Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21- 29
KAJIAN POTENSI RINTISAN KAMPUNG TEKNOLOGI SEBAGAI WAHANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KOTA SEMARANG Wyati Saddewisasi, Aprih Santoso, Teguh Ariefiantoro, Harini Tri Astuti*) Abstrak Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi rintisan Kampung Teknologi di Kota Semarang. Penelitian ini merupakan survei di wilayah Kecamatan Gunungpati. Responden dalam penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan Gunungpati dan perangkat kelurahan, serta pengusaha pada sentra kegiatan ekonomi produktif/ UKM yang terdapat di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Penentuan sampel pelaku usaha/ UKM dilakukan secara random dengan jumlah sampel 25 responden dimanfaatkan untuk mengetahui strategi pemberdayaan yang tepat bagi para pengusaha. Strategi pemberdayaan dirumuskan dengan mengunakan Analisis SWOT. Berdasarkan Analisis SWOT yang dibuat, untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat khususnya pelaku usaha, strategi yang bisa digunakan melalui integrasi horizontal. Pemberdayaan pelaku usaha melalui integrasi horizontal ini dapat dilakukan dengan: memperluas pasar, memperluas fasilitas produksi maupun teknologi, pengembangan internal maupun eksternal, joint venture dengan pelaku usaha lain dalam industri yang sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Wilayah Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai kampung teknologi karena memenuhi 3 kawasan kampung teknologi yaitu: Kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati), Kawasan Ecopark (kawasan wisata), Kawasan Technopark (kawasan bidaang non hayati). Kata kunci: Kampung Teknologi, rintisan Kampung Teknologi, integrasi horisontal Latar Belakang Konsep dasar Kampung Teknologi adalah mendekatkan teknologi kepada masyarakat, sehingga istilah Kampung Teknologi lebih ke arah brand name, bukan dalam artian tatanan administrasi (desa), maka konsep pengembangan lebih ke arah kawasan. Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kegiatan industri, transportasi, pendidikan, pariwisata dan pemukiman. Saat ini kota Semarang belum memiliki kampung teknologi maka diperlukan penelitian tentang potensi rintisan kampung teknologi. Secara konseptual pengertian kampung teknologi adalah kawasan untuk pengembangan sektor ekonomi strategis berbasis teknologi yang menyajikan, memperagakan dan menginformasikan teknologi terkini dari berbagai disiplin ilmu sebagai bentuk alih teknologi kepada masyarakat, maka daerah yang dipandang cocok oleh peneliti adalah di wilayah Kecamatan Gunungpati. Dipilihnya kecamatan Gunungpati karena memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi yaitu: 1. Kawasan agrotechnopark (kawasan bidang hayati) 2. Kawasan ecopark (kawasan wisata) 3. Kawasan technopark (kawasan bidang non hayati) Rencana pembangunan bidang pariwisata antara lain meliputi (Peta Kecamatan Gunungpati, 2009):
*) Staf Pengajar Universitas Semarang
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Proyek pengembangan obyek wisata Goa Kreo Proyek pembangunan obyek wisata Waduk Jati Barang Sentra agropolitan Proyek Pegembangan Combat Game di Tinjomoyo Proyek pujasera & open space di Banaran Sentra pasar buah.
Pengembangan bidang wisata tersebut di atas bisa mencakup kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati), dan Kawasan Ecopark (kawasan wisata). Rencana pembangunan bidang ekonomi antara lain meliputi (Peta Kecamatan Gunungpati, 2009): 1. Pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan 2. Pembangunan Pusat Souvenir & Aneka Oleh-oleh Khas Gunungpati 3. Pembangunan area pasar hewan 4. Pembangunan area pasar formal 5. Pembangunan kawasan penyebaran usaha mikro bidang gypsum Pembangunan bidang ekonomi tersebut di atas termasuk kawasan Technopark (kawasan bidang non hayati). Dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Semarang khususnya Kecamatan Gunungpati serta memanfaatkan situasi demografi dan geografis yang ada, keberadaan rintisan Kampung Teknologi berperan penting sebagai wahana
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Semarang pemberdayaan ekonomi masyarakat. Rintisan Kampung Teknologi pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mempelopori terbentuknya Kampung Teknologi. Agar potensi Kampung Teknologi dapat menjadi wahana pemberdayaan masyarakat, maka diperlukan strategi yang tepat di lingkungan Kampung Teknologi khususnya berbagai usaha UKM yang telah ada. Adapun UKM di Gunungpati antara lain: kelompok tani bidang pertanian dan peternakan yaitu: budidaya usaha durian dan rambutan, usaha sapi perah; usaha pengolahan pangan (usaha kolang-kaling, aneka kripik dan tape singkong); usaha kain perca; mebel; gypsum, dll. Semua UKM tersebut masih memerlukan pembinaan baik dari segi teknis/teknologi, ekonomi,dan sosial. Dengan demikian sebelum Kampung Teknologi diimplementasikan maka masyarakat wilayah setempat perlu diberdayakan. Hal ini diharapkan akan mempermudah terwujudnya