*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS X REKAYASA PERANGKAT LUNAK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO.
Relin Amir, Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd*, Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc **
Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan
ABSTRAK Relin Amir (Relin) 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Skripsi Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan Fakultas Ilmu Sosial Unversitas Negeri Gorontalo, di bawah bimbingan Drs. Revoltje O.W Kaunang M.Pd dan Asmun W Wantu, S.Pd. M.Sc Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pendapat pada Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo. dengan manfaat bagi siswa untuk meningkatkan motivasi belajar, bagi guru bermanfaat membiasakan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap hasil belajar siswa terutama mata pelajaran permasalahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan bagi lembaga sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan kompetensi guru terutama kompetensi profesional guru dama pembelajaran.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Problem Based Learning
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
2
Hasil Penelitian menujukkan bahwa dalam penerapan model pembelajaran problem based learning Pada Siklus I, telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X RPL 1 SMK Kompetensi hasil belajar siswa sebagaimana yang digariskan dalam kurikulum merupakan harapan akhir dari setiap pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kelas. Pencapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai faktor di antaranya ketersediaan sumber belajar yang cukup, motivasi siswa dalam pembelajaran serta cara guru dalam menyajikan proses pembelajaran itu sendiri. Cara yang dilakukan guru dalam menyajikan pembelajaran sangat penting karena berkenaan dengan proses kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam belajar yang sangat berdampak pada keberhasilan siswa. Artinya jika dalam proses kegiatan pembelajaran tidak optimal maka siswa tidak akan melakukan kegiatan yang optimal pula yang pada akhirnya berdampak pada ketuntasan hasil belajar tidak sesuai yang diharapkan. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru diharapkan dapat memahami model pembelajaran yang akan digunakan. Penggunaan model pemnbelajaran diharapkan pula mempertibangkan berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran di antaranya kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik siswa serta kesesuaian model pembelajaran dengan situasi dan kondisi kelas. Model pembelajaran merupakan serangkaian skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dalam kelas. Kemampuan guru dalam memilih dan
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
3
menetapkan model pembelajaran seyogiyanya dibarengi pula dengan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Dengan demikian dalam penerapan model pembelajaran diharapkan guru dalam memahami langkahlangkah penggunaan model pembelajaran. Jika model pembelajaran yang digunakan guru dapat dipahami dan direalisasikan dengan baik dalam kelas, maka akibatnya siswa akan termotivasi dalam belajar, serta akan terlibat langsung dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru. Hal ini kemudian berdampak positif pada tercapainya hasil belajar siswa sesuai kompetensi siswa yang diharapkan pada kurikulum setiap mata pelajaran. Kenyataan
yang
dihadapi
pada
proses
pembelajaran
Penddikan
Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo, berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan peneliti terungkap bahwa
dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran guru PKn belum menerapkan model pembelajaran dengan optimal. Model pembelajaran yang digunakan masih bersifat kovensional artinya masih menggunakan
model
pembelajaran
umum
seperti
menjelaskan
materi
pembelajaran dengan panjang lebar dan kemudian memberikan tugas pada siswa mencatat bahan sampai habis dan pada akhir pelajaran gueu memeriksa catatan siswa. Model pembelajaran yang dilaksanakan guru di atas berakibat pula pada rendahnya
motivasi
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran
Penddikan
Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak 1 Sekolah Menengah
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
4
Kejuruan
Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Hal ini tampak pada
sebagian siswa tidak perhatian terhadap penjelasan guru, ada siswa yang ribut bahkan sebagian lagi keluar masuk kelas hanya dengan izin mengangkat tangan saja. Sebagian lagi hanya sekedar mencatat tugas-tugas mata pelajaran lain tanpa diketahui guru. Kegiatan pembelajaran di atas berakibat pada proses pembelajaran tidak berlangsung secara maksimal. Siswa tidak memiliki kemampuan mengeluarkan pendapat terhadap materi yang diberikan guru. Hal ini diakibatkan oleh model pembelajaran guru tidak memancing kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Data yang dihimpun menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo hanya 11 orang atau 46% yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat, sedangkan sisanya 13 atau 54% orang tidak memiliki kemampuan mengemukakan pendapat. Indikator-indikator yang dijadikan peneliti dalam mengukur kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat yaitu: 1) kemampuan mengajukan pertanyaan 2) kemampuan menjawab pertanyaan dan 3) kemampuan mengajukan ide dan gagasan. Berdasarkan indikator-indikator
tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan mengeluarkan pendapat di Kelaas X RPL 1 SMK Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo sangat rendah. Dalam upaya mecahkan permsalahan rendahnya kemamapuan siswa dalam mengemukakan pendapat sesuai indikator tersebut, peneliti berkoordinasi dengan Guru Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
