1
2
PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN Tata cara ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan tahap demi tahap oleh tim lapangan dalam rangka pemantauan dan pengamatan terhadap kriteria kualitas udara perkotaan dari sumber bergerak di jalan raya. Penyusunan tata cara ini bertujuan agar diperoleh keseragaman, kesepahaman dan kesamaan persepsi antar tim lapangan dan antar anggota tim. Skala penilaian pada kriteria kualitas udara perkotaan dari sumber bergerak di jalan raya mempunyai 5 kategori, meliputi - Skala penilaian Sangat Jelek dengan range nilai 30 – 45 - Skala penilaian Jelek dengan range nilai 46 – 60 - Skala penilaian Sedang dengan range nilai 61 – 70 - Skala penilaian Baik dengan range nilai 71 – 85 - Skala penilaian Sangat Baik dengan range nilai 86 – 100 Jika kriteria mempunyai sifat kualitatif maka untuk menentukan nilai ditentukan dari nilai tengah range nilai pada skala penilaian tertentu. Dan jika kriteria mempunyai sifat kuantitatif (terukur) maka untuk menentukan nilai ditentukan dengan cara perbandingan interpolasi. Sebagai contoh: Suatu Kota dalam kriteria Tingkat Kesadaran (Awarness) dan Upaya Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara dengan indikator penilaian diseminasi hasil pengamatan memperoleh skala penilaian sedang dengan range nilai 61-70, maka nilai untuk indikator tersebut adalah nilai tengah dari range nilai sedang yaitu 65. Berikut ini dijelaskan pedoman pelaksanaan kriteria kualitas udara perkotaan dari sumber bergerak di jalan raya. I. Tingkat Kesadaran (Awarness) dan Upaya Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara 1. Apakah pemerintah daerah melakukan pemantauan kualitas udara yang bersumber dari transportasi Catatan: kriteria ini bukan kriteria penilaian, hanya bersifat informasi untuk penilaian selanjutnya. Jika Pemerintah daerah melakukan pemantauan kualitas udara yang bersumber dari transportasi maka kriteria Tingkat Kesadaran (Awarness) dan Upaya Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara mendapatkan penilaian. Tetapi jika Pemerintah daerah tidak melakukan pemantauan kualitas udara yang bersumber dari transportasi maka tidak memperoleh penilaian dari kriteria Tingkat Kesadaran (Awarness) dan Upaya Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara dan penilaian berlanjut pada kriteria berikutnya.
3
Jika Pemerintah Daerah melakukan pemantauan kualitas udara, maka penilaian kriteria Tingkat Kesadaran (Awarness) dan Upaya Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara meliputi : 2. Alokasi Anggaran untuk pemantauan kualitas udara Penilaian dilakukan dengan melihat alokasi anggaran untuk setiap tahun. Alokasi anggaran setiap tahun dihitung berdasarkan persentase alokasi anggaran untuk pemantauan kualitas udara terhadap APBD Dinas Lingkungan Hidup Kota setempat. Skala Penilaian Alokasi Anggaran 0-0.5 % Alokasi Anggaran 0.6-1 % Alokasi Anggaran 1.1-1.5 % Alokasi Anggaran 1.6-2 % Alokasi Anggaran > 2 %
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
3. Kegiatan pemantauan kualitas udara a. Jumlah titik pengamatan Penilaian ini dilakukan berdasarkan persentase jumlah titik pengamatan terhadap jumlah penduduk setiap tahun pada kondisi ideal. Semakin banyak titik pengamatan maka semakin baik penilaian indikator ini. Skala Penilaian - Jumlah titik pengamatan 0 - Jumlah titik pengamatan 1-5 - Jumlah titik pengamatan 5-10 - Jumlah titik pengamatan 10-15 - Jumlah titik pengamatan >15
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
b. Lokasi pengamatan Penilaian ini dilakukan berdasarkan jumlah total lokasi pengamatan baik di pinggir jalan maupun lokasi lainnya. Skala Penilaian - Pernah ada, tetapi tidak melanjutkan program - Tidak pernah ada program pengamatan pemantauan kualitas udara - Dilakukan pengamatan tetapi tidak di jalan, melainkan di lokasi lain seperti dekat pabrik - Jika mempunyai titik lokasi pengamatan di jalan sebanyak 1-5 lokasi - Jika mempunyai titik lokasi pengamatan di jalan sebanyak > 5 lokasi
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
c. Road site monitoring
4
Penilaian ini dilakukan berdasarkan jumlah lokasi pengamatan yang dilakukan hanya di pinggir jalan. Lokasi pengamatan selain di pinggir jalan tidak dihitung sebagai road site monitoring. Skala Penilaian - Pernah ada, tetapi tidak melanjutkan program - Tidak pernah ada program pengamatan pemantauan kualitas udara - Jika mempunyai satu titik lokasi pengamatan di jalan - Jika mempunyai titik lokasi pengamatan di jalan sebanyak 2-3 lokasi - Jika mempunyai titik lokasi pengamatan di jalan sebanyak > 3 lokasi d. Frekuensi pengukuran Penilaian dilakukan berdasarkan pencemaran udara setiap tahunnya.
frekuensi
Skala Penilaian - Jika frekuensi pengukuran < 6 setiap tahun - Jika frekuensi pengukuran 6-12 setiap tahun - Jika frekuensi pengukuran 12-18 setiap tahun - Jika frekuensi pengukuran 18-24 setiap tahun - Jika frekuensi pengukuran >24 setiap tahun
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
kegiatan
pengukuran
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
e. Jumlah parameter kualitas udara akibat emisi kendaraan yang dipantau Penilaian berdasarkan dengan semakin banyak parameter yang dipantau maka semakin besar penilaian. Catatan: parameter kualitas udara harus sesuai dengan parameter yang tercantum dalam peraturan perundangan. Skala Penilaian - Jika jumlah parameter 0 : Sangat Jelek - Jika jumlah parameter 1 : Jelek - Jika jumlah parameter 1-3 : Sedang - Jika jumlah parameter 3-4 : Baik - Jika jumlah parameter 4-5 : Sangat Baik f. Pengarsipan data Pengarsipan data ini berupa arsip data parameter kualitas udara hasil pengamatan. Penilaian dilakukan berdasarkan persentase data yang hilang. Catatan: Apabila terdapat beberapa titik pengamatan maka persentase data yang hilang dirata-ratakan. Skala Penilaian - Jika hilang >80% - Jika hilang 60% - Jika hilang 40% - Jika hilang 20% - Jika lengkap
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
5
g. Diseminasi hasil pengamatan Penilaian ini dilakukan jika adanya diseminasi hasil pengamatan ke publik. Catatan : Apabila tidak terdapat kegiatan diseminasi hasil pengamatan ke publik maka tidak dapat penilaian dari variabel ini. Skala Penilaian - Belum/tidak terdata - Belum/tidak dipublikasikan - Dipublikasikan tetapi belum/tidak dimanfaatkan - Dimanfaatkan sebagai pengetahuan publik saja (public awarness) - Digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
4. Program kegiatan untuk mereduksi tingkat pencemaran udara akibat lalu lintas a. Jenis kegitan dalam mengurangi tingkat pencemaran udara akibat lalu lintas, meliputi: - Manajemen lalu lintas, Laboratorium Rekayasa Lalu Lintas, ITB, 1996 mendefinisikan manajemen lalu lintas adalah istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan suatu proses pengaturan sistem lalu lintas dan sistem prasarana jalan dengan menggunakan beberapa metoda ataupun teknik rekayasa tertentu, tanpa menggandakan pembangunan jalan baru, dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuan ataupun sasaran–sasaran tertentu yang berhubungan dengan masalah lalu lintas. Penjelasan di atas diembel-embeli dengan perkataan ‘tanpa membangun jalan baru’ maksudnya adalah pengaturan yang dilakukan tanpa melibatkan usaha-usaha yang sifatnya pengadaan ataupun pembangunan prasarana secara besar-besaran, tapi lebih pada pengaturan ’lalu lintas’ dengan sistem prasarana yang yang ada. Jadi sifatnya lebih mengarahkan pada optimalisasi prasarana jalan yang ada. Selanjutnya, dapat dikatakan disini bahwa manajemen lalu lintas dapat dilakukan dengan skala kecil ataupun besar. Yang dimaksudkan dengan skala kecil adalah jika lingkup kajiannya terbatas pada beberapa ruas jalan tertentu saja ataupun terbatas pada beberapa prasarana transport tertentu saja. Sedangkan skala besar meliputi suatu wilayah yang cukup luas, misalnya suatu jaringan jalan tertentu, dimana didalamnya sudah termasuk seluruh fasilitas/prasarana transport lainnya yang relevan (misalnya, terminal, areal parkir dan lain-lain). Jika ditinjau dari skala waktu penanganan, maka dapat dikatakan bahwa orientasi penanganan manajemen lalu lintas adalah ‘jangka pendek’, yaitu dalam skala waktu di bawah lima tahun. Dalam skala waktu yang pendek ini perubahan sistem prasarana transportasi tidak terjadi, sedangkan pola ataupun orientasi pergerakan secara dinamis akan selalu berkembang. Jadi, orientasi penanganan manajemen lalu lintas adalah berusaha mengantisipasi ataupun mengakomodasi perubahan orientasi ataupun pola pergerakan jangka pendek secara temporer selama perubahan prasarana
6
belum dilakukan. Selain itu, manajemen lalu lintas juga dapat dilakukan untuk mengatisipasi adanya perubahan pola ataupun orientasi pergerakan sebagai konsekuensi dari suatu perubahan sistem prasarana, misalnya pembangunan jalan baru. Meskipun kebijakan yang dapat diusulkan bagi suatu pelaksanaan manajemen lalu lintas sangatlah bervariasi, tergantung pada sasaran, situasi dan kondisi setempat, tetapi kita dapat mengelompokkan kebijakankebijakan tersebut dalam 4 (empat) kebijakan dasar, yaitu: a. Kebijakan yang berkaitan volume lalu lintas dan pengaturan rute • Mengatur sirkulasi lalu lintas pada suatu jaringan jalan tertentu. • Meminimumkan waktu tempuh total dalam suatau jaringan jalan tertentu. • Mengurangi volume kendaraan yang bersifat ‘through traffic’. • Mengurangi ataupun meniadakan kendaraan-kendaraan berat pada suatu ruas jalan ataupun jaringan jalan tertentu. • Mereview ataupun meningkatkan kondisi operasional traffic pada jaringan jalan dimana manajemen lalu lintas dilaksanakan, misalnya dengan : kanalisasi, pemarkaan, perambuan dll. b. Kebijakan yang berkaitan dengan perilaku pengemudi • Memperbaiki/meningkatkan disiplin pengendara. • Memperkecil/mengurangi bervariasi kecepatan (karena terlalu berfluktuasi), terutama terhadap kecepatan tinggi, baik pada suatu ruas jalan tertentu ataupun pada suatu jaringan jalan. • Mengurangi kecepatan rata-rata (mean speed), pada suatu titik tertentu, atau pada suatu ruas jalan tertentu ataupun pada suatu jaringan jalan. • Menciptakan suatu lingkungan berlalu lintas yang lebih teratur dan tertib (yaitu, meningkatkan kepedulian pengendara terhadap pengendara lainnya ataupun terhadap pejalan kaki). c. Kebijakan yang berkaitan dengan traffic safety • Mengurangi banyaknya titik konflik pada persimpangan jalan. • Mengurangi perbedaan kecepatan relatif antara beberapa jenis kendaraan, misalnya perbedaan kecepatan antara kendaraan pribadi (sedan) dengan kendaraan umum (bis). • Mengurangi titik konflik antar kendaraan yang terjadi di luar persimpangan (misalnya terbentuk karena adanya ’weaving area’). • Meningkatkan keterkaitan fungsional antara rute pejalan kaki dengan sistem jaringan jalan bagi pengendara (misalnya, akses ke sekolah, toko ataupun fasilitas umum lainnya). d. Kebijakan ‘non-traffic’ • Tingkatkan /perbaiki kondisi lansekap jalan. • Sediakan fasilitas pejalan kaki ataupun fasilitas pengendara sepeda, baik yang berpotongan dengan ruas jalan ataupun yang sejajar.
7
- Pengembangan angkutan umum Pengembangan angkutan umum ini sesuai dengan tahapann kegiatan mulai dari studi pengembangan angkutan umum, perencanaan DED dan implementasi pengembangan angkutan umum. Penilaian ini berdasarkan jumlah kegiatan manajemen lalu lintas dalam 5 tahun terakhir. Jenis kegiatan ini diantaranya busway, busline, monorail, subway, trem (ilustrasi gambar dapat di lihat di halaman terakhir) - Kendaraan tanpa bermotor (unmotorize) Penilaian ini berdasarkan pengembangan kendaran tanpa bermotor (unmotorize) baik mulai dari studi sampai implementasi. - Fasilitas Pedestrian (pejalan kaki) Penilaian ini berdasarkan adanya pengembangan fasilitas pejalan kaki baik mulai dari studi sampai pembangunan fisik sarana pejalan kaki. (ilustrasi gambar dapat dilihat pada lampiran) - Bahan bakar ramah lingkungan Bahan bakar ramah lingkungan, seperti bahan bakar gas (BBG), bio disel. Penilaian ini berdasarkan persentase penggunaan bahan bakar ramah lingkungan terhadap total konsumsi bahan bakar di kota pengamatan. Skala Penilaian - Tidak ada kegiatan dalam 10 tahun terakhir - Tidak ada kegiatan dalam 5 tahun terakhir - Adanya kegiatan pada tahap perencanaan atau masih berupa studi/kajian - Kegiatan skala kecil - Kegiatan skala besar
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
b. Jumlah rencana program/kegiatan Penilaian ini berdasarkan jumlah rencana kegiatan yang akan dikembangkan dalam 5 tahun ke depan yang berkaitan dengan pemantauan kualitas udara akibat transportasi. Skala Penilaian - Tidak ada kegiatan - Ada 1-2 kegiatan - Ada 3-5 kegiatan - Ada 6-8 kegiatan - Ada > 8 kegiatan
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
II. Karakteristik Kota 1. Ukuran (Pencemaran Udara) Pengukuran pencemaran udara ini dilakukan hanya yang disebabkan oleh lalu lintas. Indikator/variabel yang diukur adalah: CO (Carbon monoksida), NO2 (Nitrogen dioksida), HC (Hydrocarbon), PM10 (Particulate < 10 μm). Lokasi pengukuran dilakukan pada jalan arteri dan kolektor (lokasi pengukuran pencemaran udara sama dengan pemantauan jalan pada penilaian Adipura).
8
Catatan : Baku mutu pencemaran udara harus sesuai dengan standar seperti yang diatur pada PP No. 41/1999. Skala penilaian kriteria ini hanya 2 yaitu yaitu: penilaian Jelek jika > baku mutu dan penilaian baik jika < baku mutu. 2. Kinerja Lalu Lintas Perkotaan Lokasi pemantauan disesuaikan dengan lokasi Adipura, yaitu pada sampel jalan arteri dan jalan kolektor (masing-masing 3 ruas). Kinerja lalu lintas perkotaan yang diukur meliputi: a. Kecepatan operasi Ruas jalan yang akan diamati kecepatan operasinya merupakan ruas jalan arteri dan kolektor (lokasi pengukuran kecepatan operasi sama dengan lokasi pengukuran pencemaran udara). Data kecepatan operasi diperolah dari dinas instasi terkait (data sekunder dari Dinas Perhubungan) dan harus di tinjau ulang (cross cek) ke lapangan dengan metoda pelaksanaan pengukuran kecepatan yang sesuai dengan metoda yang ada. Metoda pengukuran kecepatan yang umum dilakukan adalah spot speed. Terdapat dua jenis pengukuran untuk mendapatkan data kecepatan sesaat yaitu: 1. Pengukuran tak langsung. Dikatakan pengukuran tak langsung karena sebenarnya kecepatan dapat diperkirakan dari waktu tempuh hasil pengamatan. Salah satu pengukuran tak langsung adalah metoda dua pengamat. Metoda dua pengamat (manual), yaitu dengan cara menghitung waktu yang ditempuh oleh suatu kendaraan melewati dua titik yang mempunyai jarak sekitar 20 – 200 m. Pada titik pertama, Ketika kendaraan berjalan, pengamat ke-1 menurunkan tangan dan pengamat ke-2 menjalankan stopwatch serta menghentikan stopwatch ketika kendaraan melewati titik kedua. Untuk mendapatkan kecepatan dihitung dengan membagi jarak dengan waktu tempuh kendaraan. Ilustrasi pengukuran dua pengamat dapat dilihat pada Gambar 1.
Titik 1
Titik 2 20 – 200 m
Gambar 1. Ilustrasi Pengukuran Kecepatan Dengan Metoda 2 Pengamat 2. Pengukuran langsung, yaitu pengukuran kecepatan dilakukan secara langsung di lapangan. Salah satu jenis pengukuran kecepatan secara langsung adalah radar speed gun meter. Alat ini memungkinkan untuk dipegang dengan tangan, dipasang pada kendaraan atau diletakan pada tripod. Alat ini menghantarkan gelombang mikro 9
frekuensi tinggi ke arah kendaraan bergerak yang dituju. Gelombang tersebut dipantulkan kembali oleh kendaraan ke alat tersebut. Perubahan frekuensi antara gelombang hantar dan gelombang pancar adalah sebanding dengan kecepatan kendaraan relatif terhadap radar meter. Ilustrasi pengukuran dengan radar speed gun meter dapat dilihat pada Gambar 2.
kendaraan 30º Titik radar speed gun meter Gambar 2. Ilustrasi Pengukuran Kecepatan Dengan Radar Speed Gun Meter Catatan : - Perioda waktu pengamatan kecepatan operasi harus dilakukan pada saat jam sibuk di ruas jalan yang diamati. - Apabila diperoleh nilai kecepatan operasi berada dalan range skala penilaian maka untuk memperoleh skala penilaian yang tepat dapat dilakukan dengan interpolasi. Catatan : - Perioda waktu pengamatan kecepatan operasi harus dilakukan pada saat jam sibuk di ruas jalan yang diamati. - Apabila diperoleh nilai kecepatan operasi berada dalan range skala penilaian maka untuk memperoleh skala penilaian yang tepat dapat dilakukan dengan interpolasi. Skala Penilaian - Jika kecepatan rata-rata <10 km/jam - Jika kecepatan rata-rata 10-20 km/jam - Jika kecepatan rata-rata 21-30 km/jam - Jika kecepatan rata-rata 31-45 km/jam - Jika kecepatan rata-rata 45-60 km/jam
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
b. Kepadatan Lalu Lintas (Rasio Volume Lalu lintas terhadap Kapasitas jalan/ VCR) Ruas jalan yang akan diamati kepadatan lalu lintas merupakan ruas jalan arteri dan kolektor (lokasi pengukuran kecepatan operasi sama dengan lokasi pengukuran pencemaran udara). Data kepadatan lalu lintas diperolah dari dinas instasi terkait (data sekunder dari Dinas Perhubungan) dan harus di tinjau ulang (cross cek) ke lapangan dengan metoda pelaksanaan pengukuran kepadatan lalu lintas yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
10
Catatan : - Perioda waktu pengamatan kecepatan operasi harus dilakukan pada saat jam sibuk di ruas jalan yang diamati. - Apabila diperoleh nilai kecepatan operasi berada dalan range skala penilaian maka untuk memperoleh skala penilaian yang tepat dapat dilakukan dengan interpolasi. Skala Penilaian - Jika VCR > 1 - Jika VCR 0.81 - 1 - Jika VCR 0.61 – 0.80 - Jika VCR 0.41 – 0.60 - Jika VCR < 0.40
: Sangat Jelek : Jelek : Sedang : Baik : Sangat Baik
c. Rata-rata jarak perjalanan harian Indikator ini berdasarkan pergerakan asal-tujuan di wilayah perkotaan. Penilaian kriteria ini dari rata-rata jarak perjalanan harian, semakin pendek rata-rata jarak perjalanan harian maka penilaian semakin baik. Data ini dapat diperoleh dengan melakukan survey wawancara asal tujuan. Apabila memungkinkan dapat diperoleh dari data sekunder. d. Penggunaan angkutan umum. Penilaian penggunaan angkutan umum ini berdasarkan dari persentase penggunaan angkutan umum terhadap total penggunaan kendaraan. Data sekunder ini dapat diperoleh dari dinas terkait di daerah (Dinas Perhubungan). Jika data sekunder yang dimaksud tidak tersedia, penggunaan angkutan umum dapat dihitung berdasarkan proporsi angkutan umum terhadap total kendaraan (atau lalu lintas) pada ruas jalan yang ditinjau.
11
Monorail
Subway
Busway
Fasilitas Pejalan Kaki
12
Formulir Hasil Evaluasi Daerah No 1
Kegiatan
Hasil
Keterangan
Pemantauan Road Side a. SO2 (sulfur dioksida) b. CO (Carbon monoksida) c. NO2 (Nitrogen dioksida) d. O3 (Oksidan) e. HC (Hydrocarbon) f. PM10 (particulate < 10 μm) g. TSP (ash) h. Pb (lead)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
Pemantauan Ambient a. SO2 (sulfur dioksida) b. CO (Carbon monoksida) c. NO2 (Nitrogen dioksida) d. O3 (Oksidan) e. HC (Hydrocarbon) f. PM10 (particulate < 10 μm) g. TSP (ash) h. Pb (lead)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
3
Penghitungan Kerapatan
Km/jam
4
Penghitungan Kecepatan
VCR
5
Spot Chek Bensin
Lulus: Tidak Lulus:
6
Spot Chek Solar
Lulus: Tidak Lulus:
7
Non Teknis
2
Tdk perlu diukur
Tdk perlu diukur Tdk perlu diukur
Tdk perlu diukur Tdk perlu diukur Tdk perlu diukur
Isikan di kriteria
13
Formulir Hasil Evaluasi Daerah No
Kegiatan
Data Jam 1
Data Jam 2
Data Jam 3
Data Jam 4
Hasil Akhir
Keterangan
1
Pemantauan Road Side a. SO2 (sulfur dioksida) b. CO (Carbon monoksida) c. NO2 (Nitrogen dioksida) d. O3 (Oksidan) e. HC (Hydrocarbon) f. PM10 (particulate < 10 μm) g. TSP (ash) h. Pb (lead)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
Manual sampling " " " Tdk perlu diukur " " Tdk perlu diukur Tdk perlu diukur
2
Pemantauan Ambient a. SO2 (sulfur dioksida) b. CO (Carbon monoksida) c. NO2 (Nitrogen dioksida) d. O3 (Oksidan) e. HC (Hydrocarbon) f. PM10 (particulate < 10 μm) g. TSP (ash) h. Pb (lead)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
(μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3) (μg/m3)
" " " " Tdk perlu diukur " Tdk perlu diukur Tdk perlu diukur
14
15
Kapasitas Ruas Jalan
No.
Nama Ruas Jalan
Kapasitas Dasar (smp/jam)
Faktor Penyesuaian
Faktor Penyesuaian
Lebar Jalur
Pemisahan Arah
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
Volume
Kapasitas
VCR
Faktor Penyesuaian
Kapasitas (smp/jam)
Ukuran Kota
1 2 3 Rekapitulasi Volume Lalu Lintas Pada Jalan Kolektor No. 1
2
3
Nama Ruas Jalan
Perioda Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
16
17
18