PERANCANGAN TOWNHOUSE DENGAN PENERAPAN URBAN VILLAGE CONCEPT DI KAWASAN JAKARTA Dendy Fachrullah, John Fredy Bobby Saragih, Renhata Katili Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara.Jln K.H Syahdan no.9, Kemanggisan, 021-5345830
[email protected]
ABSTRACT Population growth Jakarta rapidly growth resulted in the need for higher occupancy, however the amount of residential land in Jakarta are increasingly limited and dwindling green areas. One of the solutions that are effective in answering the problem is with create the townhouse with the Urban Village concepts. Therefore conducted a review of the townhouse with the Urban Village concepts deployment to get an idea of the style of residential townhouse and Urban Village concept. With a method that is more qualitative research system lead, arranged in descriptive, comparative, and documentative through the primary and secondary data collection. The analysis includes aspects of human beings, buildings, and outer environment. Based on the results of the analysis turns out townhouse is in housing can minimize land use, Urban Village concept and gives it a good environmental design on the populous. Then it can be in response to population growth problem in Jakarta.(DF) Keywords :Townhouse, Urban Village
ABSTRAK Pertumbuhan penduduk Jakarta yang semakin pesat mengakibatkan tingkat kebutuhan akan hunian yang semakin tinggi, akan tetapi jumlah lahan pemukiman di Jakarta semakin terbatas serta area hijau yang terus berkurang. Salah satusolusi yang efektif dalam menjawab masalah tersebut ialah dengan menciptkan Townhouse dengan konsep Urban Village. Oleh karena itu dilakukan peninjauan terhadap Townhouse dengan pengaplikasian konsep Urban Village untuk mendapatkan gambaran tentang huniangaya townhouse dan konsep Urban Village tersebut. Dengan metode yang lebih mengarah pada system penelitian kualitatif, disusun secara deskriptif, dokumentatif, dan komparatif melalui pengumpulan data primer dan sekunder.Analisis yang dilakukan meliputi aspek dari manusia, bangunan, dan lingkungan luarnya.Berdasarkan hasil analisa ternyata townhouse yang merupkan huian berderet dapat meminimalisir penggunaanlahan, dan konsep urban village memberikans uatu desain lingkungan yang baik pada kawasan padat penduduk. Maka dari itu dapat disimpulkan penciptaan townhouse dengan konsep Urban Village merupakan alternatif yang bijak dalam menanggapi masalah pertumbuhan penduduk di Jakarta tersebut.(DF) Kata kunci :Townhouse, Urban Village
PENDAHULUAN Jakarta merupakan wilayah megapolitan dengan jumlah penduduk yang berkembang pesat hingga mencapai 10.187.595 jiwa (Badan Pusat Statistik). Meningkatnya jumlah penduduk di Jakarta akibat banyak penduduk yang melakukan urbanisasi.Saat ini urbanisasi telah menjadi induk dari masalahmasalah yang dihadapi oleh Jakarta.Urbanisasi yang tidak terkendali berdampak pada munculnya masalah-masalah yang dialami Jakarta yaitu kemacetan, kurangnya tempat tinggal yang layak namun terbatasnya lahan pemukiman, dan kondisi sosial penduduk yang tidak sehat, serta hilangnya ruang terbuka hijau yang dibutuhkan.
1
Timbulnya masalah-masalah yang dihadapi oleh kota urban ini perlu ditanggapi dengan suatu kebijakan dalam penataan ruang-ruang di Jakarta, khususnya pada sektor hunian. Keinginan masyarakat urban untuk memiliki tempat tinggal yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Demikian pula pada kota-kota besar, tempat tinggal adalah salah satu fungsi yang sangat penting bagi kehidupan kota. Bagi Jakarta sendiri pembangunan dibidang perumahan dan pemukiman menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Tantangan yang mendasar dalam pembangunan sektor perumahan ialah masalah pengadaan rumah diperkotaan karena laju pertumbuhan penduduk perkotaan masih cukup tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk di Jakarta setiap tahunnya tidak seimbang jika dibandingkan dengan pertumbuhan pembangunan perumahan atau kawasan permukiman.Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI, Sarwo Handayani, menjelaskan pertumbuhan pembangunan perumahan atau kawasan permukiman hanya mencapai 2,02 persen pertahun. Jumlah tersebut lebih rendah daripada laju pertumbuhan penduduk Jakarta yang mencapai 2,3 persen setiap tahunnya. Menurut Tronto Urban Design Guidelines (dari Tronto Urban Development Service), townhouse disebeut sebagai salah satu alternative bangunan pintar yang terbukti efisien untuk daerah perkotaan dengan sarana infrastuktur dan transportasi public yang mapan untuk kebutuhan masyarakat perkotaan yang termasuk golongan ekonomi menengah keatas.Definisi town house itu sendiri adalah suatu komplek perumahan yang dikelola oleh satu manajemen dan merupakan komunitas tempat tinggal.Jika dilihat secar umum, town house dan real estate memang serupa, sama-samamerupakan komplek perumahan tetapi ada beberapa hal yang membedakannya.Perbedaan yang utama dan mudah terlihat terletak pada jumlah unit rumah yang ada dikomplek tersebut.Umumnya town housemempunyai jumlah unit rumah yang terbatas dibanding real estate, pengelola justru berlomba-lomba menyediakan keragaman fasilitas bagi kenyamanan penghuninya. Umumnya town house diminati karena letaknya yang berada ditengah-tengah kota. Dengan demikian, penghuni akan lebih mudah bepergian keberbagai fasilitas kota, seperti mall, kantor, sekolah, dan lain-lain. Selain itu, townhouse juga disukai karena suatu perkampungan yang ekslusif, yang telihat dari batas komplek yang jelas terlihat, yaitu dinding.Batas ekslusif ini menambah poin pada faktor keamanan komplek. Tentunya posisi yang ditengah kota dan ke-ekslusifannya membuat harga rumah model town house cenderung lebih tinggi. Dengan menyusutnya lahan, tidak banyak developer yang mampu memiliki lahan puluhan hingga ratusan hektar untuk membangun ratusan unit rumah.Developer sekarang lebih menyukai membangun rumah diatas lahan kurang dari 20 hektar. Jika lebih kecil lagi tidak masalah, tetapi tidak untuk lahan yang luas karena selain akan lebih sulit menjualnya, juga akan dibebani oleh akumulasi bunga yang tinggi. Menurut pengamatan, di pusat kota Jakarta yang padat penduduknya saat ini tetap masih ada lahan dimana town house bisa dibangun. Pasalnya, cukup dengan lahan 5000 meter persegi hingga satu hektar sudah memadai untuk membangun sejumlah unit townhouse. Selain itu konsep yang timbul dalam menjawab masalah kota ini tidak hanya dari fisik sebuah townhouse akan tetapi konsep sebuah urban village dapat menjadi konsep yang efisien dalam menjawab masalah tersebut. Dari tinjauan pustaka diambil dari jurnal penelitian Mike Biddulph, Bridget Franklin dan Malcolm Tait dengan judul “ The Urban Village: Areal or Imagined Contribution To Sustainable Development?” dari Cardiff University (2002). Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa konsep Urban Village dikembangkan dan dipromosikan oleh Urban Village Group (UVG) diakhir tahun 1980-an atas tantangan yang di berikan oleh The Prince of Wales. Konsep ini berdasarkan filosofi dan prinsip-prinsip untuk pengguna yang dirancang dengan baik, mixed use, dankawasan kota yang berkelanjutan dengan rasa keterkaitan antara ruang dan masyarakat (aldous 1992). Kreadibilitas konsep ini muncul tidak hanya berasal dari legitimasi yang didirikan oleh The Prince of Wales dan Urban Village Group, tapi juga dari persetujuan awal oleh pemerintah Inggris ( DoE, 1997, Urban Villages Forum/English Partenership). Konteks untuk konsep ini adalah salah satu meningkatnya atas keperhatian dengan kualitas pembangunan modern, terutama bila dibandingkan dengan daerah yang lebih tua, bahkan kawasan tradisional.Selain itu, resesi proprti akhir 1980-an dan awal 1990-an juga berarti bahwa pengembang professional bersedia untuk melakukan pendekatan tersebut pada pembangunan. Promosi konsep ini dicapai oleh sekelompok kecil pengembang, investor, dan arsitek atau perencana dibawa bersama oleh The Prince of Wales untuk membentuk Urban Village Group (UVG). The Prince of Wales ini terdorong oleh pemikiran secara luas pada arsitektur atas nilai-nilai kemanusiaan dan masyarakat(Jencks, 1988). Pimpinan menyebutkan untuk kembali pada sekala manusiawi dan estetika pembangunan, berdasarkan analisa bagaimana merancang tempat yang baik. “There were many places that we’d all visited and we had all seen and had all admired which shone out as examples of mixed-use places where communities could flourish. And since there were such good examples, why was our generation stubbornly resisting or
2
ignoring them and instead creating places that didn’t achieve those high ideals?” (Trevor Osborne, exChairman UVF). Dari tinjauan pustaka diatas dan masalah-masalah yang dijabarkan maka dapat diketahui rumusan masalah utama yang harus d jawab dari penelitian ini yaitu “bagaimana desain townhouse dengan penerpan konsep urban village di Jakarta?”.Maka hasil dari penelitian ini adalah sebuah prodak perancangan yang dapat menjawab pertannyaan tersebut. Penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai sarana informasi dalam memberikan gambaran umum tentang pengaplikasian townhouse di Jakarta sebagai alternative yang sesuai dalam menjawab permasalahan di Jakarta dan menjelaskan bagaimana penerapan konsep urban village pada townhouse di kota Jakarta.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang saya gunakan lebih mengarah pada system penelitian kualitatif dimana naskah ini disusunsecara deskriptif, dokumentatif, dan komparatif melalui pengumpulan data-data, baik primer maupun sekunder untuk disusun dan didokumentasikan untuk selanjutnya dibandingkan dengan bangunan lain yang sesuai.
HASIL DAN BAHASAN Dalam perancangan Townhouse ini dilakukan pendekatan melalui konsep yang digunakan, yaitu Urban Village.Konsep ini merupakan salah satu pendekatan yang cocok dalam perancangan suatu wilayah pada perkotaan. Hal ini mengacu pada berberapa tipe karakteristik suatu kota, yaitu: • Medium density development • Mixed use zoning • The provision of good public transit • An emphasis on urban design – particularly pedestrianizationand public space Urban Village ialah alternative dengan pola baru dalam pengembangan kawasan kota, terutama desentralisasi dan urban sprawl. Tujuannya ialah untuk: • Mengerungai ketergantungan dalam penggunaan kendaraan bermotor pribadi, dan lebih mempromosikan bersepeda, berjalan kaki dan penggunaan angkutan umum. • Membantu memfasilitasi lembaga-lembaga yang kuat dan dapat berinteraksi • Menyedikan fungsi-fungsi dalam satu kawasan yang sama (misalkan tempat bekerja dan rumah tinggal dalam satu kawasan yang sama) Urban Village