Edisi Mei 2016
bersedia menerima dengan lapangan dada dan pikiran. Semua ini kami berharap menerbitkan buletin untuk satu edisi kepada para penulis –pemula- untuk “ engingat lupa”. Kata ini pernah tiap bulannya (sebelumnya dua edisi tetap konsisten dalam mengasah kita dengar pada tayangan televisi per bulannya). kecerdasan dan ide-ide kreatifnya. (tv). Ini serupa tema. Acara tersebut Pada edisi Mei kali ini tidak Semoga dengan terbitnya buletin ini, mengajak kita untuk mengingat banyak yang kami janjikan kepada bisa membantu para penulis pemula kembali kejadian-kejadian masa lalu. pembaca, mengingat tulisan-tulisan dalam mengembangkan Tujuannya adalah penyadaran. yang ada hanyalah berupa arsip. kemampuannya. Artinya sejarah itu penting. Bukan Kami tidak ingin arsip ini menjadi Beginilah sejarah kami berdiri. hanya di Indonesia, di belahan benua “sampah” dan terbengkalai begitu Memunculkan manusia yang berpikir mana pun, sejarah mesti dipelajari. saja. Dengan inisiatif dari tim sehingga melahirkan ide-ide Indonesia kreatif yang berguna bagi sendiri memiliki sesama manusia dan sejarah yang begitu lingkungan. Tindakan ini banyak. Mulai dari kami rasa tidaklah begitu sejarah raja-raja, muluk untuk kami sebutkan di penjajahan kolonial, sini. Kami tidak akan kemerdekaan, pasca merahasiakan sedikit pun, kemerdekaan, dan tentang apapun yang menurut lain-lain. Inilah yang kami layak untuk disebutkan. menjadi dasar ilmu Benturan terakhir, ya, bagi kita. Mari kita kepada pembacalah. Kami gali lewat buku-buku tidak akan turut-campur. sejarah itu sendiri, Kami terima masukannya. juga sastra. Ini bisa Tapi bukan sekedar “ota kita jadikan bahan lapau”. Dengan begitu, kami pijakan untuk bisa mencari cara mengetahui peristiwa meningkatkan kualitas isi silam. buletin ini tiap edisinya ke Dengan depan. perkembangan Walau bagaimana pun, teknologi saat ini, sejarah itu tidak bisa tidak ada lagi alasan manajemen PONDKREA TJ sendiri, dikaburkan. Pembaca yang “gila” kepada kita untuk tidak membaca. tulisan-tulisan tersebut kami hadirkan akan terus mencari dan mencari Jika buku terlalu mahal, maka media ke tengah publik, terlepas dari sehingga dia menemukan titik paling sosial (medsos) bisa dijadikan solusi. berkualitas atau tidak, layak atau benar. Inilah yang nantinya akan Tinggal mengetik di Google apa yang tidak untuk dibaca. menjadi bom waktu atau menjelma kita inginkan, lalu browsing, semua Kami hanya menghargai para sebagai boomerang. akan ada. Tinggal pilih. Seperti di penulis yang mau menyediakan pasar tradisionalkah? Begitulah kira- sedikit waktu untuk mengembangkan Selamat membaca buletin kami! kira. dirinya lewat tulisan. Selain itu, kami Di bulan Mei 2016 ini, kami juga memperkenalkan para penulis dari redaksi buletin PONDKREA TJ pemula yang pernah datang ke memroduksi edisi ke tiga. Terhitung pondok kami (Pondkrea). Jika ada Redaksi dari bulan Maret 2016 lalu. Berbeda yang bertanya tentang isi buletin dari terbitan di tahun 2011-2012 kami, karena tidak berkualitas isinya silam, tahun ini (2016), kami atau apalah itu kritiknya, maka kami
M
2¦
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
Dapur Redaksi....................... 2
INFORMASI
Daftar Isi................................ 3 Di tahun 7 proses perjalanan PONDKREA TJ, kami men-
yediakan ruang bagi kreator yang ingin berproses. Proses diRumah Baca........................... 4 lakukan di-3 titik yakni Kabupaten 50 Kota, Bukittinggi dan Padang. Bagi kreator di luar dari 3 titik tersebut dapat melaTeras Baca............................. 5 kukan dengan cara on-line. Tahap pertama ruang proses dibuka untuk: Galeri Foto............................. 6
1. Bimbingan menajemen even dan organisasi (maksimal 10
Sajak-sajak............................. 7 orang) Sajak-sajak............................. 8 Ruang Opini........................... 9
2. Bimbingan kepenulisan kreatif (maksimal 10 orang) 3. Bimbingan kepenulisan karya ilmiah (maksimal 3 orang)
Ngakak................................. 10
4. Bimbingan dokumentasi karya sederhana (maksimal 10 Cerita Ceria.......................... 11 orang) Cerita Ceria.......................... 14 Bagi siapapun yang berminat, silakan mendaftar dengan men-
girimkan biodata ke e-mail:
Journey................................. 16
[email protected] dengan subjek: PEN-
DAFTARAN PROSES KREATIF. Serta adm Rp 100.000/
Cerita Ceria.......................... 17 orang. Semua adm yang terkumpul akan dialokasikan untuk Cerita Ceria.......................... 20 Ruang Opini......................... 22
pembelian buku bahan bacaan di Rumah Baca PONDKREA TJ. Salam. “dengan berkarya kita ada”
Pondok Nongkrong.............. 24 Jajaran Redaksi: Pimpinan Produksi : Riyon Fidwar, Redaktur : Maira Eka Sari, Editor : Anisa Hamidi, Layout : Aulia Rahman Yusro, Desain : Melani Eka Sari.
Alamat: Belakang SD 07 Guguak VIII Koto, Simpang Melayu Kubang Tungkek, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat Indonesia, 26253 “dengan berkarya kita ada”
¦3
Edisi Mei 2016
MENDENGAR PEMBACAAN DONGENG DI RUMAH BACA PONDKREA TJ pengetahuan serta tuli informasi. Banyak hal yang bisa menjadi kebutuhan yang sangat harus pemancing minat baca anak-anak. dipenuhi. Hal itu disebabkan karena Dari sekian banyak cara sejatinya manusia hidup untuk menumbuhkan minat baca anak, belajar. Menjalani hidup tanpa ilmu melalui kegiatan Mendengar akan membuat manusia menjadi Pembacaan Dongeng, anak-anak di makhluk tak berguna, baik untuk Rumah Baca PONDKREA TJ diajak orang di sekelilingnya maupun untuk mengenal dunia literasi. Bahasa dan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin pilihan diksi dalam dongeng yang makhluk yang tak berguna akan ringan serta topik pembicaraan yang mengemban kekhalifahan yang sudah mendidik, akhirnya kegiatan diamanatkan pada dirinya. Dengan Mendengarkan Pembacaan Dongeng membaca manusia akan memiliki diselenggarakan untuk memunculkan minat rasa ingin tahu anak. Tentunya rasa ingin tahu akan membawa anak untuk membaca dan mencari hal yang dipertanyakannya dalam bacaan. Kata-kata sangat memengaruhi pola pikir manusia. Sedapat mungkin kata-kata yang diterima oleh anakanak adalah kata-kata yang membangun dan mendidik pribadi mereka. Kebiasaan anak-anak akan selalu menjadi pakaian mereka hingga mereka tumbuh dewasa. Pribadi seseorang sering kali dibentuk oleh kata-kata seperti apa yang selalu ia dengar. Keajaiban kata -kata dalam kehidupan manusia bukanlah hal yang baru.
Membaca pada hakikatnya adalah
pengetahuan dan ilmu yang akan menuntun mereka menjalani hidup dengan penuh makna, hingga kekhalifahan dapat dilaksanakan. Memperkenalkan aktivitas membaca di usia anak-anak akan sangat membantu memunculkan generasi yang gemar dan cinta membaca. Hingga nanti akan mengurangi generasi yang buta
4¦
Mendengar Pembacaan Dongeng Mengembangkan Daya Imajinasi Anak Anak-anak yang memiliki imajinasi akan membantu mereka dalam berkreativitas. Imajinasi akan membantu mereka dalam menciptakan atau menghadirkan ide kreatif yang menguntungkan.
