Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April, Agustus, dan Desember. Redaksi : Penanggung Jawab : Ida Faridah, S.Kp., M.Kes Pimpinan Redaksi Dr. Kemas Djamaludin Wakil Pimpinan Redaksi : Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep Dewan Redaksi : Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Ns. Katrina Agustina, S.Kep Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep Ns. Ria Setia Sari, S. Kep Sekretaris Redaksi : Ningsih, SE Silvi Yulianita, A.Md. Keb Septy Ariyani, A. Md. Keb Alamat Redaksi : Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3 Tangerang 15133 Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
DAFTAR ISI Hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di RT -4 RW 05 Kp. Gembor Kelurahan Pasir Jaya Jatiuwung Tangerang................................................................................................................
1
Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dinstalasi khusus wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang..........................................................
8
Hubungan obesitas dengan penyakit diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Jatiuwung..............................................................................................
13
Hubungan karakteristik dan paparan informasi dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas kemeri Tangerang.................................................................................................................
18
Hubungan motivasi keluarga dengan kepatuhan pengobatan pada klien hipertensi di poli jantung RSU Kabupaten Tangerang.............................................................
27
Hubungan karakteristik ibu (umur, pendidikan, status ekonomi) dan pengetahuan ibu dengan status gizi pada balita di desa sukamantri Tangerang...........................
33
Pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di intalasi rawat inap RSU Tangerang..................................................................................................................
39
Hubungan karakteristik kader dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu pada wilayah kerja puskesmas kotabumi Tangerang................................................
48
Hubungan pola makan dengan status gizi anak pra sekolah di Desa Sukamantri....
56
Hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD terhadap tindakan pencegahan DBD yang dilakukan keluarga di RW 12 desa Sukamantri..................
63
Hubungan pola nutrisi dengan kejadian tuberkulosis paru di puskesmas kutabumi....................................................................................................................
68
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Tumbuh Kembang Batita Di Wilayah Puskesmas Sukamantri Tangerang Tahun 2012.........................................
76
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
PEDOMAN PENULISAN NASKAH 1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
2. 3. 4.
5.
6.
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau artikel laporan lapangan Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda tangani oleh penulis Komponen Naskah : Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata, dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai dengan 3 – 5 kata kunci Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka dan tujuan penelitian Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data, teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks. Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak mengada-ada Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks, dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar, selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu. Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen tertulis
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan dikembalikan jika ada permintaan tertulis. 8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3 Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU MENGHADAPI MENOPAUSE DI RT -4 RW 05 KP. GEMBOR KELURAHAN PASIR JAYA JATIUWUNG TANGERANG TAHUN 2012 Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Dede Jubaedah*, Dewi susanti*,Ida Agustina* ,Muhamad arofal* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Dukungan suami terhadap istri yang premenopause berpengaruh pada kesiapan istri dalam menghadapi menopause dan keharmonisan rumah tangga Kecemasan yang muncul pada wanita premenopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi menggunak an pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua wanita premenopause sebanya k 52 responden.Teknik pengambilan sample pada penelitian ini dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknis analisis d ata menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil Penelitian ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause, dengan hasil dukungan emosional dengan p value sebesar 0,025 (p<0,05), dukungan penghargaan p value sebesar 0,005 (p<0,05), dukungan instrumental p value sebesar 0,000 (p<0,05), dukungan informatif p value sebesar 0,029 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan emosi onal, penghargaan, instrumental dan informatif. Kesimpulan dan Saran hasil penelitian memang ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Disarankan pada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang menopause dengan mengikutsertakan pasangan suami istri agar dapat mendapat informasi tentang menopause sehingga menurunkan tingkat kecemasan kepada ibu dalam menghadapi menopause. Kata Kunci : Dukungan suami, Kecemasan, Menopause Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
1
ABSTRACT Husband support against wive who premenopause affect the readiness of the wife in the face menopause and the harmony of the household. Anxiety Appears in premenopausal women is often associated with their concerns in the face of a situation that had not previously been feared. Objective was conducted to determine the relationship between husband support the mother level of anxiety facing menopause. Research method in this study using correlation descriptive cross sectional approach. Population is all premenopausal women as much as 52 respondents. Technique sampling in this study by using total sampling. instruments used in the form of a questionnaire sheet. Technical analysis of data using univariate and bivariate analyzes. Results of the study there was a relations between husband support the mother anxiety levels to face the menopause, with the result of Emotional support with a p value of 0.025 (p <0.05), support Award p value of 0.005 (p <0.05), p value for the Instrumental support 0.000 (p <0.05), support Informative p value of 0.029 (p <0.05), it can be concluded that there is a relationship between emotional support, Award, instrumental and informative. Conclusions and Suggestions of research results there is a relationship between husband support with mother anxiety level facing menopause. Advised on health personnel to provide counseling about menopause to include married couples in order to obtain information about menopause resulting in lower levels of anxiety to the mother in the face menopause. Keywords: Husband support, Anxiety, Menopause PENDAHULUAN
Kecemasan yang muncul pada wanita premenopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Wanita seperti ini sangat sensitif terhadap pengaruh emosional dari fluktasi hormon. Umumya mereka tidak mendapat informasi yang benar sehingga dibayangkannya adalah efek negatif yang akan dialami setelah memasuki masa menopause. Mereka cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan memudar (Ryana Wulandari, 2010). Dukungan suami terhadap istri yang premenopause berpengaruh pada kesiapan istri dalam menghadapi menopause dan keharmonisan rumah tangga. Keberadaan suami untuk mendampingi istri saat mendekati masa menopause akan memberikan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
2
makna tersendiri. Sengaja atau tidak, kehadiran suami mempunyai peran berupa ketentraman hati dalam menjalani siklus kehidupan berikutnya. Komunikasi yang tepat akan memberikan berbagai solusi untuk kemajuan terutama kesehatan reproduksi. Apabila suami tidak menerima perubahan alamiah yang terjadi pada istri, bisa menambah beban batin istri (Prawirohardjo, 2005). Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause karena menopause termasuk salah satu yang dialami semua wanita penelitian ini di fokuskan kepada ibu yang berusia 40-49 tahun oleh karena itu judul yang akan dibahas oleh peneliti adalah “ Hubungan antara Dukungan Suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di RT 04/ Rw 05 Kp.gembor Kel. Pasir Jaya Kota Tangerang” TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Rt 04/Rw 05 Kp.Gembor Kel.Pasir Jaya Kota Tangerang. Metode pengambilan data berdasarkan pendekatan waktu cross sectional yang merupakan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang dapat menggambarkan keadaan/kegiatan pada waktu tersebut (Hidayat, 2007).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
3
HASIL PENELITIAN Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Di RT 04/RW 05 Kp.Gembor Kel.Pasir Jaya Kota Tangerang No Data demografi Jumlah (N) Persentase(%) 1
2
Umur Usia 40-45 tahun Usia 45-49 tahun Total Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Total
41 11 52
78,9 21,1 100
31 21 52
59,6 40,4 100
3
Tingkat Pendidikan SD 10 19,2 SMP 15 28,9 SMA 23 44,2 Perguruan Tinggi 4 7,7 Total 52 100 distribusi frekuensi berdasarkan umur mayoritasnya adalah 40-45 tahun berjumlah 41 orang (78,8%), Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan mayoritasnya adalah bekerja berjumlah 30 orang (57,7%), Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan mayoritasnya adalah SMA berjumlah 23 orang (44,2%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
4
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Di RT 04/RW 05 Kp.Gembor Kel.Pasir Jaya Kota Tangerang No Dukungan suami Jumlah (N) Persentase 1 Dukungan Emosional Tinggi 33 63,5 Rendah 19 36,5 Total 52 100 2
3
Dukungan Penghargaan Tinggi Rendah Total
35 17 52
67,3 32,7 100
Dukungan Instrumental Tinggi Rendah Total
32 20 52
61,5 38,5 100
Dukungan Informatif Tinggi Rendah Total
35 17 52
67,3 32,7 100
Pada Table 1.2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan dukungan emosional mayoritasnya adalah dukungan suami tinggi berjumlah 33 orang (63,5%), Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan penghargaan mayoritasnya adalah dukungan suami tinggi berjumlah 35 orang (67,3%), Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan suami instrumental mayoritasnya adalah dukungan suami tinggi berjumlah 32 orang (61,5%), Dan distribusi frekuensi berdasarkan dukungan suami informatif mayoritasnya adalah dukungan suami tinggi berjumlah 35 orang (67,3%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
5
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Di RT 04/RW 05 Kp.Gembor Kel.Pasir Jaya Kota Tangerang Tingkat kecemasan Frekuensi Persentasi Tidak cemas 31 59,6 Cemas 21 40,4 Total 52 100 Berdasarkan distribusi tabel 1.3 terlihat bahwa mayoritas responden yang tidak cemas yakni berjumlah 31 orang (59,6%) sedangkan yang mempunyai tingkat cemas berjumlah 21 orang (40,4%). Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan korelasi. Tabel 1.4 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Sumber : buku statistika untuk penelitian (Sugiyono, 2012). Interval koefisien ± 0,00-0,199 ± 0,20-0,399 ± 0,40-0,599 ± 0,60-0,799 ± 0,80-1.00
Tingkat hubungan Korelasi sangat rendah Korelasi rendah Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat
DISKUSI Berdasarkan analisa bivariat hubungan dukungan emosional suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan emosional suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause hal ini ditunjukkan dengan nilai pearson chi square sebesar 0,025sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. dukungan penghargaan menyatakan bahwa dari 52 responden yang dukungan penghargaannya tinggi yang mengalami tidak cemas 26 responden (74,3%), dan cemas 9 responden (25,7). Suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif. Individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
6
cenderung tidak mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan individu yang kurang percaya diri. KESIMPULAN Tingkat kecemasan mayoritasnya adalah tidak cemas yakni berjumlah 31 orang (59,6%).Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Semakin tinggi dukungan suami maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause dan sebaliknya. Ada hubungan antara dukungan emosional suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Rt 04/ Rw 05 Kp.gembor Kel. Pasir Jaya Kota Tangerang tahun 2015. Ada hubungan antara dukungan penghargaan dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Rt 04/ Rw 05 Kp.gembor Kel. Pasir Jaya Kota Tangerang tahun 2015. Ada hubungan antara dukungan instrumental dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Rt 04/ Rw 05 Kp.gembor Kel. Pasir Jaya Kota Tangerang tahun 2015. Ada hubungan antara dukungan informatif dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause Rt 04/ Rw 05 Kp.gembor Kel. Pasir Jaya Kota Tangerang tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA 1. Ghani, Lannywati. 2009. Seluk Beluk Menopause. Media Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Vol 19, No 4 2. Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penertbit FKUI 3. Hastono,P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia 4. Hidayat, A, A. 2007. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika 5. Ibrahim, A. 2011. Ansietas (Takut Mati) Cemas, was-was Dan Khawatir. Tangerang : Jelajah Nusantara 6. Prayitno. 2014. Buku Lengkap Kesehatan Organ Reproduksi Wanita. Jogjakarta : Saufa 7. Sarastika, S. 2014. Manajemen Pikiran untuk Mengatasi Stres Depresi Kemarahan & Kecemasan, Yogyakarta : Araska 8. Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu 9. Siswanto, Victorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu 10. Stuart, G,. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
7
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DIINSTALASI KHUSUS WIJAYA KUSUMA RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2012 Ida faridah S.kep M.kes**, Alnoldus B*, RiswanMaulana*,Ahmad Rermizi* ,Eke Pratiwi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Perilaku dalam praktik keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan, kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual dan perawatan keluarga. Namun pada kenyataany yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medic seperti cara diagnostic dan cara pengobatan,perawat memberkan perhatian lebih pada tugas-tugascure daripada care.Perawat saat ini tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan pasien,member dukungan, kenyamanan dan tindakan caring lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien diInstalasi Khusus Wijaya kusuma RSU KabupatenTangerang. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasi,karena menganalisa hubungan antara variable independen (perilaku caring perawat)dan variable Idependen (kepuasan pasien). Model uji statistic yaitu menggunakan uji statistic Chi - squared Dengan tingkat kemaknaan P<0,005. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang di rawat di Instalasi Khusus Wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang dalam1minggu selama penelitian berlangsung sebanyak 30 orang.Sampel diambil menggunakan tekhnik total sampling.Hasil Penelitiandari 30 pasien diInstalasi Khusus Wijaya kusuma sebagian besar yaitu puas sebanyak 18 orang (60%) dan perilaku caring perawat baik 16 orang (53.3%). Terdapat hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien diInstalasi Khusus Wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang dengan Pvalue 0,011(<α=0,005). Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi bidang keperawatan bahwa perilaku caring sangat diperlukan setiap melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi seluruh perawat di RSU Kabupaten Tangerang agar pelayanan semakin baik dan guna meningkatkan derajat kesehatan yang diharapkan. Kunci :Caring, KepuasanPasien, Perawat Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
8
ABSTRACT Several behaviors in nursing practices were presence, touch, a sincere compassion, tolisten,understanding,caring clien tsinspiritual and family care. But inreality facing today was that most nurses were involved actively and concen trates him self on them edical phen omenon like the way diagnostic and the way the medication, nurs egive more than attention on dutycure better than care.The nurse did not currently have the time to listen to patients, provide support, comfort and caring action sofo thers.The purpose of this resear chwas to identify the relationship behavior caring nurse with patient satisfaction in Instalasi Khusus Wijayakusuma RSU Kabupaten Tangerang. The research used quantitative corre lationdesign, because the corre lationanaly sisof there lationship between the independent variabel (the behavior of caring nurses) and the dependen tvariabel (patient satisfaction).The teststatistics thatused chi-square witha levelof sign ificance P<0,005.The population in this research hwere all patients in Instalasi Khusus Wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang in1week during thestudy lastedas many as 30 peoples. Sample sweret akenusing total sampling.There sultsof thestudy of 30 patients majority of which wassatisfied asmuch 18 peoples (60%) and the good behavior of caring nurses were16 peoples (53.3%). There is relationship behavior of caring nurse with patient satisfacti on with a P-value 0,011(<α= 0,005).This resear chresultscanbe used for suggestionin nursing, that caring behaviors werene cessarilyre quiredby nurse sin RSU Kabupaten Tangerang, inorderto improve better service saswell as enhancing health careas expected. Keyword :Caring, patientsatisfaction, nurse PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia dalam era globalisasi ini akan menjadi persaingan antara rumah sakit pemerintah maupun swasta. Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan,bahkan menjadi salah satu faktor penentucitra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan (Sumijatun, 2010).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
9
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapanyang selalu TUJUAN Penelitian ini dilakukan untuk megetahui hasil temuan dan menjawab hipotesis penelitian terdapat hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian yang didapatkan di RSU Kabupaten Tangerang. METODE Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan rancangan penelitian crosssectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara variable independen dan efek variable idependen dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatusaat. (Notoatmodjo,2005). Variabel dependen yang dimaksud adalah kepuasan klien, sedangkan variable Independen adalah perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan. Pengujian diarahkan pada hubungan antara variable dan kekuatan hubungan kedua variabel tersebut. HASIL PENELITIAN Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Instalasi Khusus Wijaya kusuma RSU KabupatenTangerang 2012 Berdasarkan Umur Umur Jumlah Persentase 20-30
10
33.3
31-40
11
36.7
>40
9
30.0
Total
30
100.0
Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui, bahwa responden berumur2030tahunsebanyak10orang (33.3),respon den berumur 31-40 tahun sebanyak 11 orang(36.7%)dan responden berumur> 40 tahun sebanyak 9 orang(30.0%).
