Perilaku Belajar Pada… (Kartika Putri) 201
PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA LEARNING STUDENT BEHAVIOUR THAT HAVE INSOMNIA Oleh: Kartika Putri, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia, (2) mendeskripsikan gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia, dan (3) menggambarkan dampak insomnia terhadap perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus. Setting penelitian padauniversitas swasta di Kota Surakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis dari Miles & Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia pada ketiga informan adalah stress dan lingkungan pergaulan; (2) Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia membuat aktivitas belajarnya berantakan, tidak mampu konsentrasi, tidak fokus, mengantuk, dan penjelasan dosen tidak dapat dipahami dengan baik; dan (3) Dampak terjadinya insomnia adalah perilaku belajar dan kesehatan terganggu. Kata Kunci:perilaku belajar, mahasiswa, dan insomnia Abstract This study aims to: (1) identify the factors that cause insomnia, (2) describe the picture on the learning behavior of students who experienced insomnia, and (3) describe the impact of insomnia on learning behavior in students who have insomnia. This study is a qualitative research using the case study method. Setting research at private universities in Surakarta. Methods of data collection using in-depth interviews and observation. Data were analyzed using analysis model of Miles & Huberman that includes data collection, data reduction, data display, and conclusion. Technique authenticity of data using triangulation techniques and methods. The results showed that: (1) the factors that cause insomnia in the third informant was stress and social environment; (2) Conduct of learning in students who have insomnia makes learning activities falling apart, unable to concentrate, focus, drowsiness, and explanations lecturers can not be understood; and (3) the impact of insomnia is a learned behavior and impaired health. Keywords: learning behavior, students, and insomnia
PENDAHULUAN
kesadaran terhadap alam menjadi terhenti,
Tidur sangat penting bagi manusia, karena
sehingga tubuh dapat beristirahat. Otak memiliki
dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini
sejumlah fungsi, struktur, dan pusat-pusat tidur
bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang
yang mengatur siklus tidur dan terjaga. Tubuh
pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang
pada saat yang sama menghasilkan substansi
tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar
yang ketika dilepaskan ke dalam aliran darah
kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat
akan membuat mengantuk. Proses tersebut jika
menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja
diubah oleh stres, kecemasan, gangguan dan
dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang
sakit fisik dapat menimbulkan insomnia (Potter
tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan
& Perry, 2006: 33).
konsentrasi. Kondisi tidur dapat memasuki suatu
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk
keadaan istirahat periodik dan pada saat itu
tidur, tetap tidur, atau merasa tidak segar dengan
202 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke-6 2017
tidur. Insomnia dapat menjadi kronis, konstan
cenderung
menyebabkan kelelahan, kegelisahan ekstrim
Masalah-masalah
sebagai pendekatan sensasi, dan gangguan
perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus
kejiwaan Pada segi mental atau kejiwaan,
dapat menjadi distress yang mengancam, karena
insomnia akan mempengaruhi sistem syaraf,
ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan
menyebabkan timbulnya perubahan suasana
meresponnya.
kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lemah
menghadapi
rangsangan,
dan
terlihat
kurang
tersebut,
berpengalaman. baik
dalam
hal
Stres yang tidak mampu dikendalikan dan
sulit
diatasi oleh individu akan memunculkan dampak
berkonsentrasi. Insomnia adalah keluhan sulit
negatif. Pada mahasiswa, dampak negatif secara
untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan
kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit
tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun
mengingat
terlalu awal serta tetap merasa badan tidak segar
pelajaran. Dampak negatif secara emosional
meskipun sudah tidur (Maramis, 2000: 34).
antara lain sulit memotivasi diri, munculnya
pelajaran
dan
sulit
memahami
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang
perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan
paling sering dikeluhkan. Nurmiati Amir (2010:
efek negatif lainnya. Dampak negatif secara
12), dokter spesialis kejiwaan dari Fakultas
fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit
tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit,
Cipto
bahwa
sering pusing, badan terasa lesu, lemah dan
insomnia menyerang 10 persen dari total
insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara
penduduk di Indonesia atau sekitar 28 juta orang.
lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah,
Total angka kejadian insomnia tersebut 10-15
malas kuliah, terlibat dalam kegiatan mencari
persennya merupakan gejala insomnia kronis.
kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko
Seseorang dapat mengalami insomnia akibat
tinggi (Spagenberg & Theron, 1998: 78).
