PERSEPSI PETANI TERHADAP PERANAN PENYULUH PERTANIAN DI DESA SIDOMULYO DAN MUARI DISTRIK ORANSBARI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN
KRISNAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Krisnawati NIM I351110011
RINGKASAN KRISNAWATI. Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan PANG S ASNGARI. Penelitian ini mengenai persepsi petani mengenai peranan penyuluh pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Manokwari Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan petugas penyuluh lapang (teknisi, fasilitator dan advisor) di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Faktor tersebut meliputi: (1) faktor internal yaitu karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non-formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusaha tani) dan (2) faktor eksternal petani (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan petuga penyuluh lapang). Responden penelitian sebanyak 80 petani yang masih aktif dalam kegiatan penyuluhan. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan membuat tabel frekuensi dan persentase dan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 0,05% untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas. Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa (1) sebagian besar anggota kelompok tani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari masih berada pada usia produktif masa bekerja yaitu 35-47 tahun, dengan tingkat pendidikan tamat SLTP, sering mengikuti kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan usaha tani, memiliki pengalaman berusaha tani 10-20 tahun, aktif mengikuti petemuan rutin kelompok tani, (2) persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor dikategorikan baik, (3) ada hubungan antara faktor internal karakteristik petani dan faktor eksternal (sistem sosial) terhadap persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor. Kata kunci: persepsi, peranan penyuluh pertanian, petani, penyuluh pertanian
SUMMARY KRISNAWATI. This research is on farmers perception of the role agriextensionworker in Sidomulyo dan Muari Village Oransbari Sub District south of Manokwari. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and PANG S ASNGARI. This research is about This research is on farmers perception of the role agri-extensionworker in Sidomulyo dan Muari Village, Oransbari Sub District, south of Manokwari. Purpose of this research is analyzed that influence farmers’s perceptions of the role extension agent’s (technician, facilitator and advisor). These factors include: (1) internal factors: the characteristics of farmers (age, formal education, non formal education, land ownership and farming experience) and (2) external factors: the social system (farmer involvement in the group and knowledge farmers of the role agri-extensionworker) includes two sample villages in Oransbari Sub District South Manokwari of West Papua by 80 respondents farmers who are still active in outreach activities. Data were analyzed with descriptive and inferential create frequency tables and percentages and using the Spearman rank correlation test at the level of 0.05 % to see the level of relationship between the independent variables . The results showed that (1) most of the members of farmer groups in the Sidomulyo and Muari Village are farmers has age period 35-47 years, with the level of education completed junior high school, often following training activities, internships, field trips related to agricultural extension activities, has a wide enough area 600-1000 m2, have 10-20 years of experience trying to farm, actively participates in regular meetings of relating to agricultural extension activities, (2) farmer’s perceptions of the role agri-extensionworker as a technician, facilitator and advisor categorized good, (3) there is a relationship between internal factors and external factors farmer characteristics (social systems) on farmer’s perceptions of the role agri-extensionworker as a technician, facilitator and advisor. Keywords: perception, the role of agri-extensionworker, farmer, the agriextensionworker
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERSEPSI PETANI TERHADAP PERANAN PENYULUH PERTANIAN DI DESA SIDOMULYO DAN MUARI DISTRIK ORANSBARI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN
KRISNAWATI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis
: Prof Dr Ir Sumardjo MS
Penguji Program Studi
: Dr Ir Anna Fatchiya MSi
3
Judul Tesis : Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan Nama : Krisnawati NIM : I351110011
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Ketua
Prof Dr Pang S Asngari Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Sumardjo, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 30 Januari 2014
Tanggal Lulus:
4
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah Persepsi, dengan judul Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluhan Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih MSi dan Bapak Prof Dr Pang S Asngari selaku pembimbing yang dengan sabar dan tak mengenal lelah memberi arahan dan bimbingan serta memberi kemudahan pada penulis. Terimakasih juga kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah MSc dan Prof Dr Ir Sumardjo MSi atas saran-sarannya yang yang luar biasa. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh masyarakat petani, petugas penyuluh lapang, kepala desa dan kepala distrik di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari atas bantuannya memberikan informasi terkait penelitian. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa BPPS yang diberikan selama dua tahun, terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dan Yayasan Toyota Foundation atas bantuan dana penelitian. Ucapan terimakasih dan penghargaan paling dalam kepada suami tercinta Jeffry Ronald Pattiasina atas doa serta dengan kasih sayang mendampingi penulis selama penulis melakukan penelitian hingga karya ilmiah ini selesai dikerjakan, juga kepada putri kami yang tersayang Alyne Aprilia Pattiasina yang hadir menemani penulis hingga menyelesaikan pendidikan. Penulis juga sampaikan terimakasih luar biasa kepada kedua orangtua yang tak hentinya mendoakan penulis. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku terkasih PPN 2011 Nini Kusrini, Afni Zahara, Rikhlata, Pak Zainuddin, Pak Suherdi, Pak Multi, Rafnel, Bunda Irma, Pak Iwan, Pak Darojat, Pak Akrab dan mba Desi Garibaldi atas kebersamaan, canda tawa dan dukungan kepada penulis. Terimakasih juga kepada sahabatku terkasih Siti, Kak Fitri, Kak Vannie, Kak Selvi, Abi serta teman-teman IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pasca Papua) atas dukungan moril dan doanya. Penulis menyadari ketidaksempurnaan karya ilmiah ini, saran dan kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2014 Krisnawati
5
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 3 4 5
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Persepsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Karakteristik Petani Konsep Petani Konsep Peranan Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan Peranan Petugas Penyuluh Lapang Peranan Penyuluh dalam SKKNI Tahun 2010 Keranngka Berpikir Hipotesis
5 5 6 8 11 12 14 15 19 22 23
METODE Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data Populasi dan Sampel Data dan Instrumen Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional
24 24 24 24 25 25 25 27 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Penyuluh Pertanian Desa Sidomulyo dan Muari Karakteristik Petani Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Faktor Internal dan Eksternal Petani yang Berhubungan dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian
32 32 33 34 39 40 41 42
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
52 52 53
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
56
DAFTAR TABEL 1. Identifikasi kompetensi umum dan inti pada masing-masing level penyuluh pertanian (SKKNI tahun 2010) 2. Uji validitas iten instrumen 3. Uji reabilitas item instrumen 4. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran karakteristik petani 5. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran faktor eksternal 6. Variabel, definisi operasional, indikator dan pengukuran persepsi petani terhadap peranan PPL 7. Distribusi frekuensi variabel pengetahuan petani terhadap peranan 8. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai teknisi 9. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai fasilitator 10. Distribusi frekuensi variabel peranan PPL sebagai advisor 11. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan PPL sebagai teknisi 12. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan PPL sebagai teknisi 13. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan PPL sebagai fasilitator 14. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan PPL sebagai fasilitator 15. Hubungan faktor internal dengan persepsi petani terhadap peranan PPL sebagai advisor 16. Hubungan faktor eksternal dengan persepsi petani terhadap peranan PPL sebagai advisor
21 26 27 28 29 30 38 39 41 42 43 45 46 48 49 51
DAFTAR GAMBAR 1. Kondisi kesenjangan yang dihadapi masyarakat petani di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan 2. Pembentukan persepsi menurut Litteret (Asngari, 1984) 3. Peranan terbaik seseorang
4 6 13
7 4. Kerangka berpikir penelitian 5. Karakteristik usia responden 6. Karakteristik pendidikan formal responden 7 Karakteristik pendidikan non formal responden 8. Karakteristik status kepemilikan lahan responden 9. Karakteristik pengalaman berusahatani responden 10. Karakteristik keterlibatan petani dalam kelompoktani
23 34 35 36 36 37 38
DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil uji statistik inferensial 2. Peta Kabupaten Manokwari Selatan 3. Skestsa peta daerah penelitian
56 60 61
8
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan tanggapan terhadap suatu rangsang. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap peran penyuluh. Persepsi petani terhadap peran penyuluh dapat menjadi salah satu faktor penghambat atau pendorong bagi partisipasi atau keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan petani Distrik Oransbari kurang partisipasi dalam kegiatan penyuluhan yakni petani masih kurang percaya kepada penyuluh karena penyuluh lebih menitikberatkan pada penyampaian materi tanpa melihat sejauhmana petani mengadopsi. Selain itu ditunjukkan oleh persepsi petani tentang penyuluh pertanian. Persepsi seseorang tentang sesuatu erat hubungannya dengan tindakan orang tersebut pada hal itu. Untuk itu, perlu dikaji tentang persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian guna mengetahui kebutuhan petani dan harapan petani. Diberlakukannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang mewujudkan otonomi daerah, akan memberikan keleluasan daerah dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintah daerah. Era otonomi daerah di Kabupaten Manokwari dimulai tahun 2001, sejalan dengan pemikiran Sumardjo (2008) seiring implementasi otonomi daerah, komitmen pemerintah terhadap penyuluhan melemah. Pemerintah daerah di beberapa tempat kurang memiliki komitmen dukungan terhadap eksistensi dan pengembangan penyuluhan, sehingga kurang menstimulan terjadinya upaya pengembangan kompetensi para penyuluh. Seluruh aktivitas pertanian menjadi urusan daerah dan dikelola oleh Dinas Pertanian daerah, dengan demikian diharapkan kegiatan penyuluhan pertanian akan terlaksana secara baik. Namun kenyataannya dilapangan dihadapkan banyak kendala seperti adanya perubahan pengelolaan dan penanganan penyuluh pertanian dan hilangnya keberadaan institusi penyuluhan di tingkat kabupaten, sehingga menyebabkan basis para penyuluh mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada lokasi penelitian yaitu di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Empat belas desa di Distrik Oransbari hanya 2 desa yang kegiatan penyuluhan pertaniannya masih aktif yaitu Desa Sidomulyo dan Muari. Desa-desa yang kegiatan penyuluhan pertanian tidak aktif disebabkan karena petani kurang percaya kepada penyuluh pertanian, ini yang membuat petani tidak aktif dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian di Distrik Oransbari selama ini hanya menitikberatkan pada penyampaian materi tanpa melihat sejauhmana petani mengadopsi dan kurang memberi solusi masalah usahatani. Peran penyuluh dalam kegiatan penyuluhan diharapkan dapat membantu memecahkan masalah usahatani yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian. Namun penyuluh pertanian tetap berusaha membantu petani
2
dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani. Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang diperlukan petani. Selain itu penyuluh pertanian juga berperan untuk membantu petani dalam peningkatan usahataninya (van den Ban dan Hawkins 1999). Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Salah satu fungsi penyuluh pertanian mengajak petani agar mau melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi usahanya. Penyuluh dapat mempengaruhi melalui perannya sebagai fasilitator, supervisor dan advisor. Berbagai peran tersebut diterapkan oleh penyuluh pertanian dengan kadar yang berbeda. Peranan penyuluh pertanian penting dalam membantu petani, oleh karena itu Pemerintah menetapkan rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pertanian bidang penyuluhans pertanian tahun 2010 yang menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia yang mencerminkan keprofesian seorang penyuluh pertanian dan merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam mewujudkan reviltalisasi pertanian melalui tujuan pembangunan yaitu mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan yang difokuskan pada penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian, peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan petani dan peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Peranan penyuluh pertanian secara desktiptif yang tercantum dalam SKKNI tahun 2010 adalah sebagai fasilitator, supervisor dan advisor. Penentuan standar tersebut untuk meningkatkan mutu pertanian atau dalam hal ini disebut sebagai revitalisasi pertanian. Revitalisasi pertanian difokuskan pada penataan kelembagaan, peningkatan kuantitas dan kualitas, peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian, peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan petani, pembiayaan pertanian, dan diseminasi teknologi tepat guna untuk meningkatkan efisiensi pertanian di pedesaan sehingga dalam menjalankan program-program pemerintah terkait revitalisasi pertanian dibutuhkan peran penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian sangat berperan dalam mendampingi peserta program, yang terdiri dari petani, kelompok tani (poktan), dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Hal ini dikuatkan dalam UU No. 16 tahun 2006 tentang SPPK mengenai fungsi penyuluh pertanian yaitu sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran, pengembangan kepemimpinan, mempermudah akses informasi, dan mengembangkan pertanian sehingga memiliki daya saing. Oleh karena itu, penyuluh pertanian dituntut dapat menguasai kompetensi professional. Hal ini sejalan dengan hasil penemuan studi yang dilakukan Yoder (1994) menunjukkan bahwa para penyuluh pertanian di negara sedang berkembang perlu menguasai kompetensi professional yang mencakup bidang: administrasi, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi program, komunikasi, metode-metode pengajaran dan penyuluhan, pemahaman terhadap tingkah laku manusia, dan pemeliharaan profesionalisme. Dalam rangka revitalisasi pertanian diberlakukannya UndangUndang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang mewujudkan otonomi daerah, akan memberikan keleluasan daerah dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintah daerah. Kondisi ini sejalan kebijakan pemerintah dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis dan bertujuan mengangkat kehidupan
3
masyarakat tani di pedesaan, harus merupakan inisiatif dan dilaksanakan oleh masyarakat tani sendiri. Penyuluh merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan petani. Kedudukan sebagai ujung tombak menggambarkan penyuluh pertanian memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugas dan fungsinya dalam memajukan petani. Hal tersebut terutama karena masalah yang dihadapi penyuluh pertanian di lapangan tidak saja menyangkut persoalan usatahani semata, melainkan berbagai persoalan baik masalah budaya, sosial, tingkat pengetahuan, maupun kepercayaan masyarakat petani. Oleh karena itu penyuluh pertanian dituntut untuk menggunakan pendekatan yang beragam dalam membantu menyelesaikan persoalan petani.
Masalah Penelitian Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah petani di Distrik Oransbari kurang aktif dalam kegiatan penyuluhan, hal ini disebabkan karena penyuluh pertanian lebih menitikberatkan materi tanpa melihat sejauhmana petani mengadopsi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Marzuki (1994) bahwa selama ini peranan penyuluh yang lebih dominan diterapkan adalah sebagai instruktur atau sebagai tenaga teknis dibanding perannya yang lain. Kegiatan penyuluhan lebih menitikberatkan pada materi yang harus diterima petani dibanding dengan proses bagaimana petani dapat menerima suatu inovasi pertanian tersebut. Akibatnya peran penyuluh pertanian telah mempengaruhi petani yang cenderung menunggu anjuran, instruksi, dan arahan sehingga membuat sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian. Empat belas desa di Distrik Ornsbari hanya 2 desa yang kegiatan penyuluhan masih aktif hingga penelitian ini dilakukan yaitu Desa Sidomulyo dan Muari. Oleh sebab itu peneliti memilih Desa Sidomulyo dan Muari dijadikan sebagai lokasi penelitian. Peneliti ingin melihat kebutuhan dan harapan petani Desa Sidomulyo dan Muari melalui persepsinya terhadap peranan penyuluh pertaian. Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah yang ditelaah dalam penelitian ini adalah: (1) Karakteristik petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari. (2) Persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian. (3) Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian.
4
Kondisi saat ini Kondisi yang diharapkan Penyuluh pertanian Penyuluh pertanian selain sebagai instruktur atau berperan sebagai teknisi juga tenaga teknis yaitu diharapkan sebagai pendidik. kegiatan penyuluhan Peran penyuluh pertanian lebih menitikberatkan sebagai pendidik dalam pada materi pertanian penyampaian materi, perlu yang harus diterima diperhatikan kelengkapan petani dibanding dengan meteri berhubungan dengan proses bagaimana petani pengetahuan usatahani petani dapat menerima suatu sehingga dapat meningkatkan inovasi pertanian. pengetahuan petani. Selain itu Sehingga dalam diperhatikan juga kesiapan penyampaian materi, mental petani dan pengulangan materi yang diberikan aktiviats demontrasi. belum dapat Penyuluh pertanian sebagai meningkatkan fasilitator diharapkan selain pengetahuan petani. sebagai sumber informasi juga Penyuluh pertanian perlu diperhatikan oleh sebagai fasilitator. penyuluh pertanian adalah Penyuluh pertanian penyediaan sarana belajar dan memperkenalkan sumber sebagai motivator bagi petani informasi tetapi penyuluh sehingga mampu pertanian belum mampu meningkatkan pembelajaran meningkatkan kegiatan petani. pembelajaran petani, SKKNI tahun 2010 sehingga menyebabkan menjelaskan peran penyuluh kebanyakan petani tidak pertanian selain sebagai mau berpartisipasi dalam fasilitator juga sebagai kegiatan penyuluhan, supervisor dan advisor bahkan petani tidak Gambar 1. Kondisi yang Dihadapi Masyarakat Petani di Distrik percaya dengan Kesenjangan program Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. yang diadakan oleh PENYULUH PERTANIAN Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan karakteristik petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari. (2) Mengidentifikasi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian. (3) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian.
5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan para praktisi yang berhubungan dengan pengembangan petani dan peranan penyuluh pertanian lapang. Manfaat khusus yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi Perguruan Tinggi diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengembangan petani dan peranan penyuluh pertanian serta dapat mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut. (2) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari dan pihak terkait seperti Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya dalam merumuskan perencanaan pembuatan program-program pemberdayaan pertanian selanjutnya.
2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Persepsi Harihantono (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suati objek (stimulus). Akibat adanya stimulus, individu memberikan respon berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut. persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (2006) sejumlah faktor juga dapat berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Diantara karaktersitik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan. Menurut Leavit (1978), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Letterer (Asngari, 1984), persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta, atau tindakan. Terdapat tiga mekanisme pembentukan persepsi, yaitu: selectivity, closure, interpretation. Informasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dengan pemilihan atau menyaringnya, kemudian informasi yang masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terjadilah interpretasi mengenai fakta keseluruhan informasi. Secara skematis ditunjukkan dalam gambar 2. Pembentukan persepsi menurut Litterer (Asngari, 1984), karena adanya keinginan atau kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat mereka hidup dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. orang bertindak sebagian dilandasi oleh persepsi mereka pada suatu situasi. Selain menurut Stogdill, Hilgard, dan Sanders et all (Asngari, 1984) pengalaman seseorang turut membentuk persepsi seseorang.
6
Mekanisme pembentukan persepsi
Informasi sampai ke individu
Selectivity
pembentukan persepsi
Interpretation “Closure”
Pengalaman masa silam
Persepsi Perilaku
Gambar 2. Pembentukan persepsi menurut Litterer (Asngari, 1984) Persepsi terkait erat dengan masalah sikap, karena persepsi merupakan komponen kognitif sikap. Berdasarkan psikologi sosial sikap diartikan sebagai derajat atau tingkat kesesuaian atau ketidaksesuaian seseorang terhadap objek tertentu. Kesesuaian atau ketidaksesuaian ini dinyatakan dalam skala yang menunjukkan sangat setuju atau sangat tidak setuju terhadap objek sikap. Rakhmat (2000) mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada rangsangan inderawi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi (harapan), motivasi, dan memori. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang diterima. Melihat pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan seseorang terhadap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Harihanto (2001) menyatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (2006) sejumlah faktor juga dapat berperan dalam membentuk dan juga kadang memutar balik persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan. Arumbawa (2004) juga mengemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yaitu : (1) keturunan atau hereditas, (2) kondisi dan tuntutan biologis atau fisiologis, (3) kecerdasan atau pendidikan, (4) proyeksi diri atau asumsi tentang perilaku orang lain yang dikaitkan dengan nilai-nilai diri sendiri, (5) harapan terhadap objek, (6) efek halo (generalisasi sesuatu yang bersifat khusus), (7) sifat dan keyakinan keagamanaan, (8) nilai-nilai individu yang dianut, (9) pengetahuan dan pengalaman masa lalu tentang objek. Sedangkan faktor-faktor eksternal: (1) norma masyarakat, (2) adat istiadat, (3) konformitas (upaya penyesuaian diri
7
terhadap tuntutan orang lain atau tekanan sosial) dan (4) pengaruh ekosistem lainnya. Menurut Rahkmat (2000), persepsi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Menurut Krech dan Crutchfield (1983), terdapat dua variabel yang mempengaruhi persepsi yaitu : (1) variabel structural, adalah faktor-faktor yang terkandung dalam rangsang fisik dan proses neorofisiologik, dan (2) variabel fungsional adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri pengamat seperti kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lampau dan sifatsifat individual lainnya. Rahmat (2000) menyebutkan jika ingin memahami suatu peristiwa kita tidak boleh meneliti fakta-fakta secara terpisah akan tetapi kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang kita harus melihat konteksnya, lingkungannya, dan masalah yang dihadapinya. Persepsi yang benar terhadap suatu objek sangat diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Asngari (1984) mengatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting, karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan tersebut. Hal senada dikemukakan oleh Thoha (1999), bahwa persepsi merupakan unsur penting dalam penyesuaian perilaku. Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku. Hal ini dipertegas oleh pernyataan yang disampaiakn oleh De Vito (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur, kecerdasan, kompleksitas, kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi, dan kesan latihan atau hasil belajar. Sobur (2003) persepsi merupakan proses menyeleksi rangsangan. Terdapat dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan, yakni: (1) Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi. Dalam menyeleksi berbagai gejala untuk persepsi, faktor-faktor intern berkaitan dengan diri sendiri, faktor-faktor tersebut adalah: (a) kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadangkadang ada hal yang kelihatan (yang sebenarnya tidak ada) karena kebutuhan psikologis, (b) Latar belakang. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama. Mereka mengikuti dunia yang serupa dengan mereka, (c) Pengalaman. Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini untuk jenis persepsi tertentu; (d) kepribadian. Seseorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dan persepsi; (e) sikap dan kepercayaan umum. Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap kelompok tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain; (f) penerimaan diri. Orang-orang yang ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. (2) Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi. Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan ialah: (a)
8
intensitas. Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens; (b) ukuran. Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat; (c) kontras. Hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian; (d) gerakan. Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam; (e) ulangan. Biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perspektif. Oleh karena itu, ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan hati-hati; (f) keakraban. Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian; dan (g) sesuatu yang baru. Hal-hal baru juga dapat menarik perhatian. Jika orang sudah terbiasa dengan sesuatu yang sudah dikenal, maka sesuatu yang baru dapat menarik perhatian. Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian lapang dalam penelitian ini adalah : (1) karakteristik petani, yaitu : umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan, dan pengalaman berusahatani, (2) faktor eksternal, yaitu : keterlibatan petani dalam kelompoktani dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian.
Karakteristik Petani Umur Bakir dan Markir (1984) mengemukakan bahwa umur ptoduktif untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15 – 55 tahun. Kemampuan kerja seorang petani sangat dipengaruhi oleh tingkat umur petani tersebut, karena kemampuan kerja produktif akan terus menurun dengan semakin lanjut usia petani. Pada penelitian ini salah satu faktor interen yang mempengaruhi mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku.. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rogers dan Shoemaker (1971), bahwa karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku lalu dipertegas oleh pernyataan yang disampaiakn oleh De Vito (1997) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan persepsi adalah umur, kecerdasan, kompleksitas, kognitif, popularitas, ciri-ciri pribadi, dan kesan latihan atau hasil belajar. Jadi yang dimaksud dengan umur dalam penelitian ini adalah Jumlah tahun sejak lahir hingga penelitian dilakukan. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah pendidikan melalui bentuk sekolah. Menurut Arumbawa (2004), pendidikan formal merupakan salah satu faktor interen yang mempengaruhi persepsi. Pendidikan formal berkaitan erat dengan kognitif seseorang dalam menafsirkan situasi yang dirasakannya dan memahami informasi. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Thoha (1999) bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
9
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Pada penelitian ini persepsi petani dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka seseorang itu semakin paham terhadap informasi yang didapatkannya. Sehingga dapat menafsirkan situasi lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Jadi pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkatan atau level terakhir responden menempuh sekolah formal. Pendidikan Non Formal Ruwiyanto (1994) mendefinisikan pendidikan non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang diorganisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang sudah mapan, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya. Pendidikan non formal juga mepengaruhi cara berpikir petani selain dipengaruhi oleh pendidikan formal. Hal ini dipertegas oleh Soekartawi (1988) pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan merupakan sarana belajar, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek yang lebih modern. Pendidikan dapat diperoleh dari dua sumber yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Jadi yang dimaksud dengan pendidikana non formal dalam penelitian ini adalah jumlah pelatihan kegiatan penyuluhan pertanian yang pernah diikuti oleh petani dalam satu tahun terakhir. Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan petani sangat berkaitan erat dengan tingkat pendapatan mereka. Menurut Rogers (1995), kepemilikan lahan berkaitan dengan keinovatifan seseorang. Bagi masyarakat Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari kepemilikan lahan mencerminkan tingkat kesejahteraan mereka karena hal tersebut akan menentukan besarnya pendapatan rumahtangga. Petani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari memiliki luas lahan rata-rata 1 hektar. Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan dalam menggunakan sarana produksi. Jadi yang dimaksud status kepemilikan lahan dalam penelitian ini adalah hak milik lahan yang diusahakan atau digarap oleh petani. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani cenderung mempengaruhi keputusan yang akan diambil petani pada kegiatan usahatani berikutnya. Petani yang umumnya berhasil adalah mereka yang dapat belajar dari pengalaman masa lalunya. Pada penelitian ini, pengalaman berusahatani responden diukur berdasarkan tiga indikator yakni: lama (jumlah tahun) usahatani yang dilakukan, kemampuan mengenali kendala atau hambatan teknis, serta kemampuan menyelesaikan masalah dalam usahatani. Pengalaman akan menjadi dasar terhadap pembentukan pandangan individu untuk memberikan tanggapan dan penghayatan. Bagi petani yang telah lama menggeluti pekerjaannya sebagai petani akan lebih terampil dan cenderung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik daripada petani baru. Menurut Weaver
10
dalam Dewi (2004), pengalaman memberikan peran bagi individu dalam pemilihan stimulus yang akan dipersepsikan. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Jadi yang dimaksud dengan pengalaman berusahatani dalam penelitian ini adalah lama bekerja sebagai petani sampai dilakukan penelitian dan kemampuan mengenali dan menyelesaikan kendala dalam usahatani. Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompoktani adalah kumpulan petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama, dengan demikian kelompoktani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) beranggotakan petani-nelayan, (2) hubungan antara anggota erat, (3) mempunyai pandangan, kepentingan yang sama dalam mengelolah usahataninya, (4) mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha, (5) usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/bisnis dan (6) mempunyai tujuan yang sama. Persepsi akan mempengaruhi pola interaksi anggota kelompok dalam melakukan usahataninya secara individual maupun kelompok. Persepsi yang baik terhadap suatu kelompok, akan menyebabkan sikap dan perilaku yang baik dari anggota terhadap kelompoknya. Salah satu karakteristik kelompok tani adalah keterlibatan petani dalam kelompoktani yakni pertemuan rutin yang diikuti oleh anggota kelompotani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari. Pertemuan kelompok tani dilaksanakan dengan tujuan untuk membahas dan menyelesaikan suatu topik permasalahan atau pertemuan diselengarakan dalam rangka untuk mengambil keputusan atau menghasilkan kesepakatan dan pertemuan kelompok dapat juga dilaksanakan dalam rangka merumuskan kebijakan atau untuk menysun rencana kerja kelompok. Manfaat diselengarakannya pertemuan kelompok yaitu dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok dan anggotanya, sebagai wadah untuk menggali potensi yang ada pada anggota kelompok, sebagai media pertanggung jawaban/ pelaporan pengurus, sebagai alat agar organisasi atau kelompok tersebut menjadi berfungsi dengan baik serta sarana bagi anggota untuk mendapatkan pelayanan dari kelompoknya. Keterlibatan petani dalam kelompoktani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah pertemuan rutin (bulanan) yang pernah diikuti oleh anggota kelompoktani (petani) berkaiatan dengan kegiatan penyuluhan pertanian. Pengetahuan Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian Menurut Sudarta (2002), pengetahuan petani sangat membantu dan menunjang kemampuannya untuk mengadopsi teknologi dalam usahataninya dan kelanggengan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan petani maka kemampuannya dalam mengadopsi teknologi di bidang pertanian juga tinggi, dan sebaliknya. Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau
11
tindakan. Wawasan petani yang baik tentang suatu hal akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong terjadinya perubahan perilaku. Dengan demikian pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau tindakan. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan. Dengan demikian petani yang mempunyai wawasan positif terhadap peranan penyuluh pertanian, maka dapat mendorong untuk melakukan apa yang disarankan penyuluh pertanian. Persepsi adalah tanggapan yang mengandung makna yang terorganisasi tentang suatu rangsangan setelah melalui proses memahami, menafsirkan, menginterpretasikan, dan memikirkan secara sadar. Kualitas persepsi yang muncul tergantung dari kemampuan petani menafsirkan, menginterpretasikan, dan memahami informasi tentang peranan penyuluh pertanian. Jadi wajar jika persepsi petani berbeda-beda. Ban dan Hawkins (1999) menjelaskan bahwa pengetahuan berharga yang diperoleh petani dapat memberikan rekomendasi untuk mengadopsi teknologi yang sesuai untuk mengembangkan usahatani dalam jangka panjang. Artinya jika pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian tinggi, maka persepsi yang diberikan adalah baik. Sebaliknya jika pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian rendah, maka persepsi yang diberikan adalah buruk atau tidak baik. Pengetahuan persepsi petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan petani dalam menafsirkan, menginterpretasikan, dan memahami tentang peranan penyuluh pertanian.
