Penelilian
don Pengembangan
Aplikasi
/SOIOp don Radiasi.
/998
EFEK RADIASI TERHADAP MA TRIKS CAMPURAN PP/PMMA DAN PP/PP-g-PMMA Marsongko, dan Yanti S. Soebianto Pusat Aplikasi lsotop dan Radiasi, BAT AN
ABSTRAK EFEK RADIASI
TERHADAP
percobaan
mengetahui
dilakukan karakteristik
oksidasi
untuk
Polipropilen
MA TRIKS CAMPURAN
pengaruh
penambahan
(PP). Pencampuran
PMMA
dilakukan
PP/PMMA
tempel
dalam PP adalah 5, 10, clan 20% berat. PP-g-PMMA
12%. Uji sifat mekanik
tegangan putus
campuran PP menunjukkan
(Tb) clan perpanjangan
(kompatibilizer)
dengan menggunakan
200°C, clan kecepatan putaran 20 rpm selama 5 menit. Konsentrasi PMMA PP-g-PMMA
DAN PP/PP-g-PMMA.
clan PP-g-PMMA adalah 1,2,5,
yang digunakan
laboplastomill
pada suhu
clan 10% berat. Konsentrasi
mempunyai
bahwa penambahan PMMA
Telah terhadap
derajat kopolimer
diatas 5% menurunkan
baik
putus (Eb), sedangkan penambahan PMMA
diatas 3% saja sudah membuat
film menjadi kurang transparan atau keruh. lradiasi dilakukan dengan menggunakan
mesin berkas elektron pada dosis
5, 10, 30, clan 50 kGy untuk mempercepat Semakin banyak PMMA didalam campuran, dipertahankan,
jika
kadar
PMMA
maksimum
terjadinya oksidasi terhadap matriks sebagai simulasi oksidasi semakin cepat teroksidasi. Sifat mekanik campuran PP/PMMA 2%, baik PMMA
ditambahkan
secara langsung
maupun
alamo dapat sebagai
kompatibilizer.
ABSTRACT IRRADIATION EFFECT ON PP/PMMA AND PP/PP-g-PMMA MATRICES. The effects ofPMMA and PP-g-PMMA on the oxidation of polypropylene (PP) have been studied. The mixing was done in Laboplastomill at the temperature of 200°C, and screw speed of 20 rpm, for 5 minutes. The PMMA concentrationswere~T,2, 5, and 10% by weight, and PP-g-PMMA (12% grafting) 5, 10, and 20% by weight. Mechanical properties (tensile strenght (Tb) and eJQ!!gationat break (Eb X of the mixture decreasedwith the increaseof PMMA content over 5%. The addition ofPMMA over 3% produced non-transparentfilm. Electron beam irradiation at the dose of 5, 10,30, alld 50 kGy was carried out to accelerate the matrix oxidation in order to simulate the natural degradation. The more PMMA in the mix1ure, the oxidation is accelerated. The optimum properties of PP/PMMA blends can be achieved by addition of maximum 2% PMMA either direct as PMMA or as compatibilizer (PP-g-PMMA).
PENDABULUAN
BAHAN DAN METODE
Polipropilen (PP) sebagai bahan plastik penggunaandalam kellidupan sudah sedelnikian luas, antara lain untuk pengemas, baik untuk pengemas makanan mentah seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging, makanan olahan maupUJlmakanan kering, alat kedokteran misalnya, alai SUJltiksekali pakai, tabung cuci darah, wadah obat-obatan, dalllain-laitl. PP mempunyai sifat keras, kaku, ketahanan terhadap panas cukup tinggi karena mempunyai titik leleh sekitar 170°C, ketahanan terhadap bahan kilrua cukup baik dan mempunyai transparansi yang baik [I). Karena sifat plastik yang tidak mudah didegradasi oleh alam, akibatnya akan terjadi penmnpukan sampah plastik yang banyak mengganggu lingkungan [2). Maka untuk mengatasi limbah plastik tersebut perlu diupayakan sedini mungkin. Sebagai salah satu usaha mengurangi limbah plastik adalah melakukan modifikasi matriks PP. Dalam penelitian ini dilakukan blending PP dengan polimer yailg mudah terdegradasi oleh radiasi. Dalam llal ini dipakai PMMA (polimetil metakrilat). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari karakteristik oksidasi PP yang telah dimodifikasi dengan PMMA. Radiasi dipakai untuk memodifikasi PP daD mempercepat oksidasi.
Bahan. Polipropilen (PP) dalam bentuk powder (P8000),dan PP daIam bentuk pellet (K I 008), buatan Chisso Corporation, Jepang. Polimetil metakrilat (P~) buatan Sumitomo Chemical Co. Ltd., Jepang. Monomer metilmetakrilat (MMA) daD aseton masing-rnasing dari Kishida Chemica! Corporation dan Kanto Chemica! Co., Jepang.
Alat. Mesin berkas elektron (MBE) dengan teganganoperasidan arus lnaksimum2 MeV dan 30 mA buatan Nissin High Voltage. Percobaandilakukan pada kondisi operasidengantegangan1 MeV, dan arus 1 mA. LaboPlastomil1 buatan Toyoseiki Co, Ltd., Jepang, digunakanuntuk mencampurPP/PMMA maupunPP/PPg-PMMA. Untuk menentukansifat mekanik film plastik digunakanStrograph-Rl tensile tester,buatanToyoseiki Co. Ltd., Jepang.
METODE Pencampuran PP : PP daDPMMA maupunPP daDpp. g-PMMA masing masing dicampur dengan
Penelilian don Pengembangan Ap/ika...i lsolop don .'?adi",..i, /998
menggunakan "Laboplastomill" pad a suhu 200°C. Kecepatan putaran adalah 20 rpm selama 5 menit. Lembaran plastik (200 x 200 x 0,5mm3) dibuat dengan cara pres panas (melt press) pada suhu 200°C daD tekanan 150 kgicm2. Pemanasan awal (pre-heating) dilakukan selama 3 menit sebelum penekanan 150 kgi cm2 selama 3 menit. Pendinginan dilakukan pada suhu 25°C dengan tekanan 150 kgicm2 daD waktu selama 3 menit. 2. Kopolimerisasi tempel secara radiasi. Radiasi dengan cara simultan dalam atmosfer gas N2. PP (powder) dicampur dengan monomer MMA dengan kadar 50, 80, daD 100% di dalam gelas beker dan diaduk sampai rata, kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik FE. Sebelwll ditutup dialiri dulu dengan gas N2, kemudian diiradiasi. lradiasi dilakukan dengan mesin berkas elektron pada dosis 10, 30, 50, daD 100 kGy. (IMeV, InlA / laju dosis 10kGy/pass). Setelall iradiasi, masing-masing sampel dikeluarkaJl dari kantong plastik PE daDdirendam ke dalam asetonselama 24 jam. Kemudian disaring dan dikeringkan didalam oven pada suhu 60°C dalam keadaanhampa udara selama 12 jam. Derajat kopolimer tempel dihitung dari selisih berat PP sesudahdaD sebelum reaksi kopolimerisasi:
w.-wo
DKOp =
X 100%
Wo Dimana,
DKop = derajat kopolimer tempel, W 0 = berat PP sebelmn reaksi kopolimerisasi WI = berat PP setelah reaksi kopolimerisasi
Dis~mping itu penambahan PMMA diatas 3% membuat film jadi kurang transparan atau keruh. Hal ini menunjukkan bahwa campuran antara PP daD PMMA dengankomposisi diatas 97/3 kompatibelitasnya berkurang. Menurut MAT BIN ZAKARIA (3), temperatur glass (Tg) PP= -20°C, sedang PMMA = 105°C, sehingga pactatemperatur ruang (25 -30°C) terdapat perbedaan suat fisik antara keduanya: PP akan bersifat lunak, sedangkan PMMA yang bersifat kaku. Jika kedua polimer tersebut dicaInpurkan akan menjadi ketidak homogenan meskipun dari segi parameter kelarutan (solubility parameter (8) PP dan PMMA mempunyai nilai yang hampir sarna, yaitu masing-masing 18,8 dan 18,58 (MPa)1n(4). Alternatipyang dapat dilakukan untuk mendapatkan campuran yang homogen pacta penelitian ini adalah mencampurkan PP dengan kompatibilizemya, yaitu PP yang digrafting dengan monomer MMA atau ditulis PP-g-PMMA (kopolimer). Kopolimerisasi tempel secara radiasi. Pengaruh atmosfer daD konsentrasi monomer MMA terhadap derajat kopolimer tempel dapat dilihat pacta Gambar 2a dan 2b. Terlilmt bahwa derajat penempelan meningkat dengan dosis pactakeduajenis atInosfer penempel. Namun terlihat bahwa dalam atmosfer N2 derajat kopolimer tempel lebih tinggi dibandingkan dalam atmosfer udara pactakadar monomer dan dosis iradiasi yang sarna.Dengan kala lain penempelan lebih cepat didalam atmosfer N2 Adanya °2 dalaIll proses kopolimerisasi tempel akan menangkap radikal-radikal PP yang terbentuk oleh radiasi menjadi radikal peroksida yang selanjutnya akan melakukan reaksi terminasi, sehingga mengurangi jumlah radikal-radikal yang akan bereaksi dengan MMA. Jadi, adanya udara (°2) akan menglmmbat proses penempelan MMA ke dalam PP.
BASIL DAN PEMBABASAN Sifat mekanik campuran PP daD PMMA. Gambar la. menunjukkan pengaruh kadar PMMA terhadap tegaIlgan putus (Tb) daD perpanjangan putus (Eb) campuran PP-PMMA. Tb daD Eb PP menurun dengan adanya kenaikkan kadar PMMA. Penambahan PMMA diatas 5% menufmlkan lebih cepat baik Tb maupun Eb matriksnya. 600
500 ::a-
!:. N
400
E u
-c, ~
300
..
co"
~
;D-
iE
200
~
C
~
CI C
~
CI
~
~
100
8-
GI f-
2-
0
0 0
5
10
15
20
25
Kadar PMMA, % Gambar 1. Tegangan putus dan perpanjangan putus campuran PP-PMMA
30
,.
~
~
c
Penelitiandon Pengembangan Ap/ika\1 lsotop donRadiari. 1998
Derajat kopolimer tempel tertinggi adalah 12 % pada dosis iradiasi 100 kGy tidak bergantung pada atmosfernya. Kadar monomer 30%, derajat kopolimer tempel maksimum yang dicapai relatif rendah (6%), walaupun pada dosis iradiasi 100kGy. Hal ini menunjukkan bahwa semua monomer sudah terkonsumsi pada penempelan. Nilai maksimum derajat kopolimer tempel dicapai pada penambahan monomer 50% dan tidak meningkat lagi meskipun kadar monomernya menjadi 100%. Hal ini disebabkaIl karena semua reaksi kimia dalam polimer semikristal hanya berlangsung didalam phase aInorph. Keterbatasan phase amorph menyebabkantidak berubahnya derajat kopolimerisasi meskipun kadar monomernya dinaikkan. Sifat mekanik campuran PP daD PP-g-PMMA. Gambar 3, menunjukkan hubungan antara kadar kopolimer PP-g-PMMA (kompatibilizer) dalam PP terhadap Tb daD Eb matriks.
kompatibilitas campuran. Dari Gambar I dan 3 dapat dilihat bahwa kompatibilitas campuran PP-PMMA dapat dipertahankan jika kadar PMMA maksimum 2%, baik PMMA ditambahkan secara langsung maupun sebagi kompatibilizer (PP-g-PMMA). Kompatibilitas carnpuran PP daD kopolimemya dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
600 :a-
~
N
E u "CI
Sedangkan campuran PP/PMMA sebagaiberikut :
~
dapat digambarkan
III
~
'[
PPMA
I-
Gambar 3. Tegangan putus dan perpanjangan put us campuran PPlPP-g-PMMA (derajat koJX)li~r tempel = 12%1
tidak terdapatoverlap
Gambar4. llustrasi kompatibilitas campuran Kopolimer yang digunakall dalaln penelitian ini mempunyai derajat kopolimer tempeI12%. Dengan penambahanPP-gPMMA sampai dengan 10% (1,2 %PMMA dalam matriks PP) Tb daD Eb tidak berbeda dari matrik PP murninya, artinya homogenitas matriks PP belum terganggu oleh adanya 10% kompatabilizer. Sedangkanpada campuran PPPMMA (99/1) penurunan Eb lebih nyata, meskipun presentasenya masih rendah (12%) (Gambar 1). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa campuran PP daD PP-g-PMMA lebih kompatibel dibandingkan campuran PP dan PMMA. Tegangan putus matriks memang belurn rnenurun dengan adanya 1% PMMA secara langsung rnaupun rnelalui penambahan 10% PP-g-PMMA (12% grafting). Pada penarnbahan PP-g-PMMA diatas 10%, Tb daD Eb mulai turun daD ketika penarnbahan PP-g-PMMA rnencapai 20% (2,4% PMMA dalam matrik) penurunan rnulai nyata meskipun presentase penurunan Eb rnasih dibawah 20%. Jika penambahan diteruskan sampai 30% (3,6% PMMA) Tb daD Eb turun kira-kira 50% dari nilai awal. lni menunjukkan bahwa, semakin tinggi kadar kopolimer PP-g-PMMA (12% grafting) akan rnenurunkan
(a) PP/PP-g-PMMA
daD (b) PP/PMMA
Gambar 5 menunjukkan bentuk partikel PP daD kopolimemya yang diambil dengan alat scanning electron microscope (SEM). Terlihat adanya perubahan dimensi partikel PP setelah terjadi penempelan MMA. Semakin tinggi derajat kopolimer tempel daTiPP-g-PMMA. semakin besar ukuran partikel tersebut. PP murni (powder) mempunyai diameter sekitar 185 (m daD permukaan yang halus (smooth) (Gambar 5a). Setelah ditempel mencapai derajatkopolimer tempel62% ukuran partikel tidak berubah. tetapi bentuk permukaannyaberubah (Gambar 5b). Pada penempelan dengan derajat kopolimer tempel113% terjadi defonnasi daDbesar partikel hampir dua kali lipat daTiPP mumi. yaitu sekitar 257 (m (Gambar 5c). Pada derajat kopolimerisasi yang sedemikian tinggi struktur PP-nya sudahberubah. Yang dibutuhkan disini adalah kopolimer yang masih mempunyai struktur PP-nya. sehingga bila dicampur akan kompatibel dengan matriks PP-nya. Jadi. harus dipakai kopolimer yang kadar graftingnya rendah. Dalam penelitian ini dipakai kadar grafting 12%.
Peneli/ian dan Pengembangan Aplikosi Is%p dan Radiosi, J 998
Campuran PP/PP-g-PMMA. Gambar 7 menunjukkan hubungan antara Eb dengan dosis radiasi terhadap camp~ran PP dengan kopolimernya. Pada campuran dengan perbandingan PP/PP-g-PMMA 95/5 daD 90/10 yang diiradiasi pada dosis 100 kGy, Eb masih sekitar 200 %, sedangkanpada campuran PP/PMMA sudah tidak mempunyai Eb lagi. Jadi, campuran PP/kopolimer lebih tahan terhadap radiasi dibanding campuran PP/PMMA. Hal ini dikarenakan pada perbandingan PP/PP-g-PMMA 95/5 daD 90/10 kadar PMMA-nya adalah 0,6 dan 1,2 % atau dibawah 5 %. Jam, penambahanPMMA bagaimanapunjuga menurunkan ketahanan terhadap radiasi PP murninya. Hal ini dapat dilihat daTi perubahan dosis kritisnya (Dc), yaitu dosis yang dibutuhkan untuk mencapai Eb sebesar50% Eb awalnya.
Em
PP/PP-g.pf.'V'.1
,
::---
~
..95/5
~
400
~
~~
~
sin w
200
-0- 10010
PPmlrri
0 I 0
I
I 10
..80/20
'"
100
Gambar5. Partikel PP sebelum dan sesudah terjadi penempelanMMA ke dalamPP
-b- 90/10
.Dct~1
I
I 20
I
I. 30
I ~. 40
5)
Dsis iradiasi, kGy Gambar7. pengaruh dosis iradiasi terhadap 8> campuran PPIPI'.g..Pt.IMA(D.k.t= 12 %)
EFEK RADIASI CAMPURAN PP/PMMA DAN PP/PPg-PMMA Campuran PP/PMMA. Dalam hal ini radiasi untuk mempercepat oksidasi, yaitu mensimulasi oksidasi alamo Penelitian ini berbeda dari yang dilakukan oleh MELIGI ill. (5) yang mempelajari degradasi alam matriks PP yang diradiasi. Oksidasi menyebabkan penurunan Eb, karena terjadi pemutusan ikatan. Pactagambar ditunjukkan efek radiasi terhadap Eb saja, karena efek radiasi terhadap Tb tendensinya juga sarna. Pacta umumnya dengan kenaikkan dosis iradiasi menurunkan Eb-nya. Pada PP yang telah dicampur dengan PMMAmakin cepat teroksidasi dan kelilmtan semakin banyak PMMA semakin cepatteroksidasi
PP/PMMA -0-
100/0
-,A.- 99/1 -0-
98/2
..-95/5 -A-
0
10
20
30
Dosis Iradiasl, Gambar
6. Pengaruh campuran
40
50
kOy
dosis iradiasi PP/PMMA
terhadap
Eb
90/10
PP murni mempunyaiDc > 50 kGy, sedangkan campuranPP dengan PMMA 1 % saja baik langsung maupunsebagaikompatibilizernyamemberikanDc sekitar 30 kGy (Gambar6 daD7). Dengankata lain penambahan PMMA yang hanya I % saja, sudah dapat mempercepat oksidasiPP. Jadi, diperkirakan penambahan1% PMMA di dalam PP juga dapat mempercepat oksidasi alamo Phenomena percepatan oksidasi dapat dijelaskan berdasarkangambar mikroskop polar matriks-matriks yang dianalisa. Gambar 8a menunjukkan bentuk kristal PP murni. WarDa llitam adalah rase amorphus yang dihuni oleh aditif-aditif daD tempat O2 berdifusi, daD yang berbentuk seperti kembang-kembangadalah rase kristalin. Oksidasi terjadi pada permukaan kristal karena O2tidak dapat berdifusi kedalamnya. Jika PP dicampur dengan kopolimer, akan terlihat adanya perubahan ukuran kristal, yaitu menjadi lebih kecil (Gb. 8b). Dengan demikian permukaankristal menjadi lebih luas daDluas permukaantempatterjadinya oksidasi menjadi lebih besar. Oleh sebab itu oksidasinya akan lebihintensif. ltulah sebabnyadegradasiPP menjadilebih cepat.
Pe"e/ilia" da" Pe"gemba"ga" Ap/ikasi Isolopda" Radiasi,/998
PMMA ditambahkansecaralangsungmaupunsebagai kompatibilizer(PP-g-PMMA). 2. Penambahan PMMAdiatas 3% membuatfilm menjadi kurang transparanataukeruh. 3. PenambahanPMMA sebanyak 1%ke dalamPP dapat mempercepat teljadinya oksidasi,karenaoksidasiteljadi lebih intensif akibat perubahanukuran kristal
UCAPAN TERIMA KASW
(a)
Terilna kasih disampaikankepadaMr. F. Yoshii yang telah banyak membantupenulis untuk melakukan penelitiandi TRCRE, JAERI,Jepang.
DAFTARPUSTAKA ISKAK BIN MANAF, et al., Effect of Pre-Irradiation on Radiation Stability of Polypropylene,JAERIMEMO, 06 -270 (1994). 2. SWIFT G., Polymers, Environmentally Degradable, Encyclopedia of Chemical Technolgy, Vol. 19, Fourth Ed, JohnWiley & Sons, N. Y (199). 3. MAT BIN ZAKARIA, Prinsip Kimia Polimer, Dewan Bahasa daD Pustaka, Kementrian Pendidikan Malaysia,Kuala Lumpur (1988)27. (b)
Gambar 8. Sperulite structure of (a) pure PP, and (b) PP/ PP:g-PMMA (14.6 % grafting) (98/2) prior to weathing test.
KESIMPULAN Sifat rnekanik carnpuran PP/PMMA dapat dipertahankan, jika kadar PMMA rnaksirnurn 2%, baik
4. ERIC. A. GRULKE, "Solubility ParameterValues" Polimer Hanbook,Third edition (J. BRANDRUP and E.H. IMMERGUT), A. Wiley Interscience Publication, JohnWiley & Sons,New York (1989) 553-554. 5. MELlGI, G., et al., Comparisonof the Degradabilityof Irradiated Polypropyleneand Poly (propylene-coethylene)in the Natural Enviroment,Pol. Deg. Stab 49 (1995).
Peneliliandan PengembanganAplikas;Isolop dan Radia.,. 1998
DISKUSI MARGA UT AMA Mohon disebutkan perbedaan solubility parameter PP, PMMA, Kopolimer MMA, karena bila dapat diketahui nilai-nilai kompatibitas tersebut akan lebih jelas ?
lebih sedikit. Dengan menggunakan sinar gamma laju dosisnya rendall, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama yang berarti oksidasi terjadi labih banyak. RAHA YU Ch.
temperatur rnang (25 -30°C) terdapat perbedaansifat fisik antara keduamya, PP akan bersifat lunak karena Tg-nya rendall dan PMMA akan bersifat kaku karena Tg-nya tinggi.
1'. Denganpertimbanganapa, suhu pencalnpuran200°C, kecepatanputaran20 rpm selama5 menit ? 2. SasaranpenelitianAnda adalahmendapatkan PP untuk alat kesehatanyang tahan sterilisasiradiasi. Dan basil penelitianyang Anda perolehdengandosis 10kGg (5 % PMMA) harga Tb (kekuatantarik) sudahmenumn. Bagaimanamenumt pendapatAnda desain penelitian selanjutnya,mengingatdaTisterilisasiradiasi25 kGy.
HERWINARNI
MARSONGKO
MARSONGKO Solubility parameter PP = 18,8 (MPo)Yz, PMMA = 18;58 (MPa)Y2, perbedaan tidak terlalujauh. Tetapi Tg (titik glass PP = -10°C, sedang PMMA = 65°C. Pada
S.
I. Mengapa PP dengan PP-g-PMMA tegangan putus maUpUil perpanjangan putus lebih tinggi daripada PP/ PMMA '! 2. Tujuannya untuk apa PP/PP-gr-PMMA (barang jadi untuk apa). Dan PP/PMMA kegunaanya Ulltuk apa '!
MARSONGKO 1. Pada campuran PP dengan PP-gr-PMMA lebih kompatibeldibandingkand~ngancampuranPP/PMMA. 2. Untuk mendapat bahan plastik yangmudal\ terdegradasi. Yangjelas campuran PP/PMMA ini kurang kompatibel
daDberwarnahkeruh. GATOT TRIMULYADI Pacta efek radiasi terhadap perpalljangan putus sampai dengan dosis 50 kGy, kondisi radiasi dalam ahnosfir apa, udara atau inert, dan apa perbedaannyahila dilakukan pacta kondisi udara atau inert ?
