Perkembangan Ekonomi Tiongkok Setelah Reformasi Ekonomi Oleh:Cai Jincheng(Gunawan) Assalamulaikum dan selamat malam! Bapak-bapak dan ibu-ibu dari KJRI yang saya hormati, adik-adik mahasiswa Indonesia yang saya cintai! Pertama-tama ucapan terima kasih saya haturkan kepada Federasi Antar Mahasiswa Indonesia Guangzhou yang telah mengundang saya untuk membicarakan topik Perkembangan Ekonomi Tiongkok Setelah Reformasi Ekonomi ini. Dari satu segi saya merasa bangga, karena saya mendapat kepercayaan dan kehormatan besar dari teman-teman Indonesia, tetapi dari segi yang lain saya juga merasa kuatir, apa yang saya kuatirkan? Sebabnya ada dua: Pertama, saya bukanlah ekonom, bukan pakar di bidang penelitian ekonomi, maka pandangan saya itu jangan dijadikan pegangan untuk mengelola ekonomi, siapa tahu nanti dari kalian ini lahir ekonom besar kaliber dunia? Pandangan saya paling-paling hanya sebagai pandangan seorang pengamat awam saja, yang amatir dan bukanlah yang profesional. Sebagaimana pepatah Indonesia “tiada rotan, akar
pun berguna”, “asal ada, kecil pun pada”. Biar saya sebagai akar atau yang kecil, asal bisa membantu saudara-saudara dari Indonesia untuk lebih mengenal apa yang terjadi di Tiongkok, saya akan merasa senang juga. Saya terpilih untuk membicarakan topik ini, mungkin karena saya menguasai sedikit bahasa Indonesia, bisa bertukar pikiran langsung dengan saudara-saudara yang dari Indonesia. Untungnya saya sebagai warga di sini, sejarah reformasi selama 30 tahun di Tiongkok semuanya sudah saya alami sendiri. Saya bersedia bertukar pikiran atau curhat dengan saudara-saudara mahasiswa dari Indonesia. Mudah-mudahan ini bermanfaat juga bagi yang hadir pada malam ini. Kedua, saya diminta membicarakan dalam bahasa Indonesia, ini tak lain daripada yang terungkap dalam pribahasa Tiongkok: Ban men nong fu. Saudara-saudara mahasiswa Indonesia yang saya cintai, apa maknanya pribahasa tadi? Maknanya main kemahiran kapak di depan Shifunya, sedangkan Lu Ban adalah cikal bakal tukang di bidang ini. Anda yang sebagai mahasiswa ada yang sudah cukup lama belajar di sini, kiranya tidak sulit untuk memahami budaya di sini, atau ungkapan-ungkapan yang sering dipakai orang di sini. Siapakah yang mau menjelaskannya kepada saya? Perhatikan, supaya Anda lebih memperhatikan ceramah saya, saya akan memberikan hadiah bila siapa cepat dan tepat menjawab pertanyaan saya. Hadiahnya sejilid buku yang sangat berharga bernama “Kajian Perbandingan Mengenai Pantun Melayu Dengan Nyanyian Rakyat Tiongkok”, yang
1
ditulis oleh Pak Prof. saya yang sudah berusia 87 tahun, harga jualnya 88 dolar Hongkong per buku. Saya yang seharipun belum pernah kuliah di Indonesia, malah disuruh berbicara dalam bahasa Indonesia, di mana pendengarnya semuanya yang pandai-pandai berbahasa Indonesia. Maka apa yang mau dikata, saya memberanikan diri, hantam kromo saja, kalau ada yang tidak benar, harap ditunjukkan adanya. Sebagai mahasiswa yang melanjutkan studinya ke Tiongkok, nasehat saya buat Anda sekalian adalah sekali-kali jangan hanya bahasa sehari-hari saja yang dikuasai, seharusnya banyak yang dapat dipelajari, termasuk juga kebudayaannya. Sekali
merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Demikianlah pribahasa Indonesia. Apa maknanya dalam bahasa Tionghoa? Saya tahu di Indonesia ada satu ungkapan yang cukup tenar, yaitu “Carilah ilmu, meski jauh di negeri Tiongkok”. Ini ajaran dari siapa? Nabi Muhammad, bukan? Nah, adik-adik yang tercinta, Anda sekalian benar-benar mujur, dapat mencari ilmu jauh di negeri Tiongkok. Sebagaimana yang dikatakan oleh mantan Ketua Mao Zedong dalam suatu pertemuan dengan mahasiswa Tiongkok yang studi di Moscow Uni Sovjet dulu, saya pinjamkan kata-kata beliau, untuk mengobarkan semangat pembelajaran Anda sekalian. Dunia ini adalah milik kalian, juga milik kami,
tetapi sebenarnya adalah milik kalian. Kalian adalah matahari pukul tujuh-delapan di pagi hari…. Apa maksudnya? Pemuda merupakan harapan nusa dan bangsa. Nusa dan bangsa nanti baik tidaknya, berkembang atau tidaknya bergantung kepada angkatan muda, angkatan penerus usaha. Maka belajarlah dengan baik-baik, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, nanti pada suatu saat bisa berbakti kepada bangsa dan negara. Sebenarnya negeri Tiongkok tidak begitu jauh juga, hanya empat setengah jam saja waktu penerbangannya. Hanya saja pada suatu masa lalu orang Indonesia lebih suka berkiblat ke Barat, hanya negara-negara Eropah dan Amerika saja yang disegani. Di Asia, juga paling-paling hanya Jepang dan Korea sajalah yang dipandang hebat. Tiongkok selalu tidak masuk dalam hitungannya. Mungkin saja di antara kalian ada yang tidak setuju. “Itu fitnah saja, Pak Cai?” Itu benar! Saya kan ada buktinya. Umpamanya, rekan-rekan program jurusan lainnya dari fakultas saya yang tour ke Indonesia pada Juli yang lalu, sewaktu masuk ke toko, selalu disapa dengan bahasa Jepang, atau dianggap orang Korea, jarang yang dianggap dari Tiongkok. Ini kan buktinya. Kita orang timur seringkali kelihatannya kurang kepercayaan diri. Melihat si bule saja sudah kalah dalam semangat. Itu seharusnya tidak pada tempatnya lagi. Kini, dunia ini sepertinya sudah berputar, dunia Barat yang diagung-agungkan itu sepertinya sudah mengalami masalah besar, negara Paman Sam yang sebagai 2
negara adikuasa, yang serba bisa dan jaya itu juga tak terluput dari serangan tsunami moneter yang melanda dunia dewasa ini. Akan tetapi, sebagaimana ada pepatah Tiongkok yang mengatakan: san shi nian he dong, san shi nian he xi. Apa maknanya pepatah ini? Nasib mujur ini tidak selalu berada pada satu pihak, dulunya nasib mujur itu ada di Eropa dan Amerika, sekarang gilirannya di Asia Pasifik. Sebagaimana ada satu ungkapan dalam puisi Mao Zedong, “Feng jing zhe bian du hao” 1], maknanya pemandangan indah permai hanya ada di sini, tidaklah di lain tempat. Lihatlah ke dunia bagian Timur, ada negara Tiongkok dan India seakan-akan mendadak muncul sebagai kekuatan baru di dunia, sebagai lokomotif perkembangan ekonomi dunia yang baru. Dunia ini sudah berkembang menjadi sedemikian rupa, Amerika bersin, negara yang lain pun ikut kena flu. Globalisasi menjadikan negara-negara di dunia tidak bisa terpisah satu sama lainnya. Walaupun ekonomi di Tiongkok kelihatannya cukup sehat, kita yang hidup di Guangzhou pun tetap juga merasakan goncangan tsunami moneter dunia itu, harga barang juga terus naik. Orang asing yang menghadiri Pameran Guangzhou(Canton Fair) 2] banyak yang berkurang, omzet perdagangan menurun drastis terutama dengan Amerika dan negara-negara Eropah. Namun harus diakui pula bahwa apa yang terjadi di sini masih tidak sehebat yang terjadi di kawasan lain kiranya, misalnya apa yang saya alami sendiri di Indonesia satu bulan yang lalu di Jakarta. Turun naiknya kurs nilai dolar AS dengan Rupiah dalam setengah hari saja bisa mencapai 10%. Aduh, kayaknya meroket! Dengan adanya fenomena ini, maka sudah waktunya dunia untuk meneliti apa yang terjadi di Tiongkok. Anda sekalian sebagai mahasiswa harapan bangsa, juga patut selain mengejar ilmu praktis jurusan yang ditekuni masing-masing, juga boleh bertanya-tanya, mengapa Tiongkok bisa sukses, apa kasiatnya? Kita bangsa Indonesia mendapatkan ilham apa dari pengalaman kebangkitan bangsa orang lain?
Kebangkitan Bangsa Tionghoa Dalam Reformasi Tiga puluh tahun bagi seseorang cukup berarti karena itu mungkin separuh atau sepertiga usia seseorang. Tetapi tiga puluh tahun bukanlah apa-apa kalau dalam perkembangan sejarah umat manusia yang amat panjang itu. Tiga puluh tahun dapat membuat bangkit kembali sebuah bangsa sehingga ia tidak berani diremehkan oleh bangsa manapun di dunia. Tiga puluh tahun dapat membuat sebuah negara menjadi terpandang dan disegani oleh negara lain. Inilah jalan yang telah ditempuh Tiongkok. Inilah yang benar-benar terjadi di Tiongkok. Tahun ini tepat 30 tahun Tiongkok dilaksanakannya kebijakan reformasi dan keterbukaan. Bagaimanakah 3
prestasi yang tercapai di Tiongkok? Apa yang telah Anda saksikan di Guangzhou, di Guangdong atau di Tiongkok? Supaya gampang diingat, saya mencoba mengutarakan dalam sebuah puisi berbentuk syair.
Di mana-mana nampak gedung pencakar langit, jalan tol yang lancar dan bagus tidak sedikit, pengelolaan kota dan desa bukanlah sulit, terang benderang malam di Sungai Mutiara ramai berakit. Puisi ini saya buat walaupun mungkin masih kurang bagus tetapi kiranya dapat memberikan inspirasi kepada hadirin, ini untuk melukiskan kesan seseorang yang baru datang ke Guangzhou yang tentu saja dengan rasa puitisnya. Namun untuk meyakinkan seseorang itu hanya dengan sebuah puisi mungkin terlalu abstrak, maka akan saya pergunakan dengan fakta-fakta dan data-data yang nyata dan konkret supaya dapat meyakinkan. Provinsi Guangdong merupakan ladang percobaan pertama dalam pelaksanaan kebijakan reformasi dan keterbukaan yang dirintis oleh Bapak Deng Xiaoping. Apa hasilnya. Ambillah yang paling dekat, yang dapat kita lihat setiap hari, yaitu Kota Guangzhou sebagai contoh, pada tiga puluh tahun yang lalu, luas pusat kota Guangzhou yang sudah jadi hanya 54 kilometer persegi. Cobalah tebak, dewasa ini berapa luas pusat kota Guangzhou yang sudah jadi? 600 kilometer persegi! Berapa kali lipat yang bertambah? Kita tahu pula bahwa Kota Guangzhou sudah bersejarah 2.200-an tahun, dalam lingkungan dunia pun termasuk sebuah kota kuno yang bersejarah lama, tidak seberapa kota di dunia ini lebih tua usianya daripada kota Guangzhou. Tetapi dalam sejarah perkembangannya yang selama 2.170 tahun, luas pusat kotanya toh masih hanya 54 kilometer persegi saja. Namun hanya dalam waktu 30 tahun belakangan ini, luas pusat kotanya sudah cepat membangkak menjadi 600 kilometer persegi, luar biasa, bukan? Kalau hanya tentang sebuah kota mungkin masih terlalu abstrak. Nah, sekarang saya berikan angka-angka yang lebih terperinci. GDP Guangzhou tahun yang lalu mencapai 705,078 milyar yuan RMB. Kalau ini juga masih terlalu abstrak, masih bingung, maka bisa lebih terperinci lagi, GDP Guangzhou per kapita tahun yang lalu adalah 71.219 yuan RMB, atau sama dengan 9.302 dolar AS, tahun ini nilai RMB sudah jauh lebih kuat lagi, maka berarti sudah melampaui 10.000 dolar AS per kapita. 3] Untuk seluruh negeri, pertumbuhan pendapatan sejak tahun 1978 hingga 4
2007, warga desa bertambah 30 kali lipat, warga kota bertambah 40 kali lipat. Cadangan devisa negara tahun 1978 adalah 1 milyar dolar AS, kini mencapai 1.900 milyar dolar AS. Menjadi nomor satu di dunia. 4] Yang lebih menakjubkan lagi adalah perkembangan sebuah kota yang bernama Shenzhen. Mungkin banyak yang di antara kita ini pernah ke Shenzhen, bagaimana kesannya? Hebat, bukan? Tetapi siapa yang tahu bahwa pada 30 tahun yang lalu, Shenzhen masih sebuah kampung nelayan kecil di tepi laut yang tidak ternama, waktu itu ia hanya sebuah kota kabupaten terpencil di perbatasan Hongkong, sebuah kali yang bernama Shenzhen dan sebuah jembatan bernama Luohu terdapat di situ, sebagai perbatasan wilayah Tiongkok daratan dengan Hongkong, yang sebagai tanah konsesi atau tanah jajahan Inggris dulu. Apa maknanya kata Shenzhen, selokan atau kali yang dalam maknanya, dalam bahasa lokal. Kota kabupaten ketika itu disebut Bao An, dengan penduduknya sekitar 40 ribu orang. Kecil sekali bukan? Bagaimanakah Kota Shenzhen yang kalian lihat sekarang, sebuah kota metropolitan modern dengan gedung pencakar langit yang tinggi, tata kota yang mengesankan, jalan-jalan yang bagus lebar, objek wisata yang indah permai yang dapat menarik kunjungan turis jauh-jauh dari mancanegara. Kedudukannya sangat penting dalam kota-kota besar di Tiongkok, dengan industri teknologi tinggi yang mengagumkan. Sedangkan penduduknya hampir mencapai 10 juta, merupakan kota nomor kedua terbesar di Provinsi Guangdong, juga menempati ranking keempat terpenting di antara kota-kota besar di Tiongkok. Ini merupakan suatu keajaiban di Tiongkok, bahkan juga di dunia. Setuju? Tetapi keajaiban-keajaiban itu bukanlah hanya satu dua saja, ada pepatah Tiongkok lagi yang mengatakan; du mu bu cheng lin, yi zhi du xiu bu shi chun. Maknanya, kalau hanya sebatang pohon saja, itu bukanlah hutan. Kalau hanya bermekar saja sekuntum bunga, itu masih bukan musim semi. Perubahan besar hampir terjadi di semua kota dan desa di wilayahnya yang luas di seluruh Tiongkok, apalagi di daerah pantai. Sebenarnya perubahan maha besar terjadi di setiap tempat, setiap daerah. Sedangkan rakyat yang luas di Tiongkok benar-benar mengecap hasil reformasi itu. Ini termasuk bosnya Restoran Soto ini, termasuk juga saya sendiri, apa yang telah kami peroleh sekarang sungguh belum pernah terpikirkan kami pada masa lalu, bermimpipun tidak. Tetapi sekarang sudah menjadi kenyataan. Tiongkok sudah berada pada jalan yang tepat, pada suatu masa perkembangan yang luar biasa, tidak pernah ada dalam sejarahnya, tidak dapat dibandingkan oleh dinasti manapun dalam sejarahnya, walaupun dalam sejarah Tiongkok yang sangat panjang itu, tidak kurang dinasti-dinasti yang besar dan jaya. Kita perhatikan hal-hal yang terjadi di sekitar kita saja, umpamanya di 5
Guangzhou, ada gedung pameran Pazhou yang terbesar di dunia, luasnya mencapai 1,13 juta meter persegi. Kita punya University Town yang luasnya mencapai 18 kilometer persegi, yang lebih besar sedikit daripada Kota Makau, di mana ditempati 10 kampus yang ternama di Provinsi Guangdong. Kita tidak hanya terkagum oleh kecepatan pembangunannya yang luar biasa(hanya dalam sekitar 3 tahun bangunan utamanya sudah rampung semua), tetapi juga oleh fasilitas dan teknologi canggih yang dipakai di situ. Ini menandakan tekad pemimpin Provinsi Guangdong untuk memajukan pendidikan perguruan tingginya, yang sekaligus dalam rangka untuk meningkatan SDM-nya, demi melayani pembangunan negaranya. Kebetulan beberapa kali saya sempat mendampingi pejabat-pejabat Indonesia yang berkunjung ke kampus selatan kami yang terletak di University Town itu, setelah menonton VCD yang memperkenalkan proses pembangunan University Town itu, dan menyaksikan gedung-gedung kuliah, asrama, fasilitas dan prasarana yang terdapat di pulau itu dengan mata kepala sendiri, sering kali mereka dibuat terkagum saja oleh keajaiban yang nyata itu. Daerah Delta Sungai Mutiara merupakan daerah jaringan sungai-sungai besar, jembatan-jembatan besar banyaknya sampai ratusan, di antaranya, akan segera terpakai sebuah jembatan yang terbesar di Guangdong untuk saat ini, yaitu Jembatan Huangpu di Sungai Mutiara, yang menghubungkan Distrik Huangpu dan Distrik Pan-yu. Panjangnya mencapai 20 kilometer. Yang sebelumnya sudah ada Jembatan Humen yang panjangnya sekitar 16 kilometer, nanti tak usah seberapa lama lagi segera akan terlampui oleh Jembatan Hongkong, Zhuhai dan Makau, yang panjangnya puluhan kilometer yang dibuat di tengah-tengah laut. Teknologi pembangunan jembatan raksasa Tiongkok sudah mencapai taraf internasional yang tertinggi. Ini tidak perlu disangsikan lagi, lihatlah di Sungai Yangzi yang panjangnya mencapai 6.180-an kilometer dan deras airnya itu, sudah puluhan jembatan raksasa selesai dibangun. Tetapi jembatan yang terpanjang yang bisa mencerminkan kecanggihan teknologi pembangunan jembatanya adalah jembatan di Teluk Hangzhou itu, panjangnya sekitar 37 kilometer, dibangun di laut yang cukup dalam dan sangat rumit kondisi geografinya. Kita lihat lagi ke Tianhe, sebuah distrik yang masih muda belia banget di kota Guangzhou, kan banyak mahasiswa yang dari Universitas Jinan, yang juga termasuk dalam lingkungan distrik ini. Distrik ini akan memainkan peranannya yang semakin penting di kota Guangzhou, karena dijadikan CBD Guangzhou, banyak bangunan raksasa yang penting-penting sedang atau akan dibangun pada kawasan ini. Tetapi tahukah kalian, bahwa Tianhe yang ramainya bukan main sekarang ini, yang punya GRANDVIEW PLAZA 5], dan TEEMALL, yang mungkin sering Anda kunjungi, serta serangkaian bangunan pencakar langitnya yang mengagumkan itu, baru mulai 6
dibangun di sawah ladang petani Komune Shahe pada tahun 1986. Pertama waktu itu di Guangzhou akan diselenggarakan PON VI, maka Stadion Tianhe beserta gedung gymnasticsnya, gedung renangnya dibangun, untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional yang diadakan pada tahun 1987. Sekali diadakan PON, lahir sebuah distrik baru, distrik di Tiongkok setingkat dengan kabupaten. Kota Guangzhou sekarang terbagi dalam 10 distrik dan 2 kota setingkat kabupaten. Luas wilayah Kota Guangzhou 7.434 kilometer persegi dengan penduduknya lebih dari 10 juta. Untuk menyambut pelenggaraannya Asian Games yang ke-16, Guangzhou yang sebagai tuan rumahnya akan membangun fasilitasnya secara besar-besaran. Nanti pada tahun 2010 kita akan saksikan perubahan yang lebih besar dan lebih mengagumkan lagi. Saudara-saudara mahasiswa Indonesia yang tercinta, kita tahu juga bahwa tidak mungkin semuanya yang mujur saja untuk Tiongkok. Bencana alam pun sering kali muncul menghantam menyerang kami. Sebagaimana yang kita alami di sini, pada awal musim semi tahun ini, yaitu Februari 2008 ini. Bencana salju yang maha besar telah menyerang daerah selatan Tiongkok, mencakup daerah luas lebih dari sepuluh provinsi, semua lalu lintas baik udara, kereta api, jalan tol, jalan raya lumpuh total, kabel-kabel listrik terputus dan menara listrik di beberapa provinsi serentak tumbang roboh gara-gara hujan salju dan es yang hebat itu. Jutaan orang yang mudik ke kampung di Stasiun Kereta Api Guangzhou itu terkumpul di lapangan depan stasiun. Bencana semacam ini baru mungkin terjadi sekali dalam 80 hingga 100 tahun. Malah terjadi hal pengantin baru terhalang di bandara, sedangkan pesta pernikahan di kampungnya sudah disediakan, tamu-tamu undangan terpaksa menghadiri pesta pernikahan tanpa kehadiran pengantin. Lucu bukan? Tetapi ini benar-benar terjadi dan berita ini saya dapat dari suratkabar. Pada tahun ini pula, angin badai dan taufan juga tampil sebagai tamu yang tidak diundang untuk menguji kemampuan kami, katanya angin taufan yang menyerang ke bagian barat daya Provinsi Guangdong mencapai tingkat yang ke-17, tercatat terhebat dalam 70 tahun di Guangdong, ombaknya tinggi mencapai 6 meter di laut dan pantai. Kerugian besar tak terhindari. Akan tetapi, bencana alam yang lebih hebat tahun ini adalah gempa bumi dahsyat di Kabupaten Wenchuan, Provinsi Sichuan. Korban jiwa manusia mencapai lebih dari seratus ribu orang, rumah-rumah banyak yang sudah runtuh meratakan dengan tanah. Bencana-bencana alam itu datang beruntun seakan-akan mau menguji ketabahan rakyat Tiongkok yang akan siap menyelenggarakan Olimpiade Beijing pada Agustus tahun 2008. Apa yang kita lihat? Bangsa Tionghoa yang gagah berani itu tidak tertaklukkan oleh bencana alam apapun. Malahan dalam bencana yang maha besar itu, rakyatnya lebih bersatu dan kompak di bawah pemerintahnya, segala kesulitan sedang dan akan teratasi. Rakyat di daerah bencana alam itu bisa hidup 7
tenang tenteram dengan bantuan dari berbagai kalangan. Termasuk juga bantuan dari pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengirim sebuah tim medisnya ke Provinsi Gansu yang banyak terdapat muslim, yang berbatasan dengan Provinsi Sichuan, untuk menolong korban gempa bumi di sana. Ulur tangan ketika mengalami bencana besar dan kesulitan itu sangat kita hargai, ada kalanya orang sebenarnya tidak memandang banyak atau sedikitnya bantuan materi itu, melainkan rasa setia kawan yang tercermin di dalamnya. Saya sebagai seorang rakyat jelata sangat terharu melihat di TV tingkah laku pemimpin kami, seperti PM Wen Jiabao pada saat pertama setelah gempa bumi terjadi, sudah muncul di lapangan untuk memberikan instruksi pertolongan, dengan cepat ratusan ribu militer dikerahkan untuk menolong jiwa korban gempa bumi yang maha dahsyat itu. Kami benar berbangga atas adanya pemerintah yang bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyatnya. Kejayaan dan sukses besar Olimpiade Beijing tak usah saya bicarakan di sini lagi. Yang perlu ditegaskan di sini hanya bahwa dengan berhasilnya reformasi yang dijalankan di Tiongkok sudah punya kemampuan menyelenggarakan sebuah Olimpiade yang menakjubkan dunia tak perlu diragukan lagi. Mungkin banyak olahragawan dan atlet mancanegara sebelum datang ke Beijing, sudah dicuci otaknya dulu supaya membenci atau memboikot Olimpiade Beijing. Kan ada juga atlet asing yang setelah mendarat di Bandara Beijing dengan memakai masker, sebab dianggap mereka polusi Beijing sangat parah gara-gara mendengar propaganda orang yang berhati busuk. Mungkin juga untuk demo menyatakan ketidakpuasannya. Tetapi sebagaimana yang terungkap dalam pribahasa Tiongkok, bai wen bu ru yi jian. Maknanya mendengar seratus kali tidak sebaik melihat hanya sekali saja dengan mata kepala sendiri. Perbuatan yang aneh itu malah mendapat olok-olokan dari atlet asing yang lain. Akhirnya mereka merasa malu juga sendiri gara-gara tindakan yang tidak punya otak itu. Yang tercermin dalam Olimpiade Beijing itu adalah kepercayaan diri bangsa Tionghoa di mata dunia, fasilitas yang nomor satu di dunia, kemampuan dalam mengelola pekan olahraga yang bagus, acara pembukaan dan penutupan kan bagus. Demikian juga prestasi dalam cabang-cabang olahraga. Medali emas yang diraih pemain Tiongkok paling banyak. Walaupun ini hanya sebuah games olahraga, tetapi juga pencerminan kemampuan kompleks sebuah negara. Pesawat antariksa Shenzhou VII diluncurkan ke angkasa luar, untuk pertama kalinya ada antariksawan Tiongkok yang melangkahkan kakinya di angkasa luar, mencerminkan teknologinya mencapai suatu tingkatan yang cukup maju di dunia. Bangsa Tionghoa merupakan sebuah bangsa yang tidak suka ketinggalan di mata dunia. Yang dapat dibanggakan rakyat Tiongkok pada masa lalu adalah Tembok 8
