KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 156/Kpts/KR.120/L/2/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP BENIH HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN, Menimbang
: a. bahwa karantina hewan memiliki tugas mencegah masuk, tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina melalui tindakan Karantina Hewan; b. bahwa Benih merupakan salah satu media pembawa yang berpotensi membawa dan menyebarkan Hama Penyakit Hewan Karantina; c.
bahwa Benih berisiko membawa Hama Penyakit Hewan Karantina yang sifatnya dapat diturunkan dan relatif mudah rusak apabila penanganannya tidak sesuai dengan standar, oleh karena itu diperlukan petunjuk teknis tindakan karantina terhadap Benih;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan terhadap Benih Hewan, dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian; Mengingat
:
1. Undang-Undang 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002); 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan JenisJenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa;
5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina; 7. Peraturan Menteri Pertanian 104/Permentan/OT.140/8/2014 Tentang Karantina Terhadap Benih Hewan;
Nomor Tindakan
MEMUTUSKAN: MENETAPKAN :
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP BENIH HEWAN.
KESATU
:
Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Benih Hewan sebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian ini.
KEDUA
:
Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU sebagai acuan bagi petugas karantina hewan dalam melakukan tindakan karantina hewan terhadap Benih Hewan.
KETIGA
:
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 februari 2015 KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Pertanian RI; 2. Para Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian; 3. Para Pejabat Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian; dan 4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian di Seluruh Indonesia.
2
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR TANGGAL
: 156/Kpts/KR.120/L/2/2015 : 10 FEBRUARI 2015
PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP BENIH HEWAN BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) sesuai dengan tugas pokok karantina yang tertuang dalam UndangUndang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan serta dilaksanakan dengan berpegang pada PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan dengan memperhatikan berbagai faktor strategis yang dapat mempengaruhinya. Benih merupakan salah satu media pembawa hama penyakit hewan karantina. Sesuai PP No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, Benih adalah bahan yang diperoleh dari hewan bibit untuk diproses lebih lanjut menjadi hewan, terdiri atas semen, embrio dan ova. Hama Penyakit Hewan Karantina yang mungkin terdapat pada Benih adalah penyakit-penyakit reproduksi dan zoonosis baik HPHK golongan I maupun golongan II. Distribusi Benih ini sangat luas dan merupakan cikal bakal hewan sehingga penjaminan kesehatan terhadap Benih merupakan hal yang mutlak. Berdasarkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), pemeriksaan pada lalulintas Benih lebih difokuskan pada pemeriksaan hewan donor. Hal ini dengan pertimbangan bahwa Benih yang diperoleh dari hewan donor, akan dikemas menjadi beberapa kemasan dan didistribusikan secara luas. Jika hewan donor tidak bebas HPHK, maka Benih yang didistribusikan tersebut akan menjadi sumber penyebaran HPHK. Pemeriksaan terhadap hewan donor ini dapat dilakukan dalam bentuk penilaian status dan situasi di negara asal (untuk pemasukan impor) atau inline inspection (untuk pengeluaran antar area). Sesuai Pasal 59 PP No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, Tindakan karantina terhadap hewan bibit, Benih dan hewan hasil penangkaran dapat diberikan kemudahan di tempat pemasukan dan atau pengeluaran, melalui penilaian status kesehatan dan situasi hama penyakit hewan karantina tempat asal, menurut tata cara karantina. Pengaturan tentang Tindakan Karantina terhadap Benih telah diatur dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 104/Permentan/OT.140/8/2014 tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran Benih Hewan. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 104/Permentan/OT.140/8/2014, perlu diatur Petunjuk Teknis (Juknis) Tindakan Karantina Terhadap Benih. Hal-hal teknis terkait dengan tindakan karantina hewan terhadap Benih perlu dirinci dalam juknis ini, mengingat 3
media pembawa berupa Benih berisiko membawa HPHK yang sifatnya dapat diturunkan dan relatif mudah rusak apabila penanganannya tidak sesuai dengan standar. Risiko ini harus diminimalisir di tempat pemasukan karena nilai ekonomi Benih yang cukup tinggi. 1.2.
Maksud dan Tujuan
Petunjuk Teknis ini disusun dengan maksud sebagai acuan bagi petugas karantina dalam melaksanakan tindakan karantina terhadap Benih dalam upaya mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia. Adapun tujuan Juknis ini adalah: Petugas dapat melaksanakan tindakan karantina secara lebih cermat, cepat dan sistematis, dengan dasar ilmiah sesuai peraturan perundang-undangan. 1.3.
Ruang Lingkup
Juknis ini mengatur tentang: - Deskripsi Benih donor dan hewan donor; -
tindakan karantina untuk pemasukan dari Luar Negeri;
-
tindakan karantina untuk pemasukan antar area;
-
tindakan karantina untuk pengeluaran antar area;
-
tindakan karantina untuk pengeluaran ke luar negeri; dan
-
prosedur teknis pemusnahan.
Jenis Benih yang diatur dalam juknis ini adalah semen, ova dan embrio.
4
BAB II DESKRIPSI BENIH DAN HEWAN DONOR
1.
Deskripsi Hewan Donor Hewan donor adalah hewan yang telah diseleksi berdasarkan garis keturunannya, status kesehatannya, kemampuan produksi dan reproduksi untuk digunakan sebagai sumber semen dan oosit. Hewan donor untuk koleksi semen adalah pejantan, sedangkan untuk koleksi ova dan embrio adalah betina. Beberapa istilah untuk hewan donor pejantan sebagai berikut: - Bull : pejantan sapi/kerbau; - Boar : pejantan babi; - Rams : pejantan kambing/domba; dan - Bucks : pejantan rusa. Beberapa istilah untuk hewan donor betina sebagai berikut: - Cow : sapi betina; - Sow : babi betina; dan - Ewe : domba betina.
2.
Deskripsi Semen Semen tersusun atas spermatozoa yang berasal dari tubulus seminiferus testis dan plasma seminalis yang berasal dari glandula asesoria pejantan. Plasma seminalis digunakan untuk mensuplai kebutuhan komponen seluler (spermatozoa). Gambar spermatozoa normal dan abnormal ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Semen dikoleksi dari pejantan yang sudah diseleksi berdasarkan standar bibit yang berlaku yaitu garis keturunannya (pedigree/silsilah), kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya (progeny). Semen yang dilalulintaskan dapat dalam bentuk semen cair dan semen beku. Semen cair biasanya diencerkan pada suhu 37oC dan proses pengenceran dilakukan dalam waktu 2-5 menit setelah koleksi semen. Semen cair dapat disimpan sampai lebih dari 7 hari pada suhu 15-18oC (untuk semen babi) atau 2-4 hari pada suhu 5oC (untuk semen sapi). Meskipun demikian, fertilitas terbaik didapatkan jika semen digunakan kurang dari 3 hari dalam masa penyimpanan. Botol semen sebaiknya digoyangkan 1-2 kali per hari selama penyimpanan untuk mencegah kepala sperma saling menempel. Semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat, bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan didalam rendaman nitrogen cair pada suhu -196C dalam kontainer kriogenik atau pada suhu -79oC pada penyimpanan dengan media dry ice.
5
Gambar 1. Struktur spermatozoa normal pada sapi
Gambar 2. Gambar spermatozoa abnormal. 3.
Deskripsi oosit Oosit merupakan sel telur yang berasal dari folikel dalam ovarium. Pematangan oosit dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang dihubungkan dengan inisiasi pembongkaran vesikel germinal dan selesainya pembelahan meiosis yang pertama, dapat diartikan pula sebagai maturasi nukleus. Proses maturasi oosit meliputi perubahan dalam sitoplasma yang memungkinkan oosit dapat terfertilisasi dan mampu menginisiasi perkembangan embrional pre-implantasi. Oosit yang matang memiliki ciri perluasan dari sel kumulus (dispersi cumulus oophorus) (Gambar 3). Sel ini memproduksi asam hyaluronik yang jika disekresikan akan menyebabkan polimerisasi matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan kenaikan celah interseluler. 6
Gambar 3. Gambar skematis oosit sapi dan sel-sel folikuler Oosit dapt diambil dari ovarium sapi betina yang disembelih di rumah pemotongan hewan dan langsung diambil dari ovarium hewan hidup dengan metode Ovum Pick Up (OPU). Ovarium diklasifikasikan menjadi ovarium aktif yaitu ovarium normal yang ada siklus folikular dan mengalami sikulus perkembangan secara normal dan inaktif yaitu ovarium dengan berbagai sebab menjadi tidak berfungsi dalam sistem reproduksi betina hewan secara normal. Setelah koleksi dan trimming ovarium, masing – masing ovarium ditimbang dan diukur. Folikel yang terlihat dihitung. Folikel dengan diameter 2-6 mm diaspirasi, kemudian material yang telah diaspirasi diletakkan dalam cawan petri dan medis koleksi oosit untuk selanjutnya dilakukan searching dan grading cumulus-oocyte-complexes (COCs). Grading COCs diklasifikasikan menjadi grade A, B, C dan D (Gambar 4). Grade A : oosit dikelilingi oleh sel – sel kumulus secara lengkap. Grade B : oosit secara parsial dikelilingi oleh sel – sel kumulus. Grade C : oosit tidak dikelilingi oleh sel kumulus dan Grade D : terjadi degenerasi oosit dan sel kumulus dengan variasi kondisi sitoplasma sesuai grade-nya.
7
Gambar 4. Foto representatif menunjukkan : A) Normal COCs (Grade A dan B); B) Abnormal COCs (Grade C dan D) 4.
Deskripsi embrio (disertai gambar) Embrio adalah hasil fertilisasi sel telur (ova) oleh spermatozoa melalui proses in vivo atau in vitro yang telah berkembang mencapai tahap morula sampai blastosis expand dalam bentuk segar maupun beku. Beberapa istilah penting terkait embrio adalah sebagai berikut: a. embrio in vivo adalah embrio yang terbentuk di dalam tubuh induk; b. embrio in vitro adalah embrio yang terbentuk di luar tubuh induk; c. embrio beku adalah embrio yang mengalamami proses pembekuan; d. blastomer adalah sel hasil pembelahan yang menyusun embrio; e. zona pellucida adalah cangkang/membran melindungi embrio dibagian luar;
ekstraseluler
yang
f. morula adalah tahap perkembangan embrio yang mulai terjadi kompaksi antar blastomer dan umumnya terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-6 setelah terjadi fertilisasi; g. blastosis adalah tahap perkembangan embrio yang mulai terbentuk rongga berisi cairan diantara blastomer, dan umumnya terjadi pada hari ke-7 atau hari ke-8 setelah terjadi fertilisasi; dan h. blastocyst expand adalah blastosis yang mencapai tahap perkembangan maksimal dan umumnya terjadi pada hari ke-8 atau hari ke-9 setelah terjadi fertilisasi. 8
Morfologi oosit normal pada sapi di berbagai tahap perkembangan ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Morfologi normal embrio sapi pada berbagai tahap perkembangan Morfologi Embrio: Bagian embrio terdiri dari zona pelusida yang mengelilingi bagian embrio, inner cell mass (ICM) serta blastomer yang merupakan tahapan perkembangan dari embrio (Gambar 6). Ukuran embrio normal memiliki diameter kira-kita 0.16 mm.
Gambar 6. Bagian embrio yang terdiri dari zona pelusida, inner cell mas (ICM) serta rongga blastocyst (Mc Geady, dkk, 2006). Dasar dalam klasifikasi embrio adalah International Embryo Transfer Society’s Guidelines for Grading Embryo yang mengevaluasi 2 kriteria, yaitu stage dan grade. Tahap perkembangan embrio ditentukan dari jumlah sel yang mengandung inner cell mass. Kode stadium yang ditetapkan pada tiap embrio : Stadium 4 – Morula, Stadium 5 – Blastocyst awal, Stadium 6 – Blastocyst, Stadium 7 – Expanded Blastocyst dan Stadium 8 – Hatching Blastocyst. Kebanyakan donor embrio dikoleksi pada hari ke 7 setelah perkawinan karena embrio berada pada stadium 4, 5, 6 dan 7 yang merupakan stadium ideal untuk dibekukan dan ditransferkan. Kriteria kedua dalam pengklasifikasian embrio adalah kualitas embrio. Kualitas didasarkan pada warna, tekstur, tingkat kohesif dari sel, 9
keberadaan sel yang tertekan, dan keberadaan cairan pada zona pellucida. Grade 1 : embrio hampir dapat dikatakan sempurna dengan sedikit atau tanpa kecacatan, Grade 2 : embrio memiliki sedikit kecacatan, namun inner cell mass masih baik, Grade 3 : embrio memiliki beberapa kecacatan dan cell mass biasanya lebih kecil daripada Grade 1 atau 2.
Gambar 7. Embrio Stadium 4, Grade 2.
Gambar 8. Embrio Stadium 5, Grade 1.
Gambar 9. Dua Stadium 7 Blastocyst, Grade 1 (satu kolaps).
Gambar 10. Stadium 8, Grade 1 (hatching blastocyst).
Cara koleksi embrio in vivo (flushing embrio) Untuk mengkoleksi embrio tanpa melalui pembedahan, kateter karet kecil dimasukkan melalui servix hewan donor, dan medium khusus dimasukan kedalam dan dikeluarkan dari uterus untuk memanen embrio, 7-8 hari setelah estrus. Prosedur koleksi ini biasanya membutuhkan waktu sampai 30 menit. Stilet yang telah disterilkan dimasukkan ke dalam lubang kateter dan dimasukkan hingga melewati servix menuju corpus Uteri. Ketika ujung kateter dalam corpus uteri, manset perlahan-lahan diisi dengan 2 ml saline normal. Kateter kemudian ditarik lembut sehingga manset berada mengarah ke serviks. Cairan saline tambahan kemudian ditambahkan ke manset untuk benar-benar menutup serviks. Konektor A-Y dengan tabung inflow dan outflow terpasang pada kateter.
10
Gambar 11. Diagram flushing embrio dan prosedur recovery Sepasang forecep yang ditempelkan pada setiap tabung untuk mengatur aliran cairan pembilasan. Cairan ini secara berurutan ditambahkan dan dikeluarkan oleh gravitasi. Uterus akhirnya diisi dengan media sampai sebesar kebuntingan usia 40 hari. Setiap cornu uterus diisi dan dikosongkan lima sampai sepuluh kali dengan 30-200 ml cairan setiap kali, sesuai dengan ukuran uterus. Embrio yang terlarut dengan cairan ditampung ke dalam gelas ukur besar. Setelah 30 menit, embrio menetap dan dapat ditempatkan di bawah mikroskop untuk dilakukan pemeriksaan kualitas embrio. 5.
Deskripsi Kemasan Kemasan terdiri dari straw, goblet dan canister a. Straw Semen Semen dapat dibekukan dalam bentuk ampul, straw, atau pellet. Straw adalah salah satu kemasan semen, straw ini terbuat dari bahan polyvynil chlorida (PVC) berbentuk pipa dengan salah satu ujungnya disumbat dengan kapas tak terserap (non absorbent cotton). Printing straw dilaksanakan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan dicetak. Straw yang akan diprinting atau dicetak diberi keterangan tentang jenis penjantan, nama penjantan, kode penjantan, batch number dan produsen semen beku tersebut. Jumlahnya tergantung dari banyaknya spermatozoa dalam ejakulat. Setelah straw diberi identitas dan diisi semen yang telah diencerkan, ujung straw yang terbuka ditekan ke atas serbuk perekat polyvinylalcohol. Setelah disumbat, straw dimasukkan dalam air yang bersuhu 21oC, disimpan dalam suhu 5oC untuk ekuilibrasi selama 12 jam dan kemudian dibekukan dalam N2 cair. Kemasan yang sekarang populer dan digunakan secara universal adalah kemasan straw 0,25 dan 0,5 ml Cassou (IMV, Prancis) dan minitub 0,25; 0,3 dan 0,5 ml (Minitub, Jerman). Di Indonesia, semen dikemas dalam dua bentuk straw, yaitu: 1) Mini straw volume 0,25 ml dengan jumlah spermatozoa minimal 25 juta; dan 2) Medium straw volume 0,50 ml dengan jumlah sel spermatozoa minimal 30 juta.