DISKUSI
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
10
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat dipersepsikan baik olehr esponden yang berasal dari pasien di Instalasi Khusus Wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang yaitu sebanyak 16 orang (53.3%). Hal ini terjadi Karena perilaku caring merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan secara terus menerus, dengan tulus dan ikhlas serta mencermin kan rasa keperdulian perawat pada masalah kesehatan yang dialami pasien (Suryani,2011).Hal ini menunjukan bahwa perawat diInstalasi Khusus Wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang melayani pasien dengan sepenuh hati, memahami masalah yang dihadapi oleh klien,berpenampilan menarik,melakukan tindakan dengan menggunakan sentuhan, mengkaji lebih lanjut keinginan pasien, meyakinkan pasien, membantu dan memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan ikhlas, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, mendengarkan dengan penuh perhatian, bersikap jujur, bersikap empati. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di Instalasi khusus Wijaya kusuma RSU Kabupaten Tangerang. Dengan hasil dalam distribusi frekuensi perilaku caring 14 orang (46.7%) menyatakan perilaku caring perawat kurang baik sedangkan 16 orang (53.3%) menyatakan perilaku caring perawat baik. Hal ini dikarenakan perawat masih sempat memberikan waktunya untuk mendengar keluhan pasien, mendahulukan kepentingan pasien dengan menawarkan bantuan, memperhatikan rasa nyaman dan aman pasien dan cepat tanggap menanggapi keluhan pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Dwidiyanti,Meidiana,2007.“Caring Kunci Sukses Perawat/Ners Mengamalkan Ilmu Cetakan” 2. hasani Jakarta. 3. Dahlan,M.Sopiyudin.2011.Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.Salemba 4. Medika: Jakarta 5. Hidayat,A.A..2009.RisetkeperawatandanTeknikKepenulisanIlmiah.Salemba Medika: Jakarta 6. Leininger,M.M,2002:Care : The Essence ofNursingandHealth,SLANK, Thorofare. 7. Malik, Khadijah, 2010.Gambaran TingkatKepuasan Klien Terhadap Perilaku Caring Perawat yang menjalani perawatandi ruang rawat inap RSUD Syekhyusuf gowa Sul Sel. Skripsi tidak dipublikasikan: Makassar.FKM UMI. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
11
8. Morrison,Burnard,2008.“Caring& Communi cating Hubungan Interpersonal dalam Keperawatan.EGC Kedokteran :Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
12
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIUWUNG TAHUN 2012. Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Sri umbara W.*, Wahyu agustining* Widya hastuti* ,Yanti nurhayati* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Sejak tahun 2012 jumlah pasien penyakit Diabetes Melitus di Bagian Pelayanan Kesehatan DPR RI makin tahun makin meningkat. Kemnaikan ini diduga ada hubungannya dengan gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan tinggi kalori dan lemak yang menyebabkan Obesitas. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan Obesitas dengan penyakit Diabetes Melitus. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari data Rekam Medik pasien. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Bagian Pelayanan Kesehatan DPR RI berjumlah 150 orang yang juga menderita Obesitas. Variabel Independen adalah penderita Obesitas sedangkan Variabel Dependen adalah penderita Diabetes Melitus. Hasil analisa Univariat Responden yang Obesitas tingkat 1 sebanyak 32 orang (29%), Responden yang Obesitas tingkat 2 sebanyak 78 orang (71%). Sebagian besar Responden yang menderita Diabetes Melitus sebanyak 70 orang (63,6%). Ada hubungan antara Obesitas dengan penyakit Diabetes Melitus. Saran untuk Bagian Pelayanan Kesehatan DPR RI agar melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang dampak Obesitas terhadap penyakit Diabetes Melitus. Kata kunci : Obesitas dan penyakit Diabetes Melitus. ABSTRACT Since the year 2012 the number of patients the disease Diabetes mellitus at the Bagian Pelayanan Kesehatan DPR RI incresingly years was further increased. This increase in suspect something to do with the lifestyle tend to be sedentary or less motion and a diet high in calories and fat that causes obesity. The general objective of this research is to know is there any relationship of obesity with Diabetes Mellitus. This study uses secondary data are taken from the patient's Medical Record data. The population in this study is of a patient's medical treatment to the Bagian Pelayanan Kesehatan DPR RI amounted to 150 people who also suffer from obesity. The Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
13
independent variable is sufferers of Obesity while the dependent Variable is sufferers of Diabetes mellitus. The results of the Univariate analysis Respondents who Obesity level 1 as much as 32 people (29%), Respondents who Obesity level 2 as much as 78 people (71%). Most respondents who suffer from Diabetes mellitus by as much as 70 men (63,6%). There is a connection between obesity with Diabetes Mellitus. Advice to the Bagian Pelayanan Kesehatan DPR RI to do outreach and education about the health impacts of Obesity disease Diabetes mellitus. Keywords: Obesity and Diabetes Mellitus. PENDAHULUAN Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita diabetes dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan penyakit diabetes seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, minum minuman yang beralkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya (Sugiri.com/kesehatan/25-healthy/faktor resiko terjadinya diabetesi, di peroleh 28 Mei 2009). Menurut WHO tahun1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Dalam hal ini Indonesia cukup beruntung karena sejak tahun 1993 PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) telah menyusun dan memberlakukan konsesus pengelolaan diabetes di Indonesia yang ditandatangani oleh seluruh ahli di bidang diabetes. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas ,2007), diabetes di Indonesia menempati urutan ke enam penyakit penyebab kematian (5,8%) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cidera dan perinatal. Diabetes sebagai penyebab kematian pada kelompok usia 45- 54 tahun di daerah perkotaan menduduki peringkat ke dua yaitu 14,7%. Dan pedesaan, diabetes menduduki peringkat ke enam yaitu 5.8% ( Persatuan Endokrinologi Indonesia 2011). Menurut Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Sidarta Soegondo, resiko kematian penderita diabetes 4 – 5 kali lebih besar dibandingkan nondiabetik dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan 30% akibat gagal ginjal. Data laporan Rekam Medis Bagian Pelayanan Kesehatan Sekretariat Jenderal DPR RI pada 3 tahun terakhir jumlah pasien penderita DM dari total pasien yang berkunjung ke poliklinik kesehatan DPR RI makin tahun makin meningkat sejak tahun 2012 adalah sebanyak 1276 orang dan tahun 2013 adalah sebanyak 1528 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 1548 orang. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
14
Peneliti ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus pada anggota dewan dan karyawan yang berkunjung ke bagian pelayanan kesehatan DPR RI di mana banyak yang menderita diabetes karena berhubungan dengan gaya hidup seseorang khususnya faktor kegemukan / obesitas dengan kejadian diabetes mellitus. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Pelayanan Kesehatan Dewan Perwakilan rakyat Republik Indonesia ( DPR RI ) Tahun 2012”. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan Penyakit Diabetes Mellitus di Bagian Pelayanan Kesehatan Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR.RI). METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu proses dimana rangkaian langkah-langkah dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan dari masalah yang di teliti. Langkah - langkah yang dilakukan harus sistematis dan saling mendukung satu sama lainnya, agar penelitian mempunyai suatu nilai lebih dan bobot yang memadai serta memberikan suatu kesimpulan untuk menangani dan menjawab masalah yang diteliti. HASIL PENELITIAN Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Obesitas di Poliklinik SETJEN DPR RI Jakarta Tahun 2012. Obesitas Obesitas 1 Obesitas 2 Total
Jumlah 32 78 110
Prosentase 29 % 71 % 100 %
Dari tabel 1 terlihat bahwa dari 110 responden obesitas, responden yang termasuk obesitas tingkat 1 sebesar 32 orang ( 29 %) responden yang termasuk obesitas tingkat 2 sebanyak 78 orang ( 71 %).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
15
Tabel 3. 2 Distribusi Frekuensi Responden diabetes mellitus Di Poliklinik SETJEN DPR RI Jakarta Tahun 2012 Diabetes mellitus Jumlah Prosentase Tidak DM 40 36,4 % DM 70 63,6 % Total 110 100 %
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak menderita diabetes mellitus sebesar 40 ( 36,4 %) dan yang menderita diabetes mellitus sebesar 70 orang ( 63,6 %). Tabel 3.3 Hubungan antara diabetes mellitus dengan obesitas Di Poliklinik
Setjen DPR RI Tahun 2012 Diabetes mellitus Tidak DM
DM Total
Obesitas Obesitas 1 Obesitas 2 N % N % 17 15 32
15,5 13,5 29
23 55 78
21 50 71
Total N
%
40 70 110
36,6 63,6 100
P Value
OR (95% CI)
0,019
2,710 (1,161-6,327)
Dari hasil penelitian didapatkan dari 110 responden yang Obesitas Tingkat 1 dan tidak DM sebanyak 17 orang (15,5 %), yang DM sebanyak 15 orang (13,5). Sedangkan Responden Obesitas Tingkat 2 yang tidak DM sebanyak 23 orang( 21%), dan yang menderita DM sebanyak 55 orang(50%). Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai p = 0,019 maka p < 0,05, besarnya hubungan kedua variabel dapat dilihat dari OR (95%) = 2,710 (1,161 – 6,327). DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Responden yang tidak menderita Diabetes Melitus sebanyak 40 orang ( 36,4% ).Responden yang menderita Diabetes Melitus sebanyak 70 orang( 63,6%).Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pancreas,atau disebabkan oleh kurang responsifnya tubuh terhadap insulin (Depkes 2005).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
16
KESIMPULAN Berdasarkan kerangka konsep penelitian, hasil penelitian, hasil analisa data serta pembahasan yang mengacu pada tujuan penelitian, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Sebagian kecil responden masuk klasifikasi Obesitas Tingkat 1 sebanyak 32 orang (29%) dan sebagian besar masuk klasifikasi Obesitas Tingkat 2 sebanyak 78 orang (71%) di Bagian Pelayanan Kesehatan Setjen DPR RI tahun 2015. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 70 orang (63,6%) menderita Diabetes Mellitus, hanya sebagian kecil responden yaitu sebanyak 40 orang( 36,4%) yang tidak menderita Diabetes Melitus. Terdapat hubungan yang bermakna antara Obesitas dan Diabetes Mellitus di Bagian Pelayanan Kesehatan Setjen DPR RI tahun 2015 dengan nilai p = 0,019 maka p = < 0,05. DAFTAR PUSTAKA 1. ADA (American Diabetes Association).2009. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. hhtp: //care.diabetesjournals.org/content/27/ 1/s5. full. 3 Oktober 2011 2. Anggraeni,Adisty Cyithia, 2012, Asuhan Gizi; Nutritional Care Process, Yogyakarta : Graha Ilmu 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Rikesdas 2007. Jakarta 2008 4. Brunner & Suddarth,s Hanbook of laboratory and diagnostic tests.Philadelphia Baltimore New York : Lippincott Williams & Wilkins. 5. Mustofa, A. Solusi Ampuh Mengatasi Obesitas. Yogyakarta ; Hanggar Kreator;2010. 6. PERKENI, Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta, 2006. 7. Prof. Dr. Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi IV. Cetakan Ketiga belas, Agustus 2006. 8. Prof. DR. Sogiyono.Statistik untuk Penelitian. Cetakan Ke dua belas November, 2007.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
17
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PAPARAN INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMIRI KABUPATEN TANGERANG NS. Rina Puspita S,M.Kep NS. Rina Puspita S,M.Kep**, Nurlenah*, Nimade sridewi J.*,nur ela* ,Omay triyani* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.Puskesmas.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik dan paparan informasi dengan tingkat pengetahuan tentang pencegahan filariasis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang tahun 2012.Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh masyarakat yg berumur > 17 tahun yg berkunjung ke Puskesmas Kemeri Kab Tangerang, dengan rata-rata kunjungan perminggu yang berjumlah 317 orang.Sampel sebanyak 77 orang.Pengumpulan data menggunakan kuesioner.Analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan rendah (58,4%), kelompok umur > 30 tahun (54,5%), pendidikan tinggi (51,9%), bekerja (66,2%), informasi media massa baik (50,6%), dan informasi petugas kesehatan baik (61,0%). Hasil analisis bivariat variabel yang berhubungan dengan pengetahuan tentang filariasis adalah pendidikan (p = 0,024 dan OR = 3,3), pekerjaan (p = 0,035 dan OR = 3,467), informasi media massa (p= 0,047 dan OR = 2,864), dan informasi petugas kesehatan (p = 0,018 dan OR = 3,734). Variabel yang tidak berhubungan adalah umur (p = 0,983). Saran dalam penelitian ini meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan filariasis, misalnya dengan memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada massyarakat, memasang pesan kesehatan berkaitan dengan filariasis dan upaya pencegahan filariasis di tempat umum, seperti Posyandu, Puskesmas, dan sebagainya Kata kunci :Karakteristik, Paparan Informasi, Pengetahuan, Pencegahan Filariasis Daftar Bacaan : 12 (1980 – 2012)
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
18
ABSTRACT Filariasisis adisease causedbyfilarialwormsthat are transmittedthroughdifferent types ofmosquitoes. The purpose ofthis study was to determine the relationship characteristics andexp osure information with the level ofknowledgeabout the prevention off ilariasis incommunitiesin Puskesmas Kemeri Tangerang Districtin 2012. The study design wascross-sectional. The population inthe study were allpeoplewhoaged>17 years who visited the health center Kemeri Tangerang District, with average visits per week, amounting to 317 people. A sample of 77 people .Gatheringdata using questionnaires. The analysis of univariate and bivariate data. The results showed that most of the people hadlow knowledge (58.4%), age group > 30 years (54.5%), higher education(51.9%), work(66.2%), informationmediagood(50.6%), andhealth officials betterin formation (61.0%). Results of bivariate analysis of variables associated with knowledge about filariasisis education (p =0.024andOR=3.3), employment(p =0.035andOR=3.467), mediainformation(p =0.047andOR=2,864), and information health care workers(p =0.018andOR=3.734). Variables that are notrelatedare age(p =0.983). Suggestions in this studyto increase public knowledgeaboutthe prevention offilariasis, for exampleby providinghealth educationin the form ofcounseling tomassyarakat, puthealth messages related to filariasis and prevention off ilariasis in public places, such as Posyandu, health centers,etc. Keywords : Characteristics, Exposure Information, Knowledge, Filariasis Prevention PENDAHULUAN Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel (Kemenkes RI, 2010). Di Provinsi Banten, berdasarkan data yang ada, terdapat kasus filariasis secara berturut-turut pada tahun 2008 sebanyak 91 kasus, tahun 2009 sebanyak 76 kasus, Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
19
