PERANCANGAN DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN MATERIAL KESTASIUNAN (HDG0) (Studi Kasus: PT. Garuda Indonesia, Tbk) Guntur Saptha Panggabean dan Suparno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak PT. Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan milik pemerintah Indonesia yang melayani penerbangan domestik dan internasional. Sebagai satu-satunya maskapai penerbangan di Indonesia yang memberikan pelayanan penuh atau “Full Service Airline”, Garuda Indonesia berkomitmen semakin meningkatkan pelayanannya kepada para pengguna jasa. Semua aktifitas penerbangan harus sesuai dengan standar dari International Air Transport Association (IATA). Beberapa material mutlak diperlukan oleh penumpang terkait prosedur penerbangan seperti barcode boarding pass (BCBP) untuk proses boarding, baggage tag thermal paper (BTTP) untuk label bagasi penumpang dan beberapa material yang lain. Saat ini kondisi persediaan di gudang cukup tinggi dan bila tidak terdapat inventory control yang baik dapat menyebabkan overstock. Akan tetapi terdapat juga beberapa material yang tidak memiliki persediaan di gudang (stockout). Terjadinya stockout ini dapat menyebabkan terganggunya proses penerbangan di bandara. Salah satu faktor yang mengakibatkan kedua hal tersebut yaitu inventory control yang belum memperhatikan pola pemakaian material. Tiap material memiliki karakteristik yang berbeda. Dari material kestasiunan yang ada, dilakukan pengelompokan material menjadi 3 kelas agar dapat membedakan kebijakan penanganan material. Setelah diklasifikasi, dilakukan perhitungan pengendalian persediaan material dengan menggunakan metode eksisting perusahaan, metode (s,Q) dan metode (R,s,S) untuk mengetahui parameter inventori. Dari hasil parameter tersebut didapatkan hasil service level dan biaya inventori. Perancangan Decision Support System (DSS) sangat membantu perusahaan dalam membuat keputusan berkaitan dengan strategi perencanaan pengadaan
material kestasiunan. Kata Kunci: Inventory control, (R,s,S) System, Decision Support System ABSTRACT PT. Garuda Indonesia is state-owned airlines serving domestic and international flights. As the only Indonesian airlines providing full service airline, Garuda Indonesia comitte to improve its service to its customer. All aviaton activities shall be in accordance with the standards of tha International Air Transport Association (IATA). Some materials, for instance barcode boarding passes (BCPC) for boarding process, baggage tag thermal paper (BTTP) for passenger baggage labels, etc. Are absolutely needed by the passenger. Now, warehouse inventory is high enough. Still, poor inventory control system will lead to overstock. However, there are other materials with zero inventory in the warehouse (stockout). This condition cause disruption in flights process. One of causing factor in both cases is inventory control system regardless consumption materials pattern. Every material has different characteristic. From stationary existing materials, materials are classifed into 3 classes so that different handling materials policy can be done in every class. Then, material handling are calculated using existing method, (s,Q) method, and (R,s,S) method to determine inventory parameter. From the parameter, service level and inventory cost are obtained. The Design of Decission Support System absolutely assist the company in making decission related to stationary's material procurement planning. Keywords: Inventory control, (R,s,S) System, Decision Support System
1.
Pendahuluan Kenyamanan dan keselamatan penumpang adalah hal yang sangat diperhatikan bagi perusahaan penerbangan khususnya PT.
