PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA
oleh MAULIDA HAYUNINGTYAS F34102058
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
1
PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA
Oleh : Maulida Hayuningtyas F34102058
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Maulida Hayuningtyas F34102058
Dilahirkan tanggal 15 Desember 1984
Tanggal lulus : 23 Januari 2008
Menyetujui : Bogor, 31 Januari 2008
Dr. Ir. Machfud, MS Pembimbing Akademik
3
Maulida Hayuningtyas. F34102058. Perencanaan Jadwal Produksi Dinamis Untuk Mendukung Penerapan Konsep Supply Chain Management di PT. Gandum Mas Kencana. Di bawah bimbingan Machfud. RINGKASAN PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan yaitu industri pembuatan bahan baku kue dan roti. Produk yang diolah di industri ini terbagi dalam dua lini produksi, yaitu lini produksi coklat dan powder. PT. GMK adalah salah satu perusahaan yang telah menerapkan Supply Chain Management (SCM). Pengiriman tepat waktu dan kepuasan konsumen merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam konsep Manajemen Supply Chain yang diterapkan oleh perusahaan. Pemenuhan tujuan pengiriman tepat waktu tidak hanya didukung oleh rantai pasokan yang baik dan solid dari hulu hingga hilir, tetapi juga didukung oleh perencanaan jadwal produksi yang baik. Adanya pesanan yang banyak dengan waktu proses yang bervariasi terkadang mempengaruhi penjadwalan produksi yang tidak efektif karena kapasitas produksi yang berbeda-beda untuk setiap produk dan mengakibatkan waktu pengiriman produk melebihi dari batas waktu (due date) yang ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi rantai pengadaan dalam penerapan Manajemen Supply Chain dan menghasilkan model penjadwalan produksi yang baik untuk mendukung rantai pasokan, dengan menggunakan teknik pengurutan (sequencing). Model penjadwalan dirancang secara dinamis sesuai dengan dinamika dan karakteristik pesanan (order) baik dari segi jumlah pesanan, jenis pesanan dan waktu diterimanya pesanan. Aturan pengurutan yang digunakan pada penjadwalan adalah metode EDD (Earliest Due Date). Penjadwalan produksi ini dilakukan pada lini produksi coklat dan powder. Model penjadwalan produksi dikembangkan dalam paket program komputer GPSS 1.0. Konfigurasi model paket program GPSS 1.0 terdiri dari sistem manajemen basis data dan manajemen basis model. Sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model dirancang menggunakan Microsoft Visual Basic.Net. Manajemen basis data terdiri dari data jenis produk, data lead time, data pesanan (tanggal pesan, tanggal due date dan kuantitas produk) dan data biaya pengiriman, sedangkan basis model hanya terdiri dari model penjadwalan produksi. Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan jadwal urutan produksi ketika pesanan masuk ke bagian lini produksi coklat dan powder, dengan mengetahui jumlah produk yang mengalami keterlambatan (tardy), rata-rata keterlambatan (mean lateness) dan kelambatan maksimum dari metode EDD. Rantai pengadaan produk dari hulu hingga hilir dalam perusahaan ini, disesuaikan dengan jenis pemesanan produknya, yaitu produk make to stock dan make to order. Masing-masing jenis tersebut memiliki aliran pengadaan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Keseluruhan pesanan yang masuk ke bagian produksi akan dijadwalkan sesuai dengan lini produksinya masing-masing, yaitu lini produksi coklat dan powder.
4
Pesanan yang masuk akan dikelompokkan berdasarkan tanggal pesan setiap minggunya, selanjutnya pesanan tersebut akan diurutkan berdasarkan tanggal batas waktu (due date). Tanggal due date adalah tanggal batas waktu suatu produk harus dikirim ke konsumen. Dalam verifikasi model dengan menggunakan data asli maka dihasilkan nilai ML (Mean Lateness), jumlah pesanan yang terlambat dan nilai kelambatan maksimum antara metode X (metode yang digunakan perusahaan) dengan metode EDD. Hasil tersebut menunjukkan dengan menggunakan metode EDD besaran nilai rata-rata keseluruhan ML (Mean Lateness) lebih rendah yaitu sebesar 1.88 hari dibandingkan dengan metode X sebesar 6.8 pada bulan Maret. Sama halnya dengan jumlah produk yang terlambat bila menggunakan metode EDD sebanyak 2 pesanan yang terlambat dalam satu bulan, sedangkan dengan metode X sebanyak 10 pesanan dalam bulan yang sama. Metode EDD juga mampu meminimumkan kelambatan maksimum pesanan dalam bulan tersebut, nilai kelambatan maksimum untuk metode X sebesar 16 hari dan dengan menggunakan metode EDD dapat diperkecil hingga sebesar nol hari pada minggu yang sama. Pada bulan April dan Mei terdapat 1 pesanan yang mengalami keterlambatan dengan rata-rata keterlambatan keseluruhan sebesar 1.25 hari untuk metode EDD dan 2 hari untuk metode X, sedangkan pada bulan Mei rata-rata keterlambatan sebesar 1.75 dan 2.5 hari. Merujuk pada hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode EDD merupakan aturan yang cukup baik untuk mengurangi jumlah produk yang mengalami keterlambatan, dapat meminimumkan waktu rata-rata keterlambatan dan untuk meminimumkan nilai kelambatan maksimum pesanan, sehingga dapat memenuhi pengiriman produk yang lebih tepat waktu kepada konsumen. Selanjutnya penjadwalan ini dapat secara langsung mampu untuk mendukung pencapaian tujuan Manajemen Supply Chain dalam pemenuhan kepuasan konsumen dengan pengiriman produk yang tepat waktu.
5
Maulida Hayuningtyas. F34102058. Planning for Dynamic Production Scheduling to Support the Application of Supply Chain Management Concept at PT. Gandum Mas Kencana. Under supervision of Machfud. SUMMARY PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK) is a company running in the food industry i.e. the industry to make the cake and bread basic commodity. PT. GMK is a company which has applied Supply Chain Management (SCM). One thing that must be maximized to fulfill the accuracy of delivery time to consumer in the application of Supply Chain Management concept is the production scheduling in company. The lack of efficiency in production schedule causes the delivery schedule exceeding the due date determined. To overcome it, the production schedule to maximize the delivery schedule will be made. This study scope is the relation between company and consumer by maximizing the production schedule pointing at several certain criteria. The production scheduling is applied in the program package named GPSS 1.0 (Gandum Production Scheduling System first version). This modeling system from GPSS 1.0 consists of data base management system and model basis management system. Model basis and data base from GPSS 1.0 use Visual Basic.Net, where its data base comprises of consumer order data, product type data, shipping cost data and production process time data, while its model basis is the production scheduling model. The production scheduling model covers two production lines, i.e. chocolate and powder. This model uses the sequencing rule i.e. EDD (Earliest Due Date) method. From this method, the production sequencing schedule by knowing the mean value of lateness and the maximum lateness value and the late product number will be obtained. This production scheduling model is designed dynamically in accord with order dynamic and characteristic both from the order number, the order type and the time to accept the order. Then the production schedule which has been there will be not changed and revised automatically if occurred in the order addition. In the model verification by using the original data between X method (the method used by the company) with EDD method. The result shows, by using the EDD method, the mean value scale of the entire ML (Mean Lateness) is lower i.e. 1.88 days compared to X method which is of 6.8 on March. It is the same as the product number which is late by using the EDD method of 2 late orders in one month, while with X method of 10 orders in the same month. The EDD method is also capable to minimize the order maximum lateness in that month, the value of maximum lateness for X method is 16 days and using the EDD method it can be decreased until of zero day. Referring the result, it can be concluded that the EDD method is the rule which can afford to lessen the product number experiencing lateness, it can minimize the mean time for lateness and to minimize the maximum lateness value of order, so it can fulfill the more punctual product shipping to consumer. So this scheduling can directly afford it to support the goal achievement of Supply Chain Management in fulfilling the consumer satisfaction with the punctual product shipping.
6
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Desember 1984 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Mat Syukur dan Henny Windarti. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Akbar pada tahun 1989, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pengadilan II Bogor pada tahun 1990. Setelah lulus melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bogor pada tahun 1996 dan masuk ke Sekolah Menengah Umum Plus Bina Bangsa Sejahtera, Bogor tahun 1999. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Plus Bina Bangsa Sejahtera, Bogor. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliaan, penulis pernah mengikuti kegiatan Praktek Lapang selama dua bulan (1 Juli – 30 Agustus 2005) di PT. Kelola Mina Laut, Gresik. Selanjutnya melakukan penelitian akhir di PT. Gandum Mas Kencana pada tahun 2006.
7
LEMBAR PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “Perencanaan Jadwal Produksi Dinamis Untuk Mendukung Penerapan Konsep Supply Chain Management Di PT. Gandum Mas Kencana” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor,
Januari 2008
Yang menyatakan,
Maulida Hayuningtyas F34102058
8
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena hanya berkat kuasa dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Machfud MS, sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis selama menyelesaikan kuliah dan skripsi di jurusan TIN, FATETA, IPB. 2. Ir. Faqih Udin MSc dan Dr. Ir. Ika Amalia Kartika MT, sebagai dosen penguji atas evaluasi dan saran yang diberikan pada skripsi ini. 3. Bpk. Ir. Lingguan selaku Manager PPIC yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di PT. Gandum Mas Kencana dan membantu penulis selama penelitian. 4. Staf dan karyawan PT. Gandum Mas Kencana, Bpk.Masim, Ibu Happy dan lain-lain atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian. 5. Staf dan karyawan FATETA, IPB yang telah membantu dan memudahkan penulis selama penulis melaksanakan kuliah dan skripsi di jurusan TIN, FATETA, IPB. 6. Bapak, Ibu, Adik-adik tercinta atas dorongan semangat, doa dan bimbingannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Om Bagus, Om Didik, Mas Eri, Kak Winata atas bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Arban, Kurnia, Vera, Dhodi, Thomas dan teman-teman tercinta yang telah meluangkan
waktu,
tenaga
dan
setia
menemani
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 9. Dita, Angel, Tya, Icha, Lutfi dan teman-teman tersayang yang telah memberi dukungan spiritual selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
9
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Januari 2008 Penulis
10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
x
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN....................................................................
1
A. LATAR BELAKANG ........................................................
1
B. TUJUAN .............................................................................
3
C. RUANG LINGKUP ............................................................
3
D. MANFAAT DAN KELUARAN ........................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
5
A. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT......................................
5
B. PENJADWALAN PRODUKSI ..........................................
9
C. TEKNIK PENGURUTAN (SEQUENCING) .....................
10
D. DISTRIBUSI DAN TRANSPORTASI ..............................
11
E. MODEL……………………………………………………
12
METODOLOGI PENELITIAN ............................................
13
A. KERANGKA PEMIKIRAN ...............................................
13
B. PENDEKATAN PENELITIAN..........................................
16
C. TATA LAKSANA ..............................................................
18
PEMODELAN SISTEM.........................................................
21
A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL .................................
21
B. RANCANGAN PERHITUNGAN PENJADWALAN .......
22
1. Kerangka Model..............................................................
22
2. Struktur Basis Data .........................................................
24
C. RANCANG BANGUN MODEL .........................................
25
D. KONFIGURASI MODEL ...................................................
29
1. Input Model.....................................................................
31
2. Output Model ..................................................................
34
11
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................
38
A. PROSES PRODUKSI .........................................................
38
B. PROSEDUR PEMESANAN (PURCHASING ORDER) ....
41
C. PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI ...........
46
D. PROGRAM GPSS 1.0 ........................................................
49
1. Hasil Penjadwalan Metode EDD (Earliest Due Date)....
54
2. Hasil Penjadwalan Metode X..........................................
59
3. Pembahasan.....................................................................
64
E. MANAJEMEN SUPPLY CHAIN .......................................
68
1. Rantai Pengadaan ............................................................
68
2. Sistem Koordinasi Antar Perusahaan..............................
73
3. Integrasi Metoda Penjadwalan dan Manajemen Supply Chain ...................................................................
76
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
78
A. KESIMPULAN ...................................................................
78
B. SARAN ...............................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
80
LAMPIRAN...............................................................................................
82
VI.
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Februari............................................................................
55
Tabel 2. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Maret................................................................................
55
Tabel 3. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Februari............................................................................
58
Tabel 4. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Maret................................................................................
58
Tabel 5. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Februari............................................................................
60
Tabel 6. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Maret................................................................................
60
Tabel 7. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Februari............................................................................
63
Tabel 8. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Maret................................................................................
63
Tabel 9. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan Maret Lini Produksi Cokelat .......................................................................................
64
Tabel 10. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan April Lini Produksi Cokelat .......................................................................................
65
Tabel 11. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan Mei Lini Produksi Cokelat .......................................................................................
66
Tabel 12. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan Maret Lini Produksi Powder .......................................................................................
67
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Model Supply Chain Management.........................................
6
Gambar 2.
Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian .........................
15
Gambar 3.
Skema Tahapan Pendekatan Berencana (Thierauf dan Klekamp 1975).................................................
17
Gambar 4.
Diagram Alir Tahapan Penelitian...........................................
20
Gambar 5.
Diagram Alir Deskriptif Model Penjadwalan Produksi .........
23
Gambar 6.
Diagram Alir Model Penjadwalan Produksi ..........................
26
Gambar 7.
Diagram Alir Algoritma Model Penjadwalan Produksi.........
27
Gambar 8.
Tampilan Awal Program GPSS 1.0 .......................................
30
Gambar 9.
Tampilan Login Program GPSS 1.0.......................................
30
Gambar 10. Tampilan Layar Utama...........................................................
31
Gambar 11. Tampilan Lini Produksi Cokelat ............................................
31
Gambar 12. Tampilan Lini Produksi Powder ............................................
32
Gambar 13. Tampilan List Produk Pada Lini Produksi Cokelat................
32
Gambar 14. Tampilan Input Order Lini Produksi Cokelat ........................
33
Gambar 15. Tampilan List Produk Pada Lini Produksi Powder ................
33
Gambar 16. Tampilan Input Order Lini Produksi Powder ........................
34
Gambar 17. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Cokelat ...................................................................................
35
Gambar 18. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Powder ...................................................................................
35
Gambar 19. Tampilan Input Order Pada Lini Produksi Cokelat ...............
36
Gambar 20. Tampilan Output Jadwal Produksi Minggu Pertama .............
36
Gambar 21. Tampilan Output Jadwal Produksi Minggu Kedua ................
37
Gambar 22. Tampilan Output Jadwal Produksi Minggu Ketiga................
37
Gambar 23. Proses Produksi Produk Dark Compound Pada Lini Cokelat
39
Gambar 24. Proses Produksi Produk Powder Pada Lini Produksi Powder
40
Gambar 25. Aliran Informasi Pesanan dan Kebijakan Perusahaan di PT. Gandum Mas Kencana ....................................................
42
Gambar 26. Aliran Perencanaan Produksi Pada PT. Gandum Mas Kencana 44
14
Gambar 27. Tampilan List Produk Lini Produksi Cokelat.........................
50
Gambar 28. Tampilan Input Order Lini Produksi Cokelat ........................
50
Gambar 29. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Cokelat ..................................................................................
51
Gambar 30. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Powder ..................................................................................
51
Gambar 31. Tampilan Input Order Sebelum Penambahan Pesanan..........
52
Gambar 32. Tampilan Jadwal Produksi Sebelum Penambahan Pesanan...
53
Gambar 33. Tampilan Input Order Dengan Penambahan Pesanan ...........
53
Gambar 34. Tampilan Jadwal Produksi Setelah Penambahan Pesanan.....
54
Gambar 35. Model Supply Chain Pada Make To Order Pertama di PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK).................................
69
Gambar 36. Model Supply Chain Pada Make To Order Kedua di PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK).................................
70
Gambar 37. Model Supply Chain Pada Make To Stock di PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK) ......................................................
72
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Algoritma Model Penjadwalan Produksi ........
82
Lampiran 2. Basis Data Jenis Produk ........................................................
83
Lampiran 3. Basis Data Minimum Order...................................................
84
Lampiran 4. Basis Data Biaya Kirim .........................................................
85
Lampiran 5. Basis Data Pesanan Konsumen..............................................
86
Lampiran 6. Hasil Penjadwalan Produksi Lini Produksi Cokelat dengan Metode EDD .........................................................................
88
Lampiran 7. Hasil Penjadwalan Produksi Lini Produksi Powder dengan Metode EDD .........................................................................
96
Lampiran 8. Hasil Penjadwalan Produksi Lini Produksi Cokelat dengan Metode X..............................................................................
104
Lampiran 9. Hasil Penjadwalan Produksi Lini Produksi Powder dengan Metode X...............................................................................
112
Lampiran 10. Petunjuk Penggunaan Program GPSS 1.0 ............................
120
16
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Perindustrian di Indonesia berkembang dengan pesat seiring dengan
masuknya era globalisasi dan modernisasi. Era globalisasi ini menjadi suatu tolak ukur setiap industri untuk bersaing dalam pengembangan pasar di Indonesia. Indonesia saat ini merupakan negara yang mulai berbasis industri, baik industri yang berbahan baku pertanian maupun non pertanian. Persaingan antar perusahaan selalu terjadi karena perusahaan-perusahaan tersebut harus terus hidup dan berkembang untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Mempertahankan pangsa pasar dapat dilakukan perusahaan dengan memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen yang berorientasi pada harga, mutu dan pelayanan. Perubahan lingkungan yang tidak menentu, meningkatnya kebutuhan konsumen yang bervariasi, keinginan konsumen yang serba cepat dan instant membuat para pelaku industri mencari jalan keluar yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan tersebut. Keinginan konsumen akan kebutuhannya menuntut para pelaku industri untuk memproduksi barang/produk yang murah, berkualitas dan berdaya saing tinggi. Industri berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut dengan berbagai cara/metode. Terdapat beberapa metode atau cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, salah satunya adalah Supply Chain Management (SCM). Supply Chain (SC) atau rantai pasokan adalah rangkaian hubungan antar perusahaan yang melaksanakan penyaluran pasokan barang/jasa dari awal hingga ke pembeli/pelanggan. Hubungan yang terjadi tidak hanya pada bagian atau aktivitas di dalam satu perusahaan tetapi aktivitas diluar perusahaan, meliputi bagian penyalur bahan baku, pengiriman dan konsumen. SCM sendiri merupakan suatu sistem koordinasi antar perusahaan yang meliputi arus produk/jasa, arus informasi dan arus keuangan. Arus yang terjadi bersifat ganda atau bolak balik yang langsung berhubungan dari penyalur pasokan bahan baku ke konsumen (Yolanda, 2005).
17
Supply Chain sendiri terfokus pada 3 hal, yaitu upstream, internal dan downstream. Upstream (hulu) merupakan pihak yang berkaitan dengan pemasokan bahan baku, pihak-pihak tersebut antara lain sub-supplier, supplier dan manufacture. Internal adalah kegiatan yang terjadi didalam industri, memproses masukan dari bagian hulu hingga keluar dari industri, sedangkan downstream meliputi pengiriman produk ke konsumen yang berkaitan dengan pihak- pihak seperti distribution center, wholesaler, retailers dan customers. Penerapan dari rantai pasokan yang dilakukan bersama-sama oleh berbagai pihak yang tergabung dalam SCM mampu mengefisiensikan permasalahan yang ada di perusahaan, seperti dapat mengurangi biaya produksi, biaya penyimpanan produk hingga biaya transportasi. Perusahaan Olympic bisa menekan biaya komunikasi hingga 50%, tingkat inventory yang dua bulan menjadi satu bulan dan nilai penjualan meningkat 170% selama tahun 2000-2002. Selain itu saat ini telah memiliki 50 kantor cabang dan 5000 outlet di seluruh Indonesia (Said, 2006). Perusahaan Unilever memiliki target pertumbuhan 5-6% dan operating margin sekitar 16%, sehingga perusahaan melakukan desentralisasi terhadap organisasi purchasing unitnya. Unilever mampu menghemat sekitar 700 juta poundsterling. PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan yaitu industri pembuatan bahan baku kue dan roti, perusahaan ini ialah salah satu perusahaan yang telah menerapkan SCM di Indonesia. Produk yang dihasilkan perusahaan ini sangat beragam yaitu berbagai jenis bahan baku roti dan kue, produk tersebut selain disalurkan langsung kepada konsumen rumah tangga ada juga yang disalurkan kepada konsumen industri untuk diolah lebih lanjut. Penerapan strategi penyaluran perusahaan dilakukan karena rantai pengiriman yang beragam membuat perusahaan bekerja ekstra untuk mengefisienkan waktu, biaya penyimpanan dan biaya transportasi agar pengiriman tepat waktu sesuai jadwal. Permasalahan yang terjadi ialah terdapat pada faktor tidak efektifnya jadwal produksi dari pesanan yang masuk dengan waktu tunggu tertentu yang mengakibatkan waktu pengiriman ke konsumen menjadi terlambat. Selain itu, pesanan yang sudah selesai diproduksi melewati batas waktu yang terkadang lebih dari standar yang telah ditetapkan. Batas waktu tersebut berpengaruh terhadap
18
jadwal pengiriman setiap produk yang dihasilkan yang tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Penyelesaian masalah tersebut dapat dilihat dari tingkat keefisiensian dari penjadwalan produksi terhadap pengurutan jadwal produksi suatu produk dan jadwal pengiriman dalam mengurangi biaya pengiriman serta memiliki rantai pengiriman yang efisien. B.
TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1.
Memperoleh informasi penerapan rantai pengadaan (pemasok) pada perusahaan agroindustri
2.
Memperoleh model penjadwalan produksi dengan waktu pengiriman produk yang optimal kepada konsumen pada permasalahan penerapan rantai pengadaan (pasokan) di perusahaan agroindustri.
C.
RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini adalah 1. Identifikasi rantai pengadaan yang berorientasi pada aliran produk dan informasi dari pabrik (perusahaan) ke konsumen, berdasarkan konsep manajemen supply chain. 2. Penelitian ini berada pada rantai pengadaan antara industri dan konsumen, dibagian subsistem penjadwalan produksi dalam konsep manajemen supply chain, tidak meliputi persediaan bahan baku dan produk serta bagian transportasi dan distribusi baik bahan baku maupun produk. 3. Perencanaan penjadwalan produksi dengan melihat aspek-aspek lead time produk, waktu pengiriman, pesanan yang terlambat dan rata-rata keterlambatan pesanan dengan asumsi bahan baku selalu tersedia. Selanjutnya mendapatkan penjadwalan produksi yang mengefektifkan urutan proses produksi untuk mendapatkan waktu pengiriman produk ke konsumen dengan tepat. 4. Verifikasi model penjadwalan produksi dengan metode yang digunakan oleh perusahaan.
19
D.
MANFAAT DAN KELUARAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah masukan kepada
perusahaan secara kuantitatif berupa perencanaan penjadwalan produksi dengan suatu metode atau aturan. Aturan yang digunakan merupakan aturan yang dapat mencapai pengiriman produk yang tepat waktu dengan mengurangi nilai keterlambatan dalam pemenuhan rantai pengadaan serta dapat dijadikan bahan pertimbangan keputusan yang berkaitan dengan penjadwalan produksi maupun jumlah pengiriman produk agar lebih efektif. Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini ialah menghasilkan model penjadwalan produksi yang terbaik dengan menggunakan satu aturan pengurutan. Aturan tersebut sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu jumlah pekerjaan yang terlambat, rata-rata keterlambatan pesanan dan besarnya kelambatan maksimum. Banyaknya jumlah pekerjaan yang terlambat menjadi kriteria yang terpenting karena akan mempengaruhi pengiriman produk ke konsumen yang harus tepat waktu.
20
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Supply Chain Management (SCM) atau rantai pengadaan adalah suatu
sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Djokopranoto, 2002). Manajemen rantai pasokan merupakan sekelompok alat bantu pendekatan untuk mengintegrasikan efisiensi suppliers, perusahaan, distributor dan toko, sehingga alat-alat tersebut dapat menghasilkan dan menyalurkan produk dengan jumlah yang tepat, pada lokasi yang benar dan saat waktu yang tepat, agar dapat mengurangi biaya keseluruhan sistem sebagai syarat tingkat kepuasan pelayanan (Levi et al., 2000) Prinsip utama dalam supply chain management ialah menciptakan sinkronisasi aktivitas-aktivitas yang beragam dan membutuhkan pendekatan holistik. Prinsip mengintegrasi aktivitas-aktivitas dalam supply chain ialah untuk menciptakan sebuah resultan yang besar bukan hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi bagi keseluruhan sistem (Zabidi, 2001). Roekel (2002) mengatakan bahwa hubungan di dalam manajemen rantai pengadaan didasarkan pada adanya saling ketergantungan, kepercayaan, komunikasi yang terbuka dan keuntungan bersama. Kunci sukses dalam pengembangan rantai adalah adanya kerjasama (partnership) dan penggabungan (integration). Hal ini berkaitan dengan hubungan para pemain utama atau mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut dapat berbentuk seperti mata rantai yang saling terhubung satu dengan yang lain, dari supplier hingga konsumen akhir. Model supply chain dikembangkan oleh A.T. Kearney sejak tahun 1994, seperti pada Gambar 1 (Christopher, 1998).
21
Suppliers
Suppliers’ Supplier
Customers
Company
Customers End Users
Sumber : Djokopranoto (2002)
Gambar 1. Model Supply Chain Management Menurut Pujawan (2005), persaingan pasar yang ketat dapat dimenangkan bila supply chain sebuah perusahaan harus menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi. Kemampuan strategis suatu supply chain dilihat dari manajemen kualitas yang berperan dalam mengurangi produk yang rusak atau mengulang (rework). Mengurangi pekerjaan ulang atau kerusakan akibat proses yang tidak benar akan berpengaruh pada aspek finansial sebuah operasi. Selain itu, untuk menciptakan produk yang berkualitas juga berpengaruh pada tujuan untuk menyediakan produk tepat waktu bagi pelanggan. Prinsip dasar SCM meliputi 5 hal, yaitu a) Prinsip integrasi; elemen yang terlibat dalam SCM merupakan satu kesatuan, b) Prinsip jejaring; semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras, c) Prinsip ujung ke ujung; proses produksinya mencakup elemen dari hulu hingga hilir, d) Prinsip saling tergantung; diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan pada setiap elemen untuk mencapai manfaat, d) Prinsip komunikasi; keakuratan data menjadi penting dalam jaringan untuk menjalin ketepatan informasi dan material (Said, 2006) Menurut Cohen dan Roussel (2005) terdapat empat kriteria SCM sukses yaitu a) Sesuai dengan strategi bisnis; berupa biaya, inovasi, pelayanan dan kualitas, b) Sesuai dengan kebutuhan konsumen; perubahan kebutuhan konsumen yang cepat, c) Sesuai dengan posisinya dalam jaringan; mencari peluang kerjasama dengan konsumen akhir, d) Adaptif; berupa teknologi, lingkup usaha, basis kompetisi, akuisisi dan merger. Strategi operasi akan memudahkan strategi SCM yang mencakup make to stock, configure to order, make to order dan engineer to order. Kebanyakan
22
perusahaan consumer goods menggunakan strategi make to stock 85% dan strategi make to order 15% (Said, 2006). Siklus waktu order atau masa perputaran order merupakan siklus waktu mulai pelanggan memesan atau memberikan order, baik order pembelian maupun kebutuhan layanan, sampai produk atau layanan barang yang dipesan diterima oleh konsumen. Siklus waktu order termasuk total waktu yang dibutuhkan sampai barang telah diterima oleh pelanggan. Artinya, siklus tersebut dimulai dari masa perpindahan order, masa proses order, masa penghimpun order, pengadaan stok, waktu produksi dan waktu pengiriman barang kepada pelanggan (Yolanda, 2005). Waktu penyerahan order adalah susunan dari komponen-komponen waktu lainnya, tergantung kepada metodenya. Pengadaan stok berpengaruh pada total waktu perputaran order, karena dapat memaksa proses produk dan alur informasi dari jalur resmi. Salah satu komponen yang penting dari siklus waktu order adalah waktu pengiriman atau waktu yang dibutuhkan untuk mengirim barang dari tempat penyimpanan stok sampai ke tempat konsumen, termasuk saat muatan di penyimpanan stok dan muatan di tempat tujuan (Yolanda, 2005). Pelaksanaan order menggambarkan kegiatan fisik yang nyata. Kegiatan fisik tersebut dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pelanggan, antara lain a) mendapatkan jenis barang yang dipesan, b) mengepak barang-barang yang dipesan untuk dikirimkan, c) menyiapkan jadwal angkutan untuk pengiriman dan d) menyiapkan dokumen-dokumen pengiriman (Yolanda, 2005). Laporan status order merupakan alat untuk memantau terhadap order yang dilaksanakan, tujuannya agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan order atau status konsumen, antara lain meliputi a) memberikan info kepada pelanggan bila terjadi keterlambatan pemrosesan order maupun keterlambatan dalam pengiriman, b) menelusuri posisi order dalam siklus pemrosesan order, c) melakukan komunikasi antara pelanggan dengan order pesanan, berkomunikasi dengan konsumen tentang proses yang telah berlanjut dan kapan order akan diantarkan (Yolanda, 2005). Konsep lead time (waktu tenggang) sebagai salah satu model penunjang dalam manajemen supply chain dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu 1) dari pihak pelanggan yang merupakan rentang waktu yang dibutuhkan dari saat
23
memesan barang sampai barang diterima, dapat disebut the order-to-delivery cycle, 2) dari pihak penjual atau supplier yang merupakan rentang waktu yang dibutuhkan untuk mengubah dari penerimaan pesanan sampai menerima uang tunai, dapat disebut the cash-to-cash cycle (Djokopranoto, 2002). The order-to-delivery cycle berhubungan dengan apakah panjang pendeknya lead time ataukah konsistensi dan keandalan lead time. Panjang pendeknya lead time penting bila pelanggan mementingkan lead time ini dan perusahaan mampu memberikan lead time yang lebih pendek. Komponen dari the order-to-delivery cycle antara lain 1) proses pemesanan pelanggan, 2) proses pencatatan pemesanan, 3) proses pemesanan, 4) proses pembuatan/penyiapan barang,
5)
proses
pengangkutan
dan
6)
pesanan
diterima
pelanggan
(Djokopranoto, 2002). Setiap komponen the order-to-delivery cycle membutuhkan waktu, karena fluktuasi jumlah pemesanan yang diterima, proses yang tidak efisien, beberapa hambatan yang terjadi, maka waktu yang diperlukan untuk setiap proses bervariasi. Waktu rata-rata yang dibutuhkan dan variasinya untuk masing-masing proses adalah 1. proses pemesanan pelanggan; rata-rata 3 hari, jangka waktu 1-5 hari 2. proses pencatatan pemesanan; rata-rata 2 hari, jangka waktu 1-3 hari 3. proses pemesanan; rata-rata 5 hari, jangka waktu 1-9 hari 4. proses pembuatan / penyiapan barang; rata-rata 3 hari, jangka waktu 1-5 hari 5. proses pengangkutan; rata-rata 3 hari, jangka waktu 1-5 hari 6. pesanan diterima pelanggan; rata-rata 2 hari, jangka waktu 1-3 hari. Sehingga jumlah lead time rata-rata 18 hari dengan jangka waktu 6 -30 hari (Djokopranoto, 2002).
24
B.
PENJADWALAN PRODUKSI Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari
bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi adalah aktivitas bagaimana mengelola dan mengatur proses produksi tersebut (Baroto, 2002). Perencanaan dan pengendalian produksi memiliki fungsi dan aktivitasaktivitas, yaitu mengelola pesanan dari pelanggan, meramalkan permintaan, mengelola persediaan, menyusun rencana agregat, membuat jadwal induk produksi, merencanakan kebutuhan, melakukan penjadwalan pada mesin dan fasilitas produksi, monitoring dan pelaporan serta evaluasi. (Baroto, 2002). Menurut Herjanto (1990), penjadwalan produksi adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi produksi. Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan dan tingkat persediaan serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja dan peralatan. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan (Herjanto, 1990). Penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu (timing) serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Penetapan waktu berkenaan dengan masalah pengurutan atau sequencing dan penggunaan sumber daya untuk kegiatan operasi produksi berkenaan dengan masalah penugasan kerja (job assignment) atau pembebanan kerja pada fasilitas produksi (Machfud,1999). Kondisi deterministik mencakup kondisi yang bersifat statis, dengan asumsi bahwa permintaan atau waktu tunggu (lead time) tetap sepanjang periode. Kebutuhan terhadap item/jenis persediaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu (1) kebutuhan suatu item persediaan bersifat bebas (independent) terhadap item yang lain, dan (2) kebutuhan suatu item persediaan bersifat tergantung (dependent) terhadap item yang lain (Machfud, 1999).
25
Model yang telah dikembangkan akan disesuaikan dengan biaya tetap yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga akan memunculkan fungsi biaya sebagai salah satu penentuan keputusan solusi optimal. Kemudian ada juga skala ekonomi yang dilihat dari nilai yang diberikan oleh produk jadi dan dapat meningkatkan nilai dari manajemen supply chain (Djokopranoto, 2002). Menurut Machfud (1999), tujuan dari penjadwalan operasi produksi secara umum adalah untuk memperoleh suatu trade-off antara penggunaan pekerja, mesin atau peralatan dan fasilitas yang efisien dan meminimumkan waktu tunggu pelanggan, inventori dan waktu proses operasi.
C. TEKNIK PENGURUTAN (SEQUENCING) Penjadwalan memberikan dasar untuk menugaskan pekerjaan pada pusat kerja. Pengurutan (sequencing) menentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja (Render dan Heizer, 2005). Metode pengurutan menentukan urutan pekerjaan yang dilakukan oleh suatu pusat kerja berdasarkan aturan prioritas yang telah ditentukan. Terdapat beberapa aturan dalam pengurutan, setiap urutan mempunyai pengaruh yang berbeda, baik terhadap kecepatan selesainya pekerjaan maupun faktor lain (tingkat rata-rata persediaan, biaya set-up dan rata-rata keterlambatan pekerjaan) (Herjanto, 1990). Metode pengurutan dilakukan berdasarkan aturan prioritas untuk membagikan
pekerjaan.
Aturan
prioritas
memberikan
panduan
untuk
mengurutkan pekerjaan yang harus dilakukan. Aturan prioritas mencoba untuk meminimasi waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan dalam sistem, keterlambatan pekerjaan dengan penggunaan fasilitas yang maksimal (Render dan Heizer, 2005). Menurut Machfud (1999), teknik pengurutan (sequencing) bertujuan untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya produksi, yang juga berarti mengurangi jumlah waktu pengolahan untuk menyelesaikan semua produk (makespan). Selain itu juga dapat mengurangi rata-rata waktu penyelesaian produk (flow time) dan mengurangi keterlambatan (tardiness) untuk produk yang mempunyai batas akhir penyelesaian (due date).
26
Menurut Render dan Heizer (2005), aturan prioritas terbagi menjadi empat macam, yaitu : 1. FCFS (First Come, First Served) pertama datang, pertama dilayani, yaitu pekerjaan yang datang dahulu ke pusat kerja akan diproses terlebih dahulu. 2. SPT (Short Processing Time) waktu pemrosesan terpendek, yaitu pekerjaan yang memiliki waktu proses tercepat diselesaikan terlebih dahulu. 3. EDD (Earliest Due Date) batas waktu yang paling awal, yaitu pekerjaan dengan batas waktu yang paling awal akan dikerjakan terlebih dahulu. 4. LPT (Longest Processing Time) waktu pemrosesan terpanjang, yaitu pekerjaan dengan waktu proses yang panjang akan diutamakan dan didahulukan. Sedangkan menurut Yolanda (2005), strategi penetapan prioritas order yang biasa digunakan sebagai berikut 1. First come, first served (First receipt, first processed), yaitu pelayanan berdasarkan yang datang lebih dahulu. 2. Shortest processing of time, yaitu pemesanan yang dapat dipenuhi dengan cepat diselesaikan lebih dahulu. Artinya, pemenuhan pesanan dilihat dari berapa lama untuk menyiapkan pesanan tersebut, jika waktu prosesnya pendek maka pemesanan tersebut didahulukan. 3. Specified priority number, yaitu pesanan yang memiliki nomor prioritas yang spesifik. 4. Earliest promised delivery date, yaitu waktu atau pengiriman paling awal yang telah dijanjikan.
D. DISTRIBUSI DAN TRANSPORTASI Manajemen transportasi/pengiriman membedakan antara pihak yang memiliki barang dan pihak yang melakukan pengiriman. Pemilik barang yang berkepentingan barangnya untuk dikirim biasanya disebut shipper, sedangkan pihak yang bertugas melakukan pengiriman (perusahaan jasa pengiriman) dinamakan carrier. Mode transportasi mana yang paling baik dapat ditinjau dari sudut yang berbeda (Pujawan, 2005).
27
Beberapa
hal
yang
dipakai
sebagai
dasar
pertimbangan
dalam
mengevaluasi mode transportasi adalah 1) Sudut pengirim/carrier, hal-hal yang perlu dipertimbangkan ialah biaya alat transportasi sendiri (biaya beli atau sewa alat transportasi), biaya operasional tetap (biaya terminal/bandara yang tidak tergantung dari volume barang), biaya operasional variabel (bahan bakar) yang tergantung pada volume angkut atau jarak yang ditempuh, 2) Sudut shipper, pertimbangan bisa didasarkan pada berbagai ongkos yang timbul pada supply chain, ongkos selain dari transportasi. Selain biaya transportasi, perusahaan juga harus memperhitungkan biaya persediaan, biaya loading-unloading dan biaya fasilitas (gudang) (Pujawan, 2005). Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari suatu mode transportasi. Biaya pengiriman akan tinggi kalau perusahaan sangat mementingkan kecepatan respon (Pujawan, 2005).
E.
MODEL Model adalah suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu
yang disepakati dari suatu sistem nyata. Adapun sistem nyata adalah sistem yang berlangsung dalam kehidupan. Dengan demikian, pemodelan adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu (Simatupang, 1996). Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah (Eriyatno, 1998). Menurut Simatupang (1996), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memodelkan suatu sistem, antara lain : (a) model harus mewakili (merepresentasikan) sistem nyatanya dan (b) model merupakan penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan usaha yang ketat di era globalisasi ini telah membuat
perusahaan melakukan perbaikan di segala bidang, sehingga mampu memiliki daya saing dengan perusahaan lain. Perbaikan dilakukan karena terdapat beberapa perubahan yang ditandai dengan persaingan yang sengit antar perusahaan, tuntutan konsumen yang semakin banyak dan variatif, daur hidup produk yang pendek dan kemajuan teknologi informasi. Perbaikan yang dimaksud ialah mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu dan mengeluarkan biaya yang rendah dalam bidang pengiriman. Perbaikan tersebut diawali
dengan
penjadwalan
produksi
yang
optimal,
sehingga
dapat
mengefisiensikan penyelesaian akhir produksi, yaitu persediaan dan pengiriman. Adanya ketidaksesuaian antar bagian dalam satu perusahaan dapat menghambat proses efisiensi penyelesaian akhir produksi. Penyelesaian akhir produksi yang dilakukan akan terlaksana dengan baik apabila terdapat koordinasi antar bagian dalam perusahaan dan antar perusahaan yang menangani persediaan dan pengiriman produk. Beberapa permasalahan yang terdapat di PT. Gandum Mas Kencana adalah adanya ketidaksesuaian antara waktu pengiriman dengan batas waktu pesanan yang telah ditentukan, sehingga mengakibatkan pengiriman produk ke konsumen menjadi tidak tepat waktu. Selain itu, adanya jumlah pengiriman produk yang berlebihan dan berhubungan langsung pada penentuan biaya pengiriman. Pada penelitian kali ini akan dilakukan perencanaan penjadwalan produksi secara keseluruhan dari dua lini produksi yang berbeda (coklat dan powder). Metode yang digunakan dalam penjadwalan dengan menggunakan aturan pengurutan (sequencing). Pengurutan pekerjaan ini menjadi bagian yang sangat penting, disebabkan banyaknya pesanan yang bervariasi dengan kapasitas mesin yang terbatas. Adanya metode pengurutan ini dapat mengurangi keterlambatan penyelesaian akhir dan mengefektifkan jumlah pengiriman produk ke konsumen maupun retail.
29
Perencanaan dilakukan terhadap penjadwalan produksi pada lini produksi coklat dan powder dengan menggunakan salah satu aturan pengurutan yaitu EDD (Earliest Due Date). Aturan EDD menjadi variabel dengan meliputi kriteria yang diinginkan, yaitu banyaknya jumlah pekerjaan atau pesanan yang mengalami keterlambatan,
rata-rata
keterlambatan
(mean
lateness)
dan
kelambatan
maksimum. Adapun gambar kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
30
Mulai
Identifikasi Kegiatan Produksi dan Pengiriman Di PT. GMK
Analisis Penjadwalan Produksi Perusahaan
Penentuan Faktor yang Mempengaruhi Penjadwalan Produksi
Data Permintaan Produk
Data Lead Time Produksi
Data Kapasitas Produksi
Data Biaya Pengiriman
Data Jenis Produk
Perencanaan Penjadwalan Produksi dengan periode Mingguan
Hasil Penjadwalan Dengan Metode Earlies Due Date (EDD)
Perhitungan Jumlah Pekerjaan Terlambat,Rata-rata Keterlambatan dan Kelambatan Maksimum dari Metode
Jumlah Pekerjaan Terlambat, Rata-rata Keterlambatan dan Kelambatan Maksimum
Selesai
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian
31
B.
PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan berencana.
Tahapan berencana adalah suatu pendekatan yang diawali dengan melakukan identifikasi permasalahan dan dalam penyelesaiannya diakhiri dengan penyusunan suatu model. Menurut Thierauf dan Klekamp (1975), langkah-langkah dalam pendekatan berencana ada lima langkah. Tahapan pendekatan berencana terdiri dari 5 (lima) langkah, yaitu : 1. Observasi lapang yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi secara nyata, serta observasi terhadap fakta, opini yang mengarah terhadap permasalahan. 2. Definisi permasalahan yang sebenarnya ialah adanya ketidakteraturan dalam penjadwalan untuk pengurutan proses produksi pada masingmasing lini produksi, sehingga kurang efektif dalam pengerjaannya. Penjadwalan tersebut akan berimbas kepada keterlambatan penyelesaian akhir produksi, yaitu persediaan dan pengiriman. 3. Pengembangan alternatif melalui analisis data dan variabel keputusan serta kendala yang ada di perusahaan. 4. Pemilihan penyelesaian optimal melalui tahap analisa alternatif-alternatif dengan bantuan komputer. 5. Verifikasi solusi optimal melalui tahap implementasi
32
Kebutuhan data
Fakta, ide dan pendapat
Tahap pemecahan masalah
Observasi terhadap gejala permasalahan dan masalah yang nyata
Definisi permasalahan yang sebenarnya
Informasi dari seluruh sumber yang diperlukan
Kebutuhan teknik
Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhi l h
Data empiris contoh
Pemilihan solusi optimal berdasarkan alternatif-alternatif
Data empiris seluruhnya
Verifikasi solusi optimal melalui tahapan implementasi
Definisi masalah yang sebenarnya
Pengembangan model
Alat bantu komputer
Pembuatan pengendali yang tepat untuk mendeteksi perubahan yang mempengaruhi penyelesaian
Gambar 3. Skema Tahapan Pendekatan Berencana (Thierauf dan Klekamp 1975)
33
C.
TATA LAKSANA 1. Kajian pustaka dan Observasi Lapang Kajian pustaka dilakukan untuk mempelajari sistem penjadwalan produksi yang ada di perusahaan dalam lingkup Supply Chain Management. Observasi Lapang dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan proses produksi di PT. Gandum Mas Kencana. 2. Identifikasi Masalah Pada tahap ini ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, kebijakan-kebijakan pemesanan produk, asumsiasumsi untuk menyelesaikan masalah dan juga mengetahui manajemen supply chain yang diterapkan. Dalam hal ini permasalahan yang ada ialah dari perencanaan jadwal produksi berdasarkan dari kebijakan-kebijakan pemesanan, yang berakibat pada mundurnya jadwal pengiriman produk terhadap konsumen. 3. Pengumpulan data Pengambilan data dilakukan di PT. Gandum Mas Kencana pada departemen SCM (Supply Chain Management). Pengambilan data dilakukan dengan observasi lapang dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak terkait dalam proses produksi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari departemen SCM. Data yang dikumpulkan berupa data permintaan/pesanan pada bulan Januari-Oktober 2006, data kapasitas produksi, data jenis produk dan data biaya pengiriman. 4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik dan model pengurutan pesanan (sequencing) dengan satu aturan, yaitu EDD (Earliest Due Date). Data yang dijadikan masukan dalam model penjadwalan produksi adalah data permintaan/pesanan, data kapasitas produksi, data
34
jenis produk dan data tanggal batas waktu (due date). Analisis data yang berawal dari perhitungan waktu penyelesaian (due date), waktu produksi dan
minimum order quantity (MOQ) serta perencanaan penjadwalan
produksi menggunakan Microsoft Excel 2003. 5. Perancangan Model Model yang digunakan terdiri dari input dan output. Input model penjadwalan berupa data permintaan/pesanan yang meliputi tanggal pesan dan jumlah pesanan, data kapasitas produksi dan data jenis produk. Outputnya terdiri dari penjadwalan produksi yang menggunakan aturan pengurutan EDD. Aturan tersebut meliputi kriteria dengan banyaknya jumlah pekerjaan yang mengalami keterlambatan, rata-rata keterlambatan dan kelambatan maksimum. 6. Implementasi dan Verifikasi Pada
tahap
implementasi,
hasil
rancangan
sistem
diimplementasikan dalam bentuk program komputer menggunakan Visual Basic. Net 2005 sebagai perangkat lunak untuk user interface dan juga digunakan sebagai perangkat lunak basis data.
35
MULAI
Pengamatan dan identifikasi permasalahan
Pengambilan data
Pengolahan data
Perencanaan Penjadwalan produksi
Hasil perhitungan penjadwalan
Pemilihan penjadwalan yang terbaik
SELESAI Gambar 4. Diagram Alir Tahapan Penelitian
36
IV. PEMODELAN SISTEM
A.
ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi ini menggunakan beberapa asumsi
untuk mendukung perhitungan model penjadwalan produksi. Asumsi-asumsi tersebut merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan. Dalam perhitungan perencanaan penjadwalan produksi ini digunakan beberapa asumsi, yaitu : 1. Ruang lingkup penjadwalan meliputi lini produksi coklat dan lini produksi powder dalam 10 bulan dengan rentang waktu bulan Januari hingga Oktober 2006. 2. Perhitungan mengakomodir waktu pesan, due date pesanan, lead time keseluruhan, jumlah pesanan (kuantiítas), waktu proses, keterlambatan dan biaya kirim. 3. Bahan baku dan bahan penunjang untuk proses produksi selalu tersedia, sehingga tidak dihitung lead time untuk pembelian bahan baku. 4. Selama proses produksi berlangsung, mesin-mesin dan peralatan dalam keadaan yang baik, sehingga kerusakan pada mesin dan fasilitas lainnya dapat diabaikan. 5. Proses produksi dilakukan setiap hari, sehingga tidak terdapat produk yang Make To Stock (MTS) maupun Make To Order (MTO). 6. Perencanan produksi dilakukan dalam periode mingguan. 7. Kuantitas untuk satu kali pengiriman sesuai dengan jumlah minimum order dari setiap produk.
37
B.
RANCANGAN PERHITUNGAN PENJADWALAN
1.
Kerangka Model Dalam metode pengurutan konsepnya sesuai dengan aturan prioritas untuk
mengirimkan pekerjaan ke pusat pekerjaan. Aturan prioritas mencoba untuk mengurangi
waktu
penyelesaian,
jumlah
pekerjaan
dalam
sistem
dan
keterlambatan kerja sementara penggunaan fasilitas bisa maksimum (Render dan Heizer, 2005). Dalam teknik urutan ini digunakan satu macam aturan, yaitu aturan EDD (Earliest Due Date) pekerjaan yang waktu jatuh temponya paling pendek, yaitu pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek harus didahulukan. Aturan EDD (Earliest Due Date) menyatakan bahwa dahulukan proses produksi produk dengan due date terkecil. Tujuan aturan EDD adalah untuk meminimumkan jumlah produk yang selesainya melewati batas waktu dan meminimasi kelambatan maksimum atau meminimasi ukuran kelambatan maksimum suatu pekerjaan. Aturan tersebut akan dihitung nilai keterlambatan rata-rata (Mean Lateness, Ls), dirumuskan dengan :
Ls =
1 ∑ Li, s n
Rata-rata keterlambatan juga dapat dihitung dengan mengetahui jumlah pekerjaan yang terlambat karena melebihi dari waktu due date yang ditentukan dalam metode EDD, yang berhubungan dengan batas waktu penyelesaian produk dan batas waktu pengiriman produk. Diagram alir deskriptif model penjadwalan produksi dapat dilihat pada Gambar 5.
38
Mulai
o o o o
Basis Data Jenis produk Basis Data Pesanan/Order Basis Data Kapasitas Produksi Basis Data Biaya Kirim Kelompokkan pesanan berdasarkan lini produksi
Masukkan kode order, tanggal order, tanggal due date, jenis produk dan jumlah pesanan
Penjadwalan produksi dengan aturan EDD (Earliest Due Date)
Hitung rata-rata keterlambatan, jumlah pekerjaan yang terlambat dan kelambatan maksimum
Selesai
Gambar 5. Diagram Alir Deskriptif Model Penjadwalan Produksi
39
2.
Struktur Basis Data Model penjadwalan produksi menggunakan masukkan data sebagai
berikut: a.
Basis Data Jenis Produk Basis data jenis produk ini berisi mengenai jenis produk yang diproduksi
oleh PT. Gandum Mas Kencana. Sistem basis data jenis produk ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan kegiatan input (penambahan data) maupun pengurangan data, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. b.
Basis Data Kapasitas Produksi Basis data kapasitas produksi ini berisi mengenai ketentuan batas
maksimum produk yang bisa dihasilkan dari suatu proses produksi, dengan hitungan per hari. Sistem basis data kapasitas produksi ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan penambahan atau pengurangan data yang dapat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan perusahaan. c.
Basis Data Biaya Kirim Basis data biaya kirim ini berisi mengenai biaya kirim untuk masing-
masing produk yang ada di PT. Gandum Mas Kencana. Sistem basis data ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan penambahan ataupun pengurangan data terhadap jenis produk dan biaya kirimnya. d.
Basis Data Pesanan Basis data pesanan ini terdiri dari nomor order, tanggal order, tanggal due
date, jenis produk dan jumlah pesanan produk. Sistem basis data ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan kegiatan penambahan maupun pengurangan data, sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. d.
Basis Data Pengguna Basis data pengguna ini terdiri dari nama dan password pengguna. Sistem
basis
data
ini
dirancang
menggunakan
Microsoft
Access
2003
yang
memungkinkan pengguna untuk melakukan penambahan dan pengurangan isi. Dimana pengguna dapat merubah dan merevisi jadwal produksi yang ada atau hanya melihat jadwal produksi tanpa mengubah isinya.
40
C.
RANCANG BANGUN MODEL Model penjadwalan produksi yang dibuat ini memiliki rancang bangun
secara agregat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Model ini memiliki input yang meliputi data-data pesanan dan output yang berupa penjadwalan produksi dalam periode mingguan. Input data berawal dari data-data pesanan yang meliputi jenis produk, jumlah produk, tanggal order dan tanggal due date. Data-data tersebut akan melewati proses pengurutan yaitu mengurutkan pesanan-pesanan sesuai dengan tanggal due datenya. Setelah diurutkan pesanan-pesanan akan diolah berdasarkan keterlambatan yang terjadi, kemudian dibuat keputusan apakah pesanan tersebut terlambat atau tidak. Jika pesanan tidak terlambat maka akan diproses jadwal produksinya berdasarkan prioritas-prioritas tertentu, sedangkan untuk pesanan yang terlambat juga akan mengalami proses penjadwalan dengan prioritas-prioritas yang berbeda. Penjadwalan produksi yang telah terbentuk pada proses pesanan yang tidak terlambat dan pesanan yang terlambat akan disatukan dan diurutkan dalam tahapan selanjutnya, dengan proses pengurutan jadwal produksi dari jadwal yang terlambat dan tidak terlambat. Tahapan akhirnya ialah jadwal produksi yang utuh dengan berbagai data yang dibutuhkan dalam penjadwalan. Output penjadwalan produksi yang telah ada setelah melewati beberapa tahapan dapat berubah jika ada pesanan yang baru masuk ke bagian penjadwalan produksi. Maka data pesanan yang baru akan melewati tahapan-tahapan yang sama dengan sebelumnya, kemudian pada tahapan terakhir akan secara otomatis masuk dan terjadwal sesuai dengan urutan yang baru dengan penambahan pesanan terakhir. Jadwal produksi yang lama akan langsung direvisi setelah adanya penambahan. Hal ini akan berlangsung sama dengan melewati tahapan-tahapan jika ada penambahan pesanan dalam jangka waktu yang ditentukan.
41
Input Data
Due Date
Pesanan telat atau tidak telat
Telat
Proses jadwal produksi telat
Tidak Telat
Proses jadwal produksi tidak telat
Pengurutan jadwal produksi
Jadwal produksi
Gambar 6. Diagram Alir Model Penjadwalan Produksi
42
Input Data
Sorting = Due date
If jadwal produksi awal = Telat then Else if jadwal produksi= tidak telat
Tidak telat
If order date= tidak sama then Jadwal produksi awal Else if order date=sama then Production time ≤ first in end
Telat
X=tanggal order dan y=tanggal due date If x=false and y=true then 1. urutkan pesanan hingga menemui pesanan yang tardy 2. Jika ada pesanan yang tardy 0 atau 1. STOP 3. Jika terdapat pesanan yang terlambat, pesanan yang terlambat terbesar pisahkan 4. Jika tidak terdapat lagi pesanan yang terlambat, urutkan pesanan terlambat terbesar pada urutan terakhir Else if x=true and y=true then 1. Production time ≤ first in Else if x=true and y=false then jadwal produksi awal end
Sorting = Jadwal produksi telat dan tidak telat
Jadwal produksi
Gambar 7. Diagram Alir Algoritma Model Penjadwalan Produksi
43
Diagram alir model penjadwalan produksi ini dimulai dari input data-data pesanan yang meliputi tanggal order, tanggal due date, jenis produk dan jumlah pesanan produk yang bersifat tidak tetap / dapat diubah, sedangkan terdapat data yang bersifat tetap antara lain kapasitas produksi dan biaya kirim produk. Adanya beberapa pesanan yang masuk akan melalui tahapan selanjutnya yaitu proses pengurutan berdasarkan tanggal due date pada setiap produk, setelah diurutkan pesanan-pesanan tersebut akan melalui proses pengambilan keputusan apakah pesanan tersebut terlambat atau tidak. Pada proses pengurutan berdasarkan tanggal due date akan berlaku jika tanggal ordernya sama, tetapi jika tanggal ordernya berbeda sesuai dengan periode yang ditentukan maka walaupun tanggal due datenya sama tidak akan merubah jadwal produksinya. Penjadwalan produksi yang tidak terlambat akan melewati tahapan berikutnya yang terdapat dua pilihan proses dengan melihat apakah dalam jadwal produksi terdapat tanggal order date yang berbeda. Jika pesanan yang masuk ada tanggal order date yang berbeda maka jadwal produksi yang akan dikeluarkan sama dengan jadwal produksi awal dalam tahapan pengurutan berdasarkan due date, sedangkan bila jadwal produksi yang masuk terdapat tanggal order date yang sama maka akan diprioritaskan pesanan dengan waktu proses produksi terkecil atau terpendek. Prioritas waktu proses produksi terpendek dari setiap pesanan dilakukan karena untuk meningkatkan efektivitas proses produksi yang berlangsung. Jadwal produksi yang terlambat akan melewati tahapan yang sama dengan jadwal produksi yang tidak terlambat tetapi dengan alur yang berbeda. Untuk jadwal produksi yang terlambat juga akan diperhatikan pada tanggal order date dan due date pesanannya, apakah sama dengan pesanan produk yang lainnya. Jika suatu pesanan yang terlambat dan urutan selanjutnya juga mengalami keterlambatan dan memiliki tanggal due date yang sama maka akan melalui proses algoritma tertentu, yaitu 1) jika dalam urutan tersebut ada pesanan yang mengalami keterlambatan (tardy) berjumlah nol atau satu maka algoritma untuk pesanan tersebut berhenti, hingga didapatkan jadwal produksi yang sama, 2) jika pesanan yang mengalami keterlambatan lebih dari satu maka pesanan dengan keterlambatan terbesar akan dipisahkan dari urutan jadwal produksi yang telah
44
ada, kemudian berlanjut seterusnya seperti itu hingga pesanan yang terlambat habis. Jika tidak terdapat pesanan yang terlambat maupun pesanan dengan keterlambatan terkecil, urutkan kembali pesanan-pesanan tersebut dan pesanan dengan keterlambatan terbesar diurutkan pada urutan atau posisi terakhir. Jika suatu pesanan mengalami order date dan due date yang sama dengan pesanan yang lainnya maka waktu proses produksi yang terkecil dari pesanan tersebut akan didahulukan untuk diproses. Selanjutnya jika terdapat pesanan yang terlambat dengan tanggal due date yang tidak sama maka jadwal produksi sesuai dengan jadwal produksi awal pada saat proses pengurutan. Jadwal produksi yang berasal dari tahapan proses terlambat dan tidak terlambat akan diurutkan kembali sesuai dengan urutan tanggal dan urutan minggunya. Dalam pengurutan ini akan dimulai berdasarkan hari pesanannya kemudian akan diurutkan kembali sesuai dengan periode mingguannya. Jika telah selesai maka akan keluar jadwal produksi yang benar. Bila terdapat pesanan produk yang menyusul tetapi masih berada pada jangka waktu tertentu dapat ditambahkan dalam jadwal produksi dengan melalui tahapan algoritma yang sama. Data pesanan akan masuk dalam tahapan proses pengurutan berdasarkan tanggal due date, kemudian pesanan tersebut apakah terlambat atau tidak terlambat hingga masuk ke jadwal produksi yang telah ada. Jadwal produksi yang tetap sebelumnya akan berubah secara otomatis sesuai dengan penambahan pesanan, sehingga penjadwalan produksi yang direncanakan dan dibuat dapat berjalan dinamis sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
D.
KONFIGURASI MODEL Model penjadwalan produksi terdapat dalam suatu paket program yang
dinamakan GPSS 1.0 (Gandum Production Schedulling System 1.0) untuk membantu proses penjadwalan produksi di PT. GMK. GPSS ini berguna untuk membantu departemen supply chain untuk melakukan penjadwalan yang lebih detail baik pada lini produksi coklat maupun powder, dengan menggunakan salah satu teknik pengurutan yaitu EDD (Earliest Due Date). Output atau keluaran dari
45
program ini dapat memberikan hasil yang baik dan dapat memudahkan dalam penentuan proses produksi. Apabila program GPSS digunakan pertama kali, akan muncul layar yang memberikan informasi nama program dan penjelasan aplikasi program tersebut, kemudian terdapat pilihan ”Masuk” dan ”Keluar”. Jika pengguna ingin menggunakan program ini tekan pilihan ”Masuk” yang kemudian akan keluar menu login yang meminta pengguna untuk memasukkan kata kunci (password). Tampilan layar awal dan login pengguna pada program GPSS 1.0 dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Tampilan Awal Program GPSS 1.0
Gambar 9. Tampilan Login Program GPSS 1.0
46
Setelah pengguna memasukkan nama login dan password, akan ditampilkan layar utama dari program GPSS 1.0. Pada layar utama ini terdapat beberapa pilihan yaitu user, project baru, buka project, simpan project dan about. Tampilan layar utama dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan Layar Utama
1.
Input Model Lini produksi cokelat dan lini produksi powder memiliki karakteristik
produk yang berbeda, sehingga input datanya berbeda. Dalam lini produksi cokelat dan powder terdapat pilihan menu list produk, input order dan jadwal produksi. Tampilan menu pada lini produksi cokelat dan powder dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.
Gambar 11. Tampilan Lini Produksi Cokelat
47
Gambar 12. Tampilan Lini Produksi Powder Input data pada model penjadwalan produksi yang terdapat dalam program GPSS 1.0 ini terdiri dari data produk dan data pesanan. Data produk terdapat dalam menu list produk yang terdiri dari jenis produk yang berupa kode produk, kapasitas produksi setiap produk (unit/hari) dan biaya kirim untuk masing-masing produk. Data pesanan konsumen terdapat dalam menu input order yang terdiri dari kode produk, nomor order, tanggal order, tanggal jatuh tempo (due date) dan jumlah pesanan produk (quantity). Dalam input order, pesanan dikelompokkan dalam periode mingguan. Tampilan untuk input data produk dapat dilihat pada Gambar 13 dan tampilan untuk input order terdapat pada Gambar 14.
Gambar 13. Tampilan List Produk Pada Lini Produksi Cokelat
48
Gambar 14. Tampilan Input Order Lini Produksi Cokelat Pilihan menu yang terdapat di lini produksi powder sama dengan lini produksi cokelat. Menu yang terdapat pada lini produksi powder juga terdiri dari list produk, input order dan jadwal produksi. Data yang terdapat didalam menu list produk ialah kode produk untuk jenis produk powder dengan perhitungan kapasitas produksi setiap produk dalam unit/hari dan biaya kirim masing-masing produk. Tampilan list produk pada lini produksi powder dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Tampilan List Produk Pada Lini Produksi Powder Menu list produk pada lini produksi powder sama dengan lini produksi cokelat yang dapat diubah, ditambah, dan dihapus data produk dan input order untuk data-data pesanan konsumen. Pesanan dijadwalkan dengan periode mingguan setiap bulan selama satu tahun dan memiliki informasi kode produk,
49
nomor order, tanggal order, tanggal due date dan jumlah pesanan produk yang diinginkan konsumen. Tampilan input order untuk lini produksi powder dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Tampilan Input Order Lini Produksi Powder
2.
Output Model Output dari model penjadwalan produksi dalam program GPSS 1.0 berupa
jadwal produksi. Model penjadwalan produksi digunakan untuk mendapatkan urutan yang terbaik dari pesanan yang akan masuk dan mendapatkan waktu kirim produk yang terbaik. Dalam model penjadwalan ini juga akan terlihat tanggal pengiriman produk dari produsen ke konsumen, apakah sesuai dengan tanggal due date. Model penjadwalan produksi ini menggunakan teknik pengurutan (sequencing) dengan aturan EDD (Earliest Due Date). Periode penjadwalan produksi
dilakukan
dalam
mingguan
dengan
adanya
aturan
untuk
mengidentifikasi pesanan yang masuk dalam satu minggu. Output yang diperoleh dari penjadwalan produksi ini antara lain kode produk, nomor order, tanggal order, tanggal due date, tanggal mulai produksi, tanggal selesai produksi, tanggal pengiriman, jumlah hari keterlambatan, jumlah pesanan, waktu proses produksi setiap produk, biaya pengiriman, jumlah total pengiriman dan biaya total pengiriman. Tampilan output penjadwalan produksi pada lini produksi cokelat dapat dilihat pada Gambar 17, sedangkan untuk penjadwalan produksi untuk lini produksi powder dapat dilihat pada Gambar 18.
50
Gambar 17. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Cokelat
Gambar 18. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Powder Model penjadwalan produksi dengan menggunakan aturan EDD (Earliest Due Date) akan dimasukkan data-data pesanan secara acak dari jenis produk, tanggal order dan tanggal due date serta kuantitas produk yang dipesan. Terdapat 18 pesanan dalam input order pada minggu pertama, dapat dilihat pada Gambar 19. Pesanan yang datang dapat dimasukkan dalam menu input order sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan dapat ditambahkan. Pesanan-pesanan tersebut akan dijadwalkan dalam jadwal produksi sesuai dengan periode mingguan. Pada minggu pertama ada 10 pesanan yang dapat diproduksi, kemudian dalam minggu kedua ada 5 pesanan yang diproduksi dan pada minggu ketiga terdapat 5 pesanan. Pesanan dalam minggu ketiga ada 3 pesanan yang merupakan kelanjutan dari
51
pesanan yang masuk dalam input order dan 2 pesanan ialah pesanan yang baru masuk pada minggu ketiga tersebut. Pada jadwal produksi untuk minggu kedua dapat dilihat ada satu pesanan yang mengalami keterlambatan dengan rata-rata keterlambatan 1 hari, sedangkan pada minggu ketiga ada 3 pesanan yang terlambat dengan rata-rata keterlambatan 1.3 hari dan besarnya nilai kelambatan maksimum 3 hari. Dapat dilihat input pesanan yang masuk akan dijadwalkan sesuai dengan tanggal due date yang diinginkan, jika belum dapat diproduksi pada minggu pertama maka akan terus dilanjutkan pada minggu-minggu berikutnya.
Gambar 19. Tampilan Input Order Pada Lini Produksi Cokelat
Gambar 20. Tampilan Output Jadwal Produksi Minggu Pertama
52
Gambar 21. Tampilan Output Jadwal Produksi Minggu Kedua
Gambar 22. Tampilan Output Jadwal Produksi Minggu Ketiga
53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
PROSES PRODUKSI Proses produksi menjadi bagian yang paling penting bagi sebuah industri.
Proses produksi yang ada di PT. Gandum Mas Kencana (GMK) termasuk dalam process layout, dimana proses produksi yang terjadi mengikuti atau sesuai dengan urutan proses yang harus ditempuh untuk menghasilkan suatu produk. Berbeda dengan product layout, dimana urutan proses disesuaikan dengan produk mana yang akan diproduksi terlebih dahulu. Pada industri ini terdapat beberapa jenis produk yang memiliki kapasitas produksi yang sama, sehingga memungkinkan juga menggunakan mesin produksi yang sama. Proses produksi yang ada di industri ini terbagi menjadi dua lini produksi, yaitu lini produksi cokelat dan lini produksi powder. Lini produksi cokelat memiliki tahapan-tahapan proses yang lebih rumit dibandingkan dengan proses produksi powder, karena terjadi perubahan struktur produk dari bahan baku berupa bubuk menjadi produk berupa pasta. Lini produksi cokelat memproduksi produk cokelat batangan dengan berat yang berbeda-beda, sedangkan lini produksi powder memiliki tahapan proses yang lebih sederhana, karena tidak adanya perubahan struktur produk. Keragaman produk yang terdapat pada industri ini menyebabkan penjadwalan produksi yang ketat untuk setiap produknya, keragaman produk tersebut terjadi pada lini produksi powder dan cokelat. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kali produksi kurang lebih selama 1 jam, sehingga dalam 1 hari dapat melakukan 2-3 kali produksi jenis produk yang berbeda untuk produksi powder. Untuk produksi cokelat membutuhkan waktu proses yang lebih lama, yaitu sekitar 6 – 35 jam untuk 1 produk, sehingga terkadang ada mesin yang membuat dua batch dalam 1 hari. Selain itu, terdapat produk jadi yang langsung didistribusikan ke konsumen tanpa melalui proses produksi terlebih dahulu.
54
Tahapan proses produksi untuk lini produksi cokelat dengan jenis produk Dark Compound yang menggunakan mesin, yaitu : Chocolate Line Production (Lini Produksi Cokelat) Loading Roker (bubuk) Refeaning (penghalusan produk (cair)) Refeaning (sirkulasi) Tangki penampungan (mixing) Tangki persiapan (penurunan suhu, terdapat proses pengadukan (pasta)) Molding (pencetakan cokelat) Sortir produk jadi Packing (sealing dengan kemasan primer)
Gambar 23. Proses Produksi Produk Dark Compound Pada Lini Cokelat Proses produksi produk Dark Compound dapat dilakukan dengan 2 cara kerja, yang pertama ialah dengan menggunakan mesin mulai dari loading hingga sealing, sedangkan untuk cara kerja yang kedua (manual) memiliki tahapan yang sama dengan cara yang menggunakan mesin, perbedaannya terdapat pada proses pencetakan dan pendinginannya. Bila menggunakan mesin proses pencetakan terdiri dari 6 lapisan selama kurang lebih 55 menit dengan suhu 35oC, dan bila
55
secara manual proses pencetakan dilakukan oleh pekerja dan pendinginannya dilakukan di dalam cold storage selama 2-4 jam dengan suhu 5-6oC. Perbedaan perlakuan baik dengan suhu maupun waktu proses dilakukan karena adanya perbedaan karakteristik dari cokelat putih dan cokelat. Selain itu juga dengan adanya berbagai macam kemasan primer yang akan dipasarkan maupun sesuai dengan permintaan konsumen. Sebagai contoh, pendinginan cokelat untuk kemasan 3 kg lebih singkat dibandingkan dengan pendinginan untuk kemasan 5 kg. Hal tersebut juga terjadi pada proses produksi cokelat menggunakan mesin, untuk pencetakan cokelat putih dibutuhkan suhu 35oC sedangkan untuk cokelat sendiri sebesar 36oC. Tahapan proses produksi untuk lini produksi powder, yaitu : Powder Line Production (Lini produksi powder) Loading (std : 1 ton = kapasitas mesin) Roker Mixing (pengadukan) (35 menit) Tapping (penurunan bahan baku) Packing (pengemasan) Gudang produk jadi Gambar 24. Proses Produksi Produk Powder Pada Lini Produksi Powder Proses produksi untuk produk powder lebih sederhana, karena hanya merupakan proses pencampuran dari beberapa bahan baku. Produksi yang dilakukan dapat berlangsung selama 5 menit hingga 3 jam, 5 menit untuk 1 bahan baku sedangkan 3 jam produksi untuk beberapa bahan baku yang memerlukan homogenitas produk pada akhirnya. Setiap produk yang diproduksi rata-rata
56
melakukan tahapan proses yang sama, hanya saja dalam tahapan proses pengemasan ada yang menggunakan mesin sesuai dengan takaran atau ada yang secara manual ditimbang sesuai takarannya.
B. PROSEDUR PEMESANAN (PURCHASING ORDER) Sebuah perencanaan kebutuhan produksi yang baik harus dipersiapkan dengan matang dan diterapkan melalui bagian-bagian di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Salah satu bagian di dalam perusahaan yang memegang peranan penting ialah pemesanan produk, yang merupakan kegiatan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang akan dipesan oleh konsumen industri kepada pihak perusahaan. Pemesanan ini harus dilakukan dengan teliti agar dapat mengurangi peluang terjadinya kesalahan pesanan. Kesalahan dalam hal pemesanan produk akan mengakibatkan dampak yang besar, terutama yang berhubungan langsung dengan penjadwalan produksi yang sesuai dan waktu pengiriman yang tepat. Pemesanan adalah bagian dari aliran perencanaan produksi yang berfungsi untuk memperlancar informasi mengenai kebutuhan yang harus disiapkan perusahaan. Kebutuhan tersebut antara lain jadwal produksi, kapasitas mesin, pendistribusian produk dan transportasi. Pesanan konsumen telah memiliki prioritas tertentu yang berbeda antara konsumen yang satu dengan yang lain, sehingga memudahkan produsen untuk mengatur penjadwalan. Hal tersebut berlaku untuk jenis pemesanan Make To Order (MTO), sedangkan pemesanan untuk jenis Make To Stock (MTS) disesuaikan dengan keadaan persediaan di gudang pabrik, distributor dan retail. Dalam melakukan pemesanan dibutuhkan kebijakan-kebijakan dari perusahaan untuk memudahkan penjadwalan produksi sesuai dengan prioritas konsumen. Kebijakan tersebut dapat dipisahkan menjadi kebijakan pemesanan dan kebijakan produksi. Kebijakan pemesanan meliputi ketentuan-ketentuan yang diterapkan perusahaan untuk memudahkan pendataan pesanan, sedangkan kebijakan produksi meliputi ketentuan-ketentuan tentang proses produksi untuk jenis produk yang dipesan. Kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan untuk memudahkan menentukan penjadwalan produksi yang tepat.
57
Purchasing order
Supply chain
Tidak Rapat produksi
PO baru
Ya Proses produksi Delay
Tidak
Memenuhi standar
Ya Penggudangan
Gambar 25. Aliran Informasi Pesanan dan Kebijakan Perusahaan di PT. Gandum Mas Kencana Aliran informasi pesanan berawal dari konsumen yang masuk ke bagian supply chain dalam bentuk purchasing order (PO), kemudian di bagian supply chain pesanan konsumen akan dikumpulkan dan dijadikan laporan final pemesanan (purchasing). Laporan tersebut melingkupi pesanan konsumen dalam satu minggu yang akan dievaluasi dalam rapat produksi pada hari kamis. Pada pertemuan tersebut dilakukan penyesuaian apakah pesanan-pesanan konsumen pada minggu tersebut terlaksana dengan baik dan melihat kemungkinankemungkinan yang dapat dilakukan pada minggu berikutnya atau ada beberapa
58
pesanan yang akan ditunda. Keputusan dalam rapat produksi merupakan evaluasi dari penjadwalan produksi yang sudah maupun akan dilakukan dalam mingguminggu selanjutnya. Kebijakan pesanan dan kebijakan produksi diberlakukan beberapa hal, antara lain : 1) Bila laporan pesanan tidak ada masalah akan dimasukkan pada jadwal produksi yang kosong atau pada minggu selanjutnya, 2) Bila setelah penentuan atau selesai rapat produksi terdapat satu atau beberapa Purchasing Order (PO) yang masuk ke departemen supply chain, maka terdapat tiga alternatif untuk penyelesaiannya. Tiga alternatif tersebut ialah a) Bila terjadi idle kapasitas pada perencanaan saat itu, maka PO yang baru dapat dimasukkan dalam proses berikutnya, b) Bila kapasitas produksi penuh, maka akan masuk pada perencanaan selanjutnya dengan tetap memperhatikan waktu tenggat yang sudah ditetapkan, sedangkan bila pada saat rapat produksi terdapat pesanan yang sangat mendesak, maka perencanaan yang sudah ada akan ditinjau ulang dengan melihat produk mana yang dapat diganti dengan PO yang mendesak tersebut tanpa mengacaukan ketentuan dari waktu tenggat dan waktu tunggu maksimal. Kebijakan yang berhubungan lebih detail dengan jumlah produk yang akan dipesan, juga diberikan ketentuan yang spesifik. Ketentuan tersebut ialah bila terdapat penambahan jumlah pesanan dari waktu pesan yang telah dilakukan harus disesuaikan dengan kapasitas mesin untuk produk yang dipesan (minimum order quantity). Selain itu bila ingin menambah pesanan harus dua kali lipat dari kapasitas mesin, tidak diperbolehkan jika hanya setengah dari kapasitas. Kebijakan pesanan dan produksi merupakan rangkaian dari perencanaan produksi secara menyeluruh dari awal hingga akhir. Aliran perencanaan produksi diawali dari permintaan konsumen akan produk yang diinginkan, kemudian berakhir dengan pengiriman produk kepada konsumen. Perencanaan produksi berhubungan dengan kebutuhan konsumen yang berfluktuasi setiap hari.
59
Konsumen
Distributor pabrik
Industri (pada bagian marketing, mengeluarkan Sales Order)
Bagian Manajemen Supply Chain
Rapat Produksi (ada stock atau tidak)
Ya
Stock barang
Tidak
Produksi
Penggudangan
Distributor Center
Konsumen
Gambar 26. Aliran Perencanaan Produksi Pada PT. Gandum Mas Kencana
60
Industri melakukan perencanaan produksi diawali dari informasi pesanan dari konsumen, kemudian konsumen memesan jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan melalui pusat distributor tertentu. Pesanan konsumen dapat melalui retail-retail yang kemudian masuk ke distributor pusat. Selanjutnya pusat distributor menginformasikan kebutuhan konsumen ke perusahaan menggunakan SO (Sales Order) melalui bagian pemasaran. Pada perusahaan, bagian pemasaran merupakan salah satu bagian yang sangat penting, karena menghubungkan antara pabrik, supplier dan distributor. Bagian pemasaran menggunakan SO (Sales Order) dan akan menggantinya dengan PO (Purchasing Order) saat akan diserahkan pada bagian/departemen supply chain. Penerimaan PO pada departemen supply chain diberi penanggalan yang berbeda dengan saat masuk di bagian pemasaran. Apabila keseluruhan dari pesanan konsumen masuk ke departemen supply chain, maka akan dilakukan rapat produksi untuk memutuskan penjadwalan produksi produk-produk yang dipesan. Departemen-departemen yang mengikuti rapat produksi tersebut ialah departemen produksi cokelat dan powder, pemasaran dan supply chain. Rapat tersebut membahas apakah pesanan-pesanan konsumen dapat
diproduksi
sesuai
dengan
jadwal,
disesuaikan
dengan
jumlah
persediaan/stok atau harus dilakukan pemindahan jadwal produksi pada minggu selanjutnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rapat produksi telah melalui pengecekan langsung oleh bagian produksi tentang kesiapan bahan baku utama, bahan baku pendukung, prasarana (mesin-mesin) dan tenaga kerja. Dengan adanya kepastian akan bahan baku dan peralatan maka keputusan yang diambil terhadap suatu pesanan dapat dinilai tepat. Setelah diproduksi akan langsung masuk ke penggudangan untuk pengecekan terakhir, kemudian disalurkan ke distributor pabrik yang akan meneruskan ke konsumen. Bila suatu produk memiliki persediaan, akan langsung dilakukan quality control dan langsung diserahkan ke distributor pabrik.
61
C.
PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan merupakan bagian yang penting dalam perencanaan
produksi, karena seluruh kegiatan dimulai dari penjadwalan produksi. Penjadwalan setiap pesanan disesuaikan dengan konsumen tertentu pada produk Make To Order, sedangkan untuk produk Make To Stock penjadwalan ditentukan oleh jumlah persediaan di gudang pabrik, distributor maupun retail dan pengecer. Adanya konsumen tertentu membuat kebijakan perusahaan untuk memberikan prioritas terhadap konsumen tersebut, sehingga memudahkan bagian supply chain dan bagian produksi untuk merencanakan jadwal produksi. Penentuan jadwal produksi berdasarkan ketentuan-ketentuan perusahaan tersebut dapat memudahkan, tetapi terkadang terjadi permasalahan karena pemberian prioritas tersebut. Permasalahan yang terjadi terlihat dari penyelesaian produk yang dipesan lebih dari tenggat waktu (due date) sehingga seringkali melebihi waktu tunggu (lead time) standar yang ditentukan perusahaan. Dalam pelaksanaannya terkadang terdapat beberapa kesalahan dan keterlambatan atas pesanan konsumen. Adanya konsumen tertentu pada setiap pemesan dapat memberikan keuntungan dan kerugian untuk perusahaan. Keuntungan yang didapat antara lain dapat memudahkan proses identifikasi pemesan dan jenis produk yang akan dipesan, sedangkan kerugiannya bila mengikuti setiap kode pemesan dan pemesan tertentu didahulukan karena suatu alasan maka akan menunda pemesan lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap pesanan sama, tetapi kebutuhan konsumen yang berbeda dan kemampuan produksi industri untuk setiap pesanan memiliki kapasitas atau batas tertentu. Bagaimana dengan kemampuan perusahaan yang terbatas dapat memenuhi keinginan konsumen untuk mengirimkan pesanan pada waktu yang tepat. Penjadwalan produksi dapat disusun dengan menyeimbangkan antara kemudahan pesanan, kebutuhan konsumen dan kapasitas produksi sebuah industri. Model penjadwalan produksi dengan berbagai ketentuan tersebut dapat disesuaikan dengan menggunakan metode teknik pengurutan yaitu EDD (Earliest Due Date). Metode tersebut dibutuhkan perusahaan untuk penyusunan jadwal produksi karena sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan untuk mencapai tujuan
62
memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat. EDD ialah metode yang digunakan berdasarkan tanggal jatuh tempo tercepat atau pesanan konsumen dengan melihat tanggal due datenya. Penjadwalan produksi berdasarkan metode tersebut akan dibuat untuk mendapatkan alternatif terbaik dalam pembuatan jadwal produksi dengan mendapatkan waktu kirim (delivery time) yang tepat dari perusahaan ke konsumen. Waktu kirim tersebut menggunakan kriteria yang sesuai dalam metode EDD (Earliest Due Date), yaitu berdasarkan banyaknya jumlah produk yang terlambat dalam periode tertentu dan berdasarkan rata-rata keterlambatan dalam periode tersebut atau yang biasa disebut tardiness dan mean lateness serta kelambatan maksimum dari suatu keterlambatan. Selanjutnya metode ini akan dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan, metode ini akan diinisialkan dengan nama metode X. Dari hasil tersebut akan diketahui apakah model penjadwalan dari metode EDD ini lebih efektif dari metode X. Model penjadwalan produksi ini bertujuan untuk mendapatkan jadwal produksi ketika pesanan masuk ke departemen supply chain hingga saat pengiriman. Data yang digunakan adalah data order aktual pada bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Oktober 2006. Penjadwalan Perencanaan
jadwal
produksi
di
produksinya
perusahaan
menggunakan
menggunakan
metode
forecasting
X.
(perkiraan)
penjadwalan dari keadaan tahun-tahun sebelumnya dalam menentukan jadwal produksi yang akan datang. Penjadwalan produksi secara operasional setiap produk
dalam
produk-produk
yang
berorientasi
pada
make
to
stock
memperhatikan persediaan produk dalam gudang maupun distributor, sedangkan untuk produk yang berorientasi pada make to order penentuan pengerjaannya berdasarkan jadwal kirim produk. Untuk produk make to stock lebih memperhatikan buffer stock dalam gudang, jika masih memungkinkan dan cukup untuk suatu pesanan maka akan langsung dikirim ke konsumen. Kemudian akan dijadwalkan proses produksi untuk produk tersebut di kemudian hari dalam upaya membuat buffer stock kembali. Untuk produk make to order akan diperhatikan jadwal kirimnya terlebih dahulu, kemudian jika terdapat kesamaan dalam jadwal
63
kirim maka penjadwalannya dibuat berdasarkan pada efisiensi dan efektivitas produksinya. Perencanaan penjadwalan produksi dilakukan pada dua lini produksi yang ada di perusahaan, lini produksi cokelat dan lini produksi powder. Karakteristik produk dari masing-masing lini produksi berbeda dan bervariasi, sehingga akan terlihat jelas perbedaan antara waktu proses produksi, rata-rata keterlambatan dan jumlah pekerjaan yang terlambat. Penjadwalan produksi dibuat dengan periode mingguan dari bulan Januari hingga Oktober 2006. Jadwal produksi perusahaan setelah pertemuan produksi akan dipisah ke dalam lini produksi masing-masing, karena memiliki penanggungjawab dan manajer yang berbeda. Pengurutan dalam penjadwalan ini berdasarkan tanggal pesanan saat diterima oleh departemen supply chain. Tanggal pesanan (order) tersebut akan mengawali keseluruhan penjadwalan dari mulai tanggal due date, tanggal mulai produksi, tanggal penyelesaian produksi hingga tanggal pengiriman sehingga ketepatan perhitungan pada tanggal pesanan menjadi sangat penting. Penjadwalan produksi diawali dengan pesanan konsumen yang pertama kali masuk ke bagian supply chain, ditandai dengan nomor order yang tertera disetiap lembar pemesanan produk sesuai dengan jenis produk dan konsumennya. Penentuan due date dari pesanan tersebut akan disesuaikan dengan kebijakan perusahaan dan kebutuhan konsumen. Dari jenis produk yang dipesan dapat mudah diketahui mengenai batas akhir dari waktu pengiriman, kapasitas pengiriman dan jumlah pengiriman produk. Batas waktu pesanan (due date) dihitung berdasarkan pada lead time standar yang diberikan oleh perusahaan dan lead time yang sesungguhnya ditetapkan. Waktu rata-rata yang dibutuhkan dalam proses produksi dan variasinya untuk masing-masing proses antara lain : a) Proses pemesanan pelanggan (± 3 hari), b) Proses pencatatan pemesanan (± 2 hari), c) Proses pemesanan (± 5 hari), d) Proses pembuatan (± 3 hari), e) Proses pengangkutan (± 3 hari) dan f) Pesanan diterima pelanggan (± 2 hari). Jumlah rata-rata lead time sebesar 18 hari (Indrajit, 2002) Lead time standar yang diterapkan perusahaan sebesar 13 hari, tetapi tidak selamanya proses produksi dengan berbagai macam produk memenuhi standar
64
lead time yang ditentukan. Untuk proses produksi di perusahaan, lead time yang digunakan berada antara 10-15 hari untuk seluruh produk. Karena ada saat dimana proses produksi terlambat lebih dari 13 hari dan ada dimana produksi cepat selesai kurang dari 13 hari.
