Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April, Agustus, dan Desember. Redaksi : Penanggung Jawab : Ida Faridah, S.Kp., M.Kes Pimpinan Redaksi Dr. Kemas Djamaludin Wakil Pimpinan Redaksi : Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep Dewan Redaksi : Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Ns. Katrina Agustina, S.Kep Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep Ns. Ria Setia Sari, S. Kep Sekretaris Redaksi : Ningsih, SE Silvi Yulianita, A.Md. Keb Septy Ariyani, A. Md. Keb Alamat Redaksi : Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3 Tangerang 15133 Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
DAFTAR ISI Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi di instalasi rawat inap bedah RSU Kabupaten Tangerang.......................................................................................... Hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang.................................................................................
1
15
Hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 didesa Cilongok Tangerang.....................................................
21
Hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di Kp. Gembor Kelurahan Jatiuwung Tangerang..............................
28
Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari didesa sukamantri Tangerang..............................................
34
Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05 Pasarkemis.......................................................................................................... Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah pada ibu nifas di rumah sakit umum daerah Kabupaten Tangerang............................................................................................................
40
47
Hubungan kehilangan pasangan hidup (proses grieving) terhadap tingkat kecemasan lansia di desa cilongok Tangerang....................................................
59
Hubungan rasa cemas pasien gagal ginjal dengan komplikasi akut saat proses hemodialisa di ruangan hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang......................
65
Hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes melitus terhadap diet diabetes di Puskesmas Kotabumi.........................................................................
69
Pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kampung Cilongok kec. Pasar Kemis Tangerang...............................................
75
Hubungan konsep diri terhadap motivasi belajar mahasiswa semester II keperawatan di STIKes YATSI Tangerang.........................................................
81
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
Hubungan motivasi ibu membawa BALITA ke POSYANDU dengan kelengkapan imunisasi BALITA di puskesmas Jatiuwung Tangerang...............
88
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
PEDOMAN PENULISAN NASKAH 1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
2. 3. 4.
5.
6.
7.
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau artikel laporan lapangan Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda tangani oleh penulis Komponen Naskah : Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata, dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai dengan 3 – 5 kata kunci Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka dan tujuan penelitian Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data, teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks. Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak mengada-ada Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks, dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar, selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu. Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen tertulis Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan dikembalikan jika ada permintaan tertulis.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3 Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI SIKAP PERAWAT DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI TERHADAP PASIEN PASCA OPERASI DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSU KABUPATEN TANGERANG Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Novia Suhendra*, Nur Wahyuningsih*, Nurvita*, Rahmat* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Mobilisasi dini adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk dan sebagainya disamping kemampuan menggerakkan ekstermitas atas. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Perawat Dalam Melakukan Mobilisasi Dini Terhadap Pasien Pasca Operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Metode penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat diInstalasi Rawat Inap Bedah RSU Kabupaten Tangerang. Besarnya sampel menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square. Hasil penelitian yaitu 29 (60,4%) berumur dewasa muda(20-30th), 28 (58,3%) berjenis kelamin Perempuan, 42 (87, 5 %) berpendidikan diploma, 29 (60,4%) berpengetahuan kurang, 33 (66,7%) bersikap tidak mendukung dan 19 (59,4%) perawat dengan sikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100>0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara sikap perawat terhadap 1
latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi. Dengan nilai OR=0,877 sikap perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung. Penelitian ini diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan konseling dan meningkatkan pemahaman dan informasi tentang latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi dan juga memberikan pelayanan yang optimal agar pasien merasa nyaman untuk latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi. Kata Kunci :Sikap, Mobilisasi Dini dan Pasien Pasca Operasi
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
1
ABSTRACT Early mobilization was the ability to stand up and walk back to the bed, chair, toilet seat and so on in addition to the ability to move ekstermitas above. Factors Affecting the Attitude of Nurses In Doing Mobilization Against Early Post-Surgery Patients in Inpatient Surgery In RSU Kabupaten Tangerang 2015. The research method was descriptive correlation with cross sectional approach. The population was all nurses in the Inpatient Surgery In RSU Kabupaten Tangerang. The amount of sample using total sampling. Data were analyzed using Chi-square techniques. The results of research that 29 (60.4%) of young adults aged (20-30th), 28 (58.3%) Female sex, 42 (87, 5%) education diploma, 29 (60.4%) less knowledgeable, 33 (66.7%) being not endorse and 19 (59.4%) do not support the attitude of nurses to practice early mobilization after surgery is not performed. Statistical test results obtained by value p = 0.100> 0.05α = it can be concluded that the H1 accepted meaning there is no relationship between the attitude of nurses to practice early mobilization of patients after surgery. With OR = 0.877 attitude of nurses do not support early mobilization exercises 0,877 times post-surgery is not performed in comparison with the attitude of nurses support. This research is expected to further improve the quality of health workers in the health service providing counseling and improving the understanding and practice of information about early mobilization of the patient after surgery and also provide optimum services so that patients feel comfortable to exercise early mobilization of the patient after surgery. Keywords :Attitudes, Early Mobilization, and Patients Post-Surgery PENDAHULUAN Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. (Carpenito, 2011). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahakan fungsi fisiologis. Pasien dilakukan mobilisasi sedini mungkin untuk menghindari komplikasi multisistemik karena imobilitas (Baradero, 2009). Hampir pada semua jenis operasi, setelah 24-48 jam pasien dianjurkan meninggalkan tempat tidur.Tujuan mobilisasi (duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi paska bedah terutama atelektasis dan pneumonia hipostatis. Buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) juga akan lebih cepat terjadi spontan. Lokasi operasi lebih cepat sembuh
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
2
bila pasien cepat jalan.Perasaan sakit pertama memang terasa, tetapi nyeri luka itu lebih cepat menghilang pada pasien yang berjalan dalam waktu 2-3 hari, hal ini dapat diperiksa dengan adanya bising usus atau flatus.Mobilisasi dini pasien demikian dilakukan secar bertahap, mula-mula diberikan bantal tinggi, keesokan lagi diizinkan berdiri disamping tempat tidur beberapa menit.Bila cukup kuat, belajar jalan beberapa langkah dan akhirnya berjalan tanpa dijaga perawat.Pasien yang memerlukan waktu lebih lama dianjurkan menarik napas dalam-dalam agar paru-paru dapat berkembang dengan baik.Lengan, kaki, dinding perut, dan otot pantat digerak-gerakan.Latihan otot demikian untuk mencegah terjadinya komplikasi. Keuntungan dilakukannya mobilisasi,dapat mencegah terjadinya gangguan perubahan pada sistem tubuh seperti pada gangguan metabolisme tubuh, cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi,fungsi gastrointestinal, pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem muskuluskeletal, kulit, mencegah perubahan eliminasi serta mencegah terjadinya perubahan perilaku (Hidayat, 2009). TUJUAN Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. METODE dalam penelitian ini akan diidentifikasi “Sikap perawat dalam melakukan latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi di Instalasi rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013”. HASIL PENELITIAN Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Instalasi Rawat Inap BedahRumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Umur Frekuensi Persentase Dewasa muda (20-30 th) 29 60.4 Dewasa tengah (31-40 th) Total
19 48
39.6 100,0
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
3
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan umur. Hal ini menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda (20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th). Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 20 41.7 Perempuan
28
58.3
Total 48 100.0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Hal ini menunjukan bahwa dari 48 responden, 28 responden (58,3 %) diantaranya berjenis kelaminPerempuan, dan 20 responden (41,7%) diantaranya berjenis kelaminLakilaki. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Pendidikan Frekuensi Persentase Diploma 42 87.5 Profesi
6
12.5
Total 48 100.0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa dari 48 responden, 42 responden (87,5 %) diantaranya berpendidikandiploma, dan 20 responden (12,5%) diantaranya berpendidikan profesi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
4
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) PengetahuanPerawat Frekuensi Persentase Kurang
29
60.4
Baik 19 39.6 Jumlah 48 100,0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pengetahuanperawat. Hal ini menunjukan bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) perawat memiliki pengetahuankurang, dan 19responden (39,6%) perawat memiliki pengetahuan baik. Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Sikap Perawat Frekuensi Persentase Tidak Mendukung 32 66,7 Mendukung 16 33,3 Jumlah 48 100,0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi sikap perawat. Hal ini menunjukan bahwa dari 48 responden, 33 responden (66,7%) perawat bersikap tidak mendukungdan 16responden (33,3%) perawat bersikap mendukung. Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang Tahun 2013 (n=48) Latihan Mobilisasi Frekuensi Persentase Tidak dilakukan 29 60.4 Dilakukan 19 39,6 Jumlah 48 100,0 Tabel diatas memperlihatkan frekuensi latihan mobilisasi dini pasca operasi. Hal ini menunjukan bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) melakukanlatihan mobilisasi dini pasca operasiTidak dilakukan, dan 19responden (39,6%) melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasidilakukan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
5
Tabel 1.7 Distribusi Hubungan Antara Umur Responden Dengan Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Tangerang Tahun 2013 (n=48)
Umur Responden
Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Jumlah Operasi
Tidak dilakukan n % Dewasa muda 18 62,1 (20-30 th) 11 57, 9 Dewasa tengah (31-40th) 29 60,4 Jumlah
OR P 95 % Value CI
Dilakukan n 11 8
% n 37, 9 29 42,1 19
% 100 100
19
39, 6 48
100
1,190 (0,363,87)
1.00
Pada tabel 1.7 menunjukan hubungan antara umur responden terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2015.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 29 (85,2,1%) responden denganumurdewasa muda (20-30 th) latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan. Sedangkan 8 dari 19 (42,1 %) respondenyang berumur dewasa tengah (31-40 th)latihan mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya 1
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=1.190 artinya perawat yangberumurdewasa muda (20-30 th) 1.190 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berumur dewasa tengah (31-40 th).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
6
Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Jenis KelaminResponden DenganLatihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Latihan Mobilisasi Dini Jenis Kelamin Pada PasienPasca Jumlah Responden Operasi
Dilakukan
Laki-laki Perempuan
Tidak dilakukan n % 11 55,0 18 64,3
n 9 10
% 45,0 35,7
n 20 28
% 100 100
Jumlah
29
19
39, 6 48
100
60,4
OR 95 % CI
P Value
0, 679 (0,21- 0.727 2,19)
Pada tabel 1.8 menunjukan hubungan antara jenis kelaminresponden terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 28 (64,3%) responden denganjenis kelamin Perempuan latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan. Sedangkan 8 dari 20 (45,0%) respondenyang berjenis kelamin Laki-laki latihan mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.727 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan 1
yang bermakna antara jenis kelamin terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,679 artinya perawat yangberjenis kelaminperempuan0,679 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berjenis kelamin laki-laki.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
7
Tabel 1.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pendidikan Responden DenganLatihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)
Pendidikan Responden
Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Jumlah Operasi
Diploma Profesi Jumlah
Tidak dilakukan n % 25 59,5 4 66,7 29 60,4
Dilakuka n n % 17 40,5 2 33,3 19 39, 6
n 42 6 48
% 100 100 100
OR 95 P % CI Value
0,735 (0,124,47)
0.100
Pada tabel 1.9 menunjukan hubungan antara pendidikan responden terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 25 dari 42 (59,5%) responden dengan pendidikan diplomalatihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan. Sedangkan 2 dari 6 (33,3%) respondenyangpendidikan profesimelakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan yang 1
bermakna antara pendidikan terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,735 artinya perawat yangberpendidikan diploma0,735 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan profesi. Tabel 1.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Dengan Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Pengetahuan Perawat
Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Jumlah Operasi Tidak Dilakukan dilakukan
OR P 95 % Value CI
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
8
Kurang Baik Jumlah
n 18 11 29
% n 62,1 118 57, 9 60,4 19
% 37, 9 42,1 39, 6
n 29 19 48
% 100 100 100
1,190 (0,36 – 3,87)
0.100
Pada tabel 1.10 menunjukan hubungan antarapengetahuan perawatterhadap latihan mobilisasi dini pasca operasiDi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 29(62,1%) perawat denganpengetahuan kurang latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan. Sedangkan 8 dari 19 (42,1%) perawat denganpengetahuan baiklatihan mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna 1
antara pengetahuan perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,190 artinya perawat yang pengetahuan kurang1,190 kali berpeluang tidak melakukanlatihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang pengetahuan baik. Tabel 1.11 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Sikap Perawat Dengan Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48) Sikap Perawat
Tidak mendukung Mendukung Jumlah
Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Jumlah Operasi Tidak dilakukan n % 19 59,4 10 62,5
Dilakukan n 13 6
% 40,6 37,2
n 32 16
% 100 100
29
19
39,6
48
100
60,4
OR P 95 % Valu CI e
0,877 (0,25 0.100 5 – 3,00)
Pada tabel 1.11 menunjukan hubungan antara sikap perawatterhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 19 dari 32 (59,4%) perawat dengansikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266
9
dilakukan. Sedangkan 6dari 16 (37,2%) perawat dengansikap mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100 > 0.05α= maka dapat disimpulkasikn bahwa H ditolak artinya tidak terdapat hubungan 1
yang bermakna antara sikap perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,877 artinya sikap perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung. DISKUSI Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya yaitu umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikolologis (mental). Petumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori. Perubahan pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak dkk, 2007).Sesuai dengan hasil penelitian karakteristik responden yang terdiri dari umur, penelitian ini yang menunjukan menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda (20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th).Sejalan dengan penelitian Nasution (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia dalam rentang 20-34 tahun. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur responden, jenis kelamin responden, pendidikan responden, pengetahuan perawat, sikap perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA 1. Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2011).Buku Ajar Keterampilan Praktik Klinik (KDPK). Surabaya: Health Books Publishing
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 10
2. Kiik, S. M. (2011). Pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen di ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar. Makassar 3. Najmah. 2011. Managemen & Analisa Data Kesehatan Kombinasi Teori dan Aplikasi SPSS Hal 10. Yogyakarta. Nuha Medika. 4. Nasution (2010) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Dengan Seksio Sesaria Di RSUD Dr. Pirngadi Medan.Medan 5. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika 6. Santoso, S. (2010). Statistik Non Parametrik; Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta: Gramedia. 7. Sofian, A. (2012).Rustam Mochtar; Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 11
HUBUNGAN LAMA DAN FREKUENSI HEMODIALISA DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSU KABUPATEN TANGERANG Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes**, Agustina Putri Utami*, Alfika Safitri*, Aldi Nubli Aghazali*, euis ipah Nadipa* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit – penyakit tersebut diantaranya adalah Gagal Ginjal Kronik (GGK). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Agustus Tahun 2013.Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional .Populasi pada penelitian ini adalah semua klien yang mempunyai penyakit GGK yang sedang melakukan hemodialisis di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang Agustus Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling dengan sampel 75 responden.Data diperoleh dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas terhadap 20 klien di RSU Kabupaten Tangerang yang tidak diikutkan menjadi sampel penelitian. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan ujiChi-Square. Dari 75 klien GGK sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi asupan cairan, dengan lama hemodialisa > 3 bulan yaitu 45 (60%) dan frekuensi hemodialisa < 2 kali seminggu yaitu 40 (53,3%). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan dengan pvalue 0,000 (< alpha= 0.05)dan hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan pvalue 0,002(< alpha= 0.05). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan. Diharapkan Instalasi Pelayanan harus lebih aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 12
hemodialisa dengan selalu mengikuti perkembangan Evidence Based kepatuhan klien GGK yang menjalani hemodialisa. Kata Kunci : Lama Hemodialisa, Frekuensi Hemodialisa, Kepatuhan ABSTRACT Health development is essentially directed effort so that every resident can realize optimal health status. The effort is still a constraint due to the high health problem, especially relating to diseases that can hinder a person’s ability to live a healthy life. The diseases include Chronic Renal Failure. Research purposes to identify a duration and frequncy relationship of hemodialysis with fluid restriction compliance in clients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in RSU Kabupaten Tangerang year August 2013.This research is quantitative with descriptive correlational design using analytical method with cross sectional approach. Population in this study were all clients who have a disease CRF who were conducting hemodialysis in the HD Room at RSU Kabupaten Tangerang year August 2013.Sampling technique in this study is simple random sampling with a sample of 75 respondents. Data obtained by questionnaires that have been tested for validity and reliability of the 20 klien in RSU Kabupaten Tangerang were not included in the research samples. Data analysis of univariate and bivariate using Chi-Square test. 75 clients of CRF mostly where 42 (56%) obediently in limiting flluid intake, with duration of hemodialysis > 3 months is 45 (60%) dan frequency of hemodialysis <2 times a week is 40 (53,3%). There is relationship between duration hemodialysis with fluid restricting compliance with p value 0,000 (
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 13
orang yang menderita penyakit ginjal kronik. Di Amerika Serikat, negara yang sudah sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap tahun ada sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit kronik ginjal dan setiap tahunnya sekitar 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap. Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal kronik bisa ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dan pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006). TUJUAN Untuk mengidentifikasi hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 14
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan KarakteristikKlien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013 No KarakteristikResponden Frekuensi % 1 Umur 20-35 Tahun 5 6.7 36-50 Tahun 13 17.3 51-65 Tahun 39 52 >65 Tahun 18 24 Jumlah 75 100 2 Jenis Kelamin Laki-laki 46 61.3 Perempuan 29 38.7 Jumlah 75 100 3 Pendidikan SD 37 49.4 SMP 19 25.3 SMA 13 17.3 Diploma/PT 6 8 Jumlah 75 100 4 Pekerjaan IRT 21 28 Swasta/Buruh 34 45.3 PNS 11 14.7 Wiraswasta 6 8 Pensiunan 3 4 Jumlah 75 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang, dilihat dari usia sebagian besar berusia 51-65 tahun yaitu 39 (52%), berjenis kelamin laki-laki yaitu 46 (61,3%), berpendidikan SD yaitu 37 (49,4%) dan bekerja sebagai swasta (buruh) yaitu 34 (45,3%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 15
Diagram 1 DistribusiFrekuensi Kepatuhan
Kepatuhan
Kurang Patuh 33(44%)
Patuh 42(56%)
Berdasarkan diagram 1 diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi asupan cairan. Diagram 2 DistribusiFrekuensi Lama Hemodialisa
Lama Hemodialisa Baru (<=3 Bulan) 30(40%)
Lama (>3 Bulan) 45(60%)
Berdasarkan diagram 2 diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 45 (60%) dengan lama hemodialisa > 3 bulan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 16
Diagram 3 DistribusiFrekuensi Hemodialisa
Frekuensi Hemodialisa Sering (>=2x Seminggu 35 (46,7%)
Jarang (<2x Seminggu) 40 (53,3%)
Berdasarkan diagram diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 40 (53,3%) dengan frekuensi hemodialisa < 2x seminggu. Tabel 2.2 Hubungan Lama Hemodialisa dengan Kepatuhan Membatasi Asupan Cairan Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013 Kepatuhan POR Total Lama Tidak P (95%CI) Hemodialisa Patuh Patuh Value N
%
N
%
N
%
Lama (> 3 bln) 35
77.8 10
22.2 45
Baru bln)
6.765 100 (2.42618.862)
23.3 23
76.7 30
100
(<
3 7
0.000
Jumlah 42 56 33 44 75 100 Hasil tabel silang antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan diketahui bahwa dari 45 klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori lama (> 3 bulan) sebagian besar yaitu 35 (77.8%) patuh membatasi cairan sedangkan dari 30 klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori baru (< 3 bulan) sebagian besar yaitu 23 (76.7%) tidak patuh membatasi cairan. Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,000 (< alpha= 0.05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 17
terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairandengan POR= 6.765 (95% CI : 2.426-18.862) yang artinya klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori lama (> 3 bulan) berpeluang 6.7 kali lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan klien baru (< 3 bulan). Tabel 2.3 Hubungan Frekuensi Hemodialisa dengan Kepatuhan Membatasi Asupan Cairan Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013 Kepatuhan Frekuensi Hemodialisa Patuh
N
POR (95%CI)
Total
Tidak Patuh
N
%
%
N
Sering
25
71.4 10
28.6 35
Jarang
17
42.5 23
57.5 40
P Value
% 4.412 (1.716100 11.343) 100
0.002
Jumlah 42 56 33 44 75 100 Hasil tabel silang antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan diketahui bahwa dari 35 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu) sebagian besar yaitu 25 (71.4%) patuh membatasi cairan sedangkan dari 40 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi hemodialisa dalam kategori jarang (< 2x seminggu) sebagian besar tidak patuh yaitu 23 (57.5%). Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,002 (< alpha= 0.05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairandengan POR= 4.412 (95% CI : 1.716-11.343) yang artinya klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu) berpeluang 4.4 kali lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan klien jarang (< 2x seminggu). DISKUSI Pada klien gagal ginjal kronik tindakan untuk mempertahankan hidup salah satunya dengan terapi hemodialisis dan taat terhadap intervensi yang diberikan bagi klien gagal ginjal. Barnet et al(2008), menyatakan biasanya klien gagal ginjal kronik
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 18
yang menjalani terapi hemodialisis sering kali mengalami kegagalan dalam diet, pembatasan cairan dan pengobatan yang bisa memberikan dampak besar dalam morbiditas dan kelangsungan hidup klien. Dilaporkan lebih dari 50% klien yang menjalani terapi hemodialisis tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan (Baines & Jindal, 2000 ; Kutner, 2001 ; Tsay, 2003 dalam Barnet et al, 2008). Klien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh seperti tangan, kaki, muka, dirongga perut yang disebut acites dan paru – paru sehingga membuat sesak nafas. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Secara tidak langsung berat badan klien juga akan mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Karena itu perlunya klien gagal ginjal kronik mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan penting agar klien yang menderita gagal ginjal tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis (Brunner & Suddart, 2002; Hudak & Gallo, 1996 ; YGDI, 2008). Pada dasarnya klien gagal ginjal baik akut maupun kronik sangat tergantung pada terapi hemodialisis yang fungsinya menggantikan sebagian fungsi ginjal (Sunarni, 2009). Kepatuhan terapi pada klien hemodialisa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena jika klien tidak patuh akan terjadi penumpukan zat-zat berbahaya dari tubuh hasil metabolisme dalam darah. Sehingga klien merasa sakit pada seluruh tubuh dan jika hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan kematian. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antaralama dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013,maka dapat disimpulkan Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak, Terdapat hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak. DAFTAR PUSTAKA 1. Alam, S., & Hadibroto, I. (2007). Gagal ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2. Brunner&Suddarth, (2002) Keperawatan Medikal Bedah, edisi8, vol.2. Jakarta; EGC.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 19
3. Cahyaningsih, N. D. (2009). Hemodialisa (Cuci Darah ). Jogjakarta : Mitra Cendikia Press. 4. Lisnowati, F. 2011. Hubungan Lama dan Frekuensi Hemodialisis dengan Kepatuhan Pasiendalam Membatasi Asupan Cairan. Skripsi. Fakultas IlmuIlmu Kesehatan Program StudiIlmu Keperawatan UPN “Veteran” Jakarta. 5. RSU Kabupaten Tangerang. 2014. Laporan Tahunan Rekam Medis Pasien Hemodialisa di Istalasi Rawat Inap. Tangerang. 6. Smeltzer, C, Suzanne, & Bare, G, brenda. 2005. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC. 7. Suyodo A. 2010. ILmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam..
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 20
HUBUNGAN PEREKONOMIAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA IBU RUMAH TANGGA DI RW 02 DESA CILONGOK TANGERANG
Ns.Katrin Agustina ,S. Kep**, Yasminta Monika*, Yulioktaviani*, Yuni Vestiana*, Zulprima* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam rumah tangga keluarga harus memiliki penghasilan atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Tuntutan kerja yang terlalu banyak dan beban kerja yang berat dapat menimbulkan stress. Ibu rumah tangga memiliki pengertian sebagai wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, mempersembahkan waktunya untuk memelihara anak-anak dan mengasuh menurut pola-pola yang diberikan masyarakat. Tujuan penelitian Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stres pada ibu rumah tangga. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang peneliti ambil yaitu populasi yang ada di RW 02 Desa Cilongok yaitu 264 kepala keluarga. Sampel yang digunakan oleh peneliti ialah simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknis analisis data menggunakan analis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ada hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga, dengan hasil pendapatan terhadap tingkat stress p value sebesar 0,000, pengeluaran terhadap tingkat stres sebesar 0,001, jumlah keluarga inti terhadap tingkat stress p value sebesar 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perekonomian keluarga dengan tingkat stress. Kesimpulan dan saran hasil penetian memang ada hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress ibu rumah tangga. Disarankan Bagi petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang menjelaskan informasi tentang program pemerintah yang berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga. Kata kunci : Perekonomian, Stress, Ibu rumah tangga.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 21
ABSTRACT To be able to carry out economic activities in the family household must have an income or revenue that can be used to carry out economic activities. Demand too much work and a heavy workload can cause stress. Housewife has a meaning as a woman who spent more time at home, dedicate time to nurture and care for children according to the patterns of a given society. The purpose of this research was conducted to determine the relationship of the family economy on the level of stress on the housewife. The research method in this study used a descriptive correlation with cross sectional approach. Population is the population that researchers take that populations in the village of Cilongok RW 02 that 264 heads of household. The sample used by the researchers is simple random sampling. Instruments used in the form of a questionnaire sheet. Technical analysis of data using univariate and bivariate analyzes. Results of the study there were economic relations to the level of stress on a family of housewives, with revenues on the level of stress p value of 0.000, the expenditure of the stress level of 0.001, the number of nuclear families on the level of stress p value of 0.001, it can be concluded that there is a family economy the level of stress. Conclusions and suggestions reseach result there is a family economic relations to the level of stress housewife. Suggested For health workers to provide counseling that describes information about government programs related to the number of household members. Keywords: Economy, Stress, Housewives PENDAHULUAN Menurut survey yang dilakukan oleh Institute Health Service di Amerika Serikat menemukan bahwa 22,9% wanita mengatakan bahwa mereka mengalami depresi selama hidup mereka dan 13,1% pria mengatakan merasakan hal serupa. Berdasarkan survey tersebut dapat diketahui bahwa wanita berpotensi cenderung lebih tinggi dalam mengalami stress (Nurlaila, 2011). Menurut National Safety Council, 2004. Stress tidak selamanya negatif. Stress dapat dipandang dalam dua cara : (1) stress baik, disebut stress positif, artinya seseorang memandang stress sebagai suatu situasi atau kondisi yang justru dapat dijadikan motivasi atau inspirasi. (2) stress buruk adalah stress yang dapat mengakibatkan seseorang marah, tegang, cemas, bingung, merasa bersalah, dan kewalahan. Setiap orang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berpotensi untuk menjadi stress.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 22
TUJUAN Untuk mengetahui hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013. METODE Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan, dan untuk mengetahui arah hubungan dua variabel (Notoatmodjo, 2010). Variabel yang akan diteliti adalah perekonomian keluarga dan tingkat stress. Desain ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan antara perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013.
HASIL PENELITIAN Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Di RW 02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013 No Data demografi Jumlah (N) Persentase (%) 1
2
Usia Usia 20-40 tahun Usia 41-60 tahun
104 55
65,4 34,6
Total
159
100
Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Total
38 121 159
23,9 76,1 100
Pada Table 3.1 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan usia mayoritasnya adalah 20 - 40 tahun berjumlah 104 orang (65,4%), sedangkan fre kuensi distribusi usia 55 orang (34,6%). Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan mayoritasnya adalah tidak bekerja berjumlah 121 orang (76,1%) sedangkan distribusi frekuensi yang bekerja berjumlah 38 orang (23,9%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 23
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perekonomian Keluarga di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013 No Perekonomian keluarga Jumlah (N) Persentase 1 Pendapatan Tinggi 98 61,6 Rendah 61 38,4 Total 159 100 2
3
Pengeluaran Tinggi Rendah Total
129 30 159
81,1 18,9 100
Jumlah keluarga inti Banyak Sedikit Total
124 35 159
78,0 22,0 100
Pada Table 3.2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pendapatan mayoritasnya adalah pendapatan tinggi berjumlah 98 orang (61,6%) . Distribusi frekuensi berdasarkan pengeluaran mayoritasnya adalah pengeluaran tinggi berjumlah 129 orang (81,1%). Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah keluarga inti mayoritasnya adalah jumlah keluarga inti banyak berjumlah 124 orang (78,0%). Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013 Tingkat stress Frekuensi Persentasi Tidak stress 61 38,4 Stress 98 61,6 159 100 Total Berdasarkan tabel 3.3 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stress mayoritasnya responden yang mempunyai stress yakni berjumlah 98 orang (61,6%) sedangkan yang tidak stress berjumlah 61 orang (38,4%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 24
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan ± 0,00-0,199
Korelasi sangat rendah
± 0,20-0,399
Korelasi rendah
± 0,40-0,599
Korelasi cukup
± 0,60-0,799
Korelasi kuat
± 0,80-1.00
Korelasi sangat kuat
Tabel 3.4 Hubungan Pendapatan Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013 P OR= Variabel Tingkat Stress Total value 0,007 Pendapatan Tidak Stress Stress Tinggi 6 6,1% 92 93,9% 98 100% = 0,000 Rendah 55 90,2% 6 9,8% 61 100% Total
61
38,4% 98
61,6% 159
100%
Dari hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa dari 98 responden yang pendapatannya tinggi, diketahui 92 orang (93,9%) mengalami stress. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,000 berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pendapatan dengan tingkat stres pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pendapatan dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.840 atau korelasi sangat rendah dan OR = 0,007. Tabel 3.5 Hubungan Pengeluaran Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013 P value OR= Variabel Tingkat Stress Total = 0,001 7,352 Pengeluaran Tidak Stress Stress Tinggi
58
45,0% 71
55,0% 129
100%
Rendah
3
10,0% 27
90,0% 30
100%
Total
61
38,4% 98
61,6% 159
100%
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 25
Dari hasil penelitian pada tabel 5 menyatakan bahwa dari 129 responden yang pengeluarannya tinggi, diketahui 71 orang (55,0%) mengalami stress. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001 berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pengeluaran dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pengeluaran dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar 0,281 atau korelasi rendah dan OR = 7,352. Tabel 3.6 Hubungan Jumlah Keluarga Inti Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tahun 2013 P value OR= Variabel Tingkat Stress Total = 0,271 Jumlah Tidak Stress Stress 0,001 Keluarga Inti Banyak 39 31,5% 85 68,5% 124 100% Sedikit
22
62,9% 13
37,1%
35
100%
Total
61
38,4% 98
61,6%
159
100%
Dari hasil penelitian pada tabel 6 menyatakan bahwa dari 124 responden yang jumlah keluarga intinya banyak, diketahui 85 orang (68,5%) mengalami stress. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001 berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara jumlah keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara jumlah keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.268 atau korelasi sangat rendah dan OR = 0,271. DISKUSI Menurut Smet,1994 (dalam Noviyan, 2012), pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia juga dapat mengakibatkan stres. Dan diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah tuntutan kerja. Salah satu tuntutan kerja yang dapat menimbulkan stres adalah pekerjaan itu mungkin terlalu banyak. Berdasarkan analisa bivariat hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pearson chi square sebesar 0,000 sehinggan Ha diterima.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 26
Kondisi sosial ekonomi juga dapat menimbulkan stress. Hal ini terjadi karena kondisi ekonomi yang tidak stabil bahkan serba kekurangan. Apalagi, sebelumnya individu tersebut pernah memiliki status sosial ekonomi yang mapan. Tetapi, karena adanya krisis ekonomi, ia kemudian dipecat dari pekerjaannya, sehingga ia menganggur dan tidak memiliki penghasilan tetap. Kondisi ini sangat rawan dan berpotensi besar memunculkan stress (Pradipta Sarastika, 2014). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Ada hubungan antara pendapatan, pengeluaran, jumlah keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA 1. Agus, S. (2012). Bab I Kajian Teori Pendapadatan. Skripsi Mahasiswa Universitas Yogyakarta Di Akses Pada Tanggal 22 Februari 2015 2. Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan Antara Stres Dengan Agresi Pada Ibu Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja. Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Di Akses Pada Tanggal 27 Januari 2015 3. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 4. Nuraeni, S. (2013). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Keputihan Pada Ibu Rumah Tangga Di Kp. Cilongok Daon Desa Daon Rt 03/ Rw 01 Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2013. STIKes YATSI Tangerang 2013 5. Nurlaila, Anda. 2011. Cara Pria Dan Wanita Hadapi Stres. Di Akses Pada Tanggal 28 Januari 2015 6. Utami, L, P. (2012). Perbedaan Tingkat Stress Ditinjau Dari Empty Nest Syndrome Dan Status Ibu. Diakses Pada Tanggal 27 Januari 2015 7. Susilawati, Dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 27
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI KAMPUNG GEMBOR KEL.JATIUWUNG TANGERANG Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Muhammad Farouq Al-Bantani*, Muhammad Firmansyah*, Mas Imam Ghozali*, Mersi Wahyuningsih* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, tekhnik pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah responden 45 ibu hamil dan alat yang digunakan untuk pengambilan data menggunakan kuisioner. Penelitian menunjukan masih ada 14 responden (31,1%) yang berpengetahuan kurang dari 45 responden (100%), hasil uji statistik pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05), pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana nilai P sebesar 0,008 (P < 0,05), pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Melihat hasil yang diperoleh maka disarankan agar ibu hamil lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang anemia dalam kehamilan dari tenaga kesehatan. Kata Kunci : Pengetahuan anemia dalam kehamilan ABSTRACT Anemia in pregnancy is anemia due to iron deficiency and folic acid in the mother's diet. Anemia in pregnancy is a national problem because it can reflect the level of socio-economic welfare of society and have great influence on the quality of human resources. This research used analytic survey research with cross sectional approach. The sampling technique is total sampling the number of respondents 45 pregnant women and tools used for data collection using questionnaires. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 28
Research shows there are 14 respondents (31.1%) of the 45 respondents (100%) who lack the knowledge of anemia in pregnancy. Results of statistical tests on = 0.05 showed correlation between age and knowledge of maternal anemia in pregnancy where the P value of 0.000 (P <0.05). At = 0.05 indicates correlation between education and knowledge of pregnant women about anemia in pregnancy where the P value of 0.008 (P <0.05). At = 0.05 showed correlation between job knowledge pregnant women about anemia in pregnancy where the value of P of 0.001 (P <0.05). Seeing the results obtained it is recommended that pregnant women increased knowledge by seeking information about anemia in pregnancy from health personnel. Keywords: Knowledge of Anemia in pregnancy PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2009). Berdasarkan penelitian WHO, selama tahun 2005 terdapat 536.000 wanita yang meninggal disebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan, maka didapatkan 400 per 100.000 ibu yang meninggal setiap kelahiran hidup dari seluruh kematian maternal di dunia (DepKes RI, 2008). Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang masih cukup tinggi di Indonesia bila di bandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 35,63%, pre eklamsia dan eklamsia 20,12%, infeksi 20,7% dan komplikasi abortus 20,84%. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI. Salah satu faktor resiko utama terjadinya perdarahan adalah anemia, sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah pada ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronik sebesar 16,7%, dan 70% dari angka kematian ibu adalah ibu hamil yang anemia, serta 19,7% ibu hamil yang non anemia Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Nova Fridalni, 2010). Hasil penelitian Jumirah, dkk (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 29
TUJUAN Diketahuinya Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Tingkat Pengetahuan Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel jatiuwung ,tangerang METODE PENILITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu metoda penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Desain study Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Data yang menyangkut variabel bebas (variabel resiko) dan variabel terikat (variabel akibat), akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Alasan pemilihan desain study cross sectional karena mudah dilakukan, lebih ekonomi dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di Desa kampung gembor kel.jatiuwung tangerang HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Anemia Dalam Kehamilan Di Kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013 No Pengetahuan Ibu Frekuensi % 1 Baik 31 68,9 2 Kurang 14 31,1 Total 45 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Wilayah Kerja Puskesmas kampung gembor Tahun 2013 dominan adalah berpengetahuan baik proporsinya lebih besar sebanyak 31 orang (68,9%) dibandingkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (31,1%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 30
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013 Variabel Jumlah Persentase (%) Umur Ibu < 20 tahun 13 28,9 >20 tahun 32 71,1 Pendidikan Ibu Rendah 29 64,4 Tinggi 16 35,6 Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 24 53,3 Bekerja 21 46,7 Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2015 yang memiliki umur ≥ 20 tahun proporsinya lebih besar sebanyak 32 orang (71,1%), mayoritas tingkat pendidikan rendah proporsinya lebih besar sebanyak 29 orang (64,4%) dan yang tidak bekerja proporsinya lebih besar sebanyak 24 orang (53,3%). Tabel 4.3 Hubungan Umur Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013 Pengetahuan OR Total P CI 95% Umur Ibu Baik Kurang Value F % F % F % 0,019 < 20 tahun 2 15,4 11 84,6 13 100 (0,003 - 0,128) ≥ 20 tahun 29 90,6 3 9,4 32 100 0,000 Total 31 68,9 14 31,1 45 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki umur < 20 tahun sebanyak 11 orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki umur ≥ 20 tahun sebanyak 3 orang (9,4%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 31
Table 4.4 Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013 Pengetahuan OR Total Pendidikan P CI 95% Baik Kurang Ibu Value 0,082 F % F % F % (0,010 - 0,706) Rendah 16 55,2 13 44,8 29 100 Tinggi
15
93,8
1
6,3
16
100
Total
31
68,9
14
31,1
45
100
0,019
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 15 orang (93,8%) dibandingkan responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 16 orang (55,2%). Table 4.5 Hubungan Pekerjaan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013 Pekerjaan Ibu
Pengetahuan Baik Kurang F % F %
Total F
%
Tidak Bekerja 11
45,8
13
54,2
24
100
Bekerja
20
95,2
1
4,8
21
100
Total
31
68,9
14
31,1
45
100
P Value
OR CI 95% 0,042 (0,005 - 0,368)
0,001
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik proporsinya lebih tinggi pada responden yang bekerja sebanyak 20 orang (95,2%) dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (45,8%).Hasil uji statistik Chi Square pada α = 0,05 didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05) DISKUSI Umur adalah masa perjalanan hidup seseorang, mulai dari lahir sampai batas pengumpulan data (Kamus Bahasa Indonesia). Pada umumnya ibu dengan usia kurang dari 20 tahun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan ibu yang usianya lebih dari 20 tahun. hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 32
yang pengetahuannya kurang proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki umur < 20 tahun sebanyak 11 orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki umur ≥ 20 tahun sebanyak 3 orang (9,4%). Faktor usia inilah yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil seperti yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi (2001) yaitu semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05). Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,019. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,019 (P < 0,05). Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,082. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,042. DAFTAR PUSTAKA 1. Arisman. Dr. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 2. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 3. Manuaba, I, B, G., (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta. 4. Manuaba, I, B, G., (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta. 5. Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta. 6. Poerwadarminta. (2000). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 7. Saifuddin, A.B dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP 8. Saifuddin, A.B dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan 9. Maternal dan Neonatal. Jakarta : BP-SP
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 33
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI - HARI DI DESA SUKAMANTRI TANGERANG Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Tuti Alawiah*, Urai Lusiana*, Violita PuspitaSari*, Windi Marsela* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan psikologis. Hal tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari - hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan lansia. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari di Desa Sukamantri tangerang Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini melibatkan 138 responden (lansia). Hasil Terlihat uji statistik menghasilkan (p=0,000) (p<0,05) jadi dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang Kesimpulan Ada hubungan dukungan keluarga yang bermakna terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari. Kata kunci : Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari – hari. ABSTRACT The Elderly undergo various changes including physical, psychological. This makes the elderly experience a decreased ability to perform activities of daily living so that family support is needed. Objective This research aimed at finding out if the relationship of family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village District of Sukamantri Tangerang. Methods This study uses deskriptif correlation at finding out if the relationship of family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities. The study involved 138 respondents.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 34
Results Was a statistical tests yield (p=0,000) (p<0,05) can be stated that there is a significant relationship of family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village District of Sukamantri Tangerang. Conclusion There is a significant relationship of family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities . Key words : Support families , the elderly , independence , daily activities. PENDAHULUAN Berdasarkan WHO (2008) dikawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 dan diperkirakan lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025, pada saat itu akan terdapat lebih dari 800 juta orang berusia di atas 65 tahun dan sepertiga dari mereka berada di negara berkembang (Papalia, 2008 dalam Ratna Mustika Wati, 2014). Diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley, 2007) pertambahan jumlah lansia di Indonesia dari kurun waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong tercepat didunia, data badan pusat statistik (BPS) menunjukan bahwa penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan akan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%). (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Departmen Sosial RI, 2009). Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usianya mencapai 18,04 juta jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Jumlah lanjut usia di Indonesia menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311 tahun 2006 sebesar 17.478.280 dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.081.900). Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jwa. Jumlah lanjut usia di Kabupaten Tangerang menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun 2012 sebesar 127,189 jiwa. (BPS kabupaten tangerang, 2012). jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Menko Kesra (2008) dalam Effendi & Makhfudli (2013) jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar ±19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 35
tahun. Tahun 2010 diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan harapan hidup 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2020 di prediksi jumlah lansia sebesar 28,8 Juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami perubahan fisik dan mental, yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Wirakartakusuma dan Anwar (1994) diacu dalam Suhartini (2009) memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong tujuh orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong sembilan orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Berdasarkan data awal yang berhasil dikumpulkan peneliti melalui wawancara kepada Lurah di Desa sukamantri Tangerang, terdapat 210 lansia yang berusia 60-69 tahun di Desa sukamantri tangerang dan dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 3 keluarga dan 3 orang lansia didapatkan hasil bahwa sebagian lansia yang ada di Desa Sukamantri Tangerang masih bergantung kepada keluarga dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari terutama di bidang perekonomian, lansia rata-rata bergantung pada penghasilan dari anak-anaknya. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif kolerasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen (dukungan keluarga) dengan variabel dependen (kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari) di Desa Sukamantri Tangerang. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cross Sectional yaitu pengambilan data pada waktu tertentu, dimana peneliti mendapatkan data dan menggambarkannya pada waktu tersebut pula (Notoadmojo, 2010)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 36
HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia N 1
Distribusi Frekuensi JJumlah (n) Responden UUmur 60-69 Tahun Laki-Laki 48 Perempuan 90 Total 138
PPresentase(%)
35 65 100
Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi umur 60-69 tahun dari 138 responden didapatkan hasil paling banyak responden perempuan yaitu 90 orang (65%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan N 2
Distribusi Frekuensi JJumlah (n) Responden PPendidikan Berpendidikan 84 Tidak Berpendidikan 54 Total 138
PPresentase(%)
61 39 100
Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 138 responden didapatkan hasil paling banyak responden berpendidikan yaitu 84 orang (61%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi N 3
Distribusi Frekuensi JJumlah (n) Responden PPenghasilan >Rp.600.000 64
Presentase(%)
46 54 100
Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi dari 138 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan penghasilan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 37
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga N 4
Distribusi Frekuensi Jjumlah (n) Responden DDukungan Keluarga Mendapatkan Dukungan 84 Tidak Mendapatkan 54 Dukungan Total 138
Ppresentase(%)
61 39 100
Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga dari 138 responden didapatkan hasil responden yang mendapatkan dukungan keluarga yaitu 84 orang (61%) dan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga yaitu 54 orang (39%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemandirian lansia N 5
Distribusi Frekuensi JJumlah (n) Responden KKemandirian Lansia Mandiri 85 Bergantung 53 Total 138
PPresentase(%)
62 38 100
Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan Kemandirian lansia dari 138 responden didapatkan hasil, responden yang mandiri yaitu 85 orang (62%) dan responden yang bergantung yaitu 53 orang (38%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013. DISKUSI Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.peneliti mengambil responden yang berusia 6069 tahun dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden didapatkan 138 responden dengan laki-laki sebanyak 48 responden (35%) dan perempuan sebanyak 90 responden (65%). Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi. Biasanya akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dari hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada responden yang berusia 60-69 tahun di Desa Sukamantri
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 38
Tangerang Tahun 2013, lansia masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri jadi dapat disimpulkan bahwa umur bukan merupakan faktor dominan pertama yang mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas seharihari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai ekonomi responden di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013, didapatkan hasil responden dengan penghasilan >Rp.600.000 yaitu 64 orang (46%) sedangkan responden dengan penghasilan < Rp.600.000 yaitu 74 orang (54%). Kesimpulan dari pembahasan ini bahwa aspek ekonomi merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh tingkat produktivitas lansia dan berpengaruh pada pendapatan yang dihasilkan oleh lansia di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013. KESIMPULAN Dari hasil uji bivariat terhadap dua variabel independen dan dependen (dukungan keluarga dengan kemandirian lansia) yang di uji dengan uji chi-square menghasilkan OR 512,500 dan di dapatkan nilai P value (0,00) < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA 1. Darmojo, Martono.(2010).Kebutuhan Dasar Lansia, Jakarta : Salemba Medika. 2. Depkes RI,(2008).Kesehatan Lansia, Jakarta. 3. Depkes RI,(2010).Definisi Keluarga, diakses pada tanggal 16 Februari 2015 4. Pusat Kesehatan Jatiuwung Tangerang,(2013).Data Jumlah Lansia. 5. Puspita, Sari.(2006). Tentang Usia Dengan Kemandirian, Diakses pada tanggal 16 Februari 2015.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 39
. HUBUNGAN PENGETAHUANKesejahteraan KELUARGALansia. TENTANG 6. World HealthTINGKAT Organization,(2008).Tentang PROGRAM BPJS KESEHATAN DENGAN PEMANFATAN BPJS OLEH KELUARGADI KP. PICUNG RW 05 PASAR KEMIS Ida Faridah,S.Kp.M.Kes**, Intan Puspita Sari*, Juniansyah*, Leni*, Liya Yuli Anggraini* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam peneltian ini adalah warga KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, didapatkan 185 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, dan analisa bivariat dengan uji Chi-Square (a =0,05) menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatam yang tinggi 85 responden (91,4%) dan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatan rendah sebanyak 3 responden (3,3%) dan pengetahuan rendah yang memiliki pemanfaatan yang tinggi sebanyak 8 responden (8,6%) dan pengetahuan rendah yang memiliki pemanfaatan rendah sebanyak 89 responden (96,7%). P value 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian untuk menggunakan desain penelitian eksperiment. Kata kunci : pengetahuan keluarga program BPJS Kesehatan, Pemanfaatan BPJS Kesehatan, BPJS Kesehatan) ABSTRAK BPJS is a public legal entity that is responsible to the president and to work organizing the health insurance program for all Indonesian people. Knowing
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 40
research purposes level of knowledge about family relations program with the Health BPJS utilization by family BPJS Health Research Methods The study design used in this research is descriptive correlation design with cross sectional approach. The population in this study are residents of KP. Picung RW 05 Chemish market Tangerang, Banten. Sampling using simple random sampling, obtained 185 respondents in accordance with the inclusion criteria. Data collected by using a questionnaire. Results of the study include the analysis of univariate data analysis to look for frequency distribution and bivariate analysis by the Chi-square test (α = 0.05) Shows that respondents with a high knowledge have high utilization 85 respondents (91.4%) and have a high knowledge utilization were lower by 3 respondents (3.3%) and low knowledge that has high utilization by 8 respondents (8.6%) and low knowledge that have low utilization as much as 89 respondents (96.7%). ρ value 0,000 <0,05 It can be concluded that Ho is rejected. Conclusions and suggestions from this research is that there is a relationship between family knowledge about the program with the Health BPJS Utilization BPJS by families in KP. Picung RW 05 Thursday Market Tangerang Banten Year 2013. It is expected to further researchers who will conduct research using experimental research designs Keywords: Knowledge families BPJS Health program, Utilization BPJS Health, Health BPJS PENDAHULUAN Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar efisien dan efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat serta diselenggarakannya secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik (Azrul, 1999). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Pada Buku Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 dinyatakan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 121,6 juta penduduk akan diberikan jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Jumlah dimaksud diasumsikan berasal dari program Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta dikelola oleh PT Askes (Persero) (17,2 juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa) dan dari peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa). Selanjutnya pada tahun 2019 pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu sebanyak 257,5 juta jiwa akan dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 41
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program Jamkesmas diharapkan dapat menjaga masyarakat agar tetap sehat dan produktif. Program Jamkesmas diharapkan untuk melindungi pesertanya dari resiko pengeluaran kesehatan yang berdampak “membawa bencana” (dampak “katastropik” finansial). Pada intinya program Jamkesmas diharapkan membantu supaya pesertanya bisa terbebas dari mata rantai kemiskinan (TNP2K, 2009). TUJUAN Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS Kesehatan oleh keluarga yang berada di wilayah KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013. METODE PENILITIAN Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan riset pemasaran. Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan penelitian oleh sebab itu desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien(Malhotra,2007). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana, Nana dan Ibrahim (2007) menjelaskan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang”. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional dimana variabel-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Desain metodologi yang digunakan adalah korelasi yaitu mencari hubungan antara variabel independent yaitu hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan variabel dependent yaitu pemanfaatan BPJS oleh keluarga di RW 05 KP. Picung Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 42
HASIL PENILITIAN. Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013 Usia Frekuensi Presentasi (%) 20-55 Tahun 97 52,4 55 Tahun keatas 88 47,6 Total 185 100 Tabel 6.1 menunjukan bahwa dari 185 responden mayoritas umur responden adalah 20-45 tahun yaitu sebanyak 97 responden (52,4%). Tabel 6.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013 Jenis kelamin Frekuensi Presentasi (%) Laki - laki 76 41,1 Perempuan 109 58,9 Total 185 100 Tabel 6.2 menunjukan bahwa dari 185 responden mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 109 responden (58,9%). Tabel 6.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2015 Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%) Pengetahuan Rendah 97 52,4 Pengetahuan Tinggi 88 47,6 Total 185 100 Tabel 6.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat pengetahuan rendah tentang program BPJS kesehatan yaitu sebanyak 97 responden (52,4 %). Tabel 6.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemanfaatan BPJS kesehatan oleh keluarga di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013 Pemanfaatan Frekuensi Presentasi (%) Pemanfaatan Rendah 92 49,7 Pemanfaatan Tinggi 93 50,3 Total 185 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 43
Berdasarkan tabel 6.4 bahwa pemanfaatan BPJS oleh responden mayoritas tinggi sebanyak 97 responden (52,4) Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% atau dapat pula dengan perbandingan nilai p- value dengan nilai α = 0,05. Tabel 6.5 Crosstabulation Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Program BPJS Kesehatan dengan Pemanfaatan BPJS Oleh Keluarga di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013 Variabel tingkat Pemanfaatan BPJS kesehatan Total P pengetahuan Value Tinggi Rendah Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100 0,000 Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100 Total 97 52,4% 88 47,6% 185 100% Hasil yang di dapat dari uji chi-square bahwa p value 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013 Tabel 6.6 Variabel yang paling berpengaruh di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013 Pengetahuan Pemanfaatan Total OR Tinggi
Rendah
P value
N % N % N % Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100 315,208 (80,9190,000 Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100 1227,853 Jumlah 97 52,4% 88 47,6% 185 100% Berdasarkan tabel 6.6 di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 menunjukan hasil output dapat diketahui nilai OR 315,208 yang artinya responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang BPJS akan memiliki pemanfaatan yang tinggi sebesar 315 kali lebih tinggi dibanding responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dengan 95% CI 80,919-1227,853 di RW 05 KP. Picung Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 44
DISKUSI Maka penelitian ini sesuai antara pengetahuan rendah dengan teori yang telah di ungkapkan oleh Mubarak (2007) seseorang yang memiliki pengetahuan rendah bisa berdasarkan dari umur. Seiring bertambahnya umur seseorang akan semakin matang dan dewasa pada aspek psikologis dan mental, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 kategori batasan umur dengan presentase umur 20-55 tahun sebanyak 97 responden (52,4%) sedangkan kategori umur di atas 45 tahun (dewasa) 88 responden (47,6%). Maka mayoritas responden adalah berumur 20-55 tahun atau belum dewasa sehingga hasil penelitian tentang pengetahuan ini sejalan dengan teori pengetahuan dari Mubarak. Selain umur yang mempengaruhi seseorang memiliki pengetahuan rendah adalah pengalaman dan keterbatasan sumber informasi. Di perkuat juga dengan hasil penelitian Andi (2014) dengan judul “faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pasien BPJS kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru” hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, 28% memiliki pengetahuan cukup dan 72% memiliki pengetahuan kurang, sampel diambil dengan menggunakan probability sampling. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya peneliti mengambil kesimpulan bahwa : Karakteristik responden yang diteliti oleh peneliti menunjukkan sebagian besar responden berusia 20-45 tahun, perempuan sebanyak 109 responden dan laki-laki sebanyak 76 responden Pengetahuan keluarga di wilayah ini tentang BPJS kesehatan di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 yaitu berpengetahuan rendah Pemanfaatan BPJS kesehatan oleh keluarga di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 sebagian besar memiliki pemanfaatan yang rendah Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan BPJS kesehatan oleh Keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA 1. Komariah, Sekar 2014. Perencanaan Badan Komunikasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kota Balikpapan Dalam Mensosialisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional Kepada Masyarakat Kota Balikpapan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 45
2. Lukiono, Wahyu Tri 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Pada Ibu Hamil Miskin di Kota Blitar Tahun 2010
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 46
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TANGERANG Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Mulyono*, Nasrullah*, Nisa Nurjanah*, Noor Ridwan Yuliana* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Tujuan penelitianini adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendahmeliputi pengetahuan, nutrisi, usia, paritas, pendidikan, sosial ekonomi dan pemeriksaan kesehatan ibu hamil.Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan desain crosssectional ini menggunakan sumber data primer di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Populasidalampenelitianini adalah semuaibuyang melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan sangat rendah diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang saat penelitian berlangsung. Pengambilan sampel menggunakan teknik totalsampling, didapatkan 36 responden sesuai dengan kriteria inklusi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi,dan analisis bivariat dengan ujiChi-square(α=0,05).Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pengetahuan ( ρ= 0,846) nutrisi(ρ=0,194) usia (ρ=0,846) paritas (ρ=0,931) pendidikan (ρ=0,115) sosial ekonomi (ρ=0,372) pemeriksaan kesehatan ibu hamil (ρ=0,002). Kesimpulan dan saran daripenelitian iniadalahterdapathubungan antara melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian beratbadan lahirrendahdiRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan di daerah yang rawan terjadi kejadian bayi berat lahir rendah untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya pemeriksaan kesehatan ibu hamil terutama dalam pencegahan terjadinya bayi berat lahir rendah. Kata kunci : Kejadian berat badan lahir rendah, tingkat pengetahuan, nutrisi, usia, pasritas, pendidikan, sosial ekonomi, pemeriksaan kesehatan ibu hamil
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 47
ABSTRAK Low birth weight (LBW) is newborn birth weight at birth of less than 2500 grams.The purpose of this study: was to determine the factors that influence the incidence of low birth weight include knowledge, nutrition, age, parity, education, socioeconomic and knowledge of medical examination of pregnant women.The research method: used is descriptive correlation with cross sectional design using primary data source at the General Hospital of Tangerang Regency Year 2013. The population in this study were all mothers who gave birth to low birth weight and very low birth in the Regional General Hospital Tangerang regency when the research took place. Sampling using total sampling technique, obtained 36 respondents in accordance with the inclusion criteria. Data collected by using a questionnaire.Results of the study: include the analysis of univariate data analysis to look for frequency distribution and bivariate analysis using Chi-square test (α = 0.05). Results of bivariate analysis shows that knowledge (ρ = 0.846) nutrition (ρ = 0.194) age (ρ = 0.846) parity (ρ = 0.931) education (ρ = 0.115) socioeconomic (ρ = 0.372) knowledge of medical examination of pregnant women (ρ = 0.002).Conclusions and suggestions: from this research is that there is a relationship between knowledge of medical examination of pregnant women with the incidence of low birth weight in the General Hospital of Tangerang Regency Year 2015. It is recommended for health workers to provide counseling in areas that are prone to the incidence of low birth weight babies to improve knowledge of the importance of medical examinations of pregnant women, especially in the prevention of low birth weight babies. Keywords : incidence of low birth weight , degree of knowledge , nutrition , age , pasritas , educational , social, economic , knowledge of medical examination of pregnant women. PENDAHULUAN Di ASEAN, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat ke-4 tertinggi. AKB di Indonesia tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal, sekitar 27,9% disebabkan oleh kelahiran bayi berat badan lahir rendah (BBLR).Angka kematian ibu dan bayi pasca persalinan di Banten sangat tinggi. Tinggi angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) ini, Provinsi Banten menempati peringkat ke 5 dalam kasus AKI dan peringkat ke 6 untuk kasus AKB. Berdasarkan data kesehatan ibu dan anak di Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, pada tahun 2013 lalu, angka kematian ibu mencapai 216 orang, sedangkan kematian bayi neonatal (hanya hidup dalam rentang waktu 28 hari)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 48
sebanyak 1.220. Kondisi penyebab utama kematian ibu saat melahirkan adalah Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan perdarahan. Hipertensi dalam kehamilan dapat mengakibatkan komplikasi berupa gagal jantung, kejang-kejang, penurunan fungsi ginjal, gangguan penglihatan dan pendarahan. Sedangkan penyebab utama kematian bayi dikarenakan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Asfiksia atau kekurangan oksigen yang dialami oleh bayi. Kondisi tersebut rata-rata dialami oleh pasangan suami istri yang menikah dalam usia muda, bahkan yang masih sekolah pun ada yang sudah menikah dan hamil. Selain faktor di atas, ibu hamil dalam usia muda juga menyebabkan kematian ibu dan bayi, ditambah lagi dengan kondisi keluarga yang kurang mendukung. Hamil dalam usia muda itu rentan terkena resiko kelainan pada kehamilan. Selain itu dalam proses persalinannya pun sangat beresiko, yang paling banyak terjadi itu pendarahan dan keracunan dalam kehamilan atau Preeklampsia. Resiko ini lebih tinggi terjadi pada wanita yang memiliki banyak anak, ibu hamil dalam usia remaja dan wanita hamil di atas usia 40 tahun (DinKes Provinsi Banten, 2014). TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Pada Ibu Nifas. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Studi korelasi ini pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan dengan mengenditifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya. Sedangkan survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Penelitian ini juga bertujuan mencari faktor yang paling dominan atau paling mempengaruhi terhadap kejadian berat badan lahir rendah.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 49
HASIL PENELITIAN Tabel 7.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Pengetahuan Tinggi 16 44,4 Rendah 20 55,6 Total 36 100 Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang berat badan lahir rendah dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan tingkat pengetahuan rendah yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tabel 7.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peningkatan nutrisi selama kehamilan No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Nutrisi Tinggi 1 2,8 Normal 4 11,1 Rendah 31 86,1 Total 36 100 Berdasarkan tabel 7.2 distribusi frekuensi peningkatan nutrisi selama kehamilan dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan peningkatan nutrisi rendah yaitu 31 orang (86,1%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tabel 7.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Responden 1 Usia Resiko Tinggi 20 Resiko Rendah 16 Total 36
Presentase (%)
55,6 44,4 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 50
Berdasarkan tabel 7.3 distribusi frekuensi usia dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan usia yang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun) yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 Tabel 7.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak (paritas) No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Paritas Resiko Tinggi 10 27,8 Resiko Rendah 26 72,2 Total 36 100 Berdasarkan tabel 7.4 distribusi frekuensi jumlah anak (paritas) dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan paritas resiko rendah yaitu 26 orang (72,2%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tabel 7.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Pendidikan Tinggi 3 8,3 Menengah 20 55,6 Rendah 13 36,1 Total 36 100 Berdasarkan tabel 7.5 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan pendidikan menengah yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tabel 7.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat sosial ekonomi No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Pendapatan Sangat Tinggi 3 8,3 Tinggi 15 41,7 Sedang 14 38,9 Rendah 4 11,1 Total 36 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 51
Berdasarkan tabel 7.6 distribusi frekuensi tingkat pendapatan dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan pendapatan tinggi (Rp 2.500.000 s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tabel 7.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemeriksaan kesehatan ibu hamil No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Pemeriksaan kesehatan ibu hamil Tinggi 24 66,7 Rendah 12 33,3 Total 36 100 Berdasarkan tabel 7.7 distribusi frekuensi pemeriksan kesehatan ibu hamil dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tabel 7.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian bayi berat badan lahir rendah No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%) Responden 1 Kejadian BBLR BBLR 23 63,9 BBLSR 13 36,1 Total 36 100 Berdasarkan tabel 7.8 distribusi frekuensi kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu 23 orang (63,9%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 52
Tabel 7.9 Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value No Variabel BBLR BBLSR Total 1. Tingkat N % N % N % Pengetahuan Tinggi 11 30,6 5 13,9 16 44,4 0,846 Rendah 12 33,3 8 22,2 20 55,6 Total 23 63,9 13 36,1 36 100,0 Berdasarkan tabel 7.9 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 11 orang (30,6%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 5 orang (13,9%). Tabel 7.10 Hubungan nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Nutrisi Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value No
Variabel
BBLR
BBLSR
Total
1.
Nutrisi
N
%
N
%
N
%
Tinggi
1
2,8
0
0,0
1
2,8
Normal
4
11,1
0
0,0
4
11,1
Rendah
18
50,0
13
36,1
31
86,1
Total
23
63,9
13
36,1
36
100
0,194
Berdasarkan table 7.10 menunjukkan bahwa dari hubungan antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan nutrisi tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 1 orang (2,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah tidak ada (0,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,194 > 0,05 (nilai α) berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 53
Tabel 7.11 Hubungan usia dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Usia Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value No Variabel BBLR BBLSR Total 1. Usia N % N % N % Resiko tinggi 12 33,3 8 22,2 20 55,6 0,846 Resiko rendah 11 30,6 5 13,9 16 44,4 Total 23 63,9 13 36,1 36 100 Berdasarkan tabel 7.11 menunjukkan bahwa dari hubungan antara usia dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan usia resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 12 orang (33,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 8 orang (22,2%). Tabel 7.12 Hubungan paritas dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value No Variabel BBLR BBLSR Total 1. Paritas N % N % N % Resiko tinggi 7 19,4 3 8,3 10 27,8 0,931 Resiko rendah 16 44,4 10 27,8 26 72,2 Total 23 63,9 13 36,1 36 100 Berdasarkan tabel 7.12 menunjukkan bahwa dari hubungan antara paritas dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan paritas resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 7 orang (19,4%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 54
Tabel 7.13 Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value No Variabel BBLR BBLSR Total 1. Pendidikan N % N % N % Tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3 0,115 Menengah 10 27,8 10 27,8 20 55,6 Dasar 10 27,8 3 8,3 13 36,1 Total 23 63,9 13 36,1 36 100 Berdasarkan tabel 7.13 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan tingkat pendidikan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan menengah yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10 orang (27,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 10 orang (27,8%). Tabel 7.14 Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value No Variabel BBLR BBLSR Total 1. Pendapatan N % N % N % Sangat tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3 Tinggi 10 27,8 5 13,9 15 41,7 0,372 Sedang 7 19,4 7 19,4 14 38,9 Rendah 3 8,3 1 2,8 4 11,1 Total 23 6,9 13 36,1 36 100 Berdasarkan table 7.14 menunjukkan bahwa dari hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan pendapatan sangat tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan pendapatan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10 orang (27,8%)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 55
dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 5 orang (13,9%). Tabel 7.15 Hubungan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah Hubungan Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan P value Lahir Rendah No Variabel BBLR BBLSR Total 1. Pemeriksaan N % N % N % ANC Tinggi 20 55,6 4 11,1 23 63,9 0.001 Rendah 3 8,3 9 25,0 13 36,1 Total 23 63,9 13 36,1 36 100 Berdasarkan tabel 7.15 menunjukkan bahwa dari hubungan antara pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 20 orang (55,6%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 4 orang (11,1%). Sedangkan responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil rendah yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 9 orang (25,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,001 < 0,05 (nilai α) berarti ada hubungan yang bermakna antara DISKUSI Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai nutrisi responden tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai nutrisi rendah sebanyak 31 responden (86,1%). Sedangkan hubungan antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value 0,194 < 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan oleh Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir” mengemukakan bahwa statusgiziibudapat diukur melaluitinggibadan, indeks massa tubuh (IMT) prahamil,pertambahanberat badan selama kehamilan, dan kadar Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 56
hemoglobin(Hb) ibu.Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan secara langsung mempengaruhi berat badan lahir dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lainstatus gizi pra hamil dan faktor sosiodemografi .Beberapa penelitian diIndonesia menyatakan berat badan pra hamil yang rendah berkorelasi dengan pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pendidikan responden tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai pendidikan menengah sebanyak 20 responden (55,6%). Sedangkan hubungan antara pendidikan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value 0,115 < 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan oleh Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir” mengemukakan bahwa penelitian ini justru tidak menemukan adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah. Uji chi square dan uji korelasi regresi menunjukkan hal yang sama. Sekitar 88,14% responden pada penelitian ini merupakan ibu dengan tingkat pendidikan diatas Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut disebabkan oleh tempat penelitian berada didaerah perkotaan, sehingga akses terhadap pendidikan tidak sesulit dipedesaan. Tingkat pendidikan yang homogeny mengurangi variasi data. KESIMPULAN Distribusi frekuensi dari 7 faktor yang meliputi, mayoritas pengetahuan rendah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas nutrisi rendah yaitu 31 orang (86,1%), mayoritas usiayang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun) yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas paritasresiko rendah yaitu 26 orang (72,2%), mayoritas tingkat pendidikan menengah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas sosial ekonomi pendapatan tinggi (Rp 2.500.000 s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%), mayoritas pemeriksaan kesehatanibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%). Berdasarkan hasil uji bivariat terhadap 7 faktor yang diteliti (pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia, paritas, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan pemeriksaan kesehatan ibu hamil) dengan uji chi-square 6 faktor menunjukkan tidak adanya hubungan yaitu, pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia, paritas, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi, sedangkanpemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah faktor yang
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 57
DAFTAR PUSTAKA 1. Kuswandani, Ana. 2011. Kehamilan Yang Sehat. Jakarta : PT.Mitra Media Publisher. 2. Kumalasari, Intan. 2012. Kesehatan Reproduksi. Palembang : Salemba Medika. 3. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta : PT.Bina Pustaka. 4. Rahayu Ningtyas, Kartika. 2011. Faktor-Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Bandung : Majalah Keperawatan Volume 12 No.2. Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran. 5. Yeyeh, Ai. 2011. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media. 6. Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 58
HUBUNGAN KEHILANGAN PASANGAN HIDUP (PROSES GRIEVING) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN LANSIA DESA CILONGOK TANGERANG Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Sinta Dewi*, Siti Nurhayati*, Sunarti*, Taufik Rana Mulyadin* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Kehilangan pasangan hidup tidak dapat dicegah, (karena ditinggal cerai maupun ditinggal meninggal pasangan hidupnya) sehingga muncul berbagai peran baru dan status baru, serta berbagai kekurangan yang akan dijalani sehari-hari. Kecemasan merupakan suatu gangguan suasana hati dimana induvidu merasa tidak bahagia karena mengalami perubahan yang cukup signifikan pada masa lanjut usia. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berpengaruh dalam kehidupan lansia pada masa tuanya yaitu salah satunya adalah kecemasan lansia. Menurut (Cartensen, Gilford, dalam Papalia, 2008) pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya, emosi, problem solving, keuangan, maupun pengasuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel dengan mengunakan total sampling dalam penelitian ini berjumlah 70 orang responden (Sugiono, 2007). Tehnik yang digunakan untuk pengambilan data adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian analisa data menggunakan uji chi-square dan menghasilkan nilai p value = (0,013 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada distribusi yang bermakna antara hubungan tingkat kecemasan lansia terhadap kehilangan pasangan hidup sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. Kata Kunci:Lansia, Kehilangan Pasangan Hidup, Kecemasan. PENDAHULUAN Kehilangan (Loss) dan berduka merupakan suatu bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 59
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga muncul perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan pengelaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa saja tanpa kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau tidakdiharapakan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Depsos RI, 2004). Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan bahwa Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Sementara di Kabupaten Tangerang jumlah lansia Pada tahun 2010 Pra dan Lansia di desa adalah 412. 587 orang. Jumlah ini naik bila dibandingkan dengan tahun 2009 (298.673 orang). Jumlah Pra Lansia yang diperiksa di Posbindu adalah sebanyak 272.625 orang (Tahun 2010) dan sebanyak 183.082 orang (pada tahun 2009), hal ini menggambarkan adanya peningkatan dibandingkan pada tahun 2009. Sementara usia harapan hidup lansia masyakat di Kab. Tangerang setiap tahunnya ada peningkatan. Pada tahun 2011 sampai 2012 terdapat 65,5 % usia harapan hidup lansia dan pada tahun ini meningkat menjadi 66,5 % di karenakan adanya kesadaran masyarakat yang cukup baik dalam menjaga kesehatan dan pemeriksaan kesehatan di posbindu yang telah tersebar secara merata di kab. Tangerang, Sumber (Dinkes Kab. Tangerang 2009-2012). TUJUAN Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013 METODE PENILITIAN Dalam penelitian mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia di desa cilongok tangerang tahun2013peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif variabel (Nursalam, 2011). Berdasarkan teori tersebut maka penelitian ini mengunakan data correlatian yang bertujuan untuk
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 60
mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel yaitu data diperoleh melalui analisis skor jawaban pada skala sebagaimana adanya. HASIL PENILITIAN Tabel 8.1 Nilai Rerata Usia Pada Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013 Statistics Variabel n Minimum Usia 70 60 Lansia
Maximum 85
Mean Median 68,86 67,00
95% CI 62,25-70,47
Berdasarkan Tabel 8.1 Hasil analisis yang didapatkan dari 70 orang responden usia lansia minimum 60 tahun, makximum 85 tahun, nilai mean atau rata-rata usia lansia adalah 68,86 tahun (95% CI: 67,25-70,47), dengan nilai median 67,00. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia lansia adalah antara 67,25 sampai dengan 70,47 tahun. Tabel 8.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lama Ditinggal Pasangan Hidup Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013 Kabupaten Tangerang April 2015 ( n70 ). Variabel Jumlah Persentase (%) Jenis Klamin Laki-laki 27 38,6 Perempuan 43 61,4 Total 70 100.0% Lama ditinggal Pasangan Hidup 1-12 bulan 38 54,3 13-24 bulan 32 45,7 Total 70 100.0% Berdasarkan Tabel 8.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin lansia dari 70 orang responden yang didapat 27 orang responden (38,6%) lansia laki-laki dan lansia perempuan sebanyak, 43 orang responden (61,4%). Dan lama ditinggal pasangan hidup pada lansia dengan rentang rata-rata 1-12 bulan 38 orang responden presentase (54,3%) dan rentang rata-rata 13-24 bulan 32, orang responden presentase (45,7%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 61
Tabel 8.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kehilangan Pasangan Hidup (Proses Grieving) Dan Tingkat Kecemasan Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013 Variabel Jumlah Persentase (%) Kehilangan Pasangan Hidup Tidak Kehilangan 27 38,6 Kehilangan 43 61,4 Total 70 100,0 Tingkat Kecemasan Cemas Ringan 25 35,7 Cemas Berat 45 64,3 Total 70 100,0 Berdasarkan tabel 8.3 diatas dari 70 responden lansia yang mengacu pada definisi operasional didapat dari hasil pengolahan data maka untuk kehilangan pasangan hidup, sebanyak 27 responden (38,6%) lansia tidak mengalami kehilangan pasangan hidup, sedangkan untuk lansia yang mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak 43 orang responden (61,4%), untuk tingkat kecemasan lansia yaitu, ada cemas sebanyak 25 orang responden (35,7%) sedangkan untuk tidak cemas sebanyak 45 orang responden (64,3), Tabel 8.4 Hubungan Kehilangan Pasangan Hidup (Proses Grieving) Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia Di Desa cilongok tangerang tahun2013 Tingkat Kecemasan Lansia Variabel Kehilangan Pasangan Hidup
Tidak Kehilangan
Cemas Ringan
Cemas Berat
Jumlah (n)
Jumlah (n)
f (%)
OR (95% CI)
Total
Pvalue
f Jumlah f (%) (n) (%) 4,125
15
21,4
12
32,3
27
35,7
Kehilangan
10
14,3
33
47,1
43
61,4
Total
25
35,7
45
64,3
70
100,0
0,013 (1,46111,643)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 62
Berdasarkan tabel 8.4 Hasil analisis hubungan antara kehilangan pasangan hidup (proses grieving) terhadap tingkat kecemasan lansia diperoleh bahwa sebanyak 12 orang responden dengan presentase (17,1%) lansia yang tidak kehilangan pasangan hidup mengalami kecemasan berat, sedangkan diantara lansia yang kehilangan pasangan hidup ada sebanyak 33 orang responden dengan presentsae (47,1%), lansia mengalami kecemasan berat. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chisquare diperoleh hasil secara statistik bahwa nilai signifikannya adalah p value = < 0,05 dari hasil p value= 0,013 sehingga memiliki arti hubungan yang signifikan antara kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. DISKUSI Jumlah lansia yang mengalami kecemasan lebih besar pada umur 60-74 tahun yaitu (69,5%) memiliki faktor resiko untuk terjadinya kecemasan maupun gangguan depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang menurun dan melemah ini membuat presentase penderita kecemasan terbanyak pada usia 60-74 tahun. Sedangkan usia 75-90 tahun jumlahnya relatif lebih kecil. Lansia yang berusia lebih dari 75 tahun lebih bisa iklas menajalani kehidupan, lebih pasrah dalam menghadapi berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia seseorang semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan (Handayani, 2009). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kehilangan pasangan hidup (proses grieving) merupakan salah satu penyebab kecemasan pada lanjut usia sehingga diharapkan para lanjut usia di Desa cilongok tangerang tahun2013dapat membangunkan persepsi yang lebih positif terhadap kehilangan pasangan hid KESIMPULAN Berdasarkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia, mengetahui distribusi frekuensi kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia setelah kehilangan pasangan hidup, mengetahui distribusi tingkat kecemasan lansia dan mengetahui hubungan kehilangan dengan tingkat kecemasan, di desa blukbuk kecamtan kronjo kab. Tangerang tahun 2015. Kehilangan pasangan hidup pada lansia dari 70 orang responden, lansia yang tidak mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak 27 orang responden (38,6%) sedangkan yang mengalami kehilangan pasangan hidup
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 63
sebanyak 53 orang responden (61,4%) yang mengalami kehilangan terhadap pasangan hidup. Tingkat kecemasan lansia di dapat dari hasil pengolahan data maka untuk kecemasan pada lansia dari 70 orang responden sebanyak 25 orang responden (35,7%) mengalami cemas ringan sedangkan cemas berat sebanyak 45 orang responden (64,3%). DAFTAR PUSTAKA 1. Agung. (2002) Pengaruh Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat Kecemasan Di Panti Werdha Pasar Rebo Jakarta Timur. Depok : Fakultas Keperawatan UI. 2. Aziz Alimul Hidayat. 2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi Ke 2. Jakarta : Salemba Medika. 3. Carolina R dkk. (2008) Penyesuaian Diri Terhadap Hilangnya Pasangan Hidup Pada Lansia. Skripsi ; Fakultas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Efendi, F. Mahmudin, (2009). Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika. 5. Fredy, W,Setya, Rannni, S, Merli 2006. Persepsi Terhadap Kematian Dan Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Mecu Buana Yogyakarta. 6. Jaya, Hasrat, & Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik Catatan Ke. Pustaka As Salam : Jakarta. 7. Kaplan, H. I Dkk. (2010) Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Klinis. Tangerang. Binarupa Aksara.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 64
HUBUNGAN RASA CEMAS PASEIN GAGAL GINJAL DENGAN KOMPLIKASI AKUT SAAT PROSES HEMODIALISA DI RUANGAN HEMODIALIS RSU KABUPATEN TANGERANG Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Rahmat Ilahi*, Ratih Novita Sari*, Riadina widia astanti*, Sabil* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the national kidney foundation (NKF) mendefinisikan penyakit ginjal kroniksebagai kerusakan pada parenkim ginjal dengan penurunan glomerular filtration rate (GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73 m2 selama atau lebih dari 3bulan dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penanganan yang sering dilakukan adalah Hemodialisa, pada perkembangannya Hemodialisa selalu menimbulkan Efek samping yang menimbulkan rasa cemas pada Pasien saat Hemodilisa.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan rasa cemas Pasien dengan Komplikasi akut pada saat proses Hemodialisa di Ruangan HD RSU Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini mengambil Populasi 104 dengan sampel 51 orang, menggunakan rumus Chi-Square. Hasil penelitian ini Dengan hasil p-value adalah 0,000 maka nilai α = 0,05 artinya pvalue < αatau0,000 < 0,05 maka ada hubungan bermakna. Sehingga hasil tersebut dapat diterjemahkan kedalam hipotesa operasional dimana Ho ditolak dan Ha Diterima.Dengan hasil tersebut maka dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara Rasa Cemas Pasien dengan Komplikasi Akut Saat Proses Hemodialisa Di Ruangan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang. Kata Kunci : Rasa Cemas Pasien dan Komplikasi Akut Saat Proses Hemodialisa. ABSTRAC The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) define the chronic kidney disease as a damage in kidney parenchyma together with the down glomerular filtration rate (GFR) less than 60 ml/min/1,73 m2 during or more than three months and in general will end with kidney disability. The ever handing of this hemodyalisis and the improvement of Hemodyalisis always take side effect and the patient will anxiety during
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 65
hemodyalisis.This research aim to analyze the correlation with anxiety patient and followed acute situation when hemodyalisis is being performed at hemodyalisis room at general hospital of Tangerang. In this research with taking 104 population and the sample of 51 persons by using chi-square methode. Result of this research with pvalue is 0,000 so the value of α = 0,05 is means p-value< α or 0,000 < 0,05 and it’s mean the worth correlation. Until the result could be translated into operational hypotesa when Ho refused an Ha accepted. This result means that there is significant correlation between anxiety patient with acute complications during hemodyalisis process at hemodyalisis room of Tangerang district general hospital. Password : patient anxiety and acute complications during the process of hemodyalisis PENDAHULUAN Cemas Merupakan suatu keadaan psikologis pada pasien yang terjadi akibat kurangnya informasi yang diterima, sehingga merasa buta dan tidak tenang terhadap proses yang akan di hadapi di depannya. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa memerlukan upaya penyesuaian dan penanganan agar individu adaptif. Jika individu mempunyai koping yang efektif maka kecemasan akan diturunkan dan pasien tau jika dia akan merasakan komplikasi akan terjadi dan menyerang sehingga pasien cepat memberitahukan kepetugas medis jika dia mengalami komplikasi saat hemodialisa berlangsung, sehingga komplikasi yang terjadi bisa cepat teratasi dan tidak sampai terjadi komplikasi yang berat. Tapi jika koping tidak efektif atau gagal maka keadaan tegang akan meningkat, ketidakseimbangan akan terjadi, komplikasi saat proses hemodialisa tidak cepat diketahui pasien sehingga terjadi komplikasi yang berat, serta respon pikiran dan tubuh akan meningkat berupaya untuk mengembalikan keseimbangan. Untuk itulah perlu adanya pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan dalam menghadapi komplikasi yang akan terjadi. Perawat berperan mengelola kecemasan saat terjadi komplikasi dengan mengembangkan koping yang efektif, menciptakan lingkungan yang terapeutik, melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien, serta mencantumkan dalam intervensi keperawatan dengan harapan pasien adaptif dan kualitas hidupnya meningat. TUJUAN Untuk mengetahui hubungan rasa cemas dengan komplikasi akut yang terjadi pada saat proses Hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Tangerang.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 66
METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan yakni dengan metodologi kuantitatif. Dengan jenis desain penelitian Cross Sectional dimana dilakukan pengumpulan data dan pengambilan kesimpulan penelitian yang terjadi sekarang. Penelitian cross sectional adalah desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma Kelana Kusuma, 2011). Peneliti menggunakan pendekatan Cross Sectional karena penelitian ini bermaksud mengidentifikasi ada/tidaknya hubungan variable dependen terhadap variable independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur berupa kuesioner. HASIL PENELITIAN Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Rasa Cemas Yang di Hadapi Pada Pasien Pada Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.
Katagori Frekuensi Percent Tidak Cemas 3 5,9 Cemas Ringan 20 39,2 Cemas Sedang 20 39,2 Cemas Berat 8 15,7 Total 51 100 Dari tabel diatas dijelaskan bahwa terdapat 9.1 katagori yang menjadi landasan hasil penelitian sementara pada skripsi diwabah ini, dengan ketentuan dimana terdapat 15,7% (8 sampel) merupakan mengalami masalah keecemasan berat, dan terdapat 20 sampel (39,2%) mengalami masalah kecemasan sedang, yang memerlukan penanganan yang serius agar proses Hemodilasi dapat berjalan dengan baik. Tabel 9.2 Distribusi Frekuensi Komplikasi Akut Yang di Hadapi Pasien Pada Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang. Katagori Frekuensi Percent Tidak Ada Komplikasi 16 31,4 Komplikasi 35 68,6 Total 51 100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 67
Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa pasien mengalami komplikasi pasien Hemodialisa sebanyak 35 orang (68,6%), dengan kata lain terdapat banyak yang merasakan komplikasi pada saat proses hemodialisa berlangsung. DISKUSI Hasil penelitian ini menunjukkah bahwa kondisi rasa cemas pasien pada saat Proses hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang, dan Komplikasi yang dirasakan (bermasalah) sehingga menimbulkan kecemasan pada pasien, dari data tersebut didapatkan bahwa terdapat 35 orang sampel (68,6%) yang merasakan komplikasi pada saat hemodialisa dan menganggap hal tersebut menjadi masalah, dan 16 orang sampel (31,4%) menganggap walau ada komplikasi dirasakan tetapi tidak sebagai masalah, Sedangkan kecemasan yang dihadapi pada saat Hemodialisa diketahui 3 orang sampel tidak merasa cemas (5,9%), 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas ringan, sebanyak 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas sedang, dan 8 orang (15,7%) mengatakan cemas berat. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien yang merasakan komplikasi akut pada saat Hemodialisa sebesar 35 orang sempel (68,6%) dan pasien dengan tidak merasakan komplikasi pada saat Hemodialisa sebesar 16 orang sampel (31,4%) yang dilakukan penelitiannya pada bulan Septerber 2015. Dan Hasil penelitian juga ditemukan bahwa pasien yang merasakan Kecemasan sedang pada saat Hemodialisa sebesar 20 orang sempel (39,2%) dan pasien dengan kecemasan berat pada saat Hemodialisa sebesar 8 orang sampel (15,7%) yang dilakukan penelitiannya pada bulan Septerber 2015. DAFTAR PUSTAKA 1. Alang, 2009, Jurnal Komplikasi Pada Saat Hemodialisa, Jakarta, Balai Penerbit, FK UI. 2. Barbara C. Long, 2008, Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol 2, Media Ekspres, Jakarta. 3. Doenges M, 2009, Asuhan Keperawatan vol 7, EGC, Jakarta. 4. Joyce M. Balck and Jane Hokenson Hawks, 2014, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Buku 2 Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Pentasada Media Edukasi. 5. Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka Cipta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 68
HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES TENTANG DIABETES MELITUS TERHADAP DIET DIABETES DI PUSKESMAS KOTABUMI Ns. Ayu Pratiwi S.Kep**, Desi Mardalinah*, Elistiani*, Gayanti MP*, Gunita* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008). Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang dibetes melitus terhadap diet diabetes di puskesmas kotabumi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain deskriptif crossectional dengan potong lintang (crosstabulation), dimana ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes. Dengan data demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, dan pendidikan. Dari hasil yang didapat nilai OR 1.409, maka responden yang memiliki pengetahuan lebih baik akan melakukan diet diabetes 1.409 kali lebih baik dari pada yang memiliki pengetahuan kurang p-Value 0.947 > α (0.05), maka Ho diterima maka tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien diabetes tentas diabetes mellitus terhadap diet diabetes. Disarankan kepada masyarakat supaya meningkatkan upaya hidup sehat seperti makan-makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, beraktifitas yang cukup agar terhindar dari terjadinya penyakit diabetes mellitus. Kata kunci : pengetahuan, diabetes, diet diabetes ABSTRACT Diabetes is a disease because the body is unable to control the amount of sugar, or glucose in the bloodstream. This leads to hyperglycemia, a condition in which high blood sugar are already endangering (Setiabudi, 2008). The purpose of this research is to know the relationship of knowledge about diabetes mellitus patients with diabetes to diabetes diet in health centers Kp. East Malay district. Kotabumi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 69
The method used in this study is a cross-sectional descriptive design with cross sectional (crosstabulation), which could indicate the presence or not the relationship of knowledge about diabetes mellitus diabetes patients on the diabetic diet. With demographic data consisting of gender, age, and education. From the results obtained OR value 1,409, the respondents who have a better knowledge will conduct a diabetic diet 1,409 times better than who have less knowledge of p-Value 0.947> α (0:05), then Ho is accepted then there is no relationship between the knowledge of diabetic patients tentas diabetes mellitus against diabetes diet. Suggested to the public in order to improve efforts to live a healthy life-like eating nutritious foods, avoiding smoking, activity sufficient to avoid the occurrence of diabetes mellitus. Keywords: knowledge, diabetes, diabetes diet PENDAHULUAN Tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu baru 50% penderita sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3 kecuali di Manado yang cendrung lebih tinggi yaitu 6,1% (Herlambang, 2013). Pola hidup masyarakat saat ini harus diakui sangat praktis, terlebih untuk pola makan. Masyarakat dimanjakan dengan berbagai jenis makanan yang sangat cepat untuk disajikan dan bahkan instan. Ditambah dengan jenis makanan dari mancanegara yang menurut generasi sekarang disebut dengan modern. Diet merupakan kebiasaan dalam jumlah dan jenis makanan dan minuman yang dimakan seseorang dari hari ke hari, terutama makanan yang telah dirancang untuk memperbaiki kebutuhan individu yang spesifik mencangkup atau tiak mencangkup makanan tertentu. Diet diabetes merupakan diet yang dianjurkan bagi penderita diabetes biasanya terbatas jumlah gulanya atau karbohidrat yang mudah diserap (Dorland, 2012). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes terhadap diet diabetes di puskesmas kotabumi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 70
TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pasien diabetes tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas kotabumi. METODE Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossectional dengan potong lintang (crossstabulation) dan tipe chi-square. Dimana chi-square adalah untuk mengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kotabumi. HASIL PENELITIAN Tabel 10.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di puskesmas kotabumi Jenis kelamin
Frekuensi
Percent
Laki-laki 31 51.7 Perempuan 29 48.3 Total 60 100.0 Distribusi frekuensi jenis kelamin dari 60 responden, didapat responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki ada 31 orang (51,7%), responden yang mempunyai jenis kelamin perempuan ada 29 orang (48,3%). Tabel 10.2 Distribusi frekuensi usia responden di puskesmas Kotabumi Usia
Frekuensi
Percent
< 45 tahun 13 21.7 > 45 tahun 47 78.3 Total 60 100.0 Distribusi frekuensi usia dari 60 responden didapat responden yang mempunyai usia > 45 tahun 13 orang (21.7%), responden yang berusia > 45 tahun 47 orang (78,3%). Tabel 10.3 Distribusi frekuensi pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas kotabumi. Pengetahuan diabetes Frekuensi Percent Kurang 21 35.0 Sedang 21 35.0 Baik 18 30.0 Total 60 100.0
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 71
Distribusi frekuensi untuk pengetahuan pasien diabetes melitus tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes. Terlihat bahwa reponden yang memiliki pengetahuan tentang diabetes mellitus kurang sebanyak 21 (35,00%) responden, yang memiliki pengetahuan tentang diabetes mellitus sedang sebanyak 21 (35,00%) responden, dan yang memiliki pengetahuan tentang diabetes melitus baik sebanyak 18 (30,00%) responden. Tabel 10.4 Distribusi frekuensi diet diabetes di puskesmas Kotabumi Diet diabetes Frekuensi Persent Kurang 21 35.0 Sedang 22 36.7 Baik 17 28.3 Total 60 100.0 Distribusi frekuensi untuk diet diabetes untuk diet diabetes. Terlihat bahwa responden yang melakukan diet diabetes kurang 21 respon (35,00%), yang melakukan diet diabetes sedang 22 responden (36,67%), yang melakukan diet diabetes baik 17 responden (28,33%). Tabel 10.5 Crosstabulation berdasarkan pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas Kotabumi Tingkat OR Diet diabetes mellitus pengetahu Total (95%) p Value Kurang Sedang Baik an CI Kurang
7
33,33 % 38,9 % 33,33 % 35%
9
42,85 5 23,8 21 100% % 1% Sedang 8 7 33,33 6 28,5 21 100% % 7% 1,409 0,947 Tinggi 6 6 33,33 6 33,3 18 100% % 3% Total 21 22 36,67 17 28,3 60 100% % 3% Diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang maka diet diabetes yang dilakukan kurang sebanyak 7 orang (33.33%), responden yang memiliki pengetahuan kurang yang melakukan diet diabetes secara sedang sebanyak 9 orang (42,85%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan melakukan diet diabetes secara baik sebanyak 5 orang (23.81%). Namun dari hasil Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 72
tabel diatas bahwa nilai yang didapat ada pada responden yang melakukan diet diabetes secara sedang yaitu sebanyak 8 orang (38.9%). Dan pada responden yang memiliki pengetahuan sedang dengan melakukan diet diabetes secara sedang yaitu sebanyak 7 orang (333.33%). Dan pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan melakukan diet diabetes secara baik yaitu 6 orang (33.33%). Hasil untuk responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan melakukan diet diabetes secara kurang sebanyak 6 orang (33.33%), sedangkan untuk responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan melakukan diet diabetes secara sedang sebanyak 6 orang (33.33%). Dan responden yang memiliki pengetahuan tinggi yang melakukan diet diabetes dengan baik sebanyak 6 orang (33.33%). Dari tabel didapatkan nilai OR 1.409, responden yang memiliki pengetahuan lebih baik akan melakukan diet 1.409 kali lebih baik dari pada memiliki pengetahuan kurang. Adapun hasil yang didapatkan dari uji chi-square bahwa p value 0,947 > 0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas Kotabumi.
DISKUSI Hasil penelitian terlihat perbedaan yang tidak signifikan karena jumlah laki-laki dan perempuan hampir sebanding. Ini menandakan bahwa faktor jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus. Dalam penelitian responden yang berumur ≥ 45 tahun ada sebanyak 47 orang (78.3%) sehingga bila dilihat teori dari perkeni maka terdapat kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan teori. Mayoritas responden berpengetahuan sedang dikarenakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu dorongan keluarga, motivasi diri, kedisiplinan dan lingkungan. Kemungkinan responden memiliki pengetahuan mayoritas sedang karena motivasi dalam dirinya untuk mempelajari diabetes kurang sehingga informasi yang didapat tentang diabetespun kurang. Faktor pengetahuan seharusnya akan mempengaruhi tindakan diet diabetes pada responden namun jika dilihat dari faktor yang lain yaitu sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dalam faktor predisposisi menurut Lawren Green, kemungkinan faktor tradisi dalam masyarakat mempengaruhi tindakan diet diabetes. Seperti yang diketahui bahwa tradisi masyarakat yang masih menganggap bahwa yang dikatakan sudah memenuhi jadwal makanan adalah jika seseorang makan nasi,
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 73
sedangkan jika makan kentang, ubi, ataupun roti belum dinamakan memenuhi jadwal makan. KESIMPULAN Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square dari nilai OR 1.409 didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan lebih baik akan melakukan diet 1.409 kali lebih baik dari pada yang memiliki pengetahuan kurang dan dapat nilai p Value> α (0,05) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan diabetes mellitus terhadap diet diabetes. DAFTAR PUSTAKA 1. Anandita. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus. Diaskes pada tanggal 19 April 2013 dari http://penatalaksanaan-diabetes-mellitus-html 2. Media, Trieks. 2009. Diabetes mellitus. PT Trieks Medika, Bandung 3. Mubarak. 2007. Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : Rineka Cipta 4. Notoadmojo. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta : Rineka Cipta 5. Waspadji dan sukarji. 2007. Pedoman diet diabetes mellitus. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 74
PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI KAMPUNG CILONGOK KEC.PASAR KEMIS TANGERANG Ns. Ria Setia Sari,S.Kep**, Desi Rohmayanti*, Geger RS*, Indah Tamaria*, Juita Aprilia* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum terjadi pada individu dewasa, gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu lansia baik ketika memasuki tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Salah satu upaya untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi. Respon relaksasi adalah salah satu teknik meditasi sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenagan hidup. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. Metode penelitian : deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia, teknik pengambilan sempel adalah dengan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data menggunakan analisi univariat dan bivariat. Hasil penelitian : ini menunjukkan nilai hitung p= 0,000 dimana nilai hitung < dari α = 0,05 dengan hipotesis Ho diterima artinya ada pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kp. Cilongok Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten tahun 2013. Penelitian ini direkomendasikan terutama pada lansia yang mengalami insomnia. Kesimpulan : karakteristik lansia yaitu jenis kelamin perempuan 36 orang (69,2%). Usia lansia terbanyak adalah usia 61-70 th sebanyak 22 orang (42,3%), tingkat pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat pendidikan lansia yang tidak tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%). Terdapat pengaruh relaksasi benton terhadap kejadian insomnia pada lansia. Kata kunci : Relaksasi benton, Insomnia, Lansia ABSTRACK Insomnia is a sleep disorder that most commonly occurs in adult individuals, and difficulty sleeping disorders often interfere elderly both when entering the firs stage of sleep or when going to sleep. One effort to overcome insomnia is the relaxation
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 75
method. The relaxation response is a simple meditation tchniques to cope with stress ada achieve peace of life. Pupose : to determine the effect on the insidence of insomnia benson relaxation of the elderly in Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. Researh method : deskriptif corelation. The population in this study is a family who has the elderly, the sampling technique is the total sampling with a sampel size of 52 respondents. Instruments used in the form of sheet questioner containing some questions. Analysis using univariate and bivariate analysis. The result : this shows the calculate p value = 0.000 where the count value < of α = 0.05 with the hypothesis Ho is accepted it means there benson relaxation effect on the incidence of insomnia in the elderly Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. The study recommended, especially in the elderly who experience insomnia. Conclusion : characteristic of the elderly femele gender 36 (69.2%), most elderly age is 61-70 years of age were 22 men (42.3%), education level of respondents older than 52 seniors who obtained education level did not finish school is a total of 17 respondents (32.7%). There is a relaxation effect on the insidence benson insomnia in the elderly. Keyword : Benson Relaxation, Insomnia and the elderly PENDAHULUAN Dengan meningkatnya jumlah lansia, maka akan meningkat juga permasalahan yang terjadi. Masalah sehari hari yang sering ditemukan pada lanjut usia yaitu; mudah jatuh, mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, pembengkakan kaki pada bagian bawah, nyeri pinggang, nyeri pada sendi panggul, sukar menahan air seni, sukar menahan buang air besar, gangguan pada ketajaman penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur dll. Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur juga dikenal sebagai sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius ganngguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering jatuh, penggunaan hipnotikyang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari (WHO).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 76
Metode relaksasi yaitu satu teknik dalam terapi prilaku untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi keteganggan dan kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah. Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang pengaruh relaxasi benson untuk efektifitas teknik relaksasi dapat memberikan kenyamanan pada saat tidur dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Oleh karena itu judul yang akan dibahas oleh peneliti adalah “Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat Keadaaan Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. TUJUAN Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat Keadaaan Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. METODE Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelitian ini klien dilakukan intervensi, sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi benson diukur kualitas tidur pada lansia. Penelitian dilakukan di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013 sampai dengan 13 September 2013. HASIL PENELITIAN Tabel 11.1 Distribusi frekuensi responden di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang Jumlah Persentase Distribusi frekuensi responden (n) (%) 1. Jenis Kelamin Lansi Laki-laki 16 30,8 Perempuan 36 69,2 Total 52 100 2. Usia Lansia 65-74 th 12 23,1 75-90 th 22 42,3 > 90 th 18 34,6 Total 52 100 3. Tingkat Pendidikan Tidak Tamat 17 32,7
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 77
SD 16 30,8 SMP 10 19,2 SMA 9 17,3 Total 52 100 Distribusi frekuensi jenis kelamin lansia, dapat dilihat bahwa frekuensi dari 52 responden lansia adalah laki-laki 16 orang (30,8%), kemudian lansia dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 36 orang (69,2%). Distribusi frekuensi usia lansia dari 52 responden, didapat usia terbanyak adalah usia 75-90 th sebanyak 22 orang (42,3%), sedangkan untuk usia > 90 th sebanyak 18 orang (34,6%), dan usia yang paling sedikit adalah usia 65-74 th sebanyak 12 orang (23,1%). Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat pendidikan lansia yang tidak tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%). Untuk jumlah lansia yang berpendidikan sampai tingkat SD adalah sebanyak 16 responden (30,8%), untuk pendidikan smp sebanyak 10 responden (19,2%) dan sisanya 9 responden (17,3%) dengan tingkat pendidikan SMA. Tabel 11.2 Distribusi kejadian tingkat insomnia pada lansia sebelum relaksasi benson di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013 sampai dengan 13 September 2013 (n=52) Tingkat insomnia
Jumlah (n)
Presentase
Ringan 16 30,8 Sedang 17 32,7 Berat 19 36,5 Total 52 100 Kejadian insomnia pada lansia dari 52 responden, sebelum melakukan relaksasi benson lansia mengalami insomnia ringan sebanyak 16 responden (30,8%), lansia yang mengalami insomnia sedang 17 responden (32,7%), lansia yang mengalami insomnia berat 19 responden (36,5%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 78
Tabel 11.3 Pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang Kejadian Insomnia Variabel Insomnia Insomnia Insomnia Total prelaksasi ringan sedang berat Value benton Jumlah Jumlah F Jumlah F Jumlah F F (%) (n) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Sebelum 16 30,8 17 32,7 19 36,5 52 100 Sesudah 41 78,8 11 21,2 0 0 52 100 0,000 Total 57 54,8 28 26,9 19 18,3 104 100 Pengaruh relaksasi benton terhadap tingkat insomnia pada lansia di KpCilongok Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten, didapatkan hasil bahwa terdapat 16 responden (30,8%) mengalami insomnia ringan, 17 responden (32,7%) mengalami insomnia sedang, 19 responden (36,5%) mengalami nsomnia berat sebelum dilakukan relaksasi benton, dan didapatkan 41 responden (78,8%) mengalami insomnia ringan, 11 responden (21,2%) mengalami insomnia sedang, 0 responden (0%) mengalami insomnia berat setelah dilakukan relaksasi benson. DISKUSI Dalam penelitian ini bahwa untuk tipe insomnia tidak dilakukan pengkajian mendalam. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Gin-gin sugiono (2012) dimana disimpulkan bahwa lansia yang untuk kejadian insomnia pada lansia dari 35 responden, sebanyak 14 responden (40%) lansia tidak mengalami insomnia, lansia yang mengalami insomnia ringan 10 responden (28,6%), yang mengalami insomnia berat sebanyak 8 responden (22,9%), dan yang mengalami insomnia sedang sebanyak 3 responden (8,6%). Hasil analisis bivariat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penerapan teknik relaksasi benson terhadap insomnia pada lansia. Dan juga yang diungkapkan widastara (2009) tentang teknik relaksasi progresif yang diberikan pada lansia dengan keluhan insomnia, menunjukkan persentase hasil penemuan setelah dilakukan relaksasi progresif keluhan insomnia sebanyak 13% menurunkan keluhan insomnia tingkat ringan dan presentase hasil penemuan sebanyak 86,7% menurunkan keluhan insomnia tingkat sedang.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 79
KESIMPULAN Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil secara statistik bahwa nilai signifikannya adalah 0,000 (0,000<0,05) artinya terdapat pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. DAFTAR PUSTAKA 1. Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Penerbit Salemba Medika 2. Beare dan Stanley. 2007. Buku ajar gerontik. Jakarta : penerbit buku kedokteran 3. Hardiwinoto. 2005. Asuhan keperawatan pada lansia. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 80
HUBUNGAN KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER II KEPERAWATAN DI STIKES YATSI TANGERANG TAHUN 2013 Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep**, desti rosalina*, febri astian r*, ilwan saferi*, ismi zumrotus.s* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri terhadap motivasi belajar. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan deskriptif korelasi. Dari hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan P value (0,001) < α (0,05), nilai OR = 7,1 yang berarti mahasiswa dengan konsep diri negatif memiliki peluang 7 kali untuk dapat mengalami penurunan motivasi belajar dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki konsep diri positif, dan hasil uji koefisien korelasi menunjukkan kekuatan korelasi cukup yaitu 0,452. Hasil penelitian diperkuat dengan pendapat bahwa semakin baik konsep diri yang dimiliki maka semakin tinggi motivasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu prestasi akademik yang tinggi (Panjaitan, 2001 dalam Prabawati, 2012). Dari hasil penelitian disarankan agar mahasiswa dapat menumbuhkan konsep diri yang baik. Kata Kunci : Konsep diri, Motivasi belajar ABSTRACT The self-concept is all forms of idea, opinion, feeling, belief, and establishment of individual known about himself and influence the individual in relation with their surroundings. This research aimed to determine the relationship self-concept with learning motivation.The research design used cross sectional and correlation descriptive. The result of research, shows there is meaningful or relevant relation between self-concept and learning motivation, using p value (0,001) < α (0,05), the value of OR is 7,1 it means that students with negative self-concept have 7 chance to decreased learning motivation than students with positive self-concept, the result of
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 81
correlation coefficient means sufficient correlation (0,452). Result of research reinforced by the opinion better self concept the higher motivation to achieve the goal of high academic achievement (Panjaitan, 2001 in Prabawati 2012). The result of research suggested that students can foster a good self-concept. Key words : Self Concept, Learning Motivation. PENDAHULUAN Pendidikan nasional dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kegiatan belajar pada dasarnya dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan kompleks. Ada berbagai macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada yang dianutnya. (Hamalik, 2008 dalam Mulyana, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Cecep Mulyana dalam Nursing Journal of Padjadjaran University di Akademi Keperawatan Kabupaten Subang tahun akademik 2009 pada mahasiswa tingkat 1 diperoleh hasil analisis mengenai motivasi belajar pada responden di Akper Pemkab Subang, dari 97 mahasiswa 40,2% (39 mahasiswa) memiliki motivasi belajar yang baik, sedangkan sisanya yaitu 59,8% (58 mahasiswa) memiliki motivasi belajar yang kurang. Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor intrinsik atau faktor yang melekat dalam diri individu seperti psikologi individu. Setiap manusia memiliki psikologi yang berbeda termasuk dalam hal perilaku maupun cara pandang seseorang terhadap dirinya, masalah serta lingkungannya. Cara seseorang memandang maupun menilai semua hal yang ada pada dirinya baik fisik, kemampuan, maupun emosional disebut konsep diri terhadap motivasi belajar. TUJUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsep diri terhadap motivasi belajar pada mahasiswa semester II keperawatan di STIKes YATSI Tangerang.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 82
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak semua objek penelitian harus diperiksa pada hari atau saat yang sama tetapi baik variabel bebas maupun variabel terikat dinilai hanya satu kali saja (Sastroamoro, 2008 dalam Firdaus, 2013). HASIL PENELITIAN Tabel 12.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Individu Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013. Karakteristik Usia
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Persentase
1.Remaja Madya 25 (15-18 tahun) 2.Remaja Akhir 38 (19-21 tahun) Total 63
39,7%
1. Laki-laki
11
17,5%
2. Perempuan
52
82,5%
63
100,0%
Total
60,3% 100,0%
Data distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa usia rata-rata berada pada rentang usia remaja akhir yaitu 19-21 tahun sebanyak 38 orang (60,3%), sedangkan untuk rentang usia remaja madya (1518 tahun) didapatkan data sebanyak 25 orang (39,7%). Data yang didapatkan untuk jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (17,5%), sedangkan jenis kelamin perempuan yaitu 52 orang (82,5%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 83