Anak-anak yang terbiasa membangun imajinasi akan lebih mudah mengembangkan apa yang telah diperolehnya. Seperti halnya para ilmuan dunia yang berhasil dengan imajinasinya. Berawal dengan imajinasi, orang bisa akhirnya ke bulan, bisa menemukan lampu, bisa membuat pesawat terbang dan
banyak hal menguntukan lainnya. Dalam rangka memunculkan minat baca anak-anak, tim manajemen PONDKREA TJ berangsur-angsur menambah stok buku dongeng dan bacaan anak untuk mendukung kegiatan ini. Buku akan dibacakan pada anak-anak sebelum memulai kegiatan belajar anak. Ini bertujuan juga menarik kefokusan anak-anak dalam belajar dan penyampaian motivasi, amanat serta nasehat pada mereka. Kegiatan yang telah berjalan sejak November 2015 ini akan dikembangluaskan ke tengah masyarakat secara bertahap dan berangsur-angsur. Pepatah “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”, itu mengingatkan bahwa manusia harus belajar dan memperbaiki diri dari hari ke hari. Manusia harus belajar dari hari yang telah dilaluinya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Pengetahuan dan ilmu adalah pakaian wajib yang harus dimiliki untuk menjalankan hidup yang bermanfaat. (P.TJ2016/Pengasuh Rumah Baca PONDKREA TJ)
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
Agusta, Mustofa Bisri, dll. Saya membaca kembali buku-buku sejarah yang ala kadarnya saya punya. Oh, miskin sekali rasaya ketika kehabisan memusingkan dan atau apalah yang bahan bacaan. Ada niat untuk menurut saya itu tidak masuk akal Oleh Riyon Fidwar membeli buku baru, tapi dengan untuk tidak membaca filsafat. Tapi Penulis tinggal di Padang. keterbatasan uang saya urungkan niat ada yang tidak bisa saya tangkap, Pegiat PONDKREA TJ. ketika membaca filsafat modern yang itu. Berbeda sewaktu kuliah dulu. dikembangkan Hegel, lalu Karl Marx, Saya lebih suka membeli buku daripada membeli baju atau celana. udul ini mengingatkan saya kepada Lennin. Hanya kulit-kulit luarnya Makanya banyak pakaian yang saya saja yang saya ketahui. Inilah yang kejadian yang baru-baru ini terjadi, menjadi pelajaran yang belum tuntas pakai untuk kuliah itu ke itu saja. yaitu pembakaran buku-buku yang Bahkan saya berbau “komunis”. Entah apa banyak alasannya saya juga kurang yang menikmati untuk mencari tahu, sebab luntur saya pikir itu percuma. Pekerjaan warnanya. yang sia-sia, dan lebih baik saya Celana mengerjakan perkerjaan yang jangan membuat saya senang saja. Seperti ditanya, membaca dan menulis. Apa yang sedikit saya baca? Tentu saja buku. Buku robekyang menurut saya bermanfaat robek. (namun belum tentu bermanfaat bagi orang lain saat membacanya). Apapun bentuk bukunya saya suka membacanya (walaupun sebagian ada yang tidak tuntas). Kemauan membaca ini saya dapat ketika duduk di bangku kuliah. Saya sangat tertarik Uang yang saya dapat untuk dengan buku-buku filsafat dan sastra. pelajari, ini tentu disebabkan membeli buku bukan semata-mata keterbatasan buku yang saya punya. Kedua buku menjadi penyemangat dari orang tua, melainkan honor dalam diri saya, sebagai motivasi dan Apakah itu patut disalahkan? Saya tulisan. Ya, saya sewaktu kuliah ada tak jarang menimbulkan pertanyaan- pikir tidak. Namun saya terus sedikit menulis sastra dan budaya dan berusaha untuk memelajarinya. pertanyaan yang menyulitkan saya mengirimnya ke koran-koran lokal Membaca beberapa buku tentang sendiri serta ide-ide kreatif. Bahkan dan nasional. Alhamdulillah, koran tak jarang saya sering kelaparan demi filsafat itu sendiri, karena banyak lokal menerima tulisan saya yang sudah lupa. Maklum, setelah membeli buku. Jika tak ada uang, meskipun tidak setiap minggu maka saya akan sedikit “nakal” untuk tamat kuliah saya sudah membagi keluarnya. Sedangkan di koran waktu membaca dan urusan-urusan mendapatkannya, di perpustakaan, nasional banyak yang ditolak, hanya lain (yang kurang penting, hehe). yang jelas saya harus membaca dan beberapa tulisan yang diterima. Tapi Dari itu semua, apakah saya membaca. tak apa, saya tetap menerima Saya memaksa diri saya ketika telah berhenti membaca? Tidak. Saya tidak pernah berhenti membaca. Saya honorarium dari tulisan-tulisan yang sudah jenuh. Apalagi saat membaca pernah terbit itu. Dari situlah saya mengulang kembali bacaan yang buku-buku filsafat, tentu tingkat dapat membeli buku-buku yang kebosanan dan kejenuhan akan sangat dulu. Sedikit demi sedikit. Saya menurut saya “bagus”. meningkat. Tapi saya menepis semua memancingnya dengan membaca buku puisi dari penyair yang saya dogma, bahwa buku filsafat itu sukai, seperti Chairil Anwar, Leon
BUKU
J
“dengan berkarya kita ada”
¦5
Edisi Mei 2016
Selain buku sastra dan filsafat, saya juga membaca teori-teori sastra dan cara membedah karya sastra. Pasalnya itulah yang pokok –wajibdiketahui di jurusan saya. Ya, cara menggunakan teori untuk membedah karya. Buku teori sastra ketika itu jarang sekali ada di toko buku, untuk itu saya lebih banyak memfotokopinya. Buku itu saya dapat dari dosen, kawan dan senior juga. Saya doyan sekali memiliki buku, apalagi buku-buku langka, seperti buku-buku sejarah, teori sastra, filsafat. Madilog karya Tan Malaka yang fenomenal itu. Ketika saya kuliah dulu, buku tersebut tidak ada dijual di toko-toko buku, melainkan ada di perpustakaan pribadi. Saya sempat membacanya sedikit, tidak habis, sebab buku tersebut tidak diperbolehkan saya meminjam dan mengkopinya. Lama berselang, saya berjumpa buku Pacar Merah karya Motu Mona. Ada dua edisi buku ini. Saya baca keduanya dengan kidmat. Selain itu, saya juga membaca
buku Pramoedya Ananta Toer (Pram). Tetralogi Buruh. Lengkap di almari saya saat ini. Ada juga beberapa bukunya yang saya miliki. Buku karangan Tan Malaka dan Pram dulu tidak banyak dicetak ulang. Saya kesulitan mendapatkannya. Buku Pram saya baca juga punya kawan, dan akhirnya ketika hendak menamatkan kuliah saya menemukan banyak di toko buku, tunggu apalagi, mumpung uang sedang ada, saya tidak segan-segan memboyongnya. Begitu juga dengan Madilognya Tan Malaka. Aih, buku dari kedua pengarang ini, menurut catatan sejarah, pernah dimusnahkan, namun dengan izin Tuhan bisa selamat dari pemusnahan itu. Ada larangan untuk membacanya. Padahal jika dicerna baik-baik, buku tersebut memiliki banyak sekali ilmu yang meski dipelajari. Mengapa mereka melakukan ini (membakarnya?). Seharusnya buku-buku seperti ini mesti ditiru dan diambil pelajaran. Berkualitas. Ini bukan puji-pujian. Ini
yang saya rasakan ketika habis membacanya. Alangkah ruginya orang yang hendak memusnahkan buku-buku ini. Apakah hanya buku dari dua pengarang ini saja yang pernah dimusnahkan? Tentu tidak. Ada banyak lagi pengarang yang bukunya pernah dimusnahkan. Alasannya hanya satu, politik kekuasaan. Inilah yang mengaburkan mata kita selama ini, yang lebih menyedihkan, hal tersebut kita amalkan sampai mati. Atau kita purapura tidak tahu. Entahlah, yang jelas pembakaran buku yang terjadi barubaru ini membuat saya bingung sendiri. Bukankah buku itu jendela dunia? Tempat di mana kita bisa melihat semuanya. Jika buku tak ada, maka kita tidak bisa melihat apa-apa. Semoga ke depannya, tidak ada lagi pembakaran buku di nusantara ini, apalagi buku sejarah, sastra, dan filsafat. Amin! (*)
Aktivitas Baca di Pondkrea TJ Kab. 50 Kota
6¦
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
Sajak Firman Nofeki BIBIR-BIBIR SAJAK Dengarlah siluet tembang kesedihan di cucuran atapmu, adinda hujan memang selalu turun untukmu berupa nyanyian hikayat purba kota tua aku banyangkan bibirmu gemertuk mengeja aksara bulan yang beku dalam matamu adinda aku ingin mengecupmu, lewat bibirbibir sajak Jopang, 18-12
MENITIP SENJA DI LANGIT JOMPO Siapakah yang menitip senja sehabis mengidap aroma perempuan tua mengumpat pasca peristiwa tempat aku akan berhenti menembus kalimatku tak tuntas diksiku, umi tak tuntas puisiku menyajakkan langit Januari, di sini memeluk lengang memeluk cium memeluk suatu hari dan membayangkan peristiwa kembali ke sarangnya
menuliskan bait senja di langit jompo mengumpat pasca peristiwa
Matamu ialah keharusan dan ketabahan dalam mencintai. Ialah Jopang, 12 12 angin yang jatuh dari pucuk Kerinci. Kabut yang resap di roda SEBUNYI hari. :teruntuk birokrasi Aku pipit kecil yang melepaskan sembunyi, sangkamu membebaskan nyanyian di ranting kering. jerat musim Menatap musim demi musim di serupa waktu membongkar endapan ladang asing. rahasia Pada jarak yang berkilo-kilo, bukit namun rahasia keadilan tersimpan di -bukit melipat diri ke dalam sana dadaku. Matamu terasa begitu "rahasia tak serumit hidup manusia" dekat, sedekat bulan pada malam. "terlalu absurd kejujuran ini'', katamu Segarang api dalam sekam. serupa cerita yang mencoba lari dari pertalian sajak penggal- memenggal, kubur- mengubur susul-menyusul, kebohongan memudarkan dirinya menjadi dongeng rahasia yang mesti kutebus dengan seribu ujung mata pena sampai kapan kau bermain ilusi sampai garis mata terpejam dilindas kegelapan aku termangu menatap gedunggedung tinggi kuburan penzirah kebingungan di tanahmu pernah sekali tumbuh pamflet-pamflet dan spanduk gantung diri di tiang orasi lantang teriakkan ''rahasia tak serumit hidup manusia''
maka petang yang menjingga jalan pulang yang basah suatu ketika adalah mendung di matamu, umi kisahkanlah, tentang angsa yang terbang ke kaki bukit Gerbang Anarki Birokrasi, 1 Juni tentang rembulan yang tenggelam di 2012 esok pagi tentang hujan yang meraba punggung Januari biar aku membukukan lajunya
“dengan berkarya kita ada”
Sajak Reski Kuantan MATAMU
Padang; 7/5/2015 MALAM LUKA Aku temukan kita di malam penuh luka. Kabut jatuh lambat serupa musim yang kau simpan dalam ingatanmu. Pada kalender dan lampulampu kota, aku menghitung lubang di dadaku. Sementara kubingkai diriku sendiri pada keheningan yang tak henti-henti menerkam orang-orang. Pula sajaksajak yang tak dapat kubahasakan, sebab segala harap abstrak di kanvas hitam. Kau dekap segala siasat. Kau kubur segala firasat. Anyir liur kau kirim ke bibirku. Kuseduh segala sangka dari lidahmu. Sejak itu kita jadi orang asing di tubuh sendiri. Padang; 23/5/2015
¦7
Edisi Mei 2016
Hanya berisi sedikit udara. Sesak. Pasti. Botol itu sesak. Dadanya sesak. Senja jingga yang menggantung di Sebuncah rasa menggedor hendak langit keluar. kau begitu indah dan singkat Dadanya makin sesak. aku tak mau kau lenyap Botol itu terbawa lagi ke tengah kenapa kehadiranmu hanya sekejap lautan. mata Terombang-ambing lagi oleh ombak. kenapa tak kau lawan sang malam Tubuhnya ikut terseret ombak rasa. yang menelanmu tak sanggupkah kau mengalahkannya Seperti botol kosong itu. Keduanya terombang-ambing dalam ku tak mau melewati kehadiranmu tanda tanya. yang hanya sesaat Kapan botol itu kembali ke pantai? ku akan selalu berusaha membunuh Kapan ia kembali ke tempat waktuku untuk menyaksikanmu lukisan yang kau ukir di tubuh langit semuanya dimulai? menebarkan keindahan di lingkaran Padang, 3 Desember 2013 bumi cahaya yang kau pancarkan dari Sajak Zulfadli (kf) langit merah memberi pesona dalam kungkungan JERITAN RAKYAT JELATA :teruntuk peyinggi negeri ini dunia
Sajak Nike Susi Riani SENJA
melihat negeri ini Padang, Desember 2014 seperti melihat gunung api siap luncurkan magma panas Sajak Rury Novita seperti monas kebanjiran SENJA DI BATAS USIA yang meluluh lantakkan gubuk warga rakyat kelaparan, penyakit meraja Senja merona dalam temaram cahaya. lela Wajah sang perempuan ikut merona. nyawanya di pintu liang lahat Senja di batas usia. dengar,dengar,dengarlah, wahai petMatanya berkejaran dengan ombak. inggi negeri ini Jauh di sana ia lihat sebuah botol dengarlah jeritan rakyat jelata kaca terapung di lautan. rakyat menunggu belas kasihani mu Terombang-ambing oleh ombak. menunggu uluran tangan mu Terseret jauh ke tengah lautan. apakah kamu tidak mendengar jeriSesekali tampak hendak menyentuh tannya?? bibir pantai. Wahai petinggi negeri ini Tapi nyatanya tak jua tercapai. beton jangan dimakan Botol itu kosong. pajak jangan digelapkan Ujungnya tersumpal. ingatlah selalu rakyat mu Kedap air. Gubuk Tua, 2013 Tapi pasti ada ruang hampa di dalamnya.
8¦
Sajak Miftahul Rahmi LINEAR WAKTU Hamparan waktu menyapa pada kelalaian Damai… Tenang….. Siklus hidup berkata Saatnya turun,,,,, Alam berteriak Aku belum siap… Aku belum siap… Aku belum siap… lupa pada detik yang bergulir Sekian lama berjalan Menikmati seribu satu kisah Berlalulah… Siang tak mampu mengembalikannya Senja tak akan mampu mengubahnya Malam tak akan mampu menghiasinya Protes apapun yang kau perjuangkan Jika waktu telah berkata Lima Kaum
Sajak Riyon Fidwar AKAN TIBA MASANYA Akan tiba masanya di mana kau melepaskan segala yang ada cinta, rindu, nafsu mejadi ngilu yang pilu. Kau tinggalkan Padang tanpa melihat ke belakang lagi sebab di hadapanmu ada persimpangan yang mesti kau pilih. Padang, 29042016
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
BASIKENCAK DI RRI BUKITTINGGI Oleh Intan Aulia Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Unand dan Kreator PONDKREA TJ. Kapalo Koto, 5 Maret 2015
B
asikencak adalah sebuah nama persatuan angkatan tahun 2012 dari Jurusan Sastra Daerah Minangkabau. Basikencak yang berarti sibuk, mondar-mandir, punya tujuan yang jelas atau tidak. Yang penting BERGERAK. Begitulah kami Basikencak, senang dan susah kami bersama. Anggota Basikencak ini berjumlah 37 orang. Dan sekarang tinggal 34 orang, karena sudah ada yang sudah berhenti dan keluar kuliah. Hari senin, tepatnya tanggal 3 November 2014 kami Basikencak pergi ke RRI Bukittinggi untuk mendengarkan Bagurau, Bagurau merupakan ragam sastra lisan yang masih banyak penggemarnya saat ini, di antaranya adalah Bagurau yang ada di RRI Bukittinggi ini yang masih aktif dan banyak peminatnya. Basikencak berangkat ke Bukittinggi mengendarai bus kampus, semua anggota berencana akan berangkat pada pukul 13.00 WIB. Sangat dimaklumi sekali tidak ada yang tepat waktu dalam keberangkatan itu, masih ada anggota Basikencak yang menunggu anggota lain. Janji orang Minang selalu ngaret, maklumi saja. Tapi kalau dipikir-pikir seandainya saja Basikencak pergi menggunakan pesawat sungguh ini bersifat fatal, semuanya bisa gagal pergi. Dan ini yang harus dibenahi lagi.
“dengan berkarya kita ada”
Setelah menunggu sekitar lebih kurang dua jam-an, Basikencak On The Way Bukittinggi. Di perjalanan semua anggota bercerita dan sibuk dengan teman duduk sebangkunya. Bus melaju dengan sangat cepat dan diiringi dengan suara anggota Basikencak yang begitu menikmati perjalanan mereka. Di atas bus ada dari mereka yang bernyanyi, ada yang bercerita satu sama lain, ada yang selfie, ada yang tidur di bus dikerenakan takut mabuk perjalanan, ada yang berjoget bersama dan ada juga yang saling mem-bully anggota kelompok yang lagi sedang hangat beritanya untuk dijadikan bahan bully -an. Perjalanan ini seperti perjalanan keluarga yang akan pergi rekreasi saja. Dan sangat menyenangkan pergi dengan keluarga Basikencak. Hari sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Bus kami pun berhenti. kami melaksanakan shalat Ashar tepatnya di Masjid yang ada di kabupaten Padang Pariaman. Setelah shalat, bus kami melaju untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar dua jam lebih kami tiba di lokasi. Dan kami terlebih dahulu melaksanakan shalat 3 raka’at. Setelah itu anggota Basikencak istirahat dan mencari makanan di pinggir jalanan komplek RRI. Setelah semua anggota Basikencak melepaskan penat dan letih. Tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, sebagian anggota Basikencak ada yang melaksanakan shalat Isya dan ada juga yang masih istirahat serta berhenti di warungwarung tempat mereka makan melepaskan letih perjalanan dari Padang.
Tiga jam setelah itu, semua anggota Basikencak masuk ke dalam ruangan RRI untuk mendengarkan Bagurau. Kami disambut dengan anggota RRI mulai dari pedendang, penyanyi, penyuling dan penonton yang hadir. Mereka sangat antusias dengan kedatangan kami. Di sini kami dibimbing oleh dosen pembimbing matakuliah Sastra Lisan untuk mendengarkan Bagurau di RRI ini. Tidak lama setelah itu anggota dari personil RRI ini membuka acara pada malam itu. Tema dari bagurau yang diadakan setiap awal bulan ini adalah ‘BAGURAU SAMALAM SUNTUAK Melalui Gurau Kito Jalin Silaturrahmi Sasamo Rang Pagurau LPP RRI Bukittinggi’. Banyak manfaat yang dapat kita ambil. Kita bisa bertukar pikiran dari berkumpul bersama ini dan memberikan dampak yang bagus untuk mempererat persaudaraan kita. Semakin malam semakin ramai pengunjung yang berdatangan. Acaranya pun semakin seru dan benar-benar semalam suntuk. Hal in membuat anggota Basikencak tidak sanggup menahan kantuk. Sebagian masih sanggup mendengarkan acara tersebut dan sebagian sudah tidur ke dalam bus. Dikarenakan kami tidak ada tempat penginapan dan terpaksa anggota Basikencak tidur di atas bus. Hari sudah larut malam. Acaranya masih heboh. Di sini penonton dan pengunjung bisa kirim-kirim salam serta kirim pantun dan request lagu yang dimainkan oleh anggota RRI tersebut. Penonton begitu menikmati acara Bagurau ini. Basikencak tidak ketinggalan dengan hal yang sama yang dilakukan penonton lain. Anggota Basikencak juga kirim-kirim
¦9
Edisi Mei 2016
salam dan pantun. Ada satu kejadian yang membuatsaya tertawa dan semua penonton ikut tertawa. Salah seorang dari anggota Basikencak membuat pantun yang ditujukan kepada 2 orang anggota Basikencak yang dibully sejak di atas bus perjalanan kami ke RRI ini. Mereka tidak habis-habisnya membully mereka berdua. Pada saat itu teman saya yang dibully tersebut terkejut dan tercengang, namanya disebut dalam acara Bagurau tersebut. Ternyata salah seorang dari anggota Basikencak sebut saja namanya Mak Adit, dia yang membuat pantun tersebut yang berbunyi “Pisau sirauik panjang ulu, paukia surau di barangan, basabalah uda daulu, adiak di dalam tangan urang”. Dan semua penonton ikut tertawa. Semua penonton menikmati acara bagurau ini. Tidak terasa hari sudah jam tiga pagi, acaranya pun
rencana mau pergi main-main ke pasar Bukittinggi. Bus pun melaju ke pasar tersebut. Tidak berapa lama setelah itu kami tiba di pasar, semua anggota berpisahpisah dan berjalanjalan bersama teman yang sama tujuannya, dan sebelumnya kami semua sudah berjanji dan sepakat untuk berkumpul kembali di bawah Jam Gadang. Ada dari kami yang pergi jalan-jalan ke Lobang Jepang dan Tembok Cino. Sudah hampir lebih 6 jam berkeliling pasar, Tembok Cina dan Lobang Jepang kami pun kembali ke tempat yang telah anggota janjikan. Semua menunggu Subuh dengan makantak sesuai rencana. Tiba-tiba saja semakan dan istirahat di warungbagian anggota ada yang langsung ke warung di jalanan RRI. Waktu berlalu, hari sudah Subuh dan kami men- bus dan ada juga yang berkumpul di bawah Jam Gadang. Ini membuat cari tempat untuk shalat Subuh dan kesalahpahaman antara beberapa angmembersihkan badan. Tepatnya di Masjid yang ada di daerah Jambu Aia gota. Semua itu hanya sebuah salah paham saja. Dan sudah selesai kami Bukittinggi. pun pulang kembali ke Padang denSetelah itu lebih dari dua gan selamat. (Dok. th6TJ) jam. Anggota Basikencak sudah ada selesai dan anggota Basikencak istirahat di atas mobil. Ada juga yang masih belum bisa tidur. Mereka menghabiskan waktu untuk
Tinggi Maksimum Truk Saat mengemudi di sebuah kota, dua orang sopir truk melewati bagian bawah jembatan layang dengan tanda yang berbunyi 'tinggi maksimum 4 meter'. Mereka keluar dan mengukur truk dan muatan mereka, tingginya 5 meter... "Apa yang kamu pikirkan?" tanya sopir pertama kepada yang lain. Sopir satunya melihat sekeliling dengan hati-hati, kemudian berbicara kepada pertama. "Tidak ada polisi. Ini kesempatan bagus untuk menerobosnya!" (Ketawa.Com)
10¦
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
“Mau hujan, hufh.! Kirain bakal panas. Jangan sampai hujan dech… terbangun dan berteriak. RINDU, DIA DAN HUJAN Kainkuuuuuu.!” Celoteh teman Tanpa memedulikan Cerita Wara Frizzy teriakannya, bagaikan si Tuli dari gua sekelasku. monyet aku berjalan menuju kamar Aku tersenyum, dalam hati mulai yanyian rindu… mandi, gosok gigi, membersihkan bergumam… Dari hujan untukku yang wajah, bersiap untuk mandi. telah terbangun Rutinitas seperti biasa, “Asyikkkkk… Apa aku akan dapat Kamu selalu hadir, kulangkahkan kaki di pagi itu sms atau telepon dari dia??? mendatangi alam bawah sadarku, berjalan menuju kampus yang #Berharap”. berpesta bersama rindu jaraknya tak begitu jauh dari Kamu, yang ‘ntah merindukanku rumahku. Cukup tiga menit, aku pun Aku tahu, aku sadar, dia tak ‘ntah tidak menginjakkan kaki di kampus yang akan datang. Meskipun hujan telah Kamu yang telah mecuri dan sudah mulai ramai didatangi para turun, tapi dia takkan sempat dan menyembunyikan hatiku, tak lagi penuntut ilmu yang entah memang punya waktu untuk menemuiku lagi. datang ingin menuntut ilmu, sok gayaSemoga, jika benar hari ini hujan Hanya hujan yang selalu setia gayaan atau hanya sekedar melepas turun ponselku akan heboh dan Hujan itu,,,, tanggung jawab. mengabarkan bahwa dia memang Yang selalu buatmu cemburu Terlepas dari itu semua, aku selalu ada untukku. Tapi…. Dia, di meridukannya. Merindukan tempat yang berbeda. Apakah akan *** mendung, hujan turun dan dia yang tahu, bahwa hujan akan selalu ada. mengunjungiku hari ini “Aku kangen dia…” Aku yang selalu suka air, terlebih air yang berjatuhan turun ke *** “Tapi, aku malu..” tanah. Satu-persatu, teratur tak berdesakan, menyadari jarak masing“Tanpamu, hujankan selalu “Malu untuk menuang segala rindu..” masing. Begitu indah. Gemercik melindungiku.” riang mengalunkan musik. Asyik. Aku rindu suasana itu. Aku berharap *** Aku senang, hujan selalu turun awan mengizinkan air turun ke bumi. tanpa henti. Apa hal ini terjadi di Aku kangen pesan-pesan yang Langit gelap berubah terang. seluruh penjuru negeri??? Aku salah, selalu datang di saat hujan turun. Aku Perlahan tapi pasti, matahari dia tak pernah mengunjungiku lagi. kangen dia yang selalu mengantarkan menampakkan diri. Malu-malu Dia hilang bersama jejak hujan yang payung untukku, mencemaskanku sembunyi di balik awan yang tirus, mengering. Masih soal hujan, dan bila hujan mengunjungiku, mendapat putih, langit bersih. aku tak pernah melupakannya. Aku ucapan, “Aku cemburu pada hujan, Aku terbangun, membuka menyukai suaranya, bunyi yang kenapa kamu selalu bahagia, riang selimut yang menghangatkan dan bermain dengan butiran air yang ditimbulkannya, butiran-butiran menghampiri jendela yang terkunci turun. AKU CEMBURU ”. Candaan airnya dan seluruh akibatnya. Ya… rapat, membuka dan membiarkan udara pagi menyerbu kamar kecil ini, yang selalu hadir di saat hujan turun. ya… ya… seluuurrruuuh akibatnya. Aku senang bila orang lain menjadi Harapanku berubah nyata. menerpa wajah yang belum tersentuh bahagia dan aku juga tak Matahari yang perlahan tapi pasti air. Memandangi embun yang turun. mempermasalahkan bila orang lain menampakkan diri berubah pikiran, tak menyukainya, mengumpatinya, “Woy, dingin tahu! Jendelanya tolong malu-malu ia engan untuk keluar. Class pertama usai, pukul 10.40, class memaki-makinya. tutup lagi dong.! Kebiasaan deh..” berikutnya akan segera dimulai. Kenapa??? Apa ada yang Tati yang sedari tadi tidur seketika
N
“dengan berkarya kita ada”
¦11
Edisi Mei 2016
salah??? Aku??? Menyukai hujan meski hujan tak selalu baik bagi seseorang. Aku mengagumi hujan yang turun, meski tiap kali turun frekuensinya tak sama, durasinya berbeda dan intensitasnya tak terkira. Walaupun dia telah merusak hujanku, membuat hujan membawa bingkisan kenangan. Aku tetap menyukainya, menyukai hujan. Sehari, dua minggu, tiga bulan, hari-hari berlalu. waktu tak pernah memberi tahu kapan hujan berikutnya akan datang, hanya awan yang selalu mengingatkan. Tiba-tiba, aku dikagetkan dengan sesosok makhluk yang duduk di alunalun kampus, menunggu. Benarkah dia menunggu? Dengan guratan senyum yang begitu memesona, dia bercengkrama, mengobrol dengan teman-teman lama. Tanpa menghiraukan, aku melewatinya, melewati dia yang sedang duduk bersama.
mengumpulkan tenaga. Aku beranjak duduk, dan dia mulai berkata-kata. “Kamu sudah sadar? Sakit apa sih? Apa kamu masih suka hujanhujanan? Kamu..” Wew, aku langsung dihujani kalimatkalimat. “Ya, AKU MASIH SUKA HUJAN” dingin, aku memotong pembicaraannya. Hening sejenak. “Keluar yok, aku mau ngobrol nih... Kita ke tempat biasa ya.” Seperti terhipnotis, aku memberikan
Aku kaget, terdiam, membisu, dia menabuh gendang-gendang jantungku. Dug… dug… Darahku ikut menari-nari tak karuan akibat bunyi si jantung. Pingsan. *** Aku tersadar di ruang kesehatan kecil, hanya ada dia yang duduk di kursi sebelah tempat tidur, tirai putih, kotak P3K, meja dengan alas putih dan hal-hal putih lainnya. Hening, dia membiarkanku
12¦
“Hey,, punya hak apa kamu ingin tahu. Kem ana aja sih kamu selama ini?” Aku tak akan mengucapakan kata-kata “rindu” atau “mengingatmu di saat hujan turun” padanya. Biarlah kupendam saja. Aku tak ingin membuatnya besar kepala. “Masih saja seperti itu, kamu tahukan… Aku cemburu pada HUJAN.” “Tidak, aku tidak pernah tahu. Yang aku tahu, hanya kau tak pernah datang.” “Kamu melupakan semuanya? Semua yang aku lakukan untukmu dan hujan itu?” “Tidak, ini fakta.! Tiga bulan terakhir kamu ke mana aja?”
“Hey, kamu melupakanku ya…” tanganku dipegangnya. “Ayo ikut aku, ada yang ingin aku katakan padamu”.
ini AKU INGIN TAHU.”
anggukan, mengiyakan. Kita berjalan ke sebuah taman, tempat di mana dia sering mengajakku berteduh ketika hujan datang. “Aku khawatir tahu, aku mencemaskanmu.” Dia memulai pembicaraan. “O ya.” Jawabku ketus. Dia mengangkat sebelah alis matanya, mengerutkan dahi. “Kamu ngga tahu kan gimana aku di sana? Kenapa sih kamu suka hujan? Aku ngga mau dengar jawaban TIDAK TAHU. Hari
“Aku ke mana saja??? Hujanmu yang ke mana.! Kenapa hari ini dia tak datang??? Apa dia bersembunyi??? Takut dengan kedatanganku??? Aku rindu hujanmu yang menyebalkan itu??? Hahaha.” “Kenapa kamu tak menjawab pertanyaanku, kamu ke mana aja???” “Hayooooo,, kamu merindukanku ya?” Dia mulai menggoda “Isssssshhhhh,” aku mendesis, purapura cemberut. “Ngaku.. ngaku..” ucapnya dengan tatapan penuh arti, mengejek tiada henti.
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
Dia menertawaiku. Lucu, ekspresinya lucu sekali. Tawa itu tak tahan ingin keluar, aku menumpahkannya. Tawa kami pun membahana. Bersama dia, aku tertawa.
berdo’a untuk kesehatanmu.” Kata-kata itu. Kata-kata yang tak terungkap, kata-kata yang harusnya ke luar dari mulutku, terucap olehnya. “Rindu, mengingatmu di saat hujan turun.” Harusnya… Arrrgggghhhh.!
yang ada akan berjalan lancar, nggak mampet-mampet, nggak tersumbattersumbat.” “Ada aja jawabannya, selalu begitu. Terus kalau jalanan jadi licin, orangorang tergelincir, motor berjatuhan, kecelakaan karena hujan? Siapa yang salah? Manusia juga karena nggak hati-hati gitu? Terus kalau hujan nggak berhenti, airnya turun terus, air masuk rumah kamu, kamu masih senang? Dasar.! Manusia selalu kalah dibandingin hujan kesayanganmu. Nggak boleh gitu juga.” Refleks aku mengangkat bibir. “Eits,,, jangan manyun gitu. Hahahaha”. Lagi-lagi dia menertawaiku. Aku kesal dengan ucapannya.
“Maaf jika aku tak lagi memerhatikanmu” Tawa itu pergi meninggalkan kami, suasana berubah sunyi, hanya ucapannya yang kini terdengar. “Aku, bingung, aku tak tahu harus berbuat apa. Maaf tak memberitahumu tentang kepergianku. Aku diutus ke daerah terpencil tak bersinyal. Tiga bulan bertugas di sana. Maaf”. Aku hanya bisa mengangguk. Dia melanjutkan kalimat-kalimatnya: “Maaf, aku mengagetkanmu dengan kehadiranku. Terus terang AKU MERINDUKANMU”. Aku schok, kaget dan hanya bisa diam, menundukkan kepala. Aku tak berani memandang wajahnya. “Kamu tahu, di saat hujan turun aku selalu saja mengingatmu. Aku mengkhawatirkanmu dan aku selalu
“dengan berkarya kita ada”
“Aku… aku.. aku menyukai hujan. Ngga tahu kenapa dan tidak tahu sejak kapan aku menyukainya. Yang jelas, aku suka hujan.” Perlahan aku angkat kepala, memberanikan diri melihatnya. Dia tersenyum, sedikit tertawa. “Haha.! Bodoh.! Kamu suka hujan yang bikin sakit kepala? Kamu suka hujan yang menganggu kesehatan manusia? Hahahahahahahaha. Aneh.!” “Hufh.! Kamu ini,,, aku serius tahu.! Apapun dampak dan akibatnya, aku tetap saja menyukainya. Toh selama ini aku tak pernah sakit karena hujan. Mau hujannya banyak, mau nggak, aku ngga peduli. Banjir. Yang salah manusianya juga kan? Coba kalau sampah nggak berserakan di manamana, pasti aliran sungai dan irigasi
“Kalau kamu nggak suka.! Yasudah.! Ini aku bukan kamu.! Suka-suka aku dong, mau berpikiran seperti apa. Apa sikapku mengganggumu? Nggak kan.!” “Nggak?? Dengan gampangnya kamu bilang nggak??. Kamu nggak tahu gimana aku di sana.” Mengkhawatirkanmu, mencemaskanmu. Please deh.! Memang aku tak suka hujan sepertimu, tapi…. “ Lagi-lagi hening menghampiri kami. “Aku MENYUKAIMU lebih dari kamu menyukai hujan itu. Kamu nggak tahu kenapa kamu biasa suka hujan, kamu nggak peduli apapun dampak yang disebabkan oleh hujan. Begitu juga rasaku padamu. Aku nggak tahu,,, yang jelas AKU PURE SAYANG KAMU”. (*)
¦13
Edisi Mei 2016
-lebah tadi menghilang. Kami bertiga sesekali mencuri-curi udara pada setumpuk lebah yang bersarang kepermukaan hanya dalam waktu NEGERI AWAN KE DUA sesaat, karena takut akan dihinggapi di bawah pondok kami. Anakku lebah. Akhirnya hilang juga sedikit menganggap ratusan lebah yang rasa gemetaran pada tubuhku. Aku menumpuk itu adalah batu yang Cerita Weni Gusnita kembali dibimbing anakku ke tempat teronggok. Sesaat kemudian yang aman, perkiraannya lebah tadi terdengar gemuruh suara lebah, sudah tidak bertumpuk lagi di bawah dara yang masih lembab mereka memberi aba-aba agar kami pondok. Jadi kami bisa istirahat menemani rutinitasku di pagi bertiga lari ke tempat yang aman. kembali dengan aman di dalan Dan ternyata benar, lebah-lebah itu itu. Embun pada daun pohon karet pondok. Sambil melepaskan lelah terbang dan mengejar kami bertiga masih terlihat menempel jernih. yang telah lari setelah menerima aba- setelah dikejar lebah, tiba-tiba aku Seperti tampak pada potret-potret ingat pada pisau yang aku genggam aba dari mereka. pemandangan indah di gambar sesaat sebelum kami pontang-panting Daerah perkebunan kami dinding rumah adikku. Hari ini aku masuk ke dalam sungai. Aku merupakan daerah perbukitan, sengaja berangkat subuh, karena perhatikan di sekitar pondok, pisau sehingga ada sungai kecil yang hendak mengumpulkan rantingitu tidak terlihat, kembali dicari mengalir, kira-kira tiga ratus meter ranting pohon, yang nantinya akan anakku sampai ke tepi sungai, tetapi dari pondok. Tidak bisa aku ditukarkan dengan sejumlah rupiah. pisau itu tetap tidak terlihat. bayangkan lagi, bagaimana kondisi Dua karung kecil ranting dan Kemungkinan besar pisau itu jatuh beberapa potong kayu yang lumayan kami masing-masing saat bersamaku saat aku menghemburkan besar, aku tukarkan dengan tigapuluh menyelamatkan diri dari binatang