PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha)
Disusun oleh JUITA E J PURBA 050904037
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSTAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama
: Juita E J Purba
NIM
: 050904037
Departemen
: Ilmu Komunikasi
Judul
: Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha)
Medan, Maret 2009
Dosen Pembimbing,
Ketua Departemen,
(Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A) NIP. 131654103
(Drs.Amir Purba, M.A) NIP. 131654104
Dekan FISIP USU,
Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A NIP. 1315757010 Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAKSI Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of a Geisha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha serta untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual geisha dalam film Memoirs Of a Geisha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU uang berjumlah 8500 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10%sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah stratified proportional random sampling dan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan dan mendukung. Serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner dan tanya jawab secara mendalam dengan beberapa responden untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa table tunggal dan kemudian diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film memoirs of a geisha adalah film yang memberikan manfaat kepada mahasiswa, selain memberi hiburan juga memberi informasi tentang budaya Jepang yang unik yaitu profesi geisha. Mayoritas mahasiswa memberikan tanggapan yang negatif terhadap profesi tersebut. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ada sebuah proses dari peranan media dalam pembentukan persepsi mahasiswa terhadap budaya Jepang.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI………………………………………………………………...i KATA PENGANTAR………………………………………………………ii DAFTAR ISI…………………………………...............................................iv DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi DAFTAR TABEL………………………………….......................................vii BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah...............................................................1 I. 2. Perumusan Masalah......................................................................10 I. 3. Pembatasan Masalah.....................................................................11 I. 4. Tujuan Penelitian.......................................................................... 11 I. 5. Manfaat Penelitian .......................................................................12 I. 6. Kerangka Teori.............................................................................12 I. 7. Kerangka Konsep.........................................................................22 I.8 Model Teoritis...............................................................................24 I.9 Operasional Variabel....................................................................24 1.10 Defenisi Variabel Operasional......................................................25 BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Komunikasi Massa......................................................................28 II. 1 1. Karakteristik Komunikasi Massa...................................29 II. 1. 2. Komponen Komunikasi Massa......................................33 II. 1. 3. Fungsi Komunikasi Massa.............................................34 II. 2. Media Massa...............................................................................36 II. 2. 1. Pengertian Media Massa................................................36 II. 2. 2. Fungsi Media Massa......................................................38 II 3. Film.............................................................................................39 II. 3. 1. Sejarah Film...................................................................39 II. 3 2. Jenis-Jenis Film..............................................................42 II. 4. Komunikasi Antar Budaya.........................................................43 II. 5. S-O-R........................................................................................49 II. 6 Persepsi.......................................................................................51 II. 5. 1. Pengertian Persepsi.......................................................51 II. 5. 2. Proses Pembentukan Persepsi.......................................53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film.........................57 III. 1. 1. Universitas Sumatera Utara..........................................57 III. 1. 2. Deskripsi Film Memoirs Of A Geisha..........................73 III. 2. Metode Penelitian.......................................................................78 III. 3. Populasi dan Sampel...................................................................78 III. 4. Teknik Penarikan Sampel............................................................81 III. 5. Teknik Pengumpulan Data...........................................................83 III.6. Teknik Analisa Data......................................................................83
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Analisa Tabel Tunggal....................................................................85 IV. 2. Pembahasan.....................................................................................107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V. 1. Kesimpulan.....................................................................................117 V. 1. Saran...............................................................................................118 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu bentuk media massa, merupaka salah satu representasi realitas yang ada dalam masyarakat. Film merupakan media komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna. Melalui film, berbagai pesan dapat disampaikan kepada audiens yang diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat disampaikan secara holistik. Proses penyampaian pesan yang dilakukanpun efektif dan efesien kerena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual layaknya medium televisi dan memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan membaca buku Pesan yang disampaikan melalui film pun melibatkan banyak faktor dan unsur yang saling melengkapi. Mulai dari proses pra sampai pasca produksi. Proses kreatif dan riset yang panjang sudah barang tentu menjadi suatu kewajiban. Hal ini untuk menunjang kevalidan dan kesesuaian dengan realitas yang ada didalam masyarakat. Proses kerja keras dan riset yang panjang itu tidak lain untuk mendukung terciptanya sebuah mahakarya yang sempurna, dan akhirnya memenuhi tuntutan pasar. Film merupakan sebuah gambar bergerak yang bisa memberikan kita banyak sekali gambaran masa lalu, budaya dan peraturan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya. Memoirs of Geisha, merupakan salah satu film
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
yang memberikan semua gambaran tersebut. Sebuah film yang membawa kita melihat perkembangan yang terjadi di suatu negara yaitu Jepang. Banyak hal menarik yang bisa menjadi bahan kajian dari masyarakat Jepang.
Kecuali
perkembangan
ilmu
dan
teknologinya
yang
semakin
sophisticated, juga hal-hal yang menyangkut budaya dan tradisi. Berbeda dengan negara-negara lain yang melakukan modernisasi dengan menyingkirkan tradisi, Jepang adalah sedikit negara yang bisa melakukan keduanya secara bersamasama, salah satunya adalah tentang Geisha. Nama ini amat identik dengan Jepang, bahkan dalam beberapa segi telah menjadi ikon yang sangat populer. Geisha sangat menarik untuk dikaji karena memiliki kandungan yang kompleks menyangkut perspektif gender, potret kelas sosial masyarakat, tradisi dan seni budaya, serta sisi gelap lainnya berupa prostitusi, bahkan belakangan berkaitan dengan fenomena trafficking atau perdagangan manusia. Tradisi dan status sosial geisha sangat menarik tatkala ditarik kedalam sebuah media film dengan plot yang romantis. Apalagi mengingat adanya distorsi pemahaman dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Pilikan artistik dan bahasa visul menjadi penting tatkala hendak menggambarkan sebuah status sosial dan peran sosail dalam masyarakat. Apalagi posisi tersebut sulit untuk dieksploitasi secara umum. Geisha merupakan salah satu bentuk filosofi dari jutaan kebudayaan jepang yang unik dan berkarakter. Sebenarnya menurut pengertian dari karakter huruf kanjinya, geisha berarti seniman, dimana huruf Gei berarti seni dan huruf Sha berarti pelaku atau orang. Geisha adalah seniwati profesional yang bertugas menghibur tamu yang berkunjung ke tempat dimana ia bekerja. Geisha biasanya bekerja di Ochaya atau
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
kedai teh. Menghibur bukan berarti memberikan “hiburan” tapi menunjukkan berbagai kesenian tradisional Jepang dan bercengkerama dengan tamu tersebut. Geisha muncul untuk pertama kalinya pada sekitar tahun 1600an. Pada masa tersebut yang bekerja sebagai geisha adalah pria, mereka lebih dikenal sebagai Hokan atau pelawak, tugas mereka adalah membuat tamu terhibur dengan lawakan atau tabuhan gendangnya. Lalu pada tahun 1751 muncul geisha wanita untuk pertama kalinya, dia disebut Geiko. Pada tahun 1780 jumlah geisha pria menurun dan sebaliknya jumlah geisha wanita bertambah dan akhirnya pada tanun 1800an, semua geisha adalah wanita. Ada beberapa analisis tentang sebab-sebab munculnya geisha. Salah satunya adalah karena masyarakat Jepang tidak menerima kehidupan poligami. Sebagai kompensasinya, para laki-laki Jepang memiliki wanita simpanan. Geisha inilah yang dijadikan sebagai wanita simpanan karena memiliki sejumlah kelebihan seperti usianya yang lebih muda daripada isteri di rumah, berparas cantik karena secara otomatis telah melalui seleksi di antara para calon geisha, serta memiliki kemampuan aneka seni yang tidak dimiliki oleh isteri di rumah. Geisha mengeksklusifkan diri dengan tinggal di lingkungan yang berbeda dengan lingkungan masyarakat umum. Selain menghibur, geisha juga memiliki banyak andil dalam pegolakan-pergolakan politik di Jepang, hal itu karena sebagian besar perundingan-perundingan politik mengambil tempat di kedai teh dimana geisha bekerja. Mereka banyak mengetahui rahasia-rahasia politik dan ada juga yang turut andil dalam mempengaruhi keputusan seorang politikus pada masa itu. Dikatakan bahwa geisha adalah satu-satunya profesi di Jepang yang menempatkan wanita pada posisi teratas. Profesi ini juga menjadikan wanita
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
sebagai sosok yang dihargai dalam masyarakat Jepang yang konon menempatkan wanita selalu di bawah pria. Film Memoirs Of a Geisha menampilkan sebuah cerita tentang dunia geisha yang penuh rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, dimana perempuan-perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa, dan dimana cinta dicemooh sebagai ilusi belaka. Kisah Sayuri bermula di desa nelayan miskin pada tahun 1929, ketika ia berusia sembilan tahun ia dijual ke sebuah rumah geisha yang terkenal. Tidak tahan dengan kehidupan dirumah itu, dia mencoba melarikan diri, tindakan itu membuat dia terancam menjadi pelayan seumur hidup. Saat meratapi nasibnya di tepi sungai dia bertemu Mr.Chairman, diluar kebiasaan pria terhormat ini mendekati dan menghiburnya dan saat itu Sayuri bertekad akan menjadi geisha, hanya demi mendapat kesempatan bisa bertemu lagi dengan pri itu suatu hari nanti. Melalui sayuri kita menyaksikan suka duka wanita yang mempelajari seni geisha yang berat bahkan bersaing denga sesama geisha memperebutkan pria-pria dan kekayaan mereka. Namun ketika Perang Dunia II meletus, rumah-rumah geisha terpaksa ditutup. Sayuri denga sedikit uang dan dengan sedikit lagi makanan harus mulai lagi dari awal untuk menemukan kebebasan yang langka dengan cara-caranya sendiri. Film ini diperankan oleh bintang-bintang terkenal seperi Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Michelle Yeoh, dan Gong Li. Dalam film tersebut dapat dilihat bagaimana kehidupan geisha dipresentasikan melalui sebuah film, dan bagaimana film dapat memperkenalkan salah satu budaya Jepang yang unik dan berkarakter kepada orang banyak,
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
mengingat peneliti sendiri pertama sekali mengetahui geisha dari film Memoirss of geisha. Dalam film tersebut digambarkan potret kehidupan geisha sebagai produk budaya Jepang
yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni
diantaranya seperti menari, menyanyi, memainkan musik, bermain teater, memakai kimono, merias wajah dengan makeup tebal dan dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara yang anggun dan sesensual bercerita tentang banyak hal dari sastera hingga sejarah, memakaikan jas dan sepatu tamu, dan banyak lagi. Dan sebagai agen seni geisha bukan hanya wanita Jepang yang berkemampuan lebih dalam bidang seni tetapi juga memiliki intelektual dengan aktivitas yang terpola dan terkonsep, hal itulah yang membuat geisha menjadi menarik untuk di jadikan teman berbicara oleh klien-kliennya yang pada umumnya adalah pria yang berpengaruh dan memiliki kekuasaan, mereka bukan saja wanita yang cantik, lembut, memiliki ketrampilan seni atau skill tetapi juga merupakan wanita yang cerdas yang memiliki daya tarik, memiliki etika bergaul, berjalan dan berbicara halus., wanita yang glamour, anggun dan menawan. Seorang geisha sejati juga tidak akan mengotori reputasinya dengan membuat diri bisa disewa laki-laki dengan tarif per malam. Film itu juga bercerita bahwa menjadi geisha bukanlah hal yang mudah karena harus melalui sekolah khusus atau kejuruan, mendapat pelatihan dari dini dan tinggal diruma geisha selama bertahun-tahun, dan yang menjadi geisha bukanlah orang yang sembarangan tetapi hanya wanita-wanita yang memiliki kecerdasan, paras mempesona dan keterampilan seni. Wanita yang pandai berbicara, menjaga rahasia bahkan menciptakan suasana dramatis hanya dengan menggerakkan kipas atau menggoda seseorang dengan hanya menampilkan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
sedikit belakang lehernya atau sekilas pergelangan tangannya. Dalam film dikatakan bahwa geisha adalah artis dan menjadi geisha adalah menjadi sebuah karya seni yang bergerak dan menciptakan sebuah dunia rahasia tempat dimana yang ada hanyalah keindahan. Sebenarnya dunia geisha adalah sebuah wilayah yang kompleks dan penuh teka-teki terutama bagi masyarakat luar. Sebagian orang melihat geisha merupakan sisi gelap masyarakat modern Jepang, tetapi masyarakat, negara dan pemerintah Jepang sendiri tidak pernah mempersoalkannya. Geisha yang sulit dilacak secara pasti tahun-tahun kemunculannya, sampai sekarang tetap eksis dengan perlindungan hukum penuh. Dalam banyak hal negara bahkan memanfaatkannya. Salah satu contoh yaitu yang dialami oleh salah seorang geisha yang bernama Mineko ketika dia diundang menghadiri jamuan makan resmi bersama Ratu Elizabeth di Jepang. Ketika itu ia adalah penari Mai terbaik di Kyoto dan untuk menghormati Ratu Elizabeth, pemerintah Jepang mendudukan ia disebela ratu tetapi kenyataannya Ratu Elizabeth tidak ingin berbicara dengannya bahkan melihatnyapun tidak. Tampaknya Ratu Elizabeth mengiranya adalah pelacur tingkat tinggi (http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66/) Hal itu bisa dipahami karena dalam perilaku dan kejadian tertentu, banyak hal yang menghubungkan geisha dengan dunia pelacuran, melalui film Memoirs Of a Geisha kita dapat melihat bagaimana rekruitmen geisha tidak terbuka, calon Geisha di peroleh melalui proses perdagangan manusia. Kita dapat melihatnya saat tokoh utama Sayuri dan kakaknya dijual oleh orangtuanya kepada makelar yang nantinya akan dijual lagi kepada pemilik rumah geisha. Selain itu geisha
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
selama masa persiapan, masa sekolah, hingga menjadi seorang geisha tinggal di sebuah gion atau semacam rumah penampungan . di dalam gion itu, ada induk semang yang disebut ibu, yang berkuasa penuh atas gion seisinya, termasuk para geisha, geisha magang, dan para pembantunya. Ibu inilah yang mengurus segala keperluan geisha termasuk mengatur pemasukan dan pengeluaran . Semua biaya hidup dan pendidikan geisha, bahkan mungkin pelanggaran-pelanggaran yang bisa dinilai dengan uang ditanggung oleh ibu, tetapi itu semua dihitung sebagai hutang. Bila nanti geisha sudah mengahsilkan uang, mula-mula digunakan untuk mengembalikan hutang yang dimiliki oleh seorang geisha kepada ibu tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/geisha). Kemudian dalam dunia geisha dikenal sebuah peristiwa yang disebut sebagai mizuage, yaitu peristiwa “memerawani”. Ini dilakukan oleh seorang geisha magang yang dianggap sudah layak menjadi geisha sesungguhnya. Orang yang berhak melakukan mizuage adalah siapa yang berani membayar harga paling tinggi. Dalam film ini kita dapat melihat bagaimana keperawanan Sayuri dilelang seharga 15.000 yen, harga mizuage termahal yang pernah ada saat itu. Tetapi setelah mizuage antara geisha dan pembayar tertinggi tidak ada ikatan apapun, dan sebelum peristiwa mizuage diadakan upacara terlebih dahulu. Kemudian seorang geisha dalam menekuni pekerjaan sehari-hari memang sebatas memberikan pelayanan jasa hiburan melalui keterampilan yang ia miliki. Sedangkan dalam konteks sex seorang geisha akan dianggap sukses jika memiliki seorang danna, yaitu lelaki yang memberi perlindungan baik secara mental maupun materil. Seorang geisha akan dianggap gagal bila ia tidak memiliki seorang
pria
yang
bertindak
sebagai
pelindungnya
dan
membiayai
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai gantinya si geisha akan memberi pelayanan seksual. Dan pelayanan itu hanya untuk satu pria yaitu dannanya. Keunikan budaya Jepang yang dilihat dari profesi geisha ternyata memperoleh tanggapan yang berbeda-beda bagi orang Indonesia yang diperepsikan dalam bentuk persepsi. Ada persepsi negative yang mengatakan bahwa profesi geisha berhubungan dengan praktek prostitusi, suatu profesi yang hina, dan memandang geisha sebagai pelacur kelas atas, esensinya sama halnya dengan beberapa artis Indonesia yang menjual dirinya kepada orang-orang kaya dan berpengaruh, dunia yang penuh dengan persaingan diantara sesama geisha yang penuh dengan intrik-intrik untuk mengambil hati kliennya dan beberapa menganggapnya sebagai seorang pelacur politik. Tetapi ada juga persepsi positif yang mengatakan geisha adalah seniman, wanita yang elegan, cerdas, pintar, berwawasan, lembut, ramah, tahu cara menyenangkan hati pria, bukanlah pelacur tetaapi artis yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni, yang mampu menghibur banyak pria, wanita yang menjaga kelestarian budaya dalam bidang fashion
maupun
seni
(http://www.indoforum.org/archive/indexphp).
Dan
memandang geisha adalah korban yang dieksploitasi oleh okiya (pihak rumah geisha) hal itu dilihat dari adanya hak okiya untuk melelang kegadisan geishanya. Hal yang ironis adalah geisha bukan untuk merasakan, bukan untuk mencintai dan memilih, karena geisha adalah seni maha agung yang hidup dalam dunia yang terapung, yang selamanya akan menjadi setengah isteri dan tidak dapat memiliki cinta seutuhnya, dan pada akhirnya geisha menjadi bagian penting dalam kehidupan borjuis Jepang kala itu, dan perannya tidak dapat dianggap sebelah
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
mata. Aura sensualitas menjadikannya pemikat, menjadikannya sebagai bagian dari kultur dan khasanah serta tradisi Jepang, dan menjadi sumber pesona di negara asalnya. Oleh sebab itu disinilah pentingnya komunikasi antar budaya mengingat saat ini dunia sedang menyusut, proses ini sering disebut globalisasi sehingga kapasitas untuk memehami keanekaragaman budaya sangat diperlukan, dimana esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap individu atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. Seperti halnya profesi geisha yang berasal dari Jepang jika dikaitkan dengan budaya Indonesia jelas sangat bertentangan. Dari segi agama, semua agama di Indonesia sangat menentang jika seorang wanita “berhubungan” dengan pria yang bukan suaminya walaupun ia hanya berhubungan dengan satu pria saja, di samping itu kita juga akan menilai sangat tidak bermoral jika wanita dijadikan komoditi untuk melakukan lobi politik walaupun di Indonesia sendiri dalam praktiknya banyak menggunakan wanita sebagai lobi politik. Masalah sosial lainnya yang dapat kita lihat dalam film tersebut yaitu traffickking atau penjualan manusia, undang-undang di Indonesia sangat jelas menghukum tindak pidana orang-orang yang melakukan penjualan manusia dan ironisnya dalam film tersebut yang melakukan penjualan adalah orangtuanya sendiri dengan alasan ekonomi. Berdasarkan pemaparan diatas tidak heran jika oleh peneliti budaya jepang khususnya profesi geisha yang dapat kita lihat dalam film memoirs of a geisha dianggap fenomenal dan unik serta menarik untuk diteliti, disamping adanya kontroversi di
luar Negara Jepang seperti di Indonesia yang melahirkan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
perbedaan persepsi dalam memandang profesi tersebut. Kontroversi lain yang timbul yaitu munculnya keberatan tentang diangkatnya kisah para artis-penghibur tradisional Jepang dalam layar lebar oleh para mantan pelakunya, hal lain yang membuat profesi geisha dalam film memoirs of geisha menarik untuk di teliti yaitu film ini disatu sisi hendak mengetengahkan bahwa sesungguhnya geisha sangat berbeda dengan prostitusi tetapi disisi lain ditampilkan sisi sesungguhnya dunia prostitusi itu. Film memoirs of a geisha adalah film yang meraih enam nominasi academy award yang diadaptasi dari novel yang sangat sukses hasil karya Arthur Golden, yang telah menjual lebih dari empat juta kopi di Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of _a_ Geisha). Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui mengetahui bagaimana persepsi yang terbentuk di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.
I.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap profesi Geisha dalam film Memoirs Of a Geisha?”
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
I.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang hanya berisi uraian situasi atau peristiwa penelitian dan tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi. 2. Responden adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara Program S1 di enam fakultas yang ditentukan dengan cara random sampling yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra dan Hukum yang telah menonton film Memoirs Of a Geisha 3. Penelitian ini hanya ditujukan untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.
I.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha 2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
I.5
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU 2. Secara akademis, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, Khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I.6
Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1997: 40). Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006 : 45).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
I.6.1 Komunikasi Massa Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dilemukaka oleh Bittner (dalam Ardianto,2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan uang dikomunikasikan melaui media massa pada sejumlah besar orang”. Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner (dalam Ardianto,2004:4),”komunikasi massa ialah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Ahli komunikasi massa lainnya, Joseph A Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Komunkasi massa ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar diidefinisikan (Ardianto,2004:6) Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi, “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto,2004:7) Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance(pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Berikut ini adalah perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yaitu (Rakhmat, 1993:219). 1. Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang dketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. 3. Efek konatif (behavioral), yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku. I.6.2
Media Massa Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun
1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas (http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa) Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya dapat dikelompokkan atas: 1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebagainya 2. Media Elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain. Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamai oleh media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang. Namun sifat komunikasinya masih tertunda (delay). Radio bisa menyiarkan berita secara cepat dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali tidak mampu diingat secara baik oleh audiens. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
mampu menghadirkan efek ‘theatre of mind’, yaitu audiens mampu berimajinasi lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu menghadirkan gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan dikurangi. Foto mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan, namun informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam kejadian secara audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan skenario dan penyutradaraan. I. 6. 3 Film Film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Menurut Effendy film diartikan sebagai hasil budaya dan sebagai alat ekspresi kesenian. Film sebagai media komunikasi massa yang merupakan hasil dari berbagai teknologi rekaman suara, kesenian, baik seni rupa, teater, sasra dan arsitektur serta musik. Dalam kaitannya dengan kemampuan film untuk tumbuh dan berkembang sangat bergantung kepada kondisi bagaimana unsur-unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dapat dipadukan sehingga pada akhirnya menghasilkan film yang berkualitas. Dalam perspektif komunikasi Massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi, disamping itu dengan dengan meletakkan film dalam konteks sosial, politik, dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
artinya dengan memahami preferensi penonton yang pada gilirannya menciptakan citra penonton film (Irawanto 1999:11). Film atau motion pictures ditemukan dari hail pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. (Ardianto 2004: 135). Menurut Effendi (2003:210) jenis-jenis film berdasarkan sifatnya adalah: 1. film cerita (story film) 2. film berita (newsreel) 3. film documenter (documentary film) 4. film kartun (cartoon film) Film yang dipertunjukkan di gedung bioskop adalah film teatrikal yang mempunyai persamaan dengan televisi dalam hal sifatnya yang audio visual, hanya saja dibedakan pada mekanik dan non elektronik dalam proses komunikasinya dan dalam fungsinya rekreatif, edukatif, persuasif (non informatif). I.6.4
Komunikasi Antar Budaya Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tidak apat dielakkan dari
pengetian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antarbudaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut (Liliweri,2004:9): 1.
komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya
2.
komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
3.
komunikasi
antarbudaya
merupakan
pembagian
pesan
yang
berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang berbeda latar balakang budayanya. 4.
komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan lain.
5.
komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan oleh orang yang berbeda latar belakang budayanya.
6.
komunikasi atarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan mengahasilkan efek tertentu.
7.
komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
Komunikasi antar budaya memiliki dua saluran yaitu antar pribadi dan media massa (Radio, surat kabar, TV, Film, Majalah), saluranan komunikasi mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya (Lubis, 2002:5).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
I.6.5 Teori S-O-R Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Respon, ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologidan komunikasi adalahsama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme), efek (respon). Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 Model S-O-R
stimulus
Organism : - perhatian -pengertian -penerimaan
Response : Perubahan sikap
Sumber: Effendy,2003:255
Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau dapat ditolak, maka pada proses selanjutnay terhenti. Ini berarti stimulus tersbut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak ada perhatian (attention) dari organisme, jika stimulus diterima oleh organisme berarti adanya komunikasi dan perhatian dari organisme, dalam hal ini stimulus Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
efektif dan ada reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan dalam mengubah sikap. Dalam perubahan sikap ini dapat dilihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsanga semula. Perubahan berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme, dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap. Hovland (dalam Effendy,2003:255) beranggapan bahwa perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. I.6.6 Persepsi Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa latin perception dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu , menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. (Rakhmat 2005:51). Sementara menurut Brian Fellows persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisa informasi. Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, atau indra pendengar), atensi, dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang di kirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks karena manusia bersifat dianmis. Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko(Mulyana 2005:168). Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi juga bisa diartikan sebagai proses. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi. Kita biasanya menganggap bahwa kita bisa melihat hal-hal yang benar-benar faktual atau nyata didunia sekitar kita. Kita mengira bahwa benda-benda yang kita lihat atau persepsi adlah hal-hal yang nyata, sedangkan hal-hal lain seperti ide dan etori merupakan sesuatu yang kurang nyata, bagi setiap orang apa yang dipersepsikan adalah kenyataan (Matsumono, 2004:59)
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Persepsi itu bersifat kompleks dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita dan apa yang terjadi diluar dapat sangat berbeda denga apa yang mencapai otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting dalam memahami komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dala proses ini. Tahapan-tahapan ini tidak saling terpisah, dalam kenyataan ketiganya bersifat kontiniu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain (lihat gambar), Gambar 2 Proses persepsi
Terjadinya Stimulasi alat indra
Stimulus alat indra diatur
Stimulus alat indra dievaluasiditafsirkan
Sumber: Sobur,2003:449
1.
Terjadinya stimulasi alat indra
Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi (dirangsang), kita mendengar suara musik, kita melihat orang yang telah lama tidak kita jumpai, kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Meskipun memiliki kemampuan pengindraan untuk merasaka stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.sebagai contoh bila kita melamun di kelas, anda tidak mendengar apa yang dikatakan dosen sampai dia memanggil nama anda, barulah. anda sadar. Anda tahu bahwa anda mendengar nama anda disebut-sebut tetapi anda tidak tahu apa penyebabnya. 2. Stimulasi terhadap alat indar diatur Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagi prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas atau kemiripan. Orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain dipersepsikan Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
bersama-sama atau sebagai satu kesatuan (unity). Kita mempersepsikan orang yang sering bersama-sama sebagai satu unity (sebagai satu pasangan). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure), kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataan lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap, sebagai contoh kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran sebagai lingkaran penuh meskipun sebagian dari lingkaran itu tidak ada. Atau kita akan mempersepsikan serangkaian titik atau garis putus yang ditata dalam pola melingkar sebagai lingkaran. 3. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi Langkah ketiga dari proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kedua istilah penafsiran-evaluasi digabungkan untuk menegaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektifyang melibatkan evaluasi di pihak pertama. Penafsiran masa lalu tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita (Sobur,2003:449).
I.7 Kerangka Konsep Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasia dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Kriyantono,2006:17). Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha Profesi geisha merupaka sebuah produk budaya bangsa Jepang yaitu seniman yang memiliki banyak keahlian, keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan-perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa. 2. Persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi
dan
menafsirkan pesan. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan unsur yang paling sadar dalam masyarakat.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
I.8 Model Teoritis Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3 Model Teoritis komponen profesi geisha dalam film
komponen Persepsi Mahasiswa
Memoirs Of A Ghesia
Karakteristik Responden
I.9 Operasional variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yaitu:
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 1 Variabel Operasional Komponen
Indikator
Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha
Persepsi Mahasiswa
Karakteristik Responden
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
Status geisha Tugas geisha Tanggung jawab geisha Peranan geisha Ritual geisha Pengenalan Penalaran Perasaan Tanggapan Jenis Kelamin Fakultas Angkatan Suku Agama
I.10 Defenisi Operasional Defenisi
variabel
operasional
adalah
unsur
penelitian
yang
memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 : 46). Defenisi variabel operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha Indikatornya: a. Status geisha yaitu keadaan atau kedudukan geisha
dalam
hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya, jenis status di sini adalah status sosial dan status ekonomi.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
b. Tugas geisha yaitu kewajiban yang harus diselesaikan oleh geisha atau hal-hal apa saja yang menjadi pekerjaan seorang geisha. c. Tanggung jawab geisha yaitu tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, tanggungjawab kepada dannanya, kliennya, dan rumah geisha d. Peranan geisha yaitu tingkat yang diharapkan dimiliki oleh geisha dalam kedudukannya di masyarakat. e. Ritual geisha yaitu ritual yang dilakukan dalam kehidupan seorang geisha antara lain mizuage (keperawanan geisha magang dilelang), san san kudo (ritual saat seorang geisha memperoleh dannanya). 2. Persepsi mahasiswa Indikatornya : a. Pengenalan yaitu adanya pengenalan terhadap rangsangan yaitu profesi geisha dalam film memoirs of a geisha, yang diawali dengan perhatian b. Penalaran yaitu proses sewaktu rangsangan dihubungkan yang rangsangan lainnya, sehingga menimbulkan pemahaman responden terhadap isi film yang menjabarkan kehidupan seorang geisha c. Perasaan, rangsangan,
yaitu baik
kondisi sendiri
emosional maupun
yang
dihasilkan
bersama-sama,
oleh
dengan
rangsangan lain berupa suka atau tidak suka d. Tanggapan yaitu tindakan tersembunyi berupa persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
3. Karakteristik Responden Indikatornya: a. Jenis Kelamin yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan b
Fakultas yaitu dari fakultas mana responden berasal
c. Stambuk yaitu tahun responden menjadi mahasiswa d. Suku yaitu suku dari responden e. Agama yaitu agama yang dianut oleh responden
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Komunikasi Massa Defenisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir komala, dalam Karlinah,dkk.1999), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is maessage comminicated through a mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (Ardianto, 2004:3) Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya Communicology : An Introduction to the Study of Communication, mengatakan bahwa defenisi komunikasi massa adalah sebagai berikut : Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemencar yang audio dan visual. Komunikai massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya, televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Effendy,1993 : 21). Selanjutnya, Maletzke (1963, dalam Rakhmat,1993:188) mengartikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. II.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa Defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004: 7-13) 1. Komunikator Terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut Wright komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Apabila pesan itu disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut : komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak pesan dibuat settingnya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh layout man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk ke mesin cetak. Tahap terakhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar. 2. Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Misalnya, berita pemilihan Lurah di Kelurahan Sukapada Kotamadya Bandung, dapat dianggap memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat kotamadya Bandung, apalagi jawa Barat. 3. Komunikan Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi
antarpersonal.
Komunikator
akan
mengenal
komunikannya,
mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tuatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latarbelakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi. 4. Pesan Serempak Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainya adalah, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relativ banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Keserempakan media massa itu ialah keserampakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara televisi yang ditayangkan oleh station tv setiap harinya, ditonton oleh jutaan pemirsa. Mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di televisi. 5. Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa yang penting adalah isi. Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunukasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan ditentukan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Bersifat Satu Arah Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpesonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudian ada beberapa bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima. 7. Stimulasi Alat Indra yang Terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. 8. Umpa Balik Tertunda (Delayed) Umpan balik atau feedback merupakan factor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
langsung
(direct
feedback)
atau
umpan
balik
yang
bersifat
segera
(immediatefeedback). II.2.2 Komponen Komunikasi Massa Komunikasi massa pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Walaupun kaomunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004 : 36-42): a. Komunikator Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada massa. b. Pesan Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. c. Media Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
d. Khalayak Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak. e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan di filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya. f. Gatekeeper (Penjaga Gawang) Dalam proses perjalanannya sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima. II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Dominick menyebutkan bahwa “fungsi komunikasi massa meliputi fungsi survellance, interpretation, linkage, transmission of values, dan entertainment”. (Ardianto, 2004:15).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
1. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan dikategorikan menjadi dua yaitu: a. Fungsi warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) yaitu terjadi ketika media menginformasikan tentang ancaman bencana alam, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi, ancaman militer, dan lain-lain. b. Fungsi instrumental surveillance (pengawsan instrumental) yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berita acara film bioskop, berita mengenai harga produk, mode, dan lain-lain. 2. Interpretation (penafsiran) Dalam menyelenggarakan fungsi ini, media massa mengumpulkan data danfakta dan selanjutnya memberikan penafsiran atas peristiwa-peristiwa penting.Tujuan penafsiran adalah mengajak pembaca dan pendengar maupun penonton untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut pada komunikasi antar personal dan kelompok. 3. Linkage (pertalian) Fungsi ini dapat dilihat dari peranan media massa dalam menyatukan Masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian)berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi sosialisasi, di mana mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Dalam hal ini media mewakili gambaran masyarakat yang ditonton, didengar, dan dibaca sehingga
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
media massa akan memperlihatkan bagaimana masyarakat tersebut bertindak, berperilaku, dan berharapan. 5. Entertainment (hiburan) Melalui berbagai macam sajian dari media massa, khalayak akan mendapatkan Hiburan yang dikehendakinya dan berita-berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi). II.2 Media Massa II.2.1 Pengertian Media Massa Media massa berasal dari istilah bahasa inggris. Media massa merupakan Singkatan dari mass media of communication atau media of mass communication. Media massa adalah “komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area yang seluasluasnya”. “Komunikasi massa tak akan lepas dari massa, karena dalam komunikasi massa, penyampaian pesannya adalah melalui
media”(McQuail
2005:3) menyatakan bahwa media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Bukan hanya itu, media juga dapat menjadi sumber dominan yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial baik secara individu maupun kolektif, dimana media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. Selanjutnya, media massa memiliki beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Cangara sebagai berikut (Cangara, 2003:134):
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
1. Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Beberapa bentuk media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,radio, dan televisi. Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah, dan lain-lain) dan media non cetak atau elektronik (radio, TV, internet, film). Media elektronik (film, radio, dan televisi ) sendiri memiliki sejarah yang sangat berbeda dari media cetak. Sebagai produk revolusi industri dan teknologi, media elektronik muncul ketika alam demokrasi di AS sudah berkembang secara penuh an urbanisasisudah berlangsung lama, lengkap dengan berbagai persoalan yang dibawanya. Karena itu media elektronik sejak awal sudah bersifat demokratis, dan sejak awal juga khalayaknya adalah masyarakat luas secara keseluruhan, bukan kalangan tertentu saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media elektronik menuntut khalayaknya memberikan perhatian secara penuh karena apa yang disiarkannya tidak akan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
diulang. Kita bisa membaca tentang plato sekarang, lalu meneruskannya sepuluh tahun kemudian. Kita tidak apat menikmati siaran radio dan televisi seperti itu, namun teknologi audio dan vidio kemudian mengubahnya, karena kita bia merekam secara tertentu untuk kita nikmati pada saat kapan saja diluar pada saat acara itu disiarkan. Teknologi sifat dasar elektronik, dan kebutuhan akan dukungan yang besar mengharuskan film, radio dan televisi memiliki khalayak luas atau massal. Program acara radio atau film pendekpun memerlukan biaya yang besar dan menuntut bermacam keahlian mulai dari penulis naskah,produser, sutradara, pemain, insinyur dan teknisi yang menangani berbagai peralatan. Untuk menutup semua biaya itu diperlukan khalayak yang besar (Rivers dkk, 2003:59). II.3.2 Fugsi Media Massa Fungsi dari media massa adalah (Mc.Quail. 1994:70): 1. Informasi Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia Menunjukkan, hubungan kekuasaan, Memudahkan inovasi adaptasi dan kemajuan. 2. Korelasi Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi, menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi, mengkoordinasikan ngbeberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan urutan prioritas dan memberikan status relaif.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
3. Kesinambungan Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. 4. Hiburan Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi, meredakan ketegangan sosial. 5. Mobilisasi Mengkampenyakan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan, ekonomi, pekerjaan dan agama. II.3 Film II.3.1 Sejarah Film Film art adalah seni rupa media paling lengkap, aliran seni yang selama berpuluh-puluh tahun diacuhkan oleh ilmu kesenian dan bahkan sulit bagi para pakar untuk membuat batasannya ini mampu mengkonseptualisasikan berbagai macam bentuk seni; tari, teather, drama, musik, gerak, menjadi satu bentuk paling maju. Dalam menyampaikan pesan, film adalah media paling komunikatif, walau karena teknologinya masih dikuasi oleh segelintir tuan-tuan modal maka tentu saja mahal. Perkembangan video art adalah solusi logis yang lahir dari pensiasatan mahalnya teknologi film yang mendesak film art, sekaligus menunjukkan bagaimana inovasi teknologi bisa mendorong munculnya aliran seni baru, atau, betapa besarnya andil pekerja seni terhadap perkembangan teknologi. Pekerja seni tertarik pada media baru sebagai alat yang kapasitas dan batasannya ingin mereka
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
coba sendiri. Keuntungan video terletak pada faktor ketersediaan dan reproduksinya yang irit. Format film termahal, yakni format 35-mm, tidak bisa dibeli oleh pembuat film eksperimental dari kalangan klas miskin (underground) dan karena itu hanya dikuasai perusahaan-perusahaan produksi film besar. Setelah perang dunia ke-II pembuat film eksperimental terutama kali membuat film dengan format 16mm. Pada tahun 1965 Kodak mengembangkan format amatir super-8. Meskipun di tahun 70-an dan 80-an terjadi booming gerakan super-8, film video yang secara kualitatif termasuk media kelas rendahan masih tetap bertahan. Aspek yang menarik menyangkut berbagai jenis seni rupa media ini adalah, bahwa sebagian besar teknologi yang digunakan awalnya berasal dari perkembangan militer. Video misalnya, dikembangkan untuk pengawasan penerbangan, komputer untuk membaca sandi/kode pihak musuh dan untuk mengevaluasi secara lebih cepat data-data radar, dan internet untuk memperbaiki kemungkinankemungkinan komunikasi militer. Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinipprinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada public Amerika Serikat adalah The Life of an American fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S Porter pada tahun 1903. tetapi film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya sebelas menit dianggap film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar teknik editing yang baik. Tahun 1906 sampai 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerik Serikat, karena pada decade ini lahir film Feature, lahir pula
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
bintang film dan pusat perfilman yang kita kenal dengan Holllywood. Periode ini juga disbut dengan The age of Griffith karena David Wark Griffith-lah yang telah membuat film sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventures of Dolly (1908) dan puncaknya film The Birth of a Nation (1915) serta film Intolarance (1916). Griffith mempelopori gaya beraktig yang lebih alamiah, organisasi cerit yang makin baik, dan yang paling utama mengangkat film menjadi media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan-gerakan kamera yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik, dan teknik editing yag baik. Pada periode ini pula perlu di catat nama Mack Sennett dan Keystone Companynya yang telah membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris Charlie Chaplin. Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun belum sempurna (Ardianto, 2004:134). Industri film adalah industri binis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film itu sendiri(Ardianto, 2004:134 ) .
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
II.3.2 Jenis-jenis Film Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun (Effendy, 2003:210) 1. Film Cerita Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi artistinya. 2. Film berita Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-beanr terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. Kriteria berita itu adalah penting dan menarik 3. Film dokumenter Film dokumenter didefenisikan oleh Robert Flaherty sebagai ”karya ciptaan mengenai kenyataan(creative treatment of actuality) berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter adalah hasil interpretasi pribadi (pembuatnya mengenai kenyataan tersebut). 4. Film kartun Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan dapat dipastikan kita semua mengenal tokoh Donald bebek (Donald duck), Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Serikat Walt Disney. Sebagian film kartun, sepanjag film in diputarkan akan membuat kita tertawa karena kelucuan dari tokoh-tokohnya. II.4.3 Fungsi film Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat dicapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter atau film
yang
diangkat
dari
kehidupan
sehari-hari
secara
berimbang
(http://kuliahkomunikasi.com/?p=23)
II.5 Komunikasi Antar Budaya Pada dasarnya kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat itu sangat unik. Bahasa, cara makan, cara berpakaian, cara bersopan santun, standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari komunitas lain. Perbedaan itu memang tampak kontradiksi, namun kenyataan sejarah menunjukkan adanya sharing of culture yang dapat saling menerima dan mengerti perbedaan itu (Purwasito, 2003:224) Budaya setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, unik dan lokal. Setiap budaya mempunyai simbol yang berbeda-beda. Pandangan dunia memuat nilainilai dan norma dasar yang berkembang diantara komunitas masyarakat. Orangorang asing selalu dianggap sebagai out-group, dipandang sebagai komunitas yang akan mengancam eksistensi in-group, ditandai dengan berbagai betuk superioritas budaya yang ditampilkan. Mereka memproduksi stereotipe dengan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
mengembangkan suatu penilaian umum terhadap budaya lain secara sepihak, yaitu berdasarkan pandangan umum yang biasanya negatif. Stereotipe yang diproduksi itu biasanya sulit berubah meskipun perubahan nilai dan norma berubah. Dalam kenyataan streotipe sebagai cap negatif menempel terus sebagai refrensi individu. Meskipun realitas sesungguhnya cap negatif tersebut hanay sebagai upaya perlindungan terhadap budaya sendiri sehingga stereotipe tidak benar-benar ada atau sungguh-sungguh terjadi demikian nyata dalam masyarakat. Nilai dan norma dasar dari suatu budaya juga melahirkan sikap egoisme dan superioritas kultural yang disebut etnosentrisme, yakni suatu penilaian budaya orang lain berdasarkan ukuran budaya sendiri. Penilaian tersebut dilakukan dengan cara memberi nilai yang baik pada budaya sendiri dan menilai budaya orang lain selalu lebih rendah sedangkan budayanya sendiri dianggap lebih tinggi, lebih baik dan lebih unggul. Hal ini membawa konsekuensi dan pengaruh yang luas dalam tindak komunikasi. Komunikasi antar budaya lebih cenderung dikenal sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian, di mana masalah-masalah kecil
dalam Komunikasi sering diperumit oleh adanya
perbedaan-perbedaan persepsi dalam memandang masalah itu sendiri. Dalam hal ini Komunikasi antar budaya diharapkan berperan memperbanyak dan memperdalam persamaan dalam persepsi dan pengalaman seseorang. Namun demikian karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman – pengalaman yang berbeda sehingga membawa kita kepada persepsi yang berbedabeda atas dunia eksternal kita. komunikasi dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T.Hall(dalam Lubis,2006:2),bahwa ‘komunikasi adalah budaya’ dan ‘budaya adalah komunikasi’. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian–pengertian operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan komunikasi antar budaya. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan: 1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup Kawasan – kawasan di dunia (budaya timur/barat), Sub kawasan-kawasan di dunia (budaya Amerika Utara/Asia), Nasional/Negara (budaya Indonesia/Perancis/Jepang) , Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara (budaya orang Amerika Hutam, budayaAmerika Asia, budya Cina Indonesia), Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya, Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsurunsur dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,processing). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbalserta hubungan-hubungan antarnya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses komunikasi antar budaya misalnya komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengankomunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas.Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya komunikasi antar budaya memberikan pada para partisipan hubungna-hubungan antar peran. ekpektasi, norma-norma dan aturanaturan tingkah laku yang khusus. 3 Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antar budaya (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal II.4.1 Tujuan Komunikasi Antarbudaya Secara umum sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan menjembati perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar menapatkan hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Berbagai pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antarbudaya sering kali timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara efektif dalam berkomunikasi antarbudaya (Liliweri, 2004:254). Menurut William Howel (1982, dalam Liliweri,2004:225), setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu: 1. Seorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu memahami perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran ini dapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikaksi antarbudaya yang efektif 2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini merupakan yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi komunikasi antarbudaya, 3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya mampu berbuat untuk memahami perilaku orang lain, mungkin orang lain menyadari perilaku komunikasi dia. 4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu mengahadapi perbedaan anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang lain. Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan antara lain yang pertama membangun saling percaya dan saling menghormati sebagai bangsa berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan secara damai dengan jalan mempersempit misunderstandimg dengan cara mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari satu bangsa atas bangsa lain.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Litvin (dalam Purwasito, 2003:47) mengatakan bahwa dengan adanya komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik pengaruh yang bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu: 1. Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih baik tentang budaya sendiri dan mengerti bias-biasnya, 2. Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak komunikasi dengan orang lain yang berbeda-beda latar belakang budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis dan langgeng, 3. Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain, sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang, yang mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna kebersamaan 4. Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan an dipahami. Kedua kritis terhadap cultural domination dan cultural homogenization, menerima
perbedaan
budaya
sebagai
sebuah
berkah
bukan
bencana
(Purwasito,2003:44) II.4.2 Budaya dan Persepsi Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan dan citra rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
persepsi seseorang terhadap realitas. Dengan demikian persepsi tersebut terkait oleh budaya (culture-bond). Kelompok-kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik. Larry A Samovar dan Richard E Porter, mengemukakan enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi perepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni (http://kuliahkomunikasi.com): 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kepercayaan (belirfs), nilai (values), dan sikap (attitudes) pandangan dunia (worldview) organisasi sosial (social organization) tabiat manusia (human nature) orientasi kegiatan (activity orientation) persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others).
II. 5 Teori S-O-R Dimulai pada tahun 1030-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Respon. Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengatakan kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-OR ini dapat berlangsung secara positif atau negatif. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengaharapkan dan memperkirakan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dari model ini adalah: 1.
Pesan (stimulus,S)
2.
Komunikan (Organism, O): perhatian, pengertian, penerimaan
3.
Efek (respon, R):perubahan sikap
Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap ada tiga variabel yang penting menunjang proses belajar tersebut yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan. Sikap yang dimaksud disini adalah kecendrungan bertindakan, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap, dengan demikian pada kenyataan tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap juga bukanlah sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan. Sikap
mengandung
aspek
evaluatif
artinya
mengandung
nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial. Dengan demikian ahli psikologi sosial biasanya memandang sikap sebagai gabungan dari komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku. Mann (1969, dalam Azwar,1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Adapun komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi, aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi dengan cara-cara tertentu (Sobur, 2003:358-362).
II.6 Persepsi II.6.1 Pengertian Persepsi Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada defenisi John
R Wenburg dan William W Wilmot: ”Persepsi
didefenisikan sebagai cara organisme memberikan makna”, atau defenisi Rudolf F.Verderber:
”Persepsi
adalah
proses
menafsirkan
informasi
indrawi”
(Mulyana,2005:167). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Perepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi drajat kesamaan persepsi antar individu, semakin sering dan semakin mudah mereka berkomunikasi (Mulyana, 2005:167-268). Persepsi sering dimaknakan dengan pendapat, sikap, penilaian, perasaan dan lain-lain. Yang pasti tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap selalu berhadapan dengan suatu objek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi melibatkan aktivitas manusia terhadap objek tertentu, maka persepsi selalu menggambarkan pengalaman manusia tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang objek terebut. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (lingkungan sosial). Lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis. Persepsi terhadap lingkungan fisik sangat berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial, perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut: 1.
2.
3.
Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal maupun non verbal. Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dan sebagainya). Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek.
Persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi perepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Faktorfaktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilainilai dalam masyarakat (Rakhmat, 2005:58).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
II.6.2 Proses Persepsi Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi sebagai telaah ilmiah berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumus ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus-responden/S-R), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang mengahasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan, tanggapan. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan. Gambar 4 Variabel psikologis di antaran rangsangan dan tangapan
Penalaran Rangsangan
Persepsi
Pengenalan
Tanggapan Perasaan
Sumber: Sobur,2003:447
Rasa dan nalar merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangatanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan indivdu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Secara singkat persepsi dapat didefenisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaranadalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik sendiri atau bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi ari cara di amemandang. Oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Dalam persepsi terdapat tiga komponen utama berikut (Sobur, 2003:446): 1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak apat bertindak secara efektif. Persepsi
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
adalah sumber utama dari pengetahuan itu. Dari defenisi yang dikemukakan oleh Pareek (dalam Sobur, 2003:451) yaitu ” proses menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: 1.
Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. 2.
Proses menyeleksi rangsangan
Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsanga itu disaring dan diseleksi untuk proses yang lebih lanjut. 3.
Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokan (berbagai rangsanga yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecendrungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan gejala atau rangsangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan persepsi (ada suatu kecendrunan untuk menstabilkan perepsi, dan perubahanperubahan konteks tidak mempengaruhinya).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
4.
Proses penafsiran
Setelah rangsanga atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. 5.
Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. 6.
Proses reaksi
Tahap terakhir dari proses perseptual adalah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakuka jika seseorang bertindak sehubungan denga persepsinya. Misalnya seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi yang baik atau buruk sesuai dengan yang dibentuknya. Lingkaran persepsi tersebut sebenarnya belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan . tindakan ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi tersebut. Satu gejala yang telah menarik perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah ”pembentukan kesan”(Sobur, 2003:463).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film
III.1. 1 Universitas Sumatera Utara (USU) III.1.1.1 Sejarah Universitas Sumatera Utara Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara. Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Fakultet. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), dan Fakultas Farmasi (2007). Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006). Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU (www.usu.ac.id). III.1.1.2. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi: University of Industry b. Misi: 1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik dan profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi. 2. Memperluas dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran. 3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah, teknologi, seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan daya saing masyarakat (www.usu.ac.id) c. Tujuan: 1. Memperluas
partisipasi
dalam
pelayanan
pendidikan
bagi
masyarakat dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional serta memodernisasi cara pembelajaran
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah, teknologi dan seni/budaya serta kemanusiaan. 3. Mengembangkan
pusat
informasi
serta
sistem
teknologi
komunikasi dan sisem penjaminan mutu yang handal. 4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien dan demokratis 5. Mewujudkan lingkungan pengajaran dan pelajaran yang kondusif 6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar departemen/program studi 7. Membangun
kemampuan
pendanaan
sendiri
melalui
kerjasama/kemitraan dalam usaha-usaha ventura. 8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk pengetahuan
ilmiah,
konsep-konsep,
pemecahan
masalah
industrial, jasa, tenaga ahli dan lain-lain 9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus kepada pembelajaran sesuai kebutuhan (www.usu.ac.id). III.1.1.3 Struktur Organisasi USU Struktur organisasi USU sebagai PT-BHMN terdiri dari Majelis Wali Amanat (MWA), Dewan Audit, Unit Usaha Komersial, Senat Akademik, Pimpinan Universitas (Rektor dan Pembantu Rektor), Dewan Guru Besar (DGB), Sekretaris Eksekutif, Satuan Audit Internal, dan Satuan Penjaminan Mutu (organisasi sentral); Fakultas, Sekolah Pasacasarjana, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (unsur pelaksana akademik); Biro Akademik, Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Kemahasiswaan dan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Kealumnian, Biro Perencanaan dan Kerjasama, dan Biro Pengembangan dan Pemeliharaan Aset (unsur pelaksana administratif); dan Perpustakaan dan Sistem Informasi, Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, Unit Usaha non komersial dan unit pengadaan (unsur penunjang).