tahun 2010 juga sebanyak 76 kasus, dan tahun 2011 mengalami peningkatan sedikit menjadi 81 kasus (Kemenkes RI, 2013). Sedangkan di Kabupaten Tangerang, 5 tahun terakhir terdapat jumlah kasus baru filariasis tahun 2008 sebanyak 26 kasus, tahun 2009 sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meningkat menjadi 7 kasus. Rendahnya cakupan pengobatan pencegahan filariasis tersebut, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pengetahuan masyarakat berkaitan dengan filariasis dan pencegahannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, mengingat pentingnya pengetahuan tentang pencegahan filariasis, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan karakteristik dan paparan informasi dengan tingkat pengetahuan tentang pencegahan filariasis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang tahun 2012. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui hubungan karakteristik dan paparan informasi dengan tingkat pengetahuan tentang pencegahan filariasis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang tahun 2012 METODEPENELITIAN Penelitian ini berupa survei dengan desain non eksperimental.Data dikumpulkan secara Cross Sectional (potong lintang) melalui pendekatan metode kuantitatif. Tujuannya untuk mendapatkan hubungan karakteristik dan paparan informasi dengan tingkat pengetahuan tentang pencegahan filariasis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang tahun 2012 HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Distribusi FrekuensiPengetahuan Tentang Pencegahan Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Pengetahuan Tentang Jumlah (n) Persentase (%) Pencegahan Filariasis Rendah 45 58,4 Tinggi 32 31,6 Total 77 100,0 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 45 orang (58,4%), sedangkan masyarakat yang pengetahuannya tinggi sebanyak 32 orang (31,6%). Umur masyarakat dikategorikan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
20
< 30 tahun dan > 30 tahun.Secara jelas hasil pengkategorian umur masyarakat yang menjadi responden dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Distribusi FrekuensiUmur Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Umur
Jumlah (n)
Persentase (%)
< 30 tahun
35
45,5
> 30 tahun
42
54,5
Total
77
100,0
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat termasuk dalam kelompok umur > 30 tahun yaitu sebanyak 42 orang (54,5%), sedangkan yang termasuk dalam kelompok umur < 30 tahun sebanyak 35 orang (45,5%). Pendidikan masyarakat dikategorikan rendah jika < SMU dan tinggi jika> SMU.Secara jelas hasil pengkategorian pendidikan masyarakat yang menjadi responden dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Distribusi FrekuensiPendidikan Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Rendah 37 48,1 Tinggi 40 51,9 Total 77 100,0 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat termasuk dalam pendidikan tinggiyyty yaitu sebanyak 40 orang (51,9%), sedangkan yang termasuk dalam pendidikan rendah sebanyak 37 orang (48,1%). Pekerjaan masyarakat dikategorikan bekerja dan tidak bekerja.Secara jelas hasil pengkategorian pekerjaan masyarakat yang menjadi responden dapat dilihat dalam tabel berikut.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
21
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Total
Jumlah (n) 26 51 77
Persentase (%) 33,8 66,2 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat bekerja yaitu sebanyak 51 orang (66,2%), sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 26 orang (33,8%).Variabel informasi media massa diukur dari 7 pertanyaan dan 3 pilihan jawaban, dengan skor 0, 1 dan 2. Total skor jawaban 0 – 14. Median 7. Informasi media massa dikategorikan kurang, jika skor jawaban < 7, dan baik jika skor jawaban > 7. Hasil pengkategorian jawaban responden dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi FrekuensiInformas Media Massa Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Informasi Media Massa Jumlah (n) Persentase (%) Kurang 38 49,4 Baik 39 50,6 Total 77 100,0 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat memperoleh informasi media massa baik yaitu sebanyak 39 orang (50,6%), sedangkan masyarakat yang memperoleh informasi media massa kurang sebanyak 38 orang (49,4%). Variabel informasi petugas kesehatan diukur dari 5 pertanyaan dan 3 pilihan jawaban, dengan skor 0, 1 dan 2. Total skor jawaban 0 – 10. Median 5. Informasi petugas kesehatan dikategorikan kurang, jika skor jawaban < 5, dan baik jika skor jawaban > 5. Hasil pengkategorian jawaban responden dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.6 Distribusi FrekuensiInformasi Petugas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Informasi Petugas Kesehatan Jumlah (n) Persentase (%) Kurang 30 39,0 Baik 47 61,0 Total 77 100,0 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat memperoleh informasi petugas kesehatan baik yaitu sebanyak 47 orang (61,0%), sedangkan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
22
masyarakat yang memperoleh informasi petugas kesehatan kurang sebanyak 30 orang (39,0%). Analisis bivariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur, pendidikan, pekerjaan, informasi media massa, dan informasi petugas kesehatan) dengan variabel dependen (pengetahuan tentang pencegahan filariasis). Secara jelas, hasil analisis bivariat dapat dilihat dalam beberapa tabel berikut. Hubungan Umur Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Pengetahuan Tentang Total Umur Pencegahan Filariasis Nilai Odd p Ratio Rendah Tinggi (OR) N % N % n % < 30 tahun 21 60,0 14 40,0 35 100,0 0,983 1,125 > 30 tahun 24 57,1 18 42,9 42 100,0 Total 45 58,4 32 41,6 77 100,0 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan umur dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis, diketahui dari 34 orang masyarakat yang berumur < 30 tahun, ada 14 orang (40,0%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan dari 43 orang masyarakat yang berumur > 30 tahun, ada 18 orang (42,9%) yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,983 artinya p > α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2013 Pengetahuan Tentang Total Pendidikan Pencegahan Filariasis Nilai Odd p Ratio Rendah Tinggi (OR) N % n % N % Rendah 27 73,0 10 27,0 37 100,0 0,024 3,3 Tinggi 18 45,0 22 55,0 40 100,0 Total 45 58,4 32 41,6 77 100,0
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
23
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan pendidikan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis, diketahui dari 37 orang masyarakat yang pendidikannya rendah, ada 10 orang (27,0%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan dari 40 orang masyarakat yang pendidikannya tinggi, ada 22 orang (55,0%) yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,024 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 3,3, yang artinya masyarakat yang berpendidikan tinggi, akan berpeluang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 3,3 kali, dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan rendah. Tabel 4.9 Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Pengetahuan Tentang Total Pekerjaan Pencegahan Filariasis Nilai Odd p Ratio Rendah Tinggi (OR) N % n % N % Tidak bekerja 20 76,9 6 23,1 26 100,0 0,035 3,467 Bekerja 25 49,0 26 51,0 51 100,0 Total 45 58,4 32 41,6 77 100,0 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan pekerjaan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis, diketahui dari 26 orang masyarakat yang tidak bekerja, ada 6 orang (23,1%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan dari 51 orang masyarakat yang bekerja, ada 26 orang (51,0%) yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,035 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 3,467, yang artinya masyarakat yang bekerja, akan berpeluang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 3,467 kali, dibandingkan dengan masyarakat yang tidak bekerja.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
24
Tabel 4.10 Hubungan Informasi Media Massa Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Tahun 2013 Pengetahuan Tentang Total Informasi Pencegahan Filariasis Nilai Odd Media Massa p Ratio Rendah Tinggi (OR) N % n % N % Kurang 27 71,1 11 28,9 38 100,0 0,047 2,864 Baik 18 46,2 21 53,8 39 100,0 Total 45 58,4 32 41,6 77 100,0 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan informasi media massa dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis, diketahui dari 38 orang masyarakat yang memperoleh informasi media massa kurang, ada 11 orang (28,9%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan dari 39 orang masyarakat yang memperoleh informasi media massa baik, ada 21 orang (53,8%) yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,047 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara informasi media massa dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 2,864, yang artinya masyarakat yang memperoleh informas media massa baik, akan berpeluang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 2,864 kali, dibandingkan dengan masyarakat yang memperoleh informasi media massa kurang. Tabel 4.11 Hubungan Informasi Petugas Kesehatan Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemeri Kabupaten Tangerang Tahun 2012 Informasi Petugas Kesehatan
Pengetahuan Tentang Total Pencegahan Filariasis Nilai Odd Rendah Tinggi p Ratio (OR) N % n % N % Kurang 23 76,7 7 23,3 30 100,0 0,018 3,734 Baik 22 46,8 25 53,2 47 100,0 Total 45 58,4 32 41,6 77 100,0 Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan informasi petugas kesehatan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis, diketahui dari 38 orang masyarakat yang memperoleh informasi petugas kesehatan kurang, ada 7 orang Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
25
(23,3%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan dari 47 orang masyarakat yang memperoleh informasi petugas kesehatan baik, ada 25 orang (53,2%) yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,018 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara informasi petugas kesehatan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 3,734, yang artinya masyarakat yang memperoleh informasi petugas kesehatan baik, akan berpeluang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 3,734 kali, dibandingkan dengan masyarakat yang memperoleh informasi petugas kesehatan kurang. DISKUSI Hasil penelitian menemukan, sebanyak 31,6% masyarakat masih memiliki pengetahuan rendah tentang pencegahan filariasis, kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti halnya pendidikan masyarakat, informasi yang pernah diperoleh, dan sebagainya. KESIMPULAN Hampir sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan rendah. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, pekerjaan, informasi media massa dan informasi petugas kesehatan dengan pengetahuan tentang pencegahan filariasis. DAFTAR PUSTAKA 1. Effendy, N, 2007. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2. Green, W. Lawrence. 1980. Health Education Planning. A Diagnostic Approach. Mafield Publishing Company, Palo Arto. California 3. Hastono, SutantoPriyo. 2007. Analisis Data, FKM URINDO, Jakarta. 4. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pengantar pendidikan kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
26
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PADA KLIEN HIPERTENSI DI POLI JANTUNG RSU KEBUPATEN TANGERANG TAHUN 2012 Ns.Zahrah Maulidia Septimar,S.Kep**,Fanni prihatini*,Kurniawati*,Mardiantun N* Inggir saputri K* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang serius. Penyakit ini dikatagorikan sebagai The Silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Angka peningkatan yang tinggi setiap tahunnya, menyababkan pentingnya Motivasi Keluarga dalam Proses Penobatan Klien dengan Hipertensi agar dapat mengurangi angka kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan motivasi keluarga pasien dengan kepatuhan pengobatan pada pasien Hipertensi,untuk mengetahui gambaran tentang motivasi keluarga pasien hipertensi dan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kepatuhan pasien hipertensi yang berobat ke poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini mengambil Populasi 100 dengan sampel 80 orang, menggunakan rumus Chi-Squera.Hasil penelitian ini Dengan hasil p-value adalah 0,000 maka nilai α = 0,05 artinya p-value < αatau0,000 < 0,05 maka ada hubungan kemaknaan. Sehingga hasil tersebut dapat diterjemahkan kedalam hipotesa operasional dimana Ho ditolak dan Ha Diterima.Dengan hasil tersebut maka dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara motivasi keluarga terhadap kepatuhan pengobatan yang dilakukan penelitiannya di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang. Kata Kunci : Motivasi Keluarga dan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi ABSTRACT Hypertension is a disease that is not contagious, wich became a serious health problem. Hypertension is catagorized as the silent disease because people do not know he sufferd from hypertension before blood presure check him. High number increase every year cause motivational inportance of the family’s in the treadment process client with hipertension in order to reduce mortality. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
27
This study aimed to analyze the relationship between motivation familie’s of patients with medication adherence in hypertensive client, to paint a ficture of hypertensive patients and family motivation of find a picture of the level of adherence of hypertensive patients treated ad the departement of cardiology in Tangerang’s Public Hospital. In this study takes a population of 100 people, use the formula Chi Squera. The Results of the p-value = 0,000 then the value α = 0,05 mean that p-value < αor 0,000 < 0,05 then there is a relationship significance. So that it can be transleted into operational hypotesis which Ho rejected an Ha Accepted. With these result it can that there is a meaning ful patnership between motivation family style be with medication adherence Client With Hypertension in Tangerang’s Public Hospital. Keywords : Family’s Motivation and Complience Treatment Of Hypertension. PENDAHULUAN Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang serius. Penyakit ini dikatagorikan sebagai The Silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Pada umumnya hipertensi terjadi pada seorang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun atau yang sudah masuk dalam katagori usia pertengahan (Purnomo, 2009 ; 17). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sangat penting karena angka prevelensi yang sangat tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan. Saat ini hipertensi diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Sebanyak 10-30 persen diantara populasi orang dewasa, dan angka kejadian ini terkena pada hampir semua negara. Dari jumlah tersebut 50-60 persen penduduk saat ini dikatagorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat mengontrol tekanan darahnya (Pudji, 2008 ; 28). Penderita hipertensi bila tidak tertangani dengan baik akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi Kardiovaskuler seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal (Lancet, 2008). Tekanan darah darah tinggi berkelanjutan dapat merusak atau mengganggu pembuluh darah halus dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah. Kondisi tekanan darah tinggi dapat dikontrol dengan menjaga berat badan tetap ideal, berolahraga secara teratur, kontrol ke dokter secara rutin dengan mengkonsumsi obatobat yang diresepkan untuk mencegah atau memperlambat kerusakan ginjal kesetadium lanjut yaitu gagal ginjal (Fransisca, 2011; 48).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
28
TUJUAN Untuk mengetahui hubungan motivasi keluarga pasien dengan kepatuhan pengobatan pada pasien Hipertensi di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan yakni dengan metodologi kwantitatif. Dengan jenis desain Cross Sectional, dimana dilakukan pengumpulan data dan pengambilan kesimpulan penelitian yang terjadi sekarang. Penelitian Cross Sectional adalah desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dimana variabel independen dan dependen di identifikasi pada satu satuan waktu (Dharma Kelana Kususma 2011). Peneliti menggunakan pendekatan Cross Sectionalkarena peneliti ini bermaksut mengidentifikasi ada / tidaknya hubungan variabel dependen terhadap variabel independen dalam satu kali peengukuran dengan menggunakan alat ukur berupa kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan motivasi keluarga dengan kepatuhan pengobatan di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Sampel No Jenis Kelamin Frekuensi Pensen 1 Laki-laki 45 56,3 2 Perempuan 35 43,7 Total 80 100 Dari data tersebut diketahui bahwa laki-laki paling banyak dari sampel tersebut sebesar 45 (56,3%) sampel. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Sampel No Usia Frekuensi Pensen 1 21-40 tahun 20 25 2 41-65 tahun 60 75 Total 80 100 Usia dari sampel yang diteliti paling tinggi sebanyak 41-65 tahun sebesar 60 orang sampel (75%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
29
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Sampel No Pendidikan Frekuensi Pensen 1 SD 23 28,8 2 SLTP 33 41,3 3 SMU 17 21,3 4 Perguruan Tinggi 7 8,8 Total 80 100 Pendidikan sampel yang diteliti pada penelitian paling banyak SLTP sebanyak 33 sampel (41,3%). Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Suku Sampel No Usia Frekuensi Pensen 1 Batak 2 2,5 2 Sunda 39 48,8 3 Jawa 33 41,3 4 Betawi 6 7,5 Total 80 100 Suku paling banyak yang diteliti pada sampel penelitian ini adalah suku sunda sebanyak 39 sampel (48,8%) dan paling sedikit batak sebanyak 2 sampel (2,5%). Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Keluarga Klien Dengan yang Berobat Kepoli Jantung Di RSU Kabupatern Tangerang Katagori Frequency Percent Motivasi Lemah 16 20 Motivasi Sedang 44 55 Motivasi Kuat 20 25 80 100 Total Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa sampel yang diteliti memiliki motivasi yang sedang paling banyak, sebesar 55% dan sementara yang paling sedikit sebesar 20% dimana katagori motivasi lemah tersebut dengan nilai motivasi 0-33%. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Klien Dengan yang Berobat Ke Poli Jantung Di RSU Kabupatern Tangerang Katagori Frequency Percent Patuh 48 60 Tidak Patuh 32 40 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
30
80 100 Total Dari data tersebut diatas diketahui sampel yang diteliti dalam penelitian ini dengan tingkat kepatuhan sebesat 48 sampel (60%) dan yang tidak patuh sebesar 32 sampel atau 40%. Tabel 5.7 Hubungan Motivasi Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Klien yang Berobat Kepoli Jantung RSU Kabupaten Tangerang. Katagori Kepatuhan Katagori Total Asimp.Sig Tidak Patuh Patuh Motivasi p-value n % n % n % Motivasi Lemah 10 62,5 6 37,5 16 100 (0-33%) Motivasi Sedang 15 34,1 29 65,9 44 100 0,000 (34-66%) Motivasi kuat 7 35 13 65 20 100 (67-100) Total 32 40 48 60 80 100 Dengan hasil p-value adalah 0,000 maka nilai α = 0,05 artinya p-value < αatau0,000 < 0,05 maka ada hubungan kemaknaan Sehingga hasil tersebut dapat diterjemahkan kedalam hipotesa operasional dimana Ho ditolak dan Ha Diterima. Sehingga mendapatkan kesimpulan : Ada hubungan antara motivasi keluarga dengan kepatuhan pengobatan pada klien Hipertensi di poli Jantung RSU Kabupaten Tangeran DISKUSI Motivasi merupakah hal yang sangat mempengaruhi prilaku seorang individu kearah kepatuhan, terutama pada klien dengan penyakit hipertensi, sehingga keputusan yang diambil akan mengarah kearah yang lebih baik lagi. Menurut Cropley Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Hampir senada, Winkels mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika sesorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai hal yang telah dimengerti tersebut untuk lebih patuh. KESIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan bahwa tingkat motivasi yang pada klien hipertensi yang diteliti sebanyak 16 sampel (20%) memiliki motivasi lemah dan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
31
motivasi yang kuat dan sedang sebanyak 64 sampel (80%).Tingkat kepatuhan yang diteliti pada penelitian ini adalah sebanyak 48 sampel (60%) dinyatakan patuh dan 32 sampel (40%) dinyatakan tidak patuh.Dengan hasil p-value = 0,000 dan α = 0,05 dimana p-value < α maka dinyatakan ada hubungan yang bermakna. DAFTAR PUSTAKA 1.Arisman. Dr. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 2.Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 3.Manuaba, I, B, G., (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta. 4.Manuaba, I, B, G., (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta. 5.Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan Eds. 2. Jakarta , Salemba Medika. 6.Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta. 7.Notoatmodjo (2010). Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
32
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DESA SUKAMANTRI ,TANGERANG TAHUN 2012 Ns.katrin Agustina ,S.Kep**, Fitri susanti*, Citra dermija*,Desi*
,Endang subekti* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2012 Desa Sukamantri mempunyai gizi buruk dan gizi kurang yang melebihi rata-rata di Puskesmas desa sukamatri Sebagian besar mata pencaharian penduduknya petani(50.8%) dengan pendidikannya adalah tamat SD (51.7%) dan usia ibu yang memiliki balita sebagian besar1840tahun.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik (umur, pendidikan, status ekonomi) dan pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Desa sukamatri Wilayah Kerja Puskesmas desa sukamantri .Desain penelitian yaiti Cross Sectional, dengan sampel sebanyak 78 ibu yang memiliki balita usia 12 – 59 bulan.Teknik pengambilan sampel ini dengan cara random sampling dari setiap Posyandu.Tehnik pengumpulan datayang digunakanadalah dengan instrument kuesioner, timbangan digital dan alat ukur panjang badan dan microtoa.Hasil penelitian adalahstatus gizi kurang lebih banyak (65,4%) dibandingkan dengan status gizi baik (34,6%),responden dengan umur < 20 tahunlebih banyak (60,3%) dibanding dengan responden berumur ≥ 20 tahun(39,7%), tingkat pendidikan Ibu yang rendah lebih banyak (69,2%) dibandingkan tingkat pendidikan tinggi (30,8%) responden dengan status ekonomi kurang lebih banyak (56,4%) dibanding dengan responden yang berpenghasilan tinggi (43,6%), tingkat pengetahuan ibu yang kurang lebih banyak (57,7%) dibandingkan tingkat pengetahuan baik (42,3%). Semua variabel yang dihubungkan dengan status gizi balita mengalami hubungan yang signifikan satu sama lain dengan hasil penelitian diantaranya hubungan status gizi dengan umurhasil uji statistik chi square didapatkan nilai P sebesar 0,003, hubungan status gizi dengan pendidikan nilai P = 0,004, hubungan status gizi dengan status ekonomi nilai P= 0,003 dan hubungan status gizi dengan pengetahuan ibu nilai P=0,002. Kesimpulan penelitian ini bahwa umur ibu <20 tahun, pendidikan ibu rendah, status ekonomi rendah dan pengetahuan ibu yang rendah akan berdampak pada tingginy
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
33
angka gizi kurang pada balita. Hal ini perlu perhatian dan penanganan serius dari pihak terkait, supaya angka prevalensi gizi kurang tidak bertambah. Kata Kunci : Status gizi, umur, pendidikan, status ekonomi, pengetahuan ABSTRACT Based on monitoring of nutritional status result on 2015 at sukamantri village has bad nutrient and low nutrient which more than average at public healt centre. More than their job is farmers (50.8%) with their education at elementry school (51,7%) and mother’s age who has children between 18 – 40 years old. The purpose of the research to know how mother’s characteristic (age, education, social economy ) and mother’s knowledge toward children nutrient at situregen village. Designof this reseach using Cross Sectional and get sample 78 of mothers who has the children between 12 – 59 month. This research using random sampling technique in each ”posyandu”. For collection the data using quesioner as instrument, digital scales, trigonalmeter and micrtoa. The result is the children who has bad nutrient (65,4%) more than good nutrient (34,6%). The respondent who < 20 years old ( 39,7%) and > 20 years old (39,7%). Mothers which has low educatin, low economy and low knowledge, there are more than mothers which good education, knowledge and economy. All of variable has corrrelation on children nutrient status in each aspects. Especially at the age of children. In chi square statistic result there are P result is 0,003. So, there are correlation based on education is P= 0,004 , social economy P = 0,003 and mother knowledge P=0,002. The conclusion from this research that the age <20 years, low maternal education, low family economic status and low maternal knowledge of high impact on malnutrition. This situation needs to be serious attention and treatment of the parties concerned, so as no to increase the prevalence of malnutrition Keywords :Nutritional Status, Age, Education, Economic Status, Knowledge PENDAHULUAN Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan angka kesakitan, penurunan produktivitas serta meningkatkan angka kematian(Depkes RI, 2008).Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih memprihatinkan, terbukti tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat rendahnya produktivitas, pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
34
Hasil wawancara dengan 15 orang ibu di Desa sukamatri, 13 orang mengatakan tidak tahu mengenai gizi balitanya, 2 orang mengatakan tahu tentang status gizi pada balita, meliputi pengetahuan mengenai karakteristik ibu dan kandungan gizi pada makanan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di yakini sebagai faktor rendahnya pengetahuan tentang status gizi balita. Berdasarkan masalah tersebut di atas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik (umur, pendidikan, status ekonomi) dan pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Desa sumantri Wilayah Kerja Unit Pelayanan Tekhnis (UPT) Puskesmas desa sumantri. TUJUAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur, pendidikan, status ekonomi) dan pengetahuan ibu dengan status gizi pada balita di Desa sumantri wilayah kerja UPT Puskesmas desa sumantri. METODE PENILITIAN Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Alimul, 2007) .Desain penelitian ini termasuk rancangan penelitian korelasional adalah untuk mencari hubungan antara variabel independen yaitu:hubungan karakteristik (umur, pendidikan,status ekonomi) dan pengetahuan ibu dengan variabel dependen status gizi pada balita 12 – 59 bulan.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. HASIL PENELITIAN Tabel 6.1 Distribusi Status Gizi Balita di Desa sumantri Kecamatan pasar kemis kabupaten tangerang Pada Tahun 2012. No Status Gizi Frekuensi Persentase (%) 1 2
Kurang Baik
51 27
65,4 34,6
Jumlah 78 100 Tabel di atas menunjukan bahwa balita dengan status gizi kurang lebih banyak (65,4%) dibandingkan dengan balita berstatus gizi baik (34,6%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
35
Tabel 6.2 Distribusi Responden Menurut Umur di Desa sumantri kecamatan pasar kemis kabupaten tangerang Tahun 2012. No Umur Frekuensi Persentase (%) 1 <20 Tahun 47 60,3 2 31 39,7 20 Tahun Jumlah 78 100 Tabel diatas menunjukan bahwa responden yang berumur kurang dari 20 tahun lebih banyak (60,3%) dibanding dengan responden yang berumur lebih dari 20 tahun (39,7%). Tabel 6.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa sumantri kecamatan pasar kemis kabupaten tangerang Tahun 2012 No Pendidikan ibu Frekuensi Persentase (%) 1 Rendah 54 69,2 2 Tinggi 24 30,8 Jumlah 78 100 Tabel diatas menunjukan bahwa responden/ibu balita dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak (69,2%) dibandingkan tingkat pendidikan tinggi (30,8%). Tabel 6.4 Distribusi Responden Menurut Status Ekonomi Keluarga di Desa sukamantri kecamatan pasar kemis kabupaten tangerang Tahun 2012 No Status Ekonomi 1 Kurang 2 Tinggi Jumlah
Frekuensi 44 34 78
Persentase (%) 56,4 43,6 100
Tabel diatas menunjukan bahwa responden yang memiliki ekonomi kurang adalah lebih banyak (56,4%) dibanding dengan responden yang berpenghasilan tinggi (43,6%). Tabel 6.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa sukamantri kecamantan pasar kemis kabupaten tangerang Tahun 2012. No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Kurang 45 57,7 2 Baik 33 42,3 Jumlah
78
100
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
36
Tabel diatas menunjukan bahwa ibu dengan pengetahuan tentang gizi balita yang kurang lebih banyak (57,7%) dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan tentang gizi balita yang tinggi hanya (42,3%). DISKUSI Hasil Analisis Univariat Gambaran Status Gizi Balita di Desa sumantri Wilayah Kerja Puskesmas pasar kemis kabupaten tangerang Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar 2010). Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang berumur < 20 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berumur ≥ 20 tahun yaitu : 60,3% responden berumur < 20 tahun dan 39,7% responden yang berumur ≥ 20 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 69,2% dan responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 30,8%. Tingkat pendidikan seseorang yang rendah tidak menentukan tingkat pengetahuan seseorang rendah pula.Hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan status ekonomi keluarga rendah (< Rp. 1.490.000/bulan)sebanyak 56,4% dan responden dengan status ekonomi keluarga tinggi (≥ Rp. 1.490.000/bulan) sebanyak 43,6%. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 57,7% dan responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 42,3%.
KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di Desa sumantri Wilayah Kerja Puskesmas pasar kemis Tahun 2012. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : Frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan di Desa sukamatri Wilayah Kerja Puskesmas pasar kemis tahun 2015 yang berpengetahuan baik proporsinya lebih besar sebanyak 31 orang (68,9%) dibandingkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (31,1%). Pengetahuan tentang anemia merupakan hal penting yang harus diketahui oleh ibu hamil.Oleh sebab itu perlu adanya upaya preventif dari tenaga kesehatan khususnya bidan dengan mengadakan penyuluhan mengenai pengertian anemia, tanda-tanda anemia, gejala anemia serta dampak yang ditimbulkan jika terjadia anemia. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dengan hasil uji Chi Square Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
37
didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05). Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,019. DAFTAR PUSTAKA 1.Almatsier. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Edisi ke 5.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2.Amalia, Lia A dan Mardiah. 2007. Makanan tepat untuk Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. 3.Ariawan, Iwan. 2008. Besar Dan MetodeSampelPadaPeneltianKesehatan. Depok :FKMUI. 4.Depkes RI. 2010. Standar Antropometri Status Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Bina Gizi 5.Depkes RI. a 2011.Mengukur Pertumbuhan Anak.Jakarta:Direktorat Bina Gizi 6.Dinkes Kab. Lebak, 2014. Rekapitulasi Laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita Bulan Agustus Tahun 2014 oleh Bagian Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinkes Kab. Lebak. Rangkasbitung 7.Soetjiningsih, 2008 ,TumbuhKembang, editor, ig,n, gderanuh Jakarta : EGC
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
38
Pengaruh Rotasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Tangerang Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Nurela*, Lulu athul*,Mardiatun* ,Wahyu A.* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK Salah satu metode program pengembangan manajemenrumah sakit adalah melakukan rotasi kepada perawat–perawatnya. Rotasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sebuah organisasi. Rotasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan pimpinan puncak organisasi kepada seseorang yaitu perawat baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) di dalam satu organisasi, juga merupakan perpindahan tempat kerja dengan lingkup dan tugas pekerjaan yang cenderung berbeda agar para perawat terhindar dari rasa jenuh atau produktifitas yang menurun. Tujuan penelitian untuk mengetahui Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh rotasi ruangan terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Tangerang.Metode Penelitian penelitian survey yang bersifat deskriptif, karena akan menganalisa fakta, data dan informasi yang diperoleh dari RSU Tangerang. Jumlah sampel penelitian 86 Responden. Pengumpulan data berupa kuesioner. Analisis penelitian menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian univariat,diperolehbahwa64%perawat tidak setuju bila harus di rotasi ke bagian lain 36% perawat setuju bila harus di rotasi ke bagian lain. kualitaskinerjaperawatpelaksanadiRumahSakit Umum Tangerang yaitu64%kinerjaperawatbaik,dan36%kinerja perawatkurangbaik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai pvalue = 0,000 artinya p. value< alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan hipetosis ada pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di instalasi rawat inap RSU Tangerang. Saran Penelitian, diharapkan Instansi sebaiknya lebih meningkatkan program pelatihan kerja karena hal ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian perawat dalam menghadapi tugas di unit kerja yang berbeda. Kata Kunci : Rotasi Perawat, Kinerja Perawat, Instalasi Rawat Inap
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
39
ABSTRACT One method of hospital management development programisto rotatethenurse-nurse. Rotationis acommonphenomen on in anorganization. Rotation isachange inthe position / office / place / work under taken organization's topleadership to some one that nurses both horizontally andvertically (promotion /demotion) inthe organization, is also themovement ofthescope ofworkandwork tasksthat tend tovary to thenurse savoid boredomor decreased productivity. For thepurpose of research todetermine the extent ofthe influence ofrotationon the performance ofthe nurseinthe room In patient Hospital Tangerang. Research Methods descriptive surveyresearch, because itwillanalyzethe facts, data andinformation obtainedfromthe RSU Tangerang. Total sample 86 respondents. The collection of datain the form ofa questionnaire. Research analysis using univariate and bivariate analysis. The results ofthe univariatestudy, found that64% of nursesdo notagreewhen itshould bein therotationto theothe r36% of nurses agreed when itshould beinthe rotationto theother parts. Quality performance of nursesin Tangerang General Hospitalisa good64% of nursesand 36% of nursesare lessgood. The results ofchi-square testp value=0.000 obtained valuemeansp. value
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
40
mendayagunakan sumberdaya manusia yang dimiliki secara tepat (Sastrohadiwiryo, 2009). Moeheriono (2009) menambahkan bahwa salah satu faktor yang paling penting dan mampu menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi adalah faktor sumber daya manusia. Dengan kata lain, bagaimana perusahaan mendayagunakan sumberdaya manusia yang dimiliki secara tepat (Sastrohadiwiryo, 2009).Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai peran penting dalam menjaga mutu pelayanan di Rumah sakit. Asuhan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan Standart Operating Procedure (SOP), dan memperlakukan pasien secara holistic, bio-psiko-sosio-spiritual.Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatakan bahwa: “ Perawat dituntut sebagai pemberi jasa untuk dapat memberikan pelayanan bermutu sesuai standar pelayanan yang ditentukan. Pelayanan rumah sakit sebesar 40% - 60% merupakan pelayanan keperawatan (Budyanto, 2010). Rotasi bisa bermakna dua yakni promosi dan demosi. Promosi adalah bentuk apresiasi jika seseorang memiliki kinerja di atas standar organisasi dan berperilaku sangat baik yang diwujudkan dalam bentuk kenaikkan karir. Dengan demikian mereka yang mendapat promosi akan memperoleh tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang lebih besar. Sementara demosi merupakan tindakan penalti dalam bentuk penurunan pangkat atau dengan pangkat tetap tetapi sebagian tunjangan tidak diberikan. Hal ini dilakukan pimpinan jika seseorang yang walaupun sudah mengikuti pelatihan dan pembinaan personal namun tetap saja bekerja dengan kinerja jauh di bawah standar organisasi dan berkelakukan tidak baik. Dan rotasi dapat menimbulkan kecemasan jika perpindahan tempat pekerjaan tidak dijelaskan alasannya dan membuat yang bersangkutan bekerja dengan tidak nyaman. Rotasi kerja perawat bisa percuma saja jika tidak ada efek pengembangan mutu SDM dan karir dari perawat bersangkutan. Rotasi kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Umum Tangerang dilakukan dan disyahkan oleh Direktur Rumah sakit Umum Tangerang dan tidak tentu berapa tahun sekali. Sering kali rotasi kerja dilaksanakan karena salah satu unit perawatan kekurangan tenaga, sanksi karena perawat melakukan kesalahan, ada juga rotasi karena untuk menyesuaikan kondisi fisik perawat, misalnya pada perawat yang menderita penyakit tertentu atau mendekati usia pensiun 45-50 tahun dirotasikan ke Instalasi Rawat Jalan karena beban tugasnya lebih ringan dibanding di ruangan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan juga melalui observasi yang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul ;
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
41
Pengaruh Rotasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Umum Tangerang. TUJUAN Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh rotasi ruangan terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit Tangerang METODE Metode yang digunakan adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner atau angket. Data sekunder juga diperlukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai Rumah sakit Umum Tangerang serta data lain yang terkait. Kuesioner untuk variable rotasi dan kinerja masing-masing terdiri dari 30 item pertanyaan, dengan melakukan uji coba sebanyak 30% dari jumlah responden yang terplilih untuk mengetahui validitas dan realibilitas data yang senenarnya.Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit Umum Tangerang Jl. Ahmad Yani No.1 Kabupaten Tanggerang Banten. Pelaksanaan penelitian efektif dilakukan mulai bulan Februari - Mai 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
42
HASIL PENELITIAN Tabel 7.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Tangerang DESKRIPSI RESPONDEN
KELOMPOK
JUMLAH PERSENTASE RESPONDEN
Pria
8
9%
Wanita
78
91%
21 - 25 Tahun
53
62%
26 - 30 Tahun
18
21%
31 - 35 Tahun
15
17%
D3 (Diploma Tiga)
79
92%
D4 (Diploma Empat)
6
7%
Sarjana
1
1%
Kurang dari 1 Tahun
10
12%
1 - 5 Tahun
46
53%
6 - 10 Tahun
20
23%
11 - 15 Tahun
8
9%
Lebih dari 15 Tahun
2
2%
86
100%
Jenis Kelamin
Usia
Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
TOTAL
Data distribusi frekuensi karasteristik responden pada tabel 7.1 terlihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, hampir seluruh perawat pelaksana yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 78 orang (91%), usia rata-rata berada pada usia 21-25 tahun sebanyak 53 orang (62%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden, rata-rata responden menyelesaikan pendidikann paling banyak D3 sebanyak 79 orang (92%) dan lama bekerja berada pada rentang 1- 5 tahun sebanyak 46 orang (53%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
43
Tabel 7.2 Distribusi Frekuensi Rotasi Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Tangerang JUMLAH RESPONDEN
PERSENTASE
1. Tidak setuju di rotasi
55
64%
2. Setuju di rotasi
31
36%
TOTAL
86
100%
ROTASI KERJA PERAWAT
Berdasarkan tabel 2 diketahui sebanyak 55 orang (64%) perawat tidak setuju bila harus di rotasi ke bagian lain dan 31 orang (36%) perawat setuju bila harus di rotasi ke bagian lain. Tabel 7.3 Crosstab Pengaruh Rotasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Tangerang KINERJA PERAWAT ROTASI KERJA PERAWAT
TOTAL Kurang Baik
Baik
n
%
n
%
n
%
Tidak Setuju
4
4.7%
51
92.7%
55
64.0%
Setuju
27
31.4%
4
4.7%
31
36.0%
JUMLAH
31
36.0%
55
64.0%
86
100.0%
OR P VALUE (95% CI)
12.1
0.000
Hasil analisis tabulasi silang (Crostabulation) pada tabel 3 menunjukan bahwa pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di instalasi rawat inap RSU Tangerang, diketahui dari 55 (64%) perawat umumnya tidak setuju atau menolak dirinya dirotasi ke bagian lain, sebanyak 51 perawat (92.7%) diantaranya menolak karena merasa dirinya telah bekerja dengan baik sesuai mekanisme dan memenuhi standar asuhan keperawatan (SAK) dan sedikitnya 4 perawat (4.7%) menolak di rotasi karena kinerjanya memang kurang baik. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh perawat yang setuju dirinya di rotasi ke bagian lain, diketahui dari 31 perawat (36%) menerima atau setuju dirinya di rotasi kebagian Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
44
lain, sebanyak 27 orang perawat (31,4%) diantaranya menerima di rotasi karena kinerjanya kurang baik, dan sedikitnya 4 perawat (4,7%) menerima di rotasi karena kinerjanya sudah baik dan ada keinginan untuk meningkatkan prestasi kerja. Tabel 7.4 Uji Statistik Chi Square Pengaruh Rotasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Tangerang Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 54.798b 51.390 59.922
54.161
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
.000
86
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 11.17.
Hasil uji statistik chi square dengan tabulasi silang (crostabulation) berdimensi (tabel 2x2), maka nilai chi square yang digunakan adalah tipe uji dengan Fisher’s Exact test yaitu pengaruh rotasi kerja perawat (variabel X) dengan kinerja perawat (variable Y) diperoleh nilai p = 0,000 artinya p. value< alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan hipetosis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di instalasi rawat inap RSU Tangerang. Nilai kesesuaian (OR) dalam chi square dapat dilihat pada tabel berikut.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
45
Tabel 7.5 Nilai KesesuaianPengaruh Rotasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Tangerang Symmetric Measures
Interv al by Interv al Pearson's R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation N of Valid Cases
Value .798 .798 86
Asy mp. a St d. Error .068 .068
b
Approx. T 12.146 12.146
Approx. Sig. .000c .000c
a. Not assuming the null hy pothesis. b. Using the asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. c. Based on normal approximation.
Nilai signifikansi 0.000 pada tabel diatas atau (Pvalue = 0.000) menunjukan bahwa ada kesesuaian pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di instalasi rawat inap RSU Tangerang, artinya sebanyak 86 responden yang dirotasi terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Tangerang ada kesesuaian pengaruh yang signifikan dari kedua variable tersebut yaitu perawat yang tidak setuju atau menolak dirotasi 12,1 kali lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan perawat yang setuju atau menerima dirotasi ke bagian lain. DISKUSI Hasil penelitian pada tabel 5.3, diperoleh bahwa kualitas kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Tangerang yaitu 64% kinerja perawat baik, dan 36% kinerja perawat kurang baik. Hal ini disebabkan karena ada kecenderungan pengaruh faktor suasana kerja, hubungan rekan kerja, lingkungan kerja perawat dan masa kerja yang sudah lama diatas 1 tahun, walaupun terjadi penurunan tetapi secara keseluruhan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Tangerang masih tetap dalam kategori baik. Dari hasil penelitian ada kesesuaian dengan pendapat Winarsih, (2008:66), kinerja perawat yang baik tercermin pada aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Pengaruh Rotasi Pekerjaan terhadap Kinerja Perawat. Rotasi pekerjaan kerja mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Umm Tangerang. Dasar pelaksanaan rotasi kerja perawat Rumah Sakit Umum Tangerang adalah: (a) menyesuaikan kembali antara kemampuan perawat dengan jenis pekerjaan; (b) menyesuaikan dengan pengalaman kerja perawat; dan (c) untuk Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
46
meningkatkan kinerja perawat kembali. Rotasi kerja dilakukan hanya untuk sementara, dilihat dari kinerja perawat. Agar perawat rotasi dapat cepat beradaptasi dengan pekerjaannya maka diberikan pelatihan kerja pada awal mereka bekerja di unit kerja baru. Hasil penelitian ini mendukung teori Jackson & Mathis (2009:362) dan mendukung hasil penelitian terdahulu oleh Kristanto (2009). Hasil uji statistik chi square pada tabel 5.6 dan tabel 5.7 dengan tabulasi silang (crostabulation) berdimensi (tabel 2x2), maka nilai chi square yang digunakan adalah tipe uji dengan Fisher’s Exact test yaitu pengaruh rotasi kerja perawat (variabel X) dengan kinerja perawat (variable Y) diperoleh nilai p = 0,000 artinya p. value< alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan hipetosis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di instalasi rawat inap RSU Tangerang. KESIMPULAN Hasil penelitian univariat diperoleh bahwa kualitas kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Tangerang yaitu 64% kinerja perawat baik, dan 36% kinerja perawat kurang baik.Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai pvalue = 0,000 artinya p. value< alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan hipetosis ada pengaruh rotasi perawat terhadap kinerja perawat di instalasi rawat inap RSU Tangerang. DAFTAR PUSTAKA 1. Berg. Jhon and Joyoe E. A. Russel. 2006. Human Resources Management. Mc. Graw Hill, Inc, Singapore. 2. Gillies, D. 2009. Nursing Management System Approach, Second Edition. Philadelphia: WB Sauders Company. 3. Mangkunegara, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 4. Profil RSU Tangerang Tahun 2012. “ Data Kepegawaian RSUD Tanggerang Tahun 2011”, Kabupaten Tangerang 5. Siagian, Sondang. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
47
Hubungan Karakteristik Kadar dengan Tugas Kader dalam Pelaksanaan Posyandu pada Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang
Ns. Katrina Agustina, S.Kep**, Choirul culuk*, Dwita G.*,Reni sukma* ,Fitri yani* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Posyandu merupakan wahana pelayanan dasar kesehatan paling dekat dengan masyarakat dan merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang paling memasyarakat saat ini. Pelayanan kesehatan dasarnya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare. Program tersebut ternyata mempunyai pengaruh besar terhadap penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat. Hasil study pendahulu diketahui bahwa kegiatan posyandu Kotabumi Tangerang belum berjalan secara optimal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mencari hubungan karakteristik kader (umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan) dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu Kotabumi Tangerang. Studi ini menggunakan desain crosssectional dengan populasi semua kader Posyandu di Desa Cidikit yaitu sebanyak 8 posyandu dengan jumlah kader 40 orang. Teknik penggambilan data dengan total sampling, data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesionar, selanjutnya proses analisa data dengan univariat yakni mencari distribusi dan bivariat yakni mencari hubungan aantar variabel dengan analisis chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kader (62,5%) berusia dewasa madya ≥ 40 tahun. Sebagian besar (65%) pendidikan kader adalah rendah (SD dan SMP), sebagian besar (72,5%) kader tidak bekerja, sebagian besar kader (62,5%) mempunyai pengetahuan baik, sebagian besar (60%) kader melaksanakan kegiatan posyandu dengan baik. Tidak terdapat hubungan antara umur dalam pelaksanaan Posyandu dengan p Value 0,07. Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pelaksanaan posyandu dengan p Value 0,01 dan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan posyandu dengan p Value 0,001. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan puskesmas panggarangan meningkatkan kualitas posyandu dengan rutinitas sasuai jadwal kunjungan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
48
Kata kunci : pelaksanaan posyandu, karakteristik kader, tugas kader, cross sectional ABTRACT IHC is a vehicle for the most basic health services closer to the community and is one resourced public health efforts are the most popular in the community today. Health care essentially that MCH, family planning, nutrition, immunization and prevention of diarrhea. The program turned out to have a major effect on reducing maternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR), which is an indicator of the degree of public health. Results of study predecessor known that Posyandu Kotabumi Tangerang. The purpose of this study is to find the relationship cadre characteristics (age, education, work, and knowledge) with the task in the implementation of posyandu Kotabumi Tangerang . The study used a cross-sectional design with all the population in the village cadres Posyandu Cidikit as many as 8 Posyandu the number of cadres 40 people. Penggambilan engineering data by total sampling, the data obtained from interviews with using kuesionar, then the process of data analysis with univariate and bivariate distribution is finding the search for variables aantar relationship with chi-square analysis. The results showed that the majority of cadres (62.5%) mature middle aged ≥ 40 years. Most (65%) is lower cadre education (elementary and secondary), the majority (72.5%) cadre does not work, the majority of cadres (62.5%) had good knowledge, most (60%) cadres conducting Posyandu well. There was no relationship between age in the implementation of IHC with p Value 0.07. There is a relationship between the work with the implementation of Posyandu with p Value 0.01 and there is a relationship between knowledge and implementation Posyandu with p Value 0.001. Based on the results of this study suggested Panggarangan health centers improve the quality of Posyandu with sasuai routine scheduled visit Keywords: implementation Posyandu, the characteristics of cadres, cadres task, cross sectional PENDAHULUAN Salah satu bentuk peran serta aktif dalam gerakan hidup sehat di masyarakat adalah dilaksanakannya program kesehatan ditingkat paling bawah diawali dengan berdirinya posyandu. Posyandu pada dasarnya dikelola oleh masyarakat atau tenaga sukarela atau kader yang secara teknis dibantu oleh puskesmas. Pelaksanaan kegiatan posyandu Kotabumi Tangerang yang terdiri dari 71 posyandu dan 355 kader belum terlaksana dengan baik, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin dan hanya seperempat jumlah kader Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
