PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si
Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. psikologi belajar ternyata diperlukan adanya prosedur-prosedur yang dapat digunakan para pendidik untuk merubah dan memberikan masukanmasukan kepada peserta didik agar memiliki pola dan tingkah laku yang sesuai dengan harapan para pendidik dan orang tua mereka. Sedangkan minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Adapun metode psikologi belajar dalam membangkitkan motivasi serta minat belajar siswa adalah (a) Memberi angka (b) Hadiah (c) Kompetisi (d) Ego-involvement (e) Memberi ulangan (f) Mengetahui hasil (g) Pujian (h) Hukuman. Kata kunci : Psikologi belajar, motivasi, minat
Pendahuluan Dunia pendidikan khususnya di Indonesia dari dahulu sampai sekarang terus mengalami tantangan sekaligus perubahan yang begitu cepat. Tantangan itu berupa isi materi yang tidak lagi sesuai dengan konteks kekinian, kemudian fungsi pendidikannya yang hanya bertujuan untuk memenuhi ranah pengetahuan (knowledge oriented). Terakhir, struktur pemikiran para guru yang kurang benar sekaligus tepat dalam memahami posisi juga kondisi dari siswa yang notabane merupakan roh utama dalam pendidikan itu sendiri. Sedangkan perubahan itu meliputi keyakinan (belief) dan cara pandang (worldview) guru terhadap diri siswa. Ada yang memiliki keyakinan dan cara pandang bahwa siswa itu adalah partner dalam menyukseskan kegiatan belajar mengajar dan oleh karena itu wajib hukumnya untuk diberdayakan dan ada juga yang memperlakukannya sekadar
1
objek pasif yang duduk mendengar sepanjang hari tanpa diberi kesempatan untuk mengkritisi. Akhirnya perbedaan-perbedaan yang ada di dalam diri siswa hanya dipandang sebagai suatu kebetulan semata bahkan tidak dikelola dan diabaikan begitu saja.
Menurut Philip R.E Verson, pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar. Anak-anak yang masuk sekolah masing-masing memiliki tingkat kecerdasan, perhatian, dan pengetahuan yang berbeda dengan kesiapan belajar yang berbeda-beda. Mereka berbeda dalam potensi bahkan dalam karakternya.1 Fenomena ini jika tidak cepat disadari oleh kelompok guru maka proses pembelajaran akan kacau dan tidak efektif. Kalau seperti demikian adanya, cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak akan terwujud. Pembahasan 1. Pengertian Psikologi Belajar
Psikologi berasal dari perkataan Yunani yang terdiri atas dua suku kata yaitu “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologis, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejala, proses, maupun latar belakangnya.2 Sedangkan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami setiap orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang. Dengan demikian, belajar
1
Oemar Hamalik, “Psikologi Belajar dan Mengajar”, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004), Cet ke-IV, h. 17 2
Popi Sopiatin & Sohari Sahrani, “Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam”, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), Cet ke-I, h. 3
2
bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal, tetapi belajar juga merupakan masalahnya setiap orang. Fungsi alat indra dalam proses belajar sangat penting. Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas pesan secara fisik. Melalui alat indera juga, manusia dapat memperoleh pengetahuan dan kemampuan berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera, anda tidak akan dapat melihat senyum manis Mahasiswi anda yang dialamatkan kepada anda. Jadi, sangat masuk akal kalau Barkeley menyatakan bahwa dunia tidak akan ada tanpa alat indera. Dalam aplikasinya, psikologi belajar ternyata diperlukan adanya prosedurprosedur yang dapat digunakan para pendidik untuk merubah dan memberikan masukan-masukan kepada peserta didik agar memiliki pola dan tingkah laku yang sesuai dengan harapan para pendidik dan orang tua mereka. Dengan demikian, para pendidik perlu memahami aspek psikologis dalam belajar mengajar. Hal ini sangat penting karena peserta didik (siswa) biasanya tidak memiliki pemikiran yang sama, pemahaman keluarga yang sama, latar belakang keluarga yang sama.3 Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadi suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat kita bedakan menjadi dua golongan : (a) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. (b) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, serta motivasi sosial.4
3
Ibid., h. 14
4
M. Ngalim Purwanto, “Psikologi Pendidikan”, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke-21, h. 102
3
Memahami psikologi belajar pada akhirnya akan melahirkan motivasi sekaligus minat belajar pada diri siswa. Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacammacam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Mengarahkan
berarti
menyalurkan
tingkah
laku.
Dengan
demikian
ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Terakhir, menopang berarti menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan juga kekuatan-kekuatan individu.5 Sedangkan secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.6 Misalnya ada seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi agama, maka otomatis akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Lalu, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi tersebut yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
2. Metode Psikologi Belajar Dalam Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Siswa. Hakekat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktifitas-aktifitas kejiawaan dalam diri manusia, yang semua itu
5
Ibid., h. 72-73
6
Muhibbin Syah, “Psikologi Belajar”, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet ke-I, h. 136
4
menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk lain.7 Tanpa disadari manusia secara tidak langsung telah melakukan suatu perubahan dimana perubahan tersebut terbentuk dari tidak bisa menjadi biasa, tidak tahu menjadi tahu dan seterusnya hingga manusia tersebut menjadi manusia sempurna (insan kamil). Dalam proses itu, manusia akan selalu belajar dan belajar. Kegiatan belajar ini dalam konsepnya dapat diuraikan dengan jelas melalui ilmu psikologi belajar. Belajar bukanlah kegiatan yang hanya berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Belajar tidak hanya melibatkan yang benar saja, tetapi juga melibatkan yang tidak benar, missal ada murid yang salah mengeja kata, kita tidak dapat mengatakan bahwa tidak belajar, hanya saja dia mengeja yang salah. Jadi belajar tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga dapat berkenaan dengan sikap, tingkah laku, kejiwaan dan perasaan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar melibatkan pisik dan psikis peserta didik , sehingga diperlukan memberikan rasa aman dan yaman dengan memberikan rangsangan berupa: a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
7
DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Konsep dan MAkna Pembelajaran, Alfabeta Bandung, 2005, 122
5
b.
Hadiah Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik
pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa. c.
Kompetisi Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik. d.
Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi. e.
Memberi Ulangan Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan.
Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka. f.
Mengetahui Hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak.
Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya. g. Pujian
6
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. h. Hukuman Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
Kesimpulan Berdasarkan latarbelakang dan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu terjadi karena pengalaman. Pengalaman secara filosofis adalah persentuhan indra seseorang dengan lingkungannya. Lingkungan tiada lain adalah segala sesuatu di luar diri seseorang. Memahami psikologi belajar pada akhirnya akan melahirkan motivasi sekaligus minat belajar pada diri siswa. motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Sedangkan minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Adapun metode psikologi belajar dalam membangkitkan motivasi serta minat belajar siswa adalah (a) Memberi angka (b) Hadiah (c) Kompetisi (d) Ego-involvement (e) Memberi ulangan (f) Mengetahui hasil (g) Pujian (h) Hukuman.
7
Daftar Pustaka DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Konsep dan MAkna Pembelajaran, Alfabeta Bandung, 2005, 122 Hamalik, Oemar “Psikologi Belajar dan Mengajar”, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004. Muhibbin Syah, “Psikologi Belajar”, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Purwanto, M. Ngalim. “Psikologi Pendidikan”, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006. Sopiatin, Popi & Sahrani, Sohari “Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam”, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011.
8