Garuda Indonesia. Menurut keputusan Menteri Perhubungan No 26/2010 pada April 2010, Garuda Indonesia merupakan satu-satunya
maskapai penerbangan di Indonesia yang memberikan pelayanan penuh atau “Full Service Airline” dikutip dari www.bisniskeuangan.kompas.com. Selain itu, Garuda Indonesia juga merupakan maskapai penerbangan yang masuk dalam the world’s 4 star airlines versi skytrax. Predikat tersebut membuat Garuda Indonesia berkomitmen semakin meningkatkan pelayanannya kepada para konsumen. Kenyamanan penumpang tidak hanya dinilai dari saat penumpang berada di dalam pesawat atau inflight tapi dimulai saat penumpang memilih jadwal penerbangan hingga sampai ke kota tujuan. Untuk mendukung proses penerbangan, prosedur penerbangan dan standar penerbangan sangat diperhatikan, standar penerbangan harus sesuai dengan International Air Transport Association (IATA) yaitu suatu organisasi penerbangan internasional yang terdiri dari maskapai-maskapai penerbangan seluruh dunia. Salah satu prosedur yang harus dilewati penumpang pesawat adalah boarding, standar penerbangan yang lain adalah memberi label pada bagasi penumpang. Dalam proses penerbangan, beberapa item mutlak diperlukan seperti barcode boarding pass (BCBP) dan baggage tag thermal paper (BTTP) karena material tersebut termasuk no go item yaitu material yang harus ada saat di setiap penerbangan yang berarti harus ada di tiap branch office (BO) di seluruh jalur penerbangan Garuda Indonesia. Sebelum material sampai ke BO, material tersebut dikirim oleh vendor ke gudang HO kemudian disimpan di gudang HO. Untuk pemenuhan kebutuhan material di BO, pihak BO melakukan pemesanan ke gudang HO. Di kondisi eksisting, perusahaan menggunakan sistem persediaan mix-max level yaitu dengan mempertimbangkan reorder point dan maximum stock. Dengan system persediaan tersebut, proses pemenuhan material oleh pihak HO ke BO mempunyai kendala karena permintaan dari BO tidak selalu dipenuhi oleh HO karena beberapa kali HO mengalami stockout. Beberapa demand dari BO yang tidak dapat dipenuhi oleh HO menyebabkan terganggunya proses penerbangan di bandara, seperti proses boarding, proses penempelan label bagasi, dan kelengkapan yang lain. Terganggunya proses tersebut dapat mengakibatkan delay yang akan mengurangi kenyamanan dan kepercayaan penumpang terhadap pelayanan Garuda Indonesia. Presentase kejadian shortage untuk permintaan
material di BO dalam negeri dapat dilihat dalam gambar 1.1 berikut.
Gambar 1. 1 Presentase Kejadian Shortage Barcode Boarding Pass (BCBP) dan Bagggage Label Thermal Paper (BTTP) Sumber: (Unit business support PT. Garuda Indonesia, 2009)
Berdasarkan gambar 1.1 masih ada demand dari beberapa BO yang belum bisa terpenuhi dengan baik oleh HO. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kondisi eksisting diperlukan sistem persediaan yang baik yaitu dengan menggunakan sistem persediaan periodic review (R,s,S) system. Karena dengan menggunakan sistem persediaan ini dapat mempertimbangkan reorder point, maximum stock dan review period. Untuk mempermudah user dalam melakukan perhitungan dan melihat output dari kedua sistem persediaan dibuatlah sebuah alat bantu. Output yang dijadikan variabel keputusan antara lain: maximum stock, reorder point, service level dan total inventori cost. Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah perancangan Decision Support System (DSS) untuk mempermudah perhitungan dan membantu user dalam melihat output dengan menggunakan persediaan eksisitng dan persediaan usulan. Dengan demikian, user dapat dengan mudah menentukan keputusan strategi pengadaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghasilkan parameter inventori yang lebih baik (review period, reorder point dan maximum stock), melakukan analisis metode pengendalian persediaan perusahaan dengan metode usulan, merancang DSS untuk membantu penentuan strategi pengadaan dan kontrol inventori material. Manfaat dari penelitian ini adalah rancangan alat bantu untuk membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan dalam inventory control sehingga dapat mempermudah proses penentuan jumlah material yang diminta dan tercapainya target
2
service level. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian dilakukan pada unit business support PT. Garuda Indonesia, terhadap barang penelitian dilakukan kestasiunan, data demand yang digunakan adalah pada kantor cabang dalam negeri. Asumsi yang ada dalam penelitian ini yaitu tidak ada perubahan terhadap proses bisnis perusahaan selama penelitian berlangsung dan lead time konstan 2.
