Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 5 Nomor 1, April 2014
1
REKAYASA SOSIAL KELEMBAGAAN TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI UBI JALAR MELALUI PROGRAM PUAP THE SOCIAL ENGINEERING OF SWEET POTATO PEASANT INSTITUTION THROUGH PUAP PROGRAM S Masithoh1a dan A Yoesdiarty1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No.1 Kotak Pos 35 Bogor 16720 a Korespondensi: Siti Masithoh, Email:
[email protected]
(Diterima: 17-01-2014; Ditelaah: 21-01-2014; Disetujui: 25-01-2014)
ABSTRACT The perspective of social engineering in this research is the perspective of empowerment, where social engineering conducted in participatory with internal party, in this case the farmers institutions, as the subject. The goal of this research are to describe the institutional performance of the peasant, to describe the mechanisms of implementation and realization PUAP, and to identify the role of the institutional peasants for increasing the income. The research was done in Cikarawang Village, Bogor District. The data are theme analyzed using descriptive method to illustrate the performance by the Likert Scale. The result of this research indicate that (1) the implementation PUAP of Gapoktan Mandiri Jaya was succes by the social engineering, (2) social engineering by Gapoktan Mandiri Jaya will only be effective when it is able to increase the income of farmers. Key words: social engineering, empowerment, and farmers institutions.
ABSTRAK Gapoktan adalah kelembagaan tani yang menjadi pelaksana PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dan memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja kelembagaan tani, mengetahui mekanisme dan realisasi pelaksanaan PUAP, dan mengidentifikasi peranan kelembagaan tani dalam meningkatkan pendapatan petani. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan Skala Likert dengan 14 indikator dan dibuat klasifikasi (Gapoktan Kurang Baik, Gapoktan Cukup Baik, Gapoktan Baik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gapoktan memiliki kinerja baik (skor 1.056). Rekayasa sosial yang dilakukan meliputi penguatan kelembagaan, kegiatan penyuluhan, dan pengembangan SDM. Program PUAP mendapat dukungan pendampingan yang “kuat” (rata-rata skor 486). Jumlah peminjam tahun 2013 sudah mencapai 131 orang dan dana yang digulirkan sudah berkembang mencapai Rp 140.000.000. Program PUAP sudah dijalankan dengan baik tetapi belum efektif dapat meningkatkan pendapatan petani. Kata kunci: rekayasa sosial, pemberdayaan, dan kelembagaan tani. Masithoh S dan A Yoesdiarty. 2014. Rekayasa sosial kelembagaan tani dalam meningkatkan pendapatan petani ubi jalar melalui program PUAP. Jurnal Pertanian 5(1): 1–10.
PENDAHULUAN Upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras dilakukan melalui program diversifikasi pangan. Dalam lingkup skala nasional, pengurangan beras melalui diversifikasi pangan akan memberikan dampak positif terhadap ketergantungan impor beras. Cara yang
dilakukan dalam mencapai diversifikasi pangan adalah dengan memanfaatkan pangan lokal yang ada seperti umbi-umbian, salah satunya adalah ubi jalar (sesuai dengan Permentan No. 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal). Ubi jalar adalah
2
Masithoh dan Yoesdiarty
salah satu komoditas selain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu yang ditetapkan dalam renstra tahun 2010-2014 dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai komoditas unggulan nasional yang memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Pengembangan komoditas ubi jalar melalui program yang masuk di pedesaan salah satunya adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasi oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha. Sehubungan dengan ketentuan dari PUAP bahwa kelembagaan tani yang bertugas mengkoordinir program adalah Gapoktan, maka terdapat kelemahan yang bisa dimanipulasi terkait dengan Gapoktan, mulai dari bagaimana mekanisme pembentukan Gapoktan; apakah berbasis kebutuhan petani atau semata-mata berorientasi untuk mendapatkan bantuan sendiri, bagaimana pendistribusian bantuan; apakah sudah sesuai dengan peruntukannya, apakah terpantau penyaluran dan pengembaliannya, juga mengenai bagaimana dominasi elit desa dan intervensi stakeholder dalam kegiatan internal Gapoktan sehingga mengeliminasi anggotanya, serta masih banyak lagi yang mengaitkan kinerja Gapoktan dengan tingkat keberhasilan program. Gapoktan sebagai salah satu kelembagaan tani merupakan elemen penting yang dapat menangkap, menyelenggarakan, mengembangkan, dan melakukan rekayasa sosial atas program tersebut sehingga tercapai masyarakat tani yang sejahtera, adil, dan beradab serta terentas dari kondisi kemiskinan. Berdasarkan data BPS (2011), Kabupaten Bogor adalah kabupaten yang jumlah penduduk miskinnya terbesar di Jawa Barat sebesar 470,52 dengan persentase 10,1%. Hal ini disebabkan penduduk Bogor sebagian besar berada di desa. Dilihat dari sisi mata pencaharian penduduk desa, dapat dikatakan kemiskinan masih mayoritas terjadi pada penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Diversifikasi pangan dan sumber daya lokal
Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan penelitian mengenai rekayasa sosial kelembagaan tani untuk meningkatkan pendapatan petani ubi jalar melalui PUAP di Kampung Carang Pulang, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Sehubungan dengan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan kinerja kelembagaan tani (Gapoktan Mandiri Jaya) di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, (2) menggambarkan mekanisme dan realisasi pelaksanaan program PUAP di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, dan (3) mengidentifikasi peranan kelembagaan tani (Gapoktan Mandiri Jaya) dalam meningkatkan pendapatan petani di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor.
