PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis)
Sugeng Pudjiono dan Hamdan Adma Adinugraha
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jalan Palagan Tentara Pelajar Km15, Purwobinangun, Pakem , Sleman, Yogyakarta 55582
ABSTRACT The establishment of teak hedge orchard is conducted by using seedlings that made from bud grafting method. The purpose of this study was to indentify the effect of clone and grafting periode on plant growth as follows : height, diameter, number of leaves and survival rate of grafted plant. The result showed that clones were significantly effect to diameter and survival rate of grafted plants. Grafting periode was significantly effect to height, diameter, number of leaves and survival rate of grafted plants.
Keywords : Clone, time, growth, budgrafting, hedge orchard, teak.
ABSTRAK Pembuatan kebun pangkas dilakukan dari bibit yang dibuat secara vegetatif dalam hal ini secara budgraft/okulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan tanaman berupa tinggi, diameter, jumlah daun hasil okulasi dan persentase hidup okulasi. Bibit yang diperoleh akan digunakan untuk kebun pangkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh klon berpengaruh nyata terhadap diameter tunas dan persentase hidup okulasi. Pengaruh waktu okulasi berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup okulasi.
Kata kunci : Klon, waktu, pertumbuhan, okulasi, kebun pangkas, jati
I. PENDAHULUAN Kebutuhan bibit unggul sangat diperlukan untuk mendapatkan tegakan hutan yang berkualitas. Investasi dengan penggunaan bibit unggul diharapkan akan menjanjikan hasil panen dikemudian hari yang memuaskan. Hal ini mengingat bahwa investasi di bidang kehutanan memerlukan jangka panjang maka perencanaan yang matang dengan menggunakan bibit unggul tidak bisa ditawar lagi. Sampai saat ini sumber-sumber benih yang telah bersertifikat masih didominasi oleh sumber benih kelas terendah yaitu Tegakan Benih Teridentifikasi dan Tegakan Benih Terseleksi. Kementerian Kehutanan menargetkan areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura menargetkan 250 ha sumber benih terkelola secara baik (Rukmini, N, 2011).
103
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 103 - 108
Pada kegiatan pemuliaan tingkat lanjut, pengembangan klon sangat penting karena perhutanan klon (clonal forestry) yang dibangun menggunakan klon akan menghasilkan keseragaman sifat-sifat yang diinginkan dan dapat disesuaikan dengan keperluan industri. Salah satu jenis yang pada umumnya dilakukan pengembangannya dengan perhutanan klon adalah Jati (Baskorowati, 2012). Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pada populasi pemuliaan perlu dikembangkan pada tahap populasi perbanyakan. Diantaranya adalah jenis Jati (Tectona grandis). Untuk jenis Jati difokuskan kepada klon, yaitu dengan membangun kebun pangkas sebagai populasi perbanyakan dari hasil penelitian populasi pemuliaan. Perbanyakan vegetatif dari klon-klon hasil pemuliaan Jati diperbanyak sebagai materi untuk pembangunan kebun pangkas. Permasalahan yang dihadapi pada jenis Jati ini masih sangat kurangnya sumber materi genetik Jati yang berasal dari hasil pemuliaan pohon melalui uji klon. Berangkat dari permasalahan tersebut pada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) ini telah dilakukan kegiatan penelitian populasi pemuliaan Jati melalui uji klon dan telah diperoleh klon unggul. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu untuk diperbanyak klon-klon tersebut untuk populasi perbanyakan dengan pembangunan kebun pangkas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan dan ketahanan hidup 10 klon Jati unggul. Hal ini karena setiap klon mempunyai kemudahan yang berbeda-beda untuk diperbanyak secara vegetatif. Waktu okulasi perlu diketahui untuk mendapatkan mata tunas yang tepat sesuai perkembangan mata tunas sehingga dapat meningkatkan keberhasilan okulasi.
A. Bahan
II. METODOLOGI
Bahan yang digunakan untuk pembuatan okulasi berupa scion yang diambil dari Uji Klon umur 10 tahun yang berada di Watusipat Gunung Kidul dan Wonogiri Jawa Tengah. Rootstock Jati yang berumur 8 bulan dengan diameter batang 1-1,5cm. Scion/ mata tunas diambil dari pohon-pohon plus yang telah ditentukan dalam hal ini 5 klon terbaik dari Uji Klon di Watusipat Gunung Kidul dan 5 klon dari Uji Klon di Wonogiri Jawa Tengah. Scion diambil dari kedua lokasi tersebut diatas dipisah-pisahkan sesuai dengan kode klon masing-masing. Pembuatan okulasi dilakukan dengan cara memotong rootstock setinggi 15cm. Scion dari cabang yang diambil disayat untuk ditempelkan di rootstock yang sudah disayat dengan
104
Pengaruh Klon dan Waktu Okulasi Terhadap Pertumbuhan dan Persentase Hidup Okulasi Jati (Tectona grandis )
Sugeng Pudjiono dan Hamdan Adma Adinugraha
lebar sesuai antara scion dan rootstock. Masing-masing klon dibuat 30 okulasi sebagai 1 unit dengan ulangan 2 kali, kegiatan okulasi dilakukan 2 kali yaitu bulan Juli dan September. Sifat yang diukur adalah tinggi tunas hasil okulasi, diameter tunas hasil okulasi, jumlah daun hasil okulasi dan persentase hidup okulasi. Pelaksanaan okulasi Jati dilakukan di persemaian BBPBPTH Purwobinangun Sleman Yogyakarta pada bulan Juli dan September 2012.
