PUTUSAN Nomor 251/Pid/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung, yang mengadili perkara Pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa : Nama lengkap
: DENDY FIRMANDA BIN DEDY HERNADI;
Tempat lahir
: Bandung;
Umur/Tgl lahir
: 33 Tahun/ 13 Pebruari 1981;
Jenis Kelamin
: Laki-Laki;
Tempat Tinggal
: Komplek Polri Sukajadi Nomor 16 Rt.004, Rw.009, Kel.Cipedes, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Komplek Fajar Raya Blok A.3. Nomor 22 Rt. 03 Rw. 24. Kel. Cibabat, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi;
Agama
: Islam;
Pekerjaan
: Karyawan BUMN;
Pendidikan
: Diploma IV /Strata I;
Terdakwa tidak dilakukan penahanan : Pengadilan Tinggi tersebut ; Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang bersangkutan serta turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 04 Juni 2014, Nomor 1217/Pid.B/2013/PN.Bdg, dalam perkara terdakwa tersebut ; Menimbang, bahwa terdakwa dihadapkan ke persidangan Pengadilan Negeri Bandung oleh Penuntut Umum dengan Dakwaan Nomor Reg.Perk : PDM-1133/BDUNG/08/2013,
tanggal
12
Agustus
2013
dengan
uraian
sebagai berikut : DAKWAAN : Bahwa Terdakwa DENDY FIRMANDA Bin DEDDY HERNADI, pada hari Senin tanggal 17 Desember 2012 sampai dengan Tahun 2013 atau pada suatu waktu lain masih termasuk dalam Tahun 2013, atau setidak-tidaknya masih termasuk dalam Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2013, di Komplek Polri Sukajadi Nomor 16, Rt.004, Rw. 009, Kel.Cipedes Kec.Sukajadi Kota Bandung, Halaman 1 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
dan di Komplek Fadjar Raya Blok A3 Nomor 22 Rt. 03, Rw. 24 Kel. Cibabat, Kec. Cimahi Utara Kota Bandung, atau pada suatu tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kelas I Bandung atau berdasarkan Pasal 84 Ayat (2) KUHAP Pengadilan Negeri Bandung yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut, Dengan sengaja melakukan diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya. Perbuatan tersebut dilakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut : •
Bahwa Saksi menikah dengan Terdakwa DENDY FIRMANDA HERNADI Bin DEDDY HERNADI pada tanggal 15 Maret 2009, sesuai dengan Akta Nikah Nomor : 157/57/III/2009, dan dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai 1 orang anak laki-laki yang bernama ANAK DARI SAKSI, yang lahir pada 28 September 2009, Kemudian mereka bercerai pada tanggal 26 Juni 2012 sesuai dengan Akta Cerai Nomor : 1796/AC/2012/PA.Bdg.
•
Bahwa dalam putusan cerai Nomor : 1796/AC/2012/PA.Bdg tanggal 26 Juni 2012, tidak tercantum secara eksplisit mengenai hak asuh anak ANAK DARI SAKSI apakah dibawah asuhan Saksi atau Terdakwa, sehingga antara Saksi dengan Terdakwa disepakati bahwa mereka akan mengasuh anak ANAK DARI SAKSI secara bersama-sama dan disepakati pula mengenai jadwal pengasuhan terhadap anak mereka, yaitu pada hari Senin sampai dengan hari Jum`at sore ANAK SAKSI ada dalam asuhan SAKSI, dari Jumat Sore sampai dengan Minggu sore, ANAK DARI SAKSI ada dalam pengasuhan Terdakwa. Dan hal tersebut telah berlangsung sekian lama dengan cukup baik sampai akhirnya pada tanggal 15 Desember 2012, pada saat Terdakwa menjemput ANAK DARI SAKSI untuk diasuh oleh Terdakwa dan seharusnya Terdakwa mengembalikan ANAK DARI SAKSI pada Minggu sore tanggal 16 Desember 2012, namun kenyataannya sampai dengan hari ini Terdakwa tidak mengembalikan ANAK DARI SAKSI kepada Saksi, dan setiap Saksi meminta Terdakwa untuk mempertemukan dirinya dengan anak ANAK SAKSI dan menyerahkan ANAK SAKSI kepada saksi, Terdakwa selalu menolaknya dengan alasan : 1. Prilaku Saksi yang menurut Terdakwa tidak baik; 2. Terdakwa selalu dipersulit oleh Saksi kalau ingin dipertemukan dengan anaknya; 3. Pada saat Terdakwa menjemput anaknya, anaknya terlihat murung dan pada waktu Terdakwa tanyakan anaknya menjawab karena sering dicubit, dipukul oleh bunda; Halaman 2 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
4. Pada saat Terdakwa menjemput anaknya selalu didahului dengan keributan dan Terdakwa selalu harus melapor dahulu kepada RT dan RW apabila anak tidak dikasihkan; 5. Terdakwa menganggap Saksi menjadikan anak sebagai alat untuk mendapatkan paspor ANAK SAKSI untuk membawanya ke Arab dan Terdakwa tidak menyetujuinya; 6. Anak tidak pernah mau apabila dianterkan kepada Saksi; Bahwa ternyata alasan Terdakwa tersebut hanya merupakan karangan Terdakwa saja untuk menutup akses pertemuan Saksi dengan anaknya sehingga anak tersebut tidak bisa bertemu lagi dengan Saksi yang merupakan ibu kandung dari anak ANAK SAKSI. •
Bahwa berdasarkan Hasil Observasi Psikologi yang dikeluarkan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Bandung yang ditandatangani oleh Chandrania Fastari, S.Psi; M.Psi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Kesimpulan: Berdasarkan observasi Psikologi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa anak menampilkan reaksi-reaksi cemas seperti tegang, takut, dan terlalu berhati-hati apabila ada ayah di dekatnya. Anak tampak tidak bebas mengekspresikan diri dan terbiasa menunggu instruksi dari ayahnya. Anak juga terlihat kecewa setiap kali ayahnya tidak merespon kebutuhan anak, Ketika bunda hadir, anak terlihat sangat takut kepada ayahnya. Besar kemungkinan anak telah terintimidasi oleh informasi negatif mengenai sosok bunda. Anak mengalami konflik hebat antara rindu ingin bersama dan takut kepada ayahnya, yang terlihat pada saat ia ingin mendekati bunda dan tibatiba batal sesaat setelah keberadaan ayahnya di lokasi observasi. Berbeda dengan saat bersama Bunda, ia lebih spontan dalam berekspresi. Anak dan Bunda terlihat memiliki komunikasi yang baik dan kuat, baik verbal maupun non verbal khas yang hanya dimiliki oleh mereka berdua. Tampak adanya secure attachment antara anak dan Bunda yang telah terbentuk dengan sangat baik sejak awal-awal kehidupan anak. Demikian hasil observasi psikolog ini dibuat dengan sejujur-jujurnya mengingat kode etik profesi psikolog.
•
Selain itu juga, Bahwa berdasarkan hasil obsevasi berupa Hasil Pemeriksaan Psikolog Nomor : R/08/III/2013/PSIPOL yang dilakukan terhadap anak ANAK DARI SAKSI oleh Dra. YUSI HARIYUMANTI, M.Psi,
Halaman 3 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
yang merupakan Psikolog pada Kepolisian Republik Indonesia Daerah Jawa Barat, menghasilkan Analisa Psikologi sebagai berikut : Subjek merupakan anak satu-satunya yang lahir dan besar dari lingkungan keluarga yang mapan. Kedua orang tuanya berpisah sejak 10 bulan yang lalu. Dengan kondisi tersebut subyek lebih menunjukkan pribadi anak usia 3 tahun yang membutuhkan dukungan dan peran serta kedua orang tuanya dan kelurga bersama untuk mengembangkan dirinya ke arah perkembangan motorik serta emosi anak. Sebagai anak usia 3 tahun, subyek lebih cenderung sulit untuk duduk manis, mengembangkan diri dengan bereksplorasi menggunakan mainan yang ada disekitarnya untuk diperlihatkan pada lingkungan, saat lingkungan terdekatnya yaitu kedua orang tuanya mengalami krisis rumah tangga maka akan mempengaruhi kondisi emosi Subyek dan perilakunya; Dengan kasus Diskriminasi pada anak yang dialami Subyek sebagai anak usia 3 tahun lebih menunjukkan pribadi anak yang lugu, namun mengalami kesedihan dan kelelahan ketika melihat kondisi ditengah keluarga yang mengalami krisis. Pada akhirnya Subyek akan muncul kemarahan yang tiba-tiba tanpa terencana dalam bentuk perilaku, terkadang menjerit, atau menangis dengan berteriak, dan bila kondisi lelah dan jenuh yang dialami Subyek perilakunya menjadi cenderung diam dan menggertakkan mulut dan giginya saja, hal ini mengingat saat ini Subyek berada dalam pengawasan figure orang tua yang diseganinya. Kesimpulannya : Berdasarkan hasil pemeriksaan Psikologi maka dapat ditetapkan kesimpulan sebagai berikut: Subjek saat ini diusia 3 tahun mengalami kelelahan psikis, ketakutan dan kesedihan sebagai akibat dari kasus diskriminasi yang dialaminya, dengan kondisi
tersebut
sangat
berpengaruh
pada
perkembangan
emosinya.