Konsep Petani Eric (1984) mendefinisikan petani sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup penggarapan atau penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka. Definisi petani oleh Wolf menitikberatkan pada kegiatan seseorang yang secara nyata bercocok tanam dan membuat keputusannya sendiri dalam proses cocok tanam. Oleh karenanya Wolf tidak memasukkan buruh tani tak bertanah karena dianggap sebagai pekerja yang tidak berhak membuat keputusan atas tanaman. Mosher (1991) mengemukakan pendapat bahwa, energi matahari menimpa permukaan bumi dimana-mana dengan atau tanpa manusia. Dimana saja terdapat suhu yang yang tepat serta air yang cukup maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan hiduplah hewan, manusialah yang datang mengendalikan keadaan ini, ia mengecap keguanaan dari hasil tanaman dan hewan, ia mengubah tanaman-
12
tanaman dan hewan serta sifat tanah supaya lebih berguna baginya, dan manusia yang melakukan semua ini disebut petani. Mosher mengemukakan bahwa dalam menjalankan usaha taninya, setiap petani memegang dua peranan yakni petani sebagai juru tani (cultivator) dan sekaligus sebagai seorang pengelola (manajer). Peranan petani sebagai juru tani yaitu memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasilnya yang bermanfaat. Sedangkan peranan petani sebagai pengelola (manajer) yaitu apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tanam pada umumnya yakni keterampilan tangan, otot, dan mata, maka keterampilan sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan. Tercakup didalamnya terutama pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Mosher juga membagi pertanian dalam dua golongan, yaitu pertanian primitif dan pertanian modern. Pertanian primitif diartikan sebagai petani yang bekerja mengikuti metode-metode yang berasal dari orang-orang tua dan tidak menerima pemberitahuan (inovasi). Mereka yang mengharapkan bantuan alam untuk mengelolah pertaniannya. Sedangkan pertanian modern diartikan sebagai yang menguasai pertumbuhan tanaman dan aktif mencari metode-metode baru serta dapat menerima pembaruan (inovasi) dalam bidang pertanian. Petani macam inilah yang dapat berkembang dalam rangka menunjang ekonomi baik dibidang pertanian maupun dibidang-bidang lainnya. Koentrjaraningrat (1987) memberikan pendapat bahwa petani atau peasant itu, rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama, tetapi merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab dalam masyarakat kota. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yang sederhana dan dengan ketentuan-ketentuan produksi yang tidak berspesialisasi. Hermanto (1989) memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan bahwa petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan mengutamakan hasil laut. Jadi yang dimaksud petani dalam penelitian ini adalah orang yang matapencahariannya bercocok tanam (baik subsistem ataupun komersil), yaitu mereka yang mengelola usaha di bidang pertanian (tanaman pangan). Kegiatannya meliputi membuka lahan hingga pemasaran hasil pertanian.
Konsep Peranan Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa” (Poerwadarminta, 1995). Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
13
Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian, 2009). Hal senada disampaikan oleh Soekanto (1983) (Asngari 2001) bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya menunjukkan dia menjalankan peranannya. Hak dan kewajiban itu merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kehidupan sehari-hari seseorang menduduki satu posisi tertentu dalam struktur sistem sosial ini disebut posisi peranan (role position). Rangkaian tingkah laki dilakukan karena adanya peranan tersebut. Berlo (1960) (Asngari 2001) menyebutkan bahwa ada role prescription, role description dan role expectation. Ketiga dimensi peranan ini seyogyanya berjalan seiring. Artinya seseorang berperanana baik sekali bilamana role prescription, role description dan role expectation adalah sama (Gambar 3). Ini berarti tingkah laku peranan yang demikian adalah terbaik dan ideal. Peranan yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peranan yang dilakukan. Role prescription Role Description Role Expectation Gambar 3.=Peranan Terbaik=Seseorang
Gambar 3. Peranan Terbaik Seseorang Peran seseorang dalam kedudukannya dalam suatu posisi meliputi : (1) norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi dan perilaku penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1990). Sejalan dengan pernyataan di atas Slamet (2003), mengatakan bahwa dalam kegaitan atau aktivitas yang berkaitan dengan status dalam masyarkata atau lingkungannya disebut sebagai peran individu atau kelompok yang bersangkutan. Hal-hal yang menjadi harapan terhadap seseorang atau sekelompok dan yang seharusnya dilaksanakan oleh orang atau kelompok tersebut merupakan perang orang atau kelompok yang bersangkutan. Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (1994) dalam buku “ ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut : (1) Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen, (2) Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status, (3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata, (4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya, dan (5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. Jadi peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harapan atau keinginan petani terhadap peranan penyuluh pertanian haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan.
14
Konsep Penyuluh atau Agen Perubahan Menurut Vallera (1987), penyuluh disebut juga sebagai agen perubahan. Agen perubahan mempunyai peran yang sangat penting dalam ekstensi sistem penyuluhan. Agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antardua (atau lebih) sisitem sosial yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang ingin dibawa, yakni membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok orang. Soekanto (1930) menyatakan, pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. (Soekanto, 1992). Menurut Havelock (1973), agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana.(Nasution, 1990). Pengenalan dan kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide baru tersebut yang dikenal dengan sebagai inovasi, dilakukan dengan harapan agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan. Sebagai komponen dalam melakukan kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh pertanian adalah sumber atau komunikator. Peran seorang penyuluh pertanian akan menjadi semakin penting manakala dikaitkan dengan fungsinya sebagai agen perubahan. Penyuluh pertanian datang ke tengah suatu masyarakat membawa sejumlah ide dan gagasan. Umumnya ide dan gagasan tersebut mengandung hal-hal yang baru bagi masyarakat yang di datanginya. Tujuan penyebarluasan ide dan gagasan itu adalah untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kini menuju keadaan yang lebih baik lagi. Usaha perubahan tersebut termasuk ke dalam apa yang dikenal sebagai perubahan sosial (social change). Oleh karena itulah para penyuluh, yakni orang-orang yang mempelopori perubahan sosial disebut sebagai agen perubahan (agent of change). Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani, agar mau mengubah cara berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju. Penyuluh pertanian yang juga disebut sebagai agen peruabahan adalah seorang atau pihak tertentu yang membawa perspektif orang luar terhadap situasi perubahan organisasi. Sedangkan Roger dan Shoemaker (1983) (Mardikanto 1993) mendefinisikan penyuluh sebagai seorang yang secara proesional mempengaruhi keputusan-keputusan inovasi dalam arah yang dikehendaki oleh lembaga penyuluhan. Undang-undang No 16 Tahun 2006 menyatakan pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi,
15
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesarbesarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Penyuluh berdasarkan UU No 16 tahun 2006 adalah : (a) Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (b) Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. (c) Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994), yang menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik. Penyuluhan pertanian ialah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan (Samsudin, 1987). Penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Jadi yang dimaksud penyuluh pertanian dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian PNS atau honorer dan penyuluh pertanian swadaya yang tugasnya bergerak di bidang penyuluhan pertanian di lapangan yang berhubungan dengan para petani, khususnya petani tanaman pangan di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari.
Peranan Penyuluh Pertanian Lapang Menurut Fashihullisan (2009), peranan penyuluh dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya. Peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam empat peran yaitu : (1) peran fasilitator
16
(facilitative roles), (2) peran pendidik (educational roles), (3) peran utusan atau wakil (representasional roles) dan (4) peran teknikal (technical roles) Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian yaitu (1) sebagai guru artinya seorang penyuluh harus terampil menyampaikan inovasi untuk mengubah perilaku sasarannya, (2) sebagai penganalisa atau analisator artinya seorang penyuluh harus memiliki keahlian untuk melakukan pengamatan terhadap keadaan, masalah dan kebutuhan masyarakat sasaran serta mampu memecahkan maslaah petani, (3) sebagai penasehat atau konsultan, artinya seorang penyuluh harus ketrampilan dan keahlian untuk memilih alternative perubahan yang paling tepat, yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomis menguntungkan dan dapat diterima oleh nilai-nilai budaya sosial setempat, dan (4) sebagai organisator, artinya seorang penyuluh harus mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif terciptanya perubahan-perubahan, dan memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan terencana serta sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994) juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian moderen yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah: (1) Sebagai peneliti mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) Sebagai pendidik meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. (3) Sebagai penyuluh menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya. Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut. Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai
17
antara lain sebagai penyedia jasa pendidikan (educator), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani. Menurut Rogers (1995), terdapat tujuh peran agen pembaruan dalam proses pengenalan inovasi kepada klien yaitu: (1) Membangkitkan kebutuhan terhadap adanya perubahan. Tugas awal seorang agen pembaruan adalah untuk membantu klien menyadari kebutuhan akan adanya perubahan, terutama untuk mesyarakat yang masih terbelakang. Rendahnya wawasan tentang perencanaan, aspirasi, motivasi untuk berprestasi, dan juga sikap mereka yang terlalu pasrah pada keadaan merupakan gambaran masyarakat terbelakang. Agen pembaruan dalam menghadapi kondisi seperti ini harus berperan sebagai katalisator (pembuka kran) untuk menyadarkan klien tentang kebutuhannya. Agen pembaruan dapat menjalankan perannya dengan menyampaikan alternatif-alternatif solusi yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada, mendramatisasi, dan juga mampu meyakinkan klien bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalannya. Agen pembaruan melakukan upaya-upaya ini dengan cara persuasif dan membuka diri untuk melakukan konsultasi kepada kliennya. Kondisi klien yang kurang mempunyai wawasan seringkali kurang menyadari persoalan yang terjadi sehingga mereka juga tidak mempunyai solusi tepat untuk menyelesaikannya maka agen pembaruan dituntut untuk membantu kliennya dengan menyediakan informasi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi klien. (2) Menciptakan suatu hubungan yang memungkinkan adanya pertukaran informasi. Agen pembaruan dalam melakukan kegiatan penyuluhan harus menciptakan hubungan yang akrab dengan klien. Keakraban dapat diciptakan agen pembaruan dengan menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, jujur, memiliki empati yang tinggi terhadap klien, serta saling bertukar informasi dan pengalaman dengan klien. (3) Mendiagnosis permasalahan. Keakraban yang sudah terjalin maka seorang agen pembaruan diharapkan dapat mendiagnosis permasalahan yang ada. Dalam mendiagnosis permasalahan yang ada, agen pembaruan harus melihatnya dari sudut pandang klien sehingga permasalahan yang dapat ditangkap oleh agen pembaruan benar-benar permasalahan yang dihadapi masyarakat. Maka diperlukan empati yang tinggi dari seorang agen pembaruan. (4) Menumbuhkan motivasi untuk berubah pada diri klien. Setelah permasalahan dapat digali maka agen pembaruan harus berusaha untuk membangkitkan motivasi klien untuk melakukan perubahan dan mendorong klien untuk menaruh perhatian pada inovasi yang dibawa agen pembaruan. (5) Merencanakan aksi pembaruan. Agen pembaruan selanjutnya berusaha untuk mempengaruhi perilaku klien sesuai dengan rekomendasinya berdasarkan kebutuhan klien. Diharapkan klien tidak hanya menaruh minat tetapi juga merencanakan untuk mengadopsi inovasi tersebut. Agen pembaruan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu klien dalam mencapai tujuannya yaitu dengan cara memberikan nasehat secara tepat waktu untuk menyadarkan klien tentang permasalahan yang ada, memberikan alternatif solusi, memberikan informasi mengenai konsekuensi
18
dari setiap alternatif yang diberikan, membantu klien memutuskan tujuan yang paling penting, membantu klien dalam mengambil keputusan secara sistematis baik perorangan maupun kelompok, membantu klien belajar dari pengalaman dan uji coba, dan mendorong klien untuk saling bertukar informasi. (6) Menjaga keberlangsungan proses adopsi dan menghindakan adanya penghentian proses adopsi. Agen pembaruan harus mampu mendorong klien untuk menerima inovasi tersebut dan menjaga agar klien semakin yakin dengan penerapan inovasi tersebut dapat membantunya memecahkan persoalan hidupnya. Pada tahap ini agen pembaruan harus terus memberikan informasi yang dapat lebih meyakinkan klien. Informasi yang diberikan juga harus dapat mencegah klien membatalkan keinginannya menerapkan inovasi yang dibawa agen pembaruan. (7) Mencapai hubungan terminal. Tujuan akhir seorang agen pembaruan adalah adanya perilaku ”mempengaruhi diri sendiri” pada diri klien. Agen pembaruan berusaha untuk menjadikan klien mampu menjadikan dirinya sebagai agen pembaruan paling tidak untuk dirinya sendiri sehingga klien dapat mengenali kebutuhannya dan mampu memilih inovasi-inovasi yang paling tepat dengan kebutuhannya tersebut. Pada tahap ini agen pembaruan memutuskan hubungannya dengan klien, maksudnya adalah agen pembaruan menyudahi tugasnya untuk menyampaikan suatu inovasi kepada klien hingga klien mampu mandiri. Agen pembaruan dapat melanjutkan tugasnya di tempat lain dengan inovasi yang sama atau tetap di tempat yang sama dengan membawa inovasi lainnya. Peranan utama seorang agen perubahan menurut Ottaway, (1983) dalam Vallera (1987) adalah : (1) sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan, (2) sebagai pemberi pemecahan persoalan, (3) sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana : (a) mengenali dan merumuskan kebutuhan, (b) mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan, (c) mendapatkan sumber-sumber yang relevan, (d) memilih atau menciptakan pemecahan masalah dan (e) menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah dan (4) Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Penyuluh pertanian mempunyai peranan membantu petani membentuk pendpaat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomuniaksi dan memberikan informasi serta dapat memperomosikan dan melengkapi proses belajar mereka (Van den Ban dan Hawkins, 1990). Titik berat penyuluh pertanian menurut van den banadalah meningkatkan daya pikir yang mengarah pada pertumbuhan yang sehat dengan berbagai informasi. Peran penyuluh tidak hanya terbatas menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh sasaran penyuluhan, akan tetapi seorang penyuluh harus mampu menjadi jembatan penghubung anatar pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dolaksanakan oleh masyarakat sasaran maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan kepada pemerintah atau lembaga yang bersangkutan (Mardikanto, 1993).
19
Menurut Levin dalam Mardikanto (1993), ada tiga macam peran penyuluh pertanian pada tahap tiga perubahan yaitu : (a) pencairan situasi masyarakat sasaran, (b) menggerakkan masayarakat untuk melakukan perubahan-perubahan, dan (c) pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran. Penyuluh agar lebih profesional harus berperan sebagai pembawa informasi, pendengar yang baik, motivator, agen penghubung, pembentuk kemampuan, guru ketrampilan, pengelola program, pekerja kelompok, penjaga batas promoter, pemimpin lokal, konsultan, protekstor dan pembentukan lembaga. Peranan agen pembaharu yang akan memberikan kontribusi terhadap proses perubahan adalah : (1) menjembatani dan merangsang relasi baru dalam sistem klien, (2) menceritakan pengalamannya dalam menyampaikan teknik-teknik baru, (3) menimbulkan kekuatan dari dalam, (4) menciptakan lingkungan yang khsus dan (5) memberikan dukungan selama proses perubahan berlangsung yang dialamo petani (Lippit, 1958).
Peranan Penyuluh dalam SKKNI Sektor Pertanian Bidang Penyuluh Pertanian Kementrian Pertanian merinci kompetensi kerja penyuluh pertanian menjadi tiga bagian yaitu; kompetensi umum, kompetensi inti dan kompetensi khusus. (1) kompetensi umum adalah kompetensi yang berlaku untuk semua level penyuluh pertanian, terdiri atas materi mengaktualisasikan nilai-nilai kehidupan, mengorganisasikan pekerjaan, melakukan komunikasi dialogis, membangun jejaring kerja dan mengorganisasikan masyarakat, (2) kompetensi inti, mencakup kompetensi bagi Penyuluh level fasilitataor, supervisor dan advisor. Kompetensi yang diperlukan bagi level fasilitator antara lain merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Kompetensi inti yang diperlukan bagi penyuluh pertanian supervisor antara lain menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penyuluhan pertanian. Sedangkan bagi penyuluh pertanian advisor kompetensi inti yang diperlukan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian, (3) kompetensi khusus, mencakup kompetensi pilihan pada sub sistem agribisnis yang dipilih. Pada penyuluh fasilitator harus memilih satu sub sistem agribisnis dan satu unit kompetensi pada sub sistem agribisnis yang telah dipilih tersebut. Penyuluh supervisor harus memilih dua subsistem agribisnis dan 1 unit kompetensi pada subsistem agribisnis tersebut. Sedangkan pada penyuluh advisor harus memilih 3 komoditas agribisnis dan satu unit kompetensi untuk setiap jenis agribisnis yang dipilih tersebut. Unsur-unsur yang penting dalam kompetensi merencanakan penyuluhan meliputi kemampuan mengidentifikasi potensi wilayah dan agroekosistem, kemampuan identifikasi kebutuhan petani, dan kemampuan menyusun rencana kerja penyuluhan. Bagi seorang penyuluh pertanian, identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem tentang sebuah tempat dimana penyuluhan diadakan adalah sangat penting dan mendasar karena berdasarkan data tentang potensi wilayah dan agroekosistem itulah, penyuluh pertanian kemudian dapat menyusun materi penyuluhannya dan metode yang akan digunakannya.
20
SKKNI tahun 2010 dijelaskan kelompok kompetensi umum atau dasar mencakup unit-unit kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan pada semua level penyuluh pertanian. Unit kompetensi kelompok umum atau dasar meliputi: (1) mengaktualisasikan nilai-nilai kehidupan, (2) mengorganisasikan pekerjaan, (3) melakukan komunikasi dialogis, (4) membangun jejaring kerja dan (5) mengorganisasikan masyarakat. Kelompok Kompetensi Inti/Fungsional mencakup unit-unit kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti (fungsional), dan merupakan unit-unit yang wajib (compulsory) untuk bidang keahlian penyuluhan pertanian. Unit kompetensi inti antara lain: (1) mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah, (2) menyusun programa penyuluhan pertanian, (3) menyusun materi penyuluhan pertanian, (4) membuat dan menggunakan media penyuluhan, (5) menerapkan metode penyuluhan, (6) menumbuhkembangkan kelembagaan petani, (7) mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian, (8) mengevaluasi dampak pelaksaaan penyuluhan pertanian, (9) mengembangankan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian, dan (10) melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian. Kelompok kompetensi khusus/spesialisasi mencakup unit-unit kompetensi yang bersifat spesifik dalam bidang keahlian agribisnis. Potensi wilayah merupakan semua sumberdaya yang tersedia, yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Potensi wilayah bisa berupa fisik seperti lahan dan sumber air, dan berupa non fisik seperti minat dan pengetahuan petani. Data tentang potensi wilayah dan agroekosistem ini bisa dikumpulkan oleh seorang penyuluh pertanian baik berupa data primer yakni hasil pengamatan, wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten, maupun hasil pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber seperti monografi desa, dokumendokumen tertulis dari Kabupaten/kecamatan/Desa, Badan Pusat Statistik dan lain-lain. Data potensi wilayah dan agroekosistem yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sebagai masukan. Mardikanto (2007) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan, seorang penyuluh mutlak harus mengenal potensi wilayah kerja, karena dengan mengenal dan memahami potensi wilayah akan dapat membantu penyuluh dalam memahami : (1) keadaan masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan, (2) keadaan lingkungan fisik dan sosial masyarakat sasaran, (3) masalah-masalah yang pernah, sedang, dan akan dihadapi dalam melaksanakan penyuluhan, (4) kendala-kendala yang akan dihadapi dalam melaksanakan penyuluhan, dan (5) faktor-faktor pendukung dan pelancar kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakannya. Merencanakan kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus memperhatikan atau mengetahui kebutuhan petani agar program penyuluhan yang diberikan sesuai. Untuk itu, penyuluh perlu melakukan identifikasi terlebih dahulu tentang hal-hal apa saja yang dibutuhkan petani. Informasi yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga penyuluh dapat mengetahui dengan pasti kebutuhan petani baik felt need maupun real need. Margono Slamet (1978) menekankan bahwa kebutuhan atau kepentingan petani harus selalu menjadi titik pusat perhatian penyuluhan pertanian. Penyuluh harus lebih mendekatkan diri dengan petani. Penyuluh harus benar-benar mampu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan petani serta menuangkan dalam program-program penyuluhan untuk
21
dipecahkan melalui kerjasama sejati dengan petani. Rencana kerja penyuluh pertanian adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh para penyuluh pertanian berdasarkan program penyuluhan pertanian setempat yang mencantumkan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan petaninelayan. Program/rencana kerja penyuluhan pertanian yang baik adalah program/rencana kerja yang dibuat berdasarkan fakta, data, potensi wilayah yang akurat dan benar. Seorang penyuluh pertanian harus memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi kegiatan penyuluhan dan melaporkannya secara sistematis kepada pihak yang berwewenang atau atasannya. Hasil evaluasi akan melahirkan suatu penilaian apakah tujuan program tercapai, apakah ada masalah dalam menjalankan program dan bagaimana rekomendasi pemecahan masalah dan lainlain (Boyle, 1981). Tabel 1. Identifikasi Kompetensi Umum dan Inti pada masing-masing level Penyuluh Pertanian (SKKNI Tahun 2010) No
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9.
10.
Unit Kompetensi
I. Kelompok Kompetensi Umum Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Kehidupan Mengorganisakan Pekerjaan Melakukan Komunikasi Dialogis Membangun Jejaring Kerja Mengorganisasikan Masyarakat II. Kelompok Kompetensi Inti Mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah Menyusun Programa Penyuluhan Pertanian Menyusun Materi Penyuluhan Pertanian Membuat dan menggunakan media Penyuluhan Pertanian Menerapkan metode Penyuluhan Pertanian Menumbuhkembangkan kelembagaan Petani Mengevaluasi pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Mengevaluasi dampak pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian Melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian
I Fasilitator
Level II Supervisor
III Advisor
*
*
*
* * * *
* * * *
* * * *
*
*
-
*
*
*
*
*
-
*
*
-
*
*
-
*
*
*
*
*
*
-
*
*
-
-
*
*
*
*
Keterangan : * Unit kompetensi yang harus dimiliki dan diujikan
Hal sama berlaku pada evaluasi kegiatan penyuluhan. Dalam evaluasi penyuluhan, terdapat prinsip-prinsip yang menjadi landasan dilaksanakannya
22
evaluasi tersebut. Menurut Margono Slamet (2010), bahwa prinsip-prinsip evaluasi dalam penyuluhan antara lain : (a) evaluasi harus berdasarkan fakta; (b) evaluasi penyuluhan adalah bagian integral dari proses pendidikan atau keseluruhan program penyuluhan; (c) evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan dari program penyuluhan yang bersangkutan; (d) evaluasi menggunakan alat pengukuran yang berbeda; (e) evaluasi penyuluhan dilakukan baik terhadap metode penyuluhan yang digunakan maupun terhadap hasil kegiatan penyuluhan; (f) evaluasi perlu untuk mengukur baik hasil kualitatif maupun hasil kuantitatif yang dicapai dari suatu kegiatan penyuluhan; (g) evaluasi mencakup enam hal pokok yang perlu dipertimbangkan dengan teliti, yakni : tujuan program penyuluhan, metode/kegiatan yang digunakan, pengumpulan, analisa, dan interpretasi data, membandingkan hasil yang dicapai dengan yang diharapkan, pengambilan keputusan, dan penggunaan hasil evaluasi untuk menyusun program penyuluhan selanjutnya; dan (h) evaluasi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran.
Kerangka Berpikir Kegiatan penyuluhan pertanian pada hakekatnya menyediakan informasi bagi petani dan membantu petani dalam menyelesaikan masalah kegiatan pertanian yang sedang dihadapi. Kegiatan tersebut dapat berhasil apabila penyuluh memenuhi kebutuhan dan harapan pihak yang disuluh atau petani. Keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian tidak terlepas dari peranan petani itu sendiri dan penyuluh pertanian. Petani diharapkan dapat berperan aktif dan menikmati hasilnya, sedangkan penyuluh pertanian dituntut mampu menjalankan tugasnya dan fungsinya serta menyesuaikan diri melalui perannya bukan saja sebagai teknisi tetapi penyuluh pertanian juga mampu berperan sebagai fasilitator, supervisor dan advisor sehingga penyuluh mengetahui hal-hal yang harus dilakukan. Variabel dalam penelitian ini meliputi faktor internal atau karakteristik petani (X1) yang terdiri atas umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dan faktor eksternal (X2) yaitu keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), karakteristik seseorang akan ikut mempengaruhi persepsi dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan atau perilaku. Sejalan dengan Robbins (2006) bahwa sejumlah faktor juga dapat berperan dalam membentuk dan juga kadang memutar balik persepsi diantaranya adalah karakteristik pribadi yaitu sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan. Penelitian ini memfokuskan persepsi petani terhadap penyuluh pertanian dilihat dari peran-peran yang dijalankan sebagai teknisi, fasilitator dan advisor dan bukan sebagai kategori level jenjang profesional penyuluh sesuai SKKNI.
23
Faktor Internal (Karakteristik Petani) (X1) X1.1 Umur X1.2 Pendidikan Formal X1.3 Pendidikan Non Formal X1.4 Status Kepemilikan Lahan X1.5 Pengalaman Berusahatani Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian (Y)
Y1.1 Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi Y1.2 Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Y1.3 Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertaian sebagai Advisor Faktor Eksternal (X2) X2.1 Keterlibatan Petani dalam Kelompok X2.2 Pengetahuan Petani terhadap Peranan penyuluh pertanian
Gambar 4. Kerangka berpikir operasional
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat diturunkan beberapa hipotesis penelitian berikut ini: (1) Terdapat hubungan nyata antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi. (2) Terdapat hubungan nyata antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator. (3) Terdapat hubungan nyata antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai advisor. (4) Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal sistem sosial (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi.
24
(5) Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal sistem sosial (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator. (6) Terdapat hubungan nyata antara faktor faktor eksternal sistem sosial (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai advisor.
3 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut rancangan penelitian ini berbentuk explanatory research yang menurut Singarimbun dan Efendi (2008) bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
Lokasi Penelitian Distrik Oransbari mempunyai 14 Desa yaitu Oransbari, Sidomulyo, Waroser, Margo rukun, Muari, Watariri, Masabui I, Warbiadi, Margo mulyo, Warkwandi, Wandoki, Sindang jaya, Akeju dan Masabui II. . Lokasi penelitian adalah Desa Sidomulyo dan Muari. Desa Sidomulyo dan Muari dipilih sebagai lokasi penelitian karena pertaniannya lebih maju dibanding desa-desa lain di wilayah Distrik Oransbari serta kegiatan penyuluhan dan kelompoktani masih aktif.
Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah survei dan menggunakan paradigma kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 2003). Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh responden (petani) dan penyuluh pertanian Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari. Teknik kuisioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden. Data sekunder diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk-bentuk seperti tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar, 2003). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperolah dari studi pustaka, internet dan literatur instansi atau dinas terkait.
25
Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga dan populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.Populasi penelitian ini adalah petani yang masih aktif dalam kegiatan penyuluhan dan merupakan anggota kelompok tani di desa Sidomulyo dan desa Muari Distrik Oransbari. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 403 petani, yang terdiri dari 295 petani Desa Sidomulyo dan 108 petani Desa Muari. Sebesar 100 persen dari populasi tersebut merupakan petani dan anggota kelompoktani yang masih aktif dalam kegiatan penyuluhan. Jumlah populasi tersebut diambil 10 persen yakni 40 petani. Untuk menjamin kesahihan data yang diperoleh, diambil 80 petani sebagai responden sampel masing-masing 40 responden sampel di Desa Sidomulyo dan Muari.
Data dan Instrumentasi Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara menggunakan seperangkat daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan oleh peneliti yang diajukan kepada responden sampel dan wawancara secara mendalam dengan responden dan informan khususnya kepada penyuluh yang bertugas di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa : (1) umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan, luas lahan, pengalaman berusahatani, keterlibatan petani dalam kelompoktani, keikutsertaan petani dalam penyuluhan dan pengetahuan petani terhadap persepsi dan (2) persepsi responden petani terhadap peranan penyuluh pertanian. Data sekunder yang dikumpulkan berupa keadaan umum wilayah Distrik Oransbari dan data mengenai kependudukan. Instrumentasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kusioner. Pengumpulan data menggunakan kusioner dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam dan obervasi lapang. Kuesioner yang digunakan telah disusun secara terstruktur sehingga dapat diketahui informasi dari variabelvariabel penelitian. Instrumen dalam pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) wawancara menggunakan daftar kusioner, (2) pencatatan dan (3) pengamatan langsung. Data yang dikumpulkam ditabulasi kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik non parametrik.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen Singarimbun dan Efendi (2008) menyebutkan bahwa validitas menunjukkan tingkatan suatu alat pengukur itu mengukur sesuatu yang ingin diukur. Menurut Kerlinger (1990) suatu alat ukur dikatakan sah apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur.
26
Keterandalan suatu instrumen menyangkut tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda. Instumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang telah terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu item dinyatakan valid jika indeks korelasi product moment pearson (r) ≥ 0.3. Hasil uji validitas item instrumen dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji validitas yang dilakukan terhadap item instrumen yang digunakan dalam penelitian, menunjukan bahwa semua item instrumen penelitian dapat dikatakan valid, karena telah memenuhi kriteria pengujian validitas item instrumen yang digunakan yaitu nilai indeks korelasi product moment pearson (r) ≥ 0.3. Hasil ini menunjukan bahwa instrumen yang digunakan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tabel 2. Uji validitas item instrumen Variabel Pengetahuan petani terhadap peran penyuluh
pertanian Persepsi petani terhadap peran
penyuluh pertanian sebagai teknisi
Persepsi petani terhadap peran
penyuluh pertanian sebagai fasilitator
Persepsi petani terhadap peran
penyuluh pertanian sebagai advisor
Item 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
Koefisien Korelasi 0.708 0.569 0.645 0.475 0.582 0.517 0.315 0.514 0.651 0.505 0.417 0.531 0.474 0.482 0.409 0.369 0.640 0.602 0.650 0.725 0.644
Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1 2 3 4 5 6
0.387 0.463 0.345 0.627 0.538 0.541
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
27
Reliabilitas Instrumen Jika alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Setelah uji validitas, maka kuisioner yang digunakan perlu diuji reliabilitasnya untuk menunjukkan konsistensi suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Kuisioner yang reliable adalah kuisioner yang apabila dicobakan berulang-ulang terhadap kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Adapun rumus yang digunakan adalah :
ri =
{1-
}
Keterangan: ri = Koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alfa) k = banyaknya butir pertanyaan Σsi = total varians butir St2 = total varians Tabel 3. Uji Reliabilitas Item Instrumen Variabel Pengetahuan
petani
terhadap
peran
Koefisien Alpha 0.848
Keputusan Reliabel
0.609
Reliabel
0.698
Reliabel
0.755
Reliabel
penyuluh pertanian Persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian sebagai teknisi Persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator Persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian sebagai advisor
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap item instrumen yang digunakan dalam penelitian menunjukan bahwa semua item instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel, karena telah memenuhi kriteria pengujian reliabilitas item instrument yang digunakan, yaitu nilai Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,6. Hasil ini menunjukan bahwa instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan bila digunakan berkali-kali.
Pengolahan dan Analisis Data Menurut Koentjoroningrat (1989), kegiatan pengolahan data dilakukan dengan prosedur : (1) memeriksa kembali data mentah yang telah dikumpulkan, kemudian disusun dalam kelompok-kelompok dan diadakan kategorisasi, (2) mengedit data, yaitu data yang telah dikumpulkan perlu dibaca kembali dan dikoreksi untuk menghindari diri dari kesalahan atau keragu-raguan, (3) mentabulasi data, yaitu memasukkan data ke dalam tabel dan menata angka sehingga dapat dihitung dan dianalisis, kemudian diadakan interpretasi data.
28
Data yang diperoleh dari kuisioner merupakan data primer yang dianalisa berdasarkan masing-masing subpokok. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis secara deskriptif data diolah dengan membuat tabel frekuensi dan persentase dari hasil data primer yang diperoleh berdasarkan wawancara dan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas maka digunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 0.05% dengan rumus (Siegel, 1992) sebagai berikut : rs = 1-
∑
Keterangan: rs = koefisien korelasi peringkat Rank Spearman di = selisih antara peringkat bagi xi dan yi N = banyaknya pasangan data Karakteristik petani dan faktor ekstenal (variabel x) dalam hubungannya, dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluhan pertanian ( variabel y) dianalisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman. Pada uji korelasi rank Spearmen, signitifikasi hubungan dua variabel tampak dari nilai rs (koefisien korelasi) yang diperoleh dari hasil perhitungan. Bila N (sampel) ≥ 10, maka rs akan menyebar normal dengan standar deviasi 1/√N-1, sehingga hipotesis dibuktikan dengan menggunakan Z = dimana hipotesis ditolak apabila Z √ hasil perhitungan lebih besar daripada nilai Z pada tabel.
Definisi Operasional Penelitian ini tentang persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal petani. Faktor internal petani yakni umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani. Faktor eksternal petani yakni keterlibatan petani dalam kelompoktani dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian. Tabel 4. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, dan Pengukuran Karakteristik Petani. No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
1
Umur
Jumlah tahun sejak responden lahir hingga penelitian dilakukan.
Tahun
2
Pendidikan formal
Tingkatan atau level terakhir responden sekolah formal.
Tingkatan atau level
Pengukuran 1. Umur 21-34 (muda) 2. Umur 35-47 (dewasa) 3. Umur 46-60 (tua) 1. Tidak tamat dan tamat SD (rendah) 2. Tamat SLTP (sedang) 3. Tamat SLTA (tinggi)
29
No
Variabel
3
Pendidikan non formal
4
Status kepemilikan lahan
5
Pengalaman berusahatani
Definisi Operasional
Indikator
Pengukuran
Jumlah kegiatan pelatihan usahatani yang pernah diikuti petani berkaitan dalam 1 tahun terakhir. Hal milik lahan yang diusahakan atau digarap oleh petani.
Jumlah pelatihan yang pernah diikuti oleh petani
1. Tidak pernah (rendah) 2. 1-3 pelatihan (sedang) 3. > 4 (tinggi)
Milik sendiri, Sewa/ bagi hasil.
1. Sewa, bagi hasil (rendah) 2. Milik sendiri (sedang) 3. Milik sendiri+bagi hasil/sewa (tinggi)
Lama bekerja sebagai petani sampai dilakukan penelitian dan kemampuan mengenali dan menyelesaikan masalah dalam usahatani
a) Lamanya bekerja sebagai petani dalam satuan tahun b) Kemampuan mengenal masalah teknis. c) Kemampuan menyelesaik an masalah yang berhubungan dengan usahatani
1. Rendah (pengalaman berusahatani 0-10 tahun) 2. Sedang (pengalaman berusahatani 11-20 tahun) 3. Tinggi (pengalaman berusahatani > 20 tahun)
Tabel 5. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, dan Pengukuran Faktor Eksternal. No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
1
Keterlibatan petani dalam kelompoktani
Jumlah petemuan rutin yang pernah diikuti oleh petani berkaitan dengan kegiatan penyuluhan pertanian.
Jumlah pertemuan rutin yang diikuti petani selama 1 tahun terakhir
2
Pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian.
Informasi yang dimiliki petani dalam menafsirkan, menginterpretasikan, dan memahami peranan penyuluh
Segala sesuatu yang diketahui petani tentang peranan penyuluh pertanian: a. Memfasilitasi proses belajar
Pengukuran 1. Tidak pernah (rendah) 2. 1-6 kali pertemuan (sedang) 3. > 6 pertemuan (tinggi) 1. Tidak Tepat 2. Kurang Tepat 3. Tepat 4. Sangat Tepat
30
No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
pertanian.
b.
c.
d.
e.
Pengukuran
(menyediakan sarana belajar, ketepatan metode) Sebagai pendidik penyuluh harus mampu meingkatkan pengetahuan dan wawasan para petani sehingga mereka bisa mendapatkan informasi yang berguna dan mutakhir mengenai perkembangan dan teknik pertanian (penyampaian materi) Penyuluh mendorong agar petani memiliki motivasi belajar. Mengawasi dan mendampingi petani. Memberi solusi terhadap masalah usahatani petani.
Tabel 6. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, dan Pengukuran Persepsi Petani terhadap Peranan penyuluh pertanian. No 1
Variabel Peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi
Definisi Operasional Persepsi petani terhadap penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi.
Indikator
Pengukuran
Peran teknisi : a. Memperkenalkan informasi. b. Informasi mudah diterima petani. c. Materi berhubungan dengan pengetahuan petani. d. Penyuluhan pertanian menguasasi materi. e. Kelengkapan materi f. Pengulangan
1. Tidak Baik 2. Kurang Baik 3. Baik 4. Sangat Baik
31
No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Pengukuran
aktivitas demonstrasi. g. Penyediaan sarana belajar. h. memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani. 2
Peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator
Persepsi petani terhadap penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian.
3
Peranan penyuluh pertanian sebagai advisor
Persepsi petani terhadap penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan
Peran fasilitator : a. Mengumpulkan dan mengolah data Potensi Wilayah b. Menyusun programa penyuluhan pertanian. c. Menyusun materi penyuluhan pertanian. d. Membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian e. Menerapkan metode penyuluhan f. Menumbuhkembang kan kelembagaan petani g. Mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian. h. Melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian Peran advisor : a. Menyusun programa penyuluhan pertanian b. Menumbuh kembangkakelemba gaan Petani c. Mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian
1. Tidak Baik 2. Baik 3. Kurang Baik 4. Sangat Baik
1. Tidak Baik 2. Baik 3. Kurang Baik 4. Sangat Baik
32
No
Variabel
Definisi Operasional pertanian.
Indikator
Pengukuran
d. Mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian e. Mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian f. Melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Luas wilayah Provinsi Papua Barat ±97,024,27 km². Provinsi yang beribu kota di Manokwari ini terdiri sepuluh kabupaten dan satu kota, dengan penduduk tahun 2011 berjumlah ±1.008.443 jiwa.. Kabupaten Manokwari mempunyai luas wilayah ±14.250,94 km², jumlah penduduk tahun 2011 berjumlah 238.133 jiwa terdiri 29 distrik dan 422 desa. Undang-Undang RI No.26 Tahun 2002, Kabupaten Manokwari dimekarkan menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Manokwari sebagai wilayah induk, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama. Kemudian pada tahun 2012, berdasarkan Undang-Undang RI No.23 tentang pembentukan Kabupaten Manokwari Selatan di Provinsi Papua Barat bahwa cakupan wilayah Kabupaten Manokwari Selatan adalah : (a) Distrik Ransiki, (b) Distrik Oransbari, (c) Distrik Neney, (d) Distrik Dataran Isim, (e) Distrik Momi warem, dan (e) Distrik Tahota. Kabupaten Manokwari Selatan memiliki luas wilayah keseluruhan ±2.812,44 km² dengan jumlah penduduk ±20.495 jiwa pada tahun 2011 dan 55 desa. Kabupaten Manokwari Selatan sangat berpotensi untuk dikembangkan pertanian. Tanaman pangan seperti sayuran, ubi-ubian, kacang-kacangan, buahbuahan menjadi komoditas yang dapat diandalkan di wilayah Kabupaten Manokwari Selatan selama ini, seperti di Distrik Ransiki sangat berpotensi untuk dikembangkan kakao (coklat) dan tanaman pisang, mengingat di distrik ini memiliki areal perkebunan kakao seluas 1.160 Ha. Kemudian di Distrik Oransbari selama ini sebagai daerah penghasil beras mengingat di wilayah distrik ini memiliki areal persawahan dengan jumlah areal 423 Ha dengan didukung irigasi yang memadai. Distrik Oransbari mempunyai penduduk yang heterogen dimana dalam distrik ini terdapat tiga desa eks transmigrasi pertama di Kabupaten Manokwari, sehingga masalah pengolahan sawah tidak asing lagi bagi penduduk di Distrik Oransbari. Kabupaten Manokwari Selatan memiliki potensi laut yang
33
dapat diandalkan, wilayah laut yang ada memiliki keanekaragaman ikan yang dapat menjadi potensi penghasil perikanan di daerah ini. Selain penghasil perikanan, di Distrik Momi Waren memiliki wilayah kelautan yang cukup luas dengan pemandangan laut yang indah dengan beberapa teluk yang ada di sekitarnya serta pemandangan bawah laut dengan berbagai jenis terumbu karang yang masih alami sehingga dapat dijadikan sebagai obyek wisata. Berdasarkan hasil survey sementara yang pernah dilakukan, pada kawasan wilayah Manokwari Selatan memiliki jenis tambang seperti batubara yang terdapat di kawasan Distrik Dataran Isim. Manokwari mengalami perkembangan pesat baik dari segi pemerintahan maupun segi perekonomian Namun demikian dari segi wilayah masih stabil. Kabupaten Manokwari dari 29 wilayah Distrik yang memililki kontur lahan yang sangat beragam. Ada Pegunungan, danau, pantai dan dataran rendah lainnya. Terdapat 13 wilayah Distrik di wilayah Kabupaten Manokwari diantaranya mempunyai wilayah yang berbatasan dengan laut, sedangkan 16 Distrik lainnya merupakan wilayah yang terletak di daerah dataran atau pegunungan yang tidak berbatasan dengan laut Adapun 13 wilayah Distrik yang berbatasan dengan laut tersebut adalah Distrik Ransiki, Momi Waren, Tahota, Oransbari, Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Utara, Manokwari Selatan, Tanah Rubu, Amberbaken, Mubrani, Masni dan Sidey. Sedangkan 16 wilayah Distrik yang tidak berbatasan dengar laut adalah Distrik Nenei, Sururey, Didohu, Dataran Isim, Anggi, Taige, Anggi Gida, Membey, Warmare, Prafi, Menyambouw, Hingk, Catubouw, Testega, Kebardan senopi. Secara geografis Kabupaten Manokwari terletak di antara 0o15 - 3o25 LS dan 132o35 - 134o45 BT. Distrik Oransbari termasuk wilayah Kabupaten Manokwari Selatan yang terletak 80 km di sebelah selatan Manokwari. Distrik Oransbari berdasarkan manokwari dalam angka tahun 2011 memiliki luas wilayah 362, 95 km2 dengan jumlah penduduk 5.010 jiwa. Batas-batas wilayah Distrik Oransbari adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Manokwari, sebelah timur berbatasan dengan Lautan Pasifik, selatan berbatasan Kabupaten Teluk Bintuni dan Distrik Ransiki dan barat berbatasan dengan Gunung Tamphion.
Gambaran Umum Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oranbari Jumlah penyuluh pertanian di Distrik Oransbari adalah 14 penyuluh pertanian yakni satu penyuluh pertanian menangani satu desa binaan. penyuluh pertanian yang bertugas di desa Sidomulyo dan Muari tingkat pendidikan terakhirnya adalah sarjana pertanian. Penyuluh pertanian melakukan kegiatan penyuluhan pertanian dibantu oleh penyuluh THL (Tenaga Harian Lepas) dan kontak tani. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 setiap desa harus mempunyai penyuluh pertanian paling tidak satu orang penyuluh. Jika mengamati proporsi penyuluh di desa Sidomulyo dan Muari maka dapat disimpulkan ideal, dengan demikian penyuluh memiliki peran yang penting dan sangat strategis untuk mendukung program-program pertanian yang ada di desa Sidomulyo dan desa Muari. Informasi yang diperoleh
34
dari penduduk Distrik Oransbari pada saat penelitian ini dilakukan 14 penyuluh pertanian yang ditugaskan di Distrik Oransbari hanya dua penyuluh pertanian yang masih aktif melakukan kegiatan penyuluhan yaitu di desa binaan Sidomulyo dan Muari sedangkan di desa lain kegiatan penyuluhannya tidak aktif. Penyuluh pertanian di desa Sidomulyo dan Muari tinggal menetap di desa binaan. Keberadaan penyuluh pertanian di desa Sidomulyo dan Muari memang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi petani maupun kelompoktani dan sangat membantu petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Penyuluh pertanian dibantu kontak tani di desa Sidomulyo dan Muari membuktikan bahwa kehadiran mereka sangat dibutuhkan dalam membantu kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan yang dilakukan penyuluh pertanian berkaitan dengan penyuluhan pertanian secara garis besar adalah mengidentifikasi kebutuhan petani, penyusunan program kegiatan penyuluhan pertanian, pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, evaluasi kegiatan dan penyusunan laporan. Penyuluh pertanian dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian selain mendampingi petani juga sebagai mediator guna mencari solusi yang dihadapi oleh petani berkaitan dengan masalah usahatani. Selain itu penyuluh pertanian juga memfasilitasi pertemuan rutin kelompoktani satu bulan satu kali guna melakukan evaluasi kegiatan yang sudah berjalan dan menjalin hubungan baik dengan petani.
Karakteristik Petani Umur Responden Umur responden sebagian besar 35-47 tahun yang dikategorikan dewasa. Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan. Gambar 5 terlihat bahwa usia responden menyebar ke dalam beberapa kelompok umur. Sebagian besar anggota kelompok petani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari berusia antara 35-47 tahun dengan persentase sebesar 62.5 persen. Ini berarti sebagian besar umur petani di Desa sidomulyo dan Muari termasuk usia produktif (dewasa). Umur akan mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu yang baru walaupun belum banyak mempunyai pengalaman. 27. 5% tua
10% muda Umur 21-34 Umur 35-47 62. 5% dewasa
Umur 48-60
Gambar 5 Karakteristik usia responden Petani dengan umur produktif atau dewasa biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu tentang berbagai hal yang belum diketahui dan cenderung tinggi adopsi inovasinya, karena kekuatan fisik dan kematangan psikologisnya saling mendukung. Selain itu usia juga mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir responden. Disamping itu, umur juga mempengaruhi kinerja responden dalam mengelola usahataninya. Terkait dengan adanya inovasi, seseorang pada umur non produktif akan cenderung sulit menerima inovasi, sebaliknya seseorang
35
pada umur produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Lionberger (1960) dalam Mardikanto (2007) yang menyatakan semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Pendidikan Formal Pendidikan formal responden lebih banyak tamat SLTP yaitu 57.5 persen. Pendidikan formal merupakan lama pendidikan yang ditempuh responden pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap persepsi dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan cenderung terbuka untuk menerima hal-hal yang baru dan berani untuk mencoba hal baru tersebut. Karakteristik 26. 25% (tinggi) 57. 5% (sedang)
16. 25% (rendah)
Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA
Gambar 6. Karakteristik pendidikan formal responden Berdasarkan hasil lapang tidak ada satupun responden yang pernah mengenyam perguruan tinggi seperti tingkat diploma maupun sarjana, hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden masih tergolong sedang. Banyaknya responden yang hanya berpendidikan tamat SLTP menunjukkan kesadaran akan pentingnya pendidikan formal masih kurang serta adanya budaya penyerapan tenaga kerja keluarga untuk kegiatan usahatani yang menyebabkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal juga semakin kecil. Mengacu pada pendapat Soekartawi (1988) dan Rogers dan Shoemaker (1971) suatu tantangan bagi penyuluhan pertanian dalam mengembangkan pembelajaran yang menarik bagi petani dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah sehingga dapat menerapkan adopsi dengan lebih cepat. Berkaitan dengan tingkat pendidikan formal, justru anggota keluarga responden petani mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden petani. Hal ini didukung dengan adanya penyediaan sarana pendidikan berupa satu unit gedung SD, SLTP dan SLTA 08 Oransbari dan satu unit gedung perguruan tinggi yaitu Institut Sains dan Teknologi Indonesia (ISTI) di Desa Sidomulyo dibangun pada tahun 2007 yang dilengkapi dengan pusat pelayanan internet. Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal (kegiatan pelatihan) yang pernah diikuti oleh petani berkaitan dengan usahatani dalam satu tahun terakhir dikategorikan sedang yaitu 56.25 persen, petani mengikuti pendidikan formal 1-3 pelatihan dalam satu tahun terakhir. Pendidikan non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang diorganisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal.
36
Petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari berarti masih aktif mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan penyuluhan pertanian sehingga mayoritas petani memiliki pengalaman mengikuti pendidikan non-formal yang didapat dengan mengikuti kegiatan pelatihan. Selain itu petani juga pernah mengikuti magang, kunjungan lapang dan pelatihan menjalankan traktor, sehingga hal tersebut akan memberi pengetahuan yang baru bagi petani. Tidak pernah
Sedang
Tinggi
0% tidak pernah 43. 75% >4 pelatihan (tinggi)
56. 25% 1-3 pelatihan (sedang)
Gambar 7 Karakteristik pendidikan non formal responden Pelatihan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani sebagai sasaran penyuluhan pertanian. Jenis pelatihan yang pernah diikuti oleh petani di Desa Sidomulyo dan Muari dalam satu tahun terakhir adalah pelatihan teknis dan pelatihan manajemen. Pelatihan teknis berupa pelatihan budidaya tanaman hortikultura dan pelatihan pembuatan pupuk organik. Sedangkan pelatihan manajemen berupa pelatihan menejemen produk usahatani. Pelatihan yang berhubungan dengan usahatani di Distrik Oransbari diadakan setiap dua atau tiga bulan sekali. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh dinas pertanian dan perkebunan Kabupaten Manokwari dan Provinsi, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Distrik Oransbari dan perguruan tinggi. Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan di Desa Sidomulyo dan Muari adalah milik sendiri+bagi hasil atau sewa (75 persen) dengan kategori tinggi. Kepemilikan lahan berkaitan dengan keinovatifan seseorang. Petani yang memiliki lahan luas cenderung lebih tanggap terhadap inovasi. 3. 75% (rendah)
21. 25% (sedang)
Sewa, bagi hasil Milik sendiri
75% (tinggi) Milik sendiri+bagi hasil/sewa
Gambar 8 Karakteristik status kepemilikan lahan Petani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari telah memiliki sendiri lahan garapannya dan dikategorikan tinggi dengan rata-rata luas lahan satu hektar. Hal ini merupakan faktor pendukung tambahan bagi petani karena
37
mempunyai status kepemilikan lahan sendiri ditambah bagi hasil atau sewa akan relatif besar pendapatan petani sehingga responden petani mampu membiayai sekolah anak-anak mereka ke jenjang SLTA dan perguruan tinggi. Pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya, bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya, tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan di praktekkan. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani responden di desa Sidomulyo dan Muari adalah 11-20 tahun (46.25 persen) yang dikategorikan sedang. Pengalaman berusahatani merupakan tahun lamanya responden bekerja dibidang pertanian sampai saat diwawancara. Pengalaman berusahatani cenderung mempengaruhi keputusan yang akan diambil petani pada kegiatan usahatani berikutnya. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. 30% tinggi
23.75% rendah
Pengalaman berusaha tani 0-10 tahun Pengalaman berusaha tani 11-20 tahun
46.25% tinggi
Pengalaman berusaha tani > 20 tahun
Gambar 9 Karakteristik pengalaman berusaha tani Gambar 9 sebanyak 46.25 persen dari total responden dikategorikan sedang yaitu petani memiliki pengalaman berusaha tani antara 11-20 tahun, ini menunjukan bahwa petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari telah memiliki pengalaman yang cukup lama menjadi petani hal ini dikarena Distrik Oransbari mempunyai penduduk yang heterogen dimana dalam distrik ini terdapat tiga desa eks transmigrasi pertama di Kabupaten Manokwari, sehingga masalah pengolahan sawah atau lahan tidak asing lagi bagi penduduk Distrik Oransbari. Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani Keterlibatan petani dalam kelompoktani adalah jumlah petemuan rutin kelompoktani yang pernah diikuti oleh petani selama satu tahun terakhir. Berdasarkan hasil lapang diperoleh 76.25 persen responden mengikuti lebih dari enam kali pertemuan (kategori tinggi). Kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Keterlibatan petani dalam kelompoktani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah petemuan rutin yang pernah diikuti oleh petani berkaitan dengan kegiatan penyuluhan pertanian selama satu tahun terakhir.
38
23.75 % sedang Tidak pernah 76.25% tinggi
1-6 kali pertemuan > 6 kali pertemuan
Gambar 10 Karakteristik keterlibatan petani dalam kelompoktani. Petani Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari sangat aktif mengikuti petemuan rutin kelompoktani. Desa Sidomulyo memiliki lima kelompoktani yang mempunyai anggota rata-rata 59 orang anggota. Desa Muari memliki tiga kelompoktani dengan jumlah anggota rata-rata 36 orang anggota. Upaya menjaga keberlanjutan komunikasi dengan para anggota, kelompoktani di Desa Sidomulyo dan Muari melakukan pertemuan rutin satu kali dalam satu bulan, pertemuan rutin membahas berbagai rencana kegiatan, pelaksanaan, evaluasi dan masalah anggota yang berkaitan dengan kegiatan usahatani. Selain itu penyuluh pertanian juga melakukan komunikasi secara terbuka dengan para anggota kelompoktani. Upaya meningkatkan kemampuan anggotanya, anggota kelompoktani seringkali mengikuti pertemuan maupun studi banding antar kelompoktani di wilayah Distrik Oransbari sebagai ajang berbagai pengetahuan pertanian, baik dengan sesama petani maupun narasumber yang ada.
Pengetahuan Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa instrumen pertanyaan tentang memfasilitasi proses belajar (menyediakan sarana belajar, ketepatan metode) memiliki nilai ratarata 3.31. Hasil ini menunjukan bahwa pengetahuan petani berkaitan dengan memfasilitasi proses belajar (menyediakan sarana belajar, ketepatan metode) dipersepsikan oleh responden sudah tepat. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Petani terhadap Peranan Penyuluhan Pertanian Indikator
Memfasilitasi proses belajar (menyediakan sarana belajar, ketepatan metode) Sebagai pendidik penyuluh harus mampu meingkatkan pengetahuan dan wawasan para petani Penyuluh mendorong agar petani memiliki motivasi belajar Mengawasi dan mendampingi petani
Kurang Tepat
Tepat
Sangat Tepat
Mean
F
%
F
%
F
%
9
11.3
37
46.3
34
42.5
3.31
9
11.3
30
37.5
41
51.3
3.40
10 8
12.5 10
39 35
48.8 43.8
31 37
38.8 46.3
3.26 3.36
46.3
3.36
Memberi solusi terhadap masalah 8 10 35 43.8 37 usahatani petani Rata-rata variabel Pengetahuan petani terhadap peran penyuluh pertanian
3.34
39
Instrumen pertanyaan tentang sebagai pendidik penyuluh harus mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan para petani memiliki nilai rata-rata 3,40. Hasil ini menunjukan bahwa sebagai pendidik penyuluh harus mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan para petani dipersepsikan oleh responden sudah tepat. Instrumen pertanyaan tentang penyuluh mendorong agar petani memiliki motivasi belajar memiliki nilai rata-rata 3.26. Hasil ini menunjukan bahwa penyuluh mendorong agar petani memiliki motivasi belajar dipersepsikan oleh responden sudah tepat. Instrumen pertanyaan tentang mengawasi dan mendampingi petani memiliki nilai rata-rata 3.36. Hasil ini menunjukan bahwa mengawasi dan mendampingi petani dipersepsikan oleh responden sudah tepat. Instrumen pertanyaan tentang memberi solusi terhadap masalah usahatani petani memiliki nilai rata-rata 3.36. Hasil ini menunjukan bahwa memberi solusi terhadap masalah usahatani petani dipersepsikan oleh responden sudah tepat. Hasil analisis deskriptif untuk variabel Pengetahuan petani terhadap peran penyuluh pertanian, memiliki nilai rata-rata 3.34. Hasil ini menunjukan bahwa Pengetahuan petani terhadap peran penyuluh pertanian pada kategori baik.
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi Instrumen pertanyaan pada tabel 8 tentang memperkenalkan informasi memiliki nilai rata-rata 3.38. Hasil ini menunjukan peran penyuluh pertanian dalam memperkenalkan informasi dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang informasi mudah diterima petani memiliki nilai rata-rata 3.51. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam memberikan informasi mudah diterima petani dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang materi berhubungan dengan pengetahuan petani memiliki nilai rata-rata 3.51. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam memberikan materi berhubungan dengan pengetahuan petani dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang penyuluh pertanian menguasai materi memiliki nilai rata-rata 3.53. Tabel 8 menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam memberikan materi telah menguasai materi tersebut dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang kelengkapan materi memiliki nilai rata-rata 3.50. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam memberikan materi telah memenuhi kelengkapannya dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang pengulangan aktivitas demonstrasi memiliki nilai rata-rata 3.68. Hasil ini menunjukan bahwa pengulangan aktivitas demonstrasi yang dilakukan penyuluh pertanian dipersepsikan oleh responden sudah sangat baik. Instrumen pertanyaan tentang penyediaan sarana belajar memiliki nilai ratarata 3.45. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam penyediaan sarana belajar dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang memberikan alternatif solusi dari setiap problema yang dihadapi petani memiliki nilai rata-rata 3.38. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam memberikan alternatif solusi dari setiap problema yang dihadapi petani dipersepsikan oleh responden sudah baik. Hasil analisis deskriptif untuk variabel peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, memiliki nilai rata-rata
40
3.51. Hasil ini menunjukan bahwa peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi pada kategori baik. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Variabel Peranan Penyuluh Pertanian sebagai teknisi Indikator
Kurang Baik F % 5 6.3 5 6.3
Baik F 40 29
% 50 36.3
Sangat Baik F % 35 43.8 46 57.5
Memperkenalkan informasi Informasi mudah diterima petani Materi berhubungan dengan 4 5 31 38.8 45 pengetahuan petani. Penyuluh pertanian menguasasi 6 7.5 26 32.5 48 materi. Kelengkapan materi 5 6.3 30 37.5 45 Pengulangan aktivitas 1 1.3 24 30 55 demonstrasi. Penyediaan sarana belajar. 6 7.5 32 40 42 Memberikan alternative solusi 4 5 42 52.5 34 dari setiap problema yang dihadapi petani. Rata-rata variabel peran penyuluh pertanian sebagai teknisi
Mean 3.38 3.51
56.3
3.51
60
3.53
56.3 68.8
3.50 3.68
52.5 42.5
3.45 3.38
3.51
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Data yang terkumpul dari kuesioner tentang peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator, terlihat bahwa distribusi frekuensi dari item-item variabel tersebut tampak pada Tabel 9 bahwa instrumen pertanyaan tentang mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah memiliki nilai rata-rata 3.30 artinya peran penyuluh pertanian dalam mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah dipersepsikan oleh responden baik. Instrumen pertanyaan tentang menyusun programa penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.53. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam menyusun programa penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. instrumen pertanyaan tentang menyusun materi penyuluhan pertanian memiliki nilai ratarata 3.53. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam menyusun materi penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. instrumen pertanyaan tentang membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.60. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah sangat baik. instrumen pertanyaan tentang menerapkan metode penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.63. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam menerapkan Metode penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah sangat baik. instrumen pertanyaan tentang menumbuhkembangkan kelembagaan petani memiliki nilai rata-rata 3.61. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam menumbuhkembangkan kelembagaan petani dipersepsikan oleh responden sudah sangat baik. instrumen pertanyaan tentang mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian memiliki
41
nilai rata-rata 3.61. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah sangat baik. Instrumen pertanyaan tentang melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.56. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah sangat baik. Hasil analisis deskriptif untuk variabel peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator, memiliki nilai rata-rata 3.59. Hasil ini menunjukan bahwa peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator pada kategori sangat baik. Tabel 9 Distribusi Frekuensi Variabel Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Indikator
Kurang Baik F % 7 8.8
Baik F 42
% 52.5
Sangat Baik F % 31 38.8
Mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah Menyusun programa 3 3.8 32 40 45 penyuluhan pertanian. Menyusun materi penyuluhan 1 1.3 36 45 43 pertanian. Membuat dan menggunakan 1 1.3 30 37.5 49 media penyuluhan pertanian Menerapkan metode 2 2.5 26 32.5 52 penyuluhan pertanian. Menumbuhkembangkan 1 1.3 29 36.3 50 kelembagaan petani Mengevaluasi pelaksanaan 2 2.5 27 33.8 51 penyuluhan pertanian. Melaksanakan kegiatan 3 3.8 29 36.3 48 pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian Rata-rata variabel peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator
Mean 3.30
56.3
3.53
53.8
3.53
61.3
3.60
65
3.63
62.5
3.61
63.8
3.61
60
3.56
3.59
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Data yang terkumpul dari kuesioner tentang peranan penyuluh pertanian sebagai advisor, terlihat bahwa distribusi frekuensi dari item-item variabel tersebut tampak pada Tabel 10 dijelaskan bahwa instrumen pertanyaan tentang menyusun programa penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.09. Hasil ini menunjukan bahwa peran kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.25 penyuluh pertanian dalam menyusun programa penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang menumbuh kembangkan kelembagaan petani memiliki nilai rata-rata 3.29. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam menumbuh kembangkan Kelembagaan petani dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.38.
42
Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.28. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian memiliki nilai rata-rata 3.39. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. Instrumen pertanyaan tentang melaksanakan. Hasil ini menunjukan bahwa peran penyuluh pertanian dalam melaksanakan Kegiatan Pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian dipersepsikan oleh responden sudah baik. Hasil analisis deskriptif untuk variabel peranan penyuluh pertanian sebagai advisor, memiliki nilai rata-rata 3.33. Hasil ini menunjukan bahwa peranan penyuluh pertanian sebagai advisor pada kategori baik. Tabel 10 Distribusi Frekuensi Variabel Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Indikator
Kurang Baik F F 13
Baik % 16.3
F 47
Sangat Baik % F 58.8 20
% 25
3.09
32
40
3.29
32
40
3.38
30
37.5
3.28
39
48.8
3.39
30
37.5
3.25
Menyusun programa penyuluhan pertanian Menumbuhkan 9 11.3 39 48.8 kembangkakelembagaan petani Mengevaluasi pelaksanaan 2 2.5 46 57.5 penyuluhan pertanian Mengevaluasi dampak 8 10 42 52.5 pelaksanaan penyuluhan pertanian Mengembangkan metode, 8 10 33 41.3 sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian Melaksanakan kegiatan 10 12.5 40 50 pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian Rata-rata variabel peran penyuluh pertanian sebagai advisor
Mean
3.33
Faktor Internal dan Eksternal Petani dengan Persepsi Petani berdasarkan SKKNI Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian Sebagai Teknisi. Hasil pengujian korelasi tentang faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, disajikan pada Tabel 11.
43
Tabel 11. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi.
No 1 2 3 4 5
Faktor Internal Umur Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Status Kepemilikan Lahan Pengalaman Berusahatani
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi Koefisien Korelasi P value 0.238* 0.034 * -0.255 0.023 0.265* 0.017 ** 0.302 0.006 0.267* 0.017
Ket: * Berhubungan nyata pada α=5% * *Berhubungan nyata pada α=1%
Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara umur dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.238 dengan nilai probabilitas sebesar 0.034 (3.4%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya umur petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tua umur petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi. Artinya, pada saat petugas penyuluh pertanian memerankan perannya sebagai teknisi, maka tingkat usia petani sangat berperan dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pendidikan formal dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.255 dengan nilai probabilitas sebesar 0.023 (2.3%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pendidikan formal petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka persepsinya terhadap peran penyuluh pertanian sebagai teknisi akan menurun hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan akan meningkatkan pengetahuan dan wawasan petani mengenai peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sehingga petani akan lebih kritis atau jeli dalam menilai peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. penyuluh pertanian dalam memerankan perannya sebagai teknisi, tingkat pendidikan formal petani sangat berperan dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternatif solusi dari setiap problema yang dihadapi petani.
44
Tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama responden mengenyam pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang berpendidikan tinggi akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dan kritis dalam mengelola usahataninya. Pendidikan responden juga merupakan sarana penunjang dalam melakukan usahatani, pada umumya tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga akan mempengaruhi cara berpikir responden untuk memandang masa depan yang lebih baik dan dalam menyerap informasi di bidang pertanian untuk kemajuan usahatani yang dilakukan oleh responden. Seperti dalam hal pengambilan keputusan responden dalam mengembangkan pola kemitraan didasarkan pada latar belakang pendidikan yang responden miliki. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pendidikan non formal dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.265 dengan nilai probabilitas sebesar 0.017 (1.7%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pendidikan non formal petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan non formal yang dimiliki petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi. Artinya, semakin sering petani mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan kegiatan usahataninya, maka semakin baik petani dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani. Nilai koefisien korelasi hubungan antara status kepemilikan lahan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.302 dengan nilai probabilitas sebesar 0.006 (0.6%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 1%, sehingga menolak H0 yang artinya status kepemilikan lahan memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin banyak petani memiliki lahan sendiri maka semakin baik petani dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani. Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara pengalaman berusahatani dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.267 dengan nilai probabilitas sebesar 0.017 (1.7%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pengalaman berusahatani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin lama petani menjalankan usahanya maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi. Artinya, petani dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti
45
memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani akan dipengaruhi oleh pengalaman peteni tersebut dalam menjalankan usahanya. Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluhan Pertanian sebagai Teknisi Hasil pengujian korelasi tentang faktor eksternal (keterlibatan petani dalam kelompok, keikutsertaan dalam penyuluhan dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, disajikan pada tabel 12. Tabel 12 Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Teknisi
No 1 2
Faktor Eksternal Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani Pengetahuan Petani terhadap Peranan penyuluh pertanian
Persepsi Petani terhadap Peranan penyuluh pertanian sebagai Teknisi Koefisien Korelasi P value * 0.243 0.030 0.248*
0.027
Ket: * Berhubungan nyata pada α=5%
Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara keterlibatan petani dalam kelompok dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.243 dengan nilai probabilitas sebesar 0.030 (3%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya keterlibatan petani dalam kelompok memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin sering keterlibatan petani dalam kelompok maka semakin kritis dan matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi. Artinya, petani dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani karena seringnya petani melibatkan diri dalam kelompok. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.248 dengan nilai probabilitas sebesar 0.027 (2.7%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian memiliki hubungan yang signifikan
46
dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian maka semakin jeli dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi. Artinya, petani dalam memberikan penilaian atas peran yang dilakukan penyuluh pertanian, seperti memperkenalkan informasi dengan jelas sehingga informasi mudah diterima petani; materi yang disampaikan berhubungan dengan pengetahuan petani, petugas penyuluh pertanian menguasasi materi dan kelengkapannya; menyediakan sarana belajar, bersedia melakukan pengulangan aktivitas demonstrasi dan memberikan alternative solusi dari setiap problema yang dihadapi petani karena tingginya pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Hasil pengujian korelasi tentang faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator disajikan pada tabel 13. Tabel 13 Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator
No
Faktor Internal
1 2 3 4
Umur Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Status Kepemilikan Lahan Pengalaman Berusahatani
5
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Koefisien Korelasi P value * 0.277 0.013 ** -0.368 0.001 0.226* 0.044 * 0.238 0.034 0.431**
0.000
Ket: * Berhubungan nyata pada α=5% * *Berhubungan nyata pada α=1%
Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara umur dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0.277 dengan nilai probabilitas sebesar 0.013 (1.3%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya umur petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tua umur petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, semakin tua umur petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam hal mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah; menyusun programa penyuluhan pertanian; menyusun materi penyuluhan pertanian; membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian; menerapkan metode penyuluhan pertanian; menumbuhkembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi
47
pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pendidikan formal dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0.368 dengan nilai probabilitas sebesar 0.001 (1%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 1%, sehingga menolak H0 yang artinya pendidikan formal petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani semakin kritis dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pendidikan non formal dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0.226 dengan nilai probabilitas sebesar 0.044 (4.4%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pendidikan non formal petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin banyak petani mengikuti kegiatan pelatihan usahatani, maka petani semakin matang dan kritis dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah; menyusun programa penyuluhan pertanian; menyusun materi penyuluhan pertanian; membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian; menerapkan metode penyuluhan pertanian; menumbuhkembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani apabila sering petani mengikuti pelatihan, magang, kunjungan lapang yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan pertanian. Nilai koefisien korelasi hubungan antara status kepemilikan lahan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0.238 dengan nilai probabilitas sebesar 0.034 (3.4%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya status kepemilikan lahan memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin banyak petani memiliki lahan sendiri maka semakin besar petani dalam memberikan penilaian atas peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah; menyusun programa penyuluhan pertanian; menyusun materi penyuluhan pertanian; membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian; menerapkan metode penyuluhan pertanian; menumbuhkembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani apabila lahan yang dimiliki petani merupakan lahan garapan milik sendiri. Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara pengalaman berusahatani dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0.431 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000 (0%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 1%, sehingga menolak H0 yang artinya pengalaman berusahatani memiliki hubungan yang signifikan dengan
48
peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin lama petani menjalankan usahanya maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah; menyusun programa penyuluhan pertanian; menyusun materi penyuluhan pertanian; membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian; menerapkan metode penyuluhan pertanian; menumbuhkembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani yang memiliki pengalaman dalam menjalankan usahanya. Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Hasil pengujian korelasi tentang faktor eksternal (keterlibatan petani dalam kelompok, keikutsertaan dalam penyuluhan dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator, disajikan pada tabel 14. Tabel 14 Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator
No 1 2
Faktor Eksternal Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani Pengetahuan Petani terhadap Peranan penyuluh pertanian
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator Koefisien Korelasi P value ** 0.315 0.004 0.229*
0.041
Ket: * Berhubungan nyata pada α=5% * *Berhubungan nyata pada α=1%
Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara keterlibatan petani dalam kelompok dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0.315 dengan nilai probabilitas sebesar 0.004 (0.4%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 1%, sehingga menolak H0 yang artinya keterlibatan petani dalam kelompok memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin sering keterlibatan petani dalam kelompok maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah; menyusun programa penyuluhan pertanian; menyusun materi penyuluhan pertanian; membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian; menerapkan metode penyuluhan pertanian; menumbuhkembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melaksanakan
49
kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani yang sering melibatkan diri dalam kelompok Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian dengan peran penyuluh pertanian sebagai teknisi sebesar 0.229 dengan nilai probabilitas sebesar 0.041 (4.1%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal mengumpulkan dan mengolah data potensi wilayah; menyusun programa penyuluhan pertanian; menyusun materi penyuluhan pertanian; membuat dan menggunakan media penyuluhan pertanian; menerapkan metode penyuluhan pertanian; menumbuhkembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani yang memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap peranan penyuluh pertanian. Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Hasil pengujian korelasi tentang faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani dengan persepsi petani) terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai advisor, disajikan pada tabel 15. Tabel 15 Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor
No 1 2 3 4 5
Faktor Internal Umur Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Status Kepemilikan Lahan Pengalaman Berusahatani
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Koefisien Korelasi P value 0.241* 0.031 * -0.235 0.036 * 0.250 0.025 0.285*
0.010
0.408**
0.000
Ket: * Berhubungan nyata pada α=5% * *Berhubungan nyata pada α=1%
Tabel 15 dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara umur dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor sebesar 0.277 dengan nilai probabilitas sebesar 0.013 (1.3%) lebih kecil dari signifikan
50
statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya umur petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tua umur petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, semakin tua umur petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian kembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian. Tabel 15 dijelaskan bahwa besarnya nilai koefisien korelasi hubungan antara pendidikan formal dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor sebesar 0.235 dengan nilai probabilitas sebesar 0.036 (3.6%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pendidikan formal petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani semakin kritis dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pendidikan non formal dengan peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator sebesar 0,250 dengan nilai probabilitas sebesar 0.025 (2.5%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya pendidikan non formal petani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan non formal yang dimiliki petani semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal menyusun programa penyuluhan pertanian; menumbuh kembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani apabila sering petani mengikuti pelatihan, magang, kunjungan lapang yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan pertanian Nilai koefisien korelasi hubungan antara status kepemilikan lahan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor sebesar 0.285 dengan nilai probabilitas sebesar 0.010 (1%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya status kepemilikan lahan memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin banyak petani memiliki lahan sendiri maka semakin besar petani dalam memberikan penilaian atas peran penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal menyusun programa penyuluhan pertanian; menumbuh kembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengembangkan
51
metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani apabila lahan yang dimiliki petani merupakan lahan garapan milik sendiri. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pengalaman berusahatani dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor sebesar 0.408 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000 (0%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 1%, sehingga menolak H0 yang artinya pengalaman berusahatani memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin lama petani menjalankan usahanya maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal menyusun programa penyuluhan pertanian; menumbuh kembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani yang memiliki pengalaman dalam menjalankan usahanya. Hubungan Faktor Eksternal tengan Persepsi Petani Terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Hasil pengujian korelasi tentang faktor eksternal (keterlibatan petani dalam kelompok, keikutsertaan dalam penyuluhan dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian) dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai advisor, disajikan pada tabel 16. Tabel 16 Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor.
No
Faktor Eksternal
1
Keterlibatan Petani dalam Kelompoktani Pengetahuan Petani terhadap Peranan penyuluh pertanian
2
Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian sebagai Advisor Koefisien Korelasi P value 0.248* 0.026 0.640**
0.000
Ket: * Berhubungan nyata pada α=5% * *Berhubungan nyata pada α=1%
Nilai koefisien korelasi hubungan antara keterlibatan petani dalam kelompok dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor sebesar 0.248 dengan nilai probabilitas sebesar 0.026 (2.6%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga menolak H0 yang artinya keterlibatan petani dalam kelompok memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin sering keterlibatan petani dalam kelompok maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam
52
menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal menyusun programa penyuluhan pertanian; menumbuh kembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani yang sering melibatkan diri dalam kelompok. Nilai koefisien korelasi hubungan antara pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor sebesar 0.640 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000 (0%) lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 1%, sehingga menolak H0 yang artinya pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian memiliki hubungan yang signifikan dengan peran penyuluh pertanian sebagai advisor. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian maka semakin matang dalam menilai peran penyuluh pertanian dalam menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian serta mengembangkan penyuluhan pertanian. Artinya, peran penyuluh pertanian dalam hal menyusun programa penyuluhan pertanian; menumbuh kembangkan kelembagaan petani; mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengevaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian; mengembangkan metode, sistem kerja atau arah kebijakan penyuluhan pertanian dan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian penyuluhan pertanian akan dipersepsikan baik oleh petani yang memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap peranan penyuluh pertanian
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar (62.5 persen) anggota kelompok tani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari masih berada pada usia produktif masa bekerja (dewasa) yaitu 35-47 tahun, dengan tingkat pendidikan tamat SLTP, sering mengikuti kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan usahatani, memiliki pengalaman berusaha tani 10-20 tahun, sangat aktif mengikuti petemuan rutin kelompoktani. 2. Persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor pada kategori baik. 3. Ada hubungan antara faktor internal karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani) dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor. Demikian juga, terdapat hubungan antara faktor eksternal (keterlibatan petani dalam kelompok dan pengetahuan petani terhadap peranan penyuluh pertanian) dengan persepsi petani terhadap peranan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor.
53
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran disarankan kepada pihak penyuluhan antara lain : 1. Penyuluh pertanian dalam memerankan perannya sebagai teknisi dalam menyampaikan informasi, perlu mempertimbangkan pendidikan non formal petani dan status kepemilikan lahan. 2. Penyuluh pertanian dalam memerankan perannya sebagai fasilitator, perlu mempertimbangkan umur petani, tingkat pendidikan formal, pengalaman berusahatani, keterlibatan petani dalam kelompok, keikutsertaan dalam penyuluhan 3. Penyuluh pertanian dalam memerankan perannya sebagai advisor, perlu mempertimbangkan umur petani, keikutsertaan dalam penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. 1997. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Arumbawa P. 2004. “Peran Kelompok untuk Meningkatkan Peran Anggota dalam Penerapan Inovasi Teknologi”. [Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor Asngari PS. 1984. “Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Karesidenan dan Kepala Penyuluh Pertanian terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluh Pertanian di Negara Bagian Texas Amerika Serikat”. Media Peternakan Vol 9 No. 2 Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Asngari PS,. 2001. “Peranan Agen Pembaharu/ Penyuluh dalam Usaha Memberdaakan (empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis”. Orasi Ilmiah, Bogor: Fakultas Peternakan Istitut Pertanian Bogor Ban, AW van den, HS Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. [BPS Manokwari] Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari. 2010. Manokwari dalam Angka. Manokwari: Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari. De Vito JA. 1997. Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar. Alih Bahasa Agus Maulana. Jakarta: Profesional Books. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Sistem dan Usaha Agrobisnis di Era Otonomi Daerah, Jakarta. [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2005. Naskah Akademik Sistem Penyuluhan Pertanian. www.deptan.go.id/bpsdm/naskah_akademik.pdf. Dewi, F. 2004. “Persepsi Anggota Kelompok Tani terhadap Peran Kleompok Tani dalam Memenuhi Kebutuhan Usahatani Padi”. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor Harihantono. 2001. “Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai”. [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor Kartasapoetra AG. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
54
Leavitt HJ. 1978. Managerial Psychology. Fourth Edition. The University Of Chicago. Lippit, R.J. Watson dan B. Westly, 1958, The Dynamic of Planned Change, New York: Harcort, Beruce & World. Inc Mar’at. 1981. Sikap dan Perubahannya beserta Pengukurannya. Bandung: Universitas Padjadjaran. Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Mardikanto T. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian: untuk Mahasiswa dan Peminat Pertanian. Surakarta: Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Perhutanan Sosial (PUSPA). Marzuki, S. 1994. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Nomor : kep. 29 / men / iii / 2010. tentang Penetapan Skkni Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan Pertanian. 2010. http://www.fileden.com/files/2012/2/1/3258168/SKKNI%20Penyuluhan%2 0Perikanan.pdf (diakses tanggal 11 November 2012) Mosher AT. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: CV Yasaguna. Peraturan menteri pertanian Nomor : 273/kpts/ot.160/4/2007 tentang Pedoman pembinaan kelembagaan petani. 2007. [diunduh pada Maret 25 2013]. tersedia pada : http://perundangan.deptan.go.id/admin/file/SK-273-07.pdf (diakses 11 November 2012) Purwanto 2007, http://bghies.blogspot.com/p/Kelompoktani.html (diakses pada tanggal 12 November 2012). Purwanto. 2007. Sosiologi untuk Pemula. Yogyakarta: Media Wacana. Rakhmat D. 2000. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius. Robbins SP, 2006. Perilaku Orgnisasi. Jakarta: PT. Indeks Rogers EM., F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation. New York: The Free Press; A Division of Macmillan Publishing Co., Inc. Rogers, E.M. 1983. Diffution of Innovations. The Free Press, New York. Rogers EM. 1995. Diffusion of Innovation. Edisi Ke-4. New York, London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapore: The Free Press. Ruwiyanto, W. 1994. Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin : Pengaruh Faktor-Faktor Dinamika Organisasi Lembaga Pendidikan Karya terhadap Manfaat Sosiol Ekonomi Warga Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada Sudarta, W. 2002. Pengetahuan dan Sikap Petani terhadap Pengetahuan Hama Terpadu. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. SOCA. 2 (1). Syamsuddin A. 1997. Revolusi Hijau dengan Swasembada Beras dan Jagung, Jakarta: Setdal Bimas. Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Sobur A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
55
Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Pembangunan: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. Penyunting Ida Yustina dan Adjat Sudrajat. Bogor: IPB Press. Thoha M. 1999. Perilaku organisasi. Bandung: Rosdakarya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. 2006. [diunduh pada Desember 14 2012]. tersedia pada : www.feati.deptan.go.id/dokumen/uu_sp3k.pdf. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2004. [diunduh
pada
24
Maret
2013].
Tersedia
pada:
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32_2004_Pemerintahan%20Daera h.pdf Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritahan Daerah. 2004. [diunduh pada 2013 Maret 25]. Tersedia pada : http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/Undangundang/uu2004_33%28imbangkeuPusDa%29.pdf Wangke WM, Suzana BOL, Siagian HA. 2011. “Penerapan Teknologi Usahatani Padi Sawah Di Desa Sendangan Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa’’. ASE.7 (1).
56
LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Statistik Inferensial Correlations Correlati ons
Umur Umur
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1 80 ,238* ,034
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Persepsi Petani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi ,238* ,034 80 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,000
80
80
,277* ,013
,676** ,000
80 ,241* ,031 80
Persepsi Persepsi Petani Petani terhadap terhadap Peranan Peranan PPL sebagai PPL sebagai f asilitator adv isor ,277* ,241* ,013 ,031 80 80 ,676** ,056 ,620
80
80
1
,116 ,305
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1 80
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
Correlations Correlati ons
Pendidikan Formal
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pendidikan Formal 1
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
80 ,255*
Persepsi Petani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi ,255* ,023 80 1
,023
Persepsi Persepsi Petani Petani terhadap terhadap Peranan Peranan PPL sebagai PPL sebagai f asilitator adv isor ,368** ,235* ,001 ,036 80 80 ,676** ,056 ,000
,620
80
80
80
80
,368** ,001
,676** ,000
1
,116 ,305
80
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1
,235* ,036 80
80
57
Correlations Correlati ons
Pendidikan Non Formal
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pendidikan Non Formal 1 80 ,265* ,017
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Persepsi Petani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi ,265* ,017 80 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Persepsi Persepsi Petani Petani terhadap terhadap Peranan Peranan PPL sebagai PPL sebagai f asilitator adv isor ,226* ,250* ,044 ,025 80 80 ,676** ,056 ,000
,620
80
80
80
80
,226* ,044
,676** ,000
1
,116 ,305
80
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1
,250* ,025 80
80
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-tailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).
Correlations Correlati ons
St at us Kepemilikan Lahan Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Persepsi Persepsi Persepsi Petani Petani Petani terhadap terhadap terhadap St at us Peranan Peranan Peranan Kepemilikan PPL sebagai PPL sebagai PPL sebagai Lahan teknisi f asilitator adv isor 1 ,302** ,238* ,285* ,006 ,034 ,010 80 80 80 80 ,302** 1 ,676** ,056
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed). *. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed).
,006
,000
,620
80
80
80
80
,238* ,034
,676** ,000
1
,116 ,305
80
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1
,285* ,010 80
80
58
Correlations Correlati ons
Pengalaman Berusahatani Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pengalaman Berusahatani 1 80 ,267* ,017
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Persepsi Petani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi ,267* ,017 80 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Persepsi Persepsi Petani Petani terhadap terhadap Peranan Peranan PPL sebagai PPL sebagai f asilitator adv isor ,431** ,408** ,000 ,000 80 80 ,676** ,056 ,000
,620
80
80
80
80
,431** ,000
,676** ,000
1
,116 ,305
80
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1
,408** ,000 80
80
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
Correlations Correlati ons
Keterlibatan Petani dalam Kelompok Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Keterlibatan Petani dalam Kelompok 1
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
80 ,243*
Persepsi Petani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi ,243* ,030 80 1
,030
Persepsi Persepsi Petani Petani terhadap terhadap Peranan Peranan PPL sebagai PPL sebagai f asilitator adv isor ,315** ,248* ,004 ,026 80 80 ,676** ,056 ,000
,620
80
80
80
80
,315** ,004
,676** ,000
1
,116 ,305
80
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1
,248* ,026 80
80
59
Correlations Correlati ons
Pengetahuan Pet ani terhadap Peranan PPL Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pengetahuan Petani terhadap Peranan PPL 1
N Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai f asilit ator
Persepsi Pet ani terhadap Peranan PPL sebagai adv isor
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-t ailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-t ailed).
80 ,248*
Persepsi Petani terhadap Peranan PPL sebagai teknisi ,248* ,027 80 1
,027
Persepsi Persepsi Petani Petani terhadap terhadap Peranan Peranan PPL sebagai PPL sebagai f asilitator adv isor ,229* ,640** ,041 ,000 80 80 ,676** ,056 ,000
,620
80
80
80
80
,229* ,041
,676** ,000
1
,116 ,305
80
80
80
80
,056 ,620 80
,116 ,305 80
1
,640** ,000 80
80
60
Lampiran 2. Peta Kabupaten Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat
61
Lampiran 3. Sketsa Peta Daerah Penelitian di Distrik Oransbari
62
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Pati pada tanggal 23 Februari 1985, anak sulung dari Bapak Marsono dengan Ibu Sakini. Pada tahun 2000 masuk pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 01 Abepura-Jayapura Provinsi Papua dan pada tahun yang sama penulis pindah ke SMU Negeri 02 Sorong Provinsi Papua Barat dan tamat pada tahun 2003. Tahun 2003 melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Negeri Papua (Unipa) Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, program studi ilmu penyuluhan dan komunikasi pertanian. Penulis pada tanggal 20 Februari 2008 memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) dengan predikat cum laude setelah menyusun skripsi yang berjudul "Inventarisasi Peran Tokoh Adat dalam Hal Pengambilan Keputusan terhadap Penentuan Maskawin Suku Arfak di Kabupaten Manokwari”. Desember 2008 penulis diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai staf pengajar di Universitas Negeri Papua (Unipa) dan pada tahun 2010 penulis resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah mengikuti pendidikan pra jabatan. Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa magister mayor ilmu penyuluhan pembangunan, jurusan komunikasi dan pengembangan masyarakat, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang disponsori oleh beasiswa BPPS Kementerian Pendidikan Nasional. Artikel ilmiah dengan judul “Persepsi Petani terhadap Peranan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan”.
63