Mangunkusumo,
mengatakan
stres situasional seperti masalah keluarga, kerja
Hasil
penelitian
Dewi
(2005:2)
atau sekolah, penyakit, atau kehilangan orang
menemukan bahwa sebanyak 6 mahasiswa
yang dicintai. Insomnia temporer akibat situasi
keperawatan mengalami insomniadikarenakan
stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk
mengalami kesulitan untuk memulai tidur (tidur
mendapatkan
lebih dari jam sembilan malam) merasakan
disebabkan
tidur oleh
yang
cukup,
kekhawatiran,
mungkin stres,
dan
kecemasan. Usia mahasiswa menunjukkan bahwa para
keluhan seperti pusing dan letih ketika bangun tidur, dan kebanyakan dari mereka tidak konsentrasi
dalam
mengikuti
mata
kuliah
mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja
terutama jika jadwal kuliah berlangsung pada
hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang
pagi hari dan mereka cenderung akan merasa
usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya,
mengantuk. Hasil penelitian Dewi (2005: 2)
sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa
membuktikan bahwa adanya insomnia mampu
Perilaku Belajar Pada… (Kartika Putri) 203
memberikan dampak pada perilaku belajar
kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk
mahasiswa.
melakukan gambaran perilaku belajar bagi yang
Perilaku dalam belajar dapat diartikan
mengalami
insomnia,
faktor-faktor
yang
sebagai sebuah aktivitas yang berlangsung dalam
mempengaruhi perilaku belajar yang mengalami
interaksi
yang
insomnia, dan dampak yang ditimbulkan dari
perubahan-perubahan
perilaku belajar yang mengalami insomnia. Hal
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
ini menjadi penting mengingat, perilaku belajar
sikap (Muhibbin Syah, 2008:118). Belajar adalah
mahasiswa dewasa awal akan mempengaruhi
kunci untuk memajukan pendidikan. Perwujudan
masa studi yang akan ditempuh mahasiswa dan
perilaku belajar ditunjukkan pada perubahan-
kualitas dari tugas yang dikerjakan mahasiswa
perubahan
tersebut.
aktif
dengan
menghasilkan
yang
lingkungan
meliputi
kebiasaan,
keterampilan, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, dan tingkah laku afektif.
Penelitian mengidentifikasi
Menurut Nasution (2010: 47) konsentrasi
terjadinya
ini
bertujuan
untuk:
faktor-faktor
insomnia,
(2)
(1)
penyebab
mendeskripsikan
belajar adalah kemampuan untuk memusatkan
gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang
pikiran terhadap aktivitas belajar. Konsentrasi
mengalami insomnia, dan (3) menggambarkan
belajar dapat diartikan sebagai suatu perilaku
dampak yang ditimbulkan dari perilaku belajar
untuk
pada mahasiswa yang mengalami insomnia.
memusatkan
perhatian
mahasiswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dan dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah
METODE PENELITIAN
diberikan. Sehingga, jika seseorang mampu
Jenis Penelitian
memperbaiki
perilaku
maka
Metode yang digunakan dalam penelitian
pendidikannya akan menunjukkan hasil yang
ini adalah metode studi kasus (case study). Jenis
baik pula. Jadi, seseorang yang tidak mampu
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
memenuhi kebutuhan tidurnya, akan mengalami
pendekatan
gangguan tidur salah satunya insomnia yang
penelitian deskriptifkualitatif ditujukan untuk
akan
mendeskripsikan
menyerang
belajarnya
segala
usia
termasuk
kualitatif.
Menyebutkan
atau
bahwa
menggambarkan
mahasiswa, dan akan berakibat bagi perilaku
fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat
belajarnya.
alamiah ataupun rekayasa manusia, yanglebih
Mahasiswa merupakan kelompok yang
memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,
paling rentan menderita insomnia. Akibatnya
keterkaitan
mereka mempunyai risiko yang lebih tinggi
2007: 6).
dalam
mengalami
ditimbulkan
akibat
dampak
negatif
insomnia.
yang
Mengingat
besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat
antarkegiatan(Lexy
J.
Moleong,
204 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke-6 2017
Setting Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan
Subjek RA(laki-laki, 22 tahun)mengalami
Juni tahun 2016. Lokasi penelitian berada di
insomnia sejak kelas 2 SMA dan berlanjut saat
salah satu universitas swasta di kota Surakarta.
subjek memasuki jenjang perkuliahan hingga semester 9 saat ini. Awal mulanya kondisi ini terjadi ketika subjek mulai merasa diabaikan oleh
Subjekdan Objek Penelitian Informan penelitian adalah tiga mahasiswa
orang tua dan munculnya anggapan orang tua
universitas swasta di Kota Surakarta. Mahasiswa
subjek bahwa sebagai anak laki-laki mampu
yang memasuki tahap dewasa awal. Teknik
menjaga diri sendiri sehingga tidak perlu lagi
pengambilan
ini
perhatian dari orang tua. Kondisi ini membuat
Kriteria
subjek stress dan mencoba mencari pengalihan
penentuan subjek penelitian adalah mahasiswa
kasih sayang melalui pergaulan bebas subjek.