secara luas terlihat memberikan solusi dalam masalah kematian masyarakat yang dikaitkan dengan moderenisme.Penerpan konsep ini melalui aspek sosial dan fisik morfologi dari sebuah pedesaan tradisional sebagai inspirasi untuk menciptakan masyarakat berfungsi lebih baik.Hal ini menekankan pada determinisme lingkungandalam kaitannya dengan masyarakat. Artinya sebuah pandangan akan sebuah lingkungan fisik yang menetukan prilaku seseorang. Sebuah lingkungan akan mempengaruhi pisikologi pola pikir individu yang pada ujungnya akan membentuk prilaku dan budaya masyarakat. Teknik desain perkotaan seperti ruang publik dan pedestrianization yang digunakan untuk memfasilitasi pengembangan masyarakat dengan mendorong interaksi manusia. Filosofi ini sangat berpengaruh dalam kehidupan urban. Analisa Pelaku Kegiatan Penghuni Penghuni adalah kelompok pelaku kegiatan yang menempati atau tinggal di bangunan townhouse tersebut yang telah sah memiliki ataupun sebagai penyewa unit townhouse dan memiliki hak penuh atas fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam townhouse tersebut. Pengelola Pengelola merupakan kelompok yang mendapatkan tugas dari perusahaan yang mendirikan townhouse atau pun dari pihak pemilik untuk mengurus kegiatan administrasi,
3
pengelolahan townhouse, tata tertib dan hal yang berhubungan dengan fisik bangunan serta lingkungannya. Staf dalam pengelolahan terbagi tiga, yaitu • Staf Administrasi Bertugas melaksanakan kegiatan administrasi, seperti pemasaran, keuangan, reception, personalia, dan lain-lain • Staf Pengawas Staf yang bertugas menjaga keamanan, keselamatan, dan tata tertib di lingkungan townhouse • Staf Perawatan dan Pelayanan Ialah pelaku kegiatan yang bertanggung jawab atas perawatan sarana dan fasilitas serta memberikan pelayanan kepada penghuni townhouse Tamu Tamu ialah kelompok yang melakukan kegiatan kunjungan baik itu kunjungan ke pihak penghuni ataupun pihak pengelola. Kelompok Kegiatan Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku kegiatan berbeda-beda, adapun bagan kegiatan yang dilakukan oleh penghuni, pengelola dan tamu adalah sebagai berikut:
(i) Penghuni
(ii) Tamu (iii) Pengelola Gambar1 Kelompok Kegiatan Pelaku Sumber: Olahan Pribadi
Tipe Keluarga Penghuni Single Adapun karakteristikmya ialah: • Hidup berkelompok dengan kawan sebaya, atau mencari interaksi sosial maksimum
4
• •
Dinamis Aktifitasnya banyak dilakukan di pagi, sore dan malam sedangkan disiang hari umumnya di luar rumah • Tidak mementingkan identitas • Berpindah-pindah • Mementingkan keamanan dan keselamatan selama meninggalkan hunian • Membutuhkan satu kamar tidur saja, namun membutuhkan ruang yang berfungsi ganda, seperti ruang keluarga dengan ruang tamu • Hunian diletakkan pada posisi yang agak jauh dalam tapak Pasangan Muda Tanpa Anak Karakteristik pasangan muda tanpa anak sama dengan tipe keluarga single apabila keduanya bekerja. Namun apabila salah satunya yang bekerja maka kebutuhannya ialah: • Orientasi bangunan yang baik • View yang menarik • Tingkat privasi yang tinggi • Hubungan sosial yang baik Pasangan dengan Anak yang Masih Kecil Dalam tipe ini mempertimbangkan pada perkembangan dan kondisi anak kecil, sehingga kebutuhannya lebih kompleks lagi, antara lain: • Keamanan ialah salah satu faktor yang utama • Ruang lingkup anak kecil dibatasi, sehingga ruang lingkup pribadi orang tua tidak terganggu • Ruang khusus orang tua yang sedikit • Lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, dengan aktifitas ibu rumah tangga dan kegiatan bermain anak Pasangan dengan Anak yang Remaja Berbeda dengan tipe sebelumnya, kelompok keluarga dengan anak remaja lebih banyak memerlukan ruang.Hal tersebut muncul akibat kebutuhan yang berbeda dari anak-anak yang tumbuh remaja. • Leluasa dalam hal pribadi lebih terjamin • Karena aktifitas yang tinggi dan kompleks, maka kebutuhan ruang pun meningkat baik itu kualitas maupun kuantitas. • Kegiatan anak lebih pada bermain dan belajar • Kegiatan interaksi ibu rumah tangga dengan ibu rumah tangga lainnya • Kegiatan ayah lebih dominan di kantor • Biasanya memiliki lebih dari satu kendaraan Pasangan Usia Lanjut Pasangan ini biasanya tidak tinggal sendiri, melainkan bersama anaknya yang telah berkeluarga, atau dengan keluarga lainnya. Pada tipe keluarga ini hamper sama dengan kebutuhan keluarga dengan anak remajanya, akan tetapi perlu adanya pertimbangan dari kebutuhan khusus dari pasangan usia lanjut ini. • Aktifitas pasangan ini lebih banyak dirumah, maka memerlukan ruang dengan kualitas yang baik • Memerlukan fasilitas yang dapat mengisi kegiatannya karna pasangan ini biasanya sudah tidak berkerja. • Memerlukan kamar yang lebih banyak atau berbentuk penhouse Sesuai dengan tipe dari rumah tangga tersebut, maka dapat diketahui jumlah anggota keluarga menurut tipe tersebut dan dapat diketahui jumlah kebutuhan kamar tidur menurut tipe Rumah Tangganya.
5
Tabel1 Analisa jumlah kamar terhadap kelompok Keluarga Tipe Rumah Tangga
Jumlah Anggta Keluarga
Jumlah Kamar Tidur
Single Pasangan muda tanpa anak Pasangan dengan anak yang masih kecil Pasangan dengan anak yang remaja
1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 4 - 6 Orang (ditambah keluarganya)
1 Kamar Tidur 1 Kamar Tidur 2 Kamar Tidur 3 Kamar Tidur
Pasangan Usia Lanjut
4 Kamar Tidur
Sumber: Olahan Pribadi Analisa Kegiatan Penghuni Masyarakat Urban pada umumnya cukup disiplin dalam membagi dan mempergunakan waktu.Pada waktu kerja mereka berkonsentrasi penuh pada pekerjaan dan mereka memanfaatkan waktu libur dengan sebaik-baiknya. Aktifitas umum masing-masing anggota yang dilakukan secara rutin pada hari kerja, yaitu: Tabel2 Aktifitas Anggota Penghuni Pelaku Pekerja
Ibu Rumah Tangga
Pelajar/Mahasiswa
Anak-anak
Waktu 06.00-08.00 08.00-15.00 15.00-22.00 22.00-06.00 06.00-08.00 08.00-12.00 12.00-22.00 22.00-06.00 05.00-07.00 07.00-13.00 13.00-22.00 22.00-06.00 06.00-12.00 12.00-15.00 15.00-20.00 20.00-06.00
Kegiatan Persiapan ke kantor Kerja di Kantor Waktu bersantai atau berkumpul Istirahat/Tidur Malam Membantuu suami persiapan ke kantor Pekerjaan Rumah Tangga Waktu bersantai atau berkumpul Istirahat/Tidur Malam Persiapan ke Sekolah atau Kampus Belajar atau Kuliah Bersantai, berkumpul, mengerjakan tugas Istirahat/Tidur Malam Bermain dan belajar Istirahat siang/Tidur Siang Waktu bersantai atau berkumpul Istirahat/Tidur Malam
Namun secara umum kegiatan para pelaku kegiatan diatas dapat dijabarkan lebih detail sebagai berikut: 1. Hari Kerja • Pagi : Bangun Tidur, cuci muka, olahraga kecil, mandi, ganti pakaian, sarpan pagi, berngkat ke kantor • Siang : Pulang makan siang, berkumpul dengan keluarga • Sore : Pulang kantor, bersantai, berkumpul, olahraga • Malam : Bersantai, berkumpul dengan keluarga atau teman, tidur malam. 2. Hari Libur Pada fase ini kegiatan dasarnya sama dengan hari kerja, hanya saja tidak ada kegiatan persiapan ke kantor, akan tetapi ditambah dengan kigatan lain seperti rekreasi atau bersantai untuk mengisi waktu liburan. Kesimpulan: Pada hunian, aktifitas rutin terjadi pada siang dan malam hari, maka pada perencanaan ruang keluarga sebagai tempat untuk bersantai dan sering digunakan harus menjadi orientasi dari setiap unit hunian, dan ruang keluarga harus memiliki pemandangan ke luar yang baik. Selain itu untuk mewadahi kegiatan olahraga dan rekreasi maka harus adanya fasilitasfasilitas yang menunjang hal tersebut, seperti sport club, jogging track, kolam renang, taman bermain, komunal, tempat belanja ataupun retail serta lainnya.
6
Analisa Kegiatan Pengelola Kegiatan pengelola yaitu datang, mengurus adminsistrasi, pengawasan, dan perawatan atau pelayanan pada townhouse tersebut. Adapun aktifitasnya yang dapat dijabarkan, antara lain: Administrasi Datang, parkir jika membawa kendaraan, mengisi absensi, menerima tamu, memberikan informasi, personalia, pendataan, mengurus arsip, makan, minum, istirahat, buang air besar atau kecil, dan lain-lain. Pengawas Datang, parkir, ganti seragam, mengisi absensi kehadiran kerja, mengawas pintu masuk, mengawas melalui ruang kontrol/CCTV, makan, minum, istirahat, buang air, dan lainnya Perawatan dan Pelayanan Datang, parkir, ganti seragam, absen kerja, perawatan dan pelayanan, penyimpanan alat, servis alat, makan, minum, buang air dan lain-lain. Analisa Hubungan Pengelompokan Ruang
Gambar 2 Hubungan Kelompok Ruang Sumber: Olahan Pribadi Analisa Aspek Lingkungan Analisa Pemilihan Tapak Tapak terletak di Jl. Pejataen Raya dimana pemilihan lokasi tersebut karena berberapa hal, antara lain: • Pejaten merupakan kawasan yang dekat denga pusat kota dan kawasan Central Business Distric • Kawasan tersebut diperuntukkan sebagai kawasan hunian rendah atau horizontal. • Terdapat banyak fasilitas penunjang seperti gedung olahraga, sekolah, universitas, rumah sakit, pasar modern dan tradisional, halte, tempat rekreasi dan lain-lain. • Karena terletak di dekat tol JORR, maka akses ke kawasan lain di Jakarta dan sekitarnya lebih mudah. Selain itu angkutan umum keberbagai kawasan dapat dijumpai, serta akses ke stasiun kereta rute Bogor-Kota yang tidak jauh dari pejaten • Pejaten juga terletak sangat dekat dengan kawasan perkantoran T.B Simatupang, Kuningan, dan cukup dekat untuk mencapai kawasan Sudirman dan Thamrin • Pejaten Terletak di Jakarta Selatan yang merupakan kawasan yang masih cukup hijau dan asri. • Selain itu letak tapak berada bersebelahan dengan area pusat belanja atau mall, sehingga melengkapi fasilitas penunjang yang dibutuhkan hunian seperti retai, tempat makan, tempat belanja, market dan lain-lain
7
Analisa Kondisi Tapak Batas Tapak Utara Selatan Barat Timur
: Kawasan Kantor repbulika, Mampang Prapatan : Kawasan Pemukiman : Mall Pejaten Village : Kawasan Perumahan Mewah
Gambar 3 Batas Tapak Sumber: Olahan Pribadi Analisa Tata Ruang Luar Pada dasarnya penataan ruang luar dari suatu bangunan bertujuan mewujudkan ruang luar yang sesuai dan juga dapat mendukung kegiatan dan kebutuhan yang ada di dalam bangunan.Townhouse sebagai hunian kaum urban dengan kelas menengah keatas. Maka penataan ruang luar harus diperhatikan: • Ruang luar harus dapat menciptakan suasana segar dan alami. • Dirancang untuk menurunkan suhu • Menjaga ruang hijau kota • Menunjang penampilan bangunan dengan permainan perancangan elemen elemn tata ruang luar yang baik • Ruang luar meliki batasan yang jelas dengan memisahkan fungsi dari ruang yang