PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN KEUANGAN PERIODE YANG BERAKHIR PADA 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA)
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN KEUANGAN PERIODE YANG BERAKHIR PADA 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010
Daftar Isi Halaman
Surat Pernyataan Direksi Laporan Posisi Keuangan (Neraca)…………………………………………………………………………
1-2
Laporan Laba Rugi Komprehensif…………………………………………………………………………..
3
Laporan Perubahan Ekuitas………………………………………………………………………………….
4
Laporan Arus Kas……………………………………………………………………………………………..
5
Catatan atas Laporan Keuangan.......................................................................................
6 - 27
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Per 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan
2011
2010
ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Piutang usaha Piutang lain-lain Persediaan Uang muka dan biaya dibayar dimuka Pajak dibayar dimuka Total Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Taksiran tagihan pajak penghasilan Aset pajak tangguhan Investasi dalam saham Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 203.108.882 tahun 2011 dan Rp 183.845.985 tahun 2010 Aset lain-lain Total Aset Tidak Lancar TOTAL ASET
2, 3, 29 2, 4, 29 5 2, 6 2, 7, 29 2, 18
15.235.942 45.762.616 7.873.381 100.800.485 26.942.836 4.796.067 201.411.328
34.179.175 37.339.058 6.127.643 96.269.541 20.790.946 276.144 194.982.507
2, 18 2, 18 2, 8
15.731.380 33.444.841 1.000
11.231.380 26.955.019 1.000
2, 9, 17 2, 10, 29
321.556.279 29.737.420 400.470.920
329.351.088 30.891.817 398.430.304
601.882.247
593.412.811
. .
Catatan atas Laporan Keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
1
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Per 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan
2011
2010
LIABILITAS LIABILITAS LANCAR Utang bank Wesel bayar Utang usaha Utang lain-lain - pihak ketiga Utang pajak Biaya masih harus dibayar Utang jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun Utang Bank Utang Sewa pembiayaan Total Liabilitas Jangka Pendek LIABILITAS JANGKA PANJANG Kewajiban imbalan kerja Pinjaman jangka panjang - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang Bank Utang Sewa pembiayaan Liabilitas jangka panjang lainnya Total Liabilitas Jangka Panjang
2, 11, 29 2, 12, 29 2, 13, 29 14, 29 2, 18 15
26.469.000 0 36.774.745 53.556.312 15.423.423 2.574.487
26.973.000 43.723.600 33.520.152 18.200.982 10.534.770 1.870.520
2, 16, 29 2, 9, 17
107.265.075 307.574 242.370.617
117.441.512 146.488 252.411.024
2, 19
30.202.511
25.740.293
2, 16, 29 2, 17 20, 29
115.097.068 190.201 10.580.035 156.069.815
116.663.870 190.201 17.441.245 160.035.609
398.440.431
412.446.633
2, 21
232.272.342
232.272.342
2, 21 22
93.301.546 24.766.375
34.050.250 24.766.375
2.551.851 (149.450.297) 203.441.816 203.441.816
2.551.851 (112.674.640) 180.966.178 180.966.178
601.882.247
593.412.811
Total Liabilitas EKUITAS Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Modal saham Modal dasar - 6.800.000.000 saham Saham seri A - nilai nominal Rp 100 per saham Modal ditempatkan dan disetor penuh 2.322.723.417 saham Saham seri B - nilai nominal Rp 50 per saham Modal ditempatkan dan disetor penuh 1.866.030.910 saham Agio saham Saldo laba (defisit) Telah ditentukan penggunaannya Belum ditentukan penggunaannya Kepentingan non-pengendali Total Ekuitas TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS
. .
Catatan atas Laporan Keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
2
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 Septemberi 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan
2011
2010
PENDAPATAN
2, 23
159.168.378
157.250.885
BEBAN LANGSUNG BEBAN USAHA
2, 24 2, 25
(130.680.898) (60.733.444)
(86.640.552) (55.138.826)
(32.245.964)
15.471.507
3.166.129 41.247
LABA BRUTO PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Laba Selisih Kurs - Bersih 2 Pendapatan Bunga Keuntungan (kerugian) penjualan aktiva tetap Beban Pembiayaan 2 Lain-lain - bersih
(18.397.990) 4.171.099
9.081.457 28.196 175.500 (45.108.211) 349.492
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK
(43.265.480)
(20.002.058)
6.489.822
1.286.867
(36.775.658)
(18.715.191)
MANFAAT (BEBAN) PAJAK
2, 18
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
-
TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN
-
(36.775.658)
(18.715.191)
Total Laba (Rugi) Komprehensif yang dapat diatribusikan kepada: Pemilik entitas induk (36.775.658) Kepentingan non-pengendali -
(18.715.191) -
(36.775.658)
(18.715.191)
(8,78)
(6,23)
LABA (RUGI) PER SAHAM DASAR
. .
Catatan atas Laporan Keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
3
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Untuk Periode yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan Saldo 1 Januari 2010 Penawaran umum terbatas dengan tanpa hak memesan efek terlebih dahulu
Saldo Laba (defisit)
Modal ditempatkan dan disetor
Agio Saham
Telah ditentukan
232.272.342
24.766.375
2.551.851
0
34.050.250
Ekuitas Bersih 186.539.258 34.050.250
(39.623.330)
Saldo 31 Desember 2010
266.322.592
Penawaran umum terbatas dengan
24.766.375
2.551.851
(112.674.640)
(39.623.330) 0
59.251.296
180.966.178 59.251.296
1
Rugi bersih tahun berjalan Saldo 30 September 2011
(73.051.310)
Kepentingan non pengendali
1
Rugi bersih tahun berjalan
tanpa hak memesan efek terlebih dahulu
Belum ditentukan
(36.775.658) 325.573.888
24.766.375
Catatan atas Laporan Keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
4
2.551.851
(149.450.298)
(36.775.658) 0
203.441.816
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk LAPORAN ARUS KAS Untuk Periode yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2011
2010
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan
151.779.655
126.125.582
Pembayaran kepada pemasok
(66.484.280)
(57.373.505)
Pembayaran kepada karyawan
(34.605.573)
(19.161.381)
Kas dihasilkan dari operasi
50.689.801
49.590.696
Pembayaran pajak penghasilan
(6.491.219)
(1.416.987)
41.295
28.196
Penerimaan bunga Pembayaran bunga pinjaman
(9.439.279)
(46.475.908)
34.800.599
1.725.998
(11.468.088)
(457.003)
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Perolehan aset tetap Uang muka aset tetap
(34.859.402)
Hasil penjualan aset tetap
175.500
Penerimaan (pembayaran) uang jaminan dan performance bond
(1.739.391)
10.294.937
(13.207.478)
(24.845.967)
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Investasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penerimaan wesel bayar
13.052.696
Penerimaan (pembayaran) pinjaman jangka panjang
(53.025.439)
18.463.505
Pelunasan hutang sewa pembiayaan
(324.983)
149.382
Pembayaran biaya administrasi bank
(238.627)
(4.404.298)
(40.536.354)
14.208.589
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS
(18.943.233)
(8.911.380)
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL PERIODE
34.179.175
19.316.657
KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR PERIODE
15.235.942
10.405.277
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan
Catatan atas Laporan Keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
5
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1.
UMUM Pendirian Perusahaan PT Indonesia Air Transport (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 berdasarkan Akta No. 14 tanggal 10 September 1968 dari Notaris Frederik Alexander Tumbuan, SH. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. JA5/18/21 tanggal 15 April 1969 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 40 tanggal 20 Mei 1969, Tambahan No. 68. Berdasarkan Surat Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 03/V/1984 tanggal 24 Pebruari 1984, status Perusahaan berubah dari penanaman modal asing menjadi penanaman modal dalam negeri. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.03 tanggal 10 Desember 2010 dibuat oleh Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH mengenai peningkatan modal dasar Perseroan. Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM RI melalui Surat Keputusan No. AHU-03703.AH.01.02 tanggal 24 Januari 2011 Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan adalah dalam bidang pengangkutan udara, menyewakan dan/atau menyewa, perdagangan, perawatan, jasa kebersihan dan jasaboga, perwakilan dan agen penjualan umum dan jasa pengamanan bandar udara. Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1969 dengan daerah operasi di Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Jakarta. Perusahaan beralamat di Jl. Baru Skatek – Apron Selatan, Halim Perdanakusuma Airport, Jakarta. Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha
PT Bhakti Investama Tbk.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diaktakan dengan akta No. 5 tanggal 18 Mei 2011 oleh Notaris Ny. Liliana Arief Gondotomo, S.H, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 September 2011 adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama Komisaris Komisaris Independen Direktur Utama Direktur
: : : : :
Hary Tanoesoedibjo Darma Putra Wati Muhamad Budi Rustanto Syafril Nasution Juwono Kolbioen
Pada tanggal 30 September 2011 dan 2010, susunan komite audit perusahaan adalah sebagai berikut: Ketua Anggota Anggota
: : :
Muhamad Budi Rustanto Anton Tonbeng Nul Zulhadi
Penawaran Umum Saham Perusahaan Pada tanggal 31 Agustus 2006, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dengan suratnya No. S-1759/BL/2006 untuk melakukan Penawaran Umum kepada masyarakat sebanyak 432.000.000 saham Perusahaan dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga penawaran Rp 130 per saham. Seluruh saham Perusahaan sebanyak 2.149.605.000 saham tahun 2007 telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 5 Desember 2008, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam-LK dengan suratnya No. S8803/BL/2008 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu 1.289.763.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga perolehan Rp 186 per saham. Saham ini dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22 Desember 2008 Pada tanggal 30 September 2011, sejumlah 4.188.754.327 saham Perusahaan yang beredar telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
6
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI Dasar penyajian laporan keuangan Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), serta Peraturan dan Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.VIII.G.7. tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang terdapat dalam Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Surat Edaran No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Dasar penyusunan laporan keuangan, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual dan laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dan dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan adalah Rupiah. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana didefinisikan dalam PSAK No. 7 tentang “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”. Semua transaksi material dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan atau yang tidak dilakukan berdasarkan persyaratan dan kondisi normal, sebagaimana yang dilakukan dengan pihak ketiga, telah diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. Investasi saham Investasi dalam bentuk saham dengan pemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan dimaksudkan untuk investasi jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan (metode biaya). Aset dan Kewajiban Keuangan Mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2006),“ Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” yang menggantikan PSAK No. 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu” dan PSAK No. 55 “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai”. Penerapan PSAK revisi ini dilakukan secara prospektif. (i) Aset Keuangan Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset keuangan tersedia untuk dijual, jika sesuai. Perusahaan menentukan klasifikasi atas aset keuangan pada saat pengakuan awal. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajarnya, ditambah, dalam hal aset keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan tersebut. Pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi aset. Aset keuangan Perusahaan terdiri dari kas dan bank, piutang usaha dan piutang lain - lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan. Seluruh pembelian dan penjualan yang lazim pada aset keuangan diakui atau dihentikan pengakuannya pada tanggal perdagangan seperti contohnya tanggal pada saat Perusahaan berkomitmen untuk membeli atau menjual aset. Pembelian atau penjualan yang lazim adalah pembelian atau penjualan aset keuangan yang mensyaratkan penyerahan aset dalam kurun waktu umumnya ditetapkan dengan peraturan atau kebiasaan yang berlaku dipasar. Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Setelah pengakuan awal, aset keuangan tersebut dicatat pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Keuntungan atau kerugian diakui pada laporan laba rugi ketika aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi.
7
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) (ii) Kewajiban Keuangan Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi atau kewajiban keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, jika sesuai. Perusahaan menentukan klasifikasi atas kewajiban keuangan pada saat pengakuan awal. Kewajiban keuangan diakui pada awalnya sebesar nilai wajar dan, dalam hal pinjaman dan hutang, termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Kewajiban keuangan Perusahaan terdiri dari wesel bayar, hutang usaha, hutang lain-lain, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban jangka panjang lainnya – hutang pembelian pesawat yang diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi. Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, pada awalnya diakui pada nilai wajar dikurangi dengan biaya transaksi yang bisa diatribusikan secara langsung dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi, menggunakan suku bunga efektif kecuali jika dampak diskonto tidak material, maka dinyatakan pada biaya perolehan. Beban bunga diakui dalam “Beban keuangan” dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian diakui pada laporan laba rugi ketika kewajiban keuangan tersebut dihentikan pengakuannya dan melalui proses amortisasi. (iii) Saling Hapus dari Instrumen Keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya dilaporkan dalam neraca jika, dan hanya jika, saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui dan terdapat maksud untuk menyelesaikan secara neto, atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajiban secara bersamaan. (iv) Nilai Wajar dari Instrumen Keuangan Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan secara aktif di pasar keuangan yang terorganisasi, jika ada, ditentukan dengan mengacu pada kuotasi harga di pasar aktif pada penutupan bisnis pada akhir periode pelaporan. Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki pasar aktif, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian tersebut mencakup penggunaan transaksi-transaksi pasar yang wajar antara pihak-pihak yang mengerti dan berkeinginan (arm’s length market transactions); referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama; analisa arus kas yang didiskonto; atau model penilaian lain. (v) Biaya Perolehan Diamortisasi dari Instrumen Keuangan Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan penyisihan atas penurunan nilai dan pembayaran pokok atau nilai yang tidak dapat ditagih. Perhitungan tersebut mempertimbangkan premium atau diskonto pada saat perolehan dan termasuk biaya transaksi dan biaya yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif. (vi) Penurunan Nilai Aset Keuangan Setiap tanggal neraca, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Bukti penurunan nilai meliputi indikasi bahwa kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam, wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga, kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya dan data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang, misalnya perubahan kondisi ekonomi yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.
8
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) (vi) Penurunan Nilai Aset Keuangan Untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, Perusahaan pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual dan untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual terdapat bukti penurunan nilai secara kolektif. Jika Perusahaan menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka Perusahaan memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang (tidak termasuk ekspektasi kerugian kredit masa datang yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset keuangan tersebut berkurang melalui penggunaan akun penyisihan dan jumlah kerugian diakui dalam laporan laba rugi. Ketika aset tidak tertagih, nilai tercatat atas aset keuangan yang telah diturunkan nilainya dikurangi secara langsung atau jika ada suatu jumlah telah dibebankan ke akun penyisihan jumlah tersebut dihapusbukukan terhadap nilai tercatat aset keuangan tersebut. Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan, sepanjang pemulihan tersebut tidak mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan dilakukan, dengan menyesuaikan akun penyisihan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. Penerimaan kemudian atas piutang yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika pada periode berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun penyisihan, sedangkan jika setelah tanggal neraca dikreditkan sebagai pendapatan operasional lainnya. (vii) Penghentian Pengakuan Aset Keuangan Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika, hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau Perusahaan mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau menanggung kewajiban untuk membayarkan arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa penundaan berarti kepada pihak ketiga dibawah kesepakatan pelepasan (pass through arrangement); dan (a) Perusahaan telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, atau (b) Perusahaan tidak mentransfer maupun tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, namun telah mentransfer pengendalian atas aset. Kewajiban Keuangan Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dihentikan atau dibatalkan atau kadaluwarsa. Ketika kewajiban keuangan saat ini digantikan dengan yang lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi secara substansial atas ketentuan kewajiban keuangan yang saat ini ada, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dicatat sebagai penghapusan kewajiban keuangan awal dan pengakuan kewajiban keuangan baru, dan selisih antara nilai tercatat kewajiban keuangan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Piutang usaha Sebelum 2010, piutang usaha dinyatakan sebesar jumlah nominal setelah dikurangi dengan penyisihan penurunan nilai. Penyisihan penurunan nilai diestimasi berdasarkan penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun. Persediaan Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dengan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Biaya perolehan untuk suku cadang dan komponen perbaikan pesawat udara (repairable and rotable parts and components) yang telah dipasang (assigned) pada pesawat ditentukan sebesar jumlah tercatat setelah dikurangi dengan pembebanan persediaan. Pembebanan persediaan ditentukan berdasarkan jumlah jam terbang masing-masing pesawat udara. Biaya perolehan persediaan selain repairable spareparts dan components hanya untuk aset tetap tertentu ditentukan dengan metode “masuk pertama, keluar pertama” (FIFO).
9
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) Biaya dibayar di muka Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method). Aset tetap Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), “Aset Tetap”. Perusahaan memilih model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetapnya. Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Aset tetap, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) dengan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut: Tahun/Years Bangunan dan prasarana Pesawat udara – dengan nilai residu 20% Mesin dan peralatan Kendaraan bermotor
20 8 – 20 5 5
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan ditelaah kembali setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif. Bila nilai tercatat suatu aset melebihi taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (estimated recoverable amount) maka nilai tersebut diturunkan ke jumlah yang dapat diperoleh kembali tersebut, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai pakai. Penurunan nilai aset tersebut diakui sebagai kerugian penurunan nilai aset dan dibebankan pada tahun berjalan. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya; biaya penggantian komponen suatu aset dan biaya inspeksi yang signifikan diakui dalam jumlah tercatat aset jika memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari aset. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dibukukan dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan. Sewa pembiayaan Perusahaan menerapkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), “Sewa”. Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007) klasifikasi sewa didasarkan pada sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewan berada pada lessor dan lessee, dan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemiikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban. Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Jumlah yang dapat disusutkan dari aset sewaan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama perkiraan masa penggunaan dengan dasar yang sistematis dan konsisten dengan kebijakan penyusutan aset yang dimiliki. Jika tidak terdapat kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, maka aset sewaan disusutkan selama periode yang lebih pendek antara masa sewa dan umur manfaat aset sewaan. Murabahah Murabahah adalah transaksi pembelian barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguhan diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan). Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan dan diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang murabahah.
10
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) Ijarah Ijarah adalah akad sewa menyewa antara mu’jir (lessor) dengan musta’jir (lessee) atas ma’jur (objek sewa) untuk mendapatkan imbalan atau barang yang disewakannya. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa suatu barang antara lessor dengan lessee yang diakhiri dengan perpindahan hak milik objek sewa.
Beban tangguhan Biaya pendidikan pilot ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama masa ikatan dinas pilot berkisar antara 3 – 5 tahun. Biaya kompensasi lahan ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus berdasarkan jangka waktu perjanjian selama 30 tahun.
Biaya emisi saham Biaya emisi saham dikurangkan dari tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.
Pengakuan pendapatan dan beban Pendapatan jasa penyewaan pesawat diakui berdasarkan jam terbang pada saat invoice dibuat. Pendapatan jasa perbaikan dan pemeliharaan pesawat diakui pada saat jasa diserahkan atau secara signifikan diberikan dan manfaat jasa tersebut telah dinikmati oleh pelanggan. Pendapatan bunga diakui atas dasar waktu, pokok dan tingkat bunga berlaku. Beban diakui pada saat terjadinya (metode akrual).
Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku terakhir dari Bank Indonesia pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan. Kurs yang digunakan pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, adalah sebagai berikut: 2011 Dolar Amerika Serikat Euro Poundsterling Dolar Singapura Dolar Australia
2010
8.823 11.956 13.764 6.796 8.611
8.991 11.956 13.894 6.981 9.143
Kurs tersebut dihitung berdasarkan rata-rata kurs beli dan kurs jual uang kertas asing dan/atau kurs transaksi terakhir dari Bank Indonesia untuk tahun berjalan.
Pajak penghasilan Beban pajak kini disajikan berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak tahun berjalan. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui berdasarkan perbedaan temporer antara dasar pelaporan komersial dan dasar pajak atas aset dan kewajiban pada masing-masing tanggal pelaporan. Manfaat pajak masa yang akan datang, seperti akumulasi rugi fiskal yang belum digunakan diakui sejauh terdapat cukup kemungkinan atas realisasi dari manfaat pajak tersebut. Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Perubahan nilai tercatat aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transakasi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Perubahan atas kewajiban pajak dicatat ketika hasil pemeriksaan diterima atau hasil dari keberatan ditetapkan dalam hal pengajuan keberatan oleh Perusahaan.
11
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) Imbalan kerja Perusahaan mencatat imbalan kerja berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 (“ UU No. 13”) dan PSAK 24 (Revisi 2004). Berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2004), biaya imbalan kerja dihitung berdasarkan UU No. 13 dengan menggunakan metode perhitungan aktuarial, projected unit credit. Keuntungan dan kerugian aktuarial diakui sebagai penghasilan atau beban apabila akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui untuk masing-masing program pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi jumlah 10% dari kewajiban imbalan pasti pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian aktuarial ini diakui selama rata-rata sisa masa kerja karyawan dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya jasa lalu yang timbul akibat pengenalan program imbalan pasti atau perubahan kewajiban imbalan kerja dari program sebelumnya harus diamortisasi sampai imbalan kerja tersebut telah menjadi hak karyawan. Program opsi karyawan Program opsi saham karyawan diberikan untuk direksi dan komisaris serta karyawan tetap yang mempunyai masa kerja minimal 5 tahun. Nilai wajar opsi ditentukan dengan menggunakan model the black-scholes option pricing. Beban kompensasi ditentukan berdasarkan jumlah opsi diberikan dan dibebankan dalam laporan laba rugi selama periode vesting. Rugi per saham Rugi per saham dasar dihitung dengan membagi rugi bersih residual dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan. Tidak ada efek berpotensi saham dilutif, sehingga rugi bersih per saham dilusian tidak disajikan. Informasi segmen Informasi segmen disusun dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis. Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain. Penggunaan estimasi Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi nilai yang dilaporkan. Sehubungan dengan adanya ketidakpastian yang melekat dalam pembuatan estimasi, maka realisasi yang akan terjadi dapat berbeda dengan estimasi yang telah dilaporkan sebelumnya.
12
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
3.
