ABSTRAK RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Nurul Faijah1 ; Roseyana Asmahanie2; Apt dan Soraya3 Pemberian obat perlu pertimbangan yang cermat dan teliti dalam memilih dosis yang sesuai dengan penyakit serta obat harus selalu diberikan secara rasional (benar).Penggunaan antimikroba secara tepat dan sesuai range terapi (dosis, interval waktu, dan lama penggunaan obat). Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang menduduki urutan kedua dari daftar 10 penyakit terbanyak pada tahun 2011 di Puskesmas S.Parman Banjarmasin serta dalam pengobatannya pada balita banyak menggunakan obat cotrimoxazole sebagai anti mikroba. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui rasionalitas kriteria tepat dosis peresepan cotrimoxazole pada pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pada balita serta persentase rasionalitas kriteria tepat dosis (tepat dosis pemberian, tepat interval waktu pemberian, dan tepat lama pemberian) peresepaan cotrimoxazole pada pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Puskesmas S.Parman Banjarmasin. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian non-eksperimental yang dirancang secara deskriptif dengan desain penelitian yang bersifat retrospektif. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik pengamatan dengan instrument penelitian yang digunakan adalah lembar check list. Proses analisis data yang dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan dengan literatur yang digunakan kemudian dilakukan pengolahan data dengan menghitung persentase secara keseluruhan dan pada setiap parameter yang digunakan. Dari hasil pengamatan pada resep periode Februari sampai April 2012 didapat 110 resep yang mengandung obat cotrimoxazole pada pengobatan ISPA pada balita didapat hasil persentase resep rasional kriteria tepat dosis adalah 0 % dan untuk kriteria tepat pemberian dosis adalah 24 % (26 resep dari 110 resep), kriteria tepat interval waktu pemberian adalah 98 % (108 resep), dan kriteria tepat lama pemberian adalah 0 % (0 resep dari 110 resep). Kata kunci: Rasionalitas kriteria tepat dosis , Cotrimoxazole, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Balita
ABSTRACT RATIONALITY OF COTRIMOXAZOLE PRESCRIPTION CRITERIA IN THE RIGHT DOSE TREATMENT ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS IN INFANTS HEALTH CENTER S.PARMAN Nurul Faijah1 ; Roseyana Asmahanie2; Apt dan Soraya3 Administration of drugs need careful consideration and meticulous in choosing the appropriate dose to the disease and the drug should always be administered in a rational (correct). Use of appropriate antimicrobial therapy and appropriate range (dose, time interval, and duration of drug use). Acute Respiratory Disease (ARD) is a disease that ranks second from the top 10 diseases in 2011 in most health centers and in Banjarmasin S.Parman treatment in infants are using cotrimoxazole as anti-microbial drugs. The purpose of this study was to determine the precise criteria for the rationality of cotrimoxazole prescription dose in the treatment of acute respiratory infections in infants as well as the percentage of correct dose of rationality criteria (precise dose delivery, the provision of appropriate time intervals, and exact duration of) peresepaan cotrimoxazole in the treatment of acute respiratory infections in children in health centers S.Parman Banjarmasin. The research method used was non-experimental study designed a descriptive retrospective study design. Research technique used is the technique of observation by the research instrument used is a check list sheet. The process of data analysis was done by comparing the observations with the literature that used the data processing is then performed by calculating the percentage of overall and in each of the parameters used. From the observations on prescribing the period February to April 2012 obtained 110 prescriptions containing drugs cotrimoxazole in the treatment of respiratory infection in infants got the result of rational criteria for the percentage of correct prescription dose was 0% and for criteria proper dosing was 24% (26 of 110 recipes recipe), precise criteria for granting the time interval was 98% (108 recipes), and criteria for the provision of appropriate length is 0% (0 of 110 recipes recipe). Keywords: Rationality criteria for proper dosage, Cotrimoxazole, Acut Respiratory Infection, Toddle.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan obat dalam dunia kesehatan sangatlah penting, karena obat memiliki farmakoterapi dalam penanganan dan penyembuhan penyakit. Pemberian obat perlu pertimbangan yang cermat dan teliti dalam memilih dosis yang sesuai dengan penyakit tersebut serta obat harus selalu diberikan secara rasional (benar). Faktor yang mendorong terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional dapat bersumber dari berbagai masalah, yaitu kelemahan penguasaan/pendidikan farmakologi klinik pre- dan postservice, promosi dan informasi dari perusahaan farmasi dengan berbagai ragam pendekatan dan gaya informasi komersil, dan rasa ketidakamanan yang sering terdapat pada diri dokter, dan tekanan dari pasien (Anonim, 2008: 773). Pemilihan obat yang tidak terarah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, misalnya efektivitas yang rendah, timbulnya toksisitas yang tidak perlu terjadi, pemakainan antibiotik secara sembarangan yang mempercepat timbul dan penyebaran kuman yang resistensi, dan peningkatan biaya pengobatan. Mengingat luasnya dampak negatif yang diakibatkan oleh penggunaan obat yang tidak rasional tersebut, maka “penggunaan obat secara rasional” perlu dipahami, dihayati, dan dilaksanakan (Anonim, 2008: 773). Penyakit saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling penting pada anak, terutama pada bayi karena saluran napasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah (Ngastiyah, 2005:
21) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama empat belas hari. (Shaleh, 2008) Infeksi saluran pernafasan akut bagian atas atau non pneumonia sebagian besar disebabkan oleh virus dan tidak berespon pada terapi antibiotik, akibatnya penderita mendapatkan pengobatan yang tidak diperlukan yang pada akhirnya akan menambah biaya pengobatan. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan pernafasan bagian atas ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik (Shaleh, 2008). Bakteri dapat menjadi sensitif atau resistensi terhadap anti bakterial tertentu. Jika suatu bakteri sensitif dengan suatu obat, maka organisme tersebut akan dihambat atau dimusnahkan, jika bakteri tersebut resistensi suatu anti bakterial maka organisme itu akan semakin terus bertumbuh meskipun terus dilakukan pemberian obat antibakterial. Penggunaan antibiotik tentu diharapkan mempunyai dampak positif, akan tetapi penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif. Bahaya resistensi bakteri merupakan salah satu masalah yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih kuat dan kurang responsif terhadap pengobatan antibiotik. Bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap antimikroba ini dapat menyebar sehingga akan memicu hadirnya jenis penyakit infeksi baru yang lebih sulit untuk diobati dan lebih
mahal. Penggunaan antimikroba mendorong perkembangan bakteri yang resistensi, setiap seseorang yang menggunakan antimikroba maka bakteri yang sensitif akan terbunuh tetapi bakteri yang resisten akan tetap ada, tumbuh dan berproduksi, penyebab utama meningkatnya bakteri yang resisten adalah penggunaan antimikroba secara berulang dan tidak sesuai range terapi. Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten ini adalah penggunaan antimikroba secara tepat dan sesuai range terapi (dosis, interval waktu, dan lama penggunaan obat). Cotrimoxazole merupakan kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dalam perbandingan 5:1 yang bersifat bakterisi dengan spektrum kerja lebih luas dibandingkan sulfonamida, lebih jarang retensi sehingga banyak digunakan untuk berbagai penyakit antara lain diare yang disebabkan oleh E. Coli, Shigellosis, infeksi saluran kemih, saluran cerna (Salmonellosis) dan pernapasan (Tjay dan Rahardja, 2007: 143). Kombinasi trimetoprim-sulfametoxazol merupakan kemajuan dalam perkembangan senyawa antimikroba yang efektif secara klinis dan merupakan penerapan praktis dari suatu pertimbangan teoretis, yaitu jika
dua obat bekerja pada tahapan yang berurutan dalam jalur reaksi enzimatis obligat bakteri, maka hasil dari kombuinasinya berupa efek yang sinergis (goodman & gilman, 2007: 1152). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas S.Parman Banjarmasin penyakit ISPA pada tahun 2011 termasuk dalam 10 penyakit yang sering terjadi, dan menduduki urutan ke dua setelah hipertensi sebanyak 3657 kasus. Selain itu
dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di apotek Puskesmas S.Parman Banjarmasin dengan melakukan pengamatan pada resep pada bulan Februari 2012 terdapat 37 resep untuk pengobatan ISPA pada balita dengan menggunakan cotimoxazole sediaan suspensi, dari 37 resep tersebut diperoleh 15 resep yang dikatakan tepat pemberian dosis, 37 resep yang dikatakan tepat interval waktu pemberian dan 0 resep dikatakan tepat lama pemberian. Dari data tersebut dapat disimpulkan yang memenuhi kriteria tepat dosis dari 37 resep tersebut diperoleh 0 resep yang memenuhi kriteria tepat dosis. Dari data dan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti, masih banyak terdapat ketidak rasionalan pemberian dosis obat, interval waktu pemberian dan lama pemberian cotrimoxazole sediaan suspensi pada balita, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Rasionalitas Kriteria Tepat Dosis Peresepan Cotrimoxazole Pada Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Puskesmas S.Parman Banjarmasin”.