111. KERANGKA TEORITIS
3.1. Produksi Tanarnan Lidah Buaya
Petani
lidall buaya
dalam
mengelola
usahataninya
bertujuan
memperoleh keuntungan. Namun untuk mencapai tujuan, petani menghadapi beberapa kendala. Tujuan yang hendak dicapai dan kendala yang dihadapi merupakan faktor penentu bagi petani untuk mengambil keputusa~l dalam usaliataninya. Petani sebagai manajer akan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Keuntungan maksimum akan tercapai apabila semua faktor produksi telah dialokasikan secara optimal dan efisien, dimana pada saat itu nilai produktivitas marjinal dari faktor produksi sama dengan korbanan marjinal atau harga input yang bersangkutan. Usahatani lidah buaya termasuk usahatani yang memerlukan waktu relatif lama, dari mulai tanam sampai panen memerlukan waktu 8 - 10 bulan. Selanjutnya setiap 2 minggu atau 1 bulan petani bisa panen tergantung dari permintaan. Umur tanaman lidah buaya bisa mencapai 7-8 tahun, namun umur produktif lidah buaya sekitar 4
-
5 tahun. Pada umur ini, tanaman mulai
mengecil dan produktivitas rendah. Umur tanaman lidah buaya merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas tanaman (Gambar 2).
-
.18 16
-
14
-
AVERAGE PROFIT
Gatnbar 2. Total, margi~lal,dan keuntungan rata-rata produksi lidah buaya Keterangan : Rp = Rupiah keuntungan (juta) t = Umur tanaman (taliun) Sumber : Doll dan Orazem, 1984.
Pola produksi tanaman lidah buaya mengikuti suatu kurva produksi teltentu, dimana pada saat awal panen
produksinya rendah kemudian semakin
meningkat sampai mencapai produksi maksimum dan
mulai meilurun
sejalan dengan umur tanaman lidah buaya yang semakin tua. D a ~ Gambar i 2 terlihat bahwa kurva keuntungan rata-rata (ai,erage profif) maksimum pada saat bespotongan dengan kurva keuntungan marjinal (niarginal profit). Pada kondisi ini tercapai umur ekonomis tanaman lidah buaya pada tahun ke t. Adanya dimensi waktu maka discozrnt factor tersebut harus dimasukkan pada perhitungan net present value.
3.2. Berbagai Kriteria Penilaian Investasi
Dasar penilaian investasi ialah membandingkan sejumlah uang yang dikorbankan sebagai biaya investasi pada saat ini dengan sejumlah uang yang d~terimasebagai manfaat investasi tersebut diwaktu yang akan datang. Karena yang diperlukan adalall 'nilai uang' maka perbandingan itu hanya dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan atau untuk tahun yang sama. Untuk t u j u a tersebut para analis proyek-proyek investasi menggunakan faktor potongan (drscomtmng factor) dan faktor pengganda (conzpozmdlng factor). Dasar pernotongan atau penggandaan ini ialah adanya kenyataan bahwa 'nilai satu rupiah saat ini (nilai kini) tidak sama dengan nilai satu rupiah pada satu,
dua atau sepuluh tahun yang lalu, atau satu rupiah pada sepuluh tahun yang akan datang'. Selain cara discoltnfingfactor dan conpounding facror tersebut diatas, dapat dilakukan beberapa presuder antara lain sepelti 'payback period atau
C/O (cupital ratio), B/C (Benefit/Cost), NPV (Net Present Yu111e)dan IRR (Internal Rate of Relurn). Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam penilaian kelayakan investasi antara lain : 3.2.1. Uenefit/Cost
Perbandingan manfaat dan biaya dihitung pada waktu yang sama. Apabila besarnya nilai manfaat diperhitungkan pada waktu sekarang, maka besarnya nilai biaya yang dipakai juga pada waktu sekarang.
Rumus
perhitungan untuk mencari B/C ratio adalah :
a = B,
I C , ............................................................... (3.11
dimana :
a
= perbandingan (nisbah) manfaat dan biaya pada tahun ke-no1
B, = henejt pada tahun ke-no1
C, = cost pada tahun ke-no1 Rumus dasar persamaan (3.1) tersebut dapat diturunkan menjadi mmus (3.2) berikut yang seterusnya dipakai dalam penulisan ini :
dimana : B
=
Manfaat
C
=
Biaya
B, = manfaat pada waktu ke-n C,
=
biaya pada waktu ke-n
i
=
tingkat bunga
n
=
waktu ke-n
t
=
waktu
3.2.2. Net Present Value dan Internal Rate of Return
NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return) berkaitan satu sama lain.
