RELENTLESS.indd 1
11/8/2010 1:26:31 PM
RELENTLESS Tak Kenal Ampun Diterjemahkan dari Relentless karya Dean Koontz Copyright © 2009, Dean Koontz Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Hak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ada pada PT. Ufuk Publishing House Pewajah Sampul: vbi_djenggotten Pewajah Isi: EMW—Ufukreatif Design Penerjemah: Nina Setyowati Penyunting: Premi Wahyu Pemeriksa Aksara: Olga Dories Cetakan I: November 2010 ISBN: 978-602-8801-53-9
UFUK PRESS PT. Ufuk Publishing House Anggota IKAPI Jl. Warga 23A, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510, Indonesia Phone: 62-21 7976587, 79192866 Fax: 62-21 79190995 Homepage: www.ufukpress.com Blog : http://ufukpress.blogspot.com Email :
[email protected]
RELENTLESS.indd 2
11/8/2010 1:26:32 PM
Untuk Gerda untuk segalanya
RELENTLESS.indd 3
11/8/2010 1:26:32 PM
Hal-hal kecillah yang menyusun jumlah kehidupan. —CHARLES DICKENS, David Copperfield
Masalahnya jelas. Ini antara cahaya dan kegelapan, dan setiap orang harus memilih pihaknya. —G.K. CHESTERTON
Semua manusia itu tragis… Semua manusia itu lucu… Setiap laki-laki itu penting jika dia kehilangan kehidupannya. Dan setiap laki-laki lucu jika dia kehilangan topinya. —G.K. CHESTERTON, Charles Dickens
RELENTLESS.indd 4
11/8/2010 1:26:32 PM
Bagian Satu Penny Boom Bilang Lupakan Saja
RELENTLESS.indd 5
11/8/2010 1:26:41 PM
RELENTLESS.indd 6
11/8/2010 1:26:42 PM
1 Ini
adalah
suatu
hal
yang
aku
pelajari:
bahkan
dengan sepucuk pistol di kepalaku, aku bisa tetap tertawa terbahak-bahak. Aku tidak yakin apakah ini adalah kapasitas keriangan ekstrem dalam diriku. Kalian pun harus memutuskannya untuk diri kalian sendiri. Dimulai pada suatu malam ketika aku masih berumur enam tahun dan selama dua puluh tujuh tahun setelahnya, keberuntungan menjadi teman setiaku. Malaikat penjaga yang mengawasiku dari atas telah melakukan sebuah pekerjaan yang hebat. Sebagai hadiah untuk pekerjaannya yang sangat baik dalam mengurus kehidupanku, mungkin malaikatku—mari kita sebut ia Ralph—diperbolehkan mengambil cuti panjang untuk istirahat. Mungkin ia ditugaskan kembali. Sesuatu pasti sudah terjadi padanya sekali waktu selama tahun ketiga puluh empatku, saat kegelapan menemukan kami. Dalam hari-hari saat Ralph sedang rajin-rajinnya berkutat dengan pekerjaannya, aku bertemu dan berpacaran
RELENTLESS.indd 7
11/8/2010 1:26:42 PM
dengan Penny Boom. Waktu itu, aku berumur dua puluh empat dan Penny masih berumur dua puluh tiga. Dulu, wanita yang secantik Penny Boom tidak akan terlalu memperhatikanku. Oh, kadang-kadang mereka melihatku, tapi seolah-olah aku mengingatkan mereka tentang sesuatu yang pernah mereka lihat di dalam sebuah buku tentang jamur yang eksotis, sesuatu yang tidak pernah mereka kira—atau harapkan—untuk dilihat dalam kehidupan nyata. Penny juga terlalu cerdas, terlalu lucu, dan terlalu anggun untuk membuang-buang waktunya dengan seorang pria sepertiku. Jadi, aku hanya bisa berasumsi bahwa sebuah kekuatan supernaturallah yang memaksanya untuk mau menikah denganku. Di mata batinku, aku melihat Ralph berlutut di samping tempat tidur Penny selagi ia sedang tidur, membisikkan, “Pria itu adalah orang yang tepat untukmu, dia adalah orang yang tepat untukmu, tak peduli betapa mungkin kelihatan tak masuk akalnya konsep itu saat ini, ia benar-benar adalah orang yang tepat untukmu.” Kami menikah lebih dari tiga tahun saat ia melahirkan Milo, yang beruntung memiliki mata biru dan rambut hitam milik ibunya. Nama kesukaan kami untuk anak laki-laki kami adalah Alexander. Ibu Penny, Clotilda—yang dinamai Nancy di akte kelahirannya—mengancam bahwa jika kami tidak memanggil putra kami dengan nama Milo, maka ia akan meledakkan otaknya.
RELENTLESS.indd 8
11/8/2010 1:26:42 PM
Ayah Penny, Grimbald—yang telah dinamai Larry oleh orangtuanya—bersikeras bahwa dia tidak akan mau bersih-bersih setelah sebuah bunuh diri semacam itu, dan baik aku maupun Penny juga tidak memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan itu. Jadi, Alexander pun menjadi Milo. Aku diberitahu kalau nama keluarga itu benar-benar Boom dan bahwa mereka berasal dari garis keturunan panjang dari pedagang Belanda. Ketika aku bertanya komoditi apa yang nenek moyang mereka jual, Grimbald menjadi serius dan terus mengelak, dan Clotilda berpurapura kalau dirinya tuli. Namaku adalah Cullen Greenwich—dilafalkan grenitch, seperti kota di Connecticut. Sejak aku masih kecil, sebagian besar orang sudah memanggilku Cubby. Saat pertama kali berkencan dengan Penny, ibunya memanggilku Hildebrand, tapi aku tidak mau dipanggil dengan nama itu. Hildebrand itu dari Jerman lama, dan artinya “obor pertempuran” atau “pedang pertempuran”. Clotilda senang dengan kekuatan nama-nama, kecuali dalam kasus anak kami, saat ia bersiap-siap untuk penghancuran diri sendiri jika kami tidak memberi nama putra kami dengan sebuah nama yang berarti “orang yang dicintai dan lemah lembut”. Teman-teman dan dokter ahli penyakit dalam kami, Dr. Jubal Frost, yang membantu kelahiran Milo, bersumpah bahwa anak itu tidak pernah menangis saat dilahirkan,
RELENTLESS.indd 9
11/8/2010 1:26:42 PM
bahwa ia terlahir dengan tersenyum. Kenyataannya, Jubal mengatakan kalau bayi kami menyenandungkan sebuah lagu dengan lembut, timbul-tenggelam, di dalam ruang persalinan. Walaupun saat itu aku hadir di ruang persalinan, aku tidak memiliki memori tentang pertunjukan musikal Milo karena aku merasa pusing. Penny pun tidak ingat tentang hal itu, karena, sekalipun sadar, pikirannya dikacaukan oleh perdarahan pasca-melahirkan yang telah menyebabkan aku pingsan. Aku sama sekali tidak meragukan cerita Frost. Milo selalu saja penuh dengan kejutan. Untuk alasan yang bagus, nama kecilnya adalah Spooky. Pada hari ulang tahunnya yang ketiga, Milo mengumumkan, “Kita akan menyelamatkan seekor anjing kecil.” Aku dan Penny menganggap kalau Milo hanya memperagakan sesuatu yang telah ia tonton di televisi, tapi anak itu adalah anak pra-sekolah yang sedang berada dalam sebuah misi. Dia memanjat ke atas kursi dapur, merenggut kunci-kunci mobil dari papan gantungan kunci, dan bergegas keluar menuju garasi seolah-olah untuk memulai pencarian seekor anjing yang terancam. Kami mengambil kunci-kunci dan menjauhkannya, tapi selama lebih dari satu jam, ia mengikuti kami berputar-putar dengan bernyanyi, “Kita akan menyelamatkan seekor anak anjing,” sampai-sampai untuk menyelamatkan kesehatan jiwa kami, kami pun memutuskan untuk mengantarkannya 10
RELENTLESS.indd 10
11/8/2010 1:26:42 PM
ke sebuah toko binatang peliharaan dan mengalihkan jurusan antusiasme anjingnya menuju ke seekor tikus gerbil atau seekor kura-kura, atau keduanya. Di tengah perjalanan, dia berkata, “Kita hampir sampai ke anak anjing itu.” Setengah blok kemudian, ia menunjuk ke sebuah tanda—TEMPAT PERLINDUNGAN HEWAN. Kami salah mengasumsikan itu sebagai siluet dari seekor gembala Jerman yang menarik perhatian Milo, dan bukan kata-kata di papan tanda. “Di dalam sana, Daddy.” Banyak anjing sedih yang menempati kandang-kandang, tapi Milo berjalan langsung ke tengah-tengah dari baris pusat di dalam kandang anjing dan berkata, “Yang ini.” Anak anjing itu adalah anjing gembala Australia dengan campuran bulu