*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 1
Meningkatkan Kreativitas Belajar Sis wa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Pembelajaran Learning Start With A Question di Kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman Kab. Boale mo Rahayu Ningrum, As mun W. Wantu*, Rasyid Yunus**
ABSTRAK Rumusan masalah dalam peneitian ini adalah “Apakah dengan mengunakan Metode Pembelajaran Learning Start With A Question dapat Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman”?. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa melalui Metode Pembelajaran Learning Start With A Question pada pelajaran PKn di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model diskusi dan ceramah dengan metode Learning Start With A Question. Pengambilan data diambil dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa dan guru, serta evaluasi atas materi yang diajarkan pada setiap pertemuan. Kemudian data dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berdasarkan analisis data maka dapat diketahui terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yakni; yakni pada siklus I pertemuan ke II rata-rata hasil belajar siswa diperoleh yakni 65 % belum mencapai hasil belajar baik, sehingga dilanjutkan siklus berikutnya dan pelaksanaan siklus II pertemuan I jumlah tersebut terus meningkat menjadi 85%. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Learning Start With A Question dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman.
Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa dan Metode Learning Start With A Question
*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 2
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas, oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai, sebab hakikat dari manusia itu sendiri selalu berkembang dan mengikuti dinamika kehidupan (Pidarta, 2009:86). Kreativitas sangat penting dikarenakan, ketika seseorang menemukan kreativitasnya, mereka cenderung menjadi mandiri, percaya diri, berani mengambil resiko, berenergi tinggi, antusias, spontan, suka berpetualang, cermat, selalu ingin tahu, humoris, dan polos seperti anak-anak. Walaupun mengenali sifat-sifat yang mendorong kreativitas merupakan hal yang penting, lebih penting lagi mengingat bahwa kita semua terlahir dengan kemampuan mencipta. Dalam memahami proses kreativitas dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif kita,karena kreativitas merupakan syarat dari berpikir kreatif (Mulyadi, 2008:60) Metode pembelajaran perlu menekankan ketrampilan memproses agar peserta didik mampu menemukan, membangun dan mengembangkan pengetahuan maupun kemampuan yanng dimiliki. Agar anak semakin muncul kemampuan kreativitasnya, orang tua perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat menumbuhkan kemampuan kreativitasnya. Kreativitas seorang anak bisa muncul jika terus diasah sejak dini (Munandar, 2009:78) Seorang guru sebagai pendidik perlu memiliki berbagai metodologi mengajar, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar guru. Jika cara mengajar guru baik maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik maupun gaya hidupnya (Gunawan, 2006:29). Pokok pemikiran yang dikemukakan tersebut tidak dapat terwujud dalam kegiatan pembelajaran apabila masih menempatkan siswa sebagai objek belajar. Siswa sebagai objek belajar membuat kegiatan pembelajaran menjadi kegiatan yang membosankan karena pembelajaran berlangsung searah yaitu dari guru kepada siswa. Kegiatan belajar mengajar yang menempatkan siswa sebagai objek belajar harus diubah dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Siswa sebagai subjek belajar harus diaplikasikan pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (Sukadi, 2006: 57)
*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 3
Metoda adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan (Djamarah, 2009:32). Dewasa ini aktivitas guru yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran juga sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas, Sagala dan Subana (2008: 202). Kegiatan pendidikan berupa proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya masih menggunakan metode teacher centre (berpusat pada guru), bukan student centre (berpusat pada siswa). Menurut Sudjana (2011:7), pembelajaran metode teacher centre ini, siswa atau anak didik dianggap sebagai objek, bukan sebagai subjek. Siswa hanya menerima (pasif) apa yang diberikan oleh guru, sebaliknya peranan guru sangat dominan. Jika berpusat pada guru, gurulah yang menguasai dan mendominasi proses pembelajaran. Biasanya pembelajaran metode ini dipakai metode ceramah. Dalam hal ini umumnya siswa pasif dan hanya sebagai pendengar. Metode yang digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang variatif inilah siswa akan lebih bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Faktor lainnya yang merupakan masalah dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih terikat