ANALISIS KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA DI KABUPATEN SEMARANG Okta Andriana Suyadi, Sapja Anantanyu, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 Email :
[email protected] Telp. 085659813317 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang, mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang dan mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian adalah metode penelitian penjelasan (explanatory research). Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Semarang karena Kabupaten Semarang terletak di dataran tinggi yang mayoritas merupakan petani hortikultura. Populasi dalam penelitian ini adalah petani hortikultura yang tergabung dalam kelompok tani di Kabupaten Semarang. Sampel yang dipilih 4 responden setiap kelompok tani dengan total 72 responden. Teknik sampling menggunakan metode kuota sampling. Analisis yang digunakan adalah (1) analisis deskriftif yang digunakan untuk mengukur tingkat keefektifan kelompok tani, (2) Uji Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang. Analisis deskriptif menunjukan bahwa tingkat keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang cukup tinggi yaitu 74,34%. Hasil analisis uji Rank Spearman terdapat lima variebel yang berhubungan dengan tingkat keefektifan kelompok tani yaitu : motivasi, pemilikan saprodi usahatani, pendidikan, intensitas penyuluhan, serta modal sosial. Sedangkan sisanya yaitu ; umur, pengalaman berusahatani, situasi politik serta kepemimpinan kelompok tidak berhubungan dengan tingkat keefektifan kelompok tani. Kata Kunci : Keefektifan, Kelompok Tani, Rank Spearman Abstract : This research aims to analyze the effectiveness of farmer groups in Semarang Regency, determine the factors associated with the effectiveness of farmer groups in Semarang Regency and determine the relationship of the factors that influence the effectiveness of farmer groups with the effectiveness of farmer groups in Semarang Regency. The basic method of research is a explanatory research. The research location is Semarang Regency because the regency is located in the highlands of the majority of the horticulture farmers. The population in this study is the horticultural farmers who are members of farmer groups in Semarang Regency. Samples were selected 4 respondents each farmer groups with a total of 72 respondents. Technique sampling methods using Quota Sampling. Analysis were used: (1) descriptive analysis is used to measure the effectiveness of farmer groups, (2) Spearman Rank Test to determine the relationship between the factors that influence the effectiveness of farmer groups with the effectiveness of farmer groups in Semarang Regency. Descriptive analysis showed that the level of effectiveness of farmer groups in Semarang district is high at 74.34%. Results of Rank Spearman test analysis there are five variable related to the effectiveness of farmer groups, such as: motivation, ownership of farm inputs, education, intensity of illumination, and social capital. In spite of age, farming experience, the political situation and the leadership of the group is not associated with the level of effectiveness of farmer groups. Keywords : Effectiveness, Farmer groups, Rank Spearman
PENDAHULUAN Indonesia mempunyai potensi alam yang sangat kaya terutama terkait dengan kesuburan tanahnya. Bahkan hampir 60% berbagai jenis tanaman (flora) dapat tumbuh dengan subur di tanah negara Indonesia. Walaupun negara kita memiliki tanah yang subur, tetapi tidak diimbangi dengan kesejahteraan manusianya. Hal ini terbukti dengan penduduk yang bermata pencahariannya sebagai pengelola alam baik petani, peternak, maupun nelayan berada pada garis kemiskinan. Maka dari itu untuk meningkatkan kesejahteraan diperluhkan suatu wadah yang dapat mengatur, mengorganisasi dan mengedukasi menjadi lebih baik. Kelompok dapat diartikan sebagai suatu wadah masyarakat untuk berkumpul dan bekerjasama dalam mencapai tujuan mereka. Kelompok yang bergerak dibidang pertanian disebut kelompok tani. Kelompok tani merupakan wadah atau lembaga yang diharapkan mampu penjalankan fungsi mengatur, mengorganisasi dan mengedukasi para petani. Kelompok tani harus terbentuk dari motivasi masyrarakat tani itu sendiri. Sebab kelompok yang dibentuk dari motivasi masyarakat tani itu akan mengakar dimasyarkat tani. Sehingga norma dan nilai dapat dipatuhi oleh para anggota kelompok tani, dampaknya eksisitensi dari kelompok tani tersebut masih akan tetap ada dan dapat terus kokoh untuk tumbuh dan berkembang. Kelembagaan kelompok tani di Indonesia saat ini belum mampu
menjalankan sesuai dengan peran semestinya dengan maksimal. Artinya keberadaan kelompok tani belum banyak berkontribusi terhadap petani. Sehingga perlu dicari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menjalankan peran dari kelompok tani agar tingkat keefektifan kelompok tani lebih maksimal. Sehingga pembentukan kelompok tani benar-benar dapat dirasakan manfaatnya baik oleh anggotanya maupun petani lainnya. Selain itu juga membantu programprogram pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani secara khusus dan secara umum untuk menjaga bahkan meningkatkan stabilitas ketahanan pangan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kelembagaan kelompok tani di Kabupaten Semarang masih banyak ditemui permasalahan dalam menjalankan perannya. Masalah tersebut meliputi masih rendahnya partisipasi petani dalam kegiatan kelompok dan terjadinya kesenjangan/kecemburuan antar kelompok tani dalam hal perolehan bantuan sarana produksi usaha tani tanaman hortikultura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang, mengetahui faktor-faktor mempengaruhi keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang dan mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani di Kabupaten Semarang.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode penelitian penjelasan (explanatory research). Adapun pelaksanaan dari penelitian itu adalah dengan menggunakan tekhnik survei. Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah Kabupaten Semarang karena secara topografi Kabupaten Semarang terletak dataran tinggi sehingga Kabupaten Semarang menjadi sentra produksi tanaman hortikultura Populasi dalam penelitian ini adalah petani hortikultura yang tergabung dalam kelompok tani hortikultura di Kabupaten Semarang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara, pencatatan, dan observasi. Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan tingkat keefektifan kelompok dan faktorfaktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani. Faktorfaktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dan tingkat keefektifan kelompok tani dalam penelitian ini diukur dengan memberikan skor 1 hingga 5 yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju baik untuk pernyataan positif maupun negatif. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval, yaitu : Lebar interval = ∑ skor tertinggi - ∑ skor terendah …(1) ∑ kelas
A. Faktor Internal (Yani, 2009) Motivasi sebagai anggota (X1) Pengalaman Berusahatani (X2) Tingkat Pendidikan (X3) Umur Anggota (X4)
B. Faktor
Eksternal/Lingkungan (Abdurrahman, 2001) Pemilikan Sarana Produksi Usaha Tani (X5) Modal Sosial (X6) Intensitas Penyuluhan (X7) Situasi politik (X8) Kepemimpinan Kelompok (X9)
Keefektifan Kelompok Tani (Y) (Deptan, 2007) o Kelas Belajar Mengajar o Wahana Kerjasama o Unit Produksi
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian
Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dan tingkat keefektifan keefektifan kelompok tani dapat diketahui dengan rumus koefisien korelasi Rank Spearman : 6 di 2 rs= 1 - i 31 N - N ........................(2) rs adalah koefisien korelasi rank spearman, N adalah jumlah sampel petani, dan di adalah selisih ranking antar variabel. Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, jika sampel di atas 30 maka menghitung rumus z hitung adalah sebagai berikut: z=rs√(n-1) Dimana: z = Nilai z hitung rs = Koefisien Korelasi Spearman N = Jumlah Sampel Penelitian
yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun non fisik yang memuaskan anggotanya).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keefektifan Kelompok Tani Keefektifan kelompok (group effectiveness) yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya Tabel 1. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keefektifan Kelompok Tani Di Kabupaten Semarang
Kategori (Tahun) Sangat Rendah (17-30,6) Rendah (30,7-44,3) Sedang (44,4-58) Tinggi (58,1-71,7) Sangat Tinggi (≥71,8) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat keefektifan kelompok tani didalam pemberdayaan petani hortikultura di Kabupaten Semarang mencapai 74,34%, artinya kelompok tani di lingkup Kabupaten Semarang sudah cukup efektif dalam menjalankan perannya seperti sebagai kelas belajar mengajar, wahana kerjasama serta unit produksi. Hasil ini mengindikasikan bahwa kelompok tani siap secara mandiri dalam hal memenuhi kebutuhan usaha tani anggotanya maupun dalam hal mencari profit/keuntungan bagi kelompoknya. Kelompok tani dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pemerintah, sehingga pemerintah dapat lebih fokus mengurusi sektor lain agar pertumbuhan di segala sektor Kabupaten Semarang dapat merata. Dampaknya, kesejahteraan masyarakat Kabupaten Semarang pada umunya serta petani di Kabupaten Semarang pada khususnya dapat menjadi lebih baik.
Jumlah (orang) 0 0 20 44 8 72
Persentase (%) 0 0 28 61 11 100
Bentuk dukungan dan fasilitas yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Semarang adalah kegiatan penyuluh, penyuluh, sekolah lapang, pelatihan serta bantuan sarana produksi tanaman hortikutura. Sehingga para petani yang belum tergabung kedalam kelompok tani menjadi lebih termotivasi untuk tergabung dalam kelompok tani. Ketika anggota kelompok tani semakin bertambah maka kekuatan yang dimiliki kelompok baik secara ekonomi maupun sosial juga semakin bertambah. Hal ini berdampak semakin cepatnya penyelesaian permasalahan-permasalahan di lingkungan kelompok baik terkait bidang pertanian maupun non pertanian. Jika terjadi keserasian antara petani dengan pemerintah Kabupaten Semarang maka pertumbuhan pertanian akan lebih mudah dilaksanakan dan hasilnya juga akan lebih maksimal dirasakan. Satu hal yang kurang diperhatikan terkait keefektifan kelompok tani adalah kelompok tani sebagai unit produksi benih/bibit.
Hampir seluruh kelompok tani yang ada di Kabupaten Semarang ini tidak menyediakan kebutuhan bibit/benih tanaman hortikultura bagi anggotanya.Hal ini disebabkan karena permintaan akan benih/bibit tanaman hortikultura oleh anggota yang sangat bervariasi. Disisi lain anggaran dana kelompok tani yang dialokasikan untuk membeli bibit/benih sangat terbatas. Sehingga kelompok tani sulit untuk menyediakan benih/bibit tanaman hortikultura bagi anggotanya. Harapannya pemerintah dapat memberikan bantuan dalam bentuk subsidi atau insentif lainnya untuk menjaga harga benih/bibit tanaman hortikultura agar tetap stabil. Sehingga daya beli kelompok tani terhadap benih/bibit tanaman hortikultura menjadi terpenuhi. Tabel 2. No 1. 2 3 4 5
Faktor_Faktor Mempengaruhi Kelompok Tani
Yang Keefektifan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani di dalam pemberdayaan masyarakat petani hortikultura dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal/lingkungan. Faktor internal terdiri dari empat variabel yaitu variabel motivasi sebagai anggota, variabel pengalaman berusaha tani, variabel tingkat pendidikan, dan variabel umur anggota. Variabel eksternal/ lingkungan terdiri dari lima variabel, yaitu; variabel pemilikan sarana produksi usaha tani, variabel modal sosial, variabel intensitas penyuluhan, variabel situasi politik, dan variabel kepemimpinan kelompok
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Motivasi Sebagai Anggota
Kategori (Skor Likert) Sangat Rendah (11-19,4) Rendah (19,9-28,7) Sedang (28,8-37,6) Tinggi (37,7-46,5) Sangat Tinggi (≥46,6) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 0 4 51 17 72
Persentase (%) 0 0 5,55 70,83 23,62 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2014
Tingkat motivasi responden pada penelitian ini berdasarkan tabel 2 adalah sebanyak 51 responden (70,83) berada pada tingkat kategori tinggi. Responden bergabung menjadi anggota kelompok menilai kelompok merupakan tempat yang tepat untuk mengembangkan usaha taninya, mendapat tambahan pengetahuan, wawasan baru serta ketrampilan baru. Selain itu responden menilai kelompok tani tempat untuk bersosialisasi antar petani. Sehingga mereka dapat saling
memberi informasi terkait budidaya pertanian. Serta kebutuhan yang ingin dipenuhi adalah untuk mendapat bantuan usahatani yang berupa bibit, pupuk, dan obat serta mendapatkan kemudahan fasilitas bersama. Harapan yang diinginkan anggota setelah masuk kelompok adalah menambah pendapatan keluarga dan menambah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan usahatani.
Tabel 3. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Responden
Kategori (Tahun) Sangat Rendah (5-13) Rendah (14-22) Sedang (23-31) Tinggi (32-40) Sangat Tinggi (≥41) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 10 25 16 13 8 72
Persentase (%) 14 35 22 18 11 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 3 Pengalaman berusaha tani kategori rendah (14-22 tahun) merupakan kategori yang paling banyak respondennya yaitu sekitar 35 responden (35%). Ini terjadi karena petani hortikultura di Kabupaten Semarang merupakan petani yang masih dalam usia produktif. Semakin lama pengalaman berusaha tani maka semakin pandai petani dalam melakukan budidaya tanaman hortikultura. Berdasarkan tabel 3, hampir sebagian besar responden mempunyai jam terbang lebih dari 14 tahun sebagai petani tanaman hortikultura, ini meningindikasikan Tabel 4. No. 1. 2. 3. 4. 5.
bahwa sikap, pengetahuan dan ketrampilan dalam budidaya tanaman hortikultura lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil produksi yang relatif banyak, bahkan ada beberapa kelompok tani di Kabupaten Semarang sudah berorientasi ekspor. Ekspor ini dilakukan di beberapa negara seperti Amerika, Jepang, dan Singapura. Menurut Mardikanto (1993) menyatakan bahwa keberhasilan usahatani hanya dapat dicapai melalui proses belajar dan pengalaman dalam menghadapi kegagalan sebagai pelajaran menuju kemajuan di masa mendatang.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden
Kategori Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 4 31 23 11 2 72
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 4 tingkat pendidikan formal responden di Kabupaten Semarang dalam penelitian ini paling banyak didominasi oleh tamatan Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Pusat Statistik Indonesia yang menyatakan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani di Indonesia masih tergolong rendah yaitu tidak tamat dan tamat Sekolah
Persentase (%) 6 43 33 15 3 100
Dasar. Hal ini tentunya menjadi hambatan tersendiri untuk meningkatkan pembangunan pertanian di Kabupaten Semarang, karena berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Berdasarkan kondisi tersebut maka peningkatan kapasitas anggota kelompok tani melalui pendidikan dan latihan tambahan perlu mendapatkan prioritas agar
menunjang dalam meningkatkan potensi dan kemampuan, sehingga
mampu mandiri dalam mengelola usahataninya.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori (Tahun) 22-30 31-39 40-48 49-57 ≥58 Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 6 14 27 13 12 72
Persentase (%) 8 19 38 18 17 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Kematangan seseorang (fisik, biologis, dan psikologis) dapat dilihat dari beberapa kriteria salah satunya adalah dengan melihat umur. Berdasarkan Tabel 5 juga dapat diketahui bahwa umur anggota lebih dari 60 responden (83%) termasuk dalam usia produktif. Usia produktif merupakan usia pada tingkatan antara 15 sampai dengan 65 tahun. Tenaga kerja yang termasuk dalam usia produktif memiliki tenaga, tingkat kreatifitas dan tingkat adopsi yang lebih tinggi dibandingan dengan tenaga kerja yang tidak
masuk dalam usia produktif. Hal ini sangat penting terutama untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas hasil dalam berusaha tani hortikultura. Selain itu usia juga berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani. Menurut Mardikanto (1996) kapasitas belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh umur. Kapasitas belajar umumnya berkembang cepat sampai dengan umur 20 tahun dan semakin berkurang hingga pada puncaknya umur 55 tahun.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Pemilikan Sarana Produksi Kelompok Tani No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori (Skor Likert) Sangat Rendah (11-18,8) Rendah (18,9-28,7) Sedang (28,8-37,6) Tinggi (37,7-46,5) Sangat Tinggi (≥46,6) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 2 37 31 0 72
Persentase (%) 0 3 53 44 0 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 6 pemilikan sarana produksi kelompok tani di Kabupaten Semarang sudah cukup memadai, artinya kelompok tani sudah menyediakan kebutuhan sarana produksi bagi anggotanya. Walaupun ketersediaan sarana produksi dalam kelompok tani dirasa sudah mencukupi kebutuhan
anggotanya, namun ada beberapa item yang perlu ditingkatkan ketersediaannya. Salah satunya dalam bentuk bibit tanaman hortikultura. Bibit merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh petani. Beberapa kelompok tani belum bisa menyediakan benih yang diperlukan
bagi anggotanya. Hal ini di sebabkan karena faktor modal yang terbatas. Modal yang dimiliki kelompok tani jumlahnya sangat terbatas, sedangkan jenis/variasi benih hortikultura sangat beragam, sehingga kelompok tani tidak dapat menyediakan seluruh benih yang diinginkan anggotanya. Pola dan Tabel 7. No. 1. 2. 3. 4. 5.
sistem tanam yang masih individual(sesuai dengan keinginan diri petani sendiri) menyebabkan kebutuhan akan benih tanaman hortikultura sangat beragam. Hal ini menyebabkan kelompok tani sulit untuk menyediakan benih tersebut dengan anggaran modal yang terbatas.
Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Modal Sosial Kelompok Tani
Kategori (Skor Likert) Sangat Rendah (15-26) Rendah (27-38) Sedang (39-50) Tinggi (51-62) Sangat Tinggi (≥63) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 0 12 52 8 72
Persentase (%) 0 0 17 72 11 100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 7 modal sosial yang dimiliki kelompok tani di Kabupaten Semarang ini sudah cukup tinggi, artinya kelompok tani mempunyai kekuatan sosial yang cukup baik untuk menggerakkan kelompok tani tersebut. Kekuatan tersebut meliputi kepercayaan antar sesama anggota, partisipasi sosial dalam beraktivitas, ketaatan terhadap norma serta jaringan sosial/kerja. Modal sosial digunakan untuk
meningkatkan interaksi antar anggota kelompok sehingga hubungan antar anggota akan semakin harmonis. Selain itu modal sosial juga bermanfaat untuk mengukur tingkat ketaatan terhadap peraturan kelompok tani. Apabila peraturan kelompok dapat dipatuhi dan diimplentasikan dengan benar, maka kelompok tersebut mempunyai peluang untuk dapat terus berkembang.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Intensitas Penyuluhan Kelompok Tani No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori (Skor Likert) Sangat Rendah (8-14,4) Rendah (14,5-20,9) Sedang (21-27,4) Tinggi (27,5-33,9) Sangat Tinggi (≥34) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 7 6 1 44 14 72
Persentase (%) 10 8 2 61 19 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Intensitas penyuluhan dalam kelompok tani termasuk dalam kategori tinggi artinya kelompok tani sering mendapatkan arahan, motivasi, pengetahuan budidaya maupun manajemen, serta manfaat
lain dari adanya kegiatan penyuluhan. Kelompok tani dan penyuluh saling bekerjasama untuk meningkatkan produktivitas bahkan kesejahteraan petani sendiri. Selain itu penyuluh di Kabupaten Semarang
berfungsi sebagai perantara untuk mendapatkan bantuan sarana produksi tanaman hortikultura dari pihak swasta maupun pemerintah. Peran penyuluh di Kabupaten Semarang belum seluruhnya dirasakan oleh kelompok tani yang ada di Kabupaten Semarang. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya responden yang menyatakan intensitas penyuluhan dalam kelompoknya masih tergolong sangat rendah atau rendah. Permasalahan ini harus cepat diselesaikan oleh pihak
terkait khususnya oleh dinas pertanian melalui Balai Penyuluh Pertanian (BPP) agar tidak terjadi kesenjangan sosial antar petani yang dapat memicu terjadinya konflik sosial. Program satu desa satu penyuluh ternyata belum cukup efektif untuk menolong petani. Sebab jika wilayah desa yang terlalu luas akan menghambat mobilitas penyuluh masuk kedalam kelompok tani. Ini menyebabkan ketidakmerataan informasi.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Situasi Politik No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori (Skor Likert) Sangat Rendah (2-3,6) Rendah (3,7-5,3) Sedang (5,4-7) Tinggi (7,1-8,7) Sangat Tinggi (≥8,8) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 1 20 22 29 72
Persentase (%) 10 1,4 27,8 30,5 40,3 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa Situasi politik mempengaruhi keadaan petani hortikultura. Situasi politik mempengaruhi harga komoditas tanaman hortikultura di Kabupaten Semarang. Harga jual yang terlalu
rendah menyebabkan motivasi petani untuk budidaya tanaman hortikultura semakin rendah pula. Akibatnya stok tanaman hortikultura menjadi semakin berkurang yang rawan menjadi faktor penyebab inflasi di tingkat Kabupaten Semarang.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kepemimpinan Kelompok No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori (Skor Likert) Sangat Rendah (8-14,4) Rendah (14,5-20,9) Sedang (21-27,4) Tinggi (27,5-33,9) Sangat Tinggi (≥34) Jumlah
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 0 0 8 45 19 72
Persentase (%) 0 0 11 63 26 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa secara umum pengaruh kepemimpinan kelompok terhadap kelompok tani termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terjadi karena anggota kelompok tani
berpendapat bahwa keberadaan ketua dalam kelompok diakui dan dihormati oleh anggota, ketua mampu memberikan kejelasan informasi, mengendalikan tingkah laku anggotanya dan mampu menjadi
juru bicara dalam kelompok taninya. Gaya kepemimpinan ketua dalam pengambilan keputusan secara demokratis. Ketua mengambil keputusan secara demokratis yaitu dengan mengajak anggota untuk menentukan langkah-langkah kegiatan kelompok. Ia mau mendengarkan dengan sungguhsungguh saran dan kritik dari anggotanya. Hubungan Antara Faktor Internal Dan Faktor Eksternal dengan Keefektifan Kelompok Tani Tabel 11. Nomor
Hubungan Faktor Internal Anggota Kelompok Dengan Keefektifan Kelompok Tani Variabel
Koefisien Korelasi -0,075 0,301 -0,003 0,239
1 2 3 4
Umur Motivasi Pengalaman Pendidikan
5
Pemilikan Sarana Produksi Modal Sosial
0,513
Intensitas Penyuluhan Situasi Politik
6 7 8 9
Penelitian ini mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dengan efektifitas kelompok tani didalam pemberdayaan petani hortikultura di Kabupaten Semarang. Perhitungan menggunakan program Microssoft Office Exel, sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan taraf kepercayaan 95 persen. Berikut hasil analisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok tani dengan tingkat keefektifan kelompok tani dalam pemberdayaan petani hortikultura.
Kepemimpinan Kelompok
Nilai Z Hitung -0,635 2,534 -0,024 2,009
Nilai Z Tabel
Keterangan
1,95 1,95 1,95 1,95
Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
4,324
1,95
Signifikan
0,377
3,176
1,95
Signifikan
0,452
3,812
1,95
Signifikan
-0,208
-1,755
1,95
Tidak Signifikan
-0.002
0,984
1,95
Tidak Signifikan
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
Hasil analisis pada Tabel 11 memperlihatkan umur anggota tidak berhubungan dengan keefektifan kelompok tani yang ditunjukan oleh nilai z hitung. Umur sesorang tidak menjamin tingkat kedewasaan sesorang. Padahal kedewasaan dari sesorang sangat penting untuk menentukan sikap dan proses-proses dalam pengambilan keputusan. Walaupun umur petani sudah tua,
tetapi tingkat kedewasaan petani belum pastilah matang. Hasil analisis Tabel 11 menunjukan bahwa motivasi anggota berhubungan dengan keefektifan kelompok tani secara positif yang ditunjukan oleh nilai z hitung. Ini mengindikasikan semakin tinggi motivasi anggota maka semakin tinggi pula tingkat keefektifan kelompok tani.
Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan bahwa pengalaman berusahatani petani anggota tidak mempunyai hubungan dengan keefektifan kelompok tani yang ditunjukan oleh nilai z hitung. Keadaan ini menggambarkan bahwa seberapa besar lamanya petani berusaha tani merasakan manfaat yang sama terkait kelompok sebagai kelas belajar mengajar, kelompok sebagai wahana bekerjasama, serta kelompok sebagai unit produksi. Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan bahwa pendidikan anggota berhubungan dan mempunyai nilai positif dengan keefektifan kelompok tani yang ditunjukan oleh nilai z hitung dan nilai korelasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani hortikultura maka akan semakin tinggi pula tingkat keefektifan kelompok tani. Menurut Soekartawi (1988), pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan pemilikan sarana produksi mempunyai hubungan yang positif dengan keefektifan kelompok tani. Ini mengindikasikan semakin tinggi sarana produksi usaha tani kelompok maka akan semakin tinggi tingkat keefektifan kelompok tani. Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan modal sosial mempunyai hubungan yang postif dengan keefektifan kelompok tani. Ini mengindikasikan semakin tinggi modal sosial yang dimiliki kelompok
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat keefektifan kelompok tani. Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan intensitas penyuluh mempunyai hubungan yang postif dengan keefektifan kelompok tani. Ini mengindikasikan bakwa semakin intensif intensitas penyuluhan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Semarang, maka akan semakin tinggi tingkat keefektifan suatu kelompok tani. Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan situasi politik tidak mempunyai hubungan dengan keefektifan kelompok tani. Hal ini terjadi karena petani hortikultura sudah cukup pandai untuk memilah antara kepentingan kelompok dengan kepentingan politik. Hasil analisis Tabel 11 memperlihatkan kepemimpinan kelompok tidak mempunyai hubungan dengan keefektifan klompok tani yang ditunjukan oleh nilai z hitung. Artinya ketua kelompok tani tidak memiliki pengaruh secara nyata terhadap tingkat efektifitas kelompok tani. Hal ini terjadi karena ketua hanya memiliki kedudukan secara administratif saja bukan secara umum dalam suatu kelompok. Peran ketua kelompok sebagai pembimbing, penggerak, pemotivasi dilakukan oleh petugas penyuluh wilayah setempat.
SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil : (a) Tingkat keefektifan kelompok tani dalam pemberdayaan petani hortikultura di Kabupaten Semarang sudah cukup tinggi yaitu sebesar 74,34%; (b) Faktor motivasi sebagai anggota berada pada kategori tinggi, faktor lama pengalaman berada pada tingkat rendah yaitu 1422 tahun, faktor tingkat pendidikan berada pada kategori tamat Sekolah Dasar, faktor umur berada pada kategori 40-48 tahun, faktor pemilikan sarana produksi berada pada kategori sedang, faktor modal sosial berada pada kategori tinggi, faktor intensitas penyuluhan berada pada kategori tinggi, faktor situasi politik berada pada kategori sangat tinggi, dan faktor kepemimpinan kelompok berada pada kategori tinggi; (c) Hasil uji analisis hubungan rank spearman menjelaskan bahwa Faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan kelompok tani dalam penelitian ini ada lima yaitu motivasi anggota, tingkat pendidikan, kepemilikan sarana produksi usaha tani, modal sosial, serta intensitas penyuluh. Faktor lainnya yang diujikan dalam model penelitian seperti umur anggota, pengalaman berusaha tani, situasi politik dan kepemimpinan kelompok ternyata menunjukan hasil tidak signifikan. Beberapa hal yang dapat disarankan yaitu mengalokasikan sebagian modal uang yang
dimiliki kelompok tani hortikultura untuk menyediakan bibit /benih; meningkatkan frekuensi pertemuan kelompok tani dan menambah materi pertemuan; petani hortikultura lebih aktif mengikuti kegiatan penyuluhan, pelatihan maupun sekolah lapang yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Semarang; dan melaksanakan penyuluhan dengan metode partisipatif. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M N. 2001. Analisis Kinerja Kelompok Tani Di Kabupaten Halmahera Tengah Maluku Utara. Thesis Program Studi Manajemen dan Bisnis. IPB Hariadi, Sunaaru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Mardikanto. 1996. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University press. Surakarta. Singarimbun, & Sofian M. 1995. Metode Penelitian Survei. Cetakan Kedua. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Yani, D A. 2009. Persepsi Anggota Terhadap Peran Kelompok Tani Pada Penerapan Teknologi Usahatani Belimbing. Thesis Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. IPB.