PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL (STUDI PADA BMT MMU SIDOGIRI PASURUAN)
JURNAL ILMIAH Disusun oleh :
Eka Adi Nugroho 0910210005
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
i
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul : PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL (STUDI PADA BMT MMU SIDOGIRI PASURUAN)
Yang disusun oleh : Nama
:
Eka Adi Nugroho
NIM
:
0910210005
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2013
Malang, 1 Agustus 2013 Dosen Pembimbing,
Dr. Multifiah, SE., MS. NIP. 19550527 198103 2 001
ii
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL (STUDI PADA BMT MMU SIDOGIRI PASURUAN) Eka Adi Nugroho Multifiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRACT Thisstudy employ positivisme rationalistic approach with primary data. Interview method through sources in official of BMT MMU Sidogiri, the society of Sidogiri and the customer of BMT MMU Sidogiri is utilize for the research method. The result, perform of BMT MMU Sidogiri is good enough in society’s perception and giving real impact on the local economy of Sidogiri. While, business function of BMT also applied through financing contract by society toward develop their business. Furthermore, social function of BMT which is giving awareness in term of religion to the society who lack in religious knowledge in Sidogiri and become the facilitator of human resources development in Sidogiri through education method. Keywords: Interview Method, Society’s Perception, Local Economy, Business Function and Social Function
ABSTRAK Penelitian ini menggunakan pendekatan pospositivisme rasionalistik menggunakan data primer. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode interview yaitu mewawancarai narasumber dari pihak BMT MMU Sidogiri, masyarakat Sidogiri dan nasabah BMT MMU Sidogiri. Hasilnya, persepsi masyarakat terhadap kinerja BMT MMU Sidogiri cukup bagus dan berdampak nyata bagi perekonomian lokal Sidogiri. Sedangkan fungsi bisnis BMT juga diaplikasikan dalam bentuk penggunaan akad pembiayaan oleh masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Selain itu fungsi sosial dari BMT yaitu memberikan penyadaran agama bagi masyarakat Sidogiri yang kurang akan pengetahuan agama dan menjadi fasilitator pengembangan sumberdaya manusia di Sidogiri dengan metode pendidikan. Keywords: Metode Interview, Persepsi Masyarakat, Ekonomi Lokal, Fungsi Bisnis dan Fungsi Sosial
A. PENDAHULUAN Jumlah BMT di Indonesia saat ini sudah mencapai sekitar 4.000 Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam hal ini BMT yang tersebar diseluruh Indonesia. Aset para anggota BMT Center (lembaga yang menaungi LKMS se Indonesia) terus tumbuh seiring waktu dan perkembangan jaringannya yang luas. Pada tahun 2006, aset anggota BMT Center sebesar Rp 458.000.000.000. Tahun berikutnya, aset anggota meningkat lagi menjadi Rp 695.000.000.000. Kemudian berturut-turut pada tahun 2008 dan 2009 aset para anggota BMT Center berkembang menjadi Rp 1.000.000.000.000 dan Rp 1.600.000.000.000 (Republika Online, 2012).
1
1600 1400 1200 1000 800
Aset BMT Center
600 400 200 0 2006
2007
2008
2009
Potensi BMT yang sangat besar dengan didukung kondisi sumberdaya Indonesia, diharapkan mampu mereduksi ketimpangan wilayah khususnya di bidang ekonomi karena indikator kemakmuran suatu negara dilihat dari pertumbuhan ekonominya. Menurut survei kontribusi usaha kecil dalam pembentukan PDB non-migas dilaporkan sebesar 42,82%, lebih besar dibandingkan dengan usaha menengah dan usaha besar yang masing-masing sebesar 18,03% dan 39,15% (BPS, 2005). Selain itu masyarakat yang berada di sekitar BMT mampu memahami prinsip-prinsip BMT dan mempraktekkannya dalam setiap aktivitas ekonomi. Namun pada kenyataannya saat ini praktek di BMT mengalami disorientasi atau penurunan kualitas jika ditinjau dari perspektif eksternal atau dalam konteks ini penilaian masyarakat sebagai obyek BMT. Hal ini bisa dilihat dari berbagai macam persepsi masyarakat yang berada di sekitar BMT terhadap kinerja BMT yang bisa dikatakan belum teraplikasikan secara komprehensif (syumul). Seperti rendahnya sosialisasi mengenai standar operasional BMT mulai dari akadakadnya hingga cara peminjaman bagi masyarakat, rendahnya kualitas SDM pengelola BMT juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap eksistensi BMT sebagai LKMS. Hal ini tentu saja membutuhkan konsistensi, kedisiplinan dan kerja sama (ta’awun) antar semua komponen BMT yang saling terkait. Sehingga peran BMT MMU Sidogiri terhadap pemberdayaan ekonomi lokal di Desa Sidogiri Pasuruan akan relevan dan efektif dikarenakan praktek BMT yang sehat baik dari sisi internal BMT yang meliputi nasabah, anggota dan stakeholder lainnya maupun sisi eksternal yaitu menimbulkan persepsi positif masyarakat baik yang menggunakan modal pembiayaan BMT maupun non pengguna dana BMT terhadap kinerja BMT dalam rangka meningkatkan perekonomian lokal di Sidogiri Pasuruan. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul: “Persepsi Masyarakat Terhadap Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal (Studi pada BMT MMU Sidogiri Pasuruan)”. Harapannya dengan meneliti persepsi masyarakat terhadap kinerja atau eksistensi BMT yang berada di sekitar masyarakat ini, bisa menghasilkan rekomendasi pada BMT agar secara kinerja lembaga maupun kualitas Sumber Daya Insani (SDI) tidak hanya mengunggulkan BMT secara internal (kelembagaan) namun juga mampu memberikan persepsi yang positif bagi masyarakat yang menggunakan jasa BMT agar tercipta masyarakat yang holistik. B. TINJAUAN PUSTAKA BMT adalah lembaga keuangan yang bergerak pada level mikro, yang mendasarkan operasinya pada prinsip-prinsip berekonomi secara halal, adil dan menguntungkan. BMT menjalankan perannya secara fenomenal dalam mengelola investasi (berupa modal, tabungan dan titipan) dan menghubungkannya dengan pembiayaan untuk mendorong pergerakan sektor usaha kecil. Beriringan dengan peran baitul tamwil (ekonomi produktif), BMT juga berfungsi sebagai baitul maal (peran sosial) yang mendistribusikan modal dari yang punya kepada yang membutuhkan (Sumiyanto, 2008). Menurut Muhammad Ridwan (Sugeng, 2007), baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus menyalurkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. Selanjutnya dari pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT adalah merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Fungsi BMT sebagai intermediasi bisnis dengan memanfaatkan investor akan sangat efektif jika diterapkan dalam kondisi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini mengingat
2
kondisi SDM yang sudah banyak maka harus ada alat atau sarana untuk memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi. Selain itu pula BMT mempunyai visi yaitu pencerdasan masyarakat di bidang ekonomi syariah dan menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Peran kelembagaan BMT yang menjadi acuan bergerak dalam hal pencapaian peran BMT sebagai intermediasi bisnis. Hal ini sesuai dengan hadirnya Kepmen KUKM No. 91 Tahun 2004 yang bertujuan mengembangkan KSPS, KJKS, dan UJKS sebagai wadah pemberdayaan ekonomi yang berorientasi bisnis. Dalam fungsi bisnis, BMT merupakan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang berlandaskan syariah secara operasionalnya. Dengan pembiayaan model bagi hasil (mudharabah), kemitraan penyertaan modal (musyarakah), dan jual beli dengan margin (murabahah). Dibenturkan dengan keterbatasan teknologi dan pengalaman dari pada koperasi konvensional membuat visi BMT dalam hal sosialisasi ke pasar ekonomi riil sesuai dengan prinsip syariah menjadi tidak maksimal. Sehingga perlu adanya bantuan secara kelembagaan dari Bank Unit Syariah (BUS) dari sisi kerjasama. Outcome dari hasil kerjasama ini harapannya BUS mampu menjangkau masyarakat luas dan menumbuhkan aset dari BUS itu sendiri, dari sisi BMT dengan adanya kerjasama dengan BUS maka pendapatan untuk operasional BMT menjadi bertambah dan keuntungan finansial maupun non finansial akan tercapai. Fungsi sosial BMT dalam hal pemberdayaan ekonomi lokal masyarakat bisa berbentuk peningkatan layanan yang lebih profesional. Hal ini tentu dipengaruhi oleh kedekatan sosial antara pihak BMT dengan nasabah BMT. Dengan tujuan fungsi sosial BMT yaitu tanpa mengharapkan imbalan dari masyarakat namun hanya dari Allah SWT, akan berpengaruh pada persepsi masyarakat terhadap kehadiran BMT di tengah masyarakat kecil menengah. Selain itu, hal ini akan berpengaruh pada citra BMT sebagai lembaga keuangan yang lebih menguntungkan dari pada koperasi konvensional dari sisi operasionalnya. BMT MMU Sidogiri dalam mensinergikan fungsi sosial dan fungsi bisnis BMT cenderung tidak terikat secara formal. Sebagai contoh, dalam fungsi sosial BMT meskipun normatif seperti substansi BMT pada umumnya tetapi yang menjadi nilai lebih dari BMT MMU Sidogiri ini lebih menekankan pada nasabah yang berada di sekitar BMT dan memberdayakan masyarakat dengan konsep kekeluargaan. Sedangkan fungsi bisnis BMT yaitu tidak sepenuhnya memberikan keuntungan bagi BMT namun memperhatikan juga kondisi masyarakat yang lebih membutuhkan dana (modal maupun hibah) sebagai bentuk tanggung jawab keberadaan BMT MMU Sidogiri di tengah-tengah masyarakat Sidogiri Pasuruan. Kerangka Berpikir
3
Penjelasan dari kerangka berpikir di atas yaitu dalam pelaksanaannya, BMT MMU Sidogiri Pasuruan menekankan pada dua fungsi utama BMT yaitu fungsi sosial dan fungsi bisnis. Tujuan awal berdirinya BMT MMU Sidogiri yaitu sebagai lembaga swasta yang mengelola keuangan sesuai dengan prinsip syariah untuk disalurkan pada masyarakat kecil menengah di daerah Sidogiri Pasuruan agar tercipta masyarakat yang produktif. Pada dasarnya fungsi dari BMT yaitu ada dua, fungsi sosial dan fungsi bisnis. Fungsi sosial sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu BMT sebagai lembaga yang berfungsi menyalurkan dana bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi (finansial) agar taraf hidup masyarakat tersebut bisa meningkat begitu pula dengan praktek BMT MMU Sidogiri. Meskipun praktek tersebut bersifat normatif namun masyarakat mempunyai penilaian tersendiri terhadap dampaknya bagi kehidupan sosial masyarakat Sidogiri Pasuruan. Fungsi sosial BMT MMU Sidogiri mencakup zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) yang menjadi nilai-nilai yang permanen dalam fungsi sosial BMT untuk mensejahterakan masyarakatnya. Harapannya masyarakat yang miskin atau kurang