POLA KOMUNIKASI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
MUH. ZAINAL S
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pola Komunikasi pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Muh. Zainal S NIM I352120011
RINGKASAN MUH. ZAINAL S. Pola Komunikasi pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan PARLAUNGAN A. RANGKUTI. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah program Kementerian Pertanian berbentuk pemberian bantuan modal usaha bersifat dana bergulir bagi petani anggota yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani. Untuk mencapai hasil maksimal, petani anggota didampingi oleh penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani yang bertugas menyampaikan informasi program PUAP secara baik dan benar. Penelitian ini bertujuan menghasilkan deskripsi pola komunikasi pada program PUAP, analisis hubungan karakteristik individu anggota, kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani dengan pola komunikasi serta analisis keberhasilan program PUAP dan hubungannya dengan pola komunikasi pada program PUAP. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Ciampea pada bulan April-Juni 2014 dengan menggunakan metode survei bersifat deskriptif korelasional. Populasi penelitian adalah petani anggota yang menerima dana program PUAP tahun 2013 tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani meliputi: Benteng Makmur, Tunas Jaya, Tani Waluya dan Karya Mandiri berjumlah 170 petani. Penarikan sampel diawali dengan menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin dan selanjutnya dilakukan penarikan sampel dari anggota setiap Gabungan Kelompok Tani secara proporsional sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 63 petani. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui wawancara terstruktur, pengamatan dan wawancara mendalam kepada informan yang terkait dengan topik penelitian. Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam tabel frekuensi serta dianalisis menggunakan uji rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pola komunikasi penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani pada program PUAP berbentuk satu arah, isi pesan tidak dipahami oleh responden dan frekuensi komunikasi yang rendah, (2) karakteristik individu berhubungan nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani, khususnya tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan arah komunikasi, status responden dalam kelompok berhubungan nyata dengan arah komunikasi dan isi pesan serta pengalaman menerima bantuan berhubungan nyata dengan frekuensi komunikasi, (3) kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani berhubungan nyata dengan pola komunikasi, khususnya kejujuran dan keahlian berhubungan sangat nyata dengan isi pesan, daya tarik berhubungan nyata dengan isi pesan dan frekuensi komunikasi serta keakraban berhubungan nyata dengan arah komunikasi dan frekuensi komunikasi (4) pola komunikasi penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP, khususnya isi pesan berhubungan nyata dengan pengelolaan modal usaha, (5) sedangkan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani pada aspek arah komunikasi, berhubungan nyata negatif dengan aktivitas agribisnis responden. Kata kunci: PUAP, pola komunikasi, kredibilitas penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, keberhasilan program PUAP
SUMMARY MUH. ZAINAL S. Communication Patterns in the Rural Agribusiness Development Program (PUAP) In Ceampea District Bogor Regency. Supervised by DJUARA P. LUBIS dan PARLAUNGAN A. RANGKUTI Rural Agribusiness Development Program (PUAP) is a program of venture capital provision as a revolving fund for farmers members of Farmers Group (Gapoktan) from the ministry of agriculture in Indonesia. To reach the maximum result, the farmer members were assisted by an extension agent and Mitra Tani supervisor in charge of conveying information of PUAP program in a good and right manner. This study was aimed to describe the communication pattern in PUAP program, analyse the relationship between member’s individual characteristics, extension agent and Mitra Tani supervisor credibility, and the communication patterns as well as to analyse the success of PUAP program and its’ relation to the communication pattern in PUAP program. This study was conducted in Ciampea District, in April until June 2014. A descriptive correlational survey method was used. The population of this study were 170 farmers members of Gapoktan who received fund of PUAP program in 2013, include: Benteng Makmur, Tunas Jaya, Tani Waluya and Karya Mandiri. A sample size was determined using Slovin’s formula. A random sample of each Gapoktan was taken proportionally thus the number of 63 samples was used. Data were collected by using a questionnaire, conducting structured interviews, observation, and informants in-depth interview. The data obtained were processed and presented in tables of frequency and analyzed by Spearman rank test. The results showed that: (1) one way communication pattern was used by the extension agent and Mitra Tani supervisor in PUAP, message content was not understable by the respondents, while the frequency of communication was law, (2) individual characteristic was significantly related to the extension agent and Mitra Tani supervisor communication pattern, especially the level of education was related significantly with the direction of the communication, while the real experience of receiving assistance significantly related to the frequency of communication, (3) credibility of extension agent and Mitra Tani supervisor was related to the patterns of communication, especially the honesty and expertise were significantly related to the content of the message, attractiveness was significantly related to the content of the message and the frequency of communication, while familiarity of extension agent was significantly related to the direction and frequency of communication (4) communication patterns of extension agent was significantly related to the success of PUAP, especially message content was significantly related to the management of venture capital, (5) communication pattern of Mitra Tani supervisor in the aspect of communication direction had significant negative relationship with respondents’ agribusiness activities. Keywords:
PUAP, communication pattern, credibility of extension agent, mitra tani supervisor, success of the PUAP
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
POLA KOMUNIKASI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
MUH. ZAINAL S
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi
Judul Tesis : Pola Komunikasi pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Nama : Muh. Zainal S NIM : I352120011
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Djuara P. Lubis, MS Ketua
Dr Parlaungan A. Rangkuti, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Djuara P. Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah Pola Komunikasi, dengan judul Pola Komunikasi pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Djuara P. Lubis dan Dr Parlaungan A. Rangkuti selaku pembimbing, serta Dr Ir Ninuk Purnaningsih yang telah banyak memberi masukan dan saran demi perbaikan tasis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga atas segala doa, bantuan dan kasih sayangnya serta seluruh teman-teman khususnya teman-teman seperjuangan KMP 2012. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu memberikan keberkahan dan kemudahan dalam keseharian kita. Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014 Muh. Zainal S
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 2 3 3
2 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Pembangunan Partisipatif Komunikasi Partisipatif dalam Pembangunan Arah Komunikasi Isi Pesan Frekuensi Komunikasi Faktor Yang Berhubungan dengan Komunikasi Partisipatif Karakteristik Individu Kredibilitas Komunikasi Partisipatif Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Penelitian tentang Komunikasi Partisipatif Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
3 3 4 9 10 10
3 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Sumber Data Penelitian Instrumen Penelitian Definisi Operasional Peubah Karakteristik Individu Anggota Penerima Program PUAP Peubah Kredibilitas Penyuluh Pendamping Program PUAP Peubah Kredibilitas Penyelia Mitra Tani Program PUAP Peubah Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Program PUAP Peubah Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani Program PUAP Peubah Keberhasilan Program PUAP Validitas dan Reliabilitas Instrumen Teknik Pengumpulan Data Analisis Data
22 22 22 22 24 24 24 24 25 26 27 27 28 28 30 30
11 12 14 16 19 21
4 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU PROGRAM PUAP Kecamatan Ciampea Deskripsi Pelaksanaan Program PUAP Deskripsi Realisasi Program PUAP di Kecamatan Ciampea Penyuluh Pendamping Program PUAP Penyelia Mitra Tani Program PUAP Deskripsi Karakteristik Individu Responden Program PUAP Kredibilitas Penyuluh Pendamping Kredibilitas Penyelia Mitra Tani
30 30 31 33 34 35 36 38 39
5 POLA KOMUNIKASI PADA PROGRAM PUAP Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Arah Komunikasi Penyuluh Pendamping Isi Pesan Penyuluh Pendamping Frekuensi Komunikasi Penyuluh Pendamping Hubungan Karakteristik Individu dengan Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Hubungan Kredibilitas Penyuluh Pendamping dengan Pola Komunikasi Program PUAP Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani Arah Komunikasi Penyelia Mitra Tani Isi Pesan Penyelia Mitra Tani Frekuensi Komunikasi Penyelia Mitra Tani Hubungan Karakteristik Individu dengan Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani Hubungan Kredibilitas Penyelia Mitra Tani dengan Pola Komunikasi Pada Program PUAP
41 41 42 43 44
6 KEBERHASILAN PROGRAM PUAP Pengelolaan Modal Usaha Program PUAP Aktivitas Agribisnis Program PUAP Hubungan Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping dengan Keberhasilan Program PUAP Hubungan Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Jumlah Petani Penerima Modal Usaha Program PUAP Pendapatan Petani Penerima Program PUAP
55 55 56
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
67 67 67 68
RIWAYAT HIDUP
74
44 46 48 49 50 50 51 52
58 59 59 64
DAFTAR TABEL 1
Penelitian tentang komunikasi komunikasi partisipatif
16
2
Jumlah keseluruhan populasi penelitian
23
3
Jumlah sampel penelitian pola komunikasi pada program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013
24
4
Jumlah item pertanyaan variabel uji validitas
29
5
Hasil uji reliabilitas item pertanyaan setiap variabel menggunakan Cronach’s Alpha
29
Jumlah dan persentase responden program PUAP berdasarkan karakteristik individu di Kecamatan Ciampea tahun 2013
36
Jumlah dan persentase responden mengenai penilaian terhadap kredibilitas penyuluh pendamping di Kecamatan Ciampea tahun 2013
38
Jumlah dan persentase responden mengenai penilaian terhadap kredibilitas Penyelia Mitra Tani di Kecamatan Ciampea tahun 2013
39
Jumlah dan persentase responden mengenai pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013
41
6
7
8
9
10 Hasil uji hubungan antara karkateristik individu anggota dengan pola komunikasi penyuluh pendamping
44
11 Hasil uji hubungan antara kredibilitas penyuluh pendamping dengan pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP
46
12 Jumlah dan persentase responden mengenai pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013
48
13 Hasil uji hubungan antara karakteristik individu responden dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP
50
14 Hasil uji hubungan antara kredibilitas Penyelia Mitra Tani dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP
52
15 Jumlah dan persentase responden mengenai keberhasilan program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013
54
16 Hasil uji korelasi antara pola komunikasi penyuluh pendamping dengan keberhasilan program PUAP
56
17 Hasil uji hubungan antara pola komunikasi PenyeliaMitra Tani dengan keberhasilan program PUAP
57
18 Jumlah petani penerima bantuan modal usaha program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013
59
DAFTAR LAMPIRAN 1
2
Jadwal pelaksanaan penelitian pola komunikasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
72
Jumlah Gapoktan penerima dana program PUAP di Kabupaten Bogor tahun 2008 2012.
73
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah mendasar yang dihadapai petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah (Kementan 2013). Kementrian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMMandiri) dan berada dalam kelompok pemberdayaan masyarakat (Kementan 2013). Menurut Suparjan (2003) bahwa keberhasilan sebuah kegiatan pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat akan ditentukan oleh komunikasi yang partisipatif. Adanya komunikasi yang partisipatif memungkinkan anggota komunitas penerima program (partisipan) memiliki rasa tanggung jawab untuk keberlanjutan memberdayakan diri dan masyarakat serta dapat menggali potensi dan kreativitas masyarakat. Paradigma komunikasi partisipatif ditandai dengan terakomodasinya aspirasi semua pihak dalam program pembangunan. Menurut Sumardjo (1999) model komunikasi pembangunan yang dinilai layak untuk dikembangkan adalah model komunikasi konvergen atau interaktif yang bersifat dua arah, yakni partisipatif baik vertikal maupun horizontal. Artinya keputusan di tingkat perencanaan program pembangunan sangat memperhatikan kebutuhan dan kepentingan di tingkat “bawah” (atau yang biasa disebut sasaran pembangunan) tanpa harus mengabaikan arah dan percepatan pembangunan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan memperhatikan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara Program PUAP merupakan bentuk pemberian bantuan modal usaha berupa dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) bagi petani anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang bersifat dana bergulir dengan mekanisme pembayaran langsung ke rekening Gapoktan yang bertujuan mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan program PUAP, petani anggota Gapoktan didampingi oleh penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) (Kementan 2013). Kaitannya dengan kredibilitas penyuluh, dengan adanya kredibilitas yang baik maka diharapkan mampu mewujudkan komunikasi yang baik pula. Permasalahan yang dialami petani anggota Gapoktan penerima program PUAP diantaranya petani anggota Gapoktan kurang mengetahui, memahami pengelolaan dan mengembangkan dana program PUAP (Laporan Akhir PUAP Kabupaten Bogor 2012). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komunikasi partisipatif menjadi penting dalam program pembangunan. Satriani dan Muljono (2011) mengatakan melalui dialog terjadi saling menghargai dan saling memiliki kegiatan dalam posdaya kenanga sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab sesama kader untuk menyelesaikan permasalahan. Susanti (2013) mengatakan bahwa faktor individu, peran pendamping serta faktor sosial budaya mempengaruhi komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga.
2 Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian tentang pola komunikasi pada program PUAP di Kabupaten Bogor dipandang perlu dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel yang berhubungan erat dengan karakteristik individu, dan peran pendamping dalam hal ini kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Penelitian pola komunikasi pada program PUAP menarik untuk dilakukan karena sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang pola komunikasi pada program PUAP belum pernah dilakukan khusunya di Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk prospek pengembangan program PUAP yang lebih baik dimasa yang akan datang terutama di Kabupaten Bogor yang memiliki penduduk mayoritas petani dan tinggal di perdesaan.
Perumusan Masalah Program PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan bentuk pemberian bantuan modal usah bersifat dana bergulir bagi petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Permasalahan yang dialami petani anggota penerima program PUAP diantaranya kurang mengetahui, memahami pengelolaan dan mengembangkan dana program PUAP secara baik dan benar (Laporan Akhir PUAP Kabupaten Bogor 2012). Manfaat dari program PUAP dapat terwujud apabila mendapat dukungan dari penyuluh pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT) yang bertugas menyampaikan informasi program PUAP secara baik dan benar. Keberhasilan program PUAP lebih jauh lagi terlihat apabila terjadi perubahan kehidupan petani ke arah yang lebih baik yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan petani anggota dalam mengelola bantuan program PUAP dengan baik dan benar, meningkatnya jumlah petani yang mendapatkan bantuan program PUAP, meningkatnya aktivitas agribisnis petani dan meningkatnya pendapatan petani serta kemandirian setelah menerima bantuan program. Berdasarkan uraian pemikiran di atas, adapun permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini dapat dirumuskan: 1. Bagaimana pola komunikasi yang terjadi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2. Bagaimana hubungan karakteristik anggota kelompok tani, kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) dengan pola komunikasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 3. Sejauhmana keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan menghasilkan: 1. Deskripsi pola komunikasi dalam program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2. Analisis hubungan karakteristik individu anggota kelompok tani, kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani dengan pola komunikasi pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 3. Analisis keberhasilan program PUAP dan hubungannya dengan pola komunikasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis
Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk: 1. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan disiplin ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan khususnya yang berkaitan dengan pola komunikasi. 2. Secara praktis, bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman dan menjadi referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pola komunikasi khususnya pada program PUAP. 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bogor khususnya Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K), hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang berguna dalam upaya menentukan kebijakan dalam program kerjanya yang berhubungan dengan pogram PUAP.
2 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Pembangunan Partisipatif Secara umum, partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan diantara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan kelompok-kelompok lain. Partisipasi juga dapat diartikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan. Maka, pembangunan yang partisipatif (participatory development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka (Syahyuti 2006). Akar pendekatan partisipatif dalam pembangunan dapat ditelusuri ke awal 1970-an ketika orang-orang dalam pengembangan masyarakat mulai mempertanyakan pendekatan topdown yang digunakan terutama pada 1950-an dan 1960, Agunga 1996, Yoon 1999 (Msibi dan Penzhorn 2010). Dalam
4 pembangunan partisipatif, terjadi perubahan paradigma komunikasi menjadi bawah-atas. Pembangunan diawali dari perencanaan berdasarkan aspirasi masyarakat, dimana pada realisasinya akan sesuai dengan yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat (Rinawati 2005). Schramm (Nasution 1996) menjelaskan bahwa dengan pembangunan yang partisipatif memberikan kesempatan kepada masyrakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan. Memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil dan menciptakan arus informasi yang berjalan dari bawah ke atas. Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok yaitu: 1) adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, 2) adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, 3) adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat berawal atau dilandasi dengan adanya kebersamaan (togetherness, commonality) (Mardikanto 2010). Model partisipasi masyarakat telah bergeser dari yang sebelumnya terfokus pada penerima manfaat atau kelompok terabaikan (sebagaimana yang diterapkan dalam banyak proses pembangunan), ke bentuk pelibatan warga yang lebih luas dibidang-bidang yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung. Partisipasi masyarakat adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Sumarto 2003). Menurut Nasdian (2003) terdapat dua pendekatan mengenai partisipasi. Pertama, partisipasi merupakan proses sadar tentang pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan dari masyarakat yang kurang beruntung berdasarkan sumberdaya dan kapasitas yang dimilikinya. Dalam proses ini tidak ada campur tangan dan prakarsa pemerintah. Kedua, partisipasi harus mempertimbangkan adanya intervensi dari pemerintah dan LSM, di samping peran serta masyarakat. Hal ini sangat penting untuk implementasi proyek yang lebih efesien, mengingat kualitas sumberdaya dan kapasitas masyarakat tidak memadai. Jadi masyarakat miskin tidak leluasa sebebas-bebasnya bergerak sendiri berpartisipasi dalam pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (2003) adalah ikut sertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikutserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Komunikasi Partisipatif dalam Pembangunan Mulyana (2008), mengutip pendapat John R. Wenburg, William W. Wilmot, Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, mengemukakan bahwa kerangka pemahaman mengenai komunikasi setidaknya terbagi dalam tiga yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Pertama, pemahaman mengenai komunikasi satu arah adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (kelompok orang) lainnya, baik
5 secara langsung ataupun melalui media. Jadi komunikasi dianggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya. Mulyana (2008) menghimpun defenisi komunikasi yang sesuai dengan konsep ini diantaranya dikemukakan oleh Laswell bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut, “Who says what in channel to whom with what effect”. Menurut Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingka laku mereka. Berlo (1960) mendefenisikan komuniksi sebagai proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku. Kedua, pemahaman tentang komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit dinamis dari pada komunikasi satu arah, namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Jadi pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis. Konsep komunikasi sebagai interaksi di antaranya dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker (1986) memperkenalkan model komunikasi inovasi. DeVito (1997) mendefenisikan komunikasi sebagai tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, mengirim dan menerima pesan, dapat terdistorsi oleh ganguan (noice), terjadi dalam konteks tertentu, memiliki pengaruh pada perubahan perilaku manusia dan ada peluang untuk melakukan umpan balik. Model ini dikenal dengan model SMCRE Ketiga, pemahaman tentang komunikasi sebagai transaksi adalah komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikiasi sebagai transaksi. Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdependensi atau timbal balik. Pendekatan transaksional menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan (Mulyana 2008). Dalam konsep komunikasi sebagai transaksional, komunikasi difokuskan pada reciver sebagaimana pada model convergence (Rogers dan Kincaid 1981). Model convergence tersebut bersifat pertukaran informasi dua arah, memperhatikan kebutuhan dan adanya saling berbagi pengetahuan (knowledgesharing model). Model ini memiliki pertanyaan utama “Who is talking back to the who talk to them”. Artinya komunikasi dialogis membentuk kearah saling pengertian, persetujuan bersama dan kerjasama. Masalah model komunikasi terdahulu (linier) berakar dari: (1) informasi hanyalah substansi fisik, (2) Pemikiran-pemikiran individu terpisah atau tersendiri, jadi kedua asumsi tersebut menyebabkan adanya tujuh bias dalam teori dan pendekatan komunikasi terdahulu (linier) (Kincaid 1979). 1. Memandang komunikasi itu lebih sebagai suatu hal yang linier, satu arah (biasanya vertikal), bukan proses cyclical ataupun dua arah. 2. Bias pada sumber didasarkan pada ketergantungan bukan pada hubungan antara yang berkomunikasi dan keterkaitan fundamental mereka yang berkomunikasi
6 3. Kecenderungan memandang objek-objek komunikasi sebagai objek fisik yang terisolasi dan simple (sederhana) pada konteks dimana komunikasi itu terjadi 4. Kecenderungan untuk melihat pada pesan semata dengan mengabaikan keheningan, tanda baca dan waktu pesan 5. Kecenderungan untuk menganggap fungsi utama komunikasi adalah untuk mempengaruhi bukan untuk saling mengerti, kesepakatan dan tindakan kolektif 6. Kecenderungan untuk berkonsentrasi pada efek psikologis dari komunikasi terhadap masing-masing individu bukan efek sosial dan hubungan antara individu di dalam jaringan komunikasi 7. Mempercayai adanya hubungan searah bukan hubungan timbal balik ciri sistem informasi yang pada dasarnya saling berhubungan. Menurut Sumardjo (1999), dalam konteks pembangunan model komunikasi pembangunan yang dinilai layak untuk dikembangkan adalah model komunikasi konvergen atau interaktif yang bersifat dua arah, yakni partisipatif baik vertikal maupun horizontal. Artinya keputusan ditingkat perencanaan program pembangunan sangat memperhatikan kebutuhan dan kepentingan di tingkat “bawah” (atau yang biasa disebut sasaran pembangunan) tanpa harus mengabaikan arah dan percepatan pembangunan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan memperhatikan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara. Hal ini akan menghasilkan keseimbangan dalam perspektif teori pertukaran (exchange theory) melalui jalur kelembagaan yang mapan, didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun horizontal dalam sistem sosial pertanian. Pendekatan tersebut lebih menempatkan martabat manusia secara lebih layak, keberadaan masyarakat dengan aspek kepentingan dan kemampuannya lebih dikenal dan dihargai sehingga mendorong terjadinya partisipasi masyarakat lebih luas. Perencanaan program pembangunan bukan hanya menjadi tugas pemerintah, bahkan masyarakat lokalpun dapat membuat suatu perencanaan pembangunan untuk di desa atau wilayah mereka. Pemerintah dan masyarakat juga dapat membuat suatu perencanaan pelaksanaan suatu program agar sesuai dengan keinginan masyarakat, dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat sebagai sasaran program pembangunan. Mefalopulos (2003) menyatakan bahwa komunikasi partisipatif merupakan pendekatan yang mampu memfasilitasi masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan tentang isu-isu yang berdampak pada hidup mereka, sebuah proses yang mampu menangani kebutuhan dan prioritas yang relevan dengan orang-orang tertentu dan pada saat yang sama membantu dalam keberdayaan mereka. Mc Phail (2009) menyatakan kedudukan komunikasi partisipatif berhubungan dengan perspektif proyek pembangunan di negara dunia ketiga dan keterkaitannya dengan konsep Freire. Komunikasi partisipatif fokus pada peyertaan warga asli (native population) dalam proyek pembangunan, didasari tiga rasionalitas, yaitu: (1) warga asli memiliki informasi relevan tentang lingkungan dan sumberdaya, yang tanpa hal ini proyek akan gagal (2) warga asli memiliki hak asasi manusia fundamental berkontribusi kemajuan mereka dan (3) penyertaan warga asli akan menarik dukungan untuk memfasilitasi pencapian
7 tujuan bersama (common goals). Konsep partisipatif erat kaitannya dengan model komunikasi Paulo Freire yang terdiri dari lima kunci konsep: (1) Dialogue, sebagai komunikasi timbal balik di antara orang-orang yang terlibat dalam organisasi pembangunan yang mereka layani (2) Conscientization, adalah pengakuan, kesadaran dan penanganan perbedaan kekuasaan yang melekat (inherent power) dan kemungkinan pencabutan hak di antara organisasi dan penduduk asli, (3) Praxi, melibatkan pengujian yang sedang berlangsung dari teori dan praktek; (4) Transformation, merujuk pada pencerahan atau pendidikan penduduk asli sebagai cara membangunan kesadaran aktif dan pemikiran kritis dan atau perlu implementasi perubahan (5) Critical consciousness, adalah keaktifan pelibatan sosial dan politik penerima manfaat. Penggabungan kelima kunci konsep tersebut dalam mendesain proyek pembangunan menyebabkan komunikasi lebih demokratis. Bessette, Hadiyanto (2008) mendefinisikan bahwa “Komunikasi pembangunan partisipatif adalah suatu aktivitas yang direncanakan yang didasarkan pada proses-proses partisipatif disatu sisi, dan pemanfaatan media komunikasi dan komunikasi tatap muka disisi lain, dengan tujuan untuk memfasilitasi dialog di antara pemangku kepentingan yang berbeda, yang berkisar pada perumusan masalah atau sasaran pembangunan bersama, mengembangkan dan melaksanakan atau menjabarkan seperangkat aktivitas yang memberi kontribusi untuk mencari solusi yang didukung bersama”. Proses-proses partisipatif yang dimaksud adalah adanya partisipasi komunitas, yakni adanya keterlibatan aktif kelompok komunitas yang berbeda, bersama-sama pemangku kepentingan lainnya dan beberapa agen pembangunan serta peneliti yang bekerja dengan komunitas serta para pengambil keputusan. Secara umum yang dimaksud dengan pemangku kepentingan antara lain anggota komunitas (masyarakat), kelompok-kelompok masyarakat yang aktif, aparat pemerintah lokal atau regional, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), petugas teknis pemerintah atau lembaga lainnya yang bekerja di tingkat komunitas, para pembuat kebijakan yang semestinya terlibat dalam upaya pembangunan yang berlangsung. Komunikasi partisipatif adalah suatu proses komunikasi dimana terjadi komunikasi dua arah atau dialogis, sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Rahim (2004), mengajukan empat konsep terkait komunikasi partisipatif akan mendorong terbangunnya pemberdayaan (empowerment) yaitu heteroglasia, dialogis, poliponi dan karnaval. Pertama, Heteroglasia: Konsep ini menunjukkan fakta bahwa sistem pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain. Kedua, Dialog adalah komunikasi transaksional dengan pengirim (sender) dan penerima (receiver) pesan saling berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagai. Ketiga, Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog dimana suarasuara yang tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu sama lain, dan tidak menutupi satu sama lain. Keempat, Karnaval: Konsep ini bagi komunikasi pembangunan membawa semua varian dari semua ritual seperti legenda, komik, festival, permainan, parodi, dan hiburan
8 secara bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda tawa. Karakteristik model komunikasi partisipatif adalah pertama, pertukaran informasi (information exchange) di antara kelompok yang terlibat dalam proses pembangunan (Servaes 1996; Jacobson dan Servaes 1999; Mody 1991; Melkote 2001; Thomas 2004 dalam Aminah 2013). Pertukaran informasi dilakukan melalui dialoge. Nair dan White 1987 (Rahim 2004) menyatakan komunikasi transaksional sebagai dasar komunikasi partisipatif adalah dialog, dimana pengirim dan penerima berinteraksi dalam waktu yang sama untuk berbagi makna dengan kekuatan seimbang dan setara. Kedua, komunikasi partisipatif dianggap sebagai proses daripada sebagai model yang statis. Sebagai proses sosial, komunikasi partisipatif dimaksudkan untuk mencapai pengertian bersama (common understanding) di antara seluruh partisipan untuk mencapai concensus. Dialog menjadi sarana atau basis komunikasi dalam pertukaran informasi sesuai pendapat Rahim (2004) bahwa esensi dialog adalah pengakuan (recognition) dan penghormatan (respect) untuk pembicara lain, suara lain sebagai subjek yang mandiri (autonomos sunject), tidak hanya sebagai objek komunikasi. Dalam dialog setiap orang memiliki hak sama untuk berbicara dan mendengar dan untuk mengharapkan suara mereka tidak tertindas oleh suara lain. Dialog sebagai basis komunikasi dalam program pembangunan yang mengklaim sebagai partisipatif berarti masyarakat saling bertukar informasi dan bekerja sama dengan outsiders (aparat penyedia program, fasilitator dan elit lokal) dalam proses pengambilan keputusan. Adanya niat baik (well-intentioned) para outsiders ini untuk melakukan proses pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat memiliki kemampuan mengkontrol aktifitas program bagi meningkatnya kualitas hidup mereka. Habermas (Aminah 2013) menyatakan bahwa pembicaraan ideal (speech ideal situation) tercapai apabila digunakan analisis kualitas dialog. Selain itu, insider (petani) dan outsider (penyuluh pendamping, pakar, birokrasi penyedia program) terlibat dalam dialog dalam implementasi program berdasarkan ciri : 1. Adanya keinginan peserta agar dialog dilaksanakan atas dasar saling pengertian, sehingga setiap orang memiliki kedudukan yang setara dalam dialog dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpendapat, mengekspresikan maksud, perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang berlaku secara timbal balik. 2. Dialog menghindari kepentingan subjektivitas, dan peserta program bebas dari dominasi pihak lain. 3. Menumbuhkan klaim-klaim validitas (kebenaran, ketepatan, kejujuran dan komprehensibiltas), pernyataan disertai argumentasi berdasarkan pada fakta, data, dan bukti-bukti dan bersedia tunduk pada argumen yang paling rasioanal. Hamijoyo (2005) model konvergensi komunikasi berlandaskan konsepsi komunikasi sosial sebagai suatu proses dialog dua arah dalam upaya mencapai saling pengertian dan kesepakatan antara dua individu atau dua kelompok atau bahkan lebih dan bukan satu orang atau satu kelompok yang berkuasa atau berwibawa memaksakan kekuasaan atau kewibaannya kepada yang lain. Pusat perhatian dari komunikasi partisipatif adalah pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan aktif mereka dalam identifikasi masalah, pengembangan solusi dan pelaksanaan strategi.
