TELAAH PENERAPAN PRINSIP KHIYAR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR CIPUTAT SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: ALI MAHRUS NIM 1110046100184
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M /1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang diujikan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 22 Desember 2014 M
Ali Mahrus
ii
TELAAH PENERAPAN PRINSIP KHIYAR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR CIPUTAT
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: ALI MAHRUS NIM: 1110046100184
Dibawah Bimbingan:
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) JAKARTA 1436 H/2014 M
iii
ABSTRAK Ali Mahrus. NIM 1110046100184. TELAAH PENERAPAN PRINSIP KHIYAR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR CIPUTAT. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2014 M. Berdagang merupakan sunnah rasullah yang harus diikuti oleh umatnya. Beliau telah memberikan suri tauladan dengan mengandalkan kejujuran dan kepercayaan meraih kesuksesan dalam berdagang. Dalam berdagang dibutuhkan sebuah etika agar terciptanya kepuasan dan kerelaan kedua pihak, karena seringkali pembeli merasa kurang puas dengan barang yang dibeli karena ada cacat ataupun kerusakan yang tidak diketahui sebelumnya dalam barang. Oleh karena itu diperlukan kesepakatan antara penjual dan pembeli dalam melangsungkan proses jual beli apabila terdapat masalah seperti ini. Penyusun dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research), penelitian
langsung dilakukan di Pasar Tradisional Ciputat. Dengan sifat
penelitian deskriptif, dan untuk memecahkan masalah dengan pendekatan normative dengan analisa kualitatif. Data diperoleh melalui obsevasi ke tempat penelitian secara langsung yaitu Pasar Tradisional Ciputat dan wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung seperti kepala pasar, pedagang, dan pembeli. Hasil dari penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, praktek khiyar sudah diterapkan mayoritas penjual di Pasar Ciputat. Khiyar yang terjadi di Pasar Ciputat kebanyakan adalah khiyar syarat dan khiyar ‘aib. Proses khiyar di Pasar Ciputat sudah sesuai dengan ajaran agama islam walaupun masih banyak yang harus diperbaiki. Sedangkan kendala dalam pelaksanaannya yaitu masih ada beberapa penjual belum mengenal khiyar dan konsepnya. Kata kunci: Khiyar, Pasar, Ciputat.
iv
KATA PENGANTAR Bismillâhirrahmânirrahîm Asslamualaikum. Wr. Wb Tiada yang pantas terucap dari lisan ini melainkan kalimat Alhamdulillah. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, inayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak luput tercurahkan shalawat serta salam kepada sang pendobrak pintu kebatilan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman. Penulis sebagai insan yang tak akan pernah luput dari kesempurnaan, menyadari penulisan skripsi yang berjudul “Telaah Penerapan Prinsip Khiyar Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Ciputat” ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Penulis tidak memungkiri akan peran berbagai pihak yang telah membantu, mendo’akan serta memberikan semangat dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. JM. Muslim, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
v
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH., ketua Program Studi Muamalat, Bapak Abdurrauf, Lc, MA., selaku sekretaris Program Studi Muamalat. 3. Ibu Euis Amalia, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah berbagi ilmu dan memotivasi penulis. 4. Bapak Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Pembimbing yang sabar, meluangkan waktunya bagi penulis, serta telah berbagi ilmu, dan memberikan kritik dan saran, serta motivasi kepada penulis. 5. Bapak Joko selaku salah satu pengurus kepala pasar ciputat, beserta para responden yang terlibat dalam penelitian ini (Bapak Nani, Ibu Rahmaniati, Ibu Ira Ratnasari, Bapak Andi, Ibu Erna, dan yang lainnya) yang telah meluangkan waktunya dalam membantu dan memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian. Jazâkumullahu khairul jazâ 6.
Ayahanda Abdul Hafi dan ibunda Hayati tercinta, adik-adikku Faizin dan Bustan, serta mbakku Zamzuroh, yang selalu mendo’akan penulis secara tulus penuh kasih sayang dan memberikan semangat dan dukungan baik moral maupun materil. Karya dan dedikasi penulis mempersembahkan untuk keluarga tercinta. Semoga kalian semua selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang selamat dunia dan akhirat, sehingga ananda diberi kesempatan untuk menunjukkan bakti dan besarnya cinta anak kepada kalian.
7. Guru kami, al-mukarrom KH. Ahmad Shonhanji Cholili selaku pimpinan pondok pesantren modern Darul Muttaqin, al-mukarrom KH. Ali Musthafa Ya’qub selaku pengasuh Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah, serta ust. Andi, ust. Rozi, ust. Shofin, ust.Ali dan jajaran asatid lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu
vi
persatu, sebagaimana beliau telah mendidik, mengasuh, dan membimbing penulis selama ini. Semoga Allah Swt selalu melindungi dan merahmati beliau. 8. Teman-teman Perbankan Syariah D, Alpin, Daus, Aji, Adib, Harfi, Faqih, Fatih, Bidin, Tsamroh, Ari, Fuadi, Bucor, Ibeng, Kiting, Oji, Rian, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kalian semua selalu memberikan motivasi, saran, support, dan membantu penulis sehingga penulisan ini rampung. Semoga kita selalu menjalin silaturahmi hingga akhir hayat. 9. Teman-teman ANTABENA, Abdul Karim Monte, Sopwan, Aceng, Ihwan, Bagus, Badrul, Misbah, Fahmi, Rofiq, Mahfud, Kaula, Arfiyan, Salam, dan lainnya. IPNU JakTim, Mujib, Syairozi, Bayu, Munir, dan lainnya. Serta, kawan-kawan ku Rohim, Syamsul, Sula, Inul, Agus, Idi, Kepe, dan lainnya. Kalian semua danggap keluarga penulis. 10. Rekan-rekan karib yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah hingga akhir. Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah semoga kebaikan yang telah diberikan dapat dinilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dikemudian hari dan memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga yang telah penulis lakukan mendapat ridho Allah SWT. Jakarta, 8 Desember 2014 Ali Mahrus
vii
DAFTAR ISI HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
BAB II
Latar Belakang Masalah Pembatasan dan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penulisan
1 8 9 11 11 16
LANDASAN TEORI A. B. C. D. E.
Dasar Hukum Jual Beli Pengertian Jual Beli Rukun dan Syarat Jual beli Berselisih Dalam Jual Beli Khiyar dalam Jual Beli Menurut Islam 1. Dasar Hukum Khiyar 2. Pengertian Khiyar 3. Macam-Macam Khiyar a. Khiyar Majlis 1. Masa Khiyar Majlis b. Khiyar ‘Aib 1. Kriteria ‘Aib 2. Batas Akhir Khiyar ‘Aib c. Khiyar Ru’yah d. Khiyar Syarat 1. Masa Khiyar Syarat 2. Akhir Masa Khiyar Syarat
19 20 22 24 25 27 29 30 31 32 34 34 35 36 38 39
viii
e. Khiyar Ta’yin 4. Hikmah Khiyar F. Review Study Terdahulu BAB III
42
44 46 48 50 52 55
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Khiyar Dalam Jual Beli di Pasar Tradisional Ciputat 1. Pedagang Pakian 2. Pedagang Alat-alat Tulis 3. Pedagang Elektronik B. Sifat Pelaksanaan Khiyar dalam Pasar C. Problematika Yang Terjadi Seputar Khiyar D. Kesesuai Pelaksanaan Prinsip Khiyar Dalam Hukum Islam E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi F. Usaha Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar
BAB V
41
PASAR DAN RUANG LINGKUPNYA A. Pasar dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pasar 2. Jenis-Jenis Pasar 3. Pengertian Pasar Tradisional B. Pasar Tradisional Ciputat 1. Sejarah singkat 2. Profil Umum 3. Struktur Organisasi
BAB IV
39
56 57 59 61 61 63 65 68 70
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran
72 74
DAFTAR PURTAKA LAMPIRAN
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan suatu agama bagi umat manusia yang mengatur hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Islam mengajarkan sunnatullah manusia harus bermasyarakat, tunjang-menunjang, topang-menopang dan tolong-menolong antara satu dengan yang lainnya.1 Sebagai makhluk sosial, manusia menerima dan memberikan andilnya kepada orang lain. Saling bermu’amalah untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan dalam hidupnya. Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup manusia, diperlukan kerjasama dan kegotongroyongan sebagaimana ditandaskan dalam al-Qur’an surat al-Ma’idah ayat 2. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, yang lebih jauh diterangkan dalam pengetahuan sosiologi. Tidak ada alternative lain bagi manusia normal, kecuali menyesuaikan diri dengan peraturan Allah (sunnatullah) tersebut dan bagi siapa yang menentangnya dengan jalan memencilkan diri, niscaya akan terkena
1
Abdullah Siddik al-Haji, Inti Dasar Hukum Dagang Islam (Jakarta: Balai Pustaka,
1993), h.1
1
sangsi berupa kemunduran, penderitaan, kemelaratan, dan malapetaka dalam hidup ini.2 Diantara sekian banyak aspek kerjasama dan perhubungan manusia, maka ekonomi perdagangan termasuk salah satu di antaranya. Bahkan aspek ini amat penting peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Setiap orang akan mengalami kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya jika tidak bekerjasama dengan orang lain. Dimana Orang-orang kota membutuhkan hasil pertanian orang desa dan sebaliknya orang-orang desa membutuhkan barangbarang produksi industri orang-orang kota. Para nelayan perlu menukar ikannya dengan beras dan kaum petani perlu menukar pangannya dengan sandang. Namun sayangnya, jual beli dan perdagangan akan mendatangkan permasalahan dan liku-liku yang jika dilaksanakan tanpa aturan dan norma-norma yang tepat akan menimbulkan bencana dan kerusakan dalam masyarakat. 3 Sebagaimana pandangan Hamzah Ya’qub, manusia adalah makhluk kerja yang ada persamaanya dengan hewan yang juga bekerja dengan gayanya sendiri. Tetapi, tentu lain dalam caranya. Hewan bekerja semata berdasarkan naluriyah, tidak ada etos, kode etik atau permainan akal. Tetapi manusia memlikinya.
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: Diponegoro, 1984, Cet.Pertama), h.13 3 Ibid., h.14 2
2
Harus punya etos dan pendayagunaan akal untuk meringankan beban tenaga yang terbatas namun maupun meraih prestasi sehebat mungkin.4 Maka, untuk menjalin keselarasan dan keharmonisan dalam dunia dagang, dibutuhkanlah suatu kaidah, patokan atau norma yang mengatur perhubungan manusia dalam perniagaan, yakni hokum dan moralitas perdagangan. Dalam tulisan ini, penyusun akan lebih menyoroti bidang moralitas dalam kegiatan jual beli sesuai syari’at islam, terutama kegiatan khiyar dalam praktik jual beli tersebut. Mendengar istilah perdagangan atau jual beli, tentu tidak dapat dipisahkan dari kata pasar. Berdagang adalah aktifitas paling umum yang dilakukan dipasar. Pengertian pasar adalah alat yang memungkinkan individu berinteraksi untuk membeli dan menjual barang atau jasa tertentu.5 Menurut kajian Ilmu Ekonomi, pasar itu adalah pertemuan antara pembeli-pembeli dan penjual-penjual (konsumen dan produsen) untuk suatu keinginan menentukan kondisi bagi pertukaran sumber daya (barang dan jasa) atau dengan kata lain merupakan
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992, Cet. Pertama), h.1. 5 William A. McEachren, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta:PT.Salemba Empat, 2001), h.50. 4
3
pertemuan antara permintaan dan penawaran yang tidak dibatasi oleh ruang waktu dan tempat.6 Berdasarkan pembahasan diatas, perlu kita cermati beberapa hal tentang jual beli yang patut diperhatikan oleh para penjual dan pembeli atau seorang yang tiap harinya tidak lepas dari kegiatan jual beli. Hal tersebut dirangkum dalam hukum jual beli islam, aturan kemasyarakatan dikenal dengan istilah fiqih muamalah. Muamalah merupakan perbuatan manusia dalam menjalin hubungan atau pergaulan antar sesama manusia sedangkan ibadah merupakan hubungan atau “pergaulan manusia dengan Tuhan”. Fiqih Muamalah adalah fiqih7 yang mengatur hubungan antar individu dalam sebuah masyarakat.8 Dengan adanya ilmu Fiqih Muamalat, dapat menjadi sandaran umat muslim dalam praktik jual belinya. Berikut adalah beberapa unsur secara umum dalam fiqih muamalah yang menyebabkan suatu perbuatan atau aktivitas bisnis dapat dikategorikan haram.
6
Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian (Jakarta : Salemba Empat, 1995), h.14. 7 Fiqih secara bahasa artinya ‘pengetahuan’, ‘pemahaman’, dan ‘kecakapan’ tentang sesuatu. Secara istilah fiqih berarti “pengetahuan tentang hokum-hukum (al-ahkam) syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia beserta dalil-dalilnya. Lihat Musthafa Ahmad Zarqa’, al-Madkhal fi al-Fiqhi al-‘Am (Dâr al-Fikr, 1967), juz 1, h.54. 8 Ghufron A.Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), h.1
4
1. Zalim, syariah melarang terjadinya interaksi bisnis yang merugikan atau membahayakan salah satu pihak. Karena, bila hal itu terjadi, maka unsur kezaliman telah terpenuhi. Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa “Kalian tidak boleh menzalimi orang lain dan tidak pula boleh dizalimi orang lain.” (QS Al-Baqarah 2:279) 2.
Riba, Secara tegas syariah mengharamkan segala bentuk riba. Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu." (QS Al-Baqarah 2: 278-279).
3. Maysir (perjudian), "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka,jauhilah
perbuatan-perbuatan
itu,
agar
kamu
mendapat
keberuntungan." (QS Al-Maidah [5]: 90). 4. Gharar (penipuan), jual beli gharar adalah semua jual beli yang mengandung
ketidak
jelasan
atau
pertaruhan
atau
perjudian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah "Sesungguhnya Rasulullah saw melarang jual beli secara gharar,” sedangkan Utsman menambahkan, “dan hashah (transaksi jual beli belumjelas, kemudian untuk
5
menentukannya dilempar dengan hashat (kerikil), maka barang yang terkena kerikil itulah yang dijual. (HR. Abu Daud)9 5. Maksiat, apa pun bentuk maksiat yang terdapat dalam proses transaksi (muamalat) merupakan hal yang diharamkan. Abu Mas'ud al-Anshari menuturkan: "Nabi saw. melarang (penggunaan) uang dari penjualan anjing, uang hasil pelacuran, dan uang yang diberikan kepada dukun." (Muttafaq 'alaih).10 Salah satu dari prinsip jual beli diatas adalah menghindarkan unsur zalim atau transaksi saling merelakan antar penjual dan pembeli. Salah satunya dengan cara memberikan kelonggaran dalam hal transaksi, yakni kedua belah pihak bisa membatalkan transaksi jual beli jikalau terdapat ketidak sesuaian pada barang yang diperdagangkan seperti adanya cacat pada barang tersebut atau ‘aib yang isinya dapat dikategorikan termasuk unsur penipuan. Hak tersebut dinamakan “khiyar”. . Menurut Sohari Sahrani, adanya khiyar agar kedua orang yang berjual beli dapat memikirkan dampak positif dan negative masing-masing dengan pandangan kedepan, supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian hari yang
9
Abu Daud, Sunan Abî Dâud (Beirût: Dâr al-Kutub al-Arabî), Jûz 3, h.262. Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah (Beirût: Dâr al-Kutub al-Arabî), Juz.6, h.36 10
6
disebabkan merasa tertipu tidak adanya kecocokkan dalam membeli barang yang telah terpilih11. Prinsip khiyar merupakan hak kedua belah pihak yang melakukan transaksi dalam meneruskan atau membatalkan transaksi. Dalam dunia ekonomi islam makna khiyar itu dirangkum dalam pertanyaan apakah akan meneruskan atau mau mengurungkannya (membatalkannya).12 Sejatinya khiyar bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi pihakpihak yang melakukan transaksi itu sendiri. Sebab pada dasarnya Islam melarang adanya paksaan dalam jual beli, Islam pun melarang akan adanya pembohongan dan penipuan dalam bermu’amalah. Maka, adanya khiyar merupakan sebuah tindakan untuk meminimalisir tindakan tercela tersebut. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengangkat khiyar sebagai pembahasan utama dalam skripsi ini. Penyusun memilih Pasar Tradisional Ciputat sebagai objek penelitian dalam skripsi ini karena pasar ini bertempat strategis yang berdekatan dengan beberapa kampus islam, diantaranya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universtas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Ibnu Khaldun, Institute Ilmu
Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor : penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h.76 12 A.Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), h.219. 11
7
Al-Qur’an. Dengan mayoritas konsumen dari mahasiswa kampus islam tersebut kita dapat memperkirakan transaksi yang belangsung di pasar itu berjalan sesuai syari’ah. Inilah salah satu yang menjadi daya tarik penulis. Adapun Pasar ciputat adalah salah satu ikon pasar tradisional di Jakarta Selatan. Dimana barang yang dijual belikan bermacam-macam dan bukan hanya barang baru melainkan juga terdapat barang bekas. Di Pasar Ciputat, ada penjual yang mempersilahkan khiyar namun ada juga yang tidak melakukan khiyar. Oleh karena itu penulis juga bermaksud mencari tahu mengapa praktik khiyar tidak dipraktikkan oleh semuanya dan apa permasalahan-permasalahan yang terjadi seputar itu. Berdasarkan uraian diatas penyusun tertarik untuk mengulas dan melakukan penelitian yang berhubungan tentang pelaksanaan jual beli islam dengan judul “Telaah Pelaksanaan Prinsip Khiyar Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Ciputat”. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah Hak khiyar merupakan suatu proses hak pilih dalam menetapkan pembelian barang atau membatalkannya yang harus diterapkan berdasarkan ketentuan fatwa ulama fiqih. Namun apa yang terjadi di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
8
Mengingat cakupan objek dalam penelitian ini terdiri banyak pedagang, maka penulis membatasi pembahasan skripsi ini pada tiga kategori pedagang di Pasar Tradisional Ciputat. Yaitu Pedagang Pakaian, Alat Tulis Kantor (ATK), dan Elektronik. Kemudian, berdasarkan uraian singkat yang telah dijabarkan diatas maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut : a.
Apakah prinsip khiyar diterapkan dalam transaksi jual beli di Pasar Ciputat?
b.
Bagaimanakah konsep penerapan khiyar di Pasar Ciputat dan jenis khiyar apa yang digunakan dalam jual beli di Pasar Tradisional Ciputat ?
c.
Apakah sesuai pelaksanaan khiyar di Pasar Tradisional Ciputat dengan ketentuan hukum islam?
d.
Apakah problematika yang terjadi dalam masalah khiyar dan bagaimana menyelesaikannya?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Tujuan Obyektif a.
Untuk mengetahui dengan jelas apakah prinsip khiyar diterapkan dalam jual beli di pasar ciputat.
9
b.
Untuk mengetahui bagaimana implementasi konsep khiyar yang diterapkan oleh penjual dan pembeli dalam jual beli di Pasar Tradsional Ciputat
c.
Untuk mengetahui tinjauan dasar hokum islam tentang khiyar serta kesesuaiannya dalam transaksi jual beli di Pasar Tradsional Ciputat
d.
Untuk mengetahui problematika yang dihadapi oleh pedagang dalam seputar khiyar serta mengetahui solusi yang akan digunakan.
2.Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan untuk penulisan skripsi, sebagai persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum. b. Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang fiqih mu’amalah khususnya tentang konsepsi prinsip khiyar dalam jual beli beserta problematika yang dihadapi dan bagaimana solusinya. c. Memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah khususnya tentang konsepsi prinsip khiyar dalam fiqih mu’amalah.
10
D. Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoritis a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan Islam tentang penerapan khiyar dalam jual beli di Pasar Ciputat b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi dan literature kepustakaan terkait dengan kajian mengenai penerapan praktik khiyar dalam jual beli. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan dibidang muamalat. 2.Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang terkait serta sosialisasi masyarakat mengenai pentingnya pemahaman akan prinsip khiyar dalam jual beli. E. Metode Penelitian Penelitian merupakan aktivitas yang ditujukan untuk mengetahui selukbeluk sesuatu. Metode penelitian adalah teknik atau cara sistematis yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses
11
identifikasi dan penjelasan berbagai fenomena yang sedang diteliti dan dianalisis. 13 Dalam penulisan skripsi ini guna memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data yang aktual dan relevan. Metode yang digunakan penulis sebagai sarana dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah mengumpulkan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Diawali dengan kajian kepustakaan dan literaturliteratur lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diteliti, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dalam bentuk pengumpulan data dengan cara interview dan pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. Pendekatan Masalah Pendekatan penelitian yang digunakan berupa pendekatan normative, yaitu membahas masalah yang diteliti dengan berdasarkan pada ketentuan norma-norma agama atau teori hokum islam sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran.
13 Budi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2014) h.17
12
3. Sumber data a. Data primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis atau wawancara, dalam hal ini melalui wawancara dengan
beberapa
pedagang
di
Pasar
Ciputat
tentang
implementasi konsep khiyar dalam transaksi jual beli. b. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan dokumen. Bahan hokum sekunder sendiri
terdiri
dari
literatur-literatur
kepustakaan
yang
memberikan penjelasan terhadap masalah yang diteliti seperti buku-buku, majalah, internet serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan data a. Library research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan lainnya. b. Field research (lapangan) adalah pengumpulan data secara langsung
ke
lapangan
dengan
pengumpulan data sebagai berikut :
13
mempergunakan
teknik
1. Observasi Yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.14 2. Wawancara atau Interview Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara dua orang atau lebih, antara penulis dengan responden terpilih.15 Dalam penelitian ini mengambil responden dari penjual di Pasar Ciputat sebanyak 32 responden. 5. Teknik Pemilihan Informan Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah tiga kategori pedagang pasar tradisional ciputat yang berbeda, yaitu pedagang pakaian, alat-alat tulis, dan elektronik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik yang memberikan peluang atau
14
MT.Felix Sitorus, Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan (Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilsos, 1998.) h.42. 15 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2004) cet ke-65, h72
14
kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan metode penarikan sampel probabilitas dilakukan secara acak sederhana. Dalam pengambilan sampel, penulis hanya mengambil sampel sebanyak 32 pedagang tradisional dan 1 orang dari pengelola pasar tradisional yang diwakili oleh salah satu staf PD. Pasar Niaga Kerta Raharja. Tabel 1.1. Kerangka dan Jumlah Informan Informasi yang dicari
Informan
Informasi mengenai jumlah pedagang
Jumlah
PD. PASAR JAYA
1 orang
Pakaian Alat-alat tulis
20 orang 5 orang 7 orang
dan literature sejarah terbentuknya pasar ciputat Informasi mengenai penerapan khiyar
Elektronik
Untuk
memperoleh
data-data
yang
dibutuhkan,
maka
peneliti
menggunakan jenis penelitian lapangan. Dimana peneliti datang langsung ke tempat penelitian.
15
Adapun yang menjadi alasan kenapa peneliti memilih informan adalah: pedagang yang berjualan di pasar ciputat, pedagang termasuk dalam ketiga kategori pedagang, dan pengelola pasar. 6.Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” F.
Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab. Untuk mempermudah pemahaman, maka susunannya dapat dijelaskan dibawah ini: BAB I
PENDAHULUAN Memuat tentang pendahuluan yang mengantarkan skripsi secara keseluruhan. Bab ini meliputi beberapa sub bab : pertama, latar belakang masalahuntuk menjelaskan factor-faktor yang menjadi dasar atau mendukung timbulnya masalah yang diteliti. Kedua, pembatasan dan pokok masalah yang dirumuskan secara spesifik tentang ruang lingkup masalah yang diteliti. Ketiga, tujuan dan manfaat penelitian, agar memiliki arah yang jelas. Keempat, metode penelitian sebagai langkah-langkah yang ditempuh
16
dalam mengumpulkan data dan menganalisis data. Kelima, sistematika penulisan untuk menerangkan alur pembahasan yang diteliti. Bab ini sangat erat kaitannya dengan penelitian karena dari bab ini dapat diketahui kemana skripsi ini diarahkan. BAB II
LANDASAN TEORI Memuat landasan teoritis membahas tentang tinjauan umum khiyar dalam jual beli menurut islam, yang meliputi : jual beli menurut islam, landasan hokum khiyar, pengertian dan macammacamnya. Serta telaah pustaka sebagai tinjauan ulang atas karya-karya yang sudah diteliti dan berhubungan dengan skripsi ini serta menjelaskan perbedaannya dengan skripsi ini. Bab ini merupakan rujukan dalam menganalisis permasalahan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PASAR Memaparkan gambaran umum obyek penelitian yaitu Pasar Tradisional Ciputat yang meliputi sejarah, profil, serta struktur organisasi di Pasar Ciputat. Bab ini penting dikemukakan karena bab ini yang menjadi obyek penelitian.
17
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan pembahasan secara menyeluruh dari laporan penelitian, berisi proses pelaksanaan khiyar di Pasar Tradisional Ciputat, obyek dan jenis khiyar apa yang digunakan dan bagaimana kesesuaian dalam hokum Islam, serta problematika apa saja yang terjadi seputar khiyar.
BAB V
PENUTUP Berisi penutup yang dalam bab terakhir ini sekiranya penulis melengkapi laporan penelitian dengan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dikembangkan berdasarkan seluruh hasil kajian. Sedangkan saran dikembangkan berdasarkan temuan dari tulisan ini sehingga dapat dikembangkan pasca penelitian.
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dasar Hukum Jual Beli Jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesame umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan sunah Rasullah saw. Terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan sunah Rasulullah saw. yang berbicara tentang jual beli, antara lain: Surah al-Baqarah ayat 198: َْ َ َ َْ ُ ْ ُ َ ٌ َ ْ َْ ُ َ ْ ا ُ )891 اح أن تبتَغوا فضًل ِم ْن َر ِّبك ْم (ابلقرة ليس عليكم جن Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Dasar hukum jual beli berdasarkan sunah Rasulullah, antara lain: َ أ ُّي
ّ َ ُ َُ َ ُ وسلم هلل صىل اهلل عليه ِ سئِل رسول ا: قال، عن سعيد بن عمري األنصاري،عن وائل بن داود َ َُ َ َ َ ْ َ الك ْس ُ َو ُ ُُّك بيْع َم،ِالر ُجل بيَده )رب ْور (رواه ابليهيق ِ ِ ِ َّ " عمل:ب أطيب؟ قال ٍ ِ “Nabi Muhammad Saw ditanya, pekerjaan apa yang terbaik? Beliau
menjawab, kerja seseorang dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang
19
baik. Artinya, yang tidak terdapat unsur manipulasi dan khianat.” (HR. Alhakim)16 B. Pengertian Jual Beli Jual beli (
) secara etimologi, berarti tukar menukar sesuatu atau
menukar kepemilikan barang dengan barang.17 Sedangkan kata jama’ dari
(menjual) yang merupakan masdar dari
bentuk
, yang artinya
(mengganti sesuatu dengan sesuatu yang lain).18
Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan para ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi sama. Diantaranya: Jual beli menurut ulama Hanafiyah19 : َْ ْ َ ََُ َُ َ ال ََع َوج ٍه م ُص ْو ٍص ٍ ال بِم ٍ مبادلة م “Menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu”.
16
Abu Bakar al-Baihaqi, Syu’bu al-Aymân (al-Hindi: Maktabah al-Rusyd, 1423), juz
17
Moh. Thalib, Tuntunan Berjual Beli menurut Hadist Nabi (Surabaya : PT Bina Ilmu,
II, h.434 1977), h. 7 18
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-islâmî wa Adillatuh (Damsyik: Dâr al-Fikr, 1989), juz
IV, h.344. 19 Alauddin Al-Kasani, Badâ al-Tsanâ’i fî al-Tartib al-Syarâ’i’ (Mesir: Syirkah alMathbû’ah), juz V, h.133
20
Menurut Nawawi, jual beli adalah20 َ َْ ْ ا َ ََُ َُ ال تم ِليك ٍ ال بِم ٍ مقابلة م “Menukarkan harta dengan harta untuk menjadi hak milik” Menurut Ibn Qudamah21: ا َ ا َ َْ َ ْ ََُ َُ ال ت ْم ِليْك َوت ْم ِليْك ِ ال بِالم ِ مبادلة الم “Penukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan hak milik” Menurut Sayyid Sabiq22: ْ َُْ َ ُ ْ َ ْ ْ َْ ََ َ ََُ َُ َ َ َّ َع َسبيْل َ َ ال لمأذ ْو ِن ِفيْ ِه اِض أ ْو نقل ِمل ٍك بِ َع ْو ٍض َع الوج ِه ا ِ الَّت ٍ ال بِم ٍ مبادلة م ِ ِ “Penukaran harta dengan harta yang lain dengan jalan saling merelakan, atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.”
Ibnu Qudamah, Mughnî al-Muhtâj (Beirut: Dar al-kitab al-‘Araby, 1980), juz II, h.2 Ibid., Juz III, h.559 22 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirût: Dâr al-Kitâb al-Arabî, 1983), h.126. 20 21
21
C. Rukun dan Syarat Jual Beli Akad jual beli akan dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Sedangkan, sempurnanya struktur akad jual beli itu ada enam rukun, yaitu: ‘Aqidain (si penjual dan si pembeli), ma’qud ‘alaih (barang yang dibeli dan nilai tukar pengganti barang), sighat (ijab dan qabul). Menurut mayoritas ulama, menetapkan rukun jual beli ada tiga, yaitu : a. ‘Aqidain adalah kedua subyek atau pelaku transaksi yang terdiri atas penjual dan pembeli. b. Ma’qud ‘alaih adalah komoditi dalam transaksi jual beli, yang terdiri atas barang dagangan dan alat pembayaran. c. Shighah adalah bahasa interaktif dalam sebuah interaksi, yang terdiri atas penawaran (ijab) dan persetujuan (qabul).23 Menurut mayoritas ulama, menetapkan bahwa syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang telah disebutkan diatas, yaitu: Syarat-syarat orang yang berakad a.
Berakal dan Mumayyiz; tidak sah jual beli yang dilakukan orang gila, anak kecil dan bodoh.
23
Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah, cet.II, (Kediri : Lirboyo Press,
2013), h 4
22
b.
Berjumlah lebih dari dua orang Syarat ma’qud ‘alaih (harga atau nilai tukar pengganti barang dan barang
yang dibeli) a.
Barang yang dijual diketahui dengan jelas.
b.
Barang yang dijual merupakan benda yang bernilai atau bermanfaat.
c.
Barang yang dijual merupakan hak milik penjual
d.
Barang yang dijual dapat diserah terimakan. Syarat Sighat (lafadz ijab dan qabul)
a.
Kecakapan; kedua belah pihak haruslah orang yang cakap dalam melakukan transaksi.
b.
Adanya kesesuaian antara ijab dan Kabul.
c.
Dilakukan dalam satu tempat24
24 Abdur Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet.pertama, 2010), h.70
23
D. Berselisih Dalam Jual Beli Penjual dan pembeli dalam jual beli hendaknya berlaku jujur, berterus terang, dan mengatakan yang sebenarnya, jangan berdusta, dan bersumpah dusta, sebab sumpah dan dusta itu menghilangkan keberkahan jual beli. Rasulullah saw bersabda: َ َ َ ْ ٌ َ ْ ُ َ ْ ِّ ٌ َ ِّ َ ُ ُ َ ْ اْل ِلف منفقة لِلسلع ِة مم ِحقة لِل )ربك ِة ) رواه ابلخارى ومسلم “Bersumpah dapat mempercepat lakunya dagangan, tetapi dapat menghilangkan berkah” (HR. Bukhari dan Muslim)25 Para pedagang yang jujur, benar, dan sesuai dengan ajaran islam dalam berdagangnya, mereka dikumpulkan dengan para nabi, sahabat, dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah saw: ُّ ِّ يْي َو َ ْ الص ِّديْق َ انلب َّ َ َ ُ ْ َ ُ ُ َّ ُ َّ ) (رواه الَّتمذى واْلاكم.ِْي َوالش َه َداء ِ ِ اتلا ِجر الصدوق األ ِمْي مع “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dikumpulkan bersama Nabi, para sahabat dan orang-orang mati syahid” (HR.Tirmidzi). Bila antara penjual dan pembeli berselisih pendapat dalam suatu benda yang diperjualbelikan, maka yang dibenarkan adalah kata-kata yang punya
25
Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.78
24
barang bila antara keduanya tidak ada saksi dan bukti lainnya. Sabda Rasulullah Saw: َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ِّ ُّ َ ُ ُ َ َ َ ُ َ ٌ َ ِّ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ِّ َ ْ َ َ َ ْ َ )ارَكن (رواه أبو داود أو يتت، ان وليس بينهما بينة فهو ما يقول رب السلع ِة ِ إِذا اختلف ابليع “Bila penjual dan pembeli berselisih dan antara keduanya taka da saksi, maka yang dibenarkan adalah yang punya barang atau dibatalkan.”(HR. Abu Dawud)26
E. Konsep Khiyar Dalam Islam 1.
Dasar Hukum Khiyar
Hak khiyar atau memilih dalam jual beli, menurut islam dibolehkan. Apakah akan meneruskan jual beli atau membatalkannya, tergantung keadaan (kondisi) barang yang diperjualbelikan. Landasan hokum khiyar dalam AlQur’an memang tidak dijelaskan secara rinci. Al-Qur’an hanya menyebutkan secara garis besar bahwa dalam penelolaan harta tidak boleh dengan cara bathil sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an : َ ْ َ َّ َ ْ َ ُ َ َ َ ا ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ َ ْ ك ْم ب اض ِمنك ْم اط ِل ِإَل أن تكون ِِت اَّلين آمنوا َل تأكلوا أموالكم بين ٍ ارة عن ت َر ِ يا أيها ِ ابل ِ )
26
Abu Daud, Sunan Abû Dâud (Beirût: Dâr al-Fikr), juz 3, h. 285.
25
:(النساء
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (QS. An-Nisa 4:29) Adapun yang menjadi landasan hokum khiyar hadist Rasulullah saw. yang berbunyi: ْ َ َ َ َ َ ْ ابليِّ َعان ب ُ َّ ِض َّ قَ َال: : قَ َال، اَّلل َعنْ ُه َما َ ِ َر، َعن ابْن ُع َم َر ُّ انل ، ار َما ل ْم يتَف َّرقا ِ ِ ِ َ ب صىل اهلل عليه وسلم ِ اْلي ِ ِ ِ ْ َ َ ُ ُ َ َ ُ َُ َْ ْ َ اخ )َّت (رواه الشيخان اح ِب ِه ِ أو يقول أحدهما لِص “Penjual dan pembeli pilihan sebelum keduanya berpisah atau salah satunya mengatakan pada yang lain, pilihlah!” (HR Bukhari Muslim)27 َ َ َ ْ ُ ََ َ َ َ ْ ُ َ ُ ا َّ ُ َ َ ُ ْ َ ٌ َ ْ َ َ ْ َ َ َ األن ْ َص صىل اهلل عليه- اَّلل س ِمعت رجًل ِمن: ع ِن اب ِن عمر قال ِ ول ِ ار وَكنت بِ ِلسانِ ِه لوثة يشكو ِإَل رس ِ َ ََْ َ َْ َ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َل يَ َز ُال ُي ْغ ت فقل َل ِخًلبَة ُ َّم « إِذا بايع: -صىل اهلل عليه وسلم- اَّلل َب ِِف أنه: -وسلم ِ ابلي ِع فقال َل رسول ْ َ َْ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ِّ ُ َاْلي ال فإِن ر ِضيت فأم ِسك و ِإن س ِخطت ف ) (رواه ابليهيق.اردد ِ ٍ ار ِِف ُك ِسلع ٍة ابتعتها ثًلث َل ِ أنت ب ِ “Dari Ibnu Umar ra. Berkata, aku mendengar seorang sahabat Anshar yang lugu mengadu kepada Rasulullah saw., bahwa ia selalu dirugikan dalam jual beli. Lalu Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “apabila kamu jual beli, maka katakan, “tidak ada manipulasi!”, selanjutnya kamu berhak menentukan pilihan pada setiap barang yang kamu beli selama tiga malam, jika kamu berminat, ambil, jika tidak, kembalikan”. (HR. Albaihaqi)28
27 28
Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.84 Hasan bin Ali al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubrâ (al-Hindi: Dâr al-Ma’ârîf), Juz.v,
h.273
26
Menurut Abdurrahman al-Jaziri, status khiyar dalam pandangan ulama fiqih adalah disyariatkan atau dibolehkan, karena keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi.29 2. Pengertian Khiyar Kata al-khiyar dalam bahasa arab berarti pilihan. Pembahasan al-khiyar dikemukakan para ulama fiqh dalam permasalahan yang menyangkut transaksi dalam bidang perdata khususnya transaksi ekonomi, sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika terjadi beberapa persoalan dalam transaksi dimaksud. Definisi khiyar dalam kitab Hasyiyatul Jamali ialah hak memilih pelaku transaksi untuk menentukan pilihan terbaik antara melanjutkan atau membatalkan sebuah transaksi.30 Secara terminology, para ulama fiqh telah mendefinisikan al-khiyar, antara lain: 1.
Menurut Sayyid Sabiq31 : َ ْ ْ َ ْ ْ َ َْ ْ َْ ُ َ َ َُ ُ َ ْ َلم َضا ِء أ ِواَللغا ِء ِ ا ِ ري األم ِر ِمن ا ِ ْليار هو طلب خ
Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhîb al-Arba’ah (Beirût : Dar al-Taqwa, 2003), Juz II, h.131. 30 Sulaiman bin Umar al-Jamali, Hâsyiyah al-Jamali ‘alâ Syarh Manhaj al-Tullâb (Dâr al- Fikr, t.th), Juz III, h.101. 31 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunah (Beirut: Dâr al- Fikr, 1983), Juz III, cet. Ke-4, h.164. 29
27
“Khiyar ialah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau membatalkan (jual beli)”. 2.
Wahbah al-Zuhaily mendefinisikan al-khiyar dengan: ْ َ َ َ َْ ْ َ ْ ََْ ُ َ ْ َ لم ََُْ ْ ُ ْ َ ُ إم َضائه ب َف ْسخه ر ْف اقا ل تعاقِ َدي ْ ِن ِْليار بْي ِإمضا ِء العق ِد وعدم ِ أن يَكون لِلمتعاقِ ِد ا ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
“Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi”.
3.
Menurut Muhaamad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani اْليار هو طلب خري األمرين من إمضاء ابليع أوفسخه
“Khiyar adalah mencari kebaikan dari dua perkara, melanjutkan atau membatalkan”.32 4.
Menurut Abbas Satar Abu Gaddah, khiyar dalam istilah fiqih mempunyai pengertian yang banyak sesuai dengan macam-macam khiyar lalu ia meringkas pengertian khiyar:
.اْليار هو حق العاقد ِف فسخ العاقد أو امضائه لظهور مسوغ رشيع او بمقتىض اتفاق عقدى
32 Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Nailu al-Authâr (Mesir: Maktabah Mustafa al-Halabi,tth), jilid 5, h.209.
28
“Khiyar adalah hak orang yang berakal untuk membatalkan akad atau meneruskannya karena ada alasan yang dibenarkan syariaht atau karena ada kesepakatan akad.33
Jika dilihat dari sisi definisinya, guna khiyar ialah agar adanya pemikiran matang-matang baik sisi negative maupun positif bagi kedua pihak sebelum benar-benar memutuskan untuk jual beli. Hal ini untuk menghindari kerugian yang terjadi dikemudian hari oleh kedua belah pihak. Jadi, hak khiyar itu ditetapkan dalam islam untuk menjamin kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi memang khiyar (opsi) ini tidak praktis karena mengandung arti ketidak pastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi, khiyar ini yaitu jalan terbaik.34 3.
Macam-Macam Khiyar
Khiyar itu ada yang bersumber dari syara’, seperti khiyar majlis, aib, dan ru’yah. Selain itu, ada juga khiyar yang bersumber dari kedua belah pihak yang berakad, seperti khiyar syarat dan ta’yin. Berikut ini akan dikemukakan pengertian khiyar menurut para ulama :
33
Abdus Satar Abu Gaddah, al-Khiyâr wa Âtsâruhu fi al-Uqûd, Cet-2, (Kuwait: Mathba’ah Maqhawi, 1985), Jilid 1, h.43 34 Amir Syarifudin, Fiqih Muamalah (Jakarta: Pranada Media, 2003, Cet. Pertama), h.213.
29
1.
Khiyar Majlis
Yaitu hak pelaku transaksi untuk menentukan pilihan terbaik antara melangsungkan atau mengurungkan transaksi ketika kedua pihak masih berada di majlis akad dan belum berpisah badan. Artinya transaksi dianggap sah apabila kedua belah pihak yang melaksanakan akad telah berpisah badan, atau salah seorang diantara mereka telah melakukan pilihan untuk menjual atau membeli. Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa. Kadang-kadang terjadi, salah satu yang berakad tergesa-gesa dalam ijab atau Kabul. Setelah itu, tampak adanya kepentingan yang menuntut dibatalkannya pelaksanaan akad. Karena itu, syariat mencari jalan baginya untuk ia dapat memperoleh hak munkin hilang dengan ketergesa-gesaan tadi. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Hakim bin Hazam bahwa Rasulullah saw bersabda: ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ابليِّ َعان ب ُ َّ ِض َ َع ْن َحك َ ِ َر، ٍيم ْب َن ِح َزام ِّ َّ َعن انل، اَّلل َعنْ ُه ار َما ل ْم يتَف َّرقا ِ ِ ِ َ : ب صىل اهلل عليه وسلم قال ِ ِ اْلي ِ ِ ُ َ ْ َ ُ ََََ ََ َ ْ َ َ َْ َ ُ َ َ ُفَإ ْن َص َدقَا َو َبيَّنَا ب ت بَ َركة َبيْ ِع ِه َما ُمق ِ ورك لهما ِف بي ِع ِهما و ِإن كذبا وكتما ِ ِ “Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama belum berpisah. Jika keduanya benar dan jelas maka keduanya diberkahi dalam
30
jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka akan dimusnahkanlah keberkahan jual beli mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)35 Artinya bagi tiap-tiap pihak dari kedua belah pihak ini mempunyai hak antara melanjutkan atau membatalkan selama keduanya belum berpisah secara fisik. Dalam kaitan pengertian berpisah dinilai sesuai dengan situasi dan kondisinya. Di rumah yang kecil, dihitung sejak salah seorang keluar. Dirumah besar, sejak berpindahnya salah seorang dari tempat duduk kira-kira dua atau tiga langkah. Jika keduanya bangkit dan pergi bersama-sama maka pengertian berpisah belum ada. Pendapat yang diangap kuat bahwa yang dimaksud berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan setempat.36 a. Masa Khiyar Majlis Masa Khiyar Majlis akan berakhir dengan salah satu dari dua hal yakni saling memilih (takhayur) atau berpisah (tafarruq): 1. Takhayur Takhayur ialah keputusan pelaku transaksi antara memilih melangsungkan atau mengurungkan transaksi ketika masih berada di majlis akad. Pelaku transaksi, apabila telah menjatuhkan salah satu pilihan ini, masa hak khiyar
35 36
Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.84 Sayyid Sabiq, Fiqh al- Sunnah (Beirût: Dâr al- Fikr, 1983), jilid III, cet. Ke-4, h.164.
31
majlisnya telah berakhir, kendati keduanya belum berpisah (tafarrruq) dari majlis akad.37 2. Tafarruq Tafarruq ialah terjadinya perpisahan kedua belah pihak pelaku transaksi dari majlis akad. Batasan tafarruq merujuk kepada makna ‘urfi, karena tidak ada batasan secara syar’i maupun lughawi. Tafarruq bisa terjadi. Dalam arti masa hak khiyar kedua pelaku transaksi berakhir, meskipun hanya salah satu pihak yang keluar dari majlis akad, sebab peristiwa tafarruq tidak bisa dipilah-pilah layaknya takhayur diatas.38 2. Khiyar Aib Yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung..39
37
Zakariya Anshori, Atsnâ al-Maṯâlib fi Syarhi Raudhi al-Ṯalib (Beirût: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 2000), juz 3, hal 90 38 Ibid., hal 91 39 Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, cet.II, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.130.
32
Jadi, dalam khiyar aib itu apabila terdapat bukti cacat pada barang yang dibelinya, pembeli dapat mengembalikan barang tersebut dengan meminta ganti barang yang baik, atau kembali barang dan uang. Dasar hukum khiyar aib, diantaranya sabda Rasulullah saw.: ْ ُ َ ْ ُ ُ َ َّ َ ْ َ َ َ َُ ُ ْ َ َ َ َّ َ ْ ََْ ُ ْ َ َوَل، ال ُم ْس ِل ُم أخو ال ُم ْس ِل ِم: وسل َم يقول هلل َصىل اهلل علي ِه ِ س ِمعت رسول ا: قال، عن عقبة ب ِن َع ِم ٍر َ َ ُ َّ ٌ ْ َ ُّ َ َ .)ب ِإَل بَيَّنَه َل (رواه ابن ماجه َيل ل ِ ُم ْس ِل ٍم بَاع ِم ْن أ ِخي ِه َبيْ اعا ِفي ِه عي ِ “Sesama muslim itu bersaudara; tidak halal bagi seorang muslim menjual barangnya kepada muslim lain, padahal pada barang itu terdapat ‘aib/cacat”. (HR.Ibnu Majah)40 Khiyar ‘aib ini menurut kesepakatan ulama fiqh, berlaku sejak diketahuinya cacat pada barang yang diperjualbelikan dan dapat diwarisi oleh ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut ulama hanafiyah dan hanabilah adalah seluruh unsur yang merusak obyek jual beli itu dan mengurangi nilainya menurut tradisi para pedagang. Tetapi menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah seluruh cacat yang menyebabkan nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang diinginkan dari padanya.
40 Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Mâjah (Maktabah Abî al-Ma’âṯî), Juz 3, h.355.
33
a. Kriteria Aib Kriteria aib yang bisa menetapkan hak khiyar aib ialah: 1. Aib qadim, yakni aib yang ada sebelum terjadi transaksi, atau ada setelah transaksi namun sebelum terjadi serah terima barang, atau ada bersamaan dengan serah terima barnag, dan atau ada setelah serah terima barang namun merupakan akibat dari sebab yang terjadi sebelumnya. 2. Aib yang mengurangi fisik barang yang bisa menafikan minat pelaku transaksi. 3. Aib yang mengurangi fisik barang atau tidak, namun bisa mengurangi harga pasaran. 4. Aib yang tidak wajar ditemukan pada fisik barang tersebut b. Batas Akhir Hak Khiyar Aib Hak khiyar aib akan berakhir dalam arti pelaku transaksi tidak memiliki hak opsionaluntuk melangsungkan atau mengurungkan transaksi lagi, apabila setelah mendapati aib terjadi hal-hal berikut: 1. Tidak segera mengembalikan (radd) komoditi 2.
Komoditi telah dimanfaatkan, seperti dipakai, disewakan, dijual, dan
lainnya.
Karena
34
tindakan-tindakan
seperti
ini
mengindikasikan rela (ridla) dengan kondisi barang, dan memilih untuk melangsungkan transaksi.41
Khiyar Ru’yah
3.
Yaitu khiyar (hak pilih) bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Jumhur ulama yang meliputi ulama Hanafiyah Malikiyah, Hanabilah, dan Zahiriyah menyatakan bahwa khiyar ru’yah disyari’atkan dalam islam berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang menyatakan: َ ْ َ ََ ْ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َّتى شيئاا ل ْم يَ َر ُه ف ُه َو « م ِن اش-صىل اهلل عليه وسلم- اَّلل ِ عن أ ِِب هريرة قال قال رسول ْ ُ اْليَار إ َذا َر )آه (رواه ادلار قطىن ِ ِ ِ ِب “Siapa yang membeli sesuatu yang belum ia lihat maka ia berhak khiyar apabilatelah melihat barang itu”. (HR. Dar al-Quthni dari Abu Hurairah)42 Akad seperti ini, menurut mereka boleh terjadi disebabkan objek yang akan dibeli itu tidak ada di tempat berlangsungnya akad, atau karena sulit dilihat
41 42
Musthafa Al-khin, al-Fiqh al-Manhaj ‘alâ Madzhab Imam Syâfi’î, juz 6, h. 21. Abu Hasan Ali, Sunan al-Dâr quṯnî (Maktab al-Tahqîq), Juz.III, h.382.
35
seperti ikan kaleng (sardencis). Khiyar ru’yah menurut mereka, mulai berlaku sejak pembeli melihat barang yang akan dibeli. Akan tetapi, ulama Syafi’iyah dalam pendapat baru (al-mazhab al-jadid), mengatakan bahwa jual beli barang yang ghaib tidak sah, baik itu disebutkan sifatnya waktu akad maupun tidak. Oleh sebab itu, menurut mereka khiyar ru’yah tidak berlaku, karena akad itu mengandung unsur penipuan yang boleh membawa kepada perselisihan.43
4.
Khiyar syarat
Yaitu hak pelaku transaksi untuk menentukan pilihan terbaik antara melangsungkan atau mengurungkan transaksi yang berlaku atas dasar kesepakatan muta’aqidain
(pembeli dan penjual) terhadap sebuah klausul
(syarat) berupa batas waktu tertentu. Biasanya lama syarat yang diminta paling lama tiga hari.44 Secara substansial, fungsi khiyar syarat merupakan perpanjangan waktu dari hak opsional dalam khiyar majlis. Apabila hak opsional dalam khiyar majlis terbatas hanya ketika pelaku transaksi masih berada dalam majlis akad, dan akan
43
Nasrun Harun, Fiqih Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet-ke2,
44
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirût: Dâr al-Fikr, 1983), h.165
h.136
36
berakhir begitu keduanya telah berpisah, maka dalam khiyar syarat hak opsional tersebut masih berlangsung sekalipun kedua pihak telah berpisah, sampai batas waktu yang disepakati.45 Seperti, seseorang berkata: Saya jual mobil ini dengan harga seratus juta rupiah (Rp. 100.000.000,-) dengan syarat boleh memilih selama tiga hari. Dalam kaitan ini Rasulullah saw. bersabda: ْ ِّ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َْ )ت بِاْليا ِر ِف ُك ِسل َع ٍة ْابتَعتَ َها ثًلث َلا ٍل (رواه ابليهيق أن “Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli selama tiga hari tiga malam” (HR.Baihaqi)46 Hadis dari Ibnu Umar, Rasulullah saw. bersabda: َ ْ َ ِّ َ ُّ ُ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ َّ ِّ انل ْي َل َبيْ َع ِ ب صىل اهلل عليه وسلم ُك بيع ِ قال، ع ِن اب ِن عمر ر ِِض اَّلل عنهما ْ َ ْ َّ َ َ َ َ َّ َ َ ُ َ ْ .اْليَار ِ بَينهما حَّت يتف َّرقا ِإَل َبيع “Setiap dua orang melakukan jual beli, belum sah dinyatakan jual beli itu sebelum mereka berpisah, kecuali jual beli khiyar.”47
Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Mu’amalat, cet.II, (Kediri: Lirboyo Press, 2013), h.69. 46 Hasan bin Ali al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubrâ (al-Hindi: Dâr al-Ma’ârîf), Juz.v, h.273 47 Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.84 45
37
Artinya, jual beli dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah bila mereka berdua telah berpisah, kecuali bila disyaratkan oleh salah satu kedua belah pihak, atau kedua-duanya adanya syarat dalam masa tertentu. Jika masa waktu yang ditentukan berakhir dan akad tidak difasakhkan, maka jual beli wajib dilangsungkan. Khiyar batal dengan ucapan dan tindakan si pembeli terhadap barang yang ia beli, dengan jalan mewakafkan, menghibahkan, atau membayar harganya, karena demikian itu menunjukkan kerelannya.48 a. Masa Khiyar Syarat49 Masa Khiyar syarat ada batas minimal dan maksimal. Batas minimal masa khiyar syarat adalah masa sebentar yang telah diketahui, seperti satu jam. Dan batas maksimalnya ialah tiga hari tiga malam. Limitasi pada tiga hari tiga mala mini, disamping berdasarkan hadits, juga didukung alasan rasional bahwa, tiga hari adalah masa yang secara galib telah cukup untuk membuat pertimbangan secara matang.
48 49
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 165 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah, h. 70
38
b. Akhir Masa Khiyar Syarat Masa khiyar syarat akan berakhir dengan beberapa hal sebagai berikut: 1. Habisnya batas waktu khiyar yang telah disyaratkan pelaku transaksi. 2. Memutuskan untuk melangsungkan transaksi atau mengurungkannya. 3. Mentasharufkan komoditi dalam masa khiyar dengan bentuk tasaruf yang umumnya hanya legal dilakukan oleh pemilik.
Khiyar Ta’yin
5.
Yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang berbeda kualitas dalam jual beli. Contoh, pembelian keramik: ada yang berkualitas super (KW1) dan sedang (KW2). Akan tetapi, pembelian tidak mengetahui secara pasti mana keramik yang super dan berkualitas sedang. Untuk menentukan pilihan itu ia memerlukan pakar keramik dan arsitek. Khiyar seperti ini, menurut hanafiyah yaitu boleh, dengan alasan bahwa produk sejenis yang berbeda kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh pembeli, sehingga ia memerlukan bantuan seorang pakar. agr pembeli tidak tertipu dan agar produk yang ia cari sesuai dengan keperluannya, maka khiyar ta’yin dibolehkan.50
50
Nasrun Harun, Fiqih Mu’amalah, h.132
39
Akan tetapi, jumhur ulama fiqh tidak menerima keabsahan khiyar ta’yin yang dikemukakan ulama Hanafiyah ini. Alasan mereka, dalam akad jual beli ada ketentuan bahwa barang yang diperdagangkan (al-sil’ah) harus jelas, baik kualitasnya, maupun kuantitasnya. Dalam persoalan khiyar ta’yin, menurut mereka, kelihatannya bahwa identitas barang yang akan dibeli belum jelas. Oleh karena itu, ia termasuk ke dalam jual beli al-ma’dum (tidak jelas identitasnya) yang dilarang syara’. Ulama Hanafiyah yang membolehkan khiyar ta’yin mengemukakan tiga syarat untuk sahnya khiyar ini, yaitu: a. Pilihan dilakukan terhadap barang sejenis yang berbeda kualitas dan sifatnya. b.Barang itu berbeda sifat dan nilainya. c. Tenggang waktu untuk khiyar ta’yin itu harus ditentukan yaitu menurut Imam Hanifah tidak boleh lebih dari tiga hari. Khiyar ta’yin, menurut ulama Hanafiyah, hanya berlaku dalam transaksi yang bersifat pemindahan hak milik yang berupa materi dan mengikat bagi kedua belah pihak, seperti jual beli.
40
4. Hikmah Khiyar Diantara hikmah khiyar sebagai berikut: a.
Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip prinsip islam, yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.
b.
Mendidik masyarakat agar hati-hati dalam melakukan akad jual beli, sehinga pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik atau benar-benar disukainya.
c.
Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli dan mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barang.
d.
Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun pembeli, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.
e.
Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar sesama. Adapun ketidak jujuran atau kecurangan pada akhirnya akan berakibat dengan penyesalan, dan penyesalan di salah satu pihak dapa mengarah kepada kemarahan, kedengkian, dendam, dan akibat buruk lainnya.51
51 Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat (Jakarta : Kencana Media Group, 2010, Cet. Pertama), h.104.
41
F.
Review Studi Terdahulu
Dalam rangka mendukung penelaahan yang lebih komprehensif, penyusun berusaha untuk melakukan kajian awal pustaka atau karya-karya yang memiliki relevansi terhadap obyek yang akan diteiti. Sejauh pengamatan penulis, kajian terhadap penerapan khiyar di Pasar Tradisional Ciputat belum ada yang meneliti, namun ada beberapa karya yang terkait dengan permasalahan prinsip khiyar sebagai berikut : Tabel 2.1. Review Studi Terdahulu Peneliti dan Judul
Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan
Persamaan
Sri Sumaryanih, 2003: Fakultas Syariah dan Hukum/Perbankan Syariah UIN Jakarta; “Khiyar dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam dan Hukum Perdata”
Penelitian kualitatif dengan metode library research dan comparative research
khiyar dalam hokum islam dengan hokum perdata mempunyai tujuan yang sama yaitu mewujudkan ketertiban dan keamanan dan melindungi Hak Asasi Manusia.
Membahas perbandingan konsep khiyar antara hokum islam dengan hokum perdata
Memberikan penjelasan mengenai konsep khiyar dan menggunaka n metode penelitian lapangan
Hafiz Juliansyah, 2011: Fakultas Syariah dan Hukum/Perbankan Syariah UIN
Penelitian kuantitatif, yang terdiri dari variable tauhid,
Dari kelima variable tersebut hanya variable tauhid dan keseimbangan yang mempengaruhi etika bisnis Islam.
Orientasinya kepada prinsip umum jual beli islam
42
Tidak ada penelitian terhadap penerapan khiyar di lapangan
Membahas etika bisnis islam dan lokasi penelitan
Jakarta “FaktorFaktor yang mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang Pasar Ciputat”
keseimbangan , kehendak bebas, tanggung jawab, ihsan.
Singgih Raditya Dhuhri, 0202; Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta “Implementasi Prinsip Khiyar dalam ECommerce”
penelitian hokum normative bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif..
Teknik sample dilakukan menggunakan probability sampling method
khiyar pada e-commerce dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pelaku usaha atau penjual dengan para konsumen tentang adanya pembatalan perjanjian maupun pengembalian terhadap suatu barang yang memiliki kerusakan atau cacat tersembunyi.
43
Objek penelitian hanya pedagang pasar ciputat
bertempat di Pasar Tradisional Ciputat
Obyek penelitian focus tentang pelaksanaan hak khiyar dalam praktek perdagangan melalui elektronik (ecommerce)
Menjelaskan prinsip khiyar dan praktiknya di lapangan dengan hasil wawancara antar penjual dan pembeli
BAB III PASAR DAN RUANG LINGKUPNYA
A.
Pasar 1. Pengertian Pasar
Pengertian pasar dalam Ilmu Ekonomi, adalah pertemuan antara pembelipembeli dan penjual-penjual (konsumen dan produsen) untuk suatu keinginan menentukan kondisi bagi pertukaran sumber daya (barang dan jasa) atau dengan kata lain merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran yang tidak dibatasi oleh ruang waktu dan tempat.52 Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjual dan pembeli) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Sedangkan aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan dua subyek pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut mempu nyai peranan yang sangat besar terhadap pembentukkan harga barang di pasar.
52 Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian (Jakarta : Salemba Empat, 1995), h.14.
44
William J. Stanton memaparkan tentang definisi pasar: “orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan uang untuk belanja serta kemauan untuk membelanjakannya”. Dari definisi ini terdapat tiga unsur penting didalam pasar yaitu : a. Orang dengan segala keinginannya b. Daya beli mereka c. Kemauan untuk membelanjakannya Bertemunya antara penjual dan pembeli dalam pasar disebabkan oleh suatu barang untuk menentukan harga. Dalam konsep ekonomi Islam penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran yang mana pertemuan permintaan dengan penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut.53 Islam melarang kita atas perbuatan zalim yang mengakibatkan kerugian kepada orang lain. Dan Islam memerintahkan kita untuk berlaku adil dengan adanya prinsip saling rela dalam jual beli. Sedangkan setiap bentuk ketidakadilan dilarang.
53 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT Indonesia, November 2003), cet ke-2, h.36
45
Dalam surat An-nisa’ ayat 29 disebutkan: َ ْ َ َّ َ ْ َ ُ َ َ َ ا ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ َ ْ ك ْم ب اض ِمنك ْم اط ِل إَِل أن تكون ِِت اَّلين آمنوا َل تأكلوا أموالكم بين ٍ ارة عن ت َر ِ يا أيها ِ ابل ِ ُ َ َ َ َّ َّ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ ك ْم َرح ا ( QS.al-Nisa (4) 29( يما ِ ِوَل تقتلوا أنفسكم إِن اَّلل َكن ب Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (al-Nisa (4) 29) 2. Jenis-Jenis Pasar Mengingat luasnya ruang lingkup pasar, maka pembagian pasar didasarkan dalam beberapa golongan diantaranya sebagai berikut : a. Berdasarkan wujudnya dibedakan menjadi : 1. Pasar konkret (pasar nyata) merupakan pasar yang menunjukkan suatu tempat terjadinya hubungan secara langsung (tatap muka) antara pembeli dan penjual. Barang yang diperjualbelikan pun berada di tempat tersebut. Misalnya pasar-pasar tradisional dan swalayan. 2. Pasar abstrak (tidak nyata) merupakan pasar yang menunjukkan hubungan antara penjual dan pembeli, baik secara langsung maupun tidak langsung, barangnya tidak secara langsung dapat diperoleh pembeli. Misalnya pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
46
b.
Berdasarkan luas jangkauannya pasar dibedakan menjadi : 1. Pasar local merupakan pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah tertentu saja 2. Pasar nasional merupakan pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah dalam suatu Negara. 3. Pasar internasional penjual dan pembeli dari berbagai Negara.54
c.
Berdasarkan cara transaksinya, dibedakan menjadi berikut: 1. Pasar Tradisional, adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan pasar modern. 2. Pasar Modern, adalah tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
54 Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen (Bandung: PT Refika Adimatama, 2005), cet ke-III, h.89
47
dilakukan
secara
mandiri
(swalayan)
atau
dilayani
oleh
pramuniaga.55
3. Pengertian Pasar Tradisional Pasar tradisional adalah tempat pembeli dan penjual melakukan transaksi secara langsung dan disertai dengan proses tawar menawar. Barang yang diperjualbelikan merupakan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti makanan, kue, buah-buahan, pakaian, barang elektronik, dan jasa. Biasanya setiap pasar tradisional diberi nama. Ada yang diberi nama menurut tempatnya, seperti Pasar Jatinegara dan Pasar Palmerah. Ada yang diberi nama menurut hari, seperti Pasar Jumat, Pasar Rebo, dan Pasar Senen. Ada juga yang diberi nama menurut barang yang diperdagangkan, seperti pasar hewan yang hanya menjual hewan, pasar buah yang khusus menjual buah, pasar beras yang hanya menjual beras, dan pasar sayur mayur yang hanya menjual sayur mayur. Pasar tradisional semacam itu disebut juga pasar induk. Di pasar inilah para pedagang membeli barang dagangan untuk dijual kembali di tempat lain.
Andini Elizabeth, “Pasar Tradisional dan Pasar Modern”, artikel diakses pada 11 september 2014 dari http://andinielizabeth.wordpress.com/2013/04/17/pasar-tradisional-danpasar-modern. 55
48
Bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los. Toko biasanya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah belah. Adapun losnya digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging. Ruangan untuk berjualan di pasar tradisional tidak luas, penerangan secukupnya, dan tanpa pendingin udara. Kebersihan juga sering kurang terjaga. Sampah banyak berserakan sehingga menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor. Namun, saat ini pengelolaan pasar tradisional mulai ditingkatkan. Genangan air, lingkungan kumuh, dan suasana berdesak-desakan jarang terlihat di pasar tradisional. Kini pasar tradisional semakin bersih dan nyaman untuk dikunjungi. Kegiatan jual beli di pasar tradisional terjadi karena ada dua pihak yang mau menjual dan membeli. Kedua pihak ini melakukan tawar menawar harga. Penjual berusaha menawarkan barang dengan harga setinggi-tingginya. Sebaliknya, pembeli berupaya mendapatkan harga serendah-rendahnya. Kegiatan jual beli pun terjadi setelah ada kesepakatan harga di antara keduanya.
49
B. Pasar Tradisional Ciputat 1.
Sejarah Singkat
Tidaklah banyak orang yang tahu bahwa pasar tersebut dulunya adalah sebuah panti asuhan yang bernama Panti Asuhan Aria Putera. Nama Aria Putera sendiri lahir karena letak panti asuhan itu berada di Jalan Aria Putera. Bukan hanya Panti Asuhan Aria Putera saja yang hilang berganti menjadi Pasar Ciputat, namun banyak pula hal-hal yang telah hilang dari Ciputat kini. Ketika Panti Asuhan Aria Putera masih ada, Ciputat memiliki terminal bus. Pada tahun 1988 PEMDA Kabupaten Tangerang mengalihfungsikan panti asuhan tersebut menjadi pasar, karena pada saat itu Ciputat telah menjadi pusat lalu lintas utama menuju kota Jakarta dan dinilai butuh sebuah pasar yang mapan dan efektif untuk menjadi sebuah pasar tradisional. Pada awal berdirinya, pasar ini hanya beroperasi dua minggu sekali, kemudian berkembang menjadi seminggu sekali, hingga kini menjadi 24 jam, dengan luas sekitar 70 meter.56 Menurut Dani Ardani, S.E. selaku kepala pasar, awal mulanya ada tiga pasar tradisional yaitu : pasar ciputat, pasar desa cipayung, dan pasar Pemda (Pemerintah Daerah). Ketiga lokasi tersebut berada pada kawasan desa. Kemudian, pada tahun 1992 terjadi musibah kebakaran pada ketiga pasar Dwi Anggraini Puspa Ningrum, “Rona Pasar Ciputat”, artikel diakses pada 10 oktober 2014 dari http://akumassa.org/program/ciputat-tangerang-selatan/serba-serbi-pasarciputat 56
50
tersebut, lalu kemudian atas desakan pedagang melalui Kumpulan Pedagang (KOPAH), dari hasil musyawarah antar pedagang, akhirnya ketiga pasar tersebut kembai dibangun dan dielaborasikan menjadi satu nama, yaitu pasar ciputat. Memasuki periode 90-an pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan Aria Putera. Wilayah pasar ciputat meliputi Masjid Agung al Jihad, kantor Ranting Veteran, Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar Ciputat kini terus berkembang seiring dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri. Contohnya dengan kehadiran fly-over yang dibuat pada tahun 2007, memberikan respon positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi Ciputat.. Pasar Ciputat sudah banyak mengalami kemajuan seiring dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Hal lain yang tidak lepas dari permasalahan pasar Ciputat yang menyebabkan kemacetan adalah pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan Pasar Ciputat. Sebelum Pasar Ciputat menjadi Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini menikmati jualan mereka karena tidak ada yang mengusik, namun setelah pembentukan Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini selalu mengalami penggusuran lahan pada pagi hari pukul 06.00-09-00 WIB dan sore hari pada
51
pukul 15.00-18.00 WIB. Pengawasan Satpol PP setiap hari menjadi momok menakutkan bagi mereka sebagai pedagang kaki lima karena akan berpangaruh terhadap penghasilan mereka. 57
2.
Profil Umum
Pasar Ciputat berdiri dengan tiga lantai yaitu lantai basement, lantai dasar, dan lantai atas. Tersebar atas dua bagian yaitu pasar barat dan pasar timur. Mayoritas pedagangnya dipadati oleh orang-orang ciputat
dan sekitarnya.
Selain itu terdapat juga pedagang yang berasal dari luar daerah seperti Banten, Padang, Madura, dan lain-lain. Lantai basement Pasar Ciputat banyak diisi oleh pedagang sembako, sayur mayur, dan perhiasan, lantai dasar diisi oleh pedagang baju, sepatu, dan toko lain. Selanjutnya untuk lantai satu sendiri diisi oleh pedagang-pedagang baju, perlengkapan sekolah, dan toko kain. Sedangkan pada lantai atas tidak jauh berbeda dengan lantai dasar yang kebanyakan pedagangnya penjual baju, sepatu, pakaian dalam, kain, dan kerudung. Namun, dilantai atas tidak terlalu ramai oleh
Ahmad Reza Safitri, “Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h.34. 57
52
pedagang karena terdapat beberapa kios belum terisi dan masih banyak kioskios yang kosong. Ada dua kubu di Pasar Ciputat, yaitu kubu pasar sebelah barat dan sebelah timur. Antara dua kubu ini dipisahkan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) sampai sepanjang jalan H.Usman. Beraneka ragam barang jualan pun didagangkan antara lain, ikan basah, ayam, daging, sembako, dan komoditi non-pangan seperti pakaian, sandal, mainan anak dan lainnya. Ada sebuah lorong yang merupakan sebuah jalan pemisah antara pasar barat dan pasar timur yang atapnya merupakan sambungan dari kedua kubunya. Lorongan ini merupakan sebuah sarana jalan lalu lintas umum dan bahubahunya telah digunakan sebagai sarana berjalan oleh Pedagang Kaki Lima. Ada pula tempat lain yang disebut ruang polycarbonet, merupakan ruang dagang yang berbentuk los-los. Begitu pula kavling sebagai ruang dagang bagi para PKL. Adapun beberapa ruko dan plaza adalah ruang dagang komersil yang dikelola oleh perusahaan PT. Batavia Multi Sarana yang bekerjasama dengan pemda Tangerang Selatan. Adapun mengenai jumlah pedagang pasar tradisional ciputat tampaknya belum bisa diperkirakan secara pasti. Hal ini berdasarkan kepada banyaknya para pedagang kaki lima di area pasar dan disamping itu banyak kios-kios yang
53
kosong di dalam gedung pasar. Karena mereka lebih memilih berjualan di trotoar jalan yang berdampak kepada kemacetan. Namun, mengenai luas pasar Ciputat, secara keseluruhan pasar Ciputat luas tanahnya 5670 m2 dengan luas bangunan 14516 m2 , yang terdiri dari : Lantai basement 4839 m2, lantai satu 4839 m2, lantai dua 4839 m2. Berikut pembagiannya :
Tabel.3.1. Pembagian Luas Pasar Ciputat58
No.
Lantai Basement
1.
Blok AK yang berisi kios- Blok CK yang Blok EK yang kios
2.
Lantai Dasar
berisi kios-kios
Lantai atas
berisi kios-kios
Blok BK yang berisi kios- Blok DK yang Blok FK yang kios
3.
berisi kios-kios
Blok BL yang berisi los
berisi kios-kios Blok GK yang berisi kios-kios
Muhammad Azhar, “Pengaruh Keberadaan Pusat Perbelanjaan Modern Terhadap Pasar Tradisional Ciputat”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.35 58
54
Struktur Organisasi59
3.
Dani Ardani, SE.
59
Wawancara Pribadi dengan Pak Joko. Jakarta, 11 Oktober 2014
55
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN
Pasar Tradisonal Ciputat sudah terkenal sebagai sentral perbelanjaan oleh masyarakat sekitar. Tak sedikit masyarakat dari luar daerah juga mengunjungi pasar ini, factor harga yang relative murah serta negosiasi antara penjual dan pembeli yang terjadi secara hangat membuat semakin banyak pengunjung yang ingin berbelanja di pasar ini. Namun banyaknya pembeli, belum tentu menjamin pasar itu menerapkan prinsip-prinsip syariah. Penerapan prinsip khiyar salah satunya yang hampir tidak dipedulikan bagi pelaku transaksi di pasar. Berikut ini akan membahas seputar khiyar dengan bagaimana penerapannya dalam dunia pasar tradisonal. Beberapa informasi telah kami dapat dari hasil kajian lapangan mengenai masalah khiyar di Pasar Ciputat.
A.
Khiyar dalam Jual Beli di Pasar Tradisional Ciputat Analisis kualitatif mengawali diskusi pada bab ini. Dari hasil temuan studi
ini menunjukkan bahwa kurangnya terealisasi praktik khiyar secara sempurna. Sebagian pedagang belum sepenuhnya mengenal konsep khiyar dalam islam, meskipun beberapa ada yang sudah melakukannya. Seringkali para pedagang
56
retail tradisional acuh terhadap kenyamanan dan keamanan para konsumen tidak sebagaimana yang dilakukan retail modern. Dalam pengamatan ini tidak semua pedagang peneliti masukkan dalam penelitian, peneliti membatasi pada 3 jenis komoditi pedagang. Yaitu Pedagang Pakaian, Pedagang Alat-alat tulis, Pedagang Elektronik. Adapun ketiga pedagang yang berjualan pada tahun 2013-2014 adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Komoditi Pedagang Pasar Ciputat60 No.
Komoditi Dagangan
Jumlah Pedagang
1
Pakaian
148
2
Alat-Alat Tulis
15
3
Elektronik
22
1.
Pedagang Pakaian
Pedagang pakaian ialah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang di bidang pakaian. Berdasarkan temuan, pedagang pakaian ini lebih berpotensi akan terjadinya hak khiyar dalam transaksi jual beli karena konsumen biasanya belum langsung pas dengan pembeliannya. Misalnya terkadang ada pembeli
60 Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang, Data Pedagang Aktif. Tahun 2013
57
yang ukuran atau warna pakaian tidak sesuai. Peristiwa seperti ini sering terjadi di Pasar. Pak Nani salah satu pedagang pakaian yang saat ini masih berjualan di pasar ciputat, beliau mengaku sering menghadapi pembeli yang meminta penukaran barang. “Dulu pernah ada pembeli (wanita) yang membeli baju, baru sampai depan toko saya ia kembali lagi ingin membatalkannya dengan alasan yang tidak jelas. Ya saya tidak diterima, karena ini sudah ada akad diawal kecuali barangnya rusak.” Tutur Nani. “Biasanya orang yang beli baju disini, sering datang kembali untuk menukar baju yang tidak cocok baik ukuran maupun warna. Kalau itu saya terima biasanya dikasih waktu 2 hari.” Tambah Nani. 61 Sebagian pedagang disana telah menciptakan pemahaman bahwa transaksi dianggap sah apabila kedua belah pihak telah serah terima barang dengan uang. Mereka berdalih bahwa uang yang sudah diterima penjual dan barang yang sudah diterima pembeli kedua-duanya tidak dapat kembali. Khiyar aib mayoritas telah diterapkan dalam jual beli pakaian. Selain itu, beberapa penjual juga menerapkan kesepakatan pengembalian atau pembatalan barang yang dibeli dalam beberapa waktu, yang disebut khiyar syarat. Terkait
61 Wawancara Pribadi dengan Pak Nani, berprofesi sebagai pedagang busana dan batik di Pasar Ciputat sejak tahun 2008, umur 42 tahun. Jakarta, 16 Oktober 2014
58
khiyar majlis, beberapa pedagang pakaian yang menjadi informan mengaku tidak menerapkannya, tapi sebagian kecil saja yang menerapkan. 2.
Pedagang Alat-alat Tulis
Pedagang alat tulis kantor (ATK) di pasar ciputat terhitung sedikit jumlahnya, menurut data yang diambil dari PD. Pasar Niaga, jumlah pedagang alat-alat tulis kantor berjumlah 15 pedagang. Lokasi berjualan mereka terpisah dibeberapa lokasi pasar. Ukuran toko mereka pun berbagai macam ukuran dan bentuk. Pak Andi salah satu pedagang berbagai macam alat-alat tulis kantor di pasar ciputat, beliau berjualan sejak tahun 2006. Berikut diantara jualan Andi yaitu buku tulis, pulpen, pensil, papan tulis, tas sekolah, dan lainnya. Menurut Pak Andi, beliau belum mengenal khiyar namun sudah mempraktikkan kesepakatan penukaran barang dalam jual beli. “Biasanya konsumen saya itu ibu-ibu yang seringkali membelikan alat tulis untuk anaknya, biasanya ibu itu tidak membawa anaknya. Saat itu lah sang ibu membeli barang dengan kesepakatan saat transaksi bahwa barangnya akan ditukar dalam beberapa waktu jika anaknya tidak cocok.” Jelas Pak Andi. 62
62
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi yang berprofesi sebagai penjual perlengkapan sekolah dan alat-alat tulis kantor sejak tahun 2006, umur 32 tahun. Jakarta, 16 Oktober 2014
59
Khiyar aib tidak terlalu sering terjadi pada pedagang alat tulis. Hal tersebut dikarenakan pembeli dapat dipastikan bisa mencoba dan mengecek barang sebelum dibeli. Sedangkan khiyar majlis semua informan yang diwawancarai mengaku tidak menerapkan khiyar tersebut karena merasa dirugikan oleh pihak pembeli. 3.
Pedagang Elektronik
Pedagang elektronik ialah mereka yang melakukan kegiatan dagang di bidang alat-alat elektronik. Pedagang elektronik di pasar ciputat terhitung tidak terlalu banyak jumlahnya, sama seperti pedagang alat tulis. Menurut data dari Divisi Pengelolahan Pasar, jumlah pedagang elektronik yang terhitung berjumlah sekitar 22 pedagang. Lokasi yang menjadi area berjualan pedagang elektronik tersebar di seluruh area pasar ciputat. Ibu Ira merupakan salah satu pedagang elektronik yang berjualan di pasar ciputat. Beliau berjualan elektronik di pasar ciputat sejak tahun 2009, mudahnya akses pembeli untuk datang ke pasar merupakan alasan kenapa beliau memilih pasar ciputat untuk berjualan. Menurutnya pembeli pernah salah dan penjual pun bisa salah. Apa salahnya jika seorang pembeli menukarkan pembeliannya setelah bertransaksi selama ada cacat pada barang yang dibeli. Karena jika tidak
60
demikian pembeli akan merasa menyesal dan terpaksa membeli barang itu. Dan ini jalannya untuk menghilangkan keterpaksaan dalam jual beli barang.63 Ibu Ira mengaku pernah menjual barang yang terdapat cacat tersembunyi pada barang. “Awalnya saya dan pembeli sama-sama tidak tahu kalau ada cacat/rusak dalam barang yang mau dibeli. Biasanya setelah sampai dirumah didapati ada cacat dalam barang, itu tidak apa-apa kita bisa menukar dengan barang baru, biasanya ini dalam waktu 1 minggu. Jika lebih dari itu, bisa juga diservis gratis ke pabriknya. Karena setiap barang disini terikat dengan garansi barang sampai 1-3 tahun. B.
Sifat Pelaksanaan Khiyar Dalam Pasar
Khiyar majlis merupakan hak menentukan pilihan terbaik antara melangsungkan atau mengurungkan transaksi ketika keduanya masih dalam satu majlis akad. Khiyar ini belum serempak diaplikasikan di pasar ciputat, bahkan dari hasil survei penulis hanya ada beberapa pedagang saja, sedangkan mayoritas mereka tidak menerapkannya. Sebab sebagian pedagang disana telah menciptakan pemahaman bahwa transaksi dianggap sah apabila kedua belah pihak telah serah terima barang dan uang dengan alasan bahwa uang yang sudah diterima penjual dan barang yang sudah diterima pembeli kedua-duanya tidak
63 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ira Ratnasari seorang penjual elektronik sejak 2009, umur 29. Jakarta, 15Oktober 2014.
61
dapat kembalikan. Hal ini untuk mendorong pembeli agar sebelum akad berlangsung perlu berpikir matang-matang supaya tidak menyesal setelahnya. Khiyar syarat merupakan dispensasi menentukan pilihan terbaik antara melanjutkan atau mengurungkan transaksi yang berlaku atas dasar kesepakatan terhadap syarat berupa batasan waktu tertentu. Khiyar ini diterapkan sebagian pedagang di pasar ciputat dan sering terjadi ketika pembeli membelikan barang untuk orang lain yang seringkali tidak sesuai, maka barang tersebut dapat dikembalikan sesuai kesepakatan. Waktu batasan khiyar ini biasanya 1-3 hari sesuai dengan yang disyari’atkan islam. Jika pembeli tidak melakukan pembatalan akad sampai pada hari yang ditentukan maka jual beli dianggap sah. Khiyar aib merupakan hak membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek. Khiyar ini menjadi khiyar mayoritas yang diterapkan di pasar ciputat. Kebanyakan pedagang menerapkannya ketika pembeli merasa dirugikan dalam membeli barang yang didapati cacat atau rusak pada barang. Namun sebagian pedagang ada yang tidak menerapkannya karena barang sudah diteliti sebelum dibeli. Maka barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dibatalkan lagi.
62
Tabel 4.2. Penerapan Khiyar No.
Jenis Khiyar
Jumlah Penerapan (%)
1.
Khiyar majlis
20 %
2.
Khiyar syarat
65 %
3.
Khiyar aib
80 %
C.
Problematika Yang Terjadi Seputar Khiyar
Setelah menelusuri kegiatan jual beli para pedagang pasar ciputat, sebenarnya mereka telah menerapkan beberapa ketentuan-ketentuan khiyar dalam islam. Namun sayangnya, istilah praktek khiyar menurut islam tidak diaplikasikan secara menyeluruh. Padahal sejatinya, setiap pedagang perlu mengetahui konsep khiyar yang harus diikuti dengan pengetahuan macammacam khiyar menurut islam karena hal tersebut konsep dasar dalam jual beli. Istilah nama khiyar sendiri dalam dunia pasar belum begitu kental di telinga masyarakat. Bahkan hampir tidak dikenal oleh kalangan penjual dan pembeli. Maka tidak heran jika sering terjadi konflik jual beli. Akhirnya, pembeli yang ingin mengurungkan pembeliannya karena suatu hal menjadi tidak terlaksana karena pedagang yang awam tentang akad khiyar.
63
Ini menjadi fatal karena bisa memicu perselisihan jika si pembeli bertekad untuk menuntut pengembalian barangnya. Adapun kebiasaan lainnya yang menjadi pemandangan sehari-hari dan sering dilakukan. Dimana seringkali penjual mencantumkan pernyataan di kuitansi jual beli bahwa “Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan”. Dengan pernyataan seperti ini, maka pihak penjual menolak atau tidak menerima adanya khiyar. Hal ini banyak dilakukan oleh para penjual di toko-toko. Dengan melakukan hal ini maka penjual menutup pintu khiyar bagi pembeli. Padahal khiyar itu disyariatkan atau dibolehkan dalam islam karena bisa jadi ada syarat yang tidak terpenuhi atau cacat yang tidak diketahui oleh pembeli sehingga ada pihak yang tidak ridha atau merasa dirugikan. Selain diatas, ada juga permasalahan khiyar lainnya seperti pembeli meminta tambahan harga atau jumlah barang ketika akad transaksi (ijab kabul) sudah dilakukan kedua belah pihak sebelumnya. Hal ini memang sering terjadi di pasar-pasar. Biasanya pembeli dengan seenaknya meminta potongan harga atau penambahan jumlah barang, padahal barangnya tidak ada masalah (cacat) yang disebabkan penjual, apalagi ditambah dengan ancaman kalau tidak dikabulkan permintaannya, dia akan membatalkan jual beli. Hal ini mengotori akad transaksi yang seharusnya dilakukan dengan saling ridho dan taat terhadap perjanjian yang berlaku.
64
Seandainya pun si penjual menerima permintaan pembeli tersebut maka bisa dalam keadaan terpaksa dan hal ini bisa menimbulkan ketidakridhaan atau keterpaksaan dari pihak penjual. Maka ketika salah satu pihak tidak ridha maka Allah Swt mencabut keberkahaan dari akad tersebut. D. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam Islam telah merumuskan perkara saling rela dalam proses jual beli sebagai landasan utama. Transaksi dianggap sah menurut islam apabila proses jual beli tersebut memenuhi unsur saling rela antar kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah pihak dalam bertransaksi syarat mutlak keabsahannya. Berdasarkan firman Allah swt dalam QS. An-nisa (4):29, dan hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah : “Jual beli haruslah atas dasar kerelaan (suka sama suka)”.64 Islam
mengajarkan
kita
sikap
menumbuhkan
ketentraman
dan
kebahagiaan dalam jual beli. Demikian itu akan terwujud dengan membangun rasa kepuasan pada masing-masing pihak. Penjual akan melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima barang dagangan dengan puas pula. Dengan
64
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), h. 105.
65
demikian jual beli juga dapat mendorong adanya saling bantu dalam kehidupan sehari-hari. Maka hak khiyar ditetapkan dalam Islam untuk mengatur kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi memang khiyar (opsi) ini tidak praktis karena mengandung arti ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi, khiyar ini yaitu jalan terbaik.65 Dalam persoalan khiyar, islam telah mengatur secara rinci. Adapun praktiknya di dunia pasar berbeda-beda karena tidak sepenuhnya berpedoman kepada ketentuan syariah islam. Berikut beberapa ulasan yang kami simpulkan bedasarkan penelitian lapangan: Tabel 4.1. Ulasan Kesesuaian Praktik Khiyar Jenis Khiyar Khiyar Majlis
65
Dasar Pensyari’atan
Ketentuan Islam
Rasulullah Saw bersabda: “Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama belum berpisah. Jika keduanya
Diterapkan pada transaksi yang bertujuan mencari keuntungan (akad almu’awadhah). Berlaku dimulai setelah ada ijab dan
Praktik di Pasar Praktek khiyar ini masih jarang ditemui dalam kasus jual beli di pasar. Biasanya boleh dilakukan sebelum pembeli keluar dari toko atau mengakhiri jual beli dengan berkata sepakat membeli.
Lihat Amir Syarifuddin, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Pranada Media, 2003), h. 213.
66
Khiyar Syarat
benar dan jelas maka keduanya diberkahi dalam jual beli mereka. (HR. Bukhari dan Muslim)
qabul dan berakhir dengan perpisahan.
Rasulullah Saw bersabda: “Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli selama tiga hari tiga malam” (HR.Baihaqi)
Batasan khiyar selama 3 hari, ada yang berendapat boleh lebih dari itu tergantung kebutuhan komoditi, pendapat yang rajih diserahkan kepada kedua pihak tanpa ada batasan waktu tertentu tanpa melebihi kebiasaan yang berlaku.
Penjual biasanya memberikan tenggang waktu hanya 1 sampai 2 hari. Penjual ingin waktu secepat mungkin karena mereka mengkhawatirkan barang yang dibeli akan cacat ditangan pembeli.
Waktu berlakunya khiyar ini dimulai sejak transaksi hingga selesai masa tenggang yang disepakati. Apabila telah berlalu masa tenggang tersebut dan belum ada penggagalan transaksi maka transaksi dianggap sempurna dan telah terjadi.
Biasanya dalam menentukan masa tenggang waktu lebih kondisional. Jika jarak dari rumah ke pasar dekat masa tenggang hanya 1 hari. Bila jarak jauh bisa sampai 2-3 hari.
Batas waktunya berpijak pada kehendak para pelaku transaksi.
67
Biasanya pihak penjual memberikan tenggang waktu selama pembeli belum meninggalkan toko saja. Apabila pembeli telah pergi maka khiyar majlis tidak berlaku. Itu pun harus dengan alasan tertentu.
Ketika sudah disepakati hak memilih sampai 2 hari, namun si pembeli tidak melakukan apa-apa, maka perjanjian ini dianggap batal.
Khiyar ‘Aib
Rasulullah Saw bersabda: “Sesama muslim itu bersaudara; tidak halal bagi seorang muslim menjual barangnya kepada muslim lain, padahal pada barang itu terdapat ‘aib/cacat”. (HR.Ibnu Majah)
Berlangsung saat barang yang ditransaksikan itu cacat atau alat penukarnya berkurang nilainya dan itu tidak diketahui oleh pembeli. Pembeli tidak mengetahui bahwa pada barang itu ada cacat ketika akad berlangsung Ketika akad berlangsung, pemilik barang atau penjual tidak mensyaratkan bahwa apabila ada cacat tidak boleh dikembalikan.
Khiyar ini terjadi pada suatu komoditi yang sifatnya tertutup atau tidak terlihat seperti; ikan dalam kaleng, mainan dalam kardus, dan lainnya. Seringkali terjadi di Pasar Ciputat, misalnya Ibu Ani pernah membeli telur 1kg kemudian ketika telur dipecahkan ternyata telah membusuk. Hal ini sebelumnya memang tidak diketahui baik penjual maupun pembeli. Biasanya ada beberapa toko yang menerapkan peringatan sebelum transaksi bahwa barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar kembali, atau ada yang tertulis di kwitansinya. Jika demikian, maka khiyar ‘aib tidak dapat dilakukan.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Meskipun Islam telah menata struktur praktik khiyar dengan akurat namun tidak mayoritas penjual yang menerapkan prinsipnya. Adakalanya penjual yang merasa tidak mau tahu terhadap hak pembeli karena pada dasarnya ia hanya bertujuan mencari materi semata. Sejatinya perbuatan itu tanpa disadari dapat memicu permusuhan dan putusnya silaturahmi.
68
Tentu ada beberapa permasalahan lain yang menyebabkan terbengkalainya penerapan prinsip khiyar ini di pasar terutama pasar ciputat. Berikut beberapa hal yang menjadi factor penyebab tidak aktifnya khiyar di pasar ciputat: 1. Hasrat Ingin Cepat, Mudah, dan Praktis Para pelaku transaksi masa kini menginginkan serba instan dan modern, biasanya mereka tidak ingin berbelit belit dalam bertransaksi. Sampai-sampai penjual dan pembeli berhadapan hanya untuk tawarmenawar harga kemudian membayarnya. Alhasil tidak ada kata perjanjian (khiyar) yang terucap dengan tegas dan jelas. 2. Kurangnya Sosialisasi Ilmu Pengetahuan Agama Sebagian dari pelaku transaksi tidak mengetahui tentang praktik khiyar yang sesuai dengan diajarkan syariat Islam. Maka dari itu mereka belum mengerti bagaimana cara menghadapi permasalahan seputar gugatan pengembalian atau pembatalan jual beli jika sewaktuwaktu
itu
terjadi.
Maka
khiyarlah
jalan
syar’i
untuk
menyelesaikannya. 3. Kurangnya Kesadaran Bertolong-Menolong Dalam jiwa pelaku transaksi harus tertanam rasa peduli dan saling tolong-menolong sesama. Bagi pembeli menolong penjual yang
69
membutuhkan uang (keuntungan), sedangkan bagi penjual juga menolong pembeli yang sedang membutuhkan barang. Karenanyaa, jual beli itu merupakan perbuatan yang mulia dan pelakunya mendapat keridaan Allah swt. Sejatinya setiap penjual perlu memiliki rasa simpati kepada pembeli dan membuang jauh-jauh keinginan menipu pembeli. Hasrat itu tidak akan menghampiri jika adanya rasa saling tolong menolong dan kasih-mengasihi antar sesame. Rasulullah saw. menegaskan bahwa penjual yang jujur dan benar kelak di akhirat akan ditempatkan bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang sholeh. Hal ini menunjukkan tingginya derajat penjual yang jujur dan benar. F.
Usaha Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar
Berpedoman kepada nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur’an dan hadis-hadis yang telah dimuat terkait dengan khiyar, terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan konteks serta ada beberapa permasalahan yang terjadi. Sebenarnya pengetahuan konsep khiyar ini bersifat penting bagi pelaku transaksi. Dan mereka perlu pembekalan konsep khiyar secara menyeluruh guna para pedagang dan penjual dapat menjadikan bahan acuan apabila terjadi perselisihan. Dalam meminimalisir terjadinya perselisihan saat jual beli di pasar ciputat dapat dilakukan dengan cara pembeli lebih hati-hati dan teliti dengan kondisi
70
barang pada saat akan membeli dari orang yang menjualnya. Sebab penjual terkadang tidak ingin barang dikembalikan setelah transaksi terjadi. Pedagang juga khendaknya teliti dalam membeli barang untuk dijual di pasar. Disamping itu pedagang perlu mengetahui asal usul barang tersebut. Hal ini guna menghindari kecurigaan terhadap barang curian, barang selundupan, atau barang tiruan. Pedagang hendaknya memberikan bukti transaksi berupa kuitansi kepada setiap pembelinya dan dapat dibawa ketika barang yang dibeli terdapat cacat atau kerusakan dan ingin menukarnya. Penjual harus menerima penukaran itu jika pembeli memiliki barang bukti pembeliannya. Selanjutnya, jika suatu saat pembeli mengajukan klaim garansi kepada pabrik terhadap barang yang rusak, penjual hendaknya membantu dan tidak boleh lepas tangan terhadap barang yang bergaransi dari pabrik.
71
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemahaman yang bersumber dari penelusuran penulis terhadap kajian pelaksanaan khiyar dalam jual beli barang di pasar ciputat, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan beberapa pedagang di Pasar Ciputat, maka peneliti menyimpulkan bahwa praktek khiyar dalam transaksi jual beli di Pasar Ciputat sudah dilakukan meskipun belum maksimal. Disamping itu ada beberapa yang tidak mengenal brand “khiyar” tetapi secara konsep mereka telah melakukannya. Sebagaimana khiyar ‘aib, sejumlah penjual memberikan ganti rugi kepada pembeli jika barangnya terdapat kerusakan setelah terjadi transaksi. Karena penjual tidak mengetahui jika adanya kerusakan atau cacat dalam barang yang akan mereka jual. 2. Dalam praktek transaksi jual beli di pasar Ciputat, mayoritas pedagang menerapkan khiyar ‘aib dan syarat. Dimana para pembeli diberikan garansi
72
ganti rugi ketika terjadi cacat atau kerusakan pada barang yang telah dibeli. Banyak juga penjual yang menggunakan khiyar syarat, dimana penjual memberikan perpanjangan waktu untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli sesuai waktu yang disepakati. Sedangkan khiyar majlis, pedagang cenderung tidak ada yang menerapkan khiyar ini karena dianggap merugikan pedagangnya sendiri kecuali dengan alasan-alasan tertentu, seperti barang bukan yang dimau pembeli, pembeli yang lupa membawa uang dan alasan lainnya yang memang terjadi secara tidak sengaja. 3.
Praktik khiyar yang dilakukan di pasar tradisional Ciputat telah sesuai dengan ketentuan islam mengenai syarat khiyar. Akan tetapi kebanyakan yang terjadi di pasar hanya dua khiyar yaitu khiyar aib dan syarat. Untuk permasalahan khiyar majlis, sejatinya para fuqaha berbeda pendapat masalah khiyar majlis karena khiyar ini terjadi akibat kelalaian seseorang saja dalam memutuskan jual beli. Menurut pedagang, jika khiyar ini diterapkan khawatir para pembeli akan bertindak semena-mena dalam membatalkan jual beli mereka. Padahal pada saat akad sudah terjadi perjanjian akad jual beli.
4.
Ada beberapa factor yang membuat terbengkalainya praktik khiyar di pasar. Diantaranya, pelaku transaksi biasanya selalu berhasrat ingin cepat, mudah dan praktis dalam bertransaksi. Kemudian,
73
kurangnya sosialisasi
pengetahuan agama kepada pelaku transaksi di pasar; kurangnya kesadaran untuk tolong menolong antar sesama. Disamping itu, untuk menghindari terjadinya perselisihan, baik pembeli maupun penjual harus lebih teliti dalam memilih barang yang akan diperjualbelikan. Pembeli sebaiknya memeriksa baik-baik keadaan barang yang akan dibeli sebelum dibayar. Bagi pedagang, hendaknya memberikan surat bukti pembelian (kwitansi) kepada setiap pembelinya sebagai bukti dapat meminta pertanggung jawaban jika barang rusak atau cacat dikemudian hari. B.
Saran-saran
Kesimpulan akhir yang dapat dicapai oleh penyusun bukanlah kebenaran yang mutlak, akan tetapi masih dibutuhkan banyak lagi pertimbangan dan perbaikan. Akan tetapi hal terbaik yang penyusun berikan terhadap penelitian ini, berikut saran-saran yang dapat diberikan: 1.
Bagi penjual
Pedagang hendaknya berlaku jujur kepada setiap pembeli. Apabila ada cacat atau kerusakan pada barang maka jangan ditutup-tutupi. Sebab dengan jujur akan diberikan keberkahan dalam kehidupan. Jadikanlah kejujuran sebagai sebuah budaya baik dalam jual beli.
74
Pedagang perlu teliti dalam memeriksa keadaan barang apakah ada kerusakan atau tidak. Hal itu untuk menghindari pengembalian barang dari pembeli karena cacat dikemudian hari.
2.
Bagi pembeli
Pembeli pun harus teliti dalam memilih barang yang hendak dia beli. Pembeli sebaiknya jangan tergiur dengan harga murah tapi perlu diketahui kualitasnya juga. Sebab biasanya harga yang murah kualitas belum tentu tinggi. Pembeli jangan ragu untuk mengajukan hak khiyar supaya tidak mengalami kerugian apabila barang yang sudah dibeli terdapat cacat atau kerusakan didalamnya. Dengan cara meminta bukti pembelian berupa kwitansi akan memudahkan pembeli mengajukan pengembalian barang jika terjadi cacat dikemudian hari. Demikian penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan segala kekurangan dan sebatas kemampuan penyusun, semoga penulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan islami kita tentang praktik jual beli. Penulisan ini tentunya tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, maka penyusun sangat berharap kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Atas semua kekurangan dan kekhilafan yang ada, penyusun senantiasa berharap pertolongan serta ampunan Allah Swt.
75
DAFTAR PUTAKA Al-Qur’an dan terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1990. Al-Baihaqi, Hasan bin Ali. al-Sunan al-Kubrâ. al-Hindi: Dâr al-Ma’ârîf Abdullah, Abu. al-Jâmi’ al-Shahîh. al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî, 1987. Abdullah, Budi dan Beni Ahmad, Saebani. Metode Penelitian Ekonomi Islam Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2014. Abdurrahman, Asmuni. Kaidah-Kaidah Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang, 1967. Abu Gaddah, Abdus Sattar. al-Khiyâr wa Atsaruhu fi al-uqûd. Kuwait: Mathba’ah Maqhâwi, 1985. Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2006. Al-haji, Abdullah Siddik. Inti Dasar Hukum Dagang Islam. Jakarta: Balai Pustaka, 1993. Al-Jamali, Sulaiman bin Umar. Hâsyiyah al-Jamâli ‘ala Syarhi Manhaj al-Ṯullâb. Beirût: Dâr al-Fikr. Al-Jaziri, Abdurrahman. al-Fiqhu ‘alâ al-Madzhab al-‘Arba’ah. Beirût: Dâr al-Taqwâ, 2003. Al-Kasani, Alauddin. Badâ al-Tsana’i fî Tartîb al-Syarâ’. Mesir: Syirkah Al-Mathbu’ah. Al-Khin, Musthafa. al-Fiqhu al-Manhaju ‘alâ Madzhab Imâm Syâfi’i Al--Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Naybul al-Auṯâr. Mesir: Maktabah Mustafa al Halabi. Anshori, Zakariya. Atsnâ al-Maṯâlib fî Syarhi Rauḏi al-Ṯâlib. Beirût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2000. Anwar, Muhammad. Fiqih Islam. Subang: Al-Ma’arif Offset, 1988.
76
Azhar, Muhammad. “Pengaruh Keberadaan Pusat Perbelanjaan Modern Terhadap Pasar Tradisional Ciputat”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Az-Zuhaili, Wahbah. al-fiqhu al-islâmi wa Adillatuhû. Beirut: Daar fikr. Elizabeth, Andini. “Pasar Tradisional dan Pasar Modern”. Artikel diakses pada 11 september 2014, dari http://andinielizabeth.wordpress.com/2013/04/17/pasar-tradisional-dan-pasarmodern Ghazali, Abdurrahman, dkk. Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Haroen, Nasroen. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007. Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Mâjah. Maktabah Abî al-Ma’âṯî. Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIIT Indonesia, 2003. __________ Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2011. Kementrian Wakaf Kuwait. al-Mausû’ah al-fiqhiyah al-Kuwaitiyyah. Kuwait: Dâr al-salâsîl, 1990. Kotler. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat, 1995. Mardani. Fiqih Ekonomi Syariah ; Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana, 2012. Mas’adi, Ghufron A. Fiqih Muamalat Konstektual. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Mangkunegara, Anwar Prabu. Perilaku Konsumen. Bandung: PT Refika Adimatama, 2005 McEachren, William A. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT. Salemba Empat, 2001. Munir, A. dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta, Rineka Cipta, 2001. Muslim bin Hajaj, Abu al-Husain. Şahîh al-Muslîm. Beirût: Dâr al-Jîl.
77
Ningrum, Dwi Anggraini Puspa. “Rona Pasar Ciputat” Artikel diakses pada 10 oktober 2014 dari http://akumassa.org/program/ciputattangerang-selatan/serba-serbipasar-ciputat Qudamah, Ibnu. Mughnî al-Muhtâj. Beirût: Dâr al-kutub al-arabî, 1980. Rais, Isnawati dan Hasanudin. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. Sabiq, Sayyid. Fiqih al-sunnah. Beirut: Dar Al-kutub Al-araby, 1983 Safitri, Ahmad Reza. “Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010. Sahrani, Sohari dan Ruf’ah Abdullah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Sitorus, MT.Felix. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilsos, 1998. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2004. Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Syarifudin, Amir. Fiqih Muamalah. Jakarta: Pranada Media, 2003. Thalib, Mohammad. Tuntunan Berjual Beli menurut Hadist Nabi. Surabaya : PT Bina Ilmu, 1977. Tim Laskar Pelangi. Metode Fiqih Muamalah. Kediri: Lirboyo Press, 2013. Ya’qub, Hamzah. Kode Etik Dagang Menurut Islam. Bandung: Diponegoro, 1984. __________ Etos Kerja Islami. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
78
LAMPIRAN I
BIOGRAFI DAN PETA PEMIKIRAN IMAM MADZHAB
Di antara tonggak pemegang ajaran Islam di muka bumi adalah muncul beberapa mazhab raksasa di tengah ratusan mazhab kecil lainnya. Keempat mazhab itu adalah Al-Hanabilah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan AlHanabilah. Sebenarnya jumlah mazhab besar tidak hanya terbatas hanya 4 saja, namun keempat mazhab itu memang diakui eksistensi dan jati dirinya oleh umat selama 15 abad ini. Keempatnya masih utuh tegak berdiri dan dijalankan serta dikembangkan oleh mayoritas muslimin di muka bumi. Masing-masing punya basis kekuatan syariah serta masih mampu melahirkan para ulama besar di masa sekarang ini. 1.
Mazhab Hanafi
Didirikan oleh An-Nu’man bin Tsabit atau lebih dikenal sebagai Imam Abu Hanifah. Beliau dikenal dengan sebutan Imam Hanafi bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah (699 M). Beliau hidup dalam dua masa, Daulah Umaiyah dan Abbasiyah. Beliau termasuk
79
pengikut tabiin , sebagian ahli sejarah menyebutkan, ia bahkan termasuk Tabi’in.66 Mazhab Al-Hanafiyah sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal sebagai terdepan dalam masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa bahwa di antaralatar belakangnya adalah : pertama, karena beliau sangat berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu yakin atas keshahihah suatu hadits, maka beliau lebih memlih untuk tidak menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau menemukan begitu banyak formula seperti mengqiyaskan suatu masalah dengan masalah lain yang punya dalil nash syar’i. Kedua, kurang tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau tinggal. Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang beredar di masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun pertama semenjak wafat nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan imam Muslim yang terkenal sebagai ahli peneliti hadits. Di kemudian hari, metodologi yang beliau perkenalkan memang sangat berguna buat umat Islam sedunia. Apalagi mengingat Islam mengalami perluasan yang sangat jauh ke seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah yang
66
Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, cet.V, (Jakarta : Amzah, 2008), h.14
80
jauh dari pusat sumber syariah Islam. Metodologi mazhab ini menjadi sangat menentukan dalam dunia fiqih di berbagai negeri.67 2.
Mazhab Al-Malikiyah
Didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi bin Ghaiman bin Hutail bin Amru bin Al-Haris. Imam Malik ialah seorang imam dari kota Madinah dan imam bagi penduduk Hijaz. Ia salah seorang dari ahli fiqih yang terakhir bagi kota Madinah. Beliau berumur hampir 90 tahun. Beliau dilahirkan pada zaman pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik Al-Umawi dan meninggal dunia pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid di masa pemerintahan Abbasyyah.68 Mazhab ini ditegakkan di atas doktrin untuk merujuk dalam segala sesuatunya kepada hadits Rasulullah SAW dan praktek penduduk Madinah. Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20 dasar; Al-Quran, As-Sunnah , Ijma’, Qiyas, amal ahlul madinah , perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai’, muraatul khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar’u man qablana .
Fepoy Blog, “Perbedaan Antar Mazhab?”, artikel diakses pada 25 september 2014 dari http://fepoi.com/perbedaan-antar-mazhab.htm. 68 Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, h.14 67
81
Mazhab ini adalah kebalikan dari mazhab Al-Hanafiyah. Kalau AlHanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang tersedianya nash-nash yang valid di Kufah, dalam mazhab Maliki sumbersumber syariah menjadi sumber utama. Sebab mazhab ini tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di mana penduduknya adalah anak keturunan para shahabat. Imam Malik sangat meyakini bahwa praktek ibadah yang dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para umumnya.69 3.
Mazhab Syafi’i
Didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i . Beliau dilahirkan di Ghazzah dalam Palestina tahun 150 H, tahun wafatnya Abu Hanifah dan wafat di Mesir tahun 203 H. Masa hidup Imam Syafi’I ialah semasa pemerintahan Abbasiyyah. Masa ini adalah suatu masa permulaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dimasa ini juga penerjemah kitab-kitab mulai banyak, ilmu falsafah juga dipindahkan, ilmu-ilmu juga disusun dan berbagai pahaman telah timbul dalam masyarakat islam.
Fepoy Blog, “Perbedaan Antar Mazhab?”, artikel diakses pada 25 september 2014 dari http://fepoi.com/perbedaan-antar-mazhab.htm. 69
82
Pada tahun 195 Hijriah Imam Syafi’I kembali ke Baghdad setelah bintangnya menerangi seluruh ufuk bidang ilmu fiqih. Dimasa itulah beliau mulai menyusun kitabnya “Ar-Risalah” yang dimuatkan di dalamnya beberapa prinsip dalam ilmu ushul fiqih.70 Dasar madzhabnya adalah Al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau tidak mengambil perkataan sahabat karena dianggap sebagai ijtihad yang bisa salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah dan perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i mengatakan, ”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan syariat.” Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah ,”71
4. Mazhab Hanbali Didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani . Dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam.
70
Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, h.153 Fepoy Blog, “Perbedaan Antar Mazhab?”, artikel diakses pada 25 september 2014 dari http://fepoi.com/perbedaan-antar-mazhab.htm. 71
83
Beliau berguru kepada Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga menjadi mujtahid mutlak mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan. Ia menguasai sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari . Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’. Imam Ahmad tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya madzhabnya dari perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau mengarang sebuah kitab hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau munkar.72
72
Ibid.
84
PEDOMAN WAWANCARA A. Kepala Pasar Ciputat 1. Kapan berdirinya pasar ciputat ? 2. Bagaimana sejarah perkembangan Pasar Ciputat dari mulai berdiri sampai sekarang? 3. Berapa jumlah kios yang terdapat di Pasar Ciputat? 4. Berapa jumlah pedagang di Pasar Ciputat? 5. Berapa luas lahan Pasar Ciputat? 6. Berasal dari mana sajakah pedagang di Pasarr Ciputat? 7. Bagaimana struktur organisasi yang berjalan saat ini? 8. Apa yang beliau ketahui tentang khiyar? 9. Apa pedagang di Pasar Ciputat menggunakan khiyar dalam transaksi jual beli yang dilaksanakannya? 10. Apa peran kepala pasar jika terjadi permasalahan antara pedagang dan pembeli? B. Pedagang di Pasar Ciputat 1. Sejak kapan berjualan di pasar ciputat? 2. Barang apa saja yang anda jual? 3. Bagaimana cara anda meyakinkan pembeli bahwa barang yang dijual adalah barang bagus? 4. Apa yang anda ketahui tentang khiyar? 5. Apa yang anda lakukan apabila ada pembeli yang ingin menukar atau mengembalikan barang yang telah mereka beli?
85
C.
Pembeli di Pasar Ciputat
1. Kenapa anda memilih Pasar Ciputat sebagai tujuan belanja? 2. Barang apa yang hendak dibeli ? 3. Apa penjual sudah memberikan harga yang sesuai dengan kualitas barang yang akan anda beli? 4. Apa yang anda ketahui tentang khiyar? 5. Apa yang anda lakukan apabila anda ingin mengembalikan barang yang sudah dibeli karena cacat? 6. Apa yang anda lakukan apabila anda ingin mengembalikan barang yang anda telah beli karena sebab tertentu?
86
LAMPIRAN II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ali Mahrus
NIM
: 1110046100184
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 15 Agustus 1992
Program Studi
: Muamalat
Konsentrasi
: Perbankan Syariah
Alamat Rumah
: Jl. P.Komaruddin No.3, Ujung Krawang, Jakarta Timur. Rt/Rw 009/005
Alamat Domisili
: Jl. SD Inpres Pisangan Barat No.11
No. Telp
: 021- 4612786
No. Hp
: 087886268082
Nama Ayah
: H. Abdul Hafi
Nama Ibu
: Hj. Zubaidah
Alamat Orang Tua
: Jl. P.Komaruddin No.3, Ujung Krawang, Jakarta Timur. Rt/Rw 009/005
No. Telp Orang Tua
: 021- 4612786
No. Hp Orang Tua
: 08176971413
87