KAS DAN BANK
2011 Kas
2010
241.494
266.541
Bank-Rupiah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Syariah Mandiri PT Bank DKI unit Syariah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk PT Bank Bukopin
304.770 5.615.155 1.032.702 7.093 0 17.912 3.139
1.152.216 676.431 393.272 7.472 4.426 2.668 0
Jumlah Bank - Rupiah
6.980.771
2.236.485
Bank - Dolar AS PT Bank Muamalat Indonesia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Syariah Mandiri PT Bank Central Asia Tbk PT Bank DKI unit Syariah PT Bank Bukopin
6.625.797 351.083 880.353 0 105.634 50.810
28.426.487 2.476.018 593.978 144.149 35.517 0
Jumlah Bank - Dolar AS
8.013.677
31.676.149
Jumlah Bank
14.994.448
33.912.634
Jumlah
15.235.942
34.179.175
13
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
4.
PIUTANG USAHA
2011
2010
Total E&P Indonesie PT Badak NGL Eni Bukat Ltd PT International Nickel Indonesia Tbk PT Conoco Philips Indonesia Ainc Ltd Lainnya (masing-masing kurang dari 5% piutang usaha)
17.925.883 5.978.441 2.351.005 4.841.264 747.630
9.811.135 2.853.733 1.111.398 1.102.250 761.866
13.918.393
21.698.676
Jumlah
45.762.616
37.339.058
Analisis umur piutang usaha adalah sebagai berikut: 2011
2010
Sampai dengan 1 bulan > 1 sampai 2 bulan > 2 sampai 3 bulan > 3 sampai 12 bulan Lebih dari 12 bulan
20.938.097 16.567.784 516.496 0 7.740.240
23.800.483 6.804.410 38.883 3.160.430 3.534.852
Jumlah
45.762.617
37.339.058
Piutang usaha berdasarkan mata uang 2011
5.
2010
Dolar Amerika Serikat Rupiah
40.279.971 5.482.646
32.908.102 4.430.956
Jumlah
45.762.617
37.339.058
PIUTANG LAIN-LAIN
2011
2010
PT Global Maintenance Facility PT Cheysia Aurelia Lainnya
5.562.929 1.354.502 955.951
3.902.077 1.351.672 873.894
Jumlah
7.873.382
6.127.643
14
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
6.
PERSEDIAAN
Persediaan terdiri dari: 2011 Komponen suku cadang dapat diperbaiki Suku cadang Persediaan umum dan perlengkapan Jumlah 7.
2010
64.115.187 36.503.026 182.271
59.501.674 36.690.126 77.741
100.800.485
96.269.541
UANG MUKA DAN BIAYA DIBAYAR DIMUKA
Akun ini terdiri dari 2011
8.
2010
Uang muka pembelian persediaan Uang muka dan biaya dibayar dimuka lainnya
19.003.629 7.939.207
14.576.078 6.214.868
Jumlah
26.942.836
20.790.946
INVESTASI DALAM SAHAM Akun ini merupakan investasi Perusahaan di PT Usaha Gedung Bimantara (pemegang saham perusahaan) sebanyak 1 saham, dengan persentase kepemilikan 0,01% dengan biaya perolehan Rp 1 juta.
9.
ASET TETAP
2011
Saldo 1 januari 2011
Penambahan
Pengurangan
Saldo 30 September 2011
Nilai tercatat Pemilikan Langsung Pesawat Udara Bangunan dan Prasarana Mesin dan Peralatan Kendaraan Bermotor
481.329.368 18.728.437 10.207.845 197.723
10.881.637 68.470 97.981 420.000
-
492.211.005 18.796.907 10.305.826 617.723
Jumlah Kepemilian Langsung
510.463.373
11.468.088
-
521.931.461
2.733.700
-
-
2.733.700
Jumlah
513.197.073
11.468.088
-
524.665.161
Akumulasi Penyusutan Pemilikan Langsung Pesawat Udara Bangunan dan Prasarana Mesin dan Peralatan Kendaraan Bermotor
163.968.744 9.531.106 8.373.254 197.722
17.635.175 590.101 571.566 56.000
-
181.603.919 10.121.207 8.944.820 253.722
Jumlah Kepemilian Langsung
182.070.826
18.852.843
-
200.923.669
1.775.159
410.055
-
2.185.214
Jumlah
183.845.985
19.262.897
-
203.108.882
Nilai Buku
329.351.088
(7.794.810)
-
321.556.278
Sewa Pembiayaan Kendaraan
Sewa Pembiayaan Kendaraan
15
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
10. ASET LAIN-LAIN
2011 Beban Tangguhan - Bersih Pendidikan Pilot Sewa Lahan Sub Jumlah
2010
6.416.656 2.472.358 8.889.015
8.628.228 2.858.950 11.487.178
Uang muka pembelian pesawat Performance Bond Jaminan Lainnya
17.845.417 2.425.623 19.795
18.365.810 1.019.034 19.795
Jumlah
29.179.850
30.891.817
11. UTANG BANK
Utang bank ini merupakan fasilitas pembiayaan modal kerja dari PT Bank Syariah Mandiri dengan plafond awal US$ 3.000.000
12. WESEL BAYAR
Pada Januari 2011, Perusahaan menerbitkan wesel bayar kepada Herst Investment Limited sebesar Rp 803.196 Pada Februari 2011,Perusahaan menerbitkan wesel bayar kepada Oxley Capital Investments Limited sebesar Rp 7.838.000 Pada Februari 2011,Perusahaan kembali menerbitkan wesel bayar kepada Oxley Capital Investments Limited sebesar USD 500.000 atau setara dengan Rp 4.411.500 Pada bulan Agustus 2011, wesel bayar Herst Investment Ltd Rp 44.526.796 dan Oxley Capital Investments Ltd Rp 12.249.500 seluruhnya dikonversi menjadi saham perusahaan.
16
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
13. UTANG USAHA
Rincian akun ini adalah utang usaha kepada pihak ketiga: 2011
2010
Eurocopter South East Asia Pte., Ltd TAT Industries Asia Pacific Turbomeca Fokker Services Schipol ATR Eastern Support Pte., Ltd Lainnya (masing-masing kurang dari 5% jumlah hutang usaha)
13.518.208 5.536.679 3.538.655 2.589.872 286.693
11.759.246 5.527.504 4.188.939 2.974.345 1.053.134
11.304.639
8.016.984
Jumlah
36.774.745
33.520.152
2011
2010
Sampai dengan 1 bulan > 1 sampai 2 bulan > 2 sampai 3 bulan > 3 sampai 12 bulan Lebih dari 12 bulan
7.078.629 2.736.504 1.640.571 9.900.926 15.418.115
4.447.629 4.211.633 907.747 9.021.121 14.932.022
Jumlah
36.774.745
33.520.152
2011
2010
Dolar AS Euro Rupiah Dolar Sin
18.654.549 8.191.853 9.753.544 174.798
19.260.712 9.337.764 4.733.854 187.822
Jumlah
36.774.745
33.520.152
Analisis umur utang usaha adalah sebagai berikut:
Berdasarkan mata uang
17
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
14. UTANG LAIN-LAIN – PIHAK KETIGA
Rincian akun ini adalah sebagai berikut: PT Badak Natural Gas Liqufaction Flaming Luck Investments Limited PT Citra International Underwriter Koperasi Bimantara PT JAS Lainnya
2011 2.117.520 0 3.296.554 154.052 32.351 47.398.265
2010 6.473.520 2.475.000 2.099.331 134.545 32.351 6.986.235
Jumlah
52.998.742
18.200.982
15. BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR
Rincian akun ini adalah sebagai berikut: Perbaikan dan pemeliharaan Beban pembiayaan
2011 1.603.600 970.887
2010 1.603.600 266.920
2.574.487
1.870.520
16. UTANG BANK JANGKA PANJANG
Akun ini merupakan utang bank jangka panjang dengan rincian sebagai berikut: 2011 PT Bank Muamalat Tbk Dolar AS Rupiah PT Bank Syariah Mandiri Dolar AS PT Bank DKI unit syariah Dolar AS
2010
107.195.788 30.247.000
116.333.056 30.247.000
74.993.480
77.410.451
9.925.875
10.114.875
Sub Total Bagian jatuh tempo dalam satu tahun
222.362.143 (107.265.075)
234.105.382 (117.441.512)
Bagian jangka panjang
115.097.068
116.663.870
18
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
17. SEWA PEMBIAYAAN
2011
2010
Pembayaran yang jatuh tempo pada tahun : 2011 2012 2013
95.634 291.336 208.580
146.488 131.359 75.676
Jumlah pembayaran minimum sewa Bunga
595.550 (97.775)
353.523 (16.834)
Nilai tunai pembayaran minimum sewa Bagian jatuh tempo dalam satu tahun
497.775 (307.574)
336.689 (146.488)
Bagian Jangka Panjang
190.201
190.201
18. PERPAJAKAN
a.
Pajak dibayar dimuka merupakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.091.265 dan PPh Pasal 23 sebesar Rp 2.704.802
b. Hutang pajak terdiri dari: 2011
2010
Pajak penghasilan Pasal 21 Pasal 23 Pasal 25 Pasal 4 (2) PPN
10.184.101 360.564 124.711 412.630 4.341.416
8.515.823 237.155 124.711 346.853 1.310.228
Jumlah
15.423.423
10.534.770
Rekonsiliasi antara rugi sebelum beban pajak penghasilan seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi dan taksiran rugi fiskal untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 September 2011 adalah sebagai berikut:
19
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Rugi sebelum manfaat pajak penghasilan menurut laporan laba rugi
(43.265.480)
Beda temporer Imbalan kerja Sewa pembiayaan Penyusutan Beda tetap Tunjangan karyawan Penghasilan bunga yang pajaknya bersifat final Lain-lain
5.400.000 (466.055) (7.040.137) 7.129.956 (41.247) 1.456.239
Estimasi rugi fiskal
(36.826.724)
Perhitungan manfaat pajak tangguhan atas beda temporer yang signifikan antara pelaporan komersial dan pajak dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku untuk tahun 2011 adalah sebagai berikut: Rugi fiskal Penyisihan imbalan kerja Penyusutan Sewa pembiayaan
9.196.369 1.350.000 (3.940.033) (116.514)
Jumlah manfaat pajak penghasilan tangguhan
6.489.822
Rincian aset dan kewajiban pajak tangguhan pada tanggal 30 September 2011 Aset Pajak Tangguhan Rugi fiskal Kewajiban imbalan kerja Kewajiban Pajak Tangguhan Penyusutan aset tetap Sewa pembiayaan Beban tangguhan
(22.395.205) (667.488) (3.249.814)
Aset Pajak Tangguhan
33.444.841
51.972.274 7.785.073
20
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
19. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA
Perusahaan memberikan imbalan untuk karyawannya yang telah mencapai usia pensiun yaitu 55 tahun sesuai dengan Undang-undang No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Imbalan kerja tersebut tidak didanai.
Kewajiban imbalan kerja: Nilai kini kewajiban imbalan kerja Keuntungan aktuarial yang belum diakui Biaya jasa lalu yang belum diakui - non vested Kewajiban bersih
35.069.995 1.974.900 (6.842.384) 30.202.511
Mutasi kewajiban imbalan kerja karyawan adalah sebagai berikut Saldo awal tahun Beban imbalan kerja tahun berjalan Pembayaran imbalan kerja Saldo akhir tahun
25.740.293 3.600.000 862.218 30.202.511
20. LIABILITAS JANGKA PANJANG LAINNYA
Akun ini terdiri dari : 2011 Hutang pembelian pesawat BAC 1-11 (PK-TRU)-Dolar AS Uang jaminan pelanggan Jumlah
2010
9.595.012 985.023
9.777.713 7.663.532
10.580.035
17.441.245
21
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
21. MODAL SAHAM
Rincian pemilikan saham pada tanggal 30 September 2011 adalah sebagai berikut :
Pemegang Saham
Jumlah Saham Ditempatkan dan Jumlah Saham Ditempatkan dan Disetor penuh
Persentase Pemilikan (%)
Jumlah
Seri A PT Global Transport Services Masyarakat dan karyawan
1.592.358.315 730.365.102
38,02% 17,44%
159.235.832 73.036.510
Jumlah Seri A
2.322.723.417
55,45%
232.272.342
365.005.000 316.000.000 890.535.910 49.500.000 244.990.000
8,71% 7,54% 21,26% 1,18% 5,85%
18.250.250 15.800.000 44.526.796 2.475.000 12.249.500
Jumlah Seri B
1.866.030.910
44,55%
93.301.546
Jumlah
4.188.754.327
100,00%
325.573.888
Seri B PT Global Far East Starlight Ltd Herst Investment Ltd Flamming Luck Investment Ltd. Oxley Capital Investments Ltd.
22. AGIO SAHAM
Rincian agio saham sebagai berikut: Penawaran umum perdana saham tahun 2006-setelah dikurangi biaya emisi saham sebesar Rp 2.900.228 Pelaksanaan opsi saham karyawan tahun 2007 Penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu Tahun 2008 Tahun 2009 Biaya emisi saham
10.059.772 305.834 12 14.888.171 (487.414)
Jumlah
24.766.375
22
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
23. PENDAPATAN USAHA
Rincian pendapatan sebagai berikut: 2011 Jasa penyewaan pesawat Contract charter Spot charter Jasa perbaikan dan pemeliharaan pesawat Jumlah
2010
150.504.354 8.242.368
154.364.356 2.836.666
421.656
49.863
159.168.378
157.250.885
Seluruh pendapatan usaha diperoleh dari pihak ketiga. Pendapatan usaha dari pelanggan yang melebihi 10% dari jumlah pendapatan usaha berasal dari: 2011 Total E&P Indonesie PT Transnusa Air Service PT International Nickel Indonesia Tbk PT Badak NGL
75.568.313 0 22.892.330 31.391.312
Jumlah
129.851.955
24. BEBAN LANGSUNG
2011 Mesin dan suku cadang utama Ijarah Penyusutan Asuransi Gaji dan tunjangan Suku cadang Bahan bakar Lampu pendaratan Lain – lain (masing-masing dibawah Rp 2.000.000) Jumlah
2010
29.582.934 28.303.298 17.635.174 15.305.134 8.615.683 5.796.174 8.805.354 1.221.837
18.084.983 15.312.061 10.356.802 8.154.664 5.741.386 996.876
15.415.310
4.154.717
130.680.898
23
23.839.063
86.640.552
2010 88.527.406 31.079.558 22.259.225 141.866.189
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
25. BEBAN USAHA
Rincian beban usaha adalah sebagai berikut: 2011 Gaji dan tunjangan Perjalanan dinas Imbalan kerja Sewa Penyusutan Lisensi pilot Asuransi Utilitas Komunikasi Perbaikan dan pemeliharaan Perlengkapan kantor Pelatihan Jasa Profesional Lain-lain
19.023.831 9.636.414 7.917.981 1.545.148 1.627.723 6.070.510 855.663 1.061.715 845.588 582.577 598.065 3.551.467 232.520 7.184.241
Jumlah
60.733.444
2010 16.660.729 7.356.903 5.277.187 2.617.912 1.478.289 2.101.877 2.718.304 933.987 819.426 488.724 770.784 1.995.865 375.050 11.543.789 55.138.826
26. RUGI BERSIH PER SAHAM
Perhitungan rugi bersih per saham dasar didasarkan pada data berikut : Rugi bersih Rugi bersih periode berjalan
(36.775.658)
Jumlah Saham Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar (penyebut) untuk tujuan penghitungan laba per saham dasar adalah sebagai berikut : Saldo awal tahun Penerbitan saham melalui opsi saham karyawan (tanggal 17 Oktober 2007) Penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu Penawaran umum terbatas tanpa hak memesan efek terlebih dahulu
2.140.000.000
Jumlah Rata-rata tertimbang saham
4.188.754.327
1.921.000 173.118 2.046.660.209
RUGI BERSIH PER SAHAM DASAR Rugi per saham – Rupiah penuh
(8,78)
24
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
27. INFORMASI SEGMEN
Jasa penyewaan pesawat PENDAPATAN USAHA Pendapatan dari pihak eksternal Hasil segmen
2011 Jasa diluar penyewaan Pesawat
Jumlah
159.136.054
32.325
159.168.378
28.455.156
32.325
28.487.480
Beban usaha tidak dapat dialokasi Laba usaha Keuntungan kurs mata uang asing Penghasilan bunga Beban bunga Lain-lain bersih Laba (rugi) sebelum pajak Beban pajak Laba (rugi) bersih
-60.733.444 -32.245.964 3.166.129 41.247 -18.397.990 4.171.099 -43.265.480 6.489.822 -36.775.658
AKTIVA Aktiva segmen Aktiva tidak dapat dialokasi Jumlah aktiva
497.856.800 104.025.447 601.882.247
497.856.800 104.025.447 601.882.247
KEWAJIBAN Kewajiban segmen Kewajiban tidak dapat dialokasi Jumlah kewajiban
326.886.209 71.554.222 398.440.431
326.886.209 71.554.222 398.440.431
Pengeluaran Modal Penyusutan Penyusutan tidak dapat dialokasi Jumlah
17.635.174 17.635.174
Segmen Geografis Balikpapan Jakarta Lainnya
115.204.700 17.021.992 26.941.686 159.168.378
25
1.056.156 571.567 1.627.723
18.691.331 571.567 19.262.897
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
28. KELOMPOK INSTRUMEN KEUANGAN
Berikut metode dan asumsi yang digunakan untuk estimasi nilai wajar: Nilai wajar kas dan bank mendekati nilai tercatat karena jangka waktu jatuh tempo yang singkat atas instrumen keuangan tersebut. Nilai wajar dari piutang usaha, piutang lain-lain hutang bank, wesel bayar, hutang usaha, hutang lainlain, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban jangka panjang lainnya – hutang pembelian pesawat mendekati nilai tercatat karena jangka waktu jatuh tempo yang singkat atas instrumen keuangan tersebut. 29. ASET DAN KEWAJIBAN DALAM MATA UANG ASING
Pada tanggal 30 September 2011, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing adalah sebagai berikut:
Mata uang asing Aset Kas dan Bank Piutang Usaha Uang Muka
Aset Lain-lain
USD USD USD SGD EUR USD
929 4.565 2.180 25 172 2.361
Jumlah Aset Liabilitas Utang bank Utang usaha
Utang bank jangka pendek Utang lain-lain Biaya masih harus dibayar Pinjaman jangka panjang Liabilitas jangka panjang lainnya
Ekuivalen Rupiah 8.196.567 40.279.971 19.234.140 169.900 2.056.432 20.831.103 90.768.113
USD EUR USD SGD USD USD USD USD USD
3.000 685 2.114 26 12.157 860 102 9.617 1.087
26.469.000 8.191.853 18.654.549 174.798 107.261.211 7.587.780 899.946 84.850.791 9.590.601
Jumlah Liabilitas
263.680.529
Liabilitas Bersih
172.912.416
26
PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 September 2011 dan 2010 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
30. REVISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sebagai berikut: Efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011: a.
PSAK 1 (Revisi 2009) “Penyajian Laporan Keuangan”, yang menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. PSAK 1 (Revisi 2009) ini menggantikan PSAK 1 (1998) “Penyajian Laporan Keuangan”.
b.
PSAK 2 (Revisi 2009) “Laporan Arus Kas”, yang memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode. PSAK 2 (Revisi 2009) ini menggantikan PSAK 2 (1994) “Laporan Arus Kas”.
c.
PSAK No. 3 (Revisi 2010) “Laporan Keuangan Interim”, menentukan isi minimum laporan keuangan interim serta prinsip pengakuan dan pengukuran dalam laporan keuangan lengkap atau ringkas untuk periode interim
d.
PSAK 5 (Revisi 2009) “Segmen Operasi”. Informasi segmen diungkapkan untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi. PSAK 5 (Revisi 2009) ini menggantikan PSAK 5 (2000) “Pelaporan Segmen”.
e.
PSAK No. 8 (Revisi 2010) “Peristiwa Setelah Periode Laporan”, menentukan kapan entitas menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa setelah periode laporan, dan pengungkapan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dan peristiwa setelah periode laporan. Mensyaratkan entitas tidak boleh menyusun laporan keuangan atas dasar kelangsungan usaha jika peristiwa setelah periode pelaporan mengindikasikan bahwa penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat.
f.
PSAK No. 23 (Revisi 2010) “Pendapatan”, mengidentifikasikan keadaan saat kriteria pengakuan pendapatan akan terpenuhi, sehingga pendapatan dapat diakui. Mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu. Memberikan panduan praktis dalam penerapan kriteria mengenai pengakuan pendapatan.
g.
PSAK No. 25 (Revisi 2009) “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” menentukan kriteria untuk pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan.
h.
PSAK 48 (Revisi 2009) “Penurunan Nilai Aset”. Menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkan dan jika aset tersebut terjadi penurunan nilai, rugi penurunan nilai harus diakui. PSAK 48 (Revisi 2009) ini menggantikan PSAK 48 (1998) “Penurunan Nilai Aset”
i.
PSAK No. 57 (Revisi 2009) “Provisi, Liabilitas, Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi”, bertujuan untuk mengatur pengakuan dan pengukuran kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi serta untuk memastikan informasi memadai telah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk memungkinkan para pengguna memahami sifat, waktu, dan jumlah yang terkait.
j.
ISAK No. 9 “Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa”, diterapkan terhadap setiap perubahan pengukuran atas aktivitas purnaoperasi, restorasi atau kewajiban yang serupa yaitu diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset tetap sesuai PSAK 16 dan sebagai kewajiban sesuai PSAK 57.
k.
ISAK No. 17 “Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai”, mensyaratkan bahwa entitas tidak membalik rugi penurunan nilai yang diakui pada periode interim sebelumnya berkaitan dengan goodwill atau investasi pada instrumen ekuitas atau aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan. Perusahaan sedang mengevaluasi dan belum menentukan dampak dari standar dan interpretasi yang direvisi dan yang baru tersebut terhadap laporan keuangannya.
27