perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009
SKRIPSI Oleh : ROHMATUL AZIIZAH K7404025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SURAKARTA 2010 PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009
Oleh : ROHMATUL AZIIZAH NIM K7404025
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 27 Januari 2011
Persetujuan Pembimbing, Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukirman, M.M NIP. 19500617 198203 1 001
Laili Faiza Ulfa, SE.M.M commit to user
NIP. 19780803 200312 2 002
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 27 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Ketua
: Drs. Wahyu Adi, M.Pd
Sekretaris
: Jaryanto, S.Pd., M.Si.
Anggota I
: Drs. Sukirman, M.M
Anggota II
: Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Wahyu Adi, M.Pd
.....................
Sekretaris
: Jaryanto, S.Pd., M.Si
Anggota I
: Drs. Sukirman, M.M ...................... commit to user
........................
perpustakaan.uns.ac.id
Anggota II
digilib.uns.ac.id
: Laili Faiza Ulfa, SE, M.M
........................
ABSTRAK Rohmatul Aziizah, K7404025. PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2010. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui latar belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan pembiayaan mudharabah, (2) Untuk mengetahui prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri, (3) Untuk mengetahui peranan pemberian pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun 2009, (4) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di Kecamatan Gondangrejo serta solusi menangani tersebut. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan) dan snowball sampling, yaitu sampel yang diambil tidak ditentukan oleh besarnya sampel melainkan lebih ditekankan terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman
sampel
digilib.uns.ac.id
pada
permasalahan
yang
diteliti
dan
peneliti
dapat
mengumpulkan data tanpa rencana, semakin lama semakin menemukan informan yang paling mengetahui informasi pada akhirnya akan menggali informasi secara lengkap dan mendalam. Sampel penelitian adalah sejumlah data tertentu sampai dapat memberikan
keterangan
dalam
pengambilan
kesimpulan
penelitian.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah trianggulasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (1) latar belakang BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam mengadakan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil menengah adalah sesuai dengan misi BMT Bina Insan Mandiri (BIM) sebagai lembaga keuangan mikro syari‟ah yang membantu dan mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai prinsip-prinsip syariah yang bebas dari riba. (2) prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM) meliputi: Solitisasi, analisis, penyerahan jaminan, persetujuan pembiayaan, perjanjian dan akad, pencairan pembiayaan, perhitungan bagi hasil, pembayaran angsuran, dan monitoring. (3) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dapat meningkatkan perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo dilihat dari semakin bertambahnya nasabah pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM) selain itu juga dapat dilihat dari semakin meningkatnya pendapatan usaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri (BIM). (4) Hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam penyaluran pembiayaan mudharabah kepada usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo yaitu: minimnya pengetahuan masyarakat tentang system bagi hasil yang sesuai syariah. Untuk mengatasi hambatan tersebut pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai perbankan syariah. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT Bina Insan Mandiri. Untuk mengatasi hambatan tersebut pihak BMT berusaha commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendatangi nasabah pembiayaan secara terjadwal untuk mengetahui keadaan usaha yang sesungguhnya. Tidak adanya laporan keuangan dari nasabah yang tersusun rapi dan jelas. Untuk mengatasi hal ini maka pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) meminta para nasabah untuk menyusun laporan keuangannya setiap periode. Penyimpangan dana oleh nasabah. Untuk mengatasi hal ini dengan meminimalisir pengeluaran dana pembiayaan untuk konsumsi rumah tangga. Beberapa nasabah merantau ke luar Jawa. Untuk mengatasi hal tersebut BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membuat perjanjian yang sah dan kuat secara hukum dengan nasabah pembiayaan. Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) memberlakukan sanksi berupa denda keterlambatan bagi nasabah yaitu sebesar 3% apabila nasabah terlambat membayar angsuran minimal 5 hari setelah jatuh tempo. MOTTO
... Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh- sungguh. Dan hanya pada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap. (Qs. Al-Insyirah, 5-8)
Keimanan yang paling utama adalah kesabaran dan sikap lapang dada. ( Al-Hadits)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hidup adalah proses belajar. Belajar untuk selalu menjadi lebih baik bukan menjadi sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah. (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih dan terima kasih penulis kepada : Suamiku tercinta Abu Umar Saifullah dan permata hatiku Muhammad Umar Saifullah yang selalu memberikan do‟a, cinta dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Umi, umi, umi dan Abi yang telah memberikan do‟a restu dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Bapak Jiman dan Ibu Surati yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Adik-adik ku yang manis Anis, Hanif, Sofi, gapailah cita-cita mu setinggi langit. Keluarga besar di Kragan, Matesih, dan Batang. Almamater UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,hidayah, dan kemudahan dari-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dapat diatasi dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 4. Muhtar, Spd. Msi., selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. Sukirman, M.M., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, semangat, dengan bijaksana sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar.. 6. Laili Faiza Ulfa, SE.,M.M., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan baik selama penyusunan skripsi ini. 7. Bapak & ibu dosen pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran dalam urusan administrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Mulyoto, Amd., selaku Manajer Umum BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Gondangrejo Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian di BMT Bina Insan Mandiri dan telah membantu kelancaran penelitian penulis. 10. Seluruh staf karyawan BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo Karanganyar yang telah membantu kelancaran penulis selama mengadakan penelitian di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo Karanganyar. 11. Para pengusaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo yang telah bersedia memberikan informasi kepada penulis. 12. Suamiku tercinta dan permata hatiku, kalian adalah anugerah terindah dari Allah untukku. Senyuman dan cinta dari kalian yang memberi kekuatan bagiku. 13. Umi & Abi atas doa yang tak henti mengalir dan semangat yang tak pernah padam, karya kecil ini sebagian dari wujud baktiku kepada kalian berdua. 14. Bapak & ibu atas dukungan dan bantuannya mengasuh si kecil selama penulis menyelesaikan kuliah. 15. Keluarga besar di Batang, Matesih, dan Kauman yang selalu mendoakan penulis, “kupenuhi janjiku pada kalian”. 16. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan, „My Best Prend‟ Ukh Ipuk & Dek Atong, teman-teman kos Inabah, terutama kamar 11 Dek Asih (terimakasih sudah jadi basecamp ku). 17. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, 05 Desember 2010 Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO.....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
ix
KATA PENGANTAR....................................................................................
x
DAFTAR ISI...................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xviii BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Perumusan Masalah.....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka..........................................................................
8
1. Bank Islam.............................................................................
9
a. Sejarah Perbankan Syariah................................................
9
b. Pengertian Bank Islam......................................................
12
c. Peranan Bank Islam...........................................................
12
d. Alasan Adanya Bank Syariah...........................................
14
e. Dasar Falsafah Bank Syariah............................................
16
f. Ciri-ciri Bank Syariah.......................................................
19
g. Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil......................... commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah..........................................
26
a. Sejarah Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Indonesia...
26
b. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah...................
26
c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT..................
29
d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT................................................
32
e. Produk-produk BMT........................................................
34
f. Peranan dan Prinsip BMT................................................
37
3. Perjanjian dan Akad.......................`.......................................
41
a. Perjanjian.........................................................................
41
b. Akad................................................................................
42
4. Pembiayaan Al-Mudharabah................................................
43
a. Pengertian Al-Mudharabah.............................................
43
b. Rukun Al-Mudharabah....................................................
44
c. Landasan Syariah.............................................................
45
d. Jenis-jenis Al-Mudharabah..............................................
48
e. Manfaat dan Resiko Al-Mudharabah...............................
48
5. Kredit.....................................................................................
49
a. Pengertian Kredit.............................................................
49
b. Tujuan dan Fungsi Kredit................................................
50
c. Jenis-jenis Kredit.............................................................
52
6. Usaha Kecil Menengah..........................................................
55
a. Pengertian Usaha Kecil Menengah..................................
55
b. Karakteristik Usaha Kecil Menengah..............................
56
c. Modal Usaha Kecil Menengah.........................................
58
d. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah......
58
e. Hambatan Perkembangan Usaha Kecil Menengah..........
59
B. Hasil Penelitian Yang Relevan....................................................
60
C. Kerangka Pemikiran....................................................................
62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
65
1. Tempat Penelitian..................................................................
65
2. Waktu Penelitian....................................................................
65
B. Bentuk dan Strategi Penelitian.....................................................
66
1. Bentuk Penelitian...................................................................
66
2. Strategi Penelitian..................................................................
68
C. Sumber Data.................................................................................
68
1. Informan.................................................................................
69
2. Arsip dan Dokumen...............................................................
70
3. Observasi................................................................................
70
4. Foto........................................................................................
70
5. Kepustakaan...........................................................................
71
D. Teknik Sampling..........................................................................
71
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................
73
1. Wawancara.............................................................................
73
2. Observasi................................................................................
75
3. Dokumentasi..........................................................................
76
4. Foto........................................................................................
77
F. Validitas Data...............................................................................
77
G. Teknik Analisis Data....................................................................
78
H. Prosedur Penelitian......................................................................
81
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................
83
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.........................................................
83
1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Insan Mandiri.
83
a. Identitas Kelembagaan.....................................................
83
b. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insan Mandiri..................
84
c. Visi dan Misi BMT Bina Insan Mandiri..........................
85
d. Ciri-ciri BMT Bina Insan Mandiri...................................
85
e. Tujuan BMT Bina Insan Mandiri................................... commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Struktur BMT Bina Insan Mandiri..................................
86
g. Tugas Masing-masing Bagian..........................................
88
2. Keanggotaan BMT Bina Insan Mandiri.................................
92
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian..............................................
93
1. Latar Belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam Memberikan Produk Pembiayaan Mudharabah.........
93
2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah kepada Nasabah BMT Bina Insan Mandiri............................
96
a. Produk-produk Usaha BMT Bina Insan Mandiri.............
96
b. Prosedur Pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri......... 100 3. Peranan BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Terhadap Tingkat Perkembangan Usaha Kecil Menengah di Kecamatan Gondangrejo.................................................... 111 4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah serta Solusinya............................. 116 C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori.............. 120 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...................................... 129 A. Kesimpulan.................................................................................. 129 B. Implikasi...................................................................................... 134 1. Implikasi Teoritis................................................................... 134 2. Implikasi Praktis.................................................................... 135 C. Saran............................................................................................. 135 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 137 LAMPIRAN..................................................................................................... 139
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
25
Tabel 2. Produk-produk Perbankan Syariah
37
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
66
Tabel 4. Jenis-jenis Simpanan BMT Bina Insan Mandiri
98
Tabel 5. Peningkatan Modal Usaha Kecil Menengah
113
Tabel 6. Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Menengah
114
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Evaluasi Kegiatan Perbankan Dalam Masyarakat Islam
11
Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK
31
Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran
64
Gambar 4. Skema Model Analisis Data Interaktif
80
Gambar 5. Prosedur Penelitian
82
Gambar 6. Struktur Organisasi BMT Bina Insan Mandiri
87
Gambar 7. Prosedur Pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri
104
Gambar 8. Grafik Perkembangan Usaha Kecil Menengah yang Mendapat Pembiayaan Mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri
commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang sangat menarik bagi kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir. IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek perbankan Islam sebagai salah satu alternatif sistem keuangan Internasional yang memberikan peluang sebagai upaya penyempurnaan sistem keuangan Internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia. Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syari'ah atau lebih dikenal dengan nama bank syari'ah di Indonesia bukan merupakan hal yang asing lagi. Mulai awal tahun 1990 telah terealisasi ide tentang adanya bank Islam di Indonesia, yang merupakan bentuk penolakan terhadap sistem bunga bank atau dalam Islam dikenal dengan sistem riba. Apalagi dengan dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai haramnya bunga bank, maka banyak masyarakat yang mengalihkan perhatiannya untuk menabung maupun meminjam di bank syari‟ah, dan meninggalkan bank konvensional. Keputusan masyarakat ini didasarkan karena adanya sistem yang tidak sesuai syariat Islam yaitu sistem riba yang diterapkan oleh bank–bank konvensional yang pada dasarnya merugikan para nasabah, terutama para peminjam dengan adanya pembebanan suku bunga bank yang tinggi saat pengembalian pinjaman yang sebenarnya memberatkan nasabah peminjam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam perkembangannya, nasabah bank–bank syari‟ah tidak hanya berasal dari kalangan umat Islam saja, tetapi umat agama selain Islam pun mulai ikut menginvestasikan dananya ke bank–bank syariah. Elyn menyatakan sebagaimana telah dikutip oleh Edy Wibowo dan Untung Hendy (89: 2005) “Nasabah bank syari‟ah tidak hanya eksklusif masyarakat beragama Islam saja. Namun, juga mereka yang beragama lain”. Achmad Baraba (2009: 8) dalam jurnal penelitiannya menyatakan bahwa “Sampai saat ini jumlah lembaga-lembaga keuangan Islam diseluruh dunia telah mendekati jumlah 200 lembaga keuangan syariah (LKS), tersebar baik dinegara berpenduduk muslim maupun dinegara barat seperti di Inggris, Swiss, Denmark, Perancis dan lainlain, juga di Amerika dan Australia dalam bentuk koperasi-koperasi”. Antusiasme masyarakat terhadap lembaga-lembaga jasa keuangan syari‟ah semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan bank syari'ah dalam kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga seperti yang diterapkan di bank-bank konvensional, tetapi dalam kegiatan operasionalnya bank syari‟ah menerapkan sistem anti riba, yaitu tidak menggunakan adanya bunga melainkan sistem profit sharing and loss sharing atau bagi hasil. Sistem bagi hasil yang dilaksanakan oleh bank syari‟ah dirasakan lebih adil dan jujur dibandingkan dengan sistem bunga di bank konvensional. Minat masyarakat terhadap lembaga–lembaga keuangan syari‟ah ini, disambut baik oleh berbagai pihak dengan mendirikan berbagai lembaga keuangan syari‟ah baik yang berskala makro seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia Syariah maupun BNI Syariah, juga yang berskala mikro seperti Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Pemerintah juga menyambut baik, hal ini dibuktikan dengan keluarnya undang – undang khusus yang mengatur perbankan syari‟ah di Indonesia yaitu UU RI No 10 tahun 1998 tentang undang –undang perbankan syari‟ah sebagai perubahan dari UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan keluarnya undang –undang ini semakin mendorong berdirinya bank–bank syariah dan juga koperasi jasa keuangan syari'ah di Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu lembaga keuangan syari‟ah yang diminati oleh masyarakat adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT berdiri dengan latar belakang adanya kenyataan bahwa lembaga keuangan syari‟ah Indonesia yang ada saat ini belum dapat diakses masyarakat secara luas. BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah berbentuk koperasi. Saat ini perkembangan BMT selalu meningkat dari tahun ketahun. Menurut Asosiasi BMT se Indonesia (Absindo, 2008) pada tahun 2002-2004 jumlah BMT ada 879. Tahun 2005-2006 meningkat menjadi 4200 BMT, tahun 2007-2009 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi sekitar 8800 BMT. Peningkatan jumlah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ini tidak terlepas dari adanya kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembiayaan yang dijalankan oleh BMT dan juga produk – produk jasa yang ditawarkan oleh BMT. Selain itu, BMT lebih fleksibel dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah menengah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. Produk yang dimiliki oleh Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan sarana dalam menjalankan tujuannya, yaitu tujuan di bidang bisnis dan juga tujuan di bidang sosial. Produk yang ditawarkan di bidang bisnis tersebut misalkan simpanan dan pembiayaan, selain kedua produk tersebut BMT juga memiliki produk yang berfungsi dalam bidang sosial, yaitu zakat, infak, sodaqoh dan wakaf. Pembiayaan yang diterapkan dalam suatu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berdasarkan pada dua prinsip utama yang pertama prinsip syariah yaitu dengan sistem bagi hasil (profit sharing) dan juga berbasis pada prinsip kebebasan. Zainul Arifin (2000: 29) menyatakan bahwa “Meskipun mekanisme bagi hasil saat ini telah menjadi metode unggulan bagi perbankan syariah, namun perlu ditegaskan bahwa posisi syariah juga berbasis pada prinsip kebebasan berkontrak adalah fleksibel”. Hal utama yang membedakan antara BMT dengan bank konvensional adalah cara menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, yaitu harus sesuai dengan prinsip- prinsip syariah. Skema produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah merujuk pada dua kategori kegiatan ekonomi yaitu produksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan distribusi. Kegiatan pertama dilaksanakan dengan sistem profit sharing (mudharabah), sedangkan kegiatan distribusi pemanfaatan hasil–hasil produk dilakukan melalui sistem jual beli (murabahah) dan juga sewa menyewa (ijarah). Produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang dapat digunakan oleh pengusaha kecil adalah mudharabah, yaitu BMT memberikan dana 100% untuk kepentingan pengusaha kecil dalam menjalankan usaha atau proyek. Sedangkan pengusaha memberikan modalnya yaitu berupa tenaga serta keahliannya dalam menjalankan usaha, laba usaha yang diperoleh akan dibagi berdasarkan rasio atau nisbah sesuai dengan perjanjian. Sedangkan apabila usaha mengalami kerugian yang timbul akibat dari hal-hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan pengusaha, akan ditanggung oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah, tetapi apabila kerugian disebabkan oleh kelalaian pengusaha, akan ditanggung oleh pengusaha sendiri. Dengan pinjaman mudharabah ini, pengusaha kecil tidak disusahkan dengan bunga dari pinjaman tersebut, karena dalam sistem pembiayaan ini, diterapkan sistem bagi hasil yaitu pengusaha kecil berkonsentrasi menjalankan usahanya, supaya tetap berjalan lancar dan laba terus meningkat, sedangkan BMT akan menerima bagian dari hasil usaha yang dijalankan oleh pengusaha sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan peneliti diatas, dan dengan melihat berbagai anggapan masyarakat yang timbul terhadap pemahaman perbankan syari'ah, dimana dalam hal ini lebih khususnya pada perihal pembiayaan mudharabah, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di kecamatan Gondangrejo. BMT Bina Insan Mandiri (BIM) merupakan salah satu lembaga keuangan syari'ah yang menawarkan pembiayaan mudharabah tersebut. Untuk lebih mendalami pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri di Gondangrejo tahun 2009, maka peneliti ingin melakukan penelitian ini dengan judul: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA
KECIL
MENENGAH
(UKM)
DI
KECAMATAN
GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi latar belakang bagi BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan pembiayaan mudharabah? 2. Bagaimana tata cara/prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri ? 3. Bagaimana peranan pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri terhadap perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di kecamatan Gondangrejo tahun 2008? 4. Hambatan –hambatan apa saja yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di Kecamatan Gondangrejo serta solusi apa saja untuk mengatasi hal tersebut? C. Tujuan Penelitian Menurut Lexy J.Moleong ( 2002:62 ) “Tujuan penelitian adalah memecahkan masalah”. Maka secara umum tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui latar belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan pembiayaan mudharabah. 2. Untuk mengetahui tata cara/prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Untuk mengetahui peranan pemberian pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan Gondangrejo. 4. Untuk mengetahui hambatan –hambatan apa saja yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di Kecamatan Gondangrejo serta untuk mengetahui solusi menangani hal tersebut. D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat
teoritis
merupakan
manfaat
yang
berhubungan
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan secara konsep maupun teori. Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah : a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang akuntansi perbankan syariah. b. Untuk lebih mendukung teori –teori yang sudah ada sehubungan dengan masalah pembiayaan mudharabah. 2. Manfaat Praktis Selain manfaat secara teoritis, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat secara praktis, yaitu manfaat yang berkaitan dengan pihak –pihak yang terkait. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bina Insan Mandiri Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai peranan pembiayaan mudharabah. b. Bagi pihak lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk praktisi lain yang berkeinginan memperdalam pengetahuan di bidang akuntansi syariah.
c. Bagi peneliti Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan gambaran dasar teoritis yang digunakan dalam pembentukan kerangka pemikiran, maka peneliti mengajukan beberapa teori yang relevan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Marx dan Goodson dalam Lexy J. Moleong (2000: 35) menyatakan bahwa : Teori ialah aturan yang menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsi yang berkaitan dengan fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian (yang diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung. Sedangkan Snelbecker (1974) dalam Lexy J. Moleong (2000: 34) menjelaskan bahwa “Teori sebagai seperangkat proporsi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar yang dapat diamati”. Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teori adalah seperangkat aturan untuk menerangkan proporsi yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi yaitu kejadian yang ada dapat dihubungkan secara logis dengan data dasar yang diamati. Dalam penelitian ini teori-teori relevan yang peneliti gunakan adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 1. Bank Islam a. Sejarah Perbankan Syariah Asal mula terjadinya praktek syariah adalah dimulai semenjak Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rosul ke dunia, dengan membawa syariat bagi ummat Islam. Berikut ini akan diterangkan uraian mengenai berdirinya perbankan syariah. 1)
Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Sahabat Pada zaman Rosulullah Muhammad SAW, praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis dan konsumsi, serta melakukan pengiriman uang
telah lazim digunakan.
Dengan demikian, fungsi –fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposito, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak zaman Rosulullah SAW. Adiwarman Karim (2004: 19) menyatakan, “Fungsi-fungsi bank sudah dipraktikan oleh para sahabat di zaman Nabi SAW : Menerima simpanan uang, memberikan pembiayaan, dan jasa transfer uang. Fungsi ini biasanya hanya dilakukan satu orang”. 2)
Praktek Perbankan di Zaman Bani Ummayah dan Abbasiyah Pada zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu. Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan satu mata uang dengan mata uang yang lain. Hal ini diperlukan karena setiap jenis mata uang mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai yang berbeda pula. Orang yang mempunyai keahlian khusus tersebut disebut naqid, sarraf, dan Jihbiz. Ini merupakan cikal bakal pertukaran uang (money changer). Menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adiwarman Karim (2004: 20) “Persamaan antara jihbiz dan bank adalah sama-sama melakukan fungsi-fungsi berikut ini : to accept deposits, to channel financing, to transfer money. Perbedaan : Jihbiz dilakukan oleh individu, sedangkan bank di kelola individu”. Kemajuan praktek perbankan di zaman ini ditandai dengan adanya saq (cek) yang beredar luas sebagai media pembayaran. Dalam hal ini uang dapat di transfer dari satu negara ke negara lainnya tanpa memindahkan secara fisik uang tersebut. Dalam sejarah perbankan Islam, Sayf Al-Dawlan Al-Hamdani yang tercatat sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring antar Baghdad (Irak) dan Aleppo (Spanyol sekarang). 3)
Praktek Perbankan di Eropa Perkembangan selanjutnya, kegiatan Jihbiz yang dilakukan secara individu kemudian dilakukan oleh suatu institusi yaitu bank. Ketika bangsa Eropa mulai menjalankan praktek perbankan, persoalan yang timbul adalah transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen bunga yang dalam pandangan fiqih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi ini mulai merebak pada masa kepemimpinan Raja Henry VIII. Tahun 1545 Raja Henry VIII memperbolehkan bunga meskipun tetap mengharamkan riba dengan syarat bunga tidak boleh berlipat ganda.
