PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 Catatan
2011 Rp
2010 Rp
ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha kepada pihak ketiga Piutang lain-lain kepada pihak ketiga Persediaan Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka
2i,3 2f,4 2f,5 2f,6 2k,7 2w,8 2l
49,721,763,604 473,475,573 20,316,796,674 4,599,248,040 2,224,042,573 10,600,620,225 6,373,309,123
76,946,892,803 7,279,116,443 26,783,671,922 5,628,554,360 1,912,745,418 7,621,548,858 2,731,681,307
94,309,255,812
128,904,211,111
282,315,889,385 70,362,843,627 896,026,470 130,856,780,043 127,928,378,468 27,060,416,165 3,747,452,056 7,477,942,842
277,118,780,212 49,158,848,800 896,026,470 129,905,302,345 131,580,142,110 28,833,696,017 3,534,846,617 17,589,678,487
Jumlah Aset Tidak Lancar
650,645,729,056
638,617,321,058
JUMLAH ASET
744,954,984,868
767,521,532,169
Catatan
2011 Rp
2010 Rp
2g,15 2g,16 2w,17 2s,18 2u,19
5,744,869,854 8,997,754,907 8,474,110,728 71,748,496,558 151,907,168,894
5,793,343,637 8,748,101,306 27,815,228,763 70,625,476,077 141,846,641,061
2g,20
32,939,494,129
33,566,699,730
279,811,895,070
288,395,490,574
12,148,741,724 33,869,719,587 3,907,018,927
25,996,257,474 12,164,835,157 29,518,284,264 4,094,057,067
49,925,480,238
71,773,433,962
745,000,000,000 36,750,000,000 (366,532,390,440)
745,000,000,000 36,750,000,000 (374,397,392,367)
Jumlah Ekuitas
415,217,609,560
407,352,607,633
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
744,954,984,868
767,521,532,169
Jumlah Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Aset real estat Investasi saham Aset pajak tangguhan Properti investasi Aset tetap Aset bangun kelola serah Beban tangguhan - hak atas tanah Aset lain-lain
2m,9 2j,10 2w,30 2n,2p,11 2o,2p,12 2q,13 2r,12 14
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010
LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK Hutang usaha kepada pihak ketiga Hutang lain-lain kepada pihak ketiga Hutang pajak Biaya yang masih harus dibayar Pendapatan diterima di muka dan uang muka penjualan Hutang Bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo Jumlah Liabilitas Jangka Pendek LIABILITAS JANGKA PANJANG Hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Uang jaminan penyewa Kewajiban imbalan pasca kerja Goodwill negatif
2g,21 2g,22 2v,31 2b,23
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 1.000 per saham untuk saham Seri A dan Rp 200 per saham untuk saham Seri B Modal dasar - 495.000.000 saham Seri A dan 7.025.000.000 saham Seri B Modal ditempatkan dan disetor - 495.000.000 saham Seri A dan 1.250.000.000 saham Seri B Agio saham Defisit
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
2g,24 2g,25
-2-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASI UNTUK PERIODE 9 BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 Catatan
2011 Rp
2010 Rp
PENJUALAN DAN PENDAPATAN USAHA
2u,26
186,984,641,544
227,065,148,864
BEBAN POKOK PENJUALAN DAN BEBAN LANGSUNG
2u,27
116,511,824,909
133,572,032,081
70,472,816,635
93,493,116,783
(2,507,680,501) (45,250,929,712) 1,883,999,878 (2,002,881,365) 3,086,064,827 (5,194,182,981)
(3,776,873,707) (34,829,994,311) 1,133,483,394 (5,440,995,407) 5,021,943,898
20,487,206,781
55,600,680,650
(12,622,204,856)
(14,895,230,354)
7,865,001,925
40,705,450,296
LABA BRUTO Beban penjualan Beban umum dan administrasi Penghasilan bunga Beban keuangan Bagian laba bersih perusahaan asosiasi Lain-lain - bersih
28 28 2f,2g,29 10
LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK
2w,30
LABA (RUGI) PERIODE BERJALAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAINNYA
-
JUMLAH LABA (RUGI) KOMPREHENSIF LABA YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA Pemilik Entitas Induk Kepentingan nonpengendali LABA KOMPREHENSIF YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA Pemilik Entitas Induk Kepentingan nonpengendali
LABA PER SAHAM (dalam rupiah)
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-3-
-
7,865,001,925
40,705,450,296
7,865,001,925 7,865,001,925
40,705,450,296 40,705,450,296
7,865,001,925 7,865,001,925
40,705,450,296 40,705,450,296
5
23
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASI UNTUK PERIODE 9 BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010
Modal disetor Rp Saldo per 1 Januari 2010 Laba bersih tahun berjalan
745,000,000,000
Agio saham Rp
Defisit Rp
Jumlah ekuitas Rp
36,750,000,000
(473,851,322,012)
307,898,677,988
-
40,705,450,296
40,705,450,296
-
Saldo per 30 September 2010
745,000,000,000
36,750,000,000
(433,145,871,716)
348,604,128,284
Saldo per 1 Januari 2011
745,000,000,000
36,750,000,000
(374,397,392,367)
407,352,607,633
Laba bersih tahun berjalan Saldo per 30 September 2011
745,000,000,000
36,750,000,000
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-4-
7,865,001,925 (366,532,390,442)
7,865,001,925 415,217,609,558
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK PERIODE 9 BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 2011 Rp ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok
2010 Rp
226,523,383,952 (137,905,168,088)
236,862,341,193 (98,896,755,153)
88,618,215,864 (71,830,160,329) (12,119,781,579)
137,965,586,040 (56,403,239,395) (5,986,097,214)
4,668,273,956
75,576,249,431
703,792,245 580,472,727 (10,113,506,462) 2,378,483,266 (40,478,700) 442,763,017 253,197,738
404,372,734 583,227,046 (9,823,635,769) (11,987,437,244) (66,378,901) 758,600,613 297,133,000
(5,795,276,169)
(19,834,118,521)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penambahan hutang lain-lain kepada pihak ketiga Penambahan (hutang) hutang leasing Pembayaran hutang jangka panjang
(26,037,295,075) -
1,822,599,936 (10,000,000,000) (8,810,924,570)
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
(26,037,295,075)
(16,988,324,634)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS
(27,164,297,288)
38,753,806,276
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN Pengaruh perubahan kurs mata uang asing
76,946,892,836 (60,831,943)
29,188,865,630 (117,714,787)
KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE
49,721,763,605
67,824,957,119
Kas dihasilkan dari operasi Pembayaran beban keuangan Pembayaran pajak penghasilan Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan bunga Hasil penjualan aset tetap Perolehan aset tetap Kenaikan (Penurunan) investasi Penambahan aset bangun kelola serah Kenaikan (penurunan) beban ditangguhkan Penurunan uang jaminan Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Investasi
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-5-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT. 1. UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum PT. Indonesia Prima Property Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 31 tanggal 23 April 1983 dari Sastra Kosasih, S.H., notaris di Surabaya. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-6044-HT.01.01-TH'83 tanggal 5 September 1983 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 19 tanggal 6 Maret 1984, Tambahan No. 241. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 21 tanggal 23 Juli 2008 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., notaris di Jakarta, mengenai penyesuaian anggaran dasar Perusahaan dengan Undangundang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-82927.AH.01.02.Th.2008 tanggal 6 Nopember 2008, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 Nopember 2009, Tambahan No. 27681 Tahun 2009. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Wisma Sudirman Lt. 11, Jl. Jendral Sudirman Kav.34, Jakarta. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan anak perusahaan terutama meliputi bidang persewaan perkantoran, pusat perbelanjaan (ruang pertokoan), apartemen, hotel dan pembangunan perumahan beserta segala fasilitasnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan April 1983. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan 1131 karyawan pada tgl 30 September 2011 dan 1.137. karyawan pada tgl 31 Desember 2010. Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 30 September 2011 adalah sebagai berikut: Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris dan Komisaris Independen Komisaris
:
Ong Beng Kheong
: :
Komisaris Independen
:
Drs. H. Lutfi Dahlan Boediman Gozali Yugi Prayanto Matheus Rukmasaleh Arif Soedibyo
Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Direktur tidak terafiliasi Direktur
: : : :
Husni Ali Sriyanto Muntasram Njudarsono Yusetijo Ng Haker Larson Sriyanto Muntasram Anna Susanti Satriyana
Komite Audit Ketua Anggota
: :
Drs H Lutfi Dahlan Sandra Lukas Darmadjaja Valeska Krisna
-6-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) b. Anak Perusahaan Perusahaan memiliki, baik langsung maupun tidak langsung, 100% saham anak perusahaan berikut: Anak Perusahaan Perumahan PT Graha Mitrasantosa (GMS) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan PT Paramita Swadaya (PS) Pemilikan: Tidak langsung, melalui GMS, anak perusahaan Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan Hotel dan Apartemen PT Griyamas Muktisejahtera (GMMS) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan PT Graha Hexindo (GH) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan PT Angkasa Interland (AIL) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan Pusat Perbelanjaan PT Langgeng Ayomlestari (LAL) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui GH, anak perusahaan PT Almakana Sari (AS) Pemilikan tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan GH, anak perusahaan Perkantoran PT Panen Lestari Basuki (PLB) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL , anak perusahaan Lain-lain PT Karya Makmur Unggul (KMU) Pemilikan tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan GH, anak perusahaan PT Mega Buana Sentosa (MBS) Pemilikan tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan GH, anak perusahaan PT Mahadhika Girindra (MG) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan
Persentase Pemilikan 2011 2010
99,99%
99,99%
0,01%
0,01%
99,92 %
99,92 %
0,08 %
0,08 %
99,91%
99,91%
0,09%
0,09%
99,95%
99,95%
0,05%
0,05%
99.59%
98,96%
0.41%
1.04%
99,99 %
99,99 %
0,002%
0,002%
99.81% 0.19%
96,67%
0.67%
3.33%
99.97% 0.03%
Nama Proyek
Jumlah Aset sebelum eliminasi 30 Sept 2011 Rp
1994
Bukit Tiara (Tangerang)
259,813,653,543
Pra-operasi
Bukit Tiara II (Tangerang)
1,067,865,392
1996
Hotel Novotel (Surabaya)
131,194,857,114
1995
Tropik Apartemen dan Grand Tropic Suites Hotel (Jakarta)
192,390,172,967
Puri Casablanca (Jakarta)
250,384,956,326
1995
Mal Blok M (Jakarta)
74,876,411,856
Plaza Parahyangan (Bandung)
26,285,399,065
Wisma Sudirman (Jakarta)
163,762,940,423
1993
99.81% 0.19%
99.33%
99.98% 0.02%
Tahun Operasi Komersial
1986
Pra - operasi
-
13,482,905,216
Pra - operasi
-
17,153,718,754
Pra-operasi
-
28,330,218
99.98% 0.02%
99.77% 0.03%
99,95%
99,95%
0,05%
0,05%
Kecuali GMMS dan AS yang masing-masing berdomisili di Surabaya dan Bandung, seluruh anak perusahaan berdomisili di Jabotabek.