Kelelelahan yang dirasakan merupakan reaksi dari perilaku lingkungan disekitarnya. •
Bahwa akibat perbuatan Terdakwa tersebut, mengakibatkan ANAK SAKSI mengalami kelelahan secara psikis, sehingga menghambat kehidupan anak ANAK SAKSI, sebagaimana hasil observasi tersebut diatas.
Halaman 4 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut pasal 77 huruf (a) dan (b) UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.; Menimbang, bahwa berdasarkan Surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum Nomor Reg. Perk : PDM - 1133/BDG/08/2013, tanggal 11 Maret 2014 Terdakwa telah dituntut sebagai berikut : 1. Menyatakan Terdakwa DENDY FIRMANDA HERNADI Bin DEDDY HERNADY terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Dengan sengaja melakukan diskriminasi terhadap anak dibawah umur” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 77 huruf (a) dan (c) UU RI Nomor 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan
Anak
sesuai
Dakwaan
Jaksa
penuntut Umum ; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa DENDY FIRMANDA HERNADY Bin DEDDY HERNADI dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan, dengan perintah Terdakwa untuk segera ditahan ; 3. Menghukum Terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan penjara ; 4. Menyatakan Barang Bukti berupa: - 2 (dua) keping CD rekaman anak yang bernama ANAK DARI SAKSI sedang bermain dengan ibunya (SAKSI), Tetap disita dan terlampir dalam berkas perkara ; 5. Menghukum terdakwa supaya dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.2000, (dua ribu rupiah) ; Menimbang, bahwa berdasarkan atas tuntutan tersebut Pengadilan Negeri Bandung telah menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Menyatakan Terdakwa ”DENDY FIRMANDA Bin DEDY HERNADY” telah terbukti secara syah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana:” Dengan sengaja melakukan tindakan Diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian materil dan moril sehingga menghambat fungsi sosialnya”; 2. Menjatuhkan Pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat bulan) ;
Halaman 5 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
3. Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak usah dijalani, kecuali dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan karena Terpidana melakukan suatu tindak pidana kejahatan, sebelum berlalunya masa percobaan : selama 8 (delapan) bulan, atau karena Terpidana tidak memenuhi syarat-syarat khusus yang ditentukan yaitu : ”Setelah putusan
perkara
ini
berkekuatan
hukum
tetap,
Terpidana
wajib
menyerahkan Anak dari Saksi kepada saksi 1. Saksi untuk diasuh sendiri oleh Ibu Kandungnya tersebut, dengan memberikan hak mengunjungi kepada Terpidana, sebelum adanya putusan dari M.A.R.I yang berkekuatan tetap atas Gugatan Hak Asuh dari DENDY FIRMANDA Bin DEDDY HERNADY ; 4. Menghukum pula Terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah), apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan; 5. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5000, (lima ribu rupiah) ; 6. Menetapkan barang bukti berupa : 2 (dua) keping CD, rekaman anak yang bernama ANAK DARI SAKSI sedang bermain dengan Ibunya (SAKSI) tetap telampir dalam berkas perkara ini ; Menimbang, bahwa Terdakwa pada tanggal 09 Juni 2014 telah mengajukan permintaan untuk pemeriksaan dalam Tingkat Banding terhadap putusan
Pengadilan
Negeri
Bandung
tanggal
04
Juni
2014,
Nomor
1217/Pid.B/2013/PN.Bdg, permintaan banding tersebut telah diberitahukan kepada Jaksa Penuntut umum pada tanggal 11 Juni 2014 dengan seksama ; Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 11 Juni 2014 telah mengajukan permintaan untuk pemeriksaan dalam Tingkat Banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 04 Juni 2014, Nomor 1217/Pid.B/2013/PN.Bdg, permintaan banding tersebut telah diberitahukan kepada terdakwa pada tanggal 14 Juli 2014 dengan seksama ; Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa pada tanggal 10 Juli 2014 telah mengajukan memori banding yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 11 Juli 2014 dan memori banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan dengan patut dan seksama pada tanggal 16 Juli 2014 kepada Jaksa Penuntut Umum ; Halaman 6 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 24 Juni 2014 telah mengajukan memori banding yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 16 Juli 2014 dan memori banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan dengan patut dan seksama pada tanggal 22 Juli 2014 kepada terdakwa ; Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa pada tanggal 27 Agustus 2014 telah mengajukan kontra memori banding yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 27 Agustus 2014 dan kontra memori banding tersebut telah diberitahukan dan diserahkan dengan patut dan seksama pada tanggal 03 September 2014 kepada Jaksa Penuntut Umum ; Menimbang, bahwa kesempatan untuk mempelajari berkas perkara sebelum