rintisan Kampung Teknologi. Untuk dapat melaksanakan ini semua diperlukan pengkajian dari berbagai aspek. Dengan rintisan Kampung Teknologi maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan Kampung Teknologi yang berbasis teknologi dan dilengkapi dengan fasilitas sarana prasarana dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi yang dipakai atau dirancang diharapkan dapat diamati, dipelajari dan ditiru oleh masyarakat (teknologi tepat guna). Identifikasi dan Perumusan Masalah A. Identifikasi Masalah Kota Semarang belum memiliki Kampung Teknologi, oleh karena itu untuk membuatnya perlu adanya rintisan Kampung Teknologi. Agar rintisan Kampung Teknologi tersebut dapat terwujud, maka perlu dilakukan identifikasi pelaku usaha untuk pemberdayaan masyarakat di wilayah Kampung Teknologi yang akan dirintis tersebut. Kemampuan pelaku usaha di kawasan Kecamatan Gunungpati untuk mengakses dan mengaplikasikan teknologi tepat guna masih rendah karena tingkat pengetahuan dan pendidikan masih rendah. Pada umumnya usaha yang dilakukan adalah usaha mikro (skala rumah tangga) dan masih sebagai usaha sampingan karena pada umumnya masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Beberapa keterbatasan yang dimiliki antara lain penguasaan teknologi yang masih rendah, keterbatasan sumber modal dan akses pemasaran, kelemahan dalam organisasi dan manajemen. Oleh karena itu berbagai cara dan program untuk pengembangan usaha perlu ditingkatkan salah satunya melalui pemberdayaan masyarakat. Dengan pemberdayaan masyarakat maka kampung
22
(Wyati Saddewisasi, dkk) teknologi dapat dirintis. Adanya rintisan kampung teknologi, kegiatan produksi di kawasan Gunungpati akan mendapat perhatian, pembinaan dan stimulus yang lebih intensif dan diharapkan berpengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Keberadaan kegiatan produksi di suatu wilayah berpotensi untuk dirintis sebagai sentra-sentra teknologi. Pada sentra - sentra teknologi tersebut diharapkan dapat diterapkan teknologi. Apabila teknologi dapat diterapkan pada masyarakat, maka selanjutnya dapat di adopsi pada Kampung Teknologi. B. Perumusan Masalah Kajian ini diawali dengan mengetahui potensi pemberdayaan masyarakat agar dapat terwujud rintisan kampung teknologi. Oleh karena itu muncul pertanyaan penelitian : (1) Apakah masyarakat khususnya para pelaku usaha yang ada mampu diberdayakan di bidang ekonomi? (2) Apakah wilayah kecamatan Gunungpati mempunyai potensi untuk dirintis menjadi Kampung Teknologi?(3) Aspek-aspek apa saja yang harus dipenuhi untuk terwujudnya Kampung Teknologi?. Dengan demikian perumusan masalahnya adalah :: bagaimana merintis Kampung Teknologi sebagai wahana pemberdayaan ekonomi masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka judul penelitian yang diajukan adalah “Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Semarang”. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi rintisan Kampung Teknologi di Kota Semarang. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang: pemberdayaan ekonomi, potensi wilayah untuk dirintis menjadi Kampung Teknologi dan aspek-aspek yang harus dipenuhi untuk mewujudkan Kampung Teknologi di wilayah Kecamatan Gunungpati. 2. Sasaran Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran adalah Kawasan Kota Semarang yaitu wilayah Kecamatan Gunungpati yang memenuhi 3 kawasan, meliputi: kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati), Technopark (kawasan bidang non hayati), serta Kawasan Ecopark (kawasan wisata). Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi hasil sebagai berikut: 1. Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29 dalam memberdayakan ekonomi masyarakat guna mewujudkan rintisan Kampung Teknologi. 2. Dengan diketahui potensi rintisan Kampung Teknologi maka dapat digunakan untuk mewujudkan Kampung Teknologi. 3. Untuk menambah perbendaharaan ilmiah dan sekaligus sebagai sumbangan pemikiran guna menunjang penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan studi kelayakan (feasibility study) Kampung Teknologi. Ruang Lingkup Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya pelaku usaha UKM dan potensi rintisan guna mewujudkan Kampung Teknologi di wilayah Kecamatan Gunungpati. Metodologi Penelitian A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan survei di wilayah kecamatan Gunungpati. Responden dalam penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan Gunungpati dan perangkat kelurahan, serta pelaku usaha pada sentra kegiatan ekonomi produktif/ UKM yang terdapat di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Pemilihan Kecamatan Gunungpati sebagai lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan 3 kawasan kampung teknologi yaitu: 1. Kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati) 2. Kawasan Ecopark (kawasan wisata) 3. Kawasan Technopark (kawasan bidang non hayati) Penentuan sampel pelaku usaha/ UKM dilakukan secara random dengan jumlah sampel 25 responden. Jumlah tersebut digunakan untuk mendukung analisis strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat. B. Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang berperan sebagai wahana pemberdayaan ekonomi masyarakat dan faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis dengan SWOT. (2) Melakukan studi banding dan telaah pustaka sebagai acuan dalam merintis Kampung Teknologi. (3) Menganalisis potensi wilayah dalam merintis Kampung Teknologi untuk mewujudkan Kampung Teknologi. C. Teknik Pengumpulan Data Langkah awal dari penelitian ini adalah melakukan studi banding ke Kabupaten Jepara yang telah memiliki rintisan Kampung Teknologi. Selanjutnya diadakan FGD (Focus Gruop Discusion) pada stakeholder di wilayah
penelitian untuk mencari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman mengenai faktor-faktor strategis yang ada pada masyarakat (para pelaku usaha/UKM). Dengan bantuan kuesioner dikumpulkan data primer melalui wawancara baik dari stakeholder maupun pelaku usaha/ UKM. Sebelum data primer terkumpul terlebih dahulu dihimpun data sekunder yang berupa monografi, peta wilayah dan rencana pembangun wilayah kecamatan Gunungpati serta data lain yang terkait dengan penelitian ini. D. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara diskriptif, kuantitatif dan SWOT. Analisis data secara diskriptif untuk menggambarkan bagaimana merintis Kampung Teknologi. Analisis kuantitatif, yaitu dengan frekuensi dan rata-rata digunakan untuk mendiskripsikan potensi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui posisi dan strategi yang harus diambil dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya pelaku usaha/ UKM. Pembahasan 1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Dalam rangka mempermudah menerima alih teknologi, maka masyarakat wilayah lingkungan rintisan Kampung Teknologi perlu diberdayakan. Pemberdayaan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Penelitian ini baru merupakan rintisan mendirikan kampung teknologi di satu kawasan. Oleh karena itu setelah diketahui potensi yang ada, kawasan yang dipilih sebagai Kampung Teknologi adalah Kecamatan Gunungpati. Selanjutnya untuk mengetahui potensi pemberdayaan masyarakat di Gunungpati pelu dilakukan kajian dengan menggunakan data primer. Adapun responden yang digunakan mewakili unsur hayati (Agrotechnopark), dan non hayati (Technopark). Unsur hayati yang diambil adalah pelaku usaha bidang pertanian dan pengolahan paska panen, yaitu: petani durian dan rambutan, peternak sapi perah, pengusaha kolang-kaling, serta pengusaha aneka kripik. Unsur non hayati terdiri dari pengusaha kain perca dan mebel. Sedangkan untuk kawasan wisata (Ecopark) sudah tersaji dalam pembangunan wisata Gunungpati (peta potensi wisata Gungungpati terlampir). Adapun karakteristik responden hayati dan non hayati adalah sebagai berikut: a. Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan responden pengusaha yang berada pada 4 kelurahan di Kecamatan Gunungpati. Kelurahan tersebut
23
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Semarang adalah Pakintelan, Mangunsari, Jatirejo dan Nongkosawit. Dipilih empat kelurahan sebagai obyek penelitian karena pada kelurahan tersebut terdapat kelompok tani dan kelompok tani ternak serta sentra-sentra usaha kecil dan menengah (UKM). Di kelurahan Pakintelan terdapat sentra UKM aneka keripik, di Kelurahan Mangunsari terdapat kelompok tani budidaya buah durian dan rambutan serta UKM jasa dan kain perca, di Kelurahan Jatirejo terdapat sentra UKM kolang-kaling dan di Kelurahan Nongkosawit terdapat kelompok tani ternak sapi perah dan sentra UKM mebel. Dalam penelitian ini yang dijadikan responden sebanyak 25 orang pengusaha, yang terdiri dari 15 orang atau 60% laki-laki dan 10 orang atau 40 % perempuan. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
Responden Jumlah
15 10 25 Sumber: Data primer yang sudah diolah
% 60 40 100
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa responden perempuan sebanyak 10 orang (40 %), dengan jenis usaha yang memang cocok dengan kemampuan dan usaha mereka, yang mana untuk perempuan menjalankan usaha aneka keripik, kolang–kaling. sedangkan bagi yang laki-laki sebanyak 15 orang (60%) lebih cenderung mendalami usaha di bidang pertanian-peternakan, pengolahan kolang-kaling dan pengolahan kayu (mebel). Untuk usia responden dibagi kedalam kelompok usia produktif dan tidak produktif. Dalam hal ini usia produktif bisa dikatakan juga sebagai usia kerja yaitu usia antara 17 tahun sampai 65 tahun. Semua responden baik laki-laki maupun perempuan masih termasuk dalam usia produktif, karena berdasarkan data di lapangan rata-rata masih berusia antara 38 tahun sampai 56 tahun sehingga bisa dikatakan bahwa para pengusaha ini masih memiliki semangat kerja yang tinggi untuk menjalankan usahanya dan dimungkinkan juga untuk dilakukan pengembangan terhadap usaha mereka. Jenis usaha yang dijalankan responden dapat dilihat pada tabel : 2 dibagi dalam 2 kategori yaitu usaha pertanian, jasa serta usaha home industri.