-7-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) c. Penawaran Umum Efek Perusahaan Pada tanggal 29 Juni 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-1194/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum atas 35.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 22 Agustus 1994 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Pada tanggal 28 Nopember 1996, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-1937/PM/1996 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 360.000.000 saham. Pada tanggal 19 Desember 1996 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta. Pada tanggal 30 Juni 2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, pemegang saham menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor perseroan sebesar 1.250.000.000 saham melalui pengeluaran saham baru tanpa Hak Memesan Efek terlebih dahulu sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4. Pada tanggal 30 September 2011, seluruh saham perusahaan atau sejumlah 1.745.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. 2. KEBIJAKAN AKUNTANSI a.
Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp) dan laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
b.
Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan (dan anak perusahaan). Pengendalian dianggap ada apabila perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investee untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% hak suara. Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akusisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi. Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha (Catatan 2c) dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan.
-8-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi. c.
Penggabungan Usaha Akuisisi anak perusahaan dicatat dengan menggunakan metode pembelian (purchase method). Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, kewajiban yang terjadi atau yang diasumsikan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai penggantian atas pengendalian dari perolehan ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada penggabungan usaha tersebut. Pada saat akuisisi, aset dan kewajiban anak perusahaan diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi diakui sebagai goodwill. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal akuisisi (diskon atas akuisisi), maka nilai wajar aset non-moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proposional, sampai seluruh selisih tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aset dan kewajiban non moneter tersebut diakui sebagai goodwill negatif, dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan garis lurus selama 20 tahun. Hak pemegang saham minoritas dinyatakan sebesar bagian minoritas dari biaya perolehan historis aset bersih.
d.
Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
e.
Transaksi Hubungan Istimewa Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah: 1) Perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); 2) perusahaan asosiasi; 3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan); 4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan, yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
-9-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan. Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga, persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi. f.
Aset Keuangan Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar. Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut:
Nilai wajar melalui laporan laba rugi Pinjaman yang diberikan dan piutang
Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL) Aset keuangan diklasifikasi dalam FVTPL, jika aset keuangan sebagai kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL. Aset keuangan diklasifikasi sebagai kelompok diperdagangkan, jika:
diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau merupakan derivatif yang tidak ditetapkan dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:
penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak-konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau aset keuangan merupakan bagian dari kelompok aset keuangan atau kewajiban atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi Perusahaan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci; atau merupakan bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK 55 (revisi 2006) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau kewajiban) ditetapkan sebagai FVTPL.
Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 4.
- 10 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Pinjaman yang diberikan dan piutang Piutang pelanggan dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”, yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material. Metode suku bunga efektif Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal. Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain dari instrumen keuangan FVTPL Penurunan nilai aset keuangan Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:
kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan.
Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti piutang, aset yang dinilai tidak akan diturunkan secara individual akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang dapat termasuk pengalaman Perusahaan atas tertagihnya piutang di masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dari rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan default atas piutang. Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Nilai tercatat aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai secara langsung atas aset keuangan, kecuali piutang yang nilai tercatatnya dikurangi melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Jika piutang tidak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan piutang. Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan. Perubahan nilai tercatat akun penyisihan piutang diakui dalam laporan laba rugi.
- 11 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Jika pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laporan laba rugi hingga nilai tercatat investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan. Penghentian pengakuan aset keuangan Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan kewajiban terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima. g.
Kewajiban Keuangan dan Instrumen Ekuitas Klasifikasi sebagai kewajiban atau ekuitas Kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan dan anak perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung. Kewajiban keuangan Hutang usaha dan hutang lain-lain, obligasi dan wesel bayar serta pinjaman lainnya pada awalnya diukur pada nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga diakui berdasarkan metode suku bunga efektif. Selisih antara hasil emisi (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman. Penghentian pengakuan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan menghentikan pengakuan kewajiban keuangan, jika dan hanya jika, kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.
- 12 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) h.
Penggunaan Estimasi Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.
i.
Kas dan Setara Kas Untuk tujuan pelaporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.
j.
Investasi Saham Investasi dalam bentuk saham dengan pemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan dimaksudkan untuk investasi jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan (metode biaya). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
k.
Persediaan Persediaan dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average method).
l.
Biaya Dibayar Dimuka Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.
m. Aset Real Estat Aset real estat terdiri dari tanah dan bangunan (rumah tinggal) dan bangunan strata title yang siap dijual dan tanah yang belum dikembangkan, dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan meliputi biaya praperolehan dan perolehan tanah ditambah biaya pinjaman dan dipindahkan ke tanah yang sedang dikembangkan pada saat pematangan tanah akan dimulai. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada aset pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan atau dipindahkan ke aset tanah bila tanah tersebut siap dijual dengan menggunakan metode luas areal. Biaya perolehan bangunan (rumah tinggal) dan bangunan strata title meliputi biaya perolehan tanah yang telah selesai dikembangkan ditambah dengan biaya konstruksi, biaya lainnya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat dan biaya pinjaman.
n.
Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan kegiatan pengembangan dikapitalisasi ke proyek pengembangan. Kapitalisasi dihentikan pada saat proyek pengembangan tersebut ditangguhkan/ditunda pelaksanaannya atau secara substansial siap untuk digunakan sesuai tujuannya. Properti Investasi
- 13 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi diukur sebesar nilai perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan setiap akumulasi kerugian penurunan nilai. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari properti investasi selama 4 – 20 tahun. Properti investasi sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode sewa dan umur manfaatnya. Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. o.
Aset Tetap – Pemilikan Langsung Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Tahun Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan
4 – 20 3 – 10 4 – 10 3–5
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif. Aset sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaatnya. Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara handal. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun yang bersangkutan. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari hutang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.
- 14 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) p.
Sewa Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Sebagai Lessor Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah investasi sewa neto Perusahaan dan anak perusahaan. Pengakuan penghasilan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Sebagai Lessee Aset pada sewa pembiayaan dicatat pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan Perusahaan dan anak perusahaan yang ditentukan pada awal kontrak atau, jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Kewajiban kepada lessor disajikan di dalam neraca sebagai kewajiban sewa pembiayaan. Pembayaran sewa harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pengurangan dari kewajiban sewa sehingga mencapai suatu tingkat bunga yang konstan (tetap) atas saldo kewajiban. Beban keuangan dibebankan langsung ke laba rugi. Rental kontijen dibebankan pada periode terjadinya. Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Rental kontijen diakui sebagai beban di dalam periode terjadinya. Dalam hal insentif diperoleh dalam sewa operasi, insentif tersebut diakui sebagai kewajiban. Keseluruhan manfaat dari insentif diakui sebagai pengurangan dari biaya sewa dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pengguna.
q.
Aset Bangun Kelola Serah Aset tetap berupa bangunan dalam rangka bangun kelola dan serah (B.O.T.) beserta mesin dan instalasi yang melekat serta peralatan yang berada pada bangunan tersebut dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomis dari aset tetap yang bersangkutan dengan batas maksimum sesuai jangka waktu perjanjian bangun kelola dan serah, sebagai berikut: Tahun Bangunan Mesin dan instalasi
30 8 - 10
Hak pakai atas aset B.O.T. yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset B.O.T. berikut akumulasi amortisasinya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan. r.
Beban Tangguhan – Hak Atas Tanah - 15 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang umur hukum hak atas tanah karena umur hukum hak atas tanah lebih pendek dari umur ekonomisnya. s.
Penyisihan Penggantian Peralatan dan Perlengkapan Hotel Penyisihan untuk penggantian peralatan dan perlengkapan hotel dibentuk berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan hotel. Pembelian dan penggantian pada periode berjalan dibebankan ke penyisihan tersebut.
t.
Penurunan Nilai Aset Pada tanggal neraca, Perusahaan dan anak perusahaan menelaah nilai tercatat aset nonkeuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset. Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba rugi. Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam catatan 2f.
u.
Pengakuan Pendapatan dan Beban Penjualan Real Estat Pendapatan dari penjualan real estat berupa bangunan rumah tinggal dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya serta apartemen yang telah selesai pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi:
proses penjualan telah selesai; harga jual akan tertagih, yaitu jumlah yang telah dibayar sekurang-kurangnya telah mencapai 20% dari harga jual; tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan penjual telah mengalihkan risiko dan manfaat ke pemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.
Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi:
jumlah pembayaran oleh pembeli sekurang-kurangnya telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; harga jual akan tertagih; tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan
- 16 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kapling tanah tersebut.
Apabila persyaratan tersebut di atas tidak dapat dipenuhi, maka seluruh uang yang diterima dari pembeli diperlakukan sebagai uang muka dan dicatat dengan deposit method sampai seluruh persyaratan tersebut dipenuhi. Pendapatan Sewa Pendapatan sewa diakui pada saat penggunaan aset oleh pihak lain sejalan dengan berlalunya waktu. Uang muka sewa yang diterima dari penyewa dicatat ke dalam akun pendapatan yang diterima di muka dan akan diakui sebagai pendapatan secara berkala sesuai dengan kontrak sewa yang berlaku. Pendapatan Hotel Pendapatan sewa hotel dan pendapatan hotel lainnya diakui pada saat jasa diberikan atau barang diserahkan. Pendapatan Bunga Pendapatan bunga diakui berdasarkan waktu terjadinya dengan acuan jumlah pokok terhutang dan tingkat bunga yang sesuai. Beban Beban diakui pada saat terjadinya. v.
Imbalan Pasca Kerja Perusahaan dan anak perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini. Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaiknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuaria yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
w.
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Final Atas penghasilan sewa dan jasa pelayanan dan pemeliharaan yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui proposional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar dimuka atau hutang pajak. Akun pajak penghasilan final dibayar dimuka disajikan terpisah dari hutang pajak penghasilan final.
- 17 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Perusahaan dan anak perusahaan tidak mengakui aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak untuk aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Pajak Penghasilan Tidak Final Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan konsolidasi dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban kecuali perbedaan yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini. x.
