RAGAM BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR NITEN BANTUL Ariesty Fujiastuti e-mail:
[email protected] ABSTRACT This research aims to describe the characteristics of the buying and selling in the market Niten Bantul. Describe the determinants of the mneyebabkan of language diversity on the buying and selling in the market Niten Bantul. Describe the function of language diversity on the market buy and sell transactions Niten Bantul. Method of data collection in this study using the method of record and note. The techniques used in this research is an advanced technique of See Free Libat Ably. The instruments used in this penleitian is the author, hardwere (hardware) in the form of MP4, and card data. This research uses qualitative descriptive method. The results of this research indicate that the characteristics of the buying and selling in the market there are three Niten Bantul. First, the use of the words according to the goods sold. Second, the phrase used is short and not complete (no formal sentence). Third, the use of the word from the Java language. The mneyebabkan factors of language diversity on the buying and selling in the market of Bantul Niten include: (1) the age factor, (2) educational factors, and (3) regional factors. Functions of language diversity on the buying and selling in the market of Bantul Niten include: (1) the functions of the emotive function, (2), (3) the directive function fatik, and (4) the referential function. Keywords: variety of languages buy, sell transactions market. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik ragam bahasa transaksi jual beli di pasar Niten Bantul. Mendeskripsikan faktor-faktor penentu yang mneyebabkan terjadinya ragam bahasa pada transaksi jual beli di pasar Niten Bantul. Mendeskripsikan fungsi ragam bahasa transaksi jual beli di pasar Niten Bantul. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode rekam dan catat. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik lanjut SBLC (Simak Bebas Libat Cakap). Instrumen yang digunakan dalam penleitian ini adalah penulis, hardwere (perangkat keras) berupa MP4, dan kartu data. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik ragam bahasa transaksi jual beli di Pasar Niten Bantul ada tiga. Pertama, penggunaan kata-kata sesuai dengan barang yang dijual. Kedua, kalimat yang digunakan pendek dan tidak lengkap (kalimat tidak formal). Ketiga, penggunaan kata dari bahasa Jawa. Faktor-faktor yang mneyebabkan terjadinya ragam bahasa pada transaksi jual beli di Pasar Niten Bantul meliputi: (1) faktor usia, (2) faktor pendidikan, dan (3) faktor asal daerah. Fungsi ragam bahasa pada transaksi jual beli di Pasar Niten Bantul meliputi: (1) fungsi emotif, (2) fungsi direktif, (3) fungsi fatik, dan (4) fungsi referensial. Kata Kunci: Ragam Bahasa, Transaksi Jual Beli, Pasar. Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
15
Kartomiharjo
PENDAHULUAN Bahasa
merupakan
(1988:2)
alat
mengemukakan bahwa bahasa juga
komunikasi manusia yang sangat
dapat mengikat anggota masyarakat
penting. Tanpa bahasa manusia tidak
pemakai bahasa yang bersangkutan
dapat saling berkomunikasi atau
menjadi
berinteraksi satu sama lain. Hanya
bersatu, dan maju. Di samping itu,
dengan bahasa pula manusia dapat
keadaan sosial yang menjadi corak
menemukan, memperbaharui, dan
sebagian masyarakat akan tampak
mengomunikasikan ilmunya. Peng-
dalam bahasa. Oleh karena itu,
gunaan bahasa yang baik akan lebih
hubungan
memudahkan kedua belah pihak dan
masyarakat
sangat
saling
masyarakat
berkembang
memahami
disampaikan
pesan
sehingga
yang
memung-
masyarakat
antara
yang
kuat,
bahasa
dan
erat.
Jika maka
kebudayaan pun ikut berkembang,
kinkan timbulnya komunikasi timbal
karena
balik.
itu
cerminan dari masyarakat. Sejalan
memungkinkan setiap individu untuk
dengan hal itu, Murdock (dalam
terus menjalin hubungan dengan
Supardo, 1988: 28) mengemukakan
individu
bahwa
Proses
lain.
mendorong
komunikasi
Hal
itulah
terbentuknya
yang sebuah
masyarakat.
bermacam-macam.
di
dunia
Hal
ini
atau
sama.
Dengan
demikian
memungkinkan timbulnya perbedaan
menggunakan bahasa yang hidup dan
dalam pemakaian bahasa masyarakat
dipergunakan
yang satu dengan yang lain sehingga
dalam
tidak
tidak
sadar
16
sadar
kebudayaan
merupakan
disebabkan oleh masyarakat yang
Masyarakat pemakai bahasa secara
kebudayaan
masyarakat.
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
bahasa
yang digunakan menjadi
beraneka ragam. Adanya tersebut
(1981: keanekaragaman
akan
terjadinya maupun
kontak
yang berlainan. Bagi Kridalaksana
menyebabkan antar individu
masyarakat
menyatakan
bahwa
ragam bahasa adalah ragam menurut pemakaian
yang
berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan,
satu
menurut hubungan pembicara, kawan
dengan yang lain. Salah satunya
bicara dan orang yang dibicarakan
adalah terjadinya kontak bahasa.
serta
Kontak bahasa yaitu segala peristiwa
Menurut Suwinto (1983: 33) ragam
persentuhan antara beberapa bahasa
bahasa menunjukkan istilah yang
oleh penutur dalam konteks sosial.
digunakan untuk menunjukkan salah
Kontak antarberbagai individu atau
satu dari sekian varian yang terdapat
masyarakat ini akan mengakibatkan
dalam pemakaian bahasa.Berbeda
terjadinya
karena
dengan Poedjasudarmo, dkk. (1979:
setiap penutur akan menampilkan
37) yang berpendapat bahwa ragam
identitas atau karakteristik bahasanya
bahasa adalah ragam tutur yang
masing-masing.
ditentukan oleh situasi tutur.
ragam
yang
165)
bahasa
Nababan (1984: 16) mengung-
medium
Ragam
yang
bahasa
dibicarakan.
merupakan
kapkan bahwa ragam bahasa adalah
sebuah kelaziman dalam sekelompok
ragam yang disebabkan oleh daerah
masyarakat tutur yang dipengaruhi
yang
oleh beragam faktor. Faktor-faktor
berbeda,
kelompok
atau
keadaan sosial yang berbeda, situasi
yang
mempengaruhi
berbahasa dan tingkat formalitas
ragam bahasa tersebut antara lain
yang berlainan, tahun dan jaman
adalah
latar
terjadinya
belakang
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
sosial
17
masyarakat,
tingkat
pendidikan,
berbicara masalah bahasa dengan
mobilitas penduduk, letak geografis,
menggunakan
situasi
tertentu.(Jacobsondalam
penutur,
dan
sebagainya.
Sedangkan fungsi bahasa meliputi
bahasa Soeparno,
2002: 7-8).
fungsi emotif, konatif, referensial,
Ragam
bahasa
adalah
puitik, fatik, dan metalingual.Fungsi
fenomena yang umum terjadi pada
emotif yaitu fungsi yang dipakai
kondisi
apabila kita mengungcapkan rasa
heterogen
gembira,
dan
pelabuhan, objek wisata, terminal,
sebagainya.Fungsi referensial yaitu
dan sebagainya. Begitu juga dengan
fungsi
bahasa yang digunakan di pasar
kesal,
yang
sedih,
dipakai
jika
kita
masyarakat seperti
di
yang pasar,
membicarakan suatu permasalahan
Niten
dengan topik tertentu.Fungsi puitik
memungkinkan
yaitu fungsi yang dipakai jika kita
bahasa pada saat terjadi transaksi jual
menyampaikan suatu amanat atau
beli di pasar tersebut. Hal itu
pesan tertentu.Fungsi fatik yaitu
dikarenakan pasar Niten ini tidak
fungsi yang dipakai jika kita di
hanya didatangi oleh pembeli dari
dalam
ingin
wilayah Yogyakarta saja. Banyak
mengadakan kontak dengan orang
pembeli dari luar daerah Yogayarta
lain.Fungsi konatif yaitu fungsi yang
yang datang ke pasar Niten ini. Pasar
dipakai jika kita berbicara atau
Niten Bantul juga didatangi oleh
berbahasa dengan
tumpuan pada
pelajar dari berbagai latar belakang
lawan tutur.Fungsi metalingual yaitu
sosial yang berbeda. Pelajar yang
fungsi
datang dari berbagai daerah ini
18
berbicara
yang
sekedar
dipakai
jika
kita
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
Bantul
tutur
Yogyakarta,
terjadinya
ragam
secara tidak langsung juga akan
tersebut
membawa bahasa daerahnya, hal ini
pakaian, yang mana pakaian yang
akan
dijual mulai dari batik, pakaian anak
mengakibatkan
terjadinya
terlihat
sampai
pasar Niten Bantul pada saat terjadi
merangkap menjual tas dan sepatu.
Pasar
Niten
Berdasarkan mempunyai
bahkan
penjual
ragam bahasa dan variasi bahasa di
proses tawar menawar.
dewasa
pada
juga
pertimbangan
tersebut, maka penleiti tertarik untuk
kelebihan yakni terdapat dua bagian
menleiti
bangunan
yang
digunakan pada saat terjadi transaksi
diperuntukan untuk pedagang yang
jual beli di pasar Niten Bantul. Pasar
menjual kebutuhan sehari-hari, dan
Niten Bantul terletak di jalan raya
bangunan yang satunya diperuntukan
Bantul. Berdasarkan waktunya pasar
untuk pedagang barang setengah
ini termasuk pasar harian, karena
pakai atau disebut pasar klithikan.
pasar Niten ini berlangsung hampir
Hal ini mempermudah masyarakat
setiap hari, namun puncak keramaian
yang
mencari
pasar ini hanya pada waktu pagi hari
mereka
dan dibagian pasar klitikan pada
diperjual
waktu malam hari. Tujuan penelitian
belikan di pasar Niten meliputi:
ini adalah mendeskripsikan karak-
kebutuhan
seperti
teristik, fungsi, dan faktor penentu
pakaian, sembako, sayuran, buah dan
yang menyebabkan terjadinya ragam
jajanan pasar. Para pedagang yang
bahasa ragam bahasa transaksi jual
menjual barang di Pasar Niten
beli di pasar Niten Bantul.
yaitu
bangunan
berkunjung
barang
untuk
yang
butuhkan.Barang
yang
sehari-hari,
ragam
bahasa
yang
biasanya tidak terspesialisasi, hal
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
19
METODOLOGI PENELITIAN Metode
pengumpulan
HASIL
data
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
dalam penelitian ini menggunakan
A. Karakteristik Ragam Bahasa
metode rekam dan catat. Setelah
transaksi jual beli di pasar
proses perekaman selesai, kemudian
Niten Bantul
data ditranskip ke dalam kartu data
Karakteristik
ragam
bahasa
yang diperlukan sesuai dengan tujuan
pada transaksi jual beli di pasar Niten
penelitian
ini.
yang
Bantul sangat bervariasi. Di antara
digunakan
dalam
ini
beberapa penjual dan pembeli akan
adalah teknik lanjutSBLC (Simak
menggunakan istilah yang berbeda-
Bebas Libat Cakap). Instrumen yang
beda sesuai dengan barang yang
digunakan
diperjual-belikan.
dalam
Teknik penelitian
penleitian
ini
Berikut
akan
adalah penulis, hardwere (perangkat
dibahas karakteristik ragam bahasa
keras) berupa MP4, dan kartu data.
transaksi jual beli di pasar Niten
Penelitian ini menggunakan metode
Bantul.
kualitatif deskriptif. Penelitian ini
1. Penggunaan
kata
sesuai
mencatat dengan teliti dan cermat
dengan barang yang diperjual-
data yang berupa kata-kata, kalimat-
belikan
kalimat dan wacana. Dari data yang
Penggunaan kata pada transaksi
bersifat desktiptif tersebut, penleiti
jual beli di pasar Niten Bantul sesuai
melakukan analsis data.
dengan
barang
yang
diperjual-
belikan. Hal ini karena di pasar tersebut terdapat berbagai macam pedagang yang menjual barang yang
20
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
berbeda. Perbedaan ini juga akan menyebabkan
perbedaan
dalam
kosakata yang mereka gunakan. a. Penggunaan kata pada transaksi jual beli pakaian Pembeli : Mas kalau celananya item kayak gini serasi ga? (merujuk pada baju/ hem panjang) Penjual : Ya cocok lah kan ada putihnya. Pembeli : Bagus ga? Penjual : Bagus. Atau yang itu. Pembeli : Yang mana? Yang ini, ada tulisannya Mas. Penjual : Itu kan motif baru. Pembeli : Bagusan yang ga ada bordirannya Mas. Penjual : Kalau ga ada bordiran itu dah umum. Itu model baru yang pakai bordiran, kan yang ga pakai bordiran udah banyak. Pembeli :Gede banget. Sebenarnya seneng Mas, tapi sayang ada bordirannya. Penjual : Coba aja Mas kalau dipakai kan bagus. Itu variasinya Mas. Biasanyadipakai border sedikit di belakang. Pembeli : Kalau di belakang malah seneng Mas. Penjual : Kalau di belakang kan udah biasa. Coba aja ngga papa. Tu
bagus adaputihnya, kalau item semua kaya layat. Pembeli : Berapa yang ini Mas? Penjual : Itu 45. Pembeli : Pasnya, 30 ya? Penjual : Tigapuluh yang pendek. Pembeli : Lengan pendek. Penjual :Iya, kalauLengan panjang ga dapet. Pembeli : Ah dapet lah tiga puluh? Penjual : Lum bisa Mas. Pada contoh di atas terdapat kata item, motif, border, variasi. lengan pendek, dan lengan panjang. Kata item, motif, border, variasi. lengan pendek, dan lengan panjang sering digunakan dalam percakapan antara penjual dan pembeli di Pasar Niten Bantul. Dalam tuturan tersebut kata item, motif, border, variasi. lengan pendek, dan lengan panjang digunakan ketika seorang pembeli berinteraksi dengan seorang penjual pakaian. Kata item pada tuturan di atas dituturkan oleh seorang pembeli. Pada saat itu pembeli bermaksud menanyakan kepada penjual tentang
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
21
baju yang sedang dipilihnya yang
bordir pada tuturan tersebut artinya
berwarna hitam, serasi atau tidak jika
gambar pada pakaian dari benang.
dipasangkan dengan celana yang
Pada tuturan tersebut juga terlihat
berwana hitam karena pada saat itu
seorang penjual menuturkan kata
pembeli sedang memakai celana
variasi. Kata variasi pada tuturan
yang berwarna hitam. Katan item
tersebut artinya hampir sama dengan
pada tuturan tersebut artinya warna
motif yaitu model/ corak yang khas
hitam.
pada pakaian.
Kata motif pada tuturan di atas
Pada tuturan di atas, seorang
dituturkan oleh seorang penjual.
pembeli
Pada
penjual
menuturkan lengan panjang dan
bermaksud memberitahukan kepada
lengan pendek. Kata lengan panjang
pembeli kalau baju yang sedang
pada tuturan tersebut artinya baju
dipilihnya adalah baju yang motifnya
dengan
baru. Kata motif pada tuturan di atas
lengannya sampai ke pergelangan
artinya model baju. Kemudian pada
tangan,
tuturan
pendek pada tuturan tersebut artinya
tuturan
tersebut
tersebut
terlihat
seorang
dan
lengan
penjual
panjang/
sedangkan
kata
juga
yang
lengan
penjual menuturkan kata bordir.
baju yang lengannya pendek.
Pada
b. Penggunaan kata pada transaksi
saat
itu
penjual
memberitahukan kalau baju yang
jual beli sepatu
pakai bordiran yang sedang dipilih
Pembeli
oleh pembeli adalah model yang baru, kalau baju yang tidak pakai
Penjual Pembeli Penjual
bordiran itu sudah umum. Kata
22
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
: Yang panjang ada Mas? (merujuk pada kaos kaki sepak bola) : Ada, Mas. : Tapi yang polos. :Wah, ga ada kalau yang polos.
Pada tuturan di atas terdapat kata
panjang
dan
polos.
Kata
tidak formal). Hal ini dapat dilihat pada percakapan berikut ini.
panjang dan polos sering digunakan
Pembeli
dalam percakapan antara pembeli
Penjual
dan penjual di Pasar Niten Bantul. Pembeli Dalam tuturan tersebut kata panjang Penjual
: Ni apa Mas? (filter pada motor) : Tu filter honda Pak. (filter motor honda) : Oh ya, nyari buat shogun Mas. :Ngga ada Pak.
dan polos digunakan ketika seorang pembeli berinteraksi dengan seorang
Pada contoh percakapan di atas
penjual sepatu. Pada saat itu pembeli
terlihat seorang pembeli menuturkan
sedang mencari sebuah kaoskaki
tuturan ―Ni apa Mas?‖. Kalimat
sepak bola yang panjangnya sampai
tersebut pendek dan tidak lengkap.
lutut tetapi yang polos atau yang
Pada
tidak ada motifnya. Kata panjang
subjeknya
artinya kaoskaki yang panjangnya
tersebut secara lengkap harusnya
sampai lutut, sedangkan kata polos
berbunyi ―Ini benda apa Mas?‖. Kata
pada
ni pada tuturan tersebut maksudnya
tuturan
tersebut
artinya
kalimat
tersbeut
tidak
Kalimat
kaoskaki yang tidak ada motifnya.
untuk
2. Kalimat
sedang dipegang oleh pembeli yaitu
pendek
yang dan
digunakan
tidak
lengkap
menanyakan
jelas.
unsur
benda
yang
filter untuk sepeda motor. Pada tuturan tersebut terlihat
(kalimat tidak formal) Pada transaksi jual beli di Pasar
seorang penjual menuturkan ―Tu
Niten Bantul secara umum bahasa
filter honda Pak‖. Kalimat tersebut
yang
pendek-
juga pendek karena unsurnya tidak
pendek dan tidak lengkap (kalimat
lengkap. Pada kalimat tersebut tidak
mereka
gunakan
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
23
jelas fungsi objeknya. Kalimat itu
Pembeli
: Moh!
secara lengkap seharusnya berbunyi Tuturan di atar terjadi pada ―Itu filter untuk sepeda motor honda transaksi jual beli pakaian. Pada Pak‖. Pada kalimat tersebut juga tuturan tersebut terdapat kata duwur terjadi
pemendekan
atau banget dan moh yang dituturkan oleh
penyingkatan kata yaitu pada kata tu pembeli. Kata duwur banget dan moh yang seharusnya berbunyi itu. sering digunakan dalam percakapan sehari-hari
oleh
masyarakat
3. Menggunakna kata dari bahasa Yogyakarta. Kata duwur banget dan Jawa moh berasal
dari bahasa Jawa.
Selain menggunakan kosakata Duwur banget artinya tinggi sekali, dari bahasa Indonesia, pada transaksi sedangkan moh artinya tidak. Dalam jual beli di Pasar Niten Bantul juga tuturan tersebut kata duwur banget ditemukan
beberapa
kata
yang yang diucpaakan pembeli karena
berasal dari bahasa Jawa. Hal ini pada saat itu pembeli kaget dengan dapat dilihat pada percakapan berikut harga yang ditawarkan penjual yang ini. terlalu Pembeli
Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual
24
: Yang ini berapa Mba? (merujuk pada baju/ hem panjang) : Enam puluh ribu : Busett duwur banget naware. :Kan bisa kurang Mas. : Berapa Mba pase? : Pase 50! : Empat puluh ya? :Empat puluh yang pendek.
tinggi.
Kata
dituturkan pembeli
moh
yang
pada tuturan
tersebut karena pada saat itu pembeli tidak setuju dengan harga yang ditawarkan oleh penjual. B. Faktor-faktor Terjadinya
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
Pennetu Ragam
Bahasa
pada Transaksi Jual Beli di
Begitu juga dengan bahasa yang
Pasar Niten Bantul
digunakan
Faktor-faktor menyebabkan
penentu
terjadinya
yang Ragam
Bahasa pada Transaksi Jual Beli di Pasar Niten Bantul meliputi: (1) usia,
seorang
penentu terjadinya Ragam Bahasa
dan
pembeli di Pasar Niten Bantul akan menjadi
beraneka
ragam
karena
faktor usia. Penjual Pembeli
(2) pendidikan, dan (3) asal daerah. Berikut akan dibahas faktor-faktor
penjual
Penjual Pembeli Penjual
pada Transaksi Jual Beli di Pasar
: Ayo Bos. : Berapa Bos ini Bos? (merujuk pada baju batik) :Itu 75. : Tujuh Lima? : Iya Bos. Tu baju yang bahannya bagus Bos.
Niten Bantul yang dijumpai dalam Peserta Tutur penelitian dan akan diperjelas dengan contoh. 1. Usia Usia seseorang
sangat untuk
menentukan menggunakan
ragam bahasa yang berbeda bila ia berbicara
dengan
orang
lain.
Misalnya
seorang
anak
akan
menggunakan bahasa yang sopan bila ia berbicara dengan orangtuanya, berbeda bila ia berbicara dengan teman
akrabnya
yaitu
akan
menggunakan ragam bahasa santai.
Penjual Jenis kelamin Usia Pendidikan Asal daerah
: Laki-laki : 25 tahun : SMA : bukan orang Bantul
Pembeli Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 23 tahun Pendidikan: Masih kuliahAsal daerah : Banjarnegara
Tuturan tersebut terjadi pada transaksi jual beli pakaian. Pada contoh di atas kata bos sering digunakan dalam percakapan seharihari oleh remaja. Dalam tuturan tersebut kata bos digunakan ketika seorang penjual yang masih remaja berinteraksi dengan seorang pembeli yang masih remaja juga. Ketika penjual berinteraksi dengan seorang pembeli yang usianya sudah tua
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
25
maka akan menyapanya dengan Pak.
tuturan tersebut usia penjual sekitar
Kata bos pada tuturan tersebut
55 tahun, dan usia pembeli sekitar 23
artinya kawan. Penetu penggunaan
tahun. Usia pembeli masih muda,
kata bos pada transaksi jual beli di
tetapi ia juga menggunakna bahasa
Pasar Niten Bantul yaitu usia penjual
Jawa
dan pembeli sebaya (20-30 tahun).
menghormati orang yang lebih tua.
Pembeli Penjual
Pembeli Penjual Pembeli Penjual
: Pak sepatu bale enten Pak? : Sepatu bale tinggal setunggal Mas, ukuran 41. : Pinten Pak? :Selangkung Mas. : Cemban angsal Pak? : Nggih dereng angsal Mas.
kromo
karena
untuk
Penentu terjadinya tuturan bahasa Jawa
kromo
yaitu
karena
usia
penjual lebih tua daripada usia pembeli.
2. Pendidikan Latar
belakang
pendidikan
Peserta tutur Penjual Jenis kelamin : Lakilaki Usia : 55 tahun Pendidikan : SD Asal daerah : Bantul
Pembeli Jenis kelamin : LakilakiUsia : 23 tahunPendidikan : SMAAsal daerah : Bantul
sangat menentukan seorang memakai ragam
yang
seorang
yang
pendidikan Tuturan di atas terjadi pada
berbeda.
Misalnya
berlatar
belakang
SMA
akan
banyak
menggunakan bahasa yang lebih
transaksi jual beli sepatu. Pada
intelektual
tuturan tersebut seorang pembeli dan
menggunakan
penjual menggunakan bahasa Jawa
bahasa asing dibandingkan dengan
kromo. Bahasa Jawa kromo sering
seseorang yang hanya lulusan SD.
digunakan dalam percakapan sehari-
Pembeli Penjual
hari oleh orangtua di Bantul. Dalam
26
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
atau kata
lebih
banyak
serapan
dari
: Ini berapa Mba? : Sembilan puluh Mas.
Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual
Pembeli
: Mahal banget, 50 ya Mba? :Belum boleh Mas. : Pasnya berapa Mba? : Delapan puluh aja Mas. : 50 aja ya? Kan tanggal tua. : Tanggal tua? So what ya, ngambilnya aja belum dapat. : Boleh ya Mba? Buat ngedate nih malem minggu besok.
pembeli
maksudnya
pembeli merayu kepada penjual agar harga yang ditawarkan disetujui oleh penjual karena baju yang sedang ditawarnya akan digunakan untuk ngedate/ kencan. 3. Asal Daerah Pasar Niten Bantul tidak hanya didatangi oleh penjual dan pembeli dari Kota Yogyakarta saja. Banyak
Peserta tutur Penjual Jenis kelamin : Perempuan Usia : 28 tahun Pendidikan : SMA Asal daerah : Bantul
dituturkan
Pembeli Jenis kelamin : LakilakiUsia : 23 tahunPendidikan: Masih kuliahAsal daerah : Banjarnegara
penjual dan pembeli yang berasal dari luar kota Yogyakarta. Perbedaan asal daerah seseorang ini juga akan mengakibatkan penggunaan ragam
Tuturan di atas terjadi transaksi bahasa yang berbeda. Berikut akan jual
beli
pakaian.
Pada
contoh dibahasa
dan
diperjelas
dengan
percakapan di atas terdapat kata so contoh. what dan ngedate. Kata so what dan Pembeli ngedate berasal dari bahasa inggris. Penjual Kata so what artinya lalu apa, sedangkan ngedate artinya kencan. Penjual menuturkan kata so what
Pembeli Penjual Pembeli
karena penjual marah dengan harga
Penjual
yang
ditawarkan
pembeli
: Pak sepatu bale enten Pak? : Sepatu bale tinggal setunggal Mas, ukuran 41. : Pinten Pak? :Selangkung Mas. : Cemban angsal Pak? : Nggih dereng angsal Mas.
yang
sangat murah. Kata ngedate yang
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
27
Peserta tutur Penjual Jenis kelamin Usia Pendidikan Asal daerah
: Laki-laki : 55 tahun : SD : Bantul
Pembeli Jenis kelamin : LakilakiUsia : 23 tahunPendidikan :SMAAsal daerah : Bantul
Jenis kelamin Usia Pendidikan Asal daerah
: Perempuan : 30 tahun : SMA : Bantul
Jenis kelamin: Laki-lakiUsia : 23 tahunPendidikan: SMAAsal daerah : Indramayu
Tuturan di atas terjadi pada
Tuturan di atas terjadi pada
transaksi jual beli sepatu. Pada
transaksi jual beli sepatu. Pada
tuturan tersebut, penjual dan pembeli
tuturan tersebut seorang pembeli dan
menggunakan
penjual menggunakan bahasa Jawa
Penentu
kromo. Bahasa Jawa kromo sering
Indonesia dalam transaksi jual beli di
digunakna dalam percakapan sehari-
Pasar Niten Bantul karena penjual
hari oleh masyarakat Bantul. Dalam
dan pembeli berasal dari daerah yang
tuturan tersebut seorang pembeli dan
berbeda.
Pada
penjual menggunakan bahasa Jawa
pembeli
berasal
kromo karena berasal dari daerah
sedangkan
yang sama yaitu Bantul. Ketika
daerah Bantul.
seorang pembeli atau penjual bukan
C. Fungsi
orang
Bantul
maka
akan
mneggunakan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada contoh tuturan di bawah ini. Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual
28
Indonesia.
penggunaan
bahasa
tuturan dari
penjual
tersebut Indramayu
berasal
Ragam
dari
Bahasa
Transaksi Jual Beli di Pasar Niten Bantul Fungsi bahasa yang ditemukan pada transaksi jual beli di pasar Niten
: Mari Mas? : Kolornya berapa Mba? :Tujuh ribu Mas, itu yang panjang. : Kalau yang polos berapa Mba? : Sama Mas?
Bantul
meliputi
fungsi
emotif,
direktif, fatik, dan referensial. 1. Fungsi Emotif Pada fungsi ini, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang
Peserta tutur Penjual
bahasa
Pembeli
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
dituturkannya. Si penutur bukan
what
hanya mengungkapkan emosi lewat
menyatakan makna kesal dan marah.
bahasa, tetapi juga memperlihatkan
Hal yang membuat kesal dan marah
emosi itu sewaktu menyampaikan
yaitu pembeli menwar dengan harga
tuturannya. Si pendengar juga dapat
yang
menduga apakah si penutur sedih,
menawar dengan harga murah alasan
marah, atau gembira. Fungsi ini
karena tanggal tua, jadi uangnya
dapat dilihat pada contoh tuturan
tinggal sedikit. Kata so what ini
berikut ini.
berasal dari bahasa Inggris yang
Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual Pembeli Penjual
Pembeli
: Ini berapa Mba? : Sembilan puluh Mas. : Mahal banget, 50 ya Mba? :Belum boleh Mas. : Pasnya berapa Mba? : Delapan puluh aja Mas. : 50 aja ya? Kan tanggal tua. : Tanggal tua? So what ya, ngambilnya aja belum dapat. : Boleh ya Mba? Buat ngedate nih malem minggu besok.
yang
diucapkan
sangat
penjual
murah.
Pembeli
artinya ―lalu apa‖.
2. Fungsi Direktif Fungsi direktif yaitu fungsi bahasa yang mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa tidak hanya
membuat
si
pendengar
melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan oleh si pembicara. Fungsi ini dapat dilihat pada contoh tuturan
Tuturan tersebut terjadi pada transaksi jual beli pakaian. Pada contoh di atas terdapat kata so what
berikut ini. Pembeli : Gede banget. Sebenarnya seneng Mas, tapi sayang ada bordirannya.
yang dituturkan oleh penjual. Kata so
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
29
Penjual : Coba aja Mas kalau dipakai kan bagus. Itu variasinya Mas. Biasanya dipakai border sedikit di belakang. Pembeli : Kalau di belakang malah seneng Mas. Penjual : Kalau di belakang kan udah biasa. Coba aja ngga papa. Tu bagus ada putihnya, kalau item semua kaya layat. Pembeli : Berapa yang ini Mas?
hubungan,
memelihara,
memper-
lihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial. Ada juga yang menyebutkan fungsi fatik merupakan fungsi yang dipakai jika dalam berbicara sekadar ingin mengadakan kontak dengan orang lain. Pada fungsi fatik ini dapat dijelaskan
Tuturan di atas terjadi pada transaksi jual beli pakaian. Pada dialog di atas terdapat frase ―Coba aja‖ yang diucapkan penjual kepada pembeli.
Frase
menunjukkan
―Coba
suatu
pesan
aja‖ yang
diucapkan penjual kepada pembeli
melalui contoh di bawah ini. Penjual : Mari Mas.. Pembeli : Itu berapa Pak? (merujuk pada kaos oblong) Penjual : Mana? Yang oblong? Pembeli : Iya, ukurannya apa? Penjual : Ukurannya L Bos. Pembeli : Kalau L itu yang kecil apa yang besar ya? Penjual : Kalau L yang kecil Mas, kalau yang besar itu XL.
agar mau mencoba baju yang sedang Tuturan di atas terjadi pada ditawarnya.
Penjual
menyuruh transaksi jual beli pakaian. Pada
pembeli untuk mencoba baju yang dialog tersebut, terdapat frase ―Ayo sedang dipilihnya agar nantinya tidak bos‖ yang diucapkan oleh penjual. terjadi
kesalahan
dalam
ukuran Penjual menuturkan frase ―Ayo bos‖
seperti kebesaran atau kekecilan. karena pada saat itu ia melihat ada 3. Fungsi Fatik seseorang yang lewat di depannya. Fungsi fatik yaitu fungsi yang Frase ―Ayo bos‖ sering digunakan dipakai seseorang untuk menjalin oleh penjual di Pasar Niten Bantul
30
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
untuk mengakrabkan suasana dan
Penjual : Bagus. Atau yang itu. Pembeli : Yang mana? Yang ini, ada tulisannya Mas. Penjual : Itu kan motif baru. Pembeli : Bagusan yang ga ada bordirannya Mas.
sekadar ingin mengadakan kontak dengan
orang
lain
atau
calon
pembeli. Contoh tersebut merupakan kalimat sapaan. Frase ―Ayo bos‖
Contoh percakapan di atas dalam percakapan tersebut berarti terdapat silahkan
bos
(kawan)
tuturan
―Mas
kalau
atau celananya item kayak gini serasi
maksudnya mempersilahkan kepada ga?‖. Tuturan tersebut merupakan seseorang untuk melihat-lihat barang ragam
bahasa
yang
diucapkan
yang dipajangkan oleh penjual. pembeli
kepada
penjual
ketika
pembeli mencoba baju yang akan 4. Fungsi Referensial dibeli. Pada saat itu baju yang dipilih Di sini bahasa itu berfungsi berwarna hitam, dan pada saat itu sebagai alat untuk membicarakan juga pembeli sedang memakai baju objek atau peristiwa yang ada di yang berwarna hitam. Item artinya sekeliling penutur atau yang ada warna hitam. dalam budaya pada umumnya. Pada Contoh di atas juga terdapat fungsi referensial ini dapat dijelaskan tuturan ―Ga. Atau yang itu‖. Tuturan melalui contoh di bawah ini. tersebut merupakan ragam bahasa Pembeli : Mas kalau celananya item kayak gini serasi ga? (merujuk pada baju/ hem panjang) Penjual : Ya cocok lah kan ada putihnya. Pembeli : Bagus ga?
yang
diucapkan
pembeli
penjual
ketika
kepada penjual
memberitahukan model baju yang lain. Kata itu pada tuturan tersebut referensinya yaitu pada baju yang
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
31
lain. Juga terdapat tuturan ―Yang ini,
tentang filter yang ada di lossnya.
ada tulisannya Mas.‖ yang diucapkan
Pada saat itu pembeli melihat filter
oleh pembeli. Kata ini pada tuturan
yang ada pada penjual, tetapi karena
tersebut artinya modle baju yang
ia tidak tahu filter tersebut untuk
sama
oleh
sepeda motor apa, maka ia bertanya
penjual. Kemudian pada tuturan ―Itu
kepada penjual dengan tuturan ―Ni
kan
apa mas?. Kata Ni pada tuturan
yang
diberitahukan
motif
baru
Mas.‖
yang
diucapkan oleh penjual, kata itu
tersebut
referensinya yaitu model baju yang
sebuah filter (alat penyaring pada
sama. Pada contoh percakapan di
kendaraan bermotor). Kemudian si
atas terjadi tuturan yang berbeda
penjual menjawabnya dengan tuturan
tetapi referensinya sama.
―Tu filter honda Pak‖. Filter artinya
Pembeli : Ni apa mas? Penjual : Tufilter honda Pak. Pembeli : Oh ya, nyari buat shogun Mas. Penjual : Ngga ada Pak.
alat
referensinya
penyaring
pada
yaitu
pada
kendaraan
bermotor. Contoh percakapan di atas terjadi tuturan yang berbeda tetapi referennya sama.
Tuturan di atas terjadi pada transaksi
jual
beli
perlengkapan SIMPULAN
kendaraan
bermotor.
Contoh Karakteristik
ragam
bahasa
percakapan di atas terdapat tuturan transaksi jual beli di Pasar Niten ―Ni apa mas?‖. Tuturan tersebut Bantul merupakan
ragam
bahasa
ada
tiga.
Pertama,
yang penggunaan kata-kata sesuai dengan
diucapkan seorang pembeli kepada barang yang dijual. Kedua, kalimat penjual di Pasar Niten Bantul ketika yang digunakan pendek dan tidak pembeli bertanya kepada penjual
32
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
lengkap
(kalimat
tidak
formal).
Ketiga, penggunaan kata dari bahasa Jawa.Faktor-faktor mneyebabkan
yang
terjadinya
DAFTAR PUSTAKA Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Budaya dan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.
ragam
bahasa pada transaksi jual beli di
Kridalaksana, Harimurti. 1981. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Pasar Niten Bantul meliputi: (1) faktor usia, (2) faktor pendidikan, dan (3) faktor asal daerah.Fungsi ragam bahasa pada transaksi jual beli di Pasar Niten Bantul meliputi: (1) fungsi emotif, (2) fungsi direktif, (3) fungsi
fatik,
referensial.
dan
(4)
fungsi
Nababan, PWJ. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia. Poedjasoedarma, Soepomo, dkk. 1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Depdikbud. Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana. Supardo, S. 1988. Bahasa dalam Konteks. Jakarta: Debdikbud. Suwinto. 1983. Sosiolinguistik Terjemahan. Henary Offsel.
Pengantar Teori dan Surakarta:
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
33
34
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014