kusut hitam dan putih yang berumur dua tahun dengan berat lima puluh pound, satu matanya biru dan mata yang satunya lagi berwarna abu-abu. Anjing itu sama sekali tidak seperti anjing berbulu panjang dari Skotlandia yang terkenal karena kecerdasannya itu, tapi Milo menamainya Lassie. Aku dan Penny menyayangi anak anjing itu di saat kami melihatnya. Entah di mana pun itu, seekor gerbil dan seekor kura-kura masih tetap membutuhkan sebuah rumah. Di tiga tahun selanjutnya, kami tidak pernah mendengar satu gonggongan pun dari anjing itu. Kami penasaran apakah Lassie kami, mengikuti contoh dari orisinalnya, pada akhirnya akan menyalak jika Milo terjatuh ke dalam sebuah sumur yang tak terawat atau terperangkap di dalam 11
RELENTLESS.indd 11
11/8/2010 1:26:42 PM
sebuah gudang yang terbakar. Atau, apakah anjing itu malah akan berusaha untuk memberi kami tanda tentang keadaan anak lelaki kami dengan menggunakan pantomim yang urgen. Hingga Milo berumur enam tahun dan Lassie lima tahun, kehidupan kami tidak hanya bebas dari malapetaka, tapi juga tanpa banyak gangguan. Keberuntungan kami berubah dengan publikasi dari novel keenamku, One O’Clock Jump. Novel pertamaku merupakan novel bestseller. Perjalananku������������������������� dimulai, Malaikat Ralph. Penny Boom, tentu saja, adalah si Penny Boom, penulis dan ilustrator buku anak-anak yang banyak dipuji. Bukubuku itu brilian, buku-buku yang lucu. Lebih dari karena kecantikannya yang memesona, lebih dari karena pikirannya yang cepat, dan lebih dari karena hati baiknya yang hebat, aku jatuh cinta dengannya karena selera humornya. Jika ia kehilangan selera humornya, mungkin aku akan membuangnya. Kemudian, aku akan membunuh diriku sendiri karena aku tidak bisa hidup tanpanya. Nama di dalam akte kelahirannya adalah Brunhild, yang berarti seseorang yang memakai baju berlapis baja untuk bertarung. Saat ia berumur lima tahun, dia bersikeras kalau ia ingin dipanggil Penny. Pada awal Perang Dunia Waxx, sebagaimana kami menyebutnya, Penny, Milo, dan aku tinggal di sebuah rumah batu dan plester semen yang sangat indah, di 12
RELENTLESS.indd 12
11/8/2010 1:26:42 PM
bawah ucapan doa dari telapak tangan daun-daun palem phoenix, di Kalifornia Selatan. Kami tidak mempunyai panorama laut, tapi kami memang tidak membutuhkannya karena kami fokus pada satu sama lain dan pada bukubuku kami. Karena kami pernah menonton film-film Batman yang kami miliki bersama, kami tahu kalau Kejahatan dengan huruf K kapital mengejar dunia, tapi kami tidak pernah menyangka bahwa kejahatan itu tiba-tiba, dengan sungguh-sungguh mengalihkan perhatiannya pada rumah tangga kami yang bahagia atau bahwa kejahatan ini akan terarah pada kami oleh sebuah buku yang aku tulis. Setelah selesai dengan tur dua puluh kota untuk tiap novel-novelku yang sebelumnya, aku membujuk penerbitku untuk menghindarkanku dari siksaan itu untuk novel One O’Clock Jump. Oleh karena itu, pada hari publikasi, di suatu Selasa di awal November, aku bangun pukul tiga tepat di pagi hari untuk membuat secerek kopi dan segera mengundurkan diri ke ruang kerja lantai pertamaku. Tanpa bercukur, dalam piyama, aku melakukan serangkaian dari tiga puluh wawancara radio, diadakan lewat telepon, antara pukul 4.00 hingga 9.30 pagi, yang dimulai dengan acara-acara pertunjukan pagi di Pesisir Timur. Para host radio itu, yang pintar berbicara dan secara tradisional pintar mengatur musik, melakukan wawancara lebih baik daripada tipe-tipe TV. Jarang dari pewawancara
13
