PERANAN MODAL SOSIAL REMAJA NET GENERATION DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI MELALUI MEDIA SOSIAL
Riska Devitayanti Mahasiswa Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga Abstract
Information sharing behaviour is one way that can be used to get the information needs of a person. Information needs is to be different from each other, as well as the information needs of high school teenagers who assumed as a net generation. The emergence of this generation has given changes to the system in the community. The changes are also seen in the behavior of sharing information. With leading technology, today sharing activity can be done virtually or through social media.Through social media, one can more easily obtain and share any information desired. Basically, information sharing behavior is a social behavior which in this activity need for the relationship between social actors or in the context of information sharing is an actor. Therefore, this activity is a form of social behavior, it is necessary to have the social capital as a barrier against what should be done or not to do. This research uses descriptive quantitative method to describe how the behavior of adolescents net generation of information sharing through social media as well as to describe the information needs of the youth. Results from this research that social capital still plays a role in all the actions of the teenager net generation including on the information sharing behaviour through social media despite the current social media and technology have provided a free and open space for them. Keywords : information sharing behaviour, net generation, social media, social capital, technology, social behaviour.
kebudayaan baru yakni kebudayaan virtual-riil 1. Bentuk kebudayaan virtual-riil yang saat ini terjadi adalah munculnya berbagai jenis media sosial dengan berbagai fitur-fitur yang semakin memudahkan generasi networking dalam melakukan aktivitas informasi. Adapun aktivitas informasi tersebut antara lain perilaku pencarian informasi (information searching behaviour), perilaku penemuan informasi (information seeking behaviour) maupun juga perilaku berbagi informasi (information sharing behaviour). Perilaku berbagi informasi merupakan bagian dari perilaku informasi dimana aktivitas tersebut adalah sebuah proses pemenuhan kebutuhan informasi, cara berbagi informasi yang dilakukan setiap individu dalam memenuhi kebutuhan informasi tersebut pun berbeda satu dengan lainnya. Pada dasarnya, tujuan berbagi informasi adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas pada seseorang. Kegiatan ini tanpa disadari sebenarnya telah menjadi kegiatan yang umum dilakukan oleh semua orang, karena perilaku berbagi berbagi informasi merupakan bagian dari kegiatan komunikasi dimana kita sebagai manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu,
Pendahuluan Net generation atau generasi networking dapat disebut sebagai generasi pendobrak di dunia teknologi informasi, generasi ini sangat erat kaitannya dengan penggunaan teknologi informasi yang telah bertransformasi dalam berbagai bentuk seperti smartphone, gadget, ipad dan lain sebagainya. Kemunculan teknologi beserta dengan perkembangannya yang sangat pesat telah memberikan dampak yang cukup signifikan pada kehidupan manusia, salah satunya adalah perubahan pada perilaku informasi. Perilaku informasi saat ini telah banyak mengalami perubahan, salah satu bentuk perilaku informasi yakni perilaku berbagi informasi. Perilaku berbagi informasi yang saat ini dikembangkan oleh para net generation sangat syarat akan penggunaan perkembangan teknologi informasi, yakni dengan menggunakan berbagai jenis media sosial seperti facebook, line, bbm dan beberapa jenis media sosial lainnya. Penelitian ini mengkaji peranan modal sosial remaja net generation dalam usahanya memenuhi kebutuhan informasi melalui media sosial. Perkembangan teknologi yang semakin canggih pernah diungkapkan oleh Castell (1996) bahwa perkembangan teknologi telah membawa
1
Rahma Sugihartati. 2014. Perkembangan masyarakat informasi dan teori sosial kontemporer. Kencana; Jakarta. Hal 61.
1
perilaku berbagi informasi ini juga dapat dikatakan sebagai perilaku sosial karena aktivitas berbagi informasi ini pada dasarnya tidak dapat dilakukan secara mandiri. Diperlukan orang lain untuk dapat melakukan aktivitas tersebut, oleh karena aktivitas ini membutuhkan orang lain maka dapat dikatakan sebagai perilaku sosial yang didalamnya terjadi aktivitas berbagi informasi. Oleh karena perilaku berbagi informasi dikatakan sebagai perilaku sosial, dimana kehidupan sosial selalu identik dengan hubungan masyarakat yang mau tidak mau atau senang tidak senang tentu akan melibatkan orang lain, baik akan diperhatikan maupun dibiarkan begitu saja karena kita adalah makhluk sosial yang tidak pernah lepas dengan keberadaan orang lain. Sebagai makhluk sosial didalam kehidupan bermasyarakat, tentu akan ada norma dan aturan yang mengatur segala perilaku maupun tindakan kita. Norma dan aturan merupakan salah satu bentuk modal sosial yang berlaku dikehidupan sosial. Coleman (1988) dalam Lubis, mendefiniskan modal sosial sebagai sebuah kemampuan masyarakat dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama didalam berbagai kelompok organisasi 2. Modal interaksi sosial merupakan sebuah bentuk norma atau aturan yang digunakan untuk mengatur serta menjalankan berbagai bentuk interaksi sosial sehingga interaksi tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Francis Fukuyama (1999) beragumentasi bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern 3. Seiring perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern, tentu telah sedikitnya mengubah kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas maupun perilaku yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi ini sebenarnya telah membawa kita pada generasi baru yakni net generation. Net generation sendiri merupakan sebuah generasi yang lahir dan tumbuh dengan setting perkembangan teknologi informasi. Oleh karena itu, generasi ini dapat dengan mudah beradaptasi dengan berbagai bentuk teknologi baru. Generasi ini juga disebut sebagai remaja urban, yang mana mereka ini adalah para pengguna aktif teknologi informasi dan jejaring informasinya 4. Adapun jejaring informasi disini dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk inovasi teknologi berupa jejaring sosial atau media sosial.
Kemuculan generasi baru yakni net generation ini tentu akan membawa perubahan pada cara pandang, cara berpikir maupun cara interaksi maupun sosialiasi mereka didalam kehidupan sosial masyarakat. Perubahan juga terjadi pada kebutuhan informasi mereka yang tentu berbeda dengan generasi sebelumnya. Dengan kebutuhan informasi yang berbeda serta cara interaksi yang berbeda terutama dengan adanya teknologi informasi, maka net generation telah membentuk sendiri perilaku informasi mereka dalam memenuhi kebutuhan informasinya dengan menggunakan berbagai jenis teknologi informasi yang mereka miliki yakni menggunakan smartphone dan gadget mereka melalui berbagai jenis media jejaring yang sudah banyak bermunculan atau dikenal dengan media sosial. Kebutuhan setiap orang berbeda-beda begitu pula kebutuhan informasi, disetiap situasi akan ada perbedaan kebutuhan informasi disetiap orang. Wilson (1999) mengungkapkan bahwa saat seseorang mengalami kondisi membutuhkan informasi, orang tersebut menyertainya dengan motif untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sehingga terbentuk perilaku informasi 5. Kebutuhan informasi remaja net generation tentu memiliki perbedaan dengan kebutuhan informasi orang dewasa. Motif yang mendasari mereka membutuhkan informasi pun juga berbeda sehingga menggerakkan mereka untuk membentuk perilaku informasi yang berbeda termasuk juga dalam perilaku berbagi informasi terutama dengan munculnya berbagai jenis media sosial yang dapat digunakan sebagai sarana dalam berbagi informasi. Aktivitas berbagi informasi umumnya dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara langsung maupun secara virtual untuk memenuhi kebutuhan informasi. Berbagi informasi secara langsung dapat dilakukan dengan cara bertatap muka atau face to face (FtF) dengan orang lain atau disebut juga dengan interaksi langsung. Sedangkan cara virtual yakni menggunakan teknologi informasi melalui jejaring internet atau menggunakan media sosial maupun media massa. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai perilaku berbagi informasi secara virtual, khususnya melalui internet dan media sosial. Internet dan media sosial sebagai bentuk kecanggihan teknologi dikatakan sebagai pelaku utama penyebab terjadinya perubahan perilaku informasi para net generation. Hal tersebut terbukti dengan survei yang dilakukan oleh Global Web Index Survei di Indonesia bahwa terjadi kenaikan angka pengguna internet khususnya pada aktivitas jejaring sosial atau media sosial yakni sebesar
2
Rissalwan Habdy Lubis. Pemahaman konsep modal sosial. LKPS . Hal 1. 3 Ibid. Hal 2 4 Rahma Sugihartati. 2014. Perkembangan masyarakat informasi dan teori sosial kontemporer. Kencana; Jakarta. Hal 66.
5
T.D Wilson. 1999. Models in information behaviour research. Journal of Documentation Vol. 55 No. 3. Departement of Information Studies; University of Sheffield
2
79,72% dan merupakan angka tertinggi di Asia mengalahkan Filiphina (78%), Malaysia (72%) dan China (67%)6. Survei lain pengguna teknologi termasuk internet dan media sosial yang dilakukan oleh organisasi We Are Social yang dilakukan di Indonesia, menyebutkan bahwa dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 255,5 milyar, ada sebanyak 72,7 milyar merupakan pengguna internet dan sebanyak 72 milyar-nya adalah pengguna media sosial. Dari data survei tersebut, diperoleh data bahwa terjadi peningkatan angka pengguna media sosial sebesar 16% dari tahun 2014 yang lalu 7. Berdasarkan beberapa survei tersebut, dapat terlihat bahwa penggunaan media sosial sudah menjadi hal yang umum dilakukan oleh net generation. Berbagai aktivitas dapat dilakukan oleh generasi ini, termasuk juga berbagi informasi melalui media sosial. Perubahan perilaku berbagi informasi yang dialami oleh net generation telah menampakkan fenomena baru didalam masyarakat terutama yang berkiatan pula dengan penggunaan teknologi informasi berupa jejaring media sosial. Saat ini terlihat bahwa sebagian besar masyarakat merupakan pengguna internet termasuk juga pengguna media sosial. Kemudahan akses yang diberikan oleh media sosial menjadi alasan utama masyarakat lebih memilih menggunakan media sosial untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari mengobrol (chatting), jual beli barang, sampai dengan sharing atau berbagi informasi. Meskipun jaman terus mengalami perubahan dengan munculnya net genaration, namun pada kenyataannya didalam kehidupan sosial dengan berbagai jenis atau bentuk interaksi sosial tentu akan terdapat peranan modal sosial guna mengatur jalannya interaksi sosial tersebut. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian untuk mengatahui pola perilaku berbagi informasi para net generation atau remaja urban melalui media sosial serta untuk mengetahui peranan modal sosial didalam interaksi berbagi informasi tersebut. Beberapa penelitian di Indonesia yang pernah dilakukan untuk mengetahui perilaku berbagi informasi yang dikaitkan dengan modal sosial yakni penelitian yang dilakukan oleh Agung Dwijayanto, mengenai modal sosial dalam perilaku berbagi informasi dikalangan mahasiswa
Universitas Airlangga, dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa modal sosial ikut berperan dalam perilaku berbagi informasi pada mahasiswa dan terdapat dua tipe yang digunakan dalam perilaku berbagi informasi yakni secara langsung atau secara virtual untuk memenuhi kebutuhan informasinya serta tipe modal sosial yang terbentuk adalah modal sosial yang menjembatani8. Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa dalam melakukan aktivitas berbagi informasi, modal sosial seperti kepercayaan menjadi modal utama dalam berbagi informasi. Penelitian lain di Indonesia yang meneliti tentang kajian perilaku berbagi informasi adalah Betty Pramida yakni mengenai peranan modal sosial dalam perilaku berbagi informasi pengguna blog. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa perilaku berbagi informasi terutama pada mahasiswa ketika menggunakan blog, peranan modal sosial turut ikut dalam perilaku berbagi informasi yang mereka lakukan selama menggunakan blog yang mereka miliki 9. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Jannatul Firdausi tentang peranan modal sosial pada perilaku berbagi informasi didalam forum sport yakni futsal kaskus diwilayah Surabaya. Pada penelitian ini diperoleh hasil yakni peran modal sosial didalam aktivitas berbagi informasi para anggota pada komunitas Online Kaskus sebagai sarana berbagi informasi. Namun adapun komponen trust atau kepercayaan tidak terjadi pada semua anggota dalam pemberian identitas asli pada perilaku berbagi yang terjadi 10. Penelitian kali ini berfokus pada peran modal sosial remaja net generation dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka yang dilakukan melalui media sosial. Penelitian ini juga membahas kebutuhan informasi para remaja net generation. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni pada penelitian ini lebih menekankan pada pembahasan mengenai gambaran peran modal sosial remaja net generation dalam usaha pemenuhan kebutuhan informasi yang dilakukan melalui media sosial.
