Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April, Agustus, dan Desember. Redaksi : Penanggung Jawab : Ida Faridah, S.Kp., M.Kes Pimpinan Redaksi Dr. Kemas Djamaludin Wakil Pimpinan Redaksi : Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep Dewan Redaksi : Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Ns. Katrina Agustina, S.Kep Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep Ns. Ria Setia Sari, S. Kep Sekretaris Redaksi : Ningsih, SE Silvi Yulianita, A.Md. Keb Septy Ariyani, A. Md. Keb Alamat Redaksi : Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3 Tangerang 15133 Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
DAFTAR ISI Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu Pus Untuk Menjadi Akseptor Kb Di Puskesmas Kemiri.............................................. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Operasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Paska Operasi Pada Pasien Paska Pembedahan Abdomen Diruang Bogenvil Rsud Kabupaten Tangerang........................................... Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Lansia Terhadap Kunjungan Lansia Di Desa Cilongok Tahun 2014.............................................................................................................
1
8
13
Hubungan Motivasi Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Di Rsud Kota Tangerang.....................................................................................................
24
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang penggunaan air di wilayah kel. Pasir jaya....................................................
34
Hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di kampung Gembor.................................
43
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida diwilayah kerja puskesmas pasarkemis Tangerang................
49
Hubungan beban kerja perawat terhadap pendokumantasian asuhan keperawaratan di instalasi rawat inap di RSU Kota Tangerang...................
58
Hubungan pendidikan kesehatan mobilisasi terhadap pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta............................
64
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam menggunakan alat pelindung diri di unit produksi PT. INOAC Pasarkemis Tangerang..................................................................................................... Hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premesntruasi sindrom pada remaja di Kp. Gembor.......................................................................... Hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas pasarkemis....................................................................................................
71
79
85
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan Kp. Cilongok............................................... Faktor-faktor yang mempengaruhi respon kecemasan anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang........................................
92 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
PEDOMAN PENULISAN NASKAH 1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
2. 3. 4.
5.
6.
7.
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau artikel laporan lapangan Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda tangani oleh penulis Komponen Naskah : Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata, dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai dengan 3 – 5 kata kunci Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka dan tujuan penelitian Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data, teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks. Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak mengada-ada Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks, dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar, selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu. Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen tertulis Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan dikembalikan jika ada permintaan tertulis.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3 Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu PUS untuk Menjadi Akseptor KB di Puskesmas Kecamatan PKM Kemiri Tahun 2014 Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi* ,Eke Pratiwi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Komunikasi Interpersonal dalam pelayanan kesehatan dikenal dengan sebutan KIP. Dalam pelayanan KB KIP kegiatan KIP sangat penting berkenaan dengan kesadaran untuk ber-KB dan pemilihan jenis Kontrasepsi yang digunakan. Dukungan Ibu PUS untuk menggunakan KB sangat bergantung dari keterampilan petugas dalam melakukan KIP.Jika petugas berhasil meyakinkan tentang manfa’at ber-KB maka Dukungan masyarakat terhadap penggunaann KB meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS untuk menjadi Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014 Populasi yang akan diteliti adalah Ibu PUS di wilayah PKM Kemiri Kabupaten Serang dengan jumlah sampel sebanyak 95 responden.Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner, pengumpulan data dilakukan dengan cara Pre-test dan Post test dengan terlebih dahulu dilakukan komunikasi Interpersonal.Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan T test. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden berusia ˃ 30 tahun (62,1%), berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara (72,6%). Terdapat peningkatan dukungan antara sebelum dan sesudah dilakukan KIP yaitu se besar 18,9%.Hasil Uji statistic menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan KIP terhadap dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB (nilai p=0,000). Saran yang diusulkan Penulis adalah Program kegiatan Komunikasi Interpersonal perlu ditingkatkan untuk meningkatkan cakupan akseptor KB.Komunikasi Interpersonal seharusnya sudah menjadi protap atau SOP yang terstandar khususnya dalam pelayanan KB. Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, pengetahuan, dukungan, Akseptor KB
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
1
ABSTRACT Interpersonal Communication and Counseling in Health Services know as KIP/K. in the family planning activities of KIP/K is very important with regard to awareness for KB and the selection of the type of contraception used. The participation rate for using family planning acceptors large dependent on the skills of officers in doing KP/K. If the officers managed to convince about the benefits of family planning the participation of people who use family planning increases. This study aimed to determine the effect of Interpersonal Communication and Counseling to the support of mothers couples of childbearing age to become family planning acceptors in kemiri Health Center in 2015. Population to be studied is the mothers of couples of childbearing age in the district PKM Kemiri the total sample of 95 respondents. Sampling method using purposive sampling technique. Data collection tools such as questionnaires, data collection is done by pre-test and post-test by first do Interpersonal Communication and Counseling. Analysis of the data used are univariate and bivariate analysis using T Test dependent. The results showed the majority of respondents age > 30 years (62,1%), less educated (72,6%) and parity primiparous (72,6%)/ there is a growing support for the before and after KIP/K is equal to 18,9%. Statistical test results showed that there were significant effect KIP/K is equal to support EFA mother to become family planning acceptors (p value= 0,000). The suggestion that the author is a program of Activities Proposed Interpersonal Communication and Counseling needs to be improved to increase the coverage of family planning acceptors. Interpersonal Communication and Counseling should be a standar operation procedure or SOP. Standardized especially in family planning services. Keywords : Interpersonal Communication and Counseling, Knowledge, Support, Family Planning Acceptors. PENDAHULUAN Indonesia yang dulu dikenal berhasil dalam menjalankan program keluarga berencana (Orde Baru), kini menghadapi ancaman besar di bidang kependudukan. Laju pertumbuhan yang masih tinggi di kisaran 1,49% atau 44,5 juta jiwa per tahun tanpa diimbangi peningkatan kualitas penduduk akan berdampak pada proses kemajuan bangsa di masa depan. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menyatakan bahwa Jumlah penduduk Indonesia saat ini 250 juta jiwa, menempati urutan ke-4 dunia. Akan tetapi kualitas penduduk kita berada di urutan 124 dari 187 negara, Selain masalah laju pertumbuhan dan kualitas,
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
2
persoalan serius lainnya adalah penyebaran yang belum merata, serta data dan informasi kependudukan yang minim. Saat ini 59% penduduk masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sebuah kondisi yang kurang menguntungkan untuk pembangunan. Kemudian dalam hal ketersediaan data, antara daerah yang satu dengan yang lain belum sama.Hal itu merupakan imbas dari desentralisasi urusan kependudukan dan keluarga berencana yang diterapkan sejak tahun 2000. TUJUAN Untuk mengetahui Komunikasi interpersonaltenaga kesehatan di PKM kemiri Tingkat Dukungan Ibu PUS untuk menjadi Akseptor KB sebelum dan sesudah dilakukan Pendekatan Komunikasi Interpersonal di PKM kemiri Tahun 2014. Hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS untuk menjadi Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain preeksperimental yang termasuk kedalam jenis quasi eksperimen dengan “ pre dan post test group design” yaitu penelitian yang dilakukan terhadap satu kelompok sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan setelah eksperimen. HASIL PENELITIAN Tabel 2.1 Distribusi Karakteristik Ibu PUS di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014 Karakteristik Umur - ≤ 30 tahun - > 30 tahun Pendidikan - Rendah (SLTP Ke bawah) - Tinggi (SLTA ke atas) Paritas - Primipara - Multipara
Frekuensi
%
36 59
37,9 62,1
69 26
72,6 27,4
69 26
72,6 27,4
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui sebagian besar responden berusia >30 tahun (62,1%), berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara (72,6%). Gambaran Nilai RataRata Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan sesudah dilakukan KIP. Tahun 2015 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
3
Tabel 2.2 Distribusi Nilai Rata - Rata Dukungan Ibu PUS Untuk Menjadi Akseptor KB sebelum dan Sesudah Dilakukan KIP di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014. Dukungan Pre test Post test Mean 34,94 62,76 Median 34 62 Standar deviasi 6,124 6,061 Nilai minimum 20 46 Nilai maximum 50 78 Berdasarkan Tabel 2.2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Dukungan responden pada pengukuran pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada pengukuran kedua (post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungan adalah 62,76 dengan standar deviasi 6,061. Tabel 2.3 Distribusi dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dilakukan KIP di PKM Kemiri Tahun 2014 Dukungan F
Tidak Ya Total
Sebelum %
38 57 95
40,0 60,0 100,0
Sesudah %
F
20 75 95
21,1 78,9 100,0
Berdasarkan tabel 2.3 diatas diketahui sebelum dilakukan KIP sebagian besar(60,0%) responden mendukung menjadi akseptor KB, setelah dilakukan KIP sebagian besar (78,9%) responden mendukung menjadi akseptor KB.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
4
Tabel 2.4 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu PUS untuk Menjadi Akseptor KB di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014 Nilai selisih P Variabel Mean SD SE N rata-rata Value Dukungan - Pre test 34,94 6,124 0,628 - Post test 27,8 0,000 95 62,76 6,061 0,622 Pada table 2.4 diatas menunjukan, rata-rata Dukungan responden pada pengukuran pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada pengukuran kedua (post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungani adalah 62,76 dengan standar deviasi 6,061. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 27,8. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap Dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB di PMK Kemiri tahun 2014 sebelum dan sesudah dilakukannya KIP. DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia >30 tahun (62,1%), hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia dewasa. Sehingga peneliti berkesimpulan bahwa semakin dewasa umur seseorang, maka akan semakin konstruktif dalam menggunakan akal terhadap masalah yang dihadapi. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang, sehingga proses perubahan perilaku sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah (72,6%), Menurut Notoatmodjo (2005) tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada tingkat pemahaman dan cara pandang terhadap kesehatan, termasuk Dukungan dalam ber-KB. Ibu dengan pendidikan rendah sebelum dilakukan penyuluhan tentunya berbeda pemahamannya mengenai KB dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut diperlukan konsep pembelajaran kesehatan , salah satunya melalui metoda KIP (komunikasi interpersonal). Konsep pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar pada individu, kelompok dan masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah tersebut (Notoatmodjo, 2005). Sebagian besar paritas responden adalah primipara (72,6%). Artinya sebagian besar responden adalah para
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
5
Ibu yang memiliki anak satu atau baru menikah. Menurut Winkjosastro (2005), paritas menggambarkan banyaknya jumlah anak dapat pula menggambarkan pengalaman ibu, ibu yang sudah memiliki anak tentunya memiliki perencanaan dalam mengatur jaraknya kelahiran anak, biasanya yang menjadi patokannya adalah usia anak pertama, sehingga pada akhirnya mengikuti program KB. Gambaran Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan sesudah dilakukan KIP Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan KIP baru (60,0%) responden mendukung menjadi akseptor KB. Hal ini menggambarkan bahwa responden belum menunjukkan sikap positif terhadap KB.Rendahnya Dukungan tersebut dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman yang baik tentang KB. Strategi agar Ibu PUS berminat untuk mendukung menjadi akseptor KB adalah melalui media pendidikan kesehatan, hal ini sangat diperlukan dalam merubah perilaku masyarakat terutama bagi mereka yang ber-pendidikan rendah serta akses informasi yang terbatas. Oleh karenanya program promosi kesehatan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan nilai-nilai kesehatan, salah satunya berupa metoda KIP, melalui metode tersebut diharapkan masyarakat khususnya calon askseptor ikut mendukung aktif untuk mengikuti program KB. Setelah dilakukan KIP sebagian besar (78,9%) responden mendukung menjadi akseptor KB. Artinya mengalami peningkatan Dukungan sebesar 18,9% jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan KIP. Walaupun tidak mencapai 100% namun hal ini menandakan perubahan yang positif dan lebih baik.Metode KIP walaupun hanya disampaikan dalam waktu maksimal 15 menit, telah mampu merubah sikap responden.Peningkatan dukungan setelah dilakukan KIP diharapkan memiliki dampak positif terhadap peningkatan partisipasi untuk menjadi akseptor KB. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Tidak ada Komunikasi Interpersonal tenaga Kesehatan diPKM kemirti sebelum diadakan penelitian. Terjadi peningkatan dukungan antara sebelum dan sesudah dilakukan KIP yaitu sebesar 18,9%. Ada pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap Dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB, sebelum dan sesudah dilakukan KIP.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
6
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2006), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2. Hidayat A.A. (2011). Metoda Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 3. Nurhasanah N. 2010, Ilmu Komunikasi Dalam Kontek Keperawatan. Jakarta : CV.Trans Info Media. 4. Komala, Lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses,dan Konteks Bandung : Widya Padjadjaran. 5. Nursalam. (2007). Aplikasi Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan BKKBN. (2008), hal. 3. 6. Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992. 7. Arum & Sujiyatni. (2009), hal. 28, 29. Visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
7
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Operasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Paska Pembedahan Abdomen di Ruang Bogenvil RSUD Kab Tangerang Tahun 2014 *Ns.Zahrah Maulidia Septimar,S.kep,*Ratna Mustika,*Rina Solihat,*Siti Maesaroh,*Villi Permana *Mahasiswa S1 KeperawatanStikesYatsi* **Staf DosenS1Keperawatan StikesYatsi* ABSTRAK Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas mudah ,teratur, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat dan penting untuk kemandirian (Kozier, 2004). Demikian pula dengan pasien paska operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Ruang Rawat Inap Bedah Bogenvil RSUD Kab Tangerang pada bulan Januari 2014 jumlah pasien yang dirawat sebanyak 98 pasien dengan bermacam-macam kasus pembedahan. Dari jumlah tersebut didapatkan Kasus pembedahan abdomen sebanyak 28 pasien.Dari 28 pasien tersebut didapatkan 75% (21 pasien) yang tidak segera melaksanakan mobilisasi setelah dilakukan pembedahan.Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini paska pembedahan abdomen. Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimen menggunakan desain post test dengan kelompok kontrol. Intervensi yang digunakan dalam studi ini adalah pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan abdomen. Pelaksanaan terhadap mobilisasi diamati pada hari kedua paska operasi.Besarnya sampel adalah 60 pasien yang terdiri atas masing-masing 30 pasien kelompok latihan mobilisasi dan 30 kelompok penkes. Hasil penelitian didapatkan hamper sebagian besar respon den pada kelompok penkes terdapat 51,7% melakukan mobilisasi dini dengan baik, dan pada kelompok latihan mobilisasi 36,7% pasien melakukan mobilisasi dini dengan baik. Analisist-paired menunjukkan adanya perbedaan signifikan secara statistic pada aspek kemandirian pasien dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok intervensi dengan kelompok control dengan p value 0,559. Kata kunci: Pendidikankesehatan,mobilisasidini, pembedahan abdomen
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
8
ABSTRACT Mobilization is a person's ability to move freely, easily, regularly, in order to meet the needs of healthy living and essential to self-sufficiency (Kozier, 2004). Similarly, postoperative patients are expected to mobilize as soon as possible. From the observations have made in Bogenvil room at RSUD Cilegon in Januari 2015 as the number of patients treated 98 patients with a variety of surgical cases. Of this amount earned as many as 28 cases of abdominal surgery patients. Of the 28 patients obtained 75% (21 patients) who did not immediately carry out mobilization after surgery. This study aims to explain the influence of preoperative health education on the implementation of early mobilization post-abdominal surgery. This study is using the true experimental post test design with a control group. The intervention used in this study is that health education be given to patients following surgery abdomen. Implementation of the mobilization was observed on the second day post-surgery. The sample size was 60 patients consisting of 30 patients each penkes group and 30 mobiliztion exercises group. The results obtained most of the respondents in the penkes group 51.7% are doing well early mobilization, and in the mobiliztion exercises group 36.7% of patients did well early mobilization. Paired t-analysis showed a statistically significant difference in aspects of patient autonomy early mobilization in the intervention group patients with a control group with p value 0.559. Suggestions in this research so that the hospital can facilitate and make health education permanent procedure in preoperative patients. Keywords : Health Education, Early Mobilization, Abdominal Surgery PENDAHULUAN Oprasi abdomen merupakan kedaruratan bedah yang sering dilakukan diberbagai negara di seluruh dunia.Penyakit ini dapat di temukan di semua usia namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian oprasi abdomen 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tujuan penduduk dinegara barat menderita penyakit abdomen dan terdapat lebih dari 200.000 penderita penyakit abdomen dilakukan di amerika serikat setiap tahunnya. WHO (world Health organization) menyebutkan insiden abdomen di asia dan afrika pada tahun 2005 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.Di Indonesia insiden penyakit bedah abdomen appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2008), Kasus apendik pada tahun 2005 sebnyak 65.755 orang dan pada tahun 2008 jumlah pasien penyakit abdomen appendicitis sebanyak 75,6001 orang.RSUD kab tangerang panggung rawi antara tahun 2013 sampai dengan 2014 total kasus penyakit abdomen sebanyak 782
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
9
kasus.Perawat mampu memberikan pelanyanan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang menggunakan konsep prilaku manusia, perkembangan kepribadian. TUJUAN Mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi tentang mobilisasi dini paska operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien paska pembedahan abdomen di ruang Bogenvil RSUD KabTangerang METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain true eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah post test with control group design (trueexperiment with control) yang dilakukan peneliti kepada pasien yang mengalami pembedahan abdomen, untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap efek perlakuan, perbedaan sesudah adanya suatu intervensi HASIL PENELITIAN Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Jumlah N Baik 24 Kurang 18 Cukup 18 Total 60 Berdasarkan pada tabel di atas dapat di analisa responden pada kelompok intervensi terdapat mobilisasi dini dengan baik, MobilisasiDini
% 40.0 30.0 30.0 100 bahwa hamper sebagian besar 24(40.0%) pasien melakukan
Tabel 1.2DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanPendidikankesehatan Penkes Frekuensi Prosentase % Baik 31 51.7 Kurang 7 11.7 Cukup 22 36.7 Total 60 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
10
Dari Respon den sebnyak 60 orang, didapatkan bahwa penkes baik sebanyak 31 orang (51,7%), Penkes kurang sebanyak 7 orang (11,7%) Sedangkan penkes cukup sebanyak 22(36.7%). Tabel 1.3 HasilPerhitunganUjiNormalitas
Penkes
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.211
.000
.886
60
.000
60
Mobilisasi .155 60 .001 .931 60 .002 Berdasarkantabel 1.3 dapat dilihat hasil uji normalitas dengan nilai Sig dari Shapiro –Wilkv ariabel penkes menghasilkan signifikansi (ρ) sebesar 0,00. Nilai (ρ) > 0,05 berarti bahwa skor penkes berdistribusi normal. Uji normalitas dengan nilai Sig dari Shapiro-Wilkvaria bella tihan mobilisasi menghasilkan signifikan si (ρ) sebesar 0,02.. Table1.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Mobilisasi Dini pada Pasien Bedah Abdomen di RSUD KabTangerang tahun 2014 Mobillisasi Penkes Pearson 1 .559 Correlation Mobillisasi Sig. (2-tailed) .000 N 60 60 Pearson .559 1 Correlation Penkes Sig. (2-tailed) .000 N 60 60 Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat hasil perhitungan korelasi atau hubungan kedua variable penelitian dengan teknik Pearson’s Product Moment. Perhitungan menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,559 dengan signifikansi (ρ) sebesar 0,000.Nilai (ρ) < 0,05atau r hitung> r tabel (0,559 > 0,425) maka ada hubungan yang signifikan antara penkes dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD KabTangerang DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian terkait hasil observasi tentang pelaksanaan mobilisasi pasien, didapatkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan praoperasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pasien paska pembedahan abdomen Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
11
dalam melakukan mobilisasi dini paska operasi pada kelompok intervensi.Perbedaan tersebut sangat bermakna yaitu p=0,559 pada alpha 5% (p<α), terhadap kemungkinan terjadinya perubahan terhadap sikap dan perilaku mobilisasi dini mandiri pasien dalam melakukan latihan-latihan mobilisasi dini paska operasi.Dalam penelitian ini pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan yang mungkin disebabkan oleh perbedaan dari banyak factor misalnya tingkat pengetahuan, pendidikan, umur, dan jenis kelamin.Faktor-faktor tersebut mungkin bias mepengaruhi tingkat mobilisasi dini pada pasien.Namun ketiga factor tersebut tidak ikut diteliti dalam penelitian ini. KESIMPULAN Secara statistika dan perbedaan signifikan pada aspek kemandirian pasien dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok Penkes dengan kelompok latihan mobilisasidengan p value 0,559 DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad, Ramali, (2004). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: PenerbitBukuKedokteranEGC 2. Arikunto, S, (2008). ProsedurPenelitian: Suatu PendekatanPraktik. EdisiRevisi.Jakarta: RinekaCipta 3. Johansson, et al. (2004).Preoperative education for orthopaedic patient, Journal 4. Long, Barbara C. , (2006) Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. Bandung 5. Michael,O’Donnell,(2006).Definition of Health Promotion: Part III:Expanding the Definition 6. Notoadmodjo,S.(2007). PromosiKesehatan&IlmuPerilaku, EdisiRevisi, Jakarta, RinekaCipta 7. Notoatmodjo, S.(2010). MetodologiPenelitianKesehatan. EdisiRevisi. Jakarta:RhinekaCipta
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
12
Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Lansia Terhadap Kunjungan Lansia Di Desa Cilongok Ns.Rina Puspitasari,S.Kep;M.Kep**, Erid Tarmija*, Habiri*, Hizye Natalia*, Elfira T*. *Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi **Staf Dosen SI Keperawatan Stikees Yatsi ABSTRAK Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti ; keinginan, minat, kehendak, pengetahuan ,emosi, berfikir,sikap, motivasi, peran dan sebagainya. Namun demikian sulit di bedakan refleksi dari gejala yang manakkah seseorang itu berperilaku tertentu, sehingga terdapat faktor-faktor lain, yaitu pengalaman, keyakinan, sarana-sarana fisik,sosio-budaya masyarakat dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Pasir Nangka tahun 2015 dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas didapat nilai p-value = 0,072>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas, untuk aspek hubungan antara praktek posbindu bernilai p=0,265 >0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas.Untuk aspek hubungan jarak dengan jumlah kunjungan ke posbindu lansia p= 0,000< 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas.Untuk aspek hubungan pelayanan dengan jumlah kunjungan ke posbindu di dapat nilai p= 0,000 < 0,05yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok, kesimpulannya adalah dari 6 faktor yang mempengaruhi Perilaku Lansia terhadap kunjungan Lansia di Posbindu Puskesmas Desa Cilongok diantaranya H0 diterima yaitu: hubungan antara umur lansia, Hubungan antara pendidikan Lansia, Hubungan antara Sikap Lansia dan Hubungan antara Praktek dengan jumlah kunjungan, dan Ha
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
13
yang d terima yaitu : Hubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan dan Hubungan antara pelayanan kesehatan dengan jumlah kunjungan. Kata Kunci : Perilaku Lansia, Kunjungan Posbindu Lansia. ABSTRACT Human behavior is a reflection of a variety of psychiatric symptoms such as; desire, interest, desire, knowledge, emotions, thinking, attitude, motivation, role, and so on. However difficult to differentiate the reflection of a person's symptoms behave, so that there are other factors, namely experience, confidence, the means of physical, socio-cultural and so on, This study aims to determine the correlation between the factors that influence the behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas Desa Cilongok 2015 by using descriptive method. The results showed that for the correlation between the factors that influence the behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas obtained pvalue = 0.072> 0.05, which means there is no correlation between the factors that influence the behavior of the elderly to visit the elderly in health centers, for aspects the correlation between practice ederly sevice health p-value = 0.265> 0.05, which means there is a correlation between the factors that influence the behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect distance, have a correlation with a number of visits to the elderly service health p = 0.000 <0.05, which means there is a correlation Among the factors which influence the behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect of the service, have a correlation with the number of visits to erderly service health have p = 0.000 <0,05 which means that there is a correlation between the factors that influence the behavior of the elderly to visit the elderly in Puskesmas Desa Cilongok, the conclusion is of 6 factors that affect Behavior elderly to visit elderly in Erderly Service Health in Desa Cilongok Public Health Service have H0 accepted with the correlation p value between age and the elderly, the correlation between education Elderly, correlation between Attitudes Elderly and the correlation between the practice of the number of visits, and had received that : The correlation between the distance to the correlation between the number of visits and the number of health care visits. Keywords: Elderly Behaviour, visit Elderly Service Health
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
14
PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran, telah mampu mengobati berbagai penyakit dan juga berhasil mengurangi angka kematian maupun memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia bertambah banyak dan cenderung berlangsung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2008). Di wilayah kecamatan Desa Cilongok terdapat 7 Posbindu Lansia,dengan jumlah kunjungan selama dua tahun berikut adalah sebagai berikut : Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat berkunjung kePosbindu.Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri orang itu sendiri (faktor predisposisi) dan dari luar diri orang itu sendiri (faktor pemungkin dan penguat). Salah satu faktor predisposisi adalah pengetahuan (Harbandiyah, 2006). Faktor pengetahuan masyarakat yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan status kesehatan seseorang, sedangkan pengetahuan masyarakat yang buruk dapat menyebabkan kegagalan dalam peningkatan status kesehatannya (Tinuk, 2003). Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu, penghargaan psikis sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan. Peran kader posbindu lansia memegang peranan penting dalam memotivasi para lansia untuk mencapai tujuan dalam kegiatan posbindu lansia (Nursalam, 2002). Dilihat dari data kunjungan posbindu lansia di wilayah kerja puskesmas Desa Cilongok tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan jumlah kunjungan sebanyak 10,84 %, melihat adanya penurunan kajian lebih lanjut tentang hubungan antara faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku Lansia terhadap kunjungan Lansia ke Posbindu lansia di Puskesmas Desa Cilongok, Kabupaten Tangerang. Jumlah Kunjungan Posbindu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Cilongok Tahun 2013 berjumlah 8273 orang, Tahun 2014 berjumlah 7376 orang dan jumlah total 15649 orang. TUJUAN Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Lansia dengan jumlah kunjungan Lansia ke posbindu Lansia di Desa Cilongok , Kabupaten Tangerang. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional (potong lintang), untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
15
mempengaruhi perilaku dengan jumlah kunjungan lansia di posbindu lansia di puskesmas Desa Cilongok tahun 2014. HASIL PENELITIAN Analisi Univariat Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Lansia Umur Responden Jumlah Presentasi (%) 50-60 th 61-70 th Jumlah
16 43 59
27 63 100
Berdasarkan tabel 5.1terlihat bahwa responden yang berumur 50-60th sebanyak 16 orang (27%), dan yang berumur 61-70th sebanyak 43 responden (63%). Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Lansia Pendidikan Lansia Jumlah Presentasi (%) Rendah (tidak sekolah, 27 sd,smp) Tinggi (Sma, Perguruan 32 Tinggi)
45,7
Jumlah
100
54,3
59
Dari tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden terdapat pada lansia yang berpendidikan tinggi, yaitu sebanyak 32 responden (54,3%) dan sisanya terdapat pada responden yang berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 27 responden (45,7%). Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Lansia Sikap Lansia
Jumlah
Setuju Tidak Setuju
59 0
100 0
58
100
Jumlah
Presentasi (%)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
16
Lebih lanjut tabel 3.3 terlihat bahwa responden seluruh responden yang setuju akan adanya pelaksanaan Posbindu Lansia yaitu sebanyak 59 responden (100%). Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Praktek Posbindu Lansia Praktek Posbindu Jumlah Presentasi (%) Lansia Rutin Tidak Rutin
47 12
79,7 20,3
Jumlah
59
100
Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa praktek Posbindu Lansia rutin dilaksanakan, yaitu sebanyak 47 responden (79,7%), sisanya mengatakan bahwa praktek Posbindu Lansia tidak rutin dilaksanakan,yaitu sebanyak 12 responden (20,3%). Tabel 3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Jarak Jumlah Presentasi (%) Jauh Dekat
31 28
52,5 47,5
Jumlah
59
100
Dari tabel 3.5terlihat bahwa sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari Posbindu Lansia terdekat yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan responden yang bertempat tinggal dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28 responden (47,5%). Tabel 3.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Pelayanan Jumlah Presentasi (%) Baik
40
67,8
Kurang Baik
19
32,2
Jumlah
59
100
Dari tabel 3.6 terlihat bahwa sebanyak 40responden (67,8%), menyatakan bahwa pelayanan diPosbindu yang mereka kunjungi adalah baik, sedangkan sebanyak 19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
17
responden (32,2%) menyatakan bahwa pelayanan diPosbindu yang mereka kunjungi adalah kurang baik. Tabel 3.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Kunjungan Jumlah Presentasi (%) Rutin 26 44,4 Tidak Rutin 33 55,6 Jumlah 59 100 Dari tabel 3.7 terlihat bahwa sebanyak 26responden (44,4%), menyatakan bahwa mereka rutin melakukan kunjungan ke Posbindu, sedangkan sebanyak 33 responden (55,6%) menyatakan bahwa mereka tidak rutin melakukan kunjungan ke Posbindu. Analisis Bivariat Tabel 3.8 Hubungan Umur Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke Posbindu Lansia Dalam Satu Tahun Jumlah Kunjungan Umur
>6 kali/tahun ( %)
<6 kali/tahun (%)
Total (%)
P value
16 50-60 th (27,1 %) 43 26 17 0,072 61-70 th (72,9 (44,1%) (28,8 %) %) 38 21 59 (64,4 %) (35,6 %) (100%) Dari tabel 3.8 dapat dilihat hasil hubungan antara umurlansia dengan kunjungan Posbindu diperoleh bahwa ada sebanyak 12 orang (20,3%) lansia berusia 50-60 th yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada lansiaberusia61-70 th sebanyak 26 orang lansia (44,1%) rutin berkunjung ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur Lansia dengankunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. 12 (20,3%)
4 (6,8 %)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
18
Tabel 3.9 Hubungan Pendidikan Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke Posbindu Jumlah Kunjungan Total (%) P >6 <6 Pendidikan value kali/tahun kali/tahun ( %) (%) Rendah 15 12 27 0,103 (25,4%) (20,4%) (45.8%) Tinggi 11 21 32 (18,6%) (35,6%) (54.2%) Jumlah 26 33 59 (44,1 %) (55,9%) (100 %) Dari tabel 3.9 dapat dilihat hasil hubungan antara pendidikan Lansia dengan jumlah kunjungan Posbindu diperoleh data bahwa ada sebanyak 15 orang (25,4%) Lansia yang berpendidikan rendah yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada Lansia yang berpendidikan tinggi terdapat 11 orang (18,6%) yang berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,103 (p >0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Tabel 3.10 Hubungan Sikap Lansi Dengan Jumlah Kunjungan Jumlah Kunjungan Total (%) Sikap Lansia >6 <6 kali/tahun kali/tahun ( %) (%) Suka 26 33 59 (44,1%) (55,9 %) (100%) Tidak Suka 0 0 0 (0%) (0%) (0%) 26 (44,1 %)
33 (55,9 %)
P value
a
59 (100%)
Dari tabel 3.10 dapat dilihathubungan antara sikap lansiadengan jumlah kunjungan, sebanyak 26 orang (44,1%) Lansia yang suka dengan adanya Posbindu melakukan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
19
kunjungan secara rutin ke Posbindu, sedangkan sebanyak 33 orang Lansia (55,9%) yang suka dengan adanya Posbindu tidak melakukan kunjungan secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai a (hal ini dikarenakan seluruh responden menyatakan suka dengan adanya Posbindu lansia, sehingga hubungan antarasikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable sikap dianggap sebagai variable yang konstan. Tabel 3.11 Hubungan Praktek Posbindu Dengan Jumlah Kunjungan Jumlah Kunjungan Total (%) Praktek P >6 <6 Posbindu value kali/tahun kali/tahun ( %) (%) Rutin 19 28 27 (32,2%) (47,5%) (79,7 %) Tidak Rutin 7 5 12 0,265 (11,9%) (8,5 %) (20,3 %) Jumlah 26 33 59 (44,1%) (55,9 %) (100 %) Dari tabel 3.11 dapat dilihat hasil hubungan antara praktek Posbindu dengan jumlah kunjungan diperoleh bahwa ada sebanyak 19 orang (32,2%) Lansiayang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara rutinberkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada Lansiayang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara tidak rutinsebanyak 7 orang (11,9%) tetap berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,265 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Tabel 3.12 Hubungan Jarak Rumah Dengan Jumlah Kunjungan Jumlah Kunjungan Total (%) P >6 <6 Jarak value kali/tahun kali/tahun ( %) (%) Jauh 23 8 31 0,000 (39%) (13,6 %) (52,5%)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
20
Dekat
3 (5,1%)
25 (42,4%)
28 (47,5%)
26 (44,1 %)
33 (55,9 %)
59 (100%)
Dari tabel 3.12 dapat dilihathubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan, sebanyak 23 orang (39%) Lansia yang jarak antara rumahnya dengan pelayanan kesehatan jauh, berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan padaLansia yang jarak antara rumahnya dengan pelayanan kesehatan dekat, terdapat 3 orang (5,1%) yang berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Tabel 5.13 Hubungan Pelayanan Kesehatan DenganJumlah Kunjungan Jumlah Kunjungan Total P (%) >6 <6 Pelayanan val kali/tahun kali/tahun ue ( %) (%) Baik 25 15 40 0,0 (42,4%) (25,4 %) (67,8) 00 Kurang Baik 1 18 19 (1,7%) (30,5%) (32,2) 26 33 59 (44,1%) (55,9%) (100) Dari tabel 3.13 dapat dilihat hasil hubungan antarapelayanan kesehatan denganjumlah kunjungandiperoleh bahwa ada sebanyak 25 orang (42,4%) Lansia yang menyatakan pelayanan di Posbindu baik, berkunjung secara rutin ke Posbinduk, sedangkan pada Lansia yang menyatakan pelayanan di Posbindu kurang baik sebanyak 1 orang (1,7%), tetap melakukan kunjungan secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. DISKUSI Sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari Posbindu Lansia terdekat yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan responden yang bertempat tinggal
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
21
dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28 responden (47,5%). Jarak merupakan salah satu factor pendorong seseorang dalam melakukan upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah dicapai, sehingga membutuhkan transportasi untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan, apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien, maka disebut suatu kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan itu (Razak, 2000). Dilihat hasil hubungan antara pendidikan Lansia dengan jumlah kunjungan Posbindu diperoleh data bahwa ada sebanyak 15 orang (25,4%) Lansia yang berpendidikan rendah yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada Lansia yang berpendidikan tinggi terdapat 11 orang (18,6%) yang berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,103 ( p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Dari hasil hubungan antara praktek Posbindu dengan jumlah kunjungan diperoleh bahwa ada sebanyak 19 orang (32,2 %) Lansia yang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara rutin berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada Lansia yang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara tidak rutin sebanyak 7 orang (11,9%) tetap berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,265 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Pasir Nangka pada tahun 2015. Hal ini menunjukan bahwa walaupun Posbindu tidak dilaksanakan secara rutin, kebutuhan masyarakat akan Posbindu tetap ada. KESIMPULAN Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Sehingga hubungan antara sikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable sikap dianggap sebagai variable yang konstan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
22
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, S. 2010 .Prosedur Penelitian. PT . Rineka Cipta. . 2. Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. 3. Notoatmodjo S. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. PT Rineka Cipta. 4. Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. 5. Poppy Kumala, dkk. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, EGC. Jakarta. 6. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2013. 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 7. Profil Puskesmas Pasir Nangka 2013. 2014 Puskesmas Desa Cilongok.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
23
Hubungan Motivasi Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Di RSUD Kota Tangerang Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes**, Ebi Shafani*, Dwi Hayati*, Berti Setiawan*, Afrina Safitri*, *Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi, **Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana motivasi pegawai di RSUD Kota Tangerang? (2) Bagaimana kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang? (3) Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang?. Selanjutnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk mengetahui karakteristik responden di RSUD Kota Tangerang,(2) Untuk mengetahui motivasi pegawai di RSUD Kota Tangerang,(3) untuk mengetahui kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang,(4) untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dan kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif study korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan korelasi antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel terikatnya kualitas pelayanan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (point time approach). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada tahun 2015, menunjukan dari hasil analisis bivariat hubungan antara jenis kelamin dengn kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien di RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara status pegawai dengan kualitas pelayanan nilai Pvalue sebesar 0,257. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