9 Penelitian Satriani dan Muljono (2011) mengenai komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya Kenanga menunjukkan bahwa melalui dialog terjadi saling menghargai dan saling memiliki kegiatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab sesama kader untuk menyelesaikan permasalahan. Penelitian Msibi and Penzhon (2010) penggunaan pendekatan komunikasi partisipatif di pemerintah daerah kungwini di Afrika Selatan menunjukkan bahwa komunikasi partisipatif memastikan bahwa masyarakat adalah bagian dari proses pembangunan dan bahwa kebutuhan, harapan dan inisiatif pelaksanaan pembangunan bersifat terbuka. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi partisipatif adalah komunikasi sosial sebagai suatu proses dialog sebagai sarana pertukaran informasi dan bekerjasama dimana setiap individu memiliki hak yang sama untuk berbicara dan mendengar memiliki kekuatan simbang dan setara serta pengakuan dan penghormatan kepada pembicara atau individu lain dalam proses pengambilan keputusan. Pola komunikasi dalam pelaksanaan program PUAP melibatkan penyuluh pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT), petani anggota penerima program PUAP yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) baik petani pemilik, petani penggarap maupun buruh tani. Penelitian ini mengkaji pola komunikasi penyuluh pendamping, Penyelia Mitra Tani dengan petani anggota penerima program PUAP maupun sebaliknya, dengan fokus kajian pada aspek arah komunikasi, isi pesan komunikasi dan frekuensi komunikasi.
Arah Komunikasi Menurut Rogers (2003), Arah komunikasi yang terjadi dalam organisasi ada tiga jenis yaitu: Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah (downward communication) dan berlangsung di antara orangorang yang berada pada tatanan manajemen atau atasan yang menyampaikan pesan dari atasan ke bawahan. Upward communication adalah arah komunikasi yang terjadi dari bawahan ke atasan yang memiliki beberapa fungsi diantaranya penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan penyampaian saran-saran perbaikan. Komunikasi horizontal adalah arah komunikasi yang terjadi secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam suatu unit dimana terjadi pertukaran informasi antara orang-orang yang memiliki hubungan dekat dalam unit kerja yang sama. Cross channel communication adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi di antara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukan dan bagian. Arah komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu arah komunikasi antara penyuluh pendamping, Penyelia Mitra Tani dengan petani anggota penerima program PUAP yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) maupun sebaliknya. Susanti (2013) menunjukkan bahwa arah komunikasi saat pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup berjalan dua arah yang ditandai dengan fasilitator melakukan diskusi dengan peserta. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan masukan, pertanyaan mengenai materi program yang belum dimengerti.
10 Isi Pesan Berlo (1960) tiga faktor yang terkandung dalam pesan adalah kode pesan, isi pesan dan perlakuan pesan. Isi pesan merupakan materi pesan yang terseleksi oleh komunikator untuk mengekpresikan tujuan, yang termasuk isi pesan adalah pernyataan atau pemaknaan yang kita buat, informasi yang ditampilkan, kesimpulan yang kita buat, dan pembenaran (judgments) yang dimaksud dalam pesan. Pesan dapat secara panjang dan lebar mengupas berbagai segi namun inti pesan dari komunikasi selalu mengarah pada tujuan akhir dari komunikasi. Penyampaian pesan melalui lisan, face to face, langsung, menggunakan media dan saluran. Isi pesan bersifat informatif, persuatif dan koersif. Pesan yang mengena harus memenuhi syarat yaitu: umum, jelas, gambalng, bahasa yang jelas, positif, seimbang, penyesuaian dengan keinginan komunikan. Menurut Berlo (1960) mengartikan isi pesan sebagai materi dalam pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekspresikan tujuannya berkomunikasi. Karena isi pesan meliputi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat orang serta penilaian seseorang terhadap suatu pesan. Menurut Lestari dkk (2001) materi adalah isi atau topik pengajaran yang bermanfaat bagi pembelajar. Materi tersebut harus: a) sesuai dengan kebutuhan pembelajar, b) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, c) tersusun dengan baik, logis dan jelas, d) konsisten dengan tujuan keseluruhan, e) menantang, menyenangkan dan penting bagi pembelajar. Ernawati (2011) menunjukkan bahwa materi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk sosialisasi meliputi kesehatan, pendidikan dan ekonomi pada program Pos Daya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selain itu materi dapat dipahami serta dapat menambah keterampilan masyarakat. Isi pesan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi pesan atau informasi mengenai program PUAP yang disampaikan secara langsung bersifat jelas, mudah dipahami dan dimengerti.
Frekuensi Komunikasi Berkaitan dengan dinamika receiver dalam mendapatkan informasi (pesan komunikasi), menurut Roger dan Shoemaker (1971), kecenderungan individu menginterpretasikan pesan menurut kebutuhan dan lain-lain, di antaranya sangat dipengaruhi oleh kontak interpersonal dan kekosmopolitan individu yang bersangkutan. Frekuensi interaksi dapat dilihat bagimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah seseorang sering mengadakan interaksi atau tidak (Walgito 2007). Soekanto (2007) mengatakan bahwa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak adanya kontak sosial dan komunikasi, kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: antara individu, antara individu dengan satu kelompok atau sebaliknya dan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Frekuensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intensitas kunjungan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani dengan petani anggota kelompok tani dalam program PUAP. Hartati (2011) menunjukkan bahwa komunikasi penyuluh pendamping meliputi frekuensi, intensitas kunjungan dan bimbingan teknis memiliki hubungan sangat
11 nyata dengan peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang meliputi fasilitator bantuan modal dan lembaga ekonomi petani. Lebih lanjut di jelaskan bahwa semakin sering petani berhubungan dengan penyuluh pendamping dan waktu yang cukup dalam setiap kunjungan akan memberikan banyak informasi yang diperoleh sehingga dapat membantu Gapoktan dalam penguatannya sehingga berperan dengan baik.
Faktor Yang Berhubungan dengan Komunikasi Partisipatif Rahim (White 2004) menyatakan bahwa penerapan komunikasi partisipatif melalui model dialogis menuntut adanya pengetahuan tentang heteroglasia sosial dalam sistem pembangunan. Penerapan komunikasi partisipatif dalam pengambilan keputusan dan pertukaran informasi dengan penekanan pada dialog dalam program pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik masyarakat sebagai sistem sosial dan heteroglasia sosial dalam usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, motivasi dan faktor lainnya (Mefalopulos 2003). Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh dalam penerapan komunikasi partisipatif melalui dialog adalah peran pendamping sebagai agen eksternal (Ife 1995) dan dukungan kelembagaan (White 2004). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan komunikasi partisipatif dapat dipengaruhi oleh faktor individu, peran pendamping dan komponen sosial budaya. Faktor individu yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, status dalam kelompok, luas lahan dan pengalaman menerima bantuan. Sedangkan peran pendamping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT).
Karakteristik Individu Rakhmat (2008) mengemukakan bahwa karakteristik manusia terbentuk aleh faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem saraf dan sistem hormonal. Faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen konatif (tindakan) yang berhubungan kebiasaan dan afektif (faktor emosional). Soekartawi (2005), mengemukakan lebih rinci mengenai perbedaan individu yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adopsi inovasi yaitu: 1) umur, 2) pendidikan, 3) status sosial ekonomi , 4) pola hubungan (lokalit atau kosmopolit), 5) keberanian mengambil resiko, 6) sikap terhadap perubahan sosial, 7) motivasi berkarya, 8) aspirasi, 9) fatalisme (tidak adanya kemampuan mengontrol masa depan sendiri, 10) dogmatisme (sistem kepercayaan yang tertutup). Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik. Karakteristik individu meliputi : usia, tingkat pendidikan dan ciri psikologis. Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan, difusi suatu inovasi atau penyebaran ide baru pada suatu sistem sosial, pelakunya paling tidak memiliki tiga karakteristik yaitu status sosial, kepribadian dan kemampuan berkomunikasi.
12 Heterogenitas khalayak dapat merupakan kesulitan bagi komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan, hal ini disebabkan adanya perbedaan karakteristik individual khalayak meliputi, jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya (Effendy 2001). Penelitian (Nindatu 2012) tentang efektivitas komunikasi program PUAP menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu anggota Gapoktan dengan persepsi terhadap bantuan Program PUAP. Penelitian Susanti (2013) mengenai komunikasi partisipatif dalam program pemberdayaan perempuan kepala keluarga (PEKKA) menunjukkan bahwa, faktor individu mempengaruhi komunikasi partisipatif perempuan kepala keluarga. Berdasarkan penjelasan teoritis mengenai karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik individu merupakan ciri kepribadian seseorang yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan terutama lingkungan dimana mereka tinggal. Karakteristik individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik petani anggota kelompok tani dalam program PUAP meliputi; umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, status dalam kelompok, luas lahan dan pengalaman menerima bantuan.
Kredibilitas Komunikasi Partisipatif DeVito (1997) menjelaskan kredibilitas pembicara sangat penting, karena akan mempengaruhi citra pembicara tersebut di depan khalayak. Tidak ada situasi komunikasi dimana kredibilitas tidak memmemilikii pengaruh. Terdapat tiga aspek kualitas utama dari kredibilitas: 1. Kompetensi mengacu pada pengetahuan dan kepakaran yang menurut khalayak dimiliki oleh pembicara. Makin tinggi pengetahuan dan kepakaran pembicara yang dirasakan khalayak, makin besar kemungkinan khalayak mempercayai pembicara. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah: a. Memiliki pengalaman atau pendidikan khusus terkait topik pembicaraan. b. Memiliki beragam sumber artikel yang dirujuk, disertai bukti. 2. Karakter mengacu pada itikad dan perhatian pembicara kepada khalayak. Di sini yang dimaksud adalah kejujuran dan sifat-sifat hakiki seseorang. Sebagai pembicara, memiliki kualitas-kualitas karakter yang akan meningkatkan kredibilitas. Beberapa saran yang perlu diperhatikan: a. Kejujuran dan sikap tidak memihak. b. Kepedulian pada nilai-nilai yang kekal. c. Kesamaan dengan khalayak, utamanya kepercayaan, sikap, nilai dan tujuan. d. Kepedulian akan kesejahteraan khalayak. 3. Karisma mengacu pada kepribadian dan kedinamisan pembicara. Khalayak lebih menyukai pembicara yang dinamis ketimbang pembicara yang ragu-ragu dan tidak tegas. Beberapa saran yang penting untuk menunjukkan karisma : a. Sikap positif terhadap pertemuan antara pembicara dan pendengar. b. Adanya ketegasan.
13 c. Memiliki semangat, pembicara yang lesu yang tertatih-tatih selama pembicaraan sangat berbeda dengan pembicara yang karismatik. Soekartawi (2005) menyebutkan faktor-faktor yang menentukan kredibilitas seorang komunikator adalah: 1. Titel yang dimiliki, terdapat kesan bahwa sumber yang memmemilikii gelar kesarjanaan memiliki kredibilitas tinggi dibandingkan dengan sumber yang tidak menyandang gelar kesarjanaan. 2. Pangkat atau jenjang kepegawaian, sumber yang telah memmemilikii kepangkatan kepegawaian yang lebih tinggi sering dianggap memmemilikii kredibilitas lebih baik. 3. Status sosial, banyak juga dijumpai bahwa sumber yang memmemilikii status sosial yang tinggi sekalipun tidak ada kaitannya dengan kepangkatan atau titel yang dimiliki, dinilai memmemilikii kredibilitas tinggi. 4. Penampilan dalam melakukan komunikasi, terlepas dari komunikator tersebut seorang sarjana atau bukan, tetapi jika dinilai mampu melakukan komunikasi yang baik, maka komunikan menganggap bahwa sumber tersebut memmemilikii kredibilitas tinggi. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi dalam melakukan komunikasi pertanian sering ditentukan oleh berbagai faktor: a) latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, b) karakter yang dimiliki, c) cinta dan bangga melakukan pekerjaan, d) kepribadian yang dimiliki, e) tujuan melakukan komunikasi dan f) cara penyampaian. Menurut (Belch dan Belch 2001) bahwa seorang komunikator atau sumber yang kredibel sangat penting bila audiens memiliki sikap yang negatif terhadap produk, jasa, perusahaan atau yang tengah diangkat. Hal ini dikarenakan komunikator atau sumber yang kredibel dapat menghambat konter-argumen dari audien. 1. Keahlian Seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman disebut sebagai orang yang memiliki keahlian. Keahlian adalah tingkatan dimana komunikator dipersepsikan sebagai orang yang dapat memberikan penilaian yang benar dan tegas (Belch dan Belch 2001). 2. Kejujuran Kejujuran adalah tingkat kepercayaan terhadap niat komunikator dalam mengkomunikasikan penilaian yang dianggapnya paling benar. Jujur atau tidaknya sumber bergantung pada persepsi audiens tentang motivasinya dalam menyampaikan sebuah informasi. Jika audiens merasa sumber bias atau memiliki kepentingan pribadi ketika menyampaikan suatu produk atau institusi, maka ia menjadi kurang persuasi dibanding orang yang dianggap tidak memiliki motif pribadi apapun. 3. Daya tarik Daya tarik bukan dilihat dari kecantikan fisik saja melainkan juga berbagai sifat dan karakter yang dimiliki oleh fasilitator, misalnya kemampuan intelektual, kepribadian, gaya hidup dan sebagainya. Penampilan seseorang dalam berkomunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukakannya. Dalam kaitan dengan kredibilitas sumber pesan, pengaruh penampilan terutama pada kontak pertama antara sumber dan penerima pesan. 4. Keakraban
14 Aspek ini merujuk pada pengetahuan tentang sumber yang dimiliki audien melalui terpaan media massa. Keakraban sering diabaikan oleh institusi karena mereka lebih memperhatikan aspek kesamaan dan daya tarik sumber (Belch dan Belch 2001) Susanty (2013) menunjukkan bahwa keahlian dan daya tarik berhubungan nyata dengan arah komunikasi, sedangkan kejujuran fasilitator tidak berhubungan nyata dengan komunikasi partisipatif serta keakraban fasilitator berhubungan nyata dengan saluran komunikasi dan partisipasi. Kredibilitas penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkatan kepercayaan petani anggota kelompok tani terhadap penyuluh pendamping, PMT dalam program PUAP meliputi; keahlian, kejujuran, daya tarik dan keakraban.
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Permasalahan yang dialami petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masil lemah. Oleh karena itu program penanggulngan kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan rencana pembangunan jangka panjang dan kesepakatan global untuk mencapai tujuan mellenium. Kementrian pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok pemberdayaan masyarakat. Program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitisai bantuan modal usaha berupa dana bantuan langsung mandiri (BLM) bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang di koordinasikan oleh gabungan kelompok tani (Kementan 2013). Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Proses penyaluran dana bantuan langsung masyarakat (BLM) program PUAP dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung ke rekening gapoktan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping yang tergabung dalam tim teknis dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Dengan pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani. Tujuan Program PUAP untuk: (a) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, (b) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus gapoktan, penyuluh dan PMT, (c) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis dan (d) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sasaran PUAP yaitu sebagai berikut: (a) berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa, (b) berkembangnya gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi, (c) meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin,
15 petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani dan (d) berkembangnya usaha agribisnis petani yang memmemilikii siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman. Indikator keberhasilan outcome antara lain: (a) meningkatnya kemampuan gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, (b) meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha, (c) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan dan (d) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Indikator benefit dan impact antara lain: (a) berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP, (b) berfungsinya gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani dan (c) berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. Prosedur penyaluran BLM-PUAP diatur sebagai berikut : 1. Direktur Pembiayaan Pertanian selaku PPK pada Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, melakukan proeses penyaluran dana BLM PUAP 2013 kepada Gapoktan, sesuai dengan persyaratan dan kelengkapan dokumen Gapoktan yang telah ditetapkan. Satuan Kerja (Satker) Pusat Pembiayaan Pertanian menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) bermeterai Rp. 6.000, kepada Gapoktan. 2. Penyaluran dana BLM-PUAP 2013 dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS) ke rekening Gapoktan. 3. Surat Perintah Membayar (SPM-LS) diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V dengan lampiran: a) Ringkasan Keputusan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tentang penetapan Desa dan Gapoktan dana BLM PUAP 2013. b) Rekapitulasi dokumen dari Tim Pembina PUAP Provinsi c) Kwitansi yang sudah ditandatangani Ketua Gapoktan dan diketahui atau disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten dengan meterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah). 4. Penyaluran dana BLM PUAP 2013 dari KPPN Jakarta V ke rekening Gapoktan melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) diatur lebih lanjut oleh Departemen Keuangan. Komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah: 1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP; 2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal; 3) Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan; dan 4) Pendampingan Gapoktan. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh dan PMT dalam rangka pemberdayaan petani atau kelompok tani dalam melaksanakan PUAP. Evaluasi pelaksanaan PUAP di tingkat Kabupaten atau Kota dilaksanakan oleh Tim Teknis PUAP Kabupaten atau Kota. Bila diperlukan, dapat membentuk kelompok kerja monitoring dan evaluasi tingkat Kabupaten/Kota untuk melakukan evaluasi awal, evaluasi pelaksanaan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir. Untuk pelaporan sesuai dengan alur pembinaan dan pengendalian PUAP,
16 maka laporan disampaikan oleh Tim Teknis Kabupaten atau Kota dan Tim Pembina Provinsi kepada Tim PUAP Pusat (Kementan 2013).