4)
Perbankan Syariah Modern Mengingat bahwa dalam Islam bunga bank adalah riba dan hukumnya haram, maka mulai timbul gagasan dari negara-negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan alternatif yang sesuai dengan syariat Islam. Malaysia merupakan negara pertama yang berupaya mendirikan bank tanpa sistem bunga. Tetapi pada pertengahan tahun 40-an usaha ini mengalami kegagalan. Pada tahun 50-an, Pakistan juga mendirikan suatu lembaga perkreditan tanpa bunga, di suatu wilayah pedesaan di negara tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendirian bank yang paling sukses dan inovatif adalah yang dilakukan oleh Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mid Ghamr Local Saving Bank. Pada tahun 1967 Mesir mengalami kekacauan politik sehingga tidak menguntungkan perekonomian pada saat itu dan pada akhirnya Mid Ghamr mengalani kemunduran, dan operasionalnya diambil alih oleh National of Egypt
dan
Bank
Sentral
Mesir.
Akibatnya
bank
ini
melakukan
operasionalnya berdasarkan bunga juga. Pada tahun 1971, masa rezim Sadat, konsep nirbunga dibangkitkan kembali dengan mendirikan Nasser Social Bank yang bertujuan untuk menjalankan kembali bisnis perbankan tanpa bunga, berdasarkan konsep yang telah dilakukan Mid Ghamr. Perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan negara-negara barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Saat ini, bank-bank besar dari Negara-negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam. 1. Individu (Nabi/sahabat) melakukan satu fungsi
2. Jihbiz Seorang sahabat melakukan ketiga fungsi
3. Bank Sebuah institusi melakukan ketiga fungsi perbankan (diadopsi oleh masyarakat Eropa abad pertengahan, namun kegiatannya mulai dengan basis bunga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Bank Syariah Modern Gambar 1. Evaluasi Kegiatan Perbankan Dalam Masyarakat Islam (Sumber Adiwarman Karim, 2004: 22) b. Pengertian Bank Islam Bank Islam sering disebut juga Bank Syariah. Bank Syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Bank Islam adalah lembaga keuangan dimana operasional dan produk-produknya terbebas dari sistem bunga atau riba. Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan pembiayaan dan jasa-jasa perbankan lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang operasionalnya disesuaikan dengan syariat Islam. Pengertian Bank Syariah menurut M. Syafi‟i Antonio dan Kernaen Perwataatmadja (1997: 1) menyatakan bahwa ada dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariat Islam Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan Al Hadist. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. c. Peranan Bank Syariah Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, semakin memperkokoh landasan bagi perkembangan Bank Syariah di Indonesia. UndangUndang No 10 Tahun 1998 mengakui keberadaan dan berfungsinya Bank Syariah dimana prinsip bermuamalah berdasarkan syariah Islam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan adanya Bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui produk-produk jasa yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Diharapkan melalui produk-produk jasa Bank Syariah, hubungan antara bank syariah dengan para nasabahnya tidak lagi sebagai kreditor dan debitor melainkan terbangun suatu hubungan kemitraan. Berdasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad (2002: 1617) secara khusus peranan Bank Syariah dapat terwujud melalui aspek-aspek sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Menjadi perekat nasionalisme baru Memberdayakan ekonomi ummat dan beroperasi secara transparan Memberikan return yang lebih baik Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan Mendorong pemerataan pendapatan Peningkatan efisiensi mobilisasi dana Uswatun hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.
Peranan –peranan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Menjadi perekat nasionalisme baru Bank syari‟ah menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara golongan ekonomi bawah dan golongan ekonomi atas. 2) Memberdayakan ekonomi ummat dan beroperasi secara transparan Pengelolaan bank syari‟ah didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan. 3) Memberikan return yang lebih baik Bank syari‟ah harus dapat memberikan return (keuntungan) yang lebih baik kepada investor, dibandingkan return yang diberikan oleh bank konvensional. Disamping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi hasil sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada bank syari'ah. 4) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan Bank syari'ah mendorong terjadinya transaksi-transaksi produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian, spekulasi dapat ditekan.
5) Mendorong pemerataan pendapatan Dengan penyaluran dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) yang dikumpulkan oleh bank syari'ah melalui pembiayaan Qordhul Hasan, dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi,
sehingga
terjadi
pemerataan
pendapatan
di
masyarakat. 6) Peningkatan efisiensi mobilisasi dana Dengan adanya produk-produk bank syari'ah seperti al-mudharabah almuqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor. Maka, bank syari'ah sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga. 7) Uswatun hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank. Karena prinsip beroperasinya berdasarkan prinsip syari'ah, maka bank-bank syari'ah hendaknya memposisikan diri sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik) dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi. d. Alasan Adanya Bank Syariah Perbankan syariah didirikan berdasarkan pada alasan filosofi maupun praktik. Alasan filosofi berdirinya Bank Syariah adalah karena adanya larangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengambilan riba dalam hukum Islam, baik dalam transaksi keuangan maupun non keuangan. Secara praktik, karena sistem perbankan berbasis bunga atau perbankan konvensional mengandung beberapa kelemahan. Menurut pendapat Muhammad (2002: 7), kelemahan-kelemahan tersebut sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga, menyebabkan kebangkrutan; Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat kecemasan bagi bank untuk mengembalikan pokok dan bunga nasabah; Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil; Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka. Dengan penjelasan sebagai berikut :
1)
Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis; Dalam bisnis, hasil perusahaan tidak dapat dipastikan selalu untung. Terkadang perusahaan mengalami kerugian, padahal disisi lain perusahaan berkewajiban membayar bunga atas pinjaman kepada bank sesuai dengan kesepakatan awal. Meskipun perusahaan untung, bisa jadi bunga yang harus dibayarkan melebihi keuntungannya. Hal ini jelas bertentangan dengan norma keadilan dalam Islam.
2) Tidak fleksibelnya sistem berbasis bunga, menyebabkan kebangkrutan; Hal ini menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara keseluruhan, selain itu pengangguran juga semakin meningkat. Lebih dari itu, beban hutang yang harus ditanggung debitor menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3)
digilib.uns.ac.id
Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat kecemasan bagi bank untuk mengembalikan pokok dan bunga nasabah; Demi menjamin keamanan , bank konvensional hanya mau memberikan pinjaman modal kepada pengusaha-pengusaha yang benar-benar sudah mapan atau mereka yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya. Sisa uangnya disimpan dalam bentuk surat berharga pemerintah. Sementara bagi usaha-usaha kecil atau orang yang tidak dapat memberikan jaminan atas pinjamannya akan kesulitan mendapatkan pinjaman bagi modal usahanya. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan dan kesejahteraan, dan bertentangan dengan prinsip Islam.
4)
Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil; Bagi usaha yang sudah mapan, dapat mengambil resiko untuk mencoba teknik dan produk baru karena mereka mempunyai cadangan dana sebagai sandaran apabila ternyata ide baru tersebut tidak berhasil. Sebaliknya, usaha kecil tidak berani mencoba berinovasi bagi usahanya, karena itu berarti mereka harus menambah modal usaha, sedangkan untuk meminjam modal ke bank mereka harus memberikan jaminan dan membayar bunga atas pinjaman tersebut. Apabila gagal, tidak ada jalan lain mereka harus tetap membayar pinjaman berikut bunganya, meskipun usaha mereka mengalami kerugian. Jadi, bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan ekonomi dan memperburuk keseimbangan pendapatan.
5)
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada bank konvensional selalu diukur dengan kriteria ini. Sehingga, bank tidak mempunyai insentif untuk membantu suatu usaha yang tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman modalnya. e. Dasar Falsafah Bank Syariah Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang dipergunakan sebesarbesarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini, Allah tidak meninggalkan manusia sendirian tetapi diberikannya petunjuk melalui para rasul-Nya. Dalam petunjuk ini Allah memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik aqidah, akhlak, maupun syari'ah. Syari'ah Islam sebagai suatu syari'ah yang dibawa Rosul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, Islam bukan hanya komprehensif (merangkum seluruh aspek kehidupan baik ibadah maupun muamalah) tetapi juga universal (dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat
sampai hari kiamat). Sifat-sifat istimewa ini
mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syari'ah lain untuk menyempurnakannya (M. Syafi‟I Antonio, 2000: 5). Setiap lembaga keuangan syari'ah memiliki falsafah berbuat kebajikan di dunia maupun di akhirat untuk memperoleh keridhoan Allah. Oleh karena itu, agar kegiatan lembaga keuangan syari'ah tidak menyimpang dari tuntunan agama ada beberapa aspek yang harus dihindari. Muhammad (2002: 75) mengemukakan aspek-aspek yang harus dihindari tersebut diantaranya: a. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya: 1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara pasti keberhasilan suatu usaha (QS.Luqman: 34) 2) Menghindari penggunaan sistem prosentase untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur-unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/ simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS.Ali Imron: 130) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/ penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba N0 1551 s/d 1567) 4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan terhadap hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR.Muslim Bab Riba 1569 s/d 1572). b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada AlQur‟an surat al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, bahwa setiap transaksi kelembagaan syari'ah harus dilandasi dengan sistem bagi hasil dan perdagangan.
1) QS. Al-Baqarah 275 :
Artinya; “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) QS. An-Nisa‟ :29
Artinya ; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” Dari kedua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan muamalah harus berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, sehingga dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi. f. Ciri-ciri Bank Syari'ah Bank syari'ah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syari'ah antara lain(Warkum Sumitro, 2004:19) : a)
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, bersifat fleksibel, dan hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dalam kesepakatan b) Penggunaan prosentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena prosentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir c)
Didalam kontrak –kontrak pembiayaan proyek, bank syari'ah tidak menerapkan perhitungan pinjaman berdasarkan keuntungan yang pasti ditetapkan dimuka
d) Pergerakan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai amanat dalam penyertaan dana terhadap proyek-proyek yang dibiayai oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari'ah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti e)
Dewan Pengawas Syari'ah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasional bank dari sudut syari'ah
f)
Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari mata uang yang sama
g) Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai hasil transaksi dengan bank konvensional h) Produk-produk bank Islam selalu menngunakan istilah bahasa arab, misalnya al-murabahah, al-mudharabah dan sebagainya i)
Adanya produk khusus yang tidak terdapat di bank konvensionl yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya
j)
Fungsi kelembagaan bank syari'ah selain menjembatani antara pihak pemilik modal (kreditor) dengan pihak yang membutuhkan modal (debitor), juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggungjawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktuwaktu apabila dana diambil pemiliknya.
g. Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil Secara leksikal bunga adalah terjemahan dari kata interest. Secara istilah, bunga diartikan bahwa : ”interest is a change for a financial loan, usually a percentage of the amount loaned”. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dalam prosentase dari uang yang dipinjamkan. Unsur utama yang diharamkan dalam Islam ialah bunga atau riba. Kata riba berasal dari kata ziyadah yang berarti tumbuh, menambah, atau berlebih. Menurut Imam Sarakhzi, memperjelas bahwa riba adalah tanbahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan atas penambahan tersebut. Adapun pengertian riba menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah yang dimaksud riba adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak dibenarkan syari‟at, baik tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam. Larangan riba telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-qur‟an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam hadist-hadistnya. Keharaman riba dijelaskan dalam Al-Qur‟an Qs. Al-Baqarah (2) : 275-279, Qs. Ali Imran (3) : 103, Qs. An-Nisa‟ (4) : 161 dan Qs. Ar-Ruum (30) : 39 dan beberapa hadits ysng diriwayatkan secara shohih. Qs. Al-Baqarah (2) : 275-279 :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arti Qs. Al-Baqarah : 275 “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu ; dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” Arti Qs. Al-Baqarah : 276 “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah . Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa .”
Arti Qs. Al-Baqarah :277 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
mereka
bersedih hati.” Arti Qs. Al-Baqarah : 278 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arti Qs. Al-Baqarah :279 “Maka jika kamu tidak mengerjakan , maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya.” Qs. Ar-Rum (30) : 39
Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak akan bertambah disisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan(pahala).”
Qs. An-Nisaa‟ (4) : 161
Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” Sedangkan hadist yang menerangkan tentang hukum riba sebagaimana yang ditulis oleh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, yaitu : a. Diriwayatkan oleh semua penulis. Sunan At-Tirmidzi mensahihkannya, yaitu : “Allah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dua orang saksinya, dan penulisnya (sekretarisnya).” b. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih : “Satu dirham riba yang dimakan seseorang dengan sepengetahuannya, itu lebih berat dosanya daripada tiga puluh enam berbuat zina.” Sedangkan jenis-jenis riba menurut Ibnu Hajar Al-Haitsami dibedakan menjadi ( Az-Zawajir ’ala Iqtiraaf Al-Kabaair :205) 1. Riba Qardh Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (mudharib) 2. Riba Jahiliyah Riba Jahiliyah yaitu hutang dibayar lebih dahulu dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Fadhl Riba Fadhl adalah pertukaran barang antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. 4. Riba Nasi’ah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. Mengacu pada banyaknya ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist tentang larangan riba, maka dalam operasionalnya bank syari‟ah maupun BMT tidak menerapkan bunga atas pinjaman, karena bunga pinjaman tersebut disamakan dengan riba yaitu tambahan atas pokok pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank. Dalam operasionalnya bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) untuk memperoleh keuntungan menggunakan sistem bagi hasil dengan nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank. Bagi hasil ini disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh nasabah selama menjalankan usahanya, yaitu pihak bank selaku pemilik modal (shohibul maal) dan nasabah sebagai pelaku atau pengelola usaha (mudharib). Menurut Jannes Situmorang (2009: 3) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Kaji Tindak Peran Koperasi dan UKM Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif menyatakan bahwa, ”Sistem bagi hasil adalah pola pembiayaan keuntungan maupun kerugian BMT dengan anggota penyimpan berdasarkan perhitungan yang disepakati bersama.” Hal yang membedakan antara lembaga keuangan syari'ah dengan lembaga keuangan non-syari'ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah, hal tersebut memunculkan adanya bunga dan bagi hasil. Dalam sistem operasional lembaga keuangan nonsyari‟ah, ketika nasabah membayar angsuran kepada bank, nasabah harus membayar bunga bank sebesar yang telah ditentukan oleh bank sebelumnya, sedangkan pihak bank tidak memperhatikan apakah usaha yang dijalankan nasabahnya mengalami keuntungan atau kerugian,
yang terpenting nasabah
membayar angsuran secara rutin sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diterapkan dalam perbankan Islam, secara mendasar persoalan tersebut dapat dikaji dari berbagai sisi, sebagaimana tertera dalam tabel. Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga Penentuan besarnya hasil Yang ditentukan sebelumnya
Sebelumnya
Apabila terjadi
Ditanggung nasabah saja
Bunga, yaitu sebesar nilai rupiah
kerugian Dihitung dari mana? Titik perhatian proyek atau usaha Berapa besarnya? Status hukum
Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah atau pasti diterima bank Pasti (%) kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui Berlawanan dengan QS.Luqman : 34
Sistem Bagi Hasil Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak Ditanggung kedua pihak, nasabah dan lembaga Dari untung yang diperoleh, belum tentu besarnya Keberhasilan proyek atau usaha, menjadi perhatian bersama: nasabah dan lembaga Proporsi (%) kali jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui Melaksanakan QS. Luqman : 34
(Sumber Adiwarman Karim, 2004: 35)
2. Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah a. Sejarah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah di Indonesia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendirian lembaga keuangan yang berbasis syari'ah tidak terlepas dari keprihatinan para ulama pada praktek riba yang dilakukan oleh perbankan konvensional dengan menerapkan sistem bunga, selain itu juga minimnya pengetahuan masyarakat terutama masyarakat muslim terhadap hukum bunga bank konvensional. Usaha pendirian bank syari'ah tidak dapat dilepaskan dari Paket Kebijaksanaan Oktober atau lebih dikenal dengan sebutan Pakto yang dikeluarkan pemerintah tentang liberisasi perbankan. Pada tanggal 19-22 Agustus 1990 di Cisarua Bogor diadakan lokakarya para ulama untuk membahas pendirian bank Islam. Pada pertemuan itu dibahas mengenai hukum bunga bank, apakah termasuk riba atau tidak, dari pertemuan tersebut dihasilkan rekomendasi pendirian bank Islam. Pada tanggal 22-25 Agustus 1990 diselenggaarakan Munas MUI IV di Jakarta, sebagai tindak lanjut dari lokakarya di Cisarua Bogor. Hasil Munas tersebut adalah rekomendasi pendirian bank Islam. Kemudian pada tanggal 27 Agustus 1991 tim pembentukan perbankan MUI bertemu dengan Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta. Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, maka Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) berinisatif mendirikan lembaga keuangan berbasis syari'ah dengan skala yang kecil dan dengan modal yang kecil pula. Lembaga ini kemudian disebut dengan Baitul Maal Wa Tamwil. b. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Dalam perkembangannya koperasi jasa keuangan syari'ah lazim disebut dengan nama Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan yang operasionalnya menggunakan prinsip syari'ah atau berdasarkan aturan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Secara prinsip BMT memiliki sistem operasional yang tidak jauh berbeda dengan sistem operasional BPR Syari'ah, hanya ruang lingkup dan produk yang dihasilkan berbeda. Operasional perbankan syari'ah semakin luas dengan disahkannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank atau lembaga keuangan syari'ah maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem syari'ah yang sekaligus menghapus pasal 6 PP No 72/1992 yang melarang dual system. Seiring dengan itu, maka berbagai lembaga keuangan syari'ah baik bank amupun non bank mulai berkembang di Indonesia, baik yang dikelola secara formal maupun informal. Berkaitan dengan bentuk dan struktur lembaga keuangan non bank, maka berdirilah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang mendasarkan prinsip kerjanya pada syari'ah Islam. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berdiri sebagai salah satu alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. BMT adalah lembaga keuangan syari'ah informalyang didirikan sebagai pendukung dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi usaha mikro atau usaha kecil menengah berlandaskan sistem syari'ah Islam. Menurut Syaikh Mahmud Syalthut dalam Adiwarman Karim (2004: 7) “Syari'ah adalah kata bahasa Arab yang secara harfiah berarti jalan yang ditempuh atau garis yang mestinya dilalui”. Sedangkan secara terminologi definisi syari'ah adalah “Peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum muslimin supaya mematuhinya, supaya syari'ah ini diambil oleh orang Islam sebagai penghubung diantaranya dengan Allah dan diantaranya dengan manusia”. Menurut Heri Sudarsono (2003: 84), menyatakan bahwa: Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil menengah dengan berlandaskan syari'ah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan ekonomi rakyat yang pengelolaannya berdasarkan prinsip-prinsip syari'ah atau aturan-aturan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist, yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan sistem bagi hasil sebagai usaha mengentaskan kemiskinan. BMT merupakan suatu lembaga terpadu yang memadukan antara Baitul Maal sebagai lembaga sosial dan Baitul Tamwil sebagai lembaga bisnis. Menurut pendapat Jannes Situmorang dalam jurnal penelitian yang berjudul Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif menyatakan, ”BMT memiliki dua fungsi yaitu : Pertama, Baitul Maal menjalankan fungsi untuk memberi santunan kepada kaum miskin dengan menyalurkan dana ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) kepada yang berhak; Kedua, Baitul Tamwil menjalankan fungsi menghimpun simpanan dan membiayai kegiatan ekonomi rakyat dengan menggunakan Sistem Syariah”. BMT menerapkan fungsi utama koperasi sebagai badan usaha ekonomi kerakyatan dan sosial dengan landasan syari'ah atau aturan-aturan agama Islam. M. Dawam Rahardjo dalam Heri Sudarsono (2003: 84, “Secara kelembagaan BMT didampingi oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yaitu menumbuhkan usaha kecil”. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga hasil prakarsa masyarakat yang telah berkembang menjadi bank syari'ah berskala mikro. Sebagai lembaga keuangan syari'ah mikro yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi ke-Islaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Keberhasilan Baitul Maal Wa Tamwil tidak hanya sekedar keberhasilan dalam bidang bisnis, akan tetapi keberhasilan suatu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terlihat juga pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perhatiaannya terhadap pengelolaan masalah zakat, infaq dan shadaqah. Kebanyakan strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) untuk mempertahankan eksistensinya adalah peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan formal maupun non formal, tidak menggunakan strategi pemasaran yang bersifat local oriented, melakukan berbagai inovasi pengembangan produk, meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat pengguna jasa, pengembangan aspek paradikmatik, menganggap sesama BMT sebagai partner dalam rangka mengentaskan ekonomi masyarakat serta mengadakan evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif. c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT Adapun bentuk badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil diakui sebagai koperasi jasa keuangan syari'ah melalui Keputusan Menteri Koperasi dan UKM tahun 2004. Dalam prakteknya BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat atau Koperasi (Heri Sudarsono, 2003: 93), yaitu: 1) KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat Keterangan Operasional dari PINBUK 2) Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Simpan pinjam Syari'ah (KSP-S) 3) Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang diberikan wewengan oleh BI untuk membina KSM dan memberikan sertifikat kepada KSM 4) MUI, ICMI, BMI, telah menyiapkan LPSM yang bernama PINBUK yang dalam kepengurusannya mengikutsertakan DMI, IPHI, Pejabat Tinggi Negara yang terkait, BUMN dan lain-lain. BMT didirikan dengan modal awal sebesar Rp 20.000.000,00 atau lebih. Akan tetapi jika terdapat kekurangan modal, dapat dimulai dengan modal awal sebesar Rp 10.000.000,00 bahkan bisa juga dengan menggunakan modal hanya sebesar Rp 5.000.000,00. Pendirian BMT harus terdiri dari antara 20 sampai 44 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang, hal ini diperlukan supaya masyarakat setempat merasa memiliki BMT tersebut. Dalam rangka memperlancar tugas BMT, maka dalam sebuah BMT harus mempunyai struktur organisasi yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh semua personil yang ada didalam BMT tersebut. Struktur organisasi yang terdapat dalam BMT antara lain mencakup Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, Dewan Syari'ah, Pembina Manajemen, Manajer, Pemasaran, Kasir, dan Pembukuan. Adapun tugas dari masing-masing struktur diatas adalah sebagai berikut: Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT. Dewan Syari'ah, bertugas mengawasi dan menilai operasional BMT. Pembina Manajemen, bertugas membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisir program-programnya. Sedangkan pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT. Kasir bertugas melayani nasabah dan pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas asset dan omset BMT. Dalam struktur organisasi standar PINBUK, Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syari'ah dan Pembina Manajemen
dalam mengambil kebijakan-kebujakan
yang akan
dilaksanakan oleh manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir dan pembukuan. Bentuk struktur organisasi BMT berdasarkan standar dari PINBUK dapat diilustrasikan dalam gambar berikut (Heri Sudarsono,2003: 87-88):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
------------------------------------------------------
DewanSyari'ah Syari'ah Dewan
Dewan Pengurus
------------------------------------------------------
Manajer
Maal
Pemasaran
Tamwil
Kasir
Pembukuan
Anggota dan Nasabah
Keterangan : ------------------------------------ Garis Koordinasi Garis Komando Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : PINBUK (Heri Sudarsono, 2003: 87-88)
d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT Koperasi Jasa Keuangan syari'ah merupakan lembaga yang tepat untuk menampung dana umat Islam dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah dan untuk membantu umat Islam untuk berinvestasi. Adapun tujuan dibentuknya koperasi jasa keuangan syari'ah adalah (http://myquran,org/Arsip/bmt.ppt, 30 November 2009) : 1)
Mewujudkan ekonomi umat yang produktif dan berkesinambungan.