8
Agung Dwijayanto. 2011. Perilaku berbagi informasi (information sharing behaviour) di kalangan mahasiswa (studi deskriptif tentang peranan modal sosial dalam perilaku berbagi informasi di kalangan mahasiswa strata satu (S1) Fakultas Farmasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga). Universitas Airlangga; Surabaya. [Skripsi] 9 Betty Pramida. 2014. Peranan modal sosial dalam aktivitas berbagi informasi di kalangan mahasiswa pengguna blog. Universitas Airlangga; Surabaya. [Skripsi] 10 Jannatul Firdausi. 2014. Peranan modal sosial pada perilaku berbagi informasi di dalam forum sport : Futsal kaskus regional Surabaya. Universitas Airlangga; Surabaya.
6
Ardyan Mohammad. 2013. Di 5 media sosial ini, orang Indonesia pengguna terbesar sedunia. [Online] [Tersedia pada www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-iniorang-indonesia-pengguna-terbesar-dunia.html ] [Diakses pada tanggal 30 September 2015] 7 Data ini diperoleh dari We Are Social yang ditulis ulang oleh Ketut Krisna Wijaya. [Online] [Terdapat pada https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-websitemobile-media-sosial-indonesia/ ] [Diakses pada tanggal 30 September 2015]
3
(2001)15. Peran sosial menentukan kebutuhan informasi seseorang dimana mereka tentu akan menyesuaikan dengan konteks sosial dalam sistem sosial mereka seperti yang diungkap oleh Prabha 16. Sedangkan kebutuhan yang terkait dengan personal adalah kebutuhan yang berkaitan pula dengan pemenuhan pada faktor kognitif, afektif serta psikologikal atau kebutuhan akan hiburan (escapist needs). Kebutuhan kognitif menurut Yusup merupakan kebutuhan untuk menambah wawasan pengetahuan. Menurut Katz, Grevitch dan Haz, kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berhubungan dengan penguatan estetis, hal yang menyenangkan dan pengalaman emosional. Sedangkan escapist needs menurut Yusup merupakan kebutuhan untuk melarikan diri, melepas ketegangan serta keinginan untuk mencari hiburan atau pengalihan 17. Remaja SMA tentu memiliki peran tertentu misalnya peran didalam dunia pendidikan maupun lingkungan sosial masyarakat yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan Jean Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif remaja dikatakan sebagai periode akhir dan tertinggi dalam masa pertumbuhannya. Yang mana idealnya, para remaja ini telah memiliki pola pikir sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan abstrak18. Adanya perbedaan kebutuhan informasi telah mendorong individu maupun kelompok mengembangkan berbagai perilaku informasi, salah satunya adalah perilaku berbagi informasi. Perilaku berbagi informasi sejatinya memiliki tujuan untuk mengubah pandangan seseorang terhadap dunia dan untuk membangun pemahaman akan bekerja bersama 19. Tujuan yang diharapkan dari perilaku berbagi informasi adalah untuk membantu seseorang memenuhi kebutuhan informasi mereka dengan saling berbagi informasi yang mereka ketahui.
Kebutuhan Informasi Tiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda satu sama lainnya yang keberadaannya tidak dapat dipaksakan pada siapapun. Hal ini dikarenakan kebutuhan informasi timbul karena adanya kekurangan atau kesenjangan informasi yang dialami seseorang baik secara individu maupun kelompok, dimana untuk melengkapi kesenjangan tersebut diperlukan usaha maupun strategi-strategi agar kesenjangan tersebut dapat terpenuhi. Beberapa ahli telah banyak mendefinisikan tentang kebutuhan informasi, Wilson (1999) mengungkapkan bahwa kebutuhan informasi didalam diri individu timbul disaat indvidu tersebut sedang mengalami kondisi membutuhkan informasi. Disaat individu mengalami kondisi membutuhkan informasi, maka akan terdapat motif didalam diri individu tersebut untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya sehingga akan mendorong mereka untuk bertindak dalam memenuhi kebutuhan informasinya 11. Sedangkan menurut Lidwien van de Wijngaert (1999) dalam Case, mengatakan bahwa kebutuhan informasi terdiri dari proses memahami perbedaan antara keadaan ideal pengetahuan dan keadaan pengetahuan yang sebenarnya. Ada perbedaan kondisi atau kesenjangan antara pengetahuan yang ada didalam pikiran individu dengan pengetahuan yang ada diluar pemikiran individu 12. Kebutuhan informasi menurut Krikelas (1983) dalam Kalisdha adalah pengakuan akan adanya ketidakpastian 13. Kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari apa yang dibutuhkannya, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi tersebut. Situasi dimana seseorang mengalami ketidakpastian akan membuat mereka terdorong untuk mencari atau mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Menurut Wilson 1981, kebutuhan informasi seseorang dibagi kedalam tiga konteks yakni lingkungan seseorang, peran sosial, dan personal 14. Lingkungan menurut Pirolli secara adaptif membentuk perilaku seseorang, Gleeson
15
A. C. Gleeson. 2001. Information-seeking berhaviour of scientists and their adaptation to electronic journals. Masters Theses, University of North Carolina at Chapel Hill. [Tersedia pada http://ils.unc.edu/MSpapers/2672.pdf] 16 C. Prabha et.al. 2007. What is enough? Satisficingh information needs. Journal of Ducumentation. 63,1 p. 74-89. [Tersedia pada http://www.oclc.org/publications/archive/2007/prabhasatisfacing.pdf] 17 P.M Yusup. 1995. Sumber-sumber informasi, kuliah FIKOM UNPAD. [Tersedia pada http://bdg.centrin.net.id/~pawitmy] 18 Lilly H. Setiono. Beberapa permasalahan remaja. [Terdapat pada www.e-psikologi.com ] 19 Diane H. Sonnenwald. Challenges in sharing information effectively: Examples from command and control. Swedish School of Library and Information Science. Sweden.
11
T. D Wilson. 1999. Models in information behaviour research. Journal of Documentation. 55(3) 249-270. 12 Donald O. Case. 2007. Looking for information: A survey of reasearch on information seeking, needs dan behavour. Academic Press; United Kingdom. 13 A. Kalisdha. 2013. Information need and information seeking behaviour of users in library and informastion system. International Journal of Scientific Reasearch, 2(11) : 74-276. 14 Wilson T.D. 1981. On user studies and information needs. Journal of Librarianship, 37 (1), 3-15. [Tersedia pada http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneed s.html]
4
Perilaku berbagi informasi sendiri merupakan salah satu bentuk kolaborasi perilaku informasi guna memenuhi kebutuhan informasi baik individu maupun kelompok tertentu. Kolaborasi perilaku informasi didefinisikan sebagai perwujudan dari kolaborasi perilaku penemuan informasi dengan proses mendapatkan kembali informasi untuk lebih memahami informasi yang dapat mendukung kinerja dan proses pemenuhan pengetahuan seseorang20. Talja mengungkapkan bahwa kolaborasi perilaku informasi sebenarnya tidak mengacu pada hubungan manusia dengan proses kolaborasi melainkan lebih pada kolaborasi dalam penemuan informasi, proses mendapatkan kembali informasi, penyaringan informasi dan memadukan informasi 21. Dalam perilaku berbagi informasi, proses yang terjadi bukan hanya sekedar menyampaikan informasi pada orang lain melainkan ada beberapa komponen yang menyertainya seperti yang diungkapkan oleh Sonnenwald bahwa dalam berbagi informasi diantaranya yakni menyediakan informasi, mengkonfirmasikan informasi yang telah diterima dan mengkonfirmasikan kembali bahwa informasi tersebut dapat dipahami bersama 22.
yang sedang dihadapi. Namun perlu adanya rasa kebersamaan serta kerjasama yang baik dari seluruh anggota masyarakat guna mengatasi permasalahan tersebut. Hanifan dalam Syahra mengatakan bahwa modal sosial bukan sekedar modal dalam arti biasa seperti halnya kekayaan atau bahkan uang, melainkan lebih mengandung arti kiasan yakni merupakan aset atau modal nyata yang penting Hanifan dalam hidup bermasyarakat 24. menambahkan bahwa di dalam modal sosial juga termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati serta hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial tertentu25. Modal sosial oleh Bourdeu didefinisikan sebagai penggabungan dari sumber potensial yang berkaitan dengan kepemilikan atas suatu jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dan terinstitusionalisasi 26. Sedangkan Woolcock (1998) mendefinisikan modal sosial sebagai informasi, trust, dan norms of reciprocity yang melekat pada jaringan sosial dengan tujuan menciptakan sebuah tindakan kolektif yang saling menguntungkan. Woolcock mendasarkan modal sosial pada dua nilai yakni primordiality dan civility 27. Dimana primordiality merupakan nilai-nilai primordial seperti agama, suku atau ras. Sedangkan civility adalah kebebasan, persamaan dan juga toleransi. Menurut Coleman, modal sosial bukan merupakan sebuah entitas tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam entitas dengan dua elemen yakni beberapa aspek struktur sosial dan fasilitator tindakan antar pelaku didalam struktur sosial tersebut 28. Sehingga modal sosial sangat melekat dalam struktur hubungan sosial dimana didalamnya terdapat para pelaku sosial. Modal sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern, hal ini diungkapkan oleh Francis Fukuyama (1999) dalam Lubis. Adapun pilar modal sosial menurut Paldam (2000) adalah kepercayaan (trust), eksistensi jaringan (network) dan kemudahan kerjasama (easy of cooperation)29. Modal sosial terbentuk dan tumbuh dari adanya gabungan atau kombinasi tindakan dari beberapa orang, dimana masing-masing pelaku memiliki keputusan atau bahkan konsekwensi yang akan diterima pada grup atau kelompoknya. Kondisi ini mencerminkan
Modal Sosial Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jaringan dan kepercayaan yang memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Sedangkan Fukuyama lebih menekankan pada dimensi yang lebih luas yakni segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat dengan nilai dan norma yang tumbuh dan dipatuhi 23. Konsep modal sosial hadir dari adanya pemikiran bahwa pada dasarnya masyarakat dan seluruh anggotanya tidak akan mungkin secara individu dapat mengatasi berbagai permasalahan 20
Nasser Saleh, Andrew Large. 2011. Collaborative information behaviour in undergraduate group projects: A study of engineerig students. School of Infrmation Studies. McGill University; Montreal. [ Tersedia pada http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10. 1.1.181.1104&rep=rep1&type=pdf] 21 Sanna Talja. 2002. Information sharing in academic communities: Types and levels of collaboration in information seeking and use. Departement of Information Studies.; Finland. [Tersedia pada http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10. 1.1.96.163&rep=rep1&type=pdf] 22 Diane H. Sonnenwald. Challenges in sharing information effectively: Examples from command and control. Swedish School of Library and Information Science. Sweden. 23 Jausairi Hasbullah. 2006. Social capital: Menuju keunggulan budaya manusia Indonesia.MR-United; Jakarta. Hal 5.