RELENTLESS.indd 13
11/8/2010 1:26:42 PM
TV yang sudah membaca bukumu, tapi delapan dari sepuluh host radio sudah membacanya. Orang-orang radio juga lebih cerdas dan lebih lucu—dan sering kali benar-benar rendah hati. Aku tidak tahu mengapa yang terakhir ini seharusnya benar, kecuali mungkin popularitas pengenalan wajah yang lebih besar, yang datang dengan pengeksposan televisi yang teratur, mendorong kebanggaan yang matang berubah menjadi kesombongan. Setelah lima jam di radio, aku merasa seolah-olah aku mungkin muntah jika mendengar diriku sendiri mengatakan kata-kata One O’Clock Jump. Aku bisa melihat hari datang saat—jika aku diminta melakukan banyak publisitas untuk sebuah buku baru—aku akan menulisnya tapi tidak mengizinkan publikasinya sampai aku mati. Jika kau tidak pernah berada di depan mata publik, mencambuki karyamu seperti pimpinan sirkus yang memainkan sebuah pertunjukan orang aneh di dalam kerumunan, bersumpah untuk memublikasikan-hanyasetelah-mati mungkin tampak ekstrem. Tapi diperas oleh promosi diri yang mengeringkan sesuatu yang esensial dari jiwa, dan setelah salah satu dari sesi ini, kau butuh berminggu-minggu untuk sembuh dan memutuskan bahwa suatu hari mungkin akan baik-baik saja untuk menyukai dirimu sendiri lagi. Bahaya dari menulis tapi tidak memublikasikannya adalah bahwa agenku, Hudson “Hud” Jacklight, yang tidak menerima komisi, hanya akan menunggu sampai 14
RELENTLESS.indd 14
11/8/2010 1:26:42 PM
tiga karya yang tidak terpublikasikan diselesaikan sebelum mendapatiku terbunuh untuk membebaskan naskah-naskah untuk pemasaran. Dan jika aku kenal Hud sebaik yang kupikir, ia tidak akan melakukan tembakan cepat ke belakang kepalaku. Dia akan menginginkanku untuk jadi tersiksa dan terpotongpotong di dalam semacam cara flamboyan yang bisa membuatnya menyusun kesepakatan berharga. Demi salah satu klien kisah nyata kriminalnya untuk menulis sebuah buku tentang kasus terbunuhnya diriku. Jika tidak ada penerbit yang mau membayar uang muka dalam jumlah sangat banyak yang sesuai untuk sebuah buku tentang pembunuhan yang belum terbongkar, Hud akan membuat seseorang terjebak untuk itu. Kebanyakan seperti Penny, Milo, dan Lassie. Namun demikian, setelah wawancara yang ketiga belas, aku beranjak dari kursi kantorku dan, terhuyung-huyung dalam kemuakan akan diri sendiri, melangkah menuju dapur. Tujuanku adalah untuk menyantap sarapan pagi tak sehat hingga rasa bersalahku terhadap kandungan kolesterolnya akan mengalihkanku dari rasa malu atas semua promosi-diri. Penny yang setia telah menunda sarapannya sehingga bisa makan denganku dan mendengar semua hal yang luar biasa lucu yang kuharap telah kukatakan di ketiga belas wawancara itu. Kontras dengan rambutku yang kusut, wajah yang belum dicukur, dan piyama yang benar-benar kusut, Penny memakai blus putih yang segar dan kering 15
RELENTLESS.indd 15
11/8/2010 1:26:42 PM
serta celana panjang warna kuning muda, seperti biasa kulitnya memancarkan cahaya seolah-olah kulit itu tembus cahaya dan ia bercahaya dari dalam. Ketika aku memasuki ruangan, ia sedang menghidangkan panekuk blueberry, dan aku berkata, “Kau terlihat lezat. Aku bisa menuangkan sirup mapel padamu dan memakanmu hidup-hidup.” “Kanibalisme,” Milo memperingatkanku, “adalah sebuah kejahatan.” “Itu bukan tindak kriminal,” kataku pada Milo. “Di beberapa tempat, itu adalah sebuah pilihan kuliner.” “Itu adalah kejahatan.” Anak itu bersikeras. Antara ulang tahunnya yang kelima dan keenam, Milo telah memutuskan