5
Perangkat Lunak 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyamaan Kabupaten Boalemo untuk melakukan kegiatan refleksi untuk mengetahui penyebab utama masalah yang sedang dihadapi.di kelas tersebut. Hasil refeksi disimpulkan kelemahan dalam pembelajaran tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang belum optimal. Sebagai pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2
Paguyaman Kabupaten Boalemo ditawarkan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Mukhtar dan Martinis (2007:32) model pembelajaran Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif memecahkan masalah sesuai permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan formulasi judul sebagai berikut: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2
Paguyaman Kabupaten Boalemo. a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2009:22) bahwa “model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode dan prosedur” Berdasarkan pendapat tersebut tampak bahwa makna dan definisi model pembelajaran mencakup seluruh cara
yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sejak membuka
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
6
pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran. Model pembelajaran mencakup keseluruhan aktifitas guru maupun aktifitas yang dilakukan siswa di kelas. .
Rusman
merupakan
pola
(2012:133) umum
menjelasakan
perilaku
pembelajaran yang diharapkan.
bahwa
pembelajaran
model
untuk
pembelajaran
mencapai
tujuan
Pola umum yang dimaksud dalam teori ini
mengandung makna bahwa dalam penerapan model pembelajaran mencakup kemampuan guru dalam melaksanan skenario pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam setiap pertemuan pembelajaran. Arends (dalam Trianto, 2009:22) menjelaskan bahwa model penggunaan model pembelajaran di kelas mengarah pada suatu pendekatan tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya dan sistim pengelolannya.
Berdasarkan
penjelasan tersebut tampak bahwa seluruh pendekatan yang digunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam kegiatan proses pembelajaran. b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Dalam Panduan Kurikulum 2013 (Anonim, 248:2013) di kemukakan bahwa model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan scientifik terdiri atas; 1) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Projeck Basis Learning), 2) Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan 3) Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Rusman (2012:136-142) mengklasifikasi model pembelajaran terdiri atas model pembelajaran interaksi sosial, proses informasi, personal dan modifikasi tingkah laku. Rusman (2012:187-241) mengemukakan pula jenis-jenis mmodel *Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
7
pembelajaran yaitu model pembelajaran kontesktul, Model Pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran tematik, model pembelajaran berbasis komputer, model pembelajaran PAKEM, model pembelajaran mandiri, model pembelajaran berbasis Web (e learning). C. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Dalam Panduan Kurikulum Tahun 2013 (Anonim, 279:2013)
Model
Pembelajaran Problem Based Learning atau disebut pula model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting dan membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiki kecakapan berpartisfasi dalam tim. Dijelaskan pula bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Permasalahan yang disajikan guru memuat kajian tentang materi 2) Permasalahan yang disajikan guru merupakan penjajakan pemahaman siswa 3) Permasalahan sebagai contoh pengetahuan sikap maupun perilaku 4) Permasalahan sebagai bagian dari proses kegiatan pembelajaran Permasalahan yang sesuai dengan kajian materi dapat dilihat dari hubungan antara tujuan pembelajaran dengan masalah yang diajukan oleh guru. Oleh karena itu panduan utama dalam menyajikan masalah kepada siswa berpedoman pada tujuan pembelajaran serta karakteriktik materi yang diajarkan pada siswa pada pertemuan itu. Berdasarkan masalah tersebut siswa akan menjajaki isi materi dan kemudian memahami secara optimal. Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memfokuskan pada kegiatan siswa dalam *Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
8
menjajaki dan mahami permasalahan yang ada kemudian dapat memecahkan permasalahan baik secara individu maupun secara kelompok sesuai dengan permasalan yang diberikan guru. Pemecahan permasalahan dapat dilakukan baik secara lisan dalam bentuk mengemukakan pendapat maupun secara tertulis untuk dipresentasikan di depan kelas. Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah umum sebagai pedoman guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut. Langkahlangkah model pembelajaran biasanya terintegrasi pada skenario pembelajaran pada RPP yang telah disusun oleh guru pada setiap pertemuan. Dalam Panduan Kurikulum 2013 (Anonim, 283:2013) disebutkan langkah-langkah umum model pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: 1) Guru memfasilitasi siswa dengan penjelasan konsep dasar, petunjuk maupun referensi materi. 2) Guru menyajikan permasalahan serta skenario langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan siswa. 3) Siswa secara individu maupun kelompok mencari informasi melalui referensi dan sumner lain untuk meemcahkan masalah. 4) Siswa secara individu maupun kelompok berdiskusi dan kemuidan melaporkan hasil diskusi dalam bentuk presentasi. 5) Guru melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa dengan menggunakan format penilaian.
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
9
METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu SMA Negeri Paguyaman. Prosedur Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahap : (1). Tahap Persiapan, (2). Tahap Pelaksanaan tindakan, (3). Tahap pengamatan dan evaluasi, dan (4). Tahap analisis dan reflesi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal penelitian. Penelitian ini telah berlangsung selama 2 siklus dan masing-masing siklus 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 90 menit. Kegiatan diawali dengan observasi awal untuk mengetahui rendahnya kemampuan siswa Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo dalam mengemukakan
pendapat. Pada kegiatan observasi awal peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Secara umum hasil belajar yang telah dilaksanakan guru telah berlangsung dengan baik tetapi kekurangan guru terletak pada penggunaan model pembelajaran.
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
10
a. Tahap Perencanaan Siklus I Pertemuan 1 Pada tahap ini peneliti bersama Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boalemo melakukan berbagai persiapan. Tabel 2 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru (Siklus I) No
Aspek
Baik
1
Membuka pembelajaran
√
2
Menyampaikan apersepsi
√
3
Menyampaikan tujuan pembelajaran
√
4
Memberikan motivasi
5
Membagi kelompok dan LKS
6 7
Membimbing Diskusi Mengarahkan presentasi
8
Membimbing siswa tanya jawab
9
Membimbing siswa menyimpulkan
√
10
Menutup pembelajaran
√
Jumlah Aspek Persentasi
Kriteria Cukup
Kurang
√ √ √ √ √
7 70%
2 20%
1 10%
Pada tabel di atas tampak bahwa hasil pengamatan kegiatan guru dalam proses peembelajaran Siklus I kriteria “Baik” sebanyak 7 aspek atau 70%, kriteria “Cukup” sebanyak 2 aspek atau 20% sedangkan pada kriteria “Kurang” sebanyak 1 aspek atau 10%. Kegiatan guru tersebut berpengaruh pula pada kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Deskripsi yang dijadikan pengukuran kriteria terhadap kegiatan guru sebagai berikut:
1) Membuka pembelajaran Baik
: Memberi salam, membimbing doa dan mengabsen siswa
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
11
Cukup
: Memberi salam, membimbing doa dan tidak mengabsen siswa
Kurang
: Memberi salam, tidak membimbing doa dan tidak mengabsen
2) Melakukan Apersepsi Baik
: Apesepsi dikaitkan dengan materi sebelumnya dan pengalaman empiris siswa.
Cukup
: Apesepsi dikaitkan dengan materi sebelumnya tetapi tida ada kaitan dengan pengalaman empiris siswa.