11
Pengecekan bangsa - Holstein : - Limosin : - Simental : - Brahman : - Ongole : - Angus : - Brangus : - Bali : - Madura :
pejantan dengan warna straw : Abu-abu Pink Putih tansparan Biru tua Biru muda Orange hijau tua merah hijau muda
Contoh Identifikasi Straw
Keterangan : A 002 2302 ARJUNA ONGOLE BIB Lembang
: : : : :
nomor pembuatan (batch number) nomor kode pejantan nama pejantan jenis/bangsa pejantan pabrik yang membuat
Gambar 12. Straw sesuai rumpun hewan donor. b. Straw Ova Efek pendinginan dan thawing oosit sapi dapat memberikan efek buruk pada meiotic spindle dan kromosom. Aman dan Parks (1994) dalam Gordon (2003) menunjukkan bahwa eksposure oosit pada suhu 4oC selama 10-20 menit dapat menyebabkan hilangnya spindle dengan dispersi kromosom setelah interval yang cukup panjang. Kerusakan akibat pendinginan dan kerusakan tekanan osmotik oosit dapat ditekan dengan menyediakan very high cooling dan warming rates (> 20.000oC/menit) dan mengurangi periode kontak dengan krioprotektif aditif; 184 oosit yang divitrifikasi, 25% berkembang menjadi stadium blastosit setelah fertilisasi dan kultur dalam 7 hari. 12
Beberapa penelitian menggambarkan bahwa oosit MII memiliki resistensi yang lebih baik untuk kriopreservasi daripada yang imatur (Gordon, 2003).
Gambar 13. Vitrifikasi straw konvensional. Ministraw 0.25 ml diisi dengan medium vitrifikasi 1 cm, 0.5 cm udara, 2 cm medium vitrifikasi mengandung oosit, 0.5 cm udara dan 3.5 cm media vitrifikasi menggunakan spuit Salah satu contoh dari beberapa metode yang sekarang ada dan digunakan adalah metode vitrifikasi dan thawing yang dibuat oleh Dutta sebagai berikut : dua cairan vitrifikasi disiapkan pada media yang mengandung TCM-199 dengan 10% FBS. Cairan vitrifikasi I (VS I) tersusun atas etilen glikol (EG) 7.5% + dimetil sulfoksid (DMSO) 7.5% dan cairan vitrifikasi II mengandung 15% EG + 15% DMSO + 0.6 M sukrosa. Oosit imatur dengan sel kumulus diekspos dengan VS I untuk ekuilibrasi selama lebih dari 3 menit diikuti dengan VS II selama 2530 detik pada suhu ruang (22-25oC). Oosit pada VS II segera ditempatkan pada straw 0.25 ml. Setelah penempatan oosit pada straw, straw dimasukkan dalam nitrogen cair selama 7 hari untuk kemudian dithawing pada suhu 37oC selama 30 detik. Setelah pencelupan dalam water bath, oosit secara bertahap direhidrasi dalam cairan sukrosa. Oosit disimpan dalam media yang mengandung 0.6 M sukrosa selama 1 menit. Kemudian oosit ditransfer dalam holding medium. Penilaian oosit post thawing dilakukan menggunakan mikroskop fase kontras. Oosit yang memiliki zona pellucida dan sel yang terfragmentasi dan tidak mengandung sitoplasma ditolak. Oosit post thawing yang normal akan diambil untuk IVM. Straw untuk ova pada prinsipnya sama dengan straw untuk semen. Label pada straw memuat identitas ova, sekurang-kurangnya memuat: 1) Tempat produksi dan kode bangsa; 2) Tanggal pembekuan; dan 3) Jumlah ova.
13
c. Straw Embrio Straw untuk embrio pada prinsipnya sama dengan straw untuk semen. Viabilitas embrio sapi untuk pembekuan biasanya pada tahap blastosis. Embrio dapat disimpan untuk jangka pendek ataupun jangka panjang. Penyimpanan embrio jangka pendek (1-2 hari) dilakukan pada suhu 0-10oC. Protokol proses freezing embryo menggunakan gliserol sebagai krioprotektan diawali dengan proses ekuilibrasi embrio pada media 10% gliserol selama 10-20 menit, kemudian memasukkan embrio kedalam straw 0.25 ml, disegel dan diberikan identitas (embrio dapat dimasukkan pada proses ekuilibrasi) (Gambar 14). Proses berikutnya adalah meletakkan straw pada freezer dengan suhu yang dijaga -6oC. Straw ditempatkan dalam freezer yang bersuhu -6oC dan dijaga selama 15 menit. Temperaur kemudian diturunkan 0.5oC per menit sampai suhu -32oC. Kemudian straw dicelupkan ke dalam nitrogen cair. Studi menunjukkan bahwa resiko penyakit akibat embrio beku relatif lebih tinggi daripada embrio segar. Hal ini karena zona pellucida yang utuh mampu melawan agen patogen, terkadang membran ini menjadi rusak akibat proses pembekuan embrio. Metode lain pada proses pembekuan embrio menggunakan metiode vitrifikasi embrio (ultra rapid freezing) Metode vitrifikasi, pembekuan embrio dilakukan secara cepat pada temperatur -196 derajat Celcius dengan menggunakan krioprotektan intraseluler konsentrasi tinggi sehingga dapat menghindari terbentuknya kristal es yang dapat merusak membran sel saat pembekuan. Pembekuan embrio dengan metode ini dapat dilakukan dengan lebih murah dan lebih cepat (less time dan less price), prosedur yang mudah, dan cepat namun memerlukan kemampuan ketrampilan yang cukup. Label pada straw memuat identitas embrio, sekurang-kurangnya memuat: 1) 2) 3) 4)
Tempat produksi dan kode bangsa; Tanggal pembekuan; Jumlah embrio; dan Identifikasi donor dan pejantan (service sire).
Gambar 14. Tahapan dalam vitrifikasi embrio sapi. Mini straw 0,25 ml diisi dengan mempergunakan sedotan → cairan sukrosa → udara →cairan vitrifikasi + embrio → udara → penutup panas. Straw kemudian ditempatkan dalam nitrogen cair untuk vitrifikasi 14
d. Goblet Goblet adalah suatu silinder plastik yang mempunyai dasar yang tidak tembus cairan, berukuran setengah tinggi canister biasa dan tepat mengisi canister. Sebuah goblet dapat menampung lebih dari 100 straw biasa atau 200 mini straw. Satu goblet dapat dimasukkan 15 mini goblet, yang masing-masing dapat menampung 14 straw. Bentuk goblet ditunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Goblet dan mini goblet. e. Canister Canister merupakan silinder logam tempat semen dengan alas tertutup. Canister memiliki ganggang pengait panjang berlapis plastik yang berfungsi sebagai tempat pegangan dan memungkinkan untuk identifikasi semen dan pengeluarannya melalui mulut container. Canister umumnya merupakan tempat penyimpanan ampul (0.5 ml, 1 ml dan 1.2 ml). Canister yang lebih pendek biasanya digunakan untuk penyimpanan straw. Penyimpanan straw dan pellet dapat memakai canister biasa namun terlebih dahulu straw dimasukkan dalam goblet. Caniter ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Canister dalam container. f. Kontainer Kontainer straw adalah wadah atau tempat yang diisi nitrogen cair bersuhu -196oC digunakan untuk membawa dan menyimpan straw. Straw yang telah berisi semen beku dimasukkan ke dalam goblet dan kemudian dimasukkan kedalam canister untuk penyimpanan. 15
Selanjutnya dimasukkan ke dalam kontainer yang telah diisi dengan nitrogen cair sampai leher kontainer. Nitrogen cair dengan temperatur -196oC dalam kontainer merupakan cara penyimpanan semen beku yang disarankan. Kontainer dengan dinding dobel alumunium atau stainles stell dengan vacum diantara 2 dinding membuat proses penyimpanan memberikan hasil yang memuaskan. Satu kontainer dapat memiliki kapasitas 20 liter nitrogen cair dan mampu bertahan sampai 90 hari. Kontainer ini dapat menyimpan sampai 1200 straw yang berkapasitas 0.5 ml dan dapat pula digunakan untuk menyimpan 600 ampul yang berkapasitas 0.8 ml. Kebanyakan unit ini diganti tiap 60 hari untuk menjaga batas keamanan penyimpanan (disesuaikan dengan tingkat penguapan). Kontainer baru yang akan digunakan untuk menyimpan semen beku harus dilakukan uji coba dengan cara mengisi kontainer tersebut dengan nitrogen cair secara perlahan agar tidak rusak atau retak pada bagian dalam kontainer dan didiamakan selama 1x24 jam. Kontainer layak digunakan apabila pada kontainer tersebut tidak ditemukan gumpalan es pada tutup kontainer, nitrogen cair yang ada di dalam kontainer tidak banyak berkurang dan pada bagian luar kontainer tidak basah. Sedangkan untuk kontainer lama dan dalam keadaan kering, volume nitrogen cair yang diisikan kedalam kontainer adalah 1.5 x volume kontainer. Hal ini karena setengah volume yang ditambahkan berfungsi untuk penyesuaian suhu dan penguapan. Pengisian nitrogen cair ke dalam kontainer dilakukan dengan menggunakan alat VGL (Vertical Gas Liquid). Ketika pengisian kontainer dengan VGL, batas maksimal tekanan yang digunakan adalah 15 bar. Apabila tekanan melebihi batas maksimal tersebut maka akan timbul suara yang sangat keras pada VGL yang bertujuan untuk menurunkan tekanan. Proses pengisian Nitrogen cair ini dilakukan sebanyak dua kali dalam satu minggu.
16
Gambar 17. Bagian mulut container (Gambar atas); struktur kontainer tampak luar dan tampak dalam (Gambar bawah).
17
BAB III TINDAKAN KARANTINA 3.1.
Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Dari Luar Negeri 3.1.1. Tindakan Karantina di negara asal (pre-shipment inspection/PSI) 3.1.1.1. Ketentuan tindakan karantina di negara asal/PSI Benih. Tindakan karantina di negara asal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) terhadap negara dan tempat produksi setiap jenis Benih yang melakukan pemasukan untuk pertama kali; dan (2) Benih sewaktu-waktu apabila terjadi status atau situasi HPHK negara asal.
perubahan
3.1.1.2. Tindakan karantina yang dilakukan di negara asal Tindakan karantina di negara asal adalah tindakan karantina pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut: (1) Penilaian dokumen status dan situasi HPHK negara asal, dilakukan dengan melakukan penilaian perkembangan status dan situasi HPHK negara asal melalui jurnal ilmiah, dan/atau dokumen yang diterbitkan oleh otoritas veteriner negara asal; dan (2) Penilaian kesehatan hewan donor, dilakukan sebagai berikut: a. Pemeriksaan kesesuaian data fisik dan dokumen tentang: (i) Identitas: Bangsa; Nomor identitas; Nomor ear-tag atau tato atau merek atau microchip; Nama; Tanggal hewan masuk ke pusat koleksi; Tanggal koleksi semen; dan Tanggal dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian yang dipersyaratkan dan hasil pengujian.. (ii) Catatan riwayat kesehatan; (iii) Pengujian yang dilakukan tempat koleksi semen; dan
sebelum
masuk
(iv) Pengujian yang dilakukan sebagai program yang dilakukan secara berkala. (3) Penilaian terhadap tempat dan proses koleksi, dilakukan sebagai berikut: a. bahan dan peralatan yang digunakan dan tempat penyimpanan yaitu aspek kebersihan dan sanitasi; b. verifikasi kesesuaian proses koleksi; dan c. verifikasi kesesuaian proses produksi. 18
(4) Penilaian terhadap pengemasan, dilakukan sebagai berikut: a. Straw: terbuat dari bahan PVC atau bahan lain yang dapat menjamin tidak terjadi kerusakan pada Benih;
harus disegel; dan
mempunyai tanda permanen dan mudah dilihat yang memuat identifikasi donor antara lain: nama donor, nomor batch, hari dan tanggal pembekuan dan tempat koleksi.
b. Kontainer: berisi nitrogen cair dengan suhu 196C (semen beku) atau dry ice dengan suhu sekurang-kurangnya 15C (semen cair);
dilengkapi label/keterangan yang memuat informasi: negara tujuan Indonesia; tempat dan nama produsen; tanggal pengiriman; dan jenis dan jumlah Benih.
dilengkapi segel yang kuat (terbuat dari timah atau logam)
(5) Penilaian Terhadap Penyimpanan: Pemeriksaan terhadap kondisi penyimpanan dapat menjamin Benih terhindar dari risiko HPHK maupun terjadinya kerusakan, meliputi:
kontainer disegel rapat untuk menjamin tidak terjadi kebocoran nitrogen cair yang dapat berakibat berkurangnya jumlah nitrogen cair dalam kemasan;
Benih beku harus disimpan dan terendam penuh dalam nitrogen cair suhu -196C pada kontainer kriogenik. Penyimpanan dalam kontainer tersebut menggunakan canister dan goblet sesuai jenis/tipe kontainer;
kontainer menggunakan nitrogen cair yang baru;
kontainer yang akan digunakan dalam keadaan kosong; dan
data tentang tanggal dilakukannya disinfeksi disinfektan atau bahan aktif yang digunakan.
dan
(6) Penilaian terhadap kondisi kontainer yang siap dikirim: kontainer dikemas menggunakan pallet, kotak kayu, atau matras; menggunakan tanda peringatan dalam bentuk sticker dengan kata: “jangan diletakkan terbalik”, “jangan dibanting”, dan “fragile”; dan dalam keadaan berdiri dan tidak boleh miring. (7) Penilaian dan pelaporan dilakukan sebagaimana Format 2 - 9.
19
3.1.2. Tindakan Karantina di tempat pemasukan 3.1.2.1. Pemeriksaan Penempatan Kontainer Dalam Alat Transportasi Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi penempatan dan pengemasan kontainer yaitu: a. kontainer dalam keadaan berdiri dan tidak boleh miring; b. pemeriksaan kondisi pallet, kotak kayu atau matras; dan c. tanda peringatan dalam bentuk sticker dengan kata: “jangan diletakkan terbalik”, “jangan dibanting”, dan “fragile”. 3.1.2.2. Pemeriksaan Dokumen Dokumen yang diperiksa oleh petugas karantina hewan meliputi: a. Sertifikat Sanitasi Benih dari negara asal; dan b. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Dokumen dianggap lengkap apabila semua dokumen persyaratan disertakan pada saat pemasukan. b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati tanda-tanda khusus yang menandakan keaslian dokumen. c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen karantina dianggap sah apabila: 1) diterbitkan oleh pejabat berwenang; 2) menggunakan kop surat resmi; 3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan; 4) dibubuhi cap atau stempel; 5) diberi nomor; dan 6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen. d. mengecek informasi pada sertifikat sanitasi sesuai yang dipersyaratkan, yaitu sekurang-kurangnya memuat: 1) bebas dari HPHK yang dapat ditularkan melalui Benih; 2) keterangan yang menyatakan Benih tidak mengandung atau berpotensi membawa HPHK; 3) identitas pemilik (nama dan alamat pengirim, nama dan alamat penerima); 4) pelabuhan/bandar udara asal dan tanggal muat; 5) jenis dan jumlah Benih; dan 6) pelabuhan/bandar udara tujuan. 3.1.2.3. Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen Pemeriksaan kesesuaian fisik dan dokumen dilakukan melalui identifikasi keterangan yang tercantum pada dokumen yang dipersyaratkan, dan dicocokkan/cross check dengan yang tertulis pada kontainer dan/atau kemasan/label. 20
3.1.2.4. Pemeriksaan Fisik Kontainer a. pemeriksaan fisik kontainer dilakukan terhadap antara lain: keutuhan segel kontainer (ada/tidaknya rusak/robek/tidak terbaca); ada tidaknya kebocoran, kerusakan dan perubahan kontainer secara fisik lainnya. b. pemeriksaan label pada kontainer dilakukan terhadap informasi yang memuat antara lain: 1) Negara tujuan Indonesia; 2) Tempat dan nama produsen; 3) Tanggal pengiriman; dan 4) Jenis, jumlah, dan spesifikasi Benih. 3.1.2.5. Penahanan a. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Benih tidak dilengkapi dengan sertifikat sanitasi pada saat pemasukan dilakukan penolakan pada kesempatan pertama. Petugas karantina dapat melakukan penahanan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan kemasan dan segel, ternyata utuh dan tidak rusak; dan pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi sertifikat sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan. b. pemilik atau kuasanya mengisi surat pernyataan bermaterai sesuai format 1. sebagai jaminan pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi. c. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan Benih tidak dilengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih, dilakukan tindakan penolakan. Petugas dapat melakukan penahanan apabila: pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan. d. penahanan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penahanan. 3.1.2.6. Penolakan Tindakan penolakan dilakukan apabila: a. hasil pemeriksaan sertifikat, ditemukan bahwa sertifikat sanitasi dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih tidak benar dan/atau tidak sah; b. hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam butir 3.1.2.4. kemasan kontainer dan segel tidak utuh, dilakukan tindakan penolakan; c. Penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan; 21
d. Penolakan dilakukan terhadap semua bahan reproduksi dalam dokumen yang sama; dan
biologi
e. Benih yang sudah dilakukan penolakan harus dikembalikan ke negara asal dalam waktu sekurang-kurangnya 14 hari kalender setelah diterbitkannya surat penolakan. 3.1.2.7. Pemusnahan a. tindakan pemusnahan dilakukan apabila Benih yang telah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia oleh pemilik atau kuasanya. b. tindakan pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam incenerator atau dengan cara lain sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran hewan c. pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan; d. tata cara pemusnahan sebagaimana Bab IV. 3.1.2.8. Pembebasan a. tindakan pembebasan dilakukan apabila : 1) dokumen persyaratan dinyatakan lengkap, benar dan sah; dan 2) pada pemeriksaan fisik kontainer dan segel tidak ada kerusakan dan atau kebocoran serta sesuai yang dipersyaratkan. b. tindakan pembebasan Sertifikat Pelepasan. 3.2.
dilakukan
dengan
menerbitkan
Tindakan Karantina untuk Antar Area 3.2.1. Tindakan Karantina di Tempat Produksi Daerah Asal Ketentuan dan tindakan karantina di tempat produksi daerah asal, pada prinsipnya sama dengan tindakan karantina di negara asal pada butir 3.1.1 3.2.2. Tindakan Karantina di Tempat Pengeluaran 3.2.2.1. Pemeriksaan Dokumen Dokumen yang diperiksa oleh petugas karantina hewan adalah: a. Sertifikat Sanitasi dari otoritas veteriner atau dokter hewan berwenang di daerah asal; dan b. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih. Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Dokumen dianggap lengkap apabila semua dokumen persyaratan disertakan pada saat pengeluaran. b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati keaslian dokumen. c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen dianggap sah apabila: 22
1) diterbitkan oleh pejabat berwenang; 2) menggunakan kop surat resmi; 3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan; 4) dibubuhi stempel; 5) diberi nomor; dan 6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen. d. mengecek informasi pada sertifikat sanitasi sesuai yang dipersyaratkan, yaitu sekurang-kurangnya memuat: 1) bebas dari HPHK yang dapat ditularkan melalui Benih; 2) keterangan yang menyatakan Benih tidak mengandung atau berpotensi membawa HPHK; 3) identitas pemilik (nama dan alamat pengirim, nama dan alamat penerima); 4) pelabuhan/bandar udara asal dan tanggal muat; 5) jenis dan jumlah Benih; dan 6) pelabuhan/bandar udara tujuan 3.2.2.2. Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen Pemeriksaan kesesuaian fisik dan dokumen dilakukan melalui identifikasi keterangan yang tercantum pada dokumen yang dipersyaratkan, dan dicocokkan/cross check dengan yang tertulis pada kontainer dan/atau kemasan/label. 3.2.2.3. Pemeriksaan Fisik Kontainer a. pemeriksaan fisik kontainer dilakukan terhadap antara lain: keutuhan segel kontainer (ada/tidaknya rusak/robek/tidak terbaca);
ada tidaknya kebocoran, kerusakan dan perubahan secara fisik lainnya.
b. pemeriksaan label pada kontainer dilakukan terhadap informasi yang memuat antara lain: 1) daerah tujuan; 2) tempat dan nama produsen; 3) tanggal pengiriman; dan 4) jenis, jumlah, dan spesifikasi Benih. 3.2.2.4. Penahanan a. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Benih tidak dilengkapi dengan sertifikat sanitasi pada saat pengeluaran dilakukan penolakan pada kesempatan pertama. Petugas karantina dapat melakukan penahanan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan kemasan dan segel, ternyata utuh dan tidak rusak; dan 23
pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi sertifikat sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.
b. pemilik atau kuasanya mengisi surat pernyataan bermaterai sesuai format 1 sebagai jaminan pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi. c. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan Benih tidak dilengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih, dilakukan tindakan penolakan. Petugas dapat melakukan penahanan apabila: pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan. d. penahanan dilakukan Acara Penahanan
dengan
menerbitkan
Berita
3.2.2.5. Penolakan a. tindakan penolakan dilakukan apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa: 1) hasil pemeriksaan ditemukan sertifikat sanitasi dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih tidak benar dan/atau tidak sah; 2) setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi; dan 3) hasil pemeriksaan fisik kontainer dan segel ditemukan kemasan kontainer dan segel tidak utuh dan terjadi perubahan fisik. b. penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan c. penolakan dilakukan terhadap semua Benih dalam dokumen yang sama. d. penolakan dilakukan dengan penolakan muat dan dikembalikan kepada pemilik atau kuasanya. 3.2.2.6. Pemusnahan a. tindakan pemusnahan dilakukan apabila Benih yang telah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari tempat pengeluaran oleh pemilik atau kuasanya. b. tindakan pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam incenerator atau dengan cara lain sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran hewan c. pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan; dan d. tata cara pemusnahan sebagaimana BAB IV.
24
3.2.2.7. Pembebasan a. tindakan pembebasan dilakukan apabila : 1) dokumen persyaratan lengkap, benar dan sah; dan 2) pada pemeriksaan fisik kontainer dan segel tidak ada kerusakan dan sesuai yang dipersyaratkan; b. tindakan pembebasan dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Sanitasi. 3.2.3. Tindakan Karantina di Tempat Pemasukan 3.2.3.1. Pemeriksaan Dokumen Dokumen yang diperiksa oleh petugas karantina hewan adalah: a. Serifikat Sanitasi dari tempat pengeluaran; dan b. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih. Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Dokumen dianggap lengkap apabila semua dokumen persyaratan disertakan pada saat pemasukan; b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati keaslian dokumen; dan c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen dianggap sah apabila: 1) diterbitkan oleh pejabat berwenang; 2) menggunakan kop surat resmi; 3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan; 4) dibubuhi stempel; 5) diberi nomor; dan 6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen 3.2.3.2. Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen Pemeriksaan kesesuaian fisik dan dokumen dilakukan melalui identifikasi keterangan yang tercantum pada dokumen yang dipersyaratkan, dan dicocokkan/cross check dengan yang tertulis pada kontainer dan/atau kemasan/label. 3.2.3.3. Pemeriksaan Fisik Kontainer a. pemeriksaan fisik kontainer dilakukan terhadap antara lain: keutuhan segel kontainer (ada/tidaknya rusak/robek/tidak terbaca);
ada tidaknya kebocoran, kerusakan dan perubahan secara fisik lainnya.
b. pemeriksaan label pada kontainer dilakukan terhadap informasi yang memuat antara lain: negara tujuan Indonesia; 25
tempat dan nama produsen;
tanggal pengiriman; dan
jenis, jumlah, dan spesifikasi Benih.
3.2.3.4. Penahanan a. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Benih tidak dilengkapi dengan sertifikat sanitasi pada saat pemasukan dilakukan penolakan pada kesempatan pertama. Petugas karantina dapat melakukan penahanan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan kemasan dan segel, ternyata utuh dan tidak rusak; dan
pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi sertifikat sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.
b. pemilik atau kuasanya mengisi surat pernyataan bermaterai sesuai format 1. sebagai jaminan pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi. c. apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan Benih tidak dilengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih, dilakukan tindakan penolakan. Petugas dapat melakukan penahanan apabila:
pemilik atau kuasanya menjamin dapat melengkapi surat keterangan mutu Benih dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan.
d. Penahanan dilakukan Acara Penahanan
dengan
menerbitkan
Berita
3.2.3.5. Penolakan Tindakan penolakan dilakukan apabila: a. hasil pemeriksaan sertifikat, ditemukan bahwa sertifikat sanitasi dan sertifikat Benih/sertifikat layak Benih tidak benar dan/atau tidak sah b. hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam butir 3.1.2.4. kemasan kontainer dan segel tidak utuh, dilakukan tindakan penolakan c. penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan d. penolakan dilakukan terhadap semua bahan biologi reproduksi dalam dokumen yang sama; dan e. Benih yang sudah dilakukan penolakan harus dikembalikan ke daerah asal dalam waktu sekurangkurangnya 14 hari kalender setelah diterbitkannya surat penolakan.