Metodologi Penelitian Bab ini berisi tahapan-tahapan sistematis yang digunakan dalam melakukan penelitian tugas akhir. Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu kerangka berfikir yang dijadikan sebagai acuan agar proses penelitian berjalan secara sistematis, terstruktur, dan terarah, serta dijadikan pedoman penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahapan persiapan dilakukan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan studi bahan pustaka dan literatur. Pada tahapan ini, peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti, dimana akan dibahas mengenai kondisi eksisting pengelolaan material kestasiunan. Kemudian akan dijadikan pertimbangan dan input untuk perancangan strategi proses untuk perencanaan barang kestasiunan supaya dapat meningkatkan service level serta mengoptimumkan biaya yang dikeluarkan. Dan akan dihasilkan suatu Decision Support System (DSS) untuk strategi perencanaan pengadaannya. Studi pustaka yang dilakukan antara lain seperti teori persediaan, sistem persediaan probabilistik, mekanisme pengendalian persediaan, periodic review, Decision Support System (DSS) dan lain sebagainya. Setelah itu akan dilakukan pengumpulan data yang didapatkan dari database perusahaan, file-file laporan dari unit tertentu, dan wawancara dengan pihak dari unit tertentu di PT. Garuda Indonesia. 2.1 Klasifikasi Material Proses klasifikasi material dilakukan menggunakan ABC analysis 80-20 concept dengan mempertimbangkan 2 kriteria, yaitu nilai penggunaan material yang merupakan hasil perkalian antara demand dengan harga material. Beberapa material akan diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu :
B : Material yang tingkat kekritisannya di bawah material kelas A C : Material yang kurang kritis 2.2 Eksperimen Perhitungan (R,s,S) Periodic Review System Dengan menggunakan konsep (R,s,S) periodic review maka akan dilakukan eksperimen perhitungan dengan menggunakan data historis tiap material. Dengan melakukan perhitungan pada parameter tertentu seperti review period, reorder point, dan base stock, akan didapatkan hasil yang optimum baik dari optimum biaya yang dikeluarkan maupun service level yang dicapai. 2.3 Perbandingan Metode Terdapat 2 metode yang akan dibandingkan yaitu metode eksisting dengan menggunakan min-max level dan metode usulan dengan menggunakan (R,s,S) System Periodic Review. 2.3.1 Metode Eksisting Min-Max Level
Metode eksisting yaitu dengan menentukan jumlah reorder point (s) dan maksimum stok (S). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan formulasi praktis yang diterapkan perusahaan. Berikut formulasi matematis yang dipakai perusahaan untuk mendapatkan nilai kedua parameter tersebut. =
min.
(
=
=
.
= + (3 ×
)×
+ .
(
3
ℎ )×
)
2.3.2 Metode Usulan (R,s,S) System Periodic Review Parameter yang diukur dalam metode (R, s, S) yaitu besarnya reorder point (s) dan maksimum stok (S). Perhitungan dilakukan dengan persamaan 5 hingga 15 untuk mendapatkan nilai s dan S. Langkah 1 = 1.30
dan
.
.
1+
.
A : Material yang kritis
3
= 0.973
2.192
+
.
+ 1.063 −
dimana:
=
=
= ( + )
2.4 Perancangan Decision Support System (DSS) DSS yang dirancang dalam penelititan ini berfungsi sebagai alat hitung dan alat bantu pengambilan keputusan yang cepat dan mudah dalam menentukan keputusan terkait strategi perencanaan pengadaan barang kestasiunan (HDG0) di PT Garuda Indonesia. DSS ini juga berfungsi sebagai sistem untuk membandingkan dan menganalisis metode yang dipakai baik dari konsep akademis maupun konsep praktis atau metode yang diterapkan perusahaan. Berikut framework DSS yang ditampilkan dalam gambar 2.1
Langkah 2
Jika Qp / > 1.5, maka = =
+
Jika tidak, maka lanjut ke langkah 3 Langkah 3 = + Dimana k didapatkan dari ( ) =
Kemudian = { , } = { + ,So} Keterangan : Q = kuantitas optimum pemesanan p
s = reorder point S = maksimum stok A = biaya order v = biaya variabel r = biaya simpan B = biaya shortage
Gambar 2.1 Framework DSS
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini meliputi tahap penentuan datadata yang akan dipakai dalam penelitian serta pengolahan data dengan metode tertentu untuk didapatkan suatu hasil yang ingin dicapai. 3.1 Data Demand Material Berikut adalah data demand untuk material kestasiunan (HDG0) dari bulan Januari 2008 hingga bulan Juli 2010. Tabel 3. 1 Data Demand Barang Kestasiunan Tahun 2008 (sumber: Data SAP PT. Garuda Indonesia, Tbk)
3
R = review period L = lead time xR= rata-rata demand selama review period x
R+L
= rata-rata demand selama review period
dan lead time σ R+L = standar deviasi demand selama review period dan lead time
Dengan algoritma tersebut akan didapatkan nilai maksimum stok (S) dan reorder point (s). Review period yang digunakan yaitu 3. Untuk eksperimen perhitungannya akan dilakukan dengan konsep (R,s,S) periodic review.