yang mengalami insomnia setiap malam, dan
Pergaulan bebastersebut dilakukan pada sore hari
bersedia menjadi informan penelitian.Objek
dan pulang pagi hari. Kondisi ini diperparah
penelitian
dengan kondisi subjek yang tidak tinggal satu
sampel
menggunakan
dalam
purposive
tentang
penelitian
sampling.
perilaku
belajar
pada
mahasiswa yang mengalami insomnia.
atap dengan orang tua sehingga pergaulan bebas pun
Teknik
Pengumpulan
Data
dan
Teknik
Analisis Data Teknik pengumpulan data menggunakan
menjadi-jadi.
Tidak
hanya
sekedar
nongkrong akan tetapi subjek sudah berani mencoba mengkonsumsi narkoba dan akhirnya kecanduan. Kondisi
ini
justru meperburuk
observasi dan wawancara mendalam. Teknik
insomnia subjek karena narkoba tersebut justru
analisis data menggunakan pengumpulan data,
mampu
reduksi data, penyajian data dan penarikan
berhari-hari tanpa tertidur.
membuat
subjek
bertahan
hingga
kesimpulan serta verifikasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi. Triangulasi yang
Subjek PDA
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
Subjek
sumber dan metode.
mengalami
PDA(laki-laki, insomnia
22
semenjak
tahun) memasuki
bangku perkuliahan. Subjek PDA mengidap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
insomnia dikarenakan faktor pergaulan yang
Hasil Penelitian
membiasakan diri keluar pada malam hari
Hasil analisis data penelitian akan diuraikan
bersama teman-temannya. Subjek PDA bisa
sebagai berikut:
tertidur setiap harinya akan tetapi ketika sudah
Kronologi Subjek sebagai Mahasiswa Yang
pagi hari dan hanya 2-3 jam setiap harinya.
mengalami Insomnia
Subjek PDA belum pernah memeriksakan diri ke
Subjek RA
dokter
dan
belum
pernah
juga
mencoba
Perilaku Belajar Pada… (Kartika Putri) 205
mengobati insomnia yang di alami karena takut
tidur dengan nyenyak, akan tetapi dokter yang
ketergantungan.
merawat
sedang
mengurangi
dosis
yang
diberikan supaya subjek YS tidak mengalami ketegantungan terhadap obat-obatan tersebut.
Subjek YS Subjek YS (laki-laki, 27 tahun) mengalami insomnia sudah 9 tahun sejak tahun 2007 sampai
Faktor-Faktor
tahun 2016. Insomnia tersebut berawal dari
Terjadinya Insomnia
kurangnya perhatian orang tua karena ibunya
Faktor
Yang
yang
Menyebabkan
menyebabkan
terjadinya
meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Ibu
insomnia pada subjek RA dan PDA adalah faktor
sambung subjek YS dianggap YS sebagai
lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan
masalah
dengan
pergaulan. Sedangkan pada subjek YS faktor
ayahnya, ibu sambung tersebut mengatur segala
yang menyebabkan terjadinya insomnia adalah
hal sampai ke kehidupan pribadi YS. Kondisi ini
faktor lingkungan keluarga.
karena
setelah
menikah
membuat YS kurang nyaman dan merasakan kasih sayang yang berbeda dari kasih sayang ibu
Gambaran
kandung YS. Setiap hari terjadi pertengkran di
Sebagai Penderita Insomnia
Perilaku
Belajar
Mahasiswa
rumah dan membuat YS dan adik-adik selalu
Insomnia yang dialami oleh subjek RA
disalahkan oleh ayahnya akibat pegaduan ibu
membuat aktivitas belajar dan perkuliahan subjek
sambungnya. Subjek YS mulai mengalami stress
menjadi berantakan. Subjek menjadi sosok yang
dan melarikan diri ke pergaulan bebas hingga
tidak dapat membagi waktu antara belajar,
terjerumus
bermain, dan kegiatan lainnya di kampus.
narkoba
dan
mulai
mengalami
insomnia.
