Peranan Dinas Pertanian Dalam Pemberdayaan Petani Hortikultura di Kabupaten Minahasa Selatan Oleh : Efdi Steven Tarandung Abstrak Beberapa hal yang dilakukan Dinas Pertanian dalam pemberdayaan Petani Hortikultura yakni : 1). Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, 2). Memperkuat potensi yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, 3). Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Kemudian dapat dirumuskan peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Minahasa Selatan terhadap masyarakat petani adalah 1). Pemberdayaan petani dengan melaksanakan program pembinaan dan penyuluhan, 2). Pengembangan kemitraan dan usaha agribisnis, 3). Penguatan modal dengan dana bantuan pinjaman langsung pada masyarakat untuk modal usahatani, 4). Peningkatan sarana dan prasarana pertanian, 5). Pengembangan Kelembagaan. Mengingat komoditas tanaman padi dan kacang hijau merupakan komoditas andalan dan unggulan. Selain itu, lahan sawah merupakan sumber pendapatan dan penopang hidup yang sangat diandalkan sebagai petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa peran Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Minahasa Selatan dalam pembinaan dan penyuluhan, berjalan dengan baik selama tahun 2007‐2008. Pemberdayaan yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan, pengawas penangkar benih, pemberi bantuan bibit unggul, pendorong kemajuan teknologi, pendampingan dalam pengelolaan lahan, dan pendampingan dalam kelembagaan petani. Namun pemberdayaan yang diberikan oleh pemerintah belum berhasil sepenuhnya, karena jika dilihat dari keadaan petani yang ada dilapangan saat ini, petani masih mengalami ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah, dan juga petani kentang belum mampu menaikan kembali produktifitasnya hingga mengekspor hasil pertaniannya. Sehingga tujuan dari pemberdayaan untuk membuat petani mandiri, dan berdaya saing belum dapat tercapai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pertanian di Minahasa Seatan sangat besar, dan telah dikenal sebagai sentra hortikultura. Seperti di wilayah Modoinding sebagai sentra hortikultura Minahasa Selatan, bahwa sudah sejak lama Modoinding dikenal sebagai penghasil sayuran kualitas bagus. Berbagai komoditas, seperti kentang, kol, dan sawi dihasilkan dari daerah ini. Pada tahun 1980-an hingga 1990-an produk sayur 1
Modoinding bahkan mampu menembus pasar eksor, meski belakangan pamornya menurun. Ada permasalahan pokok yang dihadapi petani di Modoinding belakangan ini. Masalah tersebut terkait dengan kondisi alam, fluktuasi harga, dan meningkatnya ongkos produksi. Ketiga hal tersebut menjadi permasalahan komunal yang dialami hampir seluruh petani di sana. Masalah pertama, kesuburan tanah Modoinding menurun akibat penggunaan pupuk kimia dan tata kelola lahan. Penggunaan obat kimia yang tidak terkontrol membuat kesuburan tanah di dataran tinggi tersebut mulai terdegradasi. Kondisi ini dapat diamati dari penurunan produktivitas lahan. Lahan dengan luas 1 hektare dulu mampu menghasilkan 4 hingga 5 ton kentang, sedangkan sekarang hanya pada kisaran 3 ton. Kondisi ini diperparah dengan kerusakan lingkungan di daerah tersebut. Sejak tahun 1980-an terjadi eksploitasi lahan besar-besaran di Modoinding. Hampir seluruh lahan di daerah tersebut ditanami kentang. Sedangkan agar kentang dapat tumbuh dengan baik warga terpaksa menebang tanaman keras yang ada. Akibatnya Modoinding tidak memiliki daerah resapan air karena seluruhnya dimanfaatkan sebagai lahan produksi. Masalah kedua, fluktuasi harga komoditas pertanian juga sering memusingkan petani. Posisi tawar petani rendah karena komoditas mereka mudah busuk. Sayuran semacam kentang hanya bisa disimpan sekitar satu bulan sedangkan kol hanya satu sampai dua minggu. Fluktuasi harga juga dipengaruhi persaingan antar sesama produsen kentang, seperti petani Bandung dan Bogor. Bahkan beberapa tahun terakhir kentang impor juga bermain di pasar domestik. Tentu