mampu, bisa mendapatkan kontribusi yang nyata dari BMT MMU Sidogiri. Fungsi bisnis dari BMT MMU Sidogiri Pasuruan yaitu bertujuan ekspansi bisnis tidak hanya masyarakat lapisan menengah ke atas melainkan juga masyarakat menengah ke bawah. Dengan karakteristik masyarakat Pasuruan yang cenderung agamis dan masih menjunjung tinggi kearifan lokal, hal ini berpeluang bagi kinerja BMT MMU Sidogiri dalam memberikan pelayanan dan kebutuhan modal jangka pendek bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usaha yang diharapkannya. Berbekal modal rasa tanggung jawab (mas’uliyah) dan tolong menolong (ta’awun) antara BMT dengan masyarakat sebagai mitra bisnis, harapannya keberadaan BMT menjadi ujung tombak pembangunan ekonomi mikro di Sidogiri Pasuruan. Akad-akad dalam BMT seperti mudharabah, musyarakah dan murabahah, merupakan beberapa konsep BMT dalam melakukan pembiayaan modal jangka pendek bagi masyarakat yang ingin membuka usaha ataupun masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya yang sudah ada. Proses ini akan tercermin dari hasil usaha masyarakat dalam beberapa waktu ke depan. Seperti dalam akad musyarakah dan mudharabah yang menekankan pada segi efektivitas pengelolaan dana yang didapat untuk selanjutnya dijadikan modal yang akan menjalankan usahanya. Lain halnya dengan akad murabahah yang menekankan pada segi efektivitas penjualan barang atau jasa. Dengan margin keuntungan yang diketahui oleh pembeli atau nasabah maka mereka berhak untuk meneruskan akad atau tidak. Selain itu, masyarakat yang menggunakan dana dari BMT untuk menjadikannya usaha yang produktif agar menambah penghasilan dari usahanya tidak hanya dijadikan sebagai fungsi komersiil namun agar masyarakat lebih faham mengenai akad-akad yang digunakan dalam BMT untuk selanjutnya diterapkan dalam praktek usahanya. Sehingga penilaian atau persepsi masyarakat terhadap BMT menjadi positif dan kerjasama masyarakat sebagai mitra BMT akan semakin meningkat. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini yaitu masyarakatakan memberikan persepsi berupa penilaian terhadap kinerja BMT mulai dari dampaknya bagi perekonomian masyarakat sekitar hingga sejauh mana masyarakat menggunakan akad-akad yang difahaminya dari BMT. Tidak hanya itu, harapannya ada solusi yang konstruktif dan relevan terhadap kondisi BMT yang sekarang ini perlu perbaikan dari berbagai aspek. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yaitu persepsi masyarakat propinsi Banten terhadap perbankan syariah yang diteliti oleh Zulpahmi, Sumardi, dan Wardah Al Farisiah Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara masyarakat yang ada di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Pandeglang. Sampel yang digunakan sebesar 1000 responden dengan cara penyebaran kuesioner, namun hanya 857 kuesioner yang dapat diolah untuk ditindaklanjuti. Dalam pengujian hipotesisnya menggunakan metode Annova Oneway. Hasil pengujiannya menunjukkan persepsi masyarakat Banten terhadap perbankan Syariah nilai probabilitasnya 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 (P<0,05) sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara
4
masyarakat di Banten yang terdiri dari tiga kota atau kabupaten yaitu kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Pandeglang terhadap perbankan syariah. Penelitian yang kedua yaitu “persepsi masyarakat umum terhadap bank syariah di Medan”. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer melalui interview dan kuesioner. Total sampel 100 responden dan menggunakan metode Non Probability Sampling. Setelah data diperoleh maka diolah dengan software pengolahan data Eviews 4.1. Hasil dari pengolahan dengan menggunakan metode analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara variabel pendidikan, usia dan pelayanan dengan persepsi masyarakat umum terhadap Bank Syariah di Medan. Namun dari ketiga variable yang berkaitan tersebut, hanya variable pelayanan lah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap persepsi bank Syariah di Medan. Penelitian ini secara substansi berkaitan dengan dua penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulpahmi, Sumardi, dan Wardah Al Farisiah tentang “Persepsi Masyarakat Propinsi Banten Terhadap Perbankan Syariah”, yang menghasilkan perbedaan persepsi masyarakat di tiga tempat yaitu Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Pandeglang terhadap perbankan syariah. Selain itu penelitian ini juga sama secara substansi dengan penelitian yang dilakukan Ariani (2007) tentang “Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah Di Medan” yang menghasilkan bahwa variabel pendidikan, usia dan pelayanan masyarakat berbanding positif dengan persepsi masyarakat terhadap bank syariah di Medan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Penelitian ini juga sebagai replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Mualim (2003) yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan Syariah” khususnya BMT dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi lokal khususnya usaha kecil. Dalam penelitian tersebut menghasilkan persepsi masyarakat yang positif terhadap keberadaan lembaga keuangan syariah (BMT) dalam pengembangan usaha kecil masyarakat di Kota Banjarmasin.
C. METODE PENELITIAN Pada setiap penelitian diperlukan suatu pendekatan untuk mengkorelasikan antara teori yang ada dengan objek yang akan diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan postpositivisme rasionalistik karena tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kinerja BMT MMU Sidogiri dalam pemberdayaan ekonomi lokal di Sidogiri Pasuruan. Metode postpositivisme rasionalistik merupakan pendekatan yang mendasarkan pada cara berpikir positivistik yang spesifik tentang sesuatu yang empiris dan terukur dengan data yang teramati dan akurat. Dengan menggabungkan paparan konsep dengan teori yang relevan sebagai acuan penelitian, metode positivistik merupakan pilihan yang applicable. Dalam pengumpulan data sebagai bahan penulisan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menurut Sugiyono (2008:63) ada empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan atau triangulasi. Untuk penelitian ini, metode wawancara yang relevan digunakan yaitu metode wawancara mendalam (interview). Wawancara mendalam atau indepth interview merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006:72). Untuk mengukur suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian diperlukan uji validitas data agar data yang diteliti bisa menghasilkan data yang akurat dan tepat. Uji validitas data digunakan agar dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur. Suatu instrument memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila sesuai dengan tujuan dari penelitian tersebut (Singarimbun, 1998:27). Hal ini dilakukan untuk memperoleh berbagai macam masukan, kritik dan saran dengan tujuan kualitas dari penelitian ini tidak hanya bersifat tertutup (closed) bagi peneliti saja namun juga bagi responden atau informan yang melihat dari perspektif luar BMT, selain itu juga agar penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan dalam tindak lanjutnya.
5
Member check dilakukan kepada responden atau informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini agar proses transparansi dan validasi terkait data yang diperoleh semakin akurat. Dengan menanyakan kembali pernyataan yang telah disampaikan kepada informan dan telah dirangkum pada waktu proses interview dengan tujuan untuk memastikan kebenaran kesimpulan yang telah dibuat oleh peneliti namun tetap mengacu pada pendekatan postpositivisme rasionalistik. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran lokasi penelitian kepada beberapa informan tersebar di beberapa titik yaitu sebelah barat, timur, utara dan selatan BMT dengan tujuan agar pemerataan dalam hal pencarian informasi untuk dijadikan bahan atau data dari penelitian ini. Setiap responden atau informan dalam penelitian ini mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga diperlukan pengelompokan karakteristik tertentu. Segmentasi informan dari penelitian ini yaitu dari pihak BMT yang menjelaskan secara teknis operasional dari BMT MMU Sidogiri maupun nasabah dan masyarakat sebagai objek penelitian yang menilai kinerja dari BMT MMU Sidogiri dengan mengacu pada pertumbuhan ekonomi lokal di Sidogiri Pasuruan. Berikut merupakan segmentasi informan dari penelitian ini: 1. Pihak BMT Sidogiri Pada penelitian ini, dari pihak BMT MMU Sidogiri yang dijadikan sebagai narasumber utama yaitu Bapak Abdul Hamid yang berposisi sebagai manager Personalia (HRD) dari BMT MMU Sidogiri. Dalam interviewnya bapak Abdul Hamid menjelaskan bahwa sekilas BMT MMU dengan BMT UGT Sidogiri saling bekerjasama dan saling mengisi dalam hal teknologi, keuangan dan mediasi nasabah. 2. Nasabah BMT dan Masyarakat Informan penelitian dari sumber lain yaitu berasal dari nasabah dan masyarakat sekitar Sidogiri yang menjadi objek penelitian. Tempat penelitian ini tersebar di sebelah barat, timur, selatan dan utara BMT MMU Sidogiri dengan tujuan agar hasil peneltian ini merata dan maksimal. Penentuan karakteristik masyarakat dalam penelitian ini bertujuan agar persepsi masyarakat terhadap BMT MMU Sidogiri akan bisa dilihat secara keseluruhan. Maka dari itu ada beberapa poin yang akan coba dijabarkan oleh peneliti. Pertama yaitu segmentasi informan penelitian yang menjelaskan tentang narasumber penelitian ini. Kedua yaitu tahapan uji analisis yang menjelaskan tentang proses analisis data yang diperoleh kemudian diolah hingga menjadi sebuah hasil penelitian yang mengacu dari rumusan masalah skripsi ini. Dikarenakan faktor karakteristik responden sangat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kinerja BMT maka karakteristik yang dipilih juga harus relevan dan representatif. Oleh karenanya dalam penelitian ini karakteristik responden atau informan di bagi menjadi 5 (lima) karakteristik utama yaitu karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan.
6
Fungsi Bisnis dan Fungsi Sosial BMT MMU Sidogiri Fungsi bisnis dari BMT MMU Sidogiri yaitu dengan memberikan pelayanan bagi masyarakat dan nasabah melalui produk-produk yang dimiliki oleh BMT. Menurut salah satu informan Pak Faizin, motivasi beliau ikut bergabung menjadi anggota BMT MMU Sidogiri karena sistem simpan pinjam berjalan sesuai tuntunan syariah, seperti penjelasan berikut: “…memasyarakatkan sistem simpan pinjam sesuai dengan tuntutan agama Islam…” Hal ini diperkuat dengan produk yang menjadi ujung tombak fungsi bisnis dari BMT MMU Sidogiri. BMT MMU Sidogiri memiliki klasifikasi produk yang terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
Dalam penelitian ini mayoritas masyarakat Sidogiri yang menjadi nasabah BMT MMU Sidogiri memakai akad pembiayaan mudharabah. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh pak Abdul Ghoni berikut ini: “…akad-akad yang ada di BMT MMU ya seperti Wadiah kalau itu untuk tabungan. Kalau pembiayaan ya mudharabah, bai’, qordhul hasan dan masih banyak lagi yang lainnya. Pokoknya sip lah…” Melihat antusiasme masyarakat Sidogiri khususnya nasabah dalam transaksi di BMT, mengindikasikan bahwa peran intermediasi bisnis melalui BMT sangat cocok diterapkan pada masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah. Pertumbuhan lending (penyaluran dana) pada masyarakat Sidogiri pada tahun 2011 mencapai Rp 66.488.000, sedangkan untuk funding (penghimpunan dana nasabah) pada tahun 2011 mencapai Rp. 80.717.000. Untuk lebih jelasnya dijelaskan oleh grafik perbandingan antara lending dan funding dari BMT MMU Sidogiri sampai tahun 2011.