2) Menciptakan peluang lapangan pekerjaan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan ekonomi. 3) Memperluas kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha yang mandiri 4) Membangun lembaga mikro yang kuat tatanan kelembagaannya dengan menciptakan sumber daya manusia yang handal, terdidik dan terampil. Achmad Baraba (2009: 4) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syari‟ah menyatakan bahwa fungsi bank syari‟ah adalah : Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/ deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana/ shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi). Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa keuangan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan. Secara umum sasaran yang dilaksanakan oleh koperasi jasa keuangan syari'ah adalah pengusaha kecil dan sektor informal, serta masyarakat lain yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghadapi masalah dalam hal permodalan, sedangkan menurut penilaian koperasi jasa keuangan syari‟ah prospek usaha yang mereka kembangkan layak untuk menerima sumbangan modal dari pihak ketiga atau pihak perbankan. Dalam penyaluran pembiayaan suatu usaha tentunya jangka waktu pembiayaan juga perlu diperhitungkan. Adapun jangka waktu pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi jasa keuangan syari'ah pada umumnya adalah: 1. Jangka pendek, kurang dari satu tahun 2. Jangka menengah, satu sampai tiga tahun 3. Jangka panjang, lebih dari tiga tahun Dalam memberikan kredit atau pembiayaan kepada nasabah koperasi jasa keuangan syari'ah juga memberlakukan adanya suatu agunan atau jaminan atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah. Jaminan yang diutamakan pada dasarnya adalah usaha yang di biayai oleh pembiayaan sendiri. Namun, dalam beberapa hal memungkinkan disyaratkan adanya supporting collateral yang berupa jaminan kebendaan atau barang yang dibiayai oleh bank atau jaminan lainnya apabila diperlukan, misalnya berupa avalist, personel guarantee, dan lainnya. Sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah, BMT juga memiliki ciri-ciri yang merupakan identitas bagi BMT. Ciri-ciri yang dimiliki BMT dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Ciri-ciri Utama a) Berorientasi bisnis, untuk mencari laba bersama, dan meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota masyarakat b) Bukan lembaga sosial, tetapi BMT bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan serta penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah yang berguna bagi kesejahteraan orang banyak. c) BMT ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Milik bersama masyarakat bawah dengan orang kaya di sekitar BMT, bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat.
2.
Ciri-ciri Khusus a) Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggu tetapi menjemput bola bahkan berebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk pembiayaan. b) Calon pengelola (manajer) yang dipilih harus memiliki aqidah yang lurus, komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi ummat, amanah, jujur, dan jika memungkinkan minimal lulusan D3 atau S1 c) Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan pasar d) BMT mengadakan pendampingan usaha anggota-anggotanya e) Manajemen BMT adalah professional Islami, misalkan administrasi keuangan dilakukan dengan standar akuntansi keuangan Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi syari'ah.
e. Produk-produk BMT Ciri-ciri produk yang ditawarkan oleh BMT (Heri Sudarsono, 2003: 83) yaitu: 1. Sesuai dengan kebutuhan anggota/mitra. 2. Secara administrasi mudah, tetapi tidak mengabaikan prinsip kehatihatian. 3. Semua produk dan jasa BMT harus sesuai dengan ketentuan dan prinsipprinsip syari'ah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. BMT mengelola dua sumber keuangan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai Baitul Maal yang mengelola dana ZISWAF dan fungsi Baitul Tamwil yang mengelola bisnisnya. 5. Eksistensi BMT sangat ditentukan oleh adanya “trust” atau kepercayaan dari pendiri, pengurus dan anggotanya. Produk-produk yang dihasilkan oleh bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah sebagai berikut :
1)
Murabahah (Pembiayaan dengan Marjin) Dalam produk ini, bank memberikan barang (modal kerja dan berjangka pendek) yang dibutuhkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Harga pokoknya sama-sama diketahui kedua belah pihak.
2)
Ba’i Bitsaman Ajil (Transaksi Jual Beli dengan Harga Tangguh) Dalam konsep ini, harga barang yang dijual kepada nasabah telah memperhatikan pembayaran yang akan dilakukan. Kemudian baik secara angsuran maupun tangguh bayar, harga disepakati kedua belah pihak dan tidak dibenarkan diubah meskipun keadaan ekonomi berubah. Biasanya berupa produk investasi jangka panjang. Produk ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu salam dan istishna’. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang diserahkan kemudian. Sedangkan Istishna’ adalah pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.
3)
Mudharabah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adalah kerjasama bank dengan pihak pengusaha yang dipercaya. Bank memberikan dana 100% untuk usahanya, pengusaha memberikan tenaga dan keahliannya. Laba atau rugi akan dibagi berdasarkan rasio atau nisbah tertentu sesuai kesepakatan. Kerugian yang timbul sebagai akibat dari sesuatu hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan dari pengusaha akan ditanggung bank, sedangkan kerugian akibat kesalahan pengusaha akan ditanggung pengusaha sendiri. 4)
Musyarakah Musyarakah hampir sama dengan pola mudharabah, bedanya dana untuk usaha tidak hanya disediakan oleh bank tetapi juga oleh pengusaha. Usaha dibiayai dan dikelola oleh kedua belah pihak, pihak bank dan juga pihak pengusaha atau pihak lain yang disepakati bersama. Laba atau rugi dibagi antara pihak bank dengan pihak pengusaha sesuai kesepakatan atau sesuai kontribusi modal masing-masing pihak.
5)
Jasa bank lainnya Produk-produk Bank Syari‟ah lainnya sama dengan produk-produk bank konvensional lainnya, misalnya L/C (Al-Kafalah), Bank Garansi, Transfer, Safe Deposit (Al-Wadiah), Transaksi Valas, Penyewaaan (Al-Ijarah), Leasing (Ba’i Al Ta’jin), Agent (Al-Wakalah), Gadai (Al-Rahn)
6)
Penghasilan berupa fee, komisi, provisi dari produk ini akan jatuh ke perusahaan. Tidak menjadi bagian bagi hasil penabung atau depositor.
7)
Al-Qordhul Hasan (Pembiayaan Kebajikan) Produk ini hanya bisa diberikan jika pihak bank syari‟ah telah menerima zakat, infaq, shadaqah dari masyarakat yang penempatannya tidak mengharapkan bagi hasil dan dana tersebut dikelola oleh bank untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8)
digilib.uns.ac.id
Al-Wadi’ah Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari suatu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendaki. Mengacu pada pengertian “Yad Ad Dhamanah” bank sebagai penerima simpanan dapat menerapkan prinsip Al-Wadi’ah untuk tujuan Current Account (giro) dan atau Saving Account (tabungan berjangka). Sebagai konsekuensi dari Yad Ad Dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut adalah milik bank (demikian juga penanggung kerugian), sebagai imbalan si penyimpan mendapat jaminan keamanan akan hartanya, demikian juga fasilitas-fasilitas giro lainnya. Meskipun demikian bank sebagai penerima titipan sekaligus sebagai pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak diisyaratkan sebelumnya serta jumlahnya tidak ditetapkan dalam bilangan
nominal
atau
prosentase
secara
tetap,
tetapi
betul-betul
kebijaksanaan dewan direksi. Dari uraian diatas maka produk perbankan Islam dalam prakteknya dapat diringkas sebagai berikut : Tabel 2. Produk-produk Perbankan Syariah Produk /Jasa Giro Tabungan Deposito / rekening investasi bebas Rekening investasi tidak bebas penggunaan Piutang Murabahah Investasi Mudharabah Investasi Musyarakah Investasi assets untuk disewakan
Prinsip Syari’ah Wadiah yadhamanah Wadiah yadhamanah mudharabah Mudharabah Mudharabah muqayyadah Murabahah tidak tunai Mudharabah Musyarakah Ijarah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengadaan barang untuk dijual atau dipakai sendiri Bank garansi Transfer, inkaso, L/C, dll. Safe deposit box Surat berharga Jual beli valas (non speculative motive) Sumber : Muhammad, 2002 : 34
digilib.uns.ac.id
Salam atau istishna‟ Kafalah Wakalah Wadiah amanah Mudharabah Sharf
f. Peranan dan Prinsip BMT Peranan koperasi jasa keuangan syari'ah bagi perekonomian ummat sangat penting terutama bagi perkembangan usaha mikro. Hal ini dikarenakan adanya hambatan operasional Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank umum syari'ah yang lain, dalam menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, sehingga keberadaan koperasi jasa keuangan syari'ah, sangat penting dalam pengembangan sektor usaha mikro. Adapun peranan koperasi jasa keuangan syari'ah menurut Heri Sudarsono (2003: 85) adalah sebagai berikut: 1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syari'ah Hal ini dapat dilakukan dengan cara aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sistem ekonomi Islam. Cara ini dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi Islami, misalnya agar suatu transaksi memiliki bukti maka dilarang melakukan kecurangan dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya. 2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil menengah Dalam melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil menengah, Baitul Maal Wa Tamwil harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum yang dibiayainya. 3. Melepaskan ketergantungan kepada rentenir Ketergantungan masyarakat kepada rentenir disebabkan oleh kemampuan rentenir untuk memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana yang dibutuhkan masyarakat dengan segera. Oleh karena itu, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) harus mampu melayani kebutuhan masyarakat dengan lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik, sebagai contoh selalu tersedia dana setiap hari, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya. Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syari'ah Islam ditentukan oleh lima konsep dasar Aqad. Bersumber dari kelima konsep dasar inilah dapat ditentukan operasional produk-produk lembaga keuangan syari'ah dan lembaga keuangan non syari'ah. Menurut Muhammad (2005: 87) kelima konsep dasar tersebut adalah: 1) 2) 3) 4) 5)
Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah) Prinsip Bagi Hasil ( Syirkah) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah) Prinsip Sewa (al-Ijarah) Prinsip Jasa/Fee (al-Ajr walumullah)
Dengan penjelasannya sebagai berikut : 1)
Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah) Merupakan fasilitas yang diberikan oleh lembaga keuangan syari'ah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk simpanan al-Wadi’ah. Fasilitas alWadiah diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan tabungan.
2)
Prinsip Bagi Hasil ( Syirkah) Merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah dapat dipergunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai dasar untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan atau penyertaan. 3)
Prinsip Jual Beli (at-Tijarah) Merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, yaitu bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank untuk melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya dapat berupa : Murabahah, Salam dan Istishna’.
4) Prinsip Sewa (al-Ijarah) Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni (operating lease). Bank dapat membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu yang disepakati bersama. (2) Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, yaitu si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease). 5)
Prinsip Jasa/Fee (al-Ajr walumullah) Meliputi seluruh jasa layanan non pembiayaan yang diberikan oleh bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer dan lain-lain. Menurut Syarif Arbi (2003: 211) menyatakan bahwa prinsip-prinsip syari'ah
yang dilaksanakan yaitu: 1. Prinsip Bagi Hasil 2. Prinsip Pengambilan Keuntungan 3. Prinsip Sewa 4. Prinsip Simpanan 5. Prinsip Pengambilan Fee commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Prinsip Biaya Administrasi Prinsip-prinsip syari'ah tersebut dapat peneliti jelaskan sebagai berikut: 1.
Prinsip Bagi Hasil Bagi hasil merupakan suatu perkumpulan, dimana terjadi persekutuan dua pihak dalam suatu usaha, dimana keuntungan dan kerugian dari usaha tersebut akan ditanggung bersama.
2.
Prinsip Pengambilan Keuntungan Pengambilan keuntungan dalam Islam dilakukan dengan cara jual beli dan perdagangan/niaga, sehingga dari kegiatan tersebut terjadi proses pertukaran barang dengan uang.
3.
Prinsip Sewa Penerapan prinsip sewa pada bank syari'ah terlihat pada pemberian kredit dalam pemilikan asset untuk mendirikan atau mengembangkan suatu usaha.
4.
Prinsip Simpanan Dalam prinsip simpanan pada bank syari'ah, pihak yang menerima simpanan tidak bertanggungjawab terhadap kerusakan maupun kehilangan barang yang di simpan atau di titipkan, selama kerusakan atau kehilangan itu bukan karena keteledoran atau kelalaian pihak yang menerima titipan tersebut.
5.
Prinsip Pengambilan Fee Pada perbankan syari'ah juga mengenal adanya produk pengambilan manfaat yang berupa fee dari nasabah dan pihak ketiga, atas jasa yang diberikannya. Fee yang diterima oleh bank syari'ah diwujudkan dalam bentuk yang disebut dengan produk al kafalah dan al wakalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Prinsip Biaya Administrasi Biaya yang dikenakan oleh bank syari'ah pada saat memberikan bantuan di bidang sosial dalam bentuk pinjaman lunak, tanpa pembagian hasil melainkan hanya pengembalian pokok pinjaman.
3. Perjanjian dan Akad a. Perjanjian Perjanjian adalah salah satu bentuk perikatan. Pengertian dari perikatan sendiri adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, yaitu pihak pertama mempunyai kewajiban memenuhi sesuatu yang menjadi hak pihak lain. Kewajiban yang dibebankan kepada debitur(peminjam) dalam perjanjian, memberikan hak kepada kreditur untuk menuntut pelaksanaan prestasi dalam perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut. Jika debitur tidak melaksanakan perjanjian yang telah disepakati tersebut, maka kreditur berhak menuntut pelaksanaan kembali perjanjian yang belum, tidak sepenuhnya atau tidak sama sekali dilaksanakan atau telah dilaksanakan secara bertentangan atau tidak sesuai dengan yang telah disepakati bersama, dengan atau tidak disertai dengan penggantian berupa bunga, kerugian, dan biaya yang telah dikeluarkan oleh kreditur. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian yaitu suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau beberapa orang mengikatkan diri untuk sesuatu hal terhadap seseorang atau beberapa orang lainnya. Syarat-syarat sahnya perjanjian dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat : 1) Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Suatu pokok persoalan tertentu; 4) Suatu sebab yang tidak terlarang . Dari ketentuan diatas, bahwa dalam melakukan sebuah perikatan yaitu perlu adanya kesepakatan diantara kedua belah pihak, faham atas apa yang telah dilakukan pada perjanjian tersebut, dan melakukan suatu perjanjian yang tidak dilarang oleh hukum yang berlaku di Indonesia. b. Akad Menurut fiqih muamalah, membagi perjanjian atau akad menjadi dua bagian yaitu : akad tabarru’ dan akad tijarah atau mu’awadah. Mengacu pada pendapatnya Adiwarman Karim (2004: 58) dari kedua akad tersebut dapat peneliti kemukakan sebagai berikut : a.
Akad Tabarru‟ Akad tabarru‟ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non-profit (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersial. Akad tabarru‟ ditujukan untuk tolongmenolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru‟ pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak untuk mendapatkan imbalan apapun dari pihak lainnya, kecuali imbalan tersebut hanya dari Allah SWT bukan dari manusia.
b.
Akad Tijarah Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena bersifat komersil.
4. Pembiayaan Al-Mudharabah a. Pengertian Al-Mudharabah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Al-Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam menjalankan usaha. Muhammad (2005: 106) berpendapat bahwa : Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Sedangkan Adiwarman Karim (2004: 93) menyatakan bahwa : Al-Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pihak pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian mudharib. Zainul Arifin (2000: 202) menyatakan bahwa : Mudharabah adalah akad yang dilakukan antara pihak pemilik modal dengan mudharib (pengelola), dimana keuntungan disepakati di awal untuk dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Ach. Syaiful Hidayat A. (2009:4) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Penerapan Akuntansi Syari‟ah Pada Koperasi BMT Sarana Dakwah Muslim Malang, menyatakan bahwa : Mudharabah adalah kerjasama bank dengan pihak pengusaha yang diyakini. Bank memberikan dana 100% untuk usahanya, pengusaha memberikan tenaga dan keahliannya. Laba atau Rugi usaha akan dibagi. Berdasarkan rasio atau nisbah tertentu sesuai kesepakatan. Kerugian yang timbul akibat dari suatu hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan pengusaha akan ditanggung bank, sedangkan kerugian karena kesalahan pengusaha akan ditanggung pengusaha sendiri. Berdasarkan
pendapat-pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
mudharabah adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak, pihak pertama (shahib al maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai pemilik keahlian dan keterampilan menjadi pengelola. Keuntungan dari kerjasama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini dibagi sesuai dengan akad perjanjian dan apabila terjadi kerugian atas usaha yang dijalankan, maka kerugian tersebut menjadi tanggungjawab bersama. b. Rukun Al-Mudharabah Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah menurut Adiwarman Karim (2004: 193) adalah : 1.
Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha),
2.
Objek mudharabah (modal dan kerja),
3.
Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul),
4.
Nisbah keuntungan Rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual-beli
ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama, dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku yaitu pemilik modal sebagai obyek mudharabah yang menyerahkan modalnya, dan pelaksana usaha yang menyerahkan keahlian atau keterampilannya sebagai obyek mudharabah. Persetujuan kedua pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah, bila kedua belah pihak telah menyetujui perjanjian-perjanjian dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masingmasing, maka langkah selanjutnya adalah membicarakan nisbah keuntungan. Nisbah keuntungan merupakan rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak. c. Landasan Syari'ah Landasan syari'ah al-Mudharabah lebih mencerminkan pada tujuan melakukan usaha. Hal ini tampak pada ayat-ayat al-qur‟an dan al-hadist berikut: 1)
Al-Qur‟an commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam menjalankan pembiayaan mudharabah perlu adanya aturan yang melandasi dari kegiatan tersebut, diantaranya a) QS. Al-Muzammil :20
Artinya : ”Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orangorang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Yang menjadi argumen dari QS. Al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
QS. Al-Jumu‟ah : 10
Artinya ; ”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menghalalkan umat manusia untuk mencari rizki yang sudah diberikan kepadanya dan memanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. b) QS. Al-Baqarah : 198
Artinya ; “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” Ketiga ayat diatas ( QS. Muzammil: 20, QS. Al-Jumu‟ah: 10 dan QS. AlBaqarah: 198) sama-sama mendorong manusia untuk melakukan upaya perjalanan usaha. 2)
Al-Hadist
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain dalam Al-Qur‟an juga ditegaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani berikut : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dan kepada mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikannya syarat-syarat tersebut kepada Rosulullah SAW dan Rosulullah SAW memperbolehkannya. Dari hadist tersebut menegaskan bahwa dalam pemberian dana pembiayaan mudharabah harus digunakan syarat-syarat yang disepakati bersama dan kedua belah pihak yaitu pihak yang memberi dana (shahibul maal) dan pihak penerima dana (mudharib) harus mentaati syarat-syarat tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam tidak mengenal adanya bunga, karena hal tersebut dianggap sebagai riba dan dihukumi haram. Dasar hukum larangan menggunakan riba atau bunga telah tercantum dalam Al-Qur‟an, menurut Muhammad (2005: 107) yaitu : a) b) c) d) e) f)
Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat. (QS. 2 : 190) Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial. (QS. 3: 105; QS. 5: 3; QS.9: 71,105) Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata ( QS.69: 25-37; QS.89:17-20; QS.107:1-7) Melindungi kepentingan ekonomi lemah (QS.4: 5-10; 74-76;QS.89:17-26) Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses yang kuat membantu yang lemah (QS. 43: 32) Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan serta pertukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri (QS. 92: 810; QS. 96: 6)
d. Jenis-jenis Al Mudharabah Mengacu pada pendapat Adiwarman Karim (2004: 200) secara umum, almudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Mudharabah Muthlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Pemilik dana (shahibul maal) memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada mudharib untuk menginvestasikan atau memutar uangnya.
2.
Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah (restricted mudharabah atau specified mudharabah) adalah kerjasama usaha dimana mudharib dibatasi dengan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis usaha.
Menurut Zainul Arifin (2000: 203) berpendapat bahwa “Mudharabah muqayyadah adalah akad yang dilakukan antara pemilik modal (shahibul maal) kepada pengelola usaha (mudharib) untuk usaha yang ditentukan oleh pemilik modal, dimana keuntungan disepakati di awal untuk dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal (shahibul maal) “. e. Manfaat dan Resiko Al-Mudharabah 1)
Manfaat Al-Mudharabah Manfaat pembiayaan mudharabah, menurut pendapat Muhammad( 2002: 105) adalah : a) Bank akan mengalami peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat; b) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah; d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan; e) Prinsip bagi hasil mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap pun keuntungannya yang dihasilkan oleh nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis moneter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2)
digilib.uns.ac.id
Resiko Al-Mudharabah Resiko al-mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi (Muhammad, 2002: 105) diantaranya : a) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak; b) Lalai dan kesalahan yang disengaja; c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur.
5. Kredit a. Pengertian Kredit Pengertian kredit dalam arti luas diartikan sebagai kepercayaan. Begitu juga dalam bahasa latin kredit berarti crede artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi yang menerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang disepakati dalam perjanjian. Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misal bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang disepakati bersama. Demikian pula dengan masalah transaksi apabila debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. b. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian kredit antara lain : 1)
Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi.
2)
Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3)
Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank; b) Membuka kesempatan kerja baru, dalam hal ini digunakan untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha, perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menarik tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.; c) Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah dan jasa yang beredar di masyarakat; d) Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara; e) Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang di biayai untuk keperluan ekspor. Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut : 1)
Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2)
Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3)
Untuk meningkatkan daya guna barang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna atau bermanfaat. 4)
Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
c. Jenis-jenis Kredit Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain : 1)
Dilihat dari Segi Kegunaan (a) Kredit Investasi Digunakan untuk perluasan usaha atau pengembangan proyek atau keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Dari penggunaan mesin tersebut pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lama. (b)Kredit Modal Kerja Digunakan
untuk
keperluan
meningkatkan
produksi
dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Dilihat dari Segi Tujuan Kredit (a) Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contoh kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan mengahasilkan barang, kredit petanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya. (b)Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada penambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit motor. (c) Kredit Perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada agen-agen atau supplier perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. 3)
Dilihat dari Segi Jangka Waktu (a) Kredit Jangka Pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contoh untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b)Kredit Jangka Menengah Jangka kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing. (c) Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4)
Dilihat dari Segi Jaminan (a) Kredit dengan Jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. (b) Kredit Tanpa Jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5)
Dilihat dari Segi Sektor Usaha (a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan dan pertanian rakyat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka panjang untuk peternakan kambing atau sapi. (c) Kredit industri, yaitu untuk membiayai industri kecil, menengah, atau besar. (d) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak, dan timah. (e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. (f) Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dosen, dokter, dan pengacara.
6. Usaha Kecil Menengah a. Pengertian Usaha Kecil Menengah Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil menengah memegang peranan yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap olehnya. Usaha kecil memiliki nilai strategis bagi pembangunan bangsa, juga sebagai upaya meratakan hasil pembangunan yang telah dicapai. Usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya sektor pertanian lebih dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor perdagangan lebih dari 98%, di sektor transportasi lebih dari 97% dan di sektor pengolahan jasa-jasa lain masing-masing lebih dari 98%. Usaha kecil menengah (UKM) menurut surat edaran Bank Indonesia No.26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset minimum Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak temasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil menengah ini meliputi perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta. Berdasarkan UU No 9/1995 tentang Usaha Kecil Menengah, yang dimaksud usaha kecil menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko (2002: 225), menyatakan bahwa ”Usaha kecil menengah yang dimaksud disini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara
turun temurun, dan atau berkaitan dengan
seni dan budaya.” b. Karakteristik Usaha Kecil Menengah Kriteria usaha kecil menengah sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Secara umum karakteristik usaha kecil menengah menurut pendapat Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko (2002: 25) dapat peneliti kemukakan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah dan administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di-up to date, sehingga sulit untuk menilai kerja usahanya. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. Modal terbatas. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6) 7)
digilib.uns.ac.id
Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal sangat rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standard dan harus transparan.
Sedangkan kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang No 9 Tahun 1995 sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5)
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau ; Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); Milik Warga Negara Indonesia; Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Menurut Undang-Undang No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, disebutkan
bahwa “Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan Usaha Kecil”. Sedangkan menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia No 10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah, disebutkan bahwa “Usaha Menengah adalah usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki penjualan maksimum Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”. Dari pengertian diatas dapat diketahui unsur-unsur usaha menengah yaitu: 1) Usaha menengah merupakan usaha produktif yang berskala menengah. 2) Usaha menengah merupakan kegiatan usaha yang bergerak dibidang ekonomi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Kriteria usaha menengah adalah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penualan tahunan usaha kecil
c. Modal Usaha Kecil Menengah (UKM) Beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan atau modal dasar maupun untuk langkah-langkah pengembangan usahanya menurut Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko (2002, 228), yaitu ”Melalui kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagai laba Badan Hukum Milik Negara (BUMN), hibah, dan jenis-jenis pembiayaan lainnya”. Usaha Kecil dan Menengah dalam perkembangannya memiliki sasaran utama, antara lain : 1)
Meningkatkan pendapatan rakyat
2)
Meningkatkan produksi pangan, barang, dan jasa. Khusus untuk pangan dengan cara membentuk stock pangan nasional yang ditunjang dengan sistem distribusi modern.
3)
Membangun skenario ekonomi berbasis IPTEK, dengan prioritas industri maju ditunjang industri ikutan lainnya.
4)
Membina dan mengembangkan UKM kabupaten atau kota untuk mewujudkan pengusaha lapisan menengah baru.
d. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah Setiap usaha bisnis mengandung potensi benefit dan biaya, sedangkan usaha kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan kompetitif. Mengacu pada pendapat dari Pandji Anogara & Djoko Sudantoko (2002: 229) bahwa : 1)
Usaha kecil beroperasi menyebar di seluruh pelosok dengan berbagai ragam bidang usaha. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2) 3)
digilib.uns.ac.id
Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat yang rendah. Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya (labor intensive) yang disebabkan penggunaan teknologi sederhana. Kebanyakan usaha kecil menengah untuk memenuhi permintaan (aggregate
demand) yang terjadi di daerah regionalnya. Bisa jadi orientasi produksi usaha kecil menengah tidak terbatas pada orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi konsumen. Untuk itu diperlukan suatu keputusan manajerial yang menuntut kejelian tinggi. Dengan penyebaran usaha kecil menengah, minimal dapat menekan kesenjangan desa-kota dan mengatasi masalah urbanisasi. Sebagian besar modal usaha kecil menengah terserap pada kebutuhan modal kerja. Karena yang dipertaruhkan kecil, implikasinya usaha kecil menengah memiliki kebebasan yang tinggi untuk masuk atau keluar dari pasar. Dengan demikian, kegiatan produksi dapat dihentikan sewaktu-waktu jika kondisi perekonomian yang dihadapi kurang menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetap adalah mudah meng-up to date-kan produknya. Sebagai akibatnya akan memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian internasional. Prosentase nilai tambah pada tenaga kerja usaha kecil menengah relatif tinggi. Dengan demikian, distribusi pendapatan dapat tercapai. Selain itu, keunggulan lain dari usaha kecil menengah terdapat pada hubungan yang erat antara pemilik dengan karyawannya, sehingga jarang terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Keadaan ini menunjukkan bahwa usaha kecil menengah memiliki fungsi sosial ekonomi. Kelemahan usaha kecil menengah adalah investasi awal dapat saja mengalami kerugian. Beberapa resiko diluar kendali pemilik, seperti perubahan mode, peraturan pemerintah, persaingan, dan masalah tenaga kerja dapat menghambat
kelancaran
usaha.
Beberapa
commit to user
usaha
kecil
menengah
juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghasilkan pendapatan yang tidak teratur, pemilik bahkan terkadang tidak mendapatkan profit. e. Hambatan Perkembangan Usaha Kecil Menengah Menurut pendapat Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko (2002: 231), menyatakan bahwa hambatan-hambatan yang sering dialami oleh usaha kecil menengah antara lain : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Keterbatasan dana dan kemampuan yang mengakibatkan peluang ekspor tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh industri kecil. Hambatan perkembangan industri kecil adalah modal kerja yang terbatas dan barang yang diproduksi kurang laku. Kendala usaha kecil menengah dalam mengembangkan potensinya. Pengetahuan dan kemampuan manajemen yang sangat lemah Ketidakmampuan mengelola usaha dan kekurangan modal Ketidakmampuan manajemen Kendala pengembangan usaha kecil menengah dapat disebabkan faktor kemampuan yang bersifat alamiah (mental dan budaya kerja), tingkat pendidikan SDM, keterbatasan keterampilan dan keahlian, keterbatasan modal dan informasi pasar. Sampai saat ini industri kecil belum memiliki bentuk organisasi yang
mampu untuk menghadapi perubahan dengan cepat karena stuktur organisasi internalnya masih sederhana dan masih dominannya keterlibatan pemilik dalam segala kegiatan usaha. Untuk memperbaiki situasi tersebut diperlukan peningkatan kemampuan personil yaitu komunikasi, kerja kelompok, inovasi leadership dan kemampuan manajerial yaitu kepemimpinan dan penerapan manajemen fungsional serta gaya kerja, baik secara mutlak maupun tambahan dalam mencapai kompetitas secara spesifik maupun global. Kendala mendapatkan pendanaan disebabkan oleh tidak dimilikinya pembukuan dan catatan-catatan rugi atau laba serta penjualan dan kelengkapan administrasi secara umum, sehingga pihak pemberi dana mengalami kesulitan dalam menilai kekayaan usaha kecil menengah tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian dari teori-teori atau temuan dari bahan penelitian lain yang turut mendasari penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Patimatu Jahra (2002) di salah satu BMT di Kota Banjarmasin yang berjudul “Profil Usaha BMT Ukhuwah di Kota Banjarmasin” menyimpulkan bahwa BMT mempunyai andil yang sangat besar bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil. Keberadaan BMT di kota Banjarmasin sangat dirasakan oleh nasabahnya terutama dalam hal membantu pembiayaan modal usaha dan meningkatkan penghasilan dan kualitas hidup masyarakat semakin membaik. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Riski Agus Winarto (2005) di Bank Muamalat Cabang Surakarta yang berjudul “Pelaksanaan Prinsip Bagi Hasil Dalam Prosedur
Penyaluran
Dana
untuk
Produk
Pembiayaan
Mudharabah”
menyimpulkan bahwa Bank Muamalat Cabang Surakarta telah melaksanakan prinsip bagi hasil dalam prosedur penyaluran dana untuk produk pembiayaan mudharabah sesuai dengan syariah. Proses pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Cabang Surakarta melalui beberapa proses, diantaranya solitisasi, analisis, persetujuan, pencairan biaya, perhitungan bagi hasil, pembayaran angsuran dan monitoring. Pembiayaan mudharabah ini diutamakan kepada nasabah guna memberikan bantuan investasi atau modal kerja yang bersifat halal dan sesuai dengan syariah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Kutoarjo
yang
berjudul
Narita Indriany (2006) di BMT An-Nuur
“Pengembangan
Usaha
Melalui
Pembiayaan
Mudharabah pada Usaha Kecil “ menyimpulkan bahwa dengan adanya pembiayaan mudharabah dapat meningkatkan kualitas ekonomi usaha kecil, menambah permodalan sehingga dapat melanjutkan usahanya dengan lancar, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meskipun perkembangan usaha kecil tersebut tidak meningkat tajam tetapi dapat meningkat sedikit demi sedikit. Dari penelitian-penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu sama-sama mengungkapkan tentang sejauhmana peranan BMT dalam membantu permodalan bagi usaha kecil menengah. Sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian-penelitian diatas adalah adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan Patimatu Jahra (2002) yang berjudul “Profil Usaha BMT Ukhuwah di Kota Banjarmasin” yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan hanya berfokus pada peningkatan modal usaha bagi usaha kecil menengah melalui produk pembiayaan mudharabah.
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran untuk bisa sampai kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Menyusun kerangka pemikiran berarti juga membuat argument yang rasional terhadap teori-teori yang digunakan untuk menjawab masalah. Kerangka pemikiran secara sistematis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut. Al-Mudharabah adalah suatu bentuk kemitraan antara pihak yang memberikan dana yaitu pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah (shahibul maal) dengan pihak yang menerima dana pembiayaan tersebut yaitu nasabah (mudharib). Kerjasama ini dilandasi dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak (akad). Hal tersebut guna memperjelas jumlah bagi hasil yang disepakati bersama dan ditentukan pada saat perjanjian. Pada pembiayaan al-mudharabah, pihak nasabah menerima dana pembiayaan tersebut sebesar 100% dari pihak bank selaku shahibul maal. Dalam pembiayaan al-mudharabah bank tidak menggunakan sistem bunga pada saat nasabah mengembalikan pinjaman, tetapi sistem yang digunakan adalah bagi hasil (profit sharing). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerimaan modal dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah akan digunakan sebagai modal usaha bagi nasabah. Dari aktivitas usaha tersebut pasti akan mendatangkan suatu keuntungan walaupun tidak menutup kemungkinan akan mengalami kerugian. Apabila usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan mendapatkan keuntungan, maka laba yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai dengan akad yang sudah disepakati bersama sebelumnya. Tetapi apabila mengalami kerugian, maka rugi tersebut akan ditanggung oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah secara keseluruhan, jika kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian mudharib. Namun, apabila kerugian disebabkan oleh kelalaian mudharib, kerugian tersebut harus ditanggung oleh mudharib sendiri. Setelah proses transaksi pembiayaan berjalan, kemungkinan akan terjadi beberapa hambatan. Hambatan tersebut biasanya berasal dari nasabah (mudharib). Hambatan tersebut dapat terjadi pada saat menjalankan perjanjian (akad) atau pada saat pengembalian pokok pembiayaan melalui angsuran oleh nasabah. Adanya hal tersebut maka Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara melakukan musyawarah dengan berbagai pihak yang terkait.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERJANJIAN BAGI HASIL
Nasabah (Mudharib)
KEAHLIAN/ KETERAMPILAN
MODAL 100%
PROYEK /USAHA commit to user
KJKS (Shahibul Maal)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Laporan Keuangan Nasabah
Nisbah X %
Nisbah Pembagian Keuntungan
Pengembalian Modal Pokok Pinjaman
MODAL USAHA
Pengembangan Usaha Kecil
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
commit to user
Y%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dalam usaha menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknikteknik serta alat-alat tertentu berdasarkan peristiwa ilmiah. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diteliti. Peneliti akan melakukan penelitian di BMT BINA INSAN MANDIRI yang beralamat di desa Ceplukan, Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar. Alasan peneliti melakukan penelitian di BMT BINA INSAN MANDIRI (BIM) Gondangrejo, yaitu : 1. Merupakan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah yang melakukan salah satu usahanya yaitu pemberian pembiayaan mudharabah. 2. Tersedianya bermacam data yang akurat untuk mendukung kelancaran peneliti dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan bagi penelitian ini. 2. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai peranan BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam pengembangan usaha kecil menengah di kecamatan Gondangrejo tahun 2009. Penelitian ini direncanakan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian yang diawali dari bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Maret 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 3. Tabel Jadwal Penelitian Tabel 3. Jadwal Penelitian Kegiatan
2009 Okt
Nov
2010 Des
Jan
Feb
Mar
1. Persiapan Penelitian Penyusunan proposal Ijin penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan data Analisis data 3.Penyusunan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Dalam suatu penelitian ilmiah, metode memegang peranan yang sangat penting, karena keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan metode/cara yang digunakan. Winarno Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Hadari Nawawi (1993: 61) menyatakan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, karena peneliti bertujuan untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaaan obyek dan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nyata atau sebagaimana mestinya. Menurut Sukmadinata (2003: 94) “penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (menggambarkan), menganalisa fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah dari sudut perspektif partisipan penelitian kualitatif." Penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000: 3) yang mengutip pendapat Bogdan dan Taylor mengemukakan sebagai berikut “Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sedangkan Moh. Nazir (1999: 63) berpendapat bahwa: Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran ataupun lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki. Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 309) “Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status dari suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. Sedangkan Abdurrahmad Fathoni (2006: 97) menjelaskan bahwa “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengadakan pemeriksaan dan pengukuran terhadap gejala tertentu”. Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996: 73) menyatakan bahwa “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan ataupun melukiskan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak nyata atau sebagaimana adanya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu cara dalam meneliti suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang sedang diamati. Selain itu penelitian deskriptif kualitatif mempunyai beberapa karakteristik: berlatar belakang alamiah, mengandalkan manusia atau orang sebagai obyek penelitian, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memanfaatkan data-data kualitatif, menggunakan analisa secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dasar yang bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi kajian pada fokus tertentu, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya dapat bersifat sementara, serta hasil penelitian tersebut dapat diterima semua pihak. 2. Strategi Penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang, dimana peneliti hanya mengkaji suatu masalah saja dan pengumpulan data yang lebih terarah berdasarkan tujuan mengenai pengembangan usaha melalui pembiayaan mudharabah pada usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan Gondangrejo tahun 2009. Jadi strategi tunggal terpancang yang digunakan dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai berikut tunggal artinya hanya ada satu ruang lingkup untuk lokasi penelitian yaitu di BMT Bina Insan Mandiri (BIM). Sedangkan terpancang dalam tujuan penelitian ini, maksudnya bahwa apa yang harus diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan penelitian, yaitu untuk mengetahui sejauhmana peranan BMT Bina Insan Mandiri dalam pembiayaan mudharabah untuk menunjang permodalan dan mendukung
perkembangan
bagi
usaha
kecil
menengah
di
Kecamatan
Gondangrejo.
C. Sumber Data Sumber data merupakan hal yang sangat penting karena penelitian yang dapat menghasilkan suatu pemahaman dengan kesimpulan yang tepat sangat tergantung pada data yang lengkap, benar dan sahih. Sumber data juga sangat penting dalam menentukan ketepatan ilmiah hasil penelitian, selain itu penentuan jenis sumber data yang sesuai akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya. Sumber data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai pelengkap data dalam suatu penelitian. Menurut Loflan dalam Lexy (2000: 112), “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen yang lain”. Winarno Surakhmad (2004: 163) mengatakan bahwa: Sumber data dibedakan antara sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber asli, sumber tangan pertama penyelidik, dan sumber sekunder berisi data dari tangan kedua (atau dari tangan yang kesekian), yang bagi penyelidik tidak mungkin berisi data seasli sumber primer. H.B. Sutopo (2006: 62) mengatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa, tempat atau lokasi, benda serta dokumen atau arsip”. Dari pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa macam-macam sumber data antara lain adalah sebagai berikut : 1. Informan Dalam penelitian kualitatif, posisi informan sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasi. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan teknik wawancara kepada informan. Informan yang dimaksud dapat terdiri dari pelaku aktivitas, pengamat, orang yang secara langsung mengelola atau merencanakan sesuatu, kelompok sasaran program atau kegiatan atau bahkan hanya sekedar sebagai penerima informasi secara tidak langsung yang memungkinkan untuk mengakses informasi yang dimiliki oleh informan sesuai dengan kebutuhan peneliti, sehingga peneliti dapat secara lentur dan kritis dalam memahami beragam informasi yang penting dan secara langsung berdampak pada kemantapan kualitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang berhubungan dan sangat mengetahui permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti serta bersedia memberikan informasi kepada peneliti berupa kata-kata. Informan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini antara lain, pimpinan manajer, karyawan, dan pengusaha kecil menengah (UKM) yang mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri.
2. Arsip dan Dokumen Dalam suatu penelitian, keberadaan dokumen sangat mendukung untuk mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti. H.B. Sutopo (2006: 61) menjelaskan bahwa “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dokumen atau arsip merupakan sumber data sekunder atau tambahan yang berupa sumber tertulis yang berhubungan dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. Walaupun hanya sebagai sumber data sekunder, namun tidak bisa diabaikan begitu saja, karena sumber data tersebut sangat berguna bagi peneliti untuk membantu melengkapi informasi yang diperlukan oleh peneliti dalam rangka memecahkan masalah dalam penelitian. Sumber data tersebut dapat berupa arsip-arsip atau sejarah perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri yang relevan dan menunjang penelitian. Arsip-arsip tersebut bermanfaat untuk membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan dokumen yang ada, sehingga dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sangat diperlukan dan membantu proses pengumpulan data dalam penelitian. 3. Observasi Melakukan pengamatan secara langsung dan mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh narasumber, yaitu karyawan BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo serta para pengusaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri. 4. Foto commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Foto merupakan salah satu jenis sumber data dalam penelitian kualitatif, karena foto menghasilkan data-data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong (2000:114) menjelaskan “Ada dua jenis foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri”. Foto yang digunakan sebagai sumber data adalah foto-foto yang berkaitan dengan tujuan penelitian, serta kondisinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber data. Foto-foto yang dihasilkan sebagai sumber data berupa aktivitas-aktivitas di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo serta aktivitas-aktivitas para pengusaha kecil di tempat usaha mereka.. 5. Kepustakaan Bersumber dari buku-buku yang berkaitan dengan perbankan syari'ah, jurnal-jurnal penelitian, dan karya ilmiah lainnya. D. Teknik Sampling (Cuplikan) Teknik sampling berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber-sumber data yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Teknik sampling merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi dengan menggunakan pertimbangan berdasar konsep teoritis yang digunakan. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Prof. Dr. S.Nasution,M.A (1975: 145) menyatakan bahwa, Sampel yang purposif adalah sampel yang dipilih secara cermat sehingga relevan dengan desain penelitian. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi. Dengan demikian diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri yang esensial, apa yang harus diwakili, bergantung pada penelitian atau pertimbangan atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
judgment peneliti. Itu sebab purposive sampling ini disebut juga judgment sampling. Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel tidak ditekankan pada jumlah, melainkan ditekankan pada kekayaan informasi yang dimiliki oleh informan sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik-karakteristik tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian, karena sampel tidak dimaksudkan untuk generalisasi. Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi menentukan informasi sebanyak mungkin yang diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Lexy J.Moleong (2000: 165) ciri-ciri dari purposive sampling adalah : 1. Rancangan sampel yang muncul : Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. 2. Pemilihan sampel yang berurutan: Tujuannya yaitu untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya akan dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring atau dianalisis. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah makin banyak informasi yang masuk dan semakin mengembangkan hipotesis kerja, akan nyata bahwa sampel dipilih atas dasar fokus penelitian. 3. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: kuncinya disini adalah jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah dihentikan. Untuk memperoleh data yang rinci diperlukan informan yang mengetahui permasalahan yang sedang diteliti. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik bola salju (snowball sampling). HB Sutopo (2002: 57) mengemukakan bahwa : Snowball sampling merupakan cara pemilihan informan pada waktu di lokasi penelitian, yang kemudian berdasarkan petunjuk informan tersebut peneliti menemukan informan baru dan seterusnya berganti informan lainnya yang tidak terencana sebelumnya, sehingga diharapkan akan mendapatkan data lengkap dan mendalam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik ini akan memungkinkan peneliti untuk memilih informan yang dipandang paling mengerti dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Pilihan informan mungkin dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data, disamping untuk memperoleh kedalaman studi dalam konteks tertentu. Menurut Bogdan dan Bikle, dalam Bambang Sumardjoko (2004: 21) menyatakan bahwa “Cuplikan semacam ini disebut interval sampling, karena keputusan dapat diambil begitu peneliti mempunyai suatu pemikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa berbicara, kapan melakukan observasi yang tepat atau time sampling, dan berapa jumlah serta macam dokumen yang diteliti. E. Teknik Pengumpulan Data Beragam sumber data yang telah didapatkan oleh peneliti menuntut cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai dengan sumber data untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan yang dikemukakan peneliti. Untuk itu diperlukan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat sehingga memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel. Menurut Goetz dan LaComte dalam H.B.Sutopo (2006: 66) menyatakan bahwa, “Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua cara yaitu metode yang bersifat interaktif dan non interaktif”. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode interaktif yaitu dengan melakukan observasi secara langsung melalui wawancara dengan para narasumber, sedangkan metode non interaktif meliputi observasi, dan mencatat dokumen maupun arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara Sumber data yang sangat penting dalam suatu penelitian kualitatif adalah manusia sebagai narasumber atau informan. Menurut Lexy J. Moleong (2000: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135), “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Maksud dalam melakukan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Lexy J. Moleong (2000: 134) adalah : a. Mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian-kejadian, kegiatankegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan kebulatan; b. Merekonstruksikan kebulatan-kebulatan sedemikian rupa sebagai sesuatu yang dialami masa lalu; c. Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; d. Memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik dari manusia maupun bukan manusia; e. Memverifikasi, mengubah, serta memperluas konstruksi-konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Pembagian jenis wawancara juga dikemukakan oleh Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong (2000: 137) adalah : 1. Wawancara oleh tim panel 2. Wawancara tertutup dan Wawancara terbuka 3. Wawancara riwayat secara lisan 4. Wawancara terstruktur dan tidak terstruktur Berdasarkan jenis-jenis wawancara diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Wawancara oleh Tim Panel Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi wawancara dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai. Sedangkan wawancara panel yaitu satu pewawancara dapat saja berhadapan dengan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus. 2. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka Wawancara tertutup merupakan wawancara pihak yang diwawancarai tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Sedangkan wawancara terbuka adalah suatu wawancara pihak yang diwawancarai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai serta mengetahui tujuan wawancara tersebut. 3. Wawancara Riwayat Secara Lisan Wawancara ini dimaksudkan untuk mengungkapkan riwayat tertentu, pihak yang diwawancarai bicara secara terus menerus dan pewawancara sekali-kali mengajukan pertanyaan. 4. Wawancara Terstruktur dan Tak Terstruktur Wawancara terstruktur adalah suatu wawancara pewawancara menetapkan sendiri pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan disusun secara ketat. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang tidak baku. Responden biasanya terdiri dari mereka yang mempunyai pengetahuan dan mendalami serta memahami informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pewawancara menggunakan teknik wawancara terstruktur yang pokok-pokok pertanyaan telah diatur secara terstruktur dibuat kerangka dan garis besarnya sebelum berada di lapangan penelitian sehingga pertanyaan dan jawaban lebih terarah pada pokok-pokok penelitian. Data yang dikumpulkan melalui wawancara adalah tentang: 1. Prosedur permohonan pembiayaan mudharabah BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo bagi pengusaha kecil menengah. 2. Peranan pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Gondangrejo terhadap perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo tahun 2008. 3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada usaha kecil menengah dan solusi untuk menanganinya. 2. Observasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nasution (1996: 63) menyatakan bahwa, “Observasi dilakukan secara langsung, terfokus dan selektif”. Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman gambar. Menurut H.B Sutopo (2006: 75) bahwa “Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung”. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dan mencatat fenomena yang diselidiki dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran peneliti secara langsung. Observasi merupakan salah satu cara penelitian ilmiah yang paling sesuai di bidang ilmu sosial. Dengan metode ini dapat diketahui mengenai lingkungan tempat penelitian dilaksanakan. Lexy J.Moleong (2000:126) menyatakan bahwa “Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan, dihayati oleh subyek, sehingga memungkinkan peneliti menjadi sumber data pengamatan, memungkinkan adanya pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihak peneliti maupun dari pihak subyek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi fisik Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Kecamatan Gondangrejo, aktivitas kerja pengurus dan pegawai, serta sarana dan prasarana yang ada didalamnya. Pengamatan juga dilakukan terhadap aktivitas para pengusaha kecil menengah yang menjadi nasabah BMT Bina Insan Mandiri. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara berulang-ulang dengan harapan data yang diperoleh akan lebih valid. 3. Dokumentasi Untuk mendapatkan data-data yang berupa arsip sejarah, visi, misi dan perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri secara lengkap dan relevan, serta mendukung dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi. Guba dan Lincoln dalam Lexy J.Moleong (2000: 161) mengatakan bahwa : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dokumentasi adalah setiap bahan yang tertulis ataupun film, selain dari pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau penyajian akunting yang akan dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1985: 133) sebagai berikut “Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”. Tujuan penggunaan dokumentasi ini adalah untuk memperoleh data yang bersifat notulis sehingga apa-apa yang belum tergali melalui teknik wawancara dan observasi dapat tergali melalui dokumen yang ada.
Data yang dikumpulkan melalui dokumentasi adalah data tentang : 1.
Sejarah singkat berdirinya BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo
2.
Struktur organisasi BMT Bina Insan Mandiri
3.
Prosedur permohonan pembiayaan mudharabah
4.
Perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo 4. Foto Foto sering digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat membantu
dalam pengumpulan data-data, terutama untuk memperjelas deskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti. Namun, foto bukan merupakan teknik utama dalam pengumpulan data penelitian kualitatif. H.B.Sutopo mengatakan bahwa “…cara perekaman ini bukan sebagai teknik khusus pengumpulan data tetapi hanya untuk menjamin kelengkapan catatan lapangan”. F. Validitas Data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya artinya setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan suatu cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran dari suatu penelitian. Menurut H.B. Sutopo (2006: 92) bahwa, “Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian”. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat dipilih untuk mengembangkan validitas data penelitian, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara trianggulasi untuk memeriksa kesahihan atau kebenaran data. Menurut Lexy J.Moleong (2000: 178), “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Selanjutnya Patton dalam H.B Sutopo (2006: 92-98) menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu: a.
Trianggulasi sumber, yaitu trianggulasi dengan mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.
b.
Trianggulasi metode, yaitu trianggulasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
c.
Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik berupa data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu ataupun keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
d.
Trianggulasi teori, yaitu trianggulasi dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis trianggulasi sumber dan
trianggulasi metode. Dalam trianggulasi sumber peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama atau sejenis tetapi data yang dikumpulkan diambil dari beberapa sumber data yang berbeda. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh melalui sumber data, maka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti melakukannya dengan cara membandingkan hasil wawancara informan yang satu dengan informan lainnya. Adapun trianggulasi metode adalah cara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda, yaitu dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan sumber data, hasil pengamatan peneliti dan isi dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian diharapkan akan dapat diperoleh mutu yang bagus dari keseluruhan proses pengumpulan data penelitian ini, sehingga data yang diperoleh menjadi valid dan teruji keabsahannya. G. Teknik Analisis Data Patton dalam Lexy J. Moleong (2000: 103) menyatakan bahwa, “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Langkah-langkah dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti teknik analisis interaktif. Mathew B. Miles dan A. Michel Huberman dalam H.B. Sutopo (2006: 113) menyatakan bahwa, “Dalam proses analisis data terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan serta verifikasi”. Adapun kegiatannya sebagai berikut : 1. Reduksi Data Reduksi data adalah komponen utama dalam analisis data yang merupakan
proses
menyeleksi,
memfokuskan,
menyederhanakan,
dan
mengabstraksikan data dari semua jenis informasi yang diperoleh dilapangan. H.B. Sutopo (2006: 114) menyatakan bahwa, “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sajian data dan simpulan-simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian dapat dilakukan”. Data yang diperoleh di lapangan di tulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci. Laporan tersebut kemudian direduksi, dirangkum dan dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan pada halhal yang dianggap penting kemudian dicari pola dari temanya, sehingga laporan lapangan yang dianggap sebagai data mentah disingkatkan, data disusun lebih sistematis, ditonjolkan pada pokok-pokok permasalahan yang penting agar lebih mudah untuk dikendalikan. Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam dan mempermudah peneliti dalam pengambilan data kembali jika diperlukan. 2. Penyajian Data Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data mengacu pada perumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan dalam penelitian, dengan demikian narasi yang disajikan merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Cara penyajian data yang baik adalah dengan menggunakan suatu cara analisis kualitatif yang valid, yaitu dengan menggunakan matrik, grafik, jaringan, dan bagan. 3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan adalah bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kemudian kesimpulan-kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung atau dapat dijelaskan, bahwa data yang telah terkumpul yang diperoleh dari lapangan, dicari temanya atau dicari makna-makna yang sering muncul, disimpulkan kemudian data tersebut harus diuji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya atau validitasnya. Sedangkan verifikasi data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setelah data tersebut disimpulkan dimaksudkan agar data yang disajikan lebih mantap teruji kebenarannya. Agar lebih jelasnya proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat pada analisis model interaktif berikut ini Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Simpulan/Verifikasi
Gambar 4. Skema Model Analisis Data Interaktif (Sumber H.B. Sutopo, 2006:120) H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dari awal sampai akhir. Kegiatan penelitian ini dimulai dari mengurus perizinan, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian di lapangan, analisis data, dan penyusunan laporan serta penggandaan. Adapun prosedur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu : 1. Tahap Pra Lapangan/ Persiapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tahap ini dilakukan mulai dari penyusunan rancangan penelitian, memilih judul untuk laporan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan sering disebut dengan tahap lapangan, yaitu peneliti menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian. 3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data merupakan usaha yang dilakukan untuk menemukan tema yang relevan dengan masalah penelitian. 4. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini, peneliti menyusun dan menulis laporan setelah menganalisis data . 5. Tahap Perbanyakan Laporan Setelah menyusun dan menulis laporan, kemudian peneliti mengadakan atau memperbanyak laporan. Untuk lebih jelasnya dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai berikut :
Penyusunan Laporan
Penarikan Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulisan Laporan
Persiapan Pelaksanaan
Pengumpulan Data dan Analisis Awal
Analisis Akhir
laporan Perbanyak Laporan
laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri a. Identitas Kelembagaan 1. Nama Lembaga
: KJKS “BINA INSAN MANDIRI”
2. Tanggal Berdiri
: 25 Maret 2006
3. Nomor Akta Pendirian
: 002/KSU-BIM/III/2006
4. Nomor Badan Hukum
: 180.518/08/tahun 2006
5. Nomor TDP
: 113426500385
6. Nomor NPWP
: 21.009.112.0-526.000
7. Alamat Lengkap
: 1.Kantor Pusat : Ceplukan RT 02/17, Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar Telp (0271) 858022 2.Kantor Cabang : Komplek Ruko Jeruksawit Blok6, Jeruksawit, Gondangrejo Karanganyar Telp (0271) 2007559
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 b. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insan Mandiri Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) didirikan pada tangal 25 Maret 2006 dan merupakan lembaga keuangan mikro syari‟ah dibawah pembinaan Dinas Perindag Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar dengan SK Bupati Karanganyar No 180.518/08/tahun 2006 dan berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS). Pada awal berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri memiliki anggota 20 orang yang merupakan pendiri sekaligus sebagai anggota tetap koperasi, dengan menyetorkan uang masingmasing sebesar Rp 3.000.000,00, maka terkumpul modal awal Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) sebesar + Rp 60.000.000,00. Seiring dengan berjalannya waktu sampai tahun 2009 ini, jumlah calon anggota yang juga merupakan nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri telah mencapai 1148 orang dengan keuntungan mencapai Rp 6.000.000.000,00. Lembaga ini bergerak dalam sektor jasa keuangan syari‟ah, meliputi pengelolaan Baitul Maal yakni menerima dan menyalurkan dana-dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh serta dana-dana sosial lainnya. Adapun usaha pokok BMT Bina Insan Mandiri (BIM) adalah pengelolaan Baitul Tamwil yakni pengelolaan dana-dana simpanan dan investasi anggota serta penyaluran pembiayaan berdasarkan pola dan prinsip-prinsip syari‟ah. Untuk mendukung kegiatan kerja Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) memiliki dua kantor strategis yaitu kantor pusat di Jalan Desa Wonorejo sebagai pintu masuk warga Kecamatan Gondangrejo menuju Kota Solo. Sedangkan kantor cabang beralamat di Jalan Solo-Plupuh yakni di wilayah timur Kecamatan Gondangrejo. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) saat ini sedang membangun kantor baru lagi yang nantinya akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dijadikan kantor pusat di Jalan Solo-Purwodadi tepatnya di sebelah Ponpes Imam Bukhori dengan anggaran + Rp 700.000.000,00.
c. Visi dan Misi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri 1. Visi Visi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) adalah terwujudnya Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah yang profesinal, sehat, kuat, dan sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah syari‟ah. 2.
Misi Misi yang dijalankan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) adalah untuk mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah yang professional
dalam
membangun
dan
mengembangkan
kehidupan
perekonomian masyarakat yang amanah, adil, makmur, dan sejahtera atas dasar prinsip-prinsip syari‟ah dalam rangka mengharap keridhoan Allah SWT. d. Ciri -ciri Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri BMT Bina Insan Mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berorientasi bisnis, untuk mencari laba bersama, dalam meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak bagi anggota dan lingkungannya. 2. Modal awal Rp 60.000.000,00 dari 20 orang anggota tetap 3. Memberikan pembiayaan kepada para anggota/nasabah relatif kecil, tergantung perkembangan modal. 4. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf bagi kesejahteraan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Calon manajer diutamakan yang berakidah, mempuyai komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi dan diutamakan lulusan D3 dan S1. 6. Dalam
pelaksanaan
operasionalnya,
menjemput
berbagai
simpanan
mudharabah, demikian pula terhadap masalah pembiayaan, tidak hanya menunggu. 7. Manajemennya profesional dan islami. e. Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) ini didirikan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi khususnya di kalangan usaha kecil menengah, dengan sistem syari'ah. 2. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan lingkungan pada umumnya. 3. Mendorong kehidupan ekonomi syari'ah dalam mendorong kegiatan usaha kecil menengah khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya. 4. Meningkatkan semangat, peran serta anggota dan masyarakat dalam kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah. 5. Menumbuhkan usaha-usaha produktif bagi anggota. f. Struktur Organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri Dalam menjalankan aktivitas usahanya, suatu lembaga atau organisasi memerlukan manajemen yang rapi dan terencana sehingga aktivitas lembaga tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Salah satunya adalah dengan adanya struktur organisasi yang jelas di dalam lembaga tersebut, sehingga diketahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian, hal ini juga akan mempermudah kinerja masing-masing bagian di lembaga tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun bentuk struktur organisasi pada Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri (BIM) adalah sebagai berikut :
RAT
.
Dewan Pengurus
Dewan Pengawas
Manajer Umum
Marketing/ Pemasaran
Kantor Cabang
Manajer
Landing
Funding
Marketing/ Pemasaran
Operasional
Accounting
Operasional commit to user
Teller/ Kasir
perpustakaan.uns.ac.id
Landing
digilib.uns.ac.id
Funding
Accounting
Teller/ Kasir
ANGGOTA/ NASABAH Gambar 6. Struktur Organisasi BMT Bina Insan Mandiri Sumber : Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
Susunan pengurus BMT Bina Insan Mandiri adalah sebagai berikut : 1. Dewan Pengurus : a. Ketua
: Mulyono
b. Sekretaris
: Sarjono, Amd
c. Bendahara
: Sugito, SH
2. Dewan Pengawas a. Ketua
: Sakidi, SE. MSi
b. Anggota
: Poniman, SS
3. Pengelola a. Kantor Pusat : 1) Manajer Utama
: Mulyoto, Amd
2) Marketing
: Suryatmo, SE Danang Agung Junianto, Amd
3) Accounting
: Murniyati, SE
4) Kasir
: Yuli Dwi Rinawati, SE
b. Kantor Cabang : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Manajer
: Sudino, SE
2) Marketing
: Purnomo, SE
3) Accounting
: Nur Sumaryati, Shi
4) Kasir
: Anita Muyasaroh, SE
g. Tugas Masing-masing Bagian Penjelasan mengenai masing-masing bagian beserta tugas dan tanggung jawabnya di BMT Bina Insan Mandiri adalah sebagai berikut : a. Dewan Pengurus Dewan Pengurus BMT Bina Insan Mandiri terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Adapun tugas mereka adalah :
1) Ketua Ketua bertugas memimpin rapat dan menandatangani surat-surat berharga dan surat lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan keuangan lembaga. 2) Sekretaris Sekretaris bertugas membuat dan memelihara berita acara yang asli dan lengkap dari rapat anggota dan rapat pengurus. 3) Bendahara Bendahara bertugas sebagai pelaksana harian lembaga di bawah bimbingan dan pengawasan pengurus. b. Dewan Pengawas Dewan Pengawas bertugas memberikan fatwa-fatwa agama terutama yang menyangkut produk-produk BMT. c. Pengelola commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Manajer Umum Manajer Umum bertugas memimpin jalannya BMT, sehingga sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang digariskan oleh Dewan Pengurus yaitu : a) Memimpin dan mengelola BMT sehingga tercapai tujuan BMT; b) Bertanggung jawab terhadap operasional BMT khususnya dalam hubungan dengan pihak ekstern BMT . c) Bertanggung jawab terhadap kegiatan BMT 2) Manajer Cabang Tugas manajer cabang mengawasi personalia karyawan dan kegiatan di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah kemudian melaporkannya kepada manajer utama.
Tugas pokok manajer cabang ; a) Menyelenggarakan daftar hadir. b) Membuat kartu pegawai untuk tiap karyawan c) Menyelenggarakan penilaian karyawan d) Memberikan saran dan himbauan, opini, pendapat maupun cara pemecahannya 3) Marketing Tugas dan tanggung jawab bagian marketing adalah : a) Mengatur, mengkoordinasi, dan mengawasi semua aktivitas yang berhubungan dengan pembiayaan dan simpanan. b) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang dana yang dapat dihimpun dari pihak ketiga. c) Mencari calon anggota pembiayaan baru dan usaha-usaha anggota yang potensial untuk diberikan pembiayaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d) Mengamati
digilib.uns.ac.id
setiap
pembiayaan
nasabah,
dengan
memantau
dan
memberikan pembinaan serta mengusahakan agar pelunasannya sesuai dengan perjanjian (akad) yang telah disepakati. e) Melakukan penagihan kepada anggota-anggota yang mendapatkan pembiayaan apabila terlambat membayar setoran kepada BMT secara arif, mendidik dan efektif. f) Mengikuti perkembangan proses permohonan pembiayaan anggota terutama dalam pemeriksaan kelengkapan
dokumen permohonan
pembiayaan. g) Bertindak sebagai komite pembiayaan dalam upaya pengambilan keputusan pembiayaan h) Membuat usulan pembiayaan dan mempresentasikannya di depan komite pembiayaan i) Melakukan monitoring, evaluasi dan review terhadap kualitas portofolio pembiayaan yang telah diberikan kepada nasabah, dalam rangka pengamanan atas setiap pembiayaan yang telah diberikan dan mengklasifikasikan kedalam pembiayaan lancar, kurang lancar, dan macet j) Menganalisa dan memberikan nasehat-nasehat lebih dini kepada peminjam kurang lancar dan diragukan, memberikan solusi agar usahanya lebih berhasil dan mampu membayar cicilan dan bagi hasilnya kepada BMT. k) Menyusun strategic-planing dan selaku marketing atau solitisasi nasabah baik dalam rangka penghimpunan sumber dana maupun alokasi pemberian pembiayaan secara efektif dan terarah. 4) Accounting Tugas accounting adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Menyiapkan Laporan Bulanan Umum (LBU) yang terdiri dari neraca, laporan rugi/laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan laporan lainnya. b) Memastikan kebenaran data-data tersebut sebelum dimasukkan ke dalam sistem LBU. c) Menyusun Laporan Bulanan Umum (LBU) d) Membuat rekapitulasi gaji karyawan e) Membuat laporan pembiayaan dan simpanan f) Membuat laporan keuangan tiap tahunnya. 5) Kasir Tugas dan tanggung jawab kasir adalah : a) Menerima transaksi cash maupun non cash. b) Memonitor kerapihan file-file di bagian kas. c) Memonitor semua keperluan di bagian kas. d) Menyimpan duplikat kunci-kunci kas. e) Membuat perincian uang tunai kas besar. f) Menjaga kebersihan dan kerapihan ruang counter dan ruangan kas. g) Mengatur dan memelihara saldo/posisi uang kas yang ada 2. Keanggotaan BMT Bina Insan Mandiri Anggota BMT Bina Insan Mandiri dibagi menjadi dua, yaitu : 1)
Anggota Anggota BMT Bina Insan Mandiri berjumlah 20 orang yang sekaligus merupakan pendiri BMT Bina Insan Mandiri, dengan status sebagai anggota tetap BMT Bina Insan Mandiri, memiliki hak suara dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan mendapatkan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) diakhir tahun. Anggota BMT Bina Insan Mandiri ini tidak dapat dilimpahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada orang lain dan tidak dapat mengundurkan diri kecuali dengan alasan tertentu, misalnya karena kematian atau menarik semua setoran awal sebagai anggota. Setoran awal untuk menjadi anggota adalah Rp 3.000.000,00. 2)
Calon Anggota Calon anggota BMT Bina Insan Mandiri adalah nasabah baru BMT Bina Insan Mandiri. Saat ini calon anggota BMT Bina Insan Mandiri berjumlah 1148 orang, baik nasabah simpanan maupun nasabah pembiayaan. Calon anggota ini tidak berhak mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) diakhir tahun dan tidak memiliki hak suara dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Untuk menjadi calon anggota BMT Bina Insan Mandiri setoran awalnya Rp 25.000,00. Jumlah nasabah BMT Bina Insan Mandiri selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang menunjukkan perubahan signifikan sebagai hasil dari usaha yang dilakukan oleh BMT Bina Insan Mandiri.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Latar Belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam Memberikan Produk Pembiayaan Mudharabah Al-Mudharabah adalah perjanjian kerja sama usaha antara dua pihak yaitu pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%) sedangkan pihak kedua menjadi pengelola dengan menyerahkan tenaga/ keahliannya. Keuntungan dari pembiayaan ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak atau perjanjian. Sedangkan apabila mengalami kerugian akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditanggung oleh pihak pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pengelola, tetapi apabila kerugian tersebut dikarenakan kelalaian pengelola, maka akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak pengelola. Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan modal atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan atau kredit merupakan aktivitas BMT dari sisi aktiva yaitu pinjaman yang diberikan untuk mendapatkan penghasilan. Pembiayaan merupakan alokasi dana yang dimiliki BMT untuk disalurkan kepada nasabah pembiayaan yang membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan usahanya, dan menjadi sumber pendapatan bagi pihak BMT dengan mendapatkan keuntungan atau bagi hasil dari usaha tersebut Produk pembiayaan mudharabah merupakan produk pembiayaan yang sangat ideal khususnya bagi usaha kecil menengah, disebabkan pembiayaan ini mudah didapatkan oleh pengusaha kecil menengah, dengan syarat-syarat pengajuan pembiayaan yang mudah, dan pengusaha sama sekali tidak dibebankan dengan bunga pinjaman yang tinggi pada saat mengangsur setoran modal pinjaman, karena dalam sistem syari'ah tidak mengenal adanya bunga bank tetapi bank atau BMT akan mendapatkan keuntungan dari bagi hasil dengan usaha yang dikelola nasabah yang mendapat pembiayaan mudharabah tersebut. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Pak Mulyoto (manajer utama) pada wawancara tanggal 16 Desember 2009 : Sebagai dampak dari krisis ekonomi global saat ini, banyak usaha kecil menengah yang mengalami gulung tikar dan kesulitan mendapatkan modal. Oleh karena itu, BMT Bina Insan Mandiri sebagai lembaga keuangan syari'ah berusaha memberikan jalan keluar yang terbaik bagi usaha kecil menengah terutama di Kecamatan Gondangrejo dengan memberikan pinjaman yang sesuai syari'ah dan bebas dari riba. Salah satunya adalah pembiayaan mudharabah, karena melalui pembiayaan ini kami dapat membantu para pengusaha kecil menengah untuk menjalankan usahanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kembali, lagipula dari pembiayaan mudharabah ini menguntungkan bagi pihak nasabah maupun pihak kami sendiri (BMT Bina Insan Mandiri ). Pada prakteknya, BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Gondangrejo dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah disesuaikan dengan kebutuhan nasabah terhadap penggunaan dana pembiayaan yang diajukan kepada BMT Bina Insan Mandiri. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Murniyati (akuntan pusat), pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 : BMT Bina Insan Mandiri memiliki produk pembiayaan sangat beragam, maka ketika ada nasabah yang akan mengajukan permohonan pembiayaan kepada pihak BMT, kami menyesuaikan dengan keinginan nasabah tentang tujuan dari pembiayaan yang diajukan oleh nasabah tersebut. Pihak BMT hanya memberikan informasi mengenai jenis-jenis pembiayaan dan memberikan arahan, jenis pembiayaan yang cocok dengan kebutuhan nasabah. Sebagai contoh, jika seorang nasabah datang ke BMT Bina Insan Mandiri untuk mengajukan permohonan untuk mendapatkan pembiayaan, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri akan menanyakan terlebih dahulu tujuan dari penggunaan dana pembiayaan tersebut. Misalkan dana pembiayaan tersebut digunakan untuk tambahan modal kerja, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri menyarankan pembiayaan yang paling sesuai adalah pembiayaan mudharabah atau musyarakah, tetapi apabila nasabah menginginkan dana pembiayaan tersebut untuk keperluan pembelian peralatan kerja, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri menyarankan untuk mengajukan pembiayaan dengan akad murabahah, akan berbeda apabila tujuan nasabah mengajukan pembiayaan untuk keperluan pendidikan anak, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri menganjurkan untuk pembiayaan dengan akad ijarah. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Pak Sudino (manajer cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009 : Jenis kredit atau pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, pihak BMT Bina Insan Mandiri akan mengarahkan jenis pembiayaan yang sesuai dengan tujuan nasabah. Misalkan, toko ABC menginginkan untuk tambahan modal tokonya, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri akan mengarahkan pembiayaan yang sesuai yaitu dengan pembiayaan mudharabah. Tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apabila nasabah menginginkan pembiayaan untuk pembelian mesin baru, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri mengarahkan jenis pembiayaan yang sesuai yaitu dengan pembiayaan murabahah, dan apabila tujuan nasabah mengajukan pembiayaan untuk pendidikan anak, pihak BMT Bina Insan Mandiri menyarankan untuk pembiayaan ijarah. Selama ini untuk menjadi nasabah BMT Bina Insan Mandiri (BIM) tidak sulit, dikarenakan pihak BMT Bina Insan Mandiri tidak membedakan antara muslim dan non muslim. Hal tersebut sesuai yang telah disampaikan oleh Pak Mulyoto (manajer pusat) pada wawancara tanggal 10 Desember 2009 bahwa : “Tidak semua nasabah BMT Bina Insan Mandiri beragama Islam, namun mayoritas nasabah beragama Islam, ada juga yang non muslim, tetapi hanya sebagai nasabah simpanan, untuk nasabah pembiayaan diutamakan yang muslim, karena menyangkut kehalalan usahanya nanti.” BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam upaya memperkenalkan dan menyalurkan produk pembiayaan, salah satunya melalui promosi kepada masyarakat. Tujuan dari promosi tersebut agar supaya masyarakat mengetahui produk-produk simpanan maupun pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri sehingga mereka mempunyai kemauan untuk menyimpan dana maupun meminjam dana di BMT Bina Insan Mandiri. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan Pak Suryatmo (marketing landing) pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 : Pihak BMT Bina Insan Mandiri dalam rangka memperkenalkan produkproduk usahanya supaya masyarakat mengetahui keberadaan kami dan bagaimana produk-produk kami, salah satunya adalah dengan promosi, misalnya di forum pengajian masjid-masjid, pertemuan warga(RT), membuat spanduk-spanduk dijalan raya, membuat MMT untuk kios-kios yang menjadi nasabah kami, dan juga menjadi sponsor berbagai even seperti acara milad, tabligh akbar dan sebagainya. Alasan pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) lebih mengutamakan pembiayaan bagi usaha kecil, dikarenakan sesuai dengan misi BMT Bina Insan Mandiri yaitu sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai prinsip-prinsip syari'ah yang bebas riba, dan melihat sebagian besar masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah yang memiliki modal terbatas tetapi memiliki potensi untuk berkembang maju, apabila usaha-usaha kecil tersebut mengalami gulung tikar maka akan semakin menambah jumlah angka pengangguran serta kemiskinan ditengah-tengah masyarakat di Kecamatan Gondangrejo khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri, diharapkan dapat membantu permodalan bagi usaha kecil menengah, membuka lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran di wilayah Kecamatan Gondangrejo dan ikut berperan serta dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia yang saat ini sedang bangkit kembali setelah mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, sehingga terwujud perekonomian bangsa yang stabil demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia. 2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah kepada Nasabah BMT Bina Insan Mandiri a. Produk-produk Usaha BMT Bina Insan Mandiri Sebelum membahas mengenai prosedur pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM), perlu diketahui terlebih dahulu mengenai produk-produk usaha BMT Bina Insan Mandiri. BMT Bina Insan Mandiri mempunyai dua pokok usaha yang terdiri dari produk simpanan dan produk pembiayaan.
1) Produk Simpanan Produk simpanan yang terdapat pada usaha BMT Bina Insan Mandiri (BIM) terdiri dari : a. Simpanan Berjangka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Simpanan berjangka merupakan jenis simpanan pada BMT yang penarikannya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan (3 bulan, 6 bulan,12 bulan ). Dalam simpanan berjangka ini BMT Bina Insan Mandiri menggunakan prinsip/akad mudharabah muthlaqah, yaitu nasabah memperbolehkan pihak BMT untuk melakukan berbagai
macam usaha
yang tidak melanggar prinsip syari'ah Islam dengan sistem bagi hasil antara pihak nasabah dengan pihak BMT. Untuk membuka simpanan berjangka di BMT Bina Insan Mandiri dimulai dengan setoran awal sebesar Rp 1.000.000,00 dengan nisbah bagi hasil antara 40% sampai 60%. b. Simpanan Mudharabah Simpanan mudharabah adalah simpanan pemilik dana, penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Simpanan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah, artinya nasabah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada BMT untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak melanggar syari'ah Islam. Pada simpanan mudharabah ini tidak diberikan bunga sebagai pembentukan laba bagi BMT, tetapi diberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. Variasi jenis simpanan yang menggunakan akad mudharabah dapat dikembangkan menjadi : 1) Simpanan Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Qurban) 2) Simpanan Haji 3) Simpanan Pendidikan Anak 4) Simpanan Insan Mandiri
Adapun jenis-jenis simpanan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Jenis-jenis Simpanan BMT Bina Insan Mandiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
NO
1
2
digilib.uns.ac.id
JENIS
NISBAH
Setoran Awal
Setoran
(BMT :
Minimum
Selanjutnya
NASABAH)
(Rp)
minimal (Rp)
1 bulan
55% : 45%
1.000.000,00
-
3 bulan
50% : 50%
1.000.000,00
-
6 bulan
45% : 55%
1.000.000,00
-
12 bulan
40% : 60%
1.000.000,00
65% : 35%
25.000,00
Simpanan Berjangka :
Simpanan Mudharabah
10.000,00
Sumber : KJKS BMT Bina Insan Mandiri Untuk menjadi calon anggota atau nasabah di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo tidak sulit, nasabah harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank. Adapun persyaratan permohonan simpanan di BMT Bina Insan Mandiri sebagai berikut : a. Mengisi formulir permohonan simpanan sebagai nasabah, yang sudah disediakan oleh pihak BMT. b. Menyerahkan fotocopy kartu identitas diri (KTP/SIM) c. Untuk simpanan mudharabah, setoran awal minimal Rp 25.000,00 dan selanjutnya minimal sebesar Rp 10.000,00, sedangkan untuk simpanan berjangka setoran awal sebesar Rp 1.000.000,00 2) Produk Pembiayaan Produk pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri terdiri dari : a. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak, pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak kedua (mudharib) menyerahkan keahlian dan tenaganya serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertindak sebagai pengelola usaha tersebut, apabila mengalami kerugian yang bukan disebabkan kelalaian mudharib, akan ditanggung oleh BMT, tetapi apabila kerugian disebabkan kesalahan mudharib, ditanggung mudharib sendiri, sedangkan keuntungan dari usaha dibagi sesuai kesepakatan bersama yang telah tertuang dalam kontrak perjanjian dengan nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil yang diterapkan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM) biasanya sebesar 35% untuk mudharib sedangkan 65% untuk BMT. Pembiayaan jenis ini yang memberikan keuntungan paling besar kepada BMT (antara 1,5% sampai 2,5% dari keuntungan). b. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama-sama sesuai dengan kesepakatan. Dalam pembiayaan ini juga menggunakan nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil yang diterapkan di BMT Bina Insan Mandiri untuk pembiayaan ini tidak ditentukan, tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak c. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Keuntungan yang diambil oleh pihak BMT biasanya berkisar antara 2% sampai 4% d. Pembiayaan Ijarah (sewa) Kontrak/perjanjian yang melibatkan suatu barang(sebagai harga) dengan jasa atau manfaat atas barang lainnya, dalam hal ini penyewa dapat juga diberi opsi untuk memiliki barang yang disewakan tersebut padasaat pembayaran sewa selesai, dan kontrak ini disebut al-ijarah wa iqtina’ commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau al-Ijarah Mutahiyah bi Tamlik (IMB), yaitu akad perjanjian sewa yang terjadi antara BMT Bina Insan Mandiri (sebagai pemilik barang) dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan sewanya sudah termasuk cicilan harga pokok barang tersebut. e. Pembiayaan Qordul Hasan Pembiayaan Qordhul Hasan adalah pembiayaan kebajikan, yaitu pembiayaan atas dasar kesepakatan antara BMT dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk mengembalikan pinjaman sebesar pokok pinjamannya setelah jangka waktu tertentu, tanpa tambahan dan tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan dalam perjanjian, tetapi apabila nasabah ingin memberikan tambahan atas kemampuan sendiri tanpa diminta/tanpa ada perjanjian dengan pihak BMT, hal tersebut diperbolehkan. Dana untuk pembiayaan qordhu hasan ini berasal dari zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) serta dana-dana kebajikan lainnya. b. Prosedur Pembiayaan di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Pembiayaan dalam istilah konvensional adalah pemberian kredit, sedangkan dalam istilah syari'ah atau agama, kredit dinamakan pembiayaan, pengertiannya hampir sama dengan kredit yaitu aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul di bank atau lembaga keuangan kepada masyarakat atau nasabah, pemilik dana memilih usaha yang akan dibiayai dan menentukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif dan menguntungkan serta dikelola oleh nasabah yang jujur dan bertanggung jawab. Keberadaan kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri kepada masyarakat terutama anggotanya, tentunya sangat berperan dalam membantu permodalan sektor perekonomian informal seperti usaha kecil menengah sehingga berperan serta dalam menumbuhkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perekonomian rakyat. BMT Bina Insan Mandiri mempunyai persyaratan khusus untuk menganalisis para nasabah dalam hal pembiayaan mudharabah, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Pak Mulyoto (manajer utama) pada wawancara tanggal 16 Desember 2009 sebagai berikut : Hal yang pertama kali yang harus dilakukan nasabah apabila akan mengajukan pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri adalah dengan mengisi formulir permohonan yang disediakan oleh pihak BMT, kemudian melengkapi formulir tersebut dengan syarat-syarat yang telah ditentukan BMT Bina Insan Mandiri. Data nasabah yang masuk akan segera dianalisa dan bagian marketing segera melakukan survey ke tempat tinggal, tempat usaha, dan jaminan yang dimiliki oleh nasabah dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran data-data yang diajukan oleh nasabah. Jika data nasabah tersebut diakui kebenarannya oleh BMT Bina Insan Mandiri, maka akan segera dirapatkan oleh komite pembiayaan yang terdiri dari manajer dan marketing, apabila pengajuan pembiayaan melalui kantor cabang, harus dirapatkan juga dengan manajer pusat dan marketing pusat. Komite tersebut yang akan meloloskan atau tidaknya permohonan dari nasabah. Apabila permohonan disetujui oleh komite pembiayaan, maka komite akan segera membuatkan akad perjanjian pembiayaan dengan nasabah yang mengajukan pembiayaan, dan apabila kedua pihak telah bersepakat maka BMT Bina Insan Mandiri akan mencairkan dana pembiayaan. Tetapi, apabila permohonan nasabah tidak disetujui oleh komite, akan segera dibuatkan surat keputusan yang langsung diberikan kepada nasabah beserta pengembalian berkas-berkas milik nasabah. Dana tersebut diberikan kepada nasabah setelah dilakukan akad, untuk nasabah baru diharuskan untuk membuka rekening di BMT Bina Insan Mandiri dahulu sebagai bukti keikutsertaan sebagai calon anggota BMT Bina Insan Mandiri. Setelah dana cair, maka pihak BMT melakukan monitoring terhadap usaha nasabah. Adapun persyaratan khusus berkaitan dengan dokumen-dokumen yang harus dilengkapi oleh nasabah pada saat akan mengajukan permohonan pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo, sebagai berikut : 1. Menjadi anggota Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri 2. Mengisi lembar permohonan yang telah disediakan oleh BMT Bina Insan Mandiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan mencantumkan identitas pemohon pembiayaan, besarnya jumlah permohonan pembiayaan, jangka waktu angsuran, analisis kekayaan, dan kelayakan usaha. 3. Melengkapi data-data aspek legalitas, diantaranya : Fotocopy KTP suami dan istri Fotocopy kartu keluarga Fotocopy surat nikah 2 lembar Fotocopy surat-surat jaminan Fotocopy surat ijin usaha Surat-surat persetujuan istri/suami 4. Mempunyai usaha yang jelas (halal dan sah secara hukum) 5. Bersedia untuk di survey tempat usaha, tempat tinggal, dan jaminan 6. Bersedia mematuhi aturan yang berlaku di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri . Sedangkan prosedur pembiayaan yang terjadi di BMT Bina Insan Mandiri adalah sebagai berikut : 1. Anggota/ mitra mengisi formulir di kantor BMT Bina Insan Mandiri (BIM) yang telah disediakan. 2. Melampirkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk Suami Istri, fotocopy Kartu Keluarga, fotocopy Surat Nikah 2 Lembar, fotocopy surat ijin usaha, fotocopy Agunan/Jaminan 2 Lembar. 3. Untuk nasabah lama, petugas dari BMT Bina Insan Mandiri diharapkan segera melakukan konsultasi dengan komite yang terdiri dari manajer, marketing, apabila nasabah pembiayaan berasal dari kantor cabang, maka melibatkan manajer pusat dan marketing pusat, setelah itu melakukan penilaian dan memberi keputusan tidak lebih dari 3 hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Apabila pemohon/nasabah adalah calon anggota baru, setelah mengisi formulir dan melengkapi persyaratannya, petugas dari BMT BIM segera memastikan jadwal untuk mensurvey usaha, rumah dan jaminan nasabah tersebut. Pemohon baru diharapkan untuk membuka simpanan di BMT Bina Insan Mandiri dengan setoran awal minimal Rp25.000,00. BMT Bina Insan Mandiri tidak mempunyai ketentuan banyaknya simpanan yang harus dimiliki nasabah apabila akan mengajukan pembiayaan.
5. Penilaian meliputi : a. Minimal 3 K : Karakter orangnya, Kemampuan membayarnya dan Kelangsungan usahanya. b. Penilaian usaha : Performance (20%) : Lama berusaha, Reputasi usaha (dari rekanan bisnis, dari supplier, dari relasi kerja lainnya), Usia, Administrasi Usaha, Status tempat tinggal, dan Status tempat usaha. Kapasitas (40%) : Laba, bunga, dana sendiri, perputaran piutang, perputaran persediaan. Status Jaminan (40%) 6. Apabila semua dianggap memenuhi syarat, segera konsultasikan dengan komite kredit yang terdiri dari manajer dan marketing, apabila nasabah berasal dari kantor cabang, melibatkan manajer pusat dan marketing pusat. 7. Setelah disetujui oleh komite, maka dibuat akad perjanjian terhadap pembiayaan tersebut antara BMT Bina Insan Mandiri dengan nasabah. 8. Apabila pengajuan pembiayaan tidak disetujui komite, maka dibuatkan surat keputusan yang langsung diberikan kepada nasabah atau dititipkan kepada bagian kasir atau karyawan yang berada di kantor, jika sewaktu-waktu nasabah datang segera disampaikan surat keputusan tersebut beserta berkas-berkas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persyaratan pengajuan pembiayaan milik nasabah serta mengucapkan permohonan maaf. 9. Apabila pengajuan pembiayaan mendapatkan persetujuan dari komite, maka dana pembiayaan akan segera dicairkan, dan nasabah untuk berikutnya mengangsur pokok pembiayaan serta menyerahkan bagi hasil dari pendapatan usaha yang dijalankan nasabah sesuai perjanjian. 10. Pihak BMT melakukan monitoring dan apabila nasabah pembiayaan mengalami kendala dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan memberikan berbagai saran dan solusi agar usaha tersebut dapat berjalan lancar kembali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nasabah Datang
Memungkinkan
Konsultasi Bgn Marketing
Tidak Memungkinkan
Mengisi Formulir dan Persyaratan
Analisa Survey Layak
Pencairan Dana
Tidak Layak
Batal
Rapat Komite
Gambar 7. Prosedur Pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo Sumber : Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri Dalam melaksanakan penyaluran pembiayaan, BMT Bina Insan Mandiri (BIM) menetapkan adanya kualifikasi-kualifikasi tertentu yang dijalankan untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan yang sehat. Sebelum BMT mencairkan dana pembiayaan, pihak BMT Bina Insan Mandiri melakukan survey terhadap tempat tinggal, usaha, dan juga jaminan dari nasabah, terkadang rumah, usaha, dan jaminan tidak berada di satu tempat, meskipun demikian pihak BMT Bina Insan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mandiri tetap melakukan survey terhadap ketiga hal tersebut. Selain itu, survey juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakter, kapasitas, kemampuan keuangan dan juga hambatan-hambatan yang dihadapi oleh calon nasabah pembiayaan tersebut. Dengan adanya kualifikasi yang diterapkan oleh BMT Bina Insan Mandiri, pada dasarnya BMT Bina Insan Mandiri telah menjalankan prinsip 6 keyakinan C, yaitu : a)
Character Pemberian kredit bagi peminjam atas dasar kepercayaan, yaitu adanya dari pihak BMT bahwa peminjam mempunyai sifat-sifat yang positif dan kooperatif.
b) Capacity Penilaian ini ditujukan kepada calon debitur untuk mengetahui kemampuan dalam hal melunasi kewajiban dari kegiatan usaha yang selama ini mereka lakukan. c) Capital Modal sendiri yang dimiliki oleh debitur sangat diperlukan. d) Collateral Kondisi barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. e) Condition of Economy Merupakan situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk pada waktu tertentu yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit/pinjaman. f) Constraint
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat. Adapun dokumen-dokumen yang digunakan dalam pengeluaran kas dari pembiayaan meliputi: a. Akad Pembiayaan Dokumen ini berupa akad pembiayaan yang berisi perjanjian untuk nasabah dengan pihak BMT Bina Insan Mandiri. b. Formulir Permohonan Pembiayaan Formulir permohonan pembiayaan ini berisi permohonan pembiayaan, data diri pemohon dan data kekayaan yang saat ini dimiliki pemohon. c. Surat Pernyataan Kesanggupan Memenuhi Kewajiban Dokumen ini berisi pernyataan kesanggupan untuk memenuhi kewajiban sehubungan dengan akad pembiayaan yang dilakukan di BMT Bina Insan Mandiri d. Realisasi Pembiayaan Pada dokumen realisasi pembiayaan ini, berisi besarnya pembiayaan, margin/bagi hasil. e. Kartu Angsuran Pembiayaan Dokumen kartu angsuran pembiayaan digunakan apabila peminjam melakukan angsuran pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri. f. Permohonan Simpanan Dokumen ini berisi permohonan untuk menjadi nasabah di BMT Bina Insan Mandiri. Peminjam sebelum mengajukan permohonan pembiayaan harus mempunyai simpanan terlebih dahulu di BMT Bina Insan Mandiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Catatan yang Digunakan : 1) Laporan harian kas Laporan harian kas ini dibuat oleh bagian penagihan angsuran dari para nasabah. Laporan tersebut berisi jumlah angsuran, margin/bagi hasil. 2) Kas kredit Kas kredit diisi oleh bagian pembukuan yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikeluarkan untuk pemberian pembiayaan. 3) Buku kas Untuk mencatat setiap terjadinya transaksi yang berpengaruh terhadap kas digunakan buku kas. Saldo kas akan berkurang apabila terjadi pengeluaran kas. 4) Buku kredit Untuk mencatat setiap terjadinya pembiayaan diperlukan buku kredit. Pencatatan yang dilaksanakan di dalam buku kredit berdasarkan jenis pembiayaan. 5) Rekapitulasi kredit Catatan yang berupa rekapitulasi kredit ini merupakan rekap/ penjumlahan dari buku kredit, dari rekap tersebut dapat diketahui total kredit untuk hari ini, bulan ini sampai dengan tahun ini. 6) Ikhtisar kredit dan pelunasan Catatan yang berupa ikhtisar kredit digunakan untuk mencatat saldo awal sampai saldo akhir dari hasil angsuran yang dilakukan nasabah. BMT Bina Insan Mandiri (BIM) juga mempunyai ketentuan, apabila nasabah mengajukan pembiayaan melalui kantor cabang, maka besarnya pembiayaan tidak boleh melebihi Rp 5.000.000,00. Apabila besarnya permohonan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di bawah Rp 5.000.000,00, hanya dirapatkan intern kantor cabang, tetapi apabila pengajuan pembiayaan diatas Rp 5.000.000,00, harus melalui persetujuan manajer pusat. Hal tersebut sebagaimana di sampaikan Bapak Sudino (manajer cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009 Untuk kami yang berada di kantor cabang, apabila nasabah mengajukan pembiayaan di bawah Rp 5.000.000,00, maka hanya kami rapatkan secara intern di kantor cabang, tetapi apabila permohonan pembiayaan diatas Rp 5.000.000,00, harus mendapatkan persetujuan kantor pusat. Tetapi, pada dasarnya semua prosedur permohonan pembiayaan di kantor cabang sama dengan di kantor pusat. BMT Bina Insan Mandiri (BIM) juga memiliki ketentuan mengenai jaminan yang digunakan sebagai agunan oleh nasabah, yaitu barang jaminan yang diberikan kepada pihak BMT Bina Insan Mandiri, nilainya sebesar 150% dari pinjaman. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Mulyoto (manajer utama) dalam wawancara tanggal 16 Desember 2009 : Dalam pengajuan permohonan pembiayaan, pihak nasabah diharuskan memberikan barang jaminan kepada pihak BMT Bina Insan Mandiri, baik berupa sertifikat maupun BPKB kendaraan, hal ini dikarenakan sebagai upaya untuk mengatasi apabila nasabah melakukan kecurangan atau tidak dapat mengembalikan pinjaman kepada BMT. Besarnya barang jaminan tersebut adalah 150% dari pinjamannya, maksudnya apabila nasabah mengajukan pembiayaan sebesar Rp 100.000.000,00 maka jaminannya seharga Rp 150.000.000,00 atau lebih, apabila besarnya jaminan hanya seharga Rp 100.000.000,00 atau kurang maka pihak BMT hanya akan memberikan pembiayaan kepada nasabah sekitar Rp 50.000.000,00-Rp 60.000.000,00 saja. Ada beberapa aspek yang harus disepakti antara BMT Bina Insan Mandiri dengan nasabah dalam melakukan perjanjian atau akad pembiayaan, yaitu : 1.
Jangka Waktu Perjanjian atau akad harus memuat jangka waktu pengembalian angsuran dari nasabah pembiayaan tersebut.
2.
Nisbah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nisbah merupakan porsi bagi hasil yang ditentukan dalam akad atau perjanjian yang sudah disepakati antara pihak BMT Bina Insan Mandiri dengan pihak nasabah 3.
Jaminan Jaminan merupakan agunan yang harus diberikan oleh nasabah-nasabah pembiayaan kepada pihak BMT dalam upaya melakukan permohonan pembiayaan.
4.
Legalitas atas diri pribadi yang jelas Data mengenai perusahaan atau biodata nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah, harus sesuai dengan keadaan sebenarnya.
5. Prospek usaha yang akan datang dan usaha yang sedang berjalan Prospek atau perkembangan usaha yang dijalankan oleh nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan, apakah mempunyai prospek yang baik untuk di masa depan Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Pak Mulyoto (manajer utama) dalam wawancara pada tanggal 16 Desember 2009 yaitu “Hal-hal yang berkaitan dengan permohonan pembiayaan mudharabah adalah jumlah permohonan dana pembiayaan yang dibutuhkan nasabah, nisbah bagi hasil, jangka waktu angsuran pembiayaan, dan jaminan.” Dalam pembiayaan mudharabah tidak mengenal adanya sistem bunga, tetapi adanya nisbah bagi hasil antara BMT pemberi pembiayaan dengan nasabah pembiayaan. Perhitungan bagi hasil merupakan hal yang membedakan antara bank konvensional dengan bank syari'ah maupun lembaga keuangan syari'ah lainnya. Suku bunga bank sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan ketetapan dari Bank Indonesia (SBBI). Bunga bank di bank konvensional bersifat tetap dan nasabah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harus mematuhinya, sedangkan pada bank syari‟ah maupun BMT besarnya keuntungan yang diterima oleh nasabah maupun pihak bank, disesuaikan dengan nisbah bagi hasil usaha yang telah dilaksanakan oleh nasabah pembiayaan yang telah disepakati antara kedua belah pihak pada saat terjadinya perjanjian atau akad pembiayaan. Hal ini sebagaimana telah disampaikan oleh Pak Mulyoto(manajer utama) pada wawancara tanggal 16 Desember 2009 yaitu “Pendapatan yang diterima oleh pihak kami memang tidak dapat dipastikan, terkadang banyak terkadang sedikit, sebab disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh nasabah yang mengelola usaha tersebut, dan memang seperti itulah prinsip keadilan yang sesuai dengan syariat Islam.” Teknik perhitungan bagi hasil terdiri dari dua macam cara sebagai berikut a.
Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net dari hasil pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pembiayaan tersebut.
b.
Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Penggunaan sistem tersebut, masing-masing BMT mempunyai kebijakan
sendiri. BMT Bina Insan Mandiri dalam menghitung bagi hasil dengan nasabah menggunakan teknik profit sharing. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Pak Sudino (manajer cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009: Pada saat nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada pihak BMT dan mendapat persetujuan dari komite, maka pihak BMT segera menentukan nisbah bagi hasil yang disesuaikan dengan usaha nasabah pembiayaan tersebut, yang kemudian akan disepakati bersama antara pihak nasabah dengan pihak BMT. Besarnya perhitungan bagi hasil disesuaikan dengan kesepakatan sebelumnya, yaitu dengan perhitungan nisbah bagi hasil dikalikan dengan pendapatan yang diterima setelah dikurangi dengan biayabiaya yang dikeluarkan dari usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut. Dari perhitungan tersebut, maka pihak kami (BMT Bina Insan Mandiri) dalam menghitung bagi hasil menggunakan teknik profit sharing. Selain karena teknik profit sharing sesuai dengan prinsip syari'ah Islam yang berasaskan keadilan, yaitu ketika usaha mengalami keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama antara pihak shahibul maal (pemberi dana) dan mudharib (pengelola), hal lain yang menjadi alasan pihak BMT Bina Insan Mandiri dalam menerapkan teknik profit sharing adalah sesuai dengan visi dan misi dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam upaya mendorong perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangejo yaitu dengan menyalurkan produk-produk pembiayaan yang sesuai dengan syari'ah Islam dan tidak memberatkan masyarakat. 3. Peranan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri Terhadap Tingkat Perkembangan Usaha Kecil Menengah di Kecamatan Gondangrejo Pada saat krisis moneter melanda bangsa Indonesia, banyak sekali pengusaha kecil menengah yang gulung tikar karena tidak mempunyai modal untuk meneruskan usahanya, sedangkan untuk meminjam dana pada bank-bank konvensional, pengusaha kecil tidak mampu membayar bunga pinjamannya yang terlalu tinggi, dan kebanyakan bank-bank konvensional tidak mau melirik atau memberikan pinjaman modal kepada pengusaha kecil menengah karena takut akan kredit macet dari usaha-usaha kecil tersebut, selain itu pada saat itu banyak sekali bank-bank yang dilikuidasi karena kredit macet. Melihat kenyataan tersebut, maka tercetuslah ide untuk mendirikan sebuah lembaga keuangan dengan prinsip syari'ah yang tidak menerapkan sistem riba atau bunga bank dalam sistem operasionalnya, tetapi diganti dengan sistem bagi hasil yang sesuai dengan syari'ah Islam antara bank dengan nasabah. Salah satu produk dari pembiayaan dengan sistem syari'ah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu alternatif bagi pengusaha kecil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan mengembangkan usahanya. Mudharabah merupakan pembiayaan modal kerja untuk perdagangan, jasa serta investasi khusus yang keuntungannya dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan awal bersama. BMT Bina Insan Mandiri membuka pembiayaan mudharabah karena melihat banyak pengusaha kecil yang mengalami gulung tikar, padahal usaha kecil menengah mempunyai potensi untuk berkembang dan lebih kuat dalam menghadapi krisis ekonomi. Berdasarkan wawancara dengan para nasabah pengguna pembiayaan mudharabah, pembiayaan mudharabah membantu permodalan pengusaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo. Sebagaimana informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan Bapak Marbi pada tanggal 23 Desember 2009 bahwa sebelum mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri, usaha penggilingan padinya dalam sehari hanya dapat menggiling padi 2 kwintal saja, tetapi setelah mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri (BIM), usaha penggilingan padinya mengalami peningkatan, yaitu dengan menambah mesin penggilingan padi yang baru, sehingga dapat meningkatkan produktivitas penggilingan padi serta dapat menjual beras hasil penggilingan padi lebih banyak dari sebelumnya. Informasi lain, peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan Bu Sari pada tanggal 21 Desember 2009 bahwa toko kelontong yang beliau kelola lebih meningkat hasilnya setelah mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri, yaitu beliau dapat menambah jenis-jenis barang dagangannya, sehingga keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut lebih meningkat. Manfaat pembiayaan mudharabah juga dirasakan oleh Bapak Joko berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan peneliti pada tanggal 28 Desember 2009 bahwa usaha air minum isi ulang yang beliau kelola mengalami peningkatan dari sebelumnya, karena setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Bina Insan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mandiri, beliau dapat membeli kendaraan untuk berjualan air isi ulang tersebut, sehingga meningkatkan penghasilan beliau. Modal Usaha No
Nama Nasabah
Prosentase (%)
Bagi pemilik bengkel kendaraan bermotor, pemberian pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri dapat digunakan untuk menambah peralatan bengkel motornya, sehingga mampu melayani para pelanggan dengan lebih optimal selain itu juga menambah jenis onderdil yang dijual di bengkel tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Pak Sunardi dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 28 Desember 2009. Nasabah pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri sebagian besar adalah pengusaha kecil menengah yang bergerak di bidang perdagangan. Hampir 75% nasabah pembiayaan adalah pedagang, sedangkan sisanya adalah petani, penjahit, pemilik bengkel dan pegawai.
Tabel 5. Peningkatan Modal Usaha Kecil Menengah Setelah Mendapat Pembiayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebelum
Sesudah
Pembiayaan (Rp)
Pembiayaan (Rp)
1
Ibu Sari
5.000.000
15.000.000
200
2
Ibu Mariyem
7.250.000
20.000.000
175
3
Bp.Joko S.
12.750.000
23.000.000
80
4
Ibu Wahyutri
2.000.000
8.500.000
300
5
Ibu Surati
6.500.000
13.000.000
100
6
Ibu Warsiti
2.450.000
10.000.000
308
7
Bp. Sunardi
2.750.000
12.000.000
336
8
Bp. H. Marbi
25.000.000
45.000.000
80
9
Bp. Widodo
10.000.000
23.000.000
130
10
Bp. Samidi
2.500.000
8.000.000
220
76.200.000
177.500.000
2018
7.620.000
17.750.000
201,8
Jumlah Rata-rata Sumber : Data yang diolah
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa modal usaha para pengusaha kecil mengalami peningkatan dengan adanya pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri. Sebagian besar nasabah pembiayaan mudharabah BMT Bina Insan Mandiri sudah mempunyai usaha, sehingga modal pembiayaan yang diperoleh dari BMT Bina Insan Mandiri digunakan untuk menambah modal usaha mereka, seperti untuk memperluas bangunan tempat usaha, menambah barang dagangan, membeli alat-alat baru dan sebagainya. Peningkatan modal usaha tersebut tentunya akan berdampak pada peningkatan pendapatan usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan mudharabah BMT Bina Insan Mandiri yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5. Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Menengah Setelah Mendapat Pembiayaan No
Nama Nasabah
Pendapatan /bulan
Prosentase
Sebelum
Setelah
Pembiayaan (Rp)
Pembiayaan (Rp)
(%)
1
Ibu Sari
4.350.000
8.250.000
89
2
Ibu Mariyem
2.975.000
5.325.000
79
3
Bp. Joko S.
1.950.000
3.250.000
67
4.
Ibu Wahyutri
1.685.000
2.725.000
62
5
Ibu Surati
1.745.000
2.750.000
58
6
Ibu Warsiti
975.000
1.625.000
67
7
Bp. Sunardi
1.425.000
2.565.000
80
8
Bp.H. Marbi
2.750.000
5.450.000
98
9
Bp. Widodo
3.125.000
6.050.000
94
10
Bp. Samidi
1.245.000
1.995.000
60
22.225.000
39.985.000
754
2.222.500
3.998.500
75,4
Jumlah Rata-rata Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa pendapatan para pengusaha kecil menengah mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri yaitu rata-rata 75,4% dengan angka tertinggi 98% dari usaha penggilingan padi Bp. H. Marbi dan angka terendah 58% dari usaha warung makan Ibu Warsiti. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri berperan dalam meningkatkan pendapatan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan usaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri juga dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
80 70 60 50 40
mudharabah
30 20 10 0 2006
2007
2008
2009
Gambar 8. Grafik Perkembangan Usaha Kecil Menengah yang Mendapatkan Pembiayaan Mudharabah BMT Bina Insan Mandiri Berdasarkan grafik diatas perkembangan usaha kecil menemgah yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami peningkatan, pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 10% dari tahun 2006, tahun 2008 mengalami peningkatan 20% dari tahun 2007, tahun 2009 mengalami peningkatan 35% dari tahun 2008. Berdasarkan realisasi pembiayaan tahun 2007 sampai tahun 2009 juga mengalami peningkatan. Tahun 2007, realisasi pembiayaan yang diberikan kepada nasabah pembiayaan sebesar Rp 657.848.500,00, pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 1.161.093.178,00, dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan mencapai Rp 2.995.541.177,00. Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa nasabah, peranan pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri sangat dirasakan terutama oleh pengusaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo, karena sangat membantu dalam permodalan usaha mereka sehingga meningkatkan perkembangan usaha mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah Serta Solusinya Dalam upaya pemberian pembiayaan kepada nasabah, BMT Bina Insan Mandiri (BIM) selama ini tidak mengalami hambatan-hambatan yang berarti, hal ini dikarenakan nasabah pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri tidak mengalami kendala dalam menjalankan usahanya maupun pengembalian dana pembiayaan tersebut. Jika pihak nasabah mengalami kendala atau masalah dalam menjalankan usahanya, maka peranan BMT Untuk melakukan peninjauan kepada nasabah, hal ini dilakukan agar BMT Bina Insan Mandiri dapat memberikan saran dan membantu nasabah dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pak Sudino (Manajer Cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009 : Alhamdulillah saat ini kami tidak mengalami hambatan yang terlalu berat, mungkin hambatannya karena masyarakat daerah Gondangrejo ini kebanyakan merantau ke luar jawa, jadi mereka mengajukan pembiayaan disini untuk menambah modal usaha mereka di luar jawa, tetapi rumah dan jaminan tetap disini, dalam hal inipun kami (pihak BMT Bina Insan Mandiri) mengutamakan nasabah lama dan sudah terpercaya. Untuk nasabah yang seperti ini, biasanya nanti dalam membayar angsuran ke BMT dilimpahkan kepada famili atau kerabatnya, biasanya mereka mentransfer uang kepada kerabatnya, yang digunakan untuk membayar angsuran kepada pihak BMT Bina Insan Mandiri. Selain itu, hambatan lainnya dikarenakan adanya penyimpangan dana oleh nasabah pembiayaan, maksudnya dana pembiayaan tersebut seharusnya untuk membiayai usaha-usaha produktif, tetapi ada sebagian nasabah yang menggunakan dana pembiayaan tersebut untuk kebutuhan konsumtif mereka sehari-hari, jadi dana tersebut habis untuk konsumtif dan tidak digunakan untuk usaha produktif. Hal tersebut ditegaskan pula oleh Pak Suryatmo (Marketing Landing) pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hambatan yang dihadapi oleh BMT kami seperti yang dihadapi oleh kebanyakan BMT maupun lembaga keuangan umumnya, yaitu mengenai keterlambatan pembayaran angsuran yang dilaksanakan oleh nasabah atau calon anggota pembiayaan, ya tidak semua calon anggota terlambat membayar angsuran, hanya sebagian kecil saja, kebanyakan mereka beralasan karena usahanya sepi atau dana yang akan digunakan untuk membayar angsuran digunakan untuk kebutuhan mendadak dan alasan lainnya. Dari pihak BMT berusaha memahami alasan mereka, karena mengingat sebagian besar mereka adalah pengusaha kecil menengah jadi kadang lancar, kadang sepi. Dari wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri antara lain : 1. Banyak nasabah yang merupakan perantau 2. Penyimpangan dana oleh nasabah 3. Pembayaran angsuran yang kurang lancar Sedangkan menurut Pak Mulyoto (manajer utama) dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 16 Desember 2009, hambatan –hambatan yang dialami oleh BMT Bina Insan Mandiri : Memang hambatan yang dialami oleh BMT Bina Insan Mandiri tidak terlalu berat, kemungkinan besar juga dialami oleh BMT-BMT lain juga, diantaranya : 1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil, sehingga menganggap bahwa meminjam di BMT sama dengan meminjam di bank konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut. 2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT, terkadang untung tetapi dalam laporan dikatakan rugi 3. Sebagian besar penerima pembiayaan adalah pengusaha kecil yang mencatat laporan laba rugi hanya sederhana atau bahkan tidak ada. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, solusi yang dilakukan oleh BMT Bina Insan Mandiri : a.
Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai perbankan syari'ah, serta
berbagai keuntungan yang diperoleh apabila
menggunakan sistem perbankan syari'ah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui tingkat kejujuran para nasabah mengenai laporan usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara intensif sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan usaha yang sesungguhnya.
c.
Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3% dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh tempo waktu pembayaran. Selain beberapa hambatan tersebut ada beberapa faktor yang mendukung
BMT Bina Insan Mandiri dalam menyalurkan pembiayaan mudhrabah yaitu : a.
Jaringan Kelembagaan yang Baik Jaringan kelembagaan yang baik sangat dibutuhkan oleh badan usaha dalam rangka pengembangan usaha, terutama bagi usaha yang berkaitan dengan nasabah seperti halnya lembaga keuangan. Menurut dokumentasi BMT Bina Insan Mandiri, menyebutkan ada tiga hal yang menjadi pilar utama untuk membangun eksistensi BMT, yaitu: (1)Pengelola dan pengurus yang amanah (2) Menjalankan BMT secara professional sesuai dengan kaidah-kaidah manajemen perbankan. (3) Membangun jaringan seluas-luasnya. Menyadari pentingnya membangun jaringan, maka sampai saat ini Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri berupaya terus membangun komunikasi antar kelembagaan, baik antar BMT atau lembaga lain yang memiliki visi dan misi yang sama terutama dalam membangun ekonomi ummat. Jaringan kelembagaan bagi BMT memiliki makna yang strategis terutama dalam hal menjaga likuiditas BMT, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia BMT, serta dalam hal advokasi untuk melindungi kepentingan BMT.
b.
Kecepatan Pencairan Dana dalam Proses Pembiayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri(BIM) selalu mengupayakan adanya pelayanan yang mudah, cepat dan tepat dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, salah satu bentuk kemudahan yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri adalah memberikan pinjaman dengan persyaratan yang sangat mudah, tidak berbelit-belit, dalam rangka memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabah sehingga menjadi faktor pendukung bagi nasabah untuk tetap mengambil pinjaman dana dan menyimpan dana di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dan tidak beralih ke lembaga keuangan lain. c.
Hubungan Kemitraan Antara BMT Bina Insan Mandiri dengan Nasabah Hubungan antara Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri(BIM) dengan nasabah bersifat sebagai mitra kerja, sehingga kedua belah pihak,baik nasabah maupun pihak BMT Bina Insan Mandiri saling menguntungkan. Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah akan mendapatkan keuntungan bagi hasil yang diberikan
dari
pendapatan usaha yang dijalankan oleh nasabah, sedangkan pihak nasabah mendapatkan keuntungan yaitu tambahan permodalan dalam menjalankan usahanya sehingga usaha yang dijalankan oleh nasabah akan mengalami peningkatan. Dengan adanya hubungan antara BMT dengan nasabah yang bersifat kemitraan, maka pihak BMT akan melakukan monitoring terhadap usaha yang dilakukan oleh nasabah yang sifatnya membantu nasabah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Pak Suryatmo (Marketing Landing) pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 : Pengawasan secara rutin memang tidak ada, namun jika ada nasabah yang tidak mengangsur pembiayaan dan bagi hasilnya pada saat jatuh tempo, biasanya dari pihak kami akan mendatangi nasabah tersebut dan menanyakan alasannya, apabila nasabah mengalami kendala dalam usahanya, maka pihak kami akan berusaha memberikan solusi dan bermusyawarah bersama dengan nasabah tersebut. Pihak kami terkadang mendatangi para nasabah untuk melakukan silaturahmi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini juga ditegaskan oleh Pak Mulyoto (Manajer Utama) pada wawancara tanggal 16 Desember 2009 : Dari pihak BMT Bina Insan Mandiri memang tidak ada jadwal secara teratur untuk mengadakan monitoring kepada para nasabah pembiayaan, kami memonitor perkembangan usaha mereka apabila mereka datang ke BMT Bina Insan Mandiri untuk mengangsur pembiayaan mereka, biasanya sambil mengobrol santai kami menanyakan perkembangan dan kendala mereka dalam menjalankan usahanya. Sekali waktu kami juga mengunjungi tempat usaha mereka untuk menjalin silaturahim. Jika suatu saat nasabah mengalami kendala dalam menjalankan usaha maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan secara bersama-sama antara pihak BMT dengan nasabah, yaitu pihak BMT dalam upaya membantu nasabah hanya sebatas melakukan konsultasi, memberikan saran dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga pihak BMT tidak bersifat ikut campur tangan secara langsung dalam menentukan kebijakan-kebijakan usaha yang dilakukan oleh nasabah.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 1. Latar belakang Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam Memberikan Pembiayaan Mudharabah. Lembaga keuangan bank, merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan oleh lembaga ini adalah menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman dan juga melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau tabungan. Menurut Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang N0 10 Tahun 1998, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk yang lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah suatu lembaga yang didalamnya mencakup dua jenis kegiatan yaitu yang pertama, Baitul Maal yaitu kegiatan menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq, shadaqah. Kedua, Baitul Tamwil yaitu lembaga yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil menengah bawah dan mikro dengan mendorong melalui pembiayaan usaha ekonomi produktif. Usaha penyaluran dana yang dilakukan oleh BMT terbukti lebih mengena dan dapat meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil menengah, karena sasaran pembiayaan BMT adalah pengusaha kecil menengah, keberadaan BMT yang dekat dengan masyarakat, mudah di jangkau masyarakat kecil menengah, serta persyaratan yang mudah dan tidak ada pembebanan bunga pinjaman. Dalam sistem syari'ah yang merupakan landasan dasar operasional BMT, tidak mengenal adanya bunga atas pinjaman, karena bunga dilarang oleh syari'ah Islam dan hukumnya adalah haram. Oleh karena itu, dalam menjalankan operasional pembiayaan, pada suatu BMT dikenal adanya sistem bagi hasil, yaitu keuntungan dari usaha yang dijalankan oleh pengusaha kecil menengah tersebut akan dibagi sesuai dengan nisbah atau prosentase yang telah disepakati dalam perjanjian antara pihak BMT dengan nasabah sebelumnya. Pihak BMT Bina Insan Mandiri lebih mengutamakan pembiayaan bagi usaha kecil, dikarenakan sesuai dengan visi dan misi BMT Bina Insan Mandiri yaitu sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai prinsip-prinsip syari'ah yang bebas riba, dan melihat bahwa sebagian besar masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah yang memiliki modal terbatas tetapi memiliki potensi untuk berkembang maju, apabila usaha-usaha kecil tersebut mengalami gulung tikar maka akan semakin menambah jumlah angka pengangguran dan kemiskinan di masyarakat Kecamatan Gondangrejo commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri, diharapkan dapat membantu permodalan bagi usaha kecil menengah di wilayah Kecamatan Gondangrejo dan ikut berperan serta dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, sehingga tewujud kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2. Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah yang Dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri Alasan BMT Bina Insan Mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada calon anggota, disesuaikan antara permohonan pembiayaan yang diinginkan dengan usaha yang akan dilaksanakan oleh calon anggota tersebut, dengan demikian pihak BMT akan memberikan keterangan lebih lanjut dan akan mengarahkan pembiayaan yang sesuai dengan usaha yang akan dijalankan oleh calon anggota. Adapun prosedur pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri adalah : a. Solitisasi Adalah penjelasan oleh pihak BMT kepada nasabah (biasanya dilakukan oleh pihak marketing BMT), mengenai tata cara pengajuan pembiayaan dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila akan mengajukan pembiayaan kepada BMT. b. Analisis Adalah analisis yang dilakukan oleh pihak BMT untuk menentukan kesanggupan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan yang sudah disepakati bersama sebelumnya. c. Jaminan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam hal ini digunakan sebagai agunan nasabah kepada BMT, jika nasabah sebagai pelaku usaha melakukan kecurangan dan pada akhirnya mengalami kerugian maka pihak BMT mempunyai hak untuk mengambil jaminan tersebut untuk menjadi milik BMT. Hal ini sudah sangat jelas sesuai dengan ketentuan dalam akad mudharabah, jaminan bisa disertakan dalam perjanjian akad dalam upaya mendapatkan pembiayaan mudharabah, sebagai alat meminimalisasi resiko yang akan dialami oleh BMT.
d. Persetujuan pembiayaan Adalah persetujuan pembiayaan atas permohonan nasabah yang dilakukan oleh pihak BMT. e. Perjanjian atau akad Yaitu kedua belah pihak (BMT Bina Insan Mandiri dan nasabah) saling membuat kesepakatan akan perihal pembiayaan tersebut. Aspek-aspek yang mendukung dari perjanjian tersebut adalah jangka waktu pengembalian angsuran, nisbah bagi hasil antara nasabah sebagai pelaku usaha dengan pihak BMT sebagai pemberi modal, jaminan yang diberikan kepada pihak BMT, legalitas nasabah, dan prospek usaha nasabah di masa depan. f. Pencairan pembiayaan Yaitu setelah meneliti kelengkapan syarat-syarat dari nasabah, melakukan survey ketempat tinggal, tempat usaha dan jaminan milik nasabah, mengadakan rapat dengan komite pembiayaan dan mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, maka pihak BMT akan mencairkan pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan bersama. g. Perhitungan bagi hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhitungan bagi hasil adalah perhitungan penerimaan dari nasabah(pelaku usaha)dengan pihak BMT ( pemberi dana) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. h. Pembayaran angsuran Yaitu angsuran pembiayaan yang harus diberikan oleh nasabah kepada pihak BMT sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. i. Monitoring Yaitu pihak BMT akan memantau jalannya usaha yang dilakukan oleh calon anggota, apabila nasabah (calon anggota) mengalami kesulitan dan kendala dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan membantu dengan memberikan solusi dan saran dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi nasabah (calon anggota) tersebut sehingga dapat memperbaiki usaha nasabah (calon anggota ) di masa depan. Lancarnya usaha yang dilakukan nasabah akan mempengaruhi kedisiplinan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan kepada BMT. Teknik perhitungan bagi hasil terdiri dari dua macam cara, yaitu : a. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net dari hasil pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pembiayaan tersebut. b. Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Penggunaan
sistem
perhitungan
tersebut,
masing-masing
BMT
mempunyai kebijakan sendiri. Dalam menerapkan teknik perhitungan bagi hasil, BMT Bina Insan Mandiri menggunakan teknik profit sharing, yaitu pihak BMT beranggapan bahwa dengan menggunakan sistem profit sharing diharapkan dapat membantu nasabah pembiayaan yang sebagian besar adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengusaha kecil menengah dengan meringankan pengeluaran atas biaya-biaya usaha yang telah dijalankan, selain itu system profit sharing adalah system yang sesuai dengan prinsip syari'ah yang berasas pada keadilan, yaitu ketika usaha mengalami keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama antara BMT sebagai shahibul maal (pemberi dana) dan pengusaha sebagai mudharib (pengelola), bahkan bisa jadi kerugian dari usaha akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT dengan syarat kerugian tersebut tidak disengaja dan bukan karena kelalaian pengusaha.
3. Peranan Pembiayaan Mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri Terhadap Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Keberadaan BMT Bina Insan Mandiri dirasakan sangat membantu para pengusaha kecil menengah terutama di Kecamatan Gondangrejo. Masyarakat merasakan bahwa BMT Bina Insan Mandiri sangat berperan bagi kelancaran usaha mereka dalam meningkatkan permodalan, hal ini dikarenakan prosedur pembiayaan yang mudah dan tidak berbelit-belit serta pencairan dana yang cepat, sehingga mereka dapat segera memutarkan modal pembiayaan dari BMT untuk usaha mereka. Selain itu pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri sangat membantu dalam perkembangan usaha mereka. Salah satu produk pembiayaan yang sangat membantu para pengusaha kecil menengah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah ini merupakan salah satu alternatif bagi pengusaha kecil menengah untuk meningkatkan usahanya, karena pembiayaan mudharabah ini tidak memberatkan bagi pengusaha kecil menengah dengan beban bunga pinjaman yang tinggi dan keuntungan maupun kerugian dari usaha yang dijalankan nasabah akan ditanggung bersama, dan bisa jadi kerugian dari usaha akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bina Insan Mandiri dengan syarat kerugian tersebut tidak disengaja dan bukan karena kelalaian pengusaha, apabila kerugian tersebut karena kelalaian pengusaha, maka akan ditanggung oleh pengusaha sendiri. Dalam pembiayaan mudharabah tidak mengenal adanya bunga pinjaman, karena hal itu merupakan riba yang dilarang dalam agama Islam, tetapi dalam pembiayaan mudharabah dikenal adanya sistem bagi hasil yaitu sesuai dengan nisbah atau prosentase yang disepakati antara pihak nasabah dengan pihak BMT. Pengusaha kecil menengah cenderung memilih mengajukan permohonan pembiayaan melalui BMT karena prosedur peminjamannya tidak berbelit-belit, agunan yang diberikan kepada pihak BMT tidak memberatkan pengusaha kecil menengah serta
proses
pencairan
dananya
cepat.
Dengan
adanya
pembiayaan
mudharabah, diharapkan dapat membantu perkembangan usaha kecil menengah, sehingga dapat berjalan dengan lancar, dan apabila usaha kecil menengah ini dapat berjalan lancar diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil menengah sehingga dapat mendorong laju perekonomian bangsa Indonesia dan tercapai kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat Indonesia. Perkembangan usaha kecil menengah(UKM) yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina INsan Mandiri selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun tidak meningkat tajam, tetapi usaha kecil menengah tersebut dapat berjalan lancar. Dengan adanya usaha kecil menengah ini dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, karena usaha kecil menengah yang berkembang saat ini beperan dalam menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Perekonomian bangsa Indonesia sebagian besar bergerak di sektor usaha kecil menengah, dengan berkembangnya usaha kecil menengah ini diharapkan dapat membangun kembali perekonomian bangsa Indonesia dan membantu negara ini untuk bangkit kembali dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai sesuai dengan cita-cita bangsa ini. 4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil Menengah dan Solusinya Dalam melakukan suatu usaha tentunya mengalami berbagai hambatan yang harus dihadapi oleh suatu lembaga begitu pula dengan BMT Bina Insan Mandiri. Hambatan-hambatan yang muncul tidak hanya dari internal lembaga, tetapi juga berasal dari nasabah BMT Bina Insan Mandiri. Hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam pembiayaan mudharabah untuk mengembangkan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo, yaitu : 1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil, sehingga menganggap bahwa meminjam di BMT sama dengan meminjam di bank konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut. 2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT, terkadang untung tetapi dalam laporan dikatakan rugi. Hal ini disebabkan karena kurangnya monitoring yang dilakukan oleh BMT, sehingga sangat memungkinkan adanya kecurangan yang dilakukan oleh nasabah. 3. Sebagian besar nasabah pembiayaan adalah pengusah kecil menengah yang mencatat laporan laba ruginya secara sederhana atau bahkan tidak ada pencatatan. Sehingga menyulitkan pihak BMT untuk melakukan auditing terhadap laporan keuangan tersebut. 4. Banyaknya masyarakat yang mengajukan pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri tetapi digunakan untuk usaha di luar jawa atau merantau. Hal ini disebabkan keuntungan yang diperoleh dengan membuka usaha diluar jawa lebih besar daripada dengan usaha yang dikelola di jawa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Penyimpangan dana oleh nasabah. Dana pembiayaan yang diperoleh dari BMT Bina Insan Mandiri tidak digunakan sebagaimana mestinya, yaitu untuk pembiayaan usaha produktif, tetapi digunakan untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. 6. Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Karena sebagian besar nasabah pembiayaan adalah pengusaha kecil menengah, maka keuntungan dari usaha tidak dapat dipastikan, terkadang untung banyak terkadang mengalami kerugian. Alasan inilah yang sering digunakan oleh nasabah apabila terlambat membayar angsuran. Apabila nasabah terlambat membayar angsuran dapat menyebabkan BMT Bina Insan Mandiri mengalami kesulitan dalam perputaran pembiayaannya karena jumlah kas BMT Bina Insan Mandiri dapat berkurang. Solusi yang dilakukan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yaitu : a.
Membina
masyarakat
dengan
mengadakan
sosialisasi
mengenai
perbankan syari'ah, dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan system perbankan syari'ah. b. Untuk mengetahui tingkat kejujuran nasabah mengenai laporan usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara intensif untuk mengetahui perkembangan usaha yang sesungguhnya. c. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3% dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh tempo waktu pembayaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Latar belakang Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil menengah disebabkan sesuai dengan misi dari BMT Bina Insan Mandiri yaitu sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai prinsip-prinsip syari'ah yang bebas dari riba, dan melihat bahwa sebagian besar masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah tetapi modal terbatas, padahal usaha kecil menengah tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang maju, apabila usaha-usaha kecil tersebut mengalami gulung tikar maka akan semakin menambah jumlah angka pengangguran serta kemiskinan di tengah masyarakat Kecamatan Gondangrejo khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri, diharapkan dapat membantu permodalan bagi usaha kecil menengah di wilayah Kecamatan Gondangrejo dan ikut berperan serta dalam
pembangunan
ekonomi
bangsa
Indonesia,
sehingga
terwujud
kesejahteraan masyarakat Indonesia. 2. Prosedur permohonan pembiayaan di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129 a. Solitisasi Adalah penjelasan oleh pihak BMT kepada nasabah (biasanya dilakukan oleh pihak marketing BMT), mengenai tata cara pengajuan pembiayaan dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila akan mengajukan pembiayaan kepada BMT. b. Analisis Adalah analisis yang dilakukan oleh pihak BMT untuk menentukan kesanggupan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan yang sudah disepakati bersama sebelumnya. c. Jaminan Dalam hal ini digunakan sebagai agunan nasabah kepada BMT, jika nasabah sebagai pelaku usaha melakukan kecurangan dan pada akhirnya mengalami kerugian maka pihak BMT mempunyai hak untuk mengambil jaminan tersebut untuk menjadi milik BMT. Hal ini sudah sangat jelas sesuai dengan ketentuan dalam akad mudharabah, jaminan bisa disertakan dalam perjanjian akad dalam upaya mendapatkan pembiayaan mudharabah, sebagai alat meminimalisasi resiko yang akan dialami oleh BMT. d. Persetujuan pembiayaan Adalah persetujuan pembiayaan atas permohonan nasabah yang dilakukan oleh pihak BMT. e. Perjanjian atau akad Yaitu kedua belah pihak (BMT Bina Insan Mandiri dan nasabah) saling membuat kesepakatan akan perihal pembiayaan tersebut. Aspek-aspek yang mendukung dari perjanjian tersebut adalah jangka waktu pengembalian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
angsuran, nisbah bagi hasil antara nasabah sebagai pelaku usaha dengan pihak BMT sebagai pemberi modal, jaminan yang diberikan kepada pihak BMT, legalitas nasabah, dan prospek usaha nasabah di masa depan. f. Pencairan pembiayaan Yaitu setelah meneliti kelengkapan syarat-syarat dari nasabah, melakukan survey ketempat tinggal, tempat usaha dan jaminan milik nasabah, mengadakan rapat dengan komite pembiayaan dan mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, maka pihak BMT akan mencairkan pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan bersama. g. Perhitungan bagi hasil Perhitungan bagi hasil adalah perhitungan penerimaan dari nasabah(pelaku usaha)dengan pihak BMT ( pemberi dana) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. h. Pembayaran angsuran Yaitu angsuran pembiayaan yang harus diberikan oleh nasabah kepada pihak BMT sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. i. Monitoring Yaitu pihak BMT akan memantau jalannya usaha yang dilakukan oleh calon anggota, apabila nasabah (calon anggota) mengalami kesulitan dan kendala dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan membantu dengan memberikan solusi dan saran dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi nasabah (calon anggota) tersebut sehingga dapat memperbaiki usaha nasabah (calon anggota ) di masa depan. Lancarnya usaha yang dilakukan nasabah akan mempengaruhi kedisiplinan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan kepada BMT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Peranan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh dari lapangan, bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri sangat berperan dalam meningkatkan
perkembangan
usaha
kecil
mennegah
di
Kecamatan
Gondangrejo. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan usaha kecil menengah yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun. 4. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah serta solusinya. 1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil yang sesuai syari'ah Pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil memang sedikit sekali, apalagi untuk masyarakat pedesaan, mereka menganggap bahwa dengan meminjam di BMT sama saja dengan meminjam di bank-bank konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut. 2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT. Pihak BMT tidak dapat melakukan monitoring setiap hari terhadap usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan, hal ini sangat memungkinkan bagi nasabah untuk memanipulasi laporan keuangan mereka kepada pihak BMT. 3. Tidak adanya laporan keuangan dari nasabah yang tersusun rapi dan jelas. Nasabah pembiayaan BMT sebagian besar adalah pengusaha kecil menengah, sehingga laporan keuangan yang dibuat masih menggunakan cara-cara yang sederhana, sehingga dalam pembukuan laporan keuangan mereka belum tersusun rapi dan sesuai standar akuntansi. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyulitkan pihak BMT dalam melakukan analisis dan audit kelayakan usaha mereka. 4. Penyimpangan dana oleh nasabah pembiayaan. Penyimpangan dana akan menjadi penghambat dalam proses penyaluran pembiayaan karena dana yang seharusnya digunakan sebagai tambahan modal usaha tidak digunakan sebagaimana mestinya, sehingga dana tersebut tidak dapat berputar kembali dan tidak menghasilkan keuntungan serta dapat mengganggu kelancaran pembayaran angsuran ke pihak BMT. 5. Banyak nasabah yang merantau ke luar Jawa Keadaaan ekonomi yang kurang mapan serta kurangnya lapangan kerja yang dapat menampung tenaga kerja, menyebabkan banyak masyarakat yang mengadu nasib diluar jawa, untuk mendapatkan pekerjaan sekaligus penghasilan dalam rangka memnuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dalam menambah modal untuk usaha di luar Jawa, banyak masyarakat yang mengajukan pembiayaan di BMT, karena proses yang mudah, sedangkan untuk proses pembayaran angsuran mereka mentransfer sejumlah uang kepada sanak kerabat mereka di Jawa untuk dibayarkan kepada pihak BMT. 6. Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Nasabah pembiayaan BMT sebagian besar adalah pengusaha kecil menengah, dengan keuntungan yang tidak dapat dipastikan setiap bulannya. Usaha yang sepi dan kurang lancar sering menjadi alasan bagi nasabah dalam pembayaran angsuran yang tidak lancar kepada pihak BMT. Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, pihak BMT Bina Insan Mandiri mempunyai solusi, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai perbankan syari'ah, dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem perbankan syari'ah. e. Untuk mengetahui tingkat kejujuran nasabah mengenai laporan usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara terjadwal sehingga dapat mengetahui perkembangan usaha yang sesungguhnya. f. Untuk mengetahui laporan keuangan nasabah pembiayaan, BMT Bina Insan Mandiri (BIM) meminta nasabah untuk menyusun laporan keuangannya meskipun secara sederhana setiap periodenya. g. Untuk menghindari penyimpangan dana oleh nasabah, hal ini tergantung kepada kemampuan nasabah untuk mengendalikan pengeluaran dana pembiayaan untuk kebutuhan selain usaha mereka. h. Dalam memberikan dana kepada nasabah yang merantau di luar Jawa, pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membuat perjanjian dengan menggunakan akta notaris agar perjanjian tersebut kuat di mata hukum. i. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3% dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh tempo waktu pembayaran. B. Implikasi Hasil Penelitian 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian ini menguatkan teori bahwa pinjaman atau pembiayaan dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah atau Baitul Maal Wa Tamwil(BMT) dapat membantu meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Pemberian pembiayaan atau penyaluran pinjaman dari Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat digunakan sebagai tambahan modal untuk meningkatkan perkembangan usaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecil menengah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya kesejahteraan hidup masyarakat juga meningkat.
2. Implikasi Praktis Dari hasil penelitian ini, maka Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri harus memberikan pinjaman atau pembiayaan mudharabah kepada para pengusaha kecil menengah, karena pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang paing ideal bagi usaha kecil menengah yang dapat meningkatkan perkembangan usaha mereka. Selain itu, dalam pemberian pembiayaan mudharabah, pihak bank atau BMT harus melakukan monitoring terhadap usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dari hasil penelitian ini dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada Pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri a. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri, hendaknya dapat memberikan pinjaman atau pembiayaan kepada nasabah dengan angsuran yang bersifat fleksibel, sehingga nasabah dapat mengangsur pembiayaan atau pinjaman dengan lebih mudah. b. BMT Bina Insan Mandiri hendaknya melakukan monitoring secara teratur kepada nasabah pembiayaan agar hubungan antara BMT Bina Insan Mandiri dengan nasabah pembiayaan sebagai mitra kerja terus terjalin dengan baik. c. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri sebaiknya meningkatkan jumlah pembiayaan mudharabah sebab produk pembiayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini sangat potensil dalam membantu permodalan usaha kecil menengah untuk mengembangkan usaha mereka. 2. Kepada Anggota atau nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri a. Bagi nasabah yang memiliki pinjaman atau menerima pembiayaan hendaknya mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya, sehingga operasional BMT akan berjalan lancar, karena jika nasabah tidak mengembalikan pembiayaan tepat pada waktunya dikhawatirkan kas yang ada di BMT akan berkurang sehingga mengganggu kelancaran operasional BMT. b. Sebaiknya pinjaman yang diperoleh dari BMT Bina Insan Mandiri dipergunakan sebagaimana mestinya yaitu untuk meningkatkan permodalan usaha, karena jika dana pembiayaan tersebut tidak dipergunakan sebagaimana mestinya maka dana tersebut tidak akan menghasilkan keuntungan baik bagi nasabah maupun bagi BMT Bina Insan Mandiri.
commit to user