pada buku paket, penggunaan media pembelajaran yang belum optimal, belum maksimalnya lingkungan sekolah digunakan sebagai sumber sarana pembelajaran dan kurangnya pengusaaan serta pemahaman metodologi pembelajaran (Pramudya, 2009:70). Dari penjelasan di atas, menyadarkan kita bahwa kondisi-kondisi tersebutlah yang merupakan penyebab kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara-negara lain termasuk oleh negara-negara tetangga. Akhirnya dampak kurang baik yang sering kita saksikan dan alami adalah rendahnya aktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa yang berakibat pada rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa, dalam hal ini terutama dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang lebih banyak materinya berupa hapalan (Pramudya, 2009:98) Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan di kelas VIII 1 SMP Negeri 1 Paguyaman menunjukkan bahwa kreativitas belajar siswa belum optimal seperti yang telah ditentukan dalam ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 4
(KKM) sebesar 75, di mana dari 20 orang jumlah siswa hanya 7 orang siswa atau 35% yang memperoleh kreativitas belajar dengan baik sedangkan 13 orang siswa atau 65% memperoleh kreativitas belajar yang kurang atau belum tuntas di mana ketentuan belajar siswa dapat diperoleh apabila mencapai KKM. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan belajar mengajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, siswa kurang memahami materi Pendidikan Kewarganengaraan yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian ilmiah dengan judul: “Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Metode Pembelajaran Learning Start With A Question di Kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman Kab. Boale mo”. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang berhasil peneliti identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, 2. Siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, 3. Kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, 4. Sebagian besar siswa juga belum memiliki keberanian untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dan berbicara di depan kelas, 5. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru, 6. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi, 7. kreativitas yang dimiliki siswa masih rendah, dan 8. Mereka kurang serius dalam memfokuskan diri mengikuti materi pembelajaran PKn. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan mengunakan Metode Pembelajaran Learning Start With A Question dapat Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman”? Pemecahan Masalah Sesuai dengan yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) akan diatasi *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 5
dengan menggunakan Metode Pembelajaran Learning Start With A Question di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman. Metode ini diharapkan akan memotivasi siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran sebab metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengeksplorasi, mengenali, sampai dengan menerapkan konsep yang dipelajari sehingga akan tampak tingkat kreativitas siswa dan pada akhirnya akan berkontribusi pada pretasi belajar mereka. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa melalui Metode Pembelajaran Learning Start With A Question pada pelajaran PKn di di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman. Manfaat Penelitian. Prestasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya untuk meningkatkan kreativita belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman. Adapun untuk mengetahui secara detail manfaat penelitian tersebut adalah: 1. Bagi Sekolah Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan Metode Pembelajaran Learning Start With A Question pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang lebih baik sehingga merasa aman dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi Guru Penggunaan Metode Pembelajaran Learning Start With A Question pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kreativiats, kekreatifan bagi siswa dan juga peningkatan kreativitas siswa akan terbentuk proses pembelajaran yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang diharapkan. 3. Bagi Siswa Memberikan pengetahuan, kreativitas, dorongan serta solusi untuk belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap mempelajari materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa terfokus pada pelajaran yang diajarkan oleh guru. 4. Bagi Peneliti. Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaam Metode Pembelajaran Learning Start With A Question pada pelajaran Pendidikan *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 6