7
Dalam penelitian ini salah satu informan yaitu Ibu Sukartini menjelaskan bahwa peran BMT dalam pemberdayaan ekonomi lokal di Sidogiri sangat bagus dan efektif dikarenakan BMT MMU Sidogiri lebih mengedepankan masyarakat lokal atau penduduk asli Sidogiri daripada masyarakat dari desa lain yang menggunakan jasa BMT. Seperti pernyataan berikut: “…perannya sangat bagus dan lebih efektif BMT karena BMT lebih mengedepankan orang Sidogiri daripada orang desa lain…” Selain itu Ibu Sukartini juga menilai bahwa produk BMT MMU Sidogiri cukup inovatif dan banyak kontribusinya bagi masyarakat dalam memberdayakan ekonomi khususnya masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah. Hal ini diperkuat lagi oleh pernyataan dari Bapak Ridwan melalui pernyataannya: “…karena di BMT MMU Sidogiri, orang Sidogiri sangat diistimewakan…” Sedangkan salah satu informan yaitu Bapak Abdul Ghoni menjelaskan bahwa peran BMT MMU Sidogiri dalam pemberdayaan masyarakat lebih efektif dikarenakan semua aspek yang dijalankan oleh BMT ditempuh melalui jalan kesederhanaan yaitu lebih menyentuh kaum masyarakat ekonomi menengah ke bawah. “…lebih efektif BMT karena semua aspek yang dijalankan oleh BMT melalui jalan kesederhanaan…” Hal ini pun diperkuat dari motivasi Bapak Abdul Ghoni yang bergabung dengan BMT MMU dikarenakan dana atau hasil yang didapat, kemaslahatannya akan kembali lagi kepada masyarakat. “…karena hasil yang dikumpulkan BMT, maslahahnya kembali kepada ummat atau masyarakat…” Kontribusi BMT MMU Sidogiri terhadap masyarakat yang menggunakan jasa dari BMT pun, secara perlahan mampu memberikan pertumbuhan ekonomi khususnya bagi dirinya sendiri seperti berdagang dengan pinjaman modal dari BMT. Melalui konsep pemberdayaan masyarakat kecil yang memiliki kemauan yang tinggi dalam merubah ekonominya. Seperti pernyataan yang disampaikan bapak Abdul Hamid berikut : “…Banyak pedagang kecil padahal pinjamannya Rp 100.000, bahkan di Mojokerto ada seseorang dengan pinjaman Rp. 100.000 dari BMT MMU, dia bisa sukses dan sekarang usahanya beromset hingga ratusan juta…” Sedangkan fungsi sosial BMT MMU Sidogiri terhadap masyarakat dapat dilihat dari kultur dan adat masyarakat Sidogiri yang kental akan Islamnya dan mengacu ke salah satu madzhab dalam operasional BMT MMU Sidogiri. Hal ini dipaparkan oleh Bapak Abdul Hamid : “…akad-akad dari BMT MMU Sidogiri ini berpedoman pada madzhab syafi’iyah, disesuaikan dengan masyarakat Sidogiri yang bermadzhab Syafi’iyah…” Meskipun dalam praktek BMT menggunakan madzhab Syafiiyah, namun hal ini menurut Bapak Abdul Hamid tidak mengurangi esensi dari transaksi ekonomi syariah yang ada di Sidogiri. Karena masyarakat Sidogiri bermadzhab Syafi’iyah dan BMT MMU Sidogiri harus menyesuaikan dengan adat atau paradigma operasional ekonomi syariah di Sidogiri. Selain itu pembinaan dari BMT MMU Sidogiri bagi karyawan BMT dan masyarakat lebih menekankan ke arah pendidikan rohani seperti yang dijelaskan oleh Bapak Abdul Hamid berikut ini :
8
“…taklim satu bulan sekali, minim programnya triwulan, kita lebih banyak memberikan pendidikan rohani. Karena pendidikan rohani lebih penting dibandingkan pendidikan kepandaian. Mengundang orang-orang yang disungkani dan berwibawa...” Tidak hanya dari sisi spritiuiil (ruhiyah) saja yang diperkuat, demi mempererat ukhuwah dengan masyarakat melalui penguatan jasadiyah (olahraga) maka BMT juga mengadakan olahraga bersama. “…ya kita juga disini memberikan kebebasan bagi karyawan dan masyarakat yang ingin berolahraga bareng dengan kita. Sayangnya minatnya masih sedikit paling banyak ya dari karyawan-karyawan BMT aja…” Ditambahkan oleh Bapak Abdul Hamid pula bahwa menjelang Ramadhan dan pasca Ramadhan masyarakat banyak yang meminjam dana di BMT MMU Sidogiri untuk persiapan lebaran, seperti pernyataan Bapak Abdul Hamid berikut: “…biasanya menjelang Ramadhan dan setelah Ramadhan banyak masyarakat yang meminjam dana di BMT sini. Ya sampean tau sendiri mas buat keperluan lebaran, membangun usaha pas ramadhan. Itu semua kita sediakan buat masyarakat yang membutuhkan…” Fungsi sosial BMT MMU Sidogiri yaitu dengan penghimpunan dan penyaluran zakat, infaq, dan shodaqoh bagi masyarakat Sidogiri khususnya menjelang lebaran dan momen ramadhan. Persepsi Masyarakat Terhadap BMT MMU Sidogiri Mengacu pada segmentasi informan tersebut yaitu dari pihak BMT MMU Sidogiri dan masyarakat sidogiri, maka bisa dijelaskan melalui petikan wawancara dengan pihak