D.
PROGRAM GPSS 1.0 Program GPSS 1.0 (Gandum Production Schedulling System 1.0)
merupakan paket program untuk mengaplikasikan model penjadwalan produksi, model ini terdiri dari input dan output. Input model ini terdiri dari data-data produk dan pesanan, sedangkan output modelnya berupa penjadwalan produksi. Data-data dari produk dan pesanan akan diproses menggunakan metode EDD (Earliest Due Date) dalam teknik pengurutan dan mendapatkan hasil jadwal produksi dalam periode mingguan. Input model data produk berada dalam menú list produk yang terdiri dari data jenis produk, kapasitas produksi dan biaya kirim. Deskripsi list produk ini berguna untuk melakukan penambahan, hapus dan edit terhadap kode produk, kapasitas produksi dan biaya kirim yang ada di PT. GMK. Kode produk dapat diartikan juga sebagai jenis produk yang terdapat pada lini produksi cokelat. Kapasitas produksi masing-masing produk dalam unit/hari yang disesuaikan dengan Minimum Order Quantity (MOQ) dari perusahaan. Biaya kirim setiap produk juga dapat diketahui melalui pilihan menu ini. Tampilan list produk untuk lini produksi cokelat dapat dilihat pada Gambar 27.
65
Gambar 27. Tampilan List Produk Lini Produksi Cokelat Pilihan menu input order berguna untuk memasukkan, menghapus dan mengedit order atau pesanan konsumen. Pada menu ini berisi informasi mengenai kode produk, nomor order, tanggal order, tanggal jatuh tempo (due date) dan jumlah pesanan produk (quantity). Menu input order ini dikelompokkan dalam periode mingguan, sehingga dapat diketahui informasi pesanan konsumen dalam hitungan mingguan selama satu tahun. Tampilan input order untuk lini produksi cokelat dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Tampilan Input Order Lini Produksi Cokelat
66
Output dari program GPSS 1.0 ini berupa penjadwalan produksi yang dihasilkan dari input data sebelumnya. Informasi yang didapat dari output penjadwalan produksi ini antara lain kode produk, nomor order, tanggal order, tanggal due date, tanggal mulai produksi, tanggal selesai produksi, tanggal pengiriman, jumlah hari keterlambatan, jumlah pesanan, waktu proses produksi setiap produk, biaya pengiriman, jumlah total pengiriman dan biaya total pengiriman. Penjadwalan produksi pada lini produksi cokelat sama dengan lini produksi powder. Tampilan output penjadwalan produksi pada lini produksi cokelat dapat dlihat pada Gambar 29, sedangkan output pada lini produksi powder dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 29. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Cokelat
Gambar 30. Tampilan Output Penjadwalan Produksi Pada Lini Produksi Powder
67
Model penjadwalan produksi ini dapat berlaku dinamis bila digunakan pada suatu perusahaan. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan program GPSS 1.0 pada menu input order. Penjadwalan produksi yang telah jadi setelah input order dapat diubah dan ditambahkan bila terdapat pesanan atau pekerjaan yang belum dimasukkan dalam input order sebelumnya. Pengguna dari perusahaan dapat mengubah dan merevisi bila terdapat penambahan ataupun kesalahan dalam input order, sehingga jadwal produksi akan menyesuaikan dengan perubahan yang dilakukan oleh pengguna. Jadwal produksi yang telah jadi pada lini produksi cokelat dengan input order tiga pesanan AB01, AB02 dan AE23 diurutkan berdasarkan tanggal due date yang menghasilkan urutan pesanan AB02, AB01 dan AE23. Tampilan input order pada lini produksi cokelat dapat dilihat pada Gambar 31 dan tampilan jadwal produksi pesanan tersebut dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 31. Tampilan Input Order Sebelum Penambahan Pesanan
68
Gambar 32. Tampilan Jadwal Produksi Sebelum Penambahan Pesanan
Jadwal produksi yang telah ada dapat diubah bila terdapat penambahan pada input order yang dapat dilihat pada Gambar 33. Pesanan yang ditambahkan ialah jenis produk AE24 dengan tanggal order 1/5/2006 dan tanggal due date 1/23/2006 dan jumlah pesanan sebanyak 750 unit dan AE26 dengan tanggal order 1/5/2006 dan tanggal due date 1/22/2006. Pesanan ini ditambahkan setelah pesanan AE23 dengan tanggal order yang sama tetapi tanggal due datenya 1/22/2006. Input order setelah penambahan pesanan dapat dilihat pada gambar 33, sedangkan jadwal produksi setelah penambahan terjadi perubahan atau revisi yang dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 33. Tampilan Input Order dengan Penambahan Pesanan
69
Gambar 34. Tampilan Jadwal Produksi Setelah Penambahan Pesanan
Jadwal produksi sebelum penambahan dengan urutan pesanan produk AB02, AB01 dan AE23 dan setelah penambahan pesanan dengan jenis produk AE24 dan AE26 maka akan berubah urutan jadwal produksinya yaitu AB02, AB01, AE23, AE26 dan AE24. Produk AE26 berada diurutan keempat karena masuk terakhir pada 1/5/2006 tetapi karena tanggal due datenya lebih awal maka pesanan tersebut akan diproduksi terlebih dahulu.
1. Hasil Penjadwalan Metode EDD (Earliest Due Date) Perencanaan penjadwalan produksi dilakukan dengan melihat permintaan konsumen yang masuk ke perusahaan, yang selanjutnya akan dijadwalkan berdasarkan teknik pengurutan (sequencing) yaitu metode EDD (Earliest Due Date). Pada metode tersebut terdapat tiga kriteria yaitu untuk mengetahui jumlah pekerjaan yang terlambat, rata-rata waktu keterlambatan dan kelambatan maksimum dari pekerjaan yang mengalami keterlambatan. Metode tersebut dapat terlihat pada Tabel 1. Adanya tanggal pengiriman untuk memastikan pengiriman berlangsung pada hari tersebut dengan jumlah yang ditentukan, kolom pengiriman digunakan untuk mengetahui jumlah pengiriman produk tersebut karena ada pengiriman yang dilakukan lebih dari satu kali.
70
Tabel 1. Hasil Penjadwalan Produksi Cokelat dengan Metode EDD Bulan Februari Bulan
Minggu produksi
Februari I (30 Jan-5 Feb 06) II (6-12 Feb 06) III (1319 Feb 06)
IV (2026 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
01/30/06
02/16/06
AE27
110.00
0.07
01/30/06
01/30/06
Kirim 1
Jmlh
02/04/06
-
1
2,065
02/04/06
110
02/02/06
03/01/06
AE37
75.00
1.50
02/02/06
02/03/06
02/08/06
-
1
1,721
02/08/06
75
02/02/06
04/01/06
AE37
150.00
3.00
02/03/06
02/06/06
02/11/06
-
1
1,721
02/11/06
150
02/10/06
02/27/06
AE28
98.00
0.07
02/10/06
02/10/06
02/18/06
-
1
2,065
02/18/06
98
02/23/06
03/12/06
AE11
02/23/06
03/12/06
AE09
1,000.00
-
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
1
172
02/28/06
1,000
2,000.00
-
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
2
344
02/28/06
Kirim 2
Jmlh
1,000
03/01/06
1000
03/01/06
1000
02/23/06
03/12/06
AE10
2,000.00
-
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
2
344
02/28/06
1,000
02/23/06
03/12/06
AE27
110.00
0.07
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
1
2,065
02/28/06
110
02/23/06
03/12/06
AE22
80.00
0.16
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
1
2,065
02/28/06
80
02/23/06
03/12/06
AB02
150.00
1.50
02/23/06
02/24/06
03/01/06
-
1
3,443
03/01/06
150
02/23/06
03/12/06
AE18
5.00
5.00
02/24/06
02/28/06
03/05/06
-
1
172
03/05/06
5
Tabel 2. Hasil Penjadwalan Produksi Cokelat dengan Metode EDD Bulan Maret Bulan Maret
Minggu produksi I (27 Feb - 5 Mar 06) II (6-12 Mar 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
02/23/06
03/12/06
AE19
5.00
5.00
03/01/06
03/05/06
03/10/06
-
1
172
03/10/06
5
02/23/06
03/12/06
AE20
5.00
5.00
03/06/06
03/10/06
03/15/06
3
1
172
03/15/06
5
02/23/06
03/12/06
AB01
1,365.00
8.19
03/11/06
03/19/06
03/24/06
12
2
4,132
03/24/06
1,000
03/22/06
03/27/06
AG01
4.00
0.01
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,151
03/27/06
4
03/22/06
04/08/06
AE29
110.00
0.07
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,065
03/27/06
110
03/22/06
04/08/06
AE23
80.00
0.16
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,065
03/27/06
80
03/22/06
04/08/06
AE24
80.00
0.16
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,065
03/27/06
80
III (1319 Mar 06)
IV (2026 Mar 06) V (27 Mar-2 Apr 06)
Kirim 2
03/25/06
Jmlh
365
Dari Tabel 1 merupakan contoh penjadwalan produksi pada lini produksi cokelat untuk periode bulan Februari dan Maret dengan menggunakan metode EDD, pemesanan yang datang pada bulan tersebut tidak ada yang mengalami keterlambatan. Tidak adanya keterlambatan dalam proses produksi dikarenakan penjadwalan ini dilakukan pada awal bulan. Penjadwalan produksi ini dilakukan dalam periode mingguan. Perencanaan penjadwalan produksi dengan aturan EDD dapat mampu meminimasi keterlambatan yang terjadi untuk permintaan pada periode bulan Februari. Pesanan yang masuk pada minggu keempat lebih dari 5 pesanan, tetapi proses produksinya dilakukan minggu berikutnya di bulan Maret. Nilai keterlambatan pada waktu pengiriman yang sangat besar disebabkan karena tanggal due date yang sama untuk beberapa pesanan yang masuk pada minggu yang sama, sehingga mengakibatkan terlambatnya tanggal berakhirnya proses dan jadwal pengiriman akan mundur disesuaikan dengan lead timenya. Pada Tabel 2 dapat dilihat penjadwalan pada periode bulan Maret untuk lini produksi cokelat ada pesanan yang mengalami keterlambatan. Terlambatnya pesanan produk biasanya disebabkan karena pesanan pada bulan sebelumnya mengalami kemunduran berakibat pada tanggal pengiriman yang lebih dari due date yang telah ditentukan, sehingga pesanan berikutnya pada bulan Maret harus menunggu. Penjadwalan pada periode bulan April untuk lini produksi cokelat ada satu pesanan yang mengalami keterlambatan. Terlambatnya pesanan produk pada periode bulan April ini disebabkan karena tanggal due date yang diinginkan sama dengan tanggal order sehingga mengalami kemunduran untuk pemenuhan pesanan tersebut. Pemenuhan pesanan dapat dilakukan dengan cepat bila menggunakan persediaan produk yang diinginkan, tetapi tetap harus memenuhi waktu tunggu yang sudah ditetapkan. Penjadwalan produksi pada bulan Mei ada keterlambatan dengan kondisi yang sama, yaitu tanggal order sama dengan tanggal due date sehingga pemenuhan waktu pengiriman produk akan mengalami kemunduran. Penjadwalan produksi untuk bulan Juni hingga bulan Oktober tidak ada yang mengalami keterlambatan pengiriman. Hal ini dilihat dari tanggal kirim yang kurang dari tanggal due date produk. Pemenuhan produk pada lini produksi cokelat dapat berlangsung dengan baik.
72
Penjadwalan untuk lini produksi powder dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Penjadwalan produksi baru dimulai pada minggu ketiga di bulan Januari, dengan menggunakan metode EDD tidak ada proses produksi yang mengalami keterlambatan. Pada bulan Februari dan Maret jadwal produksi juga tidak ada keterlambatan. Jarak waktu pengiriman produk dengan tanggal jatuh tempo (due date) lebih pendek dibandingkan dengan penjadwalan pada lini produksi cokelat. Hal ini disebabkan karena proses produksi powder lebih cepat dibandingkan cokelat, sehingga tanggal due date yang ditentukan pun lebih cepat. Penjadwalan produksi untuk lini produksi powder tidak terlalu rumit, karena permintaan produk powder yang masuk pada bulan Februari hanya dua pesanan, sehingga tidak ada pesanan yang terlambat. Jumlah pengiriman produk hanya satu kali untuk setiap pesanan, karena kuantitas dari produk yang dipesan kurang dari kapasitas produksi. Lini produksi powder dapat dikatakan lebih cepat karena jenis bahan powder yang tidak kental dan cenderung untuk tidak melakukan proses produksi lanjutan. Jumlah pengiriman yang lebih dari satu dikarenakan jumlah produk yang akan dikirim melebihi batas pengangkutan produk jadi atau quota pengiriman produk, sehingga pengiriman produk yang pertama disesuaikan dengan quota produk terkait sebesar 1000 kg. Tetapi pengiriman kedua dari suatu pesanan dilakukan pada hari yang sama, hanya pencatatan pengiriman dilakukan 2 kali sesuai quota pengiriman. Penentuan tanggal akhir pengiriman ditentukan dengan melihat lead time proses produksi dari perusahaan.
73
Tabel 3. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Februari Bulan
Minggu produksi
Februari
I (30 Jan-5 Feb 06) II (6-12 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
02/10/06 02/10/06
02/27/06 02/27/06
AF01 AE03
30.00 250.00
0.08 2.50
02/10/06 02/10/06
02/10/06 02/12/06
02/15/06 02/17/06
-
1 1
1,721 3,443
02/15/06 02/17/06
30 250
III (13-19 Feb 06) IV (20-26 Feb 06)
Tabel 4. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Maret Bulan Maret
Minggu produksi I (27 Feb - 5 Mar 06) II (6-12 Mar 06) III (1319 Mar 06) IV (2026 Mar 06) V (27 Mar-2 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
03/07/06
03/13/06
AC01
600.00
0.90
03/07/06
03/07/06
03/12/06
-
1
1,032
03/12/06
600
03/07/06
03/13/06
AC02
600.00
0.90
03/07/06
03/08/06
03/13/06
-
1
1,032
03/13/06
600
03/14/06
03/31/06
AE01
40.00
0.07
03/14/06
03/14/06
03/19/06
-
1
1,721
03/19/06
40
03/15/06
04/01/06
AE41
80.00
0.20
03/15/06
03/15/06
03/20/06
-
1
1,72
03/20/06
80
03/22/06
04/08/06
AE50
34.00
0.09
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
1,721
03/27/06
34
03/29/06
04/15/06
AE02
80.00
0.10
03/29/06
03/29/06
04/03/06
-
1
861
04/03/06
80
03/29/06
04/15/06
AE50
40.00
0.10
03/29/06
03/29/06
04/03/06
-
1
1,721
04/03/06
40
Penjadwalan pada periode bulan April untuk lini produksi powder tidak ada pesanan yang mengalami keterlambatan. Jumlah pengiriman dilakukan sebanyak satu kali untuk seluruh pengiriman pada bulan Maret. Penjadwalan pada periode bulan Mei hingga Oktober untuk lini produksi powder tidak ada pesanan yang mengalami keterlambatan, rata-rata keterlambatan bernilai nol dan tidak ada kelambaan maksimum. Walaupun tidak ada keterlambatan, tetapi penjadwalan bulan Mei mundur hingga bulan Juni. Jumlah pengiriman yang terjadi rata-rata sebanyak satu kali, karena semua pesanan masih berada dibawah batas quota pengiriman produk.
2. Hasil Penjadwalan dengan Metode X Perencanaan penjadwalan produksi yang dilakukan perusahaan menggunakan inisial X, sehingga penjadwalan yang dilakukan ialah metode X. Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode EDD karena berdasarkan jadwal kirim dari setiap produk, yang kemudian akan dibandingkan dalam kriteria-kriteria yang ditentukan antara lain ratarata keterlambatan (mean lateness), jumlah produk yang terlambat dan besarnya nilai kelambatan maksimum dari setiap pesanan produk dalam mingguan setiap bulannya
59
Tabel 5. Hasil Penjadwalan Produksi Cokelat dengan Metode X Bulan Februari Bulan
Minggu produksi
Order Date 01/30/06
I (30 Jan-5 Feb 06)
02/02/06 02/02/06
Februari
II (6-12 Feb 06) III (13-19 Feb 06) IV (20-26 Feb 06)
Due Date
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Product
Qty
Late
02/16/06
AE27
110.00
01/30/06
01/30/06
02/07/06
-
03/01/06
AE37
75.00
02/02/06
02/04/06
02/12/06
-
04/01/06
AE37
150.00
02/04/06
02/07/06
02/15/06
-
02/10/06
02/27/06
AE28
98.00
02/10/06
02/10/06
02/18/06
02/23/06
03/12/06
AB01
1,365.00
02/23/06
03/03/06
03/11/06
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
1
02/07/06
110
1
02/12/06
75
1
02/15/06
150
-
1
02/18/06
98
-
2
03/11/06
1,000
Kirim 2
Jmlh
03/16/06
365
Tabel 6. Hasil Penjadwalan Produksi Cokelat dengan Metode X Bulan Maret Bulan
Minggu produksi
Maret
I (27 Feb 5 Mar 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
02/23/06
03/12/06
AB02
150.00
03/03/06
03/04/06
03/12/06
1
1
03/12/06
150
02/23/06
03/12/06
AE09
2,000.00
03/04/06
03/04/06
03/12/06
1
2
03/12/06
02/23/06
03/12/06
AE10
2,000.00
03/04/06
03/04/06
03/12/06
1
2
02/23/06
03/12/06
AE11
1,000.00
03/04/06
03/04/06
03/12/06
1
1
02/23/06
03/12/06
AE18
5.00
03/04/06
03/09/06
03/17/06
6
02/23/06
03/12/06
AE19
5.00
03/09/06
03/14/06
03/22/06
02/23/06
03/12/06
AE20
5.00
03/14/06
03/19/06
02/23/06
03/12/06
AE22
80.00
03/19/06
03/19/06
02/23/06
03/12/06
AE27
110.00
03/19/06
03/19/06
03/22/06
03/27/06
AG01
4.00
03/22/06
03/22/06
04/08/06
AE29
110.00
03/23/06
03/22/06
04/08/06
AE23
80.00
03/23/06
03/23/06
03/22/06
04/08/06
AE24
80.00
03/23/06
03/23/06
03/30/06
-
1
03/30/06
80
03/29/06
04/15/06
AE27
110.00
03/29/06
03/29/06
04/06/06
-
1
04/06/06
110
Kirim 2
Jmlh
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
365
1
03/17/06
5
11
1
03/22/06
5
03/27/06
16
1
03/27/06
5
03/27/06
16
1
03/27/06
80
03/27/06
16
1
03/27/06
110
03/22/06
04/01/06
5
1
04/01/06
4
03/23/06
03/30/06
-
1
03/30/06
110
03/30/06
-
1
03/30/06
80
II (6-12 Mar 06)
III (13-19 Mar 06) IV (20-26 Mar 06)
V (27 Mar2 Apr 06)
Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa perencanaan penjadwalan produksi cokelat untuk periode bulan Februari dengan menggunakan metode X, pemesanan yang datang pada bulan tersebut tidak ada yang mengalami keterlambatan. Perencanaan penjadwalan dengan aturan EDD dapat mampu meminimasi keterlambatan yang terjadi untuk permintaan pada periode bulan Februari. Pesanan yang masuk pada minggu keempat lebih dari 5 pesanan, tetapi proses produksinya dilakukan minggu berikutnya di bulan Maret. Pada Tabel 6 dapat dilihat penjadwalan pada periode bulan Maret untuk lini produksi cokelat hampir seluruh pesanan mengalami keterlambatan. Terlambatnya pesanan produk biasanya disebabkan karena pesanan pada bulan sebelumnya mengalami kemunduran. Nilai keterlambatan pada bulan Maret ini sangat besar, karena pesanan yang dikerjakan pada bulan Maret ini ialah pekerjaan dengan tanggal order pada bulan Februari yang memiliki tanggal due date yang sama untuk semua produk pesanan bulan tersebut, dengan nilai kelambatan maksimum sebesar 16 hari. Penjadwalan pada periode bulan April untuk lini produksi cokelat ada satu pesanan yang mengalami keterlambatan. Terlambatnya pesanan produk pada periode bulan April ini disebabkan karena tanggal due date yang diinginkan sama dengan tanggal order sehingga mengalami kemunduran untuk pemenuhan pesanan tersebut. Hal ini sama bulan Mei dengan satu keterlambatan. Terlambatnya pesanan tersebut juga dikarenakan tanggal pesan dan tanggal due date sama. Penjadwalan produksi yang mengalami keterlambatan terjadi pada bulan Juni dan Agustus, sedangkan bulan Juli, September dan Oktober tidak ada pesanan yang terlambat. Pada bulan Juni terdapat 9 pesanan yang terlambat dengan nilai kelambatan maksimum 5 hari, sedangkan pada bulan Agustus terdapat 2 pesanan yang terlambat pada minggu yang sama dengan kelambatan maksimum sebesar 4 hari.
61
Penjadwalan untuk lini produksi powder dengan metode X dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Penjadwalan produksi baru dimulai pada minggu ketiga di bulan Januari, dengan menggunakan metode EDD tidak ada proses produksi yang mengalami keterlambatan. Jarak waktu pengiriman produk dengan tanggal jatuh tempo (due date) lebih pendek dibandingkan dengan penjadwalan pada lini produksi cokelat. Hal ini disebabkan karena proses produksi powder lebih cepat dibandingkan cokelat, sehingga tanggal due date yang ditentukan pun lebih cepat. Penjadwalan produksi untuk lini produksi powder tidak terlalu rumit, karena permintaan produk powder yang masuk pada bulan Februari hanya dua pesanan, sehingga tidak ada pesanan yang terlambat. Penjadwalan untuk periode bulan Maret untuk lini produksi powder ada 2 pesanan yang mengalami keterlambatan sebesar 3 dan 4 hari. Pada bulan April, Mei dan Juli tidak ada pesanan yang terlambat, jumlah pengiriman yang terjadi rata-rata sebanyak satu kali, ada pesanan yang dikirim sebanyak dua kali karena lebih dari kapasitas yang ditentukan. Jumlah total pengiriman (total package) disesuaikan dengan Minimum Order Quantity (MOQ) yang berbeda-beda dari setiap produk. Bila terjadi keterlambatan pada penjadwalan maka rata-rata keterlambatan yang ada berdasarkan pada tanggal awal produksi yang mengalami kemunduran, sehingga berakibat pada tanggal pengiriman yang lebih dari due date yang telah ada. Penjadwalan produksi untuk lini produksi powder pada periode bulan Juni dan September ada satu pesanan yang terlambat selama 6 hari dan pada bulan Oktober juga ada pesanan yang terlambat sebesar 1 hari. Walaupun tidak ada keterlambatan, tetapi penjadwalan bulan Mei mundur hingga bulan Juni. Menurut Kusuma (2002), manfaat meminimasi rata-rata keterlambatan adalah berkurangnya waktu menunggu rata-rata, sehingga meminimasi rata-rata jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian. Semakin kecil nilai rata-rata keterlambatan maka waktu menunggu rata-rata juga akan berkurang/lebih kecil. Jika waktu tunggu (lead time) kecil maka akan mempercepat proses produksi di perusahaan.
