Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
PENIPUAN DALAM INTERAKSI MELALUI MEDIA SOSIAL (Kasus Peristiwa Penipuan melalui Media Sosial dalam Masyarakat Berjejaring)
Agus Rusmana Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Padjadjaran
[email protected]
ABSTRACT – The development of Internet had given birth to new society named network society who are virtually social interacting. As it has happened in unmediated social interaction, in this virtual interaction, there are deviances in the interaction participants, one of these is deception in social mediated interaction. In terms of understanding how this deception happened in the interaction, a research was conducted on the cases of female victims of deceptions by using Facebook. The research uses Phenomenology theory, and for analyzing the acts of deceptions, it uses dramaturgy and framing analyses by Erving Goffman. From the research it is understood that the deceptions could happen by victims’ internal and external factors that pushed them to interact, image creation and framing strategy by deceivers, and the strength of social media that created realities in the victims mind. Furthermore, the existence of network society had also given birth to a new identity as a member of the sociey who has an equality among them, thus each member is willing to socially interact the global sphere.
Keywords: Phenomenology, Symbolic Interactionism, Dramaturgy, Framing, Social media ABSTRAK – Perkembangan teknologi Internet telah melahirkan sebuah masyarakat baru yang disebut sebagai masyarakat berjejaring yang melakukan interkasi sosial secara maya. Seperti juga dalam interaksi sosial tanpa media, dalam interaksi maya terdapat perilaku menyimpang dari peserta interaksi. Salah satunya adalah penipuan dalam interaksi melalui media sosial. Untuk memahami bagaimana praktik penipuan terjadi dalam interaksi melalui media sosial, dilakukan penelitian dengan kasus korban penipuan wanita pengguna Facebook. Penelitian ini menggunakan
teori Fenomenologi, kemudian analisis peristiwa penipuan dilakukan dengan pendekatan teori dan konsep dramatugi dan analisis bingkai dari Erving Goffman. Dari hasil analisis data dipahami bahwa terjadinya peristiwa penipuan di akibatkan faktor internal dan eksternal korban yang mendorong untuk melakukan interaksi, strategi penciptaan kesan dan strategi pembingkaian oleh pelaku penipuan, dan karakteristik media sosial yang mampu menciptakan realitas dalam pikiran korban penipuan. Di samping itu kehadiran masyarakat berjejaring telah melahirkan identitas baru bagi individu sebagai anggota masyarakat berjejaring yang memiliki kesetaraan dengan semua angota masyarakat berjejaring lainnya sehingga masingmasing bersedia untuk berinteraksi sosial dalam tatanan global. Kata kunci: Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, Dramaturgi, Pembingkaian, Media sosial PENDAHULUAN Lahirnya media sosial dengan fasilitas teknologi yang lengkap membuatpenggunanya dapat berkomunikasi dengan pengguna lain yang secara geografis berjauhan, namun seolah-olah mereka berada pada jarak yang dekat. Kehadiran media sosial juga memberikan begitu banyak kemudahan, mulai dari mudahnya bertukar pesan dan informasi, sampai pada kemudahan seorang pengguna yang ingin mempublikasikan karyanya agar dapat diketahui orang lain, menghilangkan batasan generasi dan memperluas wacana yang
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
187
188
Agus
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
dapat dipertukarkan. Media sosial juga sudah
Idealnya, interaksi yang terjadi di antara
banyak berperan dalam bidang ekonomi dan
individu
perdagangan dengan kemampuannya mendukung
individu tersebut terhadap individu lainnya bahwa
kegiatan pemasaran produk sampai pada kegiatan
masing-masing tidak akan berbuat sesuatu yang
jual beli.
merugikan. Terjadinya peristiwa penipuan dalam
Namun penelitian menemukan bahwa interaksi
yang
kepercayaan
interaksi melalui media sosial ini menunjukkan bahwa terdapat tindakan oleh pelaku penipuan
teknologi
yang memanfaatkan kepercayaan yang diberikan
Internet berdampak pada munculnya anggota
oleh korban penipuan dalam mempersepsi tawaran
masyarakat yang kurang bertanggung jawab dan
dan ajakan yang diberikan oleh pelaku selama
mengucilkan diri dari interaksi dengan masyarakat
interaksi berlangsung.
dengan
oleh
berdasarkan
masyarakat
berjejaring
dilakukan
dilakukan
menggunakan
(Levine, 2001 dalam Kollanyi, 2007). Orang -
Dalam interaksi tatap muka (face to face
orang ini kemudian berperilaku menyimpang dari
interactions) maupun melalui media (mediated
norma interaksi sosial maya dengan melakukan
interaction) terdapat pelaku yang menyatakan atau
tindakan yang mengganggu interaksi sosial yang
menawarkan sesuatu atau mengajak berbuat
terjadi. Beberapa tindakan menyimpang adalah
sesuatu yang disampaikan dalam bentuk lambang
melakukan perusakan pada laur media (hacking),
yang maknanya disepakati oleh semua pihak yang
pencurian data anggota jaringan sosial, dan
berinteraksi
penipuan (deception) yang dilakukan untuk
pemahaman
mendapatkan keuntungan pribadi.
dipertukarkan
Peristiwa
penipuan
harus
sehingga yang
dapat
sama
dalam
menciptakan
tentang
interaksi.
hal
yang
Terjadinya
menjadi
peristiwa penipuan seperti janji untuk menikahi
perhatian karena tindakan itu memiliki pengaruh
yang dilakukan seorang pria dalam interaksi
yang sangat besar bagi kehidupan sosial korban
melalui media sosial Facebook menunjukkan
dan perlu dicari metode pencegahannya karena
adanya
keberadaan media sosial sudah menjadi bagian tak
dilakukan oleh pelaku penipuan agar korban tidak
terpisahkan dari kehidupan sosial, dan dipercayai
menyadari bahwa ada lambang yang sengaja
sebagai salah satu pendukung interaksi sosial
digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia sampai
mempersepsi bahwa semua pernyataan, tawaran
tahun 2012 tercatat pengguna Facebook sebanyak
atau ajakan yang diterimanya adalah benar dan
65 juta orang (Harian TI, 15 November 2013),
menganggap bahwa pelaku bertujuan membantu
sedangkan media sosial LINE mencatat 14 juta
atau memberinya keuntungan.
pengguna di Indonesia (Harian TI, 10 Desember 2013),
sementara itu pada penggunaan media
tindakan
oleh
rekayasa
penipu
lambang
untuk
yang
membuatnya
Melalui penelitian mengenai peristiwa yang terjadi dalam interaksi sosial melalui media
sosial Twitter, Indonesia menduduki peringkat
sosial,
diharapkan
kedua terbanyak di dunia (Tribunnews, 6 Oktober
pemahaman yang lebih komprehensif mengenai
2013).
dampak
kehadiran
masyarkat
media
sosial
memiliki
di
dalam
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194
kehidupan
mereka
dan
189
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
bagaimana
bersikap
karakterisik
Abad
Informasi
Masyarakat
terhadap dampak tersebut. Berdasarkan latar
berjejaring ini dihubungkan dengan teknologi
belakang ini maka penelitian dirumuskan dalam
Internet (world wide web) yang memungkinkan
sebuah
peristiwa
adanya hubungan antara satu individu dengan
interaksi antara korban penipuan dan pelaku
individu atau dengan kelompok tanpa masing-
penipuan
masing harus mengenal terlebih dahulu melalui
pertanyaan:
melalui
“Bagaimana
media
sosial
dapat
mengakibatkan terjadinya tindakan manipulasi?”
interaksi langsung. Interaksi sosial yang dilakukan
Penelitian ini bertujuan untuk memahami
melalui media sosial ini dimana masing-masing
bagaimana peristiwa penipuan dapat terjadi pada
individu anggota jaringan (nod) merasa bahwa
interaksi
masyarakat
mereka saling berdekatan dan melihat satu dengan
berjejaring yang berinteraksi menggunakan media
yang lain, melahirkan sebuah jaringan sosial baru
sosial, dan memperoleh konsep baru mengenai
yaitu Jaringan Sosial Maya (Virtual Social
interaksi sosial berupa komunikasi melalui media
Network), atau juga disebut sebagai Komunitas
sosial (virtual interaction) yang diharapkan dapat
Maya (Virtual Community) yang berinteraksi
memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian
sosial secara maya. Interaksi sosial maya memiliki
tentang interaksi sosial yang sudah ada.
karakter yang sangat mirip dengan interaksi tatap
sosial
maya
dalam
muka dimana aturan dan norma interaksi juga diakui dan digunakan. Hal ini berarti bahwa
TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan media sosial yang sudah
semua
anggota
interaksi
tetap
mengatur
sangat meluas ini kemudian membentuk sebuah
tindakannya agar tidak melanggar norma yang
interaksi sosial baru berupa Jejaring Sosial (Social
berlaku.
Network) yang merupakan sebuah struktur sosial
Penipuan
adalah
sebuah
tindakan
yang dibentuk oleh individu (atau kelompok) yang
seseorang atau sekelompok orang membuat kesan
terhubungkan
saling
bahwa sesuatu itu benar dan tidak palsu untuk
ketergantungan, seperti persahabatan, persauda-
membuat orang lain memberikan kepercayaan.
raan, kepentingan bersama, petukaran perdagang-
Secara formal, penipuan didefinisikan sebagai
an, ketidak sukaan, berpacaran, kesamaan ke-
tindakan “membujuk orang lain dengan tipu
yakinan, pengetahuan atau prestise (Simmel,
muslihat, rangkaian kata-kata bohong, nama
1955, White, Boorman, and Brieger 1976, dalam
palsu, keadaan palsu agar memberikan sesuatu”
Pescoslido, 2006).
(Anwar, 1979, hal. 16). Umumnya penipuan
oleh
satu
atau
lebih
Selain di dalam Jejaring sosial, individu-
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan diri
individu saling tersambung satu dengan yang lain
pribadi atau kelompok pelaku sendiri, dan
dan membentuk sebuah Masyarakat Berjejaring
menimbulkan kerugian pada korban penipuan.
(Network Society), yaitu sebuah bentuk spesifik
Begitu banyak kerugian yang diderita oleh
dari
tentantif
seorang korban penipuan, baik kerugian berupa
diidentifikasi oleh penelitian empiris sebagai
finansial, fisik maupun psikologis. Salah satu
struktur
sosial
yang
secara
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
190
Agus
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
peristiwa penipuan yang terjadi dalam interaksi
persoalan pokok dari banyaknya orang yang
melalui media sosial. Peristiwa penipuan melalui
tertipu ketika memberikan kepercayaan kepada
media sosial adalah peristiwa dimana seorang
orang lain yang hanya dikenalnya melalui media
pengguna media sosial, salah satunya adalah
sosial. Praktik penipuan dalam interaksi melalui
Facebook, menerima pesan dan atau permintaan
media sosial ini merupakan masalah besar jika
untuk melakukan atau memberikan sesuatu,
tidak ditemukan upaya untuk mengurangi atau
biasanya berupa uang atau barang, dari seorang
bahkan jika mungkin, menghilangkan resiko
pengguna lain yang dikenalnya melalui media
mengalami kerugian ketika berinteraksi sosial
yang sama.Permintaan ini disampaikan dengan
melalui media.
janji bahwa pemberi akan mendapat keuntungan
Penelitian ini menggunakan metode studi
atau hal lain yang menyenangkan dan meyakinkan
kasus (Miller Gale dan Richard S. Jones, 2000).
bahwa janji tersebut akan benar-benar dipenuhi.
Penggunaan studi kasus untuk memahami praktik
Namun kemudian diketahui bahwa setelah per-
penipuan
mintaan itu dipenuhi, semua hal yang dijanjikan
pendekatan yang tepat karena studi kasus dapat
itu tidak pernah diterimanya, atau bahkan korban
memberikan
menerima tindakan sebaliknya yang menye-
individu terlibat dalam interaksi dengan dunia
babkannya menderita kerugian fisik.
sosial. Untuk keperluan analisis, data yang akan
melalui
media
gambaran
sosial
tentang
merupakan
bagaimana
digunakan adalah rekaman percakapan antara korban penipuan dan pelaku penipuan. Untuk
METODE PENELITIAN Tujuan memperoleh
penelitian gambaran
ini
adalah
tentang
untuk
melengkapi
analisis,
data
lain
yang
akan
rangkaian
dikumpulkan adalah profil korban penipuan,
peristiwa interaksi antara korban dan pelaku
mulai dari data demografis (usia, pekerjaan,
penipuan dalam interaksi melalui media sosial,
tempat tinggal, dll.), kompetensi, kebiasaan
gambaran tentang tindakan korban mempersepsi
sehari-hari, sampai latar belakang budayanya dan
tawaran atau ajakan pelaku yang disampaikan
budaya di mana dia berinteraksi.
selama interaksi berlangsung, dan mendapat
Sumber data dalam penelitian ini adalah
gambaran tentang faktor-faktor dalam interaksi
tiga
orang
wanita
yang
yang mendorong korban penipuan mempercayai
penipuan.Untuk
pelaku penipuan yang dikenal dan berinteraksi
semua nama informan disamarkan/ diganti. Data
hanya melalui media sosial. Dengan perolehan
yang akan digunakan adalah pengakuan korban
gambaran yang komprehensif tentang komponen
melalui wawancara tentang keadaan dirinya,
tujuan itu, saya berharap akan dapat memahami
pernyataan orang yang memiliki hubungan pribadi
mengapa dapat terjadi praktikpenipuan dalam
(saudara, teman, rekan) dengan korban, dan hasil
interaksi melalui media sosial.
pengamatan pada profil korban yang ditulis pada
menjaga
menjadi
korban
kehidupan
pribadi,
Penelitian tentang praktik penipuan melalui
akun Facebooknya. Pengumpulan data penelitian
media sosial ini dilakukan untuk menemukan
tentang praktik penipuan dalam interaksi media
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194
sosial
tidak
dilakukan
di
191
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
lokasi
tertentu,
menggunakan fenomenologi dan interaksionisme
melainkan di lokasi di mana informan bersedia
simbolik. Selanjutnya praktik penipuan dianalis
diwawancara.
dengan menggunakan teori dan konsep dramaturgi
Untuk keperluan analisis, dibuat transkrip
dan pembingkaian (framing).
wawancara dari rekaman suara hasil wawancara semua informan dalam bentuk teks menggunakan
a. Pembentukan Realitas Melalui Interaksi
words processor. Dalam penulisan transkrip ini
Sosial
tidak dituliskan secara detil ucapan dari informan,
Praktik penipuan yang terjadi dalam
tetapi hanya kata dan kalimatsesuai kebutuhan
interaksi melalui media sosial terjadi karena
data penelitian. Penulisan transkrip dilakukan
adanya persepsi yang diberikan oleh korban
dengan urutan sesuai urutan yang sesuai dengan
penipuan bahwa semua pernyataan, tawaran dan
hasil rekaman wawacara.
ajakan yang disampaikan oleh pelaku adalah sebuah realitas. Pembentukan persepsi yang terjadi dalam diri korbanadalah karena korban
HASIL DAN PEMBAHASAN Seluruh data penelitian yang disampaikan
melakukan konstruksi interpretif berdasarkan
dalam laporan adalah hasil wawancara dengan
pengetahuan yang dimilikinya terhadap semua
tiga orang korban, hasil wawancara dengan orang-
lambang yang diterimanya. Kepercayaan korban
orang yang berhubungan dekat dengan korban,
pada semua pernyataan, tawaran atau ajakan yang
dan hasil pengamatan pada profil dan status
diterima dari pelaku penipuan sebagai sebagai
korban yang dituliskan pada akun masing-masing
sebuah realitas realitas objektif adalah sebuah
di Facebook.
hasil tipifikasi (Miller, 2000).
Untuk menjaga kerahasiaan pribadi korban, maka dalam laporan penelitian dan analisis data,
b. Dramaturgi dan Pembingkaian dalam
tidak dicantumkan nama korban yang sebenarnya,
Praktik Penipuan
namun menggantikannya dengan nama samaran.
Dari
pernyataan
para
korban
penipuan,
Untuk menghindari adanya kemungkinan nama
diketahui bahwa pelaku penipuan telah terlebih
samaran yang sama dengan orang lain, maka
dahulu mempelajari dan mengenali profil korban,
digunakan nama samaran yang sangat tidak umum
sehingga dia dapat langsung dapat menyesuaikan
digunakan oleh orang Indonesia, yaitu Merana,
topik pembicaraan tentang hal-hal yang disukai
Oshin dan Sizuka. Penyamaran juga dilakukan
dan tidak disukai korban. Untuk menciptakan
pada nama dan foto profil korban.
kesan bahwa dia adalah orang baik dan penuh
Pada dikemukakan
pembahasan jawaban
hasil atas
penelitian,
perhatian
sehingga
korban
percaya,
pelaku
pertanyaan-
penipuan menggunakan strategi yang oleh Erving
pertanyaan penelitian yang diajukan di bagian
Goffman disebut performance, yaitu dengan
awal penelitian ini. Analisis akan dilakukan secara
menampilkan diri mereka melalui pemasangan
makro sosiologis dengan mendekati temuan
foto yang menunjukkan bahwa dia benar-benar
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
192
Agus
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
bekerja. Selanjutnya pelaku penipuan selalu
e. Pembuatan Alur Cerita (story line) dan
menyembunyikan fakta dirinya.
Fabrikasi Untuk dapat menguatkan kesan yang tercipta dalam diri korban tentang pelaku penipuan, ketika
c. Pembingkaian Sosial (Social framework). Selama berinteraksi melalui FB, korban
pelaku
memberikan
benda
menunjukkan
tidak formal, baik Bahasa Indonesia maupun
pengiriman
bahasa Inggris. Meskipun bahasa Inggris korban
menunjukkan bukti bahwa dia adