Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 1
POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN Alin Aliyani, Dede Rohmat, Jupri Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (lpomea batatas L) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.” Usaha tani ubi jalar banyak dilakukan oleh masyarakat setempat, namun setiap tahunnya produksi ubi jalar bersifat fluktuatif Disamping itu, produktivitas yang dihasilkan masih dibawah angka maksimal. Sehingga di daerah penelitian ini masih memiliki potensi pengembangan dalam rangka meningkatkan produksi ubi jalar. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi geografi baik fisik maupun sosial yang mendukung budidaya ubi jalar, menganalisis potensi pengembangan produksi, dan mengidentifikasi upaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan produksi ubi jalar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis metode survei. Adapun teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan observasi lapangan dan teknik wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Studi literatur dan Studi dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik matching antara syarat tumbuh dengan kondisi seluruh lahan pertanian di Kecamatan Cilimus. Disamping itu, terdapat data yang dianalisis dengan menggunakan teknik persentase, yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik dan sosial ekonomi mendukung dalam pengembangan budidaya ubi jalar di Kecamatan Cilimus. Kondisi fisik meliputi iklim, ketersediaan air, jenis tanah, kemiringan lereng dan topografi. Sedangkan kondisi sosial ekonominya meliputi tingkal pendidikan dan pengalaman petani, luas dan kepemilikan lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, dan pemasaran. Dilihat dari kondisi tersebut maka terdapat potensi pengembangan produksi ubi jalar baik dengan cara ekstensifikasi, intensifikasi, ataupun peningkatan indeks pertanaman (IP). Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi jalar di lokasi penelitian adalah 2.604,86 Ha. Dengan adanya potensi-potensi tersebut maka terdapat upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi yakni dengan meningkatkan produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi, dan penguatan kelembagaan. Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah agar petani dan pemerintah bekerja sama untuk mengembangkan potensi agrobisnis yang ada. Selain itu, petani berpartisipasi dalam kelembagaan kelompok tani yang menjadi program pemerintah setempat. Kata kunci: budidaya ubi jalar, faktor-faktor geografis, produksi, potensi pengembangan.
2 | Alin Aliyani, dkk. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
THE POTENCY OF SWEET POTATO (Ipomea batatas L.) PRODUCTION DEVELOPMENT IN CILIMUS DISTRICT, KUNINGAN REGENCY
ABSTRACT This minithesis is entitled “The Potency of Sweet Potato (Ipomea batatas L.) Production Developmentin Cilimus Subdistrict, Kuningan Regency.” Many farming business of sweet potato were made by local community; however, annual production of sweet potato was fluctuating. In addition, the resulting productivity is still under maximal rate. So there is development potential in this district to increase production of sweet potato. The aims of this research are to identify geographic conditions, both physical and social, which are supporting cultivation of sweet potato, to analyze the potency of production development, and to identify efforts made by community in increasing production of sweet potato. Method used in this research is descriptive of survey type. The data collection techniques are primary data and secondary data. The primary data were derived from field observations and interviews. The secondary data were acquired by literature study and documentation study. The data were analyzed by using matching technique between the growing condition and the entire farming land condition in Cilimus Subdistrict. Furthermore, there are data being analyzed by using percentage technique, the results are presented in the form of table and figure. The results of the research suggest that physical and socio-economic conditions are supporting cultivation of sweet potato in Cilimus Subdistrict. The physical conditions include climate, supply of water and type of land, slope, and topography. The socioeconomic conditions include farmer education and experience, land area and ownership, labor, capital, management, and marketing. In light of the conditions, there is potency of sweet potato crop development in extensification, intensification, or improvement of per crop index. Land area having potential for development of sweet potato crop in research location are 2.604,86 Ha. Given the potentials, some efforts were made by community to increase production; that is, improving productivity, extensification of area, security of production, and institutional reinforcement. Recommendations to be proposed under this research are farmers and government should be collaborated on a development of existing agrobusiness potential. In addition, farmers should be participated in farmer organization as a part of local government program. Keywords: Cultivation of sweet potato, Geographical factors, Production, Development Potential
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 3
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang memiliki potensi dalam bidang pertanian. Komoditas unggulan Kabupaten Kuningan salah satunya adalah ubi jalar (Ipomea batatas L). Budidaya ubi jalar mulai terus dikembangkan, bahkan di Kecamatan Cilimus sudah di kenal sebagai salah satu sentra produksi yang produktif di wilayah Jawa Barat yang menyediakan pasokan ubi jalar ke beberapa wilayah (Badan Pusat Statistik: 2011). Luas lahan dan produksi ubi jalar setiap tahunnya bersifat fluktuatif. Maka upaya untuk menaikkan produksi per kapita per tahun di setiap daerah ini sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya yang ada. Setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda ditinjau dari potensi sumberdaya alam dan pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan pertanian. Berikut perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar (Ipomea Batatas L) di Kecamatan Cilimus Periode 2008-2012 No 1. 2. 3.
Komponen Produksi Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha)
2008 2.284 395.230
2009 2.349 425.850
Tahun 2010 1.561 279.510
173,04
181,29
179,06
2011 2.116 425.132
2012 1.883 370.960
200,91
202,38
Sumber : UPTD PTP3 Kecamatan Cilimus, Badan Pusat Statistik (2012) dan Hasil Pengolahan
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa luas tanam ubi jalar di Kecamatan Cilimus bersifat fluktuatif, begitupun dengan produksi ubi jalar. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun kondisi sosial dari wilayah tersebut. Produktivitas ubi jalar di Kecamatan Cilimus pada tahun 2012 adalah 202,38 Kw/Ha, dimana produksi ubi jalarnya adalah 370.960 kwintal dengan luas panen 1.883 hektar (Badan Pusat Statistik, 2012) . Hal tersebut masih di bawah angka yang di harapkan atau di bawah titik optimal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Juanda dan Bambang (2000: 7) “mengemukakan bahwa potensi hasil tanaman ubi jalar adalah 25 ton – 35 ton per Hektar”. Disamping itu menurut Banoewidjojo (1983: 8) “Peningkatan produktivitas tanaman pada dasarnya dapat ditempuh
4 | Alin Aliyani, dkk. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
melalui dua landasan pokok, ialah memperluas areal pertanian, dan meningkatkan produksi setiap kesatuan luas. Mengingat tanaman ubi jalar mempunyai banyak manfaat, maka sudah sepatutnya untuk terus dikembangkan, baik melalui intensifikasi ataupun ekstensifikasi. Kecamatan Cilimus memiliki potensi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, dimana tersedianya sumberdaya alam yang cukup. Beberapa penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Cilimus yaknihutan, semak belukar, padang rumput, perkebunan, ladang, sawah tadah hujan, sawah irigasi, dan permukiman. Untuk lebih jelasnya masing- masing luas dari penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Cilimus No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Penggunaan Lahan Hutan Semak Belukar Padang Rumput Perkebunan Ladang/Tegalan Sawah Tadah Hujan Sawah Irigasi Permukiman Jumlah
Luas Ha 520,30 113,36 3,05 436,67 373,33 1.177,79 617,07 310,34 3.551,91
% 14,64 3,19 0,09 20,74 10,51 27,53 14,56 8,74 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang mendominasi daerah penelitian adalah sawah tadah hujan dengan luas wilayah 1.177,79 Ha atau sebesar 27,53 % dari luas wilayah Kecamatan Cilimus. Penanaman ubi jalar bisa dilakukan pada lahan kering ataupun lahan basah. Namun waktu penanaman harus disesuaikan, di lahan kering biasanya di lakukan pada awal musim hujan, sedangkan di lahan basah pada saat kemarau datang. Berdasarkan penggunaan lahan, di daerah penelitian memiliki lahan yang cukup untuk melakukan usahatani ubi jalar. Sehingga dari hal tersebut daerah penelitian memiliki potensi untuk mengembangkan ubi jalar. Potensi lahan yang luas dan produktivitas yang belum maksimalmenjadi faktor untuk mengembangkan usahatani ubi jalar. Usaha untuk merebut persaingan yang masih terbuka ini dapat
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 5
dilakukan dengan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman ubi jalar, disertai dengan pengembangan industri pengolahan ubi jalar. Melihat Kondisi tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian terutama mengembangkan produksi ubi jalar sebagai tanaman unggulan di Kabupaten Kuningan.Dalam hal ini Penulis memberi judul “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan”. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi kondisi geografi baik fisik maupun sosial yang mendukung budidaya ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan; 2) Menganalisis potensi pengembangan produksi ubi jalar jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan; 3) Mengidentifikasiupaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan produksi ubi jalarjalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data diperoleh dengan melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Variabel penelitian terdiri atas Variabel bebas (iklim, ketersediaan air, topografi, jenis tanah, pendidikan petani, modal, tenaga kerja dan pemasaran) dan variabel terikat (Potensi pengembangan produksi ubi jalar). Populasi meliputi populasi wilayah yaitu seluruh lahan pertanian yang ada di Kecamatan Cilimus dan populasi manusia seluruh petani yang menerapkan budidaya ubi jalar yang ada di Kecamatan Cilimus. Sampel penelitian terdiri dari sampel wilayah yang diperoleh dari Peta Satuan Lahan kemudian diambil secara acak/random (Stratified area random sampling). Terdapat tujuh sampel penelitian yaitu I-SI-ALCRK (Desa Cilimus) , I-STH-ALCRK (Desa Bandorasa Kulon), ISTH-RKL (Desa Bandorasa Wetan), I-TG-ALCRK (Desa Linggajati), II-STHALCRK (Desa Setianegara), I-SI-LCK (Desa Caracas), I-KB-ALCRK (Desa
6 | Alin Aliyani, dkk. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
Cibeureum). Sampel manusia terdiri dari 65 responden, sampel diambil secara propotionate stratified random sampling. Penulis membuat kategori dari tingkat jumlah petani yakni tingkat jumlah petani tinggi yaitu (>1.000), sedang (500-1000) rendah (>500). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Fisik dan Sosial yang Mendukung Budidaya Ubi Jalar a. Kondisi Fisik Dalam menentukan karakteristik fisik wilayah, sebelumnya menggunakan Peta Satuan Lahan yang diperoleh dari penggabungan Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan. Maka dari hasil penggabungan tersebut akan memperoleh jenis lahan yang memiliki karakeristik masing-masing. Untuk lebih jelasnya Peta Sampel Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Sampel Penelitian
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 7
Tabel 3. Karakteristik Fisik Lahan Berdasarkan Penelitian di Lapangan Karakterisitik Fisik
I
II
III
24-26 3016,5 4
22-24 3016,5 4
23-25 3016,5 4
Saluran Irigasi 315 & 296* Irigasi Ada 431 5
Sungai/mata air
621 7
Latosol
b. Tekstur tanah
c. d. e. f.
Iklim a. Suhu (oC) b. Curah hujan (mm/tahun) c. Lama bulan kering (bln) Ketersediaan air a. Sumber air b. Debit (m3/dtk) c. jenis pengairan d. Kondisi air saat kemarau Ketinggian tempat (mdpl) Kemiringan Lereng (%) Tanah a. Jenis tanah
Struktur tanah pH tanah Kedalaman efektif (cm) Konsistensi
g. drainase Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Sampel IV
V
VI
VII
20-23 3016,5 4
20-23 3016,5 4
24-26 3016,5 4
20-23 3016,5 4
Sungai/ Mata air
Mata Air
479 5
799 8
742 14
410 4
797 8
Latosol
Regosol
Andosol
Latosol
Latosol
Latosol
Lempung berpasir halus
Lempung berpasir
Pasir berlempung
Lempung liat berpasir
Lempung berpasir sangat halus
Lempung berpasir sangat halus
Lempung berpasir halus
Remah 6 >90 Gembur
Granuler 7 >90 Gembur
Remah 6 >90 Teguh
Remah 5 >90 Gembur
Remah 5 >90 Gembur
Remah 6 >90 Gembur
Baik
Baik
Remah 6 60 - 90 Sangat gembur Baik
Sedang
Baik
Baik
Baik
Sungai/ Mata air
Saluran irigasi 276 & 312*
Sungai/Mata air
8 | Alin Aliyani, dkk. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa karakteristik fisik lahan di lokasi penelitian sebagian besar memiliki kesesuaian dengan syarat tumbuh ubi jalar, seperti iklim, ketersediaan air, ketinggian tempat, kemiringan lereng dan jenis tanah. Menurut Suparman (2007: 5) “Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27oC”. Terkait dengan ketinggian suatu daerah, tanaman ubi jalar akan tumbuh optimal pada ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk tanah menurut Suparman (2007: 6) “Tanah yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah tanah yang mengandung pasir, kadar lempungnya ringan dan longgar, kondisinya gembur, sehingga udara dan air dalam tanah dapat saling berganti dengan lancar.” Maka dengan melihat kondisi fisik tersebut wilayah ini sangat cocok untuk pengembangan ubi jalar. b. Kondisi Sosial Kondisi sosial yang mendukung dalam budidaya ubi jalar adalah tingkat pendidikan petani, luas dan kepemilikan lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Menurut Soetriono, Atik, dan Rijanto (2006: 71) “Aspek sumberdaya yang dimasukkan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal, tenaga kerja dan pengelolaan.” 1) Pendidikan, Menurut Harjadi (2002: 40) yakni : Sesuatu yang dimiliki petani merupakan modal yang menentukan keberhasilan petani sebaba keterampilan dan pendidikan merupakan produk masyarakat. Dalam beberapa hal, pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan perubahan masyarakat. secara keseluruhan tingkat pendidikan formal dan non formal petani responden dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Formal Responden No. 1 2 3 4 5
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Frekuensi 3 50 8 4 0 65
Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 5.
(%) 4,7 76,6 12,5 6,2 0 100
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 9
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Non-Formal Responden No.
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Frekuensi 10 40 15 64
1. 2. 3.
Tidak Pernah Penyuluhan Kursus/pelatihan Jumlah Sumber : Hasil Penelitian, 2013
(%) 15 62 23 100
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa petani ubi jalar di Kecamatan Cilimus memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, karena sebagian besar petani hanya lulusan SD. Namun hal tersebut bisa diatasi dengan cara lain, seperti pendidikan non formal. Para petani pada umumnya mendapatkan pengetahuan tentang budidaya ubi jalar melalui pendidikan nonformal. Seperti yang sering dilakukan di lokasi penelitian adalah penyuluhan dan pelatihan mengenai pertanian yang diadakan oleh Dinas Pertanian setempat. 2) Luas lahan pertanian, luas lahan akan mempengaruhi pada hasil produksi pertanian tersebut. Semakin luas lahan pertanian maka semakin tinggi pula tingkat produksinya, sebaliknya semakin sempit lahan pertanian maka semakin rendah
tingkat produksinya. Luas
kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Kepemilikan Lahan No
Lokasi
< 0,10
F 1. I 2 2. II 1 3. III 1 4. IV 1 5. V 0 6. VI 0 7. VII 1 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
% 3,1 1,5 1,5 1,5 0 0 1,5
Luas (Ha) 0,10-0,50 0,51- 1,00 F % F % 9 13,8 4 6,1 5 7,7 4 6,1 5 7,7 3 4,6 4 4,6 4 6,1 4 6,1 6 9,2 1 1,5 1 1,5 3 4,6 1 1,5
>1,00 F 2 2 0 1 0 0 0
% 3,1 3,1 0 1,5 0 0 0
Petani responden di Kecamatan Cilimus memiliki luas lahan yang diusahakan untuk usahatani cukup beragam, yaitu antara 0,14-1,2 Ha dengan ratarata luas lahan sebesar 0,28 Ha. 3) Tenaga kerja, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usaha pertanian. “Tenaga kerja dapat digolongkan dalam tiga macam, yaitu tenaga manusia, tenaga ternak, dan tenaga mekanik” (Soetriono, 2006: 80). Namun
10 | Alin Aliyani, dkk. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar…
dalam budidaya ubi jalar pada umumnya petani responden hanya menggunakan tenaga manusia. Hal tersebut dikarenakan dalam persiapan lahan lebih mudah jika menggunakan tenaga manusia. Selain itu tenaga kerja dalam usahatani ada tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan Petani Responden No
Lokasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
I II III IV V VI VII
Tidak memiliki F % 2 3,1 1 1,5 1 1,5 1 1,5 0 0 0 0 1 1,5
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1-5 6-10 F % F % 9 13,8 4 6,1 4 6,1 5 7,7 5 7,7 3 4,6 4 6,1 4 6,1 4 6,1 6 9,2 1 1,5 1 1,5 3 4,6 1 1,5
>10 F 2 2 0 1 0 0 0
% 3,1 3,1 0 1,5 0 0 0
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 7. hampir setengahnya (47 %) petani mempekerjakan 1-5 orang, hal ini karena lahan yang digarap masih bisa menggunakan tenaga kerja keluarga. 4) Modal, usaha pertanian dapat berjalan dengan baik apabila memiliki modal yang dapat memenuhi. Menurut Soetriono, Atik dan Rijanto (2006: 77) “Modal tetap (misalnya tanah dan alat pertanian) yang tidak akan habis dalam satu kali produksi, sedangkam modal bergerak (misalnya uang tunai, pupuk, pestisida, dan tanaman) yang dianggap habis dalam satu kali produksi. Secara keseluruhan sumber modal petani responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sumber Modal Budidaya Ubi Jalar Petani Responden No. 1 2 3 4
Sumber Modal
Sendiri/penggarap Penggarap dan Pemilik lahan Koperasi Pinjaman dari bank Jumlah Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Jumlah Frekuensi 33 9 19 4 65
(%) 51 14 30 6 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan sumber modal petani reseponden dalam budidaya ubi jalar sebagian besar berasal dari modal pribadi dengan jumlah 33 petani responden (51%). Modal pribadi biasanya pada petani yang menggarap lahan yang tidak terlalu luas.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 | 11
Tabel 9. Cross Tab Luas Lahan Garapan dan Jumlah Modal Responden No.
Luas (Ha)