Perilaku belajar subjek menjadi tidak mampu
Lambat laun insomnia subjek YS tidak
konsentrasi,
tidak
fokus,
mengantuk,
dan
kunjung sembuh, dan menjadikan subjek YS
berbagai macam penjelasan dosen tentang materi
seperti orang depresi, mudah panik, ragu-ragu
perkuliahan tidak dapat dipahami dengan baik.
mengambil keputusan, suka menyendiri, dan sulit
Pada
subjek
PDA
memberikan
hingga saat ini masih tercatat sebagai pasien RS
belajarnya. Perilaku belajar PDA menjadi tidak
Kustati di Solo. Selama pengobatan disana,
terkontrol karena sudah tidak pernah mengikuti
subjek YS mengobati insomnia sekaligus depresi
perkuliahan selama satu semester dan juga
dan diberi obat “sentralin” sebagai obat anti
insomnia membuat PDA menjadi sosok pemalas,
depresi,
obat
kurang konsentrasi, pelupa, dan tidak dapat
penenang atau agar tidak panik, dan obat
menerima materi pembelajaran yang diberikan
“clozapine”
Sejak
dosen dengan baik. Pada subjek YS insomnia
mengkonsumsi obat tersebut, subjek YS bisa
menyebabkan perilaku belajar YS menjadi
“alprazolam” sebagai
obat
sebagai tidur.
terhadap
juga
berkomunikasi dengan orang baru. Subjek YS
obat
pengaruh
insomnia
perilaku
206 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke-6 2017
berantakan. Subjek YS lebih menyukai belajar
menghitam, perasaan saya tidak menentu, stress
sendiri dari pada mengikuti perkuliahan dosen.
dan
Subjek YS juga kesulitan membagi waktu antara
berantakan, kehilangan konsentrasi dan fokus
istirahat dengan kuliah mengingat saat malam
belajar, hubungan sosialisasi dengan teman –
hari subjek YS terjaga hingga pagi dan saat pagi
teman dan keluarga yang kurang membaur,
hari subjek YS tertidur.
kuliah terganggu dengan nilai IPK berkisar
muncul
banyak
kekhawatiran,
kuliah
antara 1,5 sampai 2,9. Pada subjek YS dampak insomnia yang
Dampak Terjadinya Insomnia Dampak terjadinya insomnia pada subjek RA
memberikan
dampak
pada
dirasakan adalah perasaan tidak menentu, stress,
perilaku
depresi, dan muncul banyak kekhawatiran, kuliah
belajarnya dan juga kesehatannya. Pada perilaku
berantakan, kehilangan konsentrasi dan fokus
belajarnya insomnia membuat RA menjadi malas
belajar, hubungan sosialisasi dengan teman –
ke kampus mengikuti perkuliahan, jarang masuk
teman dan keluarga yang kurang membaur.
kuliah, ketinggalan materi kuliah, absen tidak penuh, tugas tidak dikerjakan, banyak mata
Pembahasan
pelajaran yang tidak boleh ikut ujian, tidak
Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya
mampu mengerjakan soal ujian dan IPK rendah.
Insomnia
Pada semester 1 IPK sebesar 1,9 dan terakhir
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
IPK subjek RA sebesar 2,6. Hal ini dikarenakan
bahwa
kondisi bergadang setiap malam yang dilakukan
insomnia pada subjek dalam penelitian ini adalah
oleh RA menyebabkan kesehatan RA terganggu
faktor
sehingga muncul berbagai macam keluhan
pergaulan. Faktor-faktor penyebab terjadinya
seperti seluruh badan dirasa letih, lesu, lemah,
insomnia yang dialami oleh masing-masing
lunglai, malas, tidak ada semangat untuk
subjek dalam penelitian ini sejalan dengan teori
melakukan dan mengerjakan sesuatu. Kondisi
Aman Ruli (2005: 55) yang menjelaskan bahwa
inilah yang menyebabkan RA bermalas-malasan
faktor-faktor
untuk mengikuti perkuliahan, sehingga pagi hari
mengalami
insomnia
hingga sore hari dijadikan RA untuk beristirahat
kecemasan,
depresi,
memulihkan kondisi fisiknya dan pada malam
samping pengobatan, pola makan yang buruk,
hari dijadikan sebagai waktu untuk menikmati
penggunaan alkohol dan narkoba, kurangnya
aktivitas bergadangnya.
olah raga, usia lanjut, wanita hamil, faktor
Pada subjek PDA dampak insomnia yang dirasakan adalah kesehatan terganggu, pikiran kacau, badan menjadi letih, lesu, lemah, lunglai, kurang darah karena kebanyakan begadang, mata
faktor-faktor
lingkungan,
penyebab
dan
faktor
terjadinya
lingkungan
yang menyebabkan seseorang yaitu kelainan
stress
atau
kronis,
efek
lingkungan tempat tinggal, dan gaya hidup seseorang. Aman Ruli (2005: 55) menambahkan dalam teorinya bahwa selain
yang sudah
Perilaku Belajar Pada… (Kartika Putri) 207
diuraikan
sebelumnya
faktor-faktor
yang
Perilaku Belajar dapat diartikan sebagai
menyebabkan seseorang mengalami insomnia
sebuah aktivitas belajar. Sebenarnya konsep dan
dikarenakan rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
pengertian belajar itu sangat beragam tergantung
tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang
dari
untuk tidur.
mengamatinya. Belajar sendiri diartikan sebagai
sudut
pandang
setiap
orang
yang
Apabila ditinjau lebih lanjut teori Aman
perubahan yang secara relatif berlangsung lama
Ruli (2005: 55) tersebut sejalan dengan hasil
pada perilaku yang diperoleh kemudian dari
penelitian yang menemukan bahwa faktor-faktor
pengalaman-pengalaman (Davidoff, 1998: 178).
yang menyebabkan ketiga subjek mengalami
Seseorang
insomnia
perhatian
kebutuhan tidurnya, akan mengalami gangguan
keluarga yang menyebabkan tekanan jiwa dan
tidur salah satunya insomnia yang berakibat bagi
adanya kecemasan, ketakutan, serta faktor
perilaku belajarnya. Sedangkan, bagi seseorang
pergaulan yang lebih mengarah ke gaya hidup
yang mampu memenuhi kebutuhan tidurnya,
dimana lebih menyukai aktivitas pada malam
maka aktivitasnya termasuk aktivitas belajarnya
hari dibandingkan aktivitas siang hari.
akan berjalan optimal dan memberikan hasil
dikarenakan
kurangnya
yang
tidak
mampu
memenuhi
yang terbaik bagi pendidikannya. Pada
Perilaku Belajar Mahasiswa yang mengalami
subjek
memberikan
Insomnia
PDA
pengaruh
insomnia
terhadap
juga
perilaku
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga
belajarnya. Perilaku belajar PDA menjadi tidak
subjek dalam penelitian ini diketahui bahwa
terkontrol karena sudah tidak pernah mengikuti
insomnia yang dialami masing-masing subjek
perkuliahan selama satu semester dan juga
menyebabkan perilaku belajar yang menyimpang
insomnia membuat PDA menjadi sosok pemalas,
dimana kondisi tersebut membuat aktivitas
kurang konsentrasi, pelupa, dan tidak dapat
belajar
menerima materi pembelajaran yang diberikan
dan
perkuliahan
subjek
menjadi
berantakan.
dosen dengan baik. Kondisi yang dialami subjek
Pada subjek RA diketahui bahwa insomnia
PDA ini sejalan dengan teori Prayitno (1999:
yang dialami oleh subjek RA membuat aktivitas
241) yang menyatakan bahwa kesulitan tidur
belajar
menjadi
pada mahasiswa adalah keadaan saat individu
berantakan. Subjek menjadi sosok yang tidak
merasakan kesulitan tidur, tidur tidak tenang,
dapat membagi waktu antara belajar, bermain,
kesulitan
dan kegiatan lainnya di kampus. Perilaku belajar
dipertengahan malam, dan seringnya terbangun
subjek menjadi tidak mampu konsentrasi, tidak
diawal yang berlangsung beberapa hari atau
fokus,
macam
beberapa minggu. Hal ini disebabkan bahwa
penjelasan dosen tentang materi perkuliahan
peserta didik dengan usia 18-21 tahun dan 22-24
tidak dapat dipahami dengan baik.
tahun
dan
perkuliahan
mengantuk,
dan
subjek
berbagai
menahan
yang
aktif
tidur,
sering
kuliah
dan
terbangun
sedang
208 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke-6 2017
menyelesaikan
tugas,
semester dan juga insomnia membuat PDA
sehingga
menjadi sosok pemalas, kurang konsentrasi,
berujung pada insomnia dan berdampak pada
pelupa, dan tidak dapat menerima materi
perilaku belajarnya.
pembelajaran yang diberikan dosen dengan baik.
mengalami
berbagai
stress
yang
macam berlebih
Insomnia yang dialami subjek YS ternyata
Sedangkan,
pada
subjek
YS
insomnia
juga memberikan pengaruh terhadap perilaku
menyebabkan perilaku belajar YS menjadi
belajarnya.
menjadi
berantakan. Subjek YS lebih menyukai belajar
berantakan. Subjek YS lebih menyukai belajar
sendiri dari pada mengikuti perkuliahan dosen.
sendiri dari pada mengikuti perkuliahan dosen.
Subjek YS juga kesulitan membagi waktu antara
Subjek YS juga kesulitan membagi waktu antara
istirahat dengan kuliah mengingat saat malam
istirahat dengan kuliah mengingat saat malam
hari subjek YS terjaga hingga pagi dan saat pagi
hari subjek YS terjaga hingga pagi dan saat pagi
hari subjek YS tertidur.
Perilaku
belajar
YS
hari subjek YS tertidur. Hal ini sejalan dengan
Prayitno (1999: 241) menjelaskan bahwa
teori Espie (2002: 43) yang menyatakan bahwa
mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar
insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur
dan belajar pada perguruan tinggi. Mahasiswa
atau terganggunya pola tidur. Insomnia akan
mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke
mengganggu
dalam
dewasa awal. Salah satu penyebab terjadinya
keseharian karena tubuhnya yang kurang tidur
insomnia pada mahasiswa adalah stress akibat
sehingga menjadi letih, lesu, lemah.
berbagai
aktivitas
Berdasarkan disimpulkan bahwa
seseorang
uraian
di
atas
dapat
insomnia yang dialami
macam
permasalahan
diantaranya
adalah kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah
dalam
ujian
ataupun
tugas-tugas,
masing-masing subjek menyebabkan perilaku
kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang
belajar
akan dimasuki, rendah diri atau kurang percaya
tersebut
yang
menyimpang
membuat
dimana
aktivitas
kondisi
belajar
dan
diri, ceroboh atau kurang hati-hati, kurang
perkuliahan subjek menjadi berantakan. Pada
mampu berhemat atau kemampuan keuangan
subjek RA, subjek menjadi sosok yang tidak
yang tidak mencukupi, baik untuk keperluan
dapat membagi waktu antara belajar, bermain,
sehari-hari atau keperluan pelajaran.
dan kegiatan lainnya di kampus. Perilaku belajar
Stres
terhadap
permasalahantersebut
subjek menjadi tidak mampu konsentrasi, tidak
apabila tidak dikelola dengan baik
fokus,
macam
mahasiswa akan mencari cara untuk mengatasi
penjelasan dosen tentang materi perkuliahan
permasalahan dengan cara sendiri. Salah satunya
tidak dapat dipahami dengan baik. Pada subjek
adalah melalui kegiatan malam atau bergadang
PDA, insomnia menyebabkan perilaku belajar
yang dianggap oleh mahasiswa sebagai solusi
PDA menjadi tidak terkontrol karena sudah tidak
ampuh
pernah mengikuti perkuliahan selama satu
mengalihkan
mengantuk,
dan
berbagai
untuk
menghabiskan permasalahan
maka
waktu yang
dan
sedang
Perilaku Belajar Pada… (Kartika Putri) 209
dihadapi.
Kondisi
ini
tanpa
disadari
menyebabkan mampu insomnia bagi mahasiswa tersebut.
Dampak Terjadinya Insomnia Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa insomnia mampu memberikan dampak
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang
pada perilaku belajar dan kesehatan masing-
dialami oleh penderita dengan gejala-gejala
masing subjek penelitian. Pada subjek RA
selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
dampak pada perilaku belajarnya menyebabkan
secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari)
RA menjadi malas ke kampus mengikuti
mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu
perkuliahan, jarang masuk kuliah, ketinggalan
terbangun di tengah malam dan tidak dapat
materi kuliah, absen tidak penuh, tugas tidak
kembali tidur. Seringkali penderita terbangun
dikerjakan, banyak mata pelajaran yang tidak
lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak
boleh ikut ujian, tidak mampu mengerjakan soal
dapat kembali tidur. Menurut Aman Ruli (2005:
ujian dan IPK rendah. Pada semester 1 IPK
55) faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
sebesar 1,9 dan terakhir IPK subjek RA sebesar
mengalami insomnia diantaranya adalah rasa
2,6. Hal ini dikarenakan kondisi bergadang setiap
nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan
malam yang dilakukan oleh RA menyebabkan
kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.
kesehatan RA terganggu sehingga muncul
Apabila kondisi tersebut tidak mampu diatasi
berbagai macam keluhan seperti seluruh badan
dengan baik oleh mahasiswa maka dapat
dirasa letih, lesu, lemah, lunglai, malas, tidak ada
berdampak pada perilaku belajarnya.