Penelitian tentang Komunikasi Partisipatif Penelitian terdahulu tentang komunikasi partisipatif dalam program pembangunan telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh praktisi komunikasi, mahasiswa maupun para ahli. Berbagai faktor diketahui dapat mempengaruhi komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan suatu program pembangunan. Tabel 1 menyajikan hasil penelitian terdahulu mengenai komunikasi partisipatif dalam program pembanguanan. Table 1Hasil penelitian tentang komunikasi partisipatif Peneliti Variabel Hasil Penelitian (tahun) Komunikasi Partisipatif Cahyanto Penumbuhan ide Komunikasi partisipatif dalam (2007) Perencanaan program pelaksanaan Prima Tani terbukti efektif Pelaksanaan program dalam meningkatkan pengetahuan dan Penilaian terhadap sikap petani terhadap model usaha tani program yang di terpadu Prima Tani. Selama pelaksanaan hasilkan Prima Tani berlangsung petani terlibat secara aktif dimulai dari proses penumbuhan ide, perencanaan program, sampai pelaksanaan program dan penilaian terhadap program yang di hasilkan. Mulyasari Perencanaan Komunikasi partisipatif warga pada (2009 Pelaksanaan kegiatan BRDP, berlangsung pada tahap Evaluasi evaluasi. Pada tahap pertemuan perencanaan kegiatan BRDP, sebagian besar warga hadir namun tidak memberikan sumbangan pemikiran, ide dan saran. Warga lebih banyak sebagai pendengar pasif. Begitu pula pada tahap pelaksanaan program sebagian besar warga tidak mau terlibat secara aktif.
17 Tabel 2 Hasil penelitian tentang komunikasi partisipatif (lanjutan) Peneliti Variabel (tahun) Komunikasi Hasil Penelitian Partisipatif Muchlis Heteroglasia Komunikasi partisipatif yang mengakomodir (2009) Dialog keberagaman (heteroglasia) baik dari perspektif Akses ekonomi maupun gender belum terimplementasi secara baik. RTM dan kelompok perempuan tidak dilibatkan dalam proses komunikasi pada aktivitas PNPM MPd. Dialog sebagai ciri komunikasi partisipatif juga belum terjadi pada berbagai musyawarah dalam PNPM MPd. Hal ini dapat dilihat dimana program belum menjamin dan memberikan setiap orang memiliki hak yang sama untuk berbicara atau untuk didengar. Kesan yang ditangkap dalam musyawarah tersebut, forum adalah “pengumuman” dari pelaku PNPM MPd sebagai perpanjangan tangan pemerintah bukan musyawarah yang selalu mengedepankan dialog. RTM juga tidak memiliki peluang dalam berpartisipasi. Hal ini ditandai dengan RTM selalu tidak menerima undangan untuk kegiatan PNPM MPd. Dengan demikian peluang RTM dalam pengambilan keputusan juga tidak ada karena musyawarah selalu didominasi oleh elit desa dan fasilitator. Saputra Pemberian (2011) akses Dialog Refleksi-aksi
Fasilitator memberikan akses kepada warga kelompok binaannya dengan cara mengundang para relawan dan perwakilan kelompok miskin untuk hadir dalam rembug warga pembentukan FGD, melakukan simulasi refleksi kemiskinan, melaksanakan refleksi kemiskinan, melakukan sosialisasi pemetaan swadaya, serta menjadi mediator - mediator bagi kelompok didalam program PNPM Mandiri. Fasilitator menciptakan dialog dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok dengan cara fasilitator memberi saran, memberi informasi, memberi pendapat, mencari informasi di setiap rangkaian kegiatan refleksi kemiskinan, pemetaan swadata, pembentukan LKM (lembaga keswadayaan masyarakat), pembentukan KSM (kelompok swadaya masyarakat). Secara umum fasilitator melakukan kegiatan refleksiaksi, karena mereka menyadari dengan melakukan kegiatan refleksi-aksi dapat menyadarkan kelompok binaan untuk mengerti kondisi sosial, lingkungan mereka serta dapat mengidentifikasi faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di daerah mereka secara mandiri.
18 Tabel 3 Hasil penelitian tentang komunikasi partisipatif (lanjutan) Peneliti Variabel (tahun) Komunikasi Hasil Penelitian Partisipatif Satriani Heteroglasia Pada Posdaya Kenanga konsep heteroglasia terlihat dan Poliponi pada kader di masing-masing bidang baik bidang Muljono Dialog pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. (2011) Karnaval Keberagaman kader dalam Posdaya Kenanga terlihat dari usia, gender, pendidikan dan pekerjaan. Keberagaman dimanfaatkan oleh kader untuk saling berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman dengan kader lainnya. Kader memiliki hak yang sama untuk bersuara serta tidak ada intervensi dalam menyampaikan pendapat, saran dan kritik. Interupsi merupakan salah satu bentuk poliponi dalam Posdaya Kenanga. Kader melakukan dialog dalam setiap mengatasi permasalahan hingga pada pengambilan keputusan. Forum rapat dan diskusi yang secara fisik (bertatap muka) menimbulkan komunikasi timbal balik (dialog). Berlaku pada kegiatan bidang ekonomi, lingkungan dan kesehatan. Dilakukan dengan santai, tidak formal dan ada hiburan, diselingi obrolan dan canda tawa agar tidak capek dan bosan. Kusuma Dialog dinata Aspirasi (2012) Aksi dan Refleksi
Komunikasi partisipasi yang terjadi adalah komunikasi yang berbasis program. Komunikasi ini berbentuk komunikasi yang terdiri dari dialog dan gabungan monolog dan dialog. Komunikasi yang monolog dan dialog terjadi dalam peristiwa komunikasi pada tahap pembentukan kelompok, rapat kerja dalam kelompok, sosialisasi hasil kegiatan kelompok. Kegiatan komunikasi yang dialog pada pelaksanaan bersifat fungsional dimana menjalankan fungsi yang telah dierencanakan bersama. Sedangkan, komunikasi monolog dan dialog pada tahap pembentukan kelompok bersifat informatif dan interaktif. Tahapan rapat kerja kelompok komunikasi yang digunakan bersifat informatif dan konsultatif. Berbeda dengan tahapan sosialisasi kerja kelompok bersifat interaktif dan konsultatif. Perbedaan ini didasarkan oleh peristiwa yang terjadi dalam interaksi kelompok
19 Tabel 4 Hasil penelitian tentang komunikasi partisipatif (lanjutan) Peneliti Variabel (tahun) Komunikasi Hasil Penelitian Partisipatif Susanti Penumbuhan Komunikasi partisipatif berupa akses dan cara (2013) ide berkomunikasi dalam kegiatan Program PEKKA Perencanaan terlihat bahwa perempuan kepala keluarga memiliki program akses yang sama untuk berpartisipasi dalam tahap Pelaksanaan penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan, penilaian program serta pengambilan keputusan dalam program. Akses Evaluasi dapat dilihat dari bentuk semua perempuan kepala terhadap keluarga diundang untuk menghadiri pertemuan baik program pada saat penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Pada awal program bentuk komunikasi partisipatif cenderung monolog. Partisispasi anggota cenderung masih pasif karena dipengaruhi budaya patriarkhi dan tingkat pendidikan. Pada tahapan berikutnya, bentuk komunikasi sudah lebih terbuka dan cenderung bersifat dialogis dan atau gabungan monolog dan dialog. Susanty Arah (2013) komunikasi Saluran komunikasi Tingkat partisipasi
Arah komunikasi fasilitator selama pelaksanaan program PLH Green School bersifat dua arah. Selama pelaksanaan program berlangsung fasilitator berdiskusi dengan peserta. Feserta di beri kesempatan bertanya apabila ada materi yang belum dimengerti. Feserta juga diberi kesempatan member masukan mangenai materi program. Fasilitator menggunakan saluran komunikasi dalam menyampaikan materi yang berupa papan tulis, slide, catatan dan pamflet untuk memudahkan peserta memahami materi yang disampaikan. Partisipasi peserta selama program berlangsung sangat tinggi dilihat dari antusias kehadiran peserta yang mengikuti seluruh tahapan pelaksanaan program.
Kerangka Pemikiran Seiring dengan perkembangan peradaban dan teknologi suatu bangsa khususnya teknologi informasi komunikasi, kaitannya dengan pembangunan maka komunikasi tidak lagi cukup diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima, tetapi oleh Schramm diartikan sebagai proses penggunaan pesan oleh dua orang bahkan lebih dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai tercipta saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak (Mardikanto 2010). Menurut Sumardjo (1999) model konvergen dinilai paling tepat untuk dikembangkan dalam proses komunikasi pembangunan. Model komunikasi
20 konvergen memungkinkan pelaku komunikasi untuk berpartisipasi dan berdialog untuk mencapai pemahaman bersama tersebut. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian dimulai sejak tahun 2008 berada dalam kelompok pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran serta difokuskan untuk mempercepat pengembangan usaha ekonomi produktif yang mandiri di perdesaan. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan merupakan bentuk pemberian bantuan modal usaha berupa dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) bagi petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Pola komunikasi menentukan keberhasilan pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Pola komunikasi yang terjadi pada program PUAP bisa dilihat dari arah komunikasi yang terjadi antara penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) dengan petani anggota Gapoktan maupun sebaliknya saat penyampaian materi yang berkaitan dengan program PUAP, isi pesan atau materi pesan mengenai program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang disampaikan dan frekuensi komunikasi berupa kunjungan dan pertemuan yang dilakukan oleh penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Pola komunikasi pada program PUAP diharapkan hasilnya terciptanya keberhasilan program PUAP yang meliputi: meningkatnya kemampuan petani anggota dalam pengelolaan modal usaha, meningkatnya jumlah patani anggota, meningkatnya aktivitas agribisnis petani anggota dan meningkatnya pendapatan petani anggota. Pola komunikasi pada program PUAP diduga dipengaruhi oleh karakteristik individu anggota kelompok tani penerima bantuan PUAP yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, status dalam kelompok, luas lahan, dan pengalaman memperoleh bantuan pemerintah. Variabel lain yang diduga mempengaruhi pola komunikasi program PUAP adalah kredibilitas penyuluh pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT) yang meliputi: kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban. Kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat di bawah ini:
21 Kerangka pemikiran pola komunikasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
Karakteristik Individu (X1): (X1.1) Umur (X1.2) Tingkat pendidikan (X1.3) Luas lahan (X1.4) Status kepemilikan lahan (X1.5) Status dalam kelompok (X1.6) Pengalaman Menerima Bantuan
Kredibilitas Penyuluh Pendamping (X2): (X2.1) Kejujuran (X2.2) Keahlian (X2.3) Daya Tarik (X2.4) Keakraban
Pola Komunikasi pada Program PUAP (Y1) : (Y1.1) Arah (Y1.2) Isi Pesan (Y1.3) Frekuensi
Keberhasilan Program PUAP (Y2): (Y2.1) Pengelolaan modal usaha (Y2.2 Aktivitas agribisnis (Y2.3) Jumlah petani (Y2.3) Pendapatan petani
Kredibilitas Penyelia Mitra Tani (X3): (X3.1) Kejujuran (X3.2) Keahlian (X3.3) Daya Tarik (X3.4) Keakraban
Hipotesis Penelitian 1. 2. 3. 4.
Hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Karakteristik individu anggota, berhubungan nyata dengan pola komunikasi pada program PUAP. kredibilitas penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan pola komunikasi pada program PUAP. kredibilitas Penyelia Mitra Tani (PMT) berhubungan nyata dengan pola komunikasi pada program PUAP. Pola komunikasi penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP.
22
3 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survei bersifat deskriptif korelasional. Kerlinger (2004) mengemukakan desain penelitian korelasional bertujuan mengetahui hubungan atau relasi antara fenomena-fenomena. Rakhmat (2007) mengemukakan metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada sebuah faktor berkaitan dengan variasi faktor lain. Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari peubah bebas dan terikat. Peubah bebas yaitu: karakteristik individu anggota, kredibilitas penyuluh pendamping dan kredibilitas Penyelia Mitra Tani (PMT). Peubah terikat yaitu: pola komunikasi dan keberhasilan program PUAP.
Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpsive) yaitu pada Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian karena Kecamatan Ciampea termasuk dalam penerima bantuan Program PUAP 2013. Penelitian dilaksanakan pada Bulan April-Juni 2014.
Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan obyek atau fenomena yang diteliti. Kriyantono (2012) menyebut populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari. Populasi dapat berupa orang, organisasi, kata-kata dan kalimat juga simbol-simbol non-verbal. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang diteliti disebut sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang terdaftar sebagai penerima dan telah menerima bantuan Program PUAP tahun 2013 yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima dana program di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor pada tabel 5. Tabel 5 Jumlah keseluruhan populasi penelitian Jumlah Populasi Gabungan Kelompok Tani
Jumlah Kelompok Tani
Benteng Makmur 1 Tunas 2 Jaya Tani 3 Waluya Karya 4 mandiri Total
3 2 5 4 14
Sumber: Data Gapoktan penerima program PUAP (Kecamatan Ciampea 2013)
Jumlah Anggota (orang) 30 40 40 60 170
23 Penarikan sampel dari data populasi diawali dengan menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin (Kriyantono 2012) yaitu: N n = 1+Ne2 Keterangan: N = Ukuran populasi e = Toleransi kelonggaran n = Ukuran sampel Berdasarkan data populasi 170 dan toleransi kelonggaran sebesar 10%, maka dihasilkan jumlah sampel sebagai berikut: 170 n = 1+ 170 (0,1) 170 = 2,7 = 62,96 = 63 (dibulatkan) Berdasarkan hasil perhitungan penentuan sampel minimal dengan toleransi kelonggaran 10% diperoleh jumlah sampel sebesar 63 (dibulatkan) anggota kelompok tani, selanjutnya dilakukan penarikan sampel dari anggota setiap Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) secara proporsional dengan menggunakan teknik acak sederhana (simple random). Batas kesalahan yang ditolerir bagi setiap populasi tidak sama. Menurut Umar (kriyantono 2012), ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10%. Tabel 6 Jumlah sampel penelitian pola komunikasi pada program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 Gabungan Kelompok Tani Benteng Makmur 1 Tunas 2 Jaya Tani 3 Waluya Karya 4 mandiri Total
Jumlah Sampel Jumlah Kelompok Tani Jumlah Anggota (orang) 3 30 2 40 5 40 5 60 14 170
Sampel (orang)
11 15
15 22 63
24 Sumber Data Penelitian Data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh dari responden menggunakan instrumen kuesioner dengan teknik wawancara dan observasi langsung ke petani anggota Gapoktan penerima program PUAP. Data Kuantitatif meliputi variabel karakteristik individu anggota, kredibilitas penyuluh pendamping dan kredibilitas Penyelia Mitra Tani (PMT). Data kualitatif diperoleh dari variabel pola komunikasi partisipatif yang meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi serta keberhasilan program PUAP. Adapun data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari berbagai instansi pemerintah, yang berkaitan dengan penelitian.
Instrumen Penelitian Intsrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan penelitian menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Kriyantono 2012). Instrumen yang digunakan pada penelitian adalah kuesioner, berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang dikaji dalam penelitian dan telah disiapkan sebelumnya.
Definisi Operasional Definisi operasional peubah adalah penjelasan pengertian mengenai beberapa peubah yang diukur. Peubah tersebut diukur dengan cara meminta pendapat dan respon dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan peubah tersebut. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan definisi operasional sebagai berikut:
Peubah Karakteristik Individu Anggota Penerima Program PUAP Karakteristik individu anggota penerima program PUAP adalah ciri kepribadian responden melekat pada diri responden ada yang sejak lahir dan ada pula terjadi seiring perkembangan lingkungan tempatnya tumbuh dan berkembang. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari; umur, tingkat Pendidikan, status kepemilikan lahan, status dalam kelompok, luas lahan dan pengalaman menerima bantuan a. Umur adalah jumlah tahun usia responden yang dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian akan dilakukan yang di kategorikan Muda, Dewasa dan Tua. Penetapan kelompok umur di dasarkan atas perhitungan usia tertua responden dikurangi usia termuda responden dibagi tiga. b. Tingkat pendidikan adalah proses belajar formal yang dimiliki responden menurut jenjang pendidikan yang dikategorikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). c. Luas lahan adalah satuan luas sebidang tanah yang digarap responden untuk berusahatani, dikategori : Sempit, Sedang dan Luas
25 d. Status kepemilikan lahan adalah keberadaan lahan yang digarap responden, dikategorikan lahan milik sendiri dan milik orang lain (bagi hasil, dipinjamkan, sewa, disewakan). e. Status dalam kelompok adalah keberadaan responden dalam kelompok tani baik sebagai anggota dan pengurus. f. Pengalaman menerima bantuan adalah lama waktu keterlibatan responden dalam menerima bantuan-bantuan program pemerintah.
Peubah Kredibilitas Penyuluh Pendamping Program PUAP Kredibilitas penyuluh pendamping, adalah suatu tingkatan kepercayaan sampai sejauh mana penyuluh pendamping dapat dipercaya oleh responden. Tingkat kepercayaan ini penting karena pada kenyataannya orang lebih dulu melihat siapa yang membawa pesan sebelum ia menerima pesan yang disampaikannya. Apabila kredibilitas sumber pesan rendah, maka bagaimanapun baiknya pesan yang disampaikan, penerima tidak akan menerimanya. Kredibilitas penyuluh pendamping program PUAP dalam penelitian ini meliputi : a. Kejujuran adalah penilaian responden program PUAP terhadap kepercayaan dan niat dari penyuluh pendamping bahwa informasi yang disampaikannya adalah benar. Penyuluh pendamping bicara apa adanya. Penyuluh pendamping memiliki motif pribadi. Penyuluh pendamping memiliki kepentingan pribadi yang berkaitan dengan uang. b. Keahlian adalah penilaian responden terhadap penyuluh pendamping apakah dapat dianggap sebagai seseorang yang dapat memberikan informasi yang tegas dan dapat dipercaya. Responden menilai penyuluh pendamping memiliki kemampuan dan pengatahuan yang memadai sehingga isi pesan atau materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan responden. Penyuluh pendamping menggunakan kata-kata dan kalimat yang mudah dipahami responden dalam menyampaikan materi mengenai program PUAP. Penyuluh pendamping memiliki keahlian dalam penguasaan informasi yang berkaitan dengan program PUAP. Penyuluh pendamping menyampaikan informasi sesuai dengan program PUAP c. Daya tarik adalah penilaian responden terhadap fisik dan non fisik penyuluh pendamping yang membuat dirinya disukai oleh responden. Responden menilai apakah penyuluh pendamping mudah diajak berdiskusi untuk dimintai pendapat dan menemukan solusi atas kendala yang dihadapi responden. Apakah penyuluh pendamping ramah dan tidak membosankan dalam memberikan informasi terkait program PUAP. d. Keakraban adalah penilaian responden terhadap hubungan responden dengan penyuluh pendamping dalam program PUAP. Responden menilai apakah penyuluh pendamping memiliki kemampuan menjalin hubungan akrab dengan responden. Responden tidak merasa segan saat mengemukakan pertanyaan. Penyuluh pendamping rutin melakukan kunjungan selama program PUAP berjalan. Penyuluh pendamping menciptakan suasana santai saat berbicara dengan responden. Indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk parameter. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal dimana nilai pertanyaan-pertanyaan memiliki tiga
26 kemungkinan jawaban yaitu: Tinggi dengan skor = 3, Sedang dengan skor =2 dan Rendah dengan skor = 1
Peubah Kredibilitas Penyelia Mitra Tani Program PUAP Kredibilitas Penyelia Mitra Tani adalah merupakan suatu tingkatan kepercayaan sampai sejauh mana Penyelia Mitra Tani dapat dipercaya oleh responden. Tingkat kepercayaan ini penting karena pada kenyataannya orang lebih dulu melihat siapa yang membawa pesan sebelum ia menerima pesan yang disampaikannya. Apabila kredibilitas sumber pesan rendah, maka bagaimanapun baiknya pesan yang disampaikan, penerima tidak akan menerimanya. Kredibilitas Penyelia Mitra Tani program PUAP dalam penelitian ini meliputi : a. Kejujuran adalah penilaian responden program PUAP terhadap kepercayaan dan niat dari Penyelia Mitra Tani bahwa informasi yang disampaikannya adalah benar. Penyelia Mitra Tani bicara apa adanya. Penyelia Mitra Tani memiliki motif pribadi. Penyelia Mitra Tani memiliki kepentingan pribadi yang berkaitan dengan uang. b. Keahlian adalah penilaian responden terhadap Pnyelia Mitra Tani apakah dapat dianggap sebagai seseorang yang dapat memberikan informasi yang tegas dan dapat dipercaya. Responden menilai Penyelia Mitra Tani memiliki kemampuan dan pengatahuan yang memadai sehingga isi pesan atau materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan responden. Penyelia Mitra Tani menggunakan kata-kata dan kalimat yang mudah dipahami responden dalam menyampaikan materi mengenai program PUAP. Penyelia Mitra Tani memiliki keahlian dalam penguasaan informasi yang berkaitan dengan program PUAP. Penyelia Mitra Tani menyampaikan informasi sesuai dengan program PUAP c. Daya tarik adalah penilaian responden terhadap fisik dan non fisik Penyelia Mitra Tani yang membuat dirinya disukai oleh responden. Responden menilai apakah Penyelia Mitra Tani mudah diajak berdiskusi untuk dimintai pendapat dan menemukan solusi atas kendala yang dihadapi responden. Penyelia Mitra Tani ramah dan tidak membosankan dalam memberikan informasi terkait program PUAP. d. Keakraban adalah penilaian responden terhadap hubungan responden dengan Penyelia Mitra Tani dalam program PUAP. Responden menilai apakah Penyelia Mitra Tani memiliki kemampuan menjalin hubungan akrab dengan responden. Responden tidak merasa segan saat mengemukakan pertanyaan. Penyelia Mitra Tani rutin melakukan kunjungan selama program PUAP berjalan. Penyelia Mitra Tani menciptakan suasana santai saat berbicara dengan responden. Indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk parameter. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal dimana nilai pertanyaan-pertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban, yaitu: Tinggi dengan skor= 3, Sedang dengan skor = 2 dan Rendah dengan skor =1
27 Peubah Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Program PUAP Peubah pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP meliputi: a. Arah komunikasi adalah arus informasi yang berjalan dari penyuluh pendamping ke petani anggota maupun sebaliknya mengenai program PUAP. Penyuluh pendamping lebih banyak menyampaikan informasi saat pertemuan. Responden diberi kesempatan oleh penyuluh pendamping saat pertemuan. Responden mendiskusikan informasi yang diberikan oleh penyuluh pendamping tentang program PUAP pada setiap pertemuan. Responden berdiskusi dalam menyelesaikan masalah sehingga menemukan jalan keluar dengan penyuluh pendamping. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal dimana nilai pertanyaanpertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban yaitu: Satu arah dengan skor =1, Interaksi dengan skor = 2, dan Transaksi dengan skor = 3 b. Isi Pesan adalah materi atau informasi mengenai program PUAP yang disampaikan oleh penyuluh pendamping dalam pertemuan program PUAP yang bersifat informatif dan persuasif. Isi pesan mudah dipahami oleh responden. Isi pesan mudah dimengerti dan diterima oleh responden. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal di mana nilai pertanyaanpertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban yaitu: Dipahami dengan skor 3, Kurang dipahami dengan skor = 2, dan Tidak dipahami dengan skor = 1 c. Frekuensi komunikasi adalah seberapa seringnya penyuluh pendamping melakukan pertemuan dan memberikan infromasi kepada responden baik secara formal maupun informal mengenai program PUAP. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal di mana nilai pertanyaanpertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban yaitu: Tinggi dengan skor =3, Sedang dengan skor = 2, dan Rendah dengan skor = 1
Peubah Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani Program PUAP Peubah pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP meliputi: a. Arah komunikasi adalah arus informasi yang berjalan dari Penyelia Mitra Tani ke petani anggota maupun sebaliknya mengenai program PUAP. Penyelia Mitra tani lebih banyak menyampaikan informasi saat pertemuan. Responden diberi kesempatan oleh Penyelia Mitra Tani saat pertemuan. Responden mendiskusikan informasi yang diberikan oleh Penyelia Mitra Tani tentang program PUAP pada setiap pertemuan. Responden berdiskusi dalam menyelesaikan masalah sehingga menemukan jalan keluar dengan Penyelia Mitra Tani. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal di mana nilai pertanyaanpertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban yaitu: Satu arah dengan skor =1, Interaksi dengan skor = 2, dan Transaksi dengan skor = 3 b. Isi Pesan adalah materi atau informasi mengenai program PUAP yang disampaikan oleh Penyelua Mitra Tani dalam pertemuan program PUAP yang bersifat informatif dan persuasif. Isi pesan mudah dipahami oleh responden. Isi pesan mudah dimengerti dan diterima oleh responden.
28 Penilaian dilakukan dengan skala ordinal di mana nilai pertanyaanpertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban yaitu: Dipahami dengan skor =3, Kurang dipahami dengan skor = 2 dan Tidak dipahami dengan skor = 1 c. Frekuensi adalah seberapa seringnya Penyelia Mitra Tani melakukan pertemuan dan memberikan infromasi kepada responden baik secara formal maupun informal mengenai program PUAP. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal di mana nilai pertanyaanpertanyaan memiliki tiga kemungkinan jawaban yaitu: Tinggi dengan skor = 3, Sedang dengan skor = 2 dan Rendah dengan skor = 1
Peubah Keberhasilan Program PUAP Peubah keberhasilan program PUAP meliputi: a. Pengelolaan modal usaha adalah kegiatan penggunaan dan pemanfaatan bantuan dana bergulir yang diterima responden dalam program PUAP yang sesuai dengan kebutuhan responden b. Aktivitas agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh responden yang menggunakan bantuan modal usaha program PUAP meliputi kegiatan usaha yang menghasilkan sarana produksi, kegiatan usaha menggunakan sarana produksi dan kegiatan usaha mengolah dan memasarkan komoditas usaha pertanian. c. Jumlah petani adalah banyaknya responden yang menerima bantuan dana bergulir dalam program PUAP d. Pendapatan petani adalah penghasilan yang didapat responden dari hasil usaha tani dalam satuan rupiah setelah menerima bantuan dana dari program PUAP Indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk parameter. Penilaian dilakukan dengan skala ordinal di mana nilai pertanyaan-pertanyaan memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu: Ya dengan skor = 2 dan Tidak dengan skor = 1
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kualitas instrumen penelitian terkait dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Vadilitas dicapai dengan cara menguji alat ukur untuk melihat apakah alat ukur tersebut dapat mengukur sesuatu yang semestinya diukur. Reliabilitas dicapai bila instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Bungin 2008). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan tingkat konsistensi suatu alat ukur, sehingga dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable) dan tetap/ajeg (consistent) (Kriyantono 2012). Menurut Azwar (Priyatno 2012) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan sedangkan item yang memiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30 dianggap tidak valid. Uji coba instrumen penelitian dilakukan pada 18 petani anggota Gapoktan Karya Mandiri dan Gapoktan Benteng Makmur yang masuk dalam populasi penelitian dengan menggunakan bantuan program komputer perangkat lunak (software)
29 Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20. Untuk menguji instrumen biasanya digunakan 10-50 sampel (Kriyantono 2012). Hasil uji validitas item pertanyaan pada semua variabel penelitian meliputi: variabel kredibilitas penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, pola komunikasi dan keberhasilan program PUAP menunjukkan bahwa ada beberapa item pertanyaan yang nilainya di bawah 0,30 dinyatakan tidak valid, sedangkan sehingga diputuskan tidak menggunakan. Tabel 7 Jumlah item pertanyaan variabel uji validitas Jumlah Tidak Variabel Valid Pertanyaan Valid Kredibilitas Penyuluh Pendamping 35 29 6 Kredibilitas Penyelia Mitra Tani 29 28 1 Pola Komunikasi Penyuluh 30 30 0 Pola Komunikasi PMT 31 26 5 Keberhasilan Program PUAP 21 20 1 Item pertanyaan yang dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s Alpha yang hasilnya rata-rata 0,845 sehingga dapat dikatakan reliabel. Menurut Sekaran (Priyatno 2012) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil uji reliabilitas setiap item pertanyaan kuesioner dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 Hasil uji reliabilitas item pertanyaan setiap variabel menggunakan Cronach’s Alpha Variabel Kredibilitas Penyuluh Pendamping Kejujuran Keahlian Dayatarik Keakraban Kredibilitas Penyelia Mitra Tani Kejujuran Keahlian Dayatarik Keakraban Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Arah komunikasi Isi pesan Frekuensi komunikasi Pola Komunikasi Penyeli Mitra Tani Arah komunikasi Isi pesan Frekuensi komunikasi Keberhasilan Program PUAP Pengelolaan modal usaha Aktivitas agribisnis
Cronbach’s Alpha 0.923 0.940 0.829 0.757 0.771 0.808 0.799 0.811 0.842 0.918 0.844 0.855 0.830 0.832 0.924 0.849
30 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengamatan, yaitu dengan pengumpulan data dengan mengadakan observasi pada responden penerima program PUAP. 2. Wawancara terstruktur, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan tatap muka dengan responden penelitian dengan menggunakan panduan kuesioner. 3. Wawancara mendalam, yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa pihak terkait dalam hal ini adalah informan kunci meliputi Staf Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor, Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibungbulang yang membawahi lokasi penelitian, Penyelia Mitra Tani dan Penyuluh Pendamping program PUAP. 4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada (jurnal, tesis, dan disertasi), kajian pustaka mengenai program-program yang berkaitan dengan proses pemberdayaan serta data yang ada melalui buku dan internet selama penelitian dilaksanakan.
Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif statistik dan kualitatif. Analisis secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi yang diperoleh dari daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara. Sedangkan analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik nonparametrik menggunakan uji Korelasi rank Spearman untuk mengetahui hubungan karakteristik individu anggota, kredibilitas penyuluh pendamping, kredibilitas Penyelia Mitra Tani (PMT) dan pola komunikasi berhubungan dengan keberhasilan program PUAP. Perhitungan dilakukan dengan bantuan microsoft excel dan program komputer perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20. Analisis kualitatif digunakan untuk mendukung dan melengkapi data kuantitatif.
4 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU PROGRAM PUAP Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor yang termasuk daerah pengembangan Wilayah Barat, yang luas wilayahnya sekitar 55,63 Km2 terdiri dari 13 Desa yaitu: yaitu: Desa Ciampea Udik, Desa Cinangka, Desa Cibuntu, Desa Cicadas, Desa Tegal Waru, Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideung Udik, Desa Cihideung Ilir, Desa Cibanteng, Desa Bojong Rangkas, Desa Cibadak, Desa Benteng dan Desa Ciampea. Kecamatan Ciampea secara geografis mempunya batas dengan Kecamatan Ranca Bungur dan Kemang. Pada sebelah utara, sebelah selatan dengan Kecamatan
31 Tenjo Laya, sebelah Barat dengan Kecamatan Cibungbulang dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dramaga. Sedangkan bentuk dan kontur tanah wilayah Kecamatan Ciampea diperkirakan dataran sekitar 45 persen, perbukitan sekitar 55 persen. Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea sampai akhir Bulan Desember tahun 2013 tercatat sebanyak 151.724 yang terdiri dari: Laki-laki sekitar 78.470 jiwa, Perempuan 73.254 jiwa. Penduduk Kecamatan Ciampea berdasarkan tingkat pendidikannya adalah yang tamat SD sekitar 22.543, tamat SMP 5.396 , tamat SMA/Sederjat 15.597, Akademi/Sederajat 732 orang dan sarjana sekitar 770 orang. Penduduk Kecamatan Ciampea mempunya pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian bekerja sebagai petani dan buruh. Keadaan masyarakat Kecamatan Ciampea berdasarkan mata pencaharian adalah: Petani sebanyak 8.978 meliputi petani pemilik tanah sebesar 2.129 jiwa, petani penggarap sawah sebesar 3.130 jiwa dan buruh tani sebesar 3.719 jiwa. Pengusaha sebesar 3.719, pengrajin 4.672 jiwa, buruh industri sebesar 2.442 jiwa, pertukangan sebesar 1.194 jiwa, buruh pertambangan sebesar 5.857 jiwa, pengemudi/jasa sebesar 563 jiwa, pedagang sebesar 10.871, TNI/Polri sebesar 180 jiwa, Pegawai Negri Sipil sebesar 944 jiwa, Pensiunan/Purnawirawan sebesar 406 jiwa dan Lain-lain sebesar 1.963 jiwa (Kecamatan Ciampea 2013).
Deskripsi Pelaksanaan Program PUAP Alur Pelaksanaan Program PUAP tahun 2013 dimulai dengan pembentukan tim pengarah dan tim pelaksana di tingkat pusat, dilanjutkan dengan pemembentukan tim Pembina tingkat provinsi, dilanjutkan pada tingkat Kabupaten/Kota dan sampai pada tingkat Kecamatan dan Desa. Berikut Alur pelaksanaan Program PUAP tahun 2013:
Tingkat Pusat Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana PUAP. Tim Pengarah PUAP diketuai oleh Menteri Pertanian dengan anggota seluruh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Tugas utama dari Tim Pengarah adalah merumuskan kebijakan umum dalam pengembangan PUAP baik dengan instansi Pusat khususnya dalam koordinasi pelaksanaan PNPM-Mandiri maupun dengan instansi daerah (tingkat provinsi dan kabupaten/kota). Tim Pelaksana tingkat pusat diketuai oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dibantu oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian selaku Wakil Ketua serta Direktur Pembiayaan Pertanian selaku Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari Pejabat Eselon II lingkup Kementerian Pertanian. Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
32 Tingkat Provinsi Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat provinsi, Gubernur membentuk Tim Pembina PUAP tingkat provinsi, dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas yang menyelenggarakan fungsi pertanian tanaman pangan. Tim Pembina dipimpin oleh Kepala Dinas yang menyelenggarakan fungsi pertanian tanaman pangan dengan Sekretaris Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya. Tim Pembina Provinsi mempunyai tugas: (a) menetapkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sebagai penjabaran dari Pedoman PUAP, (b) mengkoordinasikan usulan Desa dan Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP 2013 dari kabupaten/kota, (c) melaksanakan verifikasi atas dokumen administrasi GapoktanPUAP, (d) mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPMMandiri di tingkat provinsi, dan (e) melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan kabupaten/kota.
Tingkat Kabupaten/Kota Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat kabupaten/kota, Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PUAP tingkat kabupaten/kota, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas yang menyelenggarakan fungsi Pertanian Tanaman Pangan. Tim Teknis dipimpin oleh Kepala Dinas yang menyelenggarakan fungsi pertanian tanaman pangan dan Sekretaris Tim Teknis oleh lembaga yang menangani penyuluhan di tingkat kabupaten/kota. Susunan organisasi Tim Teknis Kabupaten/Kota terdiri atas ketua, sekretaris dan anggota, salah satunya dari Penyelia Mitra Tani (PMT). Tim Teknis Kabupaten/Kota mempunyai tugas: (a) menetapkan Petunjuk Teknis (Juknis) Pengembangan PUAP sebagai penjabaran dari Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang ditetapkan oleh provinsi, (b) mengkoordinasikan usulan Desa, Gapoktan dan pengurus penerima dana BLM PUAP 2013 dari desa/kelurahan, (c) melakukan verifikasi dokumen administrasi penerima dana BLM PUAP 2013, (d) mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP dengan PNPMMandiri di tingkat kabupaten/kota, (e) mengesahkan dan menyetujui RUB yang diusulkan Gapoktan serta dokumen administrasi Gapoktan lainnya, dan (f) melakukan pembinaan, pengendalian, monitoring dan pelaporan pelaksanaan PUAP di tingkat kecamatan dan desa berkoordinasi dengan PMT. Tingkat Kecamatan dan Desa Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat kecamatan, maka Camat membentuk Tim Teknis PUAP tingkat kecamatan. Tim Teknis PUAP tingkat kecamatan diketuai Camat dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)/Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) sebagai sekretaris, Kepala Cabang Dinas Pertanian (KCD) dan Kepala Desa/Kepala Kelurahan lokasi PUAP sebagai anggota. Tim Teknis Kecamatan mempunyai tugas: (a) melaksanakan identifikasi dan verifikasi Desa, Gapoktan dan Pengurus calon penerima dana BLM PUAP 2013, dan (b) melakukan pembinaan dan pengawasan
33 PUAP di tingkat kecamatan. Pelaksana PUAP di tingkat desa/kelurahan terdiri atas pengurus Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Kepala Desa/Kelurahan dapat mengusulkan Desa, Gapoktan dan Pengurus calon penerima BLM PUAP 2013 melalui Kepala BPP, yang selanjutnya mengusulkan kepada Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota. Kepala Desa/Kepala Kelurahan dapat membentuk Komite Pengarah yang terdiri atas wakil tokoh masyarakat, wakil Kelompok Tani (Poktan) dan Penyuluh Pendamping.
Deskripsi Realisasi Program PUAP di Kecamatan Ciampea Secara umum, realisasi program PUAP di Kabupaten Bogor telah dilaksanakan sejalan dengan tahun realisasi program PUAP secara nasional yaitu pada tahun 2008. Sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 jumlah Gapoktan/Desa yang menerima program PUAP di Kabupaten Bogor berjumlah 146 Gapoktan yang tersebar di 37 Kecamatan. Bila dibandingkan dengan jumlah desa di kabupaten Bogor sebanyak 430 Desa, maka jumlah Desa yang menerima program PUAP baru sebesar 33,95 persen (Lampiran 2). Pencairan dana program PUAP pada tahun 2008 sampai 2012 dilakukan sesuai dengan pedoman umum pelaksanaan program PUAP yaitu dengan cara pembayaran langsung ke rekening Gapoktan sebesar 100 juta, sehingga jumlah dana PUAP yang telah disalurkan ke Kabupaten Bogor berjumlah Rp 14. 6 Miliar. Khusus untuk program PUAP tahun 2012 dan tahun ke depannya, pencairan dana program PUAP tetap langsung ke rekening Gapoktan sebesar 100 juta tapi untuk penyalurannya ke anggota dilakukan secara bertahap. Kebijakan penyaluran dana program PUAP secara bertahap tersebut dilaksanakan untuk mengantisipasi penyalagunaan bantuan modal usaha sebagaimana terjadi pada pada tahun-tahun sebelumnya. Jumlah Gapoktan penerima program PUAP di Kecamatan Ciampea sebanyak 9 Gapoktan yaitu pada tahun 2009 sebanyak 2 Gapoktan, tahun 2012 sebanyak 3 Gapoktan dan tahun 2013 sebanyak 4 Gapoktan. Setiap Gapoktan berdomisili disatu desa, sehingga jumlah Gapoktan secara langsung menunjukkan jumlah desa penerima dana program PUAP. Realisasi program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 diawali dengan pertemuan sosialisasi program disetiap Gapoktan meliputi: Gapoktan Benteng Makmur Desa Benteng, Gapoktan Tunas Jaya Desa Cinangka, Gapoktan Tani Waluya Desa Tegal Waru dan Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik. Sosialisasi program PUAP disetiap Gapoktan tersebut dilaksanakan sekitar bulan Agustus tahun 2013 yang dihadiri oleh perwakilan dari Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BKP5K), Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K), penyuluh pendamping, Penyelia Mitra Tani (PMT), pengurus Gapoktan, petani anggota, dan Kepala Desa. Penyampaian materi didominasi oleh pegawai perwakilan Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BKP5K), Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K).
34 Penyuluh Pendamping Program PUAP Berdasarkan pedoman umum pelaksanaan program PUAP tahun 2013, tugas utama penyuluh pendamping dalam PUAP: (a) melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian, (b) memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha, (c) membantu memecahkan permasalahan usaha petani/kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama penyusunan dokumen PUAP dan proses penumbuhan kelembagaan, (d) melaksanakan pendampingan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif sesuai potensi desa, (e) membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi dan pasar, (f) bersama Penyelia Mitra Tani, memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM PUAP 2013 dan (g) membantu Gapoktan dalam membuat laporan perkembangan PUAP. Penyuluh pendamping pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 berjumlah empat yang ditugaskan pada setiap Gapoktan. Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik didampingi oleh penyuluh pendamping Ibu SF umur 36 tahun pendidikan Strata Satu (S1) dibidang pertanian diangkat menjadi penyuluh pada tahun 2008 dengan status sebagai Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) oleh Kementrian Pertanian sampai penelitian dilakukan. Begitupula Gapoktan Tunas Jaya Desa Cinangka didampingi oleh penyuluh pendamping Bapak MN pendidikan Strata Satu (S1) dibidang pertanian diangkat menjadi penyuluh pada tahun 2009 dengan status status sebagai Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THLTBPP) oleh Kementrian Pertanian sampai penelitian dilakukan. Gapoktan Tani Waluya Desa Tegal Waru didampingi oleh Penyuluh pendamping Ibu YA pendidikan Strata Satu (S1) di bidang pertanian diangkat menjadi penyuluh pada tahun 2012 dengan status sebagai Tenaga Harian Lepas Program Peningkatan Beras Nasional (THL-P2BN) oleh Dinas Pertanian Provensi Jawa Barat dan di tempatkan di Kabupaten Bogor sampai penelitian dilakukan. Begitupula Gapoktan Benteng Makmur Desa Benteng didampingi oleh penyuluh pendamping Saudara YF pendidikan Strata Satu (S1) dibidang pertanian diangkat menjadi penyuluh pada tahun 2012 dengan status sebagai Tenaga Harian Lepas Program Peningkatan Beras Nasional (THL-P2BN) oleh Dinas Pertanian Provensi Jawa Barat dan di tempatkan di Kabupaten Bogor sampai penelitian dilakukan. Hasil wawancara dengan penyuluh pendamping program PUAP Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik Ibu SF umur 36 tahun mengatakan bahwa tugas penyuluh pendamping dalam pelaksanaan program PUAP adalah melakukan pembinaan terhadap Gapoktan yang menerima program PUAP terutam membantu dalam pembuatan laporan perkembangan penyaluran dana program PUAP. Menurutnya penyuluh pendamping tidak harus melakukan pertemuan dengan seluruh anggota penerima program PUAP karena tugas tersebut dilakukan oleh pengurus Gapoktan saja, penyuluh hanya melakukan pertemuan dengan pengurus Gapoktan dan melakukan pertemuan dengan pengurus kelompok tani (Poktan) pada awal-awal pelaksanaan program PUAP. Namun yang bersangkutan mengakui bahwa memang pertemuan yang dilakukannya dengan pengurus Gapoktan kurang rutin pada saat penelitian dilakukan disebabkan karena yang bersangkutan pada saat itu selesai melahirkan (cuti melahirkan).
35 Begitupula dengan hasil wawancara dengan penyuluh pendamping program PUAP Gapoktan Tani Waluya Desa Tegal Waru Ibu YA mengatakan bahwa penyuluh pendamping hanya melakukan pertemuan dengan pengurus Gapoktan dalam rangka pembinaan terutama pembutan laporan perkembangan penyaluran dana program PUAP. Namun yang bersangkutan juga memgakui kalau pertemuannya dengan pengurus sangat minim disebabkan beberapa hal berikut: tugasnya sebagai penyuluh bukan hanya mengurusi program PUAP, Gapoktan Tani Waluya sebenarnya bukan termasuk dalam wilayah binaannya dan pengurus Gapoktan (Ketua) cenderung susah diajak bekerjasama untuk pengelolaan program PUAP secara baik dan benar terbukti dengan melakukan pencairan dana program PUAP tahap kedua tanpa sepengetahuan penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Uraian mengenai peran penyuluh pendamping program PUAP tersebut di atas sangat berbeda dengan peran penyuluh pendamping pada program Sekolah Lapang Pengendalian Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Desa Obbokongeng Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap. Muchtar et al (2014) menemukan bahwa penyuluh pertanian selalu mengedepankan prinsip saling berbagi pengetahuan dan informasi dengan petani untuk mewujudkan tujuan sama yakni peningkatan produksi padi. petani dan penyuluh pertanian membentuk hubungan akrab sehingga dialog mengalir dengan lanjar, petani tidak merasa canggung untuk bertukar pikiran. Sumardjo (2007) mengatakan bahwa keberadaan dan kemampuan petani yang dikenali, dihargai atau menempatkan martabat petani secara lebih layak akan mendorong komunikasi partisipatif petani yang lebih tinggi.
Penyelia Mitra Tani Program PUAP Berdasarkan pedoman umum pelaksanaan program PUAP tahun 2013, tugas utama Penyelia Mitra Tani: (a) melakukan supervisi dan advokasi proses penumbuhan kelembagaan kepada Gapoktan bersama Penyuluh Pendamping, (b) melaksanakan pertemuan reguler dengan Penyuluh Pendamping dan Gapoktan, (c) melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen administrasi lainnya, (d) melaksanakan pengawalan pemanfaatan dana BLM PUAP 2013 yang dikelola oleh Gapoktan, (e) bersama dengan Penyuluh yang telah mendapatkan TOT, melakukan pendampingan kepada Gapoktan dan Penyuluh Pendamping, (f) bersama dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota melaksanakan evaluasi pelaksanaan PUAP tahun sebelumnya dan membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP kepada Tim PUAP Pusat melalui e-Form dan laporan tertulis melalui Tim Pembina PUAP Provinsi c.q Sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi, dan (g) melaksanakan fungsi pendampingan bagi Gapoktan PUAP yang telah berhasil meningkatkan kinerja usaha dan jumlah dana keswadayaan sehingga tumbuh menjadi lembaga ekonomi petani atau Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Penyelia Mitra Tani program PUAP yang bertugas di Kecamatan Ciampea yaitu Saudara AD umur 26 tahun pendidikan Strata Satu (S1) dibidang ekonomi akuntansi. Hasil wawancara yang bersangkutan mengatakan bahwa syarat untuk menjadi Penyelia Mitra Tani (PMT) program PUAP: (a) memiliki pendidikan
36 formal minimal D3 semua jurusan, (b) mengerti mengoperasikan computer, (c) mengerti keuangan mikro dan (d) penugasan dilakukan oleh Kementrian Pertanian. Menurutnya secara fakta di lapangan tugas Penyelia Mitra Tani pada awal pelaksanaan program yaitu melakukan verifikasi Gapoktan yang diusulkan menerima dana program PUAP, melakukan pemberkasan dengan cara membantu Gapoktan menyiapkan Rancangan Usaha Bersama (RUB), Rancangan Usaha Kelompok (RUK) dan Rancangan Usaha Anggota (RUA), serta melakukan sosialisasi program PUAP. Setelah Gapoktan menerima dana program PUAP Penyelia Mitra Tani membantu pada aspek administrasi keuangan yaitu membantu membuat buku kas, buku pinjaman anggota dan melakukan evaluasi laporan pemanfaatan dana program PUAP. Mengenai pertemuan dengan petani anggota penerima program PUAP sampai penelitian dilakukan, yang bersangkutan mengatakan bahwa pertemuannya dengan responden terutama responden anggota di empat Gapoktan hanya terjadi pada saat sosialisasi program PUAP. Pertemuan dengan petani anggota penerima dana program PUAP secara rutin, harusnya dilakukan oleh penyuluh pendamping karena pada prinsipnya penyuluh pendampinglah yang bertugas melakukan pembinaan terhadap Gapoktan dan lebih mengetahui kondisi serta dinamika yang dialami Gapoktan, sedangkan Penyelia Mitra Tani hanya membantu pengurus Gapoktan secara administrasi keuangan dan melakukan evaluasi laporan pelaksanaan program PUAP.