26
3.2.3.6. Pemusnahan a. tindakan pemusnahan dilakukan apabila Benih yang telah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari tempat pemasukan oleh pemilik atau kuasanya. b. tindakan pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam incenerator atau dengan cara lain sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran hewan c. pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan; d. tata cara pemusnahan sebagaimana Bab IV. 3.2.3.7. Pembebasan c. tindakan pembebasan dilakukan apabila : 1) dokumen persyaratan dinyatakan lengkap, benar dan sah; dan 2) pada pemeriksaan fisik kontainer dan segel tidak ada kerusakan dan atau kebocoran serta sesuai yang dipersyaratkan. b. tindakan pembebasan dilakukan dengan menerbitkan Sertifikat Pelepasan. 3.3.
Tindakan Karantina Untuk Pengeluaran Ke Luar Negeri Tindakan karantina untuk pengeluaran Ke Luar Negeri pada prinsipnya sama dengan tindakan karantina untuk pengeluaran antar area, serta mengikuti persyaratan negara tujuan.
27
BAB IV TATA CARA PEMUSNAHAN 4.1. Pemusnahan media pembawa berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan. 4.2. Benih akan dilakukan pemusnahan apabila dalam waktu yang telah ditetapkan: a. dokumen tidak dapat dilengkapi; dan/atau b. Benih yang telah dilakukan penolakan tidak dibawa keluar wilayah negara RI atau tempat pemasukan/pengeluaran; maka terhadap Benih tersebut harus segera dilakukan pemusnahan. 4.3. Dalam pelaksanaan pemusnahan agar sebelumnya selalu dibuatkan berita acara penolakan untuk memberi waktu pada pemilik melengkapi kekurangan dokumen dan atau dikembalikan ke negara/daerah asal. 4.4. Pemusnahan dilakukan dengan persiapan sebagai berikut : 4.4.1. tentukan tempat/lokasi pemusnahan. Apabila lokasi pemusnahan berada di luar tempat pemasukan dan/atau pengeluaran maka harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat (izin tempat tertulis); 4.4.2. tentukan hari dan tanggal pemusnahan; 4.4.3. melibatkan instansi terkait (Polisi, Bea cukai, Keamanan Pelabuhan atau Bandara, Pelindo, Dinas yang menangani Kesehatan Hewan setempat, Jaksa) untuk menjadi saksi dalam berita acara pemusnahan. 4.4.4. pemusnahan menggunakan incenerator dengan teknik sebagai berikut: 4.4.4.1. Benih yang akan dimusnahkan dimasukkan kedalam incenerator; 4.4.4.2. dibakar pada suhu sekurang-kurangnya 850C; dan 4.4.4.3. abu sisa pembakaran dikubur.
28
BAB VI PENUTUP Petunjuk teknis ini ditetapkan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Untuk selanjutnya petunjuk teknis ini akan ditinjau secara berkala sehingga
dapat
mengantisipasi
dinamika
pengetahuan
dan
teknologi
khususnya pencegahan masuk, tersebar, dan keluarnya HPHK dan tantangan peningkatan kesadaran masyarakat. Kepala Badan Karantina Pertanian,
29
FORMAT-1 KOP PERUSAHAAN (Apabila pemilik atau kuasanya berupa badan hukum) TANPA KOP (Apabila pemilik atau kuasanya berupa perorangan) SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN MELENGKAPI SERTIFIKAT SANITASI Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Lengkap
: ......................................................................
Tempat, Tanggal Lahir : ...................................................................... Jenis Kelamin
: ......................................................................
Alamat
: .....................................................................
Nomor Identitas
:....................................... KTP/SIM/PASPOR
Status Kepemilikan
: Pemilik/Kuasanya
*)
**)
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa: 1. Benih yang saya bawa benar-benar telah dilakukan pemeriksaan karantina oleh Petugas Karantina di tempat pengeluaran dan diterbitkan Sertifikat Sanitasi; 2. Dengan ini saya menjamin bahwa Sertifikat Sanitasi dimaksud akan saya sampaikan ke Petugas Karantina di tempat pemasukan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan; 3. Apabila dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah diterimanya surat penahanan, Sertifikat Sanitasi dimaksud tidak dapat saya sampaikan ke Petugas Karantina di tempat pemasukan, maka terhadap benih yang ditahan dilakukan penolakan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. ........................................ Yang membuat pernyataan, Materai Rp. 6.000,........................................ Nama Lengkap *) Coret yang tidak perlu, dan dilampirkan foto copy kartu identitas. **) Coret yang tidak perlu.
FORMAT-2 A. Informasi Hewan Donor No 1. 2. 3.
Bangsa (Breed)
B. Informasi terkait semen 1. Tanggal hewan donor masuk pusat koleksi 2. Tanggal koleksi untuk ekspor 3. Jumlah dosis dan volume per kemasan 4. Kode identifikasi 5. Tempat koleksi: a. Nama dan alamat pusat koleksi semen b. Nomor registrasi c. Nama dan alamat pemilik hewan donor
Tanggal Lahir
Nama
Ear Tag/Ear Mark
FORMAT-3
Ceklist Penilaian Hewan Donor dan Teaser untuk Produksi Semen Sapi, Ruminansia Kecil dan Babi No. 1.
2.
Parameter Penilaian Ya/Tidak Penilaian terhadap kesesuaian data fisik dan dokumen yang memuat tentang: a) Identitas b) Catatan riwayat kesehatan c) Pengujian yang dilakukan sebelum masuk tempat koleksi semen terhadap penyakit. Waktu pengujian Penyakit yang ditemukan ketika dilakukan pengujian Sistem pencatatan (recording) d) Pengujian yang dilakukan sebagai program yang dilakukan secara berkala terhadap penyakit. Waktu pengujian Penyakit yang dilakukan pengujian Sistem pencatatan (recording) Penilaian hewan donor sebelum masuk tempat isolasi I. SAPI/ KERBAU Bovine Tuberculosis: a. Bull sudah dilakukan uji tuberkulin untuk bovine tuberkulosis dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum pengiriman dan berasal dari kelompok yang bebas dari bovine tuberkulosis sapi; atau b. Bull telah diisolasi selama sekurang-kurangnya 90 hari sebelum masuk ke tempat koleksi, termasuk tidak kontak dengan satwa liar reservoir bovine tuberkulosis dan sudah dilakukan pengujian sekurang-kurangnya dua kali tes tuberkulin dilakukan pada interval enambulan dengan hasil negatif dengan tes tuberkulin kedua dilakukan selama 30 hari sebelum masuk ke tempat
Metode Pengujian
Ket/Dokumen sumber informasi
koleksi. Bovine Brucellosis: a. dipelihara di suatu negara atau zona bebas brucellosis sapi, atau berasal dari kelompok hewan bebas bovine brucellosis dan telah dilakukan uji serologis untuk bovine brucellosis dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum pengiriman; atau b. dipelihara dalam kelompok hewan bebas bovine brucellosis dan telah dilakukan subjected to buffered Brucella antigen dan complement fixation test (CFT) dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum pengiriman; jika ternak berasal dari kawanan selain yang disebutkan di atas II. KAMBING/DOMBA Ovine Brucellosis: a. dipelihara di suatu negara atau zona bebas brucellosis sapi, atau berasal dari kelompok hewan bebas ovine brucellosis dan telah dilakukan uji serologis untuk ovine brucellosis dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum pengiriman; atau b. dipelihara dalam kelompok hewan bebas bovine brucellosis dan telah dilakukan subjected to buffered Brucella antigen dan complement fixation test (CFT) dengan hasil negatif selama 30 hari sebelum pengiriman; jika ternak berasal dari kawanan selain yang disebutkan di atas c. Pengujian terhadap: (1) Caprine dan ovine brucellosis (2) Ovine epididymitis: (3) Contagious agalactia: (4) Peste des petits ruminants: (5) Contagious caprine pleuropneumonia.
