PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN INFORMASI TAMBAHAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN DAFTAR ISI
Halaman SURAT PERNYATAAN DIREKSI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
1
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Neraca Konsolidasi
2
Laporan Laba Rugi Konsolidasi
4
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi
5
Laporan Arus Kas Konsolidasi
6
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi
7
INFORMASI TAMBAHAN Daftar I
: Informasi Neraca Tersendiri Induk Perusahaan
48
Daftar II
: Informasi Laporan Laba Rugi Tersendiri Induk Perusahaan
49
Daftar III
: Informasi Laporan Perubahan Ekuitas Tersendiri Induk Perusahaan
50
Daftar IV
: Informasi Laporan Arus Kas Tersendiri Induk Perusahaan
51
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 Catatan
2010 Rp
2009 Rp
ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha kepada pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 1.798.164.123 tahun 2010 dan Rp 957.010.311 tahun 2009 Piutang lain-lain kepada pihak ketiga Persediaan Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka
2i,3 2f,4
76.946.892.803 7.279.116.443
31.670.103.723 4.319.381
2f,5 2f,6 2k,7 2w,8 2l
26.783.671.922 5.628.554.360 1.912.745.418 7.621.548.858 2.731.681.307
12.439.986.939 6.168.856.773 1.675.838.338 6.039.961.028 1.651.996.988
128.904.211.111
59.651.063.170
2m,9 2j,10 2w,30
277.118.780.212 49.158.848.800 896.026.470
311.261.009.709 49.158.848.800 493.258.711
2n,2p,11
129.905.302.345
129.006.771.247
2o,2p,12
131.580.142.110
144.291.499.718
2q,13 2r,12 14
28.833.696.017 3.534.846.617 17.589.678.487
31.273.905.468 3.818.638.566 15.911.374.104
Jumlah Aset Tidak Lancar
638.617.321.058
685.215.306.323
JUMLAH ASET
767.521.532.169
744.866.369.493
Jumlah Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Aset real estat Investasi saham Aset pajak tangguhan - bersih Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 16.349.909.607 tahun 2010 dan Rp 15.439.384.581 tahun 2009 Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 193.401.154.404 tahun 2010 dan Rp 178.540.339.001 tahun 2009 Aset bangun kelola serah - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp 41.006.071.324 tahun 2010 dan Rp 38.406.740.873 tahun 2009 Beban tangguhan - hak atas tanah Aset lain-lain
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-2-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)
Catatan
2010 Rp
2009 Rp
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha kepada pihak ketiga Hutang lain-lain kepada pihak ketiga Hutang pajak Biaya yang masih harus dibayar Pendapatan diterima di muka dan uang muka penjualan Hutang Bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo Kewajiban sewa pembiayaan jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun Hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun
2g,15 2g,16 2w,17 2s,18 2u,19
5.793.343.637 8.748.101.306 27.815.228.763 70.625.476.077 141.846.641.061
5.113.478.911 123.535.548.575 5.871.347.602 69.437.840.658 98.920.373.798
2g,20
33.566.699.730
35.093.646.698
2p
-
335.929.639
2g,21
-
15.000.000.000
Jumlah Kewajiban Lancar
288.395.490.574
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Kewajiban sewa pembiayaan jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Uang jaminan penyewa Kewajiban imbalan pasca kerja Goodwill negatif
2p 2g,21 2g,22 2v,31 2b,23
-
353.308.165.881
259.907.797
25.996.257.474 12.164.835.157 29.518.284.264 4.094.057.067
50.162.685.233 11.682.890.828 23.829.632.757 4.343.441.254
71.773.433.962
90.278.557.869
745.000.000.000 36.750.000.000 (374.397.392.367)
745.000.000.000 36.750.000.000 (480.470.354.257)
Jumlah Ekuitas
407.352.607.633
301.279.645.743
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
767.521.532.169
744.866.369.493
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 1.000 per saham untuk saham Seri A dan Rp 200 per saham untuk saham Seri B Modal dasar - 495.000.000 saham Seri A dan 7.025.000.000 saham Seri B Modal ditempatkan dan disetor - 495.000.000 saham Seri A dan 1.250.000.000 saham Seri B Agio saham Defisit
2g,24 2g,25
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-3-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 Catatan
2010 Rp
2009 Rp
PENDAPATAN USAHA
2u,26
380.208.336.908
202.367.772.456
BEBAN POKOK PENJUALAN DAN BEBAN LANGSUNG
2u,27
184.314.503.298
116.730.474.662
195.893.833.610
85.637.297.794
6.993.899.080 60.096.385.298
4.705.181.292 54.902.744.078
67.090.284.378
59.607.925.370
128.803.549.232
26.029.372.424
LABA KOTOR BEBAN USAHA Penjualan Umum dan administrasi
2u,28
Jumlah Beban Usaha LABA USAHA PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Keuntungan penjualan aset tetap dan properti investasi Penghasilan bunga Beban keuangan Keuntungan atas potongan hutang Denda pajak Lain-lain - bersih
2u 2d 2n,2o,11,12 2f,2g,29 16 16
Penghasilan Lain-lain - Bersih LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK
2w,30
LABA BERSIH LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
2x,32
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-4-
3.923.142.220 1.572.658.751 2.165.061.679 (6.732.951.721) 452.238.062
35.755.335.462 13.771.270.151 551.141.886 (8.517.325.530) 35.323.173.395 (4.036.045.484) 2.234.834.953
1.380.148.991
75.082.384.833
130.183.698.223
101.111.757.257
(24.110.736.333)
(17.326.800.541)
106.072.961.890
83.784.956.716
60,79
48,01
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASI UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009
Saldo per 1 Januari 2009 Laba bersih tahun berjalan Saldo per 31 Desember 2009 Laba bersih tahun berjalan Saldo per 31 Desember 2010
Modal disetor Rp
Agio saham Rp
745.000.000.000
36.750.000.000
(564.255.310.973)
217.494.689.027
-
-
83.784.956.716
83.784.956.716
745.000.000.000
36.750.000.000
(480.470.354.257)
301.279.645.743
-
-
106.072.961.890
106.072.961.890
745.000.000.000
36.750.000.000
(374.397.392.367)
407.352.607.633
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-5-
Defisit Rp
Jumlah ekuitas Rp
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 2010 Rp ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok
2009 Rp
359.457.448.632 (219.197.920.531)
207.479.918.558 (171.029.051.129)
Kas dihasilkan dari operasi Pembayaran beban keuangan Penerimaan restitusi pajak Pembayaran pajak penghasilan
140.259.528.101 (3.402.987.792) 1.572.642.608 (18.177.512.840)
36.450.867.429 (4.653.979.146) 1.744.341.773 (18.188.422.388)
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi
120.251.670.077
15.352.807.668
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan piutang lain-lain Penerimaan bunga Hasil penjualan aset tetap Hasil penjualan properti investasi Penempatan investasi jangka pendek Perolehan aset tetap Perolehan properti investasi Penambahan aset bangun kelola serah
(28.465.535) 2.165.061.679 2.234.900.802 (7.000.000.000) (5.741.540.764) (438.660.628) (159.121.000)
(63.051.047) 550.904.649 38.170.330.811 790.909.091 (5.796.178.392) (331.985.524) (106.657.877)
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Investasi
(8.967.825.446)
33.214.271.711
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Pembayaran hutang lain-lain kepada pihak ketiga Penambahan hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang Pembayaran hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang Pembayaran kewajiban sewa pembiayaan
(26.222.000.000) (39.106.187.766) (595.837.436)
(13.775.151.088) 19.700.000.000 (38.424.123.829) (668.207.349)
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
(65.924.025.202)
(33.167.482.266)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS
45.359.819.429
15.399.597.113
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN Pengaruh perubahan kurs mata uang asing
31.670.103.723 (83.030.349)
16.386.651.768 (116.145.158)
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN
76.946.892.803
31.670.103.723
76.562.463.853
6.000.000.000 -
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN Aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempengaruhi kas: Realisasi uang muka penjualan aset tetap Realisasi uang muka penjualan aset real estat Aktivitas pendanaan yang tidak mempengaruhi kas: Konversi wesel bayar dan biaya bunga yang masih harus dibayar yang sudah jatuh tempo ke hutang lain-lain kepada pihak ketiga Penurunan hutang bunga atas potongan hutang Kompensasi hutang lain-lain kepada pihak ketiga sebagai pembayaran penjualan
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
-6-
87.190.000.000
113.412.000.000 50.042.173.395 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT 1. UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum PT. Indonesia Prima Property Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 31 tanggal 23 April 1983 dari Sastra Kosasih, S.H., notaris di Surabaya. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-6044-HT.01.01-TH'83 tanggal 5 September 1983 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 19 tanggal 6 Maret 1984, Tambahan No. 241. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 21 tanggal 23 Juli 2008 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., notaris di Jakarta, mengenai penyesuaian anggaran dasar Perusahaan dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-82927.AH.01.02.Th.2008 tanggal 6 Nopember 2008, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 Nopember 2009, Tambahan No. 27681 Tahun 2009. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Wisma Sudirman Lt. 11, Jl. Jendral Sudirman Kav.34, Jakarta. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan anak perusahaan terutama meliputi bidang persewaan perkantoran, pusat perbelanjaan (ruang pertokoan), apartemen, hotel dan pembangunan perumahan beserta segala fasilitasnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan April 1983. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 1.137 karyawan tahun 2010 dan 1.235 karyawan tahun 2009. Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris dan Komisaris Independen Komisaris
:
Boediman Gozali
: :
Komisaris Independen
:
Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Direktur tidak terafiliasi Direktur
: : : :
Drs. H. Lutfi Dahlan Soedibyo Yugi Prayanto Matheus Rukmasaleh Arif Satriyana Husni Ali Chiu Man Sing Njudarsono Yusetijo Ng Haker Larson Sriyanto Muntasram Anna Susanti
Komite Audit Ketua Anggota
: :
Satriyana Bakrin Rintis Didi Fariadi
Gaji dan tunjangan dewan komisaris dan direksi Perusahaan pada tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 11.562.728.500 dan Rp 8.368.306.089.
-7-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) b. Anak Perusahaan Perusahaan memiliki, baik langsung maupun tidak langsung, 100% saham anak perusahaan berikut: Anak Perusahaan Perumahan PT Graha Mitrasantosa (GMS) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan PT Paramita Swadaya (PS) Pemilikan: Tidak langsung, melalui GMS, anak perusahaan Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan Hotel dan Apartemen PT Griyamas Muktisejahtera (GMMS) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan PT Graha Hexindo (GH) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan PT Angkasa Interland (AIL) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan Pusat Perbelanjaan PT Langgeng Ayomlestari (LAL) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui GH, anak perusahaan PT Almakana Sari (AS) Pemilikan tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan GH, anak perusahaan Perkantoran PT Panen Lestari Basuki (PLB) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL , anak perusahaan Lain-lain PT Karya Makmur Unggul (KMU) Pemilikan tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan GH, anak perusahaan PT Mega Buana Sentosa (MBS) Pemilikan tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan GH, anak perusahaan PT Mahadhika Girindra (MG) Pemilikan: Langsung Tidak langsung, melalui LAL, anak perusahaan
Persentase Pemilikan 2010 2009
99,99%
99,99%
0,01%
0,01%
99,92 %
99,92 %
0,08 %
0,08 %
99,91%
99,91%
0,09%
0,09%
99,95%
99,95%
0,05%
0,05%
99,59%
98,96%
0,41%
1,04%
99,99 %
99,99 %
0,002%
0,002%
99,81% 0,19%
96,67%
0,67%
3,33%
99,97% 0,03%
Nama Proyek
Jumlah Aset sebelum eliminasi 31 Desember 2010 Rp
1994
Bukit Tiara (Tangerang)
274.171.154.874
Pra-operasi
Bukit Tiara II (Tangerang)
1.069.405.746
1996
Hotel Novotel (Surabaya)
127.756.375.041
1995
Tropik Apartemen dan Grand Tropic Suites Hotel (Jakarta)
187.637.172.939
Puri Casablanca (Jakarta)
252.556.031.385
Mal Blok M (Jakarta)
84.652.542.976
Plaza Parahyangan (Bandung)
26.134.707.454
Wisma Sudirman (Jakarta)
168.356.181.016
Pra - operasi
-
13.480.237.992
Pra - operasi
-
17.873.714.987
Pra-operasi
-
42.624.480
1995
1993
99,81% 0,19%
99,33%
99,98% 0,02%
Tahun Operasi Komersial
1986
99,98% 0,02%
99,77% 0,03%
99,95%
99,95%
0,05%
0,05%
Kecuali GMMS dan AS yang masing-masing berdomisili di Surabaya dan Bandung, seluruh anak perusahaan berdomisili di Jabotabek.
-8-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) c. Penawaran Umum Efek Perusahaan Pada tanggal 29 Juni 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-1194/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum atas 35.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 22 Agustus 1994 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Pada tanggal 28 Nopember 1996, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-1937/PM/1996 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 360.000.000 saham. Pada tanggal 19 Desember 1996 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta. Pada tanggal 30 Juni 2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, pemegang saham menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor perseroan sebesar 1.250.000.000 saham melalui pengeluaran saham baru tanpa Hak Memesan Efek terlebih dahulu sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4. Pada tanggal 31 Desember 2010, seluruh saham perusahaan atau sejumlah 1.745.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. 2.
KEBIJAKAN AKUNTANSI a.
Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp) dan laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
b.
Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan (dan anak perusahaan). Pengendalian dianggap ada apabila perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investee untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% hak suara. Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akusisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi. Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha (Catatan 2c) dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan.
-9-
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi. c.
Penggabungan Usaha Akuisisi anak perusahaan dicatat dengan menggunakan metode pembelian (purchase method). Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, kewajiban yang terjadi atau yang diasumsikan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai penggantian atas pengendalian dari perolehan ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada penggabungan usaha tersebut. Pada saat akuisisi, aset dan kewajiban anak perusahaan diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi diakui sebagai goodwill. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal akuisisi (diskon atas akuisisi), maka nilai wajar aset non-moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proposional, sampai seluruh selisih tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aset dan kewajiban non moneter tersebut diakui sebagai goodwill negatif, dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan garis lurus selama 20 tahun. Hak pemegang saham minoritas dinyatakan sebesar bagian minoritas dari biaya perolehan historis aset bersih.
d.
Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
e.
Transaksi Hubungan Istimewa Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah: 1) Perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); 2) perusahaan asosiasi; 3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan); 4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan, yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
- 10 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan. Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga, persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi. f.
Aset Keuangan Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar. Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut:
Nilai wajar melalui laporan laba rugi Pinjaman yang diberikan dan piutang
Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL) Aset keuangan diklasifikasi dalam FVTPL, jika aset keuangan sebagai kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL. Aset keuangan diklasifikasi sebagai kelompok diperdagangkan, jika:
diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau merupakan derivatif yang tidak ditetapkan dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:
penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau aset keuangan merupakan bagian dari kelompok aset keuangan atau kewajiban atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi Perusahaan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci; atau merupakan bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK 55 (revisi 2006) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau kewajiban) ditetapkan sebagai FVTPL.
Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 4.
- 11 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Pinjaman yang diberikan dan piutang Piutang pelanggan dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”, yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material. Metode suku bunga efektif Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal. Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain dari instrumen keuangan FVTPL Penurunan nilai aset keuangan Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:
kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan.
Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti piutang, aset yang dinilai tidak akan diturunkan secara individual akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang dapat termasuk pengalaman Perusahaan atas tertagihnya piutang di masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dari rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan default atas piutang. Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Nilai tercatat aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai secara langsung atas aset keuangan, kecuali piutang yang nilai tercatatnya dikurangi melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Jika piutang tidak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan piutang. Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan. Perubahan nilai tercatat akun penyisihan piutang diakui dalam laporan laba rugi.
- 12 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Jika pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laporan laba rugi hingga nilai tercatat investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan. Penghentian pengakuan aset keuangan Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan kewajiban terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima. g.
Kewajiban Keuangan dan Instrumen Ekuitas Klasifikasi sebagai kewajiban atau ekuitas Kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan dan anak perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung. Kewajiban keuangan Hutang usaha dan hutang lain-lain, obligasi dan wesel bayar serta pinjaman lainnya pada awalnya diukur pada nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga diakui berdasarkan metode suku bunga efektif. Selisih antara hasil emisi (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman. Penghentian pengakuan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan menghentikan pengakuan kewajiban keuangan, jika dan hanya jika, kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.
- 13 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) h.
Penggunaan Estimasi Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.
i.
Kas dan Setara Kas Untuk tujuan pelaporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.
j.
Investasi Saham Investasi dalam bentuk saham dengan pemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan dimaksudkan untuk investasi jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan (metode biaya). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
k.
Persediaan Persediaan dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average method).
l.
Biaya Dibayar Dimuka Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.
m. Aset Real Estat Aset real estat terdiri dari tanah dan bangunan (rumah tinggal) dan bangunan strata title yang siap dijual dan tanah yang belum dikembangkan, dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan meliputi biaya praperolehan dan perolehan tanah ditambah biaya pinjaman dan dipindahkan ke tanah yang sedang dikembangkan pada saat pematangan tanah akan dimulai. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada aset pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan atau dipindahkan ke aset tanah bila tanah tersebut siap dijual dengan menggunakan metode luas areal. Biaya perolehan bangunan (rumah tinggal) dan bangunan strata title meliputi biaya perolehan tanah yang telah selesai dikembangkan ditambah dengan biaya konstruksi, biaya lainnya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat dan biaya pinjaman. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan kegiatan pengembangan dikapitalisasi ke proyek pengembangan. Kapitalisasi dihentikan pada saat proyek pengembangan tersebut ditangguhkan/ditunda pelaksanaannya atau secara substansial siap untuk digunakan sesuai tujuannya. - 14 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) n.
Properti Investasi Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi diukur sebesar nilai perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan setiap akumulasi kerugian penurunan nilai. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari properti investasi selama 4 – 20 tahun. Properti investasi sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode sewa dan umur manfaatnya. Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan.
o.
Aset Tetap – Pemilikan Langsung Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Tahun Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan
4 – 20 3 – 10 4 – 10 3–5
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif. Aset sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaatnya. Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara handal. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun yang bersangkutan. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari hutang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.
- 15 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) p.
Sewa Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Sebagai Lessor Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah investasi sewa neto Perusahaan dan anak perusahaan. Pengakuan penghasilan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Sebagai Lessee Aset pada sewa pembiayaan dicatat pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan Perusahaan dan anak perusahaan yang ditentukan pada awal kontrak atau, jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Kewajiban kepada lessor disajikan di dalam neraca sebagai kewajiban sewa pembiayaan. Pembayaran sewa harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pengurangan dari kewajiban sewa sehingga mencapai suatu tingkat bunga yang konstan (tetap) atas saldo kewajiban. Beban keuangan dibebankan langsung ke laba rugi. Rental kontijen dibebankan pada periode terjadinya. Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Rental kontijen diakui sebagai beban di dalam periode terjadinya. Dalam hal insentif diperoleh dalam sewa operasi, insentif tersebut diakui sebagai kewajiban. Keseluruhan manfaat dari insentif diakui sebagai pengurangan dari biaya sewa dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pengguna.
q.
Aset Bangun Kelola Serah Aset tetap berupa bangunan dalam rangka bangun kelola dan serah (B.O.T.) beserta mesin dan instalasi yang melekat serta peralatan yang berada pada bangunan tersebut dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomis dari aset tetap yang bersangkutan dengan batas maksimum sesuai jangka waktu perjanjian bangun kelola dan serah, sebagai berikut: Tahun Bangunan Mesin dan instalasi
30 8 - 10
Hak pakai atas aset B.O.T. yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset B.O.T. berikut akumulasi amortisasinya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
- 16 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) r.
Beban Tangguhan – Hak Atas Tanah Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang umur hukum hak atas tanah karena umur hukum hak atas tanah lebih pendek dari umur ekonomisnya.
s.
Penyisihan Penggantian Peralatan dan Perlengkapan Hotel Penyisihan untuk penggantian peralatan dan perlengkapan hotel dibentuk berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan hotel. Pembelian dan penggantian pada periode berjalan dibebankan ke penyisihan tersebut.
t.
Penurunan Nilai Aset Pada tanggal neraca, Perusahaan dan anak perusahaan menelaah nilai tercatat aset nonkeuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset. Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba rugi. Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam catatan 2f.
u.
Pengakuan Pendapatan dan Beban Penjualan Real Estat Pendapatan dari penjualan real estat berupa bangunan rumah tinggal dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya serta apartemen yang telah selesai pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi:
proses penjualan telah selesai; harga jual akan tertagih, yaitu jumlah yang telah dibayar sekurang-kurangnya telah mencapai 20% dari harga jual; tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan penjual telah mengalihkan risiko dan manfaat ke pemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.
Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi:
jumlah pembayaran oleh pembeli sekurang-kurangnya telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; harga jual akan tertagih; tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan - 17 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kapling tanah tersebut.
Apabila persyaratan tersebut di atas tidak dapat dipenuhi, maka seluruh uang yang diterima dari pembeli diperlakukan sebagai uang muka dan dicatat dengan deposit method sampai seluruh persyaratan tersebut dipenuhi. Pendapatan Sewa Pendapatan sewa diakui pada saat penggunaan aset oleh pihak lain sejalan dengan berlalunya waktu. Uang muka sewa yang diterima dari penyewa dicatat ke dalam akun pendapatan yang diterima di muka dan akan diakui sebagai pendapatan secara berkala sesuai dengan kontrak sewa yang berlaku. Pendapatan Hotel Pendapatan sewa hotel dan pendapatan hotel lainnya diakui pada saat jasa diberikan atau barang diserahkan. Pendapatan Bunga Pendapatan bunga diakui berdasarkan waktu terjadinya dengan acuan jumlah pokok terhutang dan tingkat bunga yang sesuai. Beban Beban diakui pada saat terjadinya. v.
Imbalan Pasca Kerja Perusahaan dan anak perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini. Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaiknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuaria yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
w.
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Final Atas penghasilan sewa dan jasa pelayanan dan pemeliharaan yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui proposional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar dimuka atau hutang pajak. Akun pajak penghasilan final dibayar dimuka disajikan terpisah dari hutang pajak penghasilan final. - 18 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Perusahaan dan anak perusahaan tidak mengakui aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak untuk aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Pajak Penghasilan Tidak Final Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan konsolidasi dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban kecuali perbedaan yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini. x.
Laba Per Saham Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah ratarata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
y.
Informasi Segmen Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis. Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain. Aset dan kewajiban yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.
- 19 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 3.
KAS DAN SETARA KAS
2010 Rp Kas Rupiah Dollar Singapura
608.124.282 7.128.126
622.053.395 8.433.638
29.827.321.066 8.122.261.619 4.528.172.481 1.620.171.689 1.072.770.184 905.271.125 3.741.383.679
1.295.183.715 7.289.088.206 6.229.482.011 1.791.147.595 763.590.840 1.124.005.282 1.541.693.137
1.730.411.990 447.155.632
878.478.125 315.610.237
Deposito berjangka Rupiah Bank Danamon Indonesia Bank Ganesha Bank Internasional Indonesia Bank Central Asia Dollar Amerika Serikat Bank Internasional Indonesia
16.775.000.000 4.333.160.000 2.800.000.000 350.000.000
7.550.000.000 2.180.000.000 -
78.560.930
81.337.542
Jumlah
76.946.892.803
31.670.103.723
5,25% - 8% 1,5%
5,25% - 8% 0,75%
2010 Rp
2009 Rp
Bank Rupiah Bank Danamon Indonesia Bank Central Asia Bank Mandiri Bank Permata Bank Ganesha Bank Rakyat Indonesia Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 700 juta) Dollar Amerika Serikat Bank Central Asia Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 220 juta)
Tingkat bunga deposito berjangka per tahun Rupiah Dollar Amerika Serikat 4.
2009 Rp
INVESTASI JANGKA PENDEK
Biaya perolehan Dana pasti Dana premier
7.001.519.404 2.190.926
3.143.128 760.342
Jumlah
7.003.710.330
3.903.470
Laba yang belum direalisasi Dana pasti Dana premier
274.625.231 780.882
311.870 104.041
Jumlah
275.406.113
415.911
7.279.116.443
4.319.381
Nilai wajar
Investasi jangka pendek merupakan penempatan dana untuk dikelola pada PT Equity Securities Indonesia (ESI). Pada tahun 2010 Perusahaan dan anak perusahaan menandatangani kontrak manajemen dana dengan ESI dimana ESI ditunjuk untuk mengelola dana Perusahaan dan anak perusahaan sejumlah Rp 7.000.000.000. - 20 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, nilai investasi jangka pendek mewakili nilai wajar dari investasi berdasarkan nilai aset bersih dari masing-masing investasi. 5.
PIUTANG USAHA KEPADA PIHAK KETIGA
2010 Rp a. Berdasarkan langganan: Pelanggan dalam negeri Penyisihan piutang ragu-ragu
2009 Rp
28.581.836.045 (1.798.164.123)
13.396.997.250 (957.010.311)
26.783.671.922
12.439.986.939
15.448.814.024
5.199.271.703
9.180.697.647 1.451.317.872 778.082.183 236.453.936 1.486.470.383
5.113.464.068 849.787.523 298.428.525 429.196.580 1.506.848.851
Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu
28.581.836.045 (1.798.164.123)
13.396.997.250 (957.010.311)
Bersih
26.783.671.922
12.439.986.939
Jumlah Piutang Usaha - Bersih b. Berdasarkan umur (hari): Belum jatuh tempo Sudah jatuh tempo 1 s/d 30 hari 31 s/d 60 hari 61 s/d 90 hari 91 s/d 120 hari > 120 hari
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu: Saldo awal Penambahan tahun berjalan (Catatan 28) Pemulihan tahun berjalan
957.010.311 841.153.812 -
Saldo akhir
1.798.164.123
991.374.941 139.953.027 (174.317.657) 957.010.311
Seluruh piutang usaha kepada pihak ketiga dalam mata uang Rupiah. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu atas piutang usaha kepada pihak ketiga adalah cukup. Piutang usaha tahun 2010 sebesar Rp. 12.000.000.000 merupakan piutang kepada PT Gajah Tunggal Tbk (GT) (Catatan 34a). 6.
PIUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA
2010 Rp
2009 Rp
Tropic Strata Title (Tropic) Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
2.707.638.615 2.920.915.745
2.762.026.530 3.406.830.243
Jumlah
5.628.554.360
6.168.856.773
Piutang Tropic terutama merupakan piutang yang timbul akibat pembayaran terlebih dahulu biaya-biaya milik Tropic oleh GH. Manajemen berpendapat bahwa piutang lain-lain kepada pihak ketiga dapat tertagih sehingga tidak ditetapkan penyisihan piutang ragu-ragu.
- 21 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 7.
PERSEDIAAN Akun ini merupakan persediaan hotel dengan rincian sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
Perlengkapan Makanan Minuman Lainnya
1.333.609.280 429.823.848 74.243.995 75.068.295
1.195.653.341 341.927.259 78.896.292 59.361.446
Jumlah
1.912.745.418
1.675.838.338
Manajemen berpendapat bahwa seluruh persediaan dapat digunakan untuk kegiatan usaha normal sehingga manajemen tidak membuat penyisihan kerugian atas persediaan usang. 8.
PAJAK DIBAYAR DIMUKA
2010 Rp
9.
2009 Rp
Pajak penghasilan final atas pendapatan diterima dimuka Pajak penghasilan - pasal 28a Tahun 2007 Sebelum tahun 2006 Pajak pertambahan nilai - bersih
7.541.845.420
5.722.160.179
79.703.438
18.321.600 9.124.145 290.355.104
Jumlah
7.621.548.858
6.039.961.028
ASET REAL ESTAT
2010 Rp
2009 Rp
Tanah dan bangunan siap dijual Puri Casablanca (Apartemen) Bukit Tiara (Perumahan) Tropik (Apartemen)
14.148.611.703 7.460.979.832 850.190.938
20.117.754.480 7.799.481.282 850.190.938
Jumlah
22.459.782.473
28.767.426.700
Tanah yang belum dikembangkan Bukit Tiara (Perumahan) Lebak Bulus Lebak Bulus - Karang Tengah Puri Casablanca (Apartemen)
231.660.903.120 13.474.083.265 9.524.011.354
242.849.259.325 16.646.229.065 13.474.083.265 9.524.011.354
Jumlah
254.658.997.739
282.493.583.009
Jumlah Aset Real Estat
277.118.780.212
311.261.009.709
Tanah perumahan Bukit Tiara yang belum dikembangkan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2 2 2009 merupakan tanah milik GMS seluas 2.012.695 m dan 2.143.845 m , terletak di Desa Pasir Jaya, Tangerang. Tanah Lebak Bulus yang belum dikembangkan merupakan tanah milik MBS seluas 14.020 m2 yang terletak di Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Berdasarkan akta jual beli tanah, pada tanggal 9 Juni 2010 tanah ini telah dijual kepada PT Mitra Bangun Jaya sebesar Rp 38.500.000.000. - 22 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Tanah Lebak Bulus - Karang Tengah yang belum dikembangkan merupakah tanah milik KMU 2 seluas 13.732 m , terletak di Kampung Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 2
Tanah Puri Casablanca yang belum dikembangkan merupakan tanah milik AIL seluas 5.668 m , terletak di proyek apartemen Puri Casablanca, Jakarta. Sebagian aset real estat milik GMS digunakan sebagai jaminan hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2009 (Catatan 21). Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, aset real estat, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 73.000.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. 10. INVESTASI SAHAM
Tempat kedudukan Metode biaya PT Nusadua Graha International PT Agung Ometraco Muda
Jakarta Jakarta
2010 dan 2009 Persentase pemilikan % 18,27 0,52
Jumlah
Rp
48.268.848.800 890.000.000 49.158.848.800
PT Nusadua Graha International (NGI) bergerak dalam bidang usaha jasa perhotelan (Westin Hotel) yang berlokasi di Nusa Dua, Bali. Pada tanggal 12 Januari 2010 dan 19 Maret 2010, LAL dan PLB menandatangani perjanjian pengikatan jual beli saham dengan Hendra Soerijadi yang merupakan pemilik 14.907 lembar saham NGI, dimana disepakati pengikatan jual beli saham NGI milik Hendra Soerijadi sebagai berikut:
LAL setuju untuk membeli 12.120 saham NGI yang terdiri dari 5.989 saham seri A dan 6.131 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 11.998.800.000.
PLB setuju untuk membeli 2.787 saham NGI yang terdiri dari 1.377 saham seri A dan 1.410 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 2.759.130.000.
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, LAL dan PLB telah melakukan penyetoran uang muka pembelian saham NGI masing-masing sebesar Rp 11.998.800.000 dan Rp 1.980.000.000, dimana per tanggal 31 Desember 2009 LAL telah melakukan setoran sebesar Rp 3.960.000.000 yang disajikan sebagai aset lain-lain tidak lancar (Catatan 14). 11. PROPERTI INVESTASI Properti investasi terdiri dari:
2010 Rp
2009 Rp
Aset yang disewakan Tanah yang tidak digunakan
14.925.447.755 114.979.854.590
14.026.916.657 114.979.854.590
Jumlah
129.905.302.345
129.006.771.247
- 23 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Nilai wajar properti investasi bersama dengan aset tetap adalah sebesar Rp 681.051.000.000 berdasarkan penilaian manajemen. Penilaian dilakukan berdasarkan metode biaya dan pendapatan. Aset yang Disewakan 1 Januari 2010 Rp
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
-
2.265.395.496
-
(895.000.000)
31 Desember 2010 Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Aset sewa pembiayaan Bangunan dan prasarana
9.556.437.211 19.014.864.027
Jumlah
29.466.301.238
438.660.628
-
1.370.395.496
31.275.357.362
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Aset sewa pembiayaan Bangunan dan prasarana
15.327.714.220
720.192.604
-
302.002.783
16.349.909.607
111.670.361
243.715.703
-
(355.386.064)
Jumlah
15.439.384.581
963.908.307
-
(53.383.281)
Jumlah Tercatat
14.026.916.657
895.000.000
1 Januari 2009 Rp
438.660.628 -
-
16.349.909.607 14.925.447.755
Penambahan Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Aset sewa pembiayaan Bangunan dan prasarana
9.556.437.211 17.881.448.772
Jumlah
27.915.789.583
331.985.524
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Aset sewa pembiayaan Bangunan dan prasarana
14.114.369.932
1.305.684.002
25.239.615
86.430.746
Jumlah
14.139.609.547
1.392.114.748
Jumlah Tercatat
13.776.180.036
477.903.600
9.556.437.211 21.718.920.151
331.985.524 -
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
159.000.000
31 Desember 2009 Rp
960.429.731
9.556.437.211 19.014.864.027
417.096.400
895.000.000
159.000.000
1.377.526.131
29.466.301.238
112.625.000
20.285.286
15.327.714.220
-
-
-
112.625.000
20.285.286
111.670.361 15.439.384.581 14.026.916.657
Beban penyusutan untuk tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 963.908.307 dan Rp 1.392.114.748 dicatat sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung (Catatan 27). Pendapatan sewa dari properti investasi pada tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 19.018.191.035 dan Rp 23.168.255.296. Pada tahun 2010 dan 2009, properti investasi dan aset tetap terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya (Catatan 12). Tanah yang Tidak Digunakan
kecuali tanah di asuransikan
Merupakan tanah milik PLB seluas 9.377 m2 yang terletak di Jl. Karet Tengsin, Jakarta dengan nilai tercatat sebesar Rp 114.979.854.590. Hak legal tanah tersebut berupa hak guna bangunan yang berjangka waktu 20 dan 30 tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2021 dan 2030. - 24 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 12. ASET TETAP 1 Januari 2010 Rp Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset dalam penyelesaian Bangunan dan prasarana Aset sewa pembiayaan Kendaraan Jumlah
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
31 Desember 2010 Rp
45.454.640.297 195.298.435.066 8.320.619.585
277.387.619 492.112.664
830.946.568 -
770.118.189 -
45.454.640.297 195.514.994.306 8.812.732.249
58.568.808.470 14.516.218.901
1.283.789.741 1.770.942.455
708.590.905 682.150.000
415.900.000
59.144.007.306 16.020.911.356
257.216.400
1.917.308.285
-
(2.140.513.685)
34.011.000
-
(415.900.000)
415.900.000
-
-
322.831.838.719
5.741.540.764
2.221.687.473
(1.370.395.496)
324.981.296.514
110.562.867.990 6.197.210.660
10.633.912.296 1.093.651.315
401.624.176 -
53.383.281 -
120.848.539.391 7.290.861.975
52.736.859.709 8.835.450.642
2.306.437.922 2.228.901.011
697.087.923 460.733.323
311.925.000
54.346.209.708 10.915.543.330
207.950.000
103.975.000
Jumlah
178.540.339.001
16.366.877.544
Jumlah Tercatat
144.291.499.718
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset sewa pembiayaan Kendaraan
1 Januari 2009 Rp Biaya perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset dalam penyelesaian Bangunan dan prasarana Aset sewa pembiayaan Kendaraan Aset dalam penyelesaian Bangunan dan prasarana Jumlah
1.559.445.422
(311.925.000) 53.383.281
193.401.154.404 131.580.142.110
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
Reklasifikasi Rp
31 Desember 2009 Rp
52.748.920.297 192.996.771.127 8.759.359.047
1.782.448.837 528.412.035
7.294.280.000 6.750.000 -
525.965.102 (967.151.497)
45.454.640.297 195.298.435.066 8.320.619.585
57.853.425.423 10.850.635.901
1.218.734.520 2.266.583.000
503.351.473 301.000.000
1.700.000.000
58.568.808.470 14.516.218.901
23.612.541.241
(519.243.336)
257.216.400 415.900.000
24.389.000.977
-
2.115.900.000
-
-
(1.700.000.000)
417.096.400
-
-
(417.096.400)
-
350.131.109.172
5.796.178.392
31.717.922.714
(1.377.526.131)
322.831.838.719
99.850.888.645 5.245.723.816
10.632.272.841 1.058.228.634
6.750.000 -
86.456.504 (106.741.790)
110.562.867.990 6.197.210.660
49.229.954.582 5.242.988.074
3.984.920.589 2.095.025.068
478.015.462 202.562.500
1.700.000.000
52.736.859.709 8.835.450.642
1.803.975.000
103.975.000
(1.700.000.000)
207.950.000
Jumlah
161.373.530.117
17.874.422.132
(20.285.286)
178.540.339.001
Jumlah Tercatat
188.757.579.055
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan dan prasarana Peralatan kantor Peralatan dan perlengkapan operasional Kendaraan Aset sewa pembiayaan Kendaraan
687.327.962
144.291.499.718
- 25 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Beban penyusutan dialokasikan sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
Beban pokok penjualan dan beban langsung (Catatan 27) Beban usaha (Catatan 28)
14.344.487.946 2.022.389.598
15.983.983.815 1.890.438.317
Jumlah
16.366.877.544
17.874.422.132
Perusahaan dan anak perusahaan memiliki beberapa bidang tanah seluruhnya seluas 35.228 m2 yang terletak di Jakarta dan Surabaya dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan (HGB) yang berjangka waktu antara 20 dan 30 tahun dan akan jatuh tempo antara tahun 2011 dan 2034. Manajemen berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan dan pengurusan hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai. Biaya yang dikeluarkan atas pengurusan legal hak atas tanah milik anak perusahaan disajikan sebagai akun beban tangguhan dan diamortisasi selama umur legal hak atas tanah tersebut. Beban amortisasi yang dialokasikan sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung selama tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 283.791.948 (Catatan 27). Tanah dan bangunan milik GMMS dengan jumlah tercatat sebesar Rp 38.066.466.830 dan Rp 40.691.394.468 pada tahun 2010 dan 2009 dijadikan sebagai jaminan hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo (Catatan 20). Pada tanggal 24 Juli 2009, proyek Hotel Ibis Surabaya (aset dalam penyelesaian) telah dijual kepada PT Mahadhika Permata Wijaya dengan harga jual sebesar Rp 43.500.000.000 sehingga MG memperoleh keuntungan penjualan aset dalam penyelesaian tersebut sebesar Rp 12.518.878.759. Aset tetap beserta properti investasi kecuali tanah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 218.360.616.000 dan US$ 7.808.152 pada tanggal 31 Desember 2010 dan Rp 368.629.433.800 dan US$ 7.788.468 pada tanggal 31 Desember 2009. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. 13. ASET BANGUN KELOLA SERAH
1 Januari 2010 Rp
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
31 Desember 2010 Rp
Biaya perolehan: Bangunan Mesin dan instalasi
66.859.792.943 2.820.853.398
42.204.375 116.916.625
-
66.901.997.318 2.937.770.023
Jumlah
69.680.646.341
159.121.000
-
69.839.767.341
Akumulasi amortisasi: Bangunan Mesin dan instalasi
36.365.966.643 2.040.774.230
2.399.552.240 199.778.211
-
38.765.518.883 2.240.552.441
Jumlah
38.406.740.873
2.599.330.451
-
41.006.071.324
Jumlah Tercatat
31.273.905.468
28.833.696.017
- 26 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan)
1 Januari 2009 Rp
Penambahan Rp
Pengurangan Rp
31 Desember 2009 Rp
Biaya perolehan: Bangunan Mesin dan instalasi
66.829.792.943 2.744.195.521
30.000.000 76.657.877
-
66.859.792.943 2.820.853.398
Jumlah
69.573.988.464
106.657.877
-
69.680.646.341
Akumulasi amortisasi: Bangunan Mesin dan instalasi
33.970.098.775 1.831.063.421
2.395.867.868 209.710.809
-
36.365.966.643 2.040.774.230
Jumlah
35.801.162.196
2.605.578.677
-
38.406.740.873
Jumlah Tercatat
33.772.826.268
31.273.905.468
Akun ini merupakan aset bangun kelola serah milik LAL atas gedung pusat perbelanjaan (mal) dua 2 lantai, dengan luas area ± 61.750 m , terletak dibawah terminal bis Blok M, Jakarta, yang dimiliki Pemda DKI Jakarta seperti dijelaskan pada Catatan 36a. Beban amortisasi dicatat sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung masing-masing sebesar Rp 2.599.330.451 dan Rp 2.605.578.677 pada tahun 2010 dan 2009 (Catatan 27). Aset bangun kelola serah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 1.218.283 dan Rp 270.845.119.000 pada tahun 2010 dan 2009. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut adalah cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.
14. ASET LAIN-LAIN
2010 Rp
2009 Rp
Uang muka pembelian tanah Uang muka pembelian saham (Catatan 10) Uang muka lainnya Surat ketetapan pajak dalam proses banding Uang jaminan Lain-lain
1.100.494.198 13.978.800.000 1.154.993.567 1.062.591.121 292.799.601
6.903.059.498 3.960.000.000 2.283.620.353 1.700.987.508 1.060.206.745 3.500.000
Jumlah
17.589.678.487
15.911.374.104
Uang muka pembelian tanah pada tahun 2009 terutama merupakan uang muka atas pembelian 2 tanah seluas dan 19.877 m di daerah Tangerang. Pada tahun 2010, uang muka atas pembelian tanah sebesar Rp 5.466.175.000 telah direklasifikasi ke Aset Real Estat (Catatan 9). Surat ketetapan pajak dalam proses banding merupakan ketetapan pajak dalam proses banding yang telah dibayar dan sedang diajukan banding sehubungan dengan pajak penghasilan badan untuk tahun pajak 2006 milik Perusahaan dan pajak penghasilan pasal 21, 23, 4 ayat 2 dan PPN untuk tahun pajak 2005 milik GMMS.
- 27 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Pada tanggal 22 Juli 2009, sebagian keberatan milik GMMS telah disetujui dan diterima pembayarannya sebesar Rp 1.744.341.773. Pada tanggal 4 Pebruari 2010 dan direvisi pada tanggal 8 Maret 2010, Direktorat Jenderal Pajak menerima Surat Keberatan dari GMMS, dengan surat Keputusan No. Kep 63/WPJ.II/2010 sebesar Rp 123.452.772 dan selisih sebesar Rp 13.035.643 telah dicatat sebagai beban lain-lain. Berdasarkan Surat Putusan Pengadilan Pajak No. Pt 24011/PP/M.VI/15/2010 tanggal 9 Juni 2010 banding Perusahaan mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2006 diatas sebesar Rp 1.564.146.608 telah dikabulkan.
15. HUTANG USAHA KEPADA PIHAK KETIGA Jumlah hutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
Rupiah Dollar Amerika Serikat
5.273.070.431 520.273.206
4.569.538.511 543.940.400
Jumlah
5.793.343.637
5.113.478.911
Hutang usaha terutama merupakan hutang atas pembelian persediaan hotel, pekerjaan pembangunan hotel, prasarana dan proyek perumahan. Kecuali hutang usaha atas proyek Hotel Ibis, Surabaya milik MG sebesar Rp 1.959.313.467 tahun 2010 dan Rp 1.982.980.661 tahun 2009, jangka waktu kredit berkisar antara 7 sampai 30 hari. 16. HUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA
2010 Rp
2009 Rp
PT Prima Tunas Investama (PTI) PT Gajah Tunggal Tbk (GT) Lainnya
2.806.979.671 5.941.121.635
2.806.979.671 113.412.000.000 7.316.568.904
Jumlah
8.748.101.306
123.535.548.575
Hutang kepada GT merupakan hutang milik Perusahaan dan GMS yang berasal dari konversi wesel bayar masing – masing sebesar Rp. 26.222.000.000 dan Rp 87.190.000.000 pada tanggal 31 Desember 2009. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan jatuh tempo pada tanggal 30 Desember 2010. Perusahaan melunasi hutangnya sebesar Rp 26.222.000.000 pada tanggal 28 Desember 2010, sedangkan sisa hutang kepada GT milik GMS sebesar Rp 87.190.000.000 dilunasi melalui jual beli tanah milik GMS kepada GT pada tanggal 29 Desember 2010 (Catatan 34a). Hutang kepada PTI merupakan sisa penyelesaian hutang Perusahaan dan GMMS yang sebagian penyelesaiannya dilakukan dengan penyerahan apartemen dan aset real estat. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Hutang lainnya pada tahun 2009 terutama merupakan denda pajak atas SKPKB tahun 1999, 2002 dan 2003 sebesar Rp 3.005.747.928 milik AIL. Hutang ini telah dilunasi pada tanggal 22 Januari 2010. Selebihnya hutang lainnya pada tahun 2010 dan 2009 merupakan guest deposit milik GH dan GMMS.
- 28 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 17. HUTANG PAJAK
2010 Rp
2009 Rp
Pajak penghasilan final (Catatan 30) Pendapatan sewa Penjualan apartemen Pajak penghasilan: Pasal 21 Pasal 23 Pasal 26 Pasal 29 (Catatan 30) Pajak pembangunan 1 Pajak pertambahan nilai - bersih
7.380.377.663 1.415.945.000
1.333.160.227 1.415.945.000
771.074.292 185.214.604 71.058 3.804.756.243 765.211.587 13.492.578.316
853.999.994 178.827.682 48.795 508.523.108 541.122.105 1.039.720.691
Jumlah
27.815.228.763
5.871.347.602
18. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR
2010 Rp
2009 Rp
Bunga dan denda (US$ 6.222.544 tahun 2010 dan US$ 5.844.022 tahun 2009) Penyisihan penggantian perlengkapan dan peralatan hotel Listrik, air dan telepon Jasa profesional Kebersihan dan keamanan Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
55.953.147.105 6.166.411.796 1.756.103.620 850.174.624 645.734.523 5.253.904.409
54.962.150.341 5.733.330.752 2.471.730.294 785.346.074 517.217.672 4.968.065.525
Jumlah
70.625.476.077
69.437.840.658
Bunga yang masih harus dibayar merupakan biaya bunga atas hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo (Catatan 20). 19. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA DAN UANG MUKA PENJUALAN
2010 Rp
2009 Rp
Pendapatan diterima di muka Uang muka penjualan
18.866.164.416 122.980.476.645
17.567.468.692 81.352.905.106
Jumlah
141.846.641.061
98.920.373.798
Pendapatan diterima di muka berasal dari sewa perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen dan jasa pemeliharaan. Uang muka penjualan terutama merupakan uang muka penjualan rumah tinggal dan tanah di perumahan Bukit Tiara, Tangerang (Catatan 34a), yang belum memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai pendapatan.
- 29 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 20. HUTANG BANK DAN PIHAK KETIGA JANGKA PANJANG YANG SUDAH JATUH TEMPO Merupakan pinjaman sindikasi anak perusahaan (GMMS) yang dikoordinasi oleh Bank Bira dengan jumlah maksimum sebesar US$ 14.000.000. Pinjaman ini sudah jatuh tempo pada tanggal 4 April 2002. Jaminan pinjaman adalah tanah dan bangunan Hotel Novotel serta Apartemen di jalan Ngagel No. 173 dan 175, Surabaya dan jaminan perusahaan. Sejak Bank Bira menjadi Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), GMMS melakukan negosiasi secara bilateral dengan masing-masing kreditur untuk penyelesaian pinjaman. Pinjaman yang belum diselesaikan pada tanggal neraca adalah sebagai berikut: 2010 2009 Rp Rp
Bank Pan Indonesia (US$ 2.800.000) Top World Pacific Limited (US$ 933.367)
25.174.800.000 8.391.899.730
26.320.000.000 8.773.646.698
Jumlah
33.566.699.730
35.093.646.698
Tingkat suku bunga yang dikenakan adalah 10% per tahun. Hutang kepada Top World Pasific Limited merupakan hasil pengalihan dari anggota sindikasi lainnya (Bank Merincorp). Hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo memiliki tingkat bunga tetap sehingga Perusahaan dan anak perusahaan terekspos terhadap risiko suku bunga atas nilai wajar. 21. HUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA JANGKA PANJANG
2010 Rp
2009 Rp
PT Bukit Baiduri Energi (BBE) PT Equity Finance Indonesia (EFI) PT Ventura Investasi Utama (VIU) PT Ventura Investasi Prima (VIP) Lainnya
22.996.257.474 3.000.000.000 -
31.240.361.707 17.200.000.000 12.500.000.000 2.500.000.000 1.722.323.526
Jumlah Dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
25.996.257.474 -
65.162.685.233 15.000.000.000
Hutang lain-lain pihak ketiga jangka panjang - bersih
25.996.257.474
50.162.685.233
PT Bukit Baiduri Energi (BBE) Merupakan hutang anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
GMS AIL PLB
17.141.329.300 5.854.928.174
18.941.329.300 6.444.104.232 5.854.928.175
Jumlah
22.996.257.474
31.240.361.707
Hutang ini timbul sehubungan dengan pelunasan hutang bank milik anak perusahaan kepada Bank Pan Indonesia yang dilakukan oleh BBE, sehingga seluruh hutang beralih ke BBE. - 30 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Hutang BBE ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan harus dilunasi selambatnya dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal perjanjian 11 Agustus 2008. Pada tanggal 2 Agustus 2010, AIL telah melunasi seluruh pinjamannya. Pada bulan Januari dan Pebruari 2011, GMS dan PLB telah melunasi seluruh pinjamannya. PT Equity Finance Indonesia (EFI) Merupakan hutang GMS dengan tingkat bunga sebesar 14% per tahun dan jatuh tempo tanggal 28 April 2014. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan sebagian aset real estat. Pada tanggal 3 Januari 2011, GMS telah melunasi seluruh pinjamannya kepada EFI. PT Ventura Investasi Utama (VIU) Merupakan hutang milik Perusahaan dengan tingkat bagi hasil sebesar 14% dan jatuh tempo tanggal 15 Mei 2010. Pada tanggal 22 Oktober 2010, Perusahaan telah melunasi seluruh pinjamannya. PT Ventura Investasi Prima (VIP) Merupakan hutang milik Perusahaan dengan tingkat bagi hasil sebesar 14% dan jatuh tempo tanggal 15 Mei 2010. Pada tanggal 9 Juni 2010, Perusahaan telah melunasi seluruh pinjamannya. 22. UANG JAMINAN PENYEWA Akun ini merupakan uang jaminan yang diterima dari penyewa perkantoran, pusat perbelanjaan dan apartemen, dengan rincian sebagai berikut: 2010 2009 Rp Rp
Sewa Jasa pemeliharaan Telepon Lainnya Jumlah
6.410.931.822 2.828.179.905 1.318.761.010 1.606.962.420
5.507.696.603 2.915.185.705 1.874.729.740 1.385.278.780
12.164.835.157
11.682.890.828
Terdapat uang jaminan sewa dalam mata uang asing sebesar US$ 132.377 untuk tahun 2010 dan 2009. 23. GOODWILL NEGATIF – BERSIH Akun ini merupakan selisih lebih antara aset bersih yang diakuisisi dengan biaya akuisisi AS dan KMU dengan rincian sebagai berikut: 2010 2009 Rp Rp
Harga perolehan Akumulasi amortisasi
4.987.683.737 (893.626.670)
4.987.683.737 (644.242.483)
Goodwill - Bersih
4.094.057.067
4.343.441.254
- 31 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 24. MODAL SAHAM Sesuai dengan daftar pemegang saham yang dikeluarkan oleh Biro Administrasi Efek Perusahaan (PT Datindo Entrycom), susunan pemegang saham Perusahaan adalah sebagai berikut:
Nama Pemegang Saham
First Pacific Capital Group Limited PT Ometraco Tn. Tazran Tanmizi Tn. Piter Korompis Masyarakat (masing-masing di bawah 5%) Jumlah
2010 dan 2009 Persentase Nilai Nominal Pemilikan Per Saham % Rp
Jenis
Jumlah Saham
Jumlah Modal Disetor Rp
Seri B Seri A Seri A Seri A Seri A
1.250.000.000 322.073.000 5.999.500 259.000 980.000
71,63 18,46 0,34 0,01 0,06
200 1.000 1.000 1.000 1.000
250.000.000.000 322.073.000.000 5.999.500.000 259.000.000 980.000.000
Seri A
165.688.500
9,50
1.000
165.688.500.000
1.745.000.000
100,00
745.000.000.000
25. AGIO SAHAM Akun ini merupakan agio saham yang diperoleh dari penawaran umum saham Perusahaan pada tahun 1994. 26. PENDAPATAN USAHA
Jasa Sewa Pemeliharaan Lain-lain Hotel Kamar Makanan dan minuman Lain-lain Penjualan Apartemen Tanah dan rumah Jumlah
2010 Rp
2009 Rp
102.347.793.003 26.656.181.791 21.226.652.618
82.940.882.558 26.087.381.912 10.282.288.916
53.262.866.307 28.569.221.308 5.182.350.783
47.335.749.349 25.241.973.144 3.282.777.146
14.524.318.098 128.438.953.000
7.196.719.431 -
380.208.336.908
202.367.772.456
Pendapatan usaha yang melebihi 10% dari jumlah pendapatan usaha merupakan pendapatan anak perusahaan GMS berupa penjualan tanah kepada GT sebesar Rp 87.986.657.500 di tahun 2010 (Catatan 34a).
- 32 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 27. BEBAN POKOK PENJUALAN DAN BEBAN LANGSUNG 2010 Rp Beban langsung jasa Pegawai Apartemen sewa Penyusutan (Catatan 11 dan 12) Amortisasi Aset bangun kelola serah (Catatan 13) Beban tangguhan hak atas tanah (Catatan 12) Beban langsung hotel Pemeliharaan dan energi Gaji dan kesejahteraan karyawan Makanan dan minuman Penyusutan (Catatan 11 dan 12) Penyisihan untuk penggantian perabot dan peralatan hotel Telepon dan teleks Lain-lain Beban pokok penjualan Apartemen Tanah dan rumah Jumlah
2009 Rp
39.756.719.900 36.010.692.024 7.811.278.000
38.252.701.282 16.620.065.152 9.673.042.265
2.599.330.451 283.791.948
2.605.578.677 283.791.948
11.602.802.802 9.617.536.811 8.584.540.889 7.497.118.253 2.120.214.259 54.078.384 7.137.365.410
11.138.982.295 9.428.072.263 7.883.944.096 7.703.056.298 1.903.826.152 61.751.467 7.902.355.677
5.910.197.088 45.328.837.079
3.273.307.090 -
184.314.503.298
116.730.474.662
28. BEBAN USAHA
Beban Penjualan 2010 Rp
2009 Rp
Iklan dan promosi Gaji dan kesejahteraan karyawan Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
3.116.531.617 2.473.995.073 1.403.372.390
1.017.094.305 2.184.208.304 1.503.878.683
Jumlah
6.993.899.080
4.705.181.292
Gaji dan kesejahteraan karyawan Representasi Listrik, air dan gas Kebersihan dan keamanan Pajak dan perizinan Perbaikan dan pemeliharaan Jasa profesional Penyusutan (Catatan 12) Asuransi Royalti Transportasi Penyisihan piutang ragu-ragu (Catatan 5) Telepon, teleks dan faksimili Perlengkapan kantor Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta)
20.445.155.978 7.834.866.070 5.960.324.092 5.252.629.560 3.608.905.868 3.570.352.324 2.492.940.468 2.022.389.598 1.329.130.468 1.041.442.814 979.732.856 841.153.812 754.421.465 683.960.174 3.278.979.751
20.330.341.179 2.808.521.462 5.479.821.743 5.239.860.590 3.620.187.438 3.723.625.257 2.580.036.684 1.890.438.317 1.518.338.786 1.059.783.122 915.945.012 139.953.027 688.608.526 635.376.289 4.271.906.646
Jumlah
60.096.385.298
54.902.744.078
Beban Umum dan Administrasi
- 33 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 29. BEBAN KEUANGAN
2010 Rp
2009 Rp
Beban bunga Beban bagi hasil Provisi bank
5.627.275.730 1.084.999.991 20.676.000
5.596.004.978 2.910.930.552 10.390.000
Jumlah
6.732.951.721
8.517.325.530
30. PAJAK PENGHASILAN Beban (manfaat) pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari:
Pajak kini Penghasilan final Penghasilan non final Pajak tangguhan Perusahaan Anak perusahaan Jumlah
2010 Rp
2009 Rp
20.121.119.189 4.392.384.903
13.224.668.513 515.883.119
(402.767.759)
1.457.102.504 2.129.146.405
24.110.736.333
17.326.800.541
Pajak Kini Pajak Penghasilan Final Merupakan pajak penghasilan final anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut: Beban pajak penghasilan final:
2010 Rp LAL AIL GMS PLB MG Jumlah
2009 Rp
7.551.767.223 6.615.754.484 4.418.855.830 1.534.741.652 -
5.585.027.000 4.162.337.380 1.302.304.133 2.175.000.000
20.121.119.189
13.224.668.513
Pajak penghasilan final MG berasal dari pajak penjualan aset dalam penyelesaian proyek Hotel Ibis Surabaya (Catatan 12). Pajak penghasilan final GMS berasal dari pajak penjualan tanah dan bangunan.
- 34 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Hutang pajak penghasilan final (Catatan 17):
2010 Rp
2009 Rp
GMS AIL PLB LAL GH IPP
6.000.000.000 1.861.838.652 526.294.338 393.503.663 9.509.510 5.176.500
1.602.962.294 541.901.957 604.086.340 154.636 -
Jumlah
8.796.322.663
2.749.105.227
Pajak Penghasilan Non Final Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan rugi fiskal Perusahaan adalah sebagai berikut: 2010 2009 Rp Rp Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi 130.183.698.223 101.111.757.257 Laba antar anak perusahaan yang belum direalisasi 18.700.000 18.700.000 Laba sebelum pajak anak perusahaan 149.780.336.580 114.787.762.563
Rugi sebelum pajak - Perusahaan Perbedaan yang tidak dapat diperhitungkan menurut fiskal: Beban pajak Perjamuan dan sumbangan Penghasilan bunga Jumlah
(19.615.338.357)
(13.694.705.306)
276.167.914 (358.813.988)
1.030.297.556 139.993.657 (42.582.696)
(82.646.074)
1.127.708.517
Perbedaan temporer: Imbalan pasca kerja Aset sewa pembiayaan Perbedaan penyusutan komersial dan fiskal
1.455.593.913 512.948.014
1.275.985.987 (290.353.355) 487.127.989
Jumlah
1.968.541.927
1.472.760.621
Rugi fiskal Perusahaan tahun berjalan Akumulasi rugi fiskal tahun sebelumnya setelah disesuaikan dengan SKP
(17.729.442.504)
(11.094.236.168)
(45.883.017.984)
(34.788.781.816)
Rugi fiskal Perusahaan
(63.612.460.488)
(45.883.017.984)
Rugi dan semua perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tidak diakui aset pajak tangguhannya oleh Perusahaan karena manajemen tidak memiliki dasar yang memadai bahwa rugi fiskal dan perbedaan temporer tersebut dapat mengurangi laba kena pajak pada masa mendatang.
- 35 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Beban dan hutang pajak non final merupakan milik anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut: Beban pajak penghasilan non final:
2010 Rp
2009 Rp
GH GMMS AS
3.054.533.339 1.308.103.209 29.748.355
470.626.439
Jumlah
4.392.384.903
515.883.119
45.256.680
Hutang pajak penghasilan non final (Catatan 17):
2010 Rp
2009 Rp
GH GMMS AS
2.470.982.129 1.308.103.209 25.670.905
470.522.939 38.000.169
Jumlah
3.804.756.243
508.523.108
Pajak Tangguhan Merupakan aset pajak tangguhan bersih anak perusahaan dengan rincian sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
GMMS GH
638.429.198 257.597.272
383.461.705 109.797.006
Jumlah
896.026.470
493.258.711
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 243/PMK.03/2008 tentang pelaksanaan pembayaran pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, seluruh penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan pajak penghasilan final. Peraturan ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009 sehingga seluruh aset pajak tangguhan GMS dan AIL dibebankan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 Perusahaan juga membebankan aset pajak tangguhan sebesar Rp 1.457.102.504 karena diperkirakan tidak dapat digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan tahun-tahun mendatang. Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 tahun 2008 pengganti UU pajak No. 7/1983, tarif pajak badan adalah sebesar 28% yang berlaku efektif 1 Januari 2009 dan sebesar 25% yang berlaku efektif 1 Januari 2010. Aset dan kewajiban pajak tangguhan disesuaikan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode ketika aset direalisasikan dan kewajiban diselesaikan berdasarkan tarif pajak yang akan ditetapkan.
- 36 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Rekonsiliasi antara beban pajak dan hasil perkalian laba akuntansi sebelum pajak dengan tarif pajak yang berlaku adalah sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi Laba antar anak perusahaan yang belum direalisasi Laba sebelum pajak anak perusahaan
130.183.698.223 18.700.000 149.780.336.580
101.111.757.257 18.700.000 114.787.762.563
Rugi sebelum pajak Perusahaan
(19.615.338.357)
(13.694.705.306)
Manfaat pajak sesuai tarif pajak yang berlaku Dampak pajak atas perbedaan yang tidak dapat diperhitungkan menurut fiskal Dampak pajak atas kerugian fiskal yang tidak dapat dimanfaatkan dimasa mendatang Dampak pajak atas perbedaan temporer yang tidak diakui aset pajak tangguhannya
(4.903.834.589)
(3.423.676.326)
(20.661.518)
281.927.130
4.432.360.626
2.773.559.041
492.135.481
1.825.292.659
Beban pajak Perusahaan Beban pajak anak perusahaan
24.110.736.333
1.457.102.504 15.869.698.037
Jumlah Beban Pajak
24.110.736.333
17.326.800.541
31. IMBALAN PASCA KERJA Perusahaan dan anak perusahaan menghitung dan membukukan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang Undang Ketenagakerjaan No.13/2003. Jumlah karyawan yang berhak atas imbalan pasca kerja tersebut adalah 886 karyawan tahun 2010 dan 948 karyawan tahun 2009. Beban imbalan pasca kerja yang diakui di laporan laba rugi konsolidasi adalah:
2010 Rp
2009 Rp
Biaya jasa kini Biaya bunga Amortisasi biaya jasa lalu Kerugian aktuarial bersih Keuntungan kurtailmen dan penyelesaian
2.817.793.254 2.965.598.416 213.794.641 505.131.374 (5.037.619)
2.321.884.084 2.415.762.012 215.791.420 212.187.071 (85.377.105)
Jumlah
6.497.280.066
5.080.247.482
- 37 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Kewajiban imbalan pasca kerja di neraca konsolidasi adalah sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
Nilai kini kewajiban yang tidak didanai Biaya jasa lalu yang belum diakui Kerugian aktuarial yang belum diakui
36.987.381.996 (213.132.656) (7.255.965.076)
32.951.093.526 (759.982.935) (8.361.477.834)
Kewajiban bersih
29.518.284.264
23.829.632.757
Mutasi kewajiban bersih di neraca konsolidasi adalah sebagai berikut:
2010 Rp
2009 Rp
Saldo awal Beban tahun berjalan Pembayaran manfaat
23.829.632.757 6.497.280.066 (808.628.559)
20.306.218.961 5.080.247.482 (1.556.833.686)
Saldo akhir
29.518.284.264
23.829.632.757
Perhitungan imbalan pasca kerja dihitung oleh aktuaris independen PT Mitra Jasa Prima. Asumsi utama yang digunakan dalam menentukan penilaian aktuarial adalah sebagai berikut: Tingkat diskonto per tahun Tingkat kenaikan gaji per tahun Usia pensiun normal
: : :
9% untuk tahun 2010 dan 10% untuk tahun 2009 10% pada tahun 2010 dan 2009 55 tahun
32. LABA BERSIH PER SAHAM DASAR Berikut ini adalah data yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan laba bersih per saham dasar: 2010 2009 Rp Rp
Laba bersih
Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar
106.072.961.890
83.784.956.716
Lembar
Lembar
1.745.000.000
1.745.000.000
Pada tanggal neraca, Perusahaan tidak memiliki efek yang berpotensi saham biasa yang dilutif.
33. INFORMASI SEGMEN Segmen Usaha Perusahaan dan anak perusahaan pada saat ini melakukan kegiatan usaha sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Penyewaan ruang perkantoran. Penyewaan ruang pertokoan. Penyewaan dan penjualan apartemen. Hotel. Penjualan perumahan.
- 38 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Manajemen menyajikan informasi segmen usaha dalam 5 (lima) kelompok segmen sesuai dengan kegiatan usahanya tersebut. 2010 Penyewaan ruang perkantoran Rp'000
Penyewaan ruang pertokoan Rp'000
Penyewaan dan penjualan apartemen Rp'000
Hotel Rp'000
Penjualan perumahan Rp'000
Jumlah Rp'000
Eliminasi Rp'000
Konsolidasi Rp'000
PENDAPATAN Pendapatan ekstern Pendapatan antar segmen
14.482.739 895.774
56.868.344 -
93.403.862 -
87.014.438
128.438.953
380.208.336 895.774
(895.774)
380.208.336 -
Jumlah pendapatan
15.378.513
56.868.344
93.403.862
87.014.438
128.438.953
381.104.110
(895.774)
380.208.336
(16.216.900)
23.305.915
23.808.113
18.040.055
79.847.666
128.784.849
18.700
128.803.549
54.322
(2.160)
(131.525)
4.002.505
197.667 478.475 (1.093.676) 76.361 (1.534.742)
743.702 433.489 (5.656.516)
1.280.825 494.552 263.942 (9.522.487)
94.166 344.530 (3.435.809) (321.554) (1.053.136)
HASIL Hasil segmen Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Keuntungan penjualan aset tetap dan properti investasi Penghasilan bunga Beban keuangan Lain-lain - bersih Beban pajak
103.802 (2.203.466) (0,49) (6.343.855)
3.923.142
-
3.923.142
1.572.658 2.165.061 (6.732.951) 452.238 (24.110.736)
-
1.572.658 2.165.061 (6.732.951) 452.238 (24.110.736)
LABA BERSIH INFORMASI LAINNYA Aset segmen
106.072.961 213.138.272
89.648.153
252.556.031
315.402.547
274.182.155
1.144.927.158
(377.405.626)
767.521.532
Kewajiban segmen Kewajiban yang tidak dapat dialokasikan
87.351.532
21.288.726
21.140.677
347.506.042
186.625.641
663.912.618
(377.405.626)
286.506.992
Jumlah kewajiban konsolidasi
87.351.532
21.288.726
21.140.677
347.506.042
186.625.641
663.912.618
Perolehan properti investasi, aset tetap dan aset bangun kelola serah Penyusutan dan amortisasi
2.449.394 2.650.510
889.809 3.588.400
2.557.356 6.158.630
441.773 7.497.118
990 54.158
6.339.322 19.948.816
73.661.931 360.168.923
(18.700)
6.339.322 19.930.116
2009 Penyewaan ruang perkantoran Rp'000
Penyewaan ruang pertokoan Rp'000
Penyewaan dan penjualan apartemen Rp'000
Hotel Rp'000
Penjualan perumahan Rp'000
Jumlah Rp'000
Eliminasi Rp'000
Konsolidasi Rp'000
PENDAPATAN Pendapatan ekstern Pendapatan antar segmen
15.805.363 1.057.166
56.431.470 -
54.270.440 -
75.860.500 -
-
202.367.772 1.057.166
(1.057.166)
202.367.772 -
Jumlah pendapatan
16.862.528
56.431.470
54.270.440
75.860.500
-
203.424.938
(1.057.166)
202.367.772
HASIL Hasil segmen
(11.601.762)
25.594.020
1.755.311
13.183.811
(2.920.707)
26.010.673
18.700
26.029.373
(105.450)
17.739.024
15.737.867
35.755.335
-
35.755.335
35.323.173
35.323.173
-
35.323.173
12.518.879 52.290 (2.443.608) (315.997)
13.771.270 551.142 (8.517.326) (4.036.045) 2.234.835 (17.326.801)
-
13.771.270 551.142 (8.517.326) (4.036.045) 2.234.835 (17.326.801)
Keuntungan (kerugian) kurs mata uang asing - bersih Keuntungan atas potongan hutang Keuntungan penjualan aset tetap dan properti investasi Penghasilan bunga Beban keuangan Denda Pajak Lain-lain - bersih Beban pajak
2.383.895 3.000 149.935 (2.157.359) (1.030.298) 215.553 (2.759.407)
-
-
-
778.097 127.175
471.295 95.782
661.953 (5.683.236)
(3.005.748) 1.648.612 (5.967.278)
125.961 (3.916.359) (291.282) (2.600.882)
LABA BERSIH INFORMASI LAINNYA Aset segmen
83.784.957 224.271.317
87.143.701
403.420.458
141.724.445
261.853.329
1.118.413.250
(373.546.881)
744.866.369
Kewajiban segmen Kewajiban yang tidak dapat dialokasikan
70.289.698
25.909.516
139.992.930
230.040.540
127.122.513
593.355.197
(373.546.881)
219.808.316
Jumlah kewajiban konsolidasi
70.289.698
25.909.516
139.992.930
230.040.540
127.122.513
593.355.197
Perolehan properti investasi, aset tetap dan aset bangun kelola serah Penyusutan dan amortisasi
2.035.528 3.466.173
795.178 3.493.909
2.032.189 7.405.993
1.256.927 7.734.435
115.000 55.398
6.234.822 22.155.908
223.778.408
- 39 -
443.586.724
-
6.234.822 22.155.908
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Segmen Geografis Perusahaan dan anak perusahaan beroperasi di tiga wilayah geografis, yaitu di Jakarta, Bandung dan Surabaya. 2010 2009 Rp'000 Rp'000 Pendapatan usaha
Jakarta Surabaya Bandung
332.090.562 37.992.549 11.020.999
154.660.740 38.661.616 10.102.582
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi
381.104.110 (895.774)
203.424.938 (1.057.165)
Jumlah
380.208.336
202.367.773
Nilai tercatat aset segmen 2010 2009 Rp'000 Rp'000
Perolehan properti investasi, aset tetap dan aset bangun kelola serah 2010 2009 Rp'000 Rp'000
Jakarta Surabaya Bandung
1.109.990.767 8.812.291 26.124.100
1.099.275.347 10.466.555 8.671.348
5.707.314 632.008
5.869.571 365.251
Jumlah sebelum eliminasi Eliminasi
1.144.927.158 (377.405.626)
1.118.413.250 (373.546.881)
6.339.322 -
6.234.822 -
767.521.532
744.866.369
6.339.322
6.234.822
Jumlah
34. IKATAN a.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan yang diadakan pada tanggal 29 Juni 2010 dan telah diaktakan dengan akta No. 78 tanggal 29 Juni 2009 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., M.H., notaris di Jakarta, para pemegang saham menyetujui penjualan tanah seluas kurang lebih 50 Ha milik GMS, anak perusahaan, kepada PT Gajah Tunggal Tbk (GT) dengan harga Rp 227.750.000.000. Pada tahun 2010, GMS telah mengakui penjualan sebesar Rp 87.986.657.500 (Catatan 26) 2 atas sebagian tanah tersebut seluas 193.165 m , dimana sebesar Rp 76.562.463.853 merupakan realisasi uang muka penjualan tanah yang diterima di tahun 2009 (Catatan 19) dan sisanya diterima tunai. Atas tanah seluas 306.835 m 2 telah dilakukan pengikatan antara GMS dan GT dengan akta pengikatan jual beli dan kuasa No. 59 tanggal 29 Desember 2010, dibuat dihadapan Hilda Yulistiawati, S.H., Notaris di Tangerang, dengan nilai transaksi sebesar Rp. 139.763.342.500 dimana:
Pembayaran pertama sebesar Rp. 120.000.000.000 dilakukan melalui pelunasan hutang GMS kepada GT sebesar Rp. 87.190.000.000 (Catatan 16) dan sisanya diterima tunai. Pembayaran pertama ini masih dicatat dalam akun uang muka penjualan (Catatan 19).
Pembayaran kedua sebesar Rp. 19.763.342.500 akan dilakukan pada saat sertifikat telah selesai dan/atau pada saat dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
- 40 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) b.
Berdasarkan perjanjian Kerjasama Pembangunan/Peremajaan dan Pengembangan Terminal Blok M Jakarta tanggal 14 Mei 1990 antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL dan Berita Acara Serah Terima atas Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL, Pemerintah DKI Jakarta setuju untuk menyerahkan hak pengelolaan atas “Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya” kepada LAL. Hak pengelolaan tersebut diberikan untuk jangka waktu 30 tahun sejak Berita Acara Serah Terima ditandatangani pada tanggal 5 Oktober 1992. Perjanjian kerjasama ini juga mencakup persyaratan tertentu dan risiko atas pelanggaran perjanjian.
c.
GMMS melakukan perjanjian-perjanjian dengan pihak-pihak sebagai berikut:
Accor Asia Pacific Australia Pty. Ltd. (AAPC Australia Pty. Ltd.) Perjanjian mengenai “Tradename and Trademark Licence Agreement” atas penggunaan nama Novotel, dengan pembayaran jasa royalti sebesar 2,75% dari pendapatan hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, disetujui bahwa mulai 1 Januari 1999 pembayaran jasa royalti adalah sebesar 2,33% dari pendapatan hotel. Berdasarkan surat manajemen AAPC Australia Pty. Ltd., tertanggal 9 Pebruari 2000, seluruh kewajiban pembayaran jasa royalti tersebut telah dialihkan oleh AAPC Australia Pty. Ltd. kepada PT AAPC Indonesia.
PT AAPC Indonesia (AAPC)
Setiap 3 bulan, GMMS membayar kepada AAPC jasa pendukung pemasaran sebesar US$ 7 per kamar.
GMMS juga dalam tahap akhir penyelesaian perjanjian konsultasi manajemen dengan AAPC dimana AAPC akan menyediakan jasa manajemen untuk membantu pengoperasian hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, tarif insentif disetujui sebagai berikut: Bila laba kotor < 35% dari total pendapatan Bila laba kotor > 35% < 45% dari total pendapatan Bila laba kotor > 45% dari total pendapatan
5% 6% 7%
35. KONTINJENSI a.
Perkara AlL Melawan SW Pada tahun 1999, terjadi perselisihan antara AIL dengan PT. SAE-Waskita Karya (SW) yang disebabkan SW sebagai kontraktor utama yang ditunjuk Perusahaan untuk membangun Apartemen Puri Casablanca yang terletak di Jl. Casablanca Kav.7, Jakarta, tidak dapat menyelesaikan proyek pada waktu yang ditetapkan. Atas sengketa tersebut ditempuh upaya penyelesaiannya melalui arbitrase, namun pemeriksaan arbitrase mengenai perkara ini tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada kesepakatan mengenai panel arbitrase yang berwenang memeriksa perkara sehingga terjadi saling gugat antara AIL dengan SW di pengadilan untuk menetapkan panel arbitrase yang sah untuk memeriksa perkara tersebut.
- 41 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Pada tanggal 2 Pebruari 2000, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, mengeluarkan Penetapan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Jkt.Sel. yang menetapkan panel arbitrase pilihan AIL dan SW. Namun demikian, Soelistio, S.H., arbiter pilihan SW tidak mematuhi Penetapan No.14 tersebut, dengan membentuk arbiter tunggal, yaitu dirinya sendiri, dan memutus sendiri perkara antara AIL dan SW dengan isi putusan yang mengharuskan AIL membayar ganti rugi kepada SW sebesar Rp 61.000.000.000, berikut biaya bunganya. Putusan arbiter tunggal ini dimohonkan pelaksanaan eksekusinya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang ditetapkan dalam Penetapan No. 06/Eks.Arb/2000/PN.Jkt.Sel. Atas pelaksanaan eksekusi tersebut, AIL melakukan perlawanan hukum yang dicatat dalam register perkara No. 282/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Sel. Pada tanggal 23 Maret 2001, majelis hakim memenangkan perlawanan AIL, yang inti isi putusannya adalah menyatakan prosedur pembentukan arbiter tunggal oleh Soelistio, S.H., tidak berdasarkan hukum, menyatakan putusan arbitrase tunggal tanggal 21 Desember 1999 tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum, serta menyatakan penetapan No.06/Eks.Arb/2000/PN.Jkt.Sel beserta penetapan lanjutannya tidak mempunyai kekuatan hukum, karenanya tidak dapat dilaksanakan. Putusan Pengadilan Tinggi No. 328/Pdt/2001/PT.DKI, tanggal 29 Nopember 2001, yang dimohonkan oleh SW, menguatkan isi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, namun dinyatakan tidak dapat diterima di tingkat kasasi, dalam registrasi perkara No. 2773 K/Pdt/2002 dan ditolak permohonan peninjauan kembalinya dalam tingkat peninjauan kembali, sebagaimana dinyatakan dalam perkara No. 229 PK/Pdt/2005, tgl. 19 Mei 2004. Pada tahun 2004, AIL mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap SW terdaftar dalam register perkara No. 832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel. Putusan Provisi perkara No.832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel, tanggal 19 Januari 2005 menyatakan menangguhkan berlakunya putusan arbiter tunggal tanggal 21 Desember 1999, sampai putusan ini berkekuatan hukum tetap. Putusan perkara No.832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel, tanggal 2 Agustus 2005, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, memenangkan gugatan AIL, yang pada intinya menyatakan SW melakukan perbuatan melawan hukum terhadap AIL, menghukum SW membayar ganti kerugian pada AIL sebesar Rp 61.193.249.342 sebagai akibat dihukum dalam putusan arbitrase tunggal, menghukum SW membayar ganti kerugian kepada AIL tagihan yang belum terbayarkan sebesar Rp.22.288.859.804 karena dibuatnya putusan arbiter tunggal secara melawan hukum dan membayar ganti rugi sebesar Rp 5.000.000.000. Pada tanggal 25 Agustus 2006 Pengadilan Tinggi dengan putusannya No. 183/Pdt/2006/PT.DKI menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan , kecuali untuk kerugian immaterial dan lainnya, yang hanya disetujui Rp 3.000.000.000. Selanjutnya berdasarkan putusan kasasi, No. 300 K/Pdt/2007, tanggal 23 Februari 2008, yang diterima AIL pada tanggal 31 Maret 2009, dan putusan peninjauan kembali No. 46 PK/Pdt/2010, tanggal 27 Oktober 2010, permohonan kasasi dan peninjauan kembali pihak SW ditolak. b.
Perkara Perdata Melawan BNP – LIPPO Perkara perdata ini merupakan akibat SW tidak menyelesaikan proyek dengan tepat waktu (butir a), dimana BNP – LIPPO merupakan penjamin atas pelaksanaan proyek milik AIL dengan memberikan Surat Jaminan (Performance Bond) No. BG/0049/SC/94 senilai Rp 14.620.139.302 pada tanggal 25 Nopember 1994. Karena ketidakmampuan SW untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu, AIL melakukan klaim atas pencairan surat jaminan tersebut, tetapi pihak BNP-LIPPO menolak untuk mencairkan jaminan sehingga akhirnya AIL melalui kuasa hukumnya, Yan Apul, S.H., mengajukan gugat perdata mengenai wanprestasi kepada BNP-LIPPO dan meminta agar BNP-LIPPO membayar kerugian kepada AIL. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri No. 607/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Pst, tanggal 21 Pebruari 2000, memutuskan bahwa mereka tidak berwenang mengadili perkara tersebut tetapi Pengadilan Tinggi, berdasarkan putusan No. 351/Pdt/2000/PT.DKI tanggal 8 Nopember 2000, menetapkan berwenang mengadili perkara tersebut.
- 42 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Selanjutnya tanggal 9 Maret 2004 telah diterima putusan kasasi, No. 2287 K/Pdt/2001, tanggal 31 Juli 2003, dari Mahkamah Agung yang menyatakan menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI. Ini berarti pengadilan Negeri Jakarta Pusat harus mengadili sengketa ini. Namun sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan ini, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat belum mengadili kembali sengketa ini.
36. ASET DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing sebagai berikut: 2010 Mata Uang asing Aset Kas dan setara kas
USD SGD
250.932 1.021
Jumlah aset Kewajiban Hutang usaha kepada pihak ketiga Biaya yang masih harus dibayar Uang jaminan penyewa Hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo
2009 Ekuivalen Rp
2.256.128.552 7.128.126
Mata Uang asing
135.684 1.259
2.263.256.678
Ekuivalen Rp
1.275.425.904 8.433.638 1.283.859.542
USD USD USD
57.866 6.242.526 132.377
520.273.206 56.126.551.266 1.190.201.607
57.866 5.867.341 132.377
543.940.400 55.153.005.124 1.244.339.100
USD
3.733.367
33.566.699.730
3.733.367
35.093.646.698
Jumlah kewajiban
91.403.725.809
92.034.931.322
Kewajiban - bersih
89.140.469.131
90.751.071.780
Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, kurs konversi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: 2010 2009 Rp Rp Mata uang asing USD 1 8.991 9.400 SGD 1 6.981 6.699 37. INSTRUMEN KEUANGAN, MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN DAN RISIKO MODAL a.
Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan Perusahaan dan anak perusahaan adalah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan yang memadai tersedia untuk operasi dan pengembangan bisnis, serta untuk mengelola risiko mata uang asing, tingkat bunga, kredit dan risiko likuiditas. Perusahaan dan anak perusahaan beroperasi dengan pedoman yang telah ditentukan oleh Dewan Direksi. i.
Manajemen risiko mata uang asing Perusahaan dan anak perusahaan terekspos terhadap pengaruh fluktuasi nilai tukar mata uang asing terutama dikarenakan pinjaman yang didenominasi dalam mata uang asing. - 43 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) Kebijakan manajemen risiko nilai tukar mata uang asing antara lain dengan cara mengambil pinjaman baru dalam mata uang Rupiah. Selain itu, Perusahaan dan anak perusahaan berupaya mengurangi saldo pinjaman dalam mata uang asing dengan berusaha merestrukturisasi pinjaman yang ada antara lain dengan mengubah pinjaman mata uang asing kedalam Rupiah, meminta pengurangan yang diakibatkan karena fluktuasi nilai tukar mata uang, penyelesaian pinjaman dengan aset, dan penyelesaian pinjaman dengan kas Perusahaan dan anak perusahaan. Jumlah eksposur mata uang asing bersih Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal neraca diungkapkan dalam Catatan 36. ii.
Manajemen risiko tingkat bunga Perusahaan dan anak perusahaan juga terekspos terhadap dampak perubahan tingkat bunga akibat adanya dampat perubahan terhadap tingkat bunga deposito bank dan pinjaman. Untuk mengelola risiko tingkat bunga atas pendapatan bunga, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan penempatan dana kas yang tersedia kedalam deposito dengan memperhitungkan tingkat bunga pasar yang berlaku dan kondisi perekonomian nasional. Sementara dalam mengelola risiko tingkat bunga atas beban bunga Perusahaan dan anak perusahaan memiliki kebijakan melakukan keseimbangan yang optimal dalam memilih sumber pembiayaan dengan tingkat bunga tetap atau mengambang yang ditetapkan dimuka. Persetujuan dari Dewan komisaris harus diperoleh sebelum Perusahaan dan anak perusahaan menggunakan sumber pembiayaan dari pihak ketiga.
iii.
Manajemen risiko kredit Risiko kredit mengacu pada risiko baik institutsi keuangan maupun pelanggan gagal dalam memenuhi kewajiban kontraktualnya yang mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan dan anak perusahaan. Risiko kredit Perusahaan dan anak perusahaan terutama melekat pada rekening bank, pinjaman piutang kepada pihak hubungan istimewa dan piutang usaha. Kebijakan manajemen risiko kredit dilakukan dengan menempatkan saldo bank pada institusi keuangan yang layak serta terpercaya, melakukan pengawasan kolektibilitas piutang sehingga dapat diterima penagihannya secara tepat waktu dan melakukan penelahaan atas masing-masing piutang pelanggan secara berkala untuk menilai potensi timbulnya kegagalan penagihan. Selain itu, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan sistim pendapatan diterima dimuka untuk meminimalisasi risiko kredit. Nilai tercatat aset keuangan pada laporan keuangan konsolidasi setelah dikurangi dengan penyisihan untuk kerugian mencerminkan eksposur Perusahaan dan anak perusahaan terhadap risiko kredit.
iv.
Manajemen risiko likuiditas Sumber utama likuiditas sesuai dengan bidang usaha perusahaan dan anak perusahaan berasal dari kas hasil operasional perusahaan dan anak perusahaan. Kas tersebut dapat berupa hasil sewa menyewa, penjualan produk perusahaan maupun jual beli aset yang dinilai cukup menguntungkan bagi perusahaan. Kebijakan manajemen risiko likuiditas dilakukan dengan menjaga kecukupan dana, dengan terus menerus memonitor perkiraan dan arus kas aktual serta dengan mencocokkan profil jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan. Memanfaatkan kas yang ada dalam masing-masing perusahaan yang belum dimanfaatkan dengan melakukan kerjasama strategis dalam bentuk transaksi pinjam meminjam perusahaan dan anak perusahaan
- 44 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) b.
Nilai wajar instrumen keuangan Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat aset dan kewajiban keuangan yang dicatat sebesar biaya perolehan diamortisasi dalam laporan keuangan konsolidasi mendekati nilai wajarnya karena akan jatuh tempo dalam jangka pendek atau memiliki tingkat suku bunga pasar.
38. PENERAPAN PERNYATAAN DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN REVISI (PSAK DAN ISAK) a. Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan
Pada tahun berjalan, Perusahaan menerapkan PSAK revisi berikut ini yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010:
PSAK 26 (revisi 2008), Biaya Pinjaman
PSAK 50 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
PSAK 55 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
Menurut PSAK 26 (revisi 2008), biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau pembuatan set kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban. Penerapan standar ini tidak berpengaruh terhadap jumlah periode lalu dan sekarang, tetapi mempengaruhi jumlah biaya pinjaman masa mendatang. Penerapan PSAK 50 (revisi 2006) menghasilkan pengungkapan instrumen keuangan yang lebih luas termasuk beberapa pengungkapan kualitatif yang berkaitan dengan tujuan manajemen risiko keuangan. PSAK 55 (revisi 2006) memberikan panduan pada pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan kontrak untuk membeli item non-keuangan. Antara lain, penerapan standar ini memerlukan penggunaan metode suku bunga efektif ketika aset atau kewajiban diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Selain itu, PSAK ini juga mengubah cara Perusahaan dan anak perusahaan dalam mengukur penurunan nilai aset keuangan tergantung pada klasifikasi instrumen keuangan.Karena PSAK ini diterapkan secara prospektif, penerapan awal tidak memiliki pengaruh atas jumlah yang dilaporkan di tahun 2009. b.
Standar dan interpretasi telah diterbitkan tapi belum diterapkan i.
Efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011:
PSAK 1 (revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan PSAK 2 (revisi 2009), Laporan Arus Kas PSAK 3 (revisi 2010), Laporan Keuangan Interim PSAK 4 (revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri PSAK 5 (revisi 2009), Segmen Operasi PSAK 7 (revisi 2010): Pengungkapan pihak-pihak berelasi PSAK 8 (revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan PSAK 12 (revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama PSAK 15 (revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis - 45 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan PSAK 25 (revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 48 (revisi 2009), Penurunan Nilai Aset PSAK 57 (revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan ISAK 7 (revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer ISAK 14, Aset Tak Berwujud – Biaya Situs Web ISAK 17, Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai ii.
Efektif untuk periodeyang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012:
PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing PSAK 18 (revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja PSAK 34 (revisi 2010), Kontrak Konstruksi PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan PSAK 50 (revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 53 (revisi 2010),Pembayaran Berbasis Saham PSAK 60, Instrumen Keuangan: Pengungkapan PSAK 61, Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah ISAK 13, Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri ISAK 15, Batas Aset Manfaat Pasti, Persyaratan Minimum dan Interaksinya ISAK 18, Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi ISAK 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya.
Standar dan interpretasi baru/revisi ini merupakan hasil konvergensi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards). Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasi, manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi terhadap laporan keuangan konsolidasi, dan dapat diketahui bahwa di antara PSAK-PSAK yang akan berlaku pada tahun 2011, PSAK 1, Penyajian Laporan Keuangan, akan memberikan beberapa perubahan signifikan dalam penyajian laporan keuangan. PSAK 1 mensyaratkan entitas, antara lain:
Untuk menyajikan dalam laporan perubahan ekuitas, seluruh perubahan pemilik dalam ekuitas. Semua perubahan non-pemilik dalam ekuitas (contohnya pendapatan komprehensif) diminta untuk disajikan dalam satu laporan pendapatan komprehensif atau dalam dua laporan terpisah (laporan laba rugi dan laporan pendapatan komprehensif).
Untuk menyajikan laporan posisi keuangan pada permulaan dari periode komparatif terawal dalam suatu laporan keuangan lengkap apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali retrospektif sesuai dengan PSAK 25.
Untuk menyajikan kepentingan non pengendali sebagai bagian dari ekuitas (sebelumnya disebut hak minoritas).
- 46 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT (Lanjutan) 39. REKLASIFIKASI AKUN Akun hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun – kewajiban tidak lancar tahun 2009 telah direklasifikasi ke hutang lainlain kepada pihak ketiga – kewajiban lancar agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi tahun 2010.
40. INFORMASI KEUANGAN TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN Informasi keuangan tersendiri induk perusahaan menyajikan informasi neraca, laporan laba rugi, perubahan ekuitas dan arus kas, dimana penyertaan saham pada anak perusahaan dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas. Informasi keuangan tersendiri induk perusahaan disajikan pada halaman 48 sampai dengan 51.
41. PERSETUJUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Laporan keuangan konsolidasi dari halaman 2 sampai dengan 47 dan informasi tambahan dari halaman 48 sampai 51 telah disetujui oleh Direksi Perusahaan untuk diterbitkan pada tanggal 23 Maret 2011.
- 47 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR I: INFORMASI NERACA TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN *) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 2010 Rp
2009 Rp
ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang lain-lain kepada pihak ketiga Pajak dibayar di muka Piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Biaya dibayar di muka
1.059.286.422 3.157.567.306 4.428.808 292.907.163 6.903.300.000 274.108.924
1.408.691.440 14.355.931 301.403.163 283.375.789
11.691.598.623
2.007.826.323
578.991.371.477 -
547.385.853.999 20.600.910.687
2.127.490.307 42.860.000
3.703.844.031 1.607.006.608
Jumlah Aset Tidak Lancar
581.161.721.784
573.297.615.325
JUMLAH ASET
592.853.320.407
575.305.441.648
KEWAJIBAN LANCAR Hutang lain-lain kepada pihak ketiga Hutang pajak Biaya yang masih harus dibayar
116.613.498 279.745.172 176.742.655
41.338.613.497 289.433.384 237.351.724
Jumlah Kewajiban Lancar
573.101.325
41.865.398.605
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Kewajiban imbalan pasca kerja
69.063.116.000 7.636.876.218
54.765.000.000 6.181.282.305
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar
76.699.992.218
60.946.282.305
108.227.619.231
171.214.114.995
745.000.000.000 36.750.000.000 (374.397.392.367)
745.000.000.000 36.750.000.000 (480.470.354.257)
Jumlah Ekuitas
407.352.607.633
301.279.645.743
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
592.853.320.407
575.305.441.648
Jumlah Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Investasi saham Piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 8.046.763.656 tahun 2010 dan Rp 6.675.217.331 tahun 2009 Aset lain-lain
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
SELISIH LEBIH AKUMULASI RUGI ANAK PERUSAHAAN ATAS BIAYA PEROLEHAN INVESTASI DALAM BENTUK SAHAM EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 1.000 per saham untuk saham Seri A dan Rp 200 per saham untuk saham Seri B Modal dasar - 495.000.000 saham Seri A dan 7.025.000.000 saham Seri B Modal ditempatkan dan disetor - 495.000.000 saham Seri A dan 1.250.000.000 saham Seri B Agio saham Defisit
*) DISAJIKAN DENGAN METODE EKUITAS
- 48 -
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR II: INFORMASI LAPORAN LABA RUGI TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN *) UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 2010 Rp
2009 Rp
PENDAPATAN USAHA
-
3.796.855.126
BEBAN POKOK PENJUALAN
-
1.011.706.995
LABA KOTOR
-
2.785.148.131
BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI RUGI USAHA PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Penghasilan bunga Laba penjualan aset tetap Keuntungan kurs mata uang asing - bersih Beban keuangan Lain-lain - bersih Beban Lain-lain - Bersih
19.015.339.849
15.789.663.140
(19.015.339.849)
(13.004.515.009)
358.813.988 126.666.667 180.065 (1.084.999.991) (659.237)
42.582.696 2.179.626.226 (2.149.968.508) (762.430.711)
(599.998.508)
(690.190.297)
BAGIAN LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN
125.688.300.247
98.936.764.526
LABA SEBELUM PAJAK
106.072.961.890
85.242.059.220
BEBAN PAJAK
-
LABA BERSIH LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
*) DISAJIKAN DENGAN METODE EKUITAS
- 49 -
(1.457.102.504)
106.072.961.890
83.784.956.716
60,79
48,01
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR III: INFORMASI LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN *) UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009
Saldo per 1 Januari 2009
Modal disetor Rp
Agio saham Rp
745.000.000.000
36.750.000.000
(564.255.310.973)
217.494.689.027
-
-
83.784.956.716
83.784.956.716
745.000.000.000
36.750.000.000
(480.470.354.257)
301.279.645.743
-
-
106.072.961.890
106.072.961.890
745.000.000.000
36.750.000.000
(374.397.392.367)
407.352.607.633
Laba bersih tahun berjalan Saldo per 31 Desember 2009 Laba bersih tahun berjalan Saldo per 31 Desember 2010
*) DISAJIKAN DENGAN METODE EKUITAS
- 50 -
Defisit Rp
Jumlah ekuitas Rp
PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk INDUK PERUSAHAAN SAJA DAFTAR IV: INFORMASI LAPORAN ARUS KAS TERSENDIRI INDUK PERUSAHAAN *) UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 2010 Rp
2009 Rp
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok
180.065 (1.894.459.775)
5.278.680.412 (15.629.952.910)
Kas digunakan untuk operasi Pembayaran bunga dan beban keuangan Penerimaan restitusi pajak Pembayaran pajak penghasilan
(1.894.279.710) (1.084.999.991) 1.572.642.608 -
(10.351.272.498) (2.123.718.508) (1.030.297.556)
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Operasi
(1.406.637.093)
(13.505.288.562)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan bunga Penerimaan dividen dari anak perusahaan Penambahan investasi sementara Penambahan investasi saham Hasil penjualan aset tetap Perolehan aset tetap
358.813.988 36.595.500.000 (3.000.000.000) (5.500.000.000) 272.500.000 (145.192.600)
42.582.696 43.264.553.000 (1.831.415.525)
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Investasi
28.581.621.388
41.475.720.171
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Kenaikan (Penurunan) hutang/piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa - bersih Penurunan hutang lain-lain kepada pihak ketiga Pembayaran hutang sewa pembiayaan
13.697.610.687 (41.222.000.000) -
(26.663.058.171) (26.890.000) (290.353.355)
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
(27.524.389.313)
(26.980.301.526)
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS
(349.405.018)
990.130.083
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
1.408.691.440
418.561.357
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN
1.059.286.422
1.408.691.440
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN Aktivitas pendanaan yang tidak mempengaruhi kas: Konversi wesel bayar dan biaya bunga yang masih harus dibayar yang sudah jatuh tempo ke hutang lain-lain kepada pihak ketiga
*) DISAJIKAN DENGAN METODE EKUITAS
- 51 -
-
26.200.000.000