berbeda. • Penerapan konsep Urban Village pada ruang luar • Mendukung daya tarik/ penampilan bangunan • Sebagai ruang transisi antara kegiatan di lingkungan sekitar dengan di dalam tapak • Sebagai daerah resapan air • Sebagai tempat berkumpul, atau komunal Tata Ruang Luar dipengaruhi oleh: 1. Orientasi Bangunan Sebagai penyesuaian dan membentuk karakter lingkungan, maka memperhatikan: • Tata letak bangunan tapak terhadap daerah yang diunggulkan • Bentuk tapak dan arah datang pengunjung
perlu
8
Gambar 4 Orientasi bangunan Sumber: Olahan Pribadi
Gambar 5 Sketsa orientasi letak bangunan pada tapak Sumber: Olahan Pribadi 2.
Elemen Pengisi Ruang Luar Elemen yang digunakan pada ruang luar townhouse ini ialah: • Elemen Lunak Elemen ini merupakan elemen hidup (vegetasi) yang mengisi lahan pada tapak, elemen-elemn ini memiliki unsur yang berbeda. o Unsur Estetis, yaitu tanaman yang berfungsi untuk memeberikan nilai tambah secara estetis pada bangunan, seperti pembuatan pola taman o Unsur peneduh, yaitu berfingsi melindungi para pejalan kaki dari panas dan sinar matahari, dan sebagai filter dari kebisingan. o Unsur Pengarah, yaitu tanaman berfungsi untuk mengarahkan pengunjung menuju ke area tertentu • Elemen Keras Meliputi seluruh elemen yang tidak hidup pada ruang luar, seperti lampu taman, pagar, tempat duduk, tong sampah, dan lain-lain. Selain itu sebagai dari konsep Urban Village elemn ini dapat berbentuk jalur pedestrian, area komunal atau pun jalan yang berupa konblok,aspal, dan lain sebagainya.
Gambar 6 Elemen pengisi ruang luar Sumber: This my architecture Tata Ruang Luar Pada Tapak dibagi menjadi: 1. Ruang Luar Aktif Merupakan ruang terbuka yang mengandung unsure-unsur kegiatan didalamnya, antara lain:
9
• •
2.
Jalur pedestrian untuk kegiatan sirkulasi manusia Fasilitas penunjang seperti kolam renang, taman bermain, atau area olahraga • Jalur Akses sirkulasi kendaraan bermotor Ruang Luar Pasif Ruang ini tidak adanya kegiatan aktif manusia di dalamnya, hal ini bisanya berbentuk: • Ruang penerima • Penyaring kebisingan kendaraan dan vegetasi • Tempat penyerapan air hujan • Pendukung penampilan bangunan • Area hijau
Gambar 7 Tata ruang luar Sumber: Olahan Pribadi Analisa Sirkulasi Dalam Tapak Perancangan sirkulasi dalam tapak dapat dibedakan menjadi: 1. Sirkulasi Kendaraan. Sirkulasi kendaraan ialah pergerakan kendaraan dalam tapak yang dibawa oleh penghuni maupun pengunjung.Perencanaan sirkulasi dalam tapak berasal dari jalur masuk utama menuju ke tapak dan berakhir pada jalur keluar dari tapak. Perencanaan sirkulasi kendaraan untuk mengatur sirkulasi kendaraan dan area parkir kendaraan agar tidak terjadi cross/ gangguan, oleh sebab itu harus diperhitungkan: • Pemisahan anatara sirkulasi kendaraan dan sirkulasi manusia dengan jelas • Akses keluar masuk kendaraan yang terpisah dengan jelas • Jumlah area parkir yang memadai 2.