49
yang tercatat aktif dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja puskesmas panggarangan. Terbukti banyak balita yang jarang di timbang berat badannya dan sedikitnya ibu-ibu yang menggerti KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari hasil studi pendahulu diketahui bahwa kegiatan posyandu Kotabumi Tangerang, masih kurang seperti yang diharapkan, antara lain menurunnya fungsi dan kinerja Posyandu, Posyandu hanya dilakukan apabila ada kunjungan dari puskesmas. Biasanya waktu kunjungan satu bulan, dan apabila tidak ada yang berkunjung maka kegiatan di Posyandu tidak dilaksanakan. Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis mencoba untuk mengetahui “Apakah Ada Hubungan Antara Karakteristik Kader Dengan Tugas Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Karakteristik Kader Dengan Tugas Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu rancangan yang mengukur variabel dependen dan variabel independen secara bersamaan (Candra, 2008 : 66) Tempat penelitian ini dilakukan pada 8 posyandu Desa Cibarengkok di wilayah kerja puskesmas Kotabumi Tangerang, pada bulan mei – agustus 2012. HASIL PENELITIAN Tabel 8.1 Distribusi Frekuensi Umur kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Umur Frekuensi Persantase Dewasa Awal (≤40 tahun) 15 37,5 Dewasa Madya (≥40 tahun) 25 62,5 Total 40 100% Dari 40 responden sebagian besar (62,5%) berusia dewasa madya (≥40 tahun) sebanyak 25 kader.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
50
Tabel 8.2 Distribusi Frekuensi pendidikan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pendidikan Frekuensi Persantase Pendidikan SD 26 65 Pendidikan SMP 14 35 Total 40 100% Dari 40 responden sebagian besar (65%) responden berpendidikan rendah (SD) sebanyak 26 responden Tabel 8.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pekerjaan Frekuensi Persantase Tidak bekerja 29 72,5 Bekerja 11 27,5 Total 40 100% Dari 40 responden sebagian besar (72,5%) responden tidak bekerja sebanyak 29 responden Tabel 8.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pengetahuan Frekuensi Persentase Kurang 15 37,5 Baik 25 62,5 Cukup 0 0 Sangat baik 0 0 Total 40 100% Dari 40 responden sebagian besar (62,5%) responden mempunyai pengetahuan yang baik sebanyak 25 responden Tabel 8.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pelaksanaan Posyandu Frekuensi Persentase Sangat baik 0 0 Kurang baik 18 45 Cukup 0 0 Baik 22 55 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
51
Total 40 100% Dari 40 responden sebagian besar (55%) responden melaksanakan tugas dalam pelaksanaan posyandu dengan baik sebanyak 25 responden Tabel 8.6 Hubungan Karakteristik Umur Kader dengan Pelaksanaan Posyandu kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pelaksanaan Posyandu Total Umur Kurang OR P Baik Kader baik (95% CI) Value N % n % n % ≤ 40 10 66,7 5 33, 3 15 100 4,250 ≥ 40 8 32 17 68 25 100 0,07 1,08-16,6 Jumlah 18 45 22 55 40 100 Proporsi umur dalam pelaksanaan posyandu kategori baik lebih banyak (68%) terdapat pada kelompok Dewasa Madya (≥4-0 tahun) sebanyak 17 orang, bila dibandingkan dengan Dewasa Awal (≤40 tahun), (33,3%) sebanyak 5 orang. Sedangkan nilai p Value = 0,07 maka dapat disimpulkan tidaka ada hubungan antara umur kader antara ≤ 40 dengan ≥ 40 dengan pelaksanaan posyandu. Diperoleh nilai OR = 4,250 artinya Kader yang umurnya ≥ 40 mempunyai peluang 4,250 lebih baik untuk melaksanakan posyandu dengan baik dibandingkan umur kader ≤ 40. Tabel 8.7 Hubungan Karakteristik Pendidikan Kader dengan Pelaksanaan Posyandu kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pelaksanaan Posyandu Total Pendidikan Kurang Baik P Value Kader baik N % n % N % Pendidikan 18 69,2 8 30,8 26 100 SD Pendidikan 0,00 0 0 14 100 14 100 SMP Jumlah
18
45
22
55
40
100
Proporsi pendidikan dalam pelaksanaan posyandu kategori baik lebih banyak (100%) terdapat pada kelompok pendidikan tinggi sebanyak 14 orang, bila dibandingkan dengan pendidikan rendah hanya (30,8%) saja yaitu sebanyak 8 orang. Sedangkan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
52
nilai p value= 0,00 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara kader berpendidikan tinggi dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu. Tabel 8.8 Hubungan Karakteristik Pekerjaan dengan Pelaksanaan Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pelaksanaan Posyandu Total Pekerjaan Kurang OR P Baik Kader baik (95% CI) Value N % n % N % Tidak bekerja 17 58,6 12 41,4 29 100 14,167 Bekerja 1 9,1 10 90,9 11 100 0,07 1,594-125,87 Jumlah 18 45 22 55 40 100 Proposrsi pekerjaan dalam pelaksanaan posyandu kategori baik lebih banyak (90.9%) terdapat pada kelompok bekerja sebanyak 10 orang, lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang tidak bekerja (41,4%) sebanyak 12 orang. Sedangkan nilai p Value = 0,01 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pekerjaan kader dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu. Diperoleh pula nilai OR = 14,167 artinya kader yang bekerja mempunyai peluang 14,167 kali untuk melaksanakan posyandu dengan baik dibandingkan kader yang tidak bekerja. Tabel 8.9 Hubungan Karakteristik Pengetahuan kader dengan Pelaksanaan Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kotabumi Tangerang Pelaksanaan Posyandu Total Pengetahuan Kurang OR P Baik Kader baik (95% CI) Value N % n % N % Tidak bekerja 17 58,6 12 41,4 29 100 7,071 Bekerja 1 9,1 10 90,9 11 100 0,07 1,67-29,8 Jumlah 18 45 22 55 40 100 Proporsi pengetahuan baik dan termasuk dalam katagori pelaksanaan posyandu baik sebanyak 18 orang (72%), lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (26,7%). Sedangkan nilai p Value = 0,01 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan kader dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu. Diperoleh pula nilai OR = 7,071 artinya kader yang berpengetahuan baik mempunyai peluang 7,071 kali untuk melaksanakan posyandu dengan baik dibandingkan kader yang berpengetahuan kurang baik. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
53
DISKUSI Dari distribusi karakteristik umur, didapatkan nilai p Value0,07 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kader yang berusia ≥ 40 tahun dengan kader yang berusia ≤ 40, ini dapat menunjukkan bahwa kader memiliki pengalaman yang sama dalam pelaksanaan posyandu karena mereka pada umumnya selalu mendapat pembinaan dari petugas Puskesmas Panggarangan. Pengetahuan merupakan peran yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang baik menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan prilaku tetapi mempunyai hubungan positif, dimana dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan sikap yang cepat, oleh karena itu kader memerlukan ppengetahuan yang cukup luas dan tepat untuk melaksanakan segala kegiatan yang menjadi kewajibannya dengan lebih baik. KESIMPULAN Sebagian besar kader (62,5%) berusia Dewasa Madya (≥40 tahun). Setelah uji statistik didapat bahwa tidak terdapat hubungan antara kader yang berusia Dewasa Awal (≤40 tahun) sebanyak (33,3%), dengan kader yang berusia Dewasa Madya (≥40 tahun) dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu. Sebagian besar (65%) pendidikan kader adalah rendah dan terdapat hubungan antara kader berpendidikan rendah dan yang berpendidikan tinggi dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu. Sebagian besar (72,5%) kader tidak bekerja dan terdapat hubungan antara kader yang memiliki pekerjaan tetap dan yang tidak memiliki pekerjaan dengan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu. Sebagian besar kader (62,5%) mempunyai pengetahuan baik dan terdapat hubungan antara kader yang memiliki pengetahuan kurang dengan kader yang memiliki pengetahuan kurang dengan kader yang berpengetahuan tinggi dengan tugas kader dalam pelaksanaaan posyandu. Sebagian besar (55%) responden melaksanakan tugas kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu dengan baik sejumlah 22 responden. DAFTAR PUSTAKA 1. Adisasmito, W 2007, Sistem kesehatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2. Nain, U 2008, Posyandu : upaya kesehatan berbasis masyarakat, Kareso, Yogyakarta. 3. Notoatmodjo, S 2003, Ilmu kesehatan masyarakat : Prinsip-prinsip dasar cetakan kedua, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
54
4. Sembiring, N, 2004, Posyandu sebagai saran peran serta masyarakat dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat, USU Digital LibraryAnondo, dodo, Kualitas Kader Rendah, Peran Posyandu Melemah. Infokom Jawa Timur,
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
55
Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah di Desa Sukamantri Ns. Zahrah Maulidia Septimar *, Eka winarsih*, Eke pratiwi*, Dwi retno A*Murfafi’ah** *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Pola makan adalah tingkah laku manusia yang menggambarkan mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu melalui pola makan yang baik akan menggambarkan status gizi seseorang. Dimana indonesia, banyak data yang diketahui bahwa anak Indonesia banyak yang terkena gizi buruk. Tujuan dilakukan penulisan Riset Keperawatan ini untuk mengetahui ada atau tidak ada dan seberapa erat hubungan pola makan dengan status gizi anak prasekolah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik cros sectional potong lintang (crosstabulation) dan tipe chi-square dimana ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan pola makan dengan status gizi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer menggunakan kuesioner dan pengukuran. Hasil penelitian didapatkan tidak adahubungan antara usia dengan status gizi yaitu p Value 0,270> α (0,05) dengan OR 0,973 maka Ho gagal ditolak, tidak ada hubungan usia dengan status gizi. Hubungan jenis kelamin dengan ststus gizi didapat p-Value 0.222 > α (0.05) dan OR 0,648 maka Ho gagal ditolak, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan status gizi. Kemudian untuk pola makan dengan status gizi didapat p-Value yaitu 0,122 > α (0,05) dan OR 3,831 maka Ho gagal ditolak, tidak ada hubungan antara pola makan dengan status gizi. Saran untuk masyarakat agar orang tua lebih pintar dalam menyediakan makanan untuk anak-anak mereka, dengan memperhatikan gizi yang seimbang. Kata kunci : pola makan,. Status gizi ABSTRACT A diet is a human behavior that illustrate the kinds and amount of food eaten every day by one person and it is typical for a particular group of people through a good diet will describe the nutritional status of a person. Where Indonesia, much of the Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
56
data is known that many Indonesian children are affected by malnutrition. The purpose of writing this Nursing Research to determine whether or not there is and how closely the relationship diet and nutritional status of preschool children. The method used in this study is a cross sectional analytical design cross-sectional (crosstabulation) and the type of chi-square where it will show no or no relationship diet and nutritional status. Data collected by means of questionnaires and measurementsof primary use.The result showed no relationship between age and nutritional status, namely p Value 0,270> α (0.05) with OR 0.973 that failed Ho is rejected, there is no age relationship with nutritional status. Ststus sex relationship with nutrient obtained p-Value 0222> α (0,05) and OR 0.648 that failed Ho is rejected, there is no relationship between gender and nutritional status. Then for diet and nutritional status obtained p-Value namely 0.122> α (0,05) and OR 3.831 that failed Ho is rejected, there is no relationship between diet and nutritional status. Suggestions for elderly people to be smarter in providing food for their children, with attention to balanced nutrition Keywords: diet ,. Nutritional status PENDAHULUAN Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 status gizi Balita di Indonesia dengan indikator BB / U menunjukkan prevalensi gizi buruk yaitu 4,9 %, kurang gizi 13 %, dan gizi lebih 5,8 % (Depkes, RI) berdasarkan data UNICEF pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 250 balita meninggal akibat kurang gizi. Setiap enam menit sekali, bocah di Somalia meninggal aklibat kelaparan (Juang, 2011). Dinas Kesehatan Banten menyatakan sebanyak 60.893 balita di Banten mengalami gangguan masalah gizi dan sebanyak 7.213 balita diantaranya mengalami gizi buruk dan 53.680 balita lainnya kekurangan gizi. Berbagai masalah kesehatan dijumpai di kalangan anak prasekolah, diantaranya kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan badan, mental, kecerdasan, dan mudah terserang penyakit infeksi. Disamping kurang gizi, ditemukan juga masalah kesehatan pada anak yang disebabkan gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukkan dan anak beresiko menderita penyakit degeneratif seperti penyakit hipertensi, penyakit jantung dan lain sebagainya (santoso, 2009).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
57
Pola makan balita dan anak dipengaruhi oleh banyak hal, salah satu contohnya yaitu seorang anak akan mengikuti pola makan atau kebiasaan makan yang ada pada masyarakat dimana anak itu tumbuh dan berkembang. Usia balita adalah waktu yang tepat untuk memulai mengenalkan pola makan. Pengenalan pola makan balita yang tepat akan mempengaruhi pola makan anak sampai dewasa. Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan pola makan dengan status gizi anak prasekolah di Kampung Dumpit RW 05Kelurahan Anyar, Kecamatan Neglasari Tangerang. TUJUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola makan anak dengan status gizi anak prasekolah METODE Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain analitik cross sectionalpotong lintang (crosstabulation) dan tipe chi-square dimana ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan pola makan dengan status gizi di Kampung Dumpit RW 05 Kelurahan Anyar, Kecamatan Neglasari Tangerang, penelitian akan dilakukan bulan Juni tahun 2013. HASIL PENELITIAN Tabel 9.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia anak Usia Frekuensi Percent 3 TAHUN 54 55.1 4 TAHUN 19 19.4 5 TAHUN 25 25.5 Total 98 100.0 Pada tabel diketahui distribusi frekuensi berdasarkan usia anak, terlihat bahwa anak yang mempunyai usia 3 tahun sebanyak 54 anak (55,1%), usia 4 tahun sebanyak 19 anak (19,4%), usia 5 tahun sebanyak 25 anak (25,5%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
58
Tabel 9.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anak Jenis kelamin
Frekuensi
Percent
LAKI LAKI 48 49.0 PEREMPUAN 50 51.0 Total 98 100.0 Pada tabel diketahui distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48 anak (49%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 anak (51%). Tabel 9.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pola makan anak Pola makan
Frekuensi
Percent
BURUK 16 16,3 BAIK 82 83,7 Total 98 100.0 Pada tabel diketahui distribusi frekoensi berdasarkan pola makan buruk sebanyak 16 anak (16,3%) dan yang memiliki pola makan baik sebanyak 82 anak (83,7%) Tabel 9.4 Distributor frekuensi berdasarkan status gizi anak Status gizi
Frekuensi
Persent
BAIK 66 67.3 KURANG 16 16.3 BURUK 16 16.3 Total 98 100.0 Pada tabel diketahui frekuensi berdasarkan status gizi anak, terlihat bahwa anak yang memiliki gizi baik sebanyak 66 orang (67,3%), kurang gizi sebanyak 16 orang (16,3%), dan yang memiliki gizi buruk sebanyak 16 orang (16,3%).