4
Tabel 3. 2 Data Demand Barang Kestasiunan Tahun 2009 (sumber: Data SAP PT. Garuda Indonesia, Tbk)
Tabel 3. 3 Data Demand Barang Kestasiunan Tahun 2010 (sumber: Data SAP PT. Garuda Indonesia, Tbk) NO
JENIS BARANG
1 AMPLOP PAX MANIFEST 2 AMPLOP RESTRICTED/SECURITY 3 BOARDING PASS MAGNETIC CLASS EXECUTIVE 4 BOARDING PASS MAGNETIC CLASS ECONOMI 5 BOARDING PASS MANUAL INFANT ( Putih ) 6 BOARDING PASS MANUAL Y CLASS ( Hijau ) 7 BOARDING PASS MANUAL FOR CHILDREN ( Hijau ) 8 BOARDING PASS MANUAL F CLASS ( Pink ) 9 BOARDING PASS KUNING ECONOMI 10 BOARDING PASS KUNING EXECUTIVE 11 BOARDING PASS CITY CHECK-IN ECONOMI 12 BOARDING PASS CITY CHECK-IN EXECUTIVE 13 BOARDING PASS 1 PLY Y/CASS (HIJAU) BARU 14 BOARDING PASS 1 PLY C/CASS (BIRU) BARU 15 BOARDING PASS NON MAGNETIC Y/ CLASS 16 BAR CODE BOARDING PASS (BCBP) …… …… 187 BALLET CASE 188 KLIP PLASTIK TRANSPARAN 189 BADGE PENUMPANG UMROH 190 TRANSIT CARD INT'L 191 GFF LOUNGE CARD
SATUAN HELAI HELAI HELAI HELAI HELAI HELAI HELAI HELAI BOX BOX BOX BOX BOX BOX HELAI HELAI … … HELAI HELAI HELAI CAN CAN
2010 JANUARIFEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI 5000 0 9700 10300 0 0 0 1000 1900 6500 22600 900 0 0 0 30000 0 40000 0 5000 35000 85000 100000 0 150000 0 26000 124000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0 69 111 0 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 600000 1100000 550000 1400000 750000 750000 1500000 … … … … … … … … … … … … … … 4000 0 3000 0 0 1500 1500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60000 60000 0 0 0
3.3 Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan yang diterapkan di PT. Garuda Indonesia menggunakan persentase pertahun dari biaya material. Rincian biaya penyimpanan yaitu sebagai berikut : - Biaya modal tersimpan : 12% - Biaya asuransi : 5% - Biaya keusangan : 4% - Biaya storage : 2% - Pajak : 2% 3.5 Klasifikasi Material Proses klasifikasi material dilakukan menggunakan ABC analysis 80-20 concept dengan mempertimbangkan 2 kriteria, yaitu nilai penggunaan material yang merupakan hasil perkalian antara demand dengan harga material. Berikut hasil klasifikasi material kestasiunan dengan menggunakan ABC analysis. Tabel 3.5 Material Kelas A
3.2 Harga Material Berikut data harga material kestasiunan yang ada di PT. Garuda Indonesia dari periode Juli 2008 sampai Juli 2010. Tabel 3. 4 Daftar Harga Material Kestasiunan (sumber: Data SAP PT. Garuda Indonesia, Tbk)
5.1.1.Sub Sub Bab
5
Tabel 3. 5 Material Kelas B
Tabel 3. 8 Hasil Eksperimen Perhitungan Metode Eksisting Periode Tahun 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Demand Bulan Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
0 383000 590000 485000 531000 60000 546000 310000 545050 687000 659200 738000 837000 651000 948000 718000 900060 647000 600000 1100000 550000 1400000 750000 750000 1500000
On hand 325890 325890 2718200 2128200 1643200 1112200 1052200 506200 196200 2246150 1559150 899950 161950 1526200 875200 -72800 1435200 535140 -111860 1854200 754200 204200 1151200 401200 -348800 851200
Replenishment
Replenishment receipt
On Replenishment
2775310 0 0 0 0 0 0 2595000 0 0 0 2201250 0 0 2226000 0 0 2566060 0 0 2347000 0 0 2700000 0
0 2775310 0 0 0 0 0 0 2595000 0 0 0 2201250 0 0 2226000 0 0 2566060 0 0 2347000 0 0 2700000
2775310 0 0 0 0 0 0 2595000 0 0 0 2201250 0 0 2226000 0 0 2566060 0 0 2347000 0 0 2700000 0
Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Pemesanan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5,132,767.50 Rp 42,811,650.00 33,519,150.00 25,880,400.00 17,517,150.00 16,572,150.00 7,972,650.00 3,090,150.00 Rp 35,376,862.50 24,556,612.50 14,174,212.50 2,550,712.50 Rp 24,037,650.00 13,784,400.00 (1,146,600.00) Rp 22,604,400.00 8,428,455.00 (1,761,795.00) Rp 29,203,650.00 11,878,650.00 3,216,150.00 Rp 18,131,400.00 6,318,900.00 (5,493,600.00) Rp 13,406,400.00
12,000.00
Total Biaya Shortage
Biaya Pengadaan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 12,000.00 Rp 0 Rp 0 Rp 0 Rp 12,000.00 Rp 0 Rp 0 Rp 12,000.00 Rp 458,640.00 Rp 0 0 Rp 0 0 Rp 12,000.00 Rp 704,718.00 Rp 0 0 Rp 0 0 Rp 12,000.00 0 Rp 0 0 Rp 0 0 Rp 12,000.00 2197440 Rp 0 0 Rp
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL COST
Rp
5,144,767.50 42,811,650.00 33,519,150.00 25,880,400.00 17,517,150.00 16,572,150.00 7,972,650.00 3,102,150.00 35,376,862.50 24,556,612.50 14,174,212.50 2,562,712.50 24,037,650.00 13,784,400.00 (675,960.00) 22,604,400.00 8,428,455.00 (1,045,077.00) 29,203,650.00 11,878,650.00 3,228,150.00 18,131,400.00 6,318,900.00 (3,284,160.00) 13,406,400.00
375,207,325.50
3.6.2 Hasil Perhitungan Inventori Metode Usulan (R,s,S) System Periodic Review Tabel 3. 6 Material Kelas C
Parameter yang diukur dalam metode (R, s, S) yaitu besarnya reorder point (s), maksimum stok (S) dan review period (R). Tabel 3.9 Hasil Eksperimen Perhitungan Periodic Review (R,s,S) System
3.6 Eksperimen Perhitungan Inventori Dengan menggunakan langkah-langkah yang telah diterangkan sebelumnya maka didapatkan hasil eksperimen perhitungan untuk barcode boarding pass (BCBP) scebagai berikut: 3.6.1 Perhitungan Inventori Metode Eksisting Perhitungan yang digunakan perusahaan yaitu metode minimum maksimum (min-max) level. Parameter yang dihitung dalam metode min-max level yaitu jumlah reorder point (s) dan maksimum stok (S). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan formulasi praktis yang diterapkan perusahaan
3.7. Perancangan DSS DSS yang dirancang dalam penelititan ini berfungsi sebagai alat hitung dan alat bantu pengambilan keputusan yang cepat dan mudah dalam menentukan keputusan terkait strategi perencanaan pengadaan barang kestasiunan (HDG0) di PT Garuda Indonesia.
6
3.7.1 Tampilan Awal DSS Dalam membuat interface DSS desain dan pilihan menu harus diperhatikan. Berikut merupakan tampilan awal dari DSS yang dirancang dimana terdiri dari tombol “start” untuk memulai program dan about program yang berisi penjelasan tentang DSS.
data dari SAP. Setelah data dari SAP dimasukkan ke dalam sistem, langkah selanjutnya adalah melakukan klasifikasi dengan memilih tombol klasifikasi. Dengan fasilitas ini, user tidak perlu melakukan dengan melakukan pengklasifikasian perhitungan manual. Untuk menghapus data, user dapat memilih tombol reset. Berikut tampilan menu klasifikasi.
Gambar 3.12 Tampilan Pilihan Menu pada Menu Klasifikasi
Gambar 3. 10 Tampilan awal DSS
3.7.2 Proses Pemilihan Menu Dalam DSS Di dalam DSS ini terdapat beberapa proses pemilihan menu. Setelah dilakukan proses “start”, berikutnya akan tampil interface pemilihan menu yang diinginkan. Menu yang ditampilkan ada 2, yaitu klasifikasi material dimana menu ini menentukan kelas material dan ini comparing method dimana menu menampilkan hasil perhitungan pengendalian persediaan dengan menggunakan perhitungan perusahaan (eksisting) dan perhitungan usulan yaitu dengan menggunakan periodic review (R,s,S) system.
Gambar 3. 11 Pemilihan Menu
3.7.3 Menu Klasifikasi Material Di dalam menu ini user dapat melakukan klasifikasi material dimana dalam pengklasifikasian materialnya berdasarkan 8020 concept. Menu klasifikasi ini terdiri dari 3 tombol yaitu ambil data, klasifikasi dan reset. Tombol ambil data berfungsi untuk mengambil
Gambar 3.13 Tampilan Hasil dari Menu Klasifikasi
3.7.4 Main Menu DSS Main menu merupakan bagian inti dari DSS karena semua perhitungan dilakukan pada bagian ini. Dalam main menu, ditampilkan beberapa perintah untuk membantu user dalam menampilkan hasil perhitungan yang membantu dalam mengambil keputusan. Perintah yang ditampilkan pada menu ini antara lain: ambil data untuk pengambilan data periode demand, jumlah demand dan karakteristik demand. Dalam memilih jenis material yang dipilih terlebih dahulu memasukkan kelas material dari jenis material yang akan dihitung. Setelah jenis material sudah dipilih, user dapat memilih menu eksisting untuk melihat hasil perhitungan dengan metode perusahaan atau memilih menu improvement untuk melihat hasil perhitungan dengan metode pengendalian persediaan
7
periodic review (R,s,S) system. Berikut tampilan menu yang ada di main menu.
Gambar 3. 14 Tampilan Pilihan Menu pada Main Menu
Berikut gambar keseluruhan.
dari
main
menu
secara
Gambar 3.15 Tampilan Main Menu
3.7.5 Comparing Result DSS Untuk membandingkan metode perhitungan perusahaan dengan metode perbaikan dapat dipilih menu comparing pada tampilan main menu. Kemudian muncul form baru yang menampilkan parameter inventori yang dibandingkan beserta hasil perhitungan seperti reorder point, maksimum stok, service level dan biaya pengadaan. Berikut tampilan menu comparing dalam DSS.
4. Analisis dan Interpretasi Hasil Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan. 4.1 Analisis Hasil Klasifikasi Material Dalam proses klasifikasi material, material dikelompokkan menjadi 3, yaitu kelas A, B, dan C. Proses klasifikasi menunjukkan tingkat kekritisan material. Material kelas A merupakan material yang paling kritis, kemudian material kelas B, dan material kelas C adalah material yang tingkat kekritisannya rendah. Data yang digunakan dalam proses klasifikasi material yaitu total penggunaan selama 1 tahun dan harga material. 4.2 Analisis Hasil Perhitungan Metode Eksisting Min-Max Level (s,S) System Perhitungan pengendalian persediaan perusahaan dilakukan dengan metode min-max level (s,S). Perhitungan dilakukan untuk menentukan parameter pengendalian persediaan yaitu reorder point (s) dan maksimum stok (S) yang nantinya akan digunakan dalam menentukan inventori on hand, order, order receipt, on order, jumlah shortage dan service level. Selain parameter tersebut, komponen biaya inventori juga dapat diketahui. Berikut contoh hasil dari perhitungan material barcode boarding pass (BCBP) tersebut yang ditampilkan melalui DSS. Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Reorder Point (s) dan Maximum Stock (S)
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan metode eksisting perusahaan didapatkan jumlah shortage sebanyak 3, probability shortage sebesar 12% dan service level sebesar 88% dan biaya total inventori sebesar Rp. 375.207.325. Tabel 4. 2 Hasil Service level Metode Eksisting Gambar 3. 16 Tampilan Menu Comparing
8
4.3 Analisis Hasil Perhitungan Pengendalian Persediaan dengan periodic review (R,s,S) system Perhitungan pengendalian persediaan usulan dilakukan dengan menggunakan metode periodic review (R,s,S) system. Perhitungan dilakukan untuk menentukan parameter pengendalian persediaan yaitu reorder point (s), maksimum stok (S) dan reorder point (R). perusahaan dilakukan dengan metode metode min-max level (s,S). Perhitungan dilakukan untuk menentukan parameter pengendalian persediaan yaitu reorder point (s) dan maksimum stok (S) yang nantinya akan digunakan dalam menentukan inventori on hand, order, order receipt, on order, jumlah shortage dan service level. Selain parameter tersebut, komponen biaya inventori juga dapat diketahui. Berikut contoh hasil dari perhitungan material barcode boarding pass (BCBP) dengan review period selama 3 bulan yang ditampilkan melalui DSS. Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Reorder Point (s) dan Maximum Stock (S) dengan Review Period 3 Bulan Holding Cost Order Cost Shortage Cost Harga Material