Sirkulasi Manusia Sirkulasi ini merupakan pergerakan manusia dalam lingkungan Townhouse.Hal tersebut dilakukan oleh semua pelaku yang terkait yaitu penghuni, penelolah, dan tamu. Berberapa hal yang harus diperhatikan dalam penciptaan sirkulasi manusia ialah: • Sistem sirkulasi yang jelas antara pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor dengan memberikan jalur pedestrian yang jelas dan nyaman bagi manusia • Factor keamanan dan keselamatan penghuni dengan adanya penerangan, pengerasan, batasan pada pedestrian, dan dapat memberikan perlindungan saat hujan atau pun panas. • Penanaman vegetasi untuk memebrikan rasa nyaman, dan suasana seperti di desa sesuai dengan konsep Urban Village.
10
Gambar 9Pembagian sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki Sumber: Olahan Pribadi
KESIMPULAN Penerpan townhouse sangat efisien dalam menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta akan hunian yang nyaman walaupun dengan lahan yang sempit. Pada perancangan townhouse ini dilahan 2,26 hektar dengan KDB 50% dapat dibangun 172 hunian dengan area hijau yang luas. Maka dengan townhouse dapat menampung kepadatan penduduk dengan minimalisir lahan. Sedangkan penerapan konsep Urban Village dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah sosial dan kebutuhan akan ruang terbuka hijau. Hal tersebut dapat diterapkan dengan pada proyek townhouse tersebut dengan pengaplikasian ruang hijau, ruang komunal, pedestrian dan dekat dengan fasilitas penunjang lainnya. Sehingga mengkondisikan bagaimana sebuah kehidupan kota mendapatkan hunian bagaikan di desa dengan sifat desanya.
REFERENSI Aldous, T. (1992) Urban Villages: A Concept for Creating Mixed-use Urban Developmentson a Sustainable Scale, London: Urban Villages Group BadanPengelolahLingkunganHidup Daerah ( BPLHD) Provensi DKI Jakarta, 2011. “PotensiRuang Terbuka HijaudalamPenurunan Gas Emisi di Jakarta” http://bplhd.jakarta.go.id/filing/(6)%20PAPARAN%20CDM%20DKI-Tarsoen.pdf (diunduh 12 Maret 2013) Biddulph, M., Tait, M. and Franklin, B. (2002) “The Urban Village: An Obituary?”UrbanDesign Quarterly, Issue 81, Winter, 39-40. City of Tronto. “Tronto Urban Design Guiderlines – infil Townhouse” http://www.foronto.ca/planning/pdf/townhouseguideline.pdf (diunduh 15 Maret 2012) Dinas Tata Kota Jakarta.RTRW 2010-2030. Jakarta: Dinas Tata Kota. http://tatakotajakartaku.net/content/wilayah-jakarta-selatan (diakses 5 Maret 2013) Jencks, C. (1988) The Prince, The Architects and New Wave Monarchy, London: AcademyEditions. Jenks, M., Burton, E. and Williams, K. (1996) The Compact City : a Sustainable UrbanForm? London : E & FN Spon. Mike Biddulph, Bridget Franklin, Malcolm Tait (2002). “The Urban Village: A Real or Imagined Contribution toSustainable Development?”.Department of City and Regional Planning, Cardiff University. Rogers, Sir Richard.(2002). Urban Task Force.“Towards an Urban Renaissance”.75 Urban Villages Forum/English Partnerships (undated) Making Places: A Guide to Good Practice in Undertaking Mixed Development Schemes, London: Urban Villages Yuwono, Joko, danYoenazh. “ Pilihan Townhouse di Jakarta”http://www.housingestate.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1287&Itemid=132(diakses 10 Maret 2013)
11