24
dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0, 000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai P value < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara masa kerja dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,020. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang. Hasil penelitian ini menjawab hipotesis yaitu, tidak ada hubungan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan yang diberikan, karena dilihat dari pendidikan yang mayoritas diploma dan masa kerja dengan rata-rata kurang dari 5 tahun hal ini menyebabkan belum terlihatnya motivasi pada diri responden untuk memberikan pelayanan yang terbaik,selain itu sampel pada penelitian ini jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan diperoleh hubungan yang tidak signifikan padahal pada penelitian lain menggunakan sampel yang lebih besar (>100 responden) Kata kunci:Motivasi pegawai,kualitas pelayanan ABSTRACT Formulation of the problem in this research is in the form of the following research questions: (1) How is the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang district? (2) How is the quality of services at the RSUD Kota Tangerang district? (3) Is there a positive relationship and significant between motivation with the quality of services at the RSUD Kota Tangerang District ?. Furthermore, the purpose of this study are as follows: (1) to determine the characteristics of the respondents in the RSUD Kota Tangerang District, (2) To know the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang District, (3) to determine the quality of care in RSUD Kota Tangerang District, (4) to determine the relationship of employee motivation and quality of care in RSUD Kota Tangerang Regency. This type of research used in this research is descriptive correlation study is research that aims to illustrate the correlation between variables, namely the independent variable and the dependent variable motivation quality of service. The design of this study using cross sectional approach is a study for studying the dynamics of the
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
25
correlation between risk factors with effects by means of observation or data collection approach once at a time (point time approach). Based on the results of research conducted in the RSUD Kota Tangerang district in 2015, shows the results of the bivariate analysis of the relationship between the sexes with less quality of services obtained pvalue value of 0.613. This indicates that the value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between the sexes with the quality of services provided to patients at the RSUD Kota Tangerang Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between the status of employees with service quality pvalue value of 0.257. This indicates that the value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between employee status with quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between education and the quality of services obtained pvalue value of 0, 000. This indicates that the value of P value <0.05 it can be concluded there is a significant relationship between education and quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between the period of employment with the quality of service obtained pvalue value of 0,020. This indicates that the value pvalue <0.05, it can be concluded that there is a significant relationship between the period of employment with the quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between motivation with the quality of service obtained pvalue value of 0.673. This indicates that the value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between motivation with the quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang Regency. Results of this research is to answer the hypothesis that, there is no relationship between motivation with the quality of services provided, as seen from the education that the majority of diploma and a job with an average of less than 5 years this led to yet invisibility of motivation on self-respondents to provide services best, besides the number of samples in this study makes it possible to be obtained no significant relationship whereas in other studies using larger samples (> 100 respondents) Keywords: employee motivation, quality of service PENDAHULUAN Salah satu paradigma kesehatan yaitu: kesehatan untuk semua “Health for All” adalah pelayanan jasa publik yang harus dapat diakses oleh setiap masyarakat dari segala macam lapisan yang ada. Konsekuensi dari kesehatan untuk semua adalah prinsip yang mendasari pelaksanaan otonomi daerah yaitu, keadilan, demokrasi dan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
26
partisipasi, efisiensi, serta efektifitas. Desentralisasi kesehatan juga menjadikan sektor kesehatan sebagai urusanpemerintah daerah yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakatnya (Public Accountability). Sehingga Pembangunan Kesehatan yang dilakukan dan Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dijadikan salah satu ukuran untuk menilai kinerja pemerintah daerah terhadap masyarakat. Pelayanan kesehatan yang langsung menyentuh pada lapisan masyarakat yang paling bawah dan sangat diperlukan oleh masyarakat adalah sangat penting, hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas akan memberikan perlindungan kesehatan kepada warga masyarakat khususnya bagi warga kurang mampu. RSUD diharapkan mampu memberikan jaminan bagi warga masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan. Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan pelayanan kesehatan minimum yang dibutuhkan rakyatnya. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan prinsip yang harus dipegang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah bagaimana masyarakat puas dan nyaman dalam menerima pelayanan kesehatan yang diberikan dan keberadaan RSUD sebagai media untuk memberikan pelayanan kesehatan haruslah dijalankan dengan baik sehingga kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat. Manfaat lain yang didapat oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah kepastian dari pemerintah bahwa mereka akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik yang mereka butuhkan dengan biaya yang relatif murah dan jarak untuk mendapatkan pelayanan tersebut relatif dekat. RSUD diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar serta menjadi pelopor penggerak pembangunan di wilayah kerjanya. RSUD dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu baik dari segi manajemen, sumber daya, sarana dan prasarana sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan memberikan kepuasan kepada pengguna jasa RSUD. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang memuaskan, unsur penting yang perlu diperhatikan salah satunya yaitu motivasi pegawai, motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu Pegawai mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. TUJUAN Untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
27
METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif study korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan korelasi antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel terikatnya kualitas pelayanan (Nursalam, 2003) HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Distibusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=65) Karakteristik Jumlah(n) Persentase(%) Responden Jenis Kelamin Perempuan 52 80,0 Laki-laki 13 20,0 Total Status Pegawai PNS PTT HONOR
65
100,0
26 11 28
40,0
Total Pendidikan
65
100,0
SD SMP SMA PT
1 1 9 54
1,5 1,5 13,8 83,1
Total
65
100,0
< 5 Tahun > 5 Tahun > 10 Tahun
24 20 21
36,9 30,8 32,3
Total
65
100,0
16,9 43,1
Masa kerja
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
28
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa untuk karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diketahui sebanyak 52 responden (80%) berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 13 responden (20%) berjenis kelamin laki-laki. Untuk karakteristik responden berdasarkan status kepegawaiannya sebanyak 26 orang (40%) responden status pegawainya PNS, 11 orang (16,9%) responden status pegawainya PTT dan 28 orang (43,1%) status pegawainya Honorer. Untuk karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikannya sebanyak 1 orang (1,5%) responden berpendidikan SD, 1 orang (1,5%) responden berpendidikan SMP, 9 orang (13,8%) responden berpendidikan SMA dan 54 orang (83,1%) responden berpendidikan perguruan tinggi.Dan untuk karakteristik responden berdasarkan masa kerja sebanyak 24 orang (36,9%) responden memiliki masa kerja di bawah 5 tahun, 20 orang (30,8%) responden memiliki masa kerja di atas 5 tahun, dan 21 orang (32,3%) responden memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun di RSUD Kota Tangerang. Tabel 4.2 Gambaran tentang motivasi pegawai yang menjadi responden di RSUD Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Motivasi Jumlah Persentase (n) (%) Tinggi 6 9,2 Cukup tinggi 52 80,0 Rendah 7 10,8 Sangat rendah 0 0,0 Total
65
100,00
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui, bahwa sebanyak 6 orang (9,2%) responden memiliki motivasi tinggi dalam bekerja di RSD Kota Tangerang, 52 orang (80,0%) responden memiliki motivasi cukup tinggi dalam bekerja dan 7 orang (10,8%) responden memiliki motivasi rendah dalam bekerja di RSUD Kota Tangerang.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan (n=65) Kualitas Pelayanan Jumlah Persentase % Baik 1 1,5 Cukup Baik 55 84,6 Kurang Baik 7 10,8 Buruk 2 3,1 Total 65 100,00 Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui, bahwa sebanyak 1 orang (1,5%) responden memiliki kualitas pelayanan yang baik di RSUD Kota Tangerang, 55 orang (84,6%) responden memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik, 7 orang (10,8%)responden memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik dan 2 orang (3,1%) responden memiliki kualitas pelayanan yang buruk di RSUD Kota Tangerang. Analisis Bivariat Tabel 4.4 Analisis Bivariat Hubungan Karakteristik Responden dengan Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan Total Karakteristik Cukup Kurag PBaik Buruk Responden Baik Baik Value N % N % N % N % N % Jenis Kelamin 86,5 0,613 Perempuan 1 1,92 45 5 9,62 1 1,92 52 100 4 Laki-laki 0 0,0 10 84,6 2 7,7 1 7,7 13 100 Status Pegawai PNS 92,3 0 0,0 24 2 7,69 0 0,0 26 100 1 0,257 PTT 0 0,0 11 100 0 0,0 0 0,0 11 100 Honorer 71,4 17,8 1 3,57 20 5 2 7,14 28 100 3 6 Pendidikan 0,000 SD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100 1 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
30
Karakteristik Responden SMP
0
0,0
0
SMA
0
0,0
7
PT/DIPLOM A Masa Kerja
Kualitas Pelayanan
1 1,85 48
0,0
1
77,7 1 8 88,8 5 9 91,6 2 7
100
0
0,0
11,1 11,1 1 1 1 9,26
Total 10 1 0 10 9 0 10 54 0
0
0,0
8,33 0
0,0
24
< 5 tahun
0
0,0
22
> 5 tahun
1
5
12
60
5
25
2
10
20
> 10 tahun
0
0,0
21
100
0
0,0
0
0,0
21
10 0 10 0 10 0
PValue
0,020
Berdasarkan table 4.4 di atas, hasil analisis bivariat hubungan karakteristik responden dengan kualitas pelayanan diperoleh bahwa untuk jenis kelamin diantara 52 responden yang jenis kelaminnya perempuan, terdapat 1 responden (1,92%) yang kualitas pelayanannya baik, 45 responden (86,54%) kualitas pelayanannya cukup baik 5 responden (9,62%) kualitas pelayanannya kurang baik dan ada 1 responden (1,92%) kualitas pelayanannya buruk. Sedangkan diantara 13 responden yang jenis kelaminnya laki-laki, terdapat 10 responden (84,6%) kualitas pelayanannya cukup baik, 1 responden (7,7%) kualitas pelayanannya kurang baik dan 1 responden (7,7%) kualitas pelayanannya buruk. Tabel 4.5 Analisis Bivariat Hubungan Motivasi Pegawai dengan Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan Total Cukup Kurang PBaik Buruk Motivasi Baik Baik Value Tinggi Cukup Tinggi Rendah
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
0
0,0
5
83,3
1
16,7 0
0,0
6
100
1
1,92 45
52
100
0
0,0
7
100
5
86,5 5 4 71,4 1 2
9,62
1
1,92
14,29 1 14,29
0,673
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
31
Berdasarkan table 4.5 di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi dengan kualitas pelayanan terhadap pasien diperoleh bahwa diantara 6 responden yang motivasinya tinggi, terdapat 5 responden (83,3%) memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik dan 1 responden (16,7%) yang memiliki kualitas pelayanan kurang baik. Diantara 52 responden yang motivasinya cukup tinggi, terdapat 1 responden (1,92%) memiliki kualitas pelayanan yang baik,45 responden (86,54%) memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik, 5 responden (9,62%) memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik dan 1 responden (1,92%) memiliki kualitas pelayanan yang buruk. Sedangkan diantara 7 responden yang motivasinya rendah, terdapat 5 responden (71,42%) memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik,1 responden (14,29%) yang memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik,dan 1 responden (14,29%) yang memiliki kualitas pelayanan buruk. DISKUSI Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang. Motivasi mempunyai peranan penting untuk dapat menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan segala daya dan potensi karyawan kearah pemanfaatan yang paling optimal sesuai dengan batas-batas. Apabila ditinjau dari teori Maslow (dalam Nursalam, 2002), tentang motivasi dikaitkan dengan kebutuhan yang tersusun secara hierarkis kebutuhan dapat dilihat sebagai berikut: untuk kebutuhan fisiologis sangat erat hubungannnya dengan penghasilannya/gaji, kebutuhan rasa aman dengan merasa terlindungi, dari ancaman baik itu tekanan dan akibat-akibatnya. Kebutuhan rasa memiliki dan dimiliki terkait dengan lingkungan iklim kerja yang nyaman, hubungan interpersonal yang harmonis, suasana kerja dan tanggung jawab. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang. DAFTAR PUSTAKA 1. Azwar, Azrul. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina rupa Aksara. 2. Handoko, T. Hani, 2005. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
32
3. 4. 5. 6. 7.
Manusia.Yogyakarta: BPFE. A.A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Robbins, Stephen. P, 2006.Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prehallindo. Simamora, Bilson, 2004. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif Profitabel, Jakarta: Gramedia PustakaUmum. Wijono, Djoko, 2007. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
33
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN AIR DI KEL.PASIR JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 Ns.katrin Agustina ,S.Kep **, Kosim*, Ricky Anggara*, Decy Mayangsari*, Wulandari*, *Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi, **Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya. Air sungai selain mudah didapat juga bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Perilaku ini terjadipada masyarakat di Kel.pasir jaya tangerang yang masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Air Di Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang.Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi menggunakan pendekatan crosss sectional Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya sebanyak 162 responden. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Instrument yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian pengetahuan menunjukan nilai p value 0.000 < dari 0.05, dan pendidikan menunjukkan nilai p value 0.021 < dari 0.05.Hipotesis Ho ditolak artinya ada pengaruh pengetahuan dan pendidikan dengan penggunaan air,variabel usia menunjukkan p value 0.319 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh tingkat usia dengan penggunaan air, jenis kelamin menunjukkan nilai p value 0.848 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh jenis kelamin dengan penggunaan air dan pekerjaan menunjukkan nilai p value 0.417> dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh pekerjaan dengan penggunaan air. Saran dari hasil penelitian ini disarankan masyarakat dapat menambah pengetahuan dan mendapat informasi tentang penggunaan air yang bersih Kata kunci : penggunaan air, faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang penggunaan air, masyarakat
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
34
ABSTRACT Water is used daily needs for drinking, cook, shower, gargle, clean the floor, washing appliance kitchen appliance, washing clothes, etc. In addition to readily available river water can also be used for various purposes. .This behavior occurs in the community in the village Kel.pasir jayaDistricts Kel.pasir jaya who still use river water for daily needs such as bathing, washing and toilet activities.The purpose of this study to determine the factors that affect people’s behavior on water use in village Kel.pasir jaya District Kel.pasir jaya..This study design is descriptive correlation cross sectional approach. Population in this study were people who lived in the Kel.pasir jayadistricts Sukasari village district Rajeg Tangerang sebanyak 162 respondents. The sampling technique random sampling. Instrument used in the form questionnaire. Data analysis techniques using univariate, bivariate, and univariat, bivariate multivariate.Demonstrate knowledge of search result p value 0.000 < 0.05, and education showed the value of p value 0.021 < 0.05. Hipothesis is rejected means that there is an influence of knowledge and education with the use of water, the age variabel indicates p value 0.319>0.05. Ho accepted hypothesis means that there is no influence of age with the use of water, se shows p value 0.848 > 0.05,with ho accepted hypothesis means that there is no influence of gender in the use of water. And the work shows p value 0.417> 0.05, with ho accepted hypothesis means that there is no effect of work with the use of water.Advice from the results of this study sunggested that people can add to their knowledge and gain information about the use of clean water. Keywords :Water use, factors that affect people’s behavior on water use, people’s. PENDAHULUAN Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan / genetika. Perilaku menurut Green (2010) dipengaruhi oleh 3 faktor yang pertama faktor karakteristik yang terdiri dari umur, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, yang kedua faktor Pemungkin, dan yang ketiga faktor PendukungMenurut Soekanto (dalam Maryati dan Suryawati, 2010:174. Dalam Hidayati, 2012) mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi kelompoknya sendiri, bersifat independen, mendiami suatu wilayah tertentu, dan memiliki kebudayaan serta sebagian besar kegiatannya berlangsung didalam kelompok itu sendiri.Masyarakat adalah subjek yang paling dominan untuk memanfaatkan, merusak maupun memberdayakan alamnya. Akan tetapi, semua yang dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan alam selalu menimbulkan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
35
konsekuensi logis terhadap kehidupan sosialnya, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya penyakit dan masalah-masalah lainnya. Perilaku ini terjadi di Kampung Kel.pasir jayatersebut terdapat sungai disepinggiran jalan serta dekat dengan rumah warga yang tinggal di kampung tersebut sehingga memudahkan penduduk yang bermukiman dipinggiran sungai menggunakan air sungai ini untuk keperluan rumah tangga atau MCK. Menurut hasil penelitian Hidayati tahun 2012 mengenai perilaku masyarakat dalam menggunakan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga di Desa Samelagi Besar Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas perilaku masyarakat yang menggunakan air sungai berdasarkan kelompok umur yaitu 25-29 (24%), 30-34 (32%), 35-39 (20%), 40-44 (8%), 45-49 (12%), dan 50 keatas (4%). Berdasarkan tingkat pendidikan SD/sederajat (40%), SLTP/sederajat (32%), SMU/sederajat(20%), Akademik/sederajat (8%). Berdasarkan jenis pekerjaan pegawai negeri (8%), petani (40%), pedagang (20%), buruh bangunan (32%). Sedangkan berdasarkan lamanya informan bertempat tinggal di lokasi penelitian yaitu 1-5 tahun (20%), 5-10 tahun (32%), sejak lahir sampai saat ini (48%). TUJUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang penggunaan air METODE PENELITIAN Desain penelitian dalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Desain penelitian jenis deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan memberikan gambaran yang akurat tentang suatu masalah atau fenomena yang diteliti (Suryanto, 2013 dalam Nurjazila 2014). Korelasi merupakan salah satu dari desain penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara dua variable atau lebih variable penelitian. (Hidayat, 2010 dalam Nurjazila 2014). Desain penelitian ini adalah desain korelasi deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui fenomena dan mengidentifikasi korelasi dari beberapa variabel independen (pengetahuan, pendidikan, uisa, jenis kelamin, sikap, pekerjaan). Selain itu, penelitian itu menggunakan pendekatan potong lintang (Cross Sectional ) yaitu desain penelitian yang melakukan pengambilan data dalam satu waktu (Notoatmodjo, 2010 dalam Nurjazila 2014).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
36
HASIL PENELITIAN Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan,dan Pekerjaan, di Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Usia Usia <11 Tahun 9 5.6 Usia 12-16 Tahun 20 12.3 Usia 17-25 Tahun 32 19.8 Usia 26-35 Tahun 44 27.2 Usia 36-45 Tahun 29 17.9 Usia 45-55 Tahun 13 8.0 Usia 56- 65 Tahun 12 7.4 Usia > 65 Tahun 3 1.9 Total 162 100 2.
3.
4.