(6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
3.
Paratuberculosis Bebas dari gejala klinis selama 2 tahun terakhir. Scrapie Maedi-visna Caprine arthritis/encephalitis . Bluetongue Tuberculosis – In the case of goats, a single or comparative tuberculin test, with negative results.
III. BABI Pengujian terhadap: a. Porcine brucellosis b. Foot and mouth disease c. Aujeszky’s disease d. Transmissible gastroenteritis e. Swine vesicular disease f. African swine fever g. Classical swine fever h. Porcine reproductive and respiratory syndrome Penilaian Hewan Donor sebelum masuk tempat koleksi I. SAPI/ KERBAU a. Bull dan hewan teaser dipelihara di fasilitas isolasi preentry sekurang-kurangnya 28 hari b. Pengujian setelah masuk fasilitas pre-entry, sekurangkurangnya 21 hari terhadap: (1) Bovine brucellosis (2) BVD (3) IBR/IPV (4) Bluetongue Atau 7 hari setelah masuk fasilitas pre-entry, terhadap: (1) Campylobacterfetus subsp. venerealis (2) Tritrichomonas foetus Dengan menunjukkan hasil negatif
II. KAMBING/DOMBA a. Pejantan dan hewan teaser dipelihara di fasilitas isolasi pre-entry sekurang-kurangnya 28 hari b. Pengujian setelah masuk fasilitas pre-entry, sekurangkurangnya 21 hari terhadap: (1) Caprine and ovine brucellosis (2) Ovine epididymitis (3) Maedi-visna and caprine arthritis/encephalitis (4) Bluetongue Dengan menunjukkan hasil negatif
4.
III. BABI a. Boar dan hewan teaser dipelihara di fasilitas isolasi preentry sekurang-kurangnya 28 hari b. Pengujian setelah masuk fasilitas pre-entry, sekurangkurangnya 21 hari terhadap: (1) Porcine brucellosis (2) Foot and mouth disease (3) Aujeszky’s disease (4) Transmissible gastroenteritis (5) Swine vesicular disease (6) African swine fever (7) Classical swine fever (8) Porcine reproductive and respiratory syndrome Dengan menunjukkan hasil negatif Program pengujian terhadap Bull dan teaser di fasilitas koleksi semen I. SAPI/ KERBAU a. Pengujian terhadap: (1) Bovine brucellosis (2) Bovine tuberculosis (3) BVD (4) Campylobacterfetus subsp. Venerealis Bulls yang baru digunakan kembali untuk koleksi
setelah berhenti dari lebih dari enam bulan harus diuji tidak lebih dari 30 hari sebelum melanjutkan produksi (5) Bluetongue (6) Tritrichomonas foetus Bulls yang baru digunakan kembali untuk koleksi setelah berhenti dari lebih dari enam bulan harus diuji tidak lebih dari 30 hari sebelum melanjutkan produksi (7) IBR/IPV Dengan menunjukkan hasil negatif II. KAMBING DOMBA Pengujian terhadap: (1) caprine and ovine brucellosis; (2) ovine epididymitis; (3) Maedi-visna and caprine arthritis/encephalitis; (4) tuberculosis (hanya untuk kambing); (5) bluetongue. Dengan menunjukkan hasil negatif III. BABI Pengujian terhadap: (1) Porcine brucellosis (2) Foot and mouth disease (3) Aujeszky’s disease (4) Transmissible gastroenteritis (5) Swine vesicular disease (6) African swine fever (7) Classical swine fever (8) Porcine reproductive and respiratory syndrome Dengan menunjukkan hasil negatif
FORMAT-4
Ceklist Penilaian Proses Koleksi Semen No. 1.
2.
Parameter Penilaian Ya/Tidak Penilaian terhadap sarana/prasarana tempat koleksi a. Status dan situasi HPHK tempat koleksi b. Laboratorium penguji: Sarana/prasarana SDM Penilaian terhadap proses koleksi a. terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat koleksi lantai tempat mounting harus bersih dan aman untuk proses mounting lantai yang berdebu sebaiknya dihindari b. terhadap kebersihan dan kesehatan teaser/ dummy bagian belakang teaser harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum dilakukan koleksi teaser harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah dilakukan koleksi langkah kebersihan dan kesehatan terhadap teaser atau dummy dilakukan setelah selesai koleksi setiap ejakulat c. terhadap kebersihan operator kolektor menggunakan baju yang bersih, terdesinfeksi dan aman untuk koleksi kolektor semen tidak kontak dengan organ reproduksi hewan lain sebelum melakukan koleksi kolektor semen harus menggunakan sarung tangan sarung tangan harus diganti setiap melakukan koleksi semen terhadap hewan yang berbeda d. terhadap kebersihan vagina buatan
Metode Pengujian
Ket/Dokumen sumber informasi
vagiana buatan harus bersih dan terdesinfektasi dengan benar setiap kali akan digunakan untuk koleksi semen vagina buatan harus dilepas, dicuci, dibilas serta dikeringkan setiap bagiannya vagina buatan harus terhindar dari segala jenis kotoran vagina buatan harus didesinfeksi dengan alkohol, ethylene oxide atau dipanaskan sebelum dirakit kembali setelah dirakit kembali vagina buatan harus disimpan di dalam lemari yang bersih serta didesinfeksi secara rutin e. terhadap kebersihan gel pelumas gel pelumas yang digunakan harus aman dari infeksi gel pelumas harus terhindar dari kotoran jika digunakan secara berurutan f. terhadap penggunaan vagina buatan jika dalam proses koleksi , ejakulasi bull dilakukan secara berurutan, maka vagina buatan harus diganti setiap satu ejakulat sebelum digunakan untuk proses koleksi berikutnya. Jika dalam proses koleksi tidak terjadi ejakulasi , vagina buatan harus dilakukan desinfeksi sebelum digunakan lagi atau disimpan. g. terhadap collecting tube/ tabung koleksi tabung koleksi harus streril dapat berupa tabung disposable atau tabung yang disterilisasi dengan oven pada suhu 180°C selama 30 menit. Tabung harus tetap tertutup untuk menghindari paparan dengan lingkungan yang buruk sebelum digunakan.
FORMAT-5
Ceklist Penilaian Proses Produksi Semen No. 1 2
Parameter Penilaian Ya/Tidak Pengujian terhadap motilitas semen Penilaian terhadap penanganan semen dan media pengencer semen Semua alat yang digunakan harus steril buffer sollusion dan basis media yang digunakan dalam pengencer harus disterilisasi sebelum ditambah dengan media lain. dengan filtrasi (0.22 µm) atau autoclave dengan suhu 121°C selam 30 menit atau dipersiapkan dengan menggunakan air yang steril sebelum ditambah dengan kuning telur atau bahan tambahan lain dan antibiotik jika komponen yang digunakan berasal dari pabrik atau komersial dan dalam bentuk selain bentuk cair , maka cairan pencair berupa air destilata atu air demineralisasi yang telah disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C selam 30 menit. Media tersebut harus disimpan dengan baik dan dalam keadaan dingin. jika menggunakan susu, telur atau protein hewan lain yang digunakan dalam pengencer semen, produk tersebut harus terbebas dari patogen atau telah disterilisasi. Susu harus dipanaskan pada suhu 92°C selama 3-5 menit, telur harus berasal dari ayam SPF jika tersedia. Jika menggunakan kuning telur, maka harus dipisahkan dengan putih telur menggunakan cara yang aseptis. Pengencer tertentu yang telah dibuat dapat disimpan dalam suhu 5°C selama maksimal 72 jam
Metode Pengujian
Ket/Dokumen sumber informasi
3
4
atau lebih lama lagi jika disimpan pada suhu -20°C . Untuk pengencer yang tidak dapat disimpan maka harus dibuat baru setiap akan digunakan Penambahan antibiotik harus disesuaikan dengan aktivitas mikroba atau setara dengan gentamicin (250 µg), tylosin (50 µg), lincomycin–spectinomycin (150/300 µg); penicillin (500 IU), streptomycin (500 µg), lincomycin-spectinomycin (150/300 µg); atau amikacin (75 µg), divekacin (25 µg) setiap ml semen Penilaian terhadap proses pengenceran semen dan pengisisan semen ke straw tabung penampung semen harus steril dan segera ditutup setelah proses koleksi. Tabung dibuka jika akan dilakukan pengenceran. setelah diencerkan dan selama didinginkan tabung harus selalu dalam keadaan tertutup Selama filling/ pengisian semen ke dalam straw alat yang digunakan harus segera digunakan setelah dibuka. alat yang digunakan berulang harus didesinfeksi dengan alkohol, etylen oxide, penguapan atau teknik desinfeksi lain yang telah disetujui. jika menggunakan sealling powder maka harus dijaga agar tidak terjadi kontaminasi. Penilaian terhadap proses penyimpanan Straw terbuat dari bahan PVC atau bahan lain yang dapat menjamin tidak terjadi kerusakan pada benih straw yang akan diekspor harus terpisah dan tidak kontak dengan material genetik lain straw harus disimpan dalam wadah yang baru dan berisi nitrogen cair yang baru
5
Penilaian terhadap proses pelabelan Straw diberi segel Straw diberi tanda permanen dan mudah dilihat yang memuat identifikasi donor antara lain: nama donor, nomor batch, hari dan tanggal pembekuan dan tempat koleksi
FORMAT-6
No. 1.
2.
3.
4. 5.
6.
Item a. Straw yang akan ditransportasikan ditempatkan pada kontainer baru berisi nitrogen cair yang baru dengan suhu 196C (untuk semen beku); atau b. semen disimpan pada temperatur sekurang-kurangnya 15C selama tidak kurang dari 45 menit (untuk semen cair) Jika bukan menggunakan kontainer baru,dicantumkan data berupa tanggal dilakukan desinfeksi dan bahan aktif yang digunakan Selama proses pengisian straw ke dalam kontainer dan pengisian nitrogen cair dalam pengawasan dokter hewan Kontainer disegel menggunakan segel yang kuat (terbuat dari timah atau logam) Kontainer dilengkapi label/keterangan yang memuat informasi: negara tujuan Indonesia; tempat dan nama produsen; tanggal pengiriman; jenis dan konsentrasi sperma Kondisi kontainer siap kirim: kontainer dikemas menggunakan pallet, kotak kayu, atau matras; menggunakan tanda peringatan dalam bentuk sticker dengan kata: “jangan diletakkan terbalik”, “jangan dibanting”, dan “fragile”; dan dalam keadaan berdiri dan tidak boleh miring
Ya
Tidak
Keterangan
FORMAT-7
No
Item
A. Dokumen Persyaratan 1. Sertifikat Kesehatan 2. Sertifikat Benih/Sertifikat Layak Benih B. Persyaratan untuk semen cair babi 1. Semen dikoleksi, diproses, dikemas dan disimpan pada pusat koleksi semen (semen collection centre) yang disetujui oleh otoritas veteriner yang berkompeten di negara asal
2.
3.
Lampirkan dokumen! Negara asal bebas dari penyakit mulut dan kuku, swine vesicular disease, african swine fever dan classical swine fever (hog cholera) paling kurang 3 tahun sebelum tanggal koleksi semen untuk ekspor sampai pengirimannya Lampirkan dokumen! Pusat koleksi semen (semen collection centre) bebas dari vesicular stomatitis, aujeszky’s disease, heartwater disease, progressive atrophic rhinitis, swine erysipelas, porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) dan teschovirus encephalomyelitis (enterovirus encephalomyelitis, Teschen disease) selama sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum tanggal koleksi semen untuk ekspor sampai pengirimannya Lampirkan dokumen!
4.
Hewan donor (boar) semen yang akan diekspor: a. Lahir dan dipelihara di negara asal dan tidak pernah dipelihara di
Ya/sesuai
Tidak/Tidak sesuai
No. Dokumen
5. 6.
7.
8. 9. 10.
negara lain b. Telah dipelihara di pusat koleksi semen selama sekurangkurangnya 6 bulan sebelum tanggal koleksi pertama untuk ekspor Tidak ada abnormalitas genetik signifikan yang dicatat di progeny hewan donor Pada...........(tanggal), 30 hari sebelum tanggal.......koleksi pertama semen untuk ekspor, telah dilakukan pengambilan sampel darah donor dan diuji ke laboratorium yang terakreditasi/diapprove oleh otoritas kompeten dengan menunjukkan hasil negatif terhadap: a. Porcine brucellosis (B. Suis), menggunakan buffered brucella antigen test (BBAT) atau competitive enzyme-linked immunosorbent assay (cELISA); b. Transmissible gastroenteritis (TGE), menggunakan differential ELISA; c. Porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS). Lampirkan dokumen hasil uji! Hewan donor telah diberi perlakuan terhadap leptospirosis dalam 30 hari sebelum hari pertama koleksi semen untuk ekspor, yaitu injeksi.......(tipe treatment) pada dosis efektif untuk leptospirosis. (tanggal treatment............) Lampirkan dokumen! Hewan donor tidak kawin (mating) sejak hasil negatif terakhir uji poin 6 atau perlakuan pada poin 7 Selama koleksi semen, hewan donor dalam kondisi sehat dan bebas dari gejala klinis penyakit infeksius atau kontagius Semen yang akan diekspor telah diberi antibiotik, khususnya untuk leptospira dan mycoplasma, untuk memproduksi efek dilusi akhir setidaknya setara dengan: Tidak kurang dari: a. 500 µg streptomycin per ml; b. 500 IU penicillin per ml;
11. 12.
c. 150 µg lincomycin per ml; d. 300 µg spectinomycin per ml Segera setelah penambahan antibiotik, semen disimpan pada temperatur sekurang-kurangnya 15C selama tidak kurang dari 45 menit. Semen yang akan diekspor telah disegel dibawah pengawasan dokter hewan sebelum dikirim dan dikemas sesuai standar IATA No segel:....................
FORMAT-8
PERNYATAAN HASIL PEMERIKSAAN DI NEGARA ASAL
Negara Asal
:……………………………………………………….
Nama dan Alamat pengirim
:………………………………………………………
Pelabuhan Pengeluaran
:………………………………………………………
Tanggal pemuatan
:………………………………………………………..
Daerah Tujuan
:………………………………………………………..
Pelabuhan Pemasukan
:……………………………………………………….
Jumlah benih
: ………(semen), ……….(embrio),.......(ova)
Setelah dilakukan tindakan karantina pemeriksaan selama………….hari disampaikan bahwa benih tersebut koleksi/proses
telah dilakukan pemeriksaan terhadap (hewan donor/proses
produksi/proses
pengemasan
untuk
pemuatan
ke
alat
angkut/pengiriman*). Oleh karena itu dinyatakan benih telah/tidak memenuhi persyaratan teknis*) aman/tidak aman*) dan layak/tidak layak*) untuk diberangkatkan ke Indonesia.
Negara, tanggal, bulan, tahun Dokter hewan pelaksana pengawasan tindakan karantina
(Drh…………………..)
*) coret yang tidak perlu
1
FORMAT-9
Format Laporan pelaksanaan tindakan karantina Negara asal (PSI) Uraian item
Keterangan
Spesifikasi Huruf - Judul laporan
Arial, huruf besar semua, tebal, 16
- BAB
Arial, huruf besar semua, tebal, 12
- Sub Bab
Arial, huruf kapital pada awal kata, tebal, 12
- Isi batang tubuh
Arial, huruf besar awal kalimat, 12
Spesifikasi Kertas - Ukuran
A4
- Jenis
HVS, 80 gram
- Sampul depan
Plastic putih, ukuran A4
- Sampul belakang
Kertas buffalo, ukuran A4
Sistematika laporan
Halaman Judul Daftar isi Pendahuluan -
Status dan situasi penyakit Negara asal
-
Status dan situasi penyakit di tempat pengeluaran
Pelaksanaan pengawasan tindakan karantina -
Tempat dan waktu
-
Sumber daya manusia pelaksanan tindakan karantina hewan di Negara asal
-
Pemeriksaan
Sarana dan Prasarana Tindakan Karantina Hewan di Negara Asal Persiapan pengangkutan Rekomendasi Hasil Penutup Nama dan Tandatangan pelaksana tugas pengawasan Lampiran-Lampiran -
Surat Penugasan
-
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium
1