Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Operasional
Pendahuluan| Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Kerjasama| Hak dan Kewajiban| Hasil Kerjasama|Pembinaan dan Pengendalian |Penutup|Model-1 KSO|Model-2 KSO|Model-3 KSO| Model-4 KSO|Model-5 KSO| I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi penelitian dan pengembangan di sektor pertanian memiliki tenaga, teknologi sarana yang memadai guna mendukung tugas pokok dan fungsinya. Optimalisasi pemanfaatan tenaga, teknologi, dan sarana dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis (UPT) dapat dilaksanakan melalui kerjasama operasional dengan dengan Mitra Kerjasama yang mempunyai Badan Hukum dan atau perseorangan di dalam negeri. Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Operasional ini merupakan penyempurnaan dari Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama dengan Pihak Ketiga yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. TU.210.88.1997 tanggal 21 Agustus 1997. B. Maksud dan Tujuan Maksud ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama ini adalah sebagai pedoman kerja bagi Unit Kerja/UPT dalam melaksanakan kerjasama operasional dengan Mitra Kerjasama. Tujuan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama ini adalah untuk meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan kerjasama dalam rangka pemanfaatan, pendayagunaan, dan pemeliharaan sarana milik Badan Litbang Pertanian untuk meningkatkan PNBP. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup kerjasama operasional ini meliputi kerjasama dalam rangka pemanfaatan sarana tidak bergerak seperti kebun/kolam/ tambak/ bengkel percobaan dan sarana bergerak seperti kapal dan traktor penelitian, dengan sistem bagi hasil, tidak dalam rangka alih teknologi atau memproduksi hasil penelitian/teknologi dari Unit Kerja/UPT. II. SYARAT DAN TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA A. Syarat Pelaksanaan Kerjasama 1. Unit Kerja/UPT a. Unit Kerja/UPT yang akan melaksanakan kerjasama harus memiliki sarana sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan;
b. Kerjasama dapat dilakukan serendah-rendahnya oleh UPT setingkat IP2TP; c. Kerjasama tidak mengakibatkan beralihnya kepemilikan kekayaan negara kepada Mitra Kerjasama; dan d. Apabila dalam kerjasama akan mendirikan bangunan permanen/ mengubah peruntukannya/menanami dengan tanaman tahunan maka Unit Kerja/UPT harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Badan Litbang Pertanian. 2. Mitra Kerjasama a. Memiliki kesungguhan dalam bekerjasama; b. Tidak akan menuntut ganti rugi kepada Unit Kerja/UPT apabila dalam pelaksanaan kerjasama mengalami kerugian yang tidak disebabkan oleh kesalahan Unit Kerja/UPT; dan c. Bersedia mematuhi perjanjian kerjasama dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. B. Tatacara Pelaksanaan Kerjasama a. Persiapan Unit Kerja/UPT bersama dengan Mitra Kerjasama menyiapkan rencana kerjasama yang dituangkan dalam Kerangka Acuan seperti contoh Model-1 KSO. Naskah Perjanjian Kerjasama ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dilengkapi dengan Kerangka Acuan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Naskah Perjanjian Kerjasama (contoh Model-2 KSO). Perjanjian kerjasama antara lain memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Nama-nama pihak yang bekerjasama 2) Maksud dan tujuan kerjasama 3) Ruang lingkup kerjasama 4) Dasar pelaksanaan kerjasama 5) Hak dan kewajiban masing-masing pihak 6) Jangka waktu kerjasama 7) Tempat/lokasi kerjasama 8) Pembiayaan 9) Pembinaan dan pengendalian 10) Pengaturan hasil kerjasama 11) Keadaan memaksa (Force Majeure) 12) Penyelesaian perselisihan 13) Lain-lain dan 14) Penutup. b. Penandatanganan Naskah Kerjasama Perjanjian Kerjasama yang kerjasamanya dilaksanakan di tingkat Unit Kerja ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja dan Mitra Kerjasama serta disahkan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian. Kerjasama yang dilaksanakan di tingkat UPT apabila berjangka waktu kurang dari 3 (tiga) tahun dan atau nilai kontrak kurang dari Rp 50 juta, maka perjanjian kerjasamanya ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja dan Mitra Kerjasama serta disahkan oleh Kepala Unit Kerja. Kerjasama dengan jangka waktu sampai dengan 3 (tiga) tahun atau lebih dan atau nilai kontrak Rp 50 juta keatas maka perjanjian kerjasamanya ditandatangani oleh Kepala UPT dan Mitra Kerjasama diketahui oleh Kepala Unit Kerja serta disahkan oleh Sekretaris Badan Litbang Pertanian atas nama Kepala Badan Litbang Pertanian.
c. Pelaksanaan Kerjasama Unit Kerja/UPT yang melaksanakan kerjasama diwajibkan membentuk unit pengelola kerjasama untuk melakukan penatausahaan kerjasama yang meliputi penatausahaan keuangan, sarana, hasil dan pelaporan kerjasama sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Unit pengelola kerjasama melaporkan hasil penatausahaan kerjasama kepada Kepala Unit Kerja/UPT. Kepala Unit Kerja/UPT dapat menunjuk Tim Teknis untuk mengevaluasi laporan hasil kerjasama sebelum disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait. Selanjutnya secara hierarhis setiap Kepala Unit Kerja/UPT menyampaikan laporan yang terdiri atas laporan teknis dan penatausahaan kerjasama kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, sebagai Laporan Triwulan (contoh Model-3 KSO). d. Pelaporan Akhir Pada saat berakhirnya kerjasama, Unit Kerja/UPT wajib menyampaikan laporan akhir yang terdiri atas laporan teknis dan laporan penatausahaan kerjasama kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, sebagai Laporan Akhir (contoh Model-4 KSO). Barang-barang bergerak milik Mitra Kerjasama yang digunakan untuk pelaksanaan kerjasama dapat menjadi barang inventaris Unit Kerja/UPT, setelah serah terima diproses dalam berita acara, kecuali apabila diperjanjikan lain. Untuk sarana yang tidak bergerak yang berasal dari Mitra Kerjasama dan berada di lahan Unit Kerja/UPT menjadi barang inventaris Unit Kerja/UPT melalui proses serah terima barang. Dalam hal kewajiban pelaporan tidak dilaksanakan oleh Unit Kerja/UPT seperti diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini, maka Badan Litbang Pertanian dapat mengenakan sanksi administratif sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. III. HAK DAN KEWAJIBAN A. Hak dan Kewajiban Unit Kerja/UPT 1. Hak Unit Kerja/UPT a. Memberikan saran dalam pemanfaatan sarana; b. Menandatangani perjanjian kerjasama sesuai dengan Model–2 KSO; c. Menerima dan mengelola bagian dari bagi hasil kerjasama operasional yang diterima dari Mitra Kerjasama sesuai dengan perjanjian; d. Menggunakan sebagian biaya kerjasama untuk pembinaan dan pengendalian pelaksanaan kerjasama dan untuk memelihara/memperbaiki sarana milik Unit Kerja/UPT sesuai dengan rencana penggunaan hasil kerjasama yang disusun sebelumnya; dan e. Menghentikan kerjasama jika pelaksanaannya tidak sesuai dengan perjanjian dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada mitra kerjasama. 2. Kewajiban Unit Kerja/UPT a. Menyediakan sarana dan tenaga yang diperlukan dalam rangka operasionalisasi sarana. Apabila dalam kerjasama ini diperlukan jasa tenaga peneliti, maka hal ini akan diatur
lebih lanjut sesuai dengan peraturan yang berlaku; b. Menyusun rencana penggunaan hasil kerjasama yang disahkan oleh Kepala Unit Kerja/UPT; c. Menerima dan menyetorkan PNBP yang diperoleh kepada Rekening Kas Negara setempat, berupa uang tunai; d. Melakukan pembinaan, pengendalian, serta pemeliharaan bangunan, sarana dan lingkungan; dan e. Menyampaikan laporan pelaksanaan kerjasama kepada Kepala Badan Litbang Pertanian dan pihak-pihak yang terkait. B. Hak dan Kewajiban Mitra Kerjasama 1. Hak Mitra Kerjasama a. Memanfaatkan sarana; b. Menandatangani perjanjian kerjasama; c. Menghentikan kerjasama yang tidak sesuai dengan perjanjian dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada Unit Kerja/UPT; dan d. Mendapatkan bagian dari bagi hasil. 