BMT MMU Sidogiri dan masyarakat sekitar baik yang sudah menjadi anggota BMT maupun yang belum. Dari hasil interview dengan salah satu pihak BMT MMU Sidogiri yaitu Bapak Abdul Hamid sebagai Manajer Personalia BMT MMU Sidogiri menegaskan bahwa fokus target dari BMT mengarah pada masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu atau menengah ke bawah dengan aktif melakukan sosialisasi terhadap masyarakat seperti menggunakan brosur dan media lainnya. Seperti penjelasan Bapak Abdul Hamid berikut ini: “…brosur dan metode pendekatan dan kelebihan yang kita punya, lebih banyak menggunakan metode pendekatan. Seperti contoh di Lumajang, kita merekrut orang yang berpengaruh di masyarakat. Sehingga jika orang tersebut bilang A, masyarakat pun akan mengikutinya, dibandingkan jika kita yang bilang… ” Dalam melakukan pendekatan ke masyarakat BMT MMU Sidogiri juga sangat menekankan pada pentingnya menjalankan ekonomi syariah, seperti motivasi dari salah seorang informan yang bergabung ke BMT MMU Sidogiri yaitu Pak Fadil: “…karena di BMT lebih sesuai dengan syariah dan lebih memahami masyarakat bawah…” Selain itu jika masyarakat memiliki bakat dan minat pada bidang tertentu maka pihak BMT MMU Sidogiri akan memberikan fasilitas penunjang untuk mengembangkan minat dari masyarakat seperti sekolah IT, pengembangan personal, disekolahkan hingga mendapatkan masyarakat yang bisa bersaing. Seperti pernyataan Bapak Abdul Hamid berikut: “…Mereka memiliki bakat tapi tidak memiliki akses, sehingga kita rekrut dan kita berdayakan ke tempat lain, intinya kita sudah berbuat. Kita sudah memberdayakan 400
9
orang. Sekedar info saja, UMR Kab. Pasuruan Rp 1.252.000, Kota Pasuruan Rp 999.000, dan UMR tertinggi di jatim yaitu Surabaya Rp 1.257.000…” Melihat UMR di Kabupaten Pasuruan yang hampir menyamai kota Surabaya, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi lokal di Sidogiri dan secara umum di Kabupaten Pasuruan akan menyaingi Surabaya. Salah seorang informan yaitu Pak Ridwan menambahkan bahwa pada praktek di BMT MMU Sidogiri dinilai sudah memenuhi Standart Operasional Procedure (SOP) BMT, seperti pernyataan berikut: “…sudah sesuai dengan SOP nya dan memenuhi prinsip syariah…” Namun menurut Bapak Abdul Ghoni pula, meskipun pelaksanaan BMT MMU Sidogiri berjalan sesuai prosedur tetap saja ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam prakteknya, seperti penjelasan Bapak Abdul Ghoni berikut: “…selama ini yang kami ketahui 50% sudah menjalankan dan mungkin ada beberapa hal yang perlu perbaikan…” Pelayanan BMT MMU Sidogiri lebih mengutamakan masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah dan memiliki minat dan bakat (keterampilan) tertentu untuk selanjutnya diberdayakan oleh pihak BMT agar ada pemanfaatan masyarakat sekaligus mengurangi kemiskinan di Sidogiri. Seperti yang dijelaskan Pak Fadil berikut: “…karena di BMT lebih sesuai dengan syariah dan lebih memahami masyarakat bawah…” Hal ini diperkuat dengan pernyataan Bapak Abdul Hamid, menurut beliau masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah dan kurang memiliki akses ke perbankan akan dibantu oleh BMT MMU Sidogiri seperti pernyataan beliau: “…kita bergeraknya lebih banyak ke bawah, dan membantu orang2 yang paling banyak tidak mempunyai akses ke perbankan. Kalau masyarakat yang pendidikannya rendah seakan-akan sulit untuk bisa masuk ke perbankan…” Hal ini sesuai dengan kondisi pendidikan terakhir masyarakat sekitar Sidogiri yang rata-rata pendidikan terakhirnya SMP dan berdampak bagi sisi pekerjaannya yang berkecukupan. Khususnya bagi anggota BMT yang sebelum menjadi anggota BMT MMU Sidogiri. “…Profesi masyarakat sebelum menjadi anggota ada yang jualan cilok, kuli bangunan di sungai, jualan krupuk, dsb…” Namun demikian pertumbuhan ekonomi masyarakat sebelum menjadi anggota BMT dengan sesudah menjadi anggota BMT juga terlihat cukup signifikan. Seperti penjelasan dari Bapak Abdul Hamid berikut: “…per 2011 anggota (penabung) kita 81.000, kalo sekarang 100.000 lebih. Kita lebih banyak mendahulukan yang dekat-dekat saja, karena kita saat ini belum bisa menggunakan fasilitas online dikarenakan biaya operasionalnya yang tinggi, daripada seperti itu mending buat kemakmuran anggota. Kalo softwarenya kita sudah siap…” Kesiapan BMT MMU Sidogiri terhadap pemanfaatan teknologi kurang diiringi dengan biaya dan tenaga ahli dalam bidang IT sehingga operasionalnya juga kurang maksimal melalui media maya.
10
Awal penjaringan untuk menjadi karyawan BMT MMU Sidogiri, dimulai dari pencarian minat dan bakat masyarakat yang ingin berkontribusi bagi ekonomi syariah dan pertumbuhan ekonomi lokal di Sidogiri. Hal ini bisa terlihat dari usaha BMT MMU Sidogiri dalam mengkader karyawannya. “…Dari karyawan yang kita sekolahkan ada 32 orang, sekarang sudah semester 3 ya di dekat-dekat Pasuruan sini. Kita menggaji karyawan diatas UMR sebesar Rp 1.300.000 dan rata-rata pekerjaan sampingan anggota BMT sebagai guru madrasah…” Prioritas utama BMT MMU Sidogiri dalam membina karyawannya lebih ditekankan pada pembinaan rohani, karena menurut Bapak Abdul Hamid pula pendidikan rohani akan memberikan dampak besar terhadap kapabilitas karyawan dalam melakukan operasional BMT dan memperbaiki kinerja pelayanan BMT terhadap nasabah BMT. Mengenai inovasi produk BMT MMU Sidogiri, lebih menekankan pada pelayanan jasa dikarenakan esensi dari BMT yaitu memaksimalkan jasa BMT bagi masyarakat. Seperti pernyataan Bapak Abdul Hamid berikut : “…inovasi produk lebih ke jasa, seperti pengiriman uang, pelayanan tiket pesawat, pembayaran air sehingga lebih banyak mengarah ke jasa…” Melihat jasa BMT yang diberikan bagi masyarakat akan semakin menjadikan BMT MMU Sidogiri mitra yang strategis dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang mayoritas secara akses ke perbankan sangat kurang. Pelayanan BMT MMU Sidogiri bagi masyarakat juga baik dan memuaskan, terlihat dari pernyataan Bapak Nurudin berikut: “…pelayanan BMT MMU Sidogiri sangat baik sekali dan memuaskan nasabah…” Persepsi masyarakat merupakan tanggapan, penerimaan langsung dari suatu serapan, atau merupakan proses masyarakat mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Penilaian persepsi masyarakat terhadap BMT MMU Sidogiri dengan batasan-batasan pertanyaan 1) peran BMT MMU Sidogiri dalam pemberdayaan ekonomi lokal di Sidogiri 2) kontribusi nyata produkproduk BMT MMU Sidogiri bagi masyarakat dan 3) pelayanan BMT MMU Sidogiri bagi masyarakat khususnya nasabah BMT. Melalui batasan-batasan masalah tersebut maka akan menjawab penilaian masyarakat terhadap kinerjanya dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Penilaian persepsi masyarakat Sidogiri terhadap BMT MMU Sidogiri dituangkan dalam bentuk matrik sebagai berikut:
11
Pada tabel di atas, terdapat tiga klasifikasi penilaian terhadap persepsi masyarakat yaitu penilaian terhadap peran, penilaian terhadap produk BMT dan penilaian terhadap pelayanan BMT. Penilaian masyarakat Sidogiri terhadap peran BMT secara umum cukup efektif dan berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi lokal di Sidogiri salah satunya mengedepankan penduduk Sidogiri daripada desa lain dan menyentuh masyarakat menengah ke bawah. Penilaian masyarakat Sidogiri terhadap produk-produk BMT cukup inovatif dan relevan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Seperti dalam pembiayaan mudharabah, murabahah, ijarah dan pembiayaan lainnya. Produk-produk jasa BMT juga disesuaikan dengan kondisi teknologi untuk memudahkan akses seperti dengan media online agar masyarakat juga melek teknologi. Penilaian masyarakat terhadap pelayanan BMT MMU Sidogiri bagi masyarakat dan nasabah dinilai memuaskan nasabah dan masyarakat. Hal ini juga bisa dilihat dari karyawan BMT MMU Sidogiri yang mengedepankan kesopanan dan keramahan agar nasabah dan masyarakat bisa nyaman dan aman untuk menabung atau meminjam dana dari BMT MMU Sidogiri. Interpretasi Berdasarkan percakapan (emik) antara peneliti dengan narasumber (BMT MMU Sidogiri dan masyarakat) dan tabel penilaian persepsi masyarakat di atas terhadap BMT MMU Sidogiri maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden BMT MMU Sidogiri menilai peran BMT MMU Sidogiri terhadap perekonomian lokal di Sidogiri cukup bagus dan efektif dikarenakan BMT MMU Sidogiri lebih mengutamakan masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan masyarakat asli Sidogiri. Selain itu masyarakat menilai produk-produk dari BMT juga efektif dan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi lokal Sidogiri. Pelayanan BMT MMU Sidogiri terhadap nasabah dan masyarakat juga mengedepankan keramahan dan kepuasan konsumen.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Melihat berbagai macam tantangan dan peluang dari BMT agar bisa tetap bersaing dengan lembaga keuangan lain dan bisa berperan lebih untuk berkontribusi bagi perekonomian lokal perlu adanya kebijakan yang pro dan relevan terhadap kondisi BMT kekinian. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap kinerja BMT MMU Sidogiri dalam pemberdayaan ekonomi lokal di Sidogiri Pasuruan tersebut maka bisa dikatakan bahwa: 1. Fungsi bisinis BMT MMU Sidogiri dilakukan dengan penyaluran dana pinjaman BMT kepada masyarakat yang banyak dan beberapa masyarakat mendapatkan manfaatnya sehingga pertumbuhan ekonomi lokal di Sidogiri secara agregat juga turut meningkat. Sedangkan fungsi sosialnya dilakukan dengan penyaluran dana ZIS kepada masyarakat yang membutuhkan di momen seperti ramadhan dan lebaran serta turut aktif mengajak masyarakat dalam setiap kegiatan di BMT MMU Sidogiri. Selain itu BMT juga melakukan penyadaran secara agama bagi masyarakat Sidogiri yang kurang memiliki pengetahuan agama secara baik. 2. Masyarakat Sidogiri cukup merasakan dampak atau peran nyata dari keberadaan BMT MMU Sidogiri dalam menstimulus perekonomian lokal dengan konsep pemberdayaan melalui BMT yang ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang membuka usaha di Sidogiri. Pada tahun 2011 saja, lending (pinjaman dana) BMT MMU Sidogiri bagi masyarakat untuk membuka usahanya mencapai Rp 66.488.000 3. Masyarakat menilai bahwa produk BMT MMU Sidogiri cukup inovatif dan berkontribusi nyata dalam memudahkan masyarakat khususnya nasabah dalam melakukan aktivitas ekonomi syariah terutama dalam pengembangan usaha masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa produk BMT yang implementatif bagi masyarakat seperti Talangan Haji, Gadai Emas, Tabungan Ziarah, jasa kiriman uang dan pembayaran rekening listrik air dsb. 4. Dari sisi pelayanan BMT MMU Sidogiri terhadap nasabah dan masyarakat juga cukup bagus dan mengutamakan kenyamanan konsumen dalam melakukan transaksi di BMT MMU
12
Sidogiri. Dengan melihat penilaian nasabah dan masyarakat dalam hal pelayanan BMT, pihak BMT lebih mengutamakan kedekatan dan kenyamanan nasabah. Selain itu masayarakat juga banyak merasakan dampak BMT melalui pemberdayaan yang diterapkan BMT, seperti pencarian minat dan bakat masyarakat untuk dibina dan disekolahkan agar bisa untuk terjun ke masyarakat dan mendirikan usaha. Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan yang didapat maka dibuatlah beberapa saran dengan harapan bisa ditindaklanjuti antara lain sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah daerah seharusnya melihat peluang dan potensi dari Baitul Maal wat Tamwil ke depan di tiap-tiap daerah dan harus melakukan kebijakan yang pro terhadap praktek BMT yang dilaksanakan bagi kepentingan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah, seperti penyediaan anggaran khusus bagi lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT. 2. Bagi pihak BMT seharusnya memperbaiki kinerja dan melakukan evaluasi rutin pada hal-hal yang dirasa masih perlu untuk dibenahi seperti pelayanan, profesionalisme karyawan, dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu diperlukan inovasi produk dari BMT dan kemudahan akses agar memudahkan masyarakat dalam menggunakan produk BMT. 3. Bagi masyarakat dan nasabah seharusnya menjadi mitra kritis bagi BMT yang notabene bertanggungjawab dalam membantu pertumbuhan ekonomi lokal khususnya di daerah yang minim kegiatan ekonomi dan masyarakat juga harus peka dan mengingatkan pihak BMT jika terjadi hal-hal yang di luar Standard Operasional Procedure (SOP) dari BMT. 4. Bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih dalam tentang ruang lingkup BMT dari perspektif masyarakat bisa menjadikannya suatu metode yang relevan dilakukan saat ini dikarenakan hal ini juga menjadi bahan pertimbangan dari BMT untuk siap bersaing di era globalisasi ini khususnya memperkuat perekonomian daerah yang di dominasi oleh masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah.
UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet
Badan Pusat Statistik. 2006. Berita Resmi Statistik No.12/02/Th. XIII.www.bps.go.id. Diakses pada 10 Desember 2012. Cipta Adi Pustaka. 1988. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 02/DSN-MUI/IV/2000 dan No.03/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000. Ghozali, Imam. 2001. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Universitas Diponegoro.
13
Kreitner, R dan Kinichi, A. 1995. Organizational Behavior. 3 Ed. Richad D. Irwin. Homewood. Illinois. Kamus Bahasa Indonesia. 2001. Ensiklopedi Bahasa Indonesia. Jakarta: KBI Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. “Metodologi Penelitian Bisnis”. Yogyakarta: BPFE Republika Online. 2010. Jumlah Aset BMT Center. www.republikaonline.co.id. Diakses pada Rabu 20 Oktober 2010
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal wat Tamwil. Yogyakarta: UII Press
Rozalinda. 2012. Fenomena Rentenir di Kota Padang. Jakarta: Ikatan Ahli Ekonomi Islam Singarimbun, Masri. 1998. Metodologi Penelitian Survey: Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Situmorang, Jannes. tt. Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan Usaha Mikro Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA. Suhendi, Hendi. 2009. Strategi Optimalisasi Peran BMT Sebagai Penggerak Sektor Mikro. Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. ISES Publishing. Yogyakarta. Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Uma, Sekaran. 2000. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”. Jakarta: Salemba Empat http://www.scribd.com/doc/39146258/BMT-UMK. Diakses tanggal 25 Maret 2010. http://www.fe.unpad.ac.id/forumdekan2009/downloads/p_hendi.pdf. Diakses tanggal 10 Maret 2010