62
Tabel 7. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Februari
Bulan
Minggu produksi
Februari
I (30 Jan-5 Feb 06) II (6-12 Feb 06) III (13-19 Feb 06) IV (20-26 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
02/10/06
02/27/06
AE03
250.00
2.50
02/10/06
02/13/06
02/21/06
-
1
02/21/06
250
02/10/06
02/27/06
AF01
30.00
0.08
02/13/06
02/13/06
02/21/06
-
1
02/21/06
30
Tabel 8. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Maret
Bulan
Minggu produksi
Maret I (27 Feb - 5 Mar 06) II (6-12 Mar 06) III (1319 Mar 06)
IV (2026 Mar 06) V (27 Mar-2 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
03/07/06
03/13/06
AC01
600.00
0.90
03/07/06
03/07/06
03/15/06
3
1
03/15/06
600
03/07/06
03/13/06
AC02
600.00
0.90
03/07/06
03/08/06
03/16/06
4
1
03/16/06
600
03/07/06
04/10/06
AC01
400.00
0.60
03/08/06
03/09/06
03/17/06
-
1
03/17/06
400
03/07/06
04/10/06
AC02
400.00
0.60
03/09/06
03/10/06
03/18/06
-
1
03/18/06
400
03/14/06
03/31/06
AE01
40.00
0.07
03/14/06
03/14/06
03/22/06
-
1
03/22/06
40
03/15/06
04/01/06
AE41
80.00
0.20
03/15/06
03/15/06
03/23/06
-
1
03/23/06
80
03/22/06
04/08/06
AE50
34.00
0.09
03/22/06
03/22/06
03/30/06
-
1
03/30/06
34
03/29/06
04/15/06
AE02
80.00
0.10
03/29/06
03/29/06
04/06/06
-
1
04/06/06
80
03/29/06
04/15/06
AE50
40.00
0.10
03/29/06
03/29/06
04/06/06
-
1
04/06/06
40
63
3. Pembahasan Perhitungan jumlah pekerjaan yang terlambat dan rata-rata keterlambatan setiap pekerjaan pada bulan Januari dan Februari bernilai nol, tidak ada yang berbeda antara metode EDD dan metode X. Hal ini disebabkan karena penjadwalan berada pada awal bulan Januari dan pesanan yang masuk ke perusahaan tidak melebihi dari kapasitas produksi. Tabel 9. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan Maret, Lini Produksi Cokelat Minggu
1 2 3 4 5 Rata-rata
EDD Jumlah Produk Terlambat 0 2 0 0 0 -
ML 0 7.5 0 0 0 1.88
X Jumlah Produk Terlambat 5 1 3 0 1 -
ML 2 11 16 0 5 6.8
Pada Tabel 9 dapat dilihat perbandingan antara metode EDD dan metode X yang digunakan perusahaan. Perhitungan jumlah pekerjaan yang terlambat menggunakan metode EDD terdapat pada minggu kedua yang bernilai dua pesanan, sedangkan metode X terjadi pada setiap minggu dengan jumlah produk yang terlambat sebesar 5 pesanan untuk minggu pertama, 1 pesanan pada minggu kedua, 3 pesanan pada minggu ketiga dan 1 pesanan untuk minggu kelima. Adanya produk yang terlambat pada bulan Maret dikarenakan ada pekerjaan yang terlambat di minggu sebelumnya dan pemilihan pekerjaan yang kurang tepat untuk dikerjakan dahulu, sehingga tanggal penyelesaian pesanan akan mundur. Hal ini karena tanggal berakhirnya proses produksi pesanan kurang dari due date yang telah ditetapkan. Rata-rata keterlambatan dengan metode EDD sebesar 1.88 hari, sedangkan metode X sebesar 6.8 hari. Kelambatan maksimum pada metode X dapat berkurang jika menggunakan metode EDD untuk bulan Maret,
sama halnya dengan nilai rata-rata keseluruhan metode EDD yang jauh lebih kecil dibandingkan metode X. Rata-rata waktu keterlambatan yang rendah menunjukkan waktu pengiriman (delivery time) yang lebih pendek dan cepat (Herjanto, 1999). Keterlambatan yang terjadi pada bulan Maret dikarenakan tanggal due date yang diinginkan hanya berjarak satu minggu dari tanggal order, sehingga pemenuhan terhadap produk tersebut lebih lama sedangkan waktu tunggu standar sebesar 1418 hari untuk satu produk pesanan. Rata-rata keterlambatan berpengaruh pada waktu pengiriman produk ke konsumen. Metode EDD dengan meminimumkan rata-rata keterlambatan akan memudahkan untuk mencapai waktu pengiriman produk yang lebih cepat dan tepat kepada konsumen dengan biaya pengiriman yang minimum. Biaya pengiriman produk disesuaikan dengan ukuran produk, kuantitas produk setiap pemesanan dan jumlah pengiriman untuk produk tersebut. Biaya pengiriman produk berbanding lurus dengan kuantitas dan jumlah pengiriman produk, sehingga bila terjadi pengiriman lebih dari satu kali secara langsung akan menaik. Tabel 10. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan April, Lini Produksi Cokelat Minggu
1 2 3 4 Rata-rata
EDD Jumlah Produk Terlambat 0 0 0 1 -
ML 0 0 0 5 1.25
X Jumlah Produk Terlambat 0 0 0 1 -
ML 0 0 0 8 2
Pada Tabel 10, perhitungan rata-rata keterlambatan menggunakan metode EDD lebih kecil dibandingkan dengan metode X, berjarak 3 hari yang hanya terjadi pada minggu keempat pada bulan April. Rata-rata keseluruhan dari penjadwalan di bulan April sebesar 1.25 hari untuk metode EDD, sedangkan
untuk metode X sebesar 2 hari. Untuk jumlah pekerjaan yang terlambat sebanyak satu pesanan. Periode bulan Mei dapat dilihat pada Tabel 11, dimana perhitungan jumlah pekerjaan yang terlambat ada satu produk pada minggu yang kedua baik dengan metode EDD maupun metode X. Tetapi nilai rata-rata keterlambatan bernilai 7 hari serta rata-rata keseluruhan bernilai 1.75 hari untuk metode EDD dan dalam metode X rata-rata keterlambatan bernilai 10 hari dengan rata-rata keseluruhan 2.5 hari. Hal ini dikarenakan tanggal order dan tanggal due date jatuh pada hari yang sama, sehingga penentuan waktu kirim tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Aturan EDD bertujuan untuk meminimumkan jumlah produk yang selesainya melewati batas waktu dan meminimasi kelambatan maksimum suatu pekerjaan (Machfud, 1999). Tabel 11. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan Mei, Lini Produksi Cokelat Minggu
1 2 3 4 Rata-rata
EDD Jumlah Produk Terlambat 0 1 0 0 -
ML 0 7 0 0 1.75
X Jumlah Produk Terlambat 0 1 0 0 -
ML 0 10 0 0 2.5
Perhitungan rata-rata keterlambatan dan rata-rata keseluruhan dari lini produksi powder seluruhnya bernilai nol pada metode EDD, sedangkan untuk metode X terjadi pada bulan Maret di minggu pertama dengan rata-rata keterlambatan 3.5 hari dan rata-rata keseluruhan 0.7 hari. Selain itu tidak ada pekerjaan yang terlambat pada bulan Januari hingga Oktober, kecuali pada bulan Maret dengan 1 pesanan yang terlambat. Proses produksi powder yang lebih cepat memungkinkan pekerjaan pesanan pada lini produksi powder lebih cepat selesai
dibandingkan lini cokelat, walaupun pesanan yang masuk ke perusahaan sama. Perhitungan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Produk Terlambat dan ML (Mean Lateness) Pada Periode Bulan Maret, Lini Produksi Powder Minggu
1 2 3 4 5 Rata-rata
EDD Jumlah Produk Terlambat 0 0 0 0 0 -
ML 0 0 0 0 0 0
X Jumlah Produk Terlambat 1 0 0 0 0 -
ML 3.5 0 0 0 0 0.7
Penggunaan metode EDD dan metode X yang digunakan perusahaan tidak jauh berbeda, karena dalam bulan Januari hingga Mei ada beberapa perhitungan rata-rata keterlambatan dan rata-rata keseluruhan serta jumlah pekerjaan yang terlambat bernilai nol. Dapat disimpulkan bahwa EDD merupakan aturan atau metode yang baik untuk mendapatkan rata-rata keterlambatan yang minimum, meminimalisasi kelambatan maksimum. Hal ini dilihat dari jumlah pesanan yang mengalami keterlambatan dalam periode mingguan hanya beberapa pesanan saja, tidak seluruh pesanan dalam satu minggu tersebut terlambat. Hal ini berakibat pada pemenuhan waktu pengiriman kepada konsumen. Suatu perusahaan yang berorientasi pada barang-barang konsumen akan lebih mengutamakan pelayanan terhadap konsumen, karena penentuan jadwal produksi disesuaikan dengan permintaan konsumen yang berbeda-beda. Jika perusahaan berusaha untuk menepati waktu pengiriman maka perusahaan akan mampu memenuhi kepuasan konsumen dalam hal pelayanan. Perusahaan dalam menentukan penjadwalan produksi tidak hanya menggunakan satu atau dua metode saja dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang berbeda-beda, sehingga perusahaan harus mampu mengkombinasikan berbagai macam metode penjadwalan produksi untuk mendapatkan penjadwalan yang terbaik dan optimal.
E.
MANAJEMEN SUPPLY CHAIN
1.
Rantai Pengadaan Manajemen supply chain atau manajemen rantai pengadaan merupakan
salah satu konsep untuk mengatur aliran bahan, produk dan informasi produk antar perusahaan, agar dapat terkoordinasi dengan baik. Selama ini rantai pengadaan
hanya
berkisar
di
dalam
suatu
industri
saja,
bagaimana
mengkoordinasikan bahan baku, bahan pendukung dan produk dari satu bagian ke bagian yang lain, sehingga perusahaan cenderung terfokus kepada perbaikan dan perubahan di dalam perusahaan itu sendiri. Saat ini rantai pengadaan sudah melingkupi manajemen antar perusahaan menjadi satu kesatuan yang utuh, dengan menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik sehingga aliran bahan, produk dan informasi dapat diperoleh dengan cepat. Sistem rantai pengadaan mencakup bagian hulu hingga hilir, dimulai dari supplier bahan baku dan bahan pendukung hingga konsumen akhir. Rantai pengadaan yang diterapkan di PT. GMK terdiri dari 2, yaitu : 1) Make To Order : a) Supplier>>Manufaktur>>Distributor>>Customer b) Supplier>>Manufaktur>>Customer (industri) 2) Make To Stock: a) Supplier>>Manufaktur>>DistributorCenter>>Wholesalers(sub agen)>> Retailer>>Customer Rantai pengadaan yang berlaku untuk Make To Order terbagi menjadi dua. Yang pertama, berawal dari supplier yang memasok bahan baku dan pendukung kemudian beralih ke pabrik/industri untuk mengolah bahan baku tersebut, setelah selesai produksi akan didistribusikan melalui distributor yang langsung diterima oleh konsumen akhir (pelanggan). Yang kedua, berawal dari supplier untuk pasokan bahan baku kemudian dialirkan ke industri yang membuat produk dan langsung didistribusikan ke konsumen, dalam hal ini ialah industri menengah. Distribusi tidak dilakukan langsung kepada konsumen akhir tetapi dikirim ke suatu industri yang akan mengolah kembali produk tersebut, kemudian disalurkan kepada konsumen pengguna akhir.
Pada sistem Make To Order dibedakan menjadi dua bagian, karena terdapat beberapa produk yang khusus dipesan untuk industri yang membutuhkan bahan baku dari produk yang dihasilkan perusahaan. Selain itu ada konsumen tertentu yang membutuhkan produk dengan jumlah yang lebih dari yang sudah ditentukan. Pada bagian Make To Stock hanya memiliki satu jalur dari kesatuan supply chain, karena produk yang dihasilkan mengikuti stock/persediaan yang terdapat di gudang, distributor maupun retail-retail pendukung. Jalur rantai pengadaan pada Make To Stock meliputi supplier, manufaktur, pusat distributor, whosalers (sub agen), retail dan konsumen. Rantai pengadaan yang berlaku pada Make To Stock lebih panjang dan terdiri dari beberapa mata rantai dalam model supply chain. Sistem produksi Make To Order (MTO), memiliki distributor yang berbeda pada setiap jalurnya karena produk yang dikirim mempunyai kode dan pesanan yang khusus, sehingga tidak mungkin tertukar dengan konsumen yang lain. Sistem produksi Make To Stock (MTS), memiliki distributor center sebanyak 5 unit di beberapa daerah dan dapat dibedakan sesuai dengan jenis produk yang diterima. Distributor satu dengan yang lainnya mungkin memiliki area pasar yang sama tetapi produk yang dipasarkan berbeda, atau dapat dikatakan sesuai dengan segmentasi produk. Skema hubungan antar perusahaan pada bagian MTO maupun MTS dalam melaksanakan tugasnya masing-masing dapat dilihat pada Gambar 35.
1 2 3
6 4
5
6
Gambar 35. Model Supply Chain pada Make To Order Pertama di PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK)
Pada Gambar 35 pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pengadaan ini ialah : 1) Pabrik cokelat, 2) Pabrik tepung terigu, 3) Supplier kemasan plastik maupun kertas, 4) Pabrik (PT. GMK), 5) Distributor tunggal, 6) Konsumen akhir. Hubungan yang terjadi ialah melewati distributor yang akan menyalurkan kepada konsumen akhir, yaitu konsumen yang memakai langsung produk tersebut dan tidak untuk dijual atau diolah kembali. PT. GMK sudah menangani pemasaran, penjualan produk ke konsumen secara langsung, tidak melalui distributor tunggal maupun distributor daerah. Kebijakan distribusi produk, program pemasaran produk dan pengambilan pesanan dari konsumen langsung dilakukan oleh PT. GMK. Distributor PT. GMK hanya merupakan koordinator pendistribusian saja, dimana pengaturan penyaluran produk ke konsumen ditangani oleh distributor. Distributor tersebut harus bertanggungjawab atas jadwal pengiriman ke konsumen dan memantau pelayanan dalam distribusi. PT. Gandum Mas Kencana memiliki kebijakan dalam pendistribusian, yaitu dengan mengirimkan secara langsung produk kepada distributor atau produk akan diambil oleh alat angkut yang disewa oleh perusahaan. Pilihan yang kedua menggunakan jasa transportasi dengan sistem kerjasama penyewaan alat transportasi. Adanya 2 pilihan tersebut dikarenakan jarak tempuh antara perusahaan dan distributor yang berbeda dan ketersediaan armada transportasi yang ada diperusahaan. Penyewaan transportasi digunakan pada saat pengiriman produk antar pulau dan produk ekspor. 5 1 2 3
4
5 5 5
Gambar 36. Model Supply Chain pada Make To Order Kedua di PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK)
Pada Gambar 36 dapat dilihat pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pengadaan ialah : 1) Pabrik cokelat, 2) Pabrik tepung terigu, 3) Supplier kemasan plastik maupun kertas, 4) Pabrik (PT. GMK), 5) konsumen (industri). Rantai pengadaan yang kedua ini tidak melewati distributor, tetapi langsung kepada konsumen (industri) yang akan memakai produk tersebut sebagai bahan baku. Industri tersebut tidak disebut sebagai konsumen akhir, karena produk yang dibeli akan diolah kembali menjadi produk yang baru. Produk yang baru akan dijual kepada konsumen akhir yang menikmati dan menggunakannya. Terdapat dua tipe persekutuan dalam supply chain, yaitu tipe vertikal dan horizontal. Tipe vertikal merupakan hubungan yang saling melengkapi dengan perusahaan yang berbeda untuk satu kebutuhan dan berkemungkinan bekerjasama dalam rantai pasokan. Sedangkan tipe horizontal merupakan hubungan yang saling meliputi dengan jenis perusahaan yang sama dalam rantai pasokan (Ayers, 2000). Supply chain tidak hanya berorientasi pada urusan internal perusahaan, tetapi juga urusan eksternal perusahaan yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Hal ini dilakukan untuk mempererat kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama yaitu memberikan kepuasan yang maksimal kepada pelanggan, baik dari segi fisik produk yang baik, murah dan berkualitas maupun dari segi pelayanan produsen (Pujawan, 2005). Model rantai pengadaan yang kedua lebih ringkas dan efisien karena kebutuhannya yang langsung kepada konsumen, tidak melalui distributor. Rantai pengadaan yang diterapkan oleh perusahaan telah melewati pertimbangan akan aspek biaya, kecepatan dan ketepatan mencapai konsumen. Aspek biaya meliputi biaya pengiriman, biaya persediaan dan biaya penyewaan. Hubungan yang terjadi antar perusahaan ini tidak hanya untuk bertukar informasi tetapi lebih kepada membangun kepercayaan dan kerjasama yang erat, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Model tersebut akan berbeda pada setiap perusahaan, tergantung dari kebutuhan bahan baku dan sistem distribusi yang diterapkan. Tetapi satu perusahaan dapat menerapkan model supply chain yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan produksi, sehingga memperoleh rantai pengadaan yang efektif.
8 7 5
7
1 2 3
6
5
6 7
4
5
6 7
5
6 7
5
6 7
8 8 8 8 8 8 8
Gambar 37. Model Supply Chain pada Make To Stock di PT. Gandum Mas Kencana (PT. GMK) Rantai pengadaan untuk Make To Stock memiliki jumlah dan rantai yang lebih panjang dibandingkan dengan model Make To Order, karena pada bagian MTS konsumennya tidak terbatas berbeda dengan MTO yang jenis konsumennya terbatas dan tertentu. Sehingga rantai pengadaan produk yang diterapkan pun disesuaikan dengan kebutuhan distribusi. Make To Stock membutuhkan sebuah perencanaan, pengadaan dan kebutuhan yang matang dan terkoordinasi karena variasi produk yang banyak, keinginan konsumen yang berbeda-beda dan jangkauan pasar konsumen yang lebih luas dibandingkan dengan MTO. Pihakpihak yang terlibat dalam rantai pengadaan ini ialah : 1) Pabrik cokelat, 2) Pabrik tepung terigu, 3) Supplier kemasan plastik maupun kertas, 4) Pabrik (PT. GMK), 5) Distibutor center, 6) Wholesalers (sub agen), 7) Retailer, 8) Konsumen.
2.
Sistem Koordinasi Antar Perusahaan
Hubungan kerjasama dan koordinasi antar perusahaan merupakan salah satu komponen dalam pencapaian rantai pengadaan yang efektif dan efisien. Kerjasama antar perusahaan dalam rantai pengadaan menjadi bagian yang penting untuk menerapkan manajemen supply chain yang kuat dan solid dari bagian hulu hingga hilir. Koordinasi dapat dilakukan melalui berbagai media dan sebuah sistem yang diterapkan suatu perusahaan, sehingga menghasilkan hubungan yang baik antar perusahaan. Kolaborasi dan koordinasi didasari dengan kesadaran bahwa sebuah supply chain yang kuat tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada didalamnya. Perusahaan yang sehat dan efisien tidak berarti bila elemen penunjangnya tidak mampu menghasilkan bahan baku maupun produk yang berkualitas dan memenuhi pengiriman tepat waktu (Pujawan, 2005). Koordinasi antar perusahaan dalam rantai supply chain ini dilihat dari hubungan timbal balik antar perusahaan, hubungan tersebut dapat meningkatkan keefektifan dalam mencapai tujuan bersama untuk menyampaikan produk ke konsumen akhir. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan kerjasama yang baik antar perusahaan, dengan cara menginformasikan seluruh hal mengenai kebutuhan, aliran bahan baku, fasilitas dan produk. Terdapat berbagai cara untuk menginformasikan seluruh kegiatan, tetapi perusahaan dapat memilih cara yang paling baik untuk mencapai komunikasi yang optimal. Komunikasi yang terjalin antara PT. GMK baik dengan supplier, distributor dan konsumen berjalan dengan baik. Agar selalu harmonis PT. GMK melakukan kegiatan diluar pekerjaan rutin dengan para supplier, distributor dan konsumen. Kegiatan tersebut dengan berkumpul bersama para supplier untuk berdiskusi tentang masa depan perusahaan, dengan banyaknya pesanan dan waktu tepat supplier harus mampu mensuplai bahan baku dengan baik dari segi kualitas dan kuantitas, agar para supplier dapat mendukung dengan baik. Adanya pemberian penghargaan pada supplier terbaik juga menjadi satu keadaan yang dapat memacu kinerja para supplier. distributor dan konsumen.
Hal tersebut juga berlaku pada bagian
Terdapat 3 aliran yang termasuk dalam model supply chain, yaitu aliran finansial, aliran material (bahan baku/ produk) dan aliran informasi, yang secara keseluruhan berlangsung dalam dua arah atau timbal balik antar perusahaan baik di bagian hulu maupun hilir. Dalam PT. GMK aliran informasi yang berlaku dari hulu ke hilir ialah jumlah bahan baku dan bahan pendukung untuk perusahaan, konfirmasi SO (Sales Order) ke bagian pemasaran. Kemudian informasi status pengiriman, jumlah produk yang diberitahukan untuk distributor dan konsumen akhir. Aliran finansial yang terjadi ialah invoice dan term pembayaran yang berlaku bagi supplier ke industri maupun industri ke distributor dan konsumen, sedangkan aliran material/produk tentang jumlah bahan baku, jumlah bahan baku pendukung dari supplier ke industri dan aliran produk jadi dari industri ke konsumen. Aliran finansial/keuangan dapat terdiri dari 1) Cash-to-cash cycle, yang melihatkan berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan dari pertama pengeluaran hingga mengumpulkan uang dari konsumen akhir, 2) Memasukkan lembaran bilangan mengenai penyimpanan, laporan pembayaran dan laporan penerimaan, 3) Mengestimasi aktivitas biaya penyilangan dalam rantai dan menggunakan harga jual konsumen untuk dialokasikan pada kegiatan-kegiatan supply chain (Ayers, 2000). Aliran informasi yang berlaku dari hilir ke hulu ialah pesanan produk yang dibutuhkan oleh distributor dan ditetapkan dengan menggunakan konfirmasi SO (Sales Order) pada bagian marketing di perusahaan ini, konfirmasi tersebut berlaku pada rantai bagian hulu ke hilir maupun hilir ke hulu. Untuk informasi ramalan keadaan pasar dan permintaan konsumen dapat menginformasikan tentang keadaan pasar saat itu dan selera konsumen yang terkadang berubah. Aliran material (produk) dapat berupa pengembalian produk ke pabrik (retur), recycle dan repair yang diberikan kepada distributor maupun industri, sedangkan aliran finansial hanya berupa pembayaran atas produk yang sudah dibeli sesuai dengan ketentuan. Aliran informasi antar perusahaan menggunakan telepon atau email yang akan memudahkan komunikasi antara supplier dan industri atau industri dan distributor dan seluruhnya. Alat komunikasi telepon lebih efisien dibandingkan
dengan email terutama dalam keadaan darurat atau sangat penting bisa langsung diatasi dengan cepat. Koordinasi antar perusahaan ini lebih diutamakan pada bagaimana membina hubungan yang baik, bekerjasama dan bertanggungjawab bersama atas segala sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Elemen-elemen yang mendukung aliran informasi antara lain 1) Bagan aliran informasi yang memperlihatkan bagaimana penjualan informasi terjadi, 2) Sistem informasi untuk penyimpanan digunakan untuk merencanakan dan mengawasi proses, 3) Daftar persetujuan baik formal maupun informal antara peserta rantai pasokan, 4) Sebuah keputusan dalam rantai pasokan, yang menyebabkan orang bertanggungjawab terhadap keputusan tersebut (Ayers, 2000). Informasi yang dihimpun setiap perusahaan maupun informasi yang dikeluarkan oleh setiap perusahaan harus terdokumentasikan. Sehingga untuk efisiensi komunikasi dan meningkatkan hubungan antar perusahaan dalam rantai pengadaan bisa menggunakan aplikasi komputer. Saat ini telah digunakan berbagai software komputer untuk mengatasi pergerakan informasi, yaitu Electronic Data Interchange (EDI). EDI merupakan contoh untuk meningkatkan komunikasi antar perusahaan, EDI berisi elemen-elemen data informasi yang masuk dan keluar pada perusahaan. Kerjasama yang diinginkan ialah semua pihak yang terlibat saling menguntungkan dan tidak ada saling menyalahkan bila terjadi kesalahan, tetapi berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Sedangkan tanggungjawab yang dimaksud adalah setiap pihak yang tergabung dalam rantai supply chain bertanggungjawab
dengan
tugasnya
masing-masing,
dimana
supplier
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kualitas dan kuantitas dari bahan baku yang diinginkan, untuk industri bertanggungjawab atas pengolahan dan produk akhir yang dihasilkan apakah sesuai dengan kriteria dan keinginan konsumen. Sedangkan distributor bertanggungjawab untuk menyerahkan produk ke konsumen tepat waktu sesuai jadwal yang diinginkan. Dengan adanya tanggungjawab setiap pihak maka dapat mengoptimalkan pemenuhan keinginan konsumen.
3.
Integrasi Metoda Penjadwalan dan Manajemen Supply Chain Penjadwalan produksi digunakan suatu perusahaan untuk memudahkan
produksi yang bertujuan untuk mengetahui jadwal proses produksi perusahaan, dari kapan suatu produk akan mulai diproduksi, berapa lama produk tersebut akan diproses, kapasitas produksi pesanan hingga kapan produk tersebut akan dikirimkan ke konsumen. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk melakukan penjadwalan produksi di suatu perusahaan, disesuaikan dengan kebutuhan dari proses produksi dan kebijakan-kebijakan perusahaan. Salah satu metode yang digunakan yaitu metode EDD (Earliest Due Date) yang termasuk dalam metode teknik pengurutan (sequencing) untuk penjadwalan produksi. Metode EDD digunakan berdasarkan pada pesanan dengan tanggal jatuh tempo tercepat atau sesuai dengan kesepakatan antara konsumen dan produsen dalam bentuk suatu kebijakan. Penjadwalan produksi menggunakan metode EDD bertujuan untuk dapat meminimalisasi waktu kirim ke konsumen dan banyaknya pekerjaan yang terlambat dalam setiap proses produksi harian. Setiap penjadwalan produksi mingguan yang dilakukan akan diketahui adanya produk yang mengalami keterlambatan dan berapa lama produk tersebut terlambat, sehingga diketahui rata-rata keterlambatan dari minggu tersebut untuk produk tertentu. Kemudian akan terlihat waktu kirim yang dijadwalkan, akan sesuai dengan yang diinginkan konsumen atau melebihi dari ketentuan yang sudah ada. Waktu kirim produk akan optimal jika produk yang diproduksi tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan tanggal due datenya. Penjadwalan produksi dengan berbagai metode apapun harus didukung dengan sebuah manajemen yang baik dan solid serta sesuai dengan keadaan perusahaan. Berbagai jenis sistem manajemen banyak digunakan oleh suatu perusahaan, penggunaannya berdasarkan pada tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan. Tujuan akhir perusahaan ingin mendapatkan waktu kirim yang
cepat dan tepat dari perusahaan (produsen) ke konsumen dengan jumlah pesanan yang tepat, sesuai dengan permintaan konsumen. Jika tujuan akhir perusahaan berhubungan langsung dengan konsumen, terdapat sistem manajemen yang mengatur yang salah satu tujuannya lebih terfokus dengan kepuasan konsumen yaitu Manajemen Supply Chain. Manajemen supply chain merupakan suatu sistem manajemen yang berhubungan dengan rantai pasokan bahan baku hingga menjadi produk dari supplier hingga sampai kepada konsumen. Salah satu bagian dari manajemen supply chain ialah berkaitan dengan konsumen, bagaimana memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginan konsumen dengan seoptimal mungkin. Kelanjutan hubungan kerjasama bisnis yang dijalin dalam manajemen supply chain ini dapat dilakukan diluar perusahaan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mempererat hubungan antar perusahaan tersebut. Rantai pasokan dari manajemen supply chain ini sangat luas dan panjang, dari pemenuhan bahan baku dan bahan pendukung untuk suatu produk kemudian antar perusahaan hulu dan hilir untuk mewujudkan bahan baku tersebut menjadi produk yang kemudian disalurkan kepada konsumen. Pemenuhan kebutuhan konsumen dengan waktu kirim yang terbaik dalam manajemen supply chain ini dapat didukung dengan penjadwalan produksi yang mengacu pada waktu kirim produk. Metode penjadwalan produksi yang berhubungan dengan kepentingan waktu kirim dan keinginan konsumen ialah salah satu dari metode teknik pengurutan yaitu metode EDD. Adanya penjadwalan yang efektif akan mendukung sistem manajemen yang digunakan oleh suatu perusahaan, sehingga penggunaan sistem tersebut akan maksimal. Waktu kirim yang optimal ini diasumsikan tidak lebih dari tanggal due date yang telah ditentukan baik oleh konsumen maupun produsen. Penjadwalan produksi dengan metode EDD dapat mengoptimalkan waktu kirim produk ke konsumen, sehingga memudahkan bagian manajemen supply chain untuk mengontrol dan mengawasi produk-produk yang disalurkan ke konsumen. Manajemen ini akan berjalan dengan lancar jika mendapat dukungan dari berbagai pihak baik internal perusahaan maupun eksternal.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Perencanaan produksi di PT. Gandum Mas Kencana dilakukan oleh
departemen supply chain yang bertugas untuk membuat rencana penjadwalan produksi dalam menyelesaikan pesanan. Jadwal produksi berdasarkan pada pesanan-pesanan yang masuk dan prioritas pesanan dari konsumen masingmasing. Pengurutan jadwal produksi yang kurang efisien dalam kebijakan perusahaan terkadang menyebabkan jadwal produksi yang direncanakan merugikan konsumen lainnya. Hal tersebut kemudian berlanjut pada waktu pengiriman produk yang jauh dari batas waktu yang diminta konsumen dan batas waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, sehingga keterlambatan produksi pesanan akan menambah lead time yang sudah dibatasi dan keterlambatan pengiriman menyebabkan biaya pengiriman menjadi dua kali lebih besar dari standarnya. Permasalahan tersebut terjadi pada proses penentuan jadwal produksi atau rapat produksi perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut dibuat alternatif penjadwalan produksi berdasarkan salah satu teknik pengurutan (sequencing) yaitu EDD (Earliest Due Date). Hasil penjadwalan dilihat dari tiga kriteria utama, yaitu rata-rata keterlambatan pekerjaan, jumlah pekerjaan yang terlambat dan kelambatan maksimum. Hasil verifikasi pada model penjadwalan produksi lini produksi coklat didapatkan jumlah pekerjaan yang terlambat sebanyak 2 pesanan untuk metode EDD, sedangkan 10 pesanan untuk metode X. Rata-rata keterlambatan keseluruhan bernilai 1.88 hari untuk metode EDD dan 6.8 hari untuk metode X pada bulan Maret. Pada bulan April dan Mei terdapat 1 pesanan yang mengalami keterlambatan dengan rata-rata keterlambatan keseluruhan sebesar 1.25 dan 2 hari untuk bulan April dan 1.75 dan 2.5 hari untuk bulan Mei. Penjadwalan pada lini produksi powder lebih singkat dan hanya sedikit yang mengalami keterlambatan. Hal ini hanya terjadi pada bulan Maret karena tanggal pengiriman lebih dari tanggal due date.