Deskripsi Karakteristik Individu Responden Program PUAP Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, status dalam kelompok dan pengalaman menerima bantuan. Deskripsi krakteristik anggota lebih jelas tercantum dalam Tabel 9 berikut: Tabel 9 Jumlah dan persentase responden program PUAP berdasarkan karakteristik individu di Kecamatan Ciampea tahun 2013. Karakteristik Individu Umur
Tingkat Pendidikan
Status kepemilikan lahan Luas lahan
Status dalam kelompok
Kategori Muda (28-47 tahun) Dewasa (48-67 tahun) Tua (>67 tahun) SD/SR SMP/MTS SMA/SMK Milik Sendiri Milik Orang Lain Sempit(0,01-0,37 ha) Sedang(0,38-0,74 ha) Luas (>0,74 ha) Pengurus
Anggota Pengalaman menerima bantuan Keterangan: n=63
Menerima Tidak menerima
Jumlah (orang) 29 28 6 38 19 6 34 29 53 8 2 14 49 28 35
Persentase (%) 46,03 44,44 9, 53 60,32 30,15 9,53 53,97 46,03 84,13 12,70 3,17 22,22 77,78 44,44 55,56
37 Umur Umur responden penerima program PUAP di lokasi penelitian berkisar antara 28-85 tahun dan sebagian besar berada pada kategori muda dengan rentang 28-47 tahun dan dewasa 48-67 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa umur responden tersebut termasuk dalam usia produktif dalam menjalankan usahatani ataupun aktivitas lainnya. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal petani penerima program PUAP di lokasi penelitian sebagian besar rendah. Berdasarkan tabel 9 sebanyak 60,32 persen responden berpendidikan SD/SR. Sedangkan tingkat pendidikan SMP/MTS sebanyak 30,15 persen dan sebanyak 9,53 persen berpendidikan SMA/SMK. Hanya satu responden berpendidikan S1 atau sarjana. Status Kepemilikan Lahan Kepemilikan lahan petani penerima program PUAP dalam penelitian ini sebagian besar milik sendiri yaitu sebanyak 53,97 persen. Status kepemilikan lahan sendiri petani penerima program PUAP di Kecamatan Ciampea dalam penelitian ini di dapatkan dari warisan orang tua, tapi ada juga yang di beli menjadi milik sendiri. Selain status kepemilikan lahan milik sendiri, terdapat juga kepemilikan lahan milik orang lain sebesar 46,03 persen bersifat sewa (kontrak) dan di pinjamkan. Status kepemilikan lahan yang bersifat sewa (kontrak) dan di pinjamkan tersebut berasal dari keluarga, penduduk setempat dan warga pendatang dari daerah lain terutama warga yang berasal dari Kota Jakarta. Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki petani responden dalam penelitian ini sebagian besar 84,13 persen berada pada kategori sempit yang ukurannya mulai dari rentang 0,01-0,37 hektar. Sedangkan responden yang memiliki luas lahan tergolong sedang sebesar 12,70 persen yang ukurannya sekitar 0,38-0,74 hektar dan responden yang memiliki luas lahan di atas 0,74 hektar hanya sebesar 3,17 persen. Lahan yang dimiliki petani penerima program PUAP dalam penelitian ini diusahakan untuk uasaha tani padi, ubi, singkong, jagung, kacang-kacangan, papaya, pisang dan sayuran (bayam,kangkung, cesim, tomat, cabe, katuk, daun singkong). Status dalam Kelompok Status dalam kelompok responden penerima program PUAP di loksi penelitian sebagaian besar berstatus anggota yaitu 77,78 persen dan sisahnya adalah pengurus sebesar 22,22 persen. Sekitar 40,81 persen responden yang berstatus anggota adalah petani yang baru bergabung dalam kelompok tani setelah mendapatkan informasi mengenai program PUAP. Pengalaman Menerima Bantuan Selain bantuan program PUAP, responden juga menerima jenis bantuan pemerintah yang lain. Sebanyak 44,44 persen responden menerima sedangkan sisahnya (55,56 persen) tidak menerima. Adapun bantuan pemerintah yang diterima seperti bantuan Beras Miskin (Raskin), bantuan pupuk organik, benih,
38 peralatan pertanian dan bantuan yang berupa Sekolah Lapang (SLPHT 2012 dan SLPTT 2010). Pengalaman responden menerima bantuan tersebut berkisar antara 1-4 tahun saat penelitian dilakukan.
Kredibilitas Penyuluh Pendamping Kredibilitas penyuluh pendamping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian responden terhadap kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban penyuluh pendamping dalam menyampaikan informasi program PUAP. Devito (1997) menjelaskan kredibilitas pembicara sangat penting, karena akan mempengaruhi citra pembicara tersebut didepan khalayak. Kredibilitas merupakan suatu tingkatan kepercayaan sampai sejauh mana penyuluh pendamping program PUAP dapat dipercaya oleh responden. Penilaian kredibilitas penyuluh pendamping tersebut disajikan dalam Tabel 10 sebagai berikut: Tabel 10 Jumlah dan persentase responden mengenai penilaian terhadap kredibilitas penyuluh pendamping di Kecamatan Ciampea tahun 2013. Kredibilitas Kejujuran
Keahlian
Daya Tarik
Keakraban
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Jumlah (orang) 45 0 18 12 32 19 10 18 35 6 27 30
Persentase (%) 71,43 0,00 28,57 19,05 50,80 30,15 15,87 28,57 55,56 9,53 42,85 47,62
Kejujuran Penyuluh Pendamping Hasil penelitian mengenai kredibilitas penyuluh pendamping menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 71,43 persen menilai penyuluh pendamping memiliki kejujuran dalam menyampaikan informasi program PUAP. Responden menilai bahwa penyuluh pendamping tidak memiliki keinginan pribadi yang berkaitan dengan dana bantuan modal usaha program PUAP yang bisa memperkaya dan menguntungkan diri penyuluh pendamping.
Keahlian Penyuluh Pendamping Penilaian responden mengenai keahlian penyuluh pendamping tergolong sedang yaitu sebesar 50,80 persen. Artinya sebagian besar responden menilai bahwa penyuluh pendamping punya keahlian yang cukup mengenai program PUAP. Responden menilai penyuluh pendamping mengetahui teknis usaha tani
39 terutama dalam hal penggunaan benih, pupuk dan obat-obatan. Responden menilai penyuluh pendamping mengetahui cara memanfaatkan, mengelola dana bantuan modal usaha program PUAP. Penyuluh pendamping cukup berpengalaman mendampingi petani. Penyuluh pendamping mengetahui cara membuat rencana kegiatan usaha tani.
Daya Tarik Penyuluh Pendamping Penilaian responden mengenai daya tarik penyuluh pendamping program PUAP tergolong rendah yaitu sebasar 55,56 persen. Artinya sebagian besar responden menilai fisik maupun non fisik penyuluh pendamping tidak menarik. Responden menilai Penyuluh pendamping tidak mudah berdiskusi dengan responden mengenai informasi program PUAP. Penyuluh pendamping tidak ramah dan sopan saat bertemu responden. Rendahnya penilaian responden tersebut dikarenakan penyuluh pendamping cenderung jarang melakukan kunjungan dan pertemuan dengan responden.
Keakraban Penyuluh Pendamping Penilaian responden mengenai keakraban penyuluh pendamping tergolong rendah yaitu sebesar 47,62 persen. Artinya sebagian besar responden menilai hubungannya dengan penyuluh pendamping program PUAP tidak akrab. Hal ini disebabkan beberapa hal berikut: minimnya kunjungan dan pertemuan yang dilakukan oleh penyuluh pendamping dengan responden baik pertemuan formal maupun non formal. Penyuluh pendamping hanya melakukan kunjungan dan pertemuan dengan pengurus Gapoktan sebatas monitoring dan evaluasi laporan perkembangan program PUAP. Penyuluh pendamping juga tidak pernah melakukan kunjungan atau mendatangi rumah responden. Minimnya pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping membuat responden segan bertanya dan berdiskusi mengenai masalah yang dialami responden khusunya mengenai program PUAP.
Kredibilitas Penyelia Mitra Tani Kredibilitas Penyelia Mitra Tani program PUAP dalam penelitian ini adalah penilaian responden mengenai aspek kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban Penyelia Mitra Tani (PMT) dalam menyampaikan informasi program PUAP. Penilaian responden mengenai kredibilitas Penyelia Mitra Tani dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:
40 Tabel 11 Jumlah dan persentase responden mengenai penilaian terhadap kredibilitas Penyelia Mitra Tani di Kecamatan Ciampea tahun 2013. Kredibilitas Kategori Jumlah Persentase (%) Kejujuran Tinggi 5 7,94 Sedang 5 7,94 Rendah 53 84,12 Keahlian Tinggi 0 0,00 Sedang 4 6.35 Rendah 59 93,65 Daya Tarik Tinggi 2 3,17 Sedang 0 0,00 Rendah 61 96,83 Keakraban Tinggi 0 0,00 Sedang 2 3,17 Rendah 61 96,83
Kejujuran Penyelia Mitra Tani Penilaian responden mengenai kejujuran Penyelia Mitra Tani dalam menyampaikan informasi program PUAP tergolong rendah yaitu sebesar 84,12 persen. Artinya responden menilai Penyelia Mitra Tani tidak jujur dalam menyampaikan informasi program PUAP. Responden menilai Penyelia Mitra Tani tidak dapat dipercaya dalam menyampaikan informasi program PUAP dan memiliki kepentingan pribadi terkait dana program PUAP. Rendahnya penilaian responden dikarenakan kunjungan dan pertemuan antara responden dengan Penyelia Mitra Tani sangat minim. Pertemuan responden dengan Penyelia Mitra Tani terutama responden yang berstatus anggota hanya pada saat pertemuan sosialisasi program PUAP. Sehingga sebagian besar responden mengenal Penyelia Mitra Tani secara sepintas yaitu pada saat pertemuan sosialisasi program saja. Keahlian Penyelia Mitra Tani Pada aspek keahlian Penyelia Mitra Tani, jawaban responden tergolong sangat rendah yaitu sebesar 93,65 persen. Artinya sebagian besar responden menilai bahwa Penyelia Mitra Tani tidak memiliki keahlian mengenai program PUAP. Responden menilai Penyelia Mitra Tani tidak berpengalaman mendampingi petani, tidak mengetahui cara memanfaatkan dan mengelola bantuan modal usaha program PUAP, tidak tahu membuat laporan perkembangan program PUAP, tidak tau membuat rencana kegiatan usaha tani dan tidak ahli mencari jalan keluar terhadap masalah usaha tani yang dialami responden. Hal ini disebabkan karena minimnya pertemuan antara Penyelia Mitra Tani dengan responden, sehingga responden mengenal Penyelia Mitra Tani secara sepintas saja. Pertemuan responden terutama responden berstatus anggota dengan Penyelia Mitra Tani terjadi pada saat pertemuan sosialisasi program PUAP.
41 Daya Tarik Penyelia Mitra Tani Begitu pula pada aspek daya tarik, jawaban responden tergolong rendah yaitu sebesar 96,83 persen. Artinya fisik maupun non fisik Penyelia Mitra Tani menurut responden tidak menarik dan menyenangkan. Responden menilai Penyelia Mitra Tani tidak ramah, tidak sopan dan sulit diajak diskusi tentang informasi program PUAP, baik dalam pertemuan maupun di luar pertemuan. Hal ini disebabkan karena pertemuan antara Penyelia Mitra Tani dengan responden sangat minim yaitu hanya pada saat sosialisasi program PUAP sehingga responden tidak mengenal Penyelia Mitra Tani. Penyelia Mitra Tani cenderung melakukan kunjungan dan pertemuan dengan pengurus Gapoktan. Responden yang menilai Penyelia Mitra Tani menarik dan menyenangkan hanya sekitar 3,17 persen. Responden yang menilai Penyelia Mitra Tani menarik dan menyenangkan adalah responden yang statusnya pengurus Gapoktan di karenakan Penyelia Mitra Tani cenderung melakukan kunjungan dan pertemuan dengan pengurus Gapoktan.
Keakraban Penyelia Mitra Tani Sama halnya pada aspek keakraban Penyelia Mitra Tani, jawaban responden tergolong rendah yaitu sebesar 96,83 persen. Artinya sebagian besar responden tidak akrab dan tidak mengenal Penyelia Mitra Tani. Menurut responden, Penyelia Mitra Tani tidak pernah berbicara secara langsung dengan responden dan mendiskusikan program PUAP. Penyelia Mitra Tani juga tidak pernah mengunjungi responden terutama di rumahnya. Pertemuan Penyelia Mitra Tani dengan responden hanya pada saat pertemuan sosialisasi program PUAP. Penyelia Mitra Tani hanya melakukan kunjungan dan pertemuan dengan pengurus Gapoktan sebatas monitoring dan evaluasi laporan perkembangan program PUAP.
5 POLA KOMUNIKASI PADA PROGRAM PUAP Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Pola komunikasi penyuluh pendamping dalam pelaksanaan program PUAP meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Arah komunikasi adalah arus informasi yang berjalan dari penyuluh pendamping maupun sebaliknya mengenai program PUAP. Isi pesan adalah informasi tentang program PUAP yang disampaikan oleh penyuluh pendamping secara langsung yang mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Frekuensi komunikasi adalah intensitas kunjungan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping dengan petani penerima program PUAP. Pola komunikasi partisipatif penyuluh pendamping program PUAP dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut:
42 Tabel 12 Jumlah dan persentase responden mengenai pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 Pola Komunikasi Arah
Isi Pesan
Frekuensi
Kategori Transaksi Interaksi Satu arah Dipahami Kurang dipahami Tidak dipahami Tinggi Sedang Rendah
Jumlah (orang) 0 4 59 0 18 45 0 3 60
Persentase (%) 0,00 6,35 93,65 0,00 28,57 71,43 0,00 4,76 95,24
Arah Komunikasi Penyuluh Pendamping Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 93,65 persen mengatakan bahwa arah komunikasi penyuluh pendamping dalam pelaksanaan program PUAP berbentuk satu arah. Arah komunikasi penyuluh pendamping yang berbentuk satu arah tersebut terjadi dalam pertemuan sosialisasi program PUAP. Pertemuan sosialisasi program PUAP dilaksanakan di setiap Gapoktan penerima program PUAP 2013 di Kecamatan Ciampea meliputi: Gapoktan Benteng Makmur di Desa Benteng, Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik, Gapoktan Tunas Jaya Desa Cinangka dan Gapoktan Tani waluya di Desa Tegal waru. Pertemuan sosialisasi program PUAP disetiap Gapoktan dilaksanakan dengan durasi waktu kurang lebih satu jam yang dihadiri oleh petani anggota, pengurus Kelompok Tani (Poktan), Pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima program PUAP, Penyelia Mitra Tani, perwakilan dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibungbulang, Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP5K) Kabupaten Bogor dan Kepala Desa setempat. Pada saat pertemuan sosialisasi program berlangsung penyuluh pendamping hanya menyampaikan pengantar tentang jenis bantuan Program PUAP. Berikut kutipan pernyataan penyuluh pendamping program PUAP di Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik, Ibu SF umur 36 tahun. Sosialisasi program PUAP dilaksanakan pada bulan Agustus 2013, materi sosialisasi disampaikan oleh H. Nana dari Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP5K) Kabupaten Bogor dan H. Ata Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibung-bulang. Saya hanya memberikan pengantar kalau dana PUAP itu bukan dana hibah tapi dana bergulir. Selama pertemuan sosialisasi berlangsung penyuluh pendamping dan pihak pegawai yang menyampaikan materi sosialisasi tidak melakukan diskusi dengan responden dan tidak memberikan kesempatan kepada responden untuk menyampaikan ide dan saran terkait program PUAP dengan alasan waktu yang singkat dan terbatas. Namun memberikan kesempatan ke pada responden untuk
43 bertanya. Responden yang bertanya selama pertemuan berlangsung adalah responden yang berstatus pengurus (ketua kelompok tani, sekertaris, bendahara dan ketua gabungan kelompok tani) sedangkan responden yang berstatus anggota tidak bertanya dan hanya menyimak materi sosialisasi. Alasan responden petani anggota tidak bertanya ada yang mengatakan malu, sudah diwakili oleh pengurus dan ada juga yang mengatakan tidak tau mau berbicara apa. Berikut kutipan pernyataan Bapak SY umur 45 tahun responden berstatus anggota di Gapoktan Benteng Makmur yang tidak bertanya karena malu dan tidak tau mau bicara apa sebagai berikut: Saya datang pada pertemuan sosialisasi program PUAP yang dilakukan sekitar bulan agustus 2013, tempatnya di Saung Gapoktan, saat pertemuan sosialisasi program PUAP berlangsung saya tidak bertanya karena malu dan tidak tau juga mau bilang apa. Arah komunikasi penyuluh pendamping yang berbentuk interaksi sebesar 6,35 persen. Artinya penyuluh pendamping melakukan komunikasi dengan responden yang berstatus pengurus sebatas tanya jawab mengenai kendalakendala yang dialami berkaitan dengan pembuatan laporan perkembangan program PUAP. Selain pertemuan sosialisasi program PUAP, penyuluh pendamping juga melakukan pertemuan dengan responden pengurus terkadang di sekertariat Gapoktan (Saung) maupun di rumah membahas mengenai laporan dan perkembangan program PUAP. Selama pertemuan berlangsung responden pengurus menanyakan ke penyuluh pendamping mengenai cara pembuatan laporan perkembangan program PUAP yang belum dimengerti dan kendala-kendala yang dialami dan penyuluh pendamping memberikan jawaban mengenai kendala-kendala yang dialami tersebut. Berdasarkan uraian penjelasan mengenai arah komunikasi penyuluh pendamping tersebut diatas, maka komunikasi penyuluh pendamping dalam program PUAP tidak berbentuk komunikasi partisipatif, karena penyampaiannya masih berbentuk vertikal atau satu arah.
Isi Pesan Penyuluh Pendamping Sebagian besar responden yaitu sebesar 71,43 persen mengatakan bahwa isi pesan atau materi yang disampaikan penyuluh pendamping mengenai program PUAP tidak dipahami. Hal ini disebabkan karena minimnya pertemuan penyuluh pendamping dengan responden. Pertemuan penyuluh pendamping dengan responden hanya pada pertemuan sosialisasi program PUAP. Selama pertemuan sosialisasi berlangsung penyuluh pendamping tidak pernah menyampaikan secara langsung ke responden materi mengenai cara mengelola bantuan modal usaha program PUAP, cara membuat Rencana Usaha Tani (RUA), cara memasarkan hasil usaha tani dan materi tentang bimbingan teknis usaha tani. Penyuluh pendamping hanya menyampaikan pengantar bahwa dana PUAP itu bukan dana hibah tapi dana bergulir. Penyampaian materi sosialisasi program disampaikan oleh pegawai perwakilan dari Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP5K) Kabupaten Bogor dan
44 perwakilan dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibung-bulang.
Frekuensi Komunikasi Penyuluh Pendamping Frekuensi komunikasi yang dilakukan penyuluh pendamping pada pelaksanaan program PUAP tergolong rendah yaitu sebesar 95,24 persen. Artinya kunjungan dan pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping dengan responden terutama responden yang berstatus anggota sangat minim. Pertemuan penyuluh dengan responden hanya dilakukan pada saat sosialisasi program. Penyuluh pendamping melakukan pertemuan hanya dengan pengurus Gapoktan. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh pendamping program PUAP 2013 di Gapoktan Tani Waluya Desa Tegal Waru yang bersangkutan mengakui bahwa kunjungan dan pertemuan yang dilakukan dengan responden hanya satu kali yaitu pada saat pertemuan sosialisasi program. Menurutnya penyuluh pendamping hanya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap laporan pembukuan program PUAP sehingga pertemuan cukup hanya dengan pengurus Gapoktan. Di samping itu Gapoktan yang didampinginya bukan Gapoktan yang masuk dalam wilayah binaannya.
Hubungan Karakteristik Individu dengan Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping Pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP yang diteliti meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi. Arah komunikasi penyuluh pendamping program PUAP apakah berbentuk satu arah, interaksi dan transaksi atau dua arah. Isi pesan adalah materi yang disampaikan penyuluh pendamping mengenai program PUAP yang mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh responden. Frekuensi komunikasi adalah seberapa sering kunjungan dan pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping dengan responden penerima program PUAP. Hasil analisis korelasi antara karakteristik individu responden dengan pola komunikasi partisipatif penyuluh pendamping dalam program PUAP dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini: Tabel 13 Hasil uji hubungan antara karkateristik individu anggota dengan pola komunikasi penyuluh pendamping. Karakteristik Individu
Arah rs -0.044 0.250* 0.087 0.110 0.311* 0.160
Umur Tingkat Pendidikan Luas lahan Status Kepemilikan Lahan Status dalam Kelompok Pengalaman Menerima Bantuan Keterangan : * = berhubungan nyata pada
taraf 0,05
Pola Komunikasi Isi Pesan Frekuensi rs rs -0.094 -0.102 -0.029 0.017 0.097 -0.097 0.161 -0.093 0.254* 0.239 -0.071 0.250*
45 Berdasarkan analisis menggunakan rank Spearman, analisis korelasi antara peubah karakteristik individu dengan indikator pola komunikasi penyuluh pendamping pada tabel 13 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil karakteristik individu anggota berhubungan nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping. Tingkat pendidikan responden berhubungan nyata dengan pola komunikasi pada aspek arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi pendidikan responden cenderung lebih aktif berkomunikasi dengan penyuluh pendamping. Begitupula sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan responden cenderung tidak aktif berkomunikasi. Tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian termasuk rendah (60,32 persen) sehingga dapat dimengerti apabila tidak aktif berkomunikasi dengan penyuluh pendamping. Status dalam kelompok berhubungan sangat nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping pada aspek arah komunikasi. Hal tersebut bermakna petani yang menjadi pengurus kelompok cenderung lebih aktif berkomunikasi dengan penyuluh pendamping dibanding dengan responden yang hanya berstatus anggota. Namun demikian tingkat keaktifan (arah) responden termasuk dalam kategori tidak aktif (94,36 persen) atau cenderung satu arah, yaitu dari penyuluh pendamping. Hal ini disebabkan karena penyuluh pendamping jarang melakukan pertemuan dengan responden anggota. Pertemuan antara responden anggota dengan penyuluh pendamping hanya sebatas pertemuan sosialisasi program PUAP. Selama pertemuan berlangsung penyuluh pendamping tidak diskusi dengan anggota tentang materi yang berkaitan dengan program PUAP. Penyuluh pendamping hanya menyampaikan materi pengantar diawal pertemuan kalau dana PUAP adalah dana bergulir dan bukan dana hibah. Responden yang berstatus anggota hanya menyimak materi pengantar yang disampaikan penyuluh pendamping tersebut. Arah komunikasi yang berbentuk interaksi antara pengurus dan penyuluh pendamping cenderung terjadi pada saat pertemuan monitoring dan evaluasi laporan perkembangan program PUAP, baik pengurus maupun penyuluh pendamping melakukan tanya jawab mengenai kendala-kendala yang dialami pengurus terutama dalam proses pembuatan pembukuan dan laporan perkembangan pengelolaan bantuan modal usaha program PUAP. Status responden dalam kelompok berhubungan nyata pada dengan pola komunikasi penyuluh pendamping pada aspek isi pesan. Artinya status responden sebagai anggota kelompok cenderung tidak memahami materi yang disampaikan penyuluh pendamping mengenai program PUAP sebaliknya pengurus (sekertaris, ketua kelompok) cenderung paham materi yang disampaikan penyuluh pendamping mengenai program PUAP. Hal ini disebabkan karena selama pertemuan sosialisasi program PUAP berlangsung penyuluh pendamping lebih banyak diam, penyampaian materi sosialisasi disampaikan oleh pegawai perwakilan dari Kantor Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) dan Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Responden yang berstatus pengurus cenderung paham isi pesan penyuluh pendamping karena penyuluh pendamping cenderung melakukan pertemuan dengan pengurus membahas materi yang berkaitan dengan program
46 PUAP. Pertemuan responden yang berstatus pengurus dengan penyuluh pendamping selain pada pertemuan sosialisasi terkadang di rumah dan sekertariat Gapoktan (Saung). Pengalaman responden menerima bantuan berhubungan nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping pada aspek frekuensi komunikasi. Hal ini bermakna responden yang memiliki pengalaman menerima bantuan cenderung sering melakukan pertemuan dengan penyuluh pendamping. Sebaliknya responden yang tidak memiliki pengalaman menerima bantuan cenderung tidak melakukan pertemuan dengan penyuluh pendamping. Responden di lokasi penelitian sebahagian besar (55,56 persen) tidak menerima bantuan terutama dari pemerintah sehingga dapat dimengerti apabila jarang melakukan pertemuan dengan penyuluh pendamping. Umur responden tidak memiliki hubungan nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping baik aspek arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Artinya antara responden yang memiliki kategori umur muda, dewasa dan tua tidak berbeda keterlibatannya dalam pola komunikasi partisipatif yang dilakukan penyuluh pendamping. Luas lahan dan status kepemilikan lahan tidak memiliki hubungan nyata dengan semua aspek pola komunikasi penyuluh pendamping yang meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi penyuluh pendamping program PUAP. Artinya keterlibatan responden sama saja yang memiliki lahan sempit, sedang dan luas serta status kepemilikan lahan baik milik sendiri maupun milik orang lain. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peubah karakteristik individu responden tidak berhubungan nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping yang meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Dengan demikian hipotesis korelasi antara karakteristik individu responden dengan pola komunikasi penyuluh pendamping ditolak.
Hubungan Kredibilitas Penyuluh Pendamping dengan Pola Komunikasi Program PUAP Kredibilitas penyuluh pendamping yang diteliti dalam penelitian ini meliputi kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban. Untuk mengetahui hubungan kredibilitas penyuluh pendamping dengan pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP yang meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi dilakukan uji korelasi yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:
47 Tabel 14 Hasil uji hubungan antara kredibilitas penyuluh pendamping dengan pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP Kredibilitas Kejujuran Keahlian Daya Tarik Keakraban
Pola Komunikasi Arah rs 0.165 0.141 0.206 0.256*
Isi Pesan rs 0.400** 0.366** 0.267* 0.238
Frekuensi rs 0.141 0.146 0.300* 0.389**
Keterangan: ** = berhubungan sangat nyata pada taraf 0,01 * = berhubungan nyata pada taraf 0,05
Berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa ada beberapa peubah kredibilitas penyuluh pendamping memiliki hubungan nyata dengan pola komunikasi penyuluh pendamping program PUAP. Kejujuran penyuluh pendamping berhubungan sangat nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi kejujuran penyuluh pendamping maka isi pesannya mudah dimengerti, sebaliknya kejujuran yang semakin rendah cenderung isi pesannya semakin tidak dipahami. Namun kejujuran penyuluh pendamping tidak berhubungan nyata dengan arah komunikasi dan frekuensi komunikasi. Sebagian besar responden menilai bahwa penyuluh pendamping jujur dalam menyampaikan program PUAP namun menggunakan arah komunikasi satu arah atau komunikasi vertikal dan frekuensi komunikasi dalam hal ini pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping juga rendah. Sebagian besar responden mengatakan bahwa pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping dengan responden sangat jarang. Penyuluh pendamping cenderung melakukan pertemuan dengan pengurus saja. Keahlian penyuluh pendamping berhubungan sangat nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keahlian penyuluh pendamping maka isi pesannya mudah dimengerti, sebaliknya keahlian yang semakin rendah cenderung isi pesannya semakin tidak dimengerti. Namun keahlian penyuluh pendamping tidak berhubungan nyata dengan arah komunikasi dan frekuensi komunikasinya. Artinya walaupun penyuluh pendamping memiliki keahlian tentang program PUAP, namun penyampaiannya menggunakan pola komunikasi satu arah atau vertikal dan frekuensi komunikasi dalam hal pertemuan dengan petani responden sangan minim. Daya tarik penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin menarik penyuluh pendamping maka isi pesannya mudah dimengerti, sebaliknya daya tarik penyuluh pendamping yang semakin rendah cenderung isi pesannya semakin tidak dipahami. Namun daya tarik penyuluh pendamping tidak berhubungan nyata dengan arah komunikasi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden menilai bahwa penyuluh pendamping susah diajak berdiskusi mengenai program PUAP. Tingkat daya tarik penyuluh pendamping di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila isi pesan tidak dipahami. Daya tarik penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan frekuensi komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin menarik penyuluh pendamping maka, frekuensi komunikasi juga tinggi, sebaliknya daya
48 tarik yang rendah cenderung frekuensi komunikasinya juga rendah. Namun daya tarik penyuluh pendamping tidak berhubungan nyata dengan arah komunikasi. Tingkat daya tarik penyuluh pendamping di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila frekuensi komunikasinya juga rendah. Keakraban penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin akrab penyuluh pendamping maka, kualitas komunikasinya juga semakin baik (transaksi), sebaliknya keakraban yang semakin rendah cenderung kualitas komunikasinya juga rendah (satu arah). Namun Keakraban penyuluh pendamping tidak berhubungan nyata dengan isi pesannya. Tingkat keakraban penyuluh pendamping di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila arah komunikasinya berbentuk satu arah. Keakraban penyuluh pendamping berhubungan sangat nyata dengan frekuensi komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin akrab penyuluh pendamping maka, frekuensi komunikasi juga tinggi, sebaliknya keakraban yang semakin rendah cenderung frekuensi komunikasinya juga rendah. Tingkat keakraban penyuluh pendamping di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti frekuensi komunikasinya juga rendah. Berdasarkan uraian penjelasan tentang hubungan kredibilitas penyuluh pendamping meliputi kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban dengan pola komunikasi penyuluh pendamping meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis kredibilitas penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan pola komunikasi secara umum dapat diterima, khususnya pada aspek isi pesan dan frekuensi komunikasi.
Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani Pola komunikasi Penyelia Mitra Tani dalam pelaksanaan program PUAP meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Arah komunikasi adalah arus informasi yang berjalan dari Penyelia Mitra Tani maupun sebaliknya mengenai program PUAP. Isi pesan adalah informasi yang disampaikan oleh Penyelia Mitra Tani yang mudah dipahami dan dimengerti oleh responden. Frekuensi komunikasi adalah intensitas kunjungan dalam bentuk pertemuan yang dilakukan Penyelia Mitra Tani dengan petani penerima program PUAP. Pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:
49 Tabel 15 Jumlah dan persentase responden mengenai pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013. Pola Komunikasi Arah
Isi Pesan
Frekuensi
Kategori Transaksi Interaksi Satu arah Di Pahami Kurang dipahami Tidak dipahami Tinggi Sedang Rendah
Jumlah (orang) 0 2 61 0 1 62 0 1 62
Persentase (%) 0,00 3,17 96,82 0,00 1,58 98,42 0,00 1,58 98,42
Arah Komunikasi Penyelia Mitra Tani Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebesar 96,82 persen mengatakan bahwa arah komunikasi Penyelia Mitra Tani dalam pelaksanaan program PUAP berbentuk satu arah. Arah komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP yang berbentuk satu arah tersebut terjadi dalam pertemuan sosialisasi program PUAP. Pertemuan sosialisasi program PUAP dilaksanakan disetiap Gapoktan penerima program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 meliputi: Gapoktan Benteng Makmur Desa Benteng, Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik, Gapoktan Tunas Jaya Desa Cibuntu dan Gapoktan Tani waluya di Desa Tegal waru. Pertemuan sosialisasi program PUAP disetiap Gapoktan dilaksanakan dengan durasi waktu kurang lebih satu jam yang dihadiri oleh petani anggota, pengurus Kelompok Tani (Poktan), Pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima program PUAP, Penyelia Mitra Tani, perwakilan dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibungbulang, Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP5K) Kabupaten Bogor dan Kepala Desa setempat. Namun tidak semua petani anggota hadir dalam pertemuan tersebut. Penyampaian materi sosialisasi dilakukan oleh pegawai perwakilan dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibung-bulang, dan Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP5K) Kabupaten Bogor sedangkan penyuluh pendamping hanya memberikan pengantar. Pada saat pertemuan sosialisasi program PUAP berlangsung Penyelia Mitra Tani tidak menyampaikan materi sosialisasi namun diperkenalkan nama dan tugasnya dalam program PUAP. Arah komunikasi Penyelia Mitra Tani yang berbentuk interaksi sebesar 3,17 persen. Artinya Penyelia Mitra Tani hanya melakukan komunikasi dengan responden yang berstatus pengurus. Penyelia Mitra Tani melakukan pertemuan dengan responden pengurus terkadang di sekertariat Gapoktan (saung), di rumah maupun melalui handphone membahas mengenai laporan dan perkembangan program PUAP. Selama pertemuan berlangsung responden pengurus menanyakan
50 ke Penyelia Mitra Tani mengenai cara pembuatan laporan perkembangan program PUAP yang tidak dimengerti dan kendala-kendala yang dialami. Sedangkan Penyelia Mitra Tani memberikan jawaban mengenai kendala-kendala yang dialami tersebut. Berdasarkan uraian penjelasan mengenai arah komunikasi Penyelia Mitra Tani tersebut di atas, maka komunikasi Penyelia Mitra Tani dalam program PUAP tidak berbentuk partisipatif, karena penyampaiannya masih berbentuk vertikal atau satu arah.
Isi Pesan Penyelia Mitra Tani Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi pesan atau materi yang disampaikan Penyelia Mitra Tani program PUAP tergolong rendah yaitu sebesar 98,42 persen. Artinya sebagian besar responden tidak memahami isi pesan atau materi tentang program PUAP yang disampaikan Penyelia Mitra Tani. Hal ini disebabkan karena Penyelia Mitra Tani tidak pernah menyampaikan secara langsung ke responden isi pesan atau materi program PUAP. Pertemuan responden terutama responden berstatus anggota dengan Penyelia Mitra Tani hanya pada pertemuan sosialisasi program PUAP. Selama pertemuan sosialisasi berlangsung Penyelia Mitra Tani tidak berbicara dan hanya diperkenalkan ke responden nama dan tugasnya dalam program PUAP. Penyelia Mitra Tani cenderung melakukan pertemuan dengan responden yang berstatus pengurus terutama pengurus Gapoktan.
Frekuensi Komunikasi Penyelia Mitra Tani Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP tergolong rendah yaitu sebesar 98,42 persen. Artinya sebagian besar responden mengatakan bahwa kunjungan dan pertemuan yang dilakukan oleh Penyelia Mitra Tani dengan responden sangat minim sehingga sebagian besar responden tidak mengenal Penyelia Mitra Tani. Penyelia Mitra Tani hanya melakukan kunjungan dan pertemuan dengan responden pada saat pertemuan sosialisasi program PUAP dan cenderung melakukan pertemuan dengan pengurus Gapoktan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyelia Mitra Tani program PUAP 2013, yang bersangkutan mengakui bahwa kunjungan dan pertemuan yang di lakukannya dengan responden terutama responden yang berstatus anggota hanya satu kali saja yaitu pada saat pertemuan sosialisasi program PUAP. Menurutnya yang bersangkutan hanya melakukan pertemuan dengan pengurus Gapoktan dalam rangka monitoring dan evaluasi laporan perkembangan program PUAP yang bersifat administrasi. Terkadang melakukan monitoring dan evaluasi dengan menelpon pengurus Gapoktan. Alasan lain, yang bersangkutan termasuk Penyelia Mitra Tani baru di program PUAP dan penugasannya sebagai Penyelia Mitra Tani program PUAP di Kecamatan Ciampea hanya menggantikan Penyelia Mitra Tani program PUAP tahun 2012.
51 Hubungan Karakteristik Individu dengan Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani Pola komunikasi Penyelia Mitra Tani yang diteliti meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Arah komunikasi Penyelia MitraTani program PUAP apakah berbentuk satu arah, interaksi atau transaksi. Isi pesan adalah materi yang disampaikan Penyelia Mitra Tani mengenai program PUAP yang mudah dipahami dan dimengerti oleh responden. Frekuensi komunikasi adalah seberapa sering kunjungan dan pertemuan yang dilakukan Penyelia Mitra Tani dengan responden dalam program PUAP. Hasil analisis korelasi antara karakteristik individu anggota dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani dalam program PUAP dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini: Tabel 16 Hasil uji hubungan antara karakteristik individu responden dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP Karakteristik Individu Umur Tingkat Pendidikan Luas lahan Status Kepemilikan Lahan Status dalam Kelompok Pengalaman Menerima Bantuan
Arah rs -0.030 0.255* 0.161 0.167 0.399* 0.202
Pola Komunikasi Isi Pesan rs -0.132 0.229 -0.055 0.117 0.238 0.142
Frekuensi rs -0.132 0.229 -0.055 0.117 0.238 0.142
Keterangan: * = berhubungan nyata pada taraf 0,05
Berdasarkan analisis menggunakan rank Spearman, analisis korelasi antara variabel karakteristik individu dengan indikator pola komunikasi Penyelia Mitra Tani pada Tabel 16, menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil karakteristik individu berhubungan nyata dengan pola komunikasi Penyeli Mitra Tani. Tingkat pendidikan responden berhubungan nyata dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani pada aspek arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi pendidikan responden cenderung lebih aktif berkomunikasi dengan Penyelia Mitra Tani. Begitupula sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan responden cenderung tidak aktif berkomunikasi. Tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian tergolong rendah (60,32 persen) sehingga dapat dimengerti apabila tidak aktif berkomunikasi dengan Penyelia Mitra Tani. Status responden dalam kelompok berhubungan nyata dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani pada arah komunikasi. Hal tersebut bermakna responden yang berstatus pengurus dalam kelompok cenderung lebih aktif berkomunikasi dengan Penyelia Mitra Tani di banding dengan responden yang hanya berstatus anggota. Namun demikian tingkat keaktifan (arah) responden termasuk dalam kategori tidak aktif (94,36 persen) atau cenderung satu arah, yaitu dari Penyelia Mitra Tani. Arah komunikasi yang berbentuk interaksi antara pengurus dan Penyelia Mitra Tani cenderung terjadi pada saat pertemuan monitoring dan evaluasi laporan perkembangan program PUAP, baik pengurus maupun Penyelia Mitra Tani melakukan tanya jawab mengenai kendala-kendala
52 yang dialami pengurus terutama dalam proses pembuatan pembukuan dan laporan perkembangan pengelolaan bantuan modal usaha program PUAP. Hasil wawancara dengan Penyelia Mitra Tani Program PUAP 2013 yang bertugas di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, yang bersangkutan mengakui bahwa pertemuan yang dilakukannya dengan responden anggota hanya pada saat sosialisasi program PUAP saja, pada saat pertemuan berlangsung yang bersangkutan tidak menyampaikan materi melainkan hanya diam saja sampai pertemuan selesai, yang bersangkutan hanya diperkenalkan statusnya sebagai Penyelia Mitra Tani program PUAP 2103 menggantikan Penyelia Mitra Tani tahun 2012 oleh Pegawai perwakilan dari Badan Ketahanan Pangan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K). Menurutnya tugasnya sebagai Penyelia Mitra Tani hanya melakukan pertemuan yang bersifat monitoring dan evaluasi laporan perkembangan program PUAP dengan pengurus Gapoktan, selain itu penempatannya sebagai Penyelia Mitra Tani program PUAP di Kecamatan Ciampea tergolong masih baru yaitu pada tahun 2013 sehingga hubungannya dengan petani responden terutama responden yang statusnya anggota belum terjalin secara akrab dan dekat. Umur responden tidak memiliki hubungan nyata dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani baik aspek arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Artinya antara responden yang memiliki kategori umur muda, dewasa dan tua tidak berbeda keterlibatannya dalam pola komunikasi partisipatif yang dilakukan Penyelia Mitra Tani. Luas lahan dan status kepemilikan lahan tidak memiliki hubungan nyata dengan semua aspek pola komunikasi Penyelia Mitra Tani yang meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Artinya kerelibatan responden sama saja yang memiliki lahan sempit, sedang dan luas serta status kepemilikan lahan baik milik sendiri maupun milik orang lain. Pengalaman responden menerima bantuan tidak memiliki hubungan nyata dengan semua aspek pola komunikasi Penyelia Mitra Tani yang meliputi arah komunikasi, isi pesan komunikasi dan frekuensi komunikasi. Artinya keterlibatan responden sama saja antara yang memiliki pengalaman menerima bantuan lain dari pemerintah dengan responden yang tidak memiliki pengalaman. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peubah karakteristik individu responden tidak berhubungan nyata dengan pola komunikasi Penyeli MitraTani meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Dengan demikian hipotesis korelasi antara karakteristik individu responden dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani ditolak.
Hubungan Kredibilitas Penyelia Mitra Tani dengan Pola Komunikasi Pada Program PUAP Kredibilitas Penyelia Mitra Tani yang diteliti dalam penelitian ini meliputi; kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban. Untuk mengetahui hubungan antara kredibilitas Penyelia Mitra Tani dengan pola komunikasi meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi dilakukan uji rank Spearman yang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini:
53 Tabel 17 Hasil uji hubungan antara kredibilitas Penyelia Mitra Tani dengan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani program PUAP Kredibilitas Kejujuran Keahlian Daya Tarik Keakraban
Pola Komunikasi Arah rs 0.454** 0.695** 1.000** 1.000**
Isi Pesan rs 0.319** 0.488** 0.701** 0.701**
Frekuensi rs 0.319** 0.488** 0.701** 0.701**
Keterangan: ** = berhubungan sangat nyata pada taraf 0,01
Berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa semua peubah kredibilitas Penyelia Mitra Tani meliputi kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban memiliki hubungan sangat nyata dengan semua peubah pola komunikasi meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi. Kejujuran Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi kejujuran maka arah komunikasinya semakin baik, dengan kata lain arah komunikasinya berbentuk transaksi, sebaliknya kejujuran yang semakin rendah cenderung arah komunikasinya berbentuk satu arah. Tingkat kejujuran Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila arah komunikasinya juga berbentuk satu arah. Kejujuran Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi kejujuran Penyelia Mitra Tani maka, isi pesannya mudah dimengerti, sebaliknya kejujuran yang semakin rendah cenderung isi pesannya tidak dimengerti. Tingkat kejujuran Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila isi pesannya juga tidak dimengerti. Kejujuran Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan frekuensi komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi kejujuran Penyelia Mitra tani maka, frekuensi komunikasinya juga semakin tinggi, sebaliknya kejujuran yang semakin rendah cenderung frekuensinya juga rendah. Tingkat kejujuran Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila frekuensi komunikasinya juga rendah. Keahlian Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keahlian Penyelia Mitra Tani maka, kualitas komunikasinya lebih baik dengan kata lain arah komunikasinya berbentuk transaksi. Sebaliknya keahlian yang semakin rendah cenderung arah komunikasinya berbentuk satu arah. Tingkat keahlian Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila arah komunikasinya berbentuk satu arah. Keahlian Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keahlian Penyelia Mitra Tani maka, isi pesan mudah dimengerti, sebaliknya keahlian yang semakin rendah cenderung isi pesannya jug tidak dimengerti. Tingkat keahlian Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila isi pesannya juga tidak dimengerti.
54 Keahlian Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan frekuensi komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keahlian Penyelia Mitra Tani maka, frekuensi komunikasinya juga semakin tinggi, sebaliknya keahlian yang semakin rendah cenderung frekuensi komunikasi juga rendah. Tingkat keahlian Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila frekuensi komunikasi juga rendah. Daya tarik Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi daya tarik Penyelia Mitra Tani maka, kualitas komunikasinya juga semakin baik dengan kata lain arah komunikasinya berbentuk transaksi. Sebaliknya daya tarik yang semakin rendah cenderung arah komunikasinya berbentuk satu arah. Tingkat daya tarik Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila arah komunikasinya juga berbentuk satu arah. Daya tarik Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi daya tarik Penyelia Mitra Tani maka, isi pesan semakin mudah dimengerti, sebaliknya daya tarik yang semakin rendah cenderung isi pesan juga tidak dimengerti. Tingkat daya tarik Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila isi pesannya juga tidak dipahami. Daya tarik Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan frekuensi komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi daya tarik Penyelia Mitra Tani maka, frekuensi komunikasinya juga tinggi, sebaliknya daya tarik yang semakin rendah cenderung frekuensi komunikasinya juga rendah. Tingkat Daya tarik Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila frekuensi komunikasinya juga rendah. Keakraban Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan arah komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keakraban Penyelia Mitra Tani maka, kualitas komunikasinya juga semakin baik dengan kata lain arah komunikasinya berbentuk transaksi. Sebaliknya keakraban yang semakin rendah cenderung arah komunikasinya juga berbentuk satu arah. Tingkat keakraban Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila arah komunikasinya juga berbentuk satu arah. Keakraban Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan isi pesan. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keakraban Penyelia Mitra Tani maka, isi pesannya semakin mudah dimengerti, sebaliknya keakraban yang rendah cenderung isi pesannya juga tidak dimengerti. Tingkat keakraban Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila isi pesan juga tidak dipahami. Keakraban Penyelia Mitra Tani berhubungan sangat nyata dengan frekuensi komunikasi. Hal tersebut bermakna terdapat kecenderungan semakin tinggi keakraban Penyelia Mitra Tani maka, frekuensi komunikasinya juga tinggi, sebaliknya keakraban yang semakin rendah cenderung frekuensi komunikasinya juga rendah. Tingkat keakraban Penyelia Mitra Tani di lokasi penelitian masuk kategori rendah, sehingga dapat dimengerti apabila frekuensi komunikasinya juga rendah. Berdasarkan uraian penjelasan tentang hubungan kredibilitas Penyelia Mitra Tani meliputi: kejujuran, keahlian, daya tarik dan keakraban dengan pola komunikasi meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi, maka
55 hopotesis kredibilitas Penyelia Mitra Tani berhubungan nyata dengan pola komunikasi diterima.
6 KEBERHASILAN PROGRAM PUAP Keberhasilan program PUAP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan penggunaan dan pemanfaatan bantuan dana bergulir yang diterima responden dalam program PUAP sesuai dengan kebutuhan yang meliputi: penglolaan modal usaha, aktivitas agribisnis, peningkatan jumlah petani, dan peningkatan pendapatan petani responden setelah menerima bantuan modal usaha program PUAP. Pengelolaan Modal Usaha Program PUAP Pengelolaan modal usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan penggunaan dan pemanfaatan bantuan dana program PUAP yang dilakukan responden di lokasi penelitian yang sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan modal usaha program PUAP dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini: Tabel 18 Jumlah dan persentase responden mengenai pengelolaan modal usaha program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 Pengelolaan Modal Usaha Program PUAP Kategori Tinggi Rendah
Jumlah (orang) 48 15
Persentase (%) 76,19 23,81
Keterangan: n= 63
Pengelolaan modal usaha program yang dilakukan responden tergolong tinggi yaitu sebesar 76,19 persen. Artinya sebagian besar responden terutama di tiga Gapoktan yaitu Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik, Gapoktan Tunas Jaya Desa Cinangka dan Gapoktan Benteng Makmur Desa Benteng mengerti dan menggunakan modal usaha program PUAP untuk mengembangkan usaha tani. Responden tahu dan paham bahwa bantuan modal usaha yang diberikan adalah dana bergulir dari pemerintah dan harus dikembalikan ke pengurus Gapoktan untuk digulirkan lagi ke petani lainnya. Responden merasa mudah mendapatkan modal usaha program PUAP karena persyaratannya hanya foto copy Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Foto dan membuat Rencana Usaha Anggota (RUA). Pembuatan Rencana Usaha Anggota (RUA) dibantu oleh pengurus Gapoktan dengan cara mengisi form yang telah disiapkan oleh pengurus Gapoktan. Menurut sebahagian besar responden Rencana Usaha Anggota (RUA) yang di buat tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka dan mudah dilaksanakan. Modal usaha yang diterima responden di lokasi penelitian mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta per responden. Menurut sebagian besar responden modal usaha tersebut di rasakan masih kurang tapi sangat membantu dan meringankan beban usaha tani serta
56 mampu mempererat hubungan kerjasama dengan anggota petani lainnya. Berikut kutipan pernyataan salah satu responden petani sayur Gapoktan Karya mandiri Ibu EJ umur 47 tahun sebagai berikut: Saya dikasih bantuan modal program PUAP sebesar 1 juta, sebenarnya masih kurang untuk usaha tani tapi Alhamdulillah cukup membantu buat nambahin modal untuk beli bibit, pupuk dan obat-obatan. Pengelolaan modal usaha program PUAP yang tergolong rendah sebesar 23,81 persen sebagaian besar berada di Gapoktan Tani Waluya di Desa Tegal Waru. Responden tau bahwa dana bantuan modal usaha program PUAP adalah dana bergulir dari pemerintah yang harus dikembalikan untuk digulirkan ke petani lainnya, namun dalam prakteknya dana tersebut tidak dikembalikan. Selain itu responden juga menggunakan bantuan modal usaha tidak merujuk pada Rencana Usaha Anggota (RUA) yang merupakan syarat untuk mendapatkan bantuan modal usaha. Begitu pula mengenai jumlah modal usaha, sebagian besar responden mengatakan bahwa modal usaha yang mereka terima tidak cukup untuk mengembangkan usaha tani mereka. Modal usaha responden terima mulai kisaran 500 ribu sampai 1 juta bahkan ada petani anggota yang hanya mendapat 100 ribu tapi menolak menerima. Berikut pernyataan salah satu responden yang juga Ketua Kelompok Tani Wanita Tani (KWT) Melati Gapoktan Tani waluya Desa Tegal Waru, Ibu YH 40 tahun sebagai berikut: Saya disuruh Pak EP (Ketua Gapoktan Tani Waluya) agar menyiapkan 10 foto copy KTP petani anggota KWT untuk mendapatkan bantual modal PUAP. Setelah saya ketemu hanya di kasih 2 juta. Saya sampaikan ke petani anggota bahwa jumlah modal usaha yang saya terima hanya 2 juta. Anggota tani tidak terima karena terlalu sedikit tidak cukup untuk modal usaha tani. Saya sebagai ketua kelompok bingung dan akhirnya dana itu saya gunakan saja membeli bibit cabe, tomat dan sayuran sisahnya saya simpan.
Aktivitas Agribisnis Program PUAP Aktivitas agribisnis program PUAP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh responden yang menggunakan bantuan modal usaha program PUAP meliputi kegiatan usaha yang menghasilkan sarana produksi, menggunakan sarana produksi dan kegiatan mengolah dan memasarkan komoditas usaha pertanian. Aktivitas agribisnis program PUAP yang dilakukan oleh responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.
57 Tabel 19 Jumlah dan persentase responden mengenai aktivitas agribisnis program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 Aktivitas Agribisnis Program PUAP Kategori Tinggi Rendah
Jumlah (orang) 49 14
Persentase (%) 77.78 22,22
Keterangan: n=63
Aktivitas agribisnis responden penerima program PUAP tergolong tinggi yaitu 77.78 persen. Artinya sebagian besar responden menggunakan modal usaha program PUAP untuk membelih benih, pupuk dan obat-obatan (saprodi) dan menggunakannya untuk usaha tani mereka. Responden juga menggunakan teknologi pertanian dan memasarkan hasil usaha tani dengan kualitas serta harga jual yang layak. Responden menggunakan teknologi pertanian untuk usaha tani misalnya, penggunaan traktor untuk penggarapan sawah, menggunakan sistem tanam legowo untuk jenis usaha tani padi. Selain itu, responden juga memasarkan hasil pertaniannya melalui pasar disekitar Desa mereka maupun pasar yang ada di pusat Kota Bogor (Pasar Induk) dan ada juga melalui pemborong (tengkulak) dengan cara transaksi langsung di lokasi usaha tani responden. Misalnya responden di Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik memasarkan hasil usaha taninya (gabah) ke Ketua Gapoktan Bapak NH yang memiliki mesin penggilingan gabah. Begitupula responden di Gapoktan Tunas Jaya Ibu SM Umur 35 Tahun terkadang menjual hasil usaha taninya (gabah) ke Ketua Kelompok Tani Darma Bakti Bapak OD Umur 63 Tahun. Begitupula hasil wawancara dengan Bapak SA (35 tahun) salah satu responden petani ubi jalar yang merupakan bekas pemborong (tengkulak) di Gapoktan Karya Mandiri desa Ciampea Udik mengatakan bahwa ubi jalar biasanya panen sekitar tiga bulan, ketika tiba waktu panen pemborong datang ke lokasi dan langsung membeli terkadang dengan sitem pembuktian, yaitu dengan cara pemborong hanya menaksir saja kalau satu lahan tersebut isinya 2 kuintal kalau pemilik cocok maka terjadi transaksi jual beli. Hasil usaha tani responden yang di pasarkan meliputi: padi, umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, kacang tanah, dan sayur-sayuran (bayam,kangkung, cesim, tomat, cabe, katuk , daun singkong). Mengenai harga dan kualitas hasil usaha tani, hasil wawancara dengan responden bahwa harga usaha tani baik padi, umbi-umbian, jagung, kacang tanah dan sayur-sayuran bersifat fluktuatif, terkadang murah dan terkadang juga mahal. Begitupula dengan kualitas hasil usaha tani terkadang bagus dan terkadang jelek. Menurut Bapak UR (45 tahun) responden petani ubi jalar di Gapoktan Benteng Makmur mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan kualitas hasil panen usaha tani ubi jalar menurun atau jelek bukan hanya di sebabkan oleh hama tetapi bisa juga faktor cuaca yang tidak menentu. Terkadang ubi di tanam pada saat musim kemarau, menjelang masa panen sekitar 2 mingguan tiba-tiba langsung ada hujan, tiba masa panen ubi menjadi jelek kulitnya ada bintik-bintik hitam (busuk) terpaksa di jual dengan harga murah akhirnya rugi. Namun sebagian besar responden mengatakan bahwa hasil usaha tani mereka layak untuk
58 di pasarkan dan harga jualnya layak pula. Berikut kutipan pernyataan salah satu responden mengenai pemasaran hasil usaha tani, Bapak EN umur 54 tahun anggota kelompok tani Mekar Jaya Desa Cinangka sebagai berikut: Selama menerima bantuan modal dari program PUAP, usaha tani sayur katuk saya sudah tiga kali panen, hasilnya Alhamdulillah bagus dan saya jual ke pemborong yang ada di Desa, harganya sekitar Rp 8000.00,- per kg.
Hubungan Pola Komunikasi Penyuluh Pendamping dengan Keberhasilan Program PUAP Analisis hubungan pola komunikasi penyuluh pendamping yang meliputi; arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi dengan keberhasilan program PUAP meliputi pengelolaan modal usaha dan aktivitas agribisnis dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini: Tabel 19 Hasil uji korelasi antara pola komunikasi penyuluh pendamping dengan keberhasilan program PUAP. Pola Komunikasi Arah Komunikasi Isi Pesan Frekuensi Komunikasi
Keberhasilan Program PUAP Pengelolaan Modal Usaha Aktivitas Agribisnis rs rs -0.007 -0.174 * 0.271 0.085 0.125 -0.060
Keterangan: * = berhubungan nyata pada taraf 0,05
Berdasarkan analisis menggunakan rank Spearman pada Tabel 19 menunjukkan bahwa isi pesan penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan pengelolaan modal usaha. Hal tersebut bermakna, terdapat kecenderungan semakin baik kemampuan responden dalam memahami isi pesan yang di sampaikan penyuluh pendamping, maka pengelolaan modal usaha program PUAP responden semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pemahaman responden mengenai isi pesan penyuluh pendamping maka semakin rendah pengelolaan modal usaha responden. Namun isi pesan penyuluh pendamping tidak memiliki hubungan yang nyata dengan aktivitas agribisnis responden. Arah komunikasi penyuluh pendamping tidak berhubungan nyata dengan pengelolaan modal usaha program PUAP dan aktivitas agribisnis begitu pula dengan frekuensi komunikasi penyuluh pendamping juga tidak berhubungan nyata dengan pengelolaan modal usaha dan aktivitas agribisnis responden. Berdasarkan uraian penjelasan tentang hubungan pola komunikasi penyuluh pendamping meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi dengan keberhasilan program PUAP meliputi pengelolaan modal usaha dan aktivitas agribisnis, maka hipotesis pola komunikasi penyuluh pendamping berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP secara umum ditolak.
59 Hubungan Pola Komunikasi Penyelia Mitra Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Analisis hubungan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani yang meliputi: arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi dengan keberhasilan program PUAP meliputi; pengelolaan modal usaha dan aktivitas agribisnis dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini: Tabel 20 Hasil uji hubungan antara pola komunikasi Penyelia Mitra Tani dengan keberhasilan program PUAP Keberhasilan Program PUAP Pola Komunikasi Pengelolaan Modal Usaha Aktivitas Agribisnis rs rs Arah Komunikasi -0.111 -0.339** Isi Pesan 0.064 -0.238 Frekuensi Komunikasi 0.064 -0.238 Keterangan: ** = berhubungan sangat nyata pada taraf 0,01
Berdasarkan analisis menggunakan rank spearman pada Tabel 20 menunjukkan bahwa arah komunikasi Penyelia Mitra Tani berhubungan nyata negatif dengan aktivitas agribisnis responden. Hal ini bermakna terdapat kecenderungan semakin baik kualitas komunikasi Penyelia Mitra Tani justru aktivitas agribisnis responden semakin rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas agribisnis responden yang tergolong rendah (22,22 persen) selain terjadi pada responden yang berstatus anggota juga terjadi pada responden berstatus pengurus. Sehingga ada kecenderungan responden yang berstatus pengurus memanfaatkan bantuan modal program PUAP diluar kegiatan agribisnis, namun arah komunikasi tidak berhubungan nyata dengan pengelolaan modal usaha. begitupula dengan isi pesan dan frekuensi komunikasi tidak berhubungan nyata dengan pengelolaan modal usaha dan aktivitas agribisnis. Berdasarkan uraian penjelasan tentang hubungan pola komunikasi Penyelia Mitra Tani meliputi arah komunikasi, isi pesan dan frekuensi komunikasi dengan keberhasilan program PUAP meliputi pengelolaan modal usaha dan aktivitas agribisnis, maka hipotesis pola komunikasi Penyelia Mitra Tani berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP secara umum ditolak.
Jumlah Petani Penerima Modal Usaha Program PUAP Mengacu pada pedoman umum pelaksanaan program PUAP 2013 disebutkan bahwa pencairan bantuan modal usaha program PUAP 2013 secara langsung ke petani anggota melalui rekening Gapoktan sebesar 100 juta rupiah. Pencairan modal usaha program di Kecamatan Ciampea tahun 2013 di lakukan dengan sistem bertahap yaitu dengan tiga tahap. Kebijakan pencairan secara bertahap tersebut di lakukan oleh tim teknis program PUAP Kabupaten Bogor tahun 2013 yang terdiri dari: Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bogor sebagai ketua, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) sebagai sekertaris, sedangkan penyuluh
60 pendamping, Penyelia Mitra Tani dan Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) sebagai anggota. Pencairan dana program PUAP di Kecamatan Ceampea tahun 2013 pada tahap pertama sebesar Rp 40 juta, dan tahap kedua serta ke tiga masing-masing Rp 30 juta dengan besaran jumlah dana yang diterima setiap petani anggota minimal Rp 500 ribu dan maksimal Rp 2 juta. Syarat untuk melakukan pencairan dana program PUAP untuk tahap ke dua dan ke tiga apabila petani anggota penerima program telah mengembalikan dana program PUAP ke pengurus Gapoktan agar dapat di gulirkan lagi pada petani lainnya minimal 60 persen dari jumlah petani yang meminjam dana program PUAP tersebut dan mendapat rekomendasi pencairan dana dari Tim Teknis Program PUAP Kabupaten Bogor. Kebijakan pencairan dana program PUAP secara bertahap tersebut dilakukan untuk mengantisipasi penyelewengan dan penyalagunaan bantuan modal usaha sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Hasil wawancara dengan Kepala Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cibungbulang mengatakan bahwa pelaksanaan program PUAP di tahun-tahun lalu terutama di Kecamatan Ciampea mengalami kegagalan karena bantuan modal usaha dicairkan secara keseluruhan ke rekening pengurus Gapoktan sebesar 100 juta, sedangkan Gapoktan penerima belum layak akhirnya terjadi penyalagunaan yang dilakukan oleh pengurus Gapoktan bekerja sama dengan Pemerintah setempat. Petani responden yang menerima bantuan modal usaha program PUAP 2013 di empat Gapoktan saat penelitian dilakukan jumlahnya bervariasi dan berada pada tahap pertama dan tahap ke dua. Berdasarkan laporan perkembangan penyaluran dana bantuan langsung mandiri (BLM) program PUAP tahun 2013, responden yang menerima bantuan modal usaha program PUAP di Kecamatan Ciampea berjumlah 233 petani anggota yang terbagi dalam empat Gapoktan. Jumlah petani responden yang menerima bantuan modal usaha program PUAP Kecamatan Ciampea tahun 2013 berdasarkan laporan Perkembangan Penyaluran Dana Bantuan langsung Mandiri (BLM) setiap Gapoktan dapat dilihat pada Tabel 21 sebagai berikut:
61 Tabel 21 Jumlah petani penerima bantuan modal usaha program PUAP di Kecamatan Ciampea tahun 2013 Gapoktan Karya Mandiri No Kelompok Tani Tahap 1 Tahap 2 1 Tani Jaya 20 orang 10 orang 2 Mekar Wangi 1 25 orang 15 orang 3 Mekar Wangi 2 6 orang 4 Karya Tani 15 orang Jumlah 60 orang 31 orang Gapoktan Tani Waluya Kelompok Tani Tahap 1 Tahap 2 1 Saluyu 2 25 orang 2 Sa’uyunan 2 15 orang 3 Sa’uyunan 1 10 4 KWT 10 Jumlah 40 orang 20 orang Gapoktan Tunas Jaya Kelompok Tani Tahap 1 Tahap 2 1 Mekar Jaya 19 orang 2 Darma Bakti 11 orang 3 Harapan Jaya 13 orang Jumlah 43 orang Gapoktan Benteng Makmur Kelompok Tani Tahap 1 Tahap 2 1 Sepakat 10 2 Cahaya Tani 10 3 Tani Asih 9 Jumlah 29 Total keseluruhan 172 orang 51 orang Sumber: Data laporan perkembangan penyaluran dana bantuan langsung mandiri program PUAP Kecamatan Ciampea tahun 2013
Petani anggota yang menerima bantuan modal usaha program PUAP di Gapoktan Karya Mandiri termasuk responden pada saat penelitian dilakukan berjumlah 91 petani yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama berjumlah 60 petani yang terdiri dari empat kelompok tani (Poktan) yaitu kelompok tani Tani Jaya, Mekar Wangi 1 dan Karya Tani. Pada Tahap kedua berjumlah 31 petani terdiri dari kelompok tani Tani Jaya, Mekar Wangi 1 dan Mekar Wangi 2. Adapun besaran jumlah dana program PUAP yang diterima responden mulai dari 500 ribu sampai 1 juta. Secara umum responden yang menerima dana program PUAP di Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik mengetahui bahwa dana program PUAP yang diterimanya adalah dana bergulir dan mengembalikan dana program PUAP tersebut ke pengurus Gapoktan. Proses pengembalian dana program PUAP tersebut dilakukan dengan cara mengangsur perminggu, perBulan dan ada juga dengan sistem panen (yarnen). Hasil wawancara dengan penyuluh pendamping program PUAP yang bertugas di Gapoktan Karya Mandiri Ibu SF umur 36 tahun membenarkan bahwa mayoritas petani anggota yang menerima dana program PUAP termasuk responden
62 melakukan proses pengembalian ke pengurus Gapoktan dengan cara mengangsur perbulan dan perminggu serta ada juga yang membayar setelah panen (yarnen). Petani anggota termasuk responden di Gapoktan Benteng Makmur yang menerima bantuan modal usaha program PUAP tahun 2013 pada saat penelitian di lakukan masih berada pada tahap pertama sebesar 40 juta dengan jumlah petani yang menerima sebanyak 30 orang tersebar di tiga kelompok tani meliputi: Kelompok Tani Sepakat, Cahaya Tani dan Tani Asih. Besaran jumlah bantuan dana yang diterima setiap responden sebesar Rp 1 juta Mengenai perguliran dana program PUAP, sebahagian besar responden mengembalikan dana program PUAP tersebut ke pengurus Gapoktan untuk digulirkan lagi namun proses pengembaliannya dilakukan dengan cara mengangsur perbulan dan ada juga setelah panen (yarnen). Berikut kutipan pernyataan Bapak EW umur 41 responden petani ubi dan jagung Kelompok Tani Cahaya Tani Gapoktan Benteng Makmur sebagai berikut: Alhamdulillah Saya dapat bantuan modal program PUAP dari Pak AZ Ketua Kelompok Tani Cahaya Tani sebesar 1 juta, Saya gunakan untuk nambahin beli pupuk dan obat-obatan. Mengenai pembayaran angsuran, saya membayar angsuran terkadang perbulan kalau lagi ada penghasilan dan terkadang setelah panen. Saya sampaikan ke ketua kelompok dan ketua kelompok mengatakan tidak apa-apa yang penting bayar dan lanjar. Hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan Benteng Makmur (sekertaris) yang juga Ketua Kelompok Tani Sepakat dan termasuk responden penelitian yang juga menerima dana program PUAP Bapak AD umur 35 tahun mengatakan bahwa pencairan dan peyaluran dana bantuan modal usaha program PUAP masih berada pada tahap pertama sebesar 40 juta. Menurutnya pembayaran angsuran modal program PUAP di Gapoktan Benteng Makmur oleh responden dilakukan disetiap Kelompok Tani. Berdasarkan laporan dari setiap Kelompok Tani, petani yang menerima bantuan modal tersebut termasuk responden telah melakukan pembayaran angsuran dana program PUAP dengan cara pembayaran perbulan namun sebahagian besar membayar dengan sistem yarnen (setelah panen) sehingga menyebabkan pergulirannya ke petani lainnya menjadi lambat. Petani anggota yang menerima dana program PUAP tahun 2013 termasuk responden di Gapoktan Tunas Jaya Desa Cinangka yang menerima bantuan modal usaha saat penelitian dilakukan berada pada tahap pertama berjumlah 43 orang yang tersebar di tiga Kelompok Tani (Poktan) yaitu Kelompok Tani Mekar Jaya, Darma Bakti dan Harapan Jaya. Sebahagian besar responden menerima dana program PUAP sebesar Rp 1 juta. Mengenai pengembalian dana program PUAP, sebahagian besar responden melakukan pembayaran angsuran dana program PUAP ke setiap ketua kelompok tani (Poktan) dengan cara mengangsur perbulan dan ada juga setelah panen (yarnen). Hasil wawancara dengan ketua Gapoktan Bapak ST, membenarkan bahwa petani anggota termasuk responden melakukan pembayaran dana program PUAP dengan cara mengangsur perbulan dan setelah panen (yarnen) melalui Ketua kelompok Tani serta diteruskan ke dirinya. Menurutnya belum bisa melakukan
63 pencairan dana bantuan pada tahap ke dua karena pembuatan laporan perkembangan pengelolaan dana tahap pertama belum selesai. Pernyataan ketua Gapoktan tersebut diatas bertolak belakang dengan hasil wawancara dengan Penyelia Mitra Tani (PMT) Bapak AD umur 26 tahun yang mengatakan bahwa untuk mengetahui bergulir atau tidak dana program PUAP disuatu Gapoktan, dapat dilihat dari administrasi Laporan Gapoktan yang meliputi: buku pinjaman dan buku kas masuk dan keluar petani anggota yang menerima dana program PUAP. Menurutnya pengurus Gapoktan Tunas Jaya di Desa Cinangka saat didatangi Penyelia Mitra Tani belum bisa menunjukkan kedua buku tersebut dengan alasan belum membuat laporannya. Petani anggota yang menerima dana program PUAP tahun 2013 dan termasuk responden di Gapoktan Tani Waluya berjumlah 60 orang yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar 40 orang berada pada kelompok tani Saluyu 2 dan Sa’uyunan 2. Sedangkan pada tahap kedua sebesar 20 petani berada pada kelompok tani Sa’uyunan 1 dan kelompok wanita tani (KWT). Besaran jumlah dana yang diterima responden mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta. Mengenai pengembalian dana, sebahagian besar responden mengetahui bahwa dana program PUAP adalah dana bergulir yang harus dikembalikan ke pengurus Gapoktan untuk digulirkan lagi ke petani lainnya, namun sebahagian besar petani termasuk responden tidak mengembalikan dana tersebut. Hasil wawancara dengan salah satu responden Bapak AN umur 55 tahun yang juga ketua Kelompok Tani Sa’uyunan 2 (dua) mengatakan bahwa, setelah pertemuan sosialisasi program PUAP sekitar bulan Agustus 2013 ketua Gapoktan Bapak EP memberikan dana program PUAP hanya 2 juta kepada dirinya untuk dibagikan kepada petani anggota yang ada di kelompok taninya sementara petani anggota yang ada di kelompok taninya sekitar 20 petani. Menurutnya dana yang diberikan tersebut sangat kurang untuk digunakan membiayai usaha tani, akhirnya dana tersebut 1 jutanya digunakan untuk membeli kambing dan 1 jutanya diberikan ke sekertaris Kelompok Tani Bapak MN umur 72 tahun yang juga digunakan untuk membeli kambing. Sedangkan mengenai perguliran dana tersebut dirinya dan Bapak MN tidak melakukan angsuran walaupun sebenarnya paham bahwa dana program PUAP adalah dana bergulir yang harus diangsur ke pengurus Gapoktan. Alasan tidak mengangsur karena menurutnya Ketua Gapoktan Bapak EP tidak jujur dan tidak adil dalam mengelola dana program PUAP. Pernyataan salah satu responden tersebut diatas dibenarkan oleh Penyelia Mitra Tani (PMT) Bapak AD umur 26 tahun yang mengatakan bahwa untuk mengetahui bergulir atau tidak dana program PUAP di suatu Gapoktan, dapat dilihat dari administrasi laporan Gapoktan yang meliputi: buku pinjaman dan buku kas masuk dan keluar petani anggota yang menerima dana program PUAP. Menurutnya pengurus Gapoktan (Ketua) Tani Waluya di Desa Tegal Waru saat didatangi Penyelia Mitra Tani tidak bisa menunjukkan buku pinjaman dan dan buku kas masuk dan keluar patani anggota yang menerima dana program PUAP tersebut. Berdasarkan uraian penjelasan mengenai jumlah petani yang menerima bantuan modal usaha program PUAP tersebut di atas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa penyaluran bantuan modal usaha program PUAP tahun 2013 yang dilakukan oleh pengurus Gapoktan ke petani anggota terutama di tiga
64 Gapoktan yaitu: Gapoktan Tunas Jaya, Tani Waluya dan Benteng Makmur belum terlaksana secara merata. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1) kurangnya pengetahuan dan kemampuan pengurus Gapoktan dalam mengelola bantuan modal usaha program PUAP dilihat dari pembuatan laporan penggunaan dana program PUAP dalam bentuk buku pinjaman dan buku khas masuk dan buku keluar petani responden yang menerima program PUAP sehingga proses pencairan dana program ke tahap selanjutnya belum bisa dilaksanakan (2) ada indikasi terdapat ketidak jujuran pengurus Gapoktan dalam mengelola bantuan modal program PUAP sehingga menyebabkan ada responden yang menerima bantuan modal program PUAP tapi tidak melakukan proses perguliran bantuan dana tersebut. Temuan penelitian tersebut di atas berbeda dengan penelitian (Situmorang et al 2010) yang menemukan bahwa penyaluran bantuan dana program PUAP tahun 2008 di Kabupaten Manokwari sebesar 100 persen mulai dari Panitia Kabupaten (Tim Teknis PUAP) ke Gapoktan, Gapoktan ke Kelompok Tani dan Kelompok Tani ke petani anggota. Penyaluran dana program PUAP dari Kelompok Tani ke petani anggota dilakukan dengan mengacu pada Rencana Usaha Anggota (RUA) yang dibuat oleh setiap petani anggota. Mengenai perguliran bantuan modal usaha program PUAP, fakta di lokasi penelitian dan didukung oleh hasil wawancara dengan Penyelia Mitra Tani menunjukkan bahwa dari keempat Gapoktan yang menerima bantuan modal program PUAP hanya responden di Gapoktan Karya Mandiri yang melakukan pembayaran angsuran dibuktikan oleh pembuatan laporan keuangan dalam bentuk buku pinjaman dan buku khas masuk dan keluar.
