Pesona Wanagama dalam Lembar Arsip Zaenudin
Nama Wanagama tidak asing lagi bagi sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebuah nama yang diperuntukkan bagi hutan yang dimiliki oleh UGM. Wanagama terbentuk dari dua kata yaitu wana yang dalam bahasa Jawa berarti alas atau hutan dan gama yang merupakan akronim dari Gadjah Mada. Jadi Wanagama berarti alas atau hutan yang dirintis, dimiliki dan dikelola oleh Universitas Gadjah Mada. Hutan Wanagama bahkan sudah dikenal oleh masyarakat dunia, terbukti dengan banyaknya tamu-tamu mancanegara yang datang silih berganti mengunjunginya. Wanagama terletak di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Luasnya mencapai 600 hektar meliputi empat desa di dua kecamatan yang berbeda, yakni Kecamatan Patuk dan Playen. Tepatnya di sebelah tenggara Kota Yogyakarta yang berjarak tempuh kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Sepanjang jarak sekitar 35 kilometer tersebut terhampar hijaunya pesona alam dan indahnya pemandangan Kota Yogyakarta dari ketinggian.
36
Peta Wanagama (Arsip Kartografi No. AG/GC.CL/4)
Sekilas Wanagama Kalau kita menyusuri Wanagama saat ini, mungkin tidak akan pernah menyangka bahwa dahulu tempat ini merupakan area yang tandus dan gersang. Bermula dari keprihatinan atas kritis dan tandusnya lahan tersebut menggerakkan akademisi dari Fakultas Kehutanan UGM yang dipimpin Prof. Oemi Hani’in Suseno untuk menghijaukannya. Dengan bermodal uang pribadi Prof. Oemi Hani’in Suseno dan kawan-kawan memulai pekerjaan besar mereboisasi lahan yang berjenis tanah mediteran coklat kemerahan tersebut. Rintisan itu dimulai pada tahun 1964 di atas tanah seluas 10 hektar. Setelah berhasil menanam pohon di atas lahan yang ada, maka pada tahun 1967, Fakultas Kehutanan UGM memperoleh hak pakai lahan hutan dari Dinas Kehutananan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lahan tambahan tersebut mencapai luas 79,9 hektar (petak 5) yang dalam perkembangannya berfungsi sebagai hutan pendidikan dan tempat praktek mahasiswa UGM. Kegigihan dan keberhasilan menyelamatkan dan
37
menghijaukan lahan kritis menarik perhatian berbagai pihak seperti pemerintah dan pecinta alam. Dengan banyaknya dukungan, Prof. Oemi Hani’in Suseno dan rekan-rekannya berhasil memperluas kawasan hutan Wanagama menjadi 600 hektar pada tahun 1982. Mereka saling bekerjasama sehingga terwujudlah Wanagama menjadi hamparan hijau yang indah mempesona dan seluas seperti sekarang ini. Direktur Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan SK No. 241/Kpts/DJ/I/1982 tertanggal 3 November 1982 untuk menandaskan fungsi dan luas dari Wanagama. Menurut SK tersebut Hutan Wanagama mempunyai luas ± 600 hektar serta mempunyai fungsi sebagai Hutan Pendidikan bagi UGM. Surat keputusan tersebut juga sekaligus memberi nama resmi Wanagama menjadi ”Hutan Pendidikan Wanagama I”.
(SK No. 241/Kpts/DJ/I/1982, Arsip Tekstual No. AS/IP.TG.05/)
Pesona Alam Wanagama
38
Hutan Wanagama pada awalnya hanya ditujukan sebagai hutan pendidikan. Seiring perkembangan yang semakin meningkat Wanagama akhirnya mempunyai multifungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: sebagai area konservasi sumber daya genetik, lokasi uji genetik spesiesspesies Hutan Tanaman Industri (HTI), daerah tujuan wisata biologi dan ecotourism, tempat studi banding bidang konservasi tanah dan air, serta pusat studi ekosistem kehutanan. Wanagama benar-benar menjelma menjadi sebuah research and education forest yang terbaik di Indonesia. Kawasan Hutan Wanagama menyimpan kekayaan flora dan fauna. Lebih dari 550 jenis tanaman tumbuh di area ini, di dalamnya terdapat pula beragam jenis binatang unggas, kera serta hewan reptilia khas penghuni hutan. Hutan memang menawarkan sensasi kembali ke alam yang kental, di Wanagama rasanya seperti sedang berada di miniatur hutan yang berisikan banyak tanaman dari berbagai daerah. Dimulai dari deretan pohon akasia (Acacia auriculiformis), pohon penghasil bubur kayu yang menjadi primadona banyak perusahaan HTI di Indonesia. Dilanjutkan dengan pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra), tanaman yang menghasilkan minyak atsiri yang berkhasiat untuk menghangatkan badan. Selain itu ada juga barisan pohon pinus (Pinus merkusii) yang meneduhkan kala matahari bersinar terik. Pohon ini banyak ditemukan tumbuh di Sumatera Bagian Tengah. Wanagama masih memiliki aneka ragam pepohonan lain, misalnya: eboni (Diospyros celebica), si kayu hitam dari Sulawesi; cendana (Santalum album), si pohon wangi dari Nusa Tenggara Timur; murbei (Morus alba) dan tak ketinggalan pohon jati (Tectona grandis).
39
Wanagama yang berada di daerah pegunungan nan sejuk dan alami tentu menghadirkan nuansa yang tentram dan damai. Sebelah selatan, timur, barat dan utaranya terlihat pula gunung-gunung kecil karena daerah tersebut masuk wilayah sekitar pegunungan seribu yang membentang sepanjang pesisir Jawa bagian selatan. Pesona Wanagama semakin lengkap dengan adanya 3 sungai yang mengalir di dalamnya, masing-masing adalah Sungai Oya, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Ketiganya menawarkan kesegaran dan kesejukan saat lelah menghampiri setelah mengelilingi Wanagama.
(Rektor UGM Foto Bersama Tamu di Wanagama, Arsip Foto No. AF2/IP.IT/1986-1C)
Pesona Sosial Wanagama Wanagama tak hanya menjadi tempat tumbuh dan hidup berbagai jenis pepohonan, namun juga tempat bergantung hidup bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat dan Wanagama bermitra serta menjalin hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Beternak sapi merupakan mata pencarian sebagian besar masyarakat sekitar Wanagama. Masyarakat diperbolehkan menanam rumput kalanjana di sela-sela lahan kosong
40
Wanagama. Rumput tersebut menjadi makanan bagi sapi-sapi milik warga. Sebagai timbal baliknya, Wanagama mendapat pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak. Terdapat pula beberapa anggota masyarakat yang berjualan madu. Madu didapat dari peternakan lebah yang terdapat di sebelah timur laut Wanagama. Sama seperti rumput kalanjana, peternakan lebah juga berada di tengah rimbun lahan Wanagama. Stok madu biasanya berlimpah saat musim hujan, karena pada saat itu bunga-bunga bermekaran.
Mereka yang Terpesona Kerja keras dan pengabdian Prof. Oemi Hani’in Suseno dan kawankawan akhirnya berbuah. Banyak penghargaan, dukungan dan simpati berdatangan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Hal ini terbukti dengan banyak penghargaan dan kunjungan yang dilakukan tokohtokoh Indonesia dan dunia. Pada tahun 1989 Pemerintah Indonesia menganugerahi Beliau Kalpataru, sebuah penghargaan tertinggi dalam bidang lingkungan. Wanagama juga dikunjungi banyak pejabat negara dan tokoh nasional, diantaranya adalah kunjungan Presiden Abdurrahmad Wahid pada tanggal 16 Februari 2001 serta mantan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 26 Januari 2005.
41
(Kunjungan Presiden KH. Abdurrahman Wahid)
(Kunjungan Mantan Presiden Megawati S.)
Pemimpin dan tokoh dunia juga tidak mau ketinggalan untuk menunjukan simpatinya pada Wanagama. Diawali Putera Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles yang datang ke Wanagama pada tanggal 5 November 1989. Sang Pangeran bahkan meninggalkan kenangan di Wanagama yang masih bisa disaksikan sampai saat ini. Pohon jati yang beliau tanam tumbuh subur hingga sekarang yang kemudian terkenal dengan sebutan ”Jati Londo”. Charles juga meninggalkan rute yang menjadi favorit pengunjung Wanagama. Rute tersebut berawal dari Wisma Cendana dan berakhir di Bukit Hell. Jalan menuju bukit itu sepanjang 50 meter dan
42
di kanan kirinya banyak tumbuh subur pohon cendana. Tokoh luar negeri lain yang pernah mengunjungi Wanagama adalah Menteri Kehutanan Vietnam bersama 80 orang pada tanggal 11 Februari 1990, serta suami Ratu Elizabeth dari Belanda yaitu Pangeran Bernard pada tanggal 21 Maret 1996.
(Pangeran Charles menanam Jati)
(Pangeran Charles bejalan dengan Menteri Lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim)
43
(Kunjungan Pangeran Bernard)
Terdorong keinginan untuk menyelamatkan lingkungan serta terinspirasi kesuksesan Wanagama maka Fakultas Kehutanan UGM kembali membuat hutan Wanagama lagi, yaitu di Jambi dan Kebumen. Dengan demikian Hutan Wanagama menjadi 3 lokasi yaitu: Wanagama I di Gunungkidul, Wanagama II di Jambi, dan Wanagama III di Kebumen. Wanagama yang disebut paling akhir diresmikan oleh Menteri Kehutanan RI pada tanggal 18 Desember 2010.
44
REFERENSI
Peta Wanagama
SK Dirjen Kehutanan No. 241/Kpts/DJ/I/1982
Suwarni & Heri Santoso, “60 Tahun Sumbangsih UGM bagi Bangsa”, UGM, Yogyakarta, 2009. www.ugm.ac.id., 18 September 2012.
www.Yogyes.com., 19 September 2012.
45