dikirim
ke
Pengadilan
Tinggi
Bandung,
telah
diberitahukan
masing-masing kepada Jaksa Penuntut Umum dan terdakwa pada tanggal 18 Juli 2014 ; Menimbang, bahwa permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan oleh Undangundang, maka permintaan banding tersebut secara formal dapat diterima ; Menimbang, bahwa Terdakwa telah mengajukan memori banding yang menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : 1. Bahwa ketidak-adilan dirasakan oleh Terdakwa dan Anak dari Saksi (anak Terdakwa) nampak jelas pada angka 3 amar Putusan Judex Factie tingkat pertama, dimana anak ini diwajibkan untuk diasuh oleh Saksi, sementara dimuka persidangan pada tanggal 16 April 2014, anak ini telah dihadirkan untuk membuktikan tentang sikapnya, apakah anak tersebut bersedia untuk diasuh oleh Saksi, ternyata rasa trauma yang dialami anak, belum dapat mengobati luka hatinya yang dalam, serta diperlukan waktu yang cukup untuk mengobati trauma yang dapat menerima untuk diasuh oleh ibunya agar sesuai amar putusan angka ke 3 tersebut, dan perbuatan Terdakwa yang telah melindungi anaknya tersebut untuk tetap berada dalam hak pengasuhan Terdakwa, ternyata telah dinilai lain sebagai seorang yang telah bersalah melakukan diskriminasi terhadap anaknya sendiri ;
Halaman 7 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
2. Bahwa menurut Terdakwa, terbukti atau tidaknya pembagian waktu hak pengasuhan ini, dan terlepas dikemudian hari siapakah yang berhak atas pengasuhan tersebut, bukanlah wewenang Peradilan Pidana dalam perkara A quo, tetapi wewenang Peradilan Perdata yang saat ini sedang dijalani oleh Pembanding melalui gugatan Perkara Perdata dalam lingkup Peradilan Agama yang sampai saat ini masih dalam tingkat kasasi di Mahkamah Agung RI ; Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan memori banding yang menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : 1. Bahwa Judex Factie dalam memeriksa dan memutus perkara Terdakwa tersebut, Majelis Hakim menjatuhkan putusan terhadap Terdakwa terlalu ringan dan tidak sepadan atas kejahatan yang dilakukan Terdakwa yang telah melakukan tindakan diskriinasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian materil dan moril sehingga menghambat fungsionalnya, dimana Terdakwa telah dengan sengaja memisahkan hubungan antara anak ANAK DARI SAKSI dengan ibunya yaitu Saksi, dan hal tersebut telah berlangsung sejak 15 Desember 2012 hingga sekarang ; 2. Bahwa Majelis Hakim dalam memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Terdakwa kurang memperhatikan keadaan yang menyertai perbuatan Terdakwa, sehingga putusan tersebut tidak memenuhi rasa keadilan yang hidup dan tumbuh serta berkembang di dalam masyarakat khususnya masyarakat Kota Bandung, terlebih lagi dalam beberapa kali persidangan Terdakwa terlihat sekali sangat arogan dan tidak menghargai persidangan dengan tidak mengindahkan saran daripada Majelis Hakim agar Terdakwa segera menyerahkan anak ANAK DARI SAKSI kepada ibu kandungnya yaitu Saksi, untuk kepentingan anak ANAK SAKSI sendiri ; 3. Bahwa Hakim seyogyanya dalam menentukan Putusan haruslah dapat membuat jera pelaku tindak pidana dan mampu menimbulkan dampak pencegahan serta mempunyai daya tangkal bagi yang lainnya, sehingga tujuan daripada hukum itu sendiri dapat tercapai, dan dakwa tidak lagi bersifat arogan ; Menimbang, bahwa Terdakwa
didalam kontra memori bandingnya
menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : 1. Bahwa Terdakwa sangat tidak sependapat dengan pembanding Penuntut Umum mengenai ”Terdakwa telah dengan sengaja memisahkan hubungan Halaman 8 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
antara anak ANAK DARI SAKSI dengan ibunya yaitu Saksi, Pembanding Penuntut Umumu telah mengabaikan sebuah fakta bahwa : - Anak Anak Saksi telah mengalami trauma terhadap sosok ibunya sejak bulan Agustus 2012 jauh sebelum terbanding dilaporkan sebagaimana disampaikan saksi ahli Dra.Yuli Sulisdiawati.M,Psi ; - Anak Anak Saksi histeris jika bertemu ibunya sebagaimana disampaikan oleh saksi Ad Charge, saksi Nuraidah dan saksi Suprapti selaku guru dimana anak sekolah, dan anak Anak Saksi juga histeris bertemu ibunya pada saat anak dihadirkan dimuka persidangan ; 2.
Bahwa adalah tidak benar Terdakwa bertindak arogan dan tidak menghargai persidangan dengan tidak mengindahkan saran Majelis Hakim agar Terdakwa segera menyerahkan anak Anak Saksi kepada ibu kandungnya, justru Terdakwa sangat menghargai dengan menghadirkan anak dimuka persidangan, akan tetapi jika harus memaksakan anak untuk diserahkan kepada ibunya, maka selain telah menyalahi hukum acara pidana, dimana Hakim Pidana tidak berwenang untuk menentukan hak pengasuhan anak, dimana anaknya sendiri juga tidak mau berada dibawah pengasuhan ibunya ;
3.
Bahwa perkara ini sebenarnya adalah perkara rebutan Hak pengasuhan dan pemeliharaan anak atau dalam Hukum Islam dikenal dengan nama Hadhonah, dan putusan perkara ini belum berkekuatan hukum tetap, sebagaimana terdaftar dalam perkara Perdata di Pengadilan Agama kota Bandung, Nomor 2476/Pdt.G/2012/PA.Bdg. ; Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat banding meneliti dan
mempe lajari dengan seksama berkas perkara dan turunan resmi putusan Pengadilan
Negeri
Bandung
tanggal
04
Juni
2014,
Nomor
1217/Pid.B/2013/PN.Bdg, memori banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum serta kontra memori banding dari Terdakwa, ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam mempertimbangkan fakta-fakta perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa sudah tepat dan benar, yang menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan tunggal, melanggar pasal 77 huruf (a) dan (b) UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak ;
Halaman 9 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
Menimbang, bahwa oleh karena itu Pengadilan Tinggi sependapat dengan pertimbangan hukum Majelis hakim tingkat pertama dan pertimbanganpertimbangan tersebut diambil alih dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri dalam memutus perkara ini ditingkat banding ; Menimbang, bahwa mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan oleh Majelis hakim tingkat pertama, Pengadilan Tinggi setelah mencermati hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan pidana serta peranan terdakwa dalam perbuatan pidana yang dilakukan, berpendapat bahwa pidana yang dijatuhkan dalam putusan majelis hakim tingkat pertama sudah setimpal dengan kesalahan terdakwa dan sepadan dengan perbuatannya ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 04 Juni 2014, Nomor
1217/Pid.B/2013/PN.Bdg, yang dimintakan banding tersebut dapat
dipertahankan dan dikuatkan ; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai dengan ketentuan pasal 222 ayat (1) KUHAP Terdakwa haruslah
dibebani
pula
membayar biaya perkara dalam kedua
tingkat pengadilan ; Mengingat akan bunyi pasal 77 huruf (a) dan (b) UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan perkara ini :
MENGADILI : 1. Menerima permohonan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum tersebut ; 2. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 04 Juni 2014, Nomor 1217/Pid.B/2013/PN.Bdg, yang dimohonkan banding ; 3. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa pada kedua tingkat pengadilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp. 2500,- (dua ribu lima ratus rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung pada hari ini RABU tanggal 24 SEPTEMBER 2014
Halaman 10 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.
oleh kami : Hj. JURNALIS AMRAD, SH. MH., Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Bandung selaku
Ketua Majelis, dengan H. NERIS, SH. MH., dan
H. SJOFIAN MOCHAMMAD, SH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, berdasarkan surat penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 15 AGUSTUS
2014 Nomor
251/Pen/Pid/2014/PT.Bdg., ditunjuk untuk
memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat banding, putusan tersebut diucapkan pada hari itu juga dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis dengan dihadiri para Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh EMMY NOVA ELIZAR, SH.MH., Panitera Pengganti, tetapi tanpa hadirnya Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa.
HAKIM-HAKIM ANGGOTA,
HAKIM KETUA MAJELIS, Ttd.
Ttd.
H. NERIS, SH. MH.,
Hj. JURNALIS AMRAD, SH. MH.,
Ttd. H. SJOFIAN MOCHAMMAD, SH.,
PANITERA PENGGANTI,
Ttd. EMMY NOVA ELIZAR, S.H.,M.H.
Halaman 11 dari 11 , Putusan No. 251/Pid/2014/PT.Bdg.