Departemen Pertanian
PROSPEK DAN TANTANGAN SEKTOR PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI Keynote Speech MENTERI PERTANIAN RI Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT AGRICON Bogor, 17 April 2007
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saudara Direktur Utama PTAgricon Para undangan dan hadirin sekalian peserta seminar yang berbahagia Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rakhmat dan karunia-Nya, bahwasanya pada hari ini kita masih diberikan nikmat, khususnya nikmat sehat sehingga kita dapat berkumpul bersama menghadiri acara “Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT AGRICON” pada hari ini. Selanjutnya saya bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara atas undangan ini sekaligus menyampaikan sambutan dengan tema : “Prospek dan Tantangan Pertanian di Era Globalisasi”. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Tantangan pembangunan Bangsa Indonesia pada era globalisasi dewasa ini adalah bagaimana agar kita bisa mengejar ketertinggalan sekaligus dapat sejajar dengan bangsa lain sehingga mampu bersaing di kancah persaingan global. Untuk itu, berbagai permasalahan yang semakin kompleks yang dihadapi antara lain mencakup kesenjangan pembangunan antar-sektor, antar-wilayah, kelompok dan individu secara bertahap dan kongkrit harus terus dikurangi sehingga dapat menciptakan suatu iklim kondusif yang
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
1
Departemen Pertanian
mampu mensinergikan potensi negeri ini untuk mengakselarasi pertumbuhan positif di segala bidang. Secara khusus, tantangan pembangunan pertanian yang dihadapi dapat bersumber dari luar negeri/global sebagai konsekuensi atas era liberalisasi perdagangan dan investasi dan tantangan dari internal dalam negeri. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Liberalisasi perdagangan dapat memberikan peluang atau prospek sekaligus tantangan baru dalam pengembangan komoditas pertanian kedepan. Dikatakan memberikan peluang karena pasar komoditas tersebut akan semakin luas sejalan dengan dihapuskannya berbagai hambatan perdagangan antar negara. Namun, liberalisasi perdagangan tersebut akan menimbulkan masalah jika komoditas pertanian yang dihasilkan petani nasional tidak mampu bersaing dengan komoditas dari negara lain sehingga pasar domestik semakin dibanjiri oleh komoditas impor, yang pada akhirnya akan merugikan petani nasional. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi nasional juga perlu diiringi dengan peningkatan daya saing dan efisiensi usaha komoditas pertanian. Indonesia
merupakan salah satu negara eksportir komoditas pertanian dan juga
sekaligus importir beberapa komoditas pertanian. Komoditas ekspor utama Indonesia antara lain: kelapa sawit (CPO), karet, kopi kakao, lada, teh dan vanili. Sedangkan komoditas yang diimpor seperti beras, gula, kedelai, jagung dan kapas. Di luar negeri, komoditas ekspor Indonesia menghadapi proteksi, sedangkan didalam negeri komoditas substitusi impor menghadapi ancaman masuknya komoditas asal negara lain. Kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade/World Trade Organization (GATT/WTO) menghendaki agar segala bentuk hambatan, baik tarif maupun non-Tarif harus terus direduksi dan akhirnya dihapus. Perubahan kesepakatan diperkirakan memiliki dampak penting pada komoditas pertanian nasional baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Dengan adanya WTO Agreement, seperti telah disinggung di atas sesungguhnya ekspor komoditas pertanian memiliki prospek yang cukup tinggi karena memiliki peluang yang semakin besar untuk bisa masuk ke pasar negara-negara tujuan. Namun pada saat yang bersamaan, komoditas pertanian Indonesia juga bisa terancam oleh masuknya komoditas yang sama dari luar. Besarnya peluang ekspor dan ancaman impor tersebut sangat tergantung pada daya saing komoditas perkebunan rakyat Indonesia. Makin tinggi daya
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
2
Departemen Pertanian