Kedua kriteria ini dipakai dalam kriteria kelayakau investasi
disamping luiteria B/C ratio. Dalam pelaksanaannya sering dilakukan analisis secara serempak agar hasil perhitungan atau evaluasi, baik yang dihitung berdasarkan BIC, NPV maupun IRR. NPV adalah analisis yang memperhitungkan selisih antara penerimaal~ dan biaya terhadap besanya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sndah mempenimbangkan faktor diskonto pada waktu-waktu
tertentu. NPV merupakan perkalian antara arus kas (tambahan manfaat) dan faktor diskonto. Arus kas (cashflo~tj)dihitung dengan rnengurangkan manfaat kotor (gross margin), yaitu total nilai produksi dengan total biaya kotor. Secasa matematis NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
I'RR adalah rata-rata keuntungan intern tallunan bagi perusaI~aan/perkebunan yang melakukan investasi, biasa dinyatakan dalaxn persen (%). Angka IRR menunjukkan nilai nisbi antara keuntungan terhadap biaya investasi. IRR mempunyai arti discount factor yang menyebabkari NPV sama dengan nol, atau discount factor yang membuat jurnlah nilai kini pengeluaran sama dengan jumlah kini pendapatan. Untuk mencari besaran IRK maka Gittinger (1972) memakai cara "interpolasi" didasaskan pada perhitungan faktor diskonto terkecil dan terbesar dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
IRR
=
1.tr
= bunga modal terendah
i
=
internal rate of retrun
selisih bunga modal terendah dan tei%inggi
AKi,,
=
arus kas pada bunga modal terkecil
AK;,,
=
arus kas pada bunga modal tertinggi dan terendall (angka mutlak)
3.3. Konsep Fungsi Produksi dan Efisiensi Produksi 3.3.1. Konsep Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan suatu bentuk hubungan kumulatif antara faktor-faktor produksi dan produksi yang diperoleh. Pada proses produksi usal~atanilidah buaya, faktor-faktor produksi, seperti : luas garapan, pupuk, tenaga kerja dan manajemen, mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Keputusan penggunaan sumberdaya atau input baik kuantitas maupun kombinasi yang dibutuhkan dalam proses produksi, ditentukan oleh petani selaku manajer usahatani. Hubungan fiisik antara input dan output disebut fungsi produksi. Secara matematis,fungsi produksi ini dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f(A7,,X2,X,.... xi,.... X,)............................................... (3.5) dilnana : Y
= jumlah
produksi yang dihasilkan
XI = jumlali faktor- produksi yang digunakan, i=1,2,..,n Pada proses produksi dapat dibedakan dalam dua jenis. Peitama, faktor produksi yang tidak habis dalam satu proses produksi disebut faktor produksi tetap, seperti; tanah dan bangunan. Kedua, faktor poduksi sifatnya habis dipakai dalam satu proses produksi, disebut faktor produksi tidak tetap (variabel), seperti : pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Berdasarkan faktor
penggunaan faktor produksi dalam proses produksi dibedakan dalam dua jenis. Peltama, faktor produksi dapat dikuasai petani, sepe~ti: luas laltan, jurnlah pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain. Kedua, faktor produksi yang tidak dapat dikuasai petani, seperti : iklim, hama dan penyakit dan bencana alam. 3.3.2. Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi
Efisiensi di sektor peitanian berkaitan dengan jumlah sumberdaya yang tersedia dan usaha-usaha mengelola sumberdaya yang tersedia secara optimal. Pengeltian "efisiensi" hakekatnya sangat relatif.
Suatu produksi dikatakan
lebih efisien dari produksi lain apabila menghasilkan output lebih tinggi nilainya untuk tingkat input yang sama atau dapat mengurangi penggunann sejumlah input untuk memperoleh sejumlah input untuk memperoleh sejumlah output yang sama. Efisiensi produksi terdiri dari efisiensi teknis dan efisiensi ekonmis. Efisiensi didefinisikan sebagai hasil produksi maksimum yang dicapai untuk suatu kombinasi input yang diberikan. Suatu usahatani dikatakan efisien secara teknis, jika usahatani tersebut menghasilkan jumlah produksi lebih banyak daripada usahatani menggunakan sejumlah faktor produksi yang sama, atau suatu usaliatani menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan menggunakan faktor produksi lebih sedikit daripada usahatani
lain
(Soekartawi, 1990). Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa penggunaan faktor produksi disebut efisien apabial proses produksi berada pada daerah rasional (daerah II), yaitu ketika nilai elastisitas produksi antara 1101 dan satu. Tingkat produksi maksimum tercapai jika syarat keharusan (necessary
condition) terpenuhi. Dengan menggunakan fungsi produksi pada persamaan (3.5), maka fungsi keuntungan dapat dinyatakan sebagai berikut : ~ = Y . P ~ - C X ~ P........................................................ X, (3.6)
dimana :
n
=
keuntungan usahatani
Y
=
output
Py = harga output Xi = input (i= 1,2,3, ... n) PxI = harga inprtt (i=1,2,3,. ..n) Keuntungan maksimum tercapai apabila turunan pertama d a ~ i fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol.
P,PMxi=Pxi di~nana: P,PMx;
=
nilai produk marjinal Xi
Pxi
=
harga input Xi
Jika harga faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, persamaan ditulis sebagai berikut:
Pada penggunaan lebih dari satu faktor produksi, ~nisalnyan faktor produksi, maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila : NPMx, Px,
-
NPMx,- NPMx3 NPMx - ..... --I Px, px3 Pxn
I
_
...............
Berdasarkan rumus syarat kecukupan, suatu faktor produksi dikatakan telah dialokasikan secara optimal apabila NPM yang dihasilkan sama dengan Px;. Hal ini berarti tamballan biaya yang dikeluarkan untuk fakor produksi sama dengan tambahan penenmaan yang diperoteh. Berdasarkan persamaan (3.7) diketahui keuntungan maksimum suatu proses produksi tercapai apabila petani menggunakan sejumlah faktor produksi sedemikian rupa sehingga rasio NPM dengan Px; untuk seluxuh penggunaan faktor produksi sama dengan satu. Jika rasio NPMxi dengan Pxi kurang dari satu menunjukkan penggunaan faktor produksi telah melampaui batas optimal. Setiap tambahan penggunaan faktor produksi akan menghasilkan NPM yang lebih kecil dari tambahan biaya yang hams dikeluarkan untuk faktor produksi tersebut.
Pada kondisi ini produsen rasional sebaiknya mengurangi
penggunaan faktor produksinya sampai mencapai kondisi optimal. Jika rasio NPMx; dengan Pxi lebih besar dari satunya menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi belum optimal.
Produsen yang rasional akan menambah
penggunaan faktor produksinya hingga mencapai kondisi optimal atau rasio NPMx; dengan Px; sama dengan satu.
3.4. IConsep Pendapatan Rumahtangga
Tingkat pendapatan rumahtangga dipengaruhi oleh kesempatan kerja yang ada, tetapi juga dipengaruhi oleh produktiivitas tenaga kerja itu sendiri. Sekalipun jumlah jam kerja per pekerja sangat tinggi, tanpa disertai produktivitas yang tinggi, akan menghasilkan pendapatan yang rendah (Ishikawa, 1978 dalani Nusmanaf, 1985). Penguasaan
atas
faktor-faktor
produksi
menentukan
tingkat
produktivitas tenaga kerja. Faktor produksi modal dan atau ketrampilan akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja (Nusmanaf et a/. 1978). Jenis-jenis kegiatan yang menggunakan modallaset atau ketrampilan dapat memberikan pendapatan per satuan waktu yang lebih tinggi (Soentoro et al. 1982). Akan tetapi penguasaan atas faktor-faktor produksi tersebut tidak merata diantara rumahtangga. Bagi rumahtangga yang berpenghasilan rendah, faktor produksi modal dan ketrampilan merupakan ha1 yang langka, sehingga hanya mampu mengerjakan jenis-jenis pekerjaan yang mengandalkan tenaga kerja dan atau sedikit modal, dan sebagai konsekuensinya menerima pendapatan yarlg lebih rendah (Kasryno e/ al. 1981). Pada kenyataanya anggota rumahtangga d a ~ i golongan berpenghasilan rendah, bekerja lebih lama per tahun untuk memenuhi kebutuhannya, karena upah per satuan waktu yang rendah (Gunawan et al. 1977).