24
Rusydi Syahra. 2003. Modal sosial : Konsep dan aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 5 No. 1. 25 Ibid. 26 Alejandro Portes. 1998. Social capital : Its origins and applications in modern sociology. Annual Review of Soiology Vol. 24. 27 Rissalwan Habdy Lubis. Pemahaman konsep modal sosial. LKPS. 28 Ibid. 29
5
Ibid.
atribut dari struktur sosial, seperti yang diungkapkan oleh Dhesi (2000) bahwa modal sosial bukan private property dari orang tertentu yang mendapatkan manfaatnya melainkan hal tersebut akan muncul dan tumbuh jika dilakukan secara bersama (shared) 30. Oleh karena itu, modal sosial akan tumbuh dan terus berkembang jika digunakan secara bersama-sama dan sebaliknya akan mengalami kemunduran atau penurunan apabila tidak digunakan bersama dengan baik. Sedangkan Hasbullah, mengelompokkan unsur-unsur pokok dari modal sosial menjadi enam elemen yakni kepercayaan atau trust, partisipasi aktif, pertukaran atau reciprocity, norma sosial, nilai serta tindakan proaktif31. 1. Kepercayaan atau trust Rasa percaya atau trust menurut Fukuyama adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan untuk saling bersatu dengan yang lainnya dan memberikan kontribusi dalam peningkatan modal sosial. Sedangkan menurut Putnam, trust merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa orang lain akan melakukan suatu tindakan seperti yang diharapkan untuk saling mendukung dan tidak akan merugikan diri sendiri dan kelompoknya. Menurut Fukuyama kepercayaan sangat berkaitan dengan akar budaya terutama yang berkaitan dengan etika dan moral yang berlaku. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat rasa saling percaya dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari nilai budaya dari masyarakat tersebut 32. 2. Partisipasi aktif Modal sosial akan kuat tergantung pada kapasitas seseorang dalam membangun sebuah jaringan. Hasbullah mengatakan jaringan sosial yang baik pada sebuah kelompok dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan serta ciri yang sama. Keaktifan seseorang dalam sebuah jaringan atau kelompok juga merupakan hal yang penting dalam modal sosial, dimana dengan berpartisipasi dengan aktif maka hubungan sosial yang terjadi menjadi lebih bermakna. Partisipasi aktif terjalin karena adanya jaringan sosial, Putnam dalam Rusydi menungkapkan bahwa adanya jaringan sosial memungkinkan terjadi koordinasi dan komunikasi yang menghasilkan tumbuhnya perasaan saling percaya diantara angota masyarakat 33. Adanya keterikatan didalam sebuah jaringan sosial akan memperkuat keharusan untuk saling membantu
dengan cara berpartisipasi secara aktif didalam anggota tersebut. Selain itu juga guna mencapai keberhasilan melalui adanya kerjasama. Seperti yang diungkapkan oleh Putnam, berbagai keberhasilan yang dicapai melalui kerjasama pada waktu sebelumnya dalam jaringan akan mendorong bagi keberlangsungan kerjasama pada waktu selanjutnya. 3. Pertukaran atau reciprocity Hasbullah mengatakan bahwa dalam modal sosial terdapat kecenderungan untuk saling berbagi atau bertukar kebaikan baik antar individu maupun kelompok. Adapun pola pertukaran yang terjadi adalah pertukaran jangka panjang atau altruism yakni semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain. Rusydi mendefinisikan resiprositas sebagai kemauan untuk saling berbalas kebaikan 34. Adapun didalam perilaku pemenuhan kebutuhan informasi, resiprositas atau pertukaran dapat dilakukan yakni dengan cara pertukaran informasi. 4. Norma sosial Menurut Coleman (1990), norma merupakan sebutan dari tindakan yang dianggap oleh satu set orang sebagai tepat atau benar atau bahkan tidak tepat atau tidak benar. Oleh Coleman, norma tersebut kemudian diekspresikan dalam bentuk bahasa formal maupun informasi sebagai semacam kebijakan, sehingga semua orang yang memiliki norma ini harus menyadari keberadaan dan isi dari kebijakan tersebut. Menurut Atik, norma sosial merupakan sesuatu yang pada dasarnya berada diluar individu yang membatasi dan mengendalikan tingkah laku individu tersebut dan bagi siapapun yang melanggar norma sosial akan mendapatkan sanksi atau hukuman dari masyarakat35. Hal ini membuktikan bahwa norma sosial didalam masyarakat bersifat memaksa agar individu didalam masyarakat bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. 5. Nilai Hasbullah mengatakan nilai adalah sesuatau ide yang telah turun menurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok didalam masyarakat. Misalnya yaitu nilai harmoni, prestasi, Nilai kerja keras, kompetisi dan lain-lain 36. menurut Rusydi lebih bersumber pada rasa simpati. Robinson dan kawan-kawan dalam Rusydi menyebut nilai sebagai barang sosio-emosional karena nilai terbentuk dari perasaan atau emosi dari seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu hal, seperti rasa kagum, kepedulian, rasa hormat,
30
Ibid. Jausairi Hasbullah. 2006. Social capital: Menuju keunggulan budaya manusia Indonesia.MR-United; Jakarta. Hal 9-16 32 Ibid. 33 Ibid.
