POTENSI BANJAR SEBAGAI WAHANA PEMBANGUNAN DI BALI
DISERTASI
Oleh
I Made Yasa
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANlAN BOGOR BOGOR
THE POTENCY OF BANJAR
AS DEWLOPMENT VEHICLE IN BALI
The research entitled "The Potency of Banjar as A Development Extension Facilitator in Bali, " has completely been carried out. The problems of study were: (1) How does the Banjar Community figure its potentiality to be a development extension facilitator in Bali?, and (2) What is the relationship between both the internal and external factors of bmjar upon the potency of banjar as a development extension and movement? The research is intended to know and study the potency of internal and external elements in supporting the potency of bnnjar as an extension facilitator for development movement among diffetent communities. The potency of banjar was designed as a survey research in four communities by means of "Multistage Cluster Sampling" method. From the four types of community, namely: agricultural, urban, artist and tourism, eight banjars were chosen and of each, twenty-nine respondents were selected at random. Six were taken from the provincial level, thirty-two from regency level and sixty-four from rural level, thus forming thirty-two bmtjars which canprice 1030 respondents. The primary data obtained through interview used test-standad questionnair (a =0,805 and =0,809), while the secondary data was obtained by tracing authenh documents and indepth interview with key-informers and direct involvement of several h j a r activities. The data was analyzed by qualitative analysis of modus (Mo) and percentage (%), and quantitative analysis according to Rank Spearman correlation. Result and description: Start with very simple similarities of individual needs, since the members of society were gathered and consolidated to form an inkgrated facilitator named banjar. At least 10 kdptions derived from the tenth century have been found, and they tell us that banjar community has been existing since time immemorial, forming an integrated region. With its legal status of area, apparent borders of W t o r y and strategic location, banjar has become solid with its functions of a community center, such as by its initiation, legitimation, diffusion, organization and a specific way of life of banjar. Under its appreciable way of life named "Tri Hita Karana" such as Banjar, Banjir, and Banjur. Banjar, as a social organization, at least, is comtmcted with some elements such as physical aspects, norms, human resources, programs and leadership, besides the government's intervention. It can be concluded: (1) Banjar is a Bali-tradition based organization, which is a democracy function, (2) Barjar is very potential to be a development extension facilitator. Firstly, it consists of two sectors, but now it has been mists of 17 sectors, (3) There is a significant relationship among many elements, such as physical aspects, values, human resources, programs and leadership besides the government intervention into the potency of banjar, and (4) There is significantly a close relationship between the potency of banjar as a development extension Witator and people's participation as well as productivity of banjar community. Based on the conclusion above, it is recommended that the potency of banjar should be soundly implemented in order to achieve the desirable result.
RINGWAN I MADE YASA. Potensi Banjar sebagai Wahana Pembangunan di Bali;
dibawah bimbingan Margono Slamet selaku Ketua, dan Sediono M.P. Tjondronegoro, Darwis S. Gani, Pang S. Asngari, serta Prabowo Tjitropranoto, masingmasing sebagai anggota. Potensi wadah pembangunau berciri lokal mash dilematis, sehingga kemampuan dari wadah itu menjadi kurang diketahui dan pemadhatannyapm belum seba~aimanaseharusnya. Pada bagian lain, kemajuan dan perubahan membangun justru
membutuhkau peran wadah-wadah dalam meringankan tugas penyuluhan, itu berarti jika potensi banjar (di Bali) sebagai subsistem penyuluhan diketahui maka pemanEdatannya c e n d v menjadi lebih efektif. Keberhasilan pembangunan sekurang-kurangnya mesti enkwging the droices
ofpeople sehingga ragam peluang dan pilihan-pilihan membangun dapat tumbuh clan menjadi mililc masyarakat. Pada bagian lain, pembangunan sebagai proses memejahterakan rakyat, tidak mesti dimulai dari barang, tetapi dari orang dengan wadahwadah keberadaan mereka hidup (Schumacher, 1973). Wadah sebagai unit organisasi sosial, bukan sekedar kesatuan tempat tinggal (Keari, 1976), namun dapat komunikatif menggerakkan akcivitas Illembangun. Kinerja organisasi berciri lokal banyak dilaporkan, tidak hanya menjalankan peran-budaya, sosial, politik dan ekonomi
(untuk labir, beraktivitas dan berkembang melalui jasa organisasi), mapi juga inova-
.
- jugs tif dalam mengakomodasi potensi lokal agar lebih berdaya guna. Demkan ragam aktivitas wadah pembaxigunan tidak hanya dukungan fisik (tangi'ble) semata,
tetapi memiliki daya-daya aktif sebagai kekuatan moral, loyal dan semangat kolektif yang sulit ditarnpakkan (intangible). Ada anggapan karena budaya swakarsa, mantapnya peran inovator, stimulator, komunikator clan mediator (Robinson, 1989),
iv
semangat liaison mhzy
(Rogers, 1983); dan karena kuatnya afinitas sosial dan
semangat kesetiakawanan, menjadikan wadah itu harmonis menjalankan tugas membangun. Berdasar infonnasi diatas, semakin menjadi penting untuk mengetahui pertalian unsur dan mencari daya-daya, serta pada kondisi tertentu dapat tepat mewadahi aktivitas penyuluhan dan gerakan pembangunan.
Banjar sebagai organisasi sosial berdasar tradisi, adalah subsistem budaya Bali. Banjar merniliki wilayah, aturan, warga, pengurus, kekayaan, dan m i r i mengelola aktivitas hidup diataranya: (1) memberi informasi pemban-
kepada
semua warga (upacara adat, gotoag-royong, PIN); (2) rnemberi kerja-membangun; dan (3) memberi bantuan kepada warganya. Dalam sejarah panjang mewadahi perubaban pembangunau (peluang membangm lebih banyak, fasiitas semakin terse-
dia, kebutuhan dan kemampuan memenuhi semakin luas), namun poteosi h j a t tetap dilematis. Ada petunjuk semakin diyakininya, bahkan diembangkan sendiri oleh warga kearah inovatif clan komunikatif mengolah pesan membangun menjadi gerakan nyata (tugas adat, aktivitas keagamaan, sulrses KB, lingkungan nunah lebih bersih dan hidup lebih sehat serta lebih amau). Sebagai alat pengikat -a,
banjur
memiliki panrman banjar sebagai forum interaksi, koaksi dan konteraksi untuk memutuslcau diterima dim atau ditolaknya isi pesan pembangusm tertentu. Aktivitas demokratis diitas identik dengan proses penyuluhan yang pada dasarnya mengkoordinasikan aktivitas sumber, pesan, warga dan penyuluh melalui kegiatan belajarmengajar sebagai fungsi komunikasi, koordinasi, dan pengaturan dengan tujuan meningkatkan pemahaman menjadi aktivitas membangun. Sebagai organisasi yang hidup berdasar nilai-nilai tradisi di sat. sisi clan pada sisi lain mesti harmonis mewadahi kemajuan pembangunan, tentu ada benturan menjadi masalah-masalah yang dalam penelitian ini ingin dipecahkan. Dapatkah
v
secara vertikal "kebawah" selalu aktif dan progresif menjadi inisiator, informator,
dan stabilisator pembanpm, dan "keatas" mesti solid dan harus reaktif mewadahi
p a n pembangunan itu? Beban diatas menjadiikan banjar tersebut sarat masalah. Masalah pertama adalab bagaimana perkembangan potensi bunjar rnewadahi aktivitas pembangunan? Berikutnya bagaimana pertalian unsur internal dan eksternal mendukung potensinya sebagai wadah penyuluhan dan gerakan pembangunan? Masalah lainnya, apakah ada perbedaan potensi banjar pa& komunitas pertanian, kota, seniman, dan komunitas pariwisata? Masalah keempat bagaimana hubungan
potensial banjar dengan tinglrat partisipasi warga membangm, dan dengan produktivitas warga untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik?