semangat untuk melakukan dan mengerjakan
Muhibbin Syah (2008: 118) menjelaskan
sesuatu. Kondisi inilah yang menyebabkan RA
bahwa perilaku belajar dapat diartikan sebagai
bermalas-malasan untuk mengikuti perkuliahan,
sebuah
aktivitas
yang
aktif
dengan
interaksi
menghasilkan
berlangsung
dalam
sehingga pagi hari hingga sore hari dijadikan RA
lingkungan
yang
untuk beristirahat memulihkan kondisi fisiknya
perubahan-perubahan
dan pada malam hari dijadikan sebagai waktu
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
untuk menikmati aktivitas bergadangnya.
sikap. Espie (2002: 55) menjelaskan bahwa
Kondisi yang dialami RA tersebut sejalan
adanya insomnia mampu membuat perilaku
dengan teori Rafknowledge (2004: 60-61) yang
belajar mahasiswa menjadi sulit berkonsentrasi
menjelaskan bahwa orang yang mengalami
disebabkan
insomnia akan mudah diserang rasa depresi,
mahasiswa
tersebut
mengantuk.
Selain itu, efek insomnia terhadap kemampuan
menimbulkan
berbagai
kognitif pada mahasiswa menyebabkan perilaku
penyakit, kelelahan, dan dapat menyebabkan
belajarnya memiliki respon yang lambat, ingatan
kematian.
jangka pendek dan kemampuan kerja daya ingat
mengatasi insomnia adalah dengan mengurangi
menurun, serta penurunan belajar (keahlian) pada
waktu bergadang dengan teman-teman, olah
tugas kognitif.
raga, dan membuat jadwal tidur. Upaya tersebut
Upaya
yang
macam
gangguan
dilakukan
dalam
210 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke-6 2017
sangat membantu subjek RA dalam mengatasi
Hasil temuan penelitian di atas sejalan
insomnia meskipun belum maksimal karena
dengan teori Espie (2002: 55) yang menjelaskan
membutuhkan proses dan melatih kebiasaan.
bahwa banyak orang tidak tahu bahwa kurang
Selain itu, upaya lainnya yang dilakukan subjek
tidur selama satu atau dua jam menyebabkan
dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan dari
seseorang
insomnia yaitu mengulang mata kuliah yang
berkonsentrasi muncul di antara mahasiswa yang
tidak lulus, mendekati dosen, meminta tugas
mengantuk.
tambahan dan minta motivasi dari dosen.
menunjukkan dampak yang negatif terhadap
sulit
untuk
belajar.
Kurang
tidur
Kesulitan
berkali-kali
Pada subjek PDA dampak insomnia yang
suasana hati, kemampuan kognitif, dan fungsi
dirasakan adalah kesehatan terganggu, pikiran
motorik dalam kaitannya dengan kecenderungan
kacau, badan menjadi letih, lesu, lemah, lunglai,
peningkatan tidur dan tidak stabilnya keadaan
kurang darah karena kebanyakan begadang, mata
tidur. Efek kurangnya tidur terhadap kemampuan
menghitam, perasaan saya tidak menentu, stress
kognitif diantaranya adalah respon yang lambat,
dan
kuliah
ingatan jangka pendek dan kemampuan kerja
berantakan, kehilangan konsentrasi dan fokus
daya ingat menurun, serta penurunan belajar
belajar, hubungan sosialisasi dengan teman –
(keahlian)
teman dan keluarga yang kurang membaur,
disimpulkan bahwa adanya insomnia yang
kuliah terganggu dengan nilai IPK berkisar
dialami oleh ketiga subjek di atas berdampak
antara 1,5 sampai 2,9.
pada respon yang lambat, ingatan jangka pendek
muncul
banyak
kekhawatiran,
Pada subjek YS dampak insomnia yang dirasakan adalah perasaan tidak menentu, stress dan
muncul
banyak
kekhawatiran,
tugas
kognitif.
Sehingga
dapat
dan kemampuan kerja daya ingat menurun, serta penurunan belajar (keahlian) tugas kognitif.
kuliah
berantakan, kehilangan konsentrasi dan fokus
SIMPULAN DAN SARAN
belajar, hubungan sosialisasi dengan teman –
SIMPULAN
teman dan keluarga yang kurang membaur.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan “perilaku
Upaya yang diakukan oleh subjek PDA dan
tentang
subjek YS adalah dengan mengulang mata kuliah
mengalami
yang tidak lulus, kemudian berencana untuk
kesimpulan sebagai berikut.
pindah kuliah sesuai dengan minat subjek, subjek
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
berniat dalam merubah gaya hidup, memperbaiki
insomnia pada ketiga informan adalah stress
pola tidur, dan pada intinya subjek ingin
dan lingkungan pergaulan.
menyembuhkan
insomnia,
gelisah,
cemas,
2. Perilaku
belajar
insomnia”,
belajar
mahasiswa
maka
pada
dapat
ditarik
mahasiswa
khawatir, gundah, panik, tidak menentu, pikiran
mengalami
insomnia
membuat
kemana – mana.
belajarnya
berantakan,
tidak
yang
yang
aktivitas mampu
konsentrasi, tidak fokus, mengantuk, dan
Perilaku Belajar Pada… (Kartika Putri) 211
penjelasan dosen tidak dapat dipahami dengan
baik dan mencoba mengkomunikasikan setiap
baik.
masalah yang ada kepada keluarga. Hal ini
3. Dampak terjadinya insomnia adalah perilaku
dikarenakan
bisa
saja
bukan
karena
belajar dan kesehatan terganggu. Upaya yang
keluarganya tidak peduli akan tetapi lebih
dilakukan adalah dengan mengurangi waktu
dikarenakan
bergadang dengan teman-teman, olah raga,
sehingga bentuk perhatian yang diberikan
membuat jadwal tidur, mengulang mata kuliah
berbeda.
yang tidak lulus, berencana untuk tranfer
3. Subjek
kesibukan
YS
masing-masing
merupakan
subjek
dengan
kuliah ke kampus lain, merubah gaya hidup,
penderita insomnia akut dibandingkan kedua
memperbaiki pola tidur, dan berkonsultasi ke
subjek lainnya. Oleh karena itu, subjek YS
dokter sampai sembuh.
disarankan supaya berserah kepada Alloh dan berpikir positif supaya tekanan dan depresi yang dialami dapat teratasi dan dapat lebih
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut.
mudah
menghadapi
serta
menerima
kenyataan. 4. Bagi seluruh subjek dalam penelitian ini disarankan
supaya
para
subjek
yang
Subjek Penelitian
mengalami insomnia memperbaiki pola tidur
1. Subjek RA disarankan supaya memeriksakan
dan pola hidup agar lebih teratur dan tertata
diri ke dokter
sehingga
masalah
yang
lagi.
berkaitan dengan insomnia dapat diatasi sesegera
mungkin.
Selain
itu,
subjek
disarankan supaya mengerti dan menerima
Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti
persepsi yang terbentuk orang tuanya bahwa
tentang
laki-laki itu dapat mandiri. Hendaknya subjek
mengalami
RA dapat membuktikan itu kepada orang
metode, strategi dan jenis penelitian lainnya.
tuanya bukan malah sebaliknya.
Supaya hasil penelitian dapat digeneralisasikan
2. Subjek PDA merupakan subjek yang belum
perilaku
belajar
insomnia
mahasiswa
menggunakan
yang teknik,
ke dalam lingkup yang lebih luas.
terlalu terkena insomnia, oleh karena itu subjek PDA disarankan supaya berpikir
DAFTAR PUSTAKA
positif
dan
Aman Ruli. 2005. Penuhi Kebutuhan Tidur.
sehingga
Diambil Pada Tanggal 27 Februari 2010.
terhadap
memeriksakan
diri
keluarganya ke
dokter
masalah yang berkaitan dengan insomnia dapat diatasi sesegera mungkin. Selain itu, subjek disarankan supaya membina hubungan
www.republika.co.id. Davidoff.
1998. Psikologi
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Suatu
212 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 2 Tahun ke-6 2017
Dewi.
2005. Faktor-Faktor
YangBerkaitan
Dengan Prevalensi KurangTidur Kronis Pada
Mahasiswa
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
diDaerah
Istimewa
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan
Yogyakarta. JurnalKesehatan.
Surya
Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex Media
Medika Yogyakarta.
Komputindo.
Espie. 2002. Insomnia: Conceptual Issue in the Development, Persistence, and Treatment of Sleep Disorder in Adult. Annual Reviews 53:215-43. Lexy J. Moleong. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Rosda
Karya. Maramis. 2000. Gangguan Tidur Insomnia (Ilmu Kedokteran jiwa). Surabaya. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan
Baru.
Bandung:
Remaja Rosdakarya. Nasution. 2010. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nurmiati Amir. 2010. Tata Laksana Insomnia Insomnia Bisa Terjadi Pada Semua Lapisan Usia, Tak Terkecuali Anak-Anak. Jakarta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Spagenberg
and
Coping Depressed
Theron.
Strategies Patients,
1998. Stress in Iran
Available
and
Spouses
of
University. from:
http://www.biomedcentral.com/14726955/6/11. (Accessed 12rd March 2016). Potter
Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan
and
Perry.
2006. Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC.