RELEVANSI NILAI MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PASAR PERUSAHAAN Akbar Yusuf Gasim Universitas Muhammdiyah Kupang, Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 17 Kupang, 85228 Surel:
[email protected]
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2015.08.6016 Abstrak: Relevansi Nilai Modal Intelektual Terhadap Nilai Pasar Perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan langsung dan moderasi antara Modal Intelektual dan komponen-komponennya dengan nilai pasar. Penelitian ini menganalisis data sekunder yang tersedia di BEI tahun 2008-2012, menggunakan teknik analisis regresi multipel dan moderasi. Empat faktor kontrol digunakan yakni Leverage (DEBT), Size, Pengeluaran R&D dan Advertising. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah Modal Intelektual dan komponen-komponennya memiliki nilai relevan dengan nilai pasar. Kehadiran pengeluaran R&D meningkatkan nilai pasar. Interaksi human capital dengan structural capital memberikan nilai relevan hubungannya dengan market value, namun secara negatif. Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 6 Nomor 2 Halaman 175-340 Malang, Agustus 2015 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879
Tanggal Masuk: 4 Juni 2015 Tanggal Revisi: 15 Juni 2015 Tanggal Diterima: 15 Juli 2015
Abstract. Value Relevance of Intellectual Capital on the Market Value Companies. The purpose of this study was to test the direct and moderation relationship between intellectual capital and components with market value. This study analyzed secondary data available at the Indonesia Stock Exchange in 2008-2012, using multiple linier regression analysis techniques and moderation. Four factors are used to reduce bias control models of the Leverage (DEBT), Size, R&D expenditure, and Advertising expenditure. The result is intellectual capital and its components have the relevant value with market value. The presence of R&D expenditure increase its market value. Interaction human capital and structural capital provides relevant value to market value, but negatively. Kata kunci: Modal intelektual, Modal manusia, Modal struktural, Modal fisik, Moderasi
Intellectual capital (IC) telah menjadi pusat perhatian penelitian (Sullivan dan Sullivan 2000) dan menjadi bagian penting dari penilaian perusahaan (Abhayawansa dan Guthrie 2010; dan Abhayawansa 2011), karena IC sebagai bagian sumber daya perusahaan telah diakui menjadi pendorong nilai dan sumber keunggulan komparatif perusahaan. Bontis (2001), Firer dan Williams (2003) menegaskan bahwa IC telah menjadi pendorong penting untuk keberlanjutan sebuah bisnis dibalik penciptaan nilai (value creation). Namun sayangnya, IC sebagai bagian dari aset dan sumber utama keunggulan kompetitif perusahaan umumnya tidak tercatat dalam neraca (misalnya, Bontis 2001; dan Nazari dan Herremans 2007). Begitu pula, para ahli dan praktisi bersepakat
bahwa value firm tidak cukup digambarkan dalam laporan keuangan tradisional karena ketidakmampuannya untuk mengungkapkan nilai intangible asset dan kurangnya pengakuan peran IC dalam proses value creation (misalnya, OECD 2006; Nazari dan Herremans 2007; Sir, Subroto, dan Chandrarin 2010; Arvidsson 2011; Branswijck dan Everaert 2012), dan para ahli IC juga menyepakati bahwa sistem pengukuran keuangan tradisional tidak memadai untuk bisnis saat ini (Pulic 2004). Munculnya era knowledge-based dan innovation-driven, perusahaan semakin bergantung pada intangible assets, yang juga disebut sebagai intangibles atau intellectual capital (IC) dalam proses value creation (Arvidsson 2011), yang mengindikasikan pergeseran para-
201
202
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 201-213
digma ekonomi global, dari ekonomi tradi sional (old economies) menjadi ekonomi baru (new economies). Bose dan Thomas (2007) perusahaan yang beroperasi dalam era “old economies”, nilai pasar (market value) terutama berada dalam tangible asset, sedangkan dalam “new economies” nilai diciptakan dan dimiliki (created and held) terutama dari penerapan pengetahuan (knowledge) dan IC perusahaan. Banyak model pengukuran IC yang diajukan para ahli melalui berbagai re ferensi, di antaranya (Pal dan Soriya 2012): Tobin’s Q, EVA and MVA, Skandia Navigator, Calculated Intangible Value, Balanced Scorecard, The Intangible Asset Score Sheet, VAICTM, dan The Value Chain Scorecard. Pulic (2004) mengukur IC dengan mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah (value added) sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™), yang memiliki komponen utama: human capital efficiency coefficient (HCE), structure capital efficiency coefficient (SCE), dan capital employed efficiency coefficient (CEE). Model VAICTM telah banyak digunakan di berbagai Negara sebagai metode peng ukuran utama IC. Riset Firer dan Williams (2003) di Afrika Selatan, mengadopsi model VAICTM menemukan hanya CEE memiliki efek positif terhadap kinerja perusahaan, sementara dua komponen IC yakni HC dan SC gagal memberikan efek positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga physical capital tetap menjadi sumber utama ki nerja perusahaan di Afrika Selatan. Chen, Cheng, dan Hwang (2005) menggunakan model VAICTM mengobservasi perusahaan di Taiwan Stock Exchange (TSE) selama 19922002, menemukan IC memiliki efek positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan, dengan memasukkan variabel R&D expenditures dan advertising expenditures sebagai variabel kontrol, dan menemukan semakin meningkatnya market value setelah SC dikontrol R&D expenditures yang belum dilibatkan dalam SC model VAICTM. Temuan ini mengindikasikan R&D expenditures sebagai bagian penting dari SC yang dihilangkan pada model Pulic (VAICTM). Zéghal dan Maaloul (2010) di Inggris menemukan IC memiliki dampak positif terhadap kinerja ekonomi dan keuang an. Mehralian et al. (2012) di Iranian Stock Exchange (ISE) selama tahun 2004-2009, menemukan kinerja IC dapat menjelaskan profitabilitas tetapi tidak terhadap produktivitas dan nilai pasar. Ulum,
Ghozali, dan Chariri (2008) menemukan adanya pengaruh positif IC terhadap kinerja keuangan perusahaan. Solikhah, Rohman, dan Meiranto (2010) mengobservasi di BEI tahun 2006-2008 menemukan IC tidak berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan. Yusuf, Said, dan Mediaty (2013) mengobservasi IC perusahaan non-sektor pertambang an di BEI tahun 2009-2011 menemukan HC gagal berhubungan dengan market value. Sementara SC dan CE berpengaruh positif terhadap market value. Hasil yang berbeda ditemukan Yuniasih, Wirama, dan Badera (2010), menemukan IC tidak berpengaruh pada kinerja pasar. Demikian pula, Widarjo (2011) menunjukkan bahwa IC tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Modal manusia sebagai unggulan dalam mendorong penciptaan nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan dan bangsa telah diakui secara umum, namun berbagai penelitian menunjukkan hasil yang kontradiktif, sebagai indikasi ketidakpastian dalam lingkungan penerapannya. Walaupun tidak secara eksplisit menggambarkan kontingensi masing-masing perusahaan dan negara, namun dapat diduga bahwa situasi sistem dan proses yang berbeda di setiap perusahaan dan negara turut berkontribusi terhadap hubungan modal manusia dengan kinerja perusahaan masing-masing, sehingga Riahi-Belkaoui (1989) perlu mempertimbangkan aspek-aspek kontingensi untuk menciptakan hubungan yang sempurna. Veltri dan Silvestri (2011) mengutip pandangan para ahli, seperti Nonaka dan Takeuchi, Edvinsson dan Malone, Sveiby, bahwa meskipun modal manusia dipandang sebagai unsur utama dari IC dan sumber daya terpenting dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, tapi tidak memiliki efek utama secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, tetapi lebih merupakan suatu hubungan tidak langsung. Veltri dan Silvestri (2011) menemukan bahwa para investor menempatkan relevansi nilai lebih kepada modal manusia daripada modal struktural dan modal manusia memainkan peran indirect dalam hubungan antara IC dan market value, sehingga pengaruh positif dari modal manusia terhadap kinerja bisnis menjadi relevan dan signifikan hanya ketika modal manusia inter-relates dengan modal struktur. Sementara Yusuf, Said, dan Mediaty (2013) dalam mengobservasi perusahaan non-tambang di BEI menemukan modal struktur gagal menjadi variabel moderasi
Yusuf, Gasim, Relevansi Nilai Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar...
hubungan antara modal manusia dengan market value. Hal ini mengindikasikan mo dal struktural pada pengukuran Pulic (2004) belum mengintegrasikan modal relasional dan modal inovatif yang mereflekasikan kemampuan individual knowledge perusahaan. Chen, Cheng, dan Hwang (2005) dua unsur penting structural capital yang diabaikan dalam structural capital (VAICTM), yakni mo dal relasional dan modal inovatif (innovative capital and relational capital). Chen, Cheng, dan Hwang (2005) menemukan bahwa mo dal inovatif yang diproksikan oleh R&D expenditures memiliki nilai relevan dengan value market. Sedangkan modal relasional yang diproksikan oleh advertising expenditures gagal berhubungan dengan value market. Penelitian sebelumnya dalam konteks Indonesia yang menggunakan model VAICTM, secara umum belum mengintegrasikan modal relasional dan modal inovatif (innovative capital and relational capital) sebagai refleksi individual knowledge perusahaan, sehingga dalam penelitian ini mengintegrasikan kedua modal tersebut ke dalam modal struktural. Integrasi ini merupakan proses transformasi modal relasional dan modal inovatif ke dalam modal struktural sebagai corporate capital yang berimplikasi pada produk-produk inovatif sebagai sumber daya saing, sehingga penelitian ini juga menginteraksikan modal manusia dengan modal struktural dalam meningkatkan nilai pasar perusahaan. Berpijak dari berbagai penelitian yang menunjukkan hasil kontradiktif di atas, maka menarik untuk dikaji kembali dengan melakukan penelitian tentang IC. Tujuannya adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang value relevance IC dan komponenkomponennya yang mencakup: human capital (HC), structural capital (SC), dan capital employed (CE) dalam hubungannya dengan market value baik dalam hubungan langsung maupun melalui efek moderasi, dan juga penelitian ini menguji kembali, apakah R&D expenditures dan advertising expenditures dapat menangkap informasi tambah an pada structural capital yang dihilangkan pada model VAICTM, yakni modal inovatif dan modal relasional setelah mengontrol SC. Dua faktor kontrol lain juga digunakan untuk mengontrol market value yakni Leverage dan Size perusahaan. Kontribusi penelitian ini adalah pertama, mendorong perusahaan dalam meningkatkan market value, dalam menciptakan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan
203
(sustainable comparative advantage and competitive advantage) di pasar global, ke dua, model IC yang terintegrasi dengan modal inovatif dan modal relasional, ketiga, model IC yang terintegrasi dengan interaksi interrelates modal manusia dan modal struktural dalam mendorong daya saing perusahaan. METODE Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan non sektor pertambangan yang listed dan go public di BEI selama tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 (http:// www.idx.co.id/). Hal ini berbeda dengan beberapa peneliti terdahulu, seperti Yusuf, Said, dan Mediaty (2013) yang hanya meneliti data perusahaan yang listed di BEI selama 2009-2011. Sementara Veltri dan Silvestri (2011) pada sektor keuangan di Italia; Kamath (2007) pada sektor perbankan di India; Solikhah, Rohman, dan Meiranto (2010) pada sektor manufaktur; dan Ulum, Ghozali, dan Chariri (2008) pada sektor perbankan. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria: a) Mengikuti Firrer dan Williams (2003), Chen, Cheng, dan Hwang (2005), dan Zéghal dan Maaloul (2010), Yusuf, Said, dan Mediaty (2013) perusahaan dengan negatif nilai buku stockholders’ equity, atau perusahaan dengan nilai negatif HC atau SC dikeluarkan dari sampel; b) perusahaan yang hilang beberapa data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian juga dikecualikan (Chen, Cheng, dan Hwang 2005); Zéghal dan Maaloul 2010), Yusuf, Said, dan Mediaty (2013); c) perusahaan yang intens melakukan R&D (Chen, Cheng, dan Hwang 2005; Zéghal dan Maaloul 2010; dan Yusuf Said, dan Mediaty 2013). Market value perusahaan diproksikan dengan marke-to-book value ratio of equity (M/B) dimana M/B merupakan rasio total kapitalisasi pasar (harga saham kali jumlah saham biasa yang beredar) dengan nilai buku aktiva bersih, sebagai proksi untuk ki nerja pasar saham (Zéghal dan Maaloul 2010; Firrer dan Williams 2003; Hang Chan 2009; Chu, Chan, dan Wu 2011). Sementara Intellectual capital (IC) diukur menggunakan model Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM ) dan komponen-komponennya ya itu human capital efficiency (HCE), structural capital efficiency (SCE), dan capital employed efficiency (CEE) yang dikembangkan oleh Pulic(2004). Langkah-langkah perhitungan kinerja IC perusahaan (VAICTM ) adalah se
204
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 201-213
bagai berikut (Pulic 2004):VA = OUT – IN; HCE = VA/HC; SC = VA – HC; SCE = SC/VA; ICE = HCE +SCE; CEE = VA/CE; VAIC = ICE + CEE, dimana: VA = value added; OUT = total penjualan dan pendapatan lain; IN = beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain biaya terkait karyawan), HCE = human capital efficiency coefficient; HC = human capital yaitu biaya gaji/upah dan biaya terkait karyawan lainnya (gaji dan upah, biaya pelatihan dan pengembangan karyawan, dan professional fee), SC = structural capital; SCE = structural capital efficiency; ICE = intellectual capital efficiency coefficient; CEE = capital employed efficiency coefficient; CE = book value of the net assets; VAIC = value added intellectual coefficient. Variabel moderasi dalam peneilitian ini adalah SCE. Pengaruh variabel moderasi dalam penelitian ini diuji menggunakan model “nilai selisih mutlak” dari variabel independen (Frucot dan Shearon 1991), dengan rumus persamaan regresi (Ghozali 2011): Y = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3│X1 – X2│ Dimana: Xi
= nilai standardized skor [– /] = Zscore │X1 – X2│ = interaksi yang diukur dengan nilai absolute perbedaan antara X1 dan X2. Dua variabel kontrol digunakan dalam penelitian ini untuk mengontrol efeknya terhadap value market, yaitu Size dan Leve rage (Debt) perusahaan (Hang Chan 2009, Chu, Chan, dan Wu 2011). (1) Ukuran perusahaan (Size) merupakan log natural dari market capitalization. (2) Leverage (DEBT), diukur dengan total debt terhadap nilai buku total assets. Dua faktor lain yang digunakan untuk mengontrol structural capital yakni R&D expenditures (RD) dan advertising expenditures (AD) (Chen, Cheng, dan Hwang 2005): RD = R&D expenditures ÷ book value of common stocks; AD = Advertising expenses ÷ book value of common stocks. Untuk mencapai tujuan studi ini, teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif statistik perusahaan-perusahaan sampel di BEI yang dipanel selama tahun 2008-2012, meliputi nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Studi ini menggunakan model regresi linier berganda, dengan pendekatan Ordi-
nary Least Square (OLS), yang mengharuskan pengujian asumsi klasik, yang meliputi: uji normalitas data, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Adapun model-model penelitian yang digunakan adalah: Persamaan Model 1 untuk menguji hubung an IC agregat dengan M/B: M/Bit = ß0+ ß1VAICit + ß2SIZEit + ß3 DEBTit + it Persamaan Model 2 untuk menguji hubung an HC, SC, dan CE dengan M/B: M/Bit = ß0+ ß1HCEit + ß2SCEit + ß3CEEit + ß4SIZEit + ß5DEBTit + it Persamaan Model 3 untuk menguji hubungan SC dengan M/B setelah dikontrol oleh R&D expenditures dan advertising expenditures: M/Bit = ß0+ ß1HCEit + ß2SCEit + ß3CEEit + ß4SIZEit + ß5DEBTit + ß6RDit + ß7ADit + it Persamaan Model 4 untuk menguji interaksi SC dan HC terhadap hubungan SC dengan M/B: M/Bit = ß0+ ß1HCEit + ß2SCEit + ß3CEEit + ß4│HCEit – SCEit│ + ß5SIZEit + ß6DEBTit +ß7RDit + ß8ADit + it Keterangan: M/B = Market value; VAIC = Value added intellectual coefficient; HCE = Human capitalefficiency; SCE = Structural capital efficiency; CEE = Capital employed efficiency;│HCEit – SCEit│ = Interaksi HCE dengan SCE; SIZE = ukuran perusahaan; DEBT = Leverage; RD = R&D expenditures; AD = advertising expenditures; ß0 = Konstanta/intercept; dan ß1 – ß6 = koefisien regresi. HASIL Tabel 1 dibawah menyajikan hasil penarikan sampel dengan pendekatan purposive sampling. Berikut adalah kriteria dan prosedur penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah perusahaan secara keseluruhan non sektor pertambangan yang tercatat di BEI hingga tahun 2012 sebanyak 434 perusahaan sebagai populasi penelitian, kemudian dilakukan penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagaimana tertera pada Tabel 1 diatas, maka diperoleh sampel final sebanyak 95 sampel, yang ditentukan menggunakan pendekatan pooling data dengan model data yang bersifat unbalanced yakni banyaknya observasi yang tidak sama untuk semua
Yusuf, Gasim, Relevansi Nilai Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar...
205
Tabel 1. Perolehan Sampel Penelitian No.
Kriteria
Jumlah
Akumulasi
1
Jumlah perusahaan non sektor pertambangan di BEI hingga 2012
434
434
2
Perusahaan dengan data tidak tersedia/ tidak lengkap dan negatif R&D, dengan negatif nilai buku stockholders’ equity, atau perusahaan dengan nilai negatif HC atau SC
339
95
Jumlah Sampel 2012 2011 2010 2009 2008
= = = = =
95
13 24 24 23 11
Jumlah observasi = jumlah sampel (tahun 2008 - 2012) kategori cross-section. Data tersebut dapat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Tabel 2 yang menggambarkan karakteristik data yang mencakup mean dan standar deviasinya. Deskriptif statistik pada Tabel 2 di atas menunjukkan nilai mean kinerja pasar perusahaan sampel (M/B) sebesar 3.78, modal intelektual secara agregat (VAICTM) sebesar 4.09, dan komponen-komponennya masingmasing HCE sebesar 3.18, SCE sebesar 0.45, CEE sebesar 0.47. Nilai mean HC sebesar 3.18 ternyata lebih tinggi dari CE atau modal fisik. Hal ini berarti bahwa modal manusia
95
memiliki peran signifikan di perusahaan sampel dibandingkan modal fisik. Hal yang kontradiski dengan nilai modal struktural, hanya memberi nilai mean 0.45, yang berarti bahwa peran transformasi individual know ledge ke corporate knowledge yang berwujud modal struktural sangatlah rendah. Secara umum keempat model yang digunakan dalam penelitian ini mengalami pelanggaran asumsi klasik, sehingga proses diagnosa data dilakukan dengan menggunakan double-log, yakni baik variabel dependen maupun independen ditransformasi menggunakan logaritma natural (Ln). De ngan demikian terjadi perubahan model hasil transformasi adalah:
Tabel 2. Deskriptif Variabel Penelitian N Statistic HCE SCE CEE ICE VAICTM M/B SIZE LEV RD AD
95 95 95 95 95 95 95 95 95 95
Valid N (listwise)
95
Mean Statistic 3.1780 .4537 .466842 3.6299 4.0918 3.7796 16.1904 .493 .0340623994 .6498481182
Std. Deviation Std. Error
.60602 .02826 .0401816 .61847 .61936 .66727 .45922 .0276 .01271642047 .52881955777
Statistic 5.90674 .27546 .3916421 6.02815 6.03676 6.50371 4.47588 .2687 .12394433512 5.15429547510E0
206
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 201-213
a)
Model 1 menjadi: LnM/Bit = ß0+ ß1LnVAICit + ß2LnSIZEit + ß3LnDEBTit + it b) Model 2 menjadi: LnM/Bit = ß0 + ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4LnSIZEit + ß5LnDEBTit + it c) Model 3 menjadi: LnM/Bit = ß0 + ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4LnSIZEit + ß5LnDEBTit + ß4LnRDit + ß5LnADit it Ketiga model yang telah ditransformasi di atas, digunakan untuk menguji hubungan langsung modal intelektual baik secara agregat maupun melalui komponen-komponennya terhadap nilai pasar perusahaan (M/B). Model 1 digunakan untuk menguji: hubung an modal intelektual (IC) satu agregat de ngan M/B. Tabel 3 berikut disajikan hasil regresi dari model M/B yang melibatkan satu agregat IC dan dua faktor kontrolnya. Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa IC (VAICTM) memberikan nilai koefisien slope sebesar 0.961 dengan nilai t-statistik 7.608 adalah signifikan pada level α = 5%, sehingga perusahaan yang memiliki IC lebih besar cenderung memiliki market value (M/B) lebih tinggi. Explanatory power (adjusted R2) pada tabel 10 di atas sebesar 0.47, yang berarti variabilitas market value (M/B) dapat dijelaskan oleh VAICTM, DEBT, dan SIZE sebesar 47%, sisanya sebesar 57% dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini. Sementara pengaruh simultan variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada F-Value sebesar 28.54 yang signifikan. Model 2 dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hubungan langsung komponen-komponen IC yang mencakup HCE, SCE, CEE, dan factor kontrolnya dengan
M/B. Tabel 4 berikut adalah hasil regresi dari model M/B yang melibatkan HCE, SCE dan CEE dan faktor kontrolnya. Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa HCE, SCE, dan CEE masing-masing memberikan nilai koefisien slope sebesar 0.549, 0.471, 0.383 dengan nilai t-statistik masingmasing 3.2, 3.2, dan 2.9, adalah signifikan pada level α = 5%, sehingga hasil ini menunjukkan bahwa HCE, SCE, dan CEE secara positif berhubungan dengan nilai pasar (M/B). Hasil ini membuktikan bahwa, baik modal manusia, modal struktural, dan mo dal fisik memberikan pengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan. Tabel 4 juga menunjukkan explanatory power (adjusted R square) dari model dua ini sebesar 0.58, yang berarti bahwa variabilitas nilai pasar (M/B) dapat dijelaskan oleh HCE, SCE, CEE, DEBT, dan SIZE sebesar 58%, sementara sisanya sebesar 42% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Variabel independen juga dapat memberikan pengaruh secara bersama (simultan) terhadap variabel dependen yang dapat dilihat pada F-Value sebesar 25.63 adalah signifikan (p-value < 0.01). Model yang ketiga dalam penelitian untuk menguji hubungan langsung masingmasing komponen modal intelektual baik HCE, SCE, dan CEE yang dikontrol oleh Modal Inovasi dan Modal Relasional yang belum dilibatkan dalam model Pulic (2004). Tabel 5 berikut adalah hasil regresi dari model M/B yang melibatkan HCE, SCE dan CEE dan faktor kontrolnya. Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa HCE dan SCE masing-masing memberikan nilai koefisien sebesar 0.61 dan 0.53 dengan nilai t-statistik masing-masing 3.55 dan 3.42 adalah signifikan pada level α = 5%, se-
Tabel 3. Hasil regresi model 1 LnM/Bit = ß0+ ß1LnVAICit + ß2LnSIZEit + ß3LnDEBTit + µit Variabel Intercept (constant)
ß
t-stat.
Sig.
-2.018
-2.350
.021
.961
7.608
.000
LnDEBT
.382
2.289
.024
LnSIZE
.737
3.004
.003
LnVAICTM Faktor kontrol:
Catatan: signifikan pada tingkat α = 5%; Adjusted R2 = 0.468; F-Value = 28.535 (p-value < 0,05)
Yusuf, Gasim, Relevansi Nilai Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar...
207
Tabel 4. Hasil regresi model 2 LnMBit = ß0+ ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4LnSIZEit + ß5LnLEVit + µit Variabel
t-stat.
ß
(Constant)
Sig.
-.745
-.903
.369
LnHCE
.549
3.203
.002
LnSCE
.471
3.206
.002
LnCEE
.385
2.867
.005
LnSIZE
.774
2.549
.013
LnLEV
.336
2.678
.009
Catatan: signifikan pada tingkat α = 5%; Adjusted R = .578; F-Value = 25.634 (p-value < 0.01) 2
hingga secara statistik menunjukkan bahwa HCE dan SCE secara positif berhubungan dengan nilai pasar (M/B). Hasil yang berbeda terlihat pada hubungan CEE dengan nilai pasar (M/B), yakni memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat probability 0.27 > 0.05, sehingga CEE tidak memiliki hubungan positif dengan nilai pasar (M/B), terutama setelah melibatkan pengeluaran R&D dan Advertising sebagai variabel kontrol dalam model ini. Tabel 5 di atas juga menunjukkan explanatory power (adjusted R square) dari model tiga ini sebesar 0.60, yang berarti bahwa variabilitas market value (M/B) dapat dijelaskan oleh HCE, SCE, CEE, DEBT, SIZE, RD, dan AD sebesar 60%%, sementara sisanya sebesar 40% dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar model. Pengaruh secara
bersama (simultan) terhadap variabel dependen juga dapat dilihat pada F-Value sebesar 19.75 adalah signifikan (p-value < 0.01). Interaksi HC dan SC dalam hubungan HC dengan M/B diuji menggunakan Model 4. Model ini disusun setelah model 2 dan 3 dinyatakan lolos uji asumsi klasik, sehingga model 4 ini menjadi: Model 4: LnM/Bit = ß0+ ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4│LnHCEit – LnSCEit│ + ß5LnSIZEit + ß6LnDEBTit +ß7LnRDit + ß8LnADit + it Nilai HCE dan SCE adalah standardized, sehingga model regresi setelah standardized adalah: LnM/Bit = ß0+ ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4│ AbsHCE_SCEit │ + ß5LnSIZEit + ß6LnDEBTit +ß7LnRDit +
Tabel 5. Hasil regresi model 3 LnMBit = ß0+ ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4LnSIZEit + ß5LnLEVit + ß4LnR&Dit + ß5LnADit + µit Variabel
Koefisien
t-statistik
Probability
(Constant)
.351
.381
.704
LnHCE
.606
3.549
.001
LnSCE
.529
3.421
.001
LnCEE
.182
1.112
.270
LnSIZE
.560
1.800
.076
LnLEV
.446
3.408
.001
LnRD
.096
2.486
.015
LnAD
.005
.151
.881
Catatan: signifikan pada tingkat α = 5%; Adjusted R = .60; F-Value = 19.75 (p-value < .01) 2
208
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 201-213
Tabel 6. Hasil regresi model 4 LnM/Bit = ß0+ ß1LnHCEit + ß2LnSCEit + ß3LnCEEit + ß4│ AbsHCE_SCEit │ + ß5LnSIZEit + ß6LnDEBTit +ß7LnRDit + ß8LnADit + it Variabel
ß
t-stat.
Probability
(Constant)
.536
.597
.552
Zscore(LnHCE)
.874
4.479
.000
Zscore(LnSCE)
-.050
-.268
.790
.130
.819
.415
-.712
-2.875
.005
LnSIZE
.591
1.981
.051
LnLEV
.460
3.668
.000
LnRD
.095
2.583
.012
.010
.283
.778
LnCEE AbsX1_X2 Faktor kontrol:
LnAD
Catatan: signifikan pada tingkat α = 5%; Adjusted R = 0.63; F-Value = 19.84 (p-value < 0.01) 2
ß8LnADit + it Di mana: ZHCE = standardize HCE; ZSCE = standardize SCE; AbsHCE_SCE = │ZHCE – ZSCE│ Tabel 6 berikut merupakan hasil regresi Model 4 yang menguji hubungan HCE terhadap M/B yang dimoderasi oleh SCE. Tabel 6 di atas menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0.63, yang berarti variabilitas M/B yang dapat dijelaskan oleh variabel independen ZHCE, ZSCE, AbsHCE_SCE, CEE, DEBT, SIZE, RD, dan AD sekitar 63% dan sisanya 37% dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini, sehingga dapat disim pulkan model ini cukup baik. Sementara nilai F-test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 19.84 yang signifikansi. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama seluruh variabel independen dapat mempengaruhi M/B. Secara parsial Tabel 6 di atas juga menunjukkan bahwa variabel ZHCE memberikan nilai koefisien 0.54 secara signifikan sebesar jauh di bawah 5%. Variabel ZSCE dan CEE ternyata gagal memberikan kontribusi dalam model empat ini. Variabel moderating AbsHCE_SCE ternyata berhasil menjadi moderasi, yaitu dengan kontribusi koefisiensi -0.71 pada probabilitas signifikansi 0.005. Temuan ini menunjukkan bahwa variabel structural capital efficiency (SCE) merupakan variabel moderating yang bersi-
fat interaksi negatif (negative interaction) hubungan antara human capital efficiency (HCE) dengan nilai pasar (M/B), yang berarti bahwa untuk nilai SCE yang lebih tinggi, berdampak pada hubungan antara HCE terhadap M/B yang lebih negatif. Sementara empat faktor kontrol yang terlibat dalam model ini, ternyata hanya variabel AD yang gagal berpengaruh terhadap M/B. PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil studi ini dibagi dalam empat bagian pembahasan berdasarkan tujuan penelitian ini, yakni: 1) hubungan IC (VAICTM) dengan market value (M/B), 2) hubungan human capital efficiency (HCE), structural capital efficiency (SCE), dan capital employed efficiency (CEE) dengan market value (M/B), 3) hubungan structural capital (SC) dengan market value setelah dikontrol R&D expenditure dan advertising expenditure, 4) interaksi human capital efficiency (HCE) dan structural capital efficiency (SCE) menjadi moderasi terhadap hubungan human capital efficiency (HCE) dengan market value (M/B). Unstandardized regression coefficients (β) dan explanatory power (adjusted R-square) yang disajikan untuk melihat kekuatan prediktif dari variabel independen dan kemampuan menjelaskan (explanatory power) dari model-model yang diobservasi. Hasil regresi model 1 menunjukkan bahwa
Yusuf, Gasim, Relevansi Nilai Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar...
IC berpengaruh positif terhadap nilai pasar (M/B), yang berarti bahwa perusahaan yang memiliki IC lebih besar cenderung memiliki nilai pasar (M/B) lebih tinggi. Hasil penelitian ini memberikan bukti secara statistik bahwa, selama dalam periode pengamatan 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 bagi perusahaan yang memiliki intensitas research and development (R&D), para investor telah menempatkan nilai lebih terhadap perusahaan yang memiliki IC lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan pasar berekspektasi akan meningkatnya penciptaan nilai (value creation) melalui kemampuan daya inovatif produk perusahaan bagi perusahaan yang intens menyelenggarakan R&D. Pulic (2004) sebuah koefisien yang tinggi menunjukkan value creation yang lebih tinggi menggunakan sumber daya perusahaan, termasuk IC-nya. Sehingga koefisien VAICTM ini mengindikasikan bahwa IC mampu mengungkapkan nilai intangible assets dan kurangnya pengakuan peran IC dalam proses value creation. Dengan demikian, IC dapat memperbaiki sistem pengukuran keuangan tradisional yang tidak memadai untuk bisnis saat ini (Pulic 2004). Koefisien VAICTM ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan peran yang dimainkan oleh IC, yang meliputi potensi value creation masa depan dan capital market valuation secara progresif, dan pelaku pasar modal dalam periode observasi telah menggunakan informasi IC dalam penilaian dan pengambilan keputusan investasi yang berimplikasi pada meningkatnya nilai pasar (M/B). Dari hasil penelitian dan pandangan teoritis di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya koefisien VAICTM, akan berimplikasi pada meningkatnya nilai pasar (M/B), yang mengindikasikan penilaian para investor yang lebih terhadap intellectual capital perusahaan sampel atas penggunaan berbagai sumber daya (intangible assets dan tangible assets) dalam menciptakan total kekayaan (value added) yang menjadi kepentingan para stakeholder termasuk shareholders perusahaan sampel. Nilai relevansi terhadap nilai pasar juga dapat dilihat secara individual masingmasing komponen modal intelektual. Hasil studi menunjukkan bahwa HCE berpe ngaruh positif terhadap nilai pasar (M/B), yang berarti bahwa HCE secara positif berhubungan dengan nilai pasar (M/B). Hasil ini mengindikasikan bahwa, dalam periode observasi penelitian ini (2008-2012) para
209
investor memberikan penilaian yang tinggi terhadap human capital. Temuan ini relevan dan searah dengan peran IC secara agregat seperti terlihat pada hasil model satu sebelumnya. Temuan riset ini mendukung Chen, Cheng, dan Hwang (2005), baik dengan tanpa variabel kontrol maupun melibatkan variabel kontrolnya: R&D expenditures (RD) dan advertising expenditures (AD) di Taiwan, Hang Chan (2009b) di Hong Kong, Veltri dan Silvestri (2011) di Italia, dan Solikhah, Rohman, dan Meiranto (2010) di Indonesia. Sementara perbedaan hasil penelitian ini de ngan beberapa riset sebelumnya, misalnya Chu, Chan, dan Wu (2011) di Hongkong, Firer dan Williams (2003) di Afrika Selatan, dan Mehralian et al. (2012) di Iran dan Yusuf (2013) yang menemukan tidak adanya hubungan positif HCE dengan M/B. Studi ini mengindikasikan bahwa perhatian investor terhadap human capital yang cukup tinggi. Dengan kata lain, para investor perusahaan sampel mempertimbangkan aspek sumber daya manusia yang diakui sebagai sumber keunggulan komparatif perusahaan, ketika mengambil keputusan investasinya di perusahaan-perusahaan sampel. Hasil studi ini juga mendukung pandangan para ahli bahwa modal manusia atau human capital (HC) merupakan unsur yang sangat penting dari konstruk IC (Bontis, 1999) terutama dalam menciptakan kemampuan perusahaan melalui mentranslasi sumber-sumber daya (faktor produksi, input) yang tersedia menjadi output suatu perusahaan. Lebih lanjut Stewart (1997) intellectual capital sebagai material intelektual (pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman) yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kekayaan atau mening katkan profitabilitas perusahaan, penciptaan produk dan layanan baru, proses bisnis baru, dan bentuk organisasi baru (lihat Sullivan Jr. dan Sullivan Sr. 2000). Komponen modal intelektual lainnya adalah modal struktural (SC). Hasil analisis statistik pada model dua sebelumnya menunjukkan bahwa SCE berpengaruh positif terthadap M/B. Artinya meningkatnya SCE akan berimplikasi pada meningkatnya M/B. Studi ini konsisten dengan Chen, Cheng, dan Hwang (2005) di Taiwan, Chu, Chan, dan Wu (2011) di Hong Kong, dan Veltri dan Silvestri (2011) di Italia, dan Yusuf (2013) di Indonesia. Para investor memandang modal struktural memiliki kemampuan
210
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 201-213
menciptakan kekayaan, sehingga semakin meningkatnya investasi dalam SC dapat meningkatkan penilaian investor dalam keputusan investasinya yang menginginkan adanya transformasi individual knowledge ke dalam corporate knowledge dalam mendorong daya saing perusahaan. Komponen yang melengkapi modal intelektual adalah modal fisik atau capital employed (CE) yang secara tradisional berperan strategis dalam perusahaan. Hasil studi se perti model dua sebelumnya, menunjukkan bahwa CEE berpengaruh positif terhadap M/B. Studi ini menunjukkan bahwa para investor memandang CEE atau modal fisik (tangible assets) secara tradisional menjadi sumber utama penciptaan total kekayaan perusahaan. Hal ini mendukung studi Chen, Cheng, dan Hwang (2005) di Taiwan, Chu, Chan, dan Wu (2011) di Hong Kong, dan Veltri dan Silvestri (2011) di Italia, dan Yusuf (2013) di Indonesia. Dalam era knowledge-based dan innovation-driven, perusahaan saat ini semakin bergantung pada intangible assets dalam proses value-creation (Arvidsson, 2011). Le bih lanjut Bose dan Thomas (2007), perusahaan yang beroperasi dalam era “old economies”, nilai pasar terutama berada dalam tangible asset, sedangkan dalam “new economies” nilai diciptakan dan dimiliki (created and held) terutama dari penerapan pengetahuan (knowledge) dan modal intelektual perusahaan. Penelitian ini selain menguji secara langsung masing-masing komponen mo dal intelektual menggunakan model Pulic (2004), juga mengintegrasikan pengeluaran R&D dan advertising. Kedua variabel ini digunakan untuk mengintegrasikannya ke dalam modal struktural yang tidak dilibatkan dalam model Pulic (2004). Hasil uji se perti terlihat pada luaran model 3, menunjukkan bahwa SCE setelah dikontrol oleh R&D expenditure mengalami sedikit kenaikan dari 0.471 (sig. 0.002) menjadi 0.53 (sig. 0.001). Variabel R&D yang diposisikan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini juga secara parsial memberikan kontribusi secara signifikan dengan nilai koefisien 0.096 (sig. 0.015) terhadap market value. Hal ini mengindikasikan bahwa secara empiris kehadiran R&D expenditure dapat menangkap informasi tambahan dalam modal struktural dan memiliki hubungan secara positif terhadap value market. Dari analisis ini menunjukkan bahwa, setelah mengontrol struc-
tural capital efficiency, perusahaan dengan R&D expenditure yang lebih besar cenderung memiliki market value yang lebih tinggi. Hasil ini mendukung penelitian Chen, Cheng, dan Hwang (2005) dalam penelitiannya terhadap perusahaan yang listing di Taiwan, yang memberikan hasil yang sama. Hasil uji berikutnya juga seperti terlihat pada luaran model 3, ternyata memberikan hasil yang berbeda, yakni AD expenditure gagal memberikan kontribusi terhadap M/B. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan nilai koefisien pada SCE diakibatkan oleh pengontrolan R&D expenditure, bukan oleh AD expenditure. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Chen, Cheng, dan Hwang (2005) dalam penelitiannya di Taiwan yang menemukan bahwa advertising expenditure gagal berkorelasi dengan M/B. Modal struktural selain diuji relavansinya secara langsung dengan nilai pasar, juga diinteraksikan dengan modal manusia sebagai bentuk inter-relates di antara komponen modal intelektual dalam memoderasi hubungan modal manusia dengan nilai pa sar. Pengujian terhadap efek moderasi dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut (Jogiyanto, 2009): (a) Efek moderasi dilihat dari kenaikan R2 persamaan regresi yang berisi efek-efek utama dan efek moderasi dari persamaan regresi yang hanya berisi dengan efek utama saja. (b) Efek moderasi juga dapat dilihat dari signifikansi koefisien dari interaksi. Lebih lanjut Jogiyanto (2009), suatu interaksi positif (positive interaction) terjadi jika hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen lebih positif untuk nilai variabel moderasi yang lebih tinggi. Sebaliknya suatu interaksi negatif (negative interaction) terjadi jika hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen lebih negatif untuk nilai variabel moderasi yang lebih tinggi. Luaran regresi berganda model 4 yang telah disajikan sebelumnya (Tabel 6), menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0.63, yang berarti variabilitas M/B yang dapat dijelaskan oleh variabel independen ZHCE, ZSCE, AbsHCE_SCE, CEE, DEBT, SIZE, RD, dan AD sekitar 63% dan sisanya 37% dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini. Nilai Adjusted R2 pada model 4 sebesar 0.63 (63%) ternyata sedikit di atas nilai Adjusted R2 pada model 3 sebesar 0.60 (60%). Hal ini berarti kehadiran variabel SCE
Yusuf, Gasim, Relevansi Nilai Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar...
sebagai moderasi hubungan antara HCE dengan M/B adalah berhasil. Keberhasilan ini juga bisa dilihat pada koefisien variabel interaksi sebesar -0.712 pada model 4 yang signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa variabel structural capital efficiency (SCE) dapat menjadi variabel mo derating hubungan antara human capital efficiency (HCE) dengan market value (M/B), namun bersifat interaksi negatif. Fakta empiris di atas, mengindikasikan bahwa, para investor perusahaan yang disurvei memandang secara negatif transformasi pengetahuan HC ke dalam sistem dan proses termasuk database, grafik organisasi, manual proses, strategi, rutinitas dan apapun yang nilainya lebih besar bagi perusahaan dari nilai materialnya. Namun demikian, walaupun SC berhasil secara negatif menjadi moderator dalam hubungan HC dengan nilai pasar, tetapi SC memiliki posisi strategis dalam hubungannya de ngan HC, dimana HC tidak dapat berjalan sendiri kecuali berinteraksi dengan SC. Hal ini sebagaimana pandangan para ahli se perti Nonaka dan Takeuchi, Edvinsson dan Malone, Sveiby, Cabrita dan kawan-kawan, yang disimpulkan oleh Veltri dan Silvestri (2011) bahwa meskipun HC dipandang sebagai unsur utama dari IC dan sumber daya terpenting dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, tapi tidak memiliki efek utama secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, tetapi lebih merupakan suatu hubungan tidak langsung. Pandangan para ahli di atas, menyiratkan bahwa HC tidak memiliki efek lang sung terhadap market value dan financial performance, kecuali berinteraksi dengan komponen IC lain, terutama SC yang memiliki sistem dan proses suatu perusahaan (lihat Bontis 2004) sebagai tempat transformasi pengetahuan dari HC. Becker (1964) investasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas melalui pendidikan dan latihan. Pandangan Becker (1964) ini memperjelas hubungan HC dengan produktifitas, namun HC tidak dapat meningkatkan produktifitas perusahaan kecuali jika berinteraksi dengan sistem dan proses yang memiliki perbedaan karakteristik di masingmasing perusahaan atau Negara, sehingga perlu mempertimbangkan aspek-aspek kontinjensi untuk menciptakan hubungan yang sempurna (Riahi-Belkaoui 1989) antara HC dengan market value (MB) guna lebih meningkatkan value relevantnya.
211
SIMPULAN Dari uraian hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, secara statistik dalam periode pengamatan tahun 2008-2012, perusahaan yang memiliki IC (VAICTM) lebih besar cenderung memiliki nilai pasar (M/B) lebih tinggi. Secara statistik juga masing-masing komponen modal intelektual baik modal manusia, modal struktural, dan modal fisik memiliki hubungan positif atau memiliki nilai relevansi (value relevant) terhadap market value. Hasil yang variatif ditemukan pada saat R&D expenditure dan AD expenditure dilibatkan dalam model untuk mengontrol modal struktural, ternyata R&D expenditure dapat memberikan informasi tambahan dalam modal struktural terhadap hubung annya dengan nilai pasar. Sementara faktor kontrol modal struktural lainnya yakni AD expenditure gagal memberikan informasi tambahan dalam modal struktural terhadap hubungannya dengan nilai pasar. Dalam penelitian ini, selain menguji hubungan langsung modal intelektual secara agregat maupun komponen-komponennya terhadap nilai pasar, juga melakukan uji moderasi yakni interaksi modal manusia dengan modal struktural dalam hubungan modal manusia dengan nilai pasar. Hasilnya menunjukkan bahwa modal struktural berhasil memoderasi hubungan modal manusia dengan market value, namun bersifat interaksi negatif. Penelitian ini memberikan peluang untuk peneliti selanjutnya, baik dari sisi issu, metode riset, maupun teori yang digunakan. Dari sisi metode, disarankan penelitian berikutnya dapat menggunakan metode survei untuk mengkonfirmasi temuan ini. Sementara dari sisi teori, penelitian berikutnya dapat menggunakan variabel-variabel atau proksinya yang dapat merepresentasikan modal intelektual, baik dari sisi modal manusia maupun modal struktural. Daftar Rujukan Abhayawansa, S. 2011. “A methodology for investigating intellectual capital information in analyst reports”. Journal of Intellectual Capital, 12(3), hlm 446–476. Abhayawansa, S., dan Guthrie, J. 2010. “Intellectual capital and the capital market: a review and synthesis”. Journal of Human Resource Costing & Accounting, 14(3), hlm 196–226. Arvidsson, S. 2011. “Disclosure of non financial information in the annual report, A
212
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2015, Hlm. 201-213
Management team perspective”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 12, No. 2, hlm 277-300 Becker, G. S. 1964. Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education (3rd Edition). The University of Chicago Press. Bontis, N. 2004. “National Intellectual Capital Index, A United Nations initiative for the Arab region”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 5 No. 1, hlm 13-39. _________. 2001. “Assessing knowledge assets: a review of the models used to measure intellectual capital”. International Journal of Management Reviews. Volume 3, Issue 1 hlm41–60. Bose, S.; dan Thomas, K. 2007. “Applying the balanced scorecard for better performance of intellectual capital”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 4, hlm 653-665. Branswijck, D. dan Everaert, P. 2012. “Intellectual capital disclosure commitment: myth or reality?” Journal of Intellectual Capital, Vol. 13 No. 1, 2012, hlm 39-56. Chen, M. C.; Cheng, S. J.; Hwang, Y. 2005. “An empirical investigation of the between intellectual capital and firms’ market value and financial performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 No. 2, hlm 159-176. Chu, S. K. W.; Chan, K. H.; Wu, W.W.Y. 2011. “Charting intellectual capital performance of the gateway to China”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 12 No. 2, hlm 249-276. Firer, S.; Williams, S. M. 2003. “Intellectual capital and traditional measures of corporate performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3, hlm 348-360. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hang Chan, K. 2009a. “Impact of intellectual capital on organisational performance, An empirical study of companies in the Hang Seng Index (Part 1)”. The Learning Organization. Vol. 16 No. 1, hlm 4-21. Hang Chan, K. 2009b. “Impact of intellectual capital on organisational performance, An empirical study of companies in the Hang Seng Index (Part 2)”. The Learning Organization. Vol. 16 No. 1, hlm 22-39.
Jogiyanto, H.M. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis: salah kaprah dan pengalamanpengalaman. BPFE, Yogyakarta. Kamath, G. B. 2007. “The intellectual capital performance of Indian banking sector”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 1, hlm 96-123. Mehralian, G.; Rajabzadeh, A; Sadeh, M.R.; dan Rasekh, H. R. 2012. “Intellectual capital and corporate performance in Iranian pharmaceutical industry”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 13 No. 1, hlm 138-158. Nazari, J. A. dan Herremans, I. M. 2007. “Extended VAIC model: measuring intellectual capital components”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 4, hlm 595-609. OECD-Organisation For Economic Co-Operation And Development. 2006, “Creating value from intellectual assets” paper presented at Meeting of the OECD Council at Ministerial Level, Paris. Pal, K. dan Soriya, S. 2012. “IC performance of Indian pharmaceutical and textile industry”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 13 No. 1, hlm 120-137. Pulic, A. 2004. “Intellectual capital – does it create or destroy value?” Measuring Business Excellence . VOL. 8 NO. 1, hlm 62-68. Riahi-Belkaoui, A. 1989. Behavioral Accounting,The Research and Practical Issues. Quorum Books, New York, Westport, Connecticut, London. Sir, J., Subroto, B., Chandrarin, G. 2010. “Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham (Studi Peristiwa Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Poerwokerto. Solikhah, B.; Rohman, A.; dan Meiranto, W. 2010. “Implikasi Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value, Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Stewart T. A. (1997). Modal Intelektual, Kekayaan Baru Organisasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sullivan Jr., P. H. dan Sullivan Sr., P. H. 2000. “Valuing intangibles companies, An intellectual capital approach”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 1 No. 4, hlm 328-340. Ulum, I.; Ghozali, I. dan Chariri, A. 2008. “In-
Yusuf, Gasim, Relevansi Nilai Modal Intelektual terhadap Nilai Pasar...
tellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Squares”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Veltri, S. dan Silvestri, A. 2011. “Direct and indirect effects of human capital on firm value: evidence from Italian companies”. Journal of Human Resource Costing & Accounting. Vol. 15 No. 3, hlm 232-254. Widarjo, W. 2011. “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual pada Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Yuniasih, N. W.; Wirama, D. G. dan Badera, I D. N. 2010. “Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian Berdasarkan Mod-
213
al Intelektual (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Yusuf, A., Said, D., dan Mediaty. 2013. Hubungan antara Modal Intelektual dengan Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan di BEI. Ejournal pasca. unhas.ac.id. Yusuf, A. 2013. “Hubungan antara Modal Intelektual dengan Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan di BEI”. Tesis Universitas Hasanuddin. Zéghal, D. dan Maaloul, A. 2010. “Analysing value added as an indicator of intellectual capital and its consequences on company performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 11 No. 1, hlm 39-60.