Bermlak dari madah tersebut, diajukan bebempa hipotesis sebagai pemecahan masalah, dan sekaligus menggambarkan tujuan yang ingin dicapai yakni: (1) Banjar potensial mewadahi penyuluhan dan gerakan pembangunan; (2) pertalian
unsur fisik, niiai, program, SDM, dan kepemimpinan serta intervensi pemerintah berhubungan dengan potensi banjar; (3) dukungan unsur dan daya akan berbeda pada komunitas pertanian, kota, seniman, dan pariwisata; dan (4) semakin tinggi potensi banjar mewadahi penyuluhan dan gerakan membangun, semakin tinggi tingkat partisipasi w a r e dalam merencanakan, melaksanakan, memadaatkan dan m e a i hasil pembmgunan, dan semakin produktif pula warga daIam memanfsatkan, mengolah dan mengem-
informasi membangun menjadi aktivitas memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, penunahan, mernanfaatkan sarana p d i d h n , transfortasi, komunikasi pembangunan dan kesemarakan hidup beragama. Penelitian dirancang sebagai jenis penelitian m a i , dengan maksud menggali dan menjelaskan ikhwal kekuatan banjar. Penetapan lokasi dan pemilhn responden
digunakan metode Multi Stage Cluster Sampling yakni :Tahap I, penentuan empat
vi
komunitas yakni komunitas pertanian dipilih Kabupaten Tabanan, komunitas kota dipilih Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar; komunitas seniman dipilih Kabupa-
&I Gianyar dan Klungkuug; dan komunitas pariwisata dipilih Kabupraten Badung dan
Gianyar; Tahap 11, penentuan dua k m t a n per komunitas dan dua desa per kecamatan dan dua 6anjar
sew desa sehiogga jumlah banjar yang dig\makan 32 buah.
Responden per banjar dipilih secara acak sebanyak 29 orang (seorang Aelimr-hjar, 20 orang warga, 6 orang STT, dan 2 orang sesepuh). Ditambah enam orang tingkat
propinsi, 32 orang tingkat kabupaten dan 64 orang tingkat desa, sehingga total responden ada 1030 orang. Penelitiaa dilaksanakan &lam empat tabap y*.
tahap
pertama, sebagai pengamatan awal aktivitas banjar selama lebih kurang 30 hari (3 Januari 1994 s/d 4 Febxuari 1995);tahap kedua, uji coba kuesioner selam 40 hari (8 September s/d 18 Oktober 1995); tahap ketiga, penelitian pendahuluan selama 40 hari (21 Oktober s/d 1 Desember 19%); dan tahap keempat, penelitian ssmggdmya
selama tujuh bulan (8 Desember s/d akhk Juli 1996). Data primer didapat melalui wawancam berdasar hesionex balu-uji (R,=
0,805dan R,=O,809),dan diuji kembali (R=0,919) terhadap 144 item per(anyaan berskala lima. Data sekunder diperoleh dengan menelusuri dohrmen otentik pada Kantor Museum Bali, Kantor Pusat Dokurnnetasi Dati I Bali, Kantor Wilayah Deptan, BKKBN, Kantor Wilayah Kesehatan, Biro Pernerintahan Kantor Gubemur
Dati I Bali, Kantor Biro Pusat Statistik Dati Bali dan lain-lain. Guna pendalaman data dan kualitas informasi fakta penelitian dilakukan in depth interuiew dengan informan h
i dan pelibatan langsung pada beberapa aktivitas h j a r . Penyimpulsn
hasil penelitian dilakukan dengan analisis kualitatif menggunakan tetapan Modus
(Mo) dan persentase (%), dan analisis kuantitatif digunakan Uji Korelasi Jenjang Spearman. Terbadap perbedaan potensi antar komunitas digunakan Uji Khi-Kuadrat
vii dm keberartian hubungan diietahui dengan membandingkan nilai Rshitung dengan
nilai Rstabel pada tingkat kepercayaa 95 persen (P=0,05). Berdasar analisis didapatkan hasil bahwa kebutuhan yang amat sederhana yakni ngiring driRi sareng-sareng (maii diiini bersama-sama) membukthn h j a r itu potensial menggerakka aktivitas warga. Bukti lain, tidak kurang pula prasasti 10 abad lalu mengungkapkan banjar itu sudah berbentuk kesatuan wilayah, yang kini terbukti semakin adaptif dan selektif menerima atau menolak inovasi, serta tentu
semakin ditantang agar kongruen dengan ragam kebutuhan membangun. Ada bukti filosofis: banjar-banjir-banjr (datang serempak, penuhi dan bubar) memperkuat
peran inisiator, inspirator, inovator, komunikator dan asosiator agar warganya bhakti mewujudkan produktivitas. Berakamya daya-daya internal seperti megcgonjakm (komunikasi tatap muka akrab), meselisi (upaya saling meringankan b e h hidup), budaya getok-tular dan daya coemive (paksa-rela) yang identik dengan coopemzive spirit (Ndraha, 1990) atau semangat kin-like community (Warren, 1995) atau esprit & corps (Kartini Kartono, 1985) menyebabkan arus pesan pernbangmm vertikal
dan horizontal lanmr dan cepat ~nenjadimilik warga banjar. Potensi banjar sebagai wadah penyuluhan, yang digambarkan melalui 10 penjelas membuktikan,hnjar potensial; bahwa warga banjar semua komunitas nyata-nyata merasakan srlanya aktivitas penyuluhan pembaqpan, walau mmgkq cara IIxm&imy8 bexbaia nyata antara warga komunitas pertanian dengan komuni-
tas kota dan komdtas seniman, Mereka mengeai bahwa penyuluhan pembangumm
adalah upaya menggalang kerjasama (memanfaatkan peluang membangun), usaha pendidikan, media demonstrasi dan aktivitas untuk menilai (hasil pembangunan). Ada petunjuk, tidak semua aktivitas membangun diawali oleh penyuluhan pembangunan, terbukti banyak gerakan pembangunan rnandiri banjar (seperti membangun
viii
fisik balai-banjar, kesenian, kesehatan lingkungan, gotong-royong, arisan adat). Disampiig itu, ragam *tan *
clan relasi, memungkinkau warp behs-pilih sumber
informasi sehingga adopsi pesan pembangunan tetap berkualitas. Berdasar runutan sejarah tentang potensi banjar, maka semakin terbukti yakni awalnya hanya untuk kegiatan agama dan adat (Prasasti Gobbleg Pura Desa I W u n Saka 836 atau 914 Masehi), basis wadah gerakan rakyat di jaman kerajaan bahkan paruman agung jaman itu adalah cikal-bakal paruman-banjar saat hi. Dalam merebut kemerdekaan
R.I. banjar menjadi pusat perjuangan rakyat, dan sampai masa orde baru ini perannya makh dipercaya yang popularitas puncaknya ketika model "KB-Sistem-Banjar" dijadilran model nasional dan internasional. Selain dianalisis dari runutan sejarah seperti diatas, banjar yang mulanya aktif menggerakkan sektor agama dan adat, kini sudah mewadahi 17 sektor pembangunan dan 10 sektor (58,911) diantaranya melakukan aktivitas penyuluhan yakni
sektor agama, adat, kesehatan, KB, pemerintahan, generasi muda, hukum, pajak, transmigrasi dan tenaga kerja. Lima sektor pertarna begitu populer sehhgga dengan kuat dan mantap dapat disuluhkan di semua komunitas banjm, krhadap lima limaya begitu kuat tetapi kurang mantap akibat kurang lengkapnya sarana pendukung dan lemahnya daya tarik bmjar sebagai pusat kegiatan warga . Jika dikaitkan dengan keutuhan bunjat, terbukti ada pertalian nyata antar unsur dengan potensi banjar yakni unsur nilai (rs=23,59), program (rs =24,08), SDM (rs = 18,27), dan kepemimpinan (rs= 17.99) serta intervensi pemerintah (rs = 12,21) pada nilai kritis yang sama yakni 1,% (P<0,05) dan 2,57 (P<0,01). Pertalian ini jelas-jelas menunjukkan kestrategisan, kelengkapan dan kesiapan fisik banjar sebagai yang nyata tampak itu memberi inspirasi bangkit dan berkembangnya praktek nilai, program dan kepemimpinan produktif sebagai aktivitas yang sulit
ditampakkan. Demikian pula secara parsid, masing-masing unsur fisik dan daya inspiratif (rs=22,92), inovatif ( r =25,93), komunikatif (rs=27,19), asosiatif '(rs=26,78),
orientatif (rs=25,53), dan daya "coersive" (rs=3 1.34) pada niiai laitis
1,% (P<0,05) dan 2,57 (P <0,01) juga memberi dukungan sangat nyata. Ini berarti, daya paksa yang begitu kuat agar warganya aktif mengikuti penyuluhan dan kemudian taat mel-
putusan membangun akan hilang jika tidak diimbangi
oleh upaya-upaya aktif dan rensponsif bmtjar dalam mencati clan mengkomunikasi-
kaa pesan dengan cepat. Kenyataan ini menjadi bukti dalam melu~skanbcberapa
pandangan bahwa potensi bmjar semata a k i i t kejelasan atau kemegaban fisik tidaklah benar, tetapi tegas ditekankan jika memanfaatkan banjar di masa datang sebaiknya m -
pendekatan satu sistem yang u*,
artinya, solidhas dukung-
an unsur-unsur dan daya-daya yang tampak (tangible) dan yang sulit ditampakh (intangible) tidak dapat diabaikan. Potensi bmjar sebagai wadah gerakan pembaogunan diawali oleh adanya motivasi, sumber dan arah gerakan. Heberle (1968) menandaskan bahwa gerakan pembangunan adalah aktivitas selfsupportingsehingga motivasi, sumber, arah dan penggalangan kerja membangun menjadi milik pelakunya. Hasil penditian menunjukkan bahwa, arah kerja-membangun pada semua komunitas dimulai dari proses sadar akan kebutuhan hidup, sedangkan motivasi antar komunitas bervariasi yakni warga banjar komunitas kota, komunitas seniman, dan pa& komunitas pariwisata didorong oleh kesadaran diri dan pada komunitas pertanian termotivasi setelah mendapat informasi pembangunan. Warga perorangan mempakan sumber gerakan pada komunitas kota, seniman, dan komunitas pariwisata, namun sosok pengurus justru menjadi sumber andal bagi warga komunitas pertanian. Informasi diatas menunjukkan kentalnya interaksi paternalis pada warga banjar komunitas pertanian
X
menyebabkan mereka kurang berani mengambil keputusan atau karena selalu menganut pada keberhasilan warga lain menyebabkan gerakan membangun di luar sektor pertanian, lambat. Pada bagian lain terbukti: pola swakarsa, swadaya, swapola dan swakelola sebagai pendorong gerakau memhangun di banjar ini juga kurang
produktif, kontak aktivitas (warga, pengurus dan banjw) &atif terbatas, dan akhirnya melemahkan daya tarik barjar sebagai pusat aktivitas membangun. Secara menyeluruh, banjar potensial sebagai wadah gerakan pembangunan. Terbukti ada enam gerakan mandiri yaitu: membangun fisik, p e n c e d m aturan, pendanaan, pengelolaan SDM, dan mempertahankan ciri ber-banjar. Aktivitas mandiri diatas keberlanjutannya tetap "dari dan menjadi milik" wadah ini. Kecuali untuk pengembangan SDM dan pendanaan pada komunitas kota dan pariwisata berkaitan bahkan dapat sejalan dengan dukungan fasnitas di luar banjar. Potensi tradisi diatas tidak rentan bahkan menjadi proses banjarisasi (dalam Balinisasi), artinya betapa deras pengaruh teknologi pembangunan namun bentuk-bentuk fisik (Nista, Madya dan Utama), cara mengelola kerja, wajib (iuran warga) clan terapan sangsi (mati) tetap dijungjung tinggi. Bukti kuatnya gerakan " m -
ciri
ber-banjar" pada semua komunitas menunjukkan: (1) pengaruh inforrnasi dari luar hanya bersifat aditif, bukan selurdmya substitutif dan (2) pesan-pesan membangun diserap dalam rangka pengayaan perilaku bermasyarakat) di hnjar. Dua diatas ha1 tersebut mempermudah tugas penyuluh pemlxmgmm. Pertalian hubungan unsur dengan potensi banjar sebagai wadah gerakan pembangunan begitu kuat yakni: unsur fisik banjar berkaitan nyata dengan unsur nilai (rs =24,42), program (rs =20,23), SDM (rs= 18,13) dan kepemimpinan (rs= 19,ll) serta dengan intervensi pemerintah (rs= 16.74) pada nilai kritis 1,% (P <0,OS) dan 2,57 (P <0,Ol). Kenyataan ini mengingatkan betapapun kuatnya rasa
kebersamaan, kesetiakawanan, keinovatifan dan daya paksa banjar, tetapi tanpa
xi