Rp Rp Rp Rp
15.75 12,000.00 6.30 63.00
Review Period
3
Lead Time ROP Maksimum Stok
1 2529449 4079877
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode periodic review (R,s,S) didapatkan jumlah shortage sebanyak 0, probability shortage sebesar 8% dan service level sebesar 92% dan biaya total inventori sebesar Rp. 670.544.679. \ Tabel 4. 4 Hasil Service level Metode Periodic Review (R,s,S) System
Jumlah Shortage Jumlah Data Probability Shortage SL Aktual
2 25 8% 92%
4.4 Analisis Comparing Result DSS Setelah mendapatkan hasil perhitungan dengan metode eksisting dan metode periodic review (R,s,S) dapat dilakukan perbandingan hasil yang didapat. Untuk membandingkan metode perhitungan perusahaan dengan metode
perbaikan dapat dipilih menu comparing pada tampilan main menu. Kemudian muncul form baru yang menampilkan parameter inventori yang dibandingkan beserta hasil perhitungan seperti reorder point, maksimum stok, service level dan biaya pengadaan. Hasil comparing method tersebut ditampilkan juga dalam bentuk grafik. Di dalam grafik dapat dilihat perbandingan service level dan biaya pengadaan antara metode eksisting dan perbaikan. Berikut grafik yang menampilkan hasil comparing. Dari hasil comparing didapatkan hasil bahwa service level untuk material barcode boarding pass (BCBP) dengan metode eksisting lebih rendah dibanding service level yang dihasilkan dari perhitungan periodic review (R,s,S) yaitu 88% untuk metode eksisting dan 92% untuk metode periodic review (R,s,S). Sedangkan total biaya yang dihasilkan dari metode eksisting sebesar Rp. 375.651.814 selama 2 tahun dan untuk metode periodic review menghasilkan biaya yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 670.054.468 selama 2 tahun. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode periodic review dapat menghailkan service level yang lebih tinggi daripada metode eksistng namun biaya inventori yang dihasilkan tinggi. Dengan hasil tersebut, perusahaan dapat menentukan kebijakan terkait pengelolaan persediaan barang. 5. Kesimpulan Pada bab ini akan dilakukan tahap kesimpulan dari hasil penelitian dan usulan saran baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Hubungan antara service level dengan reorder point (s) berbanding lurus, hal ini dapat dilihat dari perhitungan diketahui dengan semakin meningkatnya nilai reorder point (s) maka service level mengalami peningkatan. 2. Dari perbandingan dua metode yang dipakai, maka metode periodic review (R,s,S ) menghasilkan service level yang tinggi dibandingkan dengan metode eksisting. 3. DSS yang dirancang mampu untuk membantu penentuan strategi pengadaan material kestasiunan.
9
7. Daftar Pustaka Ballou, Ronald H. (2003). Business Logistics/Supply Chain Management, Edisi kelima. Prentice Hall, Inc. USA. IATA., (2010). Bar Coded Boarding Passes (BCBP). diakses 24 Agustus 2010, dapat dilihat di www.iata.org/stb/bcbp. Kompas.com., (2010). Hanya Garuda yang Full Service Enam Maskapai Berbiaya Rendah. diakses 20 Agustus 2010, dapat dilihat di www.bisniskeuangan.Kompas .com/read/2010/08/02/0728141/Enam. Maskapai.Berbiaya.Rendah. Kurniyah, Wilda. (2010). Analisis Pemilihan Metode Pengendalian Persediaan Material Consumable Pesawat B737 Berdasarkan Klasifikasi Material (Studi Kasus di PT. GMF Aero Asia). Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain Management. Edisi Pertama. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Pramoedhitya, Bathamas. (2010). Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Untuk Pengadaan dan Kontrol Inventori Sparepart Seat Kabin B737800 NG Dengan Pendekatan (R,s,S). Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Silver, E., Pyke, David F., Peterson, R. (1998). Inventory Decision Systems for Management and Production Planning. 3rd edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. Tersine, Richard J. (1994). Principles of Inventory and Materials Management. 4th edition. Prentice Hall, Inc. USA.
10