MATERI DAN METODE Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu (a) mendeskripsikan kinerja kelembagaan tani dengan menggunakan dua puluh indikator, (b) menggambarkan mekanisme dan realisasi pelaksanaan PUAP, dan (c) mengidentifikasi peranan kelembagaan tani dalam meningkatkan pendapatan petani melalui program pengembangan usaha agribisnis pedesaan. Penelitian ini dilakukan di Kampung Carang Pulang Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Populasi penelitian ini adalah petani ubi jalar di Desa Cikarawang. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah: (1) merupakan salah satu desa penerima program, (2) jumlah petani yang menerima program memadai, (2) terdapat kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan, (3) keragaman potensi wilayah dari komoditas utama yang diusahakan oleh petani, (4) keragaman karakteristik sosial ekonomi petani yang terlibat dalam program, dan (5) Kelompok tani yang ada sudah berdiri sejak tahun 1975 sehingga memadai untuk menganalisis keberadaan program dan manfaatnya terhadap pengembangan kelembagaan tani dan peningkatan pendapatan petani. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 5 Nomor 1, April 2014
primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung dengan para responden yaitu petani (anggota Gapoktan) serta kepada pengurus Gapoktan atau Poktan. Responden dalam penelitian ini akan difokuskan pada petani (anggota Gapoktan) yang telah menerima bantuan dana PUAP. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bogor (BP3K). Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari penelusuran kepustakaan, internet, dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan kinerja Gapoktan menggunakan Skala Likert dengan 14 indikator dan dibuat klasifikasi berdasarkan skor tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Berdasarkan kondisi geografis, Desa Cikarawang memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut berkisar 193 dpl dan suhu ratarata berkisar antara 250C - 300C. Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan desa/kelurahan) yaitu jarak ke ibu kota kecamatan sejauh 5 km, jarak ke ibu kota kabupaten/kota sejauh 35 km, dan jarak ke ibu kota provinsi sejauh 135 km. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 128,109 hektar atau lebih kurang 70 persen dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang. Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 41,465 hektar (14,4%) dan 4,3 hektar (2,7%) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya, misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman, dan lain-lain. Dengan lahan untuk pertanian seluas itu, Desa Cikarawang memiliki potensi terutama untuk komoditas padi sawah dan palawija yang sangat besar. Komoditas palawija yang banyak dibudidayakan oleh petani Cikarawang adalah ubi jalar dan kacang tanah.
Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan
Terdapat tiga dusun di Desa Cikarawang yaitu Dusun Cangkrang, Dusun Carang Pulang, dan
3
Dusun Cangkurawok. Terdapat tujuh Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Meskipun secara umum desa ini masih berciri pertanian, namun masing-masing dusun memiliki karakter tersendiri dan memiliki kekhasan pertanian berupa sawah dan ladang. Dari luas 226,56 ha, sebesar 85 persen diantaranya diperuntukkan penggunaannya untuk sawah dan ladang. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Cikarawang masih tergolong desa pertanian. Potensi pertanian cukup besar untuk berbagai komoditas unggulan karena ditunjang oleh keberadaan sungai di sekelilingnya dan keberadaan Situ Burung di dalamnya dan Situ Gede yang mampu menunjang sistem hidrologi setempat.
Kinerja Gapoktan Mandiri Jaya
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Gapoktan Mandiri Jaya, salah satu Gapoktan yang terdapat di Desa Carang Pulang, adalah Gapoktan yang beranggotakan kelompok tani yang sudah terkategori kelompok tani utama dan dikukuhkan pada tahun 2012. Gapoktan Mandiri Jaya telah memenangkan berbagai perlombaan, baik pada tingkat Kabupaten Bogor, maupun pada tingkat nasional. Gapoktan ini terdiri dari enam kelompok tani, yaitu kelompok tani Hurip, Setia, Mekar, Subur Jaya, Melati, dan Dasa Wisma Mawar. Usaha pokok Gapoktan Mandiri Jaya meliputi kegiatan simpan pinjam, saprodi, dan pabrik tepung. Kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Mandiri Jaya tersebar di tiap dusun, seperti Kelompok Tani Setia di Dusun Cangkrang, Kelompok Tani Hurip dan KWT Melati di Dusun Carang Pulang, dan Subur Jaya di Dusun Cangkurawok. Kelompok wanita Tani (KWT) adalah kumpulan wanita tani yang terikat secara non formal dan atas dasar kekeluargaan, kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keserasian. KWT dibentuk atas dasar kesamaan usaha dan domisili anggotanya yang dipimpin oleh seorang ketua dan memiliki anggota sekurangkurangnya 20 orang anggota. Masing-masing kelompok tani memiliki karakteristik umum yang mewakili komoditi yang diusahakannya. Kelompok tani Hurip yaitu ubi jalar, padi, dan kacang tanah; kelompok tani Setia yaitu padi, singkong, dan bengkoang; kelompok tani Mekar yaitu padi, ubi jalar, dan kacang tanah; kelompok tani Subur Jaya yaitu padi dan bengkoang; KWT Melati yaitu
4
Masithoh dan Yoesdiarty
pengolahan kue-kue dari ubi jalar; kelompok Dasa Wisma Mawar yaitu pemanfaatan pekarangan rumah dan usaha pokok Gapoktan Mandiri Jaya yaitu simpan pinjam, pengadaan saprodi atau saprotan dan pembuatan tepung ubi. a. Kelompok Tani Hurip berdiri pada tahun 1970. Saat ini anggotanya terdiri atas 82 orang dengan kepemilikan lahan 0,1 ha berupa tanah pekarangan dan tanah sawah. Komoditi unggulan yang banyak diusahakan oleh anggota dari kelompok tani ini adalah ubi ungu. Kelompok tani ini diketuai oleh Ahmad Bastari dengan Napi sebagai sekretarisnya. Dari 82 orang anggotanya tersebut, sebanyak 75% sebagai petani penggarap, sedangkan 25% sebagai petani pemilik. Sudah banyak kerja sama dan program yang diterima oleh kelompok ini dengan berbagai pihak atau instansi. b. Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati berdiri tahun 2008 dengan anggota 25 orang. Ketuanya adalah Norma yang juga istri dari Ahmad Bastari, ketua Kelompok Tani Hurip. Selain membantu di sawah, anggota dari kelompok ini mengolah tepung ubi ungu menjadi komoditi kue. c. Kelompok Tani Setia berdiri sejak tahun 2005 dengan Ujang sebagai ketuanya. Terdapat 54 orang anggota yang termasuk dalam kelompok ini. Dalam usahanya, kelompok ini banyak mengusahakan di bidang jambu kristal yang kemudian ditumpang sarikan dengan padi, kacang tanah ataupun kangkung. d. Kelompok Tani Subur Jaya ini diketuai oleh Bapak Wahyudin. Dalam usahanya, kelompok ini banyak mengusahakan komoditas kacang tanah, cesin, serta selain padi, ubi, dan singkong. e. Kelompok Tani Mekar, sama halnya dengan Kelompok Tani Subur Jaya, Kelompok Tani Mekar juga banyak mengusahakan tanaman padi dan palawija yang diketuai oleh Bapak Senan. Pada tahun 2012, ada satu kelompok tani yang sudah dikukuhkan sebagai kelompok tani utama, yaitu kelompok tani Hurip. Terdapat empat tingkatan kelompok tani berdasarkan penilaian kemampuan kelompok tani, yaitu kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya, dan kelas utama. Ciri dari kelompok tani kelas utama adalah anggota kelompok ini sudah mengusahakan komoditasnya secara komersial
Diversifikasi pangan dan sumber daya lokal
melalui penarapan teknologi secara cermat dan khusus (specialized farming). Selain itu, komoditas yang diusahakan adalah komoditas pilihan sesuai dengan peluang pasar dan permintaan masyarakat. Sistem pengusahaannya juga dicirikan dengan sudah terjalinnya hubungan kerja sama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain melalui perjanjian dan kesepakatan tertulis. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) adalah salah satu bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat Desa Cikarawang, termasuk untuk petani ubi jalar yang tergabung dalam Gapoktan Mandiri Jaya. Bantuan PUAP dikelola oleh Gapoktan dan diberikan dalam bentuk simpan pinjam. Bantuan PUAP tersebut sebesar Rp 100.000.000, diterima melalui rekening Gapoktan yang dimiliki (buka rekening perorangan) dan dikelola sebagai dana bergulir berupa simpan pinjam untuk anggota Gapoktan Mandiri Jaya. Jumlah anggotan Gapoktan Mandiri Jaya yang meminjam dana PUAP pada tahun 2007 sebanyak 50 orang dan berkembang dari tahun ke tahun. Sampai pada tahun 2013, jumlah peminjam menjadi sebanyak 131 orang. Jumlah peminjam semakin banyak mengindikasikan bahwa Gapoktan berhasil mengelola dana PUAP ini. Selain karena terdapat syarat-syarat tertentu yang diterapkan oleh Gapoktan Mandiri Jaya, berkembangnya peminjam dana PUAP juga dikarenakan masyarakat Cikarawang memiliki “kelebihan sosial” tertentu. Kelebihan tersebut berupa kepatuhan pada aturan dan kesadaran mengembalikan pinjaman. Berdasarkan analisis kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, sebagian besar responden berpendapat bahwa semua penduduk Desa Cikarawang memiliki kepatuhan pada aturan tertulis dan aturan tidak tertulis. Selain itu, mereka memiliki kesadaran untuk mengembalikan pinjaman, baik itu yang berasal atau berupa bantuan bergulir dari pemerintah maupun pinjaman dari bank. Hal ini seperti dituturkan oleh tokoh masyarakat setempat ketika Gapoktan Mandiri Jaya menerima kunjungan studi banding dari Tim PUAP Kabupaten Bangka bahwa “...di desa kami, kesadaran masyarakat sangat tinggi kalau masalah pengembalian pinjaman, karena masing-masing paham misalnya untuk Gapoktan Mandiri Jaya, SHU (Sisa Hasil Usaha) yang diterima di akhir tahun diberikan dalam bentuk
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 5 Nomor 1, April 2014
zakat fitrah…”. Dukungan sosial masyarakat Desa Cikarawangan yang turut memengaruhi keberhasilan pelaksanaan PUAP di Gapoktan Mandiri Jaya adalah seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Dukungan sosial masyarakat Desa Cikarawangan menurut responden No 1 2 3 4
Dukungan sosial
Kepatuhan penduduk pada aturan tertulis Kepatuhan penduduk pada aturan lisan Kesadaran penduduk dalam pengembalian bantuan kredit dari pemerintah Kesadaran penduduk mengembalikan pinjaman dari bank
Semua (%)
56,7 53,3 46,7 53,3
Penduduk Sebagian Sebagian kecil besar (%) (%) 40 3,3 33,3
40 30
13,4 13,3 16,7
Gapoktan Mandiri Jaya memiliki peran dan fungsi tertentu. Secara umum, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani berfungsi sebagai wahana belajar mengajar, unit produksi usaha, wahana kerja sama, wahana pembinaan dan sarana menyampaikan informasi teknologi. Penilaian responden dalam penelitian ini mengenai bagaimana kualitas Gapoktan Mandiri Jaya didekati melalui 14 pertanyaan dengan skor 1-3. Sehingga diperoleh tiga kategorisasi yaitu kualitas Gapoktan baik (skor 981-1260), kualitas Gapoktan sedang (skor 701-980) dan kualitas Gapoktan biasa (skor 419-700). Berdasarkan hasil olah kuesioner, kualitas Gapoktan Mandiri Jaya berdasarkan penilaian responden yang dilibatkan dalam penelitian ini termasuk kategori kualitas Gapoktan baik, dengan total perolehan skor sebesar 1056 seperti yang disajikan dalam tabel 2. Pada Tabel 2, tujuan kelompok tani tersebut yaitu untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan berusaha tani ubi jalar secara mandiri sesuai dengan tujuan masuk menjadi anggota kelompok tani. Tabel 2. Kualitas gabungan kelompok tani Mandiri Jaya menurut responden
Tujuan kelompok tani
Antar sesama anggota Gapoktan sudah terjalin kerja sama Gapoktan sudah bisa
Sesuai semuanya 24 (80%) Ya 30 (100%) Ya
Skor 72
90
menjadi tempat untuk belajar bersama Gapoktan sudah bisa memajukan usaha tani
Pengurus Gapoktan sudah bisa bekerja sama dengan anggota Banyaknya pengurus Gapoktan yang mengetahui tugasnya dengan jelas Banyaknya anggota yang dilibatkan dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan di Gapoktan Gapoktan selalu mengajak anggota untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan Banyaknya anggota Gapoktan yang kepercayaannya pada pengurus tinggi Banyaknya anggota Gapoktan yang menganggap Gapoktan sangat bermanfaat Suasana kekeluargaan yang terjalin dalam Gapoktan Semangat rasa setia kawan dalam Gapoktan
30 (100%) Ya 28 (93,4%) Ya 26 (86,7%) Banyak 18 (60%) Semua anggota 24 (80%) Ya 30 (100%)
Banyak 24 (80%)
Semua anggota 19 (63,3%) Tinggi 19 (63,3%) Tinggi 22 (73,3%) Pengaturan tugas dalam Ya Gapoktan berjalan 29 dengan baik (96,7%) Komunikasi antar Ya pengurus Gapoktan 29 terjalin lancar (96,7%) Total
5
90 84 78 54 72 90 72 57 57 66 87 87
1056
Keberhasilan suatu program sangat dipengaruhi oleh seberapa kuat pendampingan yang diberikan oleh penyuluh. Dalam penelitian ini, terdapat tiga kelompok pertanyaan untuk mengetahui bagaimana kekuatan pendampingan yang diberikan oleh penyuluh, yaitu mengenai materi atau bahan-bahan yang diberikan oleh penyuluh, jumlah kunjungan penyuluh ke anggota Gapoktan Mandiri Jaya dan mengenai kemampuan yang dimiliki oleh
6
Masithoh dan Yoesdiarty
Diversifikasi pangan dan sumber daya lokal
penyuluh menurut penilaian responden dalam penelitian. Skor yang diberikan untuk masingmasing pertanyaan antara 1-3. Berdasarkan bahan-bahan penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh, Gapoktan Mandiri Jaya termasuk Gapoktan yang mendapat pendampingan yang “kuat” dari penyuluh, dengan skor yang diperoleh adalah 399 (pendampingan kuat dengan skor 351-450, pendampingan sedang dengan skor 251-350, dan pendampingan lemah dengan skor 149-250), seperti pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kekuatan pendampingan berdasarkan materi penyuluhan
Bahan-bahan penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh Sesuai dengan kebutuhan untuk memajukan usaha Merupakan bahan yang baru Merupakan bahan yang lengkap untuk mengetahi seluk-beluk memajukan usaha Berguna dalam memajukan usaha Mudah diterapkan dalam memajukan usaha Total Skor
Ya
29 (96,7%) 20 (66,7%) 27 (90%)
29 (96,7%) 28 (93,4%)
Skor 87 60 81 87 84
399
Kekuatan pendampingan yang diberikan oleh penyuluh juga dilihat berdasarkan penilaian (telah memenuhi harapan dan kebutuhan anggota Gapoktan) responden mengenai jumlah kunjungan dan lamanya waktu kunjungan ketika melakukan penyuluhan. Skor penilaian antara 1-3, sehingga diperoleh kategorisasi pendampingan kuat dengan skor 141-180, pendampingan sedang dengan skor 101-140, dan pendampingan lemah dengan skor 59-100. Hasil olahan kuesioner menunjukkan bahwa Gapoktan Mandiri Jaya mendapat pendampingan kuat (skor yang diperoleh sebesar 174). Hal ini berarti menurut responden jumlah kunjungan dan lamanya waktu kunjungan ketika melakukan penyuluhan sudah memenuhi harapan dan kebutuhan anggota Gapoktan Mandiri Jaya. Kemampuan yang dimiliki oleh penyuluh menurut penilaian responden adalah unsur pembentuk kekuatan pendampingan
selanjutnya. Terdapat sebelas pertanyaan mengenai kamampuan yang dimiliki penyuluh dan skor penilaian diberikan antara 1-3, sehingga diperoleh kategorisasi pendampingan kuat dengan skor 771-990, pendampingan sedang dengan skor 551-770, dan pendampingan lemah dengan skor 329-550). Hasil olahan kuesioner menunjukkan bahwa Gapoktan Mandiri Jaya mendapat pendampingan kuat (skor yang diperoleh sebesar 867). Hal ini berarti responden menilai bahwa penyuluh memiliki kemampuan dalam mendampingi anggota Gapoktan Mandiri Jaya. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan penyuluh memahami keadaan masyarakat sekitar, perilaku anggota Gapoktan, memahami hal-hal yang dibutuhkan oleh anggota Gapoktan dalam memajukan usaha, memahami dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi, mengetahui jenis usaha yang cocok untuk memajukan usaha, mampu membuat anggota Gapoktan memiliki tekad dan kemauan mengembangkan usaha, mampu berperilaku yang membuat nyaman anggota Gapoktan ketika melakukan diskusi, dan memiliki kemampuan membangun suasana hangat ketika proses penyuluhan berlangsung. Secara terperinci terlihat dalam tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Kekuatan pendampingan berdasarkan kemampuan penyuluh
Kemampuan penyuluh Memahami keadaan masyarakat di desa Cikarawang Memahami perilaku anggota Gapoktan Mandiri Jaya Mengetahui apa yang dibutuhkan dalam memajukan usaha Mengetahui masalah yang sedang dihadapi dalam usaha Membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi Mengetahui berbagai jenis usaha yang kira-kira cocok untuk memajukan usaha anggota Gapoktan Membuat anggota
Ya
Skor
25 (83,3%)
75
26 (86,7%) 25 (83,3%) 23 (76,7%) 26 (86,7%) 26 (86,7%) 25
78
75 69 78 78 75
Gapoktan memiliki tekad dan kemauan untuk bisa jauh lebih maju dalam mengembangkan usaha Berperilaku yang membuat nyaman anggota Gapoktan ketika melakukan diskusi Dapat membangun suasana hangat ketika proses penyuluhan Pentingnya peran penyuluh untuk anggota Gapoktan Keberadaan penyuluhan cukup berpengaruh terhadap peningkatan hasil pertanian Total Skor
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 5 Nomor 1, April 2014
(83,3%) 28 (93,4%)
84
29 (96,7%)
87
29 (96,7%)
87
27 (90%)
81
867
Gapoktan Mandiri Jaya dipimpin oleh seorang ketua yaitu Bapak Ahmad Bastari. Untuk menunjang pelaksanaan PUAP terutama dalam hal mengatur besar pinjaman, mekanisme penagihan, besaran pembayaran jasa (bunga) dan hal-hal terkait keuangan Gapoktan lainnya, dibentuklah LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis). Manajer adalah orang yang berperan sebagai pimpinan LKMA, yang dalam hal ini dipegang oleh Bapak Hanafi.
Rekayasa Sosial dalam Realisasi PUAP
Mekanisme pelaksanaan program PUAP mengacu pada peraturan yang terdapat pada Pedoman Umum Pelaksanaan PUAP, sedangkan realisasi pelaksanaan program PUAP khususnya di Gapoktan Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Bogor, adalah terkait dengan berbagai kebijaksanaan yang dilakukan oleh Gapoktan Mandiri Jaya dalam menggulirkan program PUAP untuk anggotanya, termasuk untuk petani ubi jalar, yaitu: (1) syarat dan ketentuan diberlakukan kepada pengurus dan peminjam, (2) dibangun budaya sing boga ka era supaya pengurus tidak pinjam PUAP, (3) pengelolaan PUAP berbasis perbankan, dan (4) sudah terbentuk LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis). Gapoktan Mandiri Jaya membangun kerja sama hulu-hilir dengan beberapa perusahaan dan pihak lain. Gapoktan juga berperan menyediakan saprotan (sarana produksi
7
pertanian). Adanya tindakan preventif dari pengurus atas penunggakan. Rekayasa sosial yang dilakukan oleh Gapoktan Mandiri Jaya dalam konteks memberdayakan anggotanya, yang salah satunya dalam mengelola dana PUAP, yaitu: 1. penguatan kelembagaan tani (brownies ubi jalar oleh KWT Melati dan Tepung Hurip dari kelompok tani Hurip serta Gapoktan Mandiri Jaya); 2. penyuluhan (pendamping program PUAP, Kantor BP3K Darmaga dan penyuluh, serta dengan dilakukannya pertemuan rutin); 3. pengembangan SDM (pelatihan pengolahan tepung ubi, pembuatan saos dari ubi di kalangan petani ubi jalar, anggota Gapoktan dan pelatihan manajemen untuk pengurus kelompok tani serta pengurus Gapoktan termasuk pengurus LKM). Rekayasa sosial yang dilakukan oleh Gapoktan Mandiri Jaya hanya akan efektif bila telah mampu meningkatkan pendapatan petani ubi jalar dan manakala petani ubi jalar secara nyata telah berpartisipasi. Petani ubi jalar akan berpartisipasi apabila mereka telah berdaya, memiliki cara pikir yang berlandaskan pengalaman, keinginan untuk maju bersama dan memanfaatkan segenap potensi dan peluang yang ada. Petani hanya akan berdaya dalam berpartisipasi apabila didukung oleh kelembagaan tani (Gapoktan Mandiri Jaya) yang mandiri dan memiliki jaringan kerja sama yang luas, baik dengan pihak industri, pemerintahan maupun instansi lainnya (seperti terlihat pada Gambar 1). Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat Desa Cikarawang pada umunya dan pada anggota Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya merupakan modal yang digunakan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Modal tersebut melingkupi modal fisik, modal sosial dan modal ekonomi. Selain dalam bidang pertanian, masyarakat Desa Cikarawang memiliki potensi yang harus banyak digali lagi dalam bidang peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan pariwisata. Model rekayasa sosial yang dilakukan oleh Gapoktan Mandiri Jaya terdapat pada Gambar 1.
8
Masithoh dan Yoesdiarty
Gambar 1. Rekayasa sosial Gapoktan Mandiri Jaya meningkatkan pendapatan petani ubi jalar di Desa Cikarawang melalui modal usaha PUAP
Manfaat Program PUAP bagi Petani Ubi Jalar
Pemberian modal usaha PUAP kepada petani ubi jalar anggota Gapoktan Mandiri Jaya memberikan manfaat, terutama manfaat ekonomi dan sosial. Pelaksanaan program PUAP di Gapoktan Mandiri Jaya harus dilakukan evaluasi walaupun data tahun 2013 jumlah peminjam sudah mencapai 131 orang dari sebelumnya tahun 2009 yang baru 50 orang. Dana yang digulirkan juga sudah berkembang, dari yang sebelumnya sebesar Rp 100 juta rupiah sampai pada saat pengambilan data pada penelitian ini sudah menjadi sebesar Rp 140 juta rupiah. Tunggakan hampir tidak ada karena dana bergulir dengan semestinya. Kalaupun ada hanyalah karena kurang lancar saja pembayaran cicilannya, yaitu hanya 1,5% (dua orang dari total peminjam 131 orang). Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program diperlukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan indikator-indikator yang ada, sehingga bisa diketahui juga program tersebut sudah memberi manfaat yang optimal atau belum. Berdasarkan dokumen pedoman umum PUAP, untuk mengukur keberhasilan program PUAP terdapat beberapa indikator, yaitu indikator keberhasilan output, indikator keberhasilan outcome, dan indikator benefit dan impact. Indikator keberhasilan output meliputi sudah tersalurkannya dana PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan sudah terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola
Diversifikasi pangan dan sumber daya lokal
Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Sedangkan indikator keberhasilan outcome terdiri dari (1) meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; (2) meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; (3) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; (4) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Terdapat tiga indikator untuk mengevaluasi program PUAP berdasarkan manfaat (benefit) dan dampak (impact), yaitu (1) sudah berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP; (2) sudah berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; (3) sudah berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. Penilaian responden mengenai manfaat PUAP menggunakan skor 1-3 dan terdapat delapan pertanyaan. Pengelompokkan manfaat PUAP yaitu sangat bermanfaat (skor 561-720), bermanfaat (skor 401-560) dan kurang bermanfaat (skor 239-400). Berdasarkan hasil olah kuesioner, penilaian responden mengenai PUAP adalah sangat bermanfaat (skor 609) seperti tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Manfaat PUAP berdasarkan penilaian responden
Manfaat PUAP berdasarkan penilaian responden Modal pinjaman PUAP dalam menjalankan usaha sudah cukup Pendapatan meningkat setelah mendapat pinjaman PUAP Kemudahan mendapat pinjaman PUAP dari Gapoktan Kemudahan persyaratan mendapatkan pinjaman PUAP dari Gapoktan Pinjaman PUAP boleh digunakan untuk membeli cangkul Pinjaman PUAP boleh digunakan untuk membeli bibit
29 25 28 30 29 29
Skor 87 75 84 90 87 87
ubi jalar Pinjaman PUAP boleh digunakan sewa lahan Bunga dari pinjaman PUAP terlalu besar Total Skor
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 5 Nomor 1, April 2014
22 11
66 33
609
Adapun manfaat sosial terbesar yang dirasakan oleh petani ubi jalar setelah menjadi anggota Gapoktan Mandiri Jaya adalah memiliki kedudukan yang lebih baik di lingkungan masyarakat. Terdapat empat pertanyaan dengan penskoran 1-3, sehingga pengelompokkan manfaat sosial setelah menjadi anggota Gapoktan yaitu sangat bermanfaat (skor 281360), bermanfaat (skor 201-280), dan kurang bermanfaat (skor 119-200). Berdasarkan hasil olah kuesioner, penilaian responden mengenai manfaat sosial yang dirasakan adalah bermanfaat (skor 231) seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Manfaat sosial setelah menjadi anggota Gapoktan
Manfaat sosial setelah menjadi Skor anggota Gapoktan ya Memiliki kedudukan yang lebih baik di lingkungan 29 87 masyarakat (96,7%) ≥3 Diangkat menjadi ketua 17 RT/RW/pengurus desa 51 (56,7%) Tetangga datang ke ≥5 rumah untuk meminta 16 nasihat tentang cara 48 (53,3%) memajukan usaha Banyaknya orang dari ≥5 luar desa yang pernah datang bertanya kepada 15 45 tentang cara memajukan (50%) usaha Total Skor 231
Tabel 7. Pengembangan SDM anggota Gapoktan melalui kunjungan
Pihak terkait
Pengusaha kecil yang berhasil untuk belajar darinya Pengusaha
Sering
Jarang
14
16
8 26,7%
22 73,3%
Tidak pernah
menengah atau besar untuk belajar darinya Penyuluh ke rumahnya untuk belajar darinya Kantor informasi dan penyuluhan pertanian untuk mencari informasi yang berguna bagi saudara Kantor desa untuk mencari informasi yang berguna Kantor kecamatan untuk mencari informasi yang berguna Pasar terdekat untuk mencari informasi yang berguna Pasar lainnya untuk mencari informasi yang berguna
46,7% 53,3%
9
13 14 43,3% 46,7%
3 10%
17 7 56,7% 23,3%
6 20%
15 50%
14 46,7%
1 3,3%
14 7 46,7% 23,3%
5 16,7%
21 70%
4 13,3%
5 16,7%
22 73,3%
3 10%
5 16,7%
Salah satu bentuk rekayasa sosial yang dilakukan oleh Gapoktan Mandiri Jaya adalah pengembangan sumber daya manusia, baik untuk petani ubi jalar, pengurus kelompok tani maupun pengurus Gapoktan Mandiri Jaya. Selain itu, bentuk rekayasa sosial juga dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, sering mengikuti seminar, perlombaan dan mendapat kunjungan studi banding dari gapoktan lain, pengembangan SDM juga bisa ditempuh dengan mengunjungi pihak lain dan belajar darinya. Berdasarkan hasil olahan kuesioner seperti tertera dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa responden paling sering pergi ke pasar untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan usaha taninya. Selanjutnya, responden paling sering mengunjungi kantor informasi dan penyuluhan pertanian setempat untuk mencari informasi.
10
Masithoh dan Yoesdiarty
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Gapoktan Mandiri Jaya beranggotakan kelompok tani Hurip, Setia, Mekar, Subur Jaya, Dasa Wisma Mawar, KWT Melati, Toga Mandiri dan Toga Mekar. Termasuk Gapoktan berkinerja baik jika dilihat berdasarkan kualitasnya (skor 1056). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gapoktan Mandiri Jaya memiliki kinerja yang baik. Program PUAP mendapat dukungan pendampingan yang kuat (rata-rata skor 486). Jumlah peminjam tahun 2013 sudah mencapai 131 orang (dari sebelumnya tahun 2009 hanya 50 orang), dan dana yang digulirkan sudah berkembang mencapai Rp 140 juta rupiah (dari sebelumnya tahun 2009 sebesar Rp 100 juta rupiah). Cicilan yang sedikit kurang lancar hanya sebesar 1,5% saja (2 orang dari 131 orang) dan hal ini karena dukungan lingkungan sosial masyarakat Desa Cikarawang yang memiliki kepatuhan pada aturan dan kesadaran tinggi mengembalikan pinjaman. Rekayasa sosial yang dilakukan oleh Gapoktan meliputi: penguatan kelembagaan tani, penyuluhan, dan pengembangan SDM (pengurus dan anggota). Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Gapoktan Mandiri Jaya khusunya KWT Melati dan Kelompok Tani Hurip bekerja sama dengan tempat-tempat persinggahan wisata kuliner yang ada di Bogor supaya produk yang dihasilkan (Brownies Ratu dan Tepung Ubi) semakin dikenal luas oleh masyarakat sebagai produk hasil kelompok tani; b. rekayasa sosial yang dilakukan oleh Gapoktan Mandiri Jaya dalam rangka menggulirkan modal usaha PUAP sebaiknya
Diversifikasi pangan dan sumber daya lokal
didokumentasi dalam bentuk buku untuk menularkan ke Gapoktan yang lain, dan menjadi salah satu strategi mencegah dan menanggulangi tunggakan atau kredit macet yang selama ini sering terjadi pada program pemerintah yang berbentuk dana bergulir; c. untuk meningkatkan pendapatan petani ubi jalar di Desa Cikarawang pada umumnya, sebaiknya mengoptimalkan bantuan mesin pembuatan tepung yang sudah ada sehingga pendapatan petani ubi jalar meningkat melalui added value ubi jalar menjadi tepung ubi. Dengan kata lain, harus didukung upaya menuju hilirisasi berbasis ubi jalar di Desa Cikarawang.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. DP2M Kemendikti RI atas bantuan penelitian yang Penulis peroleh melalui skim Hibah Penelitian Dosen Pemula tahun 2013; 2. LPPM Universitas Djuanda Bogor; 3. Tim peneliti dan asisten peneliti lapang; 4. Gapoktan Mandiri Jaya, pengurus dan anggotanya yang terkait dengan PUAP sebagai narasumber dan responden penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi 2008-2012. Diunduh dari http://www.bps.go.id pada 24 Februari 2013. BPS. 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin kabupaten/kota tahun 2011. Diunduh dari http://www.bps.go.id pada tanggal 24 Februari 2013.