Hasil perhitungan pada seluruh pesanan dalam penjadwalan produksi didapat bahwa EDD merupakan aturan yang cukup baik untuk mendapatkan ratarata keterlambatan yang minimum. Perhitungan pesanan didapatkan bahwa aturan EDD merupakan aturan yang dapat meminimumkan jumlah pengiriman produk dan sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan meminimumkan kelambatan maksimum dalam penjadwalan. Hal tersebut berimplikasi pada biaya kirim yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk pengiriman produk lebih dari satu kali.
B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung keefektifan penjadwalan
dengan merinci dan menganalisis biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan produksi, antara lain biaya produksi, biaya penyimpanan, biaya penggudangan dan biaya pengiriman jika terjadi pada produk ekspor. 2. Diperlukan analisis lebih lanjut dengan penjadwalan produksi jika menambah variabel persediaan produk dalam perhitungan, atau jenis-jenis produk yang berorientasi pada persediaan (Make To Stock). 3. Perlu dilakukan penyempurnaan pada aplikasi program GPSS 1.0 dengan model distribusi dan persediaan bahan baku serta produk.
DAFTAR PUSTAKA
Ayers, B. James. 2000. Handbook Of Supply Chain Management. The St. Lucie Press/ APICS Series on Resource Management, Florida. Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Cohen, Shoshanah & Roussel, Joseph. 2005. “Strategic Supply Chain Management, the 5 Disiplines for Top Performance”, Mc.Graw-Hill, New York. Christopher, Martin. 1998. Logistics and Supply Chain Management: Strategies for Reducing Cost and Improving Services. Prentice-Hall, London. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu Efektivitas Manajemen. IPB Press, Bogor Heizer, J dan B. Render. 2005. Operations Management. Edisi Ketujuh. Prentice Hall, New Jersey. Herjanto, E. 1990. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 2. Grasindo, Jakarta. Indrajit, Eko Richardus dan Richardus Djokopranoto. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain; Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo, Jakarta. Levi, David Simchi, Philip Kaminsky, dan Edith Simchi Levi. 2000. Designing and Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies and Case Sudies. Irwin McGraw-Hill, Singapore. Machfud. 1999. Diktat Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. M, Yolanda Siagian. 2005. Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Grasindo, Jakarta. Ma’arif, Syamsul dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo, Jakarta. Miranda dan Amin Widjaja Tunggal. 2007. Manajemen Logistik dan Supply Chain Management. Harvarindo, Yakarta.
Permata Sari, D.P. 2006. Pengembangan Model Perencanaan Produksi Di PT. Unitex Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Pujawan, Nyoman I. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya. Said, Ilham A, dkk. 2006. Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management. PPM, Jakarta. Thierauf, RJ dan R.C Klekamp. 1975. Decision Making Through Operation Research. Secong Edition. Jhon Willey and Sons, New York.
Lampiran 1. Diagram Alir Algoritma Model Penjadwalan Produksi
Input Data
Sorting Ascending by Due date While Due date early than others Place on the top Do (jadwal produksi awal)
If jadwal produksi awal = Telat then proses jadwal telat else if jadwal produksi= tidak telat then proses jadwal tidak telat
If order date= tidak sama then Jadwal produksi awal Else if order date=sama then Production time ≤ first in end
X=tanggal order, y= tanggal due date If x=tidak sama and y=sama then 5. urutkan pesanan hingga menemui pesanan yang tardy 6. Jika ada pesanan yang tardy 0 atau 1. STOP 7. Jika terdapat pesanan yang terlambat, pesanan yang terlambat terbesar pisahkan 8. Jika tidak terdapat lagi pesanan yang terlambat, urutkan pesanan terlambat terbesar pada urutan terakhir Else if x=sama and y=sama then 2. Production time ≤ first in Else if x=sama and y=tidak sama then jadwal produksi awal Else if x=tidak sama and y=tidak sama then jadwal produksi awal end
Sorting by minggu produksi If input masuk pada minggu order yang sama then Rescheduling Else if input masuk pada minggu order berbeda Then Scheduling dilakukan setelah tanggal jadwal produksi minggu terakhir
If ada input baru then proses sorting awal Else if tidak ada input baru then ‘jadwal produksi’ End
Jadwal produksi
Lampiran 2. Basis Data Jenis Produk No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Sandi Produk AA01 AA02 AB01 AB02 AC01 AC02 AC03 AD01 AE01 AE02 AE03 AE04 AE05 AE06 AE07 AE08 AE09 AE10 AE11 AE12 AE13 AE14 AE15 AE16 AE17 AE18 AE19 AE20 AE21 AE22 AE23 AE24
No. 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Sandi Produk AE25 AE26 AE27 AE28 AE29 AE30 AE31 AE32 AE33 AE34 AE35 AE36 AE37 AE38 AE39 AE40 AE41 AE42 AE43 AE44 AE45 AE46 AE47 AE48 AE49 AE50 AF01 AG01 AG02 AG03 AH01 AH02
Lampiran 3. Basis Data Minimum Order No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Min.Orders (Kg) 250 250 1,000 1,000 1,000 1,000 400 1,000 400 400 1,000 600 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 18 18 500 500 500 500 18 18 18 500 500 500 500
No. 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Min. Orders (Kg) 500 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 500 1,000 100 500 400 400 500 500 1,000 400 400 250 250 250 250 250 250 250 100 600 1,000 1,500 500 400 400 400
Lampiran 4. Basis Data Biaya Kirim No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Biaya Kirim (Rp./karton) Rp. 1,721.50 Rp. 1,549.35 Rp. 2,065.80 Rp. 3,443.00 Rp. 1,032.90 Rp. 1,032.90 Rp. 1,136.19 Rp. 4,303.75 Rp. 1,721.50 Rp. 860.75 Rp. 3,443.00 Rp. 860.75 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 1,032.90 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 2,065.80 Rp. 2,065.80 Rp. 2,065.80
No. 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Biaya Kirim (Rp./karton) Rp. 1,101.76 Rp. 2,065.80 Rp. 2,065.80 Rp. 2,065.80 Rp. 2,065.80 Rp. 2,065.80 Rp. 2,582.25 Rp. 2,582.25 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 1,721.50 Rp. 1,032.90 Rp. 2,065.80 Rp. 860.75 Rp. 1,721.50 Rp. 2,151.88 Rp. 2,151.88 Rp. 2,151.88 Rp. 2,151.88 Rp. 2,151.88 Rp. 2,151.88 Rp. 2,151.88 Rp. 172.15 Rp. 1,721.50 Rp. 1,721.50 Rp. 2,151.88 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15 Rp. 172.15
Lampiran 5. Basis Data Pesanan Konsumen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Date 01/04/06 01/04/06 01/05/06 01/09/06 01/13/06 01/18/06 01/23/06 01/24/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/30/06 02/02/06 02/02/06 02/10/06 02/10/06 02/10/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 02/23/06 03/07/06 03/07/06 03/07/06 03/07/06 03/14/06 03/15/06 03/22/06 03/22/06 03/22/06 03/22/06 03/22/06 03/29/06 03/29/06 03/29/06 04/03/06 04/07/06
Due Date 01/21/06 01/21/06 01/22/06 01/26/06 01/30/06 02/04/06 02/09/06 02/10/06 02/06/06 02/06/06 02/11/06 02/11/06 02/17/06 02/17/06 02/16/06 03/01/06 04/01/06 02/27/06 02/27/06 02/27/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/12/06 03/13/06 03/13/06 04/10/06 04/10/06 03/31/06 04/01/06 03/27/06 04/08/06 04/08/06 04/08/06 04/08/06 04/15/06 04/15/06 04/15/06 04/20/06 05/03/06
Product AB01 AB02 AE23 AB02 AE28 AE14 AF01 AB02 AC01 AC02 AE04 AE50 AC01 AC02 AE27 AE37 AE37 AE03 AE28 AF01 AB01 AB02 AE09 AE10 AE11 AE18 AE19 AE20 AE22 AE27 AC01 AC02 AC01 AC02 AE01 AE41 AG01 AE23 AE24 AE29 AE50 AE02 AE27 AE50 AC03 AG01
Qty 200 30 80 50 20 84 200 125 500 500 140 40 500 500 110 75 150 250 98 30 1365 150 2000 2000 1000 5 5 5 80 110 600 600 400 400 40 80 4 80 80 110 34 80 110 40 70 480
No. 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Date 04/11/06 04/11/06 04/12/06 04/12/06 04/18/06 04/18/06 04/18/06 04/18/06 04/18/06 04/18/06 04/24/06 04/24/06 04/24/06 04/24/06 04/24/06 04/24/06 04/24/06 04/25/06 04/25/06 04/25/06 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/09/06 05/11/06 05/11/06 05/11/06 05/17/06 05/17/06 05/18/06 05/18/06 05/18/06 05/18/06 05/23/06 05/23/06 05/29/06 05/29/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06
Due Date 07/03/06 08/01/06 04/29/06 04/29/06 05/05/06 05/05/06 05/05/06 05/05/06 05/05/06 05/05/06 04/24/06 05/03/06 05/03/06 05/11/06 05/11/06 05/12/06 05/12/06 05/12/06 05/12/06 05/12/06 05/19/06 05/19/06 05/19/06 05/19/06 05/04/06 05/01/06 06/01/06 07/01/06 06/03/06 06/03/06 06/09/06 06/09/06 06/20/06 06/20/06 06/10/06 06/10/06 06/15/06 06/15/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06
Product AE38 AE38 AB01 AB02 AE03 AE05 AE06 AE07 AE39 AE50 AG01 AC01 AC02 AH01 AH02 AC01 AC02 AB01 AB02 AE04 AE03 AE16 AE17 AE27 AG01 AE37 AE37 AE37 AA01 AA02 AC01 AC02 AC01 AC02 AB01 AB02 AE04 AE50 AE02 AE03 AE12 AE13 AE15 AE16 AE23 AE42
Qty 84 84 500 150 250 1000 1000 1000 110 40 32 500 500 417 417 500 500 450 150 150 150 50 50 110 16 150 150 150 25 25 500 500 500 500 500 200 150 40 80 150 5 5 100 50 80 20
47
04/07/06
05/15/06
AG01
480
95
06/06/06
06/23/06
AE43
50
48
04/07/06
06/02/06
AG01
480
96
06/06/06
06/23/06
AE44
10
Lampiran 5. (lanjutan) No.
Date
Due Date
Product
Qty
No.
Date
Due Date
Product
Qty
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139
06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/20/06 06/20/06 06/26/06 06/26/06 06/26/06 06/27/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/26/06 07/26/06 07/26/06 07/28/06 07/28/06 07/28/06 07/31/06 08/03/06 08/03/06 08/03/06
06/23/06 06/23/06 07/01/06 07/01/06 07/01/06 07/03/06 07/03/06 07/17/06 07/17/06 07/03/06 07/03/06 07/03/06 06/22/06 07/07/06 07/13/06 07/13/06 07/13/06 07/14/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 08/04/06 08/04/06 08/06/06 08/06/06 08/14/06 08/14/06 08/11/06 08/16/06 08/16/06 08/14/06 08/14/06 08/14/06 08/17/06 08/20/06 08/20/06 08/20/06
AE45 AE48 AE24 AE25 AE50 AC01 AC02 AC01 AC02 AG01 AG01 AH02 AG03 AE04 AB02 AE34 AG01 AB01 AE02 AE03 AE04 AE15 AE16 AE25 AE27 AE29 AE40 AC01 AC02 AE04 AE35 AC01 AC02 AB01 AB01 AB02 AE08 AE36 AE41 AG03 AE09 AE21 AE43
20 20 80 50 80 400 400 400 400 400 400 417 15 150 160 60 400 200 80 150 150 50 50 50 110 110 0 400 400 150 80 400 400 300 250 180 1000 40 40 180 1000 10 50
148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190
08/10/06 08/10/06 08/15/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/24/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/29/06 08/29/06 08/29/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 09/04/06 09/04/06 09/04/06 09/04/06 09/07/06 09/07/06 09/07/06 09/07/06 09/07/06 09/08/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06
10/06/06 10/06/06 09/01/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/10/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/05/06 09/05/06 09/15/06 09/15/06 09/15/06 09/17/06 09/20/06 09/20/06 10/02/06 10/02/06 10/10/06 10/10/06 09/08/06 09/15/06 09/23/06 10/13/06 09/24/06 09/24/06 09/24/06 09/24/06 09/24/06 09/25/06 09/28/06 09/28/06 09/28/06 09/28/06 09/28/06
AC01 AC02 AD01 AE03 AE04 AE40 AE44 AE46 AE50 AG02 AE26 AE28 AE31 AE36 AE41 AE50 AB01 AB02 AB01 AC01 AC02 AE21 AC01 AC02 AC01 AC02 AC01 AC02 AD01 AD01 AD01 AD01 AE03 AE04 AE30 AE47 AE48 AE31 AE02 AE03 AE04 AE11 AE33
400 400 40 150 300 80 20 20 40 240 110 110 20 40 40 40 240 150 200 300 300 10 300 300 600 600 600 600 80 80 40 120 150 90 110 20 20 30 80 100 500 2000 30
140 141 142 143 144 145 146 147
08/07/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/10/06 08/10/06
08/24/06 08/22/06 09/05/06 09/05/06 09/15/06 09/15/06 10/03/06 10/03/06
AG03 AE49 AC01 AC02 AC01 AC02 AC01 AC02
60 100 850 850 850 850 400 400
191 192 193 194 195 196 197 198
Lampiran 5. (lanjutan) No. 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218
Date 09/21/06 09/27/06 09/27/06 09/27/06 09/27/06 09/28/06 09/28/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/11/06
Due Date 11/10/06 10/14/06 10/14/06 10/17/06 11/01/06 10/09/06 10/18/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 11/23/06 12/12/06 12/26/06 10/28/06
Product AC02 AE29 AE50 AD01 AD01 AG03 AG03 AE21 AE31 AE32 AE42 AE43 AE45 AE47 AE48 AE49 AC03 AC03 AC03 AE01
Qty 450 110 60 400 400 150 150 60 100 50 20 50 20 10 20 40 20 25 25 40
09/11/06 09/14/06 09/18/06 09/19/06 09/19/06 09/21/06 09/21/06 09/21/06
09/28/06 10/01/06 10/05/06 10/10/06 10/17/06 10/31/06 10/31/06 11/10/06
AE50 AE32 AE31 AD01 AD01 AC01 AC02 AC01
40 500 100 280 120 450 450 450
Lampiran 6. Hasil Penjadwalan Produksi dengan Metode EDD Pada Lini Produksi Cokelat Tabel 1. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Januari Bulan Januari
Minggu produksi
I (2-8 Jan 06) II (9-15 Jan 06) III (16-22 Jan 06) IV (23 29 Jan 06)
Order Date 01/04/06 01/04/06 01/05/06
Due Date 01/21/06 01/21/06 01/22/06
Product AB02 AB01 AE23
Qty 30.00 200 80.00
Times 0.30 1.20 0.16
Start.Proc 01/04/06 01/04/06 01/05/06
End.Proc 01/04/06 01/05/06 01/05/06
Delivery Date 01/09/06 01/10/06 01/10/06
Late -
Pengiriman 1 1 1
Biaya Kirim 3,443 2,065 2,065
Kirim 1 01/09/06 01/10/06 01/10/06
Jmlh 30 200 80
01/09/06 01/13/06
01/26/06 01/30/06
AB02 AE28
50.00 20.00
0.50 0.01
01/09/06 01/13/06
01/09/06 01/13/06
01/14/06 01/18/06
-
1 1
3,443 2,065
01/14/06 01/18/06
50 20
01/18/06
02/04/06
AE14
84.00
1.01
01/18/06
01/19/06
01/24/06
-
1
1,032
01/27/06
84
01/24/06
02/10/06
AB02
125.00
1.25
01/24/06
01/25/06
01/30/06
-
1
3,443
01/30/06
125
01/30/06
02/16/06
AE27
110.00
0.07
01/30/06
01/30/06
02/04/06
-
1
2,065
02/04/06
110
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
-
1
2,065
02/04/06
110
Tabel 2. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Februari Bulan
Minggu produksi
Februari I (30 Jan-5 Feb 06) II (6-12 Feb 06) III (1319 Feb 06)
IV (2026 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
01/30/06
02/16/06
AE27
110.00
0.07
01/30/06
01/30/06
02/04/06
Kirim 2
Jmlh
02/02/06
03/01/06
AE37
75.00
1.50
02/02/06
02/03/06
02/08/06
-
1
1,721
02/08/06
75
02/02/06
04/01/06
AE37
150.00
3.00
02/03/06
02/06/06
02/11/06
-
1
1,721
02/11/06
150
02/10/06
02/27/06
AE28
98.00
0.07
02/10/06
02/10/06
02/18/06
-
1
2,065
02/18/06
98
02/23/06
03/12/06
AE11
1,000.00
-
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
1
172
02/28/06
1,000
02/23/06
03/12/06
AE09
2,000.00
-
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
2
344
02/28/06
1,000
03/01/06
1000
02/23/06
03/12/06
AE10
2,000.00
-
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
2
344
02/28/06
1,000
03/01/06
1000
02/23/06
03/12/06
AE27
110.00
0.07
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
1
2,065
02/28/06
110
02/23/06
03/12/06
AE22
80.00
0.16
02/23/06
02/23/06
02/28/06
-
1
2,065
02/28/06
80
02/23/06
03/12/06
AB02
150.00
1.50
02/23/06
02/24/06
03/01/06
-
1
3,443
03/01/06
150
02/23/06
03/12/06
AE18
5.00
5.00
02/24/06
02/28/06
03/05/06
-
1
172
03/05/06
5
Tabel 3. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Maret
Bulan Maret
Minggu produksi I (27 Feb - 5 Mar 06) II (6-12 Mar 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
02/23/06
03/12/06
AE19
5.00
5.00
03/01/06
03/05/06
03/10/06
-
1
172
03/10/06
5
02/23/06
03/12/06
AE20
5.00
5.00
03/06/06
03/10/06
03/15/06
3
1
172
03/15/06
5
02/23/06
03/12/06
AB01
1,365.00
8.19
03/11/06
03/19/06
03/24/06
12
2
4,132
03/24/06
1,000
03/22/06
03/27/06
AG01
4.00
0.01
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,151
03/27/06
4
03/22/06
04/08/06
AE29
110.00
0.07
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,065
03/27/06
110
03/22/06
04/08/06
AE23
80.00
0.16
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,065
03/27/06
80
03/22/06
04/08/06
AE24
80.00
0.16
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
2,065
03/27/06
80
III (1319 Mar 06)
IV (2026 Mar 06) V (27 Mar-2 Apr 06)
Kirim 2
03/25/06
Jmlh
365
Tabel 4. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan April Bulan April
Minggu produksi I (3-9 Apr 06) II ( 10- 16 Apr 06)
III (17-23 Apr 06)
IV (24-30 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
03/29/06
04/15/06
AE27
110.00
0.07
03/29/06
03/29/06
04/03/06
-
1
2,065
04/03/06
110
04/07/06
05/03/06
AG01
480.00
1.33
04/07/06
04/08/06
04/13/06
-
1
2,151
04/13/06
480
04/07/06
05/15/06
AG01
480.00
1.33
04/08/06
04/09/06
04/14/06
-
1
2,151
04/14/06
480
04/07/06
06/02/06
AG01
480.00
1.33
04/09/06
04/10/06
04/15/06
-
1
2,151
04/15/06
480
04/11/06
07/03/06
AE38
84.00
1.01
04/11/06
04/12/06
04/17/06
-
1
1,032
04/17/06
84
04/11/06
08/01/06
AE38
84.00
1.01
04/12/06
04/13/06
04/18/06
-
1
1,032
04/18/06
84
04/12/06
04/29/06
AB02
150.00
1.50
04/13/06
04/1406
04/19/06
-
1
3,443
04/19/06
150
04/12/06
04/29/06
AB01
500.00
3.00
04/14/06
04/17/06
04/22/06
-
1
2,065
04/22/06
500
04/18/06
05/05/06
AE05
1,000.00
-
04/18/06
04/18/06
04/23/06
-
1
172
04/23/06
1,000
04/18/06
05/05/06
AE07
1,000.00
-
04/18/06
04/18/06
04/23/06
-
1
172
04/23/06
1,000
04/18/06
05/05/06
AE06
1,000.00
-
04/18/06
04/18/06
04/23/06
-
1
172
04/23/06
1,000
04/18/06
05/05/06
AE39
110.00
0.88
04/18/06
04/18/06
04/23/06
-
1
2,065
04/23/06
110
04/24/06
04/24/06
AG01
32.00
0.09
04/24/06
04/24/06
04/29/06
5
1
2,152
04/29/06
32
04/25/06
05/12/06
AB02
150.00
1.50
04/24/06
04/26/06
05/01/06
-
1
3,443
05/01/06
150
04/25/06
05/12/06
AB01
450.00
2.70
04/26/06
04/29/06
05/04/06
-
1
2,066
05/04/06
450
Tabel 5. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Mei Bulan Mei
Minggu produksi I (1-7 May 06) II ( 8-14 May 06)
III (1521 May 06) IV (22 28 May 06)
Order Date 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/11/06 05/11/06 05/11/06 05/17/06 05/17/06
Due Date 05/19/06 05/19/06 05/19/06 05/11/06 06/01/06 07/01/06 06/03/06 06/03/06
Product AE27 AE16 AE17 AE37 AE37 AE37 AA02 AA01
Qty 110.00 50.00 50.00 150.00 150.00 150.00 25.00 25.00
Times 0.07 0.10 0.10 3.00 3.00 3.00 0.15 0.17
Start.Proc 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/11/06 05/14/06 05/17/06 05/20/06 05/20/06
End.Proc 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/13/06 05/16/06 05/19/06 05/20/06 05/20/06
Delivery Date 05/07/06 05/07/06 05/07/06 05/18/06 05/21/06 05/24/06 05/25/06 05/25/06
Late 7 -
Pengiriman 1 1 1 1 1 1 1 1
Biaya Kirim 2,065 172 172 1,721 1,721 1,721 1,549 1,722
Kirim 1 05/07/06 05/07/06 05/07/06 05/18/06 05/21/06 05/24/06 05/25/06 05/25/06
Jmlh 110 50 50 150 150
05/23/06
06/10/06
AB02
200.00
2.00
05/23/06
05/24/06
05/29/06
-
1
3,443
05/29/06
200
05/23/06
06/10/06
AB01
500.00
3.00
05/25/06
05/27/06
06/01/06
-
1
2,066
06/01/06
500
25 25
Tabel 6. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Juni Bulan
Juni
Minggu produksi I (29 May -4 Jun 06)
II ( 5-11 Jun 06)
III (1218 Jun 06) IV (19 25 Jun 06)
V (26 Jun – 2 Jul 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/16/06 06/16/06
06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 07/01/06 07/01/06 07/03/06 07/03/06
AE44 AE48 AE45 AE42 AE43 AE16 AE23 AE15 AE13 AE12 AE24 AE25 AG01 AG01
10 20 20 20 50 50 80 100 5 5 80 50 400 400
0.003 0.013 0.013 0.013 0.033 0.1 0.16 0.2 5 5 0.16 0.641 1.111 1.111
06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/11/06 06/16/06 06/16/06 06/17/06 06/18/06
06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/11/06 06/16/06 06/16/06 06/17/06 06/18/06 06/19/06
06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/16/06 06/21/06 06/21/06 06/22/06 06/23/06 06/24/06
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2151 2151 2151 2151 2151 172 2065 172 172 172 2065 1101 2151 2151
06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/11/06 06/16/06 06/21/06 06/21/06 06/22/06 06/23/06 06/24/06
10 20 20 20 50 50 80 100 5 5 80 50 400 400
06/26/06 06/26/06 06/26/06 06/27/06
07/13/06 07/13/06 07/13/06 07/14/06
AE34 AG01 AB02 AB01
60 400 160 200
0.04 1.111 1.6 1.198
06/26/06 06/26/06 06/27/06 06/28/06
06/26/06 06/27/06 06/28/06 06/29/06
07/01/06 07/02/06 07/03/06 07/04/06
-
1 1 1 1
172 2151 3443 2065
07/01/06 07/02/06 07/03/06 07/04/06
60 400 160 200
Tabel 7. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Juli Bulan Juli
Minggu produksi I (3-9 Jul 06)
II ( 1016 Jul 06) III (1723 Jul 06)
IV (2430 Jul 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06
AE29 AE27 AE15 AE16 AE25
100 100 50 50 50
0.067 0.067 0.1 0.1 0.641
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/17/06 07/17/06 07/17/06 07/17/06 07/17/06
-
1 1 1 1 1
2065 2065 172 172 1101
07/17/06 07/17/06 07/17/06 07/17/06 07/17/06
100 100 50 50 50
07/26/06 07/26/06 07/26/06 07/26/06
08/11/06 08/14/06 08/16/06 08/16/06
AB01 AE08 AB01 AB02
300 1000 250 180
1.796 0 1.497 1.8
07/26/06 07/28/06 07/28/06 07/29/06
07/27/06 07/28/06 07/29/06 07/31/06
08/01/06 08/02/06 08/03/06 08/05/06
-
1 1 1 1
2065 172 2065 3443
08/01/06 08/02/06 08/03/06 08/05/06
300 1000 250 180
Tabel 8. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Agustus Bulan Agustus
Minggu produksi I (31Jul - 6 Aug 06) II ( 7-13 Aug 06) III (1420 Aug 06) IV (2127 Aug 06)
V (28 Aug – 3 Sep 06)
Order Date 08/03/06 08/03/06 08/03/06
Due Date 08/20/06 08/20/06 08/20/06
Product AE09 AE21 AE43
Qty 1000 10 50
Times 0 0.02 0.033
Start.Proc 08/03/06 08/03/06 08/03/06
End.Proc 08/03/06 08/03/06 08/03/06
Delivery Date 08/08/06 08/08/06 08/08/06
Late -
Pengiriman 1 1 1
Biaya Kirim 172 172 2151
Kirim 1 08/08/06 08/08/06 08/08/06
Jmlh 1000 10 50
08/22/06
09/08/06
AE44
20
0.013
08/22/06
08/22/06
08/27/06
-
1
2151
08/27/06
20
08/22/06 08/29/06 08/29/06 08/24/06 08/25/06 08/25/06 08/29/06 08/31/06
09/08/06 09/05/06 09/05/06 09/10/06 09/11/06 09/11/06 09/15/06 09/17/06
AE46 AB01 AB02 AG02 AE28 AE26 AB01 AE21
20 240 150 240 110 110 200 10
0.013 1.437 1.5 0.053 0.073 0.073 1.198 0.02