B. Analisis Data
Data hasil pengukuran tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup dianalisis dengan analisis varians. Model matematis yang digunakan adalah : Keterangan : = I Yijk = µ = = Ki = Wj Kwij = = İƋ k
Yijk
= µ + Ki + Wj + KWij + İƋk
1,2,... t dan j= 1,2,...r Pengamatan pada klon ke i dan waktu ke j dan ulangan ke k Rerata umum Pengaruh klon ke i Pengaruh waktu ke j Pengaruh interaksi klon ke i dan waktu ke j Random error pada klon ke i dan waktu ke j pada ulangan ke k.
Dari analisis varians bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Analisis varian pengaruh klon dan waktu okulasi terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup okulasi umur 2 bulan. Sumber variasi Klon Waktu Waktu x Klon Sisa
Derajat Bebas 9 1 9 20
Tinggi 36,9196ns 556,516** 42,9548ns 20,5805
Keterangan : ** berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 * berbeda nyata pada taraf 0,05
Kuadrat Tengah Diameter Jumlah daun 0,488917* 0,8212ns 7,656250** 6,8890** 0,196250ns 0,4957ns 0,197250 0,8785
Persentase hidup 393,841** 489,510** 55,5933ns 53,3805
105
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 103 - 108
Tabel 2. Rata-rata tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup hasil okulasi Jati dari Watusipat dan Wonogiri pada bulan Juli dan September pada klon yang berbeda dan Uji Duncannya. Kode klon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Klon 1 (Watusipat) 3 (Watusipat) 13 (Watusipat) 18 (Watusipat) 34 (Watusipat) 6 (Wonogiri) 7 (Wonogiri) 11 (Wonogiri) 12 (Wonogiri) 18 (Wonogiri)
Tinggi (cm) 19,450 AB 22,575 A 18,050 AB 16,925 AB 16,800 AB 16,675 AB 12,850 B 12,300 B 15,100 AB 18,375 AB
Diameter (mm) 4,775 ABC 5,250 AB 4,950 ABC 4,575 BC 4,500 C 5,450 A 4,875 ABC 4,425 C 4,975 ABC 5,300 AB
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata.
Jumlah Persen hidup daun (%) 7,250 A 80,0 A 7,375 A 84,2 A 6,750 A 83,3 A 6,050 A 79,2 A 6,750 A 71,8 A 6,825 A 69,2 A 7,250 A 32,3 B 7,200 A 70,0 A 6,725 A 75,0 A 6,175 A 83,3 A
Tabel 3.Rata-rata pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup hasil okulasi Jati dari Watusipat dan Wonogiri pada bulan Juli dan September pada waktu yang berbeda dan Uji Duncannya. Kode waktu 1 2
Waktu okulasi Juli September
Tinggi (cm) 13,2 B 20,6 A
Diameter (mm) 4,5 B 5,3 A
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata.
Jumlah Persen hidup daun (%) 6,4 B 67,9 B 7,3 A 77,7 A
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh waktu pembuatan okulasi berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tunas hasil okulasi Jati. Pembuatan okulasi lebih baik pada bulan September dibanding pada bulan Juli (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena pada bulan Juli tunas dorman masih belum untuk dilakukan okulasi. Mata tunas masih ada yang dorman. Berbeda halnya dengan tunas yang diambil pada bulan September, mata tunas sudah sewaktunya untuk diambil dan dilakukan okulasi, sehingga keberhasilannya lebih tinggi. Pengaruh klon tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah daun, demikian pula interaksi antara klon dan waktu tidak menunjukkan beda nyata terhadap 4 sifat yang diukur. Demikian pula hasil penelitian Okulasi Jati yang dilakukan oleh Mahfudz , (2006) menunjukkkan hasil yang sama. Walaupun demikian bila dilihat secara rinci di DMRTnya maka terlihat bahwa kode klon 2 (Watusipat 3) dengan tinggi tunas 22,58cm berbeda dengan kode klon 7 (Wonogiri 7) dengan tinggi 12,85cm dan kode klon 8 (Wonogiri 11) dengan tinggi tunas 12,30cm (Tabel 2) Besar diameter tunas hasil okulasi dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter tunas hasil okulasi berbeda sangat nyata dipengaruhi oleh waktu. Waktu terbaik untuk melakukan okulasi adalah pada waktu bulan acceptable
et. al.
106
Pengaruh Klon dan Waktu Okulasi Terhadap Pertumbuhan dan Persentase Hidup Okulasi Jati ( ) Tectona grandis
Sugeng Pudjiono dan Hamdan Adma Adinugraha
September (5,3 mm) dibanding bulan Juli (4,5 mm) (Tabel 3). Pengaruh klon terhadap besar diameter tunas menunjukkan beda nyata, kode klon 6 berbeda dengan kode klon 4, 5 dan 8 (Tabel 2). Demikian pula kode klon 6,10 dan 2 berbeda dengan kode klon 5 dan 8 (Tabel 2). Tidak terdapat beda nyata terhadap interaksi antar waktu dan klon. Menurut Carlson dalam Mahfudz, ., 2001 menyatakan bahwa perbedaan klon suatu tanaman akan menghasilkan derajat pertumbuhan yang berbeda dalam sambungan. Terbentuknya kalus parenkim pada bidang sambungan berarti terjadinya pautan secara vaskuler antar scion dan rootstock, hal ini berpengaruh terhadap besarnya diameter. Pengaruh waktu okulasi ini juga menunjukkan beda yang sangat nyata untuk pertumbuhan jumlah daun maupun persentase keberhasilan hidup okulasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 pengaruh waktu menunjukkan hasil berbeda yang sangat nyata. Aktivitas okulasi yang terbaik untuk jumlah daun dan persentase hidup okulasi tertinggi yang dilakukan pada bulan September dibanding yang dilakukan pada bulan Juli. Persentase hidup okulasi kode klon 7 menghasilkan keberhasilan yang paling rendah yaitu 32,3% berbeda dengan kode-kode klon lainnya. Keberhasilan yang tertinggi adalah kode klon 2 (Watusipat 3) sebesar 84,2%. Berhasil tidaknya suatu penyambungan tanaman tergantung pada terbentuknya graft union atau penyatuan antara batang bawah dengan mata tunas (Kurniawan, 2012). Bila dibandingkan persentase hidup Jati okulasi dari Watusipat yang dilakukan pada bulan Juli dan bulan September menunjukkan hasil kegiatan yang dilakukan bulan September lebih baik dari bulan Juli. Pada bulan Juli persentase hidup rata-rata 67,9% sedangkan pada bulan September rata-rata 77,7% (Tabel 3). Dari fenomena tersebut kemungkinan bahwa mata tunas yang diambil pada bulan September lebih baik daripada yang diambil bulan Juli. Pada bulan Juli keadaan lingkungan masih sangat kering jadi kondisi mata tunas belum muncul, sedangkan pada bulan September mata tunas mulai aktif tetapi belum pecah. Jadi kondisi mata tunas yang diambil pada bulan September lebih baik untuk dijadikan materi sebagai scion untuk kegiatan okulasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Santoso , (2006) bahwa keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh materi okulasi dan kondisi lingkungan. et. al
et. al.
IV. KESIMPULAN 1. Klon berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter dan persentase hidup secara nyata. Klon yang terbesar pertumbuhan diamaternya adalah klon 6 dari Wonogiri dan klon terbesar persentase hidup hasil okulasinya klon 18 dari Wonogiri.
107
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 103 - 108
2. Waktu pembuatan okulasi berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, jumlah daun dan persentase hidup okulasi. Waktu terbaik untuk okulasi adalah bulan September dari pada Juli. 3. Tidak ada interaksi antara klon dan waktu okulasi.
V. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Saudara Susanto dan Maman Sulaeman atas bantuannya dalam hal pengambilan mata tunas Jati. Serta kepada Suwandi, S.Hut atas entri data penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Baskorowati, L. 2012. Pengembangan Klon dan Hibridisasi dalam Bunga Rampai Status Penelitian Pemuliaan Tanaman Hutan. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. 2012. Yogyakarta. Kurniawan, E. 2012. Teknik Okulasi Jati. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. www.balithut makassar.org Diakses tanggal 9 Juli 2013. Mahfudz., H. Moko. dan A. Ajarul. 2006. Pengaruh Sumber Scion Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Asal Grafting. Prosiding Pertemuan Forum Komunikasi Jati V. Dengan Tema: Sertifikasi Benih Untuk mendukung Pembangunan Hutan Rakyat dan Hutan Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Yogyakarta. Mahfudz., M. Na’iem, H. Moko dan H.A. Adinugraha. 2001. Pengaruh Klon Untuk Scion Posisi Okulasi Dan Ukuran Sungkup Terhadap Keberhasilan Okulasi Pada Jati ( ). Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon. Vol.5. Vol 2. 2001. Rukmini, N. 2011. Sertifikasi Sumber Benih-Mekanisme, Target dan Rancangan Sumber Benih. Workshop Pembangunan Sumber Benih. UPT Lingkup Badan Litbang Kehutanan, 30 Juni-1 Juli 2011. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Santoso, B., B.W. Wardani. 2006. Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.2 No.3. Juni 2006. Hal 165-173. Tectona grandis
108