Tabel 5 crosstabulation frekuensi usia dengan status gizi Status gizi
Usia Gizi baik
Kurang gizi
Total Gizi buruk
OR (95%)CI
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
p-Value
59
3 tahun
37 68.5%
11 20.4%
6 11.1%
54 100.0%
4 tahun
11 57.9%
2 10.5%
6 31.6%
19 100.0%
5 tahun
18 72.0%
3 12.0%
4 16.0%
25 100.0%
Total
66 67.3%
16 16.3%
16 16,3%
98 100.0%
0,973
0,270
Pada tabel terlihat bahwa anak yang berusia 3 tahun yang memiliki gizi buruk sebanyak 6 orang (11,1%) 4 tahun sebanyak 6 orang (31,6%) dan yang berusia 5 tahun sebanyak 4 orang (16%) jadi dapat disimpulkan bahwa dalam semua jenjang usia anak masih terjadi gizi buruk. Berdasarkan uji statistik menggunakan chisquaredidapatkan hasil OR 0,973 jadi dapat disimpulkan anak anak yang berusia 4 tahun memiliki gizi buruk 0,973 kali lebih besar dibandingkan anak yang berusia 3 tahun dan 5 tahun didapatkan hasil p-Value sebesar 0,270 dimana nilai tersebut > α (0.05). Didapatkan bahwa Ho gagal ditolak, jadi tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dan status gizi. Tabel 9.6 crosstabulation jenis kelamin dengan dengan status gizi Jenis kelamin
Status gizi Gizi baik
Kurang gizi
Total Gizi buruk
Laki-laki
36 75.0%
5 10.4%
7 14.6%
48 100.0%
Perempuan
30 60.0%
11 22.0%
9 18.0%
50 100.0%
Total
66 67.3%
16 16,3%
98 100.0%
16 16.3%
OR (95%)CI
p-Value
0,648
0,222
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
60
Pada tabel terlihat bahwaanak yang berjenis kelamin laki-laki yang memiliki gizi buruk ada 7 orang (14,6%) dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (18%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hasil OR 0.648 jadi dapat disimpulkan anak yang perempuan memiliki gizi buruk 0,648 kali lebih besar dibandingkan anak laki-laki yang dan didapatkan hasi p-Value sebesar 0,222 dimana nilai tersebut > α (0,05). Didapatkan bahwa Ho gagal ditolak, jadi tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan status gizi. Tabel 9.7 crosstabulation pola makan dan status gizi Status gizi Pola makan Gizi baik
Kurang gizi
Total Gizi buruk
Buruk
7 43.8%
4 25.0%
5 31.2%
16 100.0%
Baik
59 72.0%
12 14.6%
11 13.4%
82 100.0%
Total
66 67.3%
16 16,3%
98 100.0%
16 16.3%
OR (95%)CI
p-Value
3,831
0,079
Pada tabel terlihat bahwa anak yang berpola makan buruk dengan status gizi buruk sebanyak 5 orang (31,2%) dan berpola makan baik dengan status gizi buruk sebanyak 11 0rang (13,4%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hasil OR 3,831 jadi dapat disimpulkan bahwa anak yang berpola makan buruk 3,831 kali lebih besar terjadi gizi buruk dibandingkan anak yang berpola makan baik didapatkan hasil p-Value sebesar 0,079 dimana nilai tersebut >α (0.05). didapatkan bahwa Ho gagal ditolak, jadi tidak ada hubungan yang bermakna antara pola makan dan status gizi. DISKUSI Anak prasekolah merupakan kelompok umur yang sering menderita kekurangan gizi. Pada usia ini anak sudak memiliki sifat konsumen aktif yaitu sudah bisa memilih makanan sendiri (Santoso, 2007). Pada penelitian ini usia anak prasekolah rentang terjadi kekurangan gizi karena dalam usia prasekolah tersebut anak sudah bisa memilih makanan mereka sendiri, ini dapat dipengaruhi oleh Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
61
berbagai macam iklan di televisi serta meniru makanan yang di santap oleh teman sebayanya ataupun meniru apa yang dikonsumsi oleh orang tuanya. Pola makan atau pola konsumsi pangan menurut beberapa pakar yaitu cara pemenuhan kebutuhan gizi yang diperoleh dari makanan yang digunakan sebagai bahan energi, pola makan yang baik akan mempengaruhi status status gizi yang baik pula. Pada kenyataan yang didapatkan dilapangan, banyak anak prasekolah yang memiliki gizi buruk karena faktor lingkungan yang kurang baik (kotor), orang tua yang bekerja hingga sore, nafsu makan yang buruk serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh putra putri mereka. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak, jadi tidak ada hubungan yang bermakna antara pola makan dan status gizi. DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, S.2007. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT. Gramedia pustaka utama. 2. Almatsier S, dkk. 2011. Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta : PT Gramedia 3. Irianto, Djoko Pekik.2010. Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan. Yogyakarta : Penerbit Abadi 4. Nyoman, S. dkk. 2012. Penilaian status gizi. Jakarta : Penerbit EGC 5. Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta : Graha Ilmu
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
62
Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD tarhadap tindakan pencegahan DBD yang dilakukan keluarga di RW 12 desa Sukabumi Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep*, Nurjazilah*, Fransiska*, Dwi retno A.*, Umi amanah** *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Dikenal bermacam-macam jenis virus penyebab penyakit demam berdarah, tetapi di Indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah, yaitu virus dangeu dan virus chikungunya. Diantara kedua jenis virus yang terdapat dinegri kita, virus dangue merupakan penyebab terpenting dari demam berdarah. Oleh karena itu penyakit demam berdsarah yang kita kenal tepatnya bernama demam berdarah dangue, sesuai dengan nama virus penyebab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD pada anggota keluarga yang dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2012. Desain penelitian ini merupakan desain korelasi. Besar sempel adalah 45 orang. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis menggunakan uji pearson corelation dan uji chi-square. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Kp Gembor Rt 01/06 tanggal 13 Agustus 2012 dari 45 responden. Hasil analisis data pearson corelation didapatkan nilai -0,577 dikatagorikan korelasi cukup dan dengan analisa data dengan menggunakan chi-square didapatkan x2 hitung > x2 tabel dengan nilai 15.000 > 3,481, maka Ho ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik ada hubungan negatif antara tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD pada anggota keluarga. Kata kunci : Tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD – kejadian DBD ABSTRACT Dengue fever is an infectious disease caused by a virus. Known various types of viruses that cause dengue fever, but in Indonesia there are only two types of viruses that cause hemorrhagic fever, which dangeu virus and chikungunya virus. Between the two types of viruses that are dinegri us, dangue virus is the most important cause Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
63
of hemorrhagic fever. Therefore fever berdsarah we know precisely named dengue dangue, according to the name of the virus that causes. The purpose of this study was to determine the correlation between family knowledge about the prevention of dengue fever with dengue incidence in family members held on 29 August 2012. This study design is the design of the correlation. Large sempel is 45 people. Data presented in tables and analyzed using Pearson Correlation test and chi-square test. From the research that has been conducted in Kp gembor Rt 01/06 dated August 29, 2012 from 45 respondents. Results of the data analysis Pearson Correlation -0.577 categorized correlation values obtained fairly and with data analysis using the chisquare obtained count x2> x2 table with a value of 15.000> 3.481, then Ho is rejected so that it can be concluded that statistically there is a negative relationship between the level of knowledge of family on the prevention of dengue fever with dengue incidence in family members. Keywords: Level of family knowledge about dengue prevention - incidence of dengue PENDAHULUAN Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, epidemik Deman Berdarah Dangue (DBD) sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, (Djunaedi,2006:7). Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini terutama dijumpai pada dewasa dan tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam kerentanan terhadap serangan Deman Berdarah Dangue (DBD) antar gender (Djunaedi,2006:7). Sejak pertamakali ditemukan jumlah kasus menunjukkan kecendrungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) setiap tahun. Berdasarkan data yang didapatkan jumlah penderita Deman Berdarah Dangue (DBD) Pada bulan Februari 2009 wabah demam berdarah di Provinsi Banten sebanyak 104 Jiwa (www.wikipedia,2007) Berdasarkan fenomena yang peneliti lihat di Kp. Gembor Rt 01/06 Kec. Jati uwung Kab. Tangerang banyak orang yang terkena DBD karena dilihat dari lingkungan sekitarnya kotor, terdapat genangan air, tersumbatnya saluran pembuangan air sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut tentang “Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD pada anggota keluarga di Kp. Gembor Rt 01/06 Kec. Jati uwung Kab. Tangerang”. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
64
TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD pada anggota keluarga METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kolerasi dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variable independen dan dependen mengungkapkan permasalahan mengenai hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD pada anggota keluarga. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kp. Gembor Rt 01/06. Kelurahan pasir jaya yang dilaksanakan pada Agustus - November 2012. HASIL PENELITIAN Tabel 10.1 Distribusi pengetahuan pencegahan DBD Pengetahuan Kejadian DBD pencegahan Terjadi Tidak Terjadi DBD Total Persentase dengan Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase kejadian DBD Baik 15 55,6% 12 44,4% 27 100% Kurang 0 0% 18 100% 18 100% Total 15 33,3% 30 66,66% 45 100% Dari tabel diketahui bahwa responden yang mempunyai pengetahuan pencegahan DBD baik dan terjadi DBD sebanyak 15 responden (55,6%), 12 responden (44,4%) mempunyai pengetahuan baik dan tidak terjadi DBD, yang mempunyai pengetahuan kurang tapi terjadi 0 responden (0%) dan yang pengetahuan kurang tidak terjadi 18 responden (100%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
65
Tabel 10.2 Korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD Tingkat pengetahuan Kejadian DBD keluarga tentang pencegahan DBD Kejadian DBD Person correlation 1 -,577** Sig. (2-tailet) ,000 N 45 45 Tingkat pengetahuan Person correlation -,577** 1 keluarga tentang Sig. (2-tailet) ,000 pencegahan DBD N 45 45 Korelasi hubungan antara variabel independen pengetahuan tentang pencegahan DBD dengan variabel dependen kejadian DBD mempunyai nilai 0,577 jadi hubungan antara pengetahuan DBD dengan kejadian DBD mempunyai kekuatan hubungan yang cukup dan hasilnya negatif, maksudnya bila pengetahuan tentang pencegahan DBD lebih baik maka kejadian DBD lebih rendah (berkurang) atau sebaliknya. Tabel 10.3 Mengetahui hubungan dengan hasilkolerasi No
Interval koefesien
Tingkat hubungan
1 ±0,00-0,199 Korelasi sangat rendah 2 ±0,21-0,399 Korelasi rendah 3 ±0,40-0,599 Korelasi cukup 4 ±0,60-0,799 Korelasi kuat 5 ±0,80-1,00 Korelasi sangat kuat Arah negatif (-) : Artinya semakin tinggi variabel x maka semakin rendah variabel y Arah positif (+) : Artinya semakin tinggi variabel x maka semakin tinggi juga variabel y Tabel 10.4 Hasil uji hipotesis (X2)
Pearson chi-square
Value
DF
15,000a
1
Dari tabel diatas didapat Person chi-square 15,000 dengan X2 tabel 3,481 Keterangan : Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
66
Jika X2 tabel > X2 hitung = maka Ho diterima Jika X2 tabel < X2 hitung = maka Ho ditolak Maka Ho ditolak, jadi ada hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD. DISKUSI Hasil yang didapatkan peneliti bahwa ada hubungan negatif, dimana semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin rendah yang mengalami kejadian tidak DBD, namun sebaliknya pada pengetahuan yangkurang didapatkan hasil bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan, maka tingkat kejadian yang tidak terjadi DBD semakin banyak. Dari hasil analisa bivariat maka jika dihubungkan dalam teori yang dikemukakan Lawrence green dimana prilaku manusia dari tingkat kesehatan atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor prilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (non behavior causes). KESIMPULAN Ho ditolak jadi ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan DBD dengan kejadian DBD pada anggota keluarga. DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah, edisi 8 vol. 1. Jakarta : EGC 2. Djunnaedi. 2006. DBD Di Asia Tenggara. Jakarta : Rineka Cipta 3. Suhendrao, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 3, edisi 4, FKUI. Jakarta 4. Ahmad, nur. 2009. Sikap dan praktek keluarga tentang pencegahan DBD. Jakarta Selatan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
67
HUBUNGAN POLA NUTRISI DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BUMI TAHUN 2012 Ida faridah S.kep M.kes**, Kurniati*, Fani P.*,Sri umta*, Nur arumi* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan temuan dan menjawab hipotesis penelitian yaitu, terdapat hubungan pola nutrisi dengan kejadian tuberkulosis paru diwilayah kerja Puskesmas Kota Bumi Tahun 2012. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknis analisis data menggunak an analisis univariat dan bivariat. Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pola nutrisi dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kota Bumi Tahun 2012 yang ditunjukan dengan hasil uji statistik yaitu P value = 0.00 < α 0.05. Hubungan dua arah antara gizi dan TB Paru menyebabkan tingginya prevalensi gizi pada penderita TB. Kesimpulan dan saran Memang Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pola nutrisi dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012. Perlu dilakukan penyuluhan kesehatan masyarakat secara berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan TB Paru. Kata Kunci : Nutrisi, Tuberkulosis Paru ABSTRACT This study was conducted to produce findings and answer the research hypothesis is, there is a relationship pattern with the incidence of pulmonary tuberculosis nutrients working area of Earth City Health Center in 2012. The research method In this research method used is quantitative research, the method of research that is based Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
68
on the philosophy of positivism, used to examine the population or a particular sample. The sampling technique is generally done at random, data collection using research instruments, quantitative data analysis / statistics with the aim to test the hypothesis that has been set. The instrument used in the form of a questionnaire sheet. Technical analysis of data using univariate and bivariate analyzes. Results There Was a significant relationship between the variables of nutritional patterns with the incidence of Tuberculosis in Kota Bumi Puskesmas Tangerang 2012 shown by the results of a statistical test that P value = 0.00 <α 0:05. Two-way relationship between nutrition and the high prevalence of pulmonary TB causes malnutrition in patients with TB.Conclusions and recommendations There was a significant relationship between the variables of nutritional patterns with the incidence of Tuberculosis in Kota Bumi Puskesmas Tangerang 2012. It should be done in a sustainable community health education that aims to increase public knowledge about everything associated with pulmonary TB. Keywords: Nutrition, Tuberculosis PENDAHULUAN Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan.Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit. Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan standard kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA) (Wikipedia Bahasa Indonesia). Menurut Sunita Almatsier (2009), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Pada kondisi gizi kurang dapat memicu munculnya berbagai penyakit infektif, salah satunya adalahTuberkulosis (TB), penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan global dan merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2013 ada 9 juta kasus baru tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,5 juta orang meninggal karena tuberkulosis (WHO, 2014). Sementara itu di Indonesia menempati peringkat 5 negara tertinggi angka penderita kasus tuberkulosis paru di dunia, yaitu 410.000-520.000 (WHO, Global Tuberculosis Report, 2014). Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
69
TUJUAN PENELITIAN Diketahuinya hubungan antara pola nutrisi dengan kejadian Tuberkulosis (TB) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tahun 2012. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:7). HASIL PENELITIAN Tabel 11.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012 dengan n=90 Hasil Penelitian Karakteristik N % Kelompok Umur 1. 17 - 30 tahun 36 40% 2. 31 – 45 tahun 28 31,1% 3. 46 – 59 tahun 18 20% 4. > 60 tahun 8 8,9 % 90 100% Total Berdasarkan Tabel tersebut di atas, terdapat 90 responden dengan kelompok umur terbanyak yaitu 17-30 tahun sebanyak 36 orang atau 40%,sedangkan yang paling sedikit yaitu dengan kelompok umur di atas 60 tahun sebanyak 8 orang atau 8.9%. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi TangerangTahun 2012 dengan n=90 Hasil Penelitian Karakteristik N % Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