saing komoditas pertanian kita, makin besar peluang ekspor dan makin kecil ancaman impor tersebut. Komoditas pertanian nasional memiliki daya saing jika mampu mempertahankan profitabilitas dan pangsa pasarnya. Daya saing suatu usaha pertanian juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu usaha untuk tetap layak secara finansial (private) pada kondisi teknologi usahatani, lingkungan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang ada. Pada sistem perekonomian terbuka, daya saing untuk komoditas pertanian berarti kemampuan usaha komoditas pertanian domestik untuk tetap layak secara finansial pada kondisi harga input maupun output tradable sesuai dengan harga paritas impornya. Faktor pemicu daya saing terdiri dari teknologi, produktivitas, input dan biaya, struktur industri dan kondisi permintaan. Sementara itu faktor-faktor yang berpengaruh terdiri dari: (1) faktor yang dapat dikendalikan oleh unit usaha, seperti strategi, produk, teknologi, pelatihan, biaya, riset dan pengembangan; dan (2) faktor yang dikendalikan oleh pemerintah, seperti lingkungan bisnis (pajak, suku bunga, nilai tukar), kebijakan perdagangan, kebijakan riset dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, dan regulasi/standar; (3) faktor yang semi terkendalikan seperti harga input dan kondisi permintaan; dan (4) faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti lingkungan alam. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Dalam hal meningkatkan daya saing komoditas pertanian dalam era perdagangan global, maka bercermin dari teori perdagangan internasional bahwa perdagangan antar-negara yang tanpa hambatan berpeluang memberi manfaat bagi masing-masing negara melalui spesialisasi produksi komoditas yang diunggulkan oleh masing-masing negara. Meski dalam kenyataannya, dari berbagai hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa dengan semakin terbukanya suatu perekonomian tidak serta merta menciptakan kemakmuran bagi negara-negara yang terlibat. Mencermati hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas pertanian, maka ke depan pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian telah melakukan fokus pengembangan sentra/kawasan untuk 32 jenis komoditas unggulan nasional yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Roadmap prospek dan arah pengembangan agribisnis bagi 17 dari 32 komoditas unggulan telah
disusun
untuk
mendukung
pengembangan
komoditas
unggulan
tersebut.
Departemen Pertanian memfasilitasi pembiayaannya pada aspek kritikal yang masih menjadi faktor pembatas dalam pengembangannya di tingkat lapangan. Untuk mendayagunakan pemanfataan sumber daya yang ada maka
setiap kabupaten/kota
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
3
Departemen Pertanian
akan diberi peluang untuk mengembangkan komoditas secara selektif, terutama dengan mempertimbangkan aspek pasar, kesesuaian dengan kapasitas sumberdaya setempat serta tingkat penguasaan teknologi oleh petani. Saat ini, Departemen Pertanian juga mengupayakan pengembangan komoditas melalui promosi ekspor atau substitusi impor, terutama bagi komoditas: (1) Perkebunan: kelapa sawit, kakao dan karet; (2) Hortikultura: pisang, jeruk dan bawang merah; dan (3) Peternakan: unggas, kambing, domba. Seperti halnya, di negara tetangga Thailand telah berhasil mengembangkan OTOP (one tamboun one product atau satu desa satu produk), maka kabupaten-kabupaten di Indonesia pun yang sebelumnya belum memiliki fokus penanganan komoditas akan menjadi lebih terarah dan fokus dalam pengembangan komoditas unggulan sehingga wajah pertanian kita menjadi tertata dan terencana dengan lebih baik dan komoditas yang dihasilkan pun memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasaran global. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Mutu produk pertanian yang dihasilkan masih merupakan issu kritikal dan juga sekaligus menjadi tantangan tersendiri untuk lebih meningkatkan daya saing dan penetrasi pasar internasional, terutama sejak terbentuknya WTO serta telah disepakatinya perjanjian perdagangan bebas AFTA 2003 dan APEC 2010. Implikasi dari WTO tersebut adalah telah disepakatinya Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT) yang harus dilaksanakan. Untuk bisa memenuhi SPS, maka para produsen pangan harus mampu melaksanakan Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HCCP) yang kesemuanya itu masih menjadi kendala bagi produsen di Indonesia. Di sisi lain, promosi dan lobi perdagangan produk komoditas pertanian nasional juga masih lemah. Oleh karena itu, bila kendala tersebut bisa diatasi serta kesepakatan persyaratan dapat dipenuhi secara baik dan bertahap maka daya saing komoditas pertanian Indonesia juga secara bertahap akan semakin meningkat. Tantangan lainnya yang dihadapi pembangunan sektor pertanian pada saat ini dan masa mendatang adalah dalam hal menciptakan sektor pertanian yang market led-driven, efisien, dinamik dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Pengkondisian ke arah ini merupakan tantangan berat karena lambannya penyebarluasan teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan terutama dalam kaitannya dengan pembangunan sistem produk, packaging, pemasaran serta kekakuan kelembagaan (institutional rigidity) serta instrumen
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
4
Departemen Pertanian
kebijakan lainnya yang kerap membatasi kemampuan sektor pertanian untuk lebih berkembang. Dalam hal investasi di sektor pertanian, seringkali dihadapi proses birokrasi perizinan yang berbelit dan cenderung lambat. Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan dan investasi di sektor pertanian tersebut telah dilakukan deregulasi dan debirokratisasi terkait perizinan yang ada selama ini. Pelayanan perizinan dan rekomendasi teknis telah merealisasikan beberapa kegiatan. Konsep Sistem Pelayanan Satu Atap Perizinan Pertanian telah digulirkan dengan tujuan mewujudkan pelayanan prima untuk mendorong pelaku usaha pertanian agar tercipta iklim usaha yang kondusif, dan meningkatkan citra aparatur pemerintah dan memberikan pelayanan yang mudah, cepat, aman, transparan, nyaman, ramah dan pasti.
Perizinan tersebut dapat mencakup pada kegiatan usaha
peternakan, perkebunan, hortikultura, usaha input (bibit, benih, pupuk) dan sebagainya. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Tantangan internal yang harus terus kita cermati dan eliminir bersama saat ini adalah bahwa ternyata sektor industri dan jasa yang dibangun saat ini tidak terintegrasi baik dengan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang kita miliki. Akibatnya, sektor pertanian tidak tumbuh menjadi sektor usaha yang membanggakan, sebaliknya semakin hari semakin tertinggal, dan pertumbuhan ekonomi menjadi tidak merata, terkonsentrasi pada kelompok tertentu dan tidak berkelanjutan. Di sisi lain, berbeda dengan petani di negara-negara maju yang memperoleh dukungan domestik (domestic support) yang memadai, petani Indonesia sangat minim dukungan domestik, bahkan selalu harus menerima beban ketidak-efisienan sektor lainnya. Naiknya harga input dan dibatasinya kenaikan harga komoditas pangan tanpa dukungan domestik yang memadai, misalnya, merupakan jawaban mengapa petani kita tidak kunjung sejahtera dan pertanian primer menjadi kurang menarik bagi generasi muda. Bunga Bank yang relatif mahal dibandingkan dengan negara-negara lain, serta persyaratan perbankan yang sulit dipenuhi petani, mengakibatkan petani harus tergantung kepada pemilik modal swasta yang menyediakan bunga atau bagi hasil yang kurang menguntungkan petani. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Dalam hal masalah harga output, petani belum bisa menikmati harga yang baik karena adanya fluktuasi harga akibat hukum ekonomi dimana harga jatuh pada saat panen raya. Selain itu minimnya fasilitas, pengetahuan serta bimbingan dalam pascapanen juga berpengaruh terhadap rendahnya penerimaan petani. Demikian juga dalam hal akses
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
5
Departemen Pertanian
sarana produksi, petani sulit untuk mendapat sarana produksi yang murah dan tepat waktu yang antara lain diakibatkan oleh infrastruktur jalan yang tidak memadai. Sementara, gangguan terhadap keseimbangan ekosistem yang diawali dengan kerusakan hutan dan Daerah Aliran Sungai, serta penggunaan bahan-bahan beracun seperti pestisida yang berlebihan telah menyebabkan munculnya strain-strain baru hama dan penyakit tumbuhan dan hewan. Kesulitan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ini juga diakibatkan lemahnya organisasi petani. Petani melakukan pola tanam dan pemberantasan OPT secara sendiri-sendiri sehingga menjadi tidak efektif. Selain faktor sumberdaya manusia pertanian dan sumberdaya alam, kejadian bencana alam yang terjadi baru-baru ini di beberapa wilayah juga memberikan pengaruh tersendiri pada proses produksi pertanian. Kejadian berupa gempa, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, kekeringan dan eksplosi hama dan penyakit tumbuhan dan hewan telah mempengaruhi secara langsung proses produksi di tingkat petani. Absennya organisasi petani yang mengakar ternyata berpengaruh terhadap penanganan bencana alam di bidang pertanian akibat sulitnya mendapatkan data dan informasi kelompok tani yang tertimpa bencana. Dengan tidak hadirnya organisasi ekonomi petani yang kokoh sebagai salah satu ciri pertanian modern, petani cenderung berusaha sendiri-sendiri, sangat tergantung kepada bantuan pemerintah dan pelaku usaha lainnya seperti : pabrikan, pedagang dan pemilik modal. Pertanian individual seperti ini tentu saja menjadi tidak efisien karena harus mendatangkan input dalam volume kecil, serta juga mengalami masalah dalam peningkatan produktivitas dan mutu hasil, pemasaran, akses ke teknologi dan permodalan. Oleh karena itu, pemberdayaan dan penguatan kelompok tani dalam wadah Gapoktan mutlak diperlukan. Pada akhir tahun 2006 masalah pertanian yang cukup mengambil perhatian adalah terjadinya wabah virus Avian Influenza (flu burung), kejadian rawan pangan di beberapa daerah, kelangkaan pupuk,
dan kejadian bencana alam seperti: tsunami, banjir, dan
longsor. Untuk mencegah merebaknya flu burung yang lebih luas, berbagai upaya telah dilakukan melalui kerja sama dengan semua pihak di tingkat pusat dan daerah. Disamping pengendalian wabah penyakit, sosialisasi terus dilakukan kepada masyarakat secara proporsional agar usaha peternakan unggas dapat berjalan dan mengarah kepada pengelolaan peternakan yang standard (best practices). Dalam antisipasi kerawanan pangan, Departemen Pertanian telah menerbitkan peta daerah rawan pangan. Dalam hal
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
6
Departemen Pertanian
kelangkaan pupuk telah diupayakan beberapa langkah antara lain: perbaikan sistem distribusi yang lebih efisien dan efektif yang masih akan terus diperbaiki dalam waktu dekat, meningkatkan efisiensi pabrik pupuk, sosialisasi aplikasi pupuk sesuai dosis lokal dan mengembangkan pupuk organik. Sementara itu, untuk mengurangi beban petani yang terkena bencana alam, telah disalurkan bantuan benih/bibit, pupuk, alat dan mesin pertanian, dan peralatan pengendali hama/penyakit tumbuhan dan hewan
kepada
kelompok tani. Saudara-saudara sekalian, yang saya hormati Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan sistem pertanian yang memiliki produktivitas dan daya saing yang tinggi dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, maka diperlukan upaya-upaya fundamental untuk mewujudkan visi pertanian modern yang dicirikan dengan adanya organisasi ekonomi petani yang kokoh agar posisi tawarnya sama kuatnya dengan pelaku usaha lainnya. Sistem pertanian juga perlu dijalankan secara terintegrasi di dalam kawasan-kawasan pertanian yang ditata dengan baik dan terencana dengan memiliki master plan dan tahapan-tahapan pencapaian yang jelas. Dalam menyikapi tantangan yang dihadapi sektor pertanian tersebut, tentu saja tidak mungkin diselesaikan oleh sektor pertanian sendiri. Sinkronisasi, koordinasi dan kerja sama dengan berbagai instansi terkait bersama semua pemangku kepentingan di sektor ini menjadi faktor kunci. Oleh karena itu, saya berharap seminar ini merupakan salah satu media yang dapat menghasilkan sumbang saran dalam mengatasai berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi serta meningkatkan daya saing komoditas pertanian nasional di pasar global. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas perhatian semuanya saya mengucapkan terima kasih. Wabillahitaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Menteri Pertanian RI,
ANTON APRIYANTONO
Sambutan Menteri Pertanian Pada Seminar dan Launching Buku 35 Tahun PT Agricon, Bogor, 17 April 2007.
7