Gambar 3.1
Struktur organisasi USU
Sumber: www.usu.ac.id
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
1. Majelis Wali Amanat (MWA)
Majelis Wali Amanat (MWA) adalah organisasi tertinggi Universitas. MWA merupakan suatu badan independen dengan anggota sebanyak 21 orang yang terdiri dari satu orang mewakili Pemerintah Pusat (Menteri Pendidikan Nasional), Rektor, delapan orang mewakili Senat Akademik, dan sebelas orang mewakili masyarakat. MWA bertugas untuk menetapkan kebijakan umum dalam bidang non akademik, mengangkat pimpinan Universitas dan memberhentikannya, mensahkan rencana strategis, rencana kegiatan dan anggaran tahunan, mengevaluasi kinerja pimpinan Universitas, menyampaikan laporan tahunan, dan rekomendasi/pendapat kepada Menteri Pendidikan Nasional. MWA berfungsi untuk mewakili kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat dalam pengelolaan universitas. 2. Senat Akademik (SA) Senat Akademik (SA) adalah badan normatif tertinggi dalam bidang akademik. Keanggotaan SA terdiri dari Rektor dan para Pembantu Rektor, para Dekan, perwakilan dosen guru besar dan dosen non guru besar, Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi dan Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 3. Dewan Guru Besar Dewan Guru Besar (DGB) berfungsi sebagai dewan penasehat dalam hal pengembangan keilmuan dan kualitas pendidikan di Universitas.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
4. Dewan Audit Dewan Audit (DA) dibentuk oleh Majelis Wali Amanat (MWA) yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal atas nama MWA. 5. Pimpinan Pimpinan
universitas
berfungsi
untuk
menyelenggarakan
pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Universitas yang dipimpinnya. Adapun pimpinan universitas periode 2005-2010 yakni: 1) Rektor : Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K) 2) Pembantu Rektor I bidang akademik : Prof. Dr. Sumono, M.S 3) Pembantu Rektor II bidang kepegawaian dan keuangan : Prof. Dr. Drs. Subhilhar, M.A. 4) Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaandan Alumni: Dr. Linda Maas, M.P.H. 5) Pembantu Rektor IV bidang Perencanaan dan Kerjasama : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. 6) Pembantu Rektor V bidang Aset dan Perlengkapan : Ir. Isman Nuriadi 7) Sekretaris Eksekutif : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ak. Pimpinan Fakultas: 1) Direktur Sekolah Pascasarjana :Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, M.Sc. 2) Dekan Fakultas Kedokteran :Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH 3) Dekan Fakultas Hukum :Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. 4) Dekan Fakultas Pertanian :Prof. Dr. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
5) Dekan Fakultas Teknik :Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Sc. 6) Dekan Fakultas Ekonomi :Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. 7) Dekan Fakultas Kedokteran Gigi :Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D. 8) Dekan Fakultas Sastra :Drs. Wan Syaifuddin, M.A., Ph.D. 9) Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam :Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. 10) Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik:Prof. Dr. M. Arief Nasution, M.A. 11) Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat :Dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. 12) Dekan Fakultas Farmasi :Prof. Dr. Sumadio, Apt. 13) Dekan Fakultas Psikologi : Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K) Pimpinan Lembaga : Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat: Prof. Dr. Darwin Dalimunthe, Ph.D. Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi: Drs. A. Ridwan Siregar, S.H., M.Lib. 6. Audit Internal Audit internal diangkat dan bertanggung jawab kepada Rektor. Tujuan unit ini adalah mengevaluasi dan memberikan rekomendasi berkaitan dengan kinerja seluruh unit Universitas. Dalam organisasi terdahulu fungsi dari Auditor Internal terfokus hanya pada evaluasi keuangan. Dalam organisasi yang baru Auditor Internal mengevaluasi baik kinerja non akademik maupun akademik.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
III.1.1.4 Program Studi 1. Keunggulan Kompetitif Diawali dengan membuka sekolah kedokteran, USU memposisikan diri sebagai universitas unggulan. Proses pendidikan dan penelitian melibatkan 1.680 orang dosen, 78% di antaranya memiliki latar belakang pendidikan pascasarjana. Hingga saat ini USU memiliki lebih dari 103.000 alumni yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Sejumlah alumni menempati posisi penting di berbagai sektor kerja, baik pemerintahan maupun swasta. Program studi bidang kesehatan seperti Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi saat ini menjadi primadona bagi mahasiswa asing terutama yang berasal dari Malaysia. Program studi pada Fakultas MIPA dan Pertanian menjadi ujung tombak berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Program Studi Etnomusikologi memiliki kekhasan tentang musik-musik etnik di Sumatera. Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik banyak terlibat dalam pengembangan hukum dan penataan administrasi pemerintahan. Sebuah produk penjernihan air - Ferro Filter - hasil penemuan dosen Fakultas Teknik sedang dalam proses pengurusan hak paten, telah banyak digunakan di berbagai wilayah Sumatera. USU memiliki 12 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 127, terdiri dari 8 tingkat doktoral, 28 magistar, 15 spesialis, 5 profesi, 50 sarjana, 6 sarjana sains terapan, 15 ahli
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
madya. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini 30.600 orang dimana 503 diantaranya adalah mahasiwa asing. 2. Kategori Pilihan Program Studi a. Diploma III (D-III) Terdiri
dari
program
studi
Keperawatan,
Akuntansi,
Keuangan,
Kesekretariatan, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Perpustakaan, Pariwisata, Kimia Industri, Kimia Analis, Statistika, Analis Farmasi, Fisika Instrumentasi, Komputer, Perpajakan b. Diploma IV (D-IV) Terdiri dari Teknologi Kimia Industri, Teknologi Mekanik Industri, Teknik dan Manajemen Pabrik, Teknologi Instrumentasi Pabrik, Kebidanan. c. Strata 1 (S-1) Ilmu Kedokteran, Ilmu Hukum, Ilmu Tanah,Teknik Pertanian, Teknologi Hasil
Pertanian
Agronomi
Pertanian/Agrobisnis,
Pemuliaan
Tanaman,
Sosial
Ekonomi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Produksi
Ternak, Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Teknologi Hasil Hutan, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Elektro, Arsitektur,
Ekonomi Pembangunan,
Akuntansi, Manajemen, Ilmu Kedokteran Gigi, SastraInggris, Sastra Indonesia, Sastra Arab, Sastra Batak, Sastra Melayu, Sastra Jepang, Ilmu Sejarah, Etnomusikologi, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Sastra Cina, Biologi, Kimia, Matematika, Fisika, Ilmu Komputer, Teknik Perangkat Lunak, Ilmu Komunikasi, Ilmu Adminitrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Politik, Sosiologi, Antropologi.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
d. S-1 Ekstension Terdiri
dari
program
studi
Manajemen,
Akuntansi,
Ekonomi
Pembangunan/Perbankan, Teknik sipil, teknik mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Kimia, agronomi, Sosial Ekonomi Pertanian, Ilmu Hukum, Sastra Ingris, bahasa Jepang, Ilmu Perpustakaan, Kesehatan masyarakat, Kimia, Matematika, Biologi, Fisika, Ilmu Keperawatan, Farmasi, Ilmu Adminitrasi Negara, Ilmu Komunikasi. e. Program Pasca Sarjana (S-2) Terdiri dari Agronomi, Ilmu Tanah, Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Ilmu Hukum, Ilmu Kimia, Biomedik Linguistik Magister Manajemen Kesehatan Kerja Administrasi Kebijakan Manajemen
Kesehatan Akuntansi
Kesehatan Ekonomi
Lingkungan
Industri
Pembangunan
Farmasi
Matematika
Ilmu Studi
Pembangunan Fisika Kenotariatan Teknik Mesin Teknik Sipil Arsitektur Teknik Industri Teknik Kimia Psikologi Biologi Ilmu Kedokteran Tropis. III.1.1.5 Infrastruktur USU a. Infrastruktur USU terdiri dari dua kategori, yaitu: 1. Tanah 2. Bangunan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 2 Infrastruktur USU No
Kategori
1
Tanah 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
2
Luas (m2)
Kampus Padang Bulan Pusdiklat Kebun Percobaan Tumbuhan A Lahan Simalingkar Bungalow Berastagi Area Keperawatan Lahan Kampus Kuala Bekala Lahan Perkebunan
1.160.030 28.301 6.040.000 12.360 2.855 38.242 3.000.000 60.000.000
Jumlah
70.281.788
Bangunan 1) Fakultas 2) Lembaga 3) Perpustakaan 4) Kantor Pusat Administrasi 5) Unit Penunjang 6) Gedung Pertemuan 7) Asrama 8) UKM 9) Wisma 10) Pusdiklat 11) Gedung Olah Raga 12) Lain-lain Jumlah
133.141 1.605 7.634 6.414 4.239 8.993 2.258 2.189 638 861 1.744 15.806 184.422
Sumber: www.usu.ac.id
b. Unsur Penunjang sejumlah unsur penunjang (Unit Pelaksana Teknis) ikut berperan aktif mendukung proses belajar mengajar di lingkungan USU antara lain:
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
1. Perpustakaan; perpustakaan menyediakan bebagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU merupakan yang terbaik saat ini. 2. UPT. Penerbitan dan Percetakan USU (USU Pers) 3. UPT. Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat USU 4. UPT. Pusat Komputer 5. Unit Pengembangan Pendidikan (UPP) 6. Unit Audio Visual dan Elektronik (Avel) Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM) 7. Laboratium Ilmu Dasar (LIDA/MKDU) 8. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM) 9. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengabdian Pada Masyarakat (Pusdiklat/PPM) 10. Pusat bahasa 11. Workshop/Bengkel 12. Badan Koordinator Olahraga (Bakor)
c. Fasilitas Lainnya
Adapun fasilitas lain yang membentuk terbentuknya kehidupan sosial di lingkungan kampus antar lain:
1. Asrama Mahasiswa 2. Koperasi Keluarga Besar USU 3. Poliklinik USU 4. Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK USU) Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
5. Wisma USU 6. Rumah Ibadah 7. Warung Pos dan Telekomunikasi – KKB USU 8. Kantor Pos 9. Bank 10. Auditorium 11. Gelanggang Mahasiswa 12. Organisasi Kemahasiswaan
III 1.1.6 Organisasi Kemahasiswaan
Organisasi Kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri ke arah penemuan wawasan, meningkatkan kecendikiawanan serta integritas kepribadian. Organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas disebut Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) USU yang merupakan wadah perwakilan tertinggi mahaiswa. Untuk menjabarkan dan melaksanakan garis-garis besar program kerja SMPT USU serta membina dan mengembangkan bakat, kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam bidang kegiatan tertentu maka dibentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Adapun UKM yang terdapat di USU yakni:
1. Menwa (Resimen Mahasiswa) 2. Pramuka 3. Kompas (Korps Mahasiswa Pecinta Alam) 4. Suara USU 5. Ad-Dakwah Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
6. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 7. KMK USU (Kebaktian Mahasiswa Kristen) USU 8. UKM olahraga dan kesenian: basket, bulu tngkis, lembaga kesenian, pencak silat 9. Radio USU Kom 10. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa USU (BKBM)USU
III.1.1.7 Lokasi Kampus
Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan sejak tahun 1957, sebelumnya beberapa Fakultas di lingkungan USU menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di kota Medan termasuk di antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Ditiro, Jalan Sempali, dan Jalan Gandhi. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran kota Medan, kemudiaan dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 ha yang berada ditengahnya. Kampus Padang Bulan dapat dicapai dengan mudah baik dari pusat kota maupun dari bandar udara. Jarak kampus dengan pusat kota (Lapangan Merdeka) sekitar 15 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan taksi selama sekitar 20 menit atau dengan bus mini angkutan kota selama sekitar 30 menit. Jarak kampus dengan bandar udara Polonia Internasional Airport sekitar 6 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan taksi selama sekitar 15 menit. Perkembangan jumlah mahasiswa USU dalam satu dekade terakhir, lebih dari 30.000 orang pada tahun 2007, dan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020, telah mendorong USU untuk mengupayakan pengembangan lahan kampus sebagai perluasan dari lahan kampus Padang Bulan. Oleh karena itu, sebuah kampus baru sebagai kampus kedua sedang dipersiapkan yang berlokasi di Kwala Bekala, sekitar 15 km dari kampus Padang Bulan, dengan luas 300 ha atau hampir tiga kali luas kampus Padang Bulan. Lahan kampus Kwala Bekala yang telah dipagar keliling dengan tembok saat ini digunakan sebagian sebagai arboretum - hutan pendidikan, pembenihan kelapa sawit, kebun bunga dan holtikultura, peternakan dan pembuatan waduk.
Kampus Kwala Bekala direncanakan akan menampung aktifitas akademik, sosial dan industri dalam: (1) Zona Akademik dan Laboratorium Terpadu; (2) Zona Pendukung (club house, komersial, fasilitas umum dan fasilitas sosial); (3) Zona Arboretum - Hutan Pendidikan; (4) Zona Pembenihan Sawit; dan (5) Zona Peternakan. Kampus Kwala Bekala memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang dituangkan dalam rencana induk yang berfungsi sebagai pedoman dan pengendali pembangunan dan pemanfaatan ruang yang khusus berlaku pada kawasan kampus Kwala Bekala. Dengan demikian, diharapkan proses pertumbuhan fisik pada kampus ini dapat terkendali dan selaras, sehingga tidak memperburuk kualitas lingkungan (www.usu.ac.id)
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
III.1.2 Deskripsi Film Memoirs of A Geisha Memories of Geisha adalah film yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Arthur Golden. Film yang telah memenangkan 6 nominasi dalam Academy Awards ini diproduksi oleh Amblin Entertainment milik Steven Spielberg dan disutradarai oleh Rob Marshall. Memoirs of Geisha dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 9 Desember 2005 oleh Columbia Pictures, DreamWorks, dan Spyglass Entertainment. Film ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris terkenal, seperti Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Gong Li, Michael Yeoh, Youki Kudoh dan Shizuka Ohgo (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of _a_ Geisha) Film ini menampilkan sebuah cerita tentang dunia geisha yang penuh rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, dimana perempuanperempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa, dan dimana cinta dicemooh sebagai ilusi belaka. Kisah Sayuri bermula di suatu perkampungan nelayan miskin tahun 1929, Satsu dan Chiyo (kakak beradik) dijual oleh orangtuanya yang miskin kepada pemilik Okiya (geisha house). Malangnya Chiyo harus terpisah dengan Satsu, karena Satsu (kakaknya) dijual ke sebuah rumah bordil. Mulailah Chiyo kecil hidup di Okiya di tengah Gion perkampungan geisha Kyoto yang berada di balik lembah sempit. Selama bekerja di Okiya, Chiyo diperlakukan dengan kasar, bahkan kerap dipukuli dan disiksa. Karena tak tahan lagi, ia dan sang kakak pun berencana untuk kabur. Rencana kabur Chiyo dan kakaknya hanya satu kesempatan, jika
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
mereka tidak bisa bertemu pada tempat yang telah disepakati, maka kakak beradik itu tidak bisa bertemu untuk selamanya. Namun sayang, mereka gagal bertemu kembali di tempat tujuan yang sudah ditentukan, karena Chiyo berhasil tertangkap dan segera dikembalikan ke rumah geisha itu. Chiyo kecil (Zhang Ziyi) hidup prihatin di Okiya. Chiyo melakukan pekerjaan rumah dan harus bersekolah untuk belajar seni geisha berupa tari, musik, cara memakai kimono, cara berhias dan manata rambut bersama teman kecilnya Pumpkins. Chiyo pun sedikit demi sedikit mulai mengenal dunia geisha dari Hatsumomo (Gong Li) seorang geisha cantik bertempramen buruk. Di sebuah jembatan, Chiyo kecil duduk merenungi nasib hidupnya yang telah ditinggal pergi kedua orangtuanya dan hidup sebatang kara.Tiba-tiba seorang pria mendekatinya yang didampingi dua orang geisha. Pria ini adalah Chairman (Ken Watanabe). Chairman dengan senang hati menghiburnya dan membelikan es krim serta menghadiahkan saputangan miliknya. Dengan sikap Ken yang ramah, Chiyo mulai jatuh hati dan berharap suatu hari nanti bisa menjadi geisha-nya. Dengan berjalannya waktu, impian Chiyo menjadi kenyataan saat saingan Hatsumomo, yaitu geisha terkenal bernama Mameha (Michelle Yeoh) datang dan meminta Chiyo kepada Nitta (pemilik Okiya) untuk dijadikannya murid. Mameha bertaruh dalam waktu enam bulan ia sanggup menjadikan Chiyo sebagai geisha terkenal. Mameha pun mengajari semua teknik yang ia miliki dan yang diperlukan untuk menjadi seorang geisha sejati. Mulai dari menari tarian tradisional (tachikata), bernyanyii (jikata), memainkan shamisen (kecapi khas jepang), merangkai bunga, mengenakan kimono, mengerti tata cara seremonial minum teh secara formal, serta melayani tamu dengan cara-cara yang sangat sopan dan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
beretiket. Tak hanya itu, Mameha pun mengganti nama Chiyo yang sudah cukup dewasa (diperankan oleh Zhang Ziyi) menjadi Sayuri. Sayuri pun tumbuh menjadi seorang geisha yang sangat sukses hingga membuat geisha lain, termasuk Hatsumomo, dengki dan iri hati. Meski segala cara dilakukan oleh Hatsumomo, namun tetap tak berhasil menjatuhkan Sayuri. Sampai suatu saat, Sayuri berjumpa kembali dengan Iwamura Ken, dan ia pun ditaksir oleh para kolega dekatnya. Mameha mengajarkan Chiyo trik melukai dirinya sendiri dengan menggores pisau sepanjang kira-kira 5 cm pada paha kanan nya. Luka ini dimaksudkan Mameha untuk menarik perhatian Dr. Crab yang akan dimintai merawat luka Chiyo.Dr. Crab adalah pria yang paling dikenal sebagai penawaran tertinggi mizuage (keperawanan) seorang geisha. Setelah perawatan luka itu, Chiyo (Sayuri) tampil tunggal dalam pementasan tari disaksikan banyak pembesar yang di antaranya Chairman, Nobu, dan Dr. Crab. Sayuri pun menjadi bintang dalam sebuah pesta taman yang diadakan Nobu direktur perusahaan Iwamura Electric. Di pesta ini Sayuri disambut oleh Chairman (rekan Nobu) yang mengajaknya berjalan di taman. Percakapan sejenak Sayuri dan Chairman dibawah mekarnya bunga Sakura seakan-akan merupakan salah satu detil menarik yang merayakan pertemuan Sayuri dengan Chairman yang diam-diam dikaguminya. Dan bergugurannya bunga Sakura seakan menandakan kesukacitaan ini tampaknya. Sebagai tanda perhatiannya Chairman mengambill bunga Sakura yang tersangkut di rambut Sayuri. Sebagai geisha terkenal, Sayuri ternyata berhasil menarik minat Dr. Crab yang berani membayar sejumlah 15.000 yen untuk keperawanannya (mizuage),
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
suatu harga tertinggi yang diterima seorang geisha saat itu. Berkat kesuksesannya itu, ia tidak hanya dapat melunasi utangnya selama menjadi pembantu namun ditunjuk sebagai pewaris Ibu Nitta, sang pemilik rumah geisha itu. Hal ini membuat Hatsumomo menjadi cemburu dan iri hati. Oleh karena itu Hatsumomo sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Sayuri.Hatsumomo memasuki kamar Sayuri dan menemukan sebuah sapu tangan berinisial nama seorang pria. Sapu tangan ini sangat berarti bagi Sayuri karena mengingatkannya kepada seorang pria yang pernah dijumpainya pertama kali di sebuah jembatan saat kecil. Ia sedang duduk merenungi nasib dirinya yang telah ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya, merenungi nasib hidupnya yang tinggal sebatang kara. Pertemuan Chiyo dengan Chairman inilah yang menumbuhkan kepercayaan dirinya sehingga lebih menguatkan tekadnya untuk menjadi geisha. Chiyo ingin menjadi geisha sebagai batu loncatan dalam hidupnya. Mengetahui Hatsumomo memasuki kamarnya, Sayuri meminta Hatsumomo keluar, namun Hatsumomo menemukan sapu tangan kenangannya dan mengambilnya serta akan membawanya. Ini membuat Sayuri tampak marah, dengan berusaha merebut kembali sapu tangannya. Konflik pun tak bisa di cegah lagi. Sayuri menyerang Hatsumomo hingga menjatuhkan sebuah lampu tempel yang berada di atas meja dan menyebabkan lantai terbakar. Bukannya mencoba memadamkan api, sebaliknya Hatsumomo menjadi bertambah kemarahannya dan mengambil dua buah lampu tempel dan memecahkannya ke lantai sehingga okiya pun terbakar. Puncak konflik ini, Hatsumomo di usir dari okiya. Sayuri menatap kepergian Hatsumomo dari balik pecahan jendela okiya di lantai dua dengan tidak menampakkan dendam.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Hatsumomo terusir dan untuk terakhir kalinya Hatsumomo memandangi lagi okiya yang telah sekian lama menjadi rumah tinggalnya dan kini harus ditinggalkannya untuk selamanya. Sayuri semakin terkenal sebagai geisha di Kyoto. Sayang puncak prestasinya ini harus terhenti sejenak karena pecahnya Perang Dunia II dan okiya terpaksa harus ditutup. Namun Sayuri mengungsi dengan selamat karena bantuan Nobu yang adalah pelanggannya. Chairman (rekan Nobu) yang mengatur perjalanannya dan memastikannya selamat sampai ke tujuan. Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Nobu kembali menemui Sayuri dan meminta bantuannya untuk menarik perhatian Derrick, tentara AS calon investornya. Namun Nobu sempat kecewa setelah mengetahui Sayuri ternyata menolak memberikan perhatian lebih kepada Derrick. Oleh karena itu, untuk membayar kecewaan Nobu ini, Sayuri secara diam-diam meminta bantuan Pumpkins agar Derrick menemui dirinya di kamar pukul 9 malam. Sayuri berharap Mameha, Chairman dan Nobu yang sedang bercengkrama di taman tidak mengetahui peristiwa ini. Tetapi Pumpkins yang mengetahui betapa dalamnya perasaan Sayuri kepada Chairman membocorkan kejutan Sayuri yang berniat menyerahkan segalanya kepada Derrick karena Nobu. Perbuatan Sayuri pun diketahui Chairman dan membuatnya kecewa. Akhir cerita film ini, Sayuri mendapat undangan menemui seseorang di sebuah taman. Sayuri pun menunggu dengan dandanan dan kimono cantikTanpa diduga, ternyata tamu yang di temuinya adalah pria pujaan hati Sayuri yaitu Chairman. Sayuri menjadi terkejut dengan setengah tak percaya. Pria idamannya
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
berada di depan matanya. Chairman yang berharap dirinya belum terlambat untuk bisa diterima hatinya oleh Sayuri.
III.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain itu penelitian ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku,
mengamati
gejala
dan
mencatat
dalam
buku
observasinya
(Rakhmat,2004:4).
III.3 Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1997:141) Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa USU program S-1 yang masih aktif sebagai mahasiswa yang telah menonton film Memoirs Of A Geisha. Adapun alasan peneliti memilih mahasiswa USU adalah karena mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang mengecap pendidikan di
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
tingkat teratas. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan unsur yang paling sadar dalam masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi/universitas. Universitas sebagai lembaga yang banyak hubungannya keluar, merupakan lembaga yang mampu menyaring informasi dan lambang-lambang budaya dari luar negeri (Sunario, 1993:18). Dari sekian banyak universitas di Sumatera Utara peneliti memilih USU dengan alasan bahwa USU adalah salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Sumatera Utara dan termasuk sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia. USU berada pada urutan kesepuluh universitas terbaik di Indonesia. Peringkat itu didasarkan pada survei majalah Globe Asia. USU bersama Universita sHassaniddin merupakan perguruan tinggi milik pemerintah di luar Pulau Jawa yang masuk dalam daftar ranking (Seputar Indonesia, Edisi 27 Febuari 2008). Dari 12 fakultas di USU diambil enam fakultas dengan cara Random Sampling yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra, dan Hukum. Adapun alasan peneliti memilih enam fakultas yaitu karena duabelas fakultas dianggap terlalu banyak maka populasi diperkecil menjadi enam fakultas dan hal itu juga terkait dengan keefesienan waktu penelitian.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 3 Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler Aktif USU Angkatan 2006 Fakultas Kedokteran Gigi Kesehatan Masyarakat Ekonomi Teknik Sastra Hukum Total Populasi
Jumlah Mahasiswa 587 1100 1960 2438 1151 1264 8500
Sumber : BAA USU Per 31 Juli 2008
b. Sampel Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Nawawi (1997: 144) mendefenisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan caracara tertentu. Karena jumlah populasi yang culup besar dan heterogen maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presesi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Kriyantono 2007:160), sebagai berikut: n=
N N (d ) 2 + 1
n=
8500 8500(0,1) 2 + 1
8500 86 n= 99 orang n=
Keterangan : N = Populasi n = Sampel
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
d = Presis (digunakan 10%) III.4 Teknik Penarikan Sampel
Teknik
Penarikan
Sampel
(teknik
sempling)
diperlukan
untuk
memastikan setiap unsur dalam populasi berpeluang untuk dijadikan sampel. Adapun langkah-langkah teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Stratified Proportional Sampling
Dalam teknik ini populasi dikelompokkan dalam kategori yang disebut strata. Penggunaan teknik ini dengan pertimbangan bahwa adakalanya banyaknya subyek dari setiap strata tidak sama, oleh karena itu untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata. Adapun rumus yang digunakan (Suparmoko, 1999:):
Sampel1 =
Populasi1 × Total Total Populasi
Sampel
Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap fakultas adalah:
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4 Stratifed Proportional Random Sampling Fakultas Kedokteran Gigi
Populasi 587
Penarikan Sampel 587 × 99 8500
Sampel 7
Kesehatan Masyarakat
1100
1100 × 99 8500
13
Ekonomi
1960
1960 × 99 8500
23
Teknik
2438
2438 × 99 8500
28
Sastra
1151
1151× 99 8500
13
Hukum
1264
1264 × 99 8500
15
Total Sampel
99
2. Purposive Sampling Purpossive sampling adalah pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang terpilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:154). Adapun kriteria sampelnya adalah: a. Mahasiswa USU yang terdaftar dan masih aktif mengikuti perkuliahan, pada Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra, dan Hukum b. Telah menonton film Memoirs Of A Geisha. c. Untuk memperkuat memori responden, peneliti melakukan dua cara yaitu dengan membagi-bagikan DVD film dan mengajak “nonton bareng”
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan (Library research) Yaitu mengumpulkan data melalui literatur yang mendukung, seperti buku bacaan dan data dari internet. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, pengumpulan data melalui: a. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan terhadap film tersebut. Untuk itu peneliti menonton film Memoirs Of A Geisha sebanyak enam kali b. Kuesioner,
yaitu
berbentuk
rangkaian
atau
kumpulan
pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan
(Bungin
201:130).
Dalam
hal
ini
peneliti
menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel. c. Wawancara, yaitu tanya jawab secara mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa responden yang dianggap mampu menjelaskan dan memberikan pandangannya terhadap film tersebut. Ini dilakukan sebagai pelengkap data yang diperoleh dari kuesioner dan untuk memperkuat analisis peneliti.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
III.6 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Analisa Tabel Tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 : 237). Teknik analisis data yang akan peneliti lakukan adalah dengan cara menyusun, mengurutkan data yang akan diperoleh dengan membagi variabel penelitian ke dalam sejumlah frekuensi dan presentase untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan cara memaparkan data-data yang telah diperoleh tersebut dengan kata-kata dalam kalimat secara jelas dan terperinci untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan secara jelas dan terperinci.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di lapangan
Di dalam melaksanakan penelitian, peneliti menempuh beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut: A. Tahap Awal Pada tahap awal peneliti meminta izin kepada pihak Rektorat USU untuk mengadakan kegiatan penelitian di USU. Setelah memperoleh izin, kemudian peneliti meminta data-data mahasiswa USU yang masih aktif dari bagian pendidikan di Rektorat USU. B. Pengumpulan Data Peneliti terjun ke lapangan untuk mencari mahasiswa USU yang terdaftar dan masih aktif mengikuti perkuliahan, serta yang telah menonton film memoirs of a geisha untuk dijadikan responden. Kemudian untuk memperkuat memori responden, peneliti melakukan dua cara yaitu membagi-bagikan DVD film serta mengajak ”nonton bareng”. Hal ini dilakukan sejak tanggal 15 Desember 2008 . Kemudian peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah terpilih dari tanggal 7-21 Maret 2009. Jumlah kuesioner yang dibagikan adalah sebanyak 99 buah sesuai dengan jumlah responden. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara yaitu tanya jawab dengan beberapa responden, hal ini dilakukan sebagai pelengkap data yang diperoleh dari kuesioner dan untuk memperkuat analisa peneliti.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
IV.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari 99 orang mahasiswa USU yang menjadi responden, maka peneliti melakukan proses pengolahan data dari kuesioner yang telah diisi oleh para responden. Adapun tahapan-tahapan pengolahan data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut: a.
Penomoran kuesioner, yaitu kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh para responden dikumpulkan, lalu diberi tanda urut sebagai tanda pengenal (01-99)
b. Editing, yaitu proses pengeditan jawaban para responden dengan tujuan
untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan, dan
menghindari terjadinya kesilapan pengisian data dalam kotak kode yang telah disediakan c. Coding, yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban dari para responden ke kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam bentuk angka. d. Inventarisasi variabel, yaitu data mentah yang telah diperoleh di masukkan kedalam Foltron Cobol (FC) dan diproses dengan bantuan program komputer statistik yaitu SPSS (Statistic Package For Social Science). Data yang telah diproses selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Tabel-tabel tersebut berisi sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori. Selanjutnya keseluruhan hasil analisis data akan disajikan dalam bentuk uraian analisa tabel tunggal dan pembahasan.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
IV.3 Analisis Tabel Tunggal
Pada analisis tabel tunggal akan terlihat sejumlah data yang ditampilkan dalam bentuk tabel untuk setiap kategori. Tabel-tabel ini memperlihatkan tentang seberapa besar gambaran umum beberapa kategori yang ada dalam karakteristik responden, persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film memoirs of a geisha Berikut ini adalah pembahasan mengenai data-data tersebut dalam bentuk analisis tabel tunggal: 1. Karakteristik Responden Tabel 5 Jenis Kelamin Responden No Jenis kelamin 1 Pria 2 Wanita Total
f % 38 38,4 61 61,6 99 100
Sumber: P.1/FC 3
Dari tabel 5 di atas terlihat bahwa dari
99
responden,
terdapat
responden wanita sebanyak 61 orang (61,6%) dan responden pria sebanyak 38 orang (38,4%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa film memoirs of a geisha lebih banyak di tonton oleh wanita dari pada pria, hal ini disebabkan oleh karena film memoirs of a geisha adalah film yang bercerita tentang kehidupan wanita sehingga lebih banyak menarik perhatian wanita untuk menonton film tersebut
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 6 Fakultas Responden No
Fakultas
1 2 3 4 5 6
Kedokteran Gigi Kesehatan Masyarakat Ekonomi Teknik Sastra Hukum Total
f
%
7 7,1 13 13,1 23 23,2 28 28,3 13 13,1 15 15,2 99 100,0
Sumber: P.2/FC 4
Tabel di atas menunjukkan jumlah responden di setiap fakultas. Jumlah responden per fakultas sesuai dengan jumlah yang telah didapat dari teknik startified proportional sampling. Terlihat bahwa jumlah responden di Fakultas Teknik lebih banyak yaitu 28 responen (28,3%) hal ini disebabkan karena jumlah populasi mahasiswa di Fakultas Teknik lebih banyak dari pada jumlah mahasiswa di fakultas lain. Dan jumlah responden di Fakultas kedokteran gigi lebih sedikit debandingkan dengan responden di fakultas lain yaitu sebanyak 7 responden (7,1%), hal ini juga disebabkan karena jumlah populasi di fakultas ini lebih sedikit.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 7 Stambuk Responden No
1 2 3 4
Stambuk
2008 2007 2006 2005 Total
f
%
13 23 35 28 99
13,1 23,2 35,4 28,3 100,0
Sumber: P.3/FC 5
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden mayoritas berasal dari stambuk 2006 sebanyak 35 responden (35,4%) dan minoritas berasal dari stambuk 2008 yaitu sebanyak 13 responden (13,1%). Tabel 8 Etnis/Suku Responden No
f
%
Etnis/Suku
1 2 3 4 5 6
Jawa Batak Melayu Mandailing Minang lain-lain Total
21 21,3 43 43,4 8 8,1 12 12,1 12 12,1 3 3,0 99 100,0
Sumber: P.4/FC 6
Tabel 8 menunjukkan sebagian besar responden berasal dari suku batak sebanyakk 43 responden (43,4%). Dalam hal ini suku batak meliputi suku Batak Toba, Karo, simalungun.Responden yang paling sedikit barasal dari suku lainnya sebanyak 3 orang (3%)yang berasal dari etnis Tionghoa dan Tamil.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 9 Agama Responden No
1 2 3 4 5
Agama
f
%
Islam 43 43,4 Kristen Protestan 45 45,5 Kristen Katolik 8 8,1 Buddha 2 2,0 Hindu 1 1,0 Total 99 100,0 Sumber: P.5/FC 7
Tabel 9 menunjukkan frekuensi responden berdasarkan agama, responden beragama Islam sebanyak 43 orang (43,4% ), Kristen protestan sebanyak 45 orang (45,5%), Kristen Katolik sebanyak 8 orang (8,1%), Buddha sebanyak 2 orang (2,0%) dan Hindu sebanyak 1 orang (1,0%).
II. Persepsi Mahasiswa terhadap profei geisha dalam film memoirs of a geisha Tabel 10 Suka film tentang kebudayaan No suka film tentang kebudayaan
1 2 3 4
Sangat Menyukai Menyukai Tidak Menyukai Sangat Tidak Menyukai Total
f
%
12 12,1 79 79,8 7 7,1 1 1,0 99 100
Sumber: P.6/FC 8
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 91 responden yang memiliki rasa suka terhadap film yang bercerita tentang kebudayaan, yaitu 12 orang (12,1%) masuk dalam kategori sangat menyukai dan 79 orang (79,8%) masuk dalam kategori menyukai. Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa kebanyakan orang-orang yang menonton film memoirs of a geisha adalah orangJuita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
orang yang memiliki kesukaan terhadap film-film yang bercerita tentang kebudayaan. Karena budaya adalah pola hidup yang dianut oleh suatu komunitas dan tumbuh serta berkembang secara unik. Keunikan dari budaya itulah yang menyebabkan mereka suka mempelajari kebudayan. Menurut mereka film dapat dijadikan sebagai media untuk memperkenalkan suatu budaya, melalui film memoirs of a geisha mereka menyatakan bahwa mereka dapat melihat bagaimana kebudayaan Jepang dan sejarah Jepang di rekontruksikan melalui media audio visual. Sementara minoritas reponden sebanyak 8 orang tidak memiliki rasa suka terhadap film-film tentang kebudayaan dengan kategori 7 orang tidak suka dan 1 orang sangat tidak suka. Hal ini disebabkan adanya anggapan dari responden bahwa film yang bertemakan kebudayaan adalah film yang berat untuk ditonton karena hanya mampu memberikan informasi tetapi sangat jarang menghibur, mereka lebih menyukai film yang bergenre komedi karena dianggap lebih dapat menghibur. Tabel 11 Suka menonton film memoirs of a geisha No Suka menonton film memoirs of a geisha
1 2 3 4
Sangat Menyukai Menyukai Tidak Menyukai Sangat Tidak Menyukai Total
f
%
11 11,1 80 80,8 8 8,1 0 0 99 100,0
Sumber: P.7/FC 9
Tabel 11 diatas memperlihatkan bahwa terdapat 91 orang yang suka menonton film memoirs of geisha, dengan kategori 11 orang sangat menyukai dan 80 orang menyukai. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa suka dengan film memoirs of geisha karena selain merupakan film yang bercerita tentang
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
kebudayaan, film tersebut juga sangat bagus jika dilihat dari segi artistiknya dan cinematografinya. Hal lain yang membuat mereka suka dengan film ini adalah jalan ceritanya yang berisi kisah drama romantis, dan melalui film ini mereka jadi mengetahui kehidupan seorang geisha. Sebagian kecil responden yaitu 8 orang menyatakan tidak suka menonton film memoirs of a geisha dengan alasan kerena jalan ceritanya yang datar dan tidak berisi ketegangan, dan beberapa dari mereka memang tidak menyukai film tentang kebudayaan. Tabel 12 Mengetahui informasi tentang profesi geisha sebelum menonton film memoirs of a geisha No
1 2 3 4
mengetahui informasi tentang profesi geisha sebelum menonton film memoirs of a geisha
Sangat Mengetahui Mengetahui Tidak Mengetahui Sangat Tidak Mengetahui Total
f
%
3 46 44 6 99
3,0 46,5 44,4 6,1 100
Sumber: P.8/FC 10
Tabel 12 diatas memperlihatkan bahwa terdapat 49 orang yang tahu informasi tentang geisha sebelum menonton film memoirs of a geisha, dengan kategori 3 orang (3,0%) sangat mengetahui dan 46 (46,5%) orang dengan kategori mengetahui Informasi seputar geisha. Mereka kebanyakan mengetahui informasi seputar geisha dari buku memoirs of a geisha, dan dari diskusi dengan temantemannya seputar budaya Jepang dan geisha. Sebagian lagi yaitu sebanyak 50 orang menyatakan tidak tahu informasi seputar profesi geisha sebelum menonton film memoirs of a geisha dengan kategori 44 (44,4%)orang tidak tahu dan 6 (6,1%) orang sangat tidak tahu.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 13 Memahami isi film memoirs of a geisha No Memahami isi film memoirs of a geisha
1 2 3 4
Sangat Memahami Memahami Tidak Memahami Sangat Tidak Memahami Total
f
%
8 8, 86 86,9 5 5,1 0 0 99 100
Sumber: P.9/FC 11
Tabel 13 memperlihatkan bahwa 94 orang dari responden paham terhadap isi film, dengan kategori 8 orang (8,1%) orang sangat memahami dan 86 orang (86,9%)memahami. Menurut beberapa responden Isi film memoirs of a geisha dirasa dapat dipahami, karena memang jalan ceritanya yang sederhana yaitu cerita drama romantis seorang tokoh utama (Sayuri) yang mencari cintanya dengan menjadi geisha tetapi ironisnya justru mengorbankan kebebasannya. Dan 5 orang (5,1%) responden menyatakan tidak memahami isi film memoirs of a geisha. Tabel 14 Isi film menarik perhatian anda No Isi film menarik perhatian anda
1 2 3 4
Sangat Menarik Menarik Tidak Menarik Sangat Tidak Menarik Total
f
%
8 8,1 78 78,8 12 12,1 1 1,0 99 100,0
Sumber: P.10/FC 12
Tabel 14 memperlihatkan bahwa terdapat 86 orang yang tertarik terhadap film memoirs of a geisha dengan kategori 8 orang(8,1%) menyatakan bahwa isi film memoirs of a geisha sangat menarik, dan 78 orang (78,8%) menyatakan bahwa isi film menarik. Beberapa responden menyatakan bahwa yang menarik
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
dari film yaitu adanya eksotisme, keindahan visual, dan erotisisme dunia geisha yang ditampilkan. Hal lain yang menarik yaitu penggambaran dunia geisha yang paradoksikal, yang penuh dengan kemewahan dan glamor namun hampir tanpa pilihan hidup. Selain itu isi film yang membuat responden tertarik yaitu dapat mengetahui berbagai rahasia di balik sosok berkimono itu, karena menurut beberapa responden sebelumnya sosok
geisha masih misterius, sementara
samurai (dunia Jepang yang jantan) telah dieksplorasi habis-habisan oleh Hollywood, tetapi dunia kelembutan geisha masih tersembunyi. Terdapat 13 orang yang tidak tertarik terhadap isi film memoirs of a geisha, dengan kategori 12 (12,1%) orang menyatakan bahwa isi film memoirs of a geisha tidak menarik dan 1(1,0%) orang menyatakan bahwa isi film sangat tidak menarik. Dengan alasan jalan cerita yang datar saja dan tidak penuh ketegangan . Tabel 15 Profesi geisha yang ditampilkan menarik perhatian anda No
1 2 3 4
Profesi geisha yang ditampilkan menarik perhatian anda Sangat Menarik Menarik Tidak Menarik Sangat Tidak Menarik Total
f
%
17 17,2 62 62,6 19 19,2 1 1,0 99 100,0
Sumber: P.11/FC 13
Tabel 15 memperlihatkan bahwa terdapat 79 orang
yang tertarik
terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film. Dengan kategori 17 orang (17,2%) menyatakan bahwa profesi geisha yang ditampilkan sangat menarik perhatian dan 62 orang (62,6%) menyatakan bahwa profesi
geisha menarik
perhatian. Beberapa hal yang menyebabkan adanya ketertarikan responden Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film karena mereka melihat profesi
geisha adalah profesi yang dijalankan oleh wanita yang bukan saja
memiliki kecantikan dan keindahan tetapi juga memiliki kecerdasan, kepintaran dan wawasan yang luas serta memiliki banyak keahlian dalam bidang seni. Profesi geisha yang kelihatan mewah, eksotis, elegan ternyata memiliki duka di baliknya dimana geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya, bahkan tidak berhak atas cinta. Dan terdapat 20 orang yang tidak tertarik terhadap profesi
geisha
dengan kategori 19 orang (19,2%) menyatakan bahwa profesi geisha dalam film tersebut tidak menarik dan terdapat 1 orang (1,0%) yang menyatakan bahwa profesi geisha sangat tidak menarik. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa profesi terebut sama sekali tidak menarik walaupun geisha adalah sosok wanita yang memiliki keahlian dalam bidang seni tetapi tetap saja hal yang namanya menjual keperawanan adalah suatu hal yang hina dan tidak ada bedanya seperti wanita tuna susila yang ada di Indonesia. Tabel 16 Manfaat film memoirs of a geisha No Memahami isi film memoirs of a geisha
1 2 3 4
Sangat Bermanfaat Bermanfaat Tidak Bermanfaat Sangat Tidak Bermanfaat Total
f
%
7 7,1 72 72,7 20 20,2 99 100,0
Sumber: P.12/FC 14
Tabel 16 memperlihatkan bahwa terdapat 79 responden yang menyatakan bahwa film memoirs of a geisha memiliki manfaat, dengan kategori 7 responden menyatakan bahwa film tersebut sangat bermanfaat dan 72 responden menyatakan bahwa film tersebut bermanfaat. Responden tersebut menyatakan Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
bahwa film tersebut bermanfaat karena selain memberi hiburan, film memoirs of geisha juga memberi pengetahuan seputar budaya dan sejarah negeri Jepang. Dengan menonton film memoirs of a geisha beberapa responden yang awalnya tidak mengetahui adanya profesi geisha menjadi tahu. Dan beberapa responden yang awalnya memiliki persepsi bahwa geisha sama dengan pelacur seperti di Indonesian, berubah persepsinya dan menyatakan bahwa geisha tidak sama dengan pelacur, geisha adalah wanita seniman yang memiliki banyak keahlian bukan wanita yang mau “tidur” dengan sembarang orang, ia hanya melayani pria yang menjadi danna-nya dan pria yang telah membeli mizuage-nya berbeda dengan pelacur yang mau “tidur” dengan setiap orang asalkan dibayar dan hanya mengandalkan tubuh, tetapi tetap saja profesi geisha tidak jauh berbeda dengan pelacur, hal ini karena adanya tradisi lelang keperawanan yaitu memberikan keperawanan demi mendapatkan uang. Manfaat lain yang dinyatakan oleh responden yaitu wanita dapat belajar dari sikap geisha bila kelak berumah tangga karena seorang geisha, apa pun kondisinya, bagaimana pun perasaannya "haram" hukumnya manampakan mimik sedih
atau
cemberut.
Mereka
harus
selalu
tersenyum,
bagaimanapun
membosankannya teman laki-laki mereka. Geisha adalah seorang pendengar yang baik dan sabar. Seorang geisha harus tahu kapan saatnya berbicara, dan kapan saatnya diam, harus selalu nampak cantik, harus cerdas, berwawasan dan supel. Dan seorang
geisha harus bisa membahagiakan teman laki-lakinya,
bagaimanapun kondisi mereka. Perkataanya harus menyenangkan setiap teman laki-laki mereka. Mereka ada untuk melayani, mendengarkan, menghormati dan menghargai teman laki-laki mereka. Mereka selalu berusaha untuk melakukan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
yang terbaik. Begitu juga dengan seorang suami, kalau istrinya melakukan segala sesuatunya dengan baik dan melakukan yang terbaik bagi suami, rasanya sulit sekali seorang suami akan berkhianat. Baginya, istrinya adalah semestanya, segala-galanya. Dan kalau sudah begitu, seorang wanita akan mendapatkan apa pun yang dia inginkan, bahkan tanpa diminta. Namun ada 20 responden (20,2%) yang menyatakan bahwa film tersebut tidak bermanfaat karena menurut mereka sesuatu yang bermanfaat adalah sesuatu yang memiliki keuntungan langsung, suatu hal yang dapat mempengaruhi hidup mereka, dan penting bagi diri sendiri artinya mereka merasa tidak ada bedanya saat mereka menonton film tersebut dan sebelum menontonnya.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 17 Persepsi Responden terhadap status geisha di Jepang No
1 2
3
4 5
6 7 8 9
10
11 12 13
14
15 16
Pernyataan Status geisha di Jepang
Sangat Setuju
Persepsi Mahasiswa Setuju Tidak Setuju
f % f % f % geisha adalah profesi yang 5 5,1 39 39,4 43 43,4 terhormat, dan disegani geisha memiliki status yang 5,1 32 32,3 46 46,5 membanggakan dan martabat yang 5 tinggi geisha memiliki posisi teras dalam masyarakat karena berhubungan 5 5,1 47 47,5 36 36,4 dengan pria-pria yang kaya dan berpengaruh geisha adalah seorang seniman 12 12,1 54 54,5 19 19,2 geisha bukanlah pelacur tetapi seorang artis yang menjual keahlian 12 12,1 45 45,5 40 40,4 dalam menghibur bukan menjual tubuh geisha adalah wanita yang eksotis, 27 27,3 60 60,6 8 8,1 cantik dan gambaran keindahan geisha adalah simbol dari feminisme 21 21,2 51 51,5 18 18,2 geisha dipandang sebagai profesi 12 12,1 36 36,4 46 46,5 yang rendah geisha adalah profesi yang menyimpang dan sarat dengan 15 15,2 62 62,6 20 20,2 eksploitasi wanita geisha tidak jauh berbeda dengan pelacur yang tidak hanya memiliki 19 19,2 39 39,4 37 37,4 satu pria dalam hidupnya geisha tidak memiliki kuasa atas 26 26,3 52 52,5 20 20,2 hidupnya geisha adalah gambaran negatif 7 7,1 43 43,4 40 40,4 wanita Jepang pada masa itu geisha bukanlah pelacur dan bukanlah istri tetapi lebih mirip 19 19,2 48 48,5 32 32,3 seperti wanita simpanan Profesi geisha adalah profesi yang hanya ingin enaknya saja karena menawarkan kemungkinan hidup 10 10,1 36 36,4 48 48,5 jauh lebih baik tanpa harus bekerja keras geisha adalah profesi yang sarat 18 18,2 60 60,6 19 19,2 dengan praktek trafficking geisha adalah wanita penuh misteri dengan gambaran kesendirian, duka, 25 25,3 64 64,6 10 10,1 kehilangan, tidak memiliki hak atas cinta dan kehidupan yang buram Sumber: P.13/FC 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
Total Sangat Tidak Setuju f %
%
12
12,1
99
100
16
16,2
99
100
11
11,1
99
100
14
14,1
99
100
2
2,0
99
100
4
4,0
99
100
9
9,1
99
100
5
5,1
99
100
2
2,0
99
100
4
4,0
99
100
1
1,0
99
100
9
9,1
99
100
0
0
99
100
5
5,1
99
100
2
2,0
99
100
0
0
99
100
Tabel 17 menunjukkan frekuensi persepsi mahasiswa terhadap status geisha di Jepang dalam film memoirs of a
f
geisha. Pertanyaan yang sering
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
diajukan adalah apakah geisha itu pelacur, mengingat adanya distorsi pemahaman dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Arthur Golden
(Golden,2006:489)
menyatakan
bahwa
pertanyaan
itu
tidaklah
sesederhana ya atau tidak. geisha yang disebut ”hot springs geisha” atau geisha sumber air panas, yang menghibur di tempat-tempat peristirahatan jelas pelacur. Tetapi kita harus melihat betapa mahirnya mereka memainkan shamisen, dan betapa banyak pengetahuan mereka tentang upacara minum teh, sebelum kita menentukan apakah mereka layak menyebutkan diri mereka sendiri
geisha.
Namun di distrik geisha di Kyoto dan Tokyo dan kota-kota besar lainnya jelas terdapat sejumlah pelacur. Hal lain yang perlu diperhatikan, semua geisha magang harus melewati sesuatu yang disebut mizuage, keperawanan mereka dijual ke penawaran tertinggi, dan hal itu terjadi pada usia tiga belas atau empat belas tahun, tidak boleh lebih dari delapan belas tahun. Salah bila tidak menyebut hal ini pelacur atau pelacuran anak-anak. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa geisha bukan pelacur. Di sisi lain, setelah melalui tahap mizuage, geisha kelas atas tidak akan menyediakan diri mereka bagi pria-pria setiap malam. Ia akan dianggap geisha gagal bila ia tidak memiliki seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai gantinya si geisha akan memberi layana seksual, hanya untuk si pria. Apakah ini pelacuran? Tidak jika pemahaman kita terhdap pelacur adalah wanita yang melayani berbagai pria setiap malam. Bagi Golden dalam budaya barat geisha kelas atas dapat disamakan dengan istri simpanan dan bukan pelacur (Golden,2006:490)
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Mahasiswa memiliki persepsi yang beragam terhadap status
geisha
tersebut. Terdapat 58 responden (58,6%) yang menyatakan bahwa geisha tidak jauh berbeda dengan pelacur yang tidak hanya memiliki satu pria dalam hidupnya. Mereka menyatakan bahwa bagaimanapun hebatnya keahlian yang dimiliki oleh seorang geisha dalam film tersebut tetap saja profesi geisha tersebut tidak ada bedanya dengan pelacur karena tujuan akhir dari belajar seni, bertata kerama, berbicara adalah untuk menciptakan lelang yang tinggi terhadap keperawanan geisha magang tersebut. Rata-rata mahasiswa (43,4%) menyatakan tidak setuju bahkan (12,1%) sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
geisha adalah profesi yang
terhormat, disegani, serta memiliki status yang membanggakan dan martabat yang tinggi. Geisha juga dipandang sebagai profesi yang menyimpang dan sarat dengan eksploitasi wanita (77,8%), dan praktek trafficking (78,8%) hal tersebut dapat dilihat pada saat ibu pemilik okiya mengambil keuntungan dari geishageishanya dan bagaimana Sayuri dijual kerumah geisha . Geisha juga dianggap memiliki posisi teras dalam masyarakat karena berhubungan dengan pria-pria kaya dan berpengaruh (52,6%), hal ini dikarenakan pria-pria kaya dan berpengaruh tersebut sering membicarakan masalah politik di kedai-kedai teh dan tidak jarang melibatkan geisha. Geisha juga dianggap sebagai wanita yang eksotis, cantik dan gambaran keindahan (87,9%), dalam film kita dapat melihat betapa anggunnya seorang geisha berjalan, betapa lembutnya dia berbicara, bagaimana seorang
geisha
menggoda hanya dengan memperlihatkan sedikit pergelangan tangannya saat
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
menuangkan teh, dan betapa mempesonanya mereka pada saat menari dan mengibaskan kipasnya bahkan dapat membuat pria tidak berpaling hanya dengan sekali tatapan. Tetapi dibalik gemerlapnya dan melimpahnya hidup mereka, mereka tidak lebih hanya seorang wanita yang tidak memiliki kuasa atas dirinya (78,8%), itu dapat dilihat saat Mameha mengatur hidup Sayuri tanpa dia tahu apa yang akan dilakukan Mameha kepadanya dan seorang geisha sangat dilarang untuk jatuh cinta. Sehingga geisha hanyalah wanita yang penuh misteri dengan gambaran kesedihan,duka, kehilangan, tidak memiliki hak atas cinta dan kehidupan yang buram (89,9%).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 18 Persepsi Responden Terhadap Tugas geisha di Jepang No
Pernyataan Tugas geisha di Jepang Sangat Setuju
1 2
3
4
5 6 7
8
9 10
Persepsi Mahasiswa Setuju Tidak Setuju
f % f % Geisha memiliki tugas yang berat dan 4 4,0 55 55,6 hebat Tugas geisha adalah menghibur dalam bidang seni seperti tarian , bernyani, memainkan alat musik, drama, menuangkan 20 20,2 65 65,7 sake, berbincang-bincang dengan klien, tata krama Seorang geisha harus menguasai banyak kemampuan dalam bidang seni termasuk 34 34,3 61 61,6 seni menghias diri seperti memakai kimono, make up, dan menarik perhatian pria Seorang geisha harus memiliki wawasan yang luas karena dalam, tugasnya ia 25 25,3 61 61,6 berhadapan dengan pria-pria kaya dan berpengaruh geisha memiliki tugas yang menyenangkan 2 2,0 14 14,1 Tugas geisha dianggap sebagai pekerjaan 3 3,0 20 20,2 yang biasa saja geisha memiliki tugas yang membosankan/ monoton, tidak bisa menikmati dunia luar, 11 11,1 56 56,6 hanya menghibur pria di kedai teh sampai ajal menjelang Tugas utama geisha sebenarnya adalah “melayani” pria yang berperan sebagai dannanya/ pelindungnya dan pria yang 11 11,1 52 52,5 membeli mizuagenya sedangkan menghibur dalam bidang seni hanyalah kamuflase Menurut saya tugas geisah itu masih 13 13,1 52 52,5 misterius geisha memiliki tugas yang tidak bermoral 10 10,1 48 48,5 Sumber: P.14/FC 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40
Total Sangat Tidak Setuju f %
f
%
f
%
29
29,3
11
11,1
99
100
11
11,1
3
3,0
99
100
4
4,0
0
0
99
100
13
13,1
0
0
99
100
73
73,7
10
10,1
99
100
69
69,7
7
7,1
99
100
24
24,2
8
8,1
99
100
29
29,3
7
7,1
99
100
30
30,3
4
4,0
99
100
31
31,3
10
10,1
99
100
Tabel 18 menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tugas seorang geisha yang ada dalam film memoirs of a geisha. Rata-rata mahasiswa menyatakan bahwa tugas seorang
geisha adalah berat
(59,6%) Beberapa
responden menyatakan tugas geisha dapat kita lihat pada tokoh Sayuri pada film ini, Ia menghibur dalam bidang seni seperti tarian , bernyanyi, memainkan alat musik, drama, menuangkan sake, berbincang-bincang dengan klien, tata karma
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
(85,9%), disamping itu ia juga harus menguasai banyak kemampuan dalam bidang seni termasuk seni menghias diri seperti memakai kimono, make up, dan menarik perhatian pria (85,9%) sejak kecil dia telah menjadi pembantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, disamping itu sejak dini dia harus belajar banyak seni untuk menjadi seorang geisha, membuat tamu merasa nyaman dengan perbincangannya, dan yang paling berat ialah saat dia harus melakukan ritual mizuage. dan itu bukanlah tugas yang menyenangkan (83,8%) dan bukan suatu tugas yang biasa (76,8%). Mahasiswa memiliki persepsi bahwa Tugas utama geisha sebenarnya adalah “melayani” pria yang berperan sebagai danna-nya/ pelindungnya dan pria yang membeli mizuagenya sedangkan menghibur dalam bidang seni hanyalah kamuflase (63,6%). Hal ini dilihat dari pemahaman mereka bahwa inti dari tugas mereka sebagai penghibur dalam bidang seni, upaya mereka belajar seni, tata kerama, berbicara, adalah agar mereka memperoleh penawaran tertinggi dalam ritual mizuage, dan agar mereka mendapatkan danna sehingga mereka tidak dianggap sebagai
geisha yang gagal. Dan tugas
geisha itu dianggap tidak
bermoral (58,5%).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 19 Persepsi Responden Terhadap Tanggung Jawab geisha di Jepang No
1
2
3 4
5
Pernyataan Tanggung Jawab geisha di Jepang
Sangat Setuju
Persepsi Mahasiswa Setuju Tidak Setuju
f % f Profesi geisha memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal pengabdian dalam dunia seni 8 8,1 64 tradisional Jepang geisha memiliki tanggung jawab dalam memelihara jaringan yang kuat dengan semua 7 7,1 76 kliennya geisha memiliki kecintaan pada musik dan 8 8,1 86 tari tradisional geisha adalah sosok yang setia dan bertanggung jawab dalam hal menjaga dirinya 7 7,1 68 tetap perawan sampai ritual mizuage dilakukan Tanggung jawab geisha tidak berat 1 1,0 21 Sumber: P.15/FC 41,42,43,44,45,46
Total Sangat Tidak Setuju f %
%
f
%
f
%
64,6
21
21,2
6
6,1
99
100
76,8
13
13,1
3
3,0
99
100
86,8
5
5,1
0
0
99
100
68,7
21
21,2
3
3,0
99
100
21,2
68
68,7
9
9,1
99
100
Tabel 19 memberikan gambaran bagaimana tanggung jawab geisha di Jepang dalam film memoirs of a geisha. Jika dilihat dari sudut kemampuan mereka melestarikan budaya Jepang dalam bidang seni, keahlian mereka memainkan alat musik tradisional, menari, memakai kimono maka dapat dikatakan bahwa profesi geisha memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal pengabdian dalam dunia seni tradisional Jepang (72,7%) dan mereka juga memiliki kecintaan pada musik dan tari tradisional (94,9%). Geisha memiliki tanggung jawab yang berat (77,8%), hal ini dapat dilihat bagaimana tokoh Sayuri benar-benar setia dan bertanggungjawab dalam hal menjaga diirnya tetap perawan sampai ritual mizuage dilakukan (75,8%) ditengah godaan-godaan pria-pria kaya dan berpengaruh. Dan bagaimanapun kliennya baik atau buruk, seorang geisha memiliki tanggung jawab dalam memelihara jaringan yang kuat dengan semua kliennya (83,9%) hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan profesi geisha itu sendiri Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 20 Persepsi Responden Terhadap Peranan geisha di Jepang No
Pernyataan Peranan geisha di Jepang Sangat Setuju
1
2
3 4 5 6
7
Persepsi Mahasiswa Setuju Tidak Setuju
f % f % Peran geisha sebagai pelobi bisnis dan politik antar perusahaan/negara sangat 3 3,0 55 55,6 penting geisha berperan bukan hanya sekedar hostes biasa tetapi ia adalah hostes 9 9,1 75 75,8 profesional geisha berperan sebagai penjaga 7 7,1 52 52,5 kebudayaan dan tradisional Jepang geisha memiliki peran sebagai inovator 3 3,0 56 56,6 fashion geisha memiliki peran sebagai selebritis 1 1,0 59 59,6 Profesi geisha adalah profesi yang memiliki semangat revolusi yang heroik 5 5,1 48 48,5 karena keberadaannya dalam lingkungan yang berpengaruh geisha adalah profesi yang berperan 7 7,1 55 55,6 sebagai lambang tradisional Jepang Sumber: P.16/FC 47,48,49,50,51,52,53
Total Sangat Tidak Setuju f %
f
%
f
%
31
31,3
10
10,1
99
100
13
13,1
2
2,0
99
100
36
36,4
4
4,0
99
100
36
36,4
4
4,0
99
100
36
36,4
3
3,0
99
100
43
43,4
3
3,0
99
100
31
31,3
6
6,1
99
100
Tabel 20 menggambarkan bagaiman persepsi mahasiswa terhadap peranan geisha di Jepang dalam film memoirs of a geisha. Peran geisha sebagai pelobi bisnis dan politik antar perusahaan/negara sangat penting (58,6%) hal ini dapat dilihat saat Nobu meminta Sayuri untuk melayani Jendral dari Amerika untuk kepentingan bisnis agar Jendral Amerika tersebut mau membantu perusahaannya, disini geisha berpepran sebagi pelobi bisnis. Dengan banyaknya keahlian yang dimiliki oleh seorang geisha dia bukan saja berperan sebagai hostes jepang biasa tetapi hostes yang professional (84,9%). Geisha juga berhasil menjalankan perannya sebagai penjaga kebudayaan dan tradisional Jepang (57,6%) dalam hal pelestarian kebudayaan tradisional dalam bidang seni dengan profesinya secara langsung ia menjaga agar seni tradisional tetap ada dan tidak punah. Dengan kimono yang dikenakan ia juga berperan sebagai innovator fashion (59,6%).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Tabel 21 Persepsi Responden Terhadap Ritual geisha di Jepang No
Pernyataan Ritual geisha di Jepang Sangat Setuju
1
2
3
4 5 6 7
Persepsi Mahasiswa Setuju Tidak Setuju
f % f % geisha dikatakan sukses apabila ia memiliki seorang danna yaitu lelaki yang menjadi 17 17,2 76 76,8 pelindungnya dan membiayai seluruh hidupnya Upacara sebelum penyerahan mizuage 2,0 39 39,4 (keperawanan) sama halnya dengan upacara 2 penikahan Lelang keperawanan dilakukan untuk menunjukkan tingkat popularitas seorang 16 16,2 60 60,6 geisha Adanya peristiwa mizuage menandakan 21 21,2 59 59,6 gambaran suram profesi geisha Seorang geisha bagi dannanya sama halnya 16 16,2 66 66,7 seperti istri simpanan Puncak karir seorang geisha ditentukan 19 19,2 70 70,7 pada saat peristwa lelang mizuage Peristiwa mizuage menandakan bahwa geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya 31 31,3 54 54,5 sendiri Sumber: P.17/FC 54,55,56,57,58,59,60,61
Total Sangat Tidak Setuju f %
f
%
f
%
6
6,1
0
0
99
100
47
47,5
11
11,1
99
100
14
14,1
9
9,1
99
100
15
15,2
4
4,0
99
100
17
17,2
0
0
99
100
9
9,1
1
1,0
99
100
11
11,1
3
3,0
99
100
Tabel 21 menggambarkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap ritual yang harus dilakukan oleh geisha dalam hidupnya. Geisha dikatakan sukses apabila ia memiliki seorang danna yaitu lelaki yang menjadi pelindungnya dan membiayai seluruh hidupnya (94%) hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Mameha dalam film Memoirs of a geisha, seorang geisha akan dianggap gagal jika ia tidak memiliki danna. Adanya peristiwa mizuage menandakan gambaran suram profesi geisha (80,8%), beberapa responden mengatakan bahwa peristiwa mizuage inilah yang membuat profesi geisha berkonotasi prostitusi, Jika ritual ini tidak ada maka profesi geisha secara keseluruhan dianggap bagus karena menjaga kelestarian budaya bangsa Jepang. Tetapi ironisnya justru Puncak karir seorang geisha ditentukan pada saat peristwa lelang mizuage (89,9%) dan peristiwa mizuage menandakan bahwa geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri (85,8%).
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
IV. 4 Pembahasan
Pembahasan diperlukan untuk melihat penemuan yang dianggap menarik dan digunakan untuk menarik kesimpulan tentang persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film memoirs of a geisha. Media massa termasuk film mempunyai peran yang besar dalam kehidupan manusia, karena mampu menyebarluaskan pesan kepada khalayak. Dalam hal ini media bertugas sebagai jendela yang membuat kita mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain dan bertugas sebagai pembawa yang memberikan informasi. Film merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna. Film memang tidak mampu menjawab kebutuhan berita tetapi film dapat di putar berulang-ulang dan merupakan penyampaian pesan yang efektif karena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual. Film sebagai media mempunyai keunggulan dalam menampilkan suara, gambar yang bergerak, garis dan symbol sehingga dapat memberikan penggambaran yang paling mendekati pengalaman secara menarik, dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu, dan suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar. Selain itu film juga menampilkan fakta secara abstrak, dimana tema cerita
bertitik tolak dari fenomena yang terjadi dalam
masyarakat. Film sebagai media audio visual memiliki kekuatan dalam mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terhadap citra objek Film dapat menyampaikan berbagai pesan kepada audiens yang diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat disampaikan secara holistic. Memoirs of a geisha merupakan salah satu film cerita yang berlatar belakang sejarah dan budaya. Meskipun tokoh Sayuri dan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
kisahnya adalah rekaan semata, tetapi fakta-fakta historis kehidupan sehari-hari seorang geisha tidaklah demikian, artinya filosofi filmnya sangat mewakili sejarah dan budaya Jepang. Khalayak dalam penelitian ini yaitu mahasiswa yang menonton film tersebut terutama untuk hiburan, tetapi ternyata dalam film tersebut juga terkandung fungsi informatif dan edukatif (Tabel 16). Hal yang menarik, bahwa geisha merupakan salah satu “produk” kebudayaan tradisional Jepang yang penuh dengan kemisteriusan tersendiri. Kehidupannya yang penuh rahasia dan tertutup memberikan kesan istimewa yang dilekatkan padanya. Dan budaya Jepang yang memiliki keunikan tersebut telah direpresentasikan melalui film Memoirs of geisha. Memang pada dasarnya kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarkat itu sangat unik, sama halnya seperti tradisi dan kebudayaan Jepang yang masih dipelihara hingga sampai saat ini yaitu geisha. Standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari komunitas lain. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa standar moral yang ada di Indonesia sangat berbeda dengan standar moral yang ada di Jepang. Jika dipandang dari sudut ketika perempuan dijadikan komoditi, adanya ritual, seks, dan relasi kuasa, Hampir semua responden menyatakan bahwa sebagai orang Indonesia sangat tidak setuju dengan adanya profesi geisha, karena hal diatas dianggap sangat tidak bermoral.Cerita dimulai dengan adegan Chiyo (sayuri muda) dijual bersama kakaknya (satsu). Hal ini menandakan bahwa wanita seringkali hanya dianggap “barang” yang bisa dipertukarkan dengan uang. Era dimana orang-orang yang berpengaruh dan pedagang kaya berkuasa, dan kemiskinan seakan menjadi takdir. Tertutupnya peluang untuk bekerja dan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
merintis karir membuat mereka menjual bagian dari keluarganya guna mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya yang sakit keras. Komoditi selain memiliki sifat kegunaan (used value) juga mengandung sifat ‘exchange value’ yaitu sifat untuk diperjualbeli fisiknya. Tawar-menawar antara ”pemilik” dan ”pelatih” dalam film Memoirs of geisha juga menggambarkan bahwa geisha adalah ”industri” yang menguntungkan bagaimana pemilik rumah geisha (Nitta) menghasilkan kekayaan dengan memperkerjakan
geisha. Lihat adegan
selanjutnya ketika Chiyo dididik menjadi geisha dengan biaya dari inangnya. Biaya itu diperhitungkan sebagai “hutang”. Hutang yang harus dibayarnya setelah resmi menjadi geisha. Tuntutan dan kebutuhan hidup membuat seorang geisha harus berusaha tampil sebaik mungkin menjadi entertainer. mendapatkan “danna”.
geisha berusaha
geisha mempunyai ritual melepas keperawanan pada
penawar tertinggi.Adegan dimulai dari Sayuri magang (maiko), dan terus diperkenalkan oleh Mameha ke setiap kunjungan rumah-rumah peristirahatan Dilatih sebagai seorang “calon” geisha dan tidak sembarang bergaul atau bercinta dengan sembarang orang. Hal ini untuk menjaga agar popularitas dan harga tawar tidak turun. Mizuage dirancang oleh Mameha pada momentum waktu dan pilihan orang yang tepat. Sehingga saat itu harga penawaran Sayuri mencapai 15.000 yen, sebuah penawaran tertinggi sepanjang penawaran
geisha. Ritual yang
menghalalkan prostitusi dimana relasi kuasa ikut berlangsung. Memang seorang geisha tidak akan ”berhubungan ” dengan sembarang orang, dia hanya dapat ”berhubungan” dengan pria yang membeli mizuagenya (ini pun dilakukan hanya sekali), dan pria yang menjadi dannanya. Sangat berbeda dengan pelacur yang kita kenal yang dapat ”berhubungan” dengan semua orang yang dia mau, dan
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
hanya mengandalkan fisik, sedangkan seorang geisha memiliki banyak keahlian yang dipelajari sejak masih kecil. Tetapi tetap saja menurut agama, hukum, dan budaya bangsa Indonesia hal diatas sangatlah bertentangan, karena bagaimanapun seorang wanita hanya dapat ”berhubungan” dengan pria yang sah secara hukum dan agama sebagai suaminya. Dan ketika perempuan dijadikan komoditi maka berarti telah terjadi pelanggaran hak azasi manusia. Sementara bagi orang Jepang hal tersebut dianggap wajar bahkan profesi geisha adalah profesi yang mendapat tempat dalam masyarakat Jepang. geisha pada saat itu dianggap sebagai wanita yang berkelas. Budaya sex di Jepang hingga saat ini dikenal sangat ekstrem, kehilangan keperawanan sebelum menikah dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan bagi penduduk Jepang jika seorang wanita yang menikah di usia lebih dari 20 tahun ternyata masih perawan dianggap sangat memalukan karena itu berarti dia benar-benar berada di tipe level bawah dalam pergaulan mereka. Hal ini bukan hanya terjadi belakangan ini tetapi juga sudah terjadi sejak jaman-jaman kerajaan Jepang di masa lampau. Dahulu semua perempuan Jepang diberikan kepada tentara-tentara Jepang untuk dijadikan budak nafsu dan tidak heran ketika jaman penjajahan Jepang dahulu banyak perempuan Indonesia kehilangan keperawan oleh tentara Jepang. Meskipun mereka termasuk dalam ras kuning tetapi tetap aja keanehan-keanehan tersebut dianggap wajar (http://gugling.com/mengenal-budaya-sex-di-jepang).
Menurut
KAMMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) masyarakat jepang kurang mengenal norma agama, sehingga permasalahan yang tidak mengganggu oran lain tidak akan dipermasalahkan,tidak mengenal sangsi berupa dosa jika ketahuan berbuat jinah, mabuk juga tidak dilarang, ekplorasi anak dibawah umur juga tidak
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
dilarang secara hukum, melakukan apa saja boleh asal tidak mengganggu orang lain (www. Kammi-jepang.net) Adanya perbedaan budaya inilah yang membuat komunikasi antar budaya sangat penting. Diantaranya kita dapat mengambil hikmah dari penyimpangan budaya Jepang sehingga membuat kita menjadi mawas diri terhadap keanehan yang terjadi di dunia. Hal ini meningat bahwa dunia sedang menyusut, proses ini sering disebut globalisasi sehingga kapasitas untuk memahami budaya sangat diperlukan, dimana esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap individu atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. Demikian juga dengan bangsa Jepang, seorang
geisha berhak
menggunakan nilai-nilainya sendiri dan kita jangan menganggap perbedaan itu sebagai suatu musibah karena itulah nilai yang berlaku bagi mereka. Jika dilihat dari segi pelestarian budaya oleh
geisha alat musik
tradisional seperti Shamisen, Shakuhachi (bambooflute), dan drum, sebaik mungkin. Mereka juga dituntut untuk bisa menyanyi lagu tradisional, menari tarian Jepang kalsik (tari kipas), upacara teh, keterampilan ikebana (keterampilan merangkai bunga), mengenakan kimono, puisi, bahkan pengetahuan umum dan ilmiah, maka mayoritas responden (72,7%) setuju jika profesi geisha dikatakan sebagai penjaga kebudayaan tradisional Jepang. Adanya komunikasi antarbudaya melalui media film yang memberi efek kognitif berupa pengetahuan tentang budaya tradisional Jepang yang masih tetap utuh di tengah arus globalisasi patut mendapat perhatian dari bangsa Indonesia. Kita dapat belajar bagaimana tetap mempertahankan kekayaan budaya tradisional bangsa Indonesia yang beraneka
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
ragam ditengah arus globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan identitasnya Persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami, penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antar pengalaman masa lalu, keadaan serta psikologi yang benar-benar sama. Bagi setiap orang apa yang dipersepsikannya itulah kenyataan, (Effendy,1992:48). Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologis, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara rangsangan diluar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumus ini yang dikenal
dengan
teori
rangsangan-tanggapan
(Stimulus-Respon),
persepsi
merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Sub proses psikologi lainnya yang mungkin adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan. Yang menjadi rangsangan adalah profesi geisha dalam film memoirs of a geisha yang diterima melalui panca indra dilanjutkan dengan pengenalan terhadap profesi tersebut yang diawali dengan rasa suka terhadap film tentang kebudayaan dan mayoritas responden menyatakan suka (91,9%) terhadap film tentang kebudayaan. Kesukaan responden terhadap film tentang kebudayaan membuat mayoritas responden (91,9%) juga menyatakan suka menonton film memoirs of a geisha, karena film memoirs of a geisha merupakan salah satu film yang bercerita tentang kebudayaan Jepang, yang mana Jepang adalah negara yang dapat mempertahankan kebudayaannya ditengah arus globalisasi, film ini menceritakan tentang kehidupan seorang artis, sebuah karya seni yang bergerak, yaitu geisha.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Suatu profesi yang menurut persepsi orang luar memiliki konotasi sebagai prostitusi. Sementara bagi bangsa Jepang, geisha (seniman) dalam bahasa jepang adalah seniman atau penghibur tradisional (entertainer). Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Sejarah
geisha dimulai dari awal pemerintahan
Tokugawa, di mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon
geisha harus menjalani
pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik shamizen yang membuat calon geisha harus merendam jarinya di air es. Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga taiko. Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha, karena geisha papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata, geisha juga harus berlatih seni upacara minum teh, yang pada masa medieval dianggap sama pentingnya dengan seni perang. Dan berbagai latihan berat lain yang harus dijalani. Dan latihan itu masih terus dijalani setiap
geisha hingga akhir karirnya.(
Frederic,2002). Selanjutnya dalam hal penalaran dalam bentuk pemahaman mayoritas responden (84,9%) paham terhadap isi film memoirs of a geisha dan menimbulkan perasaan tertarik (86,9%) terhadap isi film yang menonjolkan profesi geisha dan responden (79,8%) merasa tertarik terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film. Perasaan tersebut kemudian menghasilkan tanggapan (respon) dalam bentuk persepsi yaitu persepsi terhadap profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual seorang geisha.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Bebarapa adegan yang dilihat oleh responden yang dapat memberi makna terhadap apa sebenarnya profesi geisha yaitu seperti pada adegan ketika Mameha memberikan nasehat kepada Chiyo remaja “being a geisha is to be a living object of art” yang dilanjutkan dengan adegan-adegan Chiyo belajar menari, main musik, menuang sake dengan hanya membiarkan pergelangan tangannya yang bergerak dan terlihat oleh tamu. “paint and beauty live side by side” lanjut Mameha sambil menata taburan garam di bawah bantal kayu, seorang geisha haru bisa tidur dengan anggun tidak boleh bergerak sedikitpun, sehingga taburan garam itu utuh hingga pagi. Seorang geisha harus mampu berjalan dengan anggun, dengan langkah bagaikan aliran air, pendeknya seorang geisha harus memiliki keseimbangan badan yang baik dan keseimbangan badan yang baik itu dipengaruhi oleh pikiran yang tenang. “You are succesfull geisha, if the men cannot take their eyes of you”, kata Mameha sambil mencontohkan bagaimana ketika mereka berjalan di pasar, pria-pria melihat sampai jatuh atau nabrak. “touch their thigh a little when you pour the sake” lanjutnya “always by coincidence of course” menjadi geisha adalah belajar bagaimana menggoda pria tanpa melahapnya mentah-mentah, jadi bukan untuk menjual diri kepada siapapun yang punya uang untuk membayaremang benar bahwa ujian untuk naik kelas dari geisha magang menjadi geisha penuh adalah dengan melelang keperawanannya. Tetapi justru karena adanya lelang keperawanan tersebut mereka harus ekstra hati-hati menjaganya. Memang geisha itu tidak ubahnya seperti gadis-gadis lain juga, mereka buka penjaja cinta. Mereka juga punya cinta dan pria idaman, tetapi cita dan cinta itu
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
harus disimpan di sudut tersembunyi, karena mereka harus menjadi “profesional wife”. “We are the wife of the night, we cannot expect to be wife of the day” demikian kata sayuri yang tentunya tidak berarti harafiah, lebih sebagai bentuk dan kepasrahan dan penyerahan diri. Menjadi geisha memang bukan menjadi pilihan sesaat, bukan jalan pintas atau mengejar sesuatu yang lain. Menjadi geisha adalah suatu “takdir” yang harus dijalani, takdir disini berarti bukan takdir Tuhan tetapi “pencari bakat” seperti pemilik rumah geisha yang berperan disini. Nilainilai yang ditawarkan film memoirs of a geisha sebenarnya dari sudut pandang ketimuran memang tidak dapat sepenuhnya dapat diterima sebab nilai yang ada adalah nilai orang Jepang. Film ini di satu sisi hendak mengetengahkan bahwa sesungguhnya geisha berbeda dengan prostitusi. Tapi disisi lain ditampilkan sisi sesungguhnya dunia prostitusi itu. Bahwa pada dasarnya yang terjadi apabila seorang geisha telah meninggalkan nilai-nilai yang harus diterapkan oleh seorang geisha, dia memang akan terjerumus kedalam dunia gelap yang mirip dengan dunia prostitusi seperti yang dialami oleh Hatsumono. Sangat sulit membedakan antara geisha dengan prostitusi, sebab adegan film tidak memberikan batasan yang jelas. Pada bagian-bagian tertentu dalam film ini memang menampilkan aktifitas geisha sebagai pekerja seni atau penghibur, namun pada bagian lainnya juga ikut ditonjolkan bagaimana seorang geisha terjerumus kedalam praktik prostitusi itu sendiri Seperti telah diungkapkan pada analisa tabel tunggal bahwa pada dasarnya mahasiswa USU memiliki persepsi bahwa jika dilihat dari nilai-nilai moral bangsa Indonesia mayoritas mahasiswa USU menganggap geisha adalah
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
profesi yang tidak baik karena tidak jauh berbeda dengan praktek prostitusi seperti pekerja seks komersial (PSK) yang ada di Indonesia. Semua ajaran agama yang ada di Indonesia memandang negatif terhadap praktek prostitusi. Dan PSK sering kali dibenturkan dengan argumen moral, norma mayarakat dan nilai-nilai agama untuk melabelkan bahwa profesi pelacur adalah perempuan nakal, tak bermoral, melanggar nilai-nilai agama dan norma masyarakat. Indikasinya sangat jelas ketika sebagian kalangan yang kontra PSK menganggap tindakan mereka sebagai tindakan kejahatan atau kriminal yang perlu dihukum seberat-beratnya, kalau perlu dilenyapkan dari muka bumi. Profesi tersebut juga dianggap melanggar hak azasi manusia karena adanya pengeksploitasian wanita yang dilakukan oleh pemilik okiya terhadap geisha-nya dan seorang geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya. Tetapi jika dilihat dari sisi geisha sebagai seniman tradisional Jepang, mayoritas mahasiswa USU menilai bahwa profesi ini masih memiliki sisi positif karena mampu menjaga kelestarian budaya tradisional. Tetapi tetap saja apapun kelebihan dari profesi geisha, sebagai bangsa Indonesia yang berintelektual mayoritas mahasiswa USU tidak setuju dengan profesi tersebut.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gambaran profesi geisha dalam film memoirs of a geisha yakni suatu profesi yang menganggap penampilan sangatlah penting, keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa dan cinta dicemooh sebagai ilusi belaka. Seorang wanita yang mempelajari seni geisha yang berat, menari dan menyanyi, memakai kimono, makeup tebal, dan dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara yang sensual, bersaing
dengan
sesama
geisha
memperebutkan
pria-pria
dan
kekayaannya. 2. Persepsi terikat oleh budaya. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Mayoritas mahasiswa memiliki persepsi yang sama terhadap profesi geisha hal tersebut disebabkan nilai yang dianut oleh tiap-tiap mahasiswa sama yaitu nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Mahasiswa memandang status geisha dari dua sisi, yang pertama jika dilihat dari tugas dan perannya dalam pertunjukkan seni dan penjaga kelestarian budaya Jepang maka geisha dinilai memiliki status sebagai profesi yang dihargai. Tetapi jika dilihat dari tugasnya ”melayani” dannanya tanpa ada hubungan pernikahan serta
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
ritual mizuage yang dilakukan maka geisha dinilai memiliki status yang rendah, wanita yang tidak ada bedanya dengan pelacur. Tetapi secara keseluruhan sebagai bangsa Indonesia mahasiswa memiliki persepi negatif dengan tidak setuju adanya profesi tersebut walaupun geisha memiliki keahlian sebagai seniman, karena tidak jauh berbeda dengan pelacur layaknya seperti wanita tuna susila yang ada di Indonesia.
V.2 Saran
1. Adanya komunikasi antarbudaya
dalam film memoirs of a geisha
diharapkan dapat menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan , serta sekedar mendapatkan hiburan dan melepaskan diri dan tidak menjadikan perbedaan itu sebagai bencana. Karena pada dasarnya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggotaanggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap individu berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. 2. Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan dapat mengambil hikmah dari penyimpangan budaya Jepang sehingga membuat kita menjadi mawas diri terhadap keanehan yang terjadi di dunia terutama pada era globalisasi saat ini 3. Ada beberapa nilai positif yang dapat kita contoh dari profesi geisha tersebut antara lain kemampuan mereka untuk tetap menjaga nilai-nilai budaya tradisional dalam bidang seni, kegigihan mereka untuk mencapai cita-citanya.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
4. Film dapat berfungsi untuk memperkenalkan kebudayaan suatu bangsa kepada bangsa lain. Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki kekayaan
budaya yang unik, dan tidak ada salahnya jika para scene
Indonesia membuat film yang mengangkat kebudayaan Indonesia sehingga budaya yang ada di Indonesia dapat dikenal di masyarakat luas.
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Airlangga University Pers, Surabaya
Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Effendy, Onong Uchjana. 1993. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung .2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Citra Aditya Bakti, Bandung .2004. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Frederic, Louis. 2002. Japan Encyclopedia. Belknap Press Of harvad University,London Golden,Arthur.2002. Memoirs Of A Geisha. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Hendry, Joy.1995. Understanding Japanese Society. Biddles Ltd, Great britanian Irawanto, Budi.1999. Film, Ideologi, dan Militer. Media Pressindo,Yogyakarta Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta. Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta .2001.Gatra-Gatra Pelajar,Yogyakarta
Komunikasi
Antarbudaya.
Pustaka
Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. Seri Diktat, Medan Matsumoto, David. 2004.Pengantar Pelajar,Yogyakarta
Psikologi
Lintas
Budaya.
Pustaka
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
Mulyana, Deddy dan Jallaluddin rakhmat. 2003. Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. PT.Remaja Rosdakarya, Bandung
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mc.Quail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi Massa. Erlangga, Jakarta Nawawi, Hadari. 1997. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press, Yogyakarta Purwasito, Andrik.2003. Komunikasi Multikultural.Muhammadiyah Universitas Pers, Surakarta
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan Contoh Analistik Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung .2005.Psikologi Bandung
Komunikasi.
PT.Remaja
Rosdakarya,
Singarimbun, Masridan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta Sobur, Alex. 2003. Psikologi umum. Pustaka Setia, Bandung. Sunarwinadi, Ilya. 1993. Komunikasi Antar Budaya.UI Pers,Jakarta Suparmoko.1999. Metode Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial ,Ekonomi dan Bisnis. BPFE,Yogyakarta
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008
NON BUKU http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of _a_ Geisha diakses tanggal 19 desember 2008 http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66 diaksese tanggal 2 desember 2008 http://id.wikipedia.org/wiki/geisha).diakses tanggal 28 november 2008 http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa diakses tanggal 28 november 2008 http://www.indoforum.org/archive/indexphp diakses tanggal 2 febuari 2009 www.usu.ac.id diakses tanggal 5 januari 2009 Seputar Indonesia, Edisi 27 Februari 2008
Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008