untuk berkarier di bidang penyelenggaraan hukum. Ia berkata bahwa terlalu banyak orang yang tidak patuh pada hukum dan bahwa dunia dipimpin oleh penjahat-penjahat yang kejam. Ia akan tumbuh dewasa dan melakukan sesuatu tentang itu. Kebanyakan anak-anak ingin menjadi polisi. Milo berniat untuk menjadi direktur FBI dan sekretaris pertahanan sehingga ia akan memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan keadilan bagi pelaku kejahatan, baik di dalam maupun di luar rumah. Di sini, di tepi Perang Dunia Waxx, Milo bertengger di atas kursi makan, ditinggikan dengan bantal busa tebal karena ia bertubuh kecil untuk ukuran usianya. Huruf-huruf cetak warna biru di kaus putihnya dieja KEBERANIAN. 16
RELENTLESS.indd 16
11/8/2010 1:26:42 PM
Nantinya, kata di dadanya itu akan tampak seperti sebuah pertanda. Setelah menyelesaikan makan paginya sejak tadi, anak lelakiku yang bermata cerah itu meminum susu cokelatnya sedikit-sedikit dan membaca sebuah buku komik. Ia bisa membaca buku level kuliah, walaupun ketertarikannya bukan ketertarikan anak umur enam tahun ataupun anak bengal. “Sampah apa ini?” aku bertanya, mencomot komik itu. “Dostoyevsky,” jawabnya. Mengerutkan dahi pada ilustrasi kover-nya, aku bertanya����������������������������������������� -tanya, “Bagaimana mereka bisa meringkas Kejahatan dan Hukuman ke dalam sebuah buku komik?” Penny ikut bicara, “Buku itu datang dalam bentuk box set berisi tiga puluh enam edisi dengan tebal dua kali lipat. Buku itu ada di nomor tujuh.” Sembari mengembalikan komik itu pada Milo, aku berkata, “Mungkin pertanyaan itu seharusnya jadi—mengapa mereka mau meringkas Kejahatan dan Hukuman ke dalam sebuah buku komik?” “Raskolnikov,” Milo memberiku informasi dengan serius, menepuk sebuah halaman berilustrasi klasik dengan satu jari, “adalah pria yang benar-benar bingung.” “Sama saja seperti kita berdua,” kataku. Aku duduk di meja, mengambil sebuah botol pencet mentega cair, dan menyemprotkannya ke panekukku.
17
RELENTLESS.indd 17
11/8/2010 1:26:42 PM
“Berusaha untuk mengubur rasa malu dari promosi-diri di bawah kesalahan kolesterol?” Penny bertanya. “Tepat.” Dari seberang meja makan, Lassie menontonku yang sedang mengolesi panekukku dengan mentega. Anjing itu tidak diizinkan duduk di meja dengan kami. Akan tetapi, karena dia menolak untuk hidup sepenuhnya dalam level anjing, dia diizinkan untuk duduk di sebuah kursi yang berjarak sejauh empat kaki, di mana ia bisa mengamati dan merasa jadi bagian keluarga di waktu makan. Untuk anjing yang selucu itu, Lassie sering kali benarbenar sulit untuk “dibaca”. Ia memiliki muka yang tidak menunjukkan perasaan. Anjing itu tidak mengeluarkan air liur. Ia jarang melakukannya. Dia tidak begitu terobsesi dengan makanan seperti kebanyakan anjing. Malahan, anjing itu memiringkan kepalanya dan menelitiku seolah-olah ia adalah seorang antropologis dan aku adalah anggota dari sebuah suku primitif yang ikut serta dalam sebuah ritual gaib. Mungkin anjing itu kagum bahwa aku terbukti mampu dalam mengoperasikan sebuah alat yang sekompleks botol mentega pencet dengan mulut pipa semprot flip-up. Aku memiliki reputasi ketidakmampuan dengan berbagai peralatan dan mesin. Sebagai contoh, aku tidak lagi diizinkan untuk mengganti ban yang bocor. Saat ada ban kempes, aku diminta untuk memanggil tim montir dan menyingkir saat mereka tiba. 18
RELENTLESS.indd 18
11/8/2010 1:26:42 PM
Aku tidak akan menjelaskan mengapa ini adalah sebuah masalah, karena ini jelas-jelas bukan cerita yang menarik. Di samping itu, saat aku sampai pada bagian tentang monyet yang berpakaian seragam orkestra, kau akan berpikir kalau aku hanya mengarang semuanya, walaupun agen asuransiku bisa mengonfirmasi kebenaran dari setiap detailnya. Tuhan memberiku bakat dalam bercerita. Dia tidak berpikir kalau aku juga akan membutuhkan keahlian untuk memperbaiki sebuah mesin jet atau membangun sebuah reaktor nuklir dari goresan. Siapa aku ini sampai berani menebak pikiran Tuhan? Walaupun… akan bagus jika bisa menggunakan sebuah kapak atau obeng, setidaknya sekali saja tanpa perjalanan setelahnya ke ruang gawat darurat di rumah sakit. Ngomong-ngomong, tepat setelah aku mengangkat gigitan pertama dari panekuk yang basah karena mentega ke mulutku, telepon berbunyi. “Saluran ketiga,” kata Penny. Saluran ketiga adalah sambungan bisnis langsungku, diberikan hanya untuk editor-editorku, para penerbitku, para agen, dan para pengacaraku. Aku meletakkan garpu berlapis still-laden, berdiri, dan menyambar telepon dinding pada deringan keempat, sebelum panggilan telepon itu masuk ke voice mail. Olivia Cosima, editorku, berkata, “Cubby, kau memang pemain kawakan. Aku mendengar dari pemberitaan, wawancara-wawancara radionya brilian.” 19
RELENTLESS.indd 19
11/8/2010 1:26:42 PM
“Jika brilian itu berarti kalau aku berbuat bodoh sedikit lebih jarang dari yang aku sangka, berarti merekalah yang brilian.” “Setiap penulis, baik sekarang maupun di masa depan, pasti pernah berbuat bodoh, Sayang. Apa yang unik tentang dirimu adalah—kau tidak pernah benar-benar memedulikan dirimu sendiri.” “Aku mengusahakannya.” “Dengar, Sayang, aku baru saja mengirimimu e-mail tentang tiga review utama yang muncul pagi ini. Baca review yang dibuat oleh Shearman Waxx lebih dulu.” Aku menahan napasku. Waxx adalah kritikus senior untuk koran premier nasional. Ia ditakuti, dan oleh karena itulah ia jadi dipuja-puja. Ia belum pernah memberi review untuk novel-novelku yang sebelumnya. Karena aku tidak berlangganan koran itu, aku tidak pernah membaca tulisan Waxx. Meskipun begitu, aku tahu kalau Waxx itu adalah kritikus buku yang paling berpengaruh di negara ini. “Dan?” tanyaku. Olivia menyahut, “Kenapa kau tidak membacanya dulu, dan baru setelah itu kita membicarakannya.” “Uh-oh.” “Pria itu menyukai minimalisme yang membosankan, Cubby. Kualitas-kualitas yang tidak dia sukai di dalam karyamu adalah hal-hal utama yang sangat diinginkan oleh para pembaca. Jadi, ini benar-benar review yang menjual.” 20
RELENTLESS.indd 20
11/8/2010 1:26:42 PM
“Uh-oh.” “Telepon aku setelah kau membacanya. Dan dua review yang lainnya, yang dua-duanya sangat bagus. Kedua review itu lebih dari mengganti kerugian karena review Waxx.” Saat aku beralih dari telepon, Penny duduk di meja, memegang pisau dan garpunya seolah-olah benda-benda itu bukan peralatan makan, tapi sebuah senjata. Setelah mendengar percakapan dengan editorku dari sisiku, dia telah merasakan sebuah ancaman terhadap keluarganya, dan dia seolah diperlengkapi dengan baju baja seperti Brunhild yang pernah merupakan dirinya. “Apa?” tanya Penny. “Shearman Waxx me-review bukuku.” “Apa hanya itu?” “Dia tidak suka bukuku.” “Siapa yang memberi”—Penny melirik sekilas pada Milo sebelum menyelesaikan pertanyaannya dengan sebuah kata tanpa arti sebagai pengganti sebuah ketidaksopanan— “furnal terbang.” “Apa itu furnal terbang?” tanya Milo. “Sejenis tupai,” kataku, sepenuhnya sadar bahwa intelektualitas genius anakku yang penuh bakat itu berada di bidang selain dari biologi. Penny berkata, “Menurutku buku itu hebat, dan aku adalah kritikus yang paling jujur yang pernah kau miliki.” “Yeah, tapi ratusan ribu orang membaca review orang itu.” 21