Tabel 12.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Konsep Diri Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013 Konsep Diri
Jumlah Responden
Persentase
Negatif Positif Total
36 27 63
57,1% 42,9% 100,0%
Berdasarkan tabel 2 diketahui dari 63 responden, didapat responden yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 36 orang (57,1%) dan terdapat 27 orang (42,9%) responden yang memiliki konsep diri positif. Tabel 12.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013 Motivasi Belajar Kurang Baik Baik Total
Jumlah Responden 35 28 63
Persentase 55,6% 44,4% 100,0%
Data distribusi frekuensi motivasi belajar berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil 35 responden (55,6%) memiliki motivasi belajar kurang baik, sedangkan untuk motivasi belajar baik terdapat 28 responden (44,4%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 84
Tabel 12.4 Crosstab Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013 Motivasi Belajar Konsep Diri
Kurang Baik n
Negatif
27
% 42,9%
Baik
n 9
Odds Rasio (OR) CI 95%
Total
%
n
14,3%
%
36
57,1%
Positif
8
12,7% 19
30,2%
27
7,1 42,9% (2,32821,809)
Jumlah
35
55,6% 28
44,4%
63
100,0%
P Value
0.001
Hasil analisis tabulasi silang (crostabulation) pada tabel 5, menunjukkan hubungan konsep diri dengan motivasi belajar. Diketahui dari 36 mahasiswa (57,1%) memiliki konsep diri negatif, sebanyak 27 mahasiswa (42,9%) diantaranya memiliki motivasi belajar kurang baik dan sedikitnya 9 mahasiswa (14,3%) memiliki motivasi belajar yang baik. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh mahasiswa yang memiliki konsep diri positif, diketahui dari 27 mahasiswa (42,9%) memiliki konsep diri positif, sebanyak mahasiswa 19 (30,2%) diantaranya memiliki motivasi belajar yang baik dan 8 mahasiswa (12,7%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik. Tabel 12.5 Hasil Koefisien Korelasi Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang KonsepDiri MotivasiBelajar Pearson Correlation KonsepDiri Sig. (2-tailed) N Pearson MotivasiBelajar Correlation Sig. (2-tailed)
1
.452**
63 .452**
.000 63 1
.000
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 85
N 63 63 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel 12.5 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara konsep diri terhadap motivasi belajar dengan korelasi cukup sebesar 0,452. Tabel 12.6 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisiensi ±0,00-0,199 ±0,20-0,399 ±0.40-0,599 ±0.60-0,799 ±0,80-1,00 (Sugiyono, 2012)
Tingkat Hubungan Korelasi sangat rendah Korelasi sedang Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat
DISKUSI Hasil analisis data distribusi frekuensi untuk motivasi belajar, dari 63 responden didapatkan 35 mahasiwa (55,6%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik, dan 28 mahasiswa (44,4%) memiliki motivasi belajar yang baik. Mengacu pada teori bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan temanteman. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain (Suliswati, 2005). Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan seseorang karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai komputer mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang termasuk dorongan atau motivasi dalam belajar (Ely, 2013).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 86
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa, Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu 52 responden (82,5%). Profesi keperawatan yang didominasi kaum perempuan disebabkan karena sikap dasar perempuan yang identik sebagai sosok yang ramah, sabar, telaten, lemah lembut, berbelas kasih, dan gemar bersosialisasi (Dauglas, 1994 dalam Rahajeng, 2011). Konsep diri mahasiswa mayoritas memiliki konsep diri negatif yaitu sebanyak 36 orang (57,1%). Banyaknya mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif dikarenakan setiap individu berbeda dalam menginterpretasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Euis, Karwati dan Donni Juni. (2014). Manajemen Kelas (Classroom Management). Bandung : Alfabeta 2. Firdaus, A.N, dkk. (2013). Konsep Diri dan Motivasi Belajar. http://jurnal.akper17.ac.id. Jurnal Akademi Keperawatan Karanganyar 3. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Universitas Indonesia: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. Herri, dan Namora. (2011). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta : Kencana 5. Solihin, Muhamad. (2011). Skripsi Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Tekanan. http://repository.uinjkt.ac.id/. Skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta. 6. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 7. Sukmadinata, Nana S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 87
HUBUNGAN MOTIVASI IBU MEMBAWA BALITA KE POSYANDU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI BALITA DI PUSKESMAS JATIUWUNG TANGERANG TAHUN 2013 Ns.Katrin Agustina,S.S.Kep**, wulandari*, angga supriatna*, abdul khilik*, amrilka wahyuni* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Semua bayi sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupannya. Karena imunitas yang dihasilkan mungkin tidak menetap lama maka perlu dilakukan imunisasi ulangan pada waktu anak masuk sekolah dan sekali lagi setelah anak berumur sepuluh tahun atau sebelas tahun (Dirjen PP & PL Depkes RI, 2006).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi ibu membawa balita dengan kelengkapan status imunisasi balita. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dengan cara mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel bebas (kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat (motivasi ibu membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara bersamaan dan bersifat sesaat. Dalam penelitian ini melibatkan 125 responden. Teknik yang digunakan untuk pengambilan data adalah dengan kuota (quota sampling). Hasil Penelitian analisa data menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa dari 3 karakteristik motivasi internal yang diteliti yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan, hanya umur ibu yang tidak memiliki hubungan bermakna dengan Kelengkapan Imunisasi Balita dimana p-value = 0,274 < OR = 2,019, pendidikan (p = 0,021 dan OR = 3,889), dan pekerjaan p = 0,012 dan OR = 4,364. Dan apabila dilihat dari motivasi ekternal semua variabel (budaya/mitos, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan jarak/tempat), memiliki hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi balita. Budaya/mitos p = 0,000 < OR = 14,344, jarak p = 0,047
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 88
pekerjaan, pengaruh budaya/mitos, dukunga keluarga, dukungan petugas kesehatan dan jarak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelengkapan imunisasi balita. ABSTRAK All babies are fully immunized before the first year of life. Due to the resulting immunity may not remain longer it is necessary to repeat immunization at the time the child goes to school and again after a ten-year-old child or eleven Dirjen PP & PL Depkes RI, 2006).. The purpose of this study was to determine the relationship of maternal motivation carrying a toddler with a complete infant immunization status. Methods This study uses a quantitative approach to the cross-sectional design by studying the correlation between how independent variable or variables (completeness immunization) with the dependent variable or dependent variable (motivation mother carrying a toddler) where time is used to analyze simultaneously and is instantaneous. In this study involving 125 respondents. The technique used for collecting data is the quota (quota sampling). Results of data analysis using the chisquare test showed that the internal motivation of the three characteristics studied were age, education, and employment, only the mother's age who do not have a significant relationship with the Toddler Immunization Completeness where p-value = 0.274
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 89
salah satu lembaga yang paling tepat, karena keberadaannya sudah cukup lama dan terbukti berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pemberantasan penyakit menular dan lainlain, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (kementrian kesehatan RI, 2006). Cakupan imunisasi bayi Dinas Kesehatan jatiuwung tangerang tahun 2013menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Kabupaten dari 274.795 orang bayi yang menjadi sasaran, bayi yang mendapat imunisasi BCG sebesar 225. 847 orang (82, 31%), DPT I sebesar 195.161 orang (71,02%), DPT II sebesar 171.216 (62, 31%), DPT III sebesar 165.611 (57,63%), Polio sebesar 144.301 orang bayi (52,51%), Campak sebesar 220.751 orang (80,33%) dan hepatitis sebesar 137.403 orang bayi (50%). Faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi pada suatu daerah, baik itu dari masyarakat maupun petugas kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi misalnya, pengetahuan ibu untuk mengimunisasikan bayinya, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Sikap yang positif dapat menjadi faktor predisposing atau pencetus yang menyebabkan ibu membawa bayinya imunisasi. Keterjangkauan tempat pelayanan imunisasi sangat berpengaruh kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi sehingga mereka membawa bayinya mengikuti program imunisasi. TUJUAN Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi ibu membawa balita ke posyandu dengan kelengkapan imunisasi balita. METODE PENILITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dengan cara mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel bebas (kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat (motivasi ibu membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara bersamaan dan bersifat sesaat.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 90
HASIL PENELITIAN Tabel 13.1 Distribusi Frekuensi Faktor Motivasi Internal Ibu Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun 2013 NO Variabel frekuensi Persentase 1 Umur Dewasa Muda : 16-35 45 72,6 Dewasa Tua : 36-45 17 27,4 2 Pendidikan Dasar (SD, SMP) 40 64,5 Menengah dan Tinggi (SMA, PT) 22 35,5 3 Pekerjaan Bekerja 30 48,4 Tidak Bekerja 32 51,6 Tabel 13.1 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi internal ibu balita di posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten jatiuwung Variabel umur ibu dikategorikan dewasa muda 16-35 tahun dan dewasa tua 36-45 tahun,diketahui sebagian ibu yang dewasa muda 16-35 tahun, yaitu sebanyak 45 orang (72,6%), sedangkan ibu yang dewasa tua 36-45 tahun, yaitu Sebanyak 17 orang (27,4%). Tabel 13.2 Distribusi Frekuensi jatiuwung tangerang tahun 2013
NO 1
2
3
4
Variabel Pengaruh Budaya Tidak ada pengaruh Ada pengaruh Dukungan Keluarga Rendah Tinggi Dukungan Petugas Kesehatan Rendah Tinggi Jarak > 1 kilometer < 1 Kilometer
Faktor
Motivasi Eksternal Ibu Balita Di
Frekuensi
Persentase
35 27
56,5 43,5
27 35
43,5 56,5
21 41
33,9 66,1
32 62
51,6 48,4
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 91
Tabel 13.2 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi eksternal ibu balita di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013Variabel pengaru budaya/mitos dikategorikan tidak percaya dan percaya, sekor 0 untuk jawaban tidak percaya dan sekor 1 untuk jawaban percaya. Tabel 13.3 Distribusi Frekuensi Faktor puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013 Variabel
Kelengkapan Imunisasi Balita Di Frekuensi
Persentase
49
79,0
Imuninasi Kurang Lengkap
Lengkap 13 21,0 Tabel 13.3 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi internal ibu balita di posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten lebak. Dikategorikan Tidak lengkap, jika frekuensi imunisasi balita ibu < 80% (< 5 kali), dan lengkap, jika frekuensi imunisasi balita ibu > 80% (> 5 kali). Diketahui sebagian ibu yang mengimunisasi balita di Posyandu dengan lengkap, yaitu sebanyak 13 orang (21,0%), sedangkan ibu yang tidak lengkap imunisasi balita(frekuensi imunisasi <5 kali), yaitu sebanyak 49 orang (79,0%). Tabel 13.4 Hubungan Faktor Motivasi Internal Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013 Kelengkapan PImunisasi Balita Variabel OR CI 95% Value Kurang Lengkap Umur Dewasa Muda : 16-35 36 9 0,323 1,231 0,505 Dewasa Tua : 36-45 13 4 4,689 Pendidikan Dasar (SD, SMP) 29 11 0,053 Menengah dan 0,264 0,168 1,320 Tinggi(SMA, PT) 20 2 Pekerjaan Bekerja 25 5 0,172 0,600 0,421 2,094 Tidak Bekerja 24 8 Tabel 13.4 Menunjukan hubungan factor motivasi internal ibu dengan kelengkapan imunisasi balita di posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten lebak tahun Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 92
2015, hasil analisis hubungan umur ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Balita, diketahui dari 45 orang ibu yang berumur dewasa muda 16 - 35, ada 36 orang (73,5%) yang kurang dalam melakukan imunisasi balita di Posyandu, sedangkan dari 17 orang ibu yang berumur dewasa tua 36 - 45 tahun, ada 13 orang (26,5%) yang kurang dalam melakukan imunisasi balita di Posyandu. Tabel 13.5 Hubungan Faktor Motivasi Eksternal Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013 Kelengkapan pImunisasi Balita Variabel OR CI 95% Value Kurang Lengkap Pengaruh Budaya Tidak ada pengaruh 32 3 1,520 6,275 0,006 Ada pengaruh 17 10 25,906 Dukungan Keluarga Rendah 20 7 0,173 0,591 0,400 Tinggi 29 6 2,023 Dukungan Petugas Kesehatan Rendah 16 5 0,219 0,776 0,949 Tinggi 33 8 2,574 Jarak > 1 kilometer 26 6 0,387 1,319 0,658 4,495 < 1 Kilometer 23 7 Tabel 12.5 Menunjukan Faktor motivasi eksternal ibu dengan kelengkapan imunisasi balita di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013Hasil analisis hubungan Pengaruh budaya/mitos dengan Kelengkapan Imunisasi Balita, diketahui dari 27 orang ibu yang ada pengaruh budaya/mitos, ada 17 orang (34,7%) yang tidak lengkap mengimunisasi balita, sedangkan dari 35 orang ibu yang tidak ada pengaruh budaya/mitos, ada 32 orang (65,3%) yang tidak lengkap mengimunisasi balitanya. DISKUSI Penelitian ini menemukan atau menghasilkan temuan yang menjawab hipotesis penelitian sebagai berikut : 1.Tidak terdapat hubungan antara usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan jarak tempat tinggal ibu balita ke lokasi posyandu dengan status kelengkapan imunisasi balita.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 93
2.Terdapat hubungan antara pengaruh budaya/mitos dengan kelengkapan imunisasi balita. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian cross sectional tentang hubungan motivasi ibu membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013, didapatkan kesimpulan:Tidak terdapatnya hubungan antara umur dengan Kelengkapan Imunisasi Balita yang dilakukan ibu, karena dengan kategori umur ibu dewasa muda 16 - 35 akan mempengaruhi pula terhadap perilaku ibu dalam membawa balitanya untuk berkunjung ke Posyandu secara teratur sesuai dengan ketentuan, karena antusiasme dan semangat ibu lebih tinggi di banding ibu dewasa tua. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi balita karena, pendidikan ibu rata-rata lulusan SD dan SMP, sehingga ibu yang datang membawa anak balitanya ke Posyandu untuk imunisasi rata-rata lulusan SD dan SMP. Di daerah pedesaan pendidikan kaum perempuan cenderung kurang diutamakan dibandingkan dengan kaum laki-laki, asalkan sudah bisa membaca dan menulis, dianggap telah cukup untuk seorang perempuan. Sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap tingkat pendidikan ibu-ibu khususnya di daerah pedesaaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Adi Sasmito,2007.http/pustaka unpad.ac.id/wp.conten.Gizi,BalitadanIbuhamil 2. Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta 3. Departemen kesehatan RI.2006 Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 4. Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta 5. Hidayat, Aziz Alimul A., 2008,Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Salemba medika,Jakarta 6. Sudibyo Supardi & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Trans Info Media, Jakarta. 7. Wahyuni, S, 2007 Hubungan Pengetahuan Dengan Kehadiran Ibu Balita Di Posyandu Petanjungan Petarukan Pemalang 8. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.EGC, Jakarta
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 94