Kewarganegaraan (PKn) di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. KAJIAN TEORITIS Pengertian Belajar Proses perkembangan manusia tersebut diharapkan terjadi suatu perubahan yang dapat berguna bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Perubahan itu tidak bisa terjadi secara cepat tetapi perlu adanya proses belajar, sesuai dengan pendapat Syaifullah (2006:150) bahwa belajar adalah Suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Proses belajar terjadi setahap demi setahap sehingga perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang lama dan menjadi suatu kematangan pada manusia tersebut. Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono 2009:20) mengungkapkan bahwa belajar di definisikan sebagai Suatu proses dimana suatu organism berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Kegiatan belajar memiliki tiga ciri, yaitu : a. Belajar adalah perubahan tingkah laku. b. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan. c. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada dalam waktu yang cukup lama. Dari uraian yang mengacu pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang melibatkan jiwa dan raga sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap yang dilakukan oleh seorang individu melalui latihan dan pengalaman dalam interaksinya. Dengan kata lain dikatakan bahwa pengertian belajar bahwa belajar merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Pengertian Kreativitas Belajar Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu ketrampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif. Menurut Mulyadi (2008:109), kreativitas merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa untuk mencapai prestasi belajar. Kreativitas Menurut Munandar (2009:25) kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan baru yang dapat *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 7
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas seseorang dapat dilihat dari tingkah laku atau kegiatannya yang kreatif. Menurut Slameto (2008:146). Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah potensi daya kreatif yang dimiliki individu sebagai bentuk pemikirandalam menemukan hubungan antara unsur yang sudah ada atau cara baru dalam menghadapi masalah yang datang dari diri sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi. Dengan kata lain bahwa Kreativitas belajar adalah sebuah cara mengapresiasikan diri kita terhadap suatu masalah, dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas dan merupakan hasil dari sebuah pemikiran yang kita peroleh dalam menemukan sesuatu yang baru, sesuai bakat yang dimiliki melalui proses berfikir yang kreatif. Menurut Munandar (2009:71) mengemukakan bahwa kepribadian Siswa yang kreatif memiliki indikator sebagai berikut yaitu: 1) Siswa lebih berani mengajukan pertanyaan Kegiatan ini akan muncul pada saat siswa menjumpai hal yang belum dimengerti, baik pada saat mengerjakan LKS yang didiskusikan siswa dengan kelompoknya maupun dalam menjawab lembar soal yang diberikan guru. 2) Aktif dalam mengerjakan tugas, Kegiatan ini muncul pada saat siswa mendiskusikan LKS, dalam kegiatan ini akan terlihat siswa yang aktif berdiskusi untuk mengerjakan LKS atau tidak. Selain itu kegiatan ini juga muncul pada saat siswa mengerjakan soal. 3) Menyatakan pendapat Kegiatan ini muncul pada saat siswa saling berdiskusi dan menyatakan pendapat dalam mencari penyelesaian permasalahan yang diberikan guru berupa LKS, selain itu menyatakan pendapat akan muncul pada saat siswa selesai mengerjakan LKS. 4) Memiliki kemampuan
untuk
menciptakan gagasan terhadap suatu
masalah. Kegiatan ini muncul bagaimana siswa dapat memunculkan gagasannya dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS. 5) Memiliki alternatif dalam menyelesaikan masalah *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 8
Kegiatan ini muncul pada saat siswa berdiskusi menjawab pertanyaan dari soal-soal tersebut, disini akan terlihat siswa yang memiliki alternatif dalam menyelesaikan permasalahan. Dengan memperhatikan berbagai pendapat di atas,
maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kreativitas adalah kemampuan menyampaikan gagasan, melakukan aktivitas, mengubah pola pikir, pemecahan masalah atau mengembangkan konsep baru dengan cara-cara tidak konvensional, atau dapat dilakukan tidak hanya terfokus pada satu cara saja. Oleh karena itu, dapat disebutkan aspek-aspek kreativitas. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Djamarah dan Zain (2007:59), metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. menggunakan
metode
mengajar
sudah barang
tentu
guru
yang
Dalam tidak
menggunakan metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebaik-baiknya. Hal penting dalam metode ialah, bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi dan langkah- langkah pelaksanaan metode mengajar. Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat memahami secara optimal materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami keduduka n metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. (http://elearningpendidikan.com/pengertian- metode- mengajar.html) Januari 2014).
diakses
(7
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara atau alat yang digunakan untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dengan menggunakan metode secara akurat diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru harus melakukan pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan sehingga memungkinkan kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien. Pengertian Metode Pembelajaran Learning Start with A Question. *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 9
Menurut Zaini (2008:79) menyatakan bahwa, belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika siswa itu aktif dan terus bertanya daripada hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu cara untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat siswa bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Metode Learning Start With A Question Menurut Ismail secara bahasa metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “methodhos” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Sedangkan metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan, yang didasarkan pada pendekatan tertentu. Jadi metode pembelajaran adalah caracara yang dilakukan dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran antara lain: 1) Tujuan yang hendak dicapai. Dengan melihat tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, guru akan mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan guru akan dapat mempersiapkan alat-alat apa yang akan dipakainya serta metode yang tepat yang akan digunakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 2) Siswa Penggunaan suatu metode pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan perkembangan serta kepribadian para siswa. Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga membuat siswa terlibat secara fisik dan psikis. 3) Bahan pelajaran Setiap bahan pelajaran mempunyai sifat masing- masing, seperti mudah, sedang dan sukar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu sesuai untuk mata pelajaran yang lain. Jadi penggunaan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan pelajaran yang akan diajarkan agar dalam penyampaiannya mudah dipahami siswa. 4) Fasilitas Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode pangajaran yang dipergunakan. Fasilitas ini berfungsi sebagai pendukung dan alat bantu sehingga mempermudah proses pembelajaran. 5) Situasi Situasi hendaknya diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pemilihan metode. Situasi disini berhubungan dengan lingkungan pembelajaran dan kondisi psikologis siswa.
*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 10
6) Guru Latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi bagaimana cara pemilihan metode mengajar yang baik dan tepat. Biasanya guru dalam memilih metode tidak jauh beda dengan apa yang pernah ia terima ketika mereka masih duduk dalam bangku sekolah. Tetapi guru yang berpengalaman akan berupaya untuk menggunakan metode yang bervariasi sehingga akan mengetahui metode mana yang tepat untuk digunakan. 7) Kebaikan dan kelebihan metode tertentu. Ismail, (2008:7). Metode Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran aktif yang dimulai dengan bertanya kemudian guru menjelaskan bahan apa yang ditanyakan siswa. Bertanya dapat dipandang sebagai umpan balik dan keingintahuan siswa. Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Sa‟ud, (2008:170). Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Membaca akan membuat siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan pemahaman akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Menurut Johnson (2009: 175) mengatakan bahwa untuk bisa mengerti, siswa harus mencari makna. Untuk mencari sebuah makna, siswa harus punya kesempatan untuk membentuk dan mengajukan pertanyaan. Kegiatan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, serta dapat mengembangkan ketera mpilan kognitif yaitu yang berhubungan dengan kemampuan berfikir. Proses belajar dengan lebih dahulu mengajukan beberapa pertanyaan dan kemudian menemukan jawabannya akan membawa banyak manfaat, salah satunya adalah membangkitkan antusias siswa untuk mendengarkan penjelasan dari guru. Djamarah, (2008: 85). Selama menyikapi pertanyaan-pertanyaan dari siswa, guru harus dapat membedakan antara pertanyaan yang relevan dengan yang kurang relevan, serta memeriksa apakah seluruh siswa memperoleh manfaat dari jawaban yang ia berikan. Apabila pertanyaan dirasa cukup relevan, hendaknya guru memberi jawaban dengan cara seperti berikut: 1) Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap siswa dan guru mengetahui secara jelas permasalahan apa yang sedang *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 11
dibahas. Selain itu guru perlu memeriksa apakah siswa lain juga mengalami masalah seperti yang dialami oleh penanya. Apabila ternyata banyak siswa mengalami masalah yang sama, guru perlu memberi jawaban secara lebih mendalam. 2) Menjelaskan pertanyaan itu berhubungan dengan bagian mana dari bahan pelajaran, serta menjelaskan pula di mana letak pentingnya pertanyaan itu. Hendaknya guru tidak mengatakan bahwa suatu pertanyaan tidak mempunyai arti apa-apa. Hal itu akan membuat siswa yang bersangkutan tak akan mau bertanya lagi karena ia merasa tidak di hargai. 3) Mendorong siswa agar mereka mau mengajukan pertanyaan balikan, karena dengan pertanyaan dari siswa tersebut guru akan dapat menemukan bagian-bagian penjelasannya yang kurang jelas. Ia akan menemukan masalah yang perlu lebih diperhatikan. 4) Memikirkan terlebih dahulu jawaban yang akan disampaikan. Dengan begitu guru dapat menghindari salah jawab atau menjawab tanpa ada hubungannya dengan pertanyaan. Rooijakkers, (2009: 67-68). Selama proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dapat bermanfaat, seperti: 1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar 2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan 3) Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya 4) Menuntun proses berpikir siswa 5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Marno dan Idris (2009: 116). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Strategi ini dapat menggugah siswa untuk mencapai kunci belajar yaitu bertanya. Melalui Strategi Learning Start with a Question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan), siswa dituntut untuk aktif dalam bertanya, siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. b. Kelebihan metode Learning Start With a Question Kelebihan metode Learning Start With A Question : a) Siswa dituntut berani dan tidak malu b) Siswa akan terpancing untuk berfikir *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 12
c) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar. d) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif e) Metode ini dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa serta dapat meningkatkan minat baca f) Guru dapat mengetahui taraf daya tangkap siswa sehingga pembelajaran dapat diselaraskan dengan kemampuan mereka g) Siswa lebih siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru h) Siswa aktif dalam bertanya Materi dapat diingat lebih lama i) Mendorong tumbuh keberanian siswa mengutarakan pendapat secara terbuka. c. Kekurangan metode Learning Start With a Question Kekurangan metode Learning Start With A Question : 1. Ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya 2. Dalam diskusi secara berkelompok, hanya beberapa orang siswa saja yang bekerja. 3) Siswa yang malas memperhatikan akan bosan jika bahasan dalam pembelajaran tersebut tidak disukai 4) Tidak semua siswa berani mengajukan pertanyaan 5) Siswa yang minat membacanya rendah akan sulit mengikuti pelajaran karena awal pelajaran dimulai dengan membaca. Burahma n, dalam http://aloneeducation.blogspot.com/2009/07/strategi- pembelajaran- lsq- learning.html, diakses 8 Januari 2014. Salah satu cara untuk mencegah kekurangan tersebut yang dapat dilakukan agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Metode ini merupakan cara belajar aktif dengan membuat siswa bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah. “Jika guru menggunakan metode pembelajaran Learning Start With A Question dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa di kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman ”. Indikator Kinerja *Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 13
Adapun indiator kinerja dalam penelitian ini adalah “jika Jumlah siswa yang mampu meningkatkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode pembelajaran Learning Start With A Question mengalami peningkatan dari 20 orang siswa mencapai 75% dari jumlah karakteristik subjek penelitian dinyatakan telah berhasil dan dapat diterima. Hasil penelitian Menunjukkan bahwa dari 13 aspek pengelolaan kegiatan belajar belum tercapai dengan baik dimana terdapat 3 kategori diantaranya baik, cukup dan kurang yang tercapai yaitu aspek yang mencapai kriteria baik sebanyak 2 aspek yaitu Memberikan apersepsi tentang materi yang akan di bahas dan Kartu pertanyaan dikumpul untuk dibagikan kembali secara acak pada siswa dengan presesntase 15,38%, kriteria cukup sebanyak 9 aspek yaitu Menyiapkan siswa menerima pelajaran, Memberikan informasi kompetensi yang ingin dicapai, Menjelaskan kepada siswa mengenai model pembelajaran, Guru membagikan kartu pertanyaan, Siswa menulis pertanyaan dikartu tersebut terkait materi yang diajarkan oleh guru, Siswa menulis jawaban sesuai dengan pertanyaan yang didapatkannya, Guru meminta siswa yang berani membacakan pertanyaan yang didapatkannya dan mengemukakan jawabannya di depan kelas, Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan dan Guru menyimpulkan materi yang diajarkan dengan presentase 69,23% dan kriteria kurang ada 2 aspek yaitu Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan dan Guru memberikan evaluasi secara tulisan dengan presentasi 15,38%. Data ini telah memberikan hal yang belum baik sehingga pelaksanaan kegiatan belajar masih dilanjutkan pada siklus berikutnya. Sebanyak 20 orang, maka tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa yang tuntas belajar atau 65% sedangkan 7 siswa atau 35% yang belum tuntas bahkan target yang hendak dicapai belum melebihi target indikator yang telah ditetapkan yaitu 75% dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya. Sebanyak 20 orang telah mengalami peningkatan dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 17 siswa yang telah tuntas belajarnya atau 85% sedangkan 3 siswa atau 15% yang belum tuntas, tapi kreativitasnya yang dicapai telah melebihi target indikator yang telah ditetapkan yaitu 75% karena pencapaian kreativitas belajar siswa sudah 85% dan ini sudah dapat diterima.
*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 14
Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode Learning Start With A Question dapat meningkatkan Kreativitas belajar siswa di Kelas VIII1 SMP Negeri 1 Paguyaman pada mata pelajaran PKn akan meningkat dan dapat diterima. Berdasarkan pelaksanaan siklus I Pertemuan II ini dengan indikator Kreativitas yang harus dicapai berupa peningkatan belajar siswa pada pembelajaran PKndari jumlah siswa sebanyak 20 orang, maka tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa yang tuntas belajar atau 65% sedangkan 7 siswa atau 35% yang belum tuntas bahkan target yang hendak dicapai belum melebihi target indikator yang telah ditetapkan yaitu 75% dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnyada dan Pada pelaksanaan siklus II pertemuan I Kreativitas yang dicapai berupa peningkatan kreativitas belajar siswa dengan kriteria yang telah ditentukan pada pembelajaran PKn dengsn jumlah siswa sebanyak 20 orang telah mengalami peningkatan dalam mencapai kreativitas tersebut menunjukkan bahwa terdapat 17 siswa yang telah tuntas belajarnya atau 85% sedangkan 3 siswa atau 15% yang belum tuntas, tapi kreativitasnya yang dicapai telah melebihi target indikator ya ng telah ditetapkan yaitu 75% karena pencapaian kreativitas belajar siswa sudah 85% dan ini sudah dapat diterima. Saran Dengan saran hasil dalam penelitian ini meliputi: Hendaknya guru memprogramkan penerapan metode Learning Start With A Question dengan sistematis dan teratur sesuai dengan langkah-langkah yang ada sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik Kreativitas belajar siswa jika sudah optimal harus tetap dipertahankan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud sehingga perbaikan kualitas pendidikan terpenuhi dengan baik. Buat Dinas Pendidikan agar kiranya terus meningkatkan kemampuan akan pelayanan dan pengawasan serta kerja sama dalam ketrampilan mengajar secara dinamis dan interaktif bagi guru- guru sebagai pelakasana kegiatan pemebelajaran di sekolah agar menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai yang diharapkan. Pengamat pendidikan diharapkan dapat meningkatkan memberikan kontribusi dan masukan di sekolah agar kualitas praktek pembelajaran di sekolah dapat meningkat dengan baik sesuai yang diharapkan dalam tujuan pendidikan.
*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 15
DAFTAR PUSTAKA Adam, Pramudya. 2009. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Moral Bangsa Indonesia. Yogyakarta : Yrama Widya Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta ………….2009. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Gunawan, 2006. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyadi, Seto. 2008. Memacu Bakat dan Kreativitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT Rineka Cipta Pidarta, 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta. Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sudjana, Nana. 2011. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar . Bandung: CV. Sinar Baru Sukadi, 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu Winataputra,S.Udin.2005.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: UT Jakarta. Burahman, Hendi. “Strategi Pembelajaran LSQ (Learning Start With a Question) dan IS (Information Search) Di Sekolah”, dalam http://aloneeducation.blogspot.com/2009/07/strategi- pembelajaran- lsq- learning.html, diakses 8 Januari 2014. Zaini, Hisyam, 2008.Stategi Pembelajan Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani http://methode. surantoro.staff.fkip.uns.ac.id/ diakses (7 Januari 2014). (http://elearningpendidikan.com/pengertian- metode- mengajar.html) diakses (7 Januari 2014).
*Rahayu Ningrum, NIM. 221410081, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, ***Rasid Yunus S.Pd, M.Pd, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Prodi PKn, Fakultas Ilmu Sosial. Page 16