2. Kewajiban Mitra Kerjasama a. Menyusun rencana kegiatan bersama Unit Kerja/UPT; b. Menyediakan biaya operasional yang diperlukan sesuai dengan perjanjian. Apabila biaya operasional berubah, maka perubahan tersebut akan dituangkan dalam adendum dan disetujui oleh kedua belah pihak pada saat terjadinya perubahan tersebut; c. Tidak mengalihkan pengelolaan sarana kepada pihak lain dan tidak merubah peruntukan sarana; d. Menjaga dan memelihara kelestarian sarana. IV. HASIL KERJASAMA 1. Hasil kerjasama ditentukan berdasarkan kepada perhitungan antara pendapatan yang diperoleh dikurangi biaya pengeluaran operasional. Pendapatan yang diperoleh disepakati oleh Mitra Kerjasama dan Kepala Unit Kerja/UPT, serta dituangkan dalam Berita Acara seperti contoh Model-5 KSO. Selanjutnya pembagian hasil kerjasama operasional ini dihitung dengan sistem bagi hasil dengan ketentuan bahwa 30% - 50%
menjadi milik Unit Kerja/UPT dan sisanya menjadi milik Mitra
Kerjasama. 2. a. Besarnya PNBP yang harus disetorkan ke Rekening Kas Negara setempat berupa kiriman uang tunai ditentukan sekurang-kurangnya 10% dari penerimaan kerjasama operasional. b. Untuk melaksanakan kewajiban butir 2d Bab III Petunjuk Pelaksanaan ini, sebagian penerimaan kerjasama operasional dapat digunakan untuk biaya pemeliharaan, operasional tenaga dan pembinaan yang penggunaannya telah direncanakan berdasarkan rencana penggunaan anggaran yang disahkan oleh Pimpinan Unit Kerja/UPT dan dipertanggungjawabkan dengan bukti pengeluaran. V. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
1. Dalam rangka pembinaan dan pengendalian, Perjanjian Kerjasama dibuat rangkap 4 (empat), 2 (dua) di antaranya bermaterai secukupnya, untuk Unit Kerja/UPT dan Mitra Kerjasama, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, juga disampaikan kepada Atasan Langsung Unit Kerja/UPT yang bersangkutan dan Kepala Badan Litbang Pertanian. 2. Agar pelaksanaan kerjasama mencapai sasaran sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan, maka setiap Kepala Unit Kerja/UPT wajib melakukan pengawasan fisik dan keuangan dan pengendalian secara berkala selama pelaksanaan kegiatan kerjasama, sekurang-kurangnya apabila kerjasama dilaksanakan lebih dari satu tahun, dan menyampaikan laporan seperti diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini. 3. Pembiayaan dalam rangka pembinaan dan pengendalian kerjasama mengacu kepada ketentuan dalam Bab IV butir 2b Petunjuk Pelaksanaan ini.
VI. PENUTUP 1. Petunjuk Pelaksanaan ini agar dipahami dan dimasyarakatkan serta dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh semua Unit Kerja/UPT. 2. Dengan diterbitkannya Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Operasional, maka Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. TU.210.88.1997 tanggal 21 Agustus 1997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama dengan Pihak Ketiga dinyatakan tidak berlaku.
MODEL-1 KSO PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJASAMA OPERASIONAL I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Masalah mendesak dan mengapa masalah tersebut perlu dipecahkan. - Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh masalah tersebut. - Tinjauan pustaka sebagai pendukung kegiatan. - Sarana penunjang yang digunakan. - Keterkaitan dengan program penelitian Unit Kerja/UPT dan atau dengan optimalisasi tugas pokok dan fungsi Unit Kerja/UPT. 1.2. Dasar Pertimbangan Pernyataan tentang besarnya sumbangan dari hasil kerjasama yang diharapkan terhadap optimalisasi dan kelestarian sarana. 1.3. Tujuan Kerjasama Operasional Dalam tujuan kerjasama operasional, perlu disebutkan atau dijelaskan apa yang akan dicapai
atau diperoleh pada akhir kerjasama, sehingga perlu dirumuskan secara spesifik dengan urutan yang sesuai dengan kepentingannya. II.
PELAKSANAAN KERJASAMA OPERASIONAL Dalam bab ini perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut: 2.1. Jenis kegiatan 2.2. Volume 2.3. Tenaga 2.4. Jangka waktu 2.5. Laporan terdiri dari : - Laporan perhitungan/pembagian hasil - Laporan teknis
III. PEMBIAYAAN Pembiayaan mencakup biaya operasional dan biaya tenaga.
MODEL-2 KSO NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA antara UNIT KERJA/UNIT PELAKSANA TEKNIS dan .......................................................... Nomor :
Pada hari ini, .......tanggal ..... bulan ...... tahun ......, kami yang bertandatangan di bawah ini : 1. ................, jabatan Kepala Pusat/Puslit/Puslitbang/Balai Besar/Balai/Loka ............... dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA. 2. ................, jabatan ......... berkedudukan di ............ dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ..........yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA. Dengan ini kedua belah pihak menyatakan telah setuju dan bersepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kerjasama dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN KERJASAMA Kerjasama ini bertujuan untuk ......................................................................................................... ....................................................................................................................................................
Pasal 2 RUANG LINGKUP Cakupan kegiatan akan meliputi : ................................................................................................... ....................................................................................................................................................
Pasal 3 DASAR PELAKSANAAN KERJASAMA Kerjasama tersebut dalam pasal 1 di atas harus dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Acuan (TOR) yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini. Pasal 4 HAK DAN KEWAJIBAN A. Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA 1. Hak PIHAK PERTAMA a. Memberikan saran dalam pemanfaatan sarana; b. Menerima dan mengelola bagian dari bagi hasil kerjasama dari PIHAK KEDUA sesuai dengan perjanjian; dan c. Menghentikan kerjasama jika pelaksanaannya tidak sesuai dengan perjanjian dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada PIHAK KEDUA. d. (diisi sesuai kebutuhan ) 2. Kewajiban PIHAK PERTAMA a. Menyediakan sarana dan tenaga yang diperlukan sesuai perjanjian; b. Menerima dan menyetorkan PNBP; c. Memelihara/memperbaiki sarana yang dimiliki oleh Unit Kerja/UPT sesuai dengan perencanaan yang disusun sebelumnya; d. Menyampaikan laporan pelaksanaan kerjasama kepada Kepala Badan Litbang Pertanian dan pihak-pihak terkait. e. (diisi sesuai dengan kebutuhan ) B. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA 1. Hak PIHAK KEDUA a. Memanfaatkan sarana; b. Menghentikan kerjasama yang tidak sesuai dengan perjanjian dengan terlebih dahulu
memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA; dan c. Mendapatkan bagian dari bagi hasil. 2. Kewajiban PIHAK KEDUA a. Menyusun rencana kegiatan dan biaya operasional bersama-sama PIHAK PERTAMA; b. Menyediakan biaya operasional yang diperlukan sesuai dengan perjanjian. Apabila biaya operasional berubah maka perubahan tersebut akan dituangkan dalam adendum dan disetujui oleh kedua belah pihak pada saat terjadinya perubahan tersebut; c. Tidak mengalihkan pengelolaan sarana kepada pihak lain dan tidak merubah peruntukan sarana; dan d. Menjaga dan memelihara kelestarian sarana. Pasal 5 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN Jangka waktu pelaksanaan kerjasama ini ditetapkan selama ...... (.............) tahun, sejak ....... s/d ....... Pasal 6 TEMPAT/LOKASI KEGIATAN KERJASAMA Lokasi kegiatan kerjasama bertempat di .......................................................................................... .................................................................................................................................................... Pasal 7 PEMBIAYAAN Semua pembiayaan untuk pelaksanaan kerjasama ini sebesar Rp............... (.............) dibebankan/ ditanggung oleh PIHAK KEDUA dengan rincian seperti tercantum dalam kerangka acuan kerjasama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pasal 8 PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Untuk menjamin tercapainya tujuan kerjasama secara optimal, maka selama pelaksanaan kegiatan kerjasama berlangsung, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama atau sendiri-sendiri berkewajiban melakukan pembinaan/pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan baik administratif maupun teknis. Pasal 9 HASIL KERJASAMA 1. Hasil kerjasama ditentukan berdasarkan kepada perhitungan antara pendapatan yang diperoleh dikurangi biaya pengeluaran operasional. Pendapatan yang diperoleh disepakati oleh PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA serta dituangkan dalam Berita Acara. Selanjutnya pembagian hasil kerjasama operasional ini dihitung dengan sistem bagi hasil dengan ketentuan bahwa 30% - 50% menjadi milik PIHAK PERTAMA dan sisanya menjadi milik PIHAK KEDUA. 2. Besarnya PNBP yang harus disetorkan ke Rekening Kas Negara setempat berupa uang tunai (sekurang-kurangnya 10% dari penerimaan kerjasama operasional).