Laba Per Saham Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
y.
Informasi Segmen Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis. Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain. Aset dan kewajiban yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.
- 18 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 3. KAS DAN SETARA KAS 2011 Rp Kas Rupiah Dollar Singapura Bank Rupiah Bank Danamon Indonesia Bank Central Asia Bank Mandiri Bank Permata Bank Ganesha Bank Rakyat Indonesia Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 700 juta) Dollar Amerika Serikat Bank Central Asia Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 400 juta) Deposito berjangka Rupiah Bank Danamon Indonesia Bank Ganesha Bank Internasional Indonesia Bank Windu Kentjana Bank Central Asia Dollar Amerika Serikat Bank Internasional Indonesia
2010 Rp
389,472,250 7,030,484
608,124,282 7,128,126
11,104,026,947 6,142,910,169 3,643,084,951 493,441,957 2,543,494,723 866,536,057 2,101,919,188
29,827,321,066 8,122,261,619 4,528,172,481 1,620,171,689 1,072,770,184 905,271,125 3,741,383,679
1,672,926,225 668,382,050
1,730,411,990 447,155,632
2,000,000,000
16,775,000,000 4,333,160,000 2,800,000,000
18,010,871,233 350,000,000
Jumlah Tingkat bunga deposito berjangka per tahun Rupiah Dollar Amerika Serikat
77,667,369
78,560,930
49,721,763,603
76,946,892,803
7% - 8% 1.5%
5,25% - 8% 1.5%
2011 Rp
2010 Rp
4. INVESTASI JANGKA PENDEK
Biaya perolehan Dana pasti Dana premier
373,090,202 4,500,696
7,001,519,404 2,190,926
Jumlah
377,590,898
7,003,710,330
Laba yang belum direalisasi Dana pasti Dana premier
95,055,135 829,540
274,625,231 780,882
Jumlah
95,884,675
275,406,113
473,475,573
7,279,116,443
Nilai wajar
- 19 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Investasi jangka pendek merupakan penempatan dana untuk dikelola pada PT Equity Securities Indonesia (ESI). Pada tahun 2010 Perusahaan dan anak perusahaan menandatangani kontrak manajemen dana dengan ESI dimana ESI ditunjuk untuk mengelola dana Perusahaan dan anak perusahaan sejumlah Rp 7.000.000.000. Pada tanggal 30 september 2011 dan 31 Desember 2010 , nilai investasi jangka pendek mewakili nilai wajar dari investasi berdasarkan nilai aset bersih dari masing-masing investasi. 5. PIUTANG USAHA KEPADA PIHAK KETIGA
2011 Rp a. Berdasarkan langganan: Pelanggan dalam negeri Penyisihan piutang ragu-ragu
2010 Rp
22,040,619,181 (1,723,822,507)
28,581,836,045 (1,798,164,123)
20,316,796,674
26,783,671,922
5,666,044,590
15,448,814,024
8,006,176,204 2,198,671,876 2,683,157,747 488,093,789 2,998,474,977
9,180,697,647 1,451,317,872 778,082,183 236,453,936 1,486,470,383
Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu
22,040,619,183 (1,723,822,507)
28,581,836,045 (1,798,164,123)
Bersih
20,316,796,676
26,783,671,922
1,666,371,939 57,450,568
957,010,311 841,153,812
1,723,822,507
1,798,164,123
Jumlah Piutang Usaha - Bersih b. Berdasarkan umur (hari): Belum jatuh tempo Sudah jatuh tempo 1 s/d 30 hari 31 s/d 60 hari 61 s/d 90 hari 91 s/d 120 hari > 120 hari
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu: Saldo awal Penambahan (pengurangan) tahun berjalan Saldo akhir
Seluruh piutang usaha kepada pihak ketiga dalam mata uang Rupiah. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu atas piutang usaha kepada pihak ketiga adalah cukup.
6. PIUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA 2011 Rp
2010 Rp
Tropic Strata Title (Tropic) Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
1,931,824,410 2,667,423,630
2,707,638,615 2,920,915,745
Jumlah
4,599,248,040
5,628,554,360
Piutang Tropic terutama merupakan piutang yang timbul akibat pembayaran terlebih dahulu biaya-biaya milik Tropic oleh GH.
- 20 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Manajemen berpendapat bahwa piutang lain-lain kepada pihak ketiga dapat tertagih sehingga tidak ditetapkan penyisihan piutang ragu-ragu. 7. PERSEDIAAN Akun ini merupakan persediaan hotel dengan rincian sebagai berikut: 2011 Rp
2010 Rp
Perlengkapan Makanan Minuman Lainnya
1,646,170,047 426,716,888 67,877,239 83,278,399
1,333,609,280 429,823,848 74,243,995 75,068,295
Jumlah
2,224,042,573
1,912,745,418
Manajemen berpendapat bahwa seluruh persediaan dapat digunakan untuk kegiatan usaha normal sehingga manajemen tidak membuat penyisihan kerugian atas persediaan usang. 8. PAJAK DIBAYAR DIMUKA 2011 Rp Pajak penghasilan final atas pendapatan diterima dimuka Pajak penghasilan - pasal 25 Pajak pertambahan nilai - bersih Jumlah
2010 Rp
8,254,569,147 2,207,900,115 138,150,964
7,541,845,420
10,600,620,226
7,621,548,858
79,703,438
9. ASET REAL ESTAT 2011 Rp
2010 Rp
Tanah dan bangunan siap dijual Puri Casablanca (Apartemen) Bukit Tiara (Perumahan) Tropik (Apartemen)
12,985,986,632 7,572,486,082 603,446,569
14,148,611,703 7,460,979,832 850,190,938
Jumlah
21,161,919,283
22,459,782,473
Tanah yang belum dikembangkan Bukit Tiara (Perumahan) Lebak Bulus - Karang Tengah Puri Casablanca (Apartemen)
238,155,875,483 13,474,083,265 9,524,011,354
231,660,903,120 13,474,083,265 9,524,011,354
Jumlah
261,153,970,102
254,658,997,739
Jumlah Aset Real Estat
282,315,889,385
277,118,780,212
- 21 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Tanah perumahan Bukit Tiara yang belum dikembangkan , terletak di Desa Pasir Jaya, Tangerang. Tanah Lebak Bulus - Karang Tengah yang belum dikembangkan merupakah tanah milik KMU 2 seluas 13.732 m , terletak di Kampung Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 2
Tanah Puri Casablanca yang belum dikembangkan merupakan tanah milik AIL seluas 5.668 m , terletak di proyek apartemen Puri Casablanca, Jakarta.
Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, aset real estat, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 73.000.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. 10. INVESTASI SAHAM
Metode Ekuitas PT Nusadua Graha International Bagian Laba bersih perusahaan asosiasi PT Agung Ometraco Muda
Tempat kedudukan
2011 Persentase pemilikan %
Jakarta
26.65
Jakarta
0.52
Jumlah
Rp
66,386,778,800 3,086,064,827 69,472,843,627 890,000,000 70,362,843,627
Metode biaya PT Nusadua Graha International PT Agung Ometraco Muda Jumlah
Tempat kedudukan
2010 Persentase pemilikan %
Jakarta Jakarta
18.27 0.52
Rp
48,268,848,800 890,000,000 49,158,848,800
PT Nusadua Graha International (NGI) bergerak dalam bidang usaha jasa perhotelan (Westin Hotel) yang berlokasi di Nusa Dua, Bali. Berdasarkan Akta No. 69 tanggal 29 Maret 2011 dari Notaris Yualita Widyadhari, SH telah disetujui dalam Rapat PT Nusadua Graha International transaksi Jual Beli Saham antara Hendra Soerijadi dengan LAL dan PLB sebagai berikut:
LAL setuju untuk membeli 12.120 saham NGI yang terdiri dari 5.989 saham seri A dan 6.131 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 11.998.800.000.
PLB setuju untuk membeli 2.787 saham NGI yang terdiri dari 1.377 saham seri A dan 1.410 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 2.759.130.000.
Berdasarkan Akta No.82 dan 83 tanggal 24 Juni 2011 dari Notaris Hannywati Gunawan, SH telah disetujui transaksi Jual Beli Saham antara Perusahaan dengan LAL dan PLB dan PT Tri Handayani Utama (THU) sebagai berikut :
- 22 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
LAL setuju untuk menjual 12.120 saham NGI yang terdiri dari 5.989 saham seri A dan 6.131 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 11.998.800.000.
PLB setuju untuk menjual 16.587 saham NGI yang terdiri dari 1.377 saham seri A dan 1.410 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 16.421.130.000.
THU setuju untuk menjual 2.100 saham NGI saham seri A dengan harga pembelian sebesar Rp 3.360.000.000
11. PROPERTI INVESTASI Properti investasi terdiri dari: 2011 Rp
2010 Rp
Aset yang disewakan Tanah yang tidak digunakan
15,876,925,453 114,979,854,590
14,925,447,755 114,979,854,590
Jumlah
130,856,780,043
129,905,302,345
Nilai wajar properti investasi bersama dengan aset tetap adalah sebesar Rp 681.051.000.000 berdasarkan penilaian manajemen. Penilaian dilakukan berdasarkan metode biaya dan pendapatan. Aset yang Disewakan 1 Januari 2011 Rp
Penambahan Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana
9,556,437,211 21,718,920,151
2,290,634,412
Jumlah
31,275,357,362
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
-
30 September 2011 Rp
0
(772,017,519)
9,556,437,211 23,237,537,044
2,290,634,412
0
(772,017,519)
32,793,974,255
16,349,909,607
687,651,839
0
(120,512,643)
16,917,048,803
Jumlah
16,349,909,607
687,651,839
0
(120,512,643)
16,917,048,803
Jumlah Tercatat
14,925,447,755
15,876,925,452
- 23 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 1 Januari 2010 Rp
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
-
2,265,395,496
31 Desember 2010 Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Aset sew a pembiayaan Bangunan dan prasarana
9,556,437,211 19,014,864,027
Jumlah
29,466,301,238
438,660,628
-
1,370,395,496
31,275,357,362
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Aset sew a pembiayaan Bangunan dan prasarana
15,327,714,220
720,192,604
-
302,002,783
16,349,909,607
111,670,361
243,715,703
-
(355,386,064)
Jumlah
15,439,384,581
963,908,307
-
(53,383,281)
Jumlah Tercatat
14,026,916,657
438,660,628
895,000,000
-
-
(895,000,000)
9,556,437,211 21,718,920,151 -
16,349,909,607 14,925,447,755
.
Pada tahun 2011 dan 2010, properti investasi dan aset tetap terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya .
kecuali tanah di asuransikan
Tanah yang Tidak Digunakan 2
Merupakan tanah milik PLB seluas 9.377 m yang terletak di Jl. Karet Tengsin, Jakarta dengan nilai tercatat sebesar Rp 114.979.854.590. Hak legal tanah tersebut berupa hak guna bangunan yang berjangka waktu 20 dan 30 tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2021 dan 2030. 12. ASET TETAP 1 Januari 2011 Rp
Penambahan Rp
45,454,640,297 195,514,994,306 8,812,732,249
1,020,808,227 379,040,650
23,875,000
45,454,640,297 197,307,820,052 9,167,897,899
59,144,007,306 16,020,911,356
1,835,042,141 3,881,610,000
1,109,267,367 769,592,275
59,869,782,080 19,132,929,081
34,011,000
182,628,181
324,981,296,514
7,299,129,199
1,902,734,642
772,017,519
331,149,708,590
120,848,539,391 7,290,861,975
7,789,654,752 746,202,289
19,077,684 23,875,000
108,487,644
128,727,604,103 8,013,189,264
54,346,209,708 10,915,543,330
1,376,137,083 1,608,941,420
1,079,194,248 687,100,539
Jumlah
193,401,154,404
11,520,935,544
1,809,247,471
Jumlah Tercatat
131,580,142,110
Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset dalam penyelesaian Bangunan dan prasarana Jumlah Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
772,017,519
30 September 2011 Rp
216,639,181
54,643,152,543 11,837,384,211
108,487,644
203,221,330,121 127,928,378,469
- 24 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
1 Januari 2010 Rp Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset dalam penyelesaian Bangunan dan prasarana Aset sew a pembiayaan Kendaraan Jumlah
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
31 Desember 2010 Rp
45.454.640.297 195.298.435.066 8.320.619.585
277.387.619 492.112.664
830.946.568 -
770.118.189 -
45.454.640.297 195.514.994.306 8.812.732.249
58.568.808.470 14.516.218.901
1.283.789.741 1.770.942.455
708.590.905 682.150.000
415.900.000
59.144.007.306 16.020.911.356
257.216.400
1.917.308.285
415.900.000
-
-
(2.140.513.685)
-
(415.900.000)
34.011.000 -
322.831.838.719
5.741.540.764
2.221.687.473
(1.370.395.496)
324.981.296.514
110.562.867.990 6.197.210.660
10.633.912.296 1.093.651.315
401.624.176 -
53.383.281 -
120.848.539.391 7.290.861.975
52.736.859.709 8.835.450.642
2.306.437.922 2.228.901.011
697.087.923 460.733.323
311.925.000
54.346.209.708 10.915.543.330
207.950.000
103.975.000
Jumlah
178.540.339.001
16.366.877.544
Jumlah Tercatat
144.291.499.718
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset sew a pembiayaan Kendaraan
1.559.445.422
(311.925.000) 53.383.281
193.401.154.404 131.580.142.110
2
Perusahaan dan anak perusahaan memiliki beberapa bidang tanah seluruhnya seluas 35.228 m yang terletak di Jakarta dan Surabaya dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan (HGB) yang berjangka waktu antara 20 dan 30 tahun dan akan jatuh tempo antara tahun 2011 dan 2034. Manajemen berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan dan pengurusan hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai.
Biaya yang dikeluarkan atas pengurusan legal hak atas tanah milik anak perusahaan disajikan sebagai akun beban tangguhan dan diamortisasi selama umur legal hak atas tanah tersebut. Beban amortisasi yang dialokasikan sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung selama tahun 2011 dan 2010. Tanah dan bangunan milik GMMS dijadikan sebagai jaminan hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo . - 25 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
Aset tetap beserta properti investasi kecuali tanah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 218.360.616.000 dan US$ 7.808.152 . Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.
13. ASET BANGUN KELOLA SERAH 1 Januari 2011 Rp
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
30 September 2011 Rp
Biaya perolehan: Bangunan Mesin dan instalasi
66,901,997,318 2,937,770,023
150,000,000 40,478,700
-
67,051,997,318 2,978,248,723
Jumlah
69,839,767,341
190,478,700
-
70,030,246,041
Akumulasi amortisasi: Bangunan Mesin dan instalasi
38,765,518,883 2,240,552,441
1,807,296,069 156,462,484
-
40,572,814,952 2,397,014,925
Jumlah
41,006,071,324
1,963,758,553
-
42,969,829,877
Jumlah Tercatat
28,833,696,017
1 Januari 2010 Rp
27,060,416,164
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
31 Desember 2010 Rp
Biaya perolehan: Bangunan Mesin dan instalasi
66.859.792.943 2.820.853.398
42.204.375 116.916.625
-
66.901.997.318 2.937.770.023
Jumlah
69.680.646.341
159.121.000
-
69.839.767.341
Akumulasi amortisasi: Bangunan Mesin dan instalasi
36.365.966.643 2.040.774.230
2.399.552.240 199.778.211
-
38.765.518.883 2.240.552.441
Jumlah
38.406.740.873
2.599.330.451
-
41.006.071.324
Jumlah Tercatat
31.273.905.468
28.833.696.017
- 26 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Akun ini merupakan aset bangun kelola serah milik LAL atas gedung pusat perbelanjaan (mal) dua 2 lantai, dengan luas area ± 61.750 m , terletak dibawah terminal bis Blok M, Jakarta, yang dimiliki Pemda DKI Jakarta seperti dijelaskan pada Catatan 36a.
Aset bangun kelola serah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 1.218.283 dan Rp 270.845.119.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut adalah cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.
14. ASET LAIN-LAIN 2,011 Rp
2010 Rp
Uang muka pembelian tanah Uang muka pembelian saham Uang muka lainnya Uang jaminan Lain-lain
1,851,386,578 209,574,779 1,080,603,321 4,336,378,164
1,100,494,198 13,978,800,000 1,154,993,567 1,062,591,121 292,799,601
Jumlah
7,477,942,842
17,589,678,487
Uang muka pembelian tanah terutama merupakan uang muka atas pembelian tanah di daerah Tangerang. .
15. HUTANG USAHA KEPADA PIHAK KETIGA Jumlah hutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut:
2011 Rp
2010 Rp
Rupiah Dollar Amerika Serikat
5,234,318,136 510,551,718
5,273,070,431 520,273,206
Jumlah
5,744,869,854
5,793,343,637
Hutang usaha terutama merupakan hutang atas pembelian persediaan hotel, pekerjaan pembangunan hotel, prasarana dan proyek perumahan. Kecuali hutang usaha atas proyek Hotel Ibis, Surabaya milik MG , jangka waktu kredit berkisar antara 7 sampai 30 hari. 16. HUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA
- 27 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 2011 Rp
2010 Rp
PT Prima Tunas Investama (PTI) Lainnya
2,809,979,671 6,187,775,236
2,806,979,671 5,941,121,635
Jumlah
8,997,754,907
8,748,101,306
. Hutang kepada PTI merupakan sisa penyelesaian hutang Perusahaan dan GMMS yang sebagian penyelesaiannya dilakukan dengan penyerahan apartemen dan aset real estat. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Hutang lainnya pada tahun 2009 terutama merupakan denda pajak atas SKPKB tahun 1999, 2002 dan 2003 sebesar Rp 3.005.747.928 milik AIL. Hutang ini telah dilunasi pada tanggal 22 Januari 2010. Selebihnya hutang lainnya merupakan guest deposit milik GH dan GMMS. 17. HUTANG PAJAK 2011 Rp Pajak penghasilan final Pendapatan sewa Penjualan apartemen Pajak penghasilan: Pasal 21 Pasal 23 Pasal 26 Pasal 29 Pasal 4 ayat 2 Pajak pembangunan 1 Pajak pertambahan nilai - bersih Jumlah
18. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR
- 28 -
2010 Rp
1,191,795,678 1,415,945,000
7,380,377,663 1,415,945,000
599,144,038 107,981,892 2,442,498,353 525,451,642 933,485,239 1,257,808,885
771,074,292 185,214,604 71,058 3,804,756,243 0 765,211,587 13,492,578,316
8,474,110,727
27,815,228,763
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 2011 Rp
2010 Rp
Bunga dan denda Penyisihan penggantian perlengkapan dan peralatan hotel Listrik, air dan telepon Jasa profesional Kebersihan dan keamanan Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
56,931,707,258 8,339,556,657 2,338,804,564 263,344,670 150,616,800 3,724,466,609
55,953,147,105 6,166,411,796 1,756,103,620 850,174,624 645,734,523 5,253,904,409
Jumlah
71,748,496,558
70,625,476,077
Bunga yang masih harus dibayar merupakan biaya bunga atas hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo .
19. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA DAN UANG MUKA PENJUALAN 2011 Rp
2010 Rp
Pendapatan diterima di muka Uang muka penjualan
19,395,383,160 132,511,785,734
18,866,164,416 122,980,476,645
Jumlah
151,907,168,894
141,846,641,061
Pendapatan diterima di muka berasal dari sewa perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen dan jasa pemeliharaan. Uang muka penjualan terutama merupakan uang muka penjualan rumah tinggal dan tanah di perumahan Bukit Tiara, Tangerang, yang belum memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai pendapatan. 20. HUTANG BANK DAN PIHAK KETIGA JANGKA PANJANG YANG SUDAH JATUH TEMPO Merupakan pinjaman sindikasi anak perusahaan (GMMS) yang dikoordinasi oleh Bank Bira dengan jumlah maksimum sebesar US$ 14.000.000. Pinjaman ini sudah jatuh tempo pada tanggal 4 April 2002. Jaminan pinjaman adalah tanah dan bangunan Hotel Novotel serta Apartemen di jalan Ngagel No. 173 dan 175, Surabaya dan jaminan perusahaan. Sejak Bank Bira menjadi Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), GMMS melakukan negosiasi secara bilateral dengan masing-masing kreditur untuk penyelesaian pinjaman. Pinjaman yang belum diselesaikan pada tanggal neraca adalah sebagai berikut: 2011 2010 Rp Rp Bank Pan Indonesia (US$ 2.800.000) Top World Pacific Limited (US$ 933.367)
24,704,400,000 8,235,094,129
25,174,800,000 8,391,899,730
Jumlah
32,939,494,129
33,566,699,730
Tingkat suku bunga yang dikenakan adalah 2.7% - 10% per tahun. Hutang kepada Top World Pasific Limited merupakan hasil pengalihan dari anggota sindikasi lainnya (Bank Merincorp).
- 29 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo memiliki tingkat bunga tetap sehingga Perusahaan dan anak perusahaan terekspos terhadap risiko suku bunga atas nilai wajar. 21.
HUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA JANGKA PANJANG 2010 Rp PT Bukit Baiduri Energi (BBE) PT Equity Finance Indonesia (EFI)
22,996,257,474 3,000,000,000
Hutang lain-lain pihak ketiga jangka panjang - bersih
25,996,257,474
PT Bukit Baiduri Energi (BBE) Merupakan hutang anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut: 2010 Rp GMS PLB
17,141,329,300 5,854,928,174
Jumlah
22,996,257,474
Hutang ini timbul sehubungan dengan pelunasan hutang bank milik anak perusahaan kepada Bank Pan Indonesia yang dilakukan oleh BBE, sehingga seluruh hutang beralih ke BBE. Hutang BBE ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan harus dilunasi selambatnya dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal perjanjian 11 Agustus 2008. Pada bulan Januari dan Pebruari 2011, GMS dan PLB telah melunasi seluruh pinjamannya. PT Equity Finance Indonesia (EFI) Merupakan hutang GMS dengan tingkat bunga sebesar 14% per tahun dan jatuh tempo tanggal 28 April 2014. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan sebagian aset real estat. Pada tanggal 3 Januari 2011, GMS telah melunasi seluruh pinjamannya kepada EFI. 22. UANG JAMINAN PENYEWA Akun ini merupakan uang jaminan yang diterima dari penyewa perkantoran, pusat perbelanjaan dan apartemen, dengan rincian sebagai berikut:
- 30 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 2011 Rp Sewa Jasa pemeliharaan Telepon Lainnya Jumlah
2010 Rp
8,026,796,932 2,739,406,737 1,243,131,825 139,406,230
6,410,931,822 2,828,179,905 1,318,761,010 1,606,962,420
12,148,741,724
12,164,835,157
Terdapat uang jaminan sewa dalam mata uang asing sebesar US$ 132.377 untuk tahun 2011 dan 2010. 23. GOODWILL NEGATIF – BERSIH Akun ini merupakan selisih lebih antara aset bersih yang diakuisisi dengan biaya akuisisi AS dan KMU dengan rincian sebagai berikut: 2011 2010 Rp Rp Harga perolehan Akumulasi amortisasi Goodwill - Bersih
4,987,683,737 (1,080,664,810)
4,987,683,737 (893,626,670)
3,907,018,927
4,094,057,067
24. MODAL SAHAM Sesuai dengan daftar pemegang saham yang dikeluarkan oleh Biro Administrasi Efek Perusahaan (PT Datindo Entrycom), susunan pemegang saham Perusahaan adalah sebagai berikut:
Nama Pemegang Saham
First Pacific Capital Group Limited PT Ometraco Tn. Tazran Tanmizi Tn. Piter Korompis Masyarakat (masing-masing di bawah 5%) Jumlah
2011 dan 2010 Persentase Nilai Nominal Pemilikan Per Saham % Rp
Jenis
Jumlah Saham
Jumlah Modal Disetor Rp
Seri B Seri A Seri A Seri A Seri A
1,250,000,000 322,073,000 5,999,500 259,000 980,000
71.63 18.46 0.34 0.01 0.06
200 1,000 1,000 1,000 1,000
250,000,000,000 322,073,000,000 5,999,500,000 259,000,000 980,000,000
Seri A
165,688,500
9.50
1,000
165,688,500,000
1,745,000,000
100.00
745,000,000,000
25. AGIO SAHAM Akun ini merupakan agio saham yang diperoleh dari penawaran umum saham Perusahaan pada tahun 1994. 26. PENJUALAN DAN PENDAPATAN USAHA
- 31 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 2011 Rp Jasa Sewa Pemeliharaan Lain-lain Hotel Kamar Makanan dan minuman Lain-lain Penjualan Apartemen Tanah dan rumah Jumlah
2010 Rp
76,912,523,225 21,993,049,218 17,470,141,454
74,897,859,969 21,490,417,464 13,777,026,710
40,974,145,665 22,596,997,720 4,231,446,444
38,867,614,289 20,316,480,295 4,038,829,339
2,806,337,818
13,224,625,298 40,452,295,500
186,984,641,544
227,065,148,864
27. BEBAN POKOK PENJUALAN DAN BEBAN LANGSUNG 2011 Rp Beban langsung jasa Pegawai Apartemen sewa Penyusutan Beban langsung hotel Pemeliharaan dan energi Gaji dan kesejahteraan karyawan Makanan dan minuman Penyisihan penggantian perabot dan peralatan hotel Telepon dan teleks Lain-lain Beban pokok penjualan Apartemen Tanah dan rumah Jumlah
29,720,245,983 29,177,873,943 12,309,600,041
25,562,481,891 25,565,552,066 12,956,433,654
6,829,770,117 13,212,703,534 6,890,728,663 1,455,694,587 20,651,238 15,722,506,178
6,243,008,120 12,551,348,887 6,241,485,297 1,260,956,057 38,150,383 15,292,391,837
1,172,050,624
4,711,186,809 22,149,037,079
116,511,824,908
132,572,032,080
28. BEBAN PENJUALAN DAN BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI
- 32 -
2010 Rp
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Beban Penjualan 2011 Rp
2010 Rp
Iklan dan promosi Gaji dan kesejahteraan karyawan Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
307,694,641 362,419,686 1,837,566,174
785,007,972 1,220,292,382 1,771,573,353
Jumlah
2,507,680,501
3,776,873,707
Gaji dan kesejahteraan karyawan Representasi Listrik, air dan gas Kebersihan dan keamanan Pajak dan perizinan Perbaikan dan pemeliharaan Jasa profesional Asuransi Transportasi Telepon, teleks dan faksimili Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
16,802,339,904 5,807,639,322 7,853,525,637 2,003,863,042 4,354,925,327 4,055,497,405 263,183,992 883,515,367 659,859,655 324,004,223 2,242,575,838
14,193,387,505 5,381,347,400 4,506,759,496 755,033,457 2,336,546,435 2,105,425,980 801,828,429 984,185,848 514,143,154 336,095,511 2,915,241,096
Jumlah
45,250,929,712
34,829,994,311
Beban Umum dan Administrasi
29. BEBAN KEUANGAN 2011 Rp Beban bunga
2,002,881,365
30. PAJAK PENGHASILAN Beban (manfaat) pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari: 2011 Rp
2010 Rp
Pajak kini Penghasilan final Penghasilan non final
10,179,706,503 2,442,498,353
12,112,469,824 2,782,760,530
Jumlah
12,622,204,856
14,895,230,354
Pajak Kini
- 33 -
2010 Rp 5,440,995,407
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
Pajak Penghasilan Final Merupakan pajak penghasilan final anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut: Beban pajak penghasilan final:
2011
LAL AIL AS MBS GMS PLB Jumlah
4,411,505,433 3,582,766,020 894,563,198 1,243,459,852 47,412,000 10,179,706,503
2010
4,810,796,894 3,428,800,568 802,753,207 1,925,000,000 19,522,955 1,125,596,200 12,112,469,824
Hutang pajak penghasilan final :
2011 Rp GMS AIL PLB AS LAL GH IPP
1,765,172,869 576,210,982 523,304,398 263,354,957 (37,500) 5,186,614
Jumlah
3,133,192,320
2010 Rp 6,000,000,000 1,861,838,652 393,503,663 526,294,338 9,509,510 5,176,500 8,796,322,663
Pajak Penghasilan Non Final Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan rugi fiskal Perusahaan adalah sebagai berikut:
- 34 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
2011 Rp
2010 Rp
Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi Laba sebelum pajak anak perusahaan
20,487,206,781 34,105,586,330
55,600,680,649 70,470,848,525
Rugi sebelum pajak - Perusahaan
(13,618,379,549)
(14,870,167,876)
Perbedaan yang tidak dapat diperhitungkan menurut fiskal: Perjamuan dan sumbangan Penghasilan bunga
809,774,258 (85,370,803)
175,106,598 (159,294,931)
Jumlah
724,403,455
15,811,667
Rugi fiskal Perusahaan tahun berjalan Akumulasi rugi fiskal tahun sebelumnya setelah disesuaikan dengan SKP
(12,893,976,094)
(14,854,356,209)
(63,612,460,488)
(45,883,017,984)
Rugi fiskal Perusahaan
(76,506,436,582)
(60,737,374,193)
Rugi dan semua perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tidak diakui aset pajak tangguhannya oleh Perusahaan karena manajemen tidak memiliki dasar yang memadai bahwa rugi fiskal dan perbedaan temporer tersebut dapat mengurangi laba kena pajak pada masa mendatang. Beban dan hutang pajak non final merupakan milik anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut:
Beban pajak penghasilan non final:
2011 Rp
2010 Rp
GH GMMS
1,480,435,591 962,062,762
1,798,595,920 984,164,610
Jumlah
2,442,498,353
2,782,760,530
- 35 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Hutang pajak penghasilan non final :
2011 Rp
2010 Rp
GH GMMS AS
1,480,435,591 962,062,762
2,470,982,129 1,308,103,209 25,670,905
Jumlah
2,442,498,353
3,804,756,243
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 243/PMK.03/2008 tentang pelaksanaan pembayaran pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, seluruh penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan pajak penghasilan final. Peraturan ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009 sehingga seluruh aset pajak tangguhan GMS dan AIL dibebankan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 Perusahaan juga membebankan aset pajak tangguhan sebesar Rp 1.457.102.504 karena diperkirakan tidak dapat digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan tahun-tahun mendatang. Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 tahun 2008 pengganti UU pajak No. 7/1983, tarif pajak badan adalah sebesar 28% yang berlaku efektif 1 Januari 2009 dan sebesar 25% yang berlaku efektif 1 Januari 2010. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disesuaikan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode ketika aset direalisasikan dan kewajiban diselesaikan berdasarkan tarif pajak yang akan ditetapkan.
- 36 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Rekonsiliasi antara beban pajak dan hasil perkalian laba akuntansi sebelum pajak dengan tarif pajak yang berlaku adalah sebagai berikut:
2011 Rp
2010 Rp
Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi Laba sebelum pajak anak perusahaan
20,487,206,781 34,105,586,330
55,600,680,649 70,470,848,525
Rugi sebelum pajak Perusahaan
(13,618,379,549)
(14,870,167,876)
Manfaat pajak sesuai tarif pajak yang berlaku Dampak pajak atas perbedaan yang tidak dapat diperhitungkan menurut fiskal Dampak pajak atas kerugian fiskal yang tidak dapat dimanfaatkan dimasa mendatang
(3,404,594,887)
(3,717,541,969)
181,100,864
3,952,917
3,223,494,023
3,713,589,052
Beban pajak Perusahaan Beban pajak anak perusahaan
12,622,204,856
14,895,230,354
Jumlah Beban Pajak
12,622,204,856
14,895,230,354
31. IMBALAN PASCA KERJA Perusahaan dan anak perusahaan menghitung dan membukukan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang Undang Ketenagakerjaan No.13/2003. Perhitungan imbalan pasca kerja tahun 2010 dihitung oleh aktuaris independen PT Mitra Jasa Prima. Asumsi utama yang digunakan dalam menentukan penilaian aktuarial adalah sebagai berikut: Tingkat diskonto per tahun Tingkat kenaikan gaji per tahun Usia pensiun normal
: : :
10 % untuk tahun 2010 10% pada tahun 2010 55 tahun
32. LABA BERSIH PER SAHAM DASAR Berikut ini adalah data yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan laba bersih per saham dasar:
- 37 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 2011 Rp Laba bersih
2010 Rp
7,865,001,925 Lembar
Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar
40,705,450,296 Lembar
1,745,000,000
1,745,000,000
Pada tanggal neraca, Perusahaan tidak memiliki efek yang berpotensi saham biasa yang dilutif.
33. INFORMASI SEGMEN Segmen Usaha Perusahaan dan anak perusahaan pada saat ini melakukan kegiatan usaha sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Penyewaan ruang perkantoran. Penyewaan ruang pertokoan. Penyewaan dan penjualan apartemen. Hotel. Penjualan perumahan.
Manajemen menyajikan informasi segmen usaha dalam 5 (lima) kelompok segmen sesuai dengan kegiatan usahanya tersebut. 2011 Penyewaan ruang perkantoran Rp'000
Penyewaan ruang pertokoan Rp'000
Penyewaan dan penjualan apartemen Rp'000
Hotel Rp'000
PENDAPATAN Pendapatan ekstern Pendapatan antar segmen
11,602,488 839,695
45,050,816
Jumlah pendapatan
12,442,183
45,050,816
61,994,066
68,337,272
(11,196,386)
13,926,499
13,651,238
8,916,038
HASIL Hasil segmen Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Keuntungan penjualan aset tetap dan properti investasi Penghasilan bunga Beban keuangan Laba bersih prsh asosiasi Lain-lain - bersih Beban pajak
22,233 285,250 167,441
(3,645,250) -
61,994,066
(1,336) 86,260 196,391
120,265
195,642 419,909
(8,379,688)
Penjualan perumahan Rp'000
Jumlah Rp'000
68,337,272
(2,597,207)
1,668,410
245,720 (2,000,548) 7,143
854,539 (2,333) 991
Eliminasi Rp'000
186,984,642 839,695
(839,695)
186,984,642 -
187,824,337
(839,695)
186,984,642
22,700,182
14,025
22,714,207
1,689,307 567,152 1,884,000 (2,002,881) (11,896,539) -
3,086,065 4,445,895 -
LABA BERSIH INFORMASI LAINNYA Aset segmen
Konsolidasi Rp'000
1,689,307 567,152 1,884,000 (2,002,881) 3,086,065 (7,450,644) (12,622,204) 7,865,002
780,439,769
101,161,811
299,512,704
326,251,427
291,518,143
1,798,883,854
(1,057,014,934)
741,868,920
Kewajiban segmen Kewajiban yang tidak dapat dialokasikan
4,805,826
11,018,476
60,012,758
117,013,608
132,892,453
325,743,121
(45,931,226)
279,811,895
Jumlah kewajiban konsolidasi
4,805,826
11,018,476
60,012,758
117,013,608
132,892,453
325,743,121
49,925,480 329,737,375
-
- 38 -
-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 2010 Penyewaan ruang perkantoran Rp'000
Penyewaan ruang pertokoan Rp'000
Penyewaan dan penjualan apartemen Rp'000
Hotel Rp'000
PENDAPATAN Pendapatan ekstern Pendapatan antar segmen
10,468,268 810,836
42,739,536
Jumlah pendapatan
11,279,104
42,739,536
70,182,126
63,222,924
HASIL Hasil segmen
(11,706,115)
17,570,889
21,009,269
12,151,214
63,071
(2,160)
(121,901)
4,611,665
(365,877) 287,417 93,266
89,250 107,657 (2,579,334) 41,654
Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Keuntungan penjualan aset tetap dan properti investasi Penghasilan bunga Beban keuangan Lain-lain - bersih Beban pajak
257,667 243,999 (1,036,972) 4,705 -
110,303 172,231
70,182,126
63,222,924
Penjualan perumahan Rp'000 40,452,295
Jumlah Rp'000
Eliminasi Rp'000
227,065,149 810,836
(810,836)
227,065,149 -
40,452,295
227,875,985
(810,836)
227,065,149
15,846,967
54,872,224
14,025
54,886,249
384,106 (1,824,689)
4,550,675 (18,960) 1,133,482 (5,440,995) 311,856 -
-
4,550,675
-
(18,960) 1,133,482 (5,440,995) 490,230 (14,895,230)
178,374 -
LABA BERSIH INFORMASI LAINNYA Aset segmen
Konsolidasi Rp'000
40,705,451
729,698,418
104,202,726
292,150,227
329,461,925
301,536,842
1,757,050,138
(980,476,037)
776,574,101
Kewajiban segmen Kewajiban yang tidak dapat dialokasikan
35,400,720
4,792,118
57,936,883
107,722,764
175,040,595
380,893,080
(41,492,203)
339,400,877
Jumlah kewajiban konsolidasi
35,400,720
4,792,118
57,936,883
107,722,764
175,040,595
380,893,080
95,251,150 434,652,027
Segmen Geografis Perusahaan dan anak perusahaan beroperasi di tiga wilayah geografis, yaitu di Jakarta, Bandung dan Surabaya. 2011 2010 Rp'000 Rp'000 Pendapatan usaha Jakarta Surabaya Bandung
149,795,287 28,846,268 9,182,782
191,558,922 28,023,043 8,294,020
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi
187,824,337 (839,695)
227,875,985 (810,836)
Jumlah
186,984,642
227,065,149
- 39 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
Nilai tercatat aset segmen 2011 2010 Rp'000 Rp'000 Jakarta Surabaya Bandung Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi Jumlah
Perolehan properti investasi, aset tetap dan aset bangun kelola serah 2011 2010 Rp'000 Rp'000
1,758,690,164 13,908,291 26,285,399
1,723,762,152 9,161,505 24,126,482
9,084,014 583,000 113,228
5,869,571
1,798,883,854 (1,053,928,869)
1,757,050,139 (980,476,038)
9,780,242 -
6,234,822 -
776,574,101
9,780,242
6,234,822
744,954,985
365,251
34. IKATAN a.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan yang diadakan pada tanggal 29 Juni 2010 dan telah diaktakan dengan akta No. 78 tanggal 29 Juni 2009 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., M.H., notaris di Jakarta, para pemegang saham menyetujui penjualan tanah seluas kurang lebih 50 Ha milik GMS, anak perusahaan, kepada PT Gajah Tunggal Tbk (GT) dengan harga Rp 227.750.000.000. Pada tahun 2010, GMS telah mengakui penjualan sebesar Rp 87.986.657.500 (Catatan 26) 2 atas sebagian tanah tersebut seluas 193.165 m , dimana sebesar Rp 76.562.463.853 merupakan realisasi uang muka penjualan tanah yang diterima di tahun 2009 (Catatan 19) dan sisanya diterima tunai. 2
Atas tanah seluas 306.835 m telah dilakukan pengikatan antara GMS dan GT dengan akta pengikatan jual beli dan kuasa No. 59 tanggal 29 Desember 2010, dibuat dihadapan Hilda Yulistiawati, S.H., Notaris di Tangerang, dengan nilai transaksi sebesar Rp. 139.763.342.500 dimana:
Pembayaran pertama sebesar Rp. 120.000.000.000 dilakukan melalui pelunasan hutang GMS kepada GT sebesar Rp. 87.190.000.000 (Catatan 16) dan sisanya diterima tunai. Pembayaran pertama ini masih dicatat dalam akun uang muka penjualan (Catatan 19).
Pembayaran kedua sebesar Rp. 19.763.342.500 akan dilakukan pada saat sertifikat telah selesai dan/atau pada saat dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
b.
Berdasarkan perjanjian Kerjasama Pembangunan/Peremajaan dan Pengembangan Terminal Blok M Jakarta tanggal 14 Mei 1990 antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL dan Berita Acara Serah Terima atas Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL, Pemerintah DKI Jakarta setuju untuk menyerahkan hak pengelolaan atas “Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya” kepada LAL. Hak pengelolaan tersebut diberikan untuk jangka waktu 30 tahun sejak Berita Acara Serah Terima ditandatangani pada tanggal 5 Oktober 1992. Perjanjian kerjasama ini juga mencakup persyaratan tertentu dan risiko atas pelanggaran perjanjian.
c.
GMMS melakukan perjanjian-perjanjian dengan pihak-pihak sebagai berikut:
Accor Asia Pacific Australia Pty. Ltd. (AAPC Australia Pty. Ltd.) Perjanjian mengenai “Tradename and Trademark Licence Agreement” atas penggunaan nama Novotel, dengan pembayaran jasa royalti sebesar 2,75% dari pendapatan hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, disetujui bahwa mulai 1 Januari 1999 pembayaran jasa - 40 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) royalti adalah sebesar 2,33% dari pendapatan hotel. Berdasarkan surat manajemen AAPC Australia Pty. Ltd., tertanggal 9 Pebruari 2000, seluruh kewajiban pembayaran jasa royalti tersebut telah dialihkan oleh AAPC Australia Pty. Ltd. kepada PT AAPC Indonesia. PT AAPC Indonesia (AAPC)
Setiap 3 bulan, GMMS membayar kepada AAPC jasa pendukung pemasaran sebesar US$ 7 per kamar.
GMMS juga dalam tahap akhir penyelesaian perjanjian konsultasi manajemen dengan AAPC dimana AAPC akan menyediakan jasa manajemen untuk membantu pengoperasian hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, tarif insentif disetujui sebagai berikut: Bila laba kotor < 35% dari total pendapatan Bila laba kotor > 35% < 45% dari total pendapatan Bila laba kotor > 45% dari total pendapatan
5% 6% 7%
35. KONTINJENSI a.
Perkara AlL Melawan SW Pada tahun 1999, terjadi perselisihan antara AIL dengan PT. SAE-Waskita Karya (SW) yang disebabkan SW sebagai kontraktor utama yang ditunjuk Perusahaan untuk membangun Apartemen Puri Casablanca yang terletak di Jl. Casablanca Kav.7, Jakarta, tidak dapat menyelesaikan proyek pada waktu yang ditetapkan. Atas sengketa tersebut ditempuh upaya penyelesaiannya melalui arbitrase, namun pemeriksaan arbitrase mengenai perkara ini tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada kesepakatan mengenai panel arbitrase yang berwenang memeriksa perkara sehingga terjadi saling gugat antara AIL dengan SW di pengadilan untuk menetapkan panel arbitrase yang sah untuk memeriksa perkara tersebut. Pada tanggal 2 Pebruari 2000, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, mengeluarkan Penetapan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Jkt.Sel. yang menetapkan panel arbitrase pilihan AIL dan SW. Namun demikian, Soelistio, S.H., arbiter pilihan SW tidak mematuhi Penetapan No.14 tersebut, dengan membentuk arbiter tunggal, yaitu dirinya sendiri, dan memutus sendiri perkara antara AIL dan SW dengan isi putusan yang mengharuskan AIL membayar ganti rugi kepada SW sebesar Rp 61.000.000.000, berikut biaya bunganya. Putusan arbiter tunggal ini dimohonkan pelaksanaan eksekusinya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang ditetapkan dalam Penetapan No. 06/Eks.Arb/2000/PN.Jkt.Sel. Atas pelaksanaan eksekusi tersebut, AIL melakukan perlawanan hukum yang dicatat dalam register perkara No. 282/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Sel. Pada tanggal 23 Maret 2001, majelis hakim memenangkan perlawanan AIL, yang inti isi putusannya adalah menyatakan prosedur pembentukan arbiter tunggal oleh Soelistio, S.H., tidak berdasarkan hukum, menyatakan putusan arbitrase tunggal tanggal 21 Desember 1999 tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum, serta menyatakan penetapan No.06/Eks.Arb/2000/PN.Jkt.Sel beserta penetapan lanjutannya tidak mempunyai kekuatan hukum, karenanya tidak dapat dilaksanakan. Putusan Pengadilan Tinggi No. 328/Pdt/2001/PT.DKI, tanggal 29 Nopember 2001, yang dimohonkan oleh SW, menguatkan isi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, namun dinyatakan tidak dapat diterima di tingkat kasasi, dalam registrasi perkara No. 2773 K/Pdt/2002 dan ditolak permohonan peninjauan kembalinya dalam tingkat peninjauan kembali, sebagaimana dinyatakan dalam perkara No. 229 PK/Pdt/2005, tgl. 19 Mei 2004. Pada tahun 2004, AIL mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap SW terdaftar dalam register perkara No. 832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel. Putusan Provisi perkara No.832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel, tanggal 19 Januari 2005 menyatakan menangguhkan - 41 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) berlakunya putusan arbiter tunggal tanggal 21 Desember 1999, sampai putusan ini berkekuatan hukum tetap. Putusan perkara No.832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel, tanggal 2 Agustus 2005, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, memenangkan gugatan AIL, yang pada intinya menyatakan SW melakukan perbuatan melawan hukum terhadap AIL, menghukum SW membayar ganti kerugian pada AIL sebesar Rp 61.193.249.342 sebagai akibat dihukum dalam putusan arbitrase tunggal, menghukum SW membayar ganti kerugian kepada AIL tagihan yang belum terbayarkan sebesar Rp.22.288.859.804 karena dibuatnya putusan arbiter tunggal secara melawan hukum dan membayar ganti rugi sebesar Rp 5.000.000.000. Pada tanggal 25 Agustus 2006 Pengadilan Tinggi dengan putusannya No. 183/Pdt/2006/PT.DKI menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan , kecuali untuk kerugian immaterial dan lainnya, yang hanya disetujui Rp 3.000.000.000. Selanjutnya berdasarkan putusan kasasi, No. 300 K/Pdt/2007, tanggal 23 Februari 2008, yang diterima AIL pada tanggal 31 Maret 2009, dan putusan peninjauan kembali No. 46 PK/Pdt/2010, tanggal 27 Oktober 2010, permohonan kasasi dan peninjauan kembali pihak SW ditolak. b.
Perkara Perdata Melawan BNP – LIPPO Perkara perdata ini merupakan akibat SW tidak menyelesaikan proyek dengan tepat waktu (butir a), dimana BNP – LIPPO merupakan penjamin atas pelaksanaan proyek milik AIL dengan memberikan Surat Jaminan (Performance Bond) No. BG/0049/SC/94 senilai Rp 14.620.139.302 pada tanggal 25 Nopember 1994. Karena ketidakmampuan SW untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu, AIL melakukan klaim atas pencairan surat jaminan tersebut, tetapi pihak BNP-LIPPO menolak untuk mencairkan jaminan sehingga akhirnya AIL melalui kuasa hukumnya, Yan Apul, S.H., mengajukan gugat perdata mengenai wanprestasi kepada BNP-LIPPO dan meminta agar BNP-LIPPO membayar kerugian kepada AIL. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri No. 607/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Pst, tanggal 21 Pebruari 2000, memutuskan bahwa mereka tidak berwenang mengadili perkara tersebut tetapi Pengadilan Tinggi, berdasarkan putusan No. 351/Pdt/2000/PT.DKI tanggal 8 Nopember 2000, menetapkan berwenang mengadili perkara tersebut. Selanjutnya tanggal 9 Maret 2004 telah diterima putusan kasasi, No. 2287 K/Pdt/2001, tanggal 31 Juli 2003, dari Mahkamah Agung yang menyatakan menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI. Ini berarti pengadilan Negeri Jakarta Pusat harus mengadili sengketa ini. Namun sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan ini, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat belum mengadili kembali sengketa ini.
36. ASET DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing sebagai berikut:
- 42 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
Mata Uang asing Aset Kas dan setara kas
USD SGD
287,372 1,034
Jumlah aset Kewajiban Hutang usaha kepada pihak ketiga Biaya yang masih harus dibayar Uang jaminan penyewa Hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo
2011 Ekuivalen Rp
2,535,484,568 7,030,122
Mata Uang asing
310,373 1,050
2,542,514,690
2010 Ekuivalen Rp
2,819,114,247 6,808,036 2,825,922,283
USD USD USD
57,866 6,494,426 132,377
510,551,718 57,300,317,245 1,167,957,860
57,866 6,242,526 132,377
525,596,878 54,786,182,427 1,202,375,749
USD
3,733,367
32,939,497,041
3,733,367
33,566,699,730
Jumlah kewajiban
91,918,323,864
90,080,854,784
Kewajiban - bersih
89,375,809,174
87,254,932,501
Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, kurs konversi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: 2011 2010 Rp Rp Mata uang asing USD 1 8,823 8,991 SGD 1 6,796 6,981 37. INSTRUMEN KEUANGAN, MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN DAN RISIKO MODAL a.
Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan Perusahaan dan anak perusahaan adalah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan yang memadai tersedia untuk operasi dan pengembangan bisnis, serta untuk mengelola risiko mata uang asing, tingkat bunga, kredit dan risiko likuiditas. Perusahaan dan anak perusahaan beroperasi dengan pedoman yang telah ditentukan oleh Dewan Direksi. i.
Manajemen risiko mata uang asing Perusahaan dan anak perusahaan terekspos terhadap pengaruh fluktuasi nilai tukar mata uang asing terutama dikarenakan pinjaman yang didenominasi dalam mata uang asing. Kebijakan manajemen risiko nilai tukar mata uang asing antara lain dengan cara mengambil pinjaman baru dalam mata uang Rupiah. Selain itu, Perusahaan dan anak perusahaan berupaya mengurangi saldo pinjaman dalam mata uang asing dengan berusaha merestrukturisasi pinjaman yang ada antara lain dengan mengubah pinjaman mata uang asing kedalam Rupiah, meminta pengurangan yang diakibatkan karena fluktuasi nilai tukar mata uang, penyelesaian pinjaman dengan aset, dan penyelesaian pinjaman dengan kas Perusahaan dan anak perusahaan. Jumlah eksposur mata uang asing bersih Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal neraca diungkapkan dalam Catatan 36.
ii.
Manajemen risiko tingkat bunga Perusahaan dan anak perusahaan juga terekspos terhadap dampak perubahan tingkat bunga akibat adanya dampat perubahan terhadap tingkat bunga deposito bank dan pinjaman.
- 43 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Untuk mengelola risiko tingkat bunga atas pendapatan bunga, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan penempatan dana kas yang tersedia kedalam deposito dengan memperhitungkan tingkat bunga pasar yang berlaku dan kondisi perekonomian nasional. Sementara dalam mengelola risiko tingkat bunga atas beban bunga Perusahaan dan anak perusahaan memiliki kebijakan melakukan keseimbangan yang optimal dalam memilih sumber pembiayaan dengan tingkat bunga tetap atau mengambang yang ditetapkan dimuka. Persetujuan dari Dewan komisaris harus diperoleh sebelum Perusahaan dan anak perusahaan menggunakan sumber pembiayaan dari pihak ketiga. iii.
Manajemen risiko kredit Risiko kredit mengacu pada risiko baik institutsi keuangan maupun pelanggan gagal dalam memenuhi kewajiban kontraktualnya yang mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan dan anak perusahaan. Risiko kredit Perusahaan dan anak perusahaan terutama melekat pada rekening bank, pinjaman piutang kepada pihak hubungan istimewa dan piutang usaha. Kebijakan manajemen risiko kredit dilakukan dengan menempatkan saldo bank pada institusi keuangan yang layak serta terpercaya, melakukan pengawasan kolektibilitas piutang sehingga dapat diterima penagihannya secara tepat waktu dan melakukan penelahaan atas masing-masing piutang pelanggan secara berkala untuk menilai potensi timbulnya kegagalan penagihan. Selain itu, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan sistim pendapatan diterima dimuka untuk meminimalisasi risiko kredit. Nilai tercatat aset keuangan pada laporan keuangan konsolidasi setelah dikurangi dengan penyisihan untuk kerugian mencerminkan eksposur Perusahaan dan anak perusahaan terhadap risiko kredit.
iv.
Manajemen risiko likuiditas Sumber utama likuiditas sesuai dengan bidang usaha perusahaan dan anak perusahaan berasal dari kas hasil operasional perusahaan dan anak perusahaan. Kas tersebut dapat berupa hasil sewa menyewa, penjualan produk perusahaan maupun jual beli aset yang dinilai cukup menguntungkan bagi perusahaan. Kebijakan manajemen risiko likuiditas dilakukan dengan menjaga kecukupan dana, dengan terus menerus memonitor perkiraan dan arus kas aktual serta dengan mencocokkan profil jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan. Memanfaatkan kas yang ada dalam masing-masing perusahaan yang belum dimanfaatkan dengan melakukan kerjasama strategis dalam bentuk transaksi pinjam meminjam perusahaan dan anak perusahaan
b.
Nilai wajar instrumen keuangan Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat aset dan kewajiban keuangan yang dicatat sebesar biaya perolehan diamortisasi dalam laporan keuangan konsolidasi mendekati nilai wajarnya karena akan jatuh tempo dalam jangka pendek atau memiliki tingkat suku bunga pasar.
38. PENERAPAN PERNYATAAN DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN REVISI (PSAK DAN ISAK) a. Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan
Pada tahun berjalan, Perusahaan menerapkan PSAK revisi berikut ini yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011:
- 44 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 SERTA UNTUK TAHUN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
b.
PSAK 1 (revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan PSAK 2 (revisi 2009), Laporan Arus Kas PSAK 3 (revisi 2010), Laporan Keuangan Interim PSAK 4 (revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri PSAK 5 (revisi 2009), Segmen Operasi PSAK 7 (revisi 2010): Pengungkapan pihak-pihak berelasi PSAK 8 (revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan PSAK 12 (revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama PSAK 15 (revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan PSAK 25 (revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 48 (revisi 2009), Penurunan Nilai Aset PSAK 57 (revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan ISAK 7 (revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer ISAK 14, Aset Tak Berwujud – Biaya Situs Web ISAK 17, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
Standar dan interpretasi telah diterbitkan tapi belum diterapkan i.
Efektif untuk periodeyang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012:
PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing PSAK 18 (revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja PSAK 34 (revisi 2010), Kontrak Konstruksi PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan PSAK 50 (revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 53 (revisi 2010),Pembayaran Berbasis Saham PSAK 60, Instrumen Keuangan: Pengungkapan PSAK 61, Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah ISAK 13, Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri ISAK 15, Batas Aset Manfaat Pasti, Persyaratan Minimum dan Interaksinya ISAK 18, Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi ISAK 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya.
Standar dan interpretasi baru/revisi ini merupakan hasil konvergensi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards).
- 45 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR I: INFORMASI LAPORAN POSISI KEUANGAN TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN 30 SEPTEMBER 2011 DAN 31 DESEMBER 2010 2011 Rp
2010 Rp
ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang lain-lain kepada pihak ketiga Pajak dibayar di muka Piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Biaya dibayar di muka
1,240,680,584 173,972,625 4,928,808 288,036,194 22,217,300,000 876,652,477
1,059,286,422 3,157,567,306 4,428,808 292,907,163 6,903,300,000 274,108,924
Jumlah Aset Lancar
24,801,570,688
11,691,598,623
ASET TIDAK LANCAR Investasi saham Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Aset lain-lain
611,957,414,951 1,343,829,740 57,395,279
578,991,371,477 2,127,490,307 42,860,000
Jumlah Aset Tidak Lancar
613,358,639,970
581,161,721,784
JUMLAH ASET
638,160,210,658
592,853,320,407
LIABILITAS JANGKA PENDEK Hutang lain-lain kepada pihak ketiga Hutang pajak Biaya yang masih harus dibayar
116,613,497 230,478,719 14,699,433
116,613,498 279,745,172 176,742,655
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
361,791,649
573,101,325
LIABILITAS JANGKA PANJANG Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Kewajiban imbalan pasca kerja
105,663,116,000 8,690,074,219
69,063,116,000 7,636,876,218
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
114,353,190,219
76,699,992,218
SELISIH LEBIH AKUMULASI RUGI ANAK PERUSAHAAN ATAS BIAYA PEROLEHAN INVESTASI DALAM BENTUK SAHAM
108,227,619,231
108,227,619,231
745,000,000,000 36,750,000,000 (366,532,390,441)
745,000,000,000 36,750,000,000 (374,397,392,367)
Jumlah Ekuitas
415,217,609,559
407,352,607,633
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
638,160,210,658
592,853,320,407
LIABILITAS DAN EKUITAS
EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 1.000 per saham untuk saham Seri A dan Rp 200 per saham untuk saham Seri B Modal dasar - 495.000.000 saham Seri A dan 7.025.000.000 saham Seri B Modal ditempatkan dan disetor - 495.000.000 saham Seri A dan 1.250.000.000 saham Seri B Agio saham Defisit
- 46 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR II: INFORMASI LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN UNTUK PERIODE 9 BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 2011 Rp
2010 Rp
PENDAPATAN USAHA
-
-
BEBAN POKOK PENJUALAN
-
-
LABA KOTOR
-
-
BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Penghasilan bunga Laba penjualan aset tetap Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Lain-lain - bersih BAGIAN LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK
(14,398,076,217) 85,370,804 84,250,000 (5,935) 610,081,799
(14,119,263,017) (877,677,283) 126,666,667 59,789 46,234
21,483,381,474
55,575,618,171
7,865,001,925
40,705,450,561
-
-
LABA BERSIH
7,865,001,925
40,705,450,561
LABA (RUGI) PERIODE BERJALAN
7,865,001,925
40,705,450,561
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAINNYA
-
JUMLAH LABA (RUGI) KOMPREHENSIF LABA YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA Pemilik Entitas Induk Kepentingan nonpengendali LABA KOMPREHENSIF YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA Pemilik Entitas Induk Kepentingan nonpengendali
LABA PER SAHAM (dalam rupiah)
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
- 47 -
-
7,865,001,925
40,705,450,561
7,865,001,925 7,865,001,925
40,705,450,561 40,705,450,561
7,865,001,925 7,865,001,925
40,705,450,561 40,705,450,561
5
23
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR III: INFORMASI LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN UNTUK PERIODE 6 BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 Modal disetor Rp Saldo per 1 Januari 2010 Laba bersih tahun berjalan
745,000,000,000
Agio saham Rp
Defisit Rp
Jumlah ekuitas Rp
36,750,000,000
(480,470,354,257)
301,279,645,743
-
40,705,450,561
40,705,450,561
-
Saldo per 30 September 2010
745,000,000,000
36,750,000,000
(439,764,903,696)
341,985,096,304
Saldo per 1 Januari 2011
745,000,000,000
36,750,000,000
(374,397,392,367)
407,352,607,633
Laba bersih tahun berjalan Saldo per 30 September 2011
745,000,000,000
36,750,000,000
- 48 -
7,865,001,925 (366,532,390,442)
7,865,001,925 415,217,609,558
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR IV: INFORMASI LAPORAN ARUS KAS TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN UNTUK PERIODE 9 BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 2011 Rp
2010 Rp
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok Kas digunakan untuk operasi Pembayaran beban admintrasi dan umum Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan
(12,581,607,100) (30,684,446)
(10,981,308,285) (1,088,888,885) (33,425,232)
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Operasi
(12,612,291,546)
(12,103,622,402)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan bunga Penerimaan dividen dari anak perusahaan Penambahan investasi sementara Penambahan investasi saham Hasil penjualan aset tetap Perolehan aset tetap
3,000,000,000 (31,779,930,000) 80,000,000 (89,554,650)
(5,000,000,000) (5,500,000,000) 272,500,000 (111,265,600)
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Investasi
(28,789,484,650)
(10,338,765,600)
21,286,000,000 20,297,268,000
4,600,000,000 31,573,500,000 (10,000,000,000)
41,583,268,000
26,173,500,000
181,491,804
3,731,111,998
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN Pengaruh perubahan kurs mata uang asing
1,059,286,423 (97,642)
1,408,691,440 (140,025)
KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE
1,240,680,585
5,139,663,413
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Kenaikan (Penurunan) hutang/piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa - bersih Penerimaan dividen Pelunasan hutang pihak ketiga
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS
- 49 -
P T I NDO NE S I A P RI M AP RO PER T Y TbK Jl.Jend.sudirman Kav34 . Jakafta1a22o . phone: (021)573432j (hlnrins) Fax (021)5700635
SURATPERNYATMNDIREKSI TENTANG UNTUK KEUANGAN TANGGUNG IAWABATASLAPORAN 3OSEPTEMBER 2011 PERIODE YANGBERAKHIR TbK DANANAK PERUSAHAAN PT INDONESIAPRIMAPROPERTY I o'r'yorg ber_ordolongondioowohi1i l.
: HUS NI A I I wismo SudirmonLt. I l, Jl.Jend-SudirmonKov.34,Jokorto 10220 .ll.KemongDqlomVlll/G.4.RT.005Rw.0o3 Mompong Propolon, Jokorlo Selolon p2tl5734321 PresidenDireklur
Nomo Alomol konlor Alomot domisilisesuoiKTP otou korlu idenlilos loin NomorTelepon Job,olon
NG HAKER TARSON WismoSudirmonLt. I l Jl.Jend.sudkmonKov.34,Jokorto10220 JI.Kelopo CengkirBoroi lV FKl/4 RT.005 RW.0lI Kelopo Goding, Jokorto Utoro l02t ) 5734321 Di(ektur
2. Nomo Alomot kontor Alomot domisilisesuoiKTP otou kortuidenlilos loin NomorTelepon
Menyotokon bohwo : l. Bertonggungjowob olos penyusunondon penyojion loporon keuongon konsolidosi lombohon; don informosi 2. Loporon keuongon konsolidosidon iniormosilombqhon teloh disusundon disoiikon sesuojdengon prjnsjpokunlorujyong berjoku umum; 3. o. Semuo informosidolom loporon keuongon konsolidosidon informositomlrohon teloh dimuoi secoro lengkop don benor; b. Loporon keuongon konsolidosidon informosi tombohon tidok mengondung informosi olou foklo moteriol yong tidok benor, don lidok menghilongkon informosiotou foklo moleriol; 4. Bertonggungjowob olos sistempengendolion inlem dolom Perusohoondon onok perusohoon. Demikionpernyoloon ini dibuot dengon sebenornyo. Jokorto,28 Oklober 201I PresidenDirekiur
Atl HUst'fl
ID irektLJr
NG HAKERLARSON