24
(Wyati Saddewisasi, dkk) Tabel 2 Jenis Usaha Responden Jenis Usaha Jenis Kelamin
Jasa, pertanian, peternakan Jml % 8 32 1 4
Home Industri
Jml Laki – laki 7 Perempuan 9 Jumlah 9 36 16 Keseluruhan Sumber: Data primer yang sudah diolah
Total Responden
% 28 36
Jml 15 10
% 60 40
64
25
100
Dari tabel: 2 dapat dilihat bahwa responden yang menekuni jenis usaha home industri sebanyak 16 orang atau 64% yang terdiri dari laki-laki sebanyak 7 orang atau 28% dan perempuan sebanyak 9 orang atau 36%. Usaha home industri disini meliputi: pembuatan aneka keripik, pengolahan kolang-kaling, serta pengolahan kayu (mebel). Home industri memiliki prosentase yang besar dimungkinkan karena beberapa faktor, yaitu: pengetahuan pengrajin tentang teknologi masih tradisional disebabkan keahlian yang turun temurun, tingkat pendidikan rendah serta modal yang sangat terbatas. Sedangkan yang menekuni usaha jasa hanya 1 orang atau 6% , bidang pertanian dan peternakan sebanyak 8 orang (32%). Usaha jasa yang ditekuni adalah pengepul kain perca (kain sisa). Usaha ini hanya dilakukan oleh satu orang saja dikarenakan membutuhkan modal yang besar (kain sisa sebagian besar impor dari negara lain dan sebagian kecil dari lokal), namun demikian kain-kain perca tersebut didistribusikan ke daerah-daerah lain untuk dibuat menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (keset maupun pakaian) sehingga usaha ini juga menuntut keberanian dan daya kreatifitas yang tinggi. Sedangkan bidang pertanian-peternakan meliputi usaha budidaya buah rambutan, durian serta usaha ternak sapi perah. Tabel 3 Lama Usaha Responden
Jenis Kelamin
Lama Usaha Cukup Lama lama (Diatas 15 (10ThTh) 15Th) Jumlah % Jumlah % 13 52 2 8 9 36 1 4
Laki – laki Perempuan Jumlah 22 88 3 Keseluruhan Sumber: Data primer yang sudah diolah
12
Total Responden Jumlah 15 10
% 60 40
25
100
Berdasarkan lama usaha, sebagian besar responden (sebanyak 22 orang atau 88%) yang terdiri dari 13 orang laki-laki atau 52% dan 9 orang perempuan atau 36% sudah menjalankan usaha dalam waktu yang cukup lama yaitu
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29 antara 10-15 tahun, sedangkan yang menjalankan usaha dalam waktu yang lama sebanyak 3 orang atau 12% yang terdiri dari 2 orang laki-laki atau 8% dan 1 orang perempuan atau 4%. Dengan kondisi ini dapat dikatakan bahwa keahlian mereka dalam bidang usahanya sudah tidak diragukan lagi, namun yang perlu ditekankan disini adalah apakah keahlian mereka tersebut masih bisa diandalkan dengan kondisi saat ini yang menuntut banyak hal seperti: kualitas, harga, dan pemasaran yang baik. Tabel 4 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Jumlah Keseluruhan
SD
SMP
SMA
Total Responden
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
10 10
40 40
2 0
8 0
3 0
12 0
15 10
60 40
20
80
2
8
3
12
25
100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (sebanyak 20 orang atau 80%) memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD. Berdasarkan data di lapangan, responden yang tidak dapat menyelesaikan tingkat pendidikan SD memiliki pola pikir yang sangat sederhana yaitu: hidup sederhana dan yang terpenting adalah kebutuhan minimal sehari-hari sudah dapat dipenuhi. Dengan kondisi ini tentunya diperlukan upaya agar mereka mampu merubah pola pikir dan kemampuan untuk meningkatakan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Sisanya sebanyak 2 responden atau 8% yang memiliki tingkat pendidikan SMP dan SMA. Dilihat dari pembiayaan usaha atau sumber modal, sebanyak 6 orang (24%), orang menggunakan modal pinjaman untuk mengembangkan usahanya, yaitu pelaku usaha aneka keripik 1 orang, kolang-kaling 1 orang dan ternak sapi perah sebanyak 4 orang. Sisanya yaitu 19 orang (76%) masih menggunakan modal sendiri. Sumber pembiayaan berasal dari perbankan dan koperasi simpan pinjam. Untuk lebih jelaskan sumber modal dapat dilihat pada tabel : 5. Tabel 5 Sumber Modal Usaha Responden Jenis Kelamin
Sumber Modal Sendiri Pinjaman Jml % Jml % 10 40 5 20 9 36 1 4
Laki – laki Perempuan Jumlah 19 76 6 Keseluruhan Sumber: Data primer yang sudah diolah
24
Total Responden Jml % 15 60 10 40 25
100
Hasil wawancara dengan responden sebanyak 24 orang (96%) memasarkan hasil usahanya masih secara regional yaitu dipasarkan di Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Kendal. Hanya 1 orang (4%) yang dapat memasarkan secara nasional yaitu ke luar propinsi yaitu di daerah Jawa Timur (tabel :6). Tabel 6 Wilayah Pemasaran Hasil Usaha Responden Jenis Kelamin
Wilayah Pemasaran Regional Nasional Jml % Jml % 14 56 1 4 10 40 0 0
Laki – laki Perempuan Jumlah 24 96 1 Keseluruhan Sumber: Data primer yang sudah diolah
4
Total Responden Jml % 15 60 10 40 25
100
b.
Analisis SWOT sebagai alat Formulasi Strategi Untuk melakukan analisis SWOT diawali dengan menganalisis faktor-faktor strategis UKM (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) pada kondisi saat ini. Adapun kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor internal serta peluang dan ancaman dari UKM yang berada di daerah penelitian meliputi: Kekuatan : 1. Sudah terbentuk usaha-usaha kecil yang menghasilkan berbagai produk 2. Bahan baku melimpah 3. Bahan baku lokal bermutu baik 4. Infrastruktur (transportasi, listrik, air bersih dran telekomunikasi) sudah cukup baik 5. Jumlah SDM banyak 6. Pengalaman usaha cukup lama 7. Biaya produksi rendah Kelemahan: 1. Bahan baku produk dari luar daerah harganya mahal 2. Pengetahuan pengrajin tentang teknologi masih tradisional (turun temurun) 3. Keahlian diversifikasi produk kurang 4. Modal terbatas 5. Daerah pemasaran produk masih terbatas 6. Belum terbentuk kelompok/ asosiasi usaha 7. Teknologi dan peralatan sederhana 8. Tingkat pendidikan rendah Peluang: 1. Permintaan akan produk tinggi 2. Pangsa pasar untuk produk terbuka luas 3. Mesin/peralatan modern untuk produksi banyak tersedia di pasaran 4. Tersedianya lembaga keuangan bank dan non bank yang mendukung permodalan (BUMN melalui program CSR, dana bergulir dari instansi terkait) 5. Adanya sistem pemasaran modern (ebusinnes, TI) 6. Adanya dukungan Kebijakan Industri dari pemerintah baik nasional maupun regional (termasuk pemda)
25
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Semarang
(Wyati Saddewisasi, dkk)
7. Jaringan infrastruktur yang cukup memadai (jalan,listrik, air bersih dan tekomunikasi) 8. Tersedianya banyak tenaga ahli Ancaman: 1. Potensi bahan baku lokal (fieldspar) dimanfaatkan (dipakai) sentra daerah lain 2. Tuntutan masyarakat atas hasil produksi yang bermutu 3. Persaingan harga dan kualitas makin tinggi 4. Tawaran pekerjaan diluar daerah lebih menjanjikan 5. Harga bahan pendukung tidak stabil Dari hasil temuan di lapangan secara umum kekuatan dan kelemahan yang ada memiliki bobot dan rating seperti pada tabel :7 Tabel 7 Analisis Faktor Internal (IFAS) Strength (Kekuatan) 1
2 3 4
5 6 7
Sudah terbentuk usahausaha kecil yang menghasilkan berbagai produk Bahan baku melimpah Bahan baku lokal bermutu baik Infrastruktur (transportasi, listrik, air bersih dan telekomunikasi) sudah cukup baik Jumlah SDM banyak Pengalaman Usaha cukup lama Biaya produksi rendah
Weaknesses (Kelemahan) 1 Bahan baku produk dari luar daerah harga mahal 2 Pengetahuan pengrajin tentang teknologi masih tradisional (turun-temurun) 3 Keahlian diversifikasi produk kurang 4 Modal terbatas 5
Opportunity (Peluang) 1 2 3
4
5
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0.09
3
0.27
0.09
3
0.27
0.09
3
0.27
0.11
4
0.44
0.06
2
0.12
0.09
3
0.27
0.06
2
0.12
6
7
8
Permintaan akan produk tinggi Pangsa pasar untuk produk terbuka luas Mesin-peralatan modern untuk produksi banyak tersedia di pasaran Tersedianya lembaga keuangan bank dan non bank yang mendukung permodalan (BUMN melalui program CSR, dana bergulir dari instansi terkait) Adanya sistem pemasaran modern (ebusinnes, TI) Adanya dukungan Kebijakan Industri dari pemerintah baik nasional maupun regional (termasuk pemda) Jaringan infrastruktur yang cukup memadai (jalan, listrik, air bersih dan telekomunikasi) Tersedianya banyak tenaga ahli
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0.11
4
0.44
0.11
4
0.44
0.09
3
0.27
0.09
3
0.27
0.04
1
0.04
0.06
2
0.12
0.11
4
0.44
0.06
2
0.12
0.06
2
0.12
0.06
2
0.12
0.05
2
0.10
0.08
3
0.24
0.06
2
0.12
Threat (Ancaman) 1
2 0.05
2
0.10
0.03
0.05 0.07
Daerah Pemasaran 0.07 produk masih terbatas 6 Belum terbentuk 0.06 kelompok/asosiasi usaha 7 Teknologi dan 0.04 peralatan sederhana 8 Tingkat pendidikan 0.03 rendah Total 1 Sumber: Data primer yang sudah diolah
3 4
1
0.03
2
0.10
3
0.21
3
0.21
2
0.12
2
0.08
1
0.03
5
2.64
Hasil temuan di lapangan secara umum terhadap peluang dan ancaman yang ada memiliki bobot dan rating sebagai berikut(tabel :8)
26
Tabel 8 Analisis Faktor Eksternal (EFAS)
Potensi bahan baku lokal (fieldspar) dimanfaatkan (dipakai) sentra daerah lain Tuntutan masyarakat atas hasil produksi yang bermutu Persaingan harga dan kualitas makin tinggi Tawaran pekerjaan diluar daerah lebih menjanjikan Harga bahan pendukung tidak stabil Total
1
2.84
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS di atas dapat ditentukan posisi perusahaan didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model Internal-Eksternal Matrik (Wheelen, 1995 dalam Freddy Rangkuti). Hasil temuan dilapangan menunjukkan Internal-Eksternal Matrik, dengan nilai total skor IFAS = 2,64 dan EFAS = 2,84 tampak bahwa strategi yang sesuai bagi UKM di Gunungpati adalah pertumbuhan melaui integrasi horizontal. Artinya UKM masih bisa tumbuh dengan cara memperluas kegiatan lini produk yang tujuannya untuk meningkatkan jenis produk dan jasa. UKM yang melakukan
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29 integrasi horizontal ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi maupun teknologi, melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui joint venture dengan UKM lain dalam industri yang sama. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Freddy Rangkuti (2008), bahwa perusahaan yang melakukan integrasi horizontal dapat memperluas pasar, fasilitas produksi maupun teknologi, melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi, joint venture dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Berdasarkan analisis tersebut maka apabila sentra-sentra UKM yang berada dilokasi penelitian dijadikan rintisan kampung teknologi, maka harus melakukan pengembangan internal dan eksternal melalui: a. Membentuk sentra-sentra sejenis disetiap kelurahan b. Membentuk asosiasi/ kelompok usaha c. Meningkatkan produktivitas d. Melakukan diversifikasi produk e. Meningkatkan keahlian pengrajin tentang bahan baku dan proses produksi f. Modernisasi mesin peralatan pengolahan produk g. Memberdayakan dinas/ instansi terkait dan tenaga ahli untuk meningkatkan SDM h. Menggali potensi daerah/Kelurahan i. Meningkatkan dan menciptakan potensi wisata belanja j. Meningkatkan pangsa pasar Strategi yang diterapkan sebenarnya juga merupakan hasil dari analisis SWOT secara keseluruhan, yang mana ada beberapa strategi yang dimungkinkan untuk diterapkan. Dalam hal ini Strategi yang diterapkan adalah Strategi ”SO” (Strenght-opportunity). 2.Potensi Rintisan Kampung Teknologi Perancangan kampung teknologi dibuat berjenjang, yaitu empat kawasan utama kemudian setiap kawasan tersebut mempunyai tata ruang tersendiri sesuai fungsi dan kegiatannya. Secara ringkat perancangan kampung teknologi dapat dihat pada tabel :9 Tabel 9 Perancangan Tata Ruang Kampung Teknologi Kawasan Agrotechnopark 1. Zona Pelayanan 2. Zona R &D 3. Zona Diklat 4. Zona Pengolahan Pasca Panen 5. Zona Peternakan 6. Zona Perikanan 7. Zona Pengomposan
Kawasan Technopark 1. Zona Technopark Center 2. Zona Pabrik Gula Mini 3. Zona Agroindustri 4. Zona manufacturing, otomotif,
Kawasan Ecopark 1. Zona Penerimaan wisata 2. Zona Belajar dan informasi Teknologi 3. Zona wisata seminar 4. Zona Permainan 5. Zona Piknik 6. Zona agrowisata
Kawasan Agrotechnopark 8. Zona budidaya pertanian 9. Zona Pendukung
Kawasan Technopark teknologi tepat guna 5. Zona Pendidikan Latihan
Kawasan Ecopark 7. Zona Sekolah alam 8. Zona Wisata Belanjar dan Kuliner 9. Zona Pendukung
Sumber: Design & Blok Plan Kampung Teknologi, 2007
Dengan demikian wilayah Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai Kampung Teknologi karena memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi yaitu: 1. Kawasan Agrotechnopark (Kawasan bidang hayati) 2. Kawasan Ecopark (Kawasan wisata) 3. Kawasan Technopark (Kawasan bidaang non hayati) Kawasan Agrotechnopark merupakan kawasan percontohan dan percepatan alih teknologi yang dapat memfasilitasi upaya peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian. Kegiatan utama yang dijalankan adalah kegiatan produksi pertanian dalam arti luas yaitu: penelitian, alih teknologi, ekspose teknologi, diklat serta kerjasama bisnis hasil penelitian dan pengembangan pertanian. Kawasan Ecopark memadukan konsep pendidikan teknologi dan pariwisata. Pengungjung diharapkan dapat berekreasi dengan nyaman sambil belajar ilmu pengetahuan dan lingkungan. Kegiatan utama yang dijalankan adalah jasa pariwisata berbasis teknologi dan lingkungan. Kawasan Technopark merupakan kawasan percontohan dan percepatan alih teknologi yang dapat memfasilitasi peningkatan produktifitas dan nilai tambah produk industri kerajinan. Kegiatan utama yang dijalankan adalah kegiatan produksi industri kerajinan, penelitian, alih teknoloi, ekspose teknologi, pendidikan dan pelatihan serta kerjasama bisnis hasil penelitian dan pengembangan industri kerajinan. 3. Kampung Teknologi Dengan adanya potensi rintian kampung teknologi, tentunya langkah selanjutnya yang sangat diharapkan adalah terwujudnya Kampung Teknologi. Seperti yang telah dilakukan di Kabupaten Jepara ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan dalam penataan dan pengembangan kawasan Kampung Teknologi adalah : a. Pemetaan Zona AgroEcopark. b. Study kelayakan ekonomi (termasuk aspek teknis) dan kajian dampak sosial yang skopenya Jepara serta kelayakan lingkungan (AMDAL). c. Rancang bangun kawasan d. Review Tata Ruang Kabupaten (RDTRK)
27
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Semarang
(Wyati Saddewisasi, dkk)
e. Manajemen plan, yang meliputi: Masterplan, Detail Engineering Design, action plan dan Road map. Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan Kampung Teknologi dapat dirintis, dengan terlebih dahulu menetapkan wilayah yang berpotensi untuk dibangun Kampung Teknologi. Agar mendukung wilayah tersebut, masyarakatnya perlu diberdayakan terlebih dahulu khususnya dalam bidang ekonominya. Diharapkan dengan adanya pemberdayaan ekonomi tersebut, akan memudahkan masyarakat sekitarnya khususnya pelaku usahanya menerima transfer teknologi dan mudah untuk memanfaatkan teknologi pada Kampung Teknologi yang akan dibangun. Keberadaan wilayah yang berpotensi untuk dirintis menjadi kawasan Kampung Teknologi memudahkan terwujudnya pembangunan Kampung Teknologi. Hasil temuan di lapangan penelitian menunjukkan: 1. Berdasarkan Analisis SWOT yang dibuat, untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat khususnya pelaku usaha, strategi yang bisa digunakan melalui integrasi horizontal. Artinya pelaku usaha dapat digali potensinya dengan cara memperluas kegiatan lini produk yang tujuannya untuk meningkatkan jenis produk dan jasa. Pemberdayaan pelaku usaha melalui integrasi horizontal ini dapat dilakukan dengan: memperluas pasar, memperluas fasilitas produksi maupun teknologi, pengembangan internal maupun eksternal, joint venture dengan pelaku usaha lain dalam industri yang sama. 2.
Wilayah Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai Kampung Teknologi karena memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi yaitu: a. Kawasan agrotechnopark (kawasan bidang hayati) b. Kawasan ecopark (kawasan wisata) c. Kawasan technopark (kawasan bidang non hayati) Di samping itu kawasan tersebut merupakan kawasan yang sedang tumbuh dan berkembang serta berpotensi untuk pengembangan kawasan agropolitan.
3.
Untuk mewujudkan Kampung Teknologi, maka diperlukan hal-hal sebagai berikut: a. Identifikasi industri berbasis pedesaan untuk pengembangan pengetahuan lokal, uji adaptasi teknologi hasil penelitian, dan pengembangan yang
28
b.
c.
d.
4.
dilakukan lembaga litbang, perguruan tinggi, serta pendidikan dan pelatihan. Ada kawasan khusus yang dipilih untuk kampung teknologi dan diatur dengan regulasi (perda). Hal ini untuk menetapkan fungsi, transportasi, dan perijinan. Dalam implementasi teknologi perlu kerjasama antara pemda, lembaga litbang, perguruan tinggi, swasta dan masyarakat. Perlu kajian dari berbagi aspek sehingga dapat dihasikan teknologi spesifik yang mengarah pada teknologi tepat guna.
Di Kabupaten Jepara arah Kampung Teknologi lebih ke kawasan industri, sehingga untuk Kota Semarang bisa menggunakan konsep yang berbeda. Dalam hal ini dapat dibangun Kampung Teknologi sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan wilayah Kota Semarang serta berpotensi sebagai wahana pemberdayaan ekonomi masyarakat.
B. Rekomendasi 1. Sektor UKM a. Menggali potensi daerah dengan mengupayakan bahan baku dari daerah setempat. b. Meningkatkan produktivitas dengan mengembangkan keahlian SDM serta penggunaan teknologi yang lebih maju. c. Meningkatkan kualitas produk guna menunjang perluasan pangsa pasar. 2.
Sektor Pemerintah a. Memfasilitasi upaya standarisasi produk yang dihasilakan melalui kerjasama dengan dinas/ instansi terkait. b. Menjadi mediator dalam rangka menarik investor. c. Memfasilitasi pengadaan mesin tepat guna. d. Memfasilitasi pelaku usaha untuk memperoleh tambahan modal agar usahanya lebih berkembang. e. Melakukan kajian dan studi kelayakan sosial ekonomi (termasuk aspek teknis) yang skopnya Kota Semarang serta kelayakan lingkungan (AMDAL). f. Membuat rancang bangun kawasan, review detail tataruang kota, manajemen plan dan manajemen bisnis dalam rangka kerjasama dan pengelolaan kawasan. g. Mengembangkan kawasan yang berorientasi pada kota dan desa (kawasan agropolitan). Hal ini dapat
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29 dilakukan melalui pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis. 3.
Sektor Akademisi a. Melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di wilayah Kecamatan Gunungpati. b. Mengadakan lomba teknologi untuk memperkaya khasanah teknologi di kawasan yang dirintis sebagai Kampung Teknologi. c. Melakukan kajian dari berbagai aspek untuk mewujudkan Kampung Teknologi di Kota Semarang.
Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Walikota Semarang dan Kepala Bappeda Kota Semarang yang telah memberikan dana kegiatan penelitian melalui Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kota Semarang tahun 2009. DAFTAR PUSTAKA Disnakertrans Kota Semarang, 2007, Dunia Kerja Membutuhkan Pelatihan Khusus. Djamhari, Choirul, 2006, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sentra UKM Menjadi Kluster Dinamis. Infokop Nomor 29 Tahun XXII. Rangkuti Freddy, 2008, Analisis SWOT :Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta : PT Gramedia.
Sasmita Karta, Ginanjar, Sebuah Telaah Mengenai Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Pidato Kebudayaan Disampaikan Pada Peringatan Hari Jadi ke-28 Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki Jakarta, 19 November 1996. Wardoyo Paulus,1998, Manajemen Stratejik: Konsep, Analisis, Formulasi, dan Implementasi, BP-UNDIP. Pemerintah Kota Penanggulangan Semarang.
Semarang, Kebijakan Kemiskinan Kota
Pemerintah Kota Semarang, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2005-2010. Runtuk, Krisnanto Johan, 2006, Perencanaan Jangka Menengah dan Pendek Pengembangan Sentra Industri Perdagangan di Wedoro. SPAT-Sentral Pengembangan Agribisnis Terpadu, Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Sumodiningrat, Gunawan, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Yahya, Muh, Penerapan Teknologi Tepat Guna Menjadi Pilar Dalam Pemberdayaan Masyarakat. .
29