Besar yang mulai dibangun semasa Dinasti Qin, sebuah kerajaan yang ada pada 200-an tahun sebelum Masehi. Tembok Besar itu masih tetap ramai dikunjungi orang sewaktu tour ke Beijing, baik wisatawan domestik maupun yang mancanegara. Adapun sebuah pepatah yang terkenal sebenarnya diambil dari puisi Mao Zedong, bu dao chang cheng fei hao han. 6] Maknanya adalah, kalau siapa yang tidak mencapai ke Tembok Besar, dialah bukan yang jago! Semua orang mau jadi jagoan, maka siapa saja yang sudah ke Beijing, baik yang domestik maupun yang dari luar negeri, tidak mau ketinggalan, maka beramai-ramai mau pergi menjadi jagoan. Dalam kamus orang Tionghoa, sepertinya setiap zaman harus ada yang dapat dibanggakan. Pada zaman dewasa ini, apa yang dapat dibanggakan oleh rakyat Tiongkok? Apakah saudara-saudara mengetahuinya? Cobalah sebutkan. Bukan Sarang Burung stadion olahraga di Beijing, bukan Gedung Pameran Pazhou di Guangzhou, juga bukan Jembatan Raksasa di Teluk Hangzhou. Kesemuanya itu walaupun cukup hebat, tetapi masih belum terhitung karena ada yang lebih membuat orang ternganga. Itu adalah Dam Sanxia di Sungai Yangzi, sebuah keajaiban lain yang ada di dunia masa kini. Sebuah proyek raksasa yang benar-benar patut dibanggakan tidak hanya oleh rakyat Tiongkok saja, bahkan oleh semua orang di dunia, karena sebagai kristal teknologi tinggi manusia. Dam Sanxia, sebuah dam yang panjangnya 2.309 meter, tingginya 185 meter, dibangun di Sungai Yangzi yang deras arusnya, waktu musim hujan, air yang melewati sungai itu bisa mencapai 12.000 meter kubik per detik. Anda dapat bayangkan betapa susahnya pembangunan proyek itu. Ribuan karyawan bekerja di proyek itu siang-malam tak henti-hentinya, dengan mesin-mesin berat yang canggih, melalui kerja keras terus-menerus selama 16 tahun, tahun ini sudah rampung dam raksasa itu. Airnya akan naik 175 meter dari permukaan laut, beda air di depan dam itu mencapai 110 meter. Sebuah waduk yang panjangnya 660 kilometer sudah jadi, dengan adanya dam raksasa ini, kebanjiran air bah yang ganas yang sering mengancam rakyat di aliran Sungai Yangzi bagian hilir akan terhindari. Dua puluh enam turbin raksasa untuk pembangkitan listerik sudah dipasang dan listerik yang murah dan bersih disalurkan ke berbagai daerah yang memerlukan listerik, seperti daerah Guangzhou, Daerah Delta Sungai Yangzi yang banyak terdapat pabrik manufaktur. Setiap tahun 84,7 milyar kilowatt listerik yang dihasilkan dari dam itu. Pelayaran sungai yang murah juga menghemat banyak biaya dan energi 7]. Kesemuanya ini akan memberikan dampak yang positif bagi pembangunan berkesinambungan Tiongkok. Untuk pembangunan proyek sebesar ini, selain teknologi yang diperlukan, juga masalah aktual harus dipecahkan. Misalnya transmigrasi penduduk di daerah aliran Sungai Yangzi karena airnya naik 110 meter, membuat banyak petani kehilangan 9
lahannya, kehilangan kampung halamannya, banyak juga kota kabupaten dan kecamatan harus pindah ke lain tempat. 1,24 juta penduduk harus ditempatkan ke daerah lain. Ini masalah yang selalu sulit yang dihadapi pemerintah negara manapun kalau ada proyek irigasi raksasa. Pemerintah Tiongkok berhasil memecahkan masalah ini. Penduduk setempat itu tidak hanya ditransmigrasikan saja, tetapi dijamin pekerjaan mereka, diberikan lahan supaya mereka hidup lebih sejahtera. Untuk itu, banyak provinsi sudah menerima penduduk yang pindah dari daerah yang tergenang air itu, termasuk juga Provinsi Guangdong. Ada lagi proyek yang cukup besar sedang dikerjakan, yaitu penyaluran air Sungai Yangzi yang cukup banyak itu ke daerah luas dan kering di bagian utara Tiongkok, kalau tidak salah, dalam setahun dua ini air Sungai Yangzi sudah dapat dialirkan ke Beijing yang kekurangan air. Saluran itu ada tiga, yang sedang dibangun itu adalah jalur timur dan jalur tengah, jalur barat lagi dalam proses dikaji apa bisa dilakukan. Pembangunan proyek itu tidak kalah sulitnya dengan proyek Dam Sanxia, itu semuanya bergantung kepada kekuatan ekonomi Tiongkok. Dan nanti hasil dari pembangunan itu akan berlimpah-limpah banyaknya. Tiongkok negara miskin sumber alamnya, lahannya walaupun banyak tetapi kebanyakan tandus tidak bernyawa, penduduknya nomor wahid di dunia maka membuat pemimpinnya harus punya wawasan yang luas dan berhati-hati mengelola negaranya, mengisi kenyang perut 1,3 milyar jiwa itu saja hal yang memusingkan. Mujurlah kami punya Bapak Prof. Yuan Longping, seorang ahli padi, yang sering disebut Bapak Padi Dunia, dengan hasil yang beliau capai, maka Tiongkok dengan lahan tanam 7% dari dunia, bisa menghidupi 22% penduduk dunia 8]. Sesuatu yang patut dibanggakan juga, bukan?
Mengapa Harus Diadakan Reformasi Ekonomi di Tiongkok? Kita melihat Tiongkok sekarang memang sudah cukup maju, cukup modern pada segi-segi tertentu, bukan? Tetapi siapa tahu bagaimana keadaan Tiongkok 30 tahun yang lalu? Negeri masih tetap negeri yang sama, lahan masih tetap lahan itu, hanya saja panoramanya sudah berubah sama sekali. Diadakan reformasi ekonomi, berarti kebijaksanaan politik ekonomi sebelumnya tidak sesuai dengan perkembangan. Tidak sesuai, maka harus diadakan perombakan. Kalau membicarakan reformasi ekonomi Tiongkok, mau tak mau saya harus menyebut juga sistem politik dan ekonominya yang berlaku di negeri ini. Sekali-kali saya tidak bermaksud mempromosikan atau mempropagandakan isme-isme yang berlaku di negeri ini, tetapi kalau tidak menyangkut apa yang dijalankan di sini, tidak bisa membicarakan apa-apa, atau tidak kena tempatnya. Sebagaimana kalau 10
kita membicarakan kebudayaan Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila itu tidak bisa kita lewatkan begitu saja. Cuma saya juga ada nasehat buat mahasiswa Indonesia, pengalaman suatu negara hanya bisa dijadikan sebagai referensi saja, sekali-kali jangan dicontohi seratus persen. Andaikata hanya mencontohi orang punya melulu, tidak dipadukan dengan situasi dan kondisi negerinya sendiri, itu tidak akan berhasil mestinya. Membicarakan masalah Tiongkok, ada dua orang tokoh yang penting tidak bisa kita lewatkan begitu saja. Banyak pejabat Indonesia bertanya kepada saya, sukurlah saya ada kalanya ditarik sebagai penerjemah pejabat tinggi Indonesia, oleh Pak Konjen Indonesia yang pertama di Guangzhou. Dua tokoh yang penting itu siapa? Pertama, Mao Zedong, kedua, Deng Xiaoping. Tanpa mengenal kedua tokoh ini, tidak mungkin akan mengenal masalah Tiongkok modern dalam arti yang sebenarnya. Kedua tokoh ini sebagai cikal bakal negara kami. Ini pandangan saya orisinal seratus persen tidak mencontohi siapa-siapa. Kalaupun ada yang punya pandangan yang sama dengan saya, itupun hanya ying xiong suo jian lue tong, suatu kebetulan saja. Mao Zedong sebagai seorang pribadi sebenarnya termasuk yang paling besar dalam sejarah Tiongkok, baik dilihat dari segi apapun. Beliau seorang politikus, seorang pemimpin dari Partai Komunis Tiongkok, pernah sebagai Presiden Negara ini untuk jabatan itu hanya sekali saja, 5 tahun. Beliau lebih suka menjadi Ketua Partai. Beliau sebagai inti pimpinan angkatan pertama Republik Rakyat Tiongkok yang diproklamasikan berdirinya pada tahun 1949. Tanpa Mao Zedong, tiada Tiongkok yang baru, atau dengan kata yang lain, rakyat Tiongkok mungkin masih harus meraba-raba dalam kegelapan bagaikan di zaman jahiliah tidak tahu berapa puluh atau berapa ratus tahun. Ini hampir diakui oleh semua orang termasuk lawan politiknya. Apa jasanya Mao? Beliau memimpin rakyat Tiongkok yang melakukan perjuangan bersenjata selama puluhan tahun, melawan agresor asing baik Jepang maupun negara Barat, juga rezim diktatur Jiang Kai Sek akhirnya beliau berhasil mendirikan RRT. Mao ini sebagai seorang cendekiawan yang zenius, bisa mengatur strategi dan taktik perang, bisa merumus teori filsafat, maka beliau juga disebut filsuf, malah diakui sebagai salah satu dari dua filsuf yang terbesar dalam sejarah Tiongkok, yang lainnya adalah Kong Fu Cu. Beliau malah pandai menulis puisi dalam bentuk lama, dan puisinya mencapai taraf tertinggi dalam sejarah sastra Tiongkok yang begitu banyak lahir penyair yang hebat-hebat seperti Li Bai dan Tu Fu. Beliau tak bisa terkalahkan oleh penyair dari zaman manapun di Tiongkok. Huruf kanji kaligrafinya begitu bagus, indah, hidup dan berseni, sungguh suatu keajaiban juga. Karena sumbangannya yang begitu besar dalam teori revolusi Tiongkok, maka dirumuskan menjadi Fikiran Mao Zedong. Apabila Anda bergaul dengan pejabat 11
tinggi di negara Tiongkok, siapa tahu nanti di antara kalian, akan muncul juga penerjemah kelas tinggi yang akan mendampingi pejabat tinggi Indonesia berkunjung ke Tiongkok, atau menerima pejabat tinggi Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia, kalau itu yang terjadi, maka akan sering kali terdengar kata-kata seperti Marxisme, Leninisme dan Fikiran Mao Zedong, kemudian juga ditambah lagi Teori Deng Xiaoping. Mao Zedong beserta pimpinan angkatan pertamanya telah merintis revolusi Tiongkok, perkembangan pada tahap pertama Tiongkok Baru itu boleh dikatakan sangat sukses dan jaya. Tetapi sebagaimana pribahasa Indonesia juga, Tak ada
gading yang tak retak. Mao juga seorang manusia, bukanlah dewa, hanya dewa sajalah yang tidak membuat kesalahan. Mao membuat kesalahan besar pada masa senjanya, yang terpenting adalah Revolusi Besar Kebudayaan Proletar namanya, sebuah gerakan politik yang membawa banyak malapetaka bagi pejabat tinggi dan cendekiawan. Banyak juga kebenaran yang dirumuskannya sendiri dulu menjadi dilanggarkannya sendiri pula, gara-gara orang yang dipercayainya punya ambisi politik, banyak informasi yang sebenarnya tidak sampai kepada Mao, maka banyak keputusan yang diambilnya adalah berdasarkan informasi yang salah. Banyak kebijakan terbuat berpegang pada dalil yang salah. Umpamanya perjuangan klas ditegaskan terus-menerus sehingga banyak kawan seperjuangannya berjatuhan satu persatu karena diganyang. Kontradiksi kalangan rakyat dijadikan kontradiksi antara kawan dengan lawan, yang bersifat bermusuhan. Oleh karenanya, Deng Xiaoping dua kali dijatuhkan dan diganyang pada tahun 60-an dan 70-an. Setelah Mao wafat pada tahun 1976, yang disebut “Komplotan Empat Orang” itu masih berkuasa malah ingin merebut kekuasaan negara. Teori-teori sumbang mereka sungguh sesuatu yang sangat aneh kalau kita lihat sekarang. Umpamanya,
“dibiarkan tumbuh rumput sosialis, pun tidak boleh dibiarkan tumbuh tanaman kapitalis”, orang bisa bertanya, yang ditanam di sawah ladang itu adalah padi dan gandum, yang mana bisa digolongkan yang milik sosialis, yang mana bisa digolongkan yang milik kapitalis? Kalau sebuah keluarga piara dua tiga ekor bebek adalah yang sosialis, yang piara 5 atau 6 ekor bebek adalah kapitalis. Rakyat yang semua hidup dalam kesusahan adalah sosialisme, apa gunanya sosialisme semacam ini? Di mana pencerminan keunggulan sistem sosialisme itu? Pikiran manusia itu sungguh sudah dibikin kacau sekacau- kacaunya. Kemudian giliran Bapak Deng Xiaoping yang tampil di panggung politik Tiongkok lagi, Bapak Deng dengan tubuhnya yang pendek hanya 150-an sentimeter tingginya benar-benar sebagaimana dalam pribahasa Indonesia, kecil-kecil cabai
rawit. Dengan teori kucingnya yang menghebohkan terakhir telah mengubah pandangan orang dunia. Seorang yang berbadan kecil malah menjadi seorang yang 12
dianggap besar dalam dunia. Bagaimana teori kucingnya? Siapakah yang tahu?
Biarkan kucing putih atau kucing hitam, asalkan dapat menangkap tikus itu adalah kucing yang baik. Ini memang benar saja, kalau kita membeli kucing dengan maksud menangkap tikus yang merajalela di rumah, yang diutamakan adalah kemampuan kucing itu dapat tidaknya menangkap tikus, dan sekali-kali bukan warna bulunya. Kata-kata itu merupakan salah satu bagian dari omongan Deng dalam sebuah bicara. Deng waktu itu sebagai Sekjen Partai Komunis Tiongkok di pusat sekaligus merangkap sebagai Wakil Perdana Menteri dalam kabinet, memang dipilih sebagai penerusnya Mao. Tetapi terdapat perselisihan pandangan Mao dengan yang lain, termasuk juga Deng, maka akhirnya Deng diganyang, dalam riwayat Deng tiga kali jatuh diganyang dan empat kali naik kembali, ini kiranya juga tak pernah ada dalam sejarah negara mana pun dan zaman apapun. Mao selalu mencari penerusnya dengan hati-hati, setelah beliau perbandingkan semua pemimpin angkatan muda, akhirnya tetap memilih Deng, maka direhabilitasi namanya, diangkat lagi menjadi Wakil Perdana Menteri untuk menggantikan PM Zhou Enlai yang sudah jatuh sakit parah. Kemudian “Komplotan Empat Orang” yang berambisi merebut kekuasaan negara itu mana mau merelakan kekuasaan negara itu jatuh lagi ke tangan orang lain, mereka menjatuhkan lagi Deng. Komplotan Empat Orang ditangkap, Deng dikeluarkan lagi dari penjara. Kemudian melancarkan diskusi tentang kebenaran. Secara teori menjernihkan pemikiran orang. Selanjutnya dengan keberaniannya yang maha besar, merintis jalan reformasi ekonomi di Tiongkok. Sumbangan besar Deng pada teorinya adalah Tiongkok sekarang masih berada pada tahap pertama sosialisme, tahap pertama sosialisme berarti banyak unsur kapitalisme masih bisa dipergunakan, komunisme itu suatu sistem yang jauh lebih sempurna, kondisi itu belum tercapai di Tiongkok, dengan demikian, banyak masalah bersifat teoritis sudah terpecahkan. Jadi sekarang yang didengar adalah “membangun sosialisme yang berciri khas Tiongkok”. Benar juga apa yang dapat disebut sosialisme atau komunisme, itu hanya semacam sistem yang diajukan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels pada seratusan tahun yang lalu. Belum banyak dipraktekkan, atau masih perlu lebih banyak praktek di lapangan demi penyempurnaan sistem teorinya. Maka hanya bisa saja menyeberangi sungai dengan meraba-raba batu di dasar sungai. Sebelumnya sudah banyak pagar-pagar teori terbuat sedemikian rupa, semua orang takut pelanggaran. Sebagaimana ini tidak boleh, itu tidak boleh, di sini pantang di sana pun tabu. Kita dibuat sepertinya terikat kaki dan tangan sendiri, tidak bisa berkutik sama sekali. Tetapi masyarakat sosialisme atau komunisme sekali-kali bukan masyarakat 13
yang miskin. Deng yang sangat jelas duduk perkaranya masalah Tiongkok. Karena untuk kesekian puluh tahun beliau berjuang mati-matian dalam medan perang justru untuk membebaskan atau menyelamatkan rakyatnya dari kesengsaraan. “Pengembangan adalah kebenaran”, “kemiskinan bukanlah sosialisme”, demikianlah instruksinya yang pendek dan jitu, tanpa romantisme seperti Mao. Semboyan perjuangan klas langsung dicabut, perdebatan tentang sosialisme dan kapatalisme dibungkamkan saja. Untuk kesekian tahun sudah diperdebatkan, apalah hasilnya? Nihil. Daripada perdebatan berkepanjangan demikian, lebih baik kita praktek saja. Jangan omong kosong. Praktek merupakan standar satu-satunya
dalam mengecek kebenaran. Empat zone ekonomi khusus diadakan, diantaranya ada tiganya ditaruh di Guangdong. Masing-masing adalah Shenzhen, Zhuhai dan Santou. Di Provinsi Fujian ada Xiamen. Ini sebagai empat ladang percobaan reformasi ekonomi. Pemerintah pusat memberikan kebebasan dalam batas-batas tertentu, dana tak banyak diberikan, harus mengusahakan dapur sendiri, mencari dana sendiri sebagaimana otonomi daerah. Pertama-tama pengusaha Hongkong yang masuk, kemudian pengusaha Taiwan pun masuk, lalu beramai-ramai pengusaha asing pun masuk. Mereka yang berinvestasi di zone ekonomi khusus itu kebanyakan sukses. Pengusaha asing beruntung, karyawan beruntung, pemerintah lokal juga beruntung, negara pun beruntung. Teknologi canggih masuk, manajemen modern pun masuk, banyak perusahaan modal asing dan perusahaan patungan didirikan bagaikan jamur di musim hujan. Deng pintar, beliau tahu kita sudah ketertinggalan jauh di belakang negaranegara maju. Kalau tertinggal mesti kalah dalam persaingan. Beliau tahu juga kapitalis itu semuanya mengejar keuntungan, tanpa keuntungan mereka tidak akan berinvestasi di sini. Buruh itu karena tidak ada dana, tidak punya teknik, maka mau tak mau harus rela menerima penindasan dulu. Nanti kalau buruh itu sudah menguasai teknik, sudah punya modal yang cukup, kan bisa buka saja perusahaan sendiri, menjadi bos pula, ikut bersaingan global. Anda bisa tanya saja bos-bos yang sudah cukup sukses di Tiongkok itu sekarang, mana yang tidak pernah memburuh? Mana yang tidak pernah menjadi magang? Percobaan reformasi ekonomi itu sukses, kemudian berangsur-angsur dipopulerkan ke daerah pantai yang luas, kemudian juga ke pedalaman Tiongkok yang lebih luas. Saudara-saudara mungkin mau bertanya, mengapa ladang percobaan itu dipilih di Guangdong dan Fujian, dan bukan di daerah lain? Guangdong berbatasan dengan Hongkong dan Makau, dan Fujian berdekatan dengan Taiwan. Apalagi sifat orang 14
Guangdong lebih terbuka, bisa saja menerima banyak hal-ihwal yang baru sebab sejak jaman dahulu kala sudah banyak bergaul dengan orang asing. Banyak tokoh-tokoh reformasi di zaman Tiongkok modern berasal dari Guangdong dan Fujian. Umpamanya Kang Youwei, Liang Qichao, Sun Yat Sen dsb.
Kesimpulan Sukses tidaknya reformasi ekonomi di Tiongkok tak perlu saya rewel lagi di sini. Yang perlu saya tegaskan adalah Deng yang disebut sebagai Arstektur Jenderal Reformasi Tiongkok telah membawa perubahan yang maha besar bagi rakyat Tiongkok. Tetapi ini juga tak terpisahkan dari dasar yang kokoh yang sudah dikelola untuk kesekian tahun oleh Mao Zedong, sebagaimana disebut oleh Deng sendiri. Sebenarnya itu sudah dirumuskan oleh Mao sendiri, hanya saja belum diterapkan pada masanya. Pada masa perang dingin, kondisi dan situasi dunia ketika itu tidak memungkinkan terlaksananya reformasi semacam itu. Mao Zedong seorang yang besar, walaupun pernah membuat kesalahan besar pula, tetapi jasanya masih jauh lebih banyak, adalah 70%. Kesalahannya hanya 30%. Ada dua pepatah yang sering disebut-sebut orang Tiongkok sekiranya bisa menyimpulkan jasa kedua tokoh yang kita bicarakan ini. Mao Zedong memimpin rakyat Tiongkok mencapai
pembebasan, Deng Xiaoping memimpin rakyat Tiongkok menempuh jalan yang kaya sejahtera. Mao sebagai seorang yang banyak memahami sejarah Tiongkok, pengetahuan kebudayaan Tionghoanya dalam sekali, beliau bisa memadukan teori Barat dengan kenyataan dan kondisi masyarakat Tiongkok sendiri, kemudian merintis jalan yang dianggap sesuai kenyataan dan mencapai sukses besar, oleh karenanya, maka lahir Fikiran Mao Zedong. Saya beranggapan bahwa Mao itu sebuah tambang yang kaya raya, adalah sebuah buku yang besar dan dalam yang dapat dibacakan oleh semua orang, pengaruhnya tak akan lenyap dalam sejarah umat manusia. Deng yang sebagai mahasiswa pada usia 16 tahun pernah mencari ilmu ke negeri Perancis, kemudian ke Rusia, mencari kebenaran untuk menyelamatkan rakyat di negerinya, akhirnya juga berhasil menjadi tokoh besar dan diakui oleh seluruh dunia. Demikianlah ceramah saya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang berkepentingan. Kalau ada pertanyaan, bisa diajukan kepada saya, saya akan dengan senang menjawabnya semampu saya. Terima kasih!
15
Guangzhou, 30 November 2008.
Keterangan: 1] Ini petikan dari puisi Qing Ping Yue, Hui Chang, ditulis oleh Mao Zedong pada musim panas tahun 1943. Karena puisi Mao sangat tenar, maka sering dipakai untuk menyatakan sesuatu yang hampir sama maknanya dengan petikan puisinya. 2] Pameran Guangzhou atau disebut juga Canton Fair merupakan pameran barang-barang ekspor yang terbesar dan terpenting di Tiongkok, diselenggarakan dua kali setahun sejak tahun 1957. 3] 4] 5]
Guangzhou Jian Jie(Perkenalan Tentang Guangzhou), internet. Berita dari CCTV, November 2008. Luas bangunan ini mencapai 57.000 meter persgi, luas bangunan mall mencapai 420.000 meter persegi. Ini sebagai mall yang terbesar di Asia dan nomor ke-5
terbesar di dunia. 6] Petikan dari puisi Qing Ping Yue, Liu Pan Shan, ditulis oleh Mao Zedong pada Oktober 1935. 7] Informasi tentang Dam Sanxia ini diambil dari internet dalam bahasa Tionghoa. 8] www.STUDA.NET
Penulis: 蔡金城,现为广东外语外贸大学东语学院印尼语教授。Prof. Cai Jincheng(Gunawan)M.A.,
Profesor Jurusan Program Bahasa dan Budaya Indonesia/Melayu, Faculty of Eastern Languages and Culture, Guangdong University of Foreign Studies, Tiongkok. Mahasiswa angkatan pertama program bahasa Indonesia di GDUFS, pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya Timur dan Ketua Program Bahasa Indonesia di universitas yang sama. e-mail:
[email protected] Telepon: (86-20)36206626(rumah) Handphone: 13610082772 Sumber: Gunawan diundang oleh KJRI di Guangzhou untuk membicarakan ceramah kepada mahasiswa Indonesia yang studi di Guangzhou pada tanggal 30 November 2008 di Restoran Suoduo(soto), Guangzhou. Yang hadir dalam ceramah itu lebih dari 200 orang
16
mahasiswa, dan Pak Konjen suami-isteri serta konsul lainnya lebih dari 10 orang pegawai KJRI sudah mendengar ceramah itu. Ini makalah lengkapnya.
17