Pendapatan Petani Penerima Program PUAP Pendapatan petani penerima program PUAP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan petani responden setelah menerima bantuan modal usaha dari program PUAP. Secara umum bantuan modal usaha yang diterima petani anggota termasuk responden di lokasi penelitian, besarannya mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta yang meliputi Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik, Gapoktan Tunas Jaya Desa Cinangka, Gapoktan Tani Waluya Desa Tegal Waru dan Gapoktan Benteng Makmur Desa Benteng. Pendapatan petani termasuk responden penerima program PUAP di lokasi penelitian dapat dilihat dari beberapa kasus yang dialami beberapa responden di lokasi penelitian. Kasus yang pertama dialami responden atas nama Ibu EJ umur 47 tahun luas lahan sekitar 1600 meter persegi dengan status lahan milik orang lain (dipinjamkan) termasuk anggota kelompok tani Karya Tani Gapoktan Karya Mandiri Desa Ciampea Udik menerima bantuan modal program PUAP sebesar 1 juta. Jenis usaha tani yang di tanam yaitu sayuran (bayam, kangkung dan caisim). Menurutnya, bantuan modal usaha program PUAP sebesar 1 juta sebenarnya masih sangat kurang untuk usaha tani secara total (mulai dari proses menyiapkan lahan sampai masa panen). Namun modal tersebut cukup membantu menambah modal usaha taninya untuk membeli pupuk, bibit dan obat-obatan sehingga ada penghasilan tambahan setelah menerima bantuan modal program PUAP. Dulu
65 sebelum menerima program PUAP hanya bisa menggarap sekitar setengah dari luas lahan alasannya karena kekurangan modal. Kasus yang ke dua dialami responden atas nama SY umur 45 tahun anggota kelompok tani Cahaya Tani Gapoktan Benteng Makmur Desa Benteng. Menerima bantuan modal program PUAP sebesar 1 juta. Luas lahan sekitar 1500 meter persegi dengan status lahan milik orang lain (bagi hasil) dengan jenis usaha tani padi. Hasil wawancara yang bersangkutan mengatakan bahwa bantuan modal program PUAP yang diterimanya tidak cukup untuk usaha tani terutama padi namun sangat membantu untuk menambah modal usaha tani. Bantuan modal usaha program hanya cukup digunakan untuk membeli pupuk, obat-obatan yang berkaitan dengan usaha tani padi. Masa panen padi sekitar 4 bulan, selama menerima bantuan modal usaha program PUAP usaha tani padi sudah dua kali panen. Panen pertama hasilnya sekitar 8 kuintal setelah di bagi hasil dengan pemilik lahan dapat 4 kuintal dan di jual 2 kuintal. Harga per kg padi (gabah) Rp.3000. Jadi pendapatan dari panen pertama Rp. 1.200.000,Panen ke dua hasilnya sekitar 4 kuintal, ada penurunan dari panen pertama sekitar 4 kuintal. Setelah di bagi hasil dapat 2 kuintal dan tidak di pasarkan atau di jual karena hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Pendapatan dari usaha tani tidak cukup untuk biaya hidup keluarga sehari-hari, oleh karena itu yang bersangkutan juga bekerja sebagai buru tani dan buru lepas (buruh bangunan) dengan upah sekitar 50 ribu perhari. Menurutnya, sebelum mendapatkan bantuan modal program PUAP hasil panen usaha tani padi tidak pernah sampai 8 kuintal terkadang dapat 7 dan 6 kuintal serta dari dulu juga tidak pernah mendapatkan bantuan modal uasaha tani. Modal usaha tani sebelum terima program PUAP diusahakan sendiri dan terkadang meminjam ke pemilik lahan. Jadi pada intinya dengan adanya bantuan modal usaha program PUAP hanya dapat memberikan penghasilan tambahan. Kasus ketiga dialami responden atas nama Bapak EN umur 54 tahun anggota kelompok tani Mekar Jaya Desa Cinangka, menerima bantuan modal program PUAP sebesar 1 juta. Luas lahan sekitar 600 meter persegi dengan status lahan milik sendiri dengan jenis usaha tani yang di tanam yaitu sayur katuk. Hasil wawancara yang bersangkutan mengatakan bahwa sebelum terima bantuan modal program PUAP, sudah menanam sayur katuk dengan menggunakan modal milik sendiri. Modal usaha program PUAP hanya digunakan untuk membantu membeli pupuk, obat-obatan dan ongkos kuli tani. Usaha tani sayur katuk yang ditanam yang menggunakan bantuan modal program PUAP sudah tiga kali panen. Menurutnya, masa panen sayur katuk kurang lebih tiga bulan. Pada panen pertama hasilnya sekitar 3 kuintal dengan harga per kg Rp 8000.00.-. Panen ke dua mengalami penurunan yang hasilnya sekitar 2,5 kuintal dengan harga per kg Rp 8000.00,-. Panen ke tiga mengalami peningkatan hasilnya sekitar 3,5 kuintal dengan harga per kg sekitar Rp.8000.00,-. Pendapatan bersih yang diterimannya dari usaha tani sayur katuk per panen sekitar Rp 350.000,-. Mengenai pendapatan usaha tani sayur katuk sebelum menerima bantuan modal program PUAP hasil panennya hampir sama setelah terima program PUAP. Kalau dulu sebelum terima modal program PUAP hasil pendapatan bersinya per panen sekitar Rp 300.000,-. Disamping sebagai petani sayur katuk yang bersangkutan juga memiliki usaha lain membuat lemari dan sejenisnya, terkadang
66 dalam sebulan mendapatkan permintaan pembuatan lemari sebanyak tiga buah dengan total harga sekitar Rp 3.500.000,-. Jadi pada intinya bantuan modal usaha program PUAP hanya menjadi modal tambahan untuk usaha tani. Kasus keempat yang dialami responden atas nama Bapak IK umur 44 tahun anggota kelompok tani Mekar Jaya Desa Cinangka adalah petani sayur katuk. Luas lahan yang dimilikinya sekitar 340 meter persegi dengan status lahan milik sendiri menerima bantuan modal program PUAP sebesar 1 juta. Hasil wawancara yang bersangkutan mengatakan bahwa bantuan modal usaha program PUAP yang diterimanya hanya untuk membantu membeli pupuk dan obat-obatan yang berkaitan dengan usaha taninya. Menurutnya, bantuan modal usaha program PUAP yang sebesar 1 juta tidak cukup untuk usaha tani secara layak. Selama menerima modal usaha program PUAP, usaha tani sayur katuknya sudah mengalami panen sebanyak dua kali. Menurutnya masa panen sayur katuk kurang lebih tiga bulan. Pada panen pertama hasilnya sekitar 1.5 kuintal dengan harga per kg Rp 8000.00,-. Panen ke dua hasilnya sekitar 180 kg kuintal dengan harga per kg Rp 8000.00,-. Pendapatan bersih yang diterimannya dari usaha tani sayur katuk pada panen pertama sekitar Rp 175.000.00,- dan pada panen kedua sekitar Rp 210.000,-. Disamping sebagai petani sayur, yang bersangkutan juga adalah karyawan swasta dengan gaji perbulan sekitar Rp 3.600.000,Berdasarkan uraian penjelasan keempat kasus yang dialami responden tersebut di atas mengenai pendapatan responden setelah menerima bantuan modal usaha program PUAP, maka dapat dikatakan bahwa pemberian bantuan modal usaha program PUAP belum dapat meningkatkan pendapatan petani responden secara layak karena besaran jumlah bantuan modal usaha program yang diberikan masih rendah hanya sekitar Rp 1 juta dan ada kecenderungan bantuan modal tersebut belum tepat sasaran dibuktikan dengan masih ada penerima bantuan yang tergolong petani mapan dilihat dari pendapatannya per bulan dari usaha yang lain. Bantuan dana program PUAP hanya sebagai modal tambahan bukan modal awal untuk usaha tani dan hanya digunakan membeli benih pupuk, dan obat-obatan. Bantuan modal usaha program hanya memberikan penghasilan tambahan terutama bagi petani sayuran karena masa panen yang relatif cepat dibanding petani yang menanam jenis usaha tani pangan. Hal tersebut diperkuat oleh temuan (Situmorang et al 2010) bahwa pendapatan petani setelah adanya program PUAP di Kecamatan Warmare Kabupaten Manokwari terjadi pada usaha ternak dan sayuran yaitu sebesar Rp 3 juta rupiah. Begitupula dengan temuan Angriani (2012) mengatakan bahwa mayoritas anggota kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor yang menggunakan dana PUAP adalah anggota dengan jenis usaha produktif di bidang tanaman hortikultura. Jenis sayuran yang ditanam yaitu jagung, sawi, cesin, kacang panjang, kacang tanah, mentimun, cabe, tomat, terong, buncis dll. Sedangkan buah-buahan yang banyak ditanam adalah pepaya dan pisang. Dengan adanya kegiatan pinjaman bergulir program PUAP mempunyai dampak positif yaitu meningkatnya tingkat pendapatan rumah tangga petani miskin penerima manfaat program.
67
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola komunikasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola komunikasi penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani pada Program Pengembangan Usaha Agribisni Perdesaan tidak berbentuk partisipatif. Hal ini dapat dilihat dari arah komunikasi yang berbentuk satu arah, isi pesan tidak dipahami oleh responden dan frekuensi komunikasi yang rendah. 2. Semakin tinggi pendidikan responden cenderung lebih aktif berkomunikasi dengan penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Responden yang berstatus pengurus cenderung lebih aktif berkomunikasi dan memahami isi pesan penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Responden yang memiliki pengalaman menerima bantuan lain, baik dari pemerintah maupun pihak swasta cenderung lebih sering melakukan pertemuan dengan penyuluh pendamping. Semakin jujur, ahli, menarik dan akrab penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani cenderung lebih aktif berkomunikasi, isi pesannya mudah dipahami dan lebih sering malakukan pertemuan dengan responden. 3. Semakin baik kemampuan responden dalam memahami isi pesan penyuluh pendamping cenderung pengelolaan modal usaha program PUAP responden semakin baik. Semakin aktif Penyelia Mitra Tani berkomunikasi dengan responden justru aktivitas agribisnis responden semakin rendah.
Saran 1. Perlu peningkatan kemampuan komunikasi partisipatif penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani program PUAP yang lebih baik, agar keberhasilan program PUAP dapat tercapai. 2. Perlu peningkatan frekuensi komunikasi penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani yang berupa kunjungan dan pertemuan bukan hanya dengan pengurus Gapoktan tetapi dengan petani anggota penerima program PUAP agar dapat melakukan pendampingan lebih baik. 3. Perlu peningkatan evaluasi dan pengawasan penggunaan bantuan dana program PUAP terutama di tingkat pengurus Gapoktan.
68 DAFTAR PUSTAKA Aminah S. 2013. Model komunikasi partisipatif untuk keberdayaan petani kecil dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Halmahera Barat. [disertasi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anggriani TW. 2012. Analisis dampak pelaksanaan program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) studi kasus Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Belch GE, dan Belch MA. 2001. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. New York (US): McGrew Hill Companies. Berlo D K. 1960. The Procces of Communication. New York (US): Terjemahan: Hort, Rinehart and Winston. [BKP5K] Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan. 2013. Petunjuk Teknis Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP Kabupaten Bogor. Bogor (ID): BKP5K Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Penerbit Kencana Pernada Media Group. Cahyanto PG. 2007. Efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan prima tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. DeVito JA. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Edisi Kelima. Jakarta (ID): Penerbit Professional Books. Effendy UO. 2001. Ilmu Pengantar Komunikasi. Teori dan Praktek. Bandung (ID): Penerbit Remaja Rosdakarya. __________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Ernawati E. 2011. Efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Pos Daya di Desa Binaan IPB [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hamijoyo SS. 2005. Komunikasi Partipatoris. Pemikiran dan Implementasi dalam Pengembangan Masyarakat. Bandung (ID): Humaniora. Hadiyanto. 2008. Komunikasi pembangunan partisipatif: sebuah pengenalan awal. Jurnal Komunikasi Pembangunan. 06(2): 1-9. ________. 2009. Desain pendekatan komunikasi partisipatif dalam pemberdayaan peternak domba rakyat. Media Petern. 32(2):145-154. Hartati S. 2011. Keragaan komunikasi gabungan kelompok tani penerima dana program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (Kasus di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Riau) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ife J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives-Vision, Analysis and Practice. Australia (AU): Longman Pty Ltd. ____. dan Tesoriero F. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta. (ID): Pustaka Pelajar. Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
69 [Kecamatan Ciampea] Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea Tahun 2013.(ID): Bogor. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Jakarta (ID):KEMENTAN. Kerlinger FN. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Kriyantono R. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta (ID): Penerbit Kencana Prenada Media Group. Kusumadinata AA. 2012. Analisis komunikasi partisipasi pada pemberdayaan masyarakat melalui program perbaikan gizi (Studi kasus kelompok gizi masyarakat Pulokerto Kota Palembang). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP. Kabupaten Bogor 2012. Lestari SB, Mindarti S, Ratnada M, Hardi J, Sidu D, Ramija K dan Gufroni LM. 2001. Manajemen dan Komunikasi Penyuluhan. Yogyakarta (ID): Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM. Lionberger HF. dan Gwin PH. 1982. Communication Strategi A Guide for Agricultural Change Agents. Illinions (US): The Interstate Printers and Publisher, Inc.University of Missouri. Mardikanto T. 2001. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta (ID): Sebelas Maret University Press. ____________. 2010. Komunikasi Pembangunan Acuan bagi Akademisi, Praktisi dan Peminat Komunikasi Pembangunan. Surakarta (ID): UNS Press. McPhail TL. 2009. Development Communication Reframing the Role of the Media. United Kingdom (US): Blackwell Publishing Ltd. Mefalopulos P. 2003. Theory and practice of participatory communication “the case of the FAO project” communication for development in Southern Africa". World Bank. Melkote SR. 2006. Everett M. Rogers and his contributions to the field of communication and social change in developing countries. Creative Communications 1:1.doi: 10.1177/097325860500100109 Msibi F, Penzhorn C. 2010. Participatory communication for local government in south africa: a study of the kungwini local municipality. Information Development. 26(3): 225-236. Muchlis F. 2009. Analisis komunikasi partisipatif dalam program pemberdayaan masyarakat. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muchtar K, Purnaningsih N, Susanto D. 2014. Komunikasi partisipatif pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Jurnal Komunikasi Pembangunan. 12(2): 19-31. Mulyana D. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung (ID): PT. Remaja Rosda Karya. Mulyasari G. 2009. Komunikasi partisipatif warga Bengkulu Regional Development Project. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
70 Nasdian. 2003. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor (ID): Bagian Ilmu-Ilmu Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Nasution Z. 1996. Komunikasi pembangunan; Pengenalan Teori dan Penerapannya. Edisi revisi. Jakarta (ID): Raja Grafindo Perkasa. Nindatu IP. 2012. Efektivitas komunikasi pada program pengembangan usaha agribisnis perdesaa (PUAP) di Kabupaten Halmahera Barat. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyanto D. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta (ID): CV ANDI OFFSET. Rahim SA. 2004. Participatory development communication as a dialogical process. di dalam White SA, Nair KS. Participatory Communication: Working for Change and Development. New Delhi (IN): Sage Publication. hlm 117-136. Rahmani AW. 2006. Efektivitas komunikasi dalam pemberdayaan kelompok mandiri lahan kering (Kasus: program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J. 2007. Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistika. Bandung (ID: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. _________. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Rogers E.M, and Shoemaker F.F. 1971. Communication of Innovation. Second Edition. New York (US): The Free Press. Rogers E.M, and Kincaid DL. 1979. Communication Networks Toward a New Paradigm for Research. New York (US): The Free Press. Rogers E.M. 2003. Diffusion of Innovations. Fifth Edition. New York (US): The Free Press. Rinawati R. 2005. Komunikasi dan Pembangunan Partisipatif. Mediator. (02): 175-184. Saputra Y. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku komunikasi partisipatif fasilitator, kasus PNPM Mandiri di Kota Bandar Lampung. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Satriani I, Muljono P. 2011. Komunikasi partisipatif pada program pos pemberdayaan keluarga. Masyarakat Kebudayaan dan Politik. 25(2): 8795. Singarimbun M, Effendi S. 2005. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Situmorang ER, Manzilati A, Kaluge D. 2012. Modal sosial dan keberhasilan pelaksanaan program pengembangan usaha agribisnis di Kabupaten Manokwari. SEPA. 8(2 ): 104 –115. Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Pembangunan. Bogor (ID): IPB Press Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia. Soekanto S. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta (ID): Rajawali Press. Sumardjo. 1999. Transformasi model penyuluhan pertanian menuju pengembangan kemandirian petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat). [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. _______. 2007. Komunikasi dalam Perspektif Ekologi Manusia. Editor Adiwibowo, S. Ekologi Manusia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
71 Sumarto, Hetifah SJ. 2003. Inovasi, Partisipasi Dan Good Governance (ID): Jakarta Suparjan. 2003. Pengembangan Masyarakat: dari Pembangunan sampai Pemberdayaan. Yogyakarta (ID): Aditya Media. Susanti E. 2013. Komunikasi partisipatif dalam program pemberdayaan perempuan kepala keluarga. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susanty P. 2013. Komunikasi partisipatif pada pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup Green School di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian, Penjelasan tentang Konsep, Istilah, Teori dan Indikator serta Variabel. Jakarta (ID): PT. Bina Rena Pariwara. Wahyudi S. 2004. Perilaku komunikasi anggota masyarakat sekitar hutan terhadap pelestarian hutan (Kasus di Hutan Diklat Bukit Suligi Kabupaten Rokan Hulu, Riau. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Walgito B. 2007. Psikologi Kelompok. Yogyakarta (ID): Andi. White SA, Ascoft J. 2004. Participatory Communication Working for Change and Development. New Delhi (IN): Sage Publications.
72 Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian pola komunikasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Waktu Pelaksanaan (tahun/bulan) No Kegiatan 2014 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Pra penelitian √ 2 Pengumpulan data √ √ √ 3 Pengolahan data √ 4 Penulisan tesis √ √ 5 Seminar √ 6 Artikel ilmiah √ 7 Ujian tesis √
73 Lampiran 2 Jumlah Gapoktan penerima dana program PUAP di Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 Gapoktan Penerima Dana Program PUAP Kecamatan
Pr. Panjang Tenjo Cigudeg Sukajaya Jasinga Leuwiliang Nanggung Leuwisadeng Rumpin Cibungbulang Pamijahan Ciampea Tenjolaya Gn.Sindur Parung Ciseeng Rancabungur Kemang Dramaga Ciomas Tamansari Caringin Cijeruk Cigombong Ciawi Megamendung Cisarua Cibinong Sukaraja Bbk.Madang Bojonggede Tajurhalang Kelapanunggal Gn.Putri Citeureup Jonggol Sukamakmur Cileungsih Cariu Tanjungsari Jumlah
JML Desa 3 9 15 9 16 11 11 8 13 15 15 13 7 10 9 10 7 9 10 11 8 12 9 9 13 11 10 12 13 9 9 7 9 10 14 14 10 12 10 10 430
Th 2008
Th 2009
Th 2010
Th 2011
Th 2012
2 2
1 4 1
1 3 2 5 4
3 1
1 1
1 1 2 5
1 2 1 1
1
1 1 1 2
1 2 1
3 1
2 3
1 3 2 2 3
1 1 1 2 2 2 1
1 1 4 2 1
2 1 1
1
1 3 1 3 1 1 2
1 4
2 1 -
-
1 -
-
-
-
1 2
-
1
3 25
1 2 1
23
1 1 26
25
1 4 4 1 3 47
Jumlah Gapoktan 1 4 8 3 8 6 1 1 2 8 8 5 2 3 3 2 3 2 6 7 7 5 5 3 5 2 6 2 1 1 1 3 6 7 1 4 4 146
(%)
33.33 44.44 53.33 33.33 50.00 54.55 9.09 12.5 15.58 53.33 53.33 38.46 28.57 30.00 33.33 20.00 42.86 22.22 60.00 63.64 87.50 41.67 55.56 33.33 38.46 18.18 60.00 16.67 7.69 11.11 14.29 30.00 42.86 70.00 8.33 40.00 40.00 33.95
74
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Palopo Provensi Sulawesi Selatan pada tanggal 18 Maret 1986. Penulis terlahir sebagai putra keempat dari lima bersaudara dari pasangan Drs Syafruddin (almarhum) dan Siti Fatimah (almarhumah). Pendidikan menengah diselesaikan pada Madrasah Aliyah Muhammadiyah Balebo pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan Srata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Muhammadiyah Makassar. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana. Penulis melanjutkan pendidikan di Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Pendidikan pascasarjana penulis disponsori oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Program Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan seminar dan workshop. Penulis merupakan anggota aktif himpunan profesi FORKAPI (Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia).