Menghidupkan ”Kampung Majapahit” untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat UNAIR NEWS – Dibangunnya duplikat rumah khas kampung Majapahit di tiga desa di sekitar situs Kerajaan Majapahit di Desa Sentonorejo, Desa Bejijong, dan Desa Jati Pasar, di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, diharapkan menjadi destinasi wisata dan menjadi barometer kunjungan wisatawan. Harapan lebih jauh, hidupnya arena wisata itu akan mendongkrak perekonomian masyarakat setempat dengan tumbuhnya usaha kreatif yang menyertainya. Sayangnya, fakta yang ada, hingga saat ini tidak ada program lanjutan yang dapat mendukung adanya “Kampung Majapahit” tersebut, dengan demikian harapan perekonomian baru pun terhambat. Terdorong adanya problema inilah mahasiswa FISIP Universitas Airlangga (UNAIR) menerjunkan diri dan menawarkan suatu inovasi dalam pengabdian masyarakat guna mendukung lanjutan program “Kampung Majapahit” berupa pemberdayaan masyarakat melalui suatu pelatihan. Seperti diterangkan Leny Yulyaningsih, mewakili tiga temannya yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM), bahwa cagar budaya Trowulan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional. Ini sesuai Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 260/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Tujuannya untuk mendukung pelestarian The Spirit Of Majapahit di kawasan Trowulan. ”Dari keadaan seperti itu kami memilih mengadakan pengabdian di Kampung Majapahit itu,” kata Leny, mewakili tiga anggota PKMM-nya yang lain, yaitu Piping Tri Wahyuni, Dian Rizkita
Puspitasari, dan Dwi Viviani. Keempatnya adalah mahasiswa FISIP UNAIR. Dengan persoalan yang memerlukan sentuhan itu, maka proposal PKMM Leny Dkk memperoleh persetujuan dan bantuan dana dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tahun 2016. Proposal Leny Dkk ini berjudul “MERICA (Majapahit Heritage Education): Program Pemberdayaan Masyarakat Kampung Majapahit Sebagai Upaya Meningkatkan The Spirit Of Majapahit di Kecamatan Trowulan Mojokerto.” Dalam pengabdian tersebut, program pelatihan yang diberikan, pertama tentang “menghidupkan” kembali sajian makanan ala Majapahit. Yang kedua, edukasi mengenai home stay, dan selanjutnya pelatihan promosi wisata.
SUASANA sosialisasi dalam pengabdian untuk menghidupkan destinasi wisata berupa “Kampung Majapahit”. (Foto: Dok PKMM) Dalam “menghidupkan” kembali penyajian makanan khas era Majapahit, yaitu ikan Wader, keempat mahasiswa FISIP UNAIR ini memberikan sosialisasi mulai dari bagaimana mencuci ikan wader secara higienis dan memperhatikan sanitasinya. Kemudian cara penyimpanan makanan yang sudah masak.
”Makanan wader yang sudah masak hendaknya ditutup dengan tudung makan agar tidak terkontaminasi bakteri dan atau dimasuki hewan dari luar,” tambah Dian Rizkita Puspitasari, ketua PKMM ini. Pada edukasi Home Stay, antara lain diajarkan bagaimana melakukan greeting atau salam, memperkenalkan diri kepada tamu, membawa barang bawaan tamu, gerakan 3-S (Senyum, Sapa dan Salam). ”Ucapkan maaf untuk memperhalus permintaan, menanggapi complain dengan bijaksana serta responsive setelah mengetahui keluhan tamu,” tambah Dian. Sedangkan pelatihan promosi wisata diajarkan menggunakan Website, kartu nama, juga brosur yang dapat digunakan untuk menjamu wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Kepada peserta pengmas masing-masing juga diberikan brosur untuk home stay mereka. Di dalam brosur itu juga bisa menuliskan nomor kontak (telepon atau Handphone) yang bisa dihubungi jika sewaktuwaktu ada wisatawan asing atau lokal yang membutuhkan home stay atau penginapan di “Kampung Majapahit” tersebut. (*) Editor : Bambang Bes
Dukungan Penuh Rekan UKM JuJitsu Antar Santoso Jadi Juara UNAIR NEWS – UKM Ju-Jitsu kembali menorehkan prestasi. Santoso, salah satu anggotanya, berhasil membawa kemenangan tatkala tampil memukau di partai pilihan kelas straw One Pride MMA pada 27 Mei lalu. Bersua wakil Han Academy Solo, Daniel Chandra, Santoso merebut sukses setelah melancarkan kuncian
standing guillotine choke yang fenomenal itu. Mahasiswa D3 Perpustakaan Semester 4 itu bertolak ke Jakarta dengan membawa panji “Airlagga Jui-Jitsu”. Dalam event berkelas nasional itu, dia bisa turut mengharumkan nama kampus Airlangga. “Apa yang saya raih ini tak lepas dari dukungan penuh kawankawan UKM Ju-Jitsu dan para pelatih,” ungkap alumnus SMK Bubutan Surabaya itu. Dalam duel yang ditayangkan Tv One tersebut, lawan Santoso sebenarnya tampil menekan saat detik pertama. Dia melancarkan pukulan dan tendangan yang bertujuan untuk merusak konsentrasi Santoso. Namun, hal itu tak mampu memengaruhi Santoso. Sebaliknya, Santoso berhasil mencari celah dan melancarkan serangan balik sekaligus “kuncian maut”. Wasit memberhentikan pertarungan di ronde pertama menit kedua detik ke-16. “Kemenangan ini adalah yang kedua. Bila nanti saya menang untuk ketiga kalinya, saya bisa menantang pemilik sabuk yang tentu punya rekor lebih bagus,” ungkap dia. Santoso masih bersemangat untuk berprestasi di ring octagon. Apalagi, kawan-kawan dan keluarganya mendukung aktifitas ini. Pihak kampus juga memberi poin plus bagi mahasiswa yang dapat berprestasi di bidang non-akademik seperti ini. (*)
Satu
Lagi
Jurnal
UNAIR
Terakreditasi Nasional UNAIR NEWS – Jurnal Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease (IJTID) yang dikelola oleh Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Universitas Airlangga terakreditasi nasional pada 30 Mei lalu. Jumlah ini menambah daftar jumlah jurnal di UNAIR yang terakreditasi nasional. Dengan demikian, jumlah jurnal di UNAIR yang terakreditasi nasional adalah sejumlah sembilan buah jurnal. Ditemui UNAIR NEWS Selasa (6/6), Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) UNAIR Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes mengatakan, jurnal IJTID telah melalui review dewan juri dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI sejak 31 Maret. Komponen penilaian itu meliputi format penulisan, kualitas substansi artikel, keajekan terbit, tata bahasa, dan masih banyak poin penilaian lain. Pada mulanya, sejak didirikan tahun 2010, IJTID bertujuan mewadahi hasil riset peneliti-peneliti di ITD agar memiliki wadah untuk melakukan publikasi. Yanti menuturkan, sejak awal terbit IJTID telah menggunakan Open Journal System (OJS). Padahal, lembaga jurnal nasional baru ‘hijrah’ menuju OJS pada 1 April 2016 lalu. Dengan terakreditasi jurnal ini, Yanti berharap IJTID bisa menjadi alternatif pilihan bagi sivitas akademika UNAIR maupun universitas lain di Indonesia sebagai untuk mendiseminasi karya-karya mereka. Sesuai dengan komitmen awal, menurut Yanti yang juga selaku chief editor IJTID, jurnal ini terus berproses menuju jurnal terindeks internasional, seperti Scopus maupun Thomson. Setelah terakreditasi nasional, bukan berarti beban tanggungjawab telah selesai. Konsistensi harus bisa ditunjukkan dengan mempertahankan akreditasi setiap lima tahun
sekali. Sebab, kata Yanti, beberapa jurnal mengalami penurunan akreditasi karena beberapa sebab. Seperti sebaran penulis yang kurang meluas, kebaruan topik artikel, maupun keajekan untuk terbit tepat waktu. Yanti menuturkan, IJTID disupport oleh ahli penyakit infeksi di seluruh dunia, baik peneliti maupun pengajar internasional. Artinya, dukungan jejaring IJTID terbilang banyak. Dengan diakuinya jurnal IJTID, Yanti berharap agar para pengelola jurnal di lingkungan UNAIR turut serta mendorong jurnal-jurnal di UNAIR menuju akreditasi nasional dan internasional. Sebab, PPJPI adalah unit kerja yang membantu memberi akses, informasi, maupun fasilitas kepada unit terkait yang menjadi pengelola jurnal. “Kami ini supporting unit, karena otoritas tetap berada pada masing-masing pengelola jurnal yang ada di fakultas, dengan memberi pelatihan, pendampingan, sosialisasi pengembangan jurnal, info terkait review, dan lain sebagainya. Sehingga harus ada komitmen dari pengelola jurnal,” imbuh Yanti. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Defrina Sukma S.
Satu Kamp Lagi, Para Atlet Wanala Gapai Puncak Denali UNAIR NEWS – Tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Airlangga telah mencapai kamp empat yang berada di ketinggian 14.100 kaki atau setara 4.297 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kabar tersebut diterima oleh manajer atlet Wahyu Nur Wahid berdasarkan satelit global positioning system (GPS) yang dikirimkan oleh ketiga atlet yang mendaki Gunung Denali, Alaska, Amerika Serikat, Senin (5/6). Ketiga atlet yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011, dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), tengah memasuki hari kesepuluh pendakian. Menurut Roby, para pendaki tengah dihadapkan pada kondisi cuaca snow showers. Snow showers adalah kondisi anomali di waktu mana hujan, cerah, dan hujan salju datang silih berganti. Selain snow showers, para atlet juga menghadapi kondisi cuaca whiteout. “Kondisi whiteout oleh salju cukup mereduksi jarak pandang kami. Kondisi whiteout bisa mengakibatkan garis horizon mengabur dan menyebabkan disorientasi arah,” tutur Roby. Selain soal cuaca, para atlet juga tengah bertahan di suhu yang mencapai minus tiga puluh derajat Celcius. Dalam kondisi demikian, Roby mengakui bahwa atlet berada dalam kondisi kelelahan. Namun, keadaan rombongan cukup aman dan siap melanjutkan perjuangan menuju puncak Mc. Kinley atau 6.190 mdpl. Diceritakan sebelumnya, tim atlet mencapai Below Kahiltna Pass di kamp dua dengan ketinggian 9.350 kaki pada tanggal 1 Juni lalu. Selama di kamp dua, para atlet mengumpulkan tenaga selama seharian untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Dari kamp dua menuju kamp tiga, tim atlet menanggalkan barang bawaannya dan hanya membawa single carrier. Pada tanggal 3 Juni, di kamp tiga dengan ketinggian 10.900 kaki, mereka menyimpan bahan logistik di timbunan salju (drop cache). Mereka bergerak menuju Windy corner di ketinggian 13.250 kaki dan kemudian kembali menuju kamp tiga. Windy
corner atau sudut berangin merupakan celah yang diapit dua punggungan sehingga mengakibatkan hembusan angin begitu kencang. Pada tanggal 4 Juni atau hari kesembilan pendakian, selama perjalanan dari kamp tiga menuju kamp empat, tim mengalami kejadian ekstrim saat melawan terpaan angin. “Oksigen yang tipis dan terpaan wind chill membuat tim kesulitan mencapai target dan beberapa anggota ambruk terpelosok tebalnya salju. Kami selalu meneriakkan jargon tabah sampai akhir agar tetap semangat,” terang Roby. Setelah selama delapan jam perjalanan mereka bergelut dengan angin kencang dan kadar oksigen yang tipis, tim atlet akhirnya sampai di kamp empat. Sedangkan, Selasa (6/6) waktu Alaska, mereka dijadwalkan akan turun ke Windy corner di ketinggian 13.250 kaki (4.038 mdpl) untuk mengambil barang bawaan dan kembali ke kamp empat untuk beristirahat persiapan menuju kamp 5. Untuk menuju puncak Mc. Kinley, para atlet perlu melewati satu kamp lagi yakni kamp kelima. Jika tak ada aral melintang, Wahyu menuturkan para atlet akan mencapai puncak pada Jumat (9/6) mendatang. “Pencapaian puncak Denali diperkirakan besok Jumat tanggal 9 Juni. Waktu pendakian tersebut berjalan lebih awal dari jadwal yang sebelumnya ditetapkan,” tuturnya. Kelancaran tim atlet dalam melalui rintangan di Denali tak lepas dari berbagai persiapan yang telah dilakukan selama berada di Indonesia. Selama 18 bulan, persiapan tim AIDeX banyak dibantu oleh PT. PP Properti (Tbk) dan PT. Pegadaian Persero. Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh
puncak tertinggi yang telah digapai tim adalah Puncak Carztenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013). Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits anggota UKM Wanala. Penulis: Defrina Sukma S
Menuju PIMNAS, 134 Tim PKM UNAIR Jalani Pembinaan UNAIR NEWS – Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga melaksanakan pembinaan terhadap 134 kelompok (tim) mahasiswa UNAIR yang proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017 lolos untuk menerima dana pembinaan dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Sabtu (3/6) sore kemarin. Hadir dalam pembinaan itu Direktur Kemahasiswaan UNAIR Dr. M. Hadi Shubhan, SH., MH., CN., serta delapan orang pembina sebagai nara sumber dari berbagai bidang, yaitu Dr. Eduardus Bimo Aksono, drh., M.Kes (Bidang PKMM), Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes (Bidang PKMPE), Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes (bidang PKMKC dan PKMT). Sementara itu Dr. Taufan Bramantoro, drg., M.Kes (bidang PKMK), Dra. Toetik Koesbardiati, Ph.D (bidang PKM Soshum), Pulung Siswanto, SKM., M.Kes dan Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet (bidang Poster Ilmiah), serta Drs. Ec. Bambang Edy Santosa dari Pusat Informasi dan Humas (PIH) untuk bidang publikasi PKM.
”Pembinaan akan terus kami lakukan, sejak reviewer yang lalulalu hingga nanti dilaksanakannya monitoring dan evaluasi (monev) hingga menjelang PIMNAS bagi tim yang lolos,” kata Dr. Eduardus Bimo Aksono, drh., M.Kes., salah seorang dosen pembina PKM UNAIR. Seperti diketahui, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Ke-30 tahun 2017 nanti diselenggarakan di Makassar, Sulsel. Dalam pembinaan kemarin, dari 134 Tim PKM UNAIR tahun 2017 ini dijadikan empat kelas, yakni kelas PKM-PE (Penelitian Eksakta) diikuti 41 tim di Aula Student Center. Kelas PKMK (Kewirausahaan) di Aula Kahuripan 300 diikuti 43 tim, kelas PKMM (Pengabdian Masyarakat) di Aula Kahuripan 301 diikuti 22 tim dan 9 Tim PKMP Sosial Humaniora. Satu kelas lagi gabungan dari PKM-KC (Teknologi).
(Karsa
Cipta)
18
tim
dan
satu
tim
PKMT
Diantara 134 PKM UNAIR yang sudah hampir final dan sudah layak melakukan publikasi, juga sudah melakukan publikasi di berbagai media yang ada, baik internal UNAIR dan media umum. (*) Penulis: Bambang Bes
Berbagi Tips Mengikuti Konferensi Internasional UNAIR NEWS – Menyadari pentingnya partisipasi mahasiswa dalam mengikuti konferensi di luar negeri, Departemen Keilmuan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Airlangga menggelar seminar bertajuk Road To Conference, Jumat (2/06). Seminar bertempat di Aula Fajar Notonegoro itu dihadiri puluhan mahasiswa FEB.
Seminar yang diselenggarakan sembari menunggu waktu berbuka puasa itu menghadirkan dua pembicara Mohammad Rusdinal Muslih selaku Ketua BEM FEB 2016 dan Iman Harymawan, SE., MBA., Ph.D, selaku Editor in Chief Asian Journal of Accounting Research. Keduanya banyak memberi informasi seputar tata cara dan tips mengikuti konferensi di luar negeri. “Menjadi mahasiswa harus memunculkan keunikan, yaitu yang membuat kita berbeda dengan orang lain. Bagaimana orang lain melihat kita, apakah kita seorang akademisi atau pejuang konferensi,” ujar Rusdinal saat membuka pemaparan tentang konferensi. Dalam pemaparannya, Rusdinal menjelaskan dengan detail proses sebelum mengikuti konferensi. Menurutnya, berbagai konferensi sering diselenggarakan di berbagai negara, mulai dari yang dikompetisikan hingga panel diskusi untuk merumuskan ide-ide dari masing-masing peserta. Rusdinal pun meyakinkan bahwa mengikuti konferensi tidak sulit, asalkan memiliki niat dan melakukan seluruh proses yang disyaratkan. “Setiap hari pengumuman konferensi itu ada. Bahkan pada bulan Juli hampir di setiap negara menyelenggarakan konferensi dengan berbagai topik,” terang Rusdinal kepada para mahasiswa. Hal serupa disampaikan Iman. Menurutnya, dibutuhkan kesungguhan untuk membuat paper sebagai salah satu syarat mengikuti konferensi. Tak hanya itu, dosen FEB UNAIR ini memberikan tips dan trik untuk dapat melanjutkan studi di luar negeri. “Ketika ingin kuliah di luar negeri, bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus. Tetapi saya percaya diri, dan itu kuncinya,” kata Iman. Sementara ini dapat mengikuti mengikuti
itu, Ketua BEM FEB Fajar Pratomo berharap, seminar menumbuhkan minat dan kesadaran para mahasiswa untuk konferensi di luar negeri. Ia mengatakan, dengan konferensi, selain meningkatkan pengetahuan dan
prestasi mahasiswa dapat menjalin relasi dengan mahasiswa dari beragam negara. Seminar berakhir lima menit sebelum waktu buka puasa. Usai seminar, para peserta berbuka puasa bersama. (*) Penulis : Siti Nur Umami Editor
: Binti Q. Masruroh
Rektor Imbau Karyawan Rutin Kunjungi Laman UNAIR UNAIR NEWS – Memasuki puasa Ramadan hari kesepuluh, para staf di lingkungan Kantor Manajemen Universitas Airlangga berbuka puasa bersama para pimpinan. Agenda bertajuk “Dialog dan Buka Bersama Rektor” dilangsungkan di area rektorat, Senin (5/6). Dalam acara dialog bersama pimpinan dan para staf, Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih menyinggung sejumlah poin penting terkait peningkatan kerja guna mencapai target-target universitas. Salah satunya adalah imbauan kepada para staf untuk mengakses laman resmi UNAIR setiap hari. Diharapkan, dengan tingginya frekuensi kunjungan rutin ke laman UNAIR, para staf dapat menambah pengetahuan terbaru soal ke-UNAIR-an. Hal itu juga ditunjang dengan keberadaan laman resmi masingmasing unit kerja. Dengan adanya laman yang dimiliki masingmasing unit kerja, setiap orang di unit tersebut bertugas untuk memperbarui informasi yang berkaitan dengan tugas unit kerja masing-masing.
“Setiap direktorat paling tidak, ya, punya satu reporter untuk mengisi konten berita di web-nya masing-masing,” tutur Nasih. Selain itu, ia juga berharap agar seluruh konten yang ada di laman UNAIR diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Tujuannya, agar meningkatkan keterbacaan pengunjung laman dari luar Indonesia.
Suasana “Dialog dan Buka Bersama Rektor” di Aula Garuda Mukti, Senin (5/6). (Foto: Bambang BES) Direktur Sumber Daya Manusia Dr. Purnawan Basundoro selaku penyelenggara acara mengatakan, bulan Ramadan ini dimanfaatkan sebagai ajang silaturahim antara pimpinan dan para staf. “Pada hari-hari biasa, kita semua disibukkan dengan pekerjaan dan di ruangan masing-masing. Kali ini, kita mengadakan dialog, tujuannya adalah silaturahim agar semua pekerjaan dimudahkan,” tutur Purnawan. Acara dialog diakhiri bertepatan dengan kumandang adzan magrib. Usai membatalkan puasa dengan segelas air mineral dan kurma, peserta dialog menunaikan salat Magrib dan melanjutkan
berbuka bersama dengan makanan berat. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor
: Binti Q. Masruroh
Langkah Penyelamatan sebagai Bentuk Pelestarian UNAIR NEWS –
“Banyak faktor yang membuat mamalia laut
menyasar hingga terdampar seperti yang terjadi di Kecamatan Benowo. Kebanyakan mamalia laut bergerak menggunakan sonar. Paus misalnya, radar yang digunakan pada saat pengeboran mengecoh mamalia yang mengakibatkan jalur migrasi berubah dari jalan yang telah menjadi jalurnya,” begitulah paparan M. Yunus, drh., M.Kes., Ph.D saat ditemui di FKH UNAIR, Jumat (2/5). Pada tim UNAIR NEWS, Yunus mengatakan bahwa keberadaan mamalia laut sering kali bersinggungan dengan aspek ekonomi. Misalnya pengeboran lepas pantai yang menggunakan sonar. “Kasus yang baru terjadi seperti terdamparnya penyu hijau yang tersangkut jaring nelayan merupakan salah satu dampak dari aspek ekonomi tersebut terhadap mamalia laut,” papar Yunus. Penyelamatan dan Pelestarian Dosen yang mengajar mata kuliah Ilmu Penyakit Aquatik ini juga menjelaskan, kegiatan pelepasan penyu biru yang tersangkut jaring nelayan dilakukan di teluk lamong sekitar 3 KM dari bibir pantai. Dalam proses evakuasi itu melibatkan petugas Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) serta pihak pemerintah setempat.
“Berasal dari habitatnya di air asin, penyu yang diletakkan di kolam sangat terlihat lemas. Setelah diberi terapi sportif seperti multivitamin, penyu langsung dilepaskan kembali ke laut,” imbuhnya. Yunus juga menyampaikan, untuk kondisi penyu hijau di Indonesia sebagai salah satu endemis yang masuk dalam hewan yang dilidungi. Khususnya mamalia laut, jika dibiarkan akan menguntungkan bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan ekonomi. Jika tidak diawasi dan dijaga secara UU akan mengakibatkan kepunahan. Selanjutnya, pemanfaat, pelestarian, serta perlindungan menurut Yusuf memang perlu untuk terus dilakukan dan disosialisasikan pada masyarakat. Keasadaran masyarakat yang terlibat langsung dalam pelestarian akan lebih bagus. “Keterlibatan semua elemen masyarakat tersebut sangat penting untuk memahami potensi yang dimiliki,” tegas Yunus.
Penulis : Helmy Rafsanjani Editor
: Nuri Hermawan