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
57 105 162
35.2 64.8 100
Pendidikan Rendah Tinggi Total
147 15 162
90.7 9.3 100.0
Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Total
107 55 162
66.0 34.0 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan responden adalah sebagai berikut mayoritas usia responden yaitu <11 tahun sebanyak 9 orang (5.6 %), 12-16 Tahun (Remaja Awal) sebanyak 20 orang (12.3%), 17-25 tahun sebanyak 32 orang (19.8%), 26-35 tahun sebanyak 44 orang (27.2%), 35-45 Tahun sebanyak 29 orang (17.9%), 45-55 sebanyak 13 orang (8.0%), 56-65 tahun sebanyak 12 orang (7.4%), dan > 65 tahun
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
37
sebanyak 9 orang (1.9%). Mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 105 orang (64.8%), laki-laki sebanyak 57 orang (35.2%). Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Pengetahuan di Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%) Rendah 94 58.0 Tinggi 68 42.0 Total 162 100 Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa mayoritas pengetahuan responden adalah sebagai berikut mayoritas pengetahuan rendah sebanyak 94 orang (58.0%), dan pengetahuan tinggi sebanyak 68 orang (42.0%). Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Penggunaan air di Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang Penggunaan air Frekuensi Presentasi (%) Tidak Baik 94 58.0 Baik 68 42.0 Total 162 100 Berdasarkan tabel 5.3 Diketahui bahwa mayoritas perilaku responden adalah sebagai berikut mayoritas penggunaan air tidak baik sebanyak 94 orang (58.0%), dan penggunaan air baik sebanyak 68 orang (4.20%). Tabel 5.4Faktor-Faktor Penggunaan Air No Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku 1. Usia <11 12-16 17-25 26-35 36-45
Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan air Tidak baik Baik % N % N
6 9 15 24 20
3.7 5.6 9.3 14.8 12.3
3 11 17 20 9
1.9 6.8 10.5 12.3 5.6
N
Total %
9 20 32 44 29
5.6 12.3 19.8 27.2 17.9
Pvalue
0.319
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
38
2.
3.
46-55 56-65 >65 Total
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total
9 8 3 94
5.6 4.9 1.9 58.0
32 62 94
19.8 38.3 58.0
4 4 0 68
25 43 68
2.5 2.5 0.0 42.0
13 12 3 162
8.0 7.4 1.9 100.0
15.4 26.5 42.0
57 105 162
35.2 64.8 100.0
0.848
0.021
4. 0.417
5.
Pendidikan Rendah Tinggi Total
90 4 94
55.6 2.5 58.0
57 11 68
35.2 6.8 42.0
147 15 162
90.7 9.3 100.0
Pekerjaan Rendah Tinggi Total
65 29 94
40.1 17.9 58.0
42 26 68
25.9 16.0 42.0
107 55 162
66.0 34.0 100.0
0.000
Pengetahuan 72 44.4 22 13.6 94 58.0 Rendah 22 13.6 46 28.4 68 42.0 Tinggi 94 58.0 68 42.0 162 100.0 Total Berdasarkan tabel 5.4 karakteristik usia diketahui bahwa mayoritas responden usia <11 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 6 orang (3.7%), sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 3 orang (1.9%). Usia 12-16 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%), sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 11 orang (6.8%). Usia 17-25 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 15 orang (9.3%), sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 17 orang (10.0%). Usia 26-35 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 24 orang (14.8%), sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 20 orang (12.3%). Usia
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
39
36-45 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 20 orang (12.3%), sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 9 orang (5.6%). Usia 46-55 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%), Tabel 5.5Hasil analisis koefisien korelasi pengaruh dengan penggunaan air Correlations Pearson Correlation Pengetahuan Sig. (2tailed) N Pearson Correlation penggunaanair Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Pendidikan Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Pekerjaan Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Jeniskelamin Sig. (2tailed) N Pearson Usia Correlation
pengetahuan penggunaanair pendidikan pekerjaan Jeniskelamin Usia 1 .442** .246** .130 -.028 -.166*
162 .442**
.000
.002
.100
162 1
162 .203**
162 .077
.010
.330
162 1
162 -.004
.000 162 .246**
162 .203**
.002
.010
162 .130
162 .077
162 -.004
.100
.330
.958
162 -.028
162 -.028
162 -.032
162 -.482**
.722
.722
.684
.000
162 -.166*
162 -.159*
162 -.122
162 .189*
.958 162 1
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
.722
.034
162 162 -.028 -.159* .722
.044
162 162 -.032 -.122 .684
.120
162 162 -.482** .189* .000
.016
162 1
162 ** .211 .007
162 -.211**
162 1
40
Sig. (2.034 .044 .120 .016 .007 tailed) N 162 162 162 162 162 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pengaruh atau korelasi antara pengetahuan dengan penggunaan air adalah 0.442 atau cukup. Pengaruh atau korelasi antara pendidikan dengan penggunaan air 0.203 atau rendah, pengaruh atau korelasi pekerjaan dengn penggunaan air 0.077 atau korelasi sangat rendah. Pengaruh atau korelasi jenis kelamin dengan penggunaan air adalah -0.028 atau sangat-sangat rendah. Pengaruh atau korelasi usia adalah -0.159 atau sangat-sangat rendah. Tabel 5.6Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan ± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah ± 0,20-0,399 Korelasi rendah ± 0,40-0,599 Korelasi cukup ± 0,60-0,799 Korelasi kuat ± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat Tabel 5.7Crosstabulation Seleksi Bivariat No Variabel P value Pengetahuan 0.000 1 Usia 0.319 2 Jenis kelamin 0.848 3 Pendidikan 0.021 4 Pekerjaan 0.417 5 Berdasarkan tabel 5.7 hanya varaibel pengetahuan dan pendidikan yang mempunyai nilai p value < 0.25. Sedangkan variabel karakteristik usia, jenis kelamin, dan pekerjaan mempunyai nilai p value > 0.25 oleh sebab itu peneliti tidak melakukan seleksi multivariat dikarenakan hanya ada dua variabel saja yang mempunyai pengaruh terhadap penggunaan air di Kampung Sarakan RT 04 RW 05 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2015. DISKUSI Bab ini akan menguraikan mengenai fakta, teori dan opini serta kesenjangan diantaranya yang akan dikemukakan secara komprehensif terhadap penelitian baik Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
41
162
yang bersifat analisa univariat, bivariat maupun multivariat terhadap variabel independen tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan) dan variabel dependen (penggunaan air) di Kel.pasir jayaKabupaten Tangerang Tahun 2014 KESIMPULAN Distribusi frekuensi dari lima faktor yang diteliti terhadap responden menghasilkan gambaran responden mayoritas memiliki penggunaan air tidak baik, tingkat pengetahuan rendah, tingkat pendidikan rendah, usia mayoritas 26-35 tahun, jenis kelamin perempuan dan pekerjaan mayoritas tidak bekerja.Berdasarkan hasil uji bivariat terhadap lima faktor yaitu tingkat pengetahuan dengan uji-square menghasilkan p value 0.000 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan air DAFTAR PUSTAKA 1. Hastono.(2007).Analisis Data Kesehatan Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan 2. Masyarakat Universitas Indonesia 3. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika 4. Nurjazila. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu Dalam Pencegahan Penularan TB Paru Di RW 02 Desa Talok Kecamatan Kresek Kabupaten TangerangTahun 2014. Skripsi 5. Sugiono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta 6. Syafrudin.( 2008). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Tiara Putra Jakarta 7. Suryani, Sri. (2014). Hubungan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayinya Di Wilayah Kerja Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang Pada Tahun 201. Skripsi
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
42
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA DENGAN SIKAP DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA DI KAMPUNG GEMBOR Ns.Ayu Pratiwi,S.Kep **, Dede F*, Fauzy S*, Dini Sartika*, Willy Fitriya*, *Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi, **Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan survei terakhir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Target MDGs pada tahun 2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Persalinan dan menyusui merupakan suatu kodrat bagi wanita. Berbagai komplikasi yang sering dialami selama masa menyusui antara lain puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak dan mastitis atau abses payudara sehingga ibu harus tetap melakukan perawatan payudara secara benar, baik untuk mempersiapkan masa menyusui dan selama masa menyusui. Tujuan dilakukan penulisan Riset Keperawatan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square, dimana ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer menggunakan kuesioner. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara yaitu p-Value 0.101 > α (0.05). Dinas pemerintahan yang terkait seperti dinas kesehatan wilayah dapat memberikan penyuluhan menyeluruhan pada masyarakat mengenai perawatan payudara untuk menambah pengetahuan dari masyarakat. ABSTRACT Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator to look at the health status of women. Mortality and morbidity of pregnant women, maternity and childbirth is still a major problem in developing countries, including Indonesia. Based on the last
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
43
survey in 2007 MMR in Indonesia amounted to 228 per 100,000 live births (MOH, 2011). The MDG target by 2015 AKI can be reduced to 102 per 100,000 live births (MOH, 2008). Childbirth and breastfeeding is a natural for women. Various complications often experienced during breastfeeding, among others, nipple pain, sore nipples, engorgement and mastitis or breast abscesses that the mother should keep doing breast care properly, both to prepare for lactation and during lactation. The purpose of writing this Nursing research is to determine the extent of correlation between knowledge with attitude primiparous mothers in the treatment of breast. The method used in this study is the chi-square test, which will indicate the presence or no correlation between knowledge with attitude primiparous mothers in the treatment of breast. Data collection is done by using the primary questionnaire. The research found no relationship between the level of knowledge primiparous mothers with attitude in the treatment of breast, namely p-Value 0101> α (0.05). Relevant government agencies such as the health service region can provide counseling menyeluruhan community about breast care to add to the knowledge of the public. PENDULUAN Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan sikecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2009). Sebagai seorang tenaga kesehatan harus benar-benar memperhatikan betapa pentingnya perawatan payudara untuk memperlancar produksi ASI. Perawatan payudara bisa dilakukan secara teratur 2 kali sehari. Berdasarkan studi pendahulu menurut Eni Wulandari Tahun 2012 di BPS Aryanti, pada bulan Januari – Maret 2012 didapatkan data ibu nifas sebanyak 32 ibu nifas. Peneliti berhasil mewawancarai kepada 12 responden didapat hasil 2 orang dengan pengetahuan dan sikap dalam melakukan perawatan payudara baik, 4 orang dengan pengetahuandan sikap dalam melakukan payudara cukup, dan 6 orang dengan pengetahuandan sikap dalam melakukan payudara kurang. Berdasarkan data dan fakta diatas, peneliti melakukan observasi di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang dan mendapatkan hasil bahwa pengetahuan yang didapat ibu nifas masih belum begitu banyak tahu tentang perawatan payudara dikarenakan masih adanya payudara ibu nifas yang putingnya lecet, payudara yang bengkak dan adanya abses payudara.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
44
Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Primipara Dengan Sikap Dalam Melakukan Perawatan Payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang”. TUJUAN Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang METODE Desain peneliti yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossection dengan potong lintang (crosstabulation) dan uji chisquare. Dimana chisquare adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya dan seberapa erat hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang pada bulan Agustus. HASIL PENELITIAN Tabel 6.1 Distribusi frekuensi usia responden di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014 Usia Frekuensi Persen 20 th – 30 th 30 50.0 31 th – 40 th 21 35.0 41 th – 50 th 9 15.0 Total 60 100.0 Distribusi frekuensi umur dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai usia 20 th – 30 th ada 30 orang (50.0%), ibu yang mempunyai usia 31 th – 40 th ada 21 orang (35,0%) dan ibu yang mempunyai usia 41 th – 50 th ada 9 orang (15.0%). Tabel 6.2 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014 Pekerjaan Frekuensi Persen IRT 33 55.0 Swasta 23 38.3 PNS 4 6.7 Total 60 100.0 Data frekuensi pekerjaan dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai pekerjaan IRT ada 33 orang (55.0%), ibu yang mempunyai pekerjaan swasta ada 23 orang (38,3%) dan ibu yang mempunyai pekerjaan PNS ada 4 orang (6,7%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
45
Tabel 6.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014 Pendidikan Frekuensi Persen Tidak tamat 4 6.7 SD 9 15.0 SMP 19 31.7 SMA 23 38.3 Sarjana 5 8.3 Total 60 100.0 Data frekuensi pendidikan dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tidak tamat ada 4 orang (6.7%), ibu yang mempunyai pendidikan SD ada 9 orang (15.0%), ibu yang mempunyai pendidikan SMP ada 19 orang (31.7%), ibu yang mempunyai pendidikan SMA ada 23 orang (38.3%), ibu yang mempunyai pendidikan Sarjana ada 5 orang (8.3%) Tabel 6.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014 Tingkat pengetahuan Frekuensi Persen 15 Baik 25.0 37 Sedang 61.7 8 Kurang 13.3 Total 60 100.0 Data frekuensi tingkat pengetahuan ibu dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang perawatan payudara ada 15 orang (25.0%), ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang perawatan payudara ada 37 orang (61.7%) dan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kuranng tentang perawatan payudara ada 8 orang (13.3%) Tabel 6.5 Distribusi frekuensi sikap responden dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014 Sikap Frekuensi Persen 31 Tidak melakukan 51.7 29 Melakukan 48.3 Total
60
100.0
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
46
Data frekuensi tingkat pengetahuan ibu dari 60 responden didapatkan bahwa ibu tidak melakukan tindakan perawatan payudara ada 31 orang (51.7%) dan ibu yang melakukan tindakan perawatan payudara ada 29 orang (48.3%) Tabel 6.6 Crosstabulation berdasarkan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014 Sikap yang dilakukan dalam Variabel melakukan perawatan payudara tingkat Total P Value pengetahuan Tidak melakukan Melakukan Baik 5 33.33% 10 66.7% 15 100% Tidak baik 26 57.8% 19 42.2% 45 100% 0.101 Total 31 51.7% 29 48.3% 60 100% Didapatkan responden yang tidak melakukan perawatan payudara sejumlah 31 responden (51,7%), dengan perician 5 responden (33,33%) berpengetahuan baik, dan 26 responden (57,8%) berpengetahuan tidak baik. Sedangkan yang melakukan perawatan payudara sejumlah 29 responden (48,3%), dengan perincian yaitu 10 responden (66,7%) berpengetahuan baik, dan 19 responden (42,2%) berpengetahuan tidak baik. DISKUSI Dalam penelitian ini ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi responden untuk melakukan tindakan perawatan payudara, dimana faktor-faktor tersebut adalah peranan keluarga, peranan tokoh masyarakat, peranan tetangga, tingkat pengetahuan, dan social ekonomi. Faktor tersebut tidak menjadi bahan dalam penelitian pada ini, maka hubungan pengetahuan dan tindakan perawatan payudara adalah tidak ada bahwa ternyata tindakan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut yang tidak termasuk dalam penelitian pada saat ini. KESIMPULAN Dari hasil data chi square yaitu p Value 0.101 > α (0.05) artinya Ho gagal diterima sehingga tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara. DAFTAR PUSTAKA 1. Anggraini, Y. 2010. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta : pustaka rihana 2. Bobak, ledermilk Jensen. 2004. Keperawatan matermitas. Jakarta : Buku Kedokteran, EGC Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
47
3. Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakartra : buku kedokteran, EGC 4. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : rineka cipta 5. Varney, H. 2007. Asuhan kebidanan. Jakarta : EGC
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
48
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR KEMIS TANGERANG TAHUN 2014 Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Nurbaiti*, Risky Hamja*, Tutik Komariah* ,Ulfa Arif* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Ibu hamil ada yang mengalami kecemasan saat menjalani kehamilannya. Masalah yang dialami ibu hamil diantaranya ketidaknyamanan seperti perubahan bentuk tubuh, sering marah, gelisah, dan cemas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang, meliputi usia, pengetahuan, dukungan keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan. Jenis penelitian analitik, dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil primigravida yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis bulan Desember 2014. Hasil penghitungan sampel sebanyak 55 orang. Analisis data yaitu univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat (Uji Kai Kuadrat). Hasil analisis univariat,hampir sebagian besar ibu primipara mengalami kecemasan rendah (56,4%), umurnya tidak berisiko (58,2%), pengetahuan kurang (56,4%), dukungan keluarga baik (61,8%), dan dukungan tenaga kesehatan baik (63,6%). Hasil analisis bivariat, variabel yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida adalah pengetahuan (p = 0,029 dan OR = 4,154), dukungan keluarga (p = 0,003 dan OR = 6,944), dan dukungan tenaga kesehatan (p = 0,007 dan OR = 5,833). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah umur (p = 0,767). Saran penelitian adalah Puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, memasang pesan kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan upaya mengatasi kecemasan, keluarga memberikan dukungan berupa anjuran, motivasi, dan informasi yang baik sehingga dapat menurunkan kecemasan ibu hamil. Kata kunci :Faktor-Faktor, Kecemasan, Ibu Hamil, Primigravida ABSTRACT Pregnant women experience anxiety while undergoing pregnancy. The problems experienced by pregnant women is discomfort during pregnancy undergo such a change in body shape, angry, and anxiety. The purpose of this study was to determine the factors associated with anxiety in pregnant women primigravida in Puskesmas Pasar Kemis, include age, knowledge, family support, and the support of health professionals. This type of research is analytic, the cross-sectional design. Samples is 55 pregnant women primigravida. Results of univariate analysis showed most of Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
49
primiparous mothers experience low anxiety (56.4%), age is not at risk (58.2%), lack of knowledge (56.4%), good family support (61.8%), and support of good health (63.6%). Results of bivariate analysis, the variables associated with anxiety in pregnant women primigravid is knowledge (p = 0.029 and, OR = 4.154), family support (p = 0.003 and OR = 6.944), and the support of health professionals (p = 0.007 and OR = 5,833). While unrelated are age (p = 0.767). Suggestions in this study is the health center can provide health education of counseling to pregnant women, post health messages related to pregnancy and efforts to overcome anxiety, and family to provide support in the form of encouragement, motivation, and good information on mother pregnant and therefore reduces the anxiety experienced by pregnant women. Keywords: Factors, Anxiety, Pregnancy, primigravidae) PENDAHULUAN Kehamilan awal untuk keluarga pemula, merupakan periode transisi dari masa kanakkanak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai tanggung jawab. Wanita akan menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah. Hubungan mereka berubah, begitu juga dengan keluarga besar atau masyarakat yang membutuhkan penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga (Susanti, 2008). Penelitian Singh (1991) terhadap 1.000 (seribu) wanita India, menemukan bahwa 691 subjek wanita hamil (kelompok eksperimen) merasa lebih cemas dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kecemasan dimulai pada bulan kedua yaitu ketika mereka mengetahui kehamilannya, dan kemudian meningkat lagi pada usia kehamilan memasuki usia kehamilan lima bulan. Pada bulan ke enam dan ketujuh, kecemasan sedikit berkurang. Dan selanjutnya pada bulan ke delapan dan kesembilan kecemasan meningkat lagi hingga menjelang waktu melahirkan (Taufik, 2010). Kecemasan yang umumnya dialami oleh ibu hamil biasanya ibu menjadi takut, khawatir dan berfantasi karena akan memulai dengan hal baru dalam pengalaman hidupnya dengan adanya bayi dalam kandungannya (terutama pada primigravida). Selain itu ibu akan merasa rendah diri, hal ini disebabkan karena mulai timbulnya hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), leher,payudara membesar, perut membesar disertai linea alba dan berat badan akan semakin meningkat. Hal tersebut akan membuat ibu merasa khawatir jika setelah melahirkan berat badannya tidak kembali seperti sebelum hamil. Pada kehamilan yang tidak diinginkan ibu akan merasa takut kehamilannya diketahui oleh orang lain sehingga berusaha menutupi kehamilannya atau menggugurkannya. Ibu yang pernah mengalami keguguran atau melahirkan bayi mati/cacat khawatir bila itu akan terjadi lagi sehingga ingin melindungi bayinya. Kehamilan yang tidak diterima suami dan keluarga membuat ibu semakin khawatir dan takut menjalani kehamilannya (Bahiyatun, 2011). Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
50
TUJUAN Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankecemasan pada ibu hamil primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang Tahun 2014. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). HASIL PENELITIAN Tabel 7.1 Distribusi frekuensi kecemasan pada ibu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Pasara Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%) Tinggi
24
43,6
Rendah
31
56,4
Total
55
100,0
Tabel 7.1, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamengalami kecemasan rendah yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang mengalami kecemasan tinggi sebanyak 24 orang (43,6%). Tabel 7.2 Distribusi frekuensi umuribu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Umur
Jumlah (n)
Persentase (%)
Berisiko
23
41,8
Tidak berisiko
32
58,2
Total
55
100,0
Tabel 7.2, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparaumurnya tidak berisiko yaitu sebanyak 32 orang (58,2%), sedangkan ibu yang termasuk umur berisiko sebanyak 23 orang (41,8%). Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
51
Tabel 7.3 Distribusi frekuensi pengetahuanibu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Pengetahuan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Kurang
31
56,4
Baik
24
43,6
Total
55
100,0
Tabel 7.3, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamemiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 orang (43,6%). Tabel 7.4 Distribusi frekuensi dukungan keluargaibu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Dukungan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%) Kurang
21
38,2
Baik
34
61,8
Total
55
100,0
Tabel 7.4, menunjukkan bahwasebagian besar ibu primiparamemiliki dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 34 orang (61,8%), sedangkan ibu yang memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 21 orang (38,2%). Tabel 7.5 Distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan padaibu hamil primigravidadi wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Dukungan Petugas Kesehatan Jumlah (n) Persentase (%) Kurang
20
36,4
Baik
35
63,6
Total
55
100,0
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
52
Tabel 7.5, menunjukkan bahwasebagian besar ibu primiparamenyatakan dukungan petugas kesehatan baik yaitu sebanyak 35orang (63,6%), sedangkan ibu yang menyatakan dukungan keluarga kurang sebanyak 20 orang (36,4%). Tabel 7.5 Hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Kecemasan Pada Ibu Umur
Total
Hamil Tinggi n
%
Rendah n
%
n
Nilai
Odd
p
Rati o
%
(OR ) Berisiko
Tidak berisiko
9
15
39,1
46,9
14
17
60,9
53,1
23
32
100,
0,76
0,72
0
7
9
100, 0
Total
24
43,6
31
56,4
55
100, 0
Tabel 7.5 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 23 orang ibu yang umurnya berisiko, ada 9 orang (39,1%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 32 orang ibu yang umurnya tidak berisiko, ada 15 orang (46,9%) yang memiliki kecemasan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,767 artinya p > α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kecemasan pada ibu hamil.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
53
Tabel 7.6 Hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Kecemasan Pada Ibu Pengetahuan
Total
Hamil Tinggi
Rendah
Nila
Odd
ip
Ratio (OR)
n
%
n
%
n
%
Kurang
18
58,1
13
41,9
31
100,0
0,02
Baik
6
25,0
18
75,0
24
100,0
9
Total
24
43,6
31
56,4
55
100,0
4,154
Tabel 7.6 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 31 orang ibu yang pengetahuannya kurang, ada 18 orang (58,1%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 24 orang ibu yang pengetahuannya baik, ada 6 orang (25,0%) yang memiliki kecemasan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,029 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 4,154, yang artinya ibu yang mempunyai pengetahuan kurang, akan berisikomengalami kecemasan tinggi sebesar 4,154 kali, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan baik. Tabel 7.7 Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah Kerja Puskesmas Jambe Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Kecemasan Pada Ibu Dukungan Keluarga
Total
Hamil Tinggi
Rendah
Nilai
Odd
p
Ratio (OR)
n
%
n
%
n
%
Kurang
15
71,4
6
28,6
21
100,0
0,00
Baik
9
26,5
25
73,5
34
100,0
3
Total
24
43,6
31
56,4
55
100,0
6,944
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
54
Tabel 7.6 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 21 orang ibu yang memiliki dukungan keluarga kurang, ada 15orang (71,4%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 34 orang ibu yang memiliki dukungan keluarga baik, ada 9 orang (26,9%) yang memiliki kecemasan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,003 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 6,944, yang artinya ibu yang memiliki dukungan keluarga kurang, akan berisikomengalami kecemasan tinggi sebesar 6,944 kali, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai dukungan keluarga baik. Tabel 7.8 Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Dukungan Kecemasan Pada Ibu Total Petugas Hamil Nila Odd Kesehatan ip Ratio Tinggi Rendah (OR) n % n % n % Kurang 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,00 5,833 7 Baik 10 28,6 25 71,4 35 100,0 Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0 Tabel 7.7 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 20 orang ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan kurang, ada 14 orang (70,0%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 35 orang ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik, ada 10 orang (28,6%) yang memiliki kecemasan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,007 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 5,833, yang artinya ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan kurang, akan berisikomengalami kecemasan tinggi sebesar 5,833 kali, dibandingkan dengan ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
55
DISKUSI Ibu hamil yang mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan baik ibu hamil yang beresiko (usia kehamilan muda / usia kehamilan tua) ataupun ibu hamil yang tidak beresiko sebenarnya dapat ditangani sedini mungkin, maka dari itu perlu adanya dukungan dari orang lain, terutama dukungan psikologis dari orang-orang terdekat di sekitarnya seperti suami, atau ayah ibu kandung. Selain itu perlu adanya pengetahuan serta dukungan yang didapat dari para profesional seperti tenaga keperawatan, kebidanan dan dokter. Karena saat ini mereka adalah tempat yang paling tepat untuk berkonsultasi dan akan memberikan solusi yang terbaik untuk ibu dan janin yang ada di dalam kandungan (Taufik, 2010). Kondisi ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar ibu hamil merasakan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti halnya pengetahuan ibu tentang kehamilan dan kecemasan, dukungan yang diperoleh ibu hamil baik dari keluarga maupun dari petugas kesehatan. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara menyatakan dukungan petugas kesehatan baik (63,6%).Hasil analisis hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan ibu hamil, diperoleh p value = 0,007 dan OR = 5,833, sehingga ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan pada ibu hamil. DAFTAR PUSTAKA 1. Aprianawati, RB.2012. Hubungan Antara Dukungan KeluargaDengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran AnakPertama Pada Masa Triwulan Ketiga. 2. Arsinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 3. Astria, Y. (2009). Hubungan Karekteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan Di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan RSUP FatmawatiTahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 12 April 2013. http://id.pdfsb.com/jurnal. 4. Jhaquin, A. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 5. National Institut of Mental Health (2008). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Depresi Pospartum Pada Ibu Hamil Pascapersalinan Primipara. 9 April 2013. http://repository.usu.ac.id.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
56
6. Saminem, (2009). Seri Asuhan Kebidanan, Kehamilan Normal. Jakarta: EGC. 7. Taufik, (2010). Psikologi Untuk Kebidanan, Dari Teori Ke Praktek. Surakarta: Eastview
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
57
HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT DI RSU KOTA TANGERANG TAHUN 2014 Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes **, *, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi* ,Eke Pratiwi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK Kegiatan keperawatan merupkan salah satu kegiatan pelayanan yan dirumah sakit, tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien antara lain mengkaji kebutuhan pasien merencanakan tindakan keperawaataan melaksanakan rencanaa tindakan mengevaluasi hasil asukan keperawataan yang telah diberikan serta mendokumentasikan asuhan keperawatan. Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawataan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja perawat dan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah “crossectional” sampel adalah perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang yang telah memenuhu criteria ,jumlah sampel 155 responden untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk kelengkapan pendokumentasian, pemilihan sampel dilakukan dengan metode sampel jenuh atau sensus. Data dikumpulkan menggunakan pemilihan sampel 155 respoden untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk kelengkapan pendokumentasian, kuesioner dan hasilnya dianalisis dengan uji ChiSquare. Analisa univariat perawat dengan beban kerja kategori ringan (27,3%),kategori sedang (45,5%) dam kategori berat (27,3%). Dari hasil uji bivariat bahwa ketidakhubungan yang bermakna antara beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan Pvalue=0.083 Katakunci :bebankerjadanpendokumentasian ABSTRACT Nursing activitiesis one of the activitie so fexisting servicesin hospitals,duties of nurses in providing nursing care to patients, among other,assess the patient’s
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
58
needs,nursing actionplan,implementing the Plano faction,evaluating the result of nursing care that has beeng ivenand documented nursing care. The work load of nurses is all activitie so ractivities performed by a nurse during as tint ina nursing care unit.The purpose of this research was to determine the work load of nurses and nursing care documentation completeness in Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 The research design use discrosssectional. Samples are nurses in Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang who have met the criteria. Number of samples 55 respondents to the work load 55 medical files for completeness of documentation. The sample selection was conducted using a sample .Datawerecollectedusinga question air eand the result swere analyzed by chisquaretest. Univariate analysis of the work load of nurses with light category (27,3%),medium category(45,5%)and weight category(27,3%).Bivariat test result that there is no significan trelationship between work load with documentation of nursing care Pvalue= 0,083. Keywords :workloadanddocumentation. PENDAHULUAN Globalisasi mengakibatkan Tingginya kompetisi disektor kesehatan khususnya pada pendokumentasian dibidang kesehatan.Tingginya tuntutan masyarakat baik Nasional maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan kesehatan yang diberikan dirumah sakit.Pelayanan yang baik,tepat,cepat, aman serta transparan dalam penulisan hasil intervensi merupakan indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan antar rumah sakit baik swasta, pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin leluasa berkembang. Untuk bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas terhadap pelayanan di rumah sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan asing,rumah sakit harus memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat, tepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya,2005). Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antara petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan jelas,kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit. (Nursalam,2008). Manfaat dokumentasi keperawatan adalah (1)sebagai kualitas pelayanan, (2) sebagai komunikasi perawat dengan profesi kesehatan lainnya, (3)Mempunyai nilai pendidikan, (4) bernilai hukum, (5) sebagai penelitian, (6) akreditasi (Nursalam,2008).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
59
TUJUAN Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat terhadap kelengkapan pendokumentasian di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang. METODE Metode yang digunakan adalah kuantitatif analitik,karena menganalisa dinamika korelasi antara variable independen (bebankerja) dan variable dependent (Pendokumentasian asuhan keperawatan).Model pendekatan yang digunakan pada peneliti ini adalah pendekatan secara cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu).(Hidayat,2008). HASIL PENELITIAN Tabel 8.2 Distribus iFrekuensi beban kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 Variabel Frekuensi Beban kerja
n
%
Ringan
15
27,3
Sedang
25
45,5
Berat
15
27,3
Jumlah
55
100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
60
Tabel 8.3 Distribusi Frekuensi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 Variabel Frekuensi Pendokumentasian
N
%
35
63,6
Dilakukan
20
36,4
Jumlah
55
100
AsuhanTidak Keperawatan dilakukan
Analisis data:Pada tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar perawat berdasarkan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori tidak dilakukan sebanyak 35 orang(63,6%) Tabel 8.4 Hubungan beban kerja dengan pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 201 Variabel Beban Kerja
Pendokumentasian Tidak Asuhan Dilakukan Keperawatan Dilakukan n %
n
%
Total N
%
Ringan
12
80
3
20
15
100
Sedang
12
48
13
52
25
100
Berat
11
73,3
4
26,7
15
100
Jumlah
35
63,7
20
36,3
55
100
P Value
0.083
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
61
Dari tabel diatas menunjukan bahwa perawat dengan beban kerja ringan yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak 12orang (80%), sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 3 orang (20%), Perawat dengan beban kerja sedang yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak12orang (48%), sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 13 orang (52%)dan perawat dengan beban kerja berat yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak 11orang (63,7%),sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 20 orang (36,3%). Tabel diatas merupakan hasil uji Chi Square .Nilai yang dipakai adalah nilai PearsonChi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai signifikannya adalah p=0,083 yang berart ip>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Haditolak, yang artinya “tidak ada hubungan antara hubungan beban kerja perawat terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. DISKUSI Dalam penelitian ini, peneliti menilai beban kerja di Instalasi Rawa tInap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 kepada 55 perawatdengan menggunakan kuisioner.Didapatkan hasil bahwa dari 55 perawat, beban kerja dengan kategori ringan (27,3%), kategori sedang (45,5%) dan kategori berat (27,3%),Halinimenunjukanbahwa bebankerja perawat diInstalasirawat inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang dikategori sedang. Penemuan dilapangan terlihat masih ada pekerjaan yang bukan pekerjaan perawat dilakukan oleh perawat, seperti mengambil obat ke apotik, mengambil dan mengantar sampel darah ke laboratorium,konsul rontgen, mengantar pasien rawat inap ke poliklinik untuk konsul dengan dokter spesilais.Untuk mengatasi masalah pekerjaan yang seharusnya bukan pekerjaan perawat seharusnya rumah sakit mempekerjakan tenaga untuk pekerjaan tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja perawat dengan kelengakapan pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang tahun 2014 adalah Tidak ada hubungan beban kerja perawat terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan, masih adafaktor-faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan seperti umur,masa kerja,pendidikan,pengetahuan dan sikap.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
62
DAFTAR PUSTAKA 1. Keperawatan Rumah Sakit AN-NISA. 2011. Buku Petunjuk Teknis Cara pengisianInstrumen A, B,dan C 2. Nursalam.2008.ProsesdanDokumentasiKeperawatan:KonsepdanPraktik. Edisi 2.Jakarta: SalembaMedika 3. Potter,P.A&Perry,A.G.2006.BukuAjarFundamentalKeperawatan:Konsep, proses, dan praktik, volume2. Edisi 4.Jakarta: EGC 4. Praptiningsih, Sri.2006. Hukum Perawat. Jakarta:RajaGrafindo Persada. Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis data dengan SPSSuntukpemul 5. Setiadi. 2012.Konsep&Penulisan DokumentasiAsuhan Keperawatan :Teori dan praktik. Grahailmu. 6. Suharsimi, Arikunto 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PTRinekaCipta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
63
HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MOBILISASI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI PASIEN POST OPERASI DI RSUD TARAKAN JAKARTA TAHUN 2014 Ns. Rangga Saputra,S.Kep**, Putri Jati I*, Chandra E*, Dhea Knes* ,Desi R* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Pendidikan kesehatan preoperasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tujuan penelitian mengidentifikasi hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi terhadap pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014. Metode penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasidi RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.Besarnya sampel menggunakan derajat kepercayaan 95% dan derajat kesalahan 5%. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square. Hasil penelitian ini yaitu dari 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥50 tahun, 33 responden (38,8%) berpendidikan SMP, 37 responden (43,5%) berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 36 responden (42,4%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi cukup, 52 responden (61,2%) pelaksanaan mobilisasi pasien post operasikurang 22 dan dari 36 (66,1%) responden dengan pendidikan kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya 1
terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan kesehatan tentang mobilisasi denganpelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan di tempat dia bekerja. Kata Kunci :Pendidikan Kesehatan, Mobilisasi, Pasien Post Operasi
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
64
ABSTRACT Preoperative health education was defined as educational and supportive measures undertaken surgical nurses to assist patients in improving their own health before and after surgery. The aim of research to identify the relationship of health education on the mobilization of the implementation postoperative mobilization of patients in RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014. The research method was descriptive correlation with cross sectional approach. The population in this study were all patients postoperatively in RSUD Tarakan Jakarta Year 2014. The size of the sample using a 95% confidence level and degree of error of 5%. Data were analyzed using Chi-square techniques. Results of this study are of 44 respondents (51.8%) were aged ≥50 years, 33 respondents (38.8%) junior high school education, 37 respondents (43.5%) work as a Housewife / Not Working, 36 respondents ( 42.4%) received health education about mobilizing enough, and 32respondents(61.2%) patients with post operative mobilization implementationless, 22 of 36 (66.1%) of respondents with sufficient health education implementation postoperative mobilization of patients either. Statistical test resulted obtained by value p = 0.001> 0.05α = it can be concluded that H1 is accepted it means there is a significant relationship between health education on the mobilization of the implementation postoperative mobilization of patients in RSUD Tarakan Jakarta Year 2014. This research was expected to be a reference nurses in providing nursing care to improve the health service where she worked. Keywords : Healtheducation, mobilization, PatientsPostOperation PENDAHULUAN Menurut WHO (Dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan, 2008) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan sehat juga merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial d an spiritual.Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Kondisi sakit ini mengakibatkan seseorang harus melakukan tindakan pengobatan baik itu dilakukan dengan rawat jalan di Rumah sakit maupun sampai dilakukan tindakan pembedahan atau bahkan sampai dengan proses kehilangan anggota tubuh serta kematian.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
65
TUJUAN Untuk mengidentifikasi Hubungan Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014. METODE Desain penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). HASIL PENELITIAN Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014. Umur Frekuensi Persentase <50 tahun ≥50 tahun
41 44
48,2 51,8
Total
85
100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan umur. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥ 50 tahundan 41 responden (48,2%) berumur < 50 tahun. Tabel 9.2 Distribusi FrekuensiResponden Menurut Tingkat Pendidikan Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014 Pendidikan Frekuensi Persentase SD SMP SMA
22 33 29
25,9 38,8 34,1
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
66
PT 1 1,2 Total 85 100,0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 33 responden (38,8%) diantaranya berpendidikan SMP dan 29 responden (34,1%) berpendidikan SMA, 22 responden (25,9%) diantaranya berpendidikan SD serta 1 responden (1,2 %) diantaranya berpendidikan PT. Tabel 9.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014 Pekerjaan Frekuensi Persentase Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja 37 43,5 Buruh 33 38,8 3 3,5 Karyawan 12 14,2 PNS Total 85 100,0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan pekerjaan. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 37 responden (43,5%) diantaranya berkerja sebagaiIbu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 33 responden (38,8%) berkerja sebagai buruh, 12 responden (14,2%) diantaranya bekerja sebagaiPNS dan 3responden (3,5%) diantaranya berkerja sebagai karyawan. Tabel 9.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014 Pendidikan Kesehatan Frekuensi Persentase Kurang 23 27,1 Cukup 36 42,4 Baik 26 30,5 Jumlah
85
100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi Pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan mobilisasi. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 36 responden (42,4%) mendapatkanpendidikan kesehatan tentang mobilisasi cukup, dan 26responden (30,5%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi baik, sedangkan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
67
sisanya 23 responden (27,1%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi kurang. Tabel 9.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014 Pelaksanaan Mobilisasi Frekuensi Persentase Kurang 52 61,2 Baik 33 38,8 Jumlah
85
100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 52 responden (61,2%) pelaksanaan mobilisasi pasien post operasikurang dan 33 responden (38,8%) pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Tabel 9.6 Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi DenganPelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014 Pelaksanaan Mobilisasi Pendidikan Kesehatan
Kurang
Baik
Jumlah
P Value
n % n % n % 18 78,3 5 21,7 23 100 Kurang 14 5376 22 61,1 36 100 Cukup 0.001 20 76,9 6 23,1 26 100 Baik 52 61,2 33 38,8 85 100 Jumlah Pada tabel 5.6 menunjukan hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasidengan pelaksanaan mobilisasi pasien post operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.Hasil analisis diperoleh bahwa 22 dari 36 (66,1%) responden denganpendidikan kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Sedangkan dari 5 (21,7 %) responden yang pendidikan kesehatankurangpelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001<0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya terdapat hubungan yang bermakna antara 1
pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
68
DISKUSI Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004). Pembedahan atau operasi adalah semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas, dan nyawa seseorang. (Long,1998)Tindakan pembedahan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh pasien. Adanya luka menyebabkan rasa nyeri. Nyeri dapat memperpanjang masa penyembuhan, karena mengganggu kembalian aktifitas pasien dan yang menjadi salah satu alasan pasien untuk tidak mau bergerak atau melakukan mobilisasi segera. Menurut Brunner dan Suddarth (2008), pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Manfaat dari mobilisasi dini tersebut peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri, mencegah tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka, dan meningkatkan kelancaran fungsi ginjal (Long, 1998). Kemauan pasien dalam melaksanakan mobilisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti usia, status perkembangan, pengalaman yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya, gaya hidup, proses penyakit / injury, tingkat pendidikan dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan (Kozier, 20055). KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan terhadap pasien post operasi yang ada di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014. Dengan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 85 orang.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan didukung oleh teori-teori yang telah penulis pelajari serta pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan Terdapat hubungan antara pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
69
DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner&Suddarth,(2008)KeperawatanMedikalBedah,edisi8,vol.2.Jakarta;EGC. 2. Hastona, Sutanto P. 2007. Analisis Data Kesehatan Hal 69, 122 dan 174. Depok. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 3. Mubarak, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan Hal 75. Yogyakarta. Garaha Ilmu. 4. NingsihRatna Ayu.2011, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini PadaPasien Pre Operasi Di Irna B Bedah RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG.Padang. 5. Ratna Ayu Ningsih.2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini PadaPasien Pre Operasi Di Irna B Bedah RSUP Dr. M.DJAMIL Padang.Padang 6. Rustam Muchtar. 2012.Tahap-Tahap Mobilisasi Pada Pasien Dengan Pasca Pembedahan.Jakarta: EGC 7. Syahlinda.2008.Efektifitas Pedoman Mobilisasi Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Paska Laparatomi Menyimpulkan Bahwa Pedoman Mobilisasi Efektif Dalam Membantu Penyembuhan Luka Paska Laparatomi. Jakarta
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
70
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KARYAWAN DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI UNIT PRODUKSI P.T. INOAC PASAR KEMIS TANGERANG TAHUN 2014 Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Siti Umroh*, Yunike Esman*, Diana Irawan* ,Leni Anjasmita* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang paling menonjol adalah diakibatkan oleh kondisi kerja dan perbuatan yang tidak aman. Kondisi yang tidak aman ini antara lain disebakan oleh alat-alat, lingkungan kerja, dan bisa juga oleh faktor manusianya. Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja diutamakan, namun kadangkadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga perlu digunakan alat-alat pelindung diri yang sesuai dan memadai untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan gangguan kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam menggunakan alat pelindung diri di unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dimana peneliti memberikan gambaran dan memperoleh hubungan tentang kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri di unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang. Sampel penelitian adalah karyawan /tenaga kerja secara random. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan alat pelindung diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung diri. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program pengolahan data statistik univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang didapat dari penelitian bulan Januari - Februari 2014 tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri di unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa hanya umur dan jenis kelamin yang menunjukkan tidak adanya kemaknaan atau berhubungan.Saran peneliti untuk PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang agar adanya pengukuran kebisingan secara kontinyu dan dilakukan tindakan pencegahan baik secara teknis, administrative
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
71
maupun alat pelindung diri, penggunaan APD lebih diperhatikan, pemeriksaan kesehatan minimal setahun sekali sesuai dengan dampak paparan terhadap pekerja, lakukan pelatihan mengenai K3 secara periodik dan berkesinambungan serta menyediakan APD sesuai kebutuhan. ABSTRACT Factors that cause accidents most prominent is caused by working conditions and unsafe acts. Unsafe conditions, among others, caused by the tools, work environment, and can also by the human factor. Labor protection through technical security efforts premises, equipment and working environment takes precedence, but sometimes the danger is still not fully under control. So it is necessary to use personal protective equipment appropriate and adequate to protect workers from potential hazards that can cause accidents and health problems. The purpose of this research is to know about the factors associated with adherence of employees in the use of personal protective equipment in the production unit PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang This research is descriptive and analytical in which researchers provide an overview and obtain the relationship of employee compliance in the use of personal protective equipment in the production unit of PT. PINOAC Pasar Kemis wheels Tangerang - Banten. Samples are employee / labor random. The collection of data by using a questionnaire which aims to determine the compliance of labor in the use of personal protective equipment and the factors that affect the use of personal protective equipment. The collected data is processed by using statistical data processing program univariate and bivariate. Research results obtained from studies January - February 2014 concerning factors related to the compliance of employees in the use of personal protective equipment in the production unit PT INOAC wheels Tangerang - Banten. Based on the results it was concluded that only age and gender showed no significance or related.Suggestions researchers to P.T. INOAC wheels so that the noise measurements carried out continuously and preventive measures, both technical, administrative and personal protective equipment, PPE use more attention, minimal medical examination once a year in accordance with the impact of worker exposure, perform periodic training on K3 and sustainable and provides APD as needed.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
72
PENDAHULUAN Perkembangan dunia industri khususnya di negara-negara maju sangatlah pesat. Sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang perlahan tapi pasti perkembangan dunia industri secara terus menerus mengalami peningkatan, kemajuannya seiring dengan perkembangan jaman. Di Indonesia perkembangan dunia industri terus berjalan seiring dengan waktu. Kemajuan dibidang industri dan teknologi membawa perkembangan dalam pendidikan, tata hubungan sosial, serta pergaulan masyarakat, yang mana hal tersebut akan sangatlah berpengaruh terhadap pola tingkah laku manusia. Kemajuan teknologi telah merubah sifat dan bentuk pekerjaan. Banyak mesin-mesin berteknologi canggih, bahan-bahan maupun proses baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan teknologi. Tetapi kemajuan teknologi juga membawa akibat yang merugikan bila tidak ditangani dengan baik. Beberapa hal yang mungkin timbul sebagai akibat kemajuan teknologi adalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan dan lain-lain. Menurut laporan P.T. JAMSOSTEK Kantor Wilayah Banten, tahun 2014 "Dari 16.756 kasus kecelakaan kerja se-Banten itu, 60 persennya terjadi di Tangerang. Jika dipaparkan, ada seorang meninggal setiap harinya akibat kasus kecelakaan kerja di provinsi paling barat pulau Jawa ini," ungkap Didi Iswadi, Kepala Kanwil Banten PT Jamsostek. Keterangan resmi pemerintah mengatakan bahwa dalam satu hari terdapat lebih dari sembilan orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Angka kematian tersebut diperkirakan jauh lebih besar. Karena PT Jamsostek sebagai badan pemerintah hanya mendasarkan perhitungan kecelakaan kerja pada buruh-buruh yang menjadi anggotanya. Padahal, masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan buruhnya Manfaat pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bisa mencegah, meminimalisir terhadap resiko terjadinya kecelakaan kerja. Namun mafaat pemakaian APD bagi pekerja tidak akan berhasil manakala terbentur masalah kesadaran pekerja itu sendiri dalam pemakaiannya. Walaupun perusahaan telah menyediakan APD secara lengkap, jika pekerjanya itu sendiri tidak mau menggunakan APD maka manfaat APD tidak akan terasa bagi upaya penurunan angka kecelakaan kerja. Padahal perusahaan telah menyediakan APD bagi karyawan yang bekerja, tapi kenyataannya tidak semua karyawan mau menggunakan APD tersebut, terdapat potensi bahaya kebisingan yang melebihi nilai ambang batas yang ditimbulkan dari peralatan/mesin di unit produksi P.T. INOAC Pasar Kemis dan terdapatnya faktor-faktor yang ada di perusahaan tersebut yang dapat menimbulkan kecelakaan pada saat bekerja.Kenyataan di lapangan masih rendahnya tingkat kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan alat pelindung diri.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
73
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan karyawan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis Tangerang Banten tahun 2014”. TUJUAN Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis Tangerang Banten. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah : Cross-sectional / potong lintang untuk memperoleh hubungan tentang upaya pengendalian dampak yang ditimbulkan akibat dari proses produksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri di unit Produksi PT. INOAC Pasar Kemis Tangerang Banten. HASIL PENELITIAN Tabel 10.1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Pengetahuan Jumlah Persentase Baik 76 17,3 Kurang baik 364 82,7 Total 440 100,0 Berdasarkan pengkatagorian pengetahuan, terlihat hanya sebagian kecil saja dari responden berpengetahuan baik. Distribusi responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 17,3% sedangkan responden yang pengetahuannya kurang baik ada 82,7%. Tabel 10.2 Distribusi Responden Menurut Sikap Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Sikap Jumlah Persentase Baik 90 20,5 Kurang baik 350 79,5 Total 440 100,0 Analisis terhadap sikap responden didapatkan bahwa sebagian kecil saja yang bersikap baik. Dari seluruh responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 20,5% sedangkan responden yang sikapnya kurang baik ada 79,5%. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
74
Tabel 10.3 Distribusi Responden Menurut Peraturan Di PT. Roda Prima Lancar Tangerang Banten Tahun 2015 Peraturan Jumlah Persentase Tahu 70 15,9 Tidak tahu 370 84,1 Total 440 100,0 Hasil penelitian tentang pengetahuan ternyata hanya sedikit saja dari responden yang tahu tentang peraturan. Responden yang menyatakan tahu ada peraturan sebanyak 15,9% sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu peraturan ada 84,1%. Tabel 10.4 Distribusi Responden Menurut Pengawasan Di INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Pengawasan Jumlah Persentase Ada 179 40,7 Tidak ada 261 59,3 Total 440 100,0 Berdasarkan pengawasan ternyata hanya kurang dari separuh dari responden yang menyatakan ada pengawasan. Responden yang menyatakan ada pengawasan sebanyak 40,7% sedangkan responden yang menyatakan tidak ada pengawasan ada 59,3%. Tabel 10.5 Distribusi Responden Menurut Pelatihan Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Pelatihan Jumlah Persentase Pernah 121 27,5 Tidak pernah 319 72,5 Total 440 100,0 Berdasarkan pelatihan ternyata sebagian besar dari responden tidak pernah pelatihan. Distribusi responden yang menyatakan pernah mendapat pelatihan sebanyak 27,5% sedangkan responden yang menyatakan tidak pernah ada pelatihan ada 72,5%.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
75
Tabel 10.6 Distribusi Responden Menurut Fasilitas Di PT. Roda Prima Lancar Tangerang Banten Tahun 2015 Fasilitas Jumlah Persentase Tersedia cukup 37 8,4 Tersedia kurang 403 91,6 Total 440 100,0 Sebagian besar responden berpendapat fasilitas kurang mencukupi. Distribusi responden yang menyatakan fasilitas tersedia cukup sebanyak 8,4% sedangkan responden yang menyatakan fasilitas tersedia kurang ada 91,6%. Tabel 10.7 Distribusi Responden Menurut Umur Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Umur Jumlah Persentase 20-25 tahun 47 10,7 26-30 tahun 43 9,8 >30 tahun 350 79,5 Total 440 100,0 Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa mayoritas responden berumur >30 tahun. Terbukti dari Tabel 5.8 dapat dilihat responden yang berumur >30 tahun sebanyak 79,5% sedangkan yang berumur 26-30 tahun ada sebanyak 9,8% serta responden yang berumur 20-25 tahun sebanyak 10,7%. Tabel 10.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 404 91,8 Perempuan 36 8,2 Total 440 100,0 Hasil analisis terhadap jenis kelamin, ternyata didapatkan sebagian besarnya adalah berjenis kelamin laki-laki. Distribusi responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 91,8% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan ada 8,2%.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
76
Tabel 10.9 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Pendidikan Jumlah Persentase Tinggi 9 2.0 Menengah 431 98,0 Total 440 100,0 Berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang telah ditamatkan, terlihat bahwa hampir seluruhnya berpendidikan menengah. Responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 2,0% sedangkan responden yang berpendidikan menengah ada 98,0%. Tabel 10.10 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Masa Kerja Jumlah Persentase 0-5 tahun 81 18,4 6-15 tahun 198 45,0 >15 tahun 161 36,6 Total 440 100,0 Distribusi responden berdasarkan masa kerja terlihat hampir separuhnya mempunyai masa kerja 6-15 tahun. Responden yang mempunyai masa kerja 0-5 tahun sebanyak 18,4%, responden yang mempunyai masa kerja 6-15 tahun sebanyak 45,0% sedangkan responden yang mempunyai masa kerja >15 tahun ada 36,6%. Tabel 10.11 Distribusi Responden Menurut Penggunaan APD Di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 Penggunaan Jumlah Persentase Patuh 124 28,2 Tidak Patuh 316 71,8 Total 440 100,0 Hasil penelitian yang dilakukan di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014 terhadap 440 responden diperoleh suatu gambaran hanya sebagian kecil responden yang patuh menggunakan APD. Distribusi responden yang selalu menggunakan APD sebanyak 28,2% sedangkan responden yang tidak patuh menggunakan APD ada 71,8%. DISKUSI Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, sehingga antara variabel independen dengan variabel dependen di ukur secara bersamaan dan hanya Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
77
menggambarkan pola hubungan 2 variabel, tanpa menjelaskan hubungan sebab akibat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar pengetahuan pekerja mengenai alat pelindung diri kurang baik yaitu sebesar 364 orang (82,7%). Hasil analisis diperoleh nilai P-value = 0,272 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD. Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian besar sikap pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri adalah kurang baik yaitu sebanyak 350 orang (79,5%). Hasil analisis diperoleh nilai P-value = 0,765 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD. DAFTAR PUSTAKA 1. As’ad, M. 2010. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri, Yogyakart: Liberty. 2. Departemen Tenaga Kerja, Published by 2011. Macam-macam Alat Pelindung Diri, Kumpulan Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta : Published by 2011 3. Green, Lawrence, W. 2010. Health Education Planning, A. Diagnostic Approach, Mayfield Publishing Company. 4. Hadi, Suseno. 2012. Program Kesehatan Kerja yang Berbasis Perilaku, Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta. 5. Notoatmodjo, Soekidjo, 2009. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta : Andi Offset. 6. Siswanto, A. 2011. Alat Pelindung Diri, Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta. 7. Sumadi, 2013. Alat Pelindung Diri, Makalah Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Teknisi Perusahaan. 8. Suma’mur, 2007. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : PT. Gunung Agung, Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
78
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUASI SYNDROME PADA REMAJA DI KAMPUNG GEMBOR TAHUN 2014 Ns.Katrin Agustina ,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi* ,Eke Pratiwi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Kecemasan merupakan suatu respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Masalah kecemasan pada remaja ini terjadi karena masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga menuju masa dewasa. Kecemasan merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya premenstruasi syndrome. Kecemasan yang berlebihan akan memperparah gejala-gejala fisik maupun psikologi pada kejadian premenstruasi syndrome. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 73 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi. Teknik pengambilan sampel total sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuisioner dengan teknik analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan hubungan korelasi -0,297 yang berarti menunjukan hubungan positif yang sangat kuat. Nilai ρ value 0,040< dari α 0,05 dengan hipotesis H0 ditolak artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.Kesimpulan dan saran terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome. Jadi sebaiknya seseorang dapat menangani kecemasan yang berlebihan agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada mahasiswi maupun remaja agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome Kata Kunci : kecemasan, premenstruasi syndrome, mahasiswa ABSTRACT Anxiety is a response of the body that are not specific to anything that happens in a person. Student anxiety on this issue occurs because of the transition from childhood up to adulthood. Anxiety is one of the risk factors causes premenstrual syndrome.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
79
Excessive anxiety will worsen the symptoms of physical or psychological in the incidence of premenstrual syndrome. The purpose of this study to determine the correlation between the incidence of anxiety with premenstrual syndrome. The method used in this research is descriptive correlation and cross sectional approach. The population in this study were 73 respondents in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique total sampling. The instrument used in the form of sheets questionnaire with data analysis techniques using univariate and bivariate analyzes. The results to indicate significant correlation -0,297, that to indicate positive relationship very strong. ρ value 0,040 < α 0.05 with H0 rejected it means there is a correlation with the incidence rate of premenstrual syndrome anxiety. Conclusions and suggestions a significant relationship between the level of anxiety with the incidence premenstrual syndrome. So should somebody can handling anxiety excessive in order not to aggravate the symptoms of premenstrual syndrome. From the results of this study suggested for health workers to provide counseling to the student and youth in order not to aggravate the symptoms of premenstrual syndrome Keywords : Anxiety, premenstrual syndrome, female students PENDAHULUAN Haid atau Menstruasi adalah proses alami yang harus dilalui wanita setiap bulannya, mulai dari usia remaja hingga menopause. Proses haid ini ditandai dengan keluarnya darah yang terjadi secara periodik. Siklus ini terjadi setiap 28 hari sekali, bila tidak terjadi pembuahan (fertilisasi), maka dinding rahim akan mengeluarkan darah yang sering kita sebut dengan menstruasi ( kurang lebih 7 hari dalam sebulan)( Dwi Sunar Prasetyono, 2007). Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid berikutnya. Pada masing- masing wanita mempunyai variasi dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas normal (Prawiroharjo, 2006). Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus mentsruasi yang khas ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Siklus menstruasi tersebut bervariasi, hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari. Hal ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Nantoro, 2009). TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
80
METODE penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada remaja kampng gembor dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan korelasi antar variabel ( Notoadmodjo, 2010 dalam penelitian Ina Rusniawati, 2013). HASIL PENELITIAN Tabel 11.1 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Remaja kampong gembor Tangerang Tahun 2014 Usia Menarche Frekuensi (n) Persentase (%) Cepat ≤12 tahun 11 15,1 Ideal (antara 13-14 tahun) 51 69,9 Terlambat ≥ 14 tahun 11 15,1 Total 73 100 Berdasarkan tabel 11.1 diketahui bahwa frekuensi usia menarche dari 73 responden didapatkan bahwa usia menarche yang paling banyak adalah usia menarche ideal yaitu sebanyak 51 responden (69,9%), kemudian usia menarche terlambat sebanyak 11 responden (15,1%), dan yang paling sedikit yaitu usia menarche yang cepat sebanyak 10 responden (13,7%). Tabel 11.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik remaja kampong gembor Tahun 2014 Umur Frekuensi (n) Masa Remaja Pertengahan (15-18 th) 10 Masa Remaja Akhir (19- 22 th) 63 Total 73
Persentase (%) 13,7 86,3 100
Berdasarkan tabel 11.2 diketahui bahwa frekuensi umur dari 73 responden didapatkan bahwa umur yang paling banyak yaitu masa remaja akhir sebanyak 63 responden (86,3%), dan masa remaja pertengahan sebanyak 10 responden (13,7%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
81
Tabel 11.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan remaja kampong gembor Tahun 2014 Tingkat Kecemasan Frekuesni (n) Persentase % Tidak Cemas 48 65,8 Cemas 25 34,2 Total 73 100 Berdasarkan tabel 11.3 diketahui bahwa frekuensi tingkat kecemasan dari 73 responden didapatkan bahwa tingkat kecemasan : tidak cemas sebanyak 48 responden (65,8%), sedangkan yang mengalami cemas sebanyak 25 responden (34,2%). Tabel 11.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Premenstruasi Syndrome remaja kampung gembor Tahun 2014 Kejadian Premenstruasi Frekuensi (n) Persentase % Syndrome Tidak ada gejala PMS 2 2.70 Gejala PMS sedang 44 60,3 Gejala PMS berat 27 37,0 Total 73 100 Berdasarkan tabel 11.4 diketahui bahwa frekuensi kejadian premenstruasi syndrome dari 73 responden didapatkan bahwa yang mengalami gejala PMS sedang paling banyak yaitu dengan jumlah 44 responden (60,2%), kemudian gejala PMS berat sebanyak 27 responden (37,0%), dan yang paling sedikit yaitu tidak ada gejala PMS sebanyak 2 responden (2,80%). Tabel 11.5 Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Premenstruasi Syndrome Remaja Kampung Gembor Crosstabulation Variabel Kejadian Premenstruasi Syndrome Total Tingkat ρValue Tidak ada Sedang Berat Kecemasan Gejala 0,040 Cemas 0 Tidak Cemas 2 Total 2
0% 2,7% 2,7%
11 33 44
15,1% 14 45,2% 13 60,3% 27
19,2% 25 17,8% 48 37,0% 73
34,2% 65,8% 100%
Berdasarkan tabel 11.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat kecemasan yang mengalami cemas tentang kejadian premenstruasi syndrome sebanyak 14 responden (19,2%), hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi Square
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
82
=
menunjukan nilai ρ value=0,040 berarti nilai ρ lebih kecil dari alpha (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada Remaja Kampung Gembor. Tabel 11.6 Hasil Analisis Koofisien Korelasi TINGKAT KEJADIAN KECEMASAN PMS
TINGKAT KECEMASAN KEJADIAN PMS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1 73 - ,297*
- ,297* ,011 73 1
,011 N 73 73 Berdasarkan tabel 11.6 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada remajaPutri sebesar 0,297 atau korelasi sangat kuat. DISKUSI responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini ada 73 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hasil pengolahan data dengan tehnik analisa data yang dibagi dua yaitu analisa univariat dan analisa bivariat yaitu sebagai berikut :Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) < α (0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada kampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi menunjukan kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor Tangerang dengan korelasi sangat kuat.Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) < α (0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome padakampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi menunjukan kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
83
kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor dengan korelasi sangat kuat. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome di kampung gembor dapat disimpulkan bahwa dari 73 responden untuk usia menarche pada kampung gembor yang tertinggi yaitu usia menarche ideal sebanyak 52 responden (71,2%). Untuk karakteristik umur pada remaja putri dari 73 responden yang tertinggi yaitu masa remaja akhir sebanyak 63 responden (86,3%) dan yang terendah sebanyak 10 responden (13,7%) yang umurnya termasuk kedalam masa remaja pertengahan. Dan untuk tingkat kecemasan pada remaja putri dari 73 responden didapatkan bahwa yang paling banyak dialami adalah tingkat kecemasan : tidak cemas yaitu sebanyak 48 responden (65,8%), dan tingkat kecemasan yang paling sedikit dialami adalah keadaan cemas yaitu sebanyak 25 responden (34,2%). DAFTAR PUSTAKA 1. Arum, (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP Negeri Kedawungn Sragen Tahun 2012.Diakses tanggal 10 Mei 2015 jam 19.30 2. Badriyah, (2012). Hubungan pengetahuan Remaja Putri Tentag Premenstruasi syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Sragen Tahun 2012. 3. Hastono, Sutanto Priyono. (2007). Analisa Data Kesehatan . Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 4. Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika 5. Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineks Cipta 6. Yusuf, Syamsu. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya. 7. Rusniawati, (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Siswi Remaja Kelas XI Di SMK YARSI MEDIKA Kec.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
84
HUBUNGAN SANITASI RUMAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR KEMIS TAHUN 2014.
Ns. Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Meilita R*, Ledi A*, Nunik A* ,Nuraeniah* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Kasus DBD yang terjadi selama 2014 di sebagian besar provinsi di wilayah Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. Di Provinsi Banten pada Tahun 2011 jumlah kasus Deman Berdarah mencapai 1.979 kasus sedangkan pada tahun 2010 mencapai 5.468 kasus. Sementara itu di Kota Serang pada tahun 2012 terdapat 394 kasus dan 2013 terjadi 324 kasus, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Singandaru dimana penulis melakukan penelitian, pada tahun 2012 terjadi 27 kasus, tahun 2013 terdapat 24 kasus dan pada tahun 2014 terdapat 16 kasus. Menurunnya kasus DBD menunjukan tingginya kepedulian kebersihan lingkungan. Prsentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%. Namun hanya sekitar 24,9% di tahun 2010, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan, Sementara di Provinsi Banten hanya 27,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2014. Metode penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2015, sebanyak 16 penderita, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56.3%) memiliki kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya yaitu 43.8%
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
85
memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah keseluruhan responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah Dengue. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, dengan nilai P Value 0.119 > α 0.05. ABSTRACT DHF cases occurred during 2014 in most of the provinces in Indonesia is slightly lower than 2013, with the number of patients: 112 511 people, and the number death: 871 cases. In Banten province in the year 2011 the number of cases of dengue fever reached 1,979 cases, while in 2010 5468 cases. Meanwhile in Serang City in 2012 there were 394 cases and 324 cases in 2013, while in PuskesmasSingandaru where the authors conducted a study, in 2012 occurred 27 cases, in 2013 there were 24 cases and in 2014 there were 16 cases. Thistrend showed high awareness of environmental hygiene. The percentage of families who inhabit a healthy home is one indicator of Healthy Indonesia 2010 and the Millennium Development Goals (MDGs) by 2015. Targets to be achieved healthy homes have been set at 80%. But in 2010, the percentage of healthy homes nationally only about 24.9%, the number is below the target set, while in Banten province reached 27.9%). This study aimed to determine the relationship of residential sanitation dengue fever patients with dengue hemorrhagic fever incidence in Puskesmas Pasar kemis 2014. This research method using a quantitative study with correlation design, which aims to obtain a residential sanitation relationship with dengue hemorrhagic fever incidence in PuskesmasSingandaruKota Serang. The population in this study were all patients with dengue hemorrhagic fever (DHF) in Puskesmas pasar kemis in 2014, a total of 16 patients, and the sample used in this study is saturated sample method. The results showed that the majority of respondents (56.3%) had not qualified home sanitary conditions, while the remaining 43.8% have eligible home sanitary conditions. The total number of respondents is 16 (100%) experienced dengue hemorrhagic fever incidence. There was no significant relationship between the Sanitary house of DHF patients with dengue incidence in Puskesmas Singandaru Serang, described by P Value 0.119> α 0:05. PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempatiurutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
86
tahun 2009, WorldHealth Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara(Kemenkes RI, 2010). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) mencatat bahwa selama tahun 2014 sampai pertengahan bulan Desember ini, jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di 34 provinsi sebesar 71.668 orang. Ironisnya, sebanyak 641 orang diantaranya tidak dapat diselamatkan. Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemkes Indonesia, Lily S Sulistyowati mengatakan, kasus DBD yang terjadi selama 2014 sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. “Meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatra Utara, Riau, Kepri, Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara,” Tercatat, kata dia, ada lebih kurang tujuh kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2014 ini yaitu Kabupaten Morowali (Sulteng), Kabupaten Sintang (Kalbar), Kabupaten Belitung Timur (Babel), Kabupaten Bangka Barat (Babel), Kabupaten Ketapang (Kalbar), Kabupaten Karimun (Riau), dan Kota Dumai (Riau).Namun Kemkes berharap, hingga akhir tahun 2014, baik jumlah penderita maupun jumlah kematian DBD dapat ditekan di bawah jumlah kasus dan kematian DBD yang dilaporkan pada tahun 2013. (Republika Online, 29/12/2014). Upaya pengendalian faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan. Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes terdapat parameter rumah yang dinilai, meliputi 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, kelompok perilaku penghuni. Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80% (Depkes RI, 2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase rumah sehat secara nasional hanya sekitar 24,9%, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan, diProvinsiBanten untuk tahun 2011 jumlah rumah seluruhnya mencapai 2.253.718 rumah, dengan rumah yang diperiksa sebanyak1.048.120 rumah (46.5%) dengan jumlah rumahsehat sebanyak 587.316 rumah (56.0%).Sementara Rumah sehat pada tahun 2010 jumlah rumahseluruhnya di Provinsi Banten mencapai 1.862.666 rumah,dengan rumah yang di periksa sebanyak 833.644 rumah (44,8%)dengan jumlah rumah sehat sebanyak 519.545 rumah (27,9%). (Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2011).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
87
Hal ini mendasari peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Sanitasi Rumah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014”. TUJUAN Untuk mengetahui hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah denguedi wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang Tahun 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono, 2012). HASIL PENELITIAN Tabel 12.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 8 50.0 Perempuan 8 50.0 Total 16 100% 2 Umur < 18 tahun 9 56% 19-39 tahun 4 25% >40 tahun 3 19% Total Tingkat Pendidikan Tidak (belum) sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi Total
16
100
2 3 5 4 2 16
12.5% 19% 31% 25% 12.5% 100%
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
88
Berdasarkan Tabel 12.1 tersebut di atas menunjukkan hasil bahwa dari 16 responden, berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 (50%), responden laki-laki berjumlah 8 (50%). Umur responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun dengan jumlah 9 responden (56%), responden dengan usia 19-39 tahun berjumlah 4 orang (25%), responden yang paling sedikit adalah dari rentang umur lebih dari 40 tahun dengan jumlah 3 responden (19%). Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMP/sederajat yaitu berjumlah 5 orang (31%), responden dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat berjumlah 4 orang (25%), hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu berjumlah 2 orang (12.5%) dan responden belum (tidak) sekolah berjumlah 2 orang (12.5%) responden. Tabel 12.2. Distribusi Frekuensi Sanitasi Rumah Penderita DBDdan Kejadian DBDdi Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014. Variabel Jumlah Persentase Sanitasi Rumah Memenuhi Syarat 7 43.8% Penderita DBD Tidak Memenuhi 9 56.3% Syarat Kejadian DBD Terjadi 16 100% Tidak Terjadi 0 0% Berdasarkan tabel 12.2 dari total 16 responden, terdapat sebagian besar responden dengan sanitasi rumah tidak memenuhi syarat yaitu 9 orang (56.3%). Terdapat responden dengan sanitasi rumah memenuhi syarat yaitu 7 orang (43.8%). Sedangkan pada Variabel Kejadian DBD, seluruh responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian DBD (Terjadi). Tabel 12.3. Hubungan Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014 Variabel Kejadian Demam Berdarah Dengue PTotal Value Tidak Terjadi Sanitasi Rumah Terjadi Penderita DBD N % N % N % Memenuhi Syarat 7 43.8% 0 0% 9 43.8% 0.119 Tidak Memenuhi Syarat 9 56.3% 0 0% 7 56.3% Total 16 100% 0 0% 16 100% Berdasarkan Tabel 12.3, menunjukkan bahwa variabel Independen yaitu Sanitasi Rumah Penderita DBD terdapat 7 orang responden atau 43.8% dengan kondisi
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
89
sanitasi rumah memenuhi syarat mengalami kejadian DBD, sedangkan 9 orang responden atau 56.3% dengan sanitasi rumah tidak memenuhi syarat mengalami kejadian DBD.Adapun berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan hasil p-value = 0.119 > 0.05, menunjukkan bahwa Ho diterima. Sedangkan hasil penghitungan korelasi berdasarkan Pearson Correlation, didapatkan hasil 0.349. Hal ini menunjukkan hubungan antara variabel sanitasi rumah dan kejadian DBD termasuk pada kriteria rendah yang berada pada interval 0.200 – 0.400, sebagaimana dimaksud dalam tabel pedoman koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007), sebagai berikut: Tabel 12.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,000 –0,200 0,200 – 0,400 0,400 –0,600 0,600 –0,800 0,800 –1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
DISKUSI Adapun pada variabel kejadian DBD, peneliti menemukan keseluruhan responden adalah penderita DBD yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis, sehingga jumlah terjadi DBD adalah 100% atau sebanyak 16 orang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan (Health Behaviour) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini.Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu: prosentase jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan masing-masing sama yaitu sebesar 50%, umur responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun berjumlah 56%, dan pendidikan terakhir responden yaitu SMP berjumlah 31%.Sebagian besar responden yaitu 56.3% memiliki kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya yaitu 43.8% memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah keseluruhan responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
90
Dengue.Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, dengan nilai P Value 0.119 > α 0.05. DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, Suharsismi, Prof. Dr. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. 2. Azwar Azrul. 2007. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa aksara. 3. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. “ Sosial dan Kependudukan”. BPS. Tersedia di http:// www. bps.go.id. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak 7. WHO. 2012. Dengue Haemorrhagic Fever; Diagnosis, Treatment, Prevention and Control (Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Alih Bahasa: Monica Ester, SKp. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 8. Sugiyono, Prof. Dr. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi 2012. Bandung: Alfabeta. 9. Timmreck Thomas, PhD. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Alih Bahasa: Munaya Fauziah, SKM, dkk. 10. Ummi Zulaikhah, 2014, Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue pada Masyarakat di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
91
HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN DENGAN PERKEMBANGANGAN SOSIAL SPIRITUAL REMAJA DILINGKUNGAN KAMPUNG CILONGOK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 Ns. Ayu Pratiwi,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi* ,Eke Pratiwi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal yaitu lingkungan yang masih dalam kandungan dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah bayi lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampong cilongok Tahun 2014. Rancangan penelitian ini adalahKuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja, teknik pengambilan sampel adalah dengan random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 150 responden. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan nilai hitungp= 0,013 dimana nilai hitung< dari α = 0,05, dengan hipotesis Ho ditolak artinya ada hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong cilongok Tahun 2014. Penelitian ini direkomendasikan terutama pada remaja. Hendaknya remaja dapat menunjukan peran diri yang baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas perkembangannya. Kata kunci : Kondisi Lingkungan, Perkembangan Sosial Spiritual, Remaja. ABSTRACT The enviroment is a factor that plays an important role in determining whether or not the potential is reached and already owned. Which include environmental factors may include prenatal environment is an environment which is still in womb and post natal environment is an environment after birth. The study aims at knowing the relationship of environmental conditions with spiritual adolescent social development in cilongokThe design of this study is quantitative. The population in this study were
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
92
adolescent, sampling technique is by random sampling with a total sample of 150 respondents. Instruments used in the form questionnaire containing some questions. Data analysis techniques using univariate and bivariate analyzes. This result shows the calculated value penelitian p= 0,013 where the calculated value
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
93
penelitian mendapatkan bahwa rata-rata dukungan keluarga dalam katagori baik (55,0 %), rata–rata peran diri remaja dalam katagori sedang (64,2 %). Terciptanya lingkungan yang harmonis tidak pernah terlepas dari adanya norma yang diciptakan masyarakat untuk mengatur anggota masyarakat. Hartanti, 2002 dalam Septi Kusumadewi, Tuti Hardjajani dan Aditya Nanda Priyatama, 2011 menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan positif, dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah peer group atau kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan remaja baik secara emosional maupun secara sosial. Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual pada remaja. Oleh karena itu judul yang akan di bahas oleh peneliti adalah “ Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual pada remaja di lingkungan kampung cilongok. TUJUAN Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain penelitian Kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong cilongok Kabupaten Tangerang. Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional dimana studi ini merupakan rancangan yang mempelajari dan melihat pengaruh masalah dan faktor daya ukur variabel dependen dan variabel independen pada waktu yang bersamaan, selain itu juga dapat mendeskripsikan hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok Kabupaten Tangerang.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Notoatmodjo, 2010).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
94
HASIL PENELITIAN Tabel 13.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Suku dan Agama di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1.
2.
4.
5.
Usia Usia 12-16 Tahun Usia 17-25 Tahun Total
85 65 150
56,7 43,3 100
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
47 103 150
31,3 68,7 100
Suku Sunda Betawi Jawa Lain-lain Total
78 2 63 7 150
52,0 1.3 42,0 4,7 100
Agama Islam Budha Katolik Kristen Hindu Total
147 0 3 0 0 150
98,0 0 2,0 0 0 100
Berdasarkan tabel 13.1 Diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, suku dan agama responden adalah sebagai berikut mayoritas usia responden yaitu 12-16 Tahun (Remaja Awal) sebanyak 85 orang (56,67%) sedangkan usia 17-25 Tahun (Remaja Ahkir) sebanyak 65 orang (43,3%), mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 103 orang (68.67%) sedangkan laki-laki sebanyak 47 orang (31.3%), mayoritas suku responden yaitu sunda sebanyak 78 orang (52%) sedangkan betawi sebanyak 2 orang (1.3%), jawa sebanyak 63 orang (43,0%), lain-lain sebanyak 7 orang (4,7%) dan mayoritas agama responden yaitu islam sebanyak 147 orang (98%) sedangkan katolik sebanyak 3 orang (2,0%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
95
Tabel 13.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kondisi di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang Kondisi Frekuensi Persentasi (%) Lingkungan Tidak baik 86 57,3 Baik 64 42,7 Total 150 100 Berdasarkan tabel 13.2 Diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan kondisi lingkungan yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %) sedangkan kondisi lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %). Tabel 13.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perkembangan Sosisl Spiritual di Lingkungan Kampung C ilongok Kabupaten Tangerang Perkembangan Frekuensi Persentasi (%) Sosial Spiritual Tidak baik 82 54,7 Baik 68 45,3 Total 150 100 Berdasarkan tabel 13.3 Diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan perkembangan sosial spiritual yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan perkembangan sosial spiritual baik sebanyak 68 orang (45,3%). Tabel 13.4 Kondisi Lingkungan dengan Perkembangan Sosial Spiritual remaja Crosstabulation Variabel Kondisi Lingkungan
Perkembangan Sosial Spiritual Remaja Tidak Baik Baik
Tidak Baik
55
64,0%
31
36,0%
Total 86
P value = 0,013
100%
Baik 27 42,2% 37 57,8% 64 100% Total 82 54,7% 68 54,3% 150 100% Berdarkan tabel 13.4 diketahui responden yang memiliki kondisi lingkungan tidak baik dan perkembangan sosial spiritual remaja tidak baik sebanyak 55 orang (64,0%) sedangkan kondisi lingkungan tidak baik dan perkembangan sosial spiritual remaja baik sebanyak 31 orang (36,0%) dan kondisi lingkungan baik dan perkembangan sosial spiritual remaja tidak baik sebanyak 27 orang (42,2%) sedangkan pada kondisi lingkungan baik dan perkembangan sosial spiritual remaja baik sebanyak 37 orang
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
96
(57,8%) dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,013 berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05). Tabel 13.5Nilai Odds Rasio Kondisi Lingkungan dengan Perkembangan Sosial Spiritual Remaja di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang. Risk Estimate Value
Odds Ratio for Kondisi Lingkungan (tidak baik / baik) For cohort Perkembangan Sosial Spiritual = tidak baik For cohort Perkembangan Sosial Spiritual = baik N of Valid Cases
95% Confidence Interval
2,431
Lower 1,253
Upper 4,719
1,516
1,092
2,104
,624
,439
,885
150 Correlations
Kondisi Lingkungan
Perkembangan Sosial Spiritual
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kondisi Perkembanga Lingkungan n Sosial Spiritual 1 ,216**
150 ,216**
,008 150 1
,008 150
150
Sumber : Hasil SPSS 21 Berdarkan tabel 5.5 diketahui OR : 2,431 artinya bahwa kondisi lingkungan peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi perkembangan sosial
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
97
spiritual remaja di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang Tahun 2014. Tabel 13.6 Hasil analisis koefisien korelasi Sumber: Hasil SPSS 21 Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau rendah. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan ± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah ± 0,20-0,399 Korelasi rendah ± 0,40-0,599 Korelasi cukup ± 0,60-0,799 Korelasi kuat ± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat Sumber : buku statistika untuk penelitian (Sugiyono, 2012) DISKUSI Diketahui hasil penelitian distribusi frekuensi usia dari 150 responden, di dapatkan usia 12-16 tahun sebanyak 85 (56,7%) lebih banyak dari pada usia 17-25 tahun sebanyak 65 (43,3%). Menurut Notoatmojo, 2007 Karena semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi suku dari 150 responden, di dapatkan suku sunda sebanyak 78 (52,0%) lebih banyak dari suku jawa sebanyak 63 (42,0%), suku lain-lain sebanyak 7 (4,7%) dan suku betawi sebanyak 2 (1,3%). Menurut Syamsu Yusuf, 2014 dasar kebudayaan dapat menentukan pola-pola hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Berdasarkan hasil penelitian untuk kondisi lingkungan dari 150 responden yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %) sedangkan kondisi lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %). Menurut Wong, D. L, 1995 dalam A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan sosial spiritual dari 150 responden yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 68 orang (45,3%). Menurut F. J Monks, dkk., 2001 dalam Prof. DR. HJ. Samsunuwiyati Mart’at, S. Psi, 2005
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
98
pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integritas yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.” KESIMPULAN Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil secara statistic bahwa nilai signifikannya adalah 0,013 (0,013<0.05) artinya terdapat hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja karena nilai p < 0,05 yaitu (p=0,013). Evaluasi dalam penelitian ini ada hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja. OR : 2,431 artinya bahwa kondisi lingkungan peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi perkembangan sosial spiritual di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang Tahun 2015. Korelasi antara hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau rendah. DAFTAR PUSTAKA 1. Amie Ristanti. 2008. Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan idetintas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. 2. Departemen Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 30-11-2014 3. Galih Wicaksono dan Najlatun Naqiyah. 2013. Penerapan teknik bermain peran dalam bimbingn kelompok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas X multimedia SMK IKIP Surabnaya.ejournal volume 1 ( ejournal.unesa.ac.id ). Diakses pada tanggal 30-11-2014 4. Hastono.2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia 5. Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. EGC : Jakarta. 6. Yusuf Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
99
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON KECEMASAN ANAK TERHADAP HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RSU KOTA TANGERANG TAHUN 2014 Ns.Ria S,S.kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi* ,Eke Pratiwi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satu tujuan pembangunan era milenium yang dikenal dengan millenium development goals (MDG’s) pada bidang kesehatan yang akan dicapai pemerintah, yaitu mengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. tujuan dari MDG’s tersebut membuat kesehatan menjadi sangat penting bagi anak. di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013). Mengurangi angka kematian memerlukan akses kesehatan yang baik, kualitas perawatan kelahiran dan manajemen penyakit masa kanak-kanak yang baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSIA Budiasih Kota Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 176 orang pasien anak, menggunakan Proportionate Random Sampling, sehingga didapatkan 62 orang responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer(melalui wawancara) dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu sebanyak 38 anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 28 anak (38.7%), sebagian besar pasien anak tidak pernah dirawat yaitu 82,3%, dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 54.8%. adapun respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami kecemasan sedang yaitu 45.2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel faktor usia pasien anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji statistik yaitu pvalue = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan dukungan keluarga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value 0.077 > α 0.05
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
100
dan p-value 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang. ABSTRACT In the life of a nation, children are the successor to the ideal progress of a nation. One of the millennium development goals, known as the Millennium Development Goals (MDGs), in the health sector is to reduce infant mortality. MDG targets the reduction of child mortality in 2015 was 32 per 1,000 live births. The purpose of the MDG's made to be very important for the health of children. In Indonesia, the number of deaths of children under the age of five has been reduced from 385,000 in 1990 to 152,000 in 2012 (UNICEF, 2013). Reducing mortality requires better access to health care, quality of care delivery and good management of childhood illnesses. The purpose of this study is to determine the factors that influence a child's response to the child's hospitalization in RSIA Budiasih Serang. The method used is descriptive research method using cross sectional approach with the patient population of 176 children, using Proportionate Random Sampling, so there are 62 people respondents. Data were collected by using primary data (through interviews) and secondary data. The results showed children patient age are in the age of toddlers (1-3 years) 38 children (61.3%), and pre-school age (4-5 year) is 28 children (38.7%). Most patients are never treated is 82.3%, and pediatric patients who received family support is at 54.8%. As for the response of anxiety in pediatric patients are subjected to moderate anxiety, namely 45.2%. There is a significant relationship between the variables age factor of pediatric patients with anxiety response shown by the results of a statistical test is p-value = 0.00 <α 0:05. The factors taken care and family support experience showed no significant difference (p- value 0.077> α of 0.05 and p-value 0.728> α 0.05) on the response of anxiety in the child's hospitalization at RSU Kota Tangerang. PENDAHULUAN Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan suatu bangsa. Dari sudut pandang anak sebagai aset, anak merupakan salah satu modal sumber daya manusia, jika dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan,dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan membentuk anak tumbuh menjadi manusia berkualitas.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
101
Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus disiapkan oleh pemerintah untuk anak terlihat masih cukup besar misalnya dibidang kesehatan. Masih sangat dibutuhkan peran serta orang tua untuk akses kepada pelayanan kesehatan agar mengurangi angka kesakitan dan angka kematian pada bayi, balita, dan anak. Secara global, jumlah kematian balita setiap tahunnya turun dari estimasi 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012. Selama 22 tahun terakhir, terselamatkan sekitar sembilan puluh juta jiwa. di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013). Di Indonesia, angka kematian balita menurun 63 persen antara tahun 1990 dan 2012, terutama berkat perluasan layanan imunisasi dan penggunaan terapi rehidrasi oral untuk mengobati diare. Pembentukan lebih dari 250.000 pos kesehatan masyarakat (Posyandu) di tingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak-anak serta pelaksanaan program-program kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi, dan imunisasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan jumlah kematian bayi dan anak. Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pembangunan era milenium yang dikenal dengan MilleniumDevelopment Goals(MDG’s) pada bidang kesehatan yang akan dicapai pemerintah, yaitumengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Selanjutnya, meningkatkan kesehatan ibu, sejak 1990 terjadi penurunan yaitu dari 390 menjadi sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Target MDGs 2015 adalah sekitar 110 per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Tujuan dari MDG’s tersebut menjadikan kesehatan sangat penting bagi anak sehingga diperlukan keperawatan yang maksimal dalam tumbuh kembang anak maupun anak dalam keadaan sakit. Dalam prinsip keperawatan anak salah satu pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak adalah pelayanan keperawatan anakberorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa (Azis, 2005). Wong (2009), menjelaskan bahwa hospitalisasi adalah keadaan krisis pada anak saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit, sehingga harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap respon anak di Ruang Anak RSU Kota Tangerang, lingkungan rumah sakit yang asing, peralatan medis yang
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
102
menakutkan dan prosedur medis yang menyakitkan sering menjadi gambaran hospitalisasi. Peristiwa ini dapat menjadi hal traumatis bagi anak yang tampak jelas pada reaksi anak. Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuktinggal di rumah sakit menjalaniterapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitimerasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang respon anak yang dirawat di rumah sakit dalam sebuah penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan Anak Terhadap Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Kota Tangerang”. TUJUAN Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon kecemasan anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang. METODE PENELITIAN jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat: 2007). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Adapun penggunaan metode ini adalah untuk melihat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang. HASIL PENELITIAN Tabel 14.1 Distribusi Frekuensi Menurut Usia Pasien Anak di Ruang Anak RSU Kota Tangerang Hasil Penelitian Karakteristik N (%) Usia Pasien Anak 1. 1-3 tahun 38 61.3% 2. 4-5 tahun 24 38.7% 62 100% Total Sebagian besar usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu sebanyak 38 anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 28 anak (38.7%)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
103
Tabel 14.2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Anak Dirawat Di Ruang Anak RSU Kota Tangerang Variabel N % 11 17.7% Pengalaman Anak Pernah Dirawat Tidak Pernah 51 82.3% Total 62 100% Tabel 14.2. di atas menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel Pengalaman Anak Dirawat, terdapat sebagian besar responden dengan tidak pernah dirawat yaitu 51 pasien anak (82.3%). Sementara itu pasien anak yang pernah dirawat yaitu 11 orang atau 17.7%. Tabel 14.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Ruang Anak RSU Kota Tangerang Variabel N % Ada 34 54.8% Dukungan Keluarga Tidak Ada 28 45.2% Total
62
100%
Berdasarkan Tabel 14.3. di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap hospitalisasi anak sebagian besar adalah ada dukungan yaitu 54.8% atau sebanyak 34 orang responden. Sementara itu sisanya 45.2% atau sebanyak 28 orang pasien anak tidak mendapat dukungan keluarga. Tabel 14.4 Distribusi Frekuensi Respon Kecemasan terhadap Hospitalisasi Anak Di Ruang Anak RSU Kota Tangerang Variabel Respon Kecemasan Total
Ringan Sedang Berat
N 23 28 11 62
% 37.1% 45.2% 17.7% 100%
Tabel 14.4. menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel Respon Kecemasan, terdapat sebagian besar responden dengan Respon Kecemasan Ringan yaitu 23 (37.1%), Respon Kecemasan Sedang sebesar 28 (45.2%) dan respon kecemasan berat yaitu 11 (17.7%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
104
Tabel 14.5 Faktor Usia Pasien Anak terhadap Respon Kecemasan pada Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Kota Tangerang Variabel Respon Kecemasan Total P Value Ringan Sedang Berat Usia Pasien Anak N % N % N % N % 4 6.5% 23 37.1% 11 17.7% 38 61.3% 0.00 1-3 tahun 30.6% 5 8.1% 0 0% 24 38.7% >3 – 5 tahun 19 23 37.1% 28 45.2% 11 17.7% 62 100% Total Tabel 14.5 menunjukkan hubungan silang antara variabel usia pasien anak dengan respon kecemasan terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yang berusia 1 – 3 tahun memiliki respon kecemasan terbanyak yaitu 38 orang atau 61.3% yang terdiri dari respon kecemasan ringan 4 orang (10.5%). Sementara itu pasien anak dengan rentang usia antara 3 – 5 tahun memiliki respon kecemasan sebesar 38.7% atau sebanyak 24 orang pasien anak, yang sebagian besar memilliki kecemasan ringan yaitu 19 orang (79.2%), dan hanya 5 orang (20.8%) dengan kecemasan sedang. Berdasarkan uji statistik, didapatkan nilai kemaknaan PValue 0.00, lebih kecil dari α 0.05 (P value< 0.05) pada variabel faktor usia pasien anak terhadap respon kecemasan, menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia pasien anak dengan respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang. DISKUSI Hubungan silang antara variabel pengalaman anak dirawat dengan respon kecemasan terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yaitu 51 orang atau 82.3% tidak pernah dirawat, yang terdiri dari 24 orang pasien anak dengan respon kecemasan sedang, 16 orang (31.4%) pasien anak dengan respon kecemasan ringan, dan 11 orang (21.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan pada pasien anak yang pernah dirawat hanya 11 orang atau 17.7% pasien anak yang pernah dirawat, dengan respon kecemasan ringan sebanyak 7 orang pasien anak (63.6%), dan respon kecemasan sedang 4 orang (36.4%) pasien anak. Faktor Dukungan Keluarga dengan Respon Kecemasan, Hubungan silang antara variabel dukungan keluarga terhadap respon kecemasan menunjukkan perbedaan prosentase yang tidak terlalu besar antara terdapat dukungan keluarga dan tidak ada dukungan keluarga, yaitu ada dukungan keluarga sebesar 54.8% atau sebanyak 34 orang pasien anak, yang terdiri dari 14 orang (41.2%) pasien anak dengan respon kecemasan sedang, 13 pasien anak (38.2%) dengan respon kecemasan ringan, dan 7
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
105
pasien anak (20.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan 28 (45.2%) orang pasien anak mengindikasikan tidak terdapat dukungan keluarga dengan respon kecemasan sedang 14 (50%) orang, ringan 10 (35.7%) orang dan berat 4 (14.3%) orang pasien anak. Semakin baik dukungan keluarga terhadap pasien anak, maka akan semakin rendah respon kecemasan pada pasien anak. Keluarga khususnya ayah dan ibu adalah sebagai pelindung bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarok dkk (2006) bahwa dukungan keluarga khususnya orangtua adalah sebagai pengasuh, pendidik, pendorong, pengawas dan konselor. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, maka dapat disimpulkanPasien anak sebagian besar berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu 61.3%.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak tidak pernah dirawat yaitu 82.3%, dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 54.8%. Adapun respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami kecemasan sedang yaitu 45.2%.Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel faktor usia pasien anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji statistik yaitu p-value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan dukungan keluarga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value = 0.077 dan 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2. Audrey, dkk. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. hlm. 438. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 3. UNICEF (2014). Progress Report. http://www.unicef.org/publications/files/CRC_at_25_Anniversary_Publication_2 5Sept_2014.pdf. Diakses pada 20 Februari 2014. 4. Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Jakarta: EGC. 5. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
106
7. Sri Ramdaniati. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut pada Anak Prasekolah dan Sekolah yang mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak RSU BLUD Dr. Slamet Garut. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia. Depok. 8. Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi 2012. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266
107