34
31
35
Ibid.
Atik Catur Budiati. 2009. Sosiologi kontekstual : Untuk SMA dan MA kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional; Jakarta. Hal 29 36 Jausairi Hasbullah. 2006. Social capital: Menuju keunggulan budaya manusia Indonesia.MR-United; Jakarta. Hal 9-16
6
penghargaan yang tinggi serta rasa empati 37. Robert MZ Lawang mendefinisikan nilai sosial sebagai gambaran mengenai apa yang diinginkan yang pantas, berharga yang mempengaruhi perilaku sosial orang lain yang memiliki nilai tersebut 38. Atik menegaskan nilai sosial sebagai segala sesuatu yang baik, dicita-citakan, yang penting dan yang berguna bagi kehidupan manusia serta sebagai landasan bagi masyarakat guna menentukan apa yang benar dan penting39. 6. Tindakan proaktif Tindakan proaktif merupakan keinginan dari dalam siri seseorang yang kuat untuk ikut serta dan berpartisipasi didalam sebuah kelompok tertentu dan juga memiliki keterlibatan didalam hubungan sosial yang terjadi. Tindakan proaktif menurut Hasbullah bukan hanya sekedar keinginan kuat dari anggota kelompok untuk berpartisipasi tetapi juga senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka didalam kegiatan masyarakat 40. Menurut Ralf Chwarzer (1997), individu yang proaktif kemudian akan lebih memerankan fungsi sebagai agent of change, dimana mereka akan berusaha untuk mengubah dan menciptakan lingkungan yang selaras dengan prinsip dan nilainilai yang dianutnya, serta berusaha untuk mengidentifikasi dan mengejar kesempatan guna mengembangkan potensi diri atau skill dan pendidikan guna masa yang akan datang. Hal serupa juga diungkapkan oleh Crant & Kraimer (1999), individu yang memiliki proaktivitas tinggi adalah individu yang mampu untuk mengidentifikasi adanya kesempatan dan dapat mengambil tindakan yang tepat untuk memanfaatkan kesempatan tersebut, mampu menunjukkan inisiatif dan mempertahankannya sampai terjadi perubahan yang bermakna. Sedangkan lawan dari tindakan proaktif menurut Kraimer adalah tindakan yang pasif atau reaktif yaitu individu dengan kecenderungan untuk beradaptasi dengan situasi dan tidak mempunyai keinginan untuk memberikan perubahan didalam sebuah kelompok sosial tertentu41.
deskripstif merupakan penelitian untuk memberi uraian mengenai fenomena atau gejala yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variable mandiri baik satu variable maupun lebih berdasarkan indikator penelitan 42. Sedangkan menurut Nawawi, metode penelitian deskritif memiliki dua ciri pokok : (1) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah yang bersifat faktual. (2) Menggambarkan faktafakta tentang masalah yang diselidiki sebagimana adanya dengan interpretasi secara rasional 43. Tipe deskriptif ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk menggambarkan sebuah fenomena yang sedang terjadi didalam masyarakat. Dalam penelitian ini, penggambaran yang dilakukan yakni menggambarkan peranan modal sosial remaja net generation dalam memenuhi kebutuhan informasi melalui media sosial tanpa melakukan hipotesis terlebih dahulu. Penelitian deskripif didefinisikan sebagai sebuah penelitian yang bermaksud untuk melihat gambaran sebuah kondisi didalam masyarakat. Bungin mengatakan bahwa penelitian yang menggunakan format deskripsi bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi atau situasi yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu sendiri 44. Fokus penelitian yang dilakukan adalah pada peranan modal sosial dalam perilaku berbagi informasi menggunakan media sosial yang dilakukan oleh para remaja usia menengah yang tergolong dalam net generation, dimana remaja yang menjadi objek penelitian adalah remaja atau siswa-siswi SMA (Sekolah Menengah Atas). Kesimpulan Perilaku berbagi informasi merupakan bagian dari perilaku informasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi seseorang. Kebutuhan informasi setiap orang akan berbeda satu sama lainnya. Kebutuhan informasi merupakan bentuk pengakuan seseorang atas ketidakpastian dalam dirinya yang membuat seseorang tersebut terdorong untuk memenuhi kebutuhannya tersebut guna mengahadapi situasi tertentu pada saat itu. Kebutuhan informasi remaja net generation atau remaja yang tergolong usia SMA di Sidoarjo dalam penelitian ini memiliki dua kecenderungan kebutuhan informasi yakni yang pertama kebutuhan akan informasi hiburan dan
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif. Menurut Iskandar, penelitian 37
Rusydi Syahra. 2003. Modal sosial : Konsep dan aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 5 No. 1. 38
Atik Catur Budiati. 2009. Sosiologi kontekstual : Untuk SMA dan MA kelas X. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional; Jakarta. Hal 29 39 Ibid.