saja petani tak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Pemerintah mestinya mengatur kuota impor agar harga sayuran lokal dapat dipertahankan. Masalah ketiga, petani Modoinding seringkali terhambat permodalan, khususnya saat musim tanam. Besarnya biaya produksi membuat sebagian petani terpaksa meminjam modal berbunga tinggi kepada tengkulak. Akibatnya, selain petani terbebani bunga pinjaman, proses produksi sering terhambat. Karena itulah petani Modoinding berharap ada lembaga keuangan khusus yang membantu mereka mengakses modal berbunga. Selain itu juga dengan adanya Import kentang dari Cina dan Bangladesh yang masuk ke Indonesia yang berpotensi merugikan petani kentang Modoinding dan Minahasa Selatan pada umumnya. Ribuan Kepala Keluarga di sekitar Modoinding yang akan sengsara karena kentang produksi mereka tidak laku di pasaran, belum lagi hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar. Petani kentang asal Modoinding menyampaikan bahwa jika dilihat dari kualitas, kentang hasil produksi petani Modoinding jauh lebih bagus daripada kentang impor asal Cina atau Bangladesh. Kentang impor kualitasnya jelek, tapi karena harganya jauh lebih murah daripada kentang lokal, konsumen lebih banyak yang memilih kentang impor. Harga kentang impor bisa sampai Rp 2.300/kg sedangkan kentang lokal biasanya kami jual dengan harga Rp 6.000 per/kg, untuk bisa menutupi modal setidaknya kentang harus dijual di atas Rp 4.000/kg. Menurut laporan dari Gabungan Importir Hasil Bumi Indonesia, impor produk hortikultura (buah dan sayur) yang dilakukan oleh Indonesia terhitung besar. Saat ini 85% dari seluruh produk Hortikultura yang beredar dan dinikmati oleh konsumen di Indonesia merupakan produk impor. 2
Dalam era otonomi daerah ini dan dalam upaya mencapai harapan tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Selatan, berupaya ke arah pembangunan ekonomi pertanian, dan menjadikan Kabupaten Minahasa Selatan sebagai produsen hasil pertanian unggulan di Sulawesi Utara. Pemerintah daerah diharapkan bernisiatif membantu petani, termasuk dengan memfasilitasi petani atau memberdayakan petani hortikultura. Berbagai permasalahan, seperti kelangkaan pupuk, fluktuasi harga, pemasaran, dan kendala permodalan perlu di atasi. Penelitian ini akan mengkaji peranan pemerintah dalam memberdayakan petani Hortikultura di Minahasa Selatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang di hadapi oleh para petani kentang maka masalah pokok yang akan di teliti adalah: Peranan Dinas Pertanian Dalam Pemberdayaan Petani Hortikultura di Kabupaten Minahasa Selatan C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana Peranan Dinas Pertanian Dalam Pemberdayaan Petani Hortikultura di Kabupaten Minahasa Selatan D. Manfaat Penelitian a. Dari segi teoritis atau aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi pengembangan konsep keilmuan dalam bidang kajian yang berhubungan dengan pengembangan pembangunan pertanian di Minahasa Selatan b. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan bahan masukan bagi peranan pemerintahdalam meningkatkan pembangunan di daerahnya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklarifikasikan menurut bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Berbagai macam peranan dapat disebutkan sebagai berikut (Hendropuspio, 1989 dalam Narwoko, 2004:140). Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Peranan yang diharapkan (expectedroles): cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan secermat- cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. 2. Peranan yang disesuaikan (actualroles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul dapat dianggap wajar oleh masyarakat. Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan menjadi: 1. Peranan bawaan (ascribedroles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenk, anak, kepala desa dan sebagainya; dan 2. Peranan pilihan (achivesroles), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannnya sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan untuk menjadi kepala desa. B. Pemberdayaan Masyarakat Kartasasmita (1997:2) menjelaskan, upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkahlangkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber4
sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja,dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusiinstitusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Sungguh penting di sini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam meng- hadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity) . Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain).Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Pemberdayaan masyarakat sebagaimana yang ditulis dalam skripsi ini lebih melihat dari apa yang dikatakan Kartasasmita (1997:5), dimana pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: 1. Upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. 2. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tuju an, yakni supaya bantuan 5
tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keber- dayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. 3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu seperti telah disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Di samping itu kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di bina dan dipelihara secara sating menguntungkan dan memajukan. BAB III METODE PENELITIAN A. Perspektif Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu mendefinisikan, menggambarkan faktor-faktor yang ditemukan di daerah penelitian. Metode ini bagian dari metode kualitatif, menurut pendapat Kirk dan Miller (Moleong, 2003:3) dinyatakan bahwa ”penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dari ilmu sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam wilayahnya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan istilah yang digunakan”. Dan metode-penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah mendeskripsikian dan menganalisis peranan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat petani Hortikulturan di Minahasa Selatan. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Minahasa Selatan D. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data-data yang dikumpulkan penulis dari sumber data di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diolah dari hasil dokumentasi yang dilakukan penulis dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan pengamatan lapangan. H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan yaitu : 6
1. Wawancara Peneliti melakukan wawancara secara mendalam (in-dephtinterview) dengan narasumber (key informan) dengan berpedoman pada interview-guidances yang telah disusun sebelumnya. Pemberian pertanyaan kepada informan dilakukan secara terbuka dan fleksibel sesuai dengan perkembangan yang terjadi selama proses wawancara dalam rangka menyerap informasi mengenai persepsi, pola maupun pendapat-pendapat dari informan tersebut. Apabila informasi dianggap sudah memenuhi tujuan penelitian maka pengajuan pertanyaan atau penjaringan informasi akan di akhiri. 2. Studi Dokumentasi Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, surat kabar dan lain sebagainya. 3. Observasi (pengamatan lapangan) Yaitu dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian untuk melihat kenyataan dan fakta sosial di sehingga dapat dicocokkan antara hasil wawancara atau informasi dari informan dengan fakta yang ada lapangan. Proses pengolahan data bergerak diantaraperolehan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Artinya data-data yang terdiri dari deskripsi dan uraiannya adalah data yang dikumpulkan, kemudian disusun pengertian dengan pemahaman arti yang disebut reduksi data, kemudian diikuti penyusunan sajian datam yang berupa cerita sistematis, selanjutnya dilakukan usaha untuk menarik kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Apabila kesimpulan dirasakan masih kurang mantap, maka dilakukan penggalian data kembali. Hal tersebut dilakukan secara berlanjut, sampai penarikan kesimpulan dirasa sudah cukup untuk menggambarkan dan menjawab fokus penelitian. I. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan studi kepustakaan atau dokumentasi akan dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil wawancara. Tahap-tahap analisa data dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Data reduction (reduksi data). b. Data organization (pengorganisasian data) c. Interpretation (interprestasi atau penafsiran)
7
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTIAN A. Geografis Kabupaten Minahasa Selatan memiliki Luas Wilayah 1.591,65 Km², dengan Topografi wilayah mulai dari Pantai sampai Pegunungan dengan Ketinggian Tempat 0 – 1.300 M dpl. Dengan memiliki Iklim Tropis dengan Dua Musim yaitu Musim Kemarau dan Musim Penghujan. Suhu Udara cukup tinggi di Wilayah Pesisir Pantai, dengan Kelembaban 53 – 98 %, dengan Curah Hujan antara 80,3 MM/Bulan, sampai 570.2 MM/Bulan. Jenis Tanah umumnya bervariasi antara lain, Inceptisol, Andisol, dan entisol. Dengan Kesuburan Tanah yang Tinggi, serta dipengaruhi oleh aktifitas Gunung Berapi, seperti Gunung Soputan, dan Gunung Ambang. Ketersediaan Air untuk Irigasi sangat baik, karena terdapat sumber-sumber Air dan Sungai yang besar untuk mengairi areal Pertanian seperti Sungai Ranoyapo, Sungai Maruasey, Sungai Poigar dan Sungai lainnya. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk pengembangan Usaha Budidaya Komoditi Pertanian. Selain itu terdapat beberapa Daerah yang sangat cocok untuk pengembangan Ternak Sapi, Ayam dan Babi. Dilihat dari Populasi Ternak dan daya dukung lahan serta pemasarannya. Secara Administratif sampai dengan 31 Desember 2009 Kabupaten Minahasa Selatan, memiliki 17 Kecamatan dengan Jumlah Desa/Kelurahan 156 dan jumlah Penduduk ±200.100 Jiwa. Di mana 85% dari Jumlah Penduduk bekerja di Sektor Pertanian. Kondisi Infrastruktur jalan umumnya dalam keadaan baik, memungkinkan Akses Pasar untuk semua Komoditi Pertanian. Selain itu terdapat 6 (Empat) Kecamatan yang Letaknya berada di Jalur Trans Sulawesi. Letak wilayah Kabupaten Minahasa Selatan berada pada posisi strategis karena berada pada jalur lintas darat Trans Sulawesi yang menghubungkan jalur jalan seluruh propinsi di pulau Sulawesi. Demikian pula jalur laut untuk bagian utara, merupakan daerah perlintasan (Transit) sekaligus Stop Over arus penumpang, barang dan jasa pada kawasan Indonesia Tengah dan Kawasan Indonesia Timur, bahkan untuk kawasan Asia Pasifik. Sementara untuk jalur laut bagian selatan sangat strategis untuk pengembangan produksi perikanan di kawasan Timur Indonesia. Adapun batas – batas wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah sebagai berikut : Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Barat : Berbatasan dengan Laut Sulawesi B. Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk Luas wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah 1.591,65 Ha, dengan jumlah penduduk ± 206.049 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 106.840 jiwa dan perempuan 99.209 jiwa serta memiliki 57.726 keluaraga. 8
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai sumber daya lahan yang cukup potensial untuk dimanfaatkan dan didayagunakan terutama untuk lahan pertanian. Berdasarkan data tahun 2009, potensi lahan sawah di Kabupaten Minahasa Selatan adalah seluas 5.517 Ha. Sedangkan potensi lahan kering yang dimanfaatkan untuk padi ladang, palawija dan hortikultura adalah seluas 132.979 ha. D. Kondisi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Adapun tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk adalah padi, kacang tanah, kedelai, jagung, ubi-ubian, dan sayur-sayuran serta tanaman hortikultura lainnya. Bahkan tanaman hortikultura yang ada di wilayah Minahasa Selatan (Kecamatan Modoinding) sangatlah maju dan teruji kualitasnya sehingga daerah ini ditetapkan sebagai daerah pengembangan program Agropolitan, karena hasilnya telah mampu dipasarkan baik ditingkat regional, nasional maupun internasional dan hal ini sangat besar kontribusinya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberikan dampak positif bagi upaya meningkatkan pendapatan daerah. Produksi padi sawah di Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2006 sebesar 50.210,91 Ton sedangkan produksi jagung 38.486,6 ton. Apabila dikonversikan ke Gabah Kering Giling (GKG) menjadi 57.472 ton beras (82 % dari 70.089,1 ton Gabah Kering Panen). Kemudian dikonversikan ke Beras menjadi 40.659,6 Ton (70,75% dari 57.472 Ton Gabah Kering Giling). Selanjutnya berdasarkan data dari Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2006, dengan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 202.391 jiwa dengan konsumsi/kapita/orang/tahun sebesar 136 Kg. Maka kebutuhan beras Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 40.449,2 Ton, sehingga dengan demikian untuk Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2006 berada pada posisi swasembada beras bahkan surplus beras sebesar 5% penyusutan dari 210,4 ton menjadi 199 ton beras.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI ELEMBAGAAN a. Fungsi dan Kelembagaan Dinas dalam Pemberdayaan Petani Hortikultura 1. Tugas dan Fungsi Intansi Teknis yang menangani Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan adalah Dinas Pertanian dan Peternakan mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi sebagai berikut : Tugas Pokok Merencanakan, merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan umum dibidang Pertanian dan Peternakan. Fungsi 9
Menyusun Rencana Teknis Operasional Pembangunan Pertanian. Melaksanakan Kegiatan Pengembangan Pembangunan Pertanian. Mengkaji dan menganalisa Teknologi Pertanian. Melaksanakan Pelatihan, Pengujian dan Penerapan Teknologi. Melaksanakan Produksi Pertanian serta Pengembangan Peternakan serta Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Pembudidayaan Ternak serta Pembibitan. Melakukan koordinasi untuk pemuliaan dan sertifikasi bibit. Melaksanakan Tugas Pengawasan Operasional Kesehatan Ternaka serta Peredaran obat-obatan untuk hewan. Pengawasan Ternak Pakan dan hasil ikutannya. Pemberdayaan Kelompok Tani / Ternak Monitor dan Evaluasi serta menyampaikan pelaporan.
2. Sumber Daya SKPD Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan sampai dengan bulan Januari 2011 berjumlah 39 Orang.Dengan keadaan PNS secara akumulasi penggolongan ruang kepangkatan adalah sebagai berikut : Tabel – 5 Keadaan Pegawai Negeri Sipil menurut Kepangkatan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan. Prosentase No Kepangkatan Jumlah (Orang) (%) 1. Golongan IV 3 11.43 2. Golongan III 30 77.14 3. Golongan II 6 11.43 Jabatan struktural dan fungsional yang ada di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan setelah pemberlakuan PP 41 Tahun 2006 adalah : satu (1) orang Kepala Dinas (Eselon IIb), satu (1) orang Sekretaris (Eselon IIIa), empat (4) orang Kepala bidang (Eselon IIIb) dan 15 orang Kepala Seksi/ Sub Bagian (Eselon IVa). 3. Kinerja Pelayanan SKPD Kinerja pelayanan SKPD pada tahun 2006 -2010 berada pada tingkatan yang memuaskan, ini dibuktikan dengan pencapaian sasaran/target Renstra tahun 20062010 denganterlampawinya atau pencapaian yang cukup memuaskan dari target peningkatan produksi komoditas unggulan seperti Padi sawah, Padi Ladang, Jagung, Kacang tanah, Kentang, wortel, bawang daun dan komoditi utama lainnya. Dalam tabel berikut ini akan disajikan capaian dari target peningkatan produksi tahun 2006-2010. Tabel. 7 10
Tingkat capaian dari target peningkatan produksi komoditas unggulan pada renstra tahun 2006-2010
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Komoditi
Padi sawah Padi Ladang Jagung Kacang Tanah Kentang Bawang daun Tomat Rambutan
Rencana Capaian Produksi Tahun 2010 (Ton) 61.307 2.280 52.602 1.187 65.000 34.125 20.895 2.685
Realisasi Capaian Produksi Tahun 2010 (Ton) 68.249 4.748 80.130 1.113 59.500 46.440 22.926 2.944
Persen Tingkat Capaian 111,3 208,2 152,3 93,8 91,5 136,1 109,7 109,6
Dari tabel terlihat untuk komoditi kacang tanah dan kentang capaian tidak mencapai 100 persen disebabkan karena keterbatasan benih unggul sehingga dalam pencapaiannya belum memenuhi target tapi masih pada tingkat capaian yang memuaskan lebih dari 90 persen. Untuk Perencanaan strategis tahun 2011-2015, akan lebih dioptimalkan upaya peningkatan produksi dan lebih khusus kentang dan kacang tanah akan ada perlakuan-perlakuan tertentu untuk mengoptimalkan peningkatan produksi kedua komoditi tersebut. B. Pemberdayaan Petani Hortikultura Bahwa sebagai bagian dari perencanaan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kabupaten Minahasa Selatan, tujuan dan sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 – 2015 akan diwujudkan melalui pencapaian 4 (empat) target utama yaitu: (1) tercapainya swasembada pangan di Kabupaten Minahasa Selatan; (2) peningkatan produksi pertanian dan peternakan; (3) peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Selanjutnya target tersebut akan menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menetapkan sasaran pembangunan pertanian yang disesuaikan dengan potensi sumber daya serta karakteristik permasalahan yang dihadapi di lapangan.Disadari bahwa untuk mencapai target tersebut di atas tidaklah mudah, namun berdasarkan keragaan dan kinerja pembangunan pertanian selama 5 (lima) tahun terakhir dan dengan tekad kerja keras, kita optimis bahwa target tersebut dapat dicapai apabila para pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala yang menjadi faktor penghambat utama serta memberikan dorongan yang diyakini akan menjadi faktor kunci pengungkit keberhasilan. 11
Berbagai cara dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Selatan diakui oleh sebagian warga terutama di Kecamatan Modoinding sebagai area paling besar dalam pertanian Hortikultura. “Kami melihat beberapa program dari Dinas Pertanian, telah berupaya sehingga beberapa persoalan dalam pertanian khususnya pertanian sayur, dapat menjawabnya. Seperti sarana-prasarana perkebunan, pemasaran, dalam hal ini setiap melakukan panen sayur, kentang dan lain sebagainya, hasil-hasil panen tersebut dengan mudah dipasarkan. Meski demikian ada banyak persoalan-persoalan di bidang pertanian terutama pertanian Hortikultura. Peran Dinas Pertanian dalam Pemberdayaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian terkait dengan tugas pokok dan fungsinya untuk mempengaruhi, mengarahkan dan menggerakan prilaku warga desanya untuk bekerja berasama-sama dalam rangka mencapai tujuan yang di kehendaki.Terkait dengan hal tersebut, maka dapat dilihat peran tersebut sebagai berikut : a) Pemberian dukungan Pemberian dukungan berupa pendampingan-pendamping, pemberian informasiinformasi pasar dan permodalan. Kemudian pemeberian motivasi-motivasi kepada kelompok tani b) Fasilitasi Kelompok Petani Dilakukan dengan melakukan fasilitasi-fasilitasi berupa pendampingan pada kelompok-kelompok tani dalam menyelesaikan permasalahan-permasaahan mereka dan mengembangkan sumber dayanya. c) Mengembangkan Jaringan Membuka akses jaringan kepada permodalan seperti perbankan, akses pasar dan lainnya d) Memberikan Pelatihan Meelakukan pelatihan-pelatihan hortikultura terutama dalam penanaman, perawatan, dan panen. e) Management financial f) Pemerintah dalam Menyelesaikan Permasalahan dan Beberapa Program Petani B. Permasalahan, Tantangan, dan Peluang dalam Pemberdayaan Petani Hortikultura Keberhasilan pencapaian Program Tahun 2009 tidak terlepas dari dukungan Sumber Daya Manusia di Bidang Pertanian yaitu Penyuluh Pertanian, Petugas Pengamat Hama dan Penyakit dan Petugas Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Disamping itu adanya dukungan dari kelompok tani yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan berperan penting dalam menunjang usaha pencapaian sasaran produksi yang telah ditetapkan. Jumlah Kelompok Tani berdasarkan klasifikasi adalah sebagai berikut : Kelompok Tani sebanyak 1.045 Kelompok yang terdiri dari : Kelompok Pemula : 820 Kelompok Kelompok Lanjut : 197 Kelompok Kelompok Madya : 24 kelompok Kelompok Utama : 4 kelompok 12
Sumber : BP4K, 2009 Cukup banyak tersedia paket teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan produktifitas, kualitas dan kapasitas produksi aneka produk pertanian. berbagai varietas, klon dan bangsa ternak berdaya produksi tinggi; berbagai teknologi produksi pupuk dan produk bio; alat dan mesin pertanian; serta aneka teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian sudah cukup banyak dihasilkan para peneliti di lembaga penelitian maupun yang dihasilkan oleh masyarakat petani. beberapa keberhasilan alih teknologi di sektor pertanian melalui program prima tani, slptt, p2bn, telah mampu menggiatkan kegiatan agribisnis spesifik lokasi. namun demikian aneka paket teknologi ini masih belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh masyarakat petani, karena berbagai keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki petani seperti: proses diseminasi, kelembagaan dan skala usaha, keterampilan serta tingginya biaya untuk menerapkan teknologi. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar dalam negeri yang potensial bagi produk-produk pertanian yang dihasilkan petani khusunya di Kab. Minahasa Selatan, dengan adanya akses pasar yang jelas akan menguntungkan petani sehingga dari tahun ketahun produksi yang dihasilkan pasti meningkat. Pada tahun 2009 jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 230.632.700 jiwa dengan pertumbuhan 1,25 persen per tahun. Saat ini, tingkat konsumsi aneka produk hasil pertanian Indonesia, kecuali beras, gula dan minyak goreng, masih relatif rendah. Rendahnya tingkat konsumsi produk pertanian ini, terutama disebabkan masih rendahnya tingkat pendapatan per kapita penduduk Indonesia sehingga mempengaruhi daya beli. Seiring dengan keberhasilan pembangunan ekonomi yang saat ini tengah giat dijalankan, maka pendapatan per kapita penduduk juga akan meningkat. Peningkatan pendapatan di satu sisi, maka diharapkan juga terjadi peningkatan permintaan produk pertanian di sisi lain. Permintaan pasar domestik, di samping jumlahnya yang semakin meningkat, juga membutuhkan keragaman produk yang bervariasi, sehingga akan membuka peluang yang lebih besar terhadap diversifikasi produk. Sejalan dengan era globalisasi dan pemberlakuan pasar bebas, produk pertanian Indonesia lebih khusus di Kab. Minahasa Selatan juga berpeluang untuk dipasarkan ke pasar internasional, baik produk segar maupun olahan. Apabila peluang pasar dalam negeri dan luar negeri dapat dimanfaatkan dengan berbasis pada keunggulan komparatif dan kompetitif, maka hal ini akan menjadi pasar yang sangat besar bagi produk pertanian Indonesia lebih khusus Kab. Minahasa Selatan. Pembangunan Pelabuhan Amurang akan sangat bermanfaat bagi petani dalam usaha memasarkan produk pertanian Tanaman pangan maupun hortikultura, karena akses pasar ke kalimantan, Papua dan maluku bisa langsung dari pelabuhan amurang. Disini akan terjadi penghematan biaya dengan adanya dengan jarak yang semakin dekat. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
13
Berdasarkan Perencanaan Strategis yang telah di tuangkan dalam programprogram Strategis Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan maka diperlukan upaya strategis yang di implementasikan sebagai berikut : Ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM), Pengalokasian Dana, Kelembagaan, Kemitraan, Monitoring dan Evaluasi. Persoalan mendasar yang dihadapi sektor pertanian pada saat ini dan di masa yang akan datang adalah meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global; terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; degradasi lahan pertanian; lemahnya sistem perbenihan dan perbibitan; lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh; rendahnya Nilai Tukar Petani (NTP). Beberapa hal yang dilakukan Dinas Pertanian dalam pemberdayaan Petani Hortikultura yakni : 1). Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, 2). Memperkuat potensi yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, 3). Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Kemudian dapat dirumuskan peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Minahasa Selatan terhadap masyarakat petani adalah 1). Pemberdayaan petani dengan melaksanakan program pembinaan dan penyuluhan, 2). Pengembangan kemitraan dan usaha agribisnis, 3). Penguatan modal dengan dana bantuan pinjaman langsung pada masyarakat untuk modal usahatani, 4). Peningkatan sarana dan prasarana pertanian, 5). Pengembangan Kelembagaan. Mengingat komoditas tanaman padi dan kacang hijau merupakan komoditas andalan dan unggulan. Selain itu, lahan sawah merupakan sumber pendapatan dan penopang hidup yang sangat diandalkan sebagai petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa peran Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Minahasa Selatan dalam pembinaan dan penyuluhan, berjalan dengan baik selama tahun 2007‐ 2008. Pemberdayaan yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan, pengawas penangkar benih, pemberi bantuan bibit unggul, pendorong kemajuan teknologi, pendampingan dalam pengelolaan lahan, dan pendampingan dalam kelembagaan petani. Namun pemberdayaan yang diberikan oleh pemerintah belum berhasil sepenuhnya, karena jika dilihat dari keadaan petani yang ada dilapangan saat ini, petani masih mengalami ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah, dan juga petani kentang belum mampu menaikan kembali produktifitasnya hingga mengekspor hasil pertaniannya. Sehingga tujuan dari pemberdayaan untuk membuat petani mandiri, dan berdaya saing belum dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: HumanioraUtama Press. Kartasasmita, Ginandjar, 1997. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Makalah Disampaikan pada Sarasehan DPD GOLKAR Tk. I Jawa Timur Surabaya, 14 Maret 1997 Chambers, Robert. Pembangunan Masyarakat. New York: New York University Press, 1995. Moleong, L. J. 2003. MetodologiKualitatif. Bandung: PT. RemajaRosadakarya.
14
Kartasasmita, Ginandjar, Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah TinjauanAdministrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang, 27 Mei 1995. Adisasmita, Rahardjo.2006. Pembangunan Pedasaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Basrowi, M.Pd. dan Dr. Suwandi, M.Si, 2008. Memahami Penelitian kualitatif.Jakarta: Rineka Cipta Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: GajahMada University Press. Kartasasmita, Ginandjar.1996. pembangunan untuk rakyat: memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Jakarta: PT. Pustaka cidesindo Mardikanto, Totok. M.S. dan Dr. Ir. H. Soebianto, Poerwoko. M.Si, 2012. Pemberdayaan masyarakat dalam persepektif kebijakan publik. Bandung: Alfabeta Narwoko, Dwi J dan BagongSuyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media. P, Hadi, Sudharto. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press R, WrihatnolRandy dan Nugroho, RiantDwidjowijoto. 2007. ManajementPemberdayaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sastraatmadja, Entang. 2010. Suara Petani. Bandung: Masyarakat GeografikIndonesia Setiyono, Budi S.Sos, M.Pol. Admin.2005. Birokrasi Dalam Persepektif Politik dan Administrasi. Semarang: Puskodak Fisip Undip Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat, Merangkai Sebuah kerangka. Soetomo. 2011. Pemberdayaan masyarakat, mungkinkah muncul antitesisnya.Yogyakarta: pustaka pelajar Suharto, Edi Ph. D., 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika Aditya Suyono, Haryonno. 2005. Pemberdayaan masyarakat mengantar Manusia mandiri, Demokratis dan berbudaya. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara
15