dukungan sarana dan "daya tarik" balai-banjar juga kematangan hubungan antar warga, warga dengan pengurus dan warga dengan penyuluh pembangunan (PLKB, PPL, PKL, Jepen, Binmas, Petugas Pajak, Penyuluh Hukum, Kader Gizi lainnya) atau intervensi pemerintah (sebagai pendidik dan pembina) maka gerakan membangun diri warga, keluarga dan banjar tidak efektif. Adanya bukti aktivitas gerakan pembangunan dari luar bmjar seperti bantuan "dragonw(sumur bor), bibit tanaman
hortikultura, belut (kolam belut), bibit penghijauan, permanenan saluran air (got) tidak dapat menjadi getok tular membangkitkan sexnangat warga, karena tidak meli-
batkan prakatsa dm kebutuhan nyata warga. Oleh karenanya, perluasan wawasan membangun dari warga dan pengurus dan perbanyakan aktivitas percontohan serta pelibatan sebanyak mungkio d e w proyek-proyek pembangman (PKK, Dasawis-
ma, Prokasih, Tenaga Kerja Sukarela Terpadu (TKST), Agribisnis Terpadu, Usaha Kecil Keluarga) khususnya warga komunitas pertanian akan dengan cepat dapat sejajar seperti produktivitas warga banjar komunitas kota. Demikian juga terhadap motto kontra pembangunan yang sangat menggangu gerakan membangun diatas seperti ede ngaden iwak bise (jangan merasa diri mampu) terutama pada warga komunitas pertanian, telah menyuburkan budaya koh ngomong (malas berbicara, takut menilai, dan kurang berani mengkoreksi kegagalan). Budaya buruk yang tidak komunikatif itu, sedapat mungkin (oleh peran penyuluh pbangman) dapat diubah menjadi lek keucap belog (malu dibilang bodoh) dan jengah kborbor (semangat membara) agar segera bangkit membangun diri.
Terhadap tingkat produktivitas sebagai daya warga menggunakan pengetahum dalam mencari, mengolah dan memanfaatkan peluang membangun bervariasi antar komunitas. Ada petunjuk bahwa, warga banjar komunitas pertanian kurang
..
berdaya dibanding ketiga komunitas lainnya. Dermlnan juga rangkuman data menun-
xii
jukkan bahwa banjar komunitas kota paling berpotensi karena paling kohesii dengau tujuan pembangunan atau paling dekat sebagai banjar ideal. Ini berarti, dalam encapai banjar ideal, sangat dibutuhkan pembinaan berlanjut. Pengaruh potensial terhadap banjar secara keseluruhan sangat menggembirakan yakni peran banjar pada semua komunitas semakin dirasakan, kesemarakan k o m u n h i antar warga makin menjadi kebutuhan, dan kekompakkan dalarn memanfaatakan fasilitas pembangunan semakin nmenjadi harapan warga. Ini berarti, h j w tetap produktif mewa-
dahi pembangunan pada ragam komunitas, walau tidak selamanya diikuti oleh k e b
ranian untuk menerima dan atau menolak inovasi pembangunan. Terdapat hubungan yang nyata antara potensi banjar sebagai wadah penyuluhan dengan tingkat partisipasi (rS=27,44) dan tingkat partisipasi dengan produktivitas warga banjar (rs=23,76)pada titik kritis 1,% (P
xiii
luhan dan gerakan p e m u , maka belum dijumpai adanya banjar ideal sebagai yang dengan kuat dan mantap mampu mewadahi semua aktivitas membangun. Namun ada bukti banjar komunitas kota terms& katagori mampu, banjar komunitas senhm dan pariwisata cukup mampu, dan banjar komunitas p e r t a h tcnnasuk katagori lcurang mampu. Berdasar veriasi diatas, dibutuhkan pembinsan sekwangkurangnya pada komunitas pertanian agar banjar makin sering dijadhn pusat-pusat aldivitas membangun warganya. Dari uraian analisis tersebut dapat disimpulkan: Banjar adalah organisasi
sosial berdasar tradisi di Bali, berwujud wadah demokratis yang Q i t u k dari pertalian nyata unsur internal dan eksternal banjar, clan sejak semula sudah aktif mengelo-
la aktivitas warga. Rasa kesethkawanan, ikatan wilayah, budaya gefok e, semangat kolektivitas menjadikan banjar inovatif mewadahi penyuluhan dan gerakan membangun. Banjar potensial mewadahi penyuluhan pembangunan, terbukti dari awalnya hanya dua sektor (Agama dan Adat) cia. kini sudah mewadahi 17 sektor pembangun-an yang 10 (58,91%) diantarmya menggunakan cara-carapenyuluhan pembangunan. h j a r juga potensial me-
gerakan pembangunan, terbuidi ada
enam bidang aktivitas pembangwm mandiri banjar. Antar komunitas terdapat variasi y a m banjar komunitas peaanian kurang berpotensi dibandii dengan tip komunitas lainnya, bahkan sampai saat ini belum dijumpai adanya h j a r ideal. Terdapat pertalian hubungan yang sangat nyata antar unsur fisik, nilai, SDM,program dan kepemimpinan serta intervensi pemerintah dengan potensi banjar sebagai wadah penyuluhan dan gerakan pembangunan. Terdapat hubungan sangat nyata antara potensi dengan tingkat partisipasi dan tingkat produktivitas warga banjar mencapai kesejahteraan. Bertolak dari hasil penelitian tersebut, diharapkan adanya evaluasi
untuk mengetahui pedmhm potensial banjar adat clan banjar dinas di Bali. Derni-
xiv
kia juga, jika menghendakj agar pesan pernbangunan sampai, diterima dan diterap-
kan dengan sempurna oleh warga maka manfaatkanlah potensi banjar secara utuh. Kegiatan di banjar adalah aktivitas sistem, karenanya perlu diiluhkau kepada warga
@emilk),pengelola (pengums), pemerhati dan pengguna (pemerintah) jasa h j a r agar tidak lagi menerapkan pendekatan parsial yang cenderung merusak kesatuan banjar. Karena menggedckan aktivitas membangun dijiwai semaqat banjar, h j i r
dan bunjur, maka perlu dipertahadm dan dihindari sejauh-jauhnya unbuk mengganti m a banjar dengan sebutan atau kata-kata yang makna dan jiwanya menyimpang
seperti salah satunya yakni upaya homogenisasi terhadap wadah-wadah berciri lokal sejenis oleh tempan UU. No.5 Wun 1979. Didorong oleh keinginan agar wadah ini makin ideal mewadahi penyuluhan
dan gerakan pembangwm (khusnya banjar komunitas pertanian), maIra perlu makin dilenghpi dengan sarana pendukung dan -yak
slogan agar daya tarik h j a r
makin meningkat serta kekuatannya semakin mantap. Perbanyak pula usaha-usaha demonstrasi pembangunan di banjar agar peran dasarnya sebagai pusat kegiatan masyarakat (community center) makin terwujud. Adanya ragam potensid h j a r antar komunitas, membutuhkan ragam perencanaan dalarn menggumkm banjar
yakni bentuk-bentuk penyuluhan perorangan dan kelompok scrta gerakan membangun sebagai aktivitas massal lebih tepat di banjar komunitas pertanian, namun bentuk-bentuk kelompok penyuluhan massal dan aktivitas membangun perorangan lebih berhasil pada komunitas kota, seniman dan komunitas pariwisara. Peran dasar dan alamiah, sebagai wadah aktivitas adat dan agama harus ditegakkan dengan jelas; artinya, sekurang-kurangnya diadaptasikan menggerakkan aktivitas pembangunan lain. Tentu, makin perlu disadarkan kepada warga dan pemerintah bahwa pembinaan yang selama ini didominasi pada kedua bidang tersebut tidak tepat lagi, oleh kare-
xv
nanya perlu kemasan yang diperluas kearah multisektor dan multi program. Begitu sangat mendesak agar dipola bentuk-bentuk lokasi perantohan bvujw ideal sel6ng.a "
imbas integratif ini dapat ditiru oleh h j a r lainnya. Demikian juga terhadap kcsejalanan peran banjar sebagai ciri lokal (local development) dengau tujuan dan arah pembangunan yang terns berubah dan maju itu, maka sudah saatnya Daerah Bali memiliki sebuah lembaga mandiri seperti Kelompok Kerja Pemberdayaan Potensi Banjar (POKJA YANSIBAR), yang tugasnya tidak sekedar membantu tetapi menjadi forum aktif menggali, mengkaji, mengembangkan, clan responsi'bel membenhyakan potensi banjar agar selalu harmonis sebagai wadah penyuluhan dan gerakan membangun dalam meningkatkan kesejahteraan warganya.
POTENSI BANJAR SEBAGA. WAHANA PEMBANGUNAN DI BALI
Oleh : IMadeb
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk mempemleh g e h Doktor pads
Program Rmaumjana, W t u t Pertanioln Bogor
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Disertasi
: POTENSI B M A R SEBAGAI WAaANA : PEMBANGUNAN DI BALI
Nama Mahasiswa Nomo Pokok Fmgmm Studi
:I M a d e k : PPNl92514 : Ilmn Penyuluhan P e m b m
Menyetujui 1. Komisi Pembiiing
*
Anggota
Dr. Pang S.Asngari Anggota
2. Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Permbangunan
1 4 AUG 1997
-
Rof.Dr.H.Darwis S. Gani,MA m t a
Penulis lahir di sebuah batjar seniman (Pemesan), Sukawati-Dati I Bali pada 'Hari Kamis Umanis tanggal 12 J a n e 1956. Penulis adalah putra kedua dari tujuh bemudam, ayah Nyoman Jebug dan ibu Ni Made !$eruni.
Sesudah menamatkan pendidikan SDN.1. Desa Ketewel, SMP-Saraswati di Sukawati dan SNAKMASaraswati di Denpasar, kemudian melanjutkan di Falrultas Kedokteran Hewan dan Petermkan yang kini menjadi Fakultas Pekmakan Universitas Udayana Denpasar clan lulus Sarjana Peternakan (Ir) tahun 1981. Selama delapan
tahun setelah diangkat menjadi dosen negeri Kopertis Wilayah Vm tahun 1981,
dipekerjakan pada Jurusan Sosek, Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar. Dengan beasiswa TMPD-Depdiikbud R.I. maka Tahun 1989 pen& melanjutkan peddikan S2 di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembaqunan (PPN), Fakultas Pascasarjana IPB dan meraih gelar Magister Sains (MS) tahun 1991. Sejak September 1992 melanjutkan S3 pada program studi yang sama dan meeggunakan beasiswa yang sama pula. Beberapa pengalaman kecil menjadi mengasah diri yakni: Semasa Sekolah Mtwngah Atas, salah satunya menjadi "Vaksinator"pemberantasan penyakit hewan
menular Mulut dan Kuku (foot and mouth desease), m e ~ p a k a nkerj-
Dinas
Peternakan Dati I Bali dengan P d t a h Australia tahun 1975, juga menjadi ketua STT- Banjar Pamesan, kern&
Ketua Pemuda I)esa tahun 1978. Semasa moharis-
wa: menjadi W Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM)-Fakultas PeCernakan
(1980) yang sebelumnya ditun..uk menjadi utusan Fapet-Unud pada pertemuan Ikatan Senat Mahasiswa Sejenis (ISMS) se-Indonesia di Unram-NTB tahun 1978, dan menjelang akhir tahun itu terpilih sebagai tenaga peneliti "Karakter Sapi Bali" di Desa Taro (Gianyar) dan Nusa Penida (Klungkung) serta menjadi Sekretaris pada
xix
Panitia "Kontes Dokar-Denpasar " (Bidang General Appearence Ternak Kuda) . Ketika mahasiswa, penulis adalah pemegang beasiwa "Bakat dan Prestasi" Depdik'
bud R.I. sejak Tingkat I1 sampai menjelang sarjana dan pemegang piagam peserta terbaik pelatihan "ZemPopulation Growth (ZPG)" tahun 1980 di Deqwm.
Selarna menjadi PNS (dosen): Pada Tahun 1984 penulis lulus Pendidikan Akta Mengajar V (Akta V) pada Unit Program Belajar Jarak Jauh (PBJJ)-Universitas
Terbuka di Denpasar, lulus sebagai penatar P4 Tingkat Nasional 1986 di DenpasarBali, sebagai utusan "Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa" Dati I Bali pada sarasehan HPK se-Indonesia di Ciloto-Bogor (1987) dan pada tahun 1987 terpilih sebagai Dosen Teladan I Kopertis Wilayah Vm. Selama di Perguruan Tinggi (UNMAS), penulis juga pernah sebagai Kejur BiologiMIPA (1981- 1983) kemudian menjadi PD. 111. FKG tahun 1984 sampai menjelang pendidikan pascasarjana di IPB. Dalam bidang penelitian: beberapa penelitian mandiri bidang penyuluhan pertanian di Bali; pada Tahun 1986 meneliti bidang pariwisata di Denpasar (Kerjasama dengan Kanwil Pariwisata Dati I
Bali) dan 'Mun
1987 pada bidang pendidikan tentang "Daya Tampung PTS se-Bali" (Kejasama dengan Kopertis Wilayah VIII).
Khusus semasa pendidikan di S2 dan S3 juga b e r k e s m p m meneliti yakni: pada tahun 1995 di bidang penyuluhan Gizi Masyarakat tentang "Studi KAP-GAKI "
di Propinsi Bali (Kerjasama LPM-IPB dengan Depkes R.I.); pada tahun yang sama dengan Pusat Studi PembangumdPSP (Kerjasama PSP-IPB dengan Depkop dan PPK, R.I.) tentang "Analisis Pendapat Umum Perkopersian dan Usaha Kecil" di Propinsi Bali dan Ujung Pandang. Meneliti tentang "Pemantauan Isi Media" pada bidang Koperasi dan PPK di media masa cetak dan elektronik di Propinsi Dati I Bali dan DKI Jakarta (Kerjasama PSP-IPB dengan Depkop dan PPK, R.I.). Pada tahun
XX
1996, meneliti tentang "Implementasi Pola Penyuluhan Pertanian di DKI Jakarta (Kerjasama PSP-IPB dengan Bappeda DKI Jakarta). Sejak tahun 1994-1995 sebagai ~InstrukturPelatihan Petugas Koperasi hpangan (PKL)pada para PKL se-Indonesia
di Bandung (1995) dan di Kediri-Bali (1996). Pada penghujung akhir tahun itu, diangkat sebagai anggota Tim Kelompok Kerja Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (POKJA SP3) Propimi Dati I Bali, yang sehelumnya (sejak 1995)
telah mengabdi sebagai penatar tetap bidang "Komunikasi Bisnis" dan "Teknik Menggerakkan Masyarakat" pada Pelatihan SP3 (Kerjasama Proyek SP3 Pusat dengan Bdang Generasi Muda, Depdikbud Dati I Bali) di Denpasar. Menambah pengalaman kecil diatas, penulis teU mempublikasi puluban tulisan ilmiah (empat
tentang banjar) pada Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah VIII dan Majalah Itmiah Mahawidya Saraswahi (UNMAS-Denpasar). Pada tahun 1985, penulis menikah dengan I.. Dian Tarhbgsih, MS dan telah dikaruniai dua anak laki-laki, yang pertama Put. Hangga N. Prayoga (Agus) yang
akan menjadi siswa Kelas I SMP, dan adiiknya, Made Gi Raditya (Gita) bam saja naik ke Kelas III SD. Terpisah dengan kediaman Bapak dan Ibu di kota seni Sukawati Gianyar, penulis bersama keluarga tinggal di Dusun Bhuana-Sari, Jalan Gunung Rinjani IVIA. Nomor 6 Jhpasar-Mi (80119), teIgon (0361) 482206.
Berkat Rahmat I W m Yang Maha Esa, malta studi ini dapat selesai. Dukung*anluar biasa lainnya yakni mantapnya proses belajar di Pascasajana IPB, dukungan moril dari komisi pembimb'mg, bantuan ragam sumber dana, dan kemudahan memperoleh data dan infofmasi dari ragam respoden pada 32 banjar di Bali. Kehadapan Bapak Prof.Dr. H .R.Margono Slamet, sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak-Bapak Anggota Komisi lainnya yakni: Prof.Dr. Sediom M.P. Tjondronegoro, Prof.Dr. H. Darwis S. Gani, MA, Dr. Pang S. Asngari, dan Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, MSc, penulis mengucapkan terimakasih atas kesa-
baran beliau membimbing sampai disertasi ini selesai. Pada kesempatan ini, terimakasih pula kepada Bapak Prof.Dr. Herman Soewardi (Guru Besar Universitas Padjadjaran, Bandung) dan Prof.Dr.Ir. I Gde Suyatna (Guru Besar Universitas Udayana, Denpasar) sebagai penguji luar komisi. Kepada Bapak dan Ibu-Ibu: Prof.Dr.Ir. Pujiwati Sajogyo; Prof.Dr.Ir. Bungaran
Saragih, MEc; Prof.Dr.Ir. H. Andi Hakim Nasoetion; Pr0f.Dr.k Nyoman Sutjipta, MS; Dr. Daniel Dakhidae; Dr.Ir. Aida Vitayala S.Hubeis; Ir. Rachmat Pambudy, MS beserta Ibu; Ir. Yayok Bayu Krisnamurti, MS; Setiawan Sunito beserca Ibu; Dr. Adrijono Kilat Adhi; IF. Sutisna Riyanto, MS; Ir. Nyoman Suwindra, MAgr.Sc; Dr.Ir. Gde Mahardika, MS; Dr.Ir. Ketut Saka, MAgr.Sc; Drs. Wayan Merta; Ir. Dewa Gede Agung; Ir. Made Mantra; Nyoman Sastrawan Jese; Ir. Ida Bagus Suryawan; Ir. Nyoman Suparta, MS; Ir. Amirudin Saleh, MS; Ir. Burhanuddin, MM; Ir. Agit Kuswantriyono; Drs. Nyoman Suparsa MS; Ir. Ketut Arnawa, MP; Drs. Anak Agung Putu Agung; Ir. Gede Suranjay; Ir. Ida Bagus Mahardika; Ir. Made Gorapandi; Ir. Ketut Sukada; Ir. Kornang Puma; Drs. Made Sara Wijana; 11. Ketut Sumadi, MS; Ir. Komang Budarsa, MS; Drh. Ketut Suata, MS; Drh. Ketut
xxii Berata, MSi; Drh. Ketut Suada, MSi; Made Sugiarta beserta Ibu; Nyoman Wipoe-
tra beserta Ibu, Ibu Siswadi ( l b n Rumah Bogor Baru A.VIII/23, Bogor); dan Drs. Sang Putu Kaler Surata, MS atas bantuan fasitas dan petunjuknya. Secara khusus, diucapkan terimakasih kepada Bapak-Bapakdan Ibu-Ibu Guru di SD sampai Fakultas Pete-
Unud khususnya Lr. Bagus Ketut Lodji, MS beser-
ta Ibu. Juga kehadapan Bapak dan Ibu pengajar S2fS3 khususnya di Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) PPS-IPB; Bapak Rektor dan Direktur Program Pascasarjana-IPB; Bapak Gubernur KDH TK.1 Bali; Bapak Koordinator Kopertis Wilayah VIII; Bapak Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar; Bapak Dekan dan Ibu Ketua Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Mahasarswati
Denpasar; Bapak Ketua Majelis Pembina Lembaga Adat (MPLA) P r o p h i Bali; b u Kepala Pusat Dekomentasi ( W o k ) Propinsi Bali; Bapak Bupati KDH TK.J.1 se-
W, Bapak Wklikota Kodya Denpasar; Bapak Kepala Museum Propimi Bali; Bapak Kepala Desa dan Kelian A&t pada 16 desa lokasi penelitian; Bapak-Bapak Kelian-
Banjar dan Sesepuh adat, Para Ketua STT, Para Penyuluh (PLKB, PPL, PKL), serta seluruh responden penelitian atas kemudahan dan kepercayaan serta ketulusannya dalam memberikan informasi dan petunjuk terkait lainnya.
Terimakasih yang sebesar-besamya kepada pendukung dana yakni : (1) Tim Manajernen Program Doktor (TMPD) Depdikbud RI; (2) Harian Umum Kompas;
(3) Gubernur KDH Tingkat I Baii; (4) Bupati KDH Tingkat 11Badung; (5) Bapak
Berata Subawa di Denpasar, (6) WUcota Kodya Denpasar, clan (7) Yayasan Supersemar; serta Bapak Ketua Yayasan Perguruan Rakyat Sasarswati Pusat Denpasar. Terimakasih pada seluruh Alumni dan Anggota Himpunan Mahasiswa Pascasajana (Punhawacana) Bali-IPB di Denpasar clan Bogor, mahasiswa/i SO, S1, S2 dan S3 IPB dan luar IPB atas perninjaman buku, program, informasi yang sangat berguna.
xxiii Atas dasar tulus penuh bhakti, disampaikan terimakasih kepada Bap& dan
Ibunda sebagai Gunc Rupato dan Bapak clan Ibu mertua yang senantiasa mendidik,
menasehati dan mengingaflran untuk selalu berfikir, berkata dan berbuat yang bmu. Kakak dan ad&-ad* yang telah membantu, bahkan mengkondisi suasam keluarga
ceria sehingga menjadi pendorong bhatin kearah penyelesaian studi doktor di Kota Hujan Bogor. Penghargaan yang tulus kepada Istri penulis, Ir. Dian Tariningsih, MS dan kedua putra penulis yalcni Putu Hangga N. Prayoga (Agus), dm Made Gita Raditya (Gita) serta Nengah yang dengan kemandirian, kesabaran dan keteguhan hatinya membuat penulis bangkit lebih maju. Dalam pa& itu, semoga ketulusan yang telah diberikan mendapat phaholo setimpal dari Ida Hyang Widhi Wasa. Akhirnya, semoga disertasi ini memberi sumbangan berarti bagi penggunanya.
RINGKASAN
.................................. ..
RIWAYATHIDU P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
iii xix
. .... .. . . . .. . . ... . .
xxi
.................................. LatarBelakangMasalah .......................... Masalah Penelitian . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . . . . . . 'IhjuanPenelitian .............................. Kegunaan Hasil Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . TINJAUAN KEPUSTAKAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
UCAPAN TElUWUWSIH . . . . . . . . . .
PENDAHULUAN
,
1 4 5 5 7
Sejarah Terbentdmya Masyarakat dan Pemerintahan DaerahTmgkatIB..............................
Wjud Organhi Kemasyaralratan di Bali . . . . . . . . . KinerjaOfganisasiKemasyaralratan &mjardi Bali . . . .. ..
. .. . . . .
17
.. . . . . . . . . . . .
Dimensi-Dimensi Perkernbangan Pesnlxmgmm
. . ........
27
xxv
Halaman
Definisi Operasional ............................
87
.............................. ...................... Penyusunau Indikator Dasar ..................
94 97
WBlrtu Pelaksanaan dan Insbumen Penelitian
100
Uji Kesahihan
....... ..........................
102
Model Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
Uji Ketemndalan
.........................
97
103
Definisi Peubah dan Cara Mengukumya
104
Populasi Penelitian
............... ............................
110
...............
112
.........................
117
Perkembangan Banjw Mewahhi Pernbanpm diBali ....................................
117
Ciri Kewilayahan dan Perkembangan Banjar . . . . . . .
121
Jenis Data dan Telolik Pengumpulannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi dan Kondisi Unsur-UnsurBanjar SecaraUmum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
.
Poteosi Unsur Fiik Banjar . . . . . . . . . . . . . . . . , Potensi Unsur N i di Banjar . . . . . . . . . . . . . . . . . . P-i Unsur Program di Banjar . . . . . . . . . . . . . . Potensi Unsur SDM di Banjur . . . . . . . . . . . . . . . . Pdensi Unsur Kepemimpinan Banjar . . . . . . . . . . . Potensi Unsur htervensi Pemerintah . . . . . . . . . . .
.
. .
126 133 136
138 149 151
AkSivitas AznuMn Banjar sebagai Proses Penyuluhan Pembmgmm di Banjar. . . . . . . . . . . . . . . . .
158
Potensi Banjar sebagai Widah Penyuluhan Pembangman ...............................
165
Sejarah Penggunaao dm Mekanisme Tejadinya Proses Penyuluhan di Banjar. . . . . . . . . . . . . .
. ..
165
Ciri-Ciri Penjelas Potensi Banjar sebagai
. . . . . . . . . . . . ..
170
Perkembaqpn Pelaksanaan Bidang Penyuluhan Pembangmm dan Kisaran Materi yangDisulubn .........................
175
Hubungan Uosur dan Daya-Daya Banjar dengan POteosi Banjar sebagai Wiulah Penyuluhan . . . . . . .
178
Mdah Penyuluban Pembangunan
.
D
Potensi Banjar sebagai Wdah Gerakan P e m b a n m W4uga Banjar . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
185
Motivasi, Sumber dan Arah Gerakan Pembangumm di Banjar . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
187
Hdnmgm Unsur-Unsur dan Daya Banjar dengan Potensi Banjar sebagai Wadah Gerakan Pemb;mgunan ..........................
195
Ragam Wujud Partisiii Wiuga Banjar Pada Gerakan P e r n u . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
201
. .
xxvii Halaman
Banjar dan Potensinya sebagai Wadah Penyuluhan danGerakanPembaqpan ......................
Potensi Banjar sebagai Wkdah Penyuluhan Pembangwm
...............................
Potensi Bunjur sebagai \Nadah Gerakan PembangunaII ...............................
Hubungan Potensi Bmjw dengan T i PartisipasiW4ugaBtqjw ........................
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTARPUSTAKA
........................
...............................
233
Nomor Penjabaran Peran Banjar Dikaitkan dengan Fungsi Fungsinya Bagi Warga &mjar ...............
42
Jumlah Kecamatan, Desa dan &mjar di Bali sebagai Aset Pembangman .....................
67
........
71
Indikator-Indhtor Dasar Pembentuk Peubah Potensi Bmjizr sebagai Wihana Pembangunaa (Pra Kuesioner) .............................
97
Lokasi Penelitian Pdensi h j a r sebagai Wahana P e r n u di Bali ....................
99
Dua Bentuk Usabatani beserta Ciri-c'iya
Rumusan Indikator-Indikator yang Akan Diteliti
....................................
105
Jumlah dan Kelompok Responden Penelitian Po-
......................
111
Penjabaran Perkembangan Fungsi Banjar Dikaitkan dengan Peran Mkga &uy'ar ..............
119
Fungsi Sosial Banjar dalam Bentuk W h e - h jar .................................
120
Ragam Wwasan Warga Bmtjur dan Unsur Pendukung -Banjar,antar Komunitas .............
127
Potensi Fiiik Atas Dasar Luas Balai Banjur, Lantai, Atap, Kondisi Lantai dan %pal Batas .....
130
Kompilasi Persentase Pendqat Responden tentang Potensi Unsur Fisik &jar, antar Komunitas ...............................
131
tensiBanjardiBali
Kompilasi Persentase Pendapat Responden tentang Potensi Unsur Nilai h j w , antar Komunitas
...............................
135
Kompilasi Persentase Pendapat Responden tentang Unsur Program di Banjar, antar Komunitas
...............................
137
xxix
Halaman Umur T i Pendidikan, Masa Bhakti dan Ragam Jabatan yang Dipangku Semasa Menja......................... di Rklian-BmyBmyar
143
Kompilasi Pemntase Responden tentang Aktivitas Penyuluh, Prqjm dan W g a , antar Komunitas..............................
147
Kompilasi Persentase Pendapat Responden tentang Kepemimpinan Banjur, antar Komunitas
....................................
149
Kompilasi PersenWe Pendapat Warga Banjar terhgdap Intervensi Pemexhtah, antar Komunitas ...............................
152
Kompilasi Persentase Pendapat Warga Banjar . Dampak Mewemi Perwintah, antar Komunitas ...........................
154
Kampilasi Persentas Daya Inspirasi Sampai "Coersive" dalam Gemkan M e m w di BMjar antar Komunitas ...................
157
Kompilasi PersenDaya Motivasi Sampai Daya Konteraksi pada Proses Rmman-Banjar, antar Komunitas .......................
159
Kompilasi Persentase Semangat Keswakmaan sampai Semangat Keswakaryaan Proses Rznurzman-Banjar, antar Komunitas ..............
162
t
Sejarah Lokal Penggunaan dan Perkembangan &mjor Mewadahi Akfivitas Penyuluban Pembangunan.............................
166
K q i l a s i Pemntme Pedapat Responden tentang Chi Banjar Mewadahi Penyuluhan, antar Komunitas ..........................
172
Kompilasi PPersentase Pendapat Responden tentang Aktivitas Penyuluhan clan Rangking, antar Komunitas...........................
176
Kompilasi Persentase Pendapat Warga Banjar tentang Motivasi, Sumber dan Arah Gerakan Membangunan, antar Komunitas
XXX
Halarnan Wujud Gerakan Pembangunan d m Pendapat Warga tentang Penggalangan Gerakan, antar Komunitas...,.......................
Wujud Nyata Aktivitas Geralran Pembangman Mandiri Banjar. ....................... Persentase Keterlibatan Warga m a r pada Aktivitas Gerakan Pembangunan . . . . . . . . . . . . Persentase PVgrga Banjar berdasar Produktivitasnya Memanfaatkan Peluang Pembangunan antar Komunitas ....................... Persentase W g a Bmrjar berdasar Pawkingannya tentang T i Kesejahteraan Keluarga
..................................
Pefsentase Warga Banjar berdasar Panclangannya tentang Rasa Sejahtera Berciri Banjar ....... Kompilasi Penguqkapn Kekuatan dan Kelemahaa Potensi Unsur Pendukung &mjar, antarKomunitas....................... Pengelompokkan Bmtjar berdasar Tepat dan Kuatnya Mewadahi Sektor Penyuluhan Pem........................
Nomor Pendekatan Potensi Jaringan dalam Pembangman Masyarakat ............................ Roda Evolusi Sosiobudaya dalarn Sebuah Lembaga
..................................
Peringkat Individu dalam Model P d a k u Organisasi.................................
Potensi Kelompok sebagai Cikal Bakal Gerakan Praduktivitas Membangua ..................
Strukhu Organisasi Bunjar di Bali ............. Model Penelitian Potensi Bmtjar sebagai Wahana Pembangman di Bali ..................... Model P e m u Melalui Brmjur.
..........
Model Potensi Banjar sebagai Widah Penyuluhan Pem.......................... Model Potensi Banjar sebagai Wdah Geralran Pembangman .......................... Alur Penyusunan Model sampai PelaLsanaan Penelitian ..............................
Kedudukan &ujar sebagai Pusat Orientasi clan Ragam lkatan Bagi W g a &mjar .............
Struktur Kepengmusan dan Hubungan Bunjar Adat clan Dinas di Bali .................... Struktur Kepengurusan di Banjar Pamesan, Sukawati, Gianyar (Komunitas Pariwisata)
......
Proses Rznunan-Bmtjar sebagai Cikal Bakal Gerakan P e m b a n g u ~di~Banjar . . . . . . . . . . . . . . .
xxxii Halaman Mekanisrne Tqiacfinya Proses Penyuluhan Pembangunan di Banjar. ..................... ,
169
Pertalian Unsur Masukan Penyuluhan, Proses dan Output Penyuluhan di Banjar. .............
171
Sub Model Hubungan Unsur terhadap Daya dalam Mendukmg Potensi Banjar Mewadahi Penyuluhan Pem..................
179
Sub Model Hubungan Unsur PenduJmng Banjar terhadap Potensi Banjar sebagai Wdah Penyuluhan Pernhangman. ...................
181
Proses T-tuknya Gerakan P a n u diBanjar .............................
186
Sub Model Hubungan Unsur tedmdap Daya &ml'ar daiam MGerakan Pembangunandi&mjar...........................
1%
Sub Model Hubungan Unsur Bmjar terhadap Potensi Banjar sebagai Widah Gerakan P m b a nguoan..............................
199
Sub Model Hubungan Unsur dan Daya &mjar
terbadap Tingkat W i p a s i
M g a &mjar
.........................
Sub Model Hubungan Langsung Unsur-Unsur w a r terhadap Tingkat Partisiii
205
WkrgaBunjar .........................
206
Sub Model Hubungan Unsur-UnsurBunjar terhadq Pmduktivitas W g a Bmrjar ............
211
Konthum Potensi Banjar Mewadahi Penyuluhan dan Geralmn Pembangunan ..............
221
Nomor
Data dan Hasil Uji-Coba Reliabilitas Alat Ukur Potensi Banjar sebagai WBhana Pembangunan (Untuk MgaBanjar) .............................
279
lb.
Skor Pengujian Reliabilitas Alat Ukur Poteosi Banjar (Untuk Pejabat Pemerhtah) ..................
287
2.
K i p Penggunaan dan Perkembangan Burjar sebagai Whana Pembaqpm ...................
291
3.
Kuesioner Potensi Banjar sebagai Wahana Pembangunan di Bali (Untuk Memperoleh Gambanm Keterkaitan Baja pada P e m u ...............
2%
Kuesioner Potensi &urjw sebagai Wahana Pembangunan di Bali (Untuk Warga-Banjar dan Tokoh Masyadcat pada Semua Komunitas) ............
300
la.
4.