tubuh ke dalam sungai, mungkin ribu rupiah. Rupiah ini nantinya juga kecil itu. Bagaimana suamiku yang tanpa aku sadari. sudah mulai tua berlari sekencang aku tukarkan dengan dua bungkus Esokknya aku berangkat ke mungkin, begitu juga dengan anakku rokok suamiku, rokok yang harganya ladang pukul 09.00. Tidak seperti yang masih bujang, sekuat tenaganya paling murah di zaman sekarang ini. yang biasanya, pukul enam aku telah berusaha menarik tanganku. Karena Sehingga setengah dari hasil siap untuk bekerja. Tetapi lantaran penjualan kayu tadi, aku belikan pada aku lah yang paling lambat dalam hal daerah tetangga kami sedang terjadi berlari. Setelah kami sampai di bibir sepuluh potong tahu, satu ons ikan kebakaran, jadi daerah kami sungai, tubuh kami tidak sempat teri, dan sisanya untuk kutabung. mendapat sedikit imbalasnya. Bimembayangkan bagaimana loncat Setelah mendapatkan dua asanya, pukul tujuh pagi dunia telah indah yang diajarkan para perenang karung kayu api, aku melanjutkan di televisi. Bertiga beranak langsung terlihat cerah. Kelelawar bergelantunpekerjaanku. Sebelum menghampiri satu-persatu batang karet yang sudah menyeburkan tubuh yang gemetaran gan di pohon, memulai tidur mereka. Ayam-ayam mulai ke luar dari kanke dalam air sungai, gemetaran sepuluh tahun ini aku panen, aku dangnya, menuju pintu dapurku, mempersiapkan pisau agar tajam dan karena dikejar lebah dan ditambah menunggu sisa-sisa makanan yang lagi gemetar karena berlari sangat mudah digunakan saat mengiris kulit aku tebar dekat pintu dapur. Hampir kencang, tanpa memperhatikan pohon karet. Pisau yang aku gunakan seperti itulah rutinitasku setiap sendal yang tertinggal karena ini belum genap dua tahun usianya, paginya. Tapi, pagi ini tidak ada kekarena pisau yang biasa aku gunakan tersandung urat-urat pohon. segaran untuk sahabat bumi. Dengan Sungai kecil yang tidak sebelumnya, hilang waktu kami ikhlas hati menaati semua undangterlalu deras itu, mampu berendam di sungai karena dikejar undang-Nya. mengamankan kami dari amukan lebah. Aku ingat, saat itu suami dan Baju daster yang kukenakkan lebah. Anakku yang kehilangan anak lelakiku sedang menikmati kurang bersahabat dengan tubuhku. sendalnya, merasa nyeri di telapak makan siang, aku baru saja Diizinkannya kulit ini didekap oleh kaki kirinya, karena terbentur keras menghampiri mereka dan belum angin, dan diselimuti oleh butiranke batu di dasar sungai. Setelah kirasempat duduk, tiba-tiba, anakku melempar sisa makanannya kira lima menit kami berendam, lebah butiran kabut.
U
14¦
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
Deru motor putraku, seakan takut untuk melintas di pagi yang pekat itu. Wajahnya selalu diusapnya dengan telapak tangan kirinya, tetapi dingin yang membawa embun itu tetap singgah di wajahnya, untunglah hanya sedikit yang ada di wajahku. Walaupun begitu, aku tetap saja bak kucing yang menyelip di sela-sela tubuh tuannya, yang berbulu tebal tetapi masih merasa kedinginan. Bedanya, aku tidak mungkin menyelinap seperti kucing. Ini anakku, anak lelakiku satu-satunya. Berhari-hari warga di daerahku, termasuk aku, terbebani dengan keadaan yang seperti ini. Bagaimana sesungguhnya kehidupan di luar sana, sehingga mereka harus membakar hutan. Yang dampaknya dirasakan banyak orang. Apa yang membuat mereka memusnahkan paru-paru bumi itu? Tidakkah mereka berpikir untuk ke depannya? Bagaimana dengan tanggapan para petinggi negara di sana? Mengapa hal ini bisa dengan mudahnya terjadi? Tidak adakah pengawasan dan peraturan di sana? Apa saja yang dikerjakan pelayan masyarakat ini? Sekarang semua telah terjadi, telur telah pecah, dan tidak mungkin lagi untuk menetas, tidak mungkin lagi untuk berkembang. Sayang. Di sepanjang jalan, kini banyak manusia bertopeng. Peraturan lalu lintas, yang mewajibkan menyalakan lampu kendaraan duapuluh empat jam kini dipatuhi. Butuh kewaspadaan yang ekstra, jika dalam keadaan seperti ini mengendarai kendaraan bermotor. Tetapi aku tidak termasuk ke dalam
“dengan berkarya kita ada”
manusia yang bertopeng di jalan itu. Aku tetap menjadi aku, aku tetap seperti biasa. “Nak, hati-hati bawa motor. Ingatkan bapakmu supaya mengenakan baju yang tebal. Beliau tidak akan tahan dengan udara yang seperti ini”. Sahutku pada putraku yang hendak kembali lagi ke rumah, menjemput suamiku. “Iya Mak, nanti sekalian aku bawakan juga baju tebal untuk Mak, Mak selalu memikirkan keselamatan orang, tapi Mak sendiri tidak”. Jawab anakku yang amat peduli padaku. “Jangan terlalu kau pikirkan aku, aku sudah biasa dengan keadaan seperti ini”, walaupun tubuhku mengingkari apa yang barusan aku ucapkan. Setelah dua jam aku menunggu mereka, sambil menyelesaikan pekerjaan yang bisa aku kerjakan, mereka tak kunjung datang. Aku terus menunggu, hingga matahari telah melewati kepalaku. Seorang wanita yang dihadapkan dengan keadaan yang seperti ini, tentu sangat kehilangan akal, gelisah dan berfikir yang macam-macam. Apalagi wanita separuh baya seperti aku ini. Aku tidak punya telepon genggam untuk menghubungi anakku. Meminjam ke orang lain pun aku tak bisa, tidak ada seorang pun yang aku temui dari pagi tadi. Aku mulai tidak fokus dengan apa yang aku lakukan, kuhentikan pekerjaanku. Bergegas aku menuju jalan pulang. Biasanya, waktu yang dibutuhkan tidak lebih dua jam menuju ladang. Namun sekarang, matahari telah hampir condong ke barat, mereka belum juga datang.
Jarak rumahku ke ladang hampir lima kilo meter, ini lah yang akan aku tempuh sekarang. Tidak aku hiraukan letih yang menjalar, tidak aku hiraukan bebatuan yang menusuk kakiku. Aku tetap terus berjalan secepat mungkin, dan berharap ada yang lewat memberiku tumpangan. Karena ladang kami jauh terletak dari pemukiman warga, jadi sulit menemukan tumpangan dalam waktu sebentar, aku terpaksa bersabar dengan terus berjalan kaki. Dari jauh aku melihat ada yang menuju ke arahku. Sepertinya motor dan orang itu tidak asing bagi mataku. Setelah lebih dekat, baru aku kenali, anak tetangga yang di belakang rumahku. Dia berhenti tepat di depanku dan langsung memutar arah laju kendaraannya. Tanpa berbicara, hanya dengan aba-aba gerakan mata dan raut wajahnya, aku bergegas duduk berboncengan dengannya. “Pegangan yang kuat, kita akan ke rumah sakit”. Tanpa sadar aku langsung meremas bahunya, jantungku berdegup kencang. “Apa yang terjadi”? Dia tidak menjawab. “Apa yang terjadi, mengapa ke rumah sakit segala?” tanyaku dengan teramat resah. “Sudah, Mak tenang saja”. “Bagaimana aku tenang, hampir lima jam aku menunggu suami dan anakku di ladang, tetapi mereka tak kunjung datang. Kalau tidak mengapa aku jalan kaki begini pulang”. Hampir setengah jam perjalanan aku menahan desakan di dadaku. Anak ini tetap tidak memberiku penjelasan. Hati kecilku dari tadi telah berkata, ada sesuatu yang buruk terjadi pada dua orang yang kucintai. Rumah sakit, mungkinkah mereka mengalami kecelakaan, ataukah mereka, aku tidak tau lagi.
¦15
Edisi Mei 2016
Dan tanpa aku sadari aku turun dari motor. Kuikuti anak ini berjalan, menelusuri setiap lorong di rumah sakit itu. Setelah beberapa menit kami berjalan cepat, akhirnya dia membawaku masuk ke sebuah ruangan. Di ruangan itu aku tidak melihat anakku, aku tidak melihat suamiku. Tetapi setelah kuperhatikan lagi, aku melihat seorang yang terbaring di tengah-tengah ruangan. Perempuan itu adikku, adik yang selalu
merawatku dan keluargaku. Kakiku terasa berat melangkah menuju tempat tidurnya, apa yang terjadi. Dan, di mana suami serta anakku. Apa yang terjadi. Tidak lama setelah itu, baru aku lihat wajah-wajah lelakiku. Wajah itu yang selalu membuat hati ini tenteram. Aku bersyukur mereka tidak seperti yang kubayangkan tadi. Tetapi walaupun begitu, aku tetap resah, ini adikku, adik yang selalu
ada saat susah dan senang dalam hidupku. Sekarang dia terbaring di tempat tidur rumah sakit. Penyakit asmanya kambuh, dan kali ini lebih parah dari yang biasanya. Makanya suami dan anakku membawa dia ke rumah sakit. Oleh karena itu pula mereka tidak datang padaku. (Dok. th5TJ) TubuhJendela_Padang, 2014
Milik di sini W maksudkan sebagai kamu lho yang bakal jadi teman hidup gw. Kalau selama masa pacaSAHABAT DAN PACAR ran mereka ngerasa cocok, ya bisa deh, ada lagi teman bermain, teman terus melanjutkan ke tingkatan status kantor, teman di rumah, teman makan yang lebih tinggi tetapi kalau nggak Oleh Wara Frezzy (asal jangan teman makan teman), cocok, ya terpaksa tu ikatan diputuskan. Makna sahabat itu sangat luas. dll. Teman itu bisa hilang dan bisa Lantas kenapa ada orang yang Banyak opini, dan W rasa se- datang dengan sangat gampang. Berbagian orang tahu apa itu saha- beda dengan sahabat, karena sahabat pacarannya itu kelewat batas itu sangat susah ditemukan dan san“Melakukan hal-hal yang tidak sehabat. Kenapa W bilang sebagian? gat susah juga buat dihilangkan. rusnya dilakukan?” Karena mereka Karena nggak semua orang yang paNah, dari sekian banyak kateberanggapan “Apa sih bedanya gw ham gimana arti persahabatan. dengan teman-teman lo yang lain??” Menurut W, sahabat itu adalah gori teman yang ada, yang paling mereka lupa kalau sebenarnya orang yang dekat dengan kita meski spesial tentu teman hidup. Teman hidup itu berbeda dari teman-teman mereka punya ikatan yang namanya dia jauh, orang yang selalu memapacaran. Kalau menurut W sih gitu, hami kita, orang yang peduli dengan yang lain. Namanya juga teman yang membedakan itu ikatan dan kita (bukan ikut campur urusan kita) hidup, berarti susah senang dalam hidup akan dilalui bersama dong ya. statusnya doang. Ini statusnya sebadan orang-orang yang bener-bener gai teman, ini statusnya sebagai pure sayang kita (tanpa pamrih). Sa- Meski ada pengecualian untuk beberapa orang. pacar. habat itu tidak bisa didefinisikan, Teman hidup bisa ditemukan Ntahlah, W pun sebenarnya meskipun nggak serumit CINTA. masi bingung. Mungkin, lebih gampang men- dengan berbagai cara (semua pasti udah pada tahu). Untuk bisa dekat Lalu bagaimana dengan oranggartikan teman ketimbang sahabat. dan yakin bahwa seseorang itu adalah orang yang mencemburui sahabat Teman itu pengertiannya sempit. Tepacarnya?? Masa sama sahabat man ya teman, berbeda dengan saha- teman hidup kita, tentu kita harus melakukan pendekatan dulu. Dan sendiri cemburu. bat. Teman belum tentu sahabat, Ada beberapa hal yang melatar tetapi sahabat sudah pasti berteman. banyak orang, khususnya para remaja berpacaran untuk meyakinkan dirinya belakangi hal ini. Bisa jadi kognitifTeman itu gampang dicari, di manapun kita bisa menemukan yang bahwa si Dia benar-benar merupakan nya sudah teracuni oleh kata-kata namanya teman. Tergantung kitanya, orang yang tepat untuk dijadikan teorang “Eh, liat deh cowok lu man hidupnya. apakah bisa membuka diri untuk keknya akrab banget deh ama tu Menurut W, pacaran itu sama berteman atau tidak. cewek. Jangan-jangan...” seperti teman biasa tetapi ada yang Di jalan ketemu orang baru, Ya iya lah akrab, namanya mengikat. Ikatan ini diartikan sebangobrol dikit jadi teman ngobrol
16¦
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
juga sahabat. Atau dia terkena bias n stereotip yang nggak bener. Bisa juga dirinya merasa kurang dari orang lain. Dia ngerasa nggak PD dengan dirinya, yang ada di pikirannya “cowo gw bakal berpaling dan ninggalin gw”. Hadowh,,, sama aja dong kita nggak percaya pacar sendiri. Intinya
ya harus saling percaya. Jika ingin cemburu, tentu harus didasarkan hal-hal yang wajar. Berpikir positiflah. Kecuali emang udah nggak ada toleransi, misalnya: si do’i udah nggak perhatian lagi, si do’i mulai berubah n nggak kek dulu lagi, dan secara terang-terangan
dia bermesraan dengan orang lain. Kalau kita benar-benar udah sayang, sedapat mungkin jangan sampai keluar yang namanya kata-kata “PUTUS”. Kecuali kalau kitanya yang benar-benar ingin putus, seperti yang dipostkan Kely dalam status Facebooknya “penyebab utama perpisahan bukanlah miss komunikasi, ketidakcocokan atau perbedaan, namun perpisahan terjadi karena rasa ingin berpisah”. (*)
lipun. Tapi aku mau bersabar untuk nanti, jika kau bersedia membalas suratku. Sementara itu aku akan mengabarkan tentang aku saja, bagaimana? Aku mengasumsikan kalau kau setuju. Kau mungkin akan tertawa jika aku bilang akhirnya aku mengambil drama itu. Drama yang waktu itu pernah ditawarkan padaku saat kita maOleh Mia Zulvia burung untuk terbang melintasi sih di Bangkok. Aku bilang saat itu Samudera Pasifik hanya untuk menah, aku menulis surat unkalau aku masih memikirkannya kan? gantarkan suratku. Belum lagi nanti tukmu. Nah, sekarang aku sudah mengambilaku bisa mendapatkan masalah dari Kau masih ingat saat nya, bermain di sana sebagai salah para pecinta hewan. Jadi kupukita berdiri di atas Skybar di Lebua seorang 'pewaris kaya' (mereka menpada malam terakhir kita di Bangkok? tuskan untuk menggunakan cara yebutnya begitu) dan punya lawan Saat itu aku menanyakan apakah aku yang biasa saja, yaitu menggunakan main yang sangat cantik. Aku akan pos. boleh menghubungimu setelah kita menceritakan tentang dia nanti. Kalau Sebelum aku mengoceh tidak berpisah, dan kau bilang boleh saja. kau tanya apakah aku menikmatinya, Katamu, kita bisa saling mengirimkan karuan, aku ingin menanyakan pertan- maka aku akan menjawab : ya, aku e-mail atau melakukan video call atau yaan yang seharusnya kutanyakan menikmatinya. Aku cukup suka lebih awal. Sesuai fungsinya, sebuah mengobrol lewat chatroom di faceberakting dan tampaknya aku punya surat seharusnya memuat pertanyaan book. Tapi kemudian, aku cukup banyak penggemar dan cukup sehubungan dengan orang yang akan memikirkan ide yang jauh lebih hetampan untuk bersanding dengan akmenerima surat kan? Maka aku juga bat. Aku akan mengirimimu surat. tor-aktor muda lainnya (kau boleh Surat sungguhan. Surat yang akan kau akan menanyakannya padamu. menyebutku aktor juga, aku tidak keHei, bagaimana kabarmu? terima di kotak posmu dengan cap beratan). Tapi meskipun aku menyuAku melihat fotomu kemarin di stempel internasional. Hebat kan? kai dunia ini -maksudku akting- aku Awalnya aku mau melibatkan internet dan kau tampak hebat jadi tetap akan bermusik. Aku ini bintang aku yakin kau baik-baik saja. Tapi burung (burung pengantar surat) rock kan? Selain membuat para gadis yang mau kutanyakan adalah kaseperti manusia di masa lalu. Tapi jatuh cinta, keahlianku yang sebarmu, apa yang terjadi dalam kau kan tinggal sangat jauh, dan benarnya adalah memainkan musik rasanya aku akan menjadi orang yang hidupmu, setiap detailnya, aku mau rock (itu bukan aku yang bilang, tapi mendengar hal paling remeh sekasangat kejam jika memaksa seekor kau, tapi aku juga tidak keberatan).
KEPADA GADIS YANG TINGGAL DI BELAHAN BUMI BAGIAN BARAT DI SEBERANG SAMUDERA PASIFIK N
“dengan berkarya kita ada”
¦17
Edisi Mei 2016
Kemarin sehabis syuting, aku dan beberapa kru serta pemain menghabiskan waktu di sebuah kafe di daerah Gangnam. Sebenarnya kafenya biasa-biasa saja, khas kafe, keren dengan desain minimalis modern dan furnitur baru yang mengkilap. Tapi aku tertarik dengan mejanya yang dilapisi formika yang dicat merah. Aku jadi ingat kafe yang pernah kita datangi di Piccadily musim gugur tahun lalu. Kafe unik dengan daftar menu yang dipasang pada kayu yang membentuk jam di tengah ruangan. Saat itu kau mentraktirku sebagai permintaan maaf atas kejadian yang terjadi malam sebelumnya di bar di Mayfair (oke, maaf aku tidak bermaksud mengungkit yang satu itu). Tapi, karena itulah kita jadi bertemu lagi kan? Aku langsung menyukai kafe itu sejak pertama kali. Aku suka bunyi denting mesin kopi pink rapsberry yang terletak tidak jauh dari meja kita saat itu. Aku menyukai cuaca muram musim gugur di London yang terasa berbeda, dan aku menyukai obrolan kita yang terjadi setelahnya. Kau bilang, kau ingin melakukan petualangan mendebarkan sekali seumur hidup. Kau ingin melancong ke Thailand, berenang menuju Kho Phi Phi seperti di film The Beach dan kita menduga-duga apakah di sana ada monster laut seperti Loch Ness. Kau menyukai Thailand begitu juga aku. Kau benci ular, dan aku juga. Kita memiliki kesamaan lebih banyak daripada yang pernah kita duga sebelumnya. Kita mengobrol sampai larut malam, seolah-olah kita telah mengenal untuk waktu yang sangat lama. Kita tinggal di sana sampai pegawai kafe itu mengusir dengan sopan, dan dalam perjalanan pulang menuju flatmu di Soho (kau bersikeras aku tidak perlu mengantar tapi aku tetap
18¦
melakukannya karena aku masih ingin menghabiskan waktu denganmu), kita berdebat tentang apakah Kho Phi Phi berada di Phuket atau bagian dari Provinsi Krabi tanpa menyadari kalau keduanya benar. Kau tidak tahu kan kalau malam itu aku nyaris tidak bisa tidur karena memikirkanmu? Nah, sekarang kau tahu. Aku hampir-hampir tidak sabar untuk menemuimu lagi setelahnya, jadi aku mengikutimu ke universitas (kalau kau penasaran kenapa aku bisa tahu jadwalmu mengajar, aku menanyakannya pada Jonghyun -Jonghyun yang pacarnya Hills-temanmu-yang kebetulan temanku juga). Dia menatapku dengan curiga saat itu, tapi aku bilang padanya kalau ada beberapa hal yang perlu kutanyakan tentang Edgar Allan Poe untuk lirikku dan kau kan mengajar Sastra iya kan? Jadi dia percaya. Saat itu aku baru menyadari ternyata aku cukup mahir berbohong. Kau tampak senang melihatku menunggu di depan gedung fakultas, begitupun saat kubilang aku punya tempat menarik yang ingin kutunjukkan padamu. Jadi kesanalah kita, ke bioskop bawah tanah super seram di pelosok East End dan menonton film horror Thailand. Kurasa, aku tidak akan pernah melupakan wajah ketakutanmu saat aku berteriak keras di telingamu tepat saat wajah hantunya muncul secara closeup di layar besar. Aku belum pernah tertawa sekeras itu selama bertahuntahun. Oh ya, nama hantunya Ingchan, bukan Chaba. Kau benar. Aku mengalami liburan paling menyenangkan di London setelahnya, berkat kau. Sebelum kemudian kau meledak di bangku di pinggir Sungai Thames. Bagaimana aku bisa menyebutnya? Aku ngeri dan bingung
setengah mati. Aku tidak pernah mahir menghadapi gadis yang menangis, terutama ketika bukan aku yang menyebabkannya. Mungkin akan lebih mudah jika aku yang membuatmu menangis kan? Karena aku akan tahu bagaimana cara menebusnya. Tapi kau menangis karena dia kembali, Kao-mu, setelah menghilang sekian lama tanpa kabar. Jadi, tentunya kau akan mengharapkan dia yang akan membuatmu berhenti menangis kan? Tapi sayangnya, di sana saat itu hanya ada aku. Kita duduk dengan canggung. Aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku hanya duduk saja di sana, menunggu kau berhenti, mendengarkan apapun yang kau katakan, dan lalu mengulurkan saputangan. Sekarang kalau kuingat-ingat lagi, aku sungguh payah. Seharusnya saat itu aku memelukmu, tapi aku tidak tahu apakah aku berhak melakukan itu. Aku kan cuma orang asing, aku jengkel sekali karena faktanya memang itulah aku. Orang asing. Aku sekarang punya satu lemari penuh bekas kotak jus jeruk, kalau-kalau kau mau tahu. Kemarin Jungshin menemukannya dan menatapku seolah-olah aku sudah gila. Aku tidak gila, dia hanya tidak mengerti kalau setiap orang punya satu obsesi aneh. Obsesiku adalah mengumpulkan kotak bekas jus jeruk. Aku tidak mau mengotori bumi dengan lebih banyak sampah bekas jus jerukku, jadi aku mau menyimpannya saja. Siapa tahu suatu saat nanti bisa berguna, iya kan? Aku yakin kau mengerti. Aku juga menonton video Britney Spears yang ada tari-tariannya, dan kali ini Yonghwa yang menemukanku menonton video itu sambil tertawa. Dari tatapannya aku tahu apa yang tengah
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
dia pikirkan. Oke, mungkin memang sedikit aneh, aku tertawa dengan serius saat menonton video Britney Spears yang ada tariannya, tapi seperti Jungshin, dia kan tidak mengerti. Aku tidak menonton videonya -aku melampaui itu- aku mengenang seorang gadis yang punya obsesi untuk mengikuti setiap koreografi yang ada di tarian Britney Spears.
dengan semua sayuran yang ada di tengah-tengah kita. Aku merasa seperti.....aku bahkan tidak bisa mengungkapkan. Aku sangat-sangatsangat bahagia. Kau ada di pedalaman Thailand. Kita ada di pedalaman Thailand, berpetualang, berdua saja, bahkan tanpa pernah benar-benar merencakannya sebelumnya. Tidakkah menurutmu itu seperti takdir kosmik? Bagiku, iya. Itu jelas takdir kos-
Aku tidak pernah merasa begitu berat saat harus meninggalkan suatu tempat untuk pergi ke tempat lainnya seperti aku meninggalkan London saat itu. Tapi aku tetap harus pergi. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah aku akan bisa bertemu denganmu lagi, dan memang, aku bersyukur kau tidak ikut mengantarku ke bandara karena kalau kau melakukannya, pasti akan lebih sulit lagi bagiku. Jadi, aku berangkat ke Thailand sendirian, dengan konyol berpikir kau akan ikut denganku. Memangnya, kau akan senekad itu untuk mengikuti seorang cowok asing ke negeri asing dan meninggalkan semua kehidupanmu? Jelas tidak. Jadi tidak heran, ketika aku melihatmu dalam mobil pick-up berisi sayuran di rimba Pulau Krabi, aku tidak mempercayai mataku. Aku pastilah tertidur sangat lelap waktu itu, memimpikanmu. Tapi ketika benarbenar melihat, kau sama nyatanya
mik.
“dengan berkarya kita ada”
Setelahnya berlangsung sangat menyenangkan. Thailand, Pulau Krabi, Kau, Aku, Petualangan. Bisakah aku menyebut itu bahkan lebih hebat daripada liburanku ke London? Ya. Seribu kali Ya. Kita berbaur dengan alam. Kita bihajar dan menghajar preman Thailand yang jago muaythai. Kita meresapi kehidupan Thailand dari rimba pulau Krabi ke Skybar ke Lebua. Adakah liburan yang lebih hebat dari itu? Kurasa tidak. Aku tahu aku tidak punya harapan, tapi tetap saja aku tidak bisa menahan diriku untuk satu harapan. Meskipun hanya persentase sangat kecil dari keseluruhan persentase yang mungkin. Apakah kau menyukaiku? Aku tahu kau bilang kau menyukaiku, maksudku suka yang 'itu'. Kau tahu kan? Tidak, kurasa kau tidak tahu. Tapi sekarang kau akan tahu. Aku menyukaimu. Suka yang
'itu'. Tapi aku tidak menulis surat ini untuk tujuan itu -menyatakan perasaan- karena seperti yang telah kukatakan ketika kita bertemu di Busan saat pernikahan Hills dan Jonghyun, aku senang melihatmu bahagia. Aku senang tidak lagi bertemu denganmu saat kau sedang 'kacau'. Sepertinya dia memang punya efek seperti itu ya? Menyembuhkan-patah-hati. Kao-mu. Aku tahu selamanya kau hanya akan melihat pada dia saja, dan walaupun aku merasakan semacam -ditusuk-tepat-di -bagian-jantungku-berada- tapi aku tidak apa-apa. Aku menerima itu sebagai bagian dari mencintai, memilihmu dengan sadar untuk melukaiku, memberikan kuasa penuh untuk menusukku-tepat-di-bagianjantungku-berada. Aku terdengar sangat bijaksana kan? Itu artinya kau boleh tidak mempercayai perkataan teman-temanku bahwa aku orang yang cengeng. Apalagi? Apakah suratku terlalu kepanjangan? Apakah kau bosan membacanya? Oh ya, tentang lawan mainku itu. Yang cantik. Aku sudah berjanji akan menceritakan tentang dia. Namanya Krystal dan sepertinya dia calon yang cukup potensial bagiku. Aku yakin kau tidak keberatan kalau aku pergi dengannya sekali dua kali ke bioskop untuk menonton film horror Thailand kan? (aku sudah menanyakan padanya apakah dia suka, dan dia bilang dia suka). Yang mau kukatakan sebenarnya dalam surat ini adalah (ini surat paling panjang yang pernah kutulis untuk seseorang, kau boleh percaya itu), aku turut berbahagia untukmu dan Kao. Kalian sangat cocok untuk satu sama lain. Dia membuatmu menangis dan dia akan membuatmu tertawa.
¦19
Edisi Mei 2016
Karena kalau dia tidak seberarti itu, untuk apa kau menangis untuknya, iya kan? Jadi aku yakin, dia orang yang tepat.
Seoul, konserku. Kuharap kalian mau datang. Tapi kalau tidak, tidak apaapa. Oke, sepertinya aku tidak tahu mau menulis apalagi. Ini sudah terKuakui aku cemburu padanya, tapi lalu panjang. Oh mungkin ada satu aku tidak bohong saat kukatakan aku lagi. ikut bahagia. Sungguh! Aku bukan Aku merindukanmu, Angel orang egois yang ingin memaksakan Carter. keinginanku saat kau tidak mau. Untuk terakhir kalinya, aku Seperti katamu, kita bisa berteman, ingin menyebut namamu dengan cara menjadi teman yang sangat baik. yang ingin kulakukan, seperti saat Aku tidak akan bisa datang kau memperkenalkan diri padaku di saat kalian menikah karena jarak bar keren di Mayfair. yang sangat jauh dan jadwal-jadwal "Hei, aku Angel, Angel Carter yang harus kupenuhi atas nama pro-temannya Hills- Hills yang pacarnya fesionalitas. Tapi aku menyempatkan Jonghyun, kau ingat?" diri untuk memberi kalian hadiah. Biar kuralat sedikit, pertanAku menyisipkan dua buah tiket kon- yaannya bukan apakah aku ingat? ser jika nanti kalian berkunjung ke tapi, bagaimana aku bisa lupa? Hanya
kau yang punya mata coklat paling besar dan paling indah yang pernah kulihat, jadi jawabannya : ya, aku ingat, dan akan terus ingat. Dari : Pria-Yang-Tinggal-di-Belahan -Bumi-Bagian-Timur-di-SeberangSamudera-Pasifik, Kang Minhyuk. PS : Aku sekarang menyebut diriku ini pria -bukan cowok-. Kaget? Ya, aku juga. Omong-omong aku mau berulang tahun yang ke 24 sebentar lagi, jadi aku hanya 3 tahun lebih muda darimu. A/N : ini boleh disebut Fanfiction CNBLUE Suatu hari, saat anak-anak itu tengah asyik bermain, Novri memberanikan diri menawarkan untuk bermain bersama.
NOVRI SI PEMALU Oleh Fadila Novita
“Mmm.... bolehkah aku bergabung bersama kalian, aku lihat bersorak jika kelereng mereka tepat dari kejauhan permainannya sangat mengenai kelereng lawan. mengasyikkan, aku juga punya “Hmm,,, pasti menyenangkan beberapa kelereng yang bagus,” ujar sekali, andai aku bisa bermain dengan Novri sambil menahan rasa mereka,” gumam Novri. gugupnya.
Fadila Novita, Kreator Novri adalah anak yang PONDKREA TJ dan Mahasiswa Teknologi Hasil pemalu. Ia sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Jika Pertanian Unand. berhadapan dengan orang lain, Novri langsung gugup, tak mampu menatap ore yang indah, Novri duduk mata lawan bicaranya. Dia ingin termenung di kursi di teras rumahnya. sekali bermain, berbicara bahkan berbincang-bincang seperti anak-anak Di halaman depan rumahnya ada lainnya. Namun, karena sifatnya yang beberapa anak sebayanya sedang sangat pemalu, Novri menjadi orang bermain kelereng dengan asyiknya. pendiam dan suka menyendiri. Beberapa di antara mereka juga ada Bahkan orang-orang di sekitarnya yang memamerkan kelerang terunik menganggap dia aneh, dan mereka. Sesekali anak-anak itu menjulukinya Si Kuper.
S
20¦
Salah seorang di antara mereka, Heru, yang berbadan paling besar menjawab. “Teman-teman, Si Kuper mau gabung sama kita. Teman-teman mau tidakkk?” “Tidakk..,” ujar mereka serempak. “Hei, kamu itu tidak cocok bermain bersama kami, kami tidak mau bermain sama orang yang pemalu dan aneh seperti kamu. Lebih baik kamu main aja sendiri sana.
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
Ternyata anak tersebut adalah Heru, orang yang selalu menghinanya selama ini. Herupun dibawa ke rumahnya, Heru mengalami cedera di sekitar pergelangan tangan dan kaki. Setelah keadaannya membaik, Heru menceritakan perihal kejadiannya. Saat dalam perjalanan pulang menuju rumah, Heru bertemu dengan penjual kelereng, ada satu kelereng yang membuat Heru sangat tertarik, yaitu kelereng yang berkilauan berwarna biru muda, dan di tengahnya berwarna kecoklatan. Setelah membelinya, dalam perjalanan Heru selalu memandangi kelereng barunya tersebut. Tiba-tiba kelereng itu terjatuh, hingga ke tepi jurang. Namun malang, saat hendak mengambilnya Heru terpeleset dan jatuh masuk jurang yang sedikit dalam tersebut. Heru berusaha meminta tolong, namun jalanan saat itu sedang sepi. Untung ada Novri Beberapa hari kemudian, saat yang kebetulan lewat disitu, kalau dalam perjalanan pulang dari sekolah, tidak, entah bagaimana jadinya. Novri mendengar seseorang yang Heru sangat menyesal telah minta tolong, makin lama suaranya menghina Novri. Dia berjanji tidak makin melemah. Novri bergegas akan mengulangi perbuatan jahatnya mencari sumber suara tersebut. lagi. Ternyata suara tersebut berasal dari “Maafkan aku Novri, aku bawah jurang yang tidak terlalu sudah terlalu banyak menghinamu, dalam di dekat rumahnya. Novri tapi kau masih ingin menolongku. melihat ada seorang anak yang Aku menyesal, dan maukah kau tergeletak di bawahnya. Novri pun berteman denganku Novri?..” panik, dan segera meminta Mendengar itu Novri sangat “Aku pasti bisa,” gumam pertolongan kepada orang-orang di bahagia. Dia tidak menyangka kalau Novri. sekitarnya. Dia tidak peduli dengan akhirnya ia bisa mendapatkan teman, Keesokan harinya, saat anak- rasa malunya, dia kumpulkan kejadian yang sudah lama ia anak itu tengah asyik bermain, Novri segenap keberaniannya, dalam nantikan. menghampiri. Sambil membawa pikirannya yang penting anak itu “Tentu Heru,” ujar Novri bakul yang penuh berisi kelereng, segera tertolong. dengan segala kekuatan yang ia penuh semngat. Tak lama kemudian punya, Novri berencana ingin Sejak kejadian itu, mereka datanglah pemuda-pemuda di membagikan kelereng koleksinya, pun menjadi teman akrab. Sore hari yang bentuknya unik-unik, ada yang desanya, mereka segera turun ke mereka selalu bermain kelereng menpunyai empat bahkan lima warna bawah dan menolong anak tersebut. Kamu itu cocoknya main boneka-bonekaan, gak main kelereng kayak kita,” ujar Heru sambil tertawa bersama anak-anak lainnya. Novri yang merasa dihina dan ditolak oleh anak-anak tersebut, langsung berlari ke rumahnya, dan mengurung diri ke kamar. “Aku tidak pernah berbuat sesuatu yang salah, tapi kenapa mereka menghinaku seperti itu, kenapa aku dilahirkan sebagai orang yang pemalu, aku juga ingin mempunyai banyak teman,” Novri berusaha agar air matanya tidak jatuh. Tiba saatnya makan malam, namun Novri tak kujung keluar dari kamarnya. Ayah dan Ibu yang menunggu di luar pun merasa cemas. Ibupun memanggil Novri ke kamarnya. “Novri, makan malamnya udah Ibu siapin, Ibu masak cumicumi bakar kesukaan kamu lho, ayo makan, Nak,” panggil Ibu. Novri yang masih di dalam kamar diam, tak menyahut, ia masih memikirkan perkataan Heru yang menghinanya. Rasa lapar tak dia hiraukan. Novri berencana untuk mengajak mereka bermain lagi, dan merubah dirinya agar tidak menjadi anak yang pemalu lagi, dengan begitu dia akan mempunyai banyak teman, dan orang-orang takkan menghinanya.
“dengan berkarya kita ada”
dalam satu kelereng dan ada juga yang yang berkilauan. Dengan begitu, mereka akan mau bermain bersamanya dan tidak menghinanya lagi. Belum sempat Novri berbicara, namun Heru, anak yang berbadan paling besar sudah meledek. “Teman-teman, Si Kuper datang lagi tuh. Kayaknya dia belum kapok buat ngajak kita bermain. Gimana teman-teman? Kita main di tempat lain yuk,” sorak Heru. “Yukk,” ujar mereka serempak. Bagaikan mendapat perintah dari komando, kumpulan anak-anak itu seketika bubar, dan meninggalkan Novri yang terpaku seorang diri. Lagi, Novri kembali ke rumahnya dengan hati iba. Novri berusaha sabar dan tidak dendam terhadap anak-anak itu.
¦21
Edisi Mei 2016
bersama, berangkat sekolah bersama dan pulang juga bersama. Novri sudah tidak menjadi anak yang pemalu lagi. Karena setiap kali ia merasa gugup bertemu dengan orang lain, Heru selalu menyemangatinya.
“Hei teman. Kau adalah pahlawan. Dan kau tidak boleh merasa malu. Orang-orang pasti ingin berteman denganmu,” ujar Heru. Novri tidak akan pernah melupakan kejadian itu. Kejadian yang telah mengubah hidupnya. Yang semula tidak mendapatkan teman,
SARJANA DAN PENGANGGURAN Oleh Desi Ratna Sari
Setiap tahun minimal, seluruh universitas di Indonesia menghasilkan puluhan ribu sarjana yang lulus dengan keahlian dan konsentrasi yang berbeda. Berarti, puluhan ribu juga akan ada para calon pencari kerja di berbagai lembaga pemerintahan dan swasta. Hal ini dikarenakan adanya desakan pribadi untuk bisa mandiri secara financial di samping keinginan untuk membalas jerih payah orang tua. Sebagai seorang akademisi, seorang sarjana diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa, dengan pengabdian dan karya-karya yang ia telurkan. Sayangnya, cita-cita itu sedikit kontradiktif dengan fenomena hari ini. Masih banyak sarjana Indonesia yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan selepas dari bangku perkuliahan. Kegamangan mulai merasuk ketika berhadapan dengan dunia hidup yang sesungguhnya; dunia masyarakat yang pastinya berbeda dengan dunia kampus. Menurut data statistik LIPI dan perguruan tinggi menganggur; satu Kesra, kurang lebih dua juta tamatan
22¦
kini memiliki banyak teman. Sekarang ia pun tidak sendiri lagi. Novri sangat bahagia. (Dok. th6TJ) Padang, 4 Maret 2015
juta sarjana S1 dan satu juta lebih lulusan D3. Hal ini keluar dari perhitungan logika, bagaimana mungkin seorang yang sudah dipupuk dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian di kampus bisa tidak mendapatkan sebuah pekerjaan. Salah satu alasannya dikarenakan sempitnya pola pikir para sarjana terhadap dunia kerja. Sarjana hari ini cenderung memilih pekerjaan yang aman dan terfokus pada satu hal saja. Akibatnya, ketika mereka tidak mendapatkan sesuai yang diharapkan, mereka akan bingung dan akhirnya menganggur sambil menunggu untuk tes yang kedua kalinya. Sebagai contoh ribuan sarjana antrian melamar untuk jadi calon pegawai negeri sipil walaupun kita tahu peluangnya hanya 10 %. Seolaholah PNS adalah satu-satunya pekerjaan yang ada, padahal masih banyak peluang kerja yang terbuka. Mereka tertumpu pada satu hal sehingga tidak siap dengan kemungkinan lain. Melihat kenyataan demikian ada beberapa hal yang harus dibenahi dalam diri seorang sarjana, diantaranya: Pertama, sikap mental terhadap dunia kerja. Seorang sarjana tidak boleh menganggap remeh sebuah pekerjaan walaupun hal itu bernilai kecil.
“dengan berkarya kita ada”
Edisi Mei 2016
kompetensi yang bagus tidak akan disia-siakan oleh sebuah badan usaha karena mereka akan memberi nilai plus bagi lembaga tersebut. Kemampuan diri bisa diasah dengan berbagai kegiatan kampus, oleh karena itu seorang sarjana di bangku kuliah harus bisa mencari sarana yang bisa mengasah kompetensinya. Keempat, berani dan menghilangkan sikap gengsi. Hal yang nampak kecil dan simple namun cukup menggangu sarjanawan Indonesia dalam mendapatkan pekerjaan. Dalam bekerja, banyak rintangan yang pastinya akan ditemui, dan ternyata hal ini cukup mempengaruhi para pencari kerja. Satu lagi fenomena unik, seorang sarjana gengsi untuk bekerja di sebuah lembisa menvariasikannya sebaga yang dianggapnya suai dengan ilmu yang kita tidak memiliki banyak miliki. Di samping itu sikap pendapatan sehingga mental juga diperlukan memilih untuk mengangdalam melatih ketahanan dan gur. Hal ini sangatlah kesabaran kita mendapatkan disayangkan apalagi jika sebuah pekerjaan. Tidak dilakukan oleh sarjana jenuh dan bosan untuk menyang memiliki kompetensi cari peluang dan membuat yang bagus. lamaran walaupun beberapa Zaman dan kali gagal dan ditolak. Seteknologi yang terus bagian sarjana, memilih berkembang akan semakin mundur ketika beberapa kali menggertak para pencari ditolak oleh perusahaan atau kerja khususnya para sartidak lulus dalam tes CPNS. jana untuk mempersiapBerharap semua hal berjalan kan dirinya menempuh mulus dan lancar padahal dunia kerja. Dengan ilmu mungkinan juga kita bisa berkarya di dan keahlian yang dimiliki, sudah mendapatkan pekerjaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. bidang lain yang sebelumnya sudah selayaknya para sarjana turut menKedua, pola pikir yang sempit. dipelajari secara mengglobal di gambil peran untuk kemajuan bangHal ini membuat kita berfikiran tertu- bangku pendidikan SMA/SLTP.. sanya melalui pengabdian atau lapanKetiga, pertajam skill dan ketup dan tidak kreatif mencari peluang gan usaha yang ia miliki sendiri. Pelain. Focus sangat diharapkan dalam mampuan diri. Skill dan pengetahuan merintah kita khususnya, cukup segala hal namun kita juga harus ber- merupakan nilai jual yang tinggi bagi memperhatikan bidang pendidikan seorang pencari kerja. Terbukti den- seperti dengan beasiswa-beasiswa pikiran terbuka, sebab akan ada pegan adanya persyaratan IPK ketika luang-peluang kegagalan. Tidak seyang diberikan. Jadi, tidak ada alasan seseorang melamar sebuah pekerjaan. bagi para sarjana untuk menganggur. mua target yang dicita-citakan akan Seorang yang memiliki skill dan berjalan sesuai dengan keinginan. (*) Semua pekerjaan adalah baik selagi dilakukan dengan cara halal. Contohnya: wirausaha. Walaupun kita berjualan martabak yang sekaligus itu adalah peluang kerja, kita
“dengan berkarya kita ada”
Untuk mencapai sebuah keahlian dan profesionalitas kerja salah satunya kita memang harus bekerja sesuai dengan bidang yang kita miliki dan sukai. Namun tidak menutup ke-
¦23
Edisi Mei 2016
PONDOK NONGKRONG
24¦
“dengan berkarya kita ada”