulis, Abstrak, Key Word, Pendahuluan, Bab-bab Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka. 7. Urutan daftar pustaka : Nama pengarang, tahun terbit, judul karangan/judul buku, nama penerbit, kota penerbit. Contoh : Church, Allan H., 1995, Diversity in Workgroup Settings : A Case Study, Leadership & Organizational Development Journal, Vol. 16, No. 6, h. 39. Sigband, Norman B., and Bell, Arthur H., 1986, Communication for Management Business, Illinois : Scott Foresman. 8. Lampirkan biodata penulis. 9. Majalah Ilmiah SOLUSI terbit 3 bulan sekali (Januari,April, Juli, Oktober). 10. Pengiriman naskah paling lambat 1 bulan sebelum bulan penerbitan (misal terbitan Oktober, maka naskah harus masuk akhir Agustus). 11. Naskah dikirim ke : Redaksi SOLUSI D/a Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Jl. Atmodirono No. 11 Semarang 50241
Corporate Governance, Suatu Tinjauan Teoritis
Oleh : Dian Prawita Sari Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro
Abstraksi Kepemilikan saham manajerial dan dewan komisaris merupakan dua aspek penting dalam good corporate governance. Berkaitan dengan kebijakan pelepasan asset, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham manajerial dan semakin besar proporsi komisaris luar dalam keanggotaan dewan komisaris akan memberikan dampak positif terhadap keuntungan yang diperoleh dari kebijakan pelepasan asset. Dengan tingkat kepemilikan yang lebih tinggi, para manajer akan termotivasi untuk menjual asset yang memberikan sinergi negatif, dan merundingkan harga terbaik untuk pemegang saham. Para komisaris luar dapat diharapkan akan secara maksimal memenuhi tanggung-jawab mereka sebagai penasehat dan pengendali efektif tindakan manajemen dalam kebijakan pelepasan asset. Kata kunci: Kepemilikan managerial, Struktur dewan komisaris, Pelepasan asset, Corporate governance Pendahuluan Corporate governance telah menjadi hal yang penting dalam teori dan praktek keuangan perusahaan. Kepemilikan saham managerial dan dewan komisaris, dua aspek corporate governance, merupakan mekanisme internal yang efektif untuk mengurangi biaya-biaya agensi (Fama dan. Jensen, 1983). Kepemilikan saham mendorong manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, sedangkan monitoring oleh dewan komisaris membantu untuk meyakinkan bahwa para manajer tidak akan membuat keputusan yang menyimpang terlalu jauh dari kepentingan pemegang saham. Dengan argumentasi ini, pada tahun-tahun terakhir ini, banyak perusahaan melakukan perubahan dalam strategi atau manajemen untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Sejalan dengan hal tersebut, banyak perusahaan yang mengadopsi aspek-aspek good corporate governance agar mekanisme pengawasan intern lebih dekat dengan pemegang saham (Danielson dan Karpoff, 1998) Satu sisi teori keuangan menyatakan bahwa para manajer melepaskan asset ketika pelepasan tersebut akan meningkatkan kekayaan pemegang saham (Hite et. al., 1987). Dalam pandangan ini, transfer asset dari satu perusahaan ke perusahaan lain akan menciptakan keuntungan untuk kedua pihak (penjual dan pembeli). Penjual memperoleh keuntungan jika penjualan tersebut memperbaiki masalah agensi atau mengeluarkan asset yang menyebabkan sinergi negatif, seperti asset yang mungkin lebih berharga bagi para manajer dibanding bagi pemegang saham atau asset yang tidak berhubungan dengan bisnis inti perusahaan. Pembeli dari asset yang dilepaskan memperoleh keuntungan jika asset tersebut melengkapi operasi yang ada, dan jika pembeli dapat mengoperasikan asset tersebut secara lebih efisien. Suatu pandangan lain yang diperkenalkan oleh Lang et. al., (1995) membantah bahwa manajer mengejar tujuan mereka sendiri dan memprakarsai penjualan asset untuk menaikkan modal. Di sini, para manajer yang menggunakan penjualan asset untuk menghindari ekspose ke pasar modal, barangkali karena pertimbangan biaya-biaya managerial, bukan semata sebagai alat untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Dalam pandangan ini, para manajer mempertimbangkan pengendalian dan ukuran perusahaan serta mempunyai rangsangan untuk menggunakan proses penjualan dengan cara yang tidak menguntungkan pemegang saham. Lebih dari itu, permasalahan agensi bisa membuat pembeli hanya memboroskan biaya daripada menciptakan nilai jika hal tersebut dilakukan hanya untuk memanfaatkan arus kas bebas yang berlebihan (Jensen, 1986). Dalam pandangan ini, teori agensi lebih memperhatikan maksimisasi nilai daripada menjelaskan mengapa perusahaan melepaskan asset dan dari mana keuntungan diperoleh. Secara keseluruhan, pandangan ini menyatakan bahwa pelepasan asset bisa mengurangi permasalahan agensi, atau, tanpa tergantung pada permasalahan agensi, bisa menciptakan keuntungan melalui penggunaan asset yang lebih efisien. Corporate Governance, Suatu Tinjauan Teoritis (Dian Prawita Sari)
61
Secara teoritis bisa dinyatakan bahwa pada tingkat pertimbangan biaya-biaya agensi managerial merupakan hal yang penting, keuntungan dari pelepasan asset tergantung pada efektivitas mekanisme internal yang digunakan untuk mengendalikan biaya-biaya tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelepasan asset menghasilkan rata-rata keuntungan yang rendah (Hite et. al., 1987), dan keuntungan ini bervariasi ketika pertimbangan agensi dianggap sebagai hal yang penting. Pembahasan Bagian keuntungan yang diperoleh penjual dan pembeli, dan tingkat keuntungan yang menunjukkan perpindahan kekayaan atau solusi permasalahan agensi, akan tergantung pada struktur kepemilikan perusahaan dan struktur dewan komisaris perusahaan penjual (Hanson dan Song, 2000; Stulz et. al., 1990; Byrd dan Hickman, 1992; Lee et. al., 1992 ). Struktur kepemilikan dan dewan komisaris merupakan bagian dari good corporate governance. Sekilas Corporate Governance Corporate governance telah menjadi suatu isu penting di seluruh dunia. Perusahaan mempunyai suatu peran penting untuk mempromosikan pembangunan ekonomi, dan kemajuan sosial. Perusahaan sebagai motor pertumbuhan ekonomi mempunyai tanggung jawab yang semakin meningkat terhadap penyediaan lapangan kerja, jasa, barang-barang dan infrastruktur. Efisiensi dan akuntabilitas perusahaan kini menjadi sesuatu yang bersifat kepentingan publik. Pembentukan governance yang baik tidak lagi dipandang sebagai suatu isu lokal atau nasional untuk setiap perusahaan: globalisasi telah membawanya menjadi kebutuhan akan koordinasi usaha secara internasional untuk memastikan bahwa pertumbuhan didukung sempurna dan dapat bertahan dalam berbagai kondisi dan bersama membawa kemakmuran kepada orang banyak. Walaupun perusahaan dimiliki secara pribadi, governance yang baik tetap menjadi suatu yang diperlukan. corporate governance mempunyai kaitan dengan sistem hukum, peraturan, dan praktek yang akan mempromosikan dan memastikan tanggung-jawab perusahaan. Dari perspektif perusahaan, konsensus yang muncul adalah bahwa corporate governance adalah memaksimalkan nilai untuk mempertemukan keuangan perusahaan dan kewajiban sesuai dengan kontrak dan hukum. Definisi inclusif ini menekankan kebutuhan akan dewan direktur untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dengan, pelanggan, para penyalur, investor, stakeholders yang lain dan masyarakat untuk mencapai nilai jangka panjang. Dari perspektif kebijakan publik, corporate governance adalah memelihara perusahaan untuk memastikan tanggungjawab perusahaan. Peran kebijakan publik adalah untuk untuk memperkecil penyimpangan antara hasil individu dan sosial, dan untuk melindungi kepentingan stakeholders. Dua definisi ini - perspektif publik dan perusahaan- menyediakan suatu kerangka untuk corporate governance yang mencerminkan saling mempengaruhi antara insentif internal (yang menggambarkan hubungan antar pihak dalam perusahaan) dan kekuatan eksternal (khususnya kebijakan, undang-undang, regulasi, dan pasar) untuk mengatur perilaku dan kinerja perusahaan.
Struktur Kepemilikan Kepemilikan saham oleh manajer perusahaan yang melakukan pelepasan asset akan mempengaruhi pemegang saham dalam berbagai cara. Pertama, tingkat kepemilikan yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk menekan biaya-biaya yang berhubungan dengan sinergi negatif dan, dengan demikian akan menimbulkan rangsangan untuk menjual asset yang mengurangi nilai perusahaan dan untuk meningkatkan operasi ke depan. Kedua, konsekwensi kesejahteraan pemilik akan merangsang para manajer untuk sabar dalam melakukan tawar-menawar ketika mereka merundingkan harga untuk asset yang dilepaskan itu, sehingga akan diperoleh harga terbaik untuk asset tersebut. Hal ini berlawanan dengan kasus pengambilalihan, dimana pengendalian hak suara dan kemungkinan hilangnya jabatan memberi rangsangan pada para manajer untuk membuat suatu penawaran yang sulit. Dalam penjualan asset, bagaimanapun, rangsangan tersebut semata-mata berkaitan dengan uang. Rangsangan untuk membuat suatu penawaran yang sulit oleh manajer semata-mata berasal dari klaim manajer atas sisa arus kas perusahaan. Lebih dari itu, dalam penjualan asset, di mana terjadi berbagai penawaran yang tidak biasa (Jain, 1985; Sicherman dan Pettway, 1992), para penjual harus Corporate Governance, Suatu Tinjauan Teoritis (Dian Prawita Sari)
62
bersandar pada ketrampilan mereka sendiri untuk mengorbankan keuntungan yang diciptakan oleh pembeli, dan memastikan bahwa secara internal tetap ada keuntungan yang dihasilkan untuk perusahaan. Struktur Dewan Komisaris Dewan komisaris memainkan suatu peran penting dalam proses corporate governance (Fama dan. Jensen, 1983). Sebagai bagian dari tanggung jawab mereka, para komisaris memonitor dan menilai kinerja managerial, memutuskan tingkat kompensasi untuk para manajer senior, menyediakan pertimbangan, dan membuat suatu mata rantai hubungan dengan organisasi lain. Akan tetapi, tanggung jawab utama dewan komisaris adalah memecahkan konflik agensi yang muncul antara pemegang saham dan manajer. Para komisaris luar, anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan perusahaan, mempunyai independensi tertinggi yang diharapkan menjembatani permasalahan ini . Akan tetapi, berbagai penelitian yang dilakukan memberikan hasil yang beraneka ragam tentang efektivitas dewan komisaris dalam memenuhi tanggung-jawab mereka sebagai pemonitor dan arbiter. Misalnya, Baysinger dan Butler (1985) menemukan suatu hubungan yang tidak biasa antara komposisi dewan komisaris dan kinerja perusahaan, sedangkan Hermalin dan Weisbach (1992) tidak menemukan hubungan apapun. Weisbach (1988) menunjukkan para komisaris luar mempengaruhi pergantian eksekutip dalam perusahaan yang mempunyai kinerja yang kurang bagus. Rosenstein dan Wyatt (1990) menemukan suatu respon pasar yang positif terhadap penambahan komisaris luar. Hal ini mungkin terjadi karena pasar mengharapkan kinerja perusahaan akan lebih baik dengan jumlah komisaris luar yang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Byrd and Hickman (1992), Lee et. al., (1992), dan Brickley et. al., (1994) yang menunjukkan berbagai komposisi dewan komisaris dan, komisaris luar memberikan monitoring yang efektif dalam perusahaan. Penelitian tersebut juga menemukan adanya return yang lebih tinggi ketika komisaris luar lebih dominan dalam keanggotaan dewan komisaris. Dengan demikian, kita dapat menyatakan bahwa para komisaris luar akan mempunyai suatu dampak positif dalam memecahkan permasalahan agensi dan memotivasi para manajer untuk menjual asset yang menghasilkan sinergi negatif. Dewan komisaris akan secara normal memberikan wewenang yang luas pada para manajer untuk menjalankan perusahaan, tetapi, ketika kerugian di dalam suatu segmen bisnis atau divisi menjadi hal yang terlalu berat untuk diabaikan, dewan komisaris akan merekomendasikan pelepasan asset. Dalam konteks ini, dewan komisaris akan menganjurkan penjualan asset untuk meningkatkan fokus perusahaan dan mengurangi penganeka-ragaman serta overinvestment. Sebagai tambahan, ketika industri yang overcapacity memerlukan jalan keluar dan skema kompensasi tradisional tidak memberikan insentif yang sesuai (Dial dan Murphy, 1995), dewan komisaris bisa memberikan dorongan pada para manajer untuk mengurangi ukuran perusahaan. Para komisaris luar akan memotivasi para manajer untuk menjual asset pada saat yang tepat, jika mereka segan untuk menjual (Boot, 1992), atau asset yang menjadi bagian dari akuisisi yang gagal (Kaplan dan. Weisbach, 1992), atau memindahkan asset yang lebih bermanfaat bagi para manajer daripada bagi pemegang saham (Shleifer dan Vishny, 1989), atau memindahkan asset yang memberikan tingkat return tertentu (Weisbach, 1995). Lebih dari itu, ketika asset mau dijual untuk meningkatkan modal yang seharusnya ditahan, dewan komisaris akan menyediakan monitoring efektif untuk meyakinkan bahwa pertimbangan managerial tersebut tidak akan merugikan pemegang saham (Hanson dan Song, 2000). Kesimpulan Teori menyatakan bahwa perhatian agensi mempengaruhi keputusan untuk melepaskan asset dan keuntungan yang dihasilkan. Hubungan antara keuntungan pelepasan asset dan efektivitas pengawasan intern diharapkan dapat memecahkan permasalahan agensi.. Hasil berbagi penelitian menunjukkan bahwa keuntungan akan tergantung pada efektivitas mekanisme pengawasan intern perusahaan. Keuntungan tersebut secara khusus akan dipengaruhi oleh kepemilikan saham managerial dan struktur dewan komisaris perusahaan yang melakukan pelepasan asset. Semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh manajerial maka rangsangan bagi manajer untuk melakukan penawaran terbaik demi kepentingan pemegang saham akan semakin tinggi juga, sehingga hal ini selanjutnya Corporate Governance, Suatu Tinjauan Teoritis (Dian Prawita Sari)
63
akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh dalam pelepasan asset tersebut. Berkaitan dengan pengendalian intern, semakin besar persentase komisaris luar dalam keanggotaan dewan komisaris maka pengendalian akan semakin efektif, sehingga kebijakan pelepasan asset akan dilakukan dengan pertimbangan terbaik untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan dan bagi peningkatan nilai pemegang saham.
Daftar Pustaka : Boot, A., 1992. Why hang on to losers? Divestitures and takeovers. Journal of Finance 47, 1401– 1424. Brickley, J.A., Coles, J.L., Terry, R.L., 1994. Outside directors and the adoption of poison pills. Journal of Financial Economics 35, 371–390. Danielson, M.G., Karpoff, J.M., 1998. On the uses of corporate governance provisions. Journal of Corporate Finance 4, 347–371. Dial, J., Murphy, K., 1995. Incentives, downsizing, and value creation at General Dynamics. Journal of Financial Economics 37, 261–314. Fama, E., Jensen, M., 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics 26, 301–325. Hanson, Robert C., Moon H. Song, 2000, Managerial Ownership, Board Structure, and The Division Of Gains In Divestitures, Journal of Corporate Finance 6 55–70. Hite, G.L., Owers, J., Rogers, R., 1987. The market for interfirm asset sales, partial sell-offs and total liquidations. Journal of Financial Economics 18, 229–252. Jensen, M., 1986. The agency costs of free cash flow: Corporate finance and takeovers. American Economic Review 76, 323–329. Kaplan, S., Weisbach, M., 1992. The success of acquisitions, evidence from divestitures. Journal of Finance 47, 107–139. Lang, L., Poulsen, A., Stulz, R., 1995. Asset sales, firm performance, and the agency costs of managerial discretion. Journal of Financial Economics 37, 3–37. Rosenstein, S., Wyatt, J.G., 1990. Outside directors, board independence, and shareholder wealth. Journal of Financial Economics 26, 175–192. Shleifer, A., Vishny, R., 1989. Management entrenchment: The case of manager-specific investments. Journal of Financial Economics 25, 123–139. Sicherman, N., Pettway, R., 1992. Wealth effects for buyers and sellers of the same divested assets. Financial Management 21, 119–128. Song, M., Walkling, R., 1993. The impact of managerial ownership on acquisition attempts and target shareholder Wealth. Journal of Financial and Quantitative Analysis 28, 439–457. Stulz, R., Walkling, R., Song, M., 1990. The distribution of target ownership and the division of gains in successful takeovers. Journal of Finance 45, 817–833. Corporate Governance, Suatu Tinjauan Teoritis (Dian Prawita Sari)
64