42
Iskandar. 2008. Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan kualitatif). Gaung Persada. Jakarta. Hal 61. 43 Hadari Nawawi. 1983. Metode penelitian sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 64, 44 Burhan Bungin. 2001. Metodologi penelitian sosial: Format-format kualitatif dan kuantitatif. Airlangga University; Surabaya. Hal 48.
40
Jausairi Hasbullah. 2006. Social capital: Menuju keunggulan budaya manusia Indonesia.MR-United; Jakarta.. Hal 9-16 41 Michael Crant dan Seibert Kraimer. 1999. Proactive personality and career future. University of Notre Dame; Notre Dame.
7
yang kedua, kebutuhan informasi akademik. Adapun informasi hiburan yangg dibutuhkan adalah informasi tentang lagu baru dengan alasan untuk menambah khasanah musik mereka. Sedangkan informasi akademik yang banyak dibutuhkan oleh remaja SMA di Sidoarjo adalah informasi tentang pelajaran umum karena mereka ingin memiliki wawasan yang luas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagai remaja SMA, meskipun mereka lebih membutuhkan informasi hiburan, namun mereka juga tidak lupa akan peran yang disandangnya yakni sebagai pelajar terlihat dari hasil pnelitian kebutuhan informasi yang hanya memiliki selisih sedikit dengan kebutuhan informasi.
untuk dapat memperoleh informasi yang juga akurat. • Dalam penelitian ini terlihat bahwa norma dalam berbagi informasi masih dimiliki oleh remaja SMA di Sidoarjo walaupun aktivitas tersebut dilakukan di media sosial atau media virtual yang mana tidak bertatap muka secara langsung. • Nilai kepedulian yang diperlihatkan oleh remaja SMA di Sidoarjo masih dijunjung tinggi dalam aktivitas berbagi informasi melalui media sosial. Dimana bentuk kepedulian tersebut yakni semangat membantu antar sesama. • Tindakan proaktif remaja SMA di Sidoarjo dalam aktivitas berbagi informasi melalui media sosial terlihat dari bagaimana mereka menunjukkan peran sebagai agent of change yakni melakukan tindakan inisiatif ketika aktivitas berbagi mulai diam, yaitu dengan mengajak anggota yang lain untuk membagikan informasi kembali. Beberapa hal diatas menunjukkan bahwa modal sosial masih berperan didalam segala tindakan remaja SMA di Sidoarjo yakni dalam perilaku berbagi informasi yang dilakukan melalui media sosial walaupun media sosial dan teknologi telah memberikan ruang bebas dan terbuka untuk mengekspresikan diri mereka.
Perilaku berbagi informasi pada dasarnya merupakan aktivitas yang tidak dapat dilakukan secara mandiri, perlu adanya pihak lain sebagai lawan dalam berinteraksi serta berpartisipasi didalamnya. Perilaku berbagi ini dapat dikatakan sebagai aktivitas sosial yang mana perlu dilakukan bersama-sama baik antar individu maupun kelompok. Oleh karena itu, pada perilaku berbagi informasi ini terdapat modal sosial yang menyertainya, Modal sosial dapat didefinisikan sebagai penggabungan diri yang berkaitan dengan kepemilikan suatu jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dan terinstitusionalisasi. Modal sosial dianggap memiliki peranan penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan dari masyarakat modern. Hasbullah mengelompokkan unsur modal sosial menjadi enam yakni kepercayaan atau trust, partisipasi aktif, pertukaran atau reciprocity, norma sosial, nilai serta tindakan proaktif. Berikut ini adalah kesimpulan hasil penelitian pada modal sosial remaja net generation dalam perilaku berbagi informasi guna memenuhi kebutuhan informasi khususnya remaja SMA di Sidoarjo melalui media sosial . • Bentuk kepercayaan yang terjalin pada remaja SMA Sidoarjo dalam perilaku berbagi informasi melalui media sosial terlihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sikap kepercayaan masih terjadi terbukti dengan keterbukaan informasi antar sesama anggota media sosial. • Pada penelitian ini, bentuk partisipasi aktif pada remaja SMA di Sidoarjo terlihat pada respons yang mereka tunjukkan ketika aktivitas berbagi dimulai yakni ikut memberikan informasi dan tidak hanya membaca saja atau tidak sebagai silent reader. • Pertukaran yang terbentuk pada remaja SMA di Sidoarjo ini berupa memberikan informasi yang baik dan tepat pada orang lain begitupula sebaliknya, mereka pun juga menginginkan
Saran Berikut ini adalah beberapa saran yang berikan penulis terkait dengan perilaku berbagi informasi melalui media sosial yang dilakukan oleh remaja SMA di Sidoarjo, baik untuk sekolah maupun untuk lembaga tertinggi yang menaungi sekolah yakni Dinas Pendidikan Kota Sidoarjo. • Saat ini jamannya digital, oleh karena itu lembaga sekolah baik SMA dan jenjang pendidikan lainnya juga hendakya berubah mengikuti jaman yang ada. Misalnya dibentuk sebuah wadah sosial atau jejaring internet atau media sosil yang diperuntukkan bagi siswasiswanya untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkannya. Sebagai lembaga dalam bidang pendidikan tentuya tidak boleh memberikan informasi yang tidak jelas kepada murid-muridnya. Karena hal ini berkaitan dengan perkembangan penegetahuan siswa serta perkembangan sosial mereka. • Sebagai tempat mendidik yang baik, hendaknya sekolah-sekolah juga meyisipkan kurikulum tentang IT, internet dan sejenisnya sehingga remaja atau anak dapat terarah ketika mulai menggunakan IT karena telah mendapat pembekalan ilmu mengenai IT sebelumnya. • Saran bagi pneliti selanjutnya yakni, dapat menjabarkan lebih rinci bagaimana kebutuhan informasi dari remaja SMA serta kekompleksannya sebuah butuhan informasi,
8
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian ilmu perpustakaan dan informasi : Suatu pengantar diskusi epistimologi dan metodologi. JIP-FSUL; Jakarta. Portes, Alejandro. 1998. Social capital : Its origins and applications in modern sociology. Annual Review of Sociology Vol. 24. Prabha, C et.al. 2007. What is enough? Satisficingh information needs. Journal of Ducumentation. 63,1 p. 74-89. [Tersedia pada http://www.oclc.org/publications/archive/20 07/prabha-satisfacing.pdf] Saleh, Nasser, Andrew Large. 2011. Collaborative information behaviour in undergraduate group projects: A study of engineerig students. School of Information Studies. McGill University; Montreal. [Tersedia pada http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/downloa d?doi=10.1.1.181.1104&rep=rep1&type=pd f] Setiono, Lilly H. Beberapa permasalahan remaja. [Terdapat pada www.e-psikologi.com] Syahra, Rusydi. 2003. Modal sosial :Konsep dan aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya.Vol. 5 No. 1. Sonnenwald, Diane H. 2006. Challenges in sharing information effectively: Examples from command and control. Swedish School of Library and Information Science; Sweden. Talja, Sanna. 2002. Information sharing in academic communities: Types and levels of collaboration in information seeking and use. Departement of Information Studies; Finland. [Tersedia pada http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/downloa d?doi=10.1.1.96.163&rep=rep1&type=pdf] Teguh, Ratminto. 2005. Determinisme teknologi dalam teknologi komunikasi dan informasi. Mediator Vol. 6 No 1. DIKTI. Wilson, T.D. 1999. Models in information behaviour research. Journal of Documentation Vol. 55 No. 3. Departement of Information Studies; University of Sheffield. Yusup, P.M. 1995. Sumber-sumber informasi, kuliah FIKOM UNPAD. [Tersedia pada http://bdg.centrin.net.id/~pawitmy] Kemendikbud. 2015. Educational Statistics in Brief 2014-2015. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan; Jakarta. Undang-undang RI tentang Informasi dan transaksi elektronik Nomor 11 Tahun 2008. Dwijayanto, Agung. 2011. Perilaku berbagi informasi (information sharing behaviour) di kalangan mahasiswa (studi deskriptif tentang peranan modal sosial dalam perilaku berbagi informasi di kalangan mahasiswa strata satu (S1) Fakultas
karena dalam penelitian ini belum dijabarkan dengan rinci kebutuhan informasi remaja SMA. Daftar Pustaka Bungin, Burhan. 2001. Metodologi penelitian sosial: Format-format kualitatif dan kuantitatif. Airlangga University; Surabaya. ____________. 2005. Metodologi penelitian kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Kencana; Jakarta. Case, Donald O. 2007. Looking for information: A survey of reasearch on information seeking, needs dan behavour. Academic Press; United Kingdom. Hasbullah, Jausairi. 2006. Social capital: Menuju keunggulan budaya manusia Indonesia. MR-United; Jakarta. Iskandar. 2008. Metode penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan kualitatif). Gaung Persada Press; Jakarta Nawawi, Hadari. 1983. Metode penelitian sosial. GadjahMada University Press; Yogyakarta. Sugihartati, Rahma. 2014. Perkembangan masyarakat informasi dan teori sosial kontemporer. Kencana; Jakarta. Crant, Michael, Seibert Kraimer. 1999. Proactive personality and career future. University of Notre Dame; Notre Dame. Gleeson, A. C. 2001. Information-seeking berhaviour of scientists and their adaptation to electronic journals. Masters Theses, University of North Carolina at Chapel Hill. [Tersedia pada http://ils.unc.edu/MSpapers/2672.pdf] Harisanty, Dessy. Kebutuhan informasi siswa SMA dan ketersediaan sumber informasi pada perpustakaan SMA di Surabaya. Universitas Airlangga; Surabaya. [Tersedia http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/images/pdf /Dessy.pdf] Hidayat, Mien. 2008. Makna dan pemaknaan: Aplikasi dalam penelitian. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran; Bandung. Kalisdha, A. 2013. Information need and information seeking behaviour of users in library and informastion system. International Journal of Scientific Reasearch, 2(11) : 74-276. Krikelas, James. 1983. Information-seeking behaviour : Patterns and concepts. Drexel Lib Quart, 19 (2) Spring. Lubis, Rissalwan Habdy. Pemahaman konsep modal sosial. LKPS. [Tersedia pada http://www.lkps.or.id/index.php?option=co m_phocadownload&view=category&downl oad=1:pemahaman-konsep-modalsosial&id=2:makalah&Itemid=41]
9
Farmasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga). Universitas Airlangga; Surabaya. [Skripsi] Firdausi, Jannatul. 2014. Peranan modal sosial pada perilaku berbagi informasi di dalam forum sport : Futsal kaskus regional Surabaya. Universitas Airlangga; Surabaya. [Skripsi]
Pramida, Betty. 2014. Peranan modal sosial dalam aktivitas berbagi informasi di kalangan mahasiswa pengguna blog. Universitas Airlangga; Surabaya. [Skripsi] www.techinasia.com www.merdeka.com
10
