PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN BENIH VUB PADI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH 2010
TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PADI Suparman BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH UNIT PRODUKSI BENIH SUMBER (UPBS) 2010 PENDAHULUAN Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan benih varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara lain: berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit, dan rasa nasi enak (pulen). Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS misalnya, berarti benih sumbernya adalah klas BS (Breeder
Seed/benih
penjenis/
benih
label
kuning),
sedangkan
untuk
memproduksi benih kelas SS/BP/benih label ungu boleh menggunakan benih kelas FS atau BS Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih). Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika dipelukan) sebelum benih disemai maupun
sebagai
kelengkapan
untuk proses
pengajuan
sertifikasi
benih
berikutnya. Teknik budidaya padi untuk benih sumber menggunakan pendekatan PTT, semua komponen PTT sangat dianjurkan dalam memproduksi benih sumber bermutu mulai dari pengilahan tanah, persemaian, penggunaan benih bermutu, sistem tanam , pengairan, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit dan panen.
PEMILIHAN LOKASI 1. Lokasi mudah dijangkau. 2. Lahan bera atau bekas pertanaman varietas lain yang memiliki perbedaan mencolok pada karakteristik pertumbuhannya. 3. kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain 4. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Jika tidak memungkinkan, dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu. PERSEMAIAN 1. Lokasi untuk persemaian sebaiknya bekas lahan bera atau tanaman selain padi atau dengan cara pengolahan tanah sempurna dengan diikuti pembersihan lokasi. 2. Luas persemaian adalah 4 % dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 m untuk tiap hektar pertanaman. 3. Buat bedengan dengan tinggi 5 – 10 cm, lebar 110 cm, dan panjang disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan 4. Pupuk organik secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15 g/m. 5. Sebelum di sebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian ditiriskan dan diperam selama 24 jam . 6. Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 2550 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m PENYIAPAN LAHAN Tanah diolah secara sempurna, yaitu dibajak (pertama), digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama tujuh hari, lalu dibajak kembali (kedua), digenangi selama dua hari dan dikeringkan lagi selama tujuh hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.
Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7 – 10 hari atau sesuai dengan anjuran. PENANAMAN 1. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 – 21 hari, satu bibit perlubang. 2. Tanam dengan cara jajar legowo 4:1 (20 cm x 20 cm x 10 cm) yaitu cara tanam berselang-seling 4 (empat) baris dan 1 (satu) baris kosong; 3. Jajar legowo 4:1, jarak tanam pada baris pertama dan keempat 20 cm x 20 cm; dan selang antar legowo 40 cm. 4. Setelah penanaman air dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari. 5. Penyulaman dilakukan pada tujuh hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan umur yang sama.
Җ
Җ
Җ Җ
Җ Җ
Җ
10 cm Җ Җ
Җ
Җ Җ
40 cm
Җ
Җ
Җ
Җ
Җ
Җ
20 cm
Җ
Җ Җ ҖҖ
Җ
Җ
10 cm
Җ Җ
Җ
Җ
Җ
Җ Җ ҖҖ
Җ
Җ Җ
Җ
Җ
Җ
Җ
Җ Җ
Җ
Җ Җ
Җ
Җ Җ ҖҖ Җ
Җ
Җ Җ
Җ
Җ
Gambar 1. Jarak tanam padi sistem jajar legowo 4:1
PEMUPUKAN Җ 1. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP36, dan KCl. 2. Dosis pupuk Urea dilberikan berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD) sedang SP36 150 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. 3. Pemupukan pertama (pupuk dasar) dilakukan pada umur 7 – 10 HST, Urea sebesar 100 kg/ha, SP36 75 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha.
4. Pemberian pupuk kedua (5 MST) : SP36 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha, sedangkan pupuk urea susulan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (menggunakan Bagan Warna Daun /BWD) yang diukur setiap 10 hari sekali sejak 21 HST:
Pengukuran pertama pada saat 25 – 28 HST, dilanjutkan setiap 7 – 10 hari sekali sampai fase primordial (10% tanaman berbunga).
Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehari pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun
Taruh bagian tengah daun diatas BWD dan bandingkan warnanya. Jika warna daun berada diantara 2 skala, digunakan nilai rata-ratanya. Misalnya 3,5 untuk warna antara 3 dan 4.
Sewaktu mengukur dengan BWD, jangan menghadap sinar matahari, sebab dapat mempengaruhi pengukuran warna.
Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu yang sama oleh orang yang sama.
Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis yaitu dibawah skala 4,0, maka berikan urea 100 kg /ha.
Apabila pada stadia antara keluar malai dan 10% tanaman berbunga warna daun padi pada skala 4, apabila kurang berikan 50 kg/ha. PENGAIRAN Sejak tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup
untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Ketinggian air sekitar 2 – 3 cm untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi memerlukan aerasi yang baik . Oleh karena itu, pengairan berselang atau Intermitten sangat dianjurkan. PENYIANGAN Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma dan kemungkinan tercampurnya biji gulma dalam benih yang akan dihasilkan. Penyiangan dilakukan sedikitnya dua atau tiga kali tergantung keadaan gulma. Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama
atau kedua. Ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, jika gulma sudah dikendalikan. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Pengendalian
hama
dan
penyakit
menggunakan
konsep
PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) adalah konsep pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan. Hama dan penyakit utama tanaman padi: 1. Tikus Pengendalian harus dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan menerapkan: pola tanam serempak (selisih waktu tidak lebih dari 2 minggu), gropyokan, pemasangan bubu perangkap TBS atau LTBS, sanitasi gulma, fumigasi/pengasapan belerang dan jika populasi masih tinggi dapat digunakan rodentisida sesuai anjuran. 2. Wereng
Coklat
Pengendalian
dengan
menggunakan
varietas
tahan
(Membramo, Widas, Cimelati, Cigeulis dan Ciapus), tanam jajar legowo, pergiliran varietas, takaran pupuk sesuai dengan BWD dan jika diperlukan penggunaan insektisida botani (bahan aktif Beauveria bassiana atau Metarhizium annisopliae) atau insektisida kimiawi (bahan aktif amitraz, bupofrezin, BPMC, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbolsulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur atau tiametoksan). 3. Penggerek
Batang
Pengendalian
dengan
mengatur
waktu
tanam,
penggunaan perangkap lampu, penggunaan perangkap feromon, insektisida berbahan aktif karbofuran, fipronil, bensultap, karbosulfan, dimenhipo dan amitraz. Saat panen, jerami dipotong rendah untuk mengurangi populasi larva. 4. Keong Mas Pengendalian dengan: mengeringkan sawah setelah penanaman, memasang saringan berukuran 5 mm mesh pada tempat air masuk, membuat caren di dalam dan di sekeliling petakan, memungut keong dan hancurkan , mengumpan dengan daun talas dan pepaya, memasang ajir agar keong bertelur pada ajir kemudian telurnya dimusnahkan, menggunakan
pestisida berbahan aktif niclos amida atau pestisida botani seperti lerak, deris dan saponin. 5. Penyakit tungro Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng hijau. Pengendalian dengan menanam varietas tahan tungro (Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Kalimas dan Bondoyudo), tanam serempak minimal 20 ha, tanam dengan jajar legowo, sawah jangan dikeringkan, insektisida berbahan aktif BPMC, MIPC, bufrezin, imidakloprid, karbofuran dan tiametoksam. 6. Penyakit Hawar daun Bakteri (HDB) Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan (Conde dan Angke), gunakan pupuk NPK dalam dosis yang tepat, hindari penggenangan yang terus menerus, lakukan pergiliran tanaman. ROUGING/SELEKSI Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai pada fase vegetatif sampai akhir pertumbuhan. Rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Untuk itu, pertanaman petak pembanding (check plot) dengan menggunakan benih outentik sangat disarankan. Pertanaman petak pembanding digunakan sebagai acuan dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk patokan dalam melakukan rouging :
Rouging pada stadia vegetatif awal (35-45 HST) 1. Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan 2. Tanaman/rumpun yang tipe pertunasannya awal menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 3. Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
4. Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 5. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Rouging pada stadia vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST) 1. Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan 2. Tanaman/rumpun yang tipe pertunasannya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 3. Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 4. Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 5. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Rouging pada stadia generatif awal / saat berbunga (85-95 HST) 1. Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan 2. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 3. Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 4. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 5. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda (mencolok)
Rouging pada stadia generatif akhir / masak (100-115 HST) 1. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 2. Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 3. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain 4. Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang/menguning (mencolok) 5. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah, warna gabah, dan ujung gabah (rambut/tidak berambut) berbeda.
PANEN DAN PROSESING Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila 90-95 % malai telah menguning . Benih padi ketika baru di panen masih bercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Proses panen 1. Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terlebih dahulu dan dipisahkan serta tidak digunakan sebagai benih. 2. Panen dilakukan dengan memotong bagian tengah tanaman dan dirontok dengan mesin treser. 3. Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih, dan kadar air saat panen Penjemuran 1. Pastikan lantai jemur bersih dari sisa gabah sebelumnya. 2. Gunakan lamporan /alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan. 3. Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati jangan lecet. 4. Bila penjemuran dengan sinar matahari, umumnya memerlukan waktu 4-5 jam. Penjemuran dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43 oC. Pengemasan 1. Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi 2. Pengemasan dilakukan setelah dilakukan uji laboratorium terhadap contoh benih dan dinyatakan lulus oleh BPSB. 3. Benih dapat dikemas dengan karung plastik yang dilapisi kantong plastik di dalamnya.
4. Untuk tujuan komersil, benih sebaiknya dikemas dalam kantong plastik dengan ketebalan 0,08 mm atau lebih, kemudian diberi label dan selanjutnya di kelim rapat. Penyimpanan 1. Benih disimpan dalam gudang penyimpanan yang selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak bocor, bersih, lantai terbuat dari semen/beton dan mempunyai ventilasi yang cukup dan sirkulasi udara lancar. 2. Benih disimpan dalam rak-rak benih atau ditumpuk dengan rapi (setiap varietas terpisah) dan di bagian bawah diberi balok kayu agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai. 3. Setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi : nama varietas, tanggal panen, asal petak pertanaman, jumlah benih awal penyimpanan, jumlah benih saat pemeriksaan stok terakhir dan hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal dan persentase daya kecambah).
PARAMETER PENGAMATAN Parameter yang diamati adalah : 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah anakan produktif 3. Umur berbunga (50% tanaman berbunga) 4. Umur dapat dipanen (95% tanaman menguning) 5. Jumlah gabah isi per malai 6. Jumlah gabah hampa per malai 7. Hasil gabah 8. Serangan hama dan penyakit
Cara Pengukuran : 1. Tinggi tanaman
:
Diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi, waktu pengukuran menjelang panen. Jumlah sampel 10 rumpun/petak yang ditentukan secara acak pada setiap petak.
2. Jumlah anakan
:
Dihitung
jumlah
mengeluarkan perhitungan
anakan
malai
per
bersamaan
produktif
yang
rumpun
waktu
dengan
pengukuran
tinggi tanaman, jumlah sampel 10 rumpun/petak. 3. Umur berbunga
:
Dihitung
dari
mulai
benih
disemai
sampai
tanaman keluar bunga ± 50% dalam plot. Umur tanaman dapat dipenen : Dihitung adari mulai benih disemai sampai gabah masak 80% dalam plot 4. Jumlah gabah/malai
:
Hitung jumlah gabah isi per malai dan gabah hampa per malai dari daun sampel yang diamati malai, per sampel (sama dengan rumpun yang diamati pada tinggi tanaman).
5. Hasil gabah
:
Hasil gabah kering panen per plot.
6. Pengamatan hama
:
Diamati jenis hama dan penyakit yang menyerang
dan penyakit utama
tanaman Penilaian 1. tahan 2. agak tahan 3. agak rentan 4. rentan 5. sangat rentan