RELENTLESS.indd 21
11/8/2010 1:26:43 PM
“Tidak ada seorang pun yang membaca review-nya kecuali pendukung kebodohan yang culun.” “Maksud Dad, dia punya sayap?” Milo bertanya. Aku mengerutkan dahi padanya. “Apa yang punya sayap?” “Furnal terbang.” “Tidak. Dia punya pundi-pundi udara.” “Berusahalah sendiri,” Penny menasihati. “Jangan baca review itu.” “Jika aku tidak membacanya, aku tidak akan tahu apa yang dikatakan laki-laki itu.” “Tepat sekali.” “Apa yang Dad maksud dengan—pundi-pundi udara?” Milo bertanya. Aku menjawab, “Kantung yang dapat digembungkan di bawah kulitnya.” “Apakah suatu review, bagus atau buruk, pernah mengubah caramu menulis?” tanya Penny. “Tentu saja tidak. Aku punya pendirian sendiri.” “Jadi, tidak ada yang bisa diperoleh dari membaca review yang satu ini.” Milo berkata, “Tupai tidak terbang. Apa yang pasti bisa dilakukan tupai—hewan itu pasti hanya melayang.” “Tupai bisa terbang,” aku bersikeras. “Tapi pundi-pundi udara, tanpa sayap—itu hanyalah sebuah pesawat tupai,” kata Milo.
22
RELENTLESS.indd 22
11/8/2010 1:26:43 PM
“Pesawat bisa terbang,” kataku. “Mereka punya sebuah mesin dan baling-baling yang besar di belakang gondola penumpang.” Milo melihat kelemahan dari pernyataanku, “Tupai tidak memiliki mesin.” “Memang tidak, tapi tupai menggembungkan pundipundi udaranya, sedangkan furnal menendangkan kakikakinya yang tersembunyi dengan sangat cepat, seperti seorang perenang, dan mendorong dirinya ke depan.” Lassie tetap bermuka tanpa perasaan, tapi aku tahu kalau anjing itu belum teryakinkan dengan ceramahku mengenai biologi dari furnal terbang. Milo juga tidak memercayaiku. “Mom, Dad melakukannya lagi. Dad sedang berbohong.” “Dia tidak sedang berbohong,” Penny meyakinkan anak itu. “Dia sedang melatih imajinasi yang kuat dan lentur dari seorang novelis yang bagus.” “Yeah? Apa bedanya dari berbohong?” Seolah-olah ingin tahu tentang jawaban dari Nyonya pemiliknya, di kursinya, Lassie mencondongkan tubuhnya ke depan dan menelengkan kepalanya ke arah Penny. “Berbohong itu menyakiti orang lain,” Penny menjelaskan. “Imajinasi membuat kehidupan lebih menyenangkan.” “Seperti sekarang ini,” aku menukas. “Aku membayangkan Shearman Waxx diserang dan dibunuh oleh seekor furnal terbang dengan penyakit rabies.”
23
RELENTLESS.indd 23
11/8/2010 1:26:43 PM
“Biarkan saja masalah itu berlalu.” Penny memberi nasihat. “Aku tadi berkata pada Olivia kalau aku akan meneleponnya kembali setelah aku membaca review itu.” “Ja ng a n b ac a re v i e w it u .” Pe n ny me mb er i peringatan. “Aku sudah berjanji pada Olivia kalau aku akan meneleponnya.” Dengan mulut penuh dengan panekuk, Penny menggelengkan kepalanya dengan penuh sesal. “Aku sudah besar,” kataku. “Hal macam ini tidak akan memengaruhiku. Aku harus membacanya. Tapi jangan khawatir—aku akan menertawakannya.” Aku kembali ke ruang kerjaku dan menyalakan komputer. Daripada membaca e-mail dari Olivia di layar monitor, aku menge-print komentar pembukanya serta ketiga review itu. Pertama, aku membaca review dari USA Today, dan kemudian review dari the Washington Post. Mereka memberi ulasan hangat tentang bukuku, dan mereka memperkuat diriku. Dengan sikap tak terpengaruh yang profesional, aku membaca review Shearman Waxx. Babi sifilis.
* 24
RELENTLESS.indd 24
11/8/2010 1:26:43 PM