Baik
: Apesepsi tidak dikaitkan dengan materi sebelumnya dan pengalaman empiris siswa.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran Baik
: Menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran secara lengkap
Cukup
: Menyampaikan tujuan tetapi tidak menjelaskan tujuan pembelajaran secara lengkap
Kurang
: Tidak menyampaikan dan tidak menjelaskan tujuan pembelajaran
4) Memberikan Motivasi pada Siswa Baik
: Memberikan motivasi verbal dan non verbal dengan baik
Baik
: Memberikan motivasi verbal dan mengesamoingkan motivasi non verbal
Baik
: Tidak memberikan motivasi baik secara verbal dan muapun non verbal dengan baik
5) Membagi Kelompok Baik
: Membagi siswa secara heterogen dan kemampuan beragam
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
12
Cukup
: Membagi siswa tidak secara heterogen dan kemampuan beragam
Baik
: Membagi siswa tidak secara heterogen dan kemampuan tidak beragam
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1 Tahap pelaksanaan tindakan untuk Siklus I Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Maret 2014. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah Pengertian Hak Asasi Manusia. Adapun kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit) Kegiatan dillaksanakan dengan cara membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan memanggil salah seorang siswa memimpin doa di depan kelas. Selanjunya guru memberikan apersepsi dengan menanyakan contoh-contoh kasus yang dialami di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat yang berhubungan dengan hak asasi manusia, menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (70 menit) Kegiatan ini diawali dengan membagi siswa menjadi 5 kelompok dan menayangkan power point materi melalui LCD. Selanjunya guru membagikan LKS yang berisi masalah yang harus didiskusikan secara kelompok. Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok secara bergiliran melakukan presentasi di depan kelas di tanggapi oleh kelompok. Setiap kelompok mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dan mengajukan ide dan gagasan terhadap presentasi kelompok sambil diamati
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
13
guru melalui lembar pengamatan. Selanjutnya guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan evaluasi secara lisan menguji kemampuan siswa mengemukakan pendapat. 3) Kegiatan Penutup (10 menit) Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa menyimpulkan materi, memberikan teks evaluasi berupa soal-soal lisan dan kemudian menutup pembelajaran dengan menugaskan siswa ke depan membimbing doa sesuadah belajar.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembeajaran Problem Based Learning yang digunakan guru pada proses pembelajaran telah terbukti meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Rekayasa Perangkat Lunak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Boelemo. Berdasarkan
pengalaman
selama
penelitian,
penggunaaan
model
pembelajaran Problem Based Learning memerlukan arahan dan bimbingan yang optimal dari guru terutama dalam membimbing kelompok memecahkan masalah yang dihadapi sesuai dengan tugas yang diberikan guru. Pada pembelajaran ini guru bersikap sebagai seorang fasilitator yang mampu mengakomodir siswa sejak awal pembelajaran sampai kegiatan penutup. Hasil penelitian Siklus I Pertemuan 1 menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengemukakan pendapat diperoleh rata-rata 18 orang atau 75%. Pada *Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
14
Siklus II, hasil refleksi hasil kemampuan siswa mengemukakan pendapat telah diperoleh rata-rata 20 orang atau 83%. Hasil tersebut telah sesuai dengan indikator peningkatan
kemampuan
mengemukakan pendapat penelitian yaitu minimal
siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat 20 orang atau 83% sehingga penelitian ini telah berhasil. Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas peneliti memberikan saran bagi beberapa pihak yaitu bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah. Bagi siswa disarankan dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga berdampak pada keberhasilan belajar. Bagi guru disarankan pula dapat menggunakan model penelitian ini untuk mengembangkan
wawasan
dan
pikiran
terutama
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Bagi sekolah disarankan menggunakan hasil penelitian ini sebagai masukan dalam perencanaan program-program kinerja, khususnya dalam meningkatkan output lulusan serta pengembangan kurikulum pembelajaran.
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
15
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yokyakarta: Aditiya Media Anonim. 2010. Petunjuk dan Teknik Penulisam Karya Ilmiah. Gorontalo : UNG Anonim. 2013. Panduan Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas Chourmain, Imam. 2008. Acuan Normatif Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi. Jakarta:Al-Haramain Publishing House Mukhtar dan Martinis Yamin. 2007. Sepuluh Metode Pembelajaran di Kelas. Jakarta:Press Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung:Raja Grafindo Persada Satori, Djaman dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka Suprayekti. 2005. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta:Depdiknas Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PKn Jakarta:Bumi Aksara Trianto. 2009. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Untari. 2006. Pendekatan dan Model Pembelajaran Jakarta : Kencana Prenada Media Group Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Http. Model Pembelajaran (Diakses, 01 Desember 2013)
*Relin Amir, Nim: 221410171, ** Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd *** Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc, Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, prodi Pkn, fakultas ilmu sosial
16