MARSONGKO Udara, hila dilakukan pactakondisi inert, tentu efek
1. Pertimbangannya adalah bahwa di alas titik leleh kedua komponen dengan putaran 20 rpm komponen yang dihasilkan cukup bagus daD rata dan tidak menimbulkan udara di dalam komponen, daD 5 menit, karena kalau terlalu panjang terdegradasi,terlalu pendektidak campur (hasil campuran kurangbaik). 2. Dalam hal ini belum dibicarakan tahan radiasi, tetapi daTi basil penelitian ini, masih dapat diradiasi sampai 50 kGy. Setelah campuran ini diradiasi akan cepat tergradasi.
SUDRAJATISKANDAR 1. Melihat basil penelitian yang Anda lakukan terlihat bahwa dengan penambahanPMMA terhadap PP, maka PP-nya menjadi mudah terdegradasi setelah iradiasi, maka polimer PP.PMMA tidak bisa dibuat sebagaibahan polimer yangdapat disterilkan dengan iradiasi. 2. PP-PMMA bUkanbahan biOdegradable,maka tidak bisa dibuat produk yang ramah lingkungan. Dari basil penelitian ini kira-kira prOduk yang bagaimana dapat dipakai di industri ?
MARSONGKO
radiasinya berbeda, kemungkinan pengaruh terhadap penumnan Eb berkurang, karena tingkat oksidasinya (ebih sedikit.
M. NATSIR
Penelitian ini masih terlalu dini daD masih banyak hal-hal yang perlu ditindak lanjuti, untuk kearah produk
tertentu. DA VIDSON A. MUIS
1. Berapakahbesamyaenergiberkaselektronyang Anda gunakandalan penelitian ini ? 2. Anda menggunakanradiasiberkaselektron,apa dasar pemilihan Anda tersebut,bagaimanapendapatAnda kalau menggunakanradiasi sinar gamma mengingat dayatembuslebih tingi ?
Apakah basil penelitian daTi PP/PMMA atau PP/ PP-g-PMMA dapat diaplikasikan untuk alat kesehatan (sirenge/alat suntik) yang disterilkan memakai iradiasi. Mengingat PP yang dipakai oleh perusahaanyang membuat alat-alat tersebutyang ada di Indonesia tidak ada yang tahan iradasi untuk dosis min. 25 kGy.
MARSONGKO MARSONGKO I. Besar energi elektron 1 MeV, I mA. 2. Dengan berkas elektron laju dosisnya lebih tinggi dibanding dengan sinal gamma, sehingga oksidasinya
Dilihat daTiefekradiasicampuranPP/PMl\.1Aatau PP/PP-g-PMMA (kopolimer). Pada campuran dengan
.Penelilian
kopolimer yang diiradiasi pada dosis 50 kGy masih sekitar 200 % atau dosis kritis kira-kira 30 kGy. Ditinjau untuk aplikasinya lnasih mungkin digunakan untuk alai kesehatan, daD setelah diiradiasi justru akan mudah terdegradasi.
dan PengembangallAplikasi
/SOIOp dan Hadiasi.
/998
dengan aplikasinya nanti ? 2. Mengapa uji pin-hole tidak dilakukan ? 3. Standar apa yang Anda gunakan untuk menentukan sebagai SEM bahwa PP itu Crystalline? Bagaimana dengan amorph? Apakah tampak pula di SEM?
ZUBAffiAH IRAWATI
MARSONGKO Tujuan Anda mengiradiasi/me-modifikasi PP mumi adalah uotuk mendapatkan produk barn yang ramah lingkungan. Dari data Anda, ternyata perlakuan modifikasi tersebut justru menurunkan beberapa sifat fisikIlya. Perlu Anda ketalrui bahwa dosis sterilisasi yang digunakan untllk peralatan kedokteran berkisar antara 25 kGy, ballkan ada yang ampai 50 kGy. Apa pendapat Anda, sehubungan dengan data yang Anda peroleh
I. Tingkat modifikasi disini ada batasnya, pada derajat tertentu masih dapat digunakan untuk alai kedokteran, seperti pada campuran PP/PMMA (9 %) Dc > 50 kGy. 2. Tidak dilakukan. 3. Untuk melihat rase Crystalline PP disini digunakan mikroskop polanografi bukan menggunakan SEM.