08/22/06 08/29/06 08/30/06 08/31/06 08/31/06 09/01/06 09/01/06 09/02/06
08/22/06 08/30/06 08/31/06 08/31/06 09/01/06 09/01/06 09/02/06 09/02/06
08/27/06 09/04/06 09/05/06 09/05/06 09/06/06 09/06/06 09/07/06 09/07/06
-
1 1 1 1 1 1 1 1
2151 2065 3443 172 2065 2065 2065 172
08/27/06 09/04/06 09/05/06 09/05/06 09/06/06 09/06/06 09/07/06 09/07/06
20 240 150 240 110 110 200 10
Tabel 9. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan September Bulan September
Minggu produksi I (4-10 Sep 06) II ( 1117 Sep 06) III (1824 Sep 06) IV (25 Sep - 1 Oct 06)
Order Date 09/07/06 09/07/06 09/07/06
Due Date 09/24/06 09/24/06 09/24/06
Product AE47 AE48 AE30
Qty 20 20 110
Times 0.013 0.013 0.073
Start.Proc 09/07/06 09/07/06 09/07/06
End.Proc 09/07/06 09/07/06 09/07/06
Delivery Date 09/12/06 09/12/06 09/12/06
Late -
Pengiriman 1 1 1
Biaya Kirim 2151 2151 2065
Kirim 1 09/12/06 09/12/06 09/12/06
Jmlh 20 20 110
09/11/06
09/28/06
AE11
2000
0
09/11/06
09/11/06
09/16/06
-
1
344
09/16/06
2000
09/27/06
10/14/06
AE29
110
0.073
09/27/06
09/27/06
10/02/06
-
1
2065
10/02/06
110
Late -
Pengiriman 1 1 1 1 1 1
Biaya Kirim 2151 2151 2151 2151 2151 172
Kirim 1 10/07/06 10/07/06 10/07/06 10/07/06 10/07/06 10/07/06
Jmlh 10 20 20 20 50 60
Tabel 10. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode EDD Bulan Oktober Bulan Oktober
Minggu produksi
I (2-8 Oct 06) II ( 9-15 Oct 06) III (1622 Oct 06) IV (23 29 Oct 06)
Order Date 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
Due Date 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06
Product AE47 AE42 AE48 AE45 AE43 AE21
Qty 10 20 20 20 50 60
Times 0.007 0.013 0.013 0.013 0.033 0.12
Start.Proc 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
End.Proc 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
Delivery Date 10/07/06 10/07/06 10/07/06 10/07/06 10/07/06 10/07/06
Lampiran 7. Hasil Penjadwalan Produksi dengan Metode EDD Pada Lini Produksi Powder Tabel 1. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Januari Bulan Januari
Minggu produksi I (2-8 Jan 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
01/25/06 01/25/06 01/23/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06
02/06/06 02/06/06 02/09/06 02/11/06 02/11/06 02/17/06 02/17/06
AC01 AC02 AF01 AE04 AE50 AC01 AC02
500.00 500.00 200.00 140.00 40.00 500.00 500.00
0.75 0.75 0.50 0.04 0.10 0.75 0.75
01/25/06 01/25/06 01/26/06 01/26/06 01/27/06 01/27/06 01/27/06
01/25/06 01/26/06 01/26/06 01/27/06 01/27/06 01/27/06 01/28/06
01/30/06 01/31/06 01/31/06 02/01/06 02/01/06 02/01/06 02/02/06
-
1 1 1 1 1 1 1
1,032 1,032 1,721 861 1,721 1,032 1,032
01/30/06 01/31/06 01/31/06 02/01/06 02/01/06 02/01/06 02/02/06
500 500 200 140 40 500 500
II (9-15 Jan 06) III (16-22 Jan 06)
IV (23 - 29 Jan 06)
Tabel 2. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Februari Bulan
Minggu produksi
Februari
I (30 Jan-5 Feb 06) II (6-12 Feb 06) III (13-19 Feb 06) IV (20-26 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
02/10/06 02/10/06
02/27/06 02/27/06
AF01 AE03
30.00 250.00
0.08 2.50
02/10/06 02/10/06
02/10/06 02/12/06
02/15/06 02/17/06
-
1 1
1,721 3,443
02/15/06 02/17/06
30 250
Tabel 3. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Maret Bulan Maret
Minggu produksi I (27 Feb - 5 Mar 06) II (6-12 Mar 06) III (1319 Mar 06) IV (2026 Mar 06) V (27 Mar-2 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
03/07/06
03/13/06
AC01
600.00
0.90
03/07/06
03/07/06
03/12/06
-
1
1,032
03/12/06
600
03/07/06
03/13/06
AC02
600.00
0.90
03/07/06
03/08/06
03/13/06
-
1
1,032
03/13/06
600
03/14/06
03/31/06
AE01
40.00
0.07
03/14/06
03/14/06
03/19/06
-
1
1,721
03/19/06
40
03/15/06
04/01/06
AE41
80.00
0.20
03/15/06
03/15/06
03/20/06
-
1
1,72
03/20/06
80
03/22/06
04/08/06
AE50
34.00
0.09
03/22/06
03/22/06
03/27/06
-
1
1,721
03/27/06
34
03/29/06
04/15/06
AE02
80.00
0.10
03/29/06
03/29/06
04/03/06
-
1
861
04/03/06
80
03/29/06
04/15/06
AE50
40.00
0.10
03/29/06
03/29/06
04/03/06
-
1
1,721
04/03/06
40
Tabel 4. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan April Bulan April
Minggu produksi I (3-9 Apr 06) II ( 1016 Apr 06) III (17-23 Apr 06)
IV (24-30 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
04/03/06
04/20/06
AC03
70.00
0.12
04/03/06
04/03/06
04/08/06
-
1
1,136
04/08/06
70
04/18/06
05/05/06
AE50
40.00
0.10
04/18/06
04/18/06
04/23/06
-
1
1,722
04/23/06
40
04/18/06
05/05/06
AE03
250.00
2.50
04/18/06
04/20/06
04/25/06
-
1
3,443
04/25/06
250
04/24/06
05/03/06
AC01
500.00
0.75
04/24/06
04/24/06
04/29/06
-
1
1,033
04/29/06
500
04/24/06
05/03/06
AC02
500.00
0.75
04/24/06
04/25/06
04/30/06
-
1
1,033
04/30/06
500
04/24/06
05/11/06
AH01
417.00
0.10
04/25/06
04/25/06
04/30/06
-
2
344
04/30/06
400
05/03/06
17
04/24/06
05/11/06
AH02
417.00
0.10
04/25/06
04/25/06
04/30/06
-
2
344
04/3006
400
05/03/06
17
04/25/06
05/12/06
AE04
150.00
0.05
04/25/06
04/25/06
04/30/06
-
1
861
04/30/06
150
04/24/06
05/12/06
AC01
500.00
0.75
04/25/06
04/26/06
05/01/06
-
1
1,033
05/01/06
500
04/24/06
05/12/06
AC02
500.00
0.75
04/26/06
04/27/06
05/02/06
-
1
1,033
05/02/06
500
Kirim 2
Jmlh
Tabel 5. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Mei Bulan Mei
Minggu produksi I (1-7 May 06) II ( 8-14 May 06) III (15-21 May 06)
IV (22 -28 May 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
Jmlh
05/02/06
05/19/06
AE03
150.00
1.50
05/02/06
05/03/06
05/08/06
-
1
3,443
05/08/06
150
05/18/06 05/18/06 05/18/06 05/18/06 05/29/06 05/29/06
06/09/06 06/09/06 06/20/06 06/20/06 06/15/06 06/15/06
AC01 AC02 AC01 AC02 AE04 AE50
500.00 500.00 500.00 500.00 150.00 40.00
0.75 0.75 0.75 0.75 0.05 0.10
05/18/06 05/18/06 05/19/06 05/20/06 05/29/06 05/29/06
05/18/06 05/19/06 05/20/06 05/20/06 05/29/06 05/29/06
05/23/06 05/24/06 05/25/06 05/25/06 06/03/06 06/03/06
-
1 1 1 1 1 1
1,032 1,032 1,032 1,032 861 1,721
05/23/06 05/24/06 05/25/06 05/25/06 06/03/06 06/03/06
500 500 500 500 150 40
Tabel 6. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Juni Bulan Juni
Minggu produksi I (29 May -4 Jun 06) II ( 5-11 Jun 06)
III (1218 Jun 06) IV (19 25 Jun 06) V (26 Jun – 2 Jul 06)
Order Date 05/29/06
Due Date 06/15/06
Product AE04
Qty 150
Times 0.047
Start.Proc 05/29/06
End.Proc 05/29/06
Delivery Date 06/03/06
Late -
Pengiriman 1
Biaya Kirim 860
Kirim 1 06/03/06
Jmlh 150
05/29/06 06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06
06/15/06 06/23/06 06/23/06 07/01/06 07/03/06 07/17/06 07/17/06 07/17/06 06/22/06 07/03/06 07/07/06
AE50 AE02 AE03 AE50 AC01 AC02 AC01 AC02 AG03 AH02 AE04
40 80 150 80 400 400 400 400 15 417 150
0.1 0.1 1.5 0.2 0.6 0.6 0.6 0.6 0.004 0.104 0.047
05/29/06 06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06
05/29/06 06/06/06 06/07/06 06/14/06 06/14/06 06/15/06 06/15/06 06/16/06 06/20/06 06/20/06 06/20/06
06/03/06 06/11/06 06/12/06 06/19/06 06/19/06 06/20/06 06/20/06 06/21/06 06/25/06 06/25/06 06/25/06
3 -
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1721 860 3443 1721 1032 1032 1032 1032 172 172 860
06/03/06 06/11/06 06/12/06 06/19/06 06/19/06 06/20/06 06/20/06 06/21/06 06/25/06 06/25/06 06/25/06
40 80 150 80 400 400 400 400 15 417 150
06/20/06 06/16/06 06/20/06
06/15/06 06/15/06 06/20/06 06/20/06 06/20/06
Tabel 7. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Juli
Bulan Juli
Minggu produksi I (3-9 Jul 06)
II ( 1016 Jul 06)
III (1723 Jul 06) IV (2430 Jul 06)
Order Date
Due Date
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06
07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
07/27/06
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
07/28/06
08/02/06
-
07/28/06
08/02/06
-
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
0 150 80 150 400 400 80 150 400 400
0 0.047 0.1 1.5 0.6 0.6 0.02 0.047 0.6 0.6
07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/12/06 07/12/06 07/12/06
08/04/06 08/04/06 08/06/06 08/06/06 08/14/06 08/14/06
AE40 AE04 AE02 AE03 AC02 AC01 AE35 AE04 AC01 AC02
07/12/06 07/20/06 07/20/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06
07/13/06 07/20/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/22/06
07/25/06 07/26/06 07/26/06 07/26/06 07/26/06
07/28/06
08/14/06
AE36
40
0.01
07/28/06
07/28/06
08/14/06
AE41
40
0.1
07/28/06
07/17/06 07/17/06 07/17/06 07/18/06
Kirim 1
Jmlh
0 860 860 3443 1032 1032 172 860 1032 1032
07/17/06 07/17/06 07/17/06 07/18/06
07/27/06
0 150 80 150 400 400 80 150 400 400
1
172
08/02/06
40
1
172
08/02/06
40
07/25/06 07/26/06 07/26/06 07/26/06 07/26/06
Tabel 8. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Agustus
Bulan
Agustus
Minggu produksi I (31Jul - 6 Aug 06)
Order Date
Due Date
II ( 7-13 Aug 06)
07/31/06 08/07/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06
III (1420 Aug 06)
08/15/06 08/10/06 08/10/06 08/10/06 08/10/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06
08/17/06 08/24/06 09/05/06 09/05/06 09/05/06 09/15/06 09/15/06 09/01/06 10/03/06 10/03/06 10/06/06 10/06/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06
08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06
09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06
IV (2127 Aug 06) V (28 Aug – 3 Sep 06)
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
AG03 AG03 AE49 AC01 AC02 AC01 AC02 AD01 AC01 AC02 AC01 AC02 AE40 AE04 AE50 AE03 AE36 AE50 AE41 AE31
180 60 100 850 850 850 850 40 400 400 400 400 80 300 40 150 40 40 40 20
0.045 0.015 0.025 1.274 1.274 1.274 1.274 0.25 0.6 0.6 0.6 0.6 0.02 0.094 0.1 1.5 0.01 0.1 0.1 0.15
07/31/06 08/07/06 08/09/06 08/09/06 08/10/06 08/11/06 08/12/06 08/15/06 08/15/06 08/15/06 08/16/06 08/17/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06
07/31/06 08/07/06 08/09/06 08/10/06 08/11/06 08/12/06 08/14/06 08/15/06 08/15/06 08/16/06 08/17/06 08/17/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/23/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06
08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06
Delivery Date
08/05/06 08/12/06 08/14/06 08/15/06 08/16/06 08/17/06 08/19/06 08/20/06 08/20/06 08/21/06 08/22/06 08/22/06 08/27/06 08/27/06 08/27/06 08/28/06 08/30/06 08/30/06 08/30/06 08/30/06
Late
Pengiriman
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Biaya Kirim
172 172 172 1032 1032 1032 1032 4033 1032 1032 1032 1032 860 860 1721 3443 172 1721 172 2582
Kirim 1
Jmlh
08/05/06 08/12/06 08/14/06 08/15/06 08/16/06 08/17/06 08/19/06 08/20/06 08/20/06 08/21/06 08/22/06 08/22/06 08/27/06 08/27/06 08/27/06
180 60 100 850 850 850 850 40 400 400 400 400 80 300 40 150 40 40 40 20
08/28/06 08/30/06 08/30/06 08/30/06 08/30/06
Tabel 9. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan September Bulan
Minggu produksi
September
I (4-10 Sep 06)
II ( 11-17 Sep 06)
III (18-24 Sep 06)
IV (25 Sep - 1 Oct 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Times
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Biaya Kirim
Kirim 1
09/04/06
09/08/06
AD01
80
0.5
09/04/06
09/09/06
1
1
4303
09/09/06
80
08/31/06
09/15/06
AC01
300
0.45
09/04/06 09/04/06
09/04/06
09/09/06
-
1
1032
09/09/06
300
08/31/06
09/15/06
AC02
300
0.45
09/04/06
09/05/06
09/10/06
-
1
1032
09/10/06
300
09/04/06
09/15/06
AD01
80
0.5
09/05/06
09/05/06
09/10/06
-
1
4303
09/10/06
80
08/31/06
09/20/06
AC02
300
0.45
09/05/06
09/06/06
09/11/06
-
1
1032
09/11/06
300
08/31/06
09/20/06
AC01
300
0.45
09/06/06
09/06/06
09/11/06
-
1
1032
09/11/06
300
09/04/06
09/23/06
AD01
40
0.25
09/06/06
09/07/06
09/12/06
-
1
4303
09/12/06
40
08/31/06
10/02/06
AC01
600
0.9
09/07/06
09/07/06
09/12/06
-
1
1032
09/12/06
600
08/31/06
10/02/06
AC02
600
0.9
09/07/06
09/08/06
09/13/06
-
1
1032
09/13/06
600
08/31/06
10/10/06
AC01
600
0.9
09/08/06
09/09/06
09/14/06
-
1
1032
09/14/06
600
08/31/06
10/10/06
AC02
600
0.9
09/08/06
09/10/06
09/15/06
-
1
1032
09/15/06
600
09/04/06
10/13/06
AD01
120
0.75
09/10/06
09/11/06
09/16/06
-
1
4303
09/16/06
120
09/07/06
09/24/06
AE40
90
0.028
09/11/06
09/11/06
09/16/06
-
1
860
09/16/06
90
09/07/06
09/24/06
AE03
150
1.5
09/11/06
09/12/06
09/17/06
-
1
3443
09/17/06
150
09/08/06
09/25/06
AE31
30
0.226
09/12/06
09/13/06
09/18/06
-
1
2582
09/18/06
30
09/11/06 09/11/06
09/28/06 09/28/06
AE33
30
0.008
09/13/06
09/13/06
09/18/06
-
1
172
09/18/06
30
AE02
80
0.1
09/13/06
09/13/06
09/18/06
-
1
860
09/18/06
80
09/11/06
09/28/06
AE50
40
0.1
09/13/06
09/13/06
09/18/06
-
1
1721
09/18/06
40
09/11/06
09/28/06
AE04
500
0.156
09/13/06
09/13/06
09/18/06
-
1
860
09/18/06
500
09/11/06
09/28/06
AE03
100
1
09/13/06
09/14/06
09/19/06
-
1
3443
09/19/06
100
09/14/06
10/01/06
AE32
500
1.873
09/14/06
09/16/06
09/21/06
-
1
2582
09/21/06
500
Jmlh
09/18/06
10/05/06
AE31
100
0.752
09/18/06
09/18/06
09/23/06
-
1
2582
09/23/06
100
09/19/06
10/10/06
AD01
280
1.75
09/19/06
09/20/06
09/25/06
-
1
4303
09/25/06
280
09/19/06
10/17/06
AD01
120
0.75
09/20/06
09/21/06
09/26/06
-
1
4303
09/26/06
120
09/27/06
10/14/06
AE50
60
0.15
09/27/06
09/27/06
10/02/06
-
1
1721
10/02/06
60
09/27/06
10/17/06
AD01
400
2.5
09/29/06
09/29/06
10/04/06
-
1
4303
10/04/06
400
09/21/06
10/31/06
AC02
450
0.675
09/30/06
09/30/06
10/05/06
-
1
1032
10/05/06
450
09/21/06
10/31/06
AC01
450
0.675
09/30/06
09/30/06
10/05/06
-
1
1032
10/05/06
450
09/27/06
11/01/06
AD01
400
2.5
10/03/06
10/03/06
10/08/06
-
1
4303
10/08/06
400
Tabel 10. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode EDD Bulan Oktober Bulan Oktober
Minggu produksi
I (2-8 Oct 06) II ( 9-15 Oct 06) III (1622 Oct 06) IV (23 29 Oct 06)
Order Date 09/21/06 09/21/06 09/28/06 09/28/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
Due Date 11/10/06 11/10/06 10/09/06 10/18/06 10/18/06 10/19/06 10/19/06 11/23/06 12/12/06 12/26/06
Product AC02 AC01 AG03 AG03 AE49 AE32 AE31 AC03 AC03 AC03
Qty 450 450 150 150 40 50 100 20 25 25
Times 0.675 0.675 0.038 0.038 0.01 0.187 0.752 0.033 0.041 0.041
Start.Proc 10/03/06 10/04/06 10/04/06 10/04/06 10/04/06 10/04/06 10/05/06 10/05/06 10/05/06 10/05/06
End.Proc 10/04/06 10/04/06 10/04/06 10/04/06 10/04/06 10/05/06 10/05/06 10/05/06 10/05/06 10/05/06
Delivery Date 10/09/06 10/09/06 10/09/06 10/09/06 10/09/06 10/10/06 10/10/06 10/10/06 10/10/06 10/10/06
Late -
Pengiriman 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Biaya Kirim 1032 1032 172 172 172 2582 2582 1136 1136 1136
Kirim 1 10/09/06 10/09/06 10/09/06 10/09/06 10/09/06 10/10/06 10/10/06 10/10/06 10/10/06 10/10/06
Jmlh 450 450 150 150 40 50 100 20 25 25
10/11/06
10/28/06
AE01
40
0.067
10/11/06
10/11/06
10/16/06
-
1
1721
10/16/06
40
Lampiran 8. Hasil Penjadwalan Produksi dengan Metode X Pada Lini Produksi Cokelat Tabel 11. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Januari Bulan Januari
Minggu produksi I (2-8 Jan 06)
Order Date 01/04/06 01/04/06 01/05/06
Due Date 01/21/06 01/21/06 01/22/06
Product AB02 AB01 AE23
Qty 30.00 200 80.00
Start.Proc 01/04/06 01/04/06 01/05/06
End.Proc 01/04/06 01/05/06 01/05/06
Delivery Date 01/12/06 01/13/06 01/13/06
Late -
Pengiriman 1 1 1
Kirim 1 01/12/06 01/13/06 01/13/06
Jmlh 30 200 80
II (9-15 Jan 06)
01/09/06 01/13/06
01/26/06 01/30/06
AB02 AE28
50.00 20.00
01/06/06 01/13/06
01/06/06 01/13/06
01/14/06 01/21/06
-
1 1
01/14/06 01/21/06
50 20
III (16-22 Jan 06)
01/18/06
02/04/06
AE14
84.00
01/19/06
01/21/06
01/29/06
-
1
01/29/06
84
01/24/06
02/10/06
AB02
125.00
01/24/06
01/25/06
02/02/06
-
1
02/02/06
125
IV (23 29 Jan 06)
Tabel 12. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Februari
Bulan
Minggu produksi
Februari I (30 Jan5 Feb 06) II (6-12 Feb 06) III (13-19 Feb 06) IV (20-26 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
01/30/06
02/16/06
AE27
110.00
01/30/06
01/30/06
02/07/06
-
1
02/07/06
110
02/02/06
03/01/06
AE37
75.00
02/02/06
02/04/06
02/12/06
-
1
02/12/06
75
02/02/06
04/01/06
AE37
150.00
02/04/06
02/07/06
02/15/06
-
1
02/15/06
150
02/10/06
02/27/06
AE28
98.00
02/10/06
02/10/06
02/18/06
-
1
02/18/06
98
02/23/06
03/12/06
AB01
1,365.00
02/23/06
03/03/06
03/11/06
-
2
03/11/06
1,000
Tabel 13. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Maret
Bulan
Minggu produksi
Maret
I (27 Feb 5 Mar 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
02/23/06
03/12/06
AB02
150.00
03/03/06
03/04/06
03/12/06
1
1
03/12/06
150
02/23/06
03/12/06
AE09
2,000.00
03/04/06
03/04/06
03/12/06
1
2
03/12/06
02/23/06
03/12/06
AE10
2,000.00
03/04/06
03/04/06
03/12/06
1
2
02/23/06
03/12/06
AE11
1,000.00
03/04/06
03/04/06
03/12/06
1
1
02/23/06
03/12/06
AE18
5.00
03/04/06
03/09/06
03/17/06
6
1
Kirim 2
Jmlh
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
1,000
03/12/06
365
03/17/06
5
II (6-12 Mar 06)
III (13-19 Mar 06)
02/23/06
03/12/06
AE19
5.00
03/09/06
03/14/06
03/22/06
11
1
03/22/06
5
02/23/06
03/12/06
AE20
5.00
03/14/06
03/19/06
03/27/06
16
1
03/27/06
5
02/23/06
03/12/06
AE22
80.00
03/19/06
03/19/06
03/27/06
16
1
03/27/06
80
02/23/06
03/12/06
AE27
110.00
03/19/06
03/19/06
03/27/06
16
1
03/27/06
110
03/22/06
03/27/06
AG01
4.00
03/22/06
03/22/06
04/01/06
5
1
04/01/06
4
03/22/06
04/08/06
AE29
110.00
03/23/06
03/23/06
03/30/06
-
1
03/30/06
110
03/22/06
04/08/06
AE23
80.00
03/23/06
03/23/06
03/30/06
-
1
03/30/06
80
03/22/06
04/08/06
AE24
80.00
03/23/06
03/23/06
03/30/06
-
1
03/30/06
80
03/29/06
04/15/06
AE27
110.00
03/29/06
03/29/06
04/06/06
-
1
04/06/06
110
IV (20-26 Mar 06)
V (27 Mar2 Apr 06)
Tabel 14. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan April
Bulan
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
04/07/06
05/03/06
AG01
480.00
04/07/06
04/08/06
04/16/06
-
1
04/16/06
480
04/07/06
05/15/06
AG01
480.00
04/08/06
04/09/06
04/17/06
-
1
04/17/06
480
I (3-9 Apr 06)
04/07/06
06/02/06
AG01
480.00
04/09/06
04/10/06
04/18/06
-
1
04/18/06
480
II ( 10- 16 Apr 06)
04/11/06
07/03/06
AE38
84.00
04/11/06
04/12/06
04/20/06
-
1
04/20/06
84
04/11/06
08/01/06
AE38
84.00
04/12/06
04/13/06
04/21/06
-
1
04/21/06
84
04/12/06
04/29/06
AB02
150.00
04/13/06
04/14/06
04/22/06
-
1
04/22/06
150
04/12/06
04/29/06
AB01
500.00
04/14/06
04/17/06
04/25/06
-
1
04/25/06
500
04/18/06
05/05/06
AE05
1,000.00
04/18/06
04/18/06
04/26/06
-
1
04/26/06
1,000
04/18/06
05/05/06
AE06
1,000.00
04/18/06
04/18/06
04/26/06
-
1
04/26/06
1,000
04/18/06
05/05/06
AE07
1,000.00
04/18/06
04/18/06
04/26/06
-
1
04/26/06
1,000
04/18/06
05/05/06
AE39
110.00
04/18/06
04/18/06
04/26/06
-
1
04/26/06
110
04/24/06
04/24/06
AG01
32.00
04/24/06
04/24/06
05/02/06
8
1
05/02/06
32
04/25/06
05/12/06
AB02
150.00
04/24/06
04/27/06
05/05/06
-
1
05/05/06
150
04/25/06
05/12/06
AB01
450.00
04/27/06
04/29/06
05/07/06
-
1
05/07/06
450
Minggu produksi
April
III (17-23 Apr 06)
IV (24-30 Apr 06)
Tabel 15. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Mei
Bulan Mei
Minggu produksi I (1-7 May 06) II ( 8-14 May 06)
III (15-21 May 06) IV (22 -28 May 06)
Order Date 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/11/06 05/11/06
Due Date 05/19/06 05/19/06 05/19/06 05/11/06 06/01/06
Product AE27 AE16 AE17 AE37 AE37
Qty 110.00 50.00 50.00 150.00 150.00
Start.Proc 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/11/06 05/14/06
End.Proc 05/02/06 05/02/06 05/02/06 05/13/06 05/16/06
Delivery Date 05/10/06 05/10/06 05/10/06 05/21/06 05/24/06
Late 10 -
Pengiriman 1 1 1 1 1
Kirim 1 05/10/06 05/10/06 05/10/06 05/21/06 05/24/06
Jmlh 110 50 50 150 150
05/11/06 05/17/06 05/17/06 05/23/06 05/23/06
07/01/06 06/03/06 06/03/06 06/10/06 06/10/06
AE37 AA02 AA01 AB02 AB01
150.00 25.00 25.00 200.00 500.00
05/17/06 05/20/06 05/20/06 05/23/06 05/25/06
05/19/06 05/20/06 05/20/06 05/24/06 05/27/06
05/27/06 05/28/06 05/28/06 06/01/06 06/04/06
-
1 1 1 1 1
05/27/06 05/28/06 05/28/06 06/01/06 06/04/06
150 25 25 200 500
Tabel 16. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Juni
Bulan Juni
Minggu produksi I (29 May -4 Jun 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
II ( 5-11 Jun 06)
06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/16/06 06/16/06
06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 06/23/06 07/01/06 07/01/06 07/03/06 07/03/06
AE12 AE13 AE15 AE16 AE23 AE42 AE43 AE44 AE45 AE48 AE24 AE25 AG01 AG01
5.00 5.00 100.00 50.00 80.00 20.00 50.00 10.00 20.00 20.00 80.00 50.00 400.00 400.00
06/06/06 06/11/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/17/06 06/18/06
06/11/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/17/06 06/18/06 06/19/06
06/19/06 06/24/06 06/24/06 06/24/06 06/24/06 06/27/06 06/27/06 06/27/06 06/27/06 06/27/06 06/24/06 06/25/06 06/29/06 06/30/06
1 1 1 1 4 5 5 5 5 -
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
06/19/06 06/24/06 06/24/06 06/24/06 06/24/06 06/27/06 06/27/06 06/27/06 06/27/06 06/27/06 06/24/06 06/25/06 06/29/06 06/30/06
5 5 100 50 80 20 50 10 20 20 80 50 400 400
06/26/06 06/26/06 06/26/06 06/27/06
07/13/06 07/13/06 07/13/06 07/14/06
AB02 AE34 AG01 AB01
160.00 60.00 400.00 200.00
06/26/06 06/27/06 06/27/06 06/28/06
06/27/06 06/27/06 06/28/06 06/29/06
07/05/06 07/05/06 07/09/06 07/07/06
-
1 1 1 1
07/05/06 07/05/06 07/09/06 07/07/06
160 60 400 200
III (1218 Jun 06) IV (19 25 Jun 06)
V (26 Jun – 2 Jul 06)
Tabel 17. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Juli Bulan Juli
Minggu produksi I (3-9 Jul 06)
II ( 1016 Jul 06) III (1723 Jul 06) IV (2430 Jul 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06
AE15 AE16 AE25 AE27 AE29
50.00 50.00 50.00 110.00 110.00
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06
07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06
-
1 1 1 1 1
07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06
50 50 50 110 110
07/26/06 07/26/06 07/26/06
08/11/06 08/16/06 08/16/06
AB01 AB01 AB02
300.00 250.00 180.00
07/26/06 07/27/06 07/29/06
07/27/06 07/29/06 07/31/06
08/04/06 08/06/06 08/08/06
-
1 1 1
08/04/06 08/06/06 08/08/06
300 250 180
Tabel 18. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Agustus Bulan Agustus
Minggu produksi
I (31Jul - 6 Aug 06) II ( 7-13 Aug 06) III (1420 Aug 06)
IV (2127 Aug 06)
V (28 Aug – 3 Sep 06)
Order Date 07/28/06 08/03/06 08/03/06 08/03/06
Due Date 08/14/06 08/20/06 08/20/06 08/20/06
Product AE08 AE09 AE21 AE43
Qty 1,000.00 1,000.00 10.00 50.00
Start.Proc 07/31/06 08/03/06 08/03/06 08/03/06
End.Proc 07/31/06 08/03/06 08/03/06 08/03/06
Delivery Date 08/08/06 08/11/06 08/11/06 08/14/06
Late -
Pengiriman 1 1 1 1
Kirim 1 08/08/06 08/11/06 08/11/06 08/14/06
Jmlh 1,000 1,000 10 50
08/22/06 08/22/06 08/24/06 08/25/06 08/25/06
09/08/06 09/08/06 09/10/06 09/11/06 09/11/06
AE44 AE46 AG02 AE26 AE28
20.00 20.00 240.00 110.00 110.00
08/22/06 08/22/06 08/24/06 08/25/06 08/25/06
08/22/06 08/22/06 08/24/06 08/25/06 08/25/06
09/02/06 09/02/06 09/04/06 09/02/06 09/02/06
-
1 1 1 1 1
09/02/06 09/02/06 09/04/06 09/02/06 09/02/06
20 20 240 110 110
08/29/06 08/29/06 08/29/06 08/31/06
09/05/06 09/05/06 09/15/06 09/17/06
AB01 AB02 AB01 AE21
240.00 150.00 200.00 10.00
08/29/06 08/30/06 08/31/06 09/02/06
08/30/06 08/31/06 09/02/06 09/02/06
09/07/06 09/08/06 09/10/06 09/10/06
2 4 -
1 1 1 1
09/07/06 09/08/06 09/10/06 09/10/06
240 150 200 10
Tabel 19. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan September Bulan
Minggu produksi
September
I (4-10 Sep 06) II ( 11-17 Sep 06) III (18-24 Sep 06) IV (25 Sep - 1 Oct 06)
Order Date 09/07/06 09/07/06 09/07/06
Due Date 09/24/06 09/24/06 09/24/06
Product AE30 AE47 AE48
Qty 110.00 20.00 20.00
Start.Proc 09/07/06 09/07/06 09/07/06
End.Proc 09/07/06 09/07/06 09/07/06
Delivery Date 09/15/06 09/18/06 09/18/06
Late -
Pengiriman 1 1 1
Kirim 1 09/15/06 09/18/06 09/18/06
Jmlh 110 20 20
Kirim 2
Jmlh
09/11/06
09/28/06
AE11
2,000.00
09/11/06
09/11/06
09/19/06
-
2
09/19/06
1,000
09/19/06
1,000
09/27/06
10/14/06
AE29
110.00
09/27/06
09/27/06
10/05/06
-
1
10/05/06
110
Tabel 20. Hasil Penjadwalan Produksi Coklat dengan Metode X Bulan Oktober Bulan Oktober
Minggu produksi
I (2-8 Oct 06) II ( 9-15 Oct 06) III (1622 Oct 06) IV (23 29 Oct 06)
Order Date 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
Due Date 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06
Product AE21 AE42 AE43 AE45 AE47 AE48
Qty 60.00 20.00 50.00 20.00 10.00 20.00
Start.Proc 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
End.Proc 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
Delivery Date 10/10/06 10/13/06 10/13/06 10/13/06 10/13/06 10/13/06
Late -
Pengiriman 1 1 1 1 1 1
Kirim 1 10/10/06 10/13/06 10/13/06 10/13/06 10/13/06 10/13/06
Jmlh 60 20 50 20 10 20
Lampiran 9. Hasil Penjadwalan Produksi dengan Metode X Pada Lini Produksi Powder Tabel 21. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Januari Bulan Januari
Minggu produksi I (2-8 Jan 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
01/23/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06 01/25/06
02/09/06 02/06/06 02/06/06 02/11/06 02/11/06 02/17/06 02/17/06
AF01 AC01 AC02 AE04 AE50 AC01 AC02
200.00 500.00 500.00 140.00 40.00 500.00 500.00
01/23/06 01/25/06 01/26/06 01/27/06 01/27/06 01/28/06 01/28/06
01/23/06 01/25/06 01/27/06 01/27/06 01/27/06 01/28/06 01/29/06
01/30/06 02/02/06 02/04/06 02/04/06 02/04/06 02/05/06 02/06/06
-
1 1 1 1 1 1 1
01/30/06 02/02/06 02/04/06 02/04/06 02/04/06 02/05/06 02/06/06
200 500 500 140 40 500 500
II (9-15 Jan 06) III (16-22 Jan 06)
IV (23 - 29 Jan 06)
Tabel 22. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Februari Bulan
Minggu produksi
Februari
I (30 Jan-5 Feb 06) II (6-12 Feb 06) III (13-19 Feb 06) IV (20-26 Feb 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
02/10/06
02/27/06
AE03
250.00
02/10/06
02/13/06
02/21/06
-
1
02/21/06
250
02/10/06
02/27/06
AF01
30.00
02/13/06
02/13/06
02/21/06
-
1
02/21/06
30
Tabel 23. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Maret
Bulan
Minggu produksi
Maret I (27 Feb - 5 Mar 06) II (6-12 Mar 06) III (1319 Mar 06)
IV (2026 Mar 06) V (27 Mar-2 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
03/07/06
03/13/06
AC01
600.00
03/07/06
03/07/06
03/15/06
3
1
03/15/06
600
03/07/06
03/13/06
AC02
600.00
03/07/06
03/08/06
03/16/06
4
1
03/16/06
600
03/07/06
04/10/06
AC01
400.00
03/08/06
03/09/06
03/17/06
-
1
03/17/06
400
03/07/06
04/10/06
AC02
400.00
03/09/06
03/10/06
03/18/06
-
1
03/18/06
400
03/14/06
03/31/06
AE01
40.00
03/14/06
03/14/06
03/22/06
-
1
03/22/06
40
03/15/06
04/01/06
AE41
80.00
03/15/06
03/15/06
03/23/06
-
1
03/23/06
80
03/22/06
04/08/06
AE50
34.00
03/22/06
03/22/06
03/30/06
-
1
03/30/06
34
03/29/06
04/15/06
AE02
80.00
03/29/06
03/29/06
04/06/06
-
1
04/06/06
80
03/29/06
04/15/06
AE50
40.00
03/29/06
03/29/06
04/06/06
-
1
04/06/06
40
Tabel 24. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan April Bulan April
Minggu produksi I (3-9 Apr 06) II ( 10- 16 Apr 06) III (17-23 Apr 06)
IV (24-30 Apr 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
04/03/06
04/20/06
AC03
70.00
04/03/06
04/03/06
04/11/06
-
1
04/11/06
70
04/18/06
05/05/06
AE03
250.00
04/19/06
04/22/06
04/29/06
-
1
04/29/06
250
04/18/06
05/05/06
AE50
40.00
04/22/06
04/22/06
04/29/06
-
1
04/29/06
40
04/24/06
05/03/06
AC01
500.00
04/24/06
04/24/06
05/02/06
-
1
05/02/06
500
04/24/06
05/03/06
AC02
500.00
04/24/06
04/25/06
05/03/06
-
1
05/03/06
500
04/24/06
05/11/06
AH01
417.00
04/25/06
04/25/06
05/03/06
-
2
05/03/06
400
05/03/06
17
04/24/06
05/11/06
AH02
417.00
04/25/06
04/25/06
05/03/06
-
2
05/03/06
400
05/03/06
17
04/24/06
05/12/06
AC01
500.00
04/25/06
04/26/06
05/04/06
-
1
05/04/06
500
04/24/06
05/12/06
AC02
500.00
04/26/06
04/27/06
05/05/06
-
1
05/05/06
500
04/25/06
05/12/06
AE04
150.00
04/27/06
04/27/06
05/05/06
-
1
05/05/06
150
Kirim 2
Jmlh
Tabel 25. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Mei
Bulan Mei
Minggu produksi I (1-7 May 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
05/02/06
05/19/06
AE03
150.00
05/02/06
05/03/06
05/1106
-
1
05/11/06
150
05/18/06 05/18/06 05/18/06 05/18/06 05/29/06 05/29/06
06/09/06 06/09/06 06/20/06 06/20/06 06/15/06 06/15/06
AC01 AC02 AC01 AC02 AE04 AE50
500.00 500.00 500.00 500.00 150.00 40.00
05/18/06 05/18/06 05/19/06 05/20/06 05/29/06 05/29/06
05/18/06 05/19/06 05/20/06 05/21/06 05/29/06 05/29/06
05/26/06 05/27/06 05/28/06 05/29/06 06/06/06 06/06/06
-
1 1 1 1 1 1
05/26/06 05/27/06 05/28/06 05/29/06 06/06/06 06/06/06
500 500 500 500 150 40
II ( 8-14 May 06)
III (15-21 May 06) IV (22 -28 May 06)
Tabel 26. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Juni Bulan Juni
Minggu produksi I (29 May -4 Jun 06) II ( 5-11 Jun 06)
III (1218 Jun 06) IV (19 25 Jun 06) V (26 Jun – 2 Jul 06)
Order Date 05/29/06
Due Date 06/15/06
Product AE04
Qty 150.00
Start.Proc 05/29/06
End.Proc 05/29/06
Delivery Date 06/06/06
Late -
Pengiriman 1
Kirim 1 06/06/06
Jmlh 150
05/29/06 06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/16/06 06/20/06
06/15/06 06/23/06 06/23/06 07/01/06 07/03/06 07/03/06 07/17/06 07/17/06 07/03/06 06/22/06
AE50 AE02 AE03 AE50 AC01 AC02 AC01 AC02 AH02 AG03
40.00 80.00 150.00 80.00 400.00 400.00 400.00 400.00 417.00 15.00
05/29/06 06/06/06 06/06/06 06/14/06 06/14/06 06/14/06 06/15/06 06/16/06 06/16/06 06/20/06
05/29/06 06/06/06 06/07/06 06/14/06 06/14/06 06/15/06 06/16/06 06/16/06 06/16/06 06/20/06
06/06/06 06/17/06 06/15/06 06/22/06 06/22/06 06/23/06 06/24/06 06/24/06 06/24/06 06/28/06
6
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
06/06/06 06/17/06 06/15/06 06/22/06 06/22/06 06/23/06 06/24/06 06/24/06 06/24/06 06/28/06
40 80 150 80 400 400 400 400 400 15
06/20/06
07/07/06
AE04
150.00
06/20/06
06/20/06
06/28/06
-
1
06/28/06
150
Kirim 2
Jmlh
06/24/06
17
Tabel 27. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Juli Bulan Juli
Minggu produksi I (3-9 Jul 06)
II ( 1016 Jul 06)
III (1723 Jul 06) IV (2430 Jul 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/12/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06 07/20/06
07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 08/04/06 08/04/06 08/06/06 08/06/06 08/14/06 08/14/06
AE02 AE03 AE04 AE40 AC01 AC02 AE04 AE35 AC01 AC02
80.00 150.00 150.00 400.00 400.00 150.00 80.00 400.00 400.00
07/12/06 07/12/06 07/13/06 07/13/06 07/20/06 07/20/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06
07/12/06 07/13/06 07/13/06 07/13/06 07/20/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/22/06
07/23/06 07/21/06 07/21/06 07/21/06 07/28/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/30/06
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1
07/23/06 07/21/06 07/21/06
80 150 150
07/28/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/29/06 07/30/06
400 400 150 80 400 400
07/28/06
08/14/06
AE36
40.00
07/28/06
07/28/06
08/05/06
-
1
08/05/06
40
07/28/06
08/14/06
AE41
40.00
07/28/06
07/28/06
08/08/06
-
1
08/08/06
40
Tabel 28. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Agustus Bulan
Agustus
Minggu produksi I (31Jul - 6 Aug 06)
II ( 7-13 Aug 06)
III (1420 Aug 06)
IV (2127 Aug 06)
V (28 Aug – 3 Sep 06)
Order Date
Due Date
Product
Qty
Start.Proc
End.Proc
Delivery Date
Late
Pengiriman
Kirim 1
Jmlh
07/31/06 08/07/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/09/06 08/10/06 08/10/06 08/10/06 08/10/06 08/15/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/22/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06
08/17/06 08/24/06 08/22/06 09/05/06 09/05/06 09/15/06 09/15/06 10/03/06 10/03/06 10/06/06 10/06/06 09/01/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/08/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/15/06 09/15/06 09/20/06 09/20/06 10/02/06 10/02/06 10/10/06
AG03 AG03 AE49 AC01 AC02 AC01 AC02 AC01 AC02 AC01 AC02 AD01 AE03 AE04 AE40 AE50 AE31 AE36 AE41 AE50 AC01 AC02 AC01 AC02 AC01 AC02 AC01
180.00 60.00 100.00 850.00 850.00 850.00 850.00 400.00 400.00 400.00 400.00 40.00 150.00 300.00 80.00 40.00 20.00 40.00 40.00 40.00 300.00 300.00 300.00 300.00 600.00 600.00 600.00
07/31/06 08/07/06 08/09/06 08/09/06 08/10/06 08/11/06 08/12/06 08/14/06 08/14/06 08/15/06 08/15/06 08/16/06 08/22/06 08/23/06 08/23/06 08/23/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 09/01/06 09/01/06 09/02/06 09/03/06
07/31/06 08/07/06 08/09/06 08/10/06 08/11/06 08/12/06 08/14/06 08/14/06 08/15/06 08/15/06 08/16/06 08/16/06 08/23/06 08/23/06 08/23/06 08/23/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/25/06 08/31/06 08/31/06 09/01/06 09/01/06 09/02/06 09/03/06 09/04/06
08/08/06 08/15/06 08/17/06 08/18/06 08/19/06 08/20/06 08/22/06 08/22/06 08/23/06 08/23/06 08/24/06 08/24/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 09/02/06 09/02/06 09/05/06 09/02/06 09/08/06 09/08/06 09/09/06 09/09/06 09/10/06 09/11/06 09/12/06
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
08/08/06 08/15/06 08/17/06 08/18/06 08/19/06 08/20/06 08/22/06 08/22/06 08/23/06 08/23/06 08/24/06 08/24/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 08/31/06 09/02/06 09/02/06 09/05/06 09/02/06 09/08/06 09/08/06 09/09/06 09/09/06 09/10/06 09/11/06 09/12/06
180 60 100 850 850 850 850 400 400 400 400 40 150 300 80 40 20 40 40 40 300 300 300 300 600 600 600
Tabel 29. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan September Bulan
Minggu produksi
September
I (4-10 Sep 06)
II ( 11-17 Sep 06)
III (18-24 Sep 06)
IV (25 Sep - 1 Oct 06)
Order Date 08/31/06 09/04/06 09/04/06 09/04/06 09/04/06 09/07/06 09/07/06 09/08/06
Due Date 10/10/06 09/08/06 09/15/06 09/23/06 10/13/06 09/24/06 09/24/06 09/25/06
Product AC02 AD01 AD01 AD01 AD01 AE03 AE04 AE31
Qty 600.00 80.00 80.00 40.00 120.00 150.00 90.00 30.00
Start.Proc 09/04/06 09/05/06 09/05/06 09/06/06 09/06/06 09/07/06 09/08/06 09/08/06
End.Proc 09/05/06 09/05/06 09/06/06 09/06/06 09/07/06 09/08/06 09/08/06 09/09/06
Delivery Date 09/13/06 09/13/06 09/14/06 09/14/06 09/15/06 09/16/06 09/16/06 09/17/06
Late 6 -
Pengiriman 1 1 1 1 1 1 1 1
Kirim 1 09/13/06 09/13/06 09/14/06 09/14/06 09/15/06 09/16/06 09/16/06 09/17/06
Jmlh 600 80 80 40 120 150 90 30
09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/11/06 09/14/06
09/28/06 09/28/06 09/28/06 09/28/06 09/28/06 10/01/06
AE02 AE03 AE04 AE33 AE50 AE32
80.00 100.00 500.00 30.00 40.00 500.00
09/11/06 09/11/06 09/12/06 09/12/06 09/12/06 09/14/06
09/11/06 09/12/06 09/12/06 09/12/06 09/12/06 09/15/06
09/22/06 09/20/06 09/20/06 09/20/06 09/20/06 09/23/06
-
1 1 1 1 1 1
09/22/06 09/20/06 09/20/06 09/20/06 09/20/06 09/23/06
80 100 500 30 40 500
09/18/06 09/19/06 09/19/06 09/21/06 09/21/06 09/21/06 09/21/06 09/27/06 09/27/06 09/27/06
10/05/06 10/10/06 10/17/06 10/31/06 10/31/06 11/10/06 11/10/06 10/14/06 10/17/06 11/01/06
AE31 AD01 AD01 AC01 AC02 AC01 AC02 AE50 AD01 AD01
100.00 280.00 120.00 450.00 450.00 450.00 450.00 60.00 400.00 400.00
09/18/06 09/19/06 09/20/06 09/21/06 09/22/06 09/22/06 09/23/06 09/27/06 09/27/06 09/29/06
09/18/06 09/20/06 09/21/06 09/22/06 09/22/06 09/23/06 09/24/06 09/27/06 09/29/06 10/02/06
09/26/06 09/28/06 09/29/06 09/30/06 09/30/06 10/01/06 10/02/06 10/05/06 10/07/06 10/10/06
-
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
09/26/06 09/28/06 09/29/06 09/30/06 09/30/06 10/01/06 10/02/06 10/05/06 10/07/06 10/10/06
100 280 120 450 450 450 450 60 400 400
Tabel 30. Hasil Penjadwalan Produksi Powder dengan Metode X Bulan Oktober Bulan Oktober
Minggu produksi
I (2-8 Oct 06) II ( 9-15 Oct 06) III (1622 Oct 06) IV (23 29 Oct 06)
Order Date 09/28/06 09/28/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06
Due Date 10/09/06 10/18/06 10/19/06 10/19/06 10/19/06 11/23/06 12/12/06 12/26/06
Product AG03 AG03 AE31 AE32 AE49 AC03 AC03 AC03
Qty 150.00 150.00 100.00 50.00 40.00 20.00 25.00 25.00
Start.Proc 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/03/06 10/03/06 10/03/06 10/03/06
End.Proc 10/02/06 10/02/06 10/02/06 10/03/06 10/03/06 10/03/06 10/03/06 10/03/06
Delivery Date 10/10/06 10/10/06 10/10/06 10/11/06 10/11/06 10/11/06 10/11/06 10/11/06
Late 1 -
Pengiriman 1 1 1 1 1 1 1 1
Kirim 1 10/10/06 10/10/06 10/10/06 10/11/06 10/11/06 10/11/06 10/11/06 10/11/06
Jmlh 150 150 100 50 40 20 25 25
10/11/06
10/28/06
AE01
40.00
10/11/06
10/11/06
10/19/06
-
1
10/19/06
40
Lampiran 10. Petunjuk Penggunaan Program GPSS 1.0 A. Program : Paket program GPSS 1.0 (GPSS versi 1) dibuat dan dikembangkan untuk melakukan penjadwalan produksi pada lini produksi coklat dan powder. GPSS 1.0 ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic.Net 2005. Program ini membangun basis data sendiri untuk setiap pekerjaan yang dibuat. B. Persyaratan Instalasi Program 1. Software * Microsoft Framework 2.1 * Microsoft Installer 3.1 2. Hardware * Satu unit PC 800 MHz dengan memori 128 MB, RAM 512 MB * Monitor dengan resolusi 1024 x 768 pixels * Sistem operasi windows XP * CD room dengan kecepatan 52 x * Ruang kosong pada hardisk 20 MB C. Instalasi Program GPSS 1.0 1. Buat folder di C:/ 2. Install program Microsoft Framework 2.1 3. Install program Microsoft Installer 3.1 4. Install program GPSS 1.0 5. Masukkan CD setup GPSS 1.0 kedalam CD Room 6. Klik pada start>run>browse, kemudian arahkan look in pada drive CD room dan pilih folder GPSS>folder setup>setup.exe, lalu open dan OK. 7. Setelah masuk dalam program instalasi, simpan program pada folder di C:/ yang telah dibuat sebelumnya. 8. Tekan tombol ’next’ dan ikuti petunjuk dalam kotak dialog hingga muncul tombol ’finish’, lalu tekan tombol tersebut. 9. Setelah selesai menginstall semua program aplikasi yang dibutuhkan, buka program dengan mengklik GPSS 1.0 pada dekstop atau start menu.
D. Penggunaan Program 1. Untuk memulai program, akan ditampilkan layar utama terlebih dahulu, kemudian klik tombol ’masuk’. Setelah itu akan tampil menu login yang meminta pengguna (user) memasukkan nama login dan password. Tampilan awal dapat dilihat pada Gambar 1 dan tampilan menu login dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Tampilan awal program GPSS 1.0
Gambar 2. Tampilan login program GPSS 1.0 Pada tampilan awal tekan ’masuk’ untuk mengeluarkan kotak login pengguna dan tekan ’keluar’ untuk keluar dari program ini. Nama login yang digunakan adalah ’admin’ dan passwordnya ’admin’, kemudian kilk ’Log in’ untuk masuk kedalam program atau ’cancel’ untuk membatalkan login pengguna.
2. Setelah memasukkan nama login dan password, akan tampil layar/halaman utama program sebagai berikut
Gambar 3. Tampilan layar utama program GPSS 1.0 3. Pada layar utama terdapat dua pilihan lini produksi yang diinginkan, tetapi keadaan lini produksinya tidak aktif. Untuk mengaktifkannya harus memilih tombol ’project baru’ untuk memulai pekerjaan yang baru atau tombol ’buka project’ untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah ada sebelumnya. Pengaktifan lini produksi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tampilan pengaktifan lini produksi pada program GPSS 1.0
4.
Setelah aktif menu lini produksinya, kemudian pilih ’Cokelat’ untuk memasuki lini produksi coklat. Layar menu lini produksi cokelat dapat dilihat pada gambar 5. Layar menu produksi cokelat terdiri dari list variabel, input order dan jadwal produksi.
Gambar 5. Layar menu lini produksi cokelat 5. Jika ingin mengetahui produk yang digunakan dalam lini produksi cokelat dapat dilihat pada gambar 6. List produk ini terdiri dari jenis produk, nama produk, biaya kirim. List produk ini dapat ditambahkan jika perusahaan memiliki produk baru dengan spesifikasinya, selain itu juga dapat dihapus atau dirubah ketentuannya dalam hal kapasitas produksi setiap produk dan biaya kirim untuk masing-masing produk.
Gambar 6. Layar list produk menu produksi cokelat
6. Jika pengguna ingin memasukkan input order dari produk dapat membuka ’input order’ yang didalamnya berisikan jenis produk, nomor order, tanggal order, tanggal due date dan kuantitas produk yang dipesan. Layar menu input order pada lini produksi coklat dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Layar input order pada lini produksi cokelat 7. Pengisian input order ini diawali dengan pemilihan periode mingguan penjadwalan produksi, periode mingguan ini dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan. Penambahan periode mingguan dilakukan dengan meng-klik ’Proses’, maka secara otomatis akan muncul periode mingguan yang dinginkan. Tampilan pemilihan periode mingguan dapat dilhat pada gambar 8.
Gambar 8. Tampilan pemilihan periode mingguan pada menu input order
8. Setelah pemilihan periode mingguan, pengguna dapat memasukkan data pesanan yang diawalli dengan memilih jenis produk yang akan dijadwalkan. Jenis produk yang dipilih merupakan input data dari jenis produk pada menu list produk. Pengguna dapat mengklik pada kolom produk untuk mengeluarkan jenis-jenis produk. Tampilan pemasukkan jenis produk pada menu input order dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Tampilan pemasukkan jenis produk pada menu input order 9. Setelah jenis produk dipilih, pengguna memasukkan nomor order. Selanjutnya pengguna dapat memasukkan tanggal due date yang ditetapkan, dengan cara mengklik pada kolom due date. Kemudian akan muncul kalender untuk memasukkan tanggal due date pesanan. Tampilan tanggal due date dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Tampilan pemasukkan tanggal due date pada menu input order 10. Setelah memasukkan tanggal due date, dilanjutkan dengan memasukkan tanggal order dengan cara mengklik pada kolom ‘order date’ yang selanjutnya akan muncul kalender untuk memilih tanggal order produk. Tanggal order dilakukan setelah pemasukkan tanggal due date karena, tanggal order tidak diperbolehkan lebih besar nilainya dari tanggal due date. Dilanjutkan dengan memasukkan jumlah produk yang dipesan pada kolom ’quantity’. Tampilan pemasukkan tanggal order dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Tampilan pemasukkan tanggal order pada menu input order
11. Setelah memasukkan seluruh kebutuhan pada input order, klik ’tutup’ untuk mengakhiri kegiatan dan kembali ke menu pada lini produksi cokelat. Selanjutnya memilih menu jadwal produksi untuk mengetahui jadwal produksi dari input order yang dilakukan sebelumnya dan muncul. Pada tampilan jadwal produksi ini informasi yang terdapat jenis produk, nomer order, tanggal order, tanggal due date, tanggal mulai proses, tanggal selesai proses, tanggal kirim, jumlah keterlambatan, jumlah produk yang dipesan, waktu proses produksi, biaya kirim, total pengiriman dan biaya total kirim. Tampilan jadwal produksi pada lini produksi cokelat dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Tampilan jadwal produksi minggu pertama pada lini produksi cokelat 12. Jika pengguna ingin mengetahui jadwal produksi pada minggu-minggu sebelumnya dapat memilih periode mingguan dengan mengklik kolom periode, maka akan muncul pilihan periode mingguannya. Selain itu pengguna dapat langsung mengetahui hasil keseluruhan dari jadwal produksi dengan mengklik ’print’ yang selanjutnya akan menghubungkan dengan hardware printer pengguna. Tampilan pemilihan periode mingguan dan contoh hasil keseluruhan jadwal produksi dapat dilihat pada gambar 13 dan 14.
Gambar 13. Tampilan pemilihan minggu produksi pada lini produksi cokelat
Gambar 14. Tampilan contoh hasil keseluruhan jadwal produksi 13. Pilihan ’Tutup’ untuk keluar dari setiap tampilan 14. Penjadwalan yang telah dimasukkan seluruhnya dapat disimpan dalam folder dengan cara mengklik ’simpan project’ pada menu utama program GPSS 1.0. Tampilan kotak dialog ’simpan project’ dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Tampilan kotak dialog penyimpanan file 15. Pilihan ’Selesai’ untuk keluar dari program GPSS 1.0