RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
RESPON PERTUMBUHAN ANAKAN JATI PLUS (Tectona grandis Linn f) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK UREA DAN INTENSITAS CAHAYA Growth of Tectona grandis Linn f in response to urea application and Light intensity Oleh/by ADISTINA FITRIANI1 ABSTRACT The objective of this experiment was to determine effect of urea application and sun shade on growth of Tectona grandis. Result of experiment showed that urea application of 22.5 gram per plant increased growth of Tectona grandis. However, increasing amount of urea application will reduce the growth of Tectona grandis. This indicated that increasing amount of urea application have negative effect on plant growth. Result of experiment also revealed that only 50% sun shade increased height of plant. In addition, interaction between urea application and sun shade did result in significant increase in the plant growth. Keywords : Growth, Tectona grandis, urea, light intensity
I. PENDAHULUAN Tanaman jati (Tectona grandis Linn f) memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan salah satu komoditi dagang yang penting dan memiliki nama yang baik di pasaran dunia. Jati juga merupakan jenis pohon yang digunakan dalam pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Jati mempunyai kelebihan berupa tekstur kayu yang halus dan berwarna, coraknya yang indah dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta perubahan cuaca. Kegunaan yang utama dari kayu jati ini adalah untuk ukiran dan kayu pertukangan. Budidaya tanaman jati pertama kali dilakukan oleh Coster dan Eidmen pada tahun 1934 dengan membangun percobaan provenance Jati di Kramben dan Ngambangan, Provinsi Jawa Timur (Martawijaya dan Sumarni, 1980). Kegiatan ini dilanjutkan sampai dengan pembangunan kebun benih di Sumedang, Batu Raden dan Sempolan. Penghasil utama kayu Jati di Indonesia adalah Pulau Jawa yang berada di bawah pengelolaan Perum Perhutani dengan produksi setiap tahunnya tidak kurang dari 500.000 m3 untuk kayu pertukangan (Herawan dan Pudjiono, 1988). Tanaman jati juga dibudidayakan di Provinsi Kalimantan Selatan karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Provinsi Kalimantan umumnya didominasi oleh tanah Ultisols yang mempunyai tingkat kesuburan tanah. Rendahnya tingkat kesuburan tanah ini disebabkan oleh bahan induk yang asam dan terjadinya proses perlindian yang menyebabkan tanah miskin unsur hara utama N, P dan K. Disamping itu tanah jenis ini mempunyai kandungan bahan organik dan daya memegang air yang rendah (Buckman dan Brady, 1982). Dengan demikian untuk budidaya tanaman kehutanan di tanah ini diperlukan penambahan hara melalui pemupukan. 1)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru Alamat Korespondensi E-mail :
[email protected]
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
117
RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
Pemupukan tanaman hutan di persemaian maupun di lapangan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman (Hendromono dan Effendi, 1988). Pemupukan di lapangan yang paling menguntungkan dilakukan sebelum tanaman berumur satu tahun setelah penanaman. Salah satu unsur hara yang paling sering ditambahan ke tanah melalui pemupukan adalah nitrogen. Nitrogen merupakan unsur keempat terbanyak di dalam jaringan tanaman setelah karbon, hidrogen dan oksigen, akan tetapi ketersediaannya di dalam tanah sering tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman (Paul dan Clark, 1996). Pertumbuhan tanaman disamping memerlukan unsur hara juga memerlukan cahaya. Kegunaan cahaya yang paling pokok adalah untuk proses fotosistesis. Dalam proses fotosintesis tesebut cahaya dipergunakan untuk memecah molekul air kemudian melepas molekul oksigen. Cahaya juga merangsang aktifitas enzim-enzim tertentu dalam tubuh tanaman (Dwidjoseputro, 1986). Cahaya sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman sehingga perlu dilakukan manipulasi terhadap cahaya untuk melihat pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Daniel et al. (1987) intensitas cahaya adalah faktor yang paling siap untuk dimanipulasi. Manipulasi cahaya dapat dilakukan dengan cara pemberian naungan terhadap famili Verbenacea, misalnya jenis Jati Plus (Tectona grandis Linn f). Tanaman dengan jenis yang berbeda mempunyai kebutuhan unsur hara nitrogen dan intensitas cahaya yang berbeda. Perbedaan dalam jumlah hara dan intensitas cahaya untuk setiap jenis tanaman menyebabkan dosis pemupukan dan intensitas cahaya untuk satu tanaman tidak dapat digunakan untuk tanaman lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jati plus (Tectona grandis Linn f). II. METODE PENELITIAN A. Situs Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suato Tatakan Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin. Lokasi ini dipilih karena budidaya tanaman jati di Provinsi Kalimantan Selatan yang pertama kali dilaksanakan di daerah ini. Topografi di lokasi penelitian mempunyai kelerengan yang datar (0-3%). Tanah di lokasi ini didominasi oleh jenis tanah Typic Tropudults. Tanah ini dicirikan dengan tekstur lempung berdebu, reaksi tanah diklasifikasikan agak masam sampai masam, kandungan C-organik berkisar dari rendah sampai sedang, kandungan nitrogen rendah, kandungan P adalah sangat rendah, sedangkan kandungan K berkisar dari sangat rendah sampai sedang. Kejenuhan basa di daerah ini adalah berkisar dari sangat rendah sampai tinggi, dengan kapasitas tukar kation pada lokasi studi ini diklasifikasikan rendah sampai sedang. Status kesuburan tanah di lokasi studi ini adalah rendah (Fakultas Pertanian Unlam, 2000). Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, lokasi studi termasuk kedalam tipe iklim B dengan nilai Q berkisar antara 18,81% - 24,13%. Hasil pengamatan curah hujan pada Stasiun Rangda Malingkung Kecamatan Tapin Utara dan Stasiun Lokpaikat Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin menunjukkan bahwa curah hujan tahunan berkisar antara 1.541,03 mm – 2.372,03 mm dan hari hujan tahunan berkisar antara 94,95 hari – 132,38 hari dengan bulan basah terjadi pada bulan Oktober s/d Juni dan bulan kering terjadi pada bulan Juli s/d September (BRLKT, 2001). B. Pelaksanaan Penelitian Tanaman jati yang digunakan dalam penelitian ini berumur 3 bulan setelah tanam dengan jarak tanam 2 x 2 meter. Pada kiri dan kanan tanaman jati dibuat Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
118
RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
lobang untuk pemberian pupuk urea dan naungan dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter dengan intensitas cahaya sesuai dengan perlakuan. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Urea diberikan pada tanaman jati dengan empat dosis pempupukan, yaitu: tanpa pemupukan (0 gram/tanaman), urea 1 (22,5 gram/tanaman), urea 2 (30,0 gram/tanaman) dan urea 3 (37,5 gram/tanaman). Sedangkan naungan diberikan dengan tiga level naungan, tanpa naungan, 25% naungan dan 50% naungan. Penelitian dilaksanakan dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Selama pelaksanaan penelitian dilakukan pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman dan penyiangan. Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman yang meliputi pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diamater batang dan pertambahan jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu dimulai dari pemberian perlakuan dan berakhir setelah 6 kali pengamatan. C. Analisis Statistik Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara statistik. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan analisis ragam setelah terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data. Apabila perlakuan menunjukan pengaruh terhadap parameter yang diamati dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah. Semua analisis statistik ini dilakukan menggunakan Minitab Versi 14. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian urea dan pemberian naungan berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman, tetapi interaksi antara pemberian urea dan pemberian naungan tidak berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman. Pengaruh penambahan urea dan pemberian naungan terhadap pertambahan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian urea meningkatkan pertambahan tinggi tanaman sampai pada pemberian urea dengan dosis 30 gram/tanaman. Peningkatan pertambahan tinggi tanaman dengan pemberian urea sampai dengan dosis 30,0 gram/tanaman mengindikasikan bahwa tanah yang ada tidak mampu secara optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman jati. Penambahan urea mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pemberian urea dengan dosis 37,5 gram/tanaman menghasilkan pertambahan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan pemberian urea dengan dosis 30,0 gra./tanaman (Gambar 1). Tidak terjadinya perbedaan ini diduga karena pertumbuhan tanaman jati sudah mencapai tingkat yang optimal pada pemberian urea dengan dosis 30,0 gram/tanaman. Ada dua alasan yang bisa menjelaskan tidak terjadinya peningkatan pertambahan tinggi tanaman dengan penambahan urea pada dosis tinggi. Pertama, efesiensi pemupukan N yang rendah untuk tanah masam. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa efesiensi pemupukan nitrogen berkisar antara 30 – 46% (Pasandaran et al., 1999). Sisanya hilang dari sistem tanah dan tanaman melalui proses volatilisasi, nitrifikasi dan denitrifikasi serta pencucian (Haynes, 1986). Dengan dosis yang lebih tinggi (37,5 gram/tanaman), peluang untuk hilangnya nitrogen juga meningkat, sehingga jumlah N yang diserap dari pemupukan urea tidak berbeda dengan dosis 30,0 gram/tanaman. Kedua, pemupukan urea menyebabkan peningkatan kemasaman tanah. Urea yang ditambahkan ke dalam tanah mengalami proses nitrifikasi, dimana dalam proses nitrifikasi ini setiap oksidasi 1 mol NH4+ akan membebaskan 2 mol H+ (Haynes, 1986). Dengan semakin banyak urea yang ditambahkan, semakin banyak ion H+ yang dibebaskan menyebabkan terjadinya peningkatan kemasaman tanah yang pada akhirnya akan menekan pertumbahan tanaman jati. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
119
RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
c
Urea 3
b
50% c
Urea 2
a
25% b
Urea 1
Tanpa naungan
a
Tanpa Urea 0
15
30
45
60
a
0
Pertambahan tinggi tanaman (cm)
Gambar 1.
15
30
45
60
Pertambahan tinggi tanaman (cm)
Pengaruh penambahan urea (kiri) dan pemberian naungan (kanan) terhadap pertambahan tinggi tanaman. Batangan diujung grafik setiap perlakuan merupakan standar error perlakuan (n=3). Batangan yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan tidak berbeda pada α 5%.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian naungan sebesar 25% tidak memberikan pengaruh yang berbeda dengan tanaman jati yang tanpa naungan, tetapi naungan 50% memberikan pertambahan tinggi tanaman yang lebih baik dibanding tanaman jati dengan 25% naungan dan yang tanpa naungan (Gambar 1). Cahaya berperan dalam perbesaran sel yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan tinggi, ukuran dan struktur tanaman (Daniel et al., 1987). Pemberian naungan 25% menghasilkan intensitas cahaya untuk keperlukan tanaman jati tidak terganggu, tetapi naungan 25% tetap menyebabkan terjadi penurunan kelembaban tanah, sehingga tanaman kekurangan air. Akan tetapi ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%, intensitas cahaya masih mencukupi untuk pertumbuhan tanaman dan terjadi peningkatan kelembaban tanah yang akhirnya akan meningkatan pertambahan tinggi tanaman (Gambar 1). Jati memerlukan kondisi kelembapan 60-70% pada fase vegetatif untuk pertumbuhan yang optimal. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hanya pemberian urea yang berpengaruh terhadap pertambahan diameter batang, sedangkan pemberian naungan dan interaksi antara pemberian urea dan pemberian naungan tidak berpengaruh terhadap pertambahan diameter batang. Pemberian urea mampu meningkatkan diameter batang, tetapi tidak ada perbedaan perubahan diamater batang diantara tanaman jati yang diberi urea dengan dosis yang berbeda (Gambar 2). Pertambahan diameter batang merupakan proses pertumbuhan yang disebabkan oleh adanya kegiatan meristem lateral yang meliputi kambium vaskuler (kambium primer) dan kambium gabus (kambium skunder). Kambium primer ini terletak diantara kulit kayu yang menyebabkan pertumbuhan menebal diantara xilem dan floem baru.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
120
RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
b
Urea 3 Urea 2
b b
Urea 1 Tanpa Urea
a 0
3
6
9
12
Perubahan diameter batang (cm)
Gambar 2. Pengaruh penambahan urea terhadap pertambahan perubahan diameter batang. Batangan diujung grafik setiap perlakuan merupakan standar error perlakuan (n=3). Batangan yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan tidak berbeda pada α 5%. Terjadinya peningkatan diameter batang dengan penambahan urea mengindikasikan tanah dengan kondisi semula tidak mampu mendukung pertumbuhan jati secara optimal. Hal ini dikarenakan pupuk urae mengandung unsur N yang mempengaruhi pertumbuhaan vegetatif. Pada fase vegetatif terjadi tiga proses penting yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel dan pembentukan jaringan. Dalam prosesproses tersebut diperlukan sebagian besar karbohidrat yang berasal dari proses fotosintesis yang hanya terjadi pada sel-sel tanaman berhijau daun dimana pembentukan hujai daun dipengaruhi oleh unsur N (Lingga, 1991). Semakin banyak unsur N maka semakin meningkat pertumbuhan klorofil sehingga mempercepat sintesa karbohidrat yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan hasil tanaman.
a
Urea 3 Urea 2
a
Urea 1
b
Tanpa Urea
a 0
2
4
6
8
10
Perubahan jumlah daun (daun)
Gambar 3. Pengaruh penambahan urea terhadap pertambahan perubahan jumlah daun. Batangan diujung grafik setiap perlakuan merupakan standar error perlakuan (n=3). Batangan yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan tidak berbeda pada α 5%. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
121
RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
Hasil analisis ragam mengindikasikan bahwa hanya pemberian urea berpengaruh terhadap pertambahan daun tanaman jati, sedangkan pemberian naungan dan interaksi antara pemberian urea dan pemberian naungan tidak berpengaruh terhadap pertambahan daun tanaman jati. Pengaruh pemberian urea terhadap perubahan jumlah daun tanaman jati disajikan pada Gambar 3. Pemberian urea dengan dosis 22,5 gram/tanaman mampu meningkatan jumlah daun tanaman jati. Hal ini karena unsur N yang dikandung urea diserap oleh tanaman dan digunakan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun. Daun sebahai tempat berlangsungnya fotosintesa akan mempengaruhi jumlah karbohidrat yang dihasilkan. Dengan meningkatnya karbohidrat yang dihasilkan maka laju pembelah sel serta pembentukan jaringan seperti daun berjalan lebih cepat. Akan tetapi ketika dosis pemupukan urea ditingkatkan terjadi penurunan jumlah daun tanaman jati. Pada dosis 30,0 gram/tanaman dan 37,5 gram/tanaman, perubahan jumlah daun tanaman jati tidak berbeda dengan tanaman jati tanpa pemupukan urea (Gambar 3). Terjadinya penurunan jumlah daun dengan meningkatnya dosis pemupukan urea, mengkonfirmasi hasil penelitian bahwa terjadi efek negatif peningkatan dosis pemupukan urea terhadap pertumbuhan tanaman jati. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pemberian pupuk urea dengan dosis 22,5 gram/tanaman mampu meningkatkan pertumbuhan anakan jati plus. Akan tetapi ketika dosis pemupukan urea ditingkatkan, pertumbuhan anakan jati plus mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan adanya efek negatif dari peningkatan dosis pemupukan urea. 2. Pemberian naungan dengan intensitas cahaya 50% hanya mampu meningkatan pertumbuhan tinggi tanaman. 3. Interaksi antara pemberian pupuk urea dan pembuatan naungan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anakan jati plus. B. Saran Tanah yang digunakan dalam penelitian juga dikarakteristikan dengan kekurangan unsur hara fosfor dan kalium. Perlu dilakukan penelitian untuk melihat respon pertumbuhan tanaman jati plus dengan pemberian pupuk P dan pupuk K. DAFTAR PUSTAKA Buckman, H. O dan Brady, M. 1982. Ilmu Tanah, Terjemahan; Soegiman. Bratara Karya Aksara Jakara. Daniel, TW; John a. Helmus;Frederick S. Baker. 1987. Prinsip-Prisip Silvikultur (Terjemahan). Gadjah Mada Universit Press. Yogyakarta. Dwidjoseputro, D. 1986. Pegantar Fisiologi Tumbuhan. P Gramedia. Jakarta. Fakultas Pertanian Unlam. 2000. Laporan Akhir: Studi Kelayakan Pertanaman Kelapa Hibrida di Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tapin. Banjarbaru. Haynes R. J. 1986. The decomposition process: Mineralisation, immobilisation, humus formation and degradation. In Mineral Nitrogen in the Plant-Soil System, ed. R. J. Haynes, p. 52 - 109. Academic Press, Orlando. Herawan, T. dan Pudjiono, S. 1998. Hubungan antar klon dengan pertumbuhan awal jati (Tecnona grandis) pada tingkat persemaian. Warta Benih 2, Jakarta. Lingga, P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
122
RESPON PERTUMBUHAN ……. (21) : 117 - 123
Martawijaya, A. dan Sumarni, G. 1980. Daya Tahan Beberapa Varietas Kayu Jati (Tectona gradis) Terhadap Jaur erusak Kayu. Pusdokinfo dan Museum Tanaman Hutan Manggala Wanabakti. Jakarta. Pasandaran, E., Gultom, B., Adiningsih, S. J., Apsari, H. dan Rochyati, S. 1999. Government policy support technology promotion and adoption: a case study of urea tablet technology in Indonesia. Nutrient Cycling in Agroecosystems 53, 113-119. Paul, E. A. dan Clark, F.E. 1996. Soil Microbiology and Biochemistry. 2nd Edition. Academic Press, San Diego.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
123