46 44
51,1% 48,9%
Total
90
100%
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
70
Sementara itu berdasarkan jenis kelamin, terdapat 51.1% atau 46 orang berjenis kelamin laki-laki, dan 44% atau sebanyak 44 orang berjenis kelamin perempuan. Tabel 11.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012 dengan n= 90 Hasil Penelitian Karakteristik N % Pendidikan 1. SD 47 52,2% 2. SMP 32 35,6% 3. SMA 8 8,9% 4. PT 3 3,3% 90 100% Total Adapun berdasarkan pendidikan responden, terdapat 52.2% atau sebanyak 47 orang dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), dan yang paling sedikit yaitu berpendidikan terakhir dari Perguruan Tinggi (PT) yaitu 3 orang (3.3%). Tabel 11.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012 Hasil Penelitian Karakteristik N (%) Penghasilan 1. < UMR Kota Serang (< Rp.2.375.000) 73 81,1% 2. > UMR Kota Serang (> Rp.2.375.000) 17 18,9% 90 100% Total Sebagian besar responden memiliki penghasilan di bawah Upah Minimum Kota Serang, yaitu sebanyak 73 orang atau 81.1%, sedangkan responden dengan penghasilan di atas UMR Kota Serang yaitu sebanyak 17 orang atau 18.9%.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
71
Tabel 11.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012 dengan n=90 Hasil Penelitian Karakteristik N % Pekerjaan 1. PNS/TNI/Polri 15 16.7% 2. Karyawan Swasta 9 10% 3. Wiraswasta 3 3.3% 4. Buruh/Buruh Lepas/Petani/Pedagang 40 44.4% 5. Tidak Bekerja/IRT 23 25,6% 90 100% Total Sebagian besar responden bekerja sebagai buruh/buruh lepas, petani dan pedagang yaitu berjumlah 40 orang atau 44.4%, sedangkan responden dengan jumlah paling sedikit adalah wiraswasta yaitu sebesar 3.3% atau 3 orang responden. Tabel 11.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012 dengan n=90 Hasil Penelitian Karakteristik N % Status Penyakit 1. BTA + 45 50% 2. BTA 45 50% 90 100% Total Adapun berdasarkan status penyakit responden, masing-masing dengan status BTA+ dan BTA- adalah sebanyak 45 orang (50%). Tabel 11.7 Hasil Analisa Univariat Variabel Penelitian Pola Nutrisi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012, n=90 Variabel N % Baik 42 46.7%% Pola Nutrisi Kurang 48 53.3% Tabel 11.7 di atas menunjukkan bahwa dari total 90 responden, pada variabel pola nutrisi terdapat sebagian besar responden dengan pola nutrisi yang kurang baik yaitu 48 orang (53.3%). Terdapat responden dengan pola nutrisi baik yaitu 42 orang (46.7%).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
72
Tabel 11.8 Hasil Analisa Univariat Variabel Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012, n=90 Variabel Kejadian TB Paru
Terjadi Tidak Terjadi
N 45 45
% 50% 50%
Tabel 11.8 menunjukkan bahwa pada variabel kejadian TB Paru, dari total 90 orang responden terdapat 45 orang (50%) mengalami kejadian TB Paru, dan 45 orang lainnya (50%) tidak mengalami kejadian TB Paru. Tabel 11.9 Hasil Analisa Bivariat Hubungan Pola Nutrisi dan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012, n=90 Variabel Kejadian Tuberkulosis Paru Total P Value Tidak Terjadi Terjadi Pola Nutrisi N % N % N % Baik Kurang
3 42
3.3% 46.7%
39 6
43.3% 6.7%
42 48
46.7% 53,3%
0.00
45 50% 90 100% 45 50% Total Tabel 11.9 menunjukkan hubungan silang antara variabel pola nutrisi dengan variabel kejadian TB Paru, sebagian besar responden yaitu 48 orang atau 53.3% dengan pola nutrisi kurang baik yang mengalami kejadian TB Paru yaitu sebanyak 42 orang atau 46.7% dan 6 orang atau 6.7% tidak mengalami kejadian TB Paru. Sedangkan pada variabel pola nutrisi yang baik terdapat sebanyak 42 orang atau 46.7% yang terdiri dari 3 responden atau 3.3% mengalami kejadian TB Paru dan 39 responden atau 43.3% tidak mengalami kejadian TB Paru. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai kemaknaan PValue 0.00, lebih kecil dari α 0.05 (P value< 0.05), menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola nutrisi dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012. DISKUSI Berdasarkan hasil analisa bivariat mengenai hubungan pola nutrisi dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kota Bumi Tangerang Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pola nutrisi Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
73
kurang baik mengalami kejadian TB Paru, yaitu sebesar 46.7 %, sedangkan hanya 6.7% yang tidak mengalami kejadian TB Paru. Adapun responden dengan pola nutrisi baik terdapat 3.3% yang mengalami kejadian TB Paru dan sebagian besarnya atau 43.3% dengan pola nutrisi baik, tidak mengalami kejadian TB Paru. Jadi dapat disimpulkan bahwa dibandingkan dengan responden yang berpola nutrisi baik dan responden yang mempunyai pola nutrisi kurang baik, penderita TB Paru lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai pola nutrisi kurang baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kementrian Kesehatan RI, (2014) dalam Pedoman Gizi Seimbang, yang menyatakan bahwa asupan gizi merupakan hal yang paling penting dalam pola makan seseorang. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi,produktifitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Begitu pula menurut Badan Litbang Depkes RI (2012), proporsi tuberkulosis paru ditemukan sedikit lebih besar pada yang mengkonsumsi buah sayur kurang dari 5 porsi/hari. Proporsi tuberkulosis paru yang besar juga ditemukan pada kondisi status gizi kurus. Adapun WHO dalam jurnal Nutritional Care and Support for Patients with Tuberculosis 2013, menemukan rendahnya asupan kalsium, zat besi dan asam folat, vitamin dan mineral pada orang dewasa, khususnya wanita menyusui, dengan TB aktif dan gizi kurang, dan untuk mendapatkan kembali indeks massa tubuh yang normal setelah pengobatan TB, mereka harus mendapatkan penilaian gizi dan konseling dari petugas kesehatan setempat, dan jika ada indikasi, agar diberikan makanan tambahan yang kaya gizi yang diperlukan untuk mengembalikan status gizi normal. KESIMPULAN Terdapat 45 orang responden berstatus penyakit Tuberkulosis Paru BTA+, yang sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (51.1%), pada usia produktif (71.1%) dengan pendidikan terakhir sekolah dasar (52.2%), berpenghasilan kurang dari UMR Kota Serang (81,1%) yang bekerja sebagai buruh/buruh lepas/petani/pedagang (44.4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 42 orang atau 46.7 % responden yang memiliki pola nutrisi kurang baik mengalami kejadian Tuberkulosis paru Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pola nutrisi dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Kota Bumi Tangerang Tahun 2012. Hubungan dua arah antara gizi dan TB Paru menyebabkan tingginya prevalensi gizi pada penderita TB.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
74
DAFTAR PUSTAKA 1. Berman Audrey, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. hlm. 438. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2. Brunner and Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC. 3. Soekirman, Prof, Dr. 2000 Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Dikti. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 4. Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. 5. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2011. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Proverawati, Asfuahs. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 7. Polit, P.F, & Beck, C.T., & Hungler, B.P. 2006. Essentials of Nursing Research: Methods Appraisal and Utilization. Vol. 1. St. Louis: Mosby.Inc. 8. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
75
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TUMBUH KEMBANG BATITA DI WILAYAH PUSKESMAS SUKAMANTRI TANGERANG TAHUN 2012 Ns.Katrin Agustina ,S **, Endang P*, Eni Prihati.*,Heppy*, Ida Eka F* *Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi **Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi ABSTRAK Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai kekebalan terhadap berbagai penyakit, dan secara emosional akan lebih nyaman karena kedekatan dengan ibu. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan tumbuh kembang Batita di Wilayah Puskesmas sukamantri Kabupaten Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua Batita di puskesmas sukamantri tangerang dengan rata-rata perbulan 150. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 Batita yang dihitung berdasarkan rumus Slovin, sampel diambil secara simple rondom sampling. Data diperoleh dengan cara membagikan formulir pendataan dan observasi pertumbuhan dengan KMS dan perkembangan dengan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R) II. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian didapatkan dari 60 Batita di Puskesmas Pasir Nangka sebagian besar yaitu 39 (65%) tidak mendapatkan ASIdan 39 (65%) dengan tumbuh kembang dalam kategori baik.Terdapat hubungan ASI Eksklusif dengan tumbuh kembang Batita dengan pvalue 0,041<α(0,05). Diharapkan tenaga medis, kader posyandu, agar dapat mendukung gerakan inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI sesaat setelah bayi lahir dan memberikan arahan serta pengetahuan kepada ibu hamil dan menyusui melalui promosi kesehatan. Kata Kunci : ASI, Tumbuh Kembang, Batita ABSTRACT Babies who are breastfeeding will be healthier, smarter, have immunity against various diseases, and emotionally will be more comfortable because of the closeness to the mother. The aim of research to determine the relationship of breastfeeding with the development of the toddlers in the Puskesmas of sukamantri Kabupaten Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
76
Tangerang. This research is descriptive analytic with cross sectional approach. The population in this study were all toddlers in the Puskesmas puskesmas sukamantri tangerang with monthly average of 150. The sample size in this study were 60 toddlers were calculated based on the formula Slovin, samples taken by simple random sampling. Data obtained by dividing the form of data collection and observation of growth with KMS and development with Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R) II. The data were analyzed using univariate and bivariate with Chi-Square test. The result showed 60 toddlers at the Puskesmas of puskesmas sukamantri tangerang most of at 39 (65%) did not receive breastfeeding and 39 (65%) with growth in the good category. There is relationship breastfeeding with growth Toddlers with pvalue 0,041< (0,05). Expected medical personnel, posyandu cadres, in order to support early initiation of breastfeeding movement with breastfeeding shortly after birth and provides guidance and knowledge to pregnant and nursing mothers through health promotion.Keywords: Breastfeeding, Growth, Toddlers PENDAHULUAN Pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif (0-6 bulan) bahkan yangmenurut ajaran Islam harus sampai dua tahun merupakan suatu pondasi awal pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kelalaian pemberian ASI pada hari-hari pertama dan tahun-tahun pertama kehidupanbayi dapat berakibat fatal pada tahap kehidupan selanjutnya.Ini berartiindikasi adanya ancaman terhadap upaya mewujudkan pembentukan SDM yang berkualitas. Kekhilafan pemberian ASI ini tidak dapat dikoreksi padakehidupan bayi atau anak pada tahap selanjutnya karena pada hari-hari dantahun-tahun pertama kehidupan bayi terjadi suatu proses yang sangat pentingyakni proses penyempurnaan pembentukan sel-sel organ kecerdasan (otak)dan pertumbuhan fisik yang cepat. Kesuksesan proses ini harus didukung olehasupan gizi dan protein yang sangat kompleks seperti yang terdapat pada ASI(Yanwirasti, 2004). Pencapaian tumbuh kembang yang optimal pada bayi, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus diperhatikan yaitu: pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2009). Meski demikian dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
77
pelaksanaannya menunjukan banyaknya pelanggaran.Banyak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu dengan memberi bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI.Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir. Hal inimenggambarkan meningkatnya pemberian MP-ASI dini dari 71,4% pada tahun 2007 menjadi 75,7% pada tahun 2008 (Depkes RI, 2010).Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia penyebab utama kematian pada balita adalah diare, yaitu sebesar 25,2%dan kematian akibat ISPA sebesar 15,5%. Salah satu faktor risikonya adalah pemberian MP-ASI dini (Depkes RI, 2010). Pemantauan pertumbuhan balita penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan diberbagai tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang batita di Wilayah Sukamantri Tangerang tahun 2012. METODE Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasionaldengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Bertujuan untuk mendapatkan hubunganpemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang batita di wilayah puskesmas sukamantri Kabupaten Tangerang tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
78
HASIL PENELITIAN Tabel 12.1 Distribusi Frekuensi Batita di Puskesmas Sukamantri KabupatenTangerang Periode tahun 2012 No KarakteristikResponden Frekuensi % 1 Umur 1 tahun 24 40.0 2 Tahun 22 36.7 >2 tahun - 3 Tahun 14 23.3 Jumlah 60 100 2 Jenis Kelamin Laki-laki 33 55 Perempuan 27 45 Jumlah 60 100 Gambaran Perkembangan Tabel 12.2 Distribusi Frekuensi Perkembangan Batita di Puskesmas Sukamantri Kabupaten Tangerang tahun 2012 No Perkembangan Frekuensi % 1 Perilaku Sosial Normal 53 88.3 Suspek 5 8.3 Unstetabel 2 3.3 Jumlah 60 100 2 Bahasa Normal 51 85 Suspek 7 11 Unsteabel 2 3.3 Jumlah 60 100 3 Motorik Kasar Normal 53 88.3 Suspek 3 5 Unsteabel 4 6.5 Jumlah 60 100 4 Motorik Halus Normal 53 88.3 Suspek 2 3.3 Unsteabel 5 8.3 Jumlah 60 100 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
79
Berdasarkan tabel 12.2 diketahui bahwa dari 60 Batita di puskesmas sukamantri tangerang sebagian besar yaitu 53 (88.3%) dengan perilaku sosial dalam kategori normal, 51 (85%) dengan perkembangan bahasa dalam kategori normal, 53 (88.3%) dengan perkembangan motorik kasar dalam kategori normal dan 53 (88.3%) dengan perkembangan motorik halus dalam kategori normal. Tabel 12.3 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Tumbuh Kembang Batita di Puskesmas Sukamantri Tangerang Periode Agustus 2015 Tumbuh Kembang Total P Value Pemberia Baik Sedang Kurang n ASI N % N % N % N % 0 0 Eksklusif 18 85.7 3 14.3 21 100 0,041 Non Eksklusif 21 53.8 15 38.5 3 7.7 39 100 3 5 Jumlah 39 65 18 30 60 100 Hasil tabel silang antara pemberian ASI Eksklusif diketahui dari 21 Batita dengan ASI eksklusif sebagian besar yaitu 18 (85.7%) dengan tumbuh kembang dalam kategori baik sedangkan dari 39 Batita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebagian besar yaitu 21 (53.8%) dengan tumbuh kembang dalam kategori baik dan terdapat pertumbuhan kurang sebesar 3 (7,7%).Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai pvalue 0,041(< alpha= 0.05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara ASI eksklusif dengan tumbuh kembang Batita. DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 60 Batita di Puskesmas Sukamantri sebagian besar yaitu 39 (65%) tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Fitri, Chundrayetti, Semiarty (2013) yang berjudul Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo, Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif masih rendah (30%) dibandingkan ASI KESIMPULAN Pembahasan mengenai hubungan ASI Eksklusif dengan Tumbuh Kembang Batita di puskesmas sukamantri Kabupaten Tangerang tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa Batita di puskesmas sukamantri tangerang sebagian besar tidak mendapatkan Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
80
ASI Eksklusif, Batita di Puskesmas Pasir Nangka sebagian besar dengan tumbuh kembang dalam kategori baik dan Terdapat hubungan ASI eksklusif dengan tumbuh kembang Batita non eksklusif (70%). DAFTAR PUSTAKA 1.Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. 2.Fitri, Chundrayetti, Semiarty (2013) Yang berjudul Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 di Puskesmas Nanggalo.Jurnalfk.Unad.ac.id. 3.Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 4.Puskesmas Pasir Nangka. 2014. Profil Kesehatan Puskesmas Pasir Nangka. Kabupaten Tangerang. 5.Purwanti S, Hubertin. 2004.Konsep penerapan ASI eksklusif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 6.Riyanto, Agus. 2009. AplikasiMetodologiPenelitianKesehatan. Yogyakarta: NuhaMedika. 7.Sugiyono.2010.MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D. Bandung: Alfa Beta. 8.Sulastri, Murniningsih. 2008. PengaruhPemberian ASI Eksklusif terhadap Berat Badan Bayi Umur 4-6 bulan. Tuban: Stikes
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 6 Desember 2012. ISSN 2086-9266
81