Pasal 10 KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) 1. Yang termasuk dalam "keadaan memaksa" adalah peristiwa- peristiwa seperti berikut: a. bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, dan banjir); b. kebakaran yang tidak disengaja, atau bukan merupakan suatu kelalaian; c. perang, huru-hara politik, pemogokan, pemberontakan, dan wabah atau epidemi, yang secara keseluruhan ada hubungan langsung dengan kerjasama ini. d. kegagalan penelitian yang bukan karena kesalahan PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA 2. Apabila terjadi keadaan memaksa PIHAK PERTAMA harus memberitahukan kepada PIHAK KEDUA secara tertulis paling lambat 7 hari sejak terjadinya keadaan memaksa disertai bukti-bukti yang sah, demikian juga pada waktu keadaan memaksa berakhir. Pasal 11 PERSELISIHAN 1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah/mufakat. 2. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah/ mufakat, maka perselisihan dapat diselesaikan secara hukum melalui Badan Arbitrasi Nasional atau melalui Pengadilan Negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 LAIN - LAIN 1. Bea materai, pajak dan biaya lainnya yang timbul sebagai akibat perjanjian kerjasama ini ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA. 2. Perubahan atas naskah perjanjian dapat dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak. 3. Kerjasama dianggap batal apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian. 4. Semua tahap kegiatan pelaksanaan kerjasama dari PIHAK KEDUA harus dilakukan sepengetahuan PIHAK PERTAMA. 5. Pada saat berakhirnya kerjasama, barang-barang/sarana dari PIHAK KEDUA yang telah habis masa operasionalnya menjadi milik PIHAK PERTAMA. Pasal 13 PENUTUP Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak di ......... pada hari dan tanggal tersebut di atas dan dibuat dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua) di antaranya bermaterai cukup, yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama. Di tingkat Unit Kerja PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA,
(....................)
(....................) Disahkan Kepala Badan Litbang Pertanian,
(....................) Di tingkat Unit Pelaksana Teknis a. Apabila berjangka waktu kurang dari 3 (tiga) tahun dan atau nilai kontrak kurang dari Rp. 50 juta.
PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA,
(....................)
(....................) Disahkan Kepala Unit Kerja,
(....................) b. Apabila berjangka waktu 3 (tiga) tahun atau lebih dan atau nilai kontrak Rp. 50 juta keatas. PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA,
(....................)
(....................)
Mengetahui,
Disahkan,
Kepala Unit Kerja
Sekretaris Badan, a/n Kepala Badan Litbang Pertanian
(....................)
(....................)
*) Untuk perjanjian Kerjasama Penelitian di tingkat Unit Kerja **) Untuk perjanjian Kerjasama Penelitian di tingkat Unit Pelaksana Teknis
MODEL-3 KSO FORMULIR LAPORAN TRIWULAN *) KERJASAMA OPERASIONAL Unit Kerja/UPT :
I
DATA UMUM 1. Judul Kegiatan Kerjasama 2. Nomor dan Tanggal Naskah Perjanjian Kerjasama 3. Kerjasama Dengan (Swasta/Koperasi/ Pemerintah/ Perguruan Tinggi)
: **)
4. Instansi Pelaksana (Unit Kerja/UPT)
: **)
5. Lokasi Kegiatan
: *)
6. Tujuan Kegiatan
II
7. Jangka Waktu
: ……… s/d ……..
8. Penanggung Jawab Kegiatan
:
DATA KEUANGAN 1. Anggaran o. Anggaran dari Unit Kerja/UPT
: Rp.
o. Anggaran dari Pihak Mitra
: Rp.
Jumlah
: Rp.
2. Pengelola Anggaran Kerjasama (Unit Kerja/ UPT atau Pihak Mitra) III
: ***)
KEMAJUAN PELAKSANAAN KERJASAMA 1. Biaya yang diterima
: Rp
2. Biaya yang dikeluarkan - Biaya pemeliharaan
: Rp
- Biaya pengendalian, dsb
: Rp.
3. Perkembangan Pelaksanaan Fisik
:
(Uraian singkat mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan di lapangan yang dicapai) ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 4. Masalah yang timbul dan langkah tindak lanjut yang sudah/akan diambil: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 5. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lampirkan bukti setoran, kalau ada)
: Rp
6. a. Tanggal Laporan
:
b. Diisi Oleh
:
c. Tanda Tangan
:
*) Laporan triwulanan supaya dikirimkan pada setiap bulan Juli, Oktober, Januari, dan April **) Pilih salah satu yang sesuai dan sebutkan ***) Pilih salah satu dan sebutkan
MODEL-4 KSO FORMULIR LAPORAN AKHIR *) KERJASAMA OPERASIONAL Unit Kerja/UPT :
I
DATA UMUM 1. Judul Kegiatan Kerjasama 2. Nomor dan Tanggal Naskah Perjanjian Kerjasama 3. Kerjasama Dengan (Swasta/Koperasi/Pemerintah/ Perguruan Tinggi)
: **)
4. Instansi Pelaksana (Unit Kerja/UPT)
:
5. Lokasi Kegiatan
:
6. Tujuan Kegiatan
II
7. Jangka Waktu
: ……… s/d ……..
8. Penanggung Jawab Kegiatan
:
DATA KEUANGAN 1. Anggaran o. Anggaran dari Unit Kerja/UPT
: Rp.
o. Anggaran dari Pihak Mitra
: Rp.
Jumlah
: Rp.
2. Pengelola Anggaran Kerjasama (Unit Kerja/ UPT atau Pihak Mitra) III
: **)
KEMAJUAN PELAKSANAAN KERJASAMA 1. Hasil kerjasama
: ***)
a. fisik - hasil produksi
:
- bibit
:
- peralatan
:
- konstruksi - lain-lain
: :
b. Uang - Hasil dari bagi hasil kerjasama
: Rp
- PNBP
: Rp
(kalau ada, lampirkan copy bukti setoran ke Kas Negara) - Biaya pemeliharaan - Biaya pengendalian 2. Kesimpulan hasil kerjasama:
: Rp : Rp :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 3. a. Tanggal Laporan
*)
:
b. Diisi Oleh
:
c. Tanda Tangan
:
Laporan akhir dikirimkan setelah suatu kegiatan kerjasama selesai dilaksanakan
**) Pilih salah satu dan sebutkan ***) Jelaskan secara ringkas dan jelas
MODEL-5 KSO
BERITA ACARA PERHITUNGAN HASIL KERJASAMA OPERASIONAL Pada tanggal ………….. bulan ……….. tahun …….. telah dilakukan perhitungan hasil kerjasama operasional berdasarkan biaya operasional dan pendapatan dengan rumusan sebagai berikut : 1. Pengeluaran operasional yang mencakup biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka operasionalisasi kegiatan sebesar Rp.………….. 2. Perhitungan pendapatan dari pengelolaan hasil/jasa sebesar Rp. ……… 3. Hasil bersih diperoleh sebesar ………. Bagian yang menjadi milik PIHAK PERTAMA sebesar ……. Bagian yang menjadi milik PIHAK KEDUA sebesar …….. Jakarta, Tim Penghitung,
Menyetujui,
Tim Penghitung,
1. Kepala Unit Kerja/UPT 1. __________ ..................
_________________
2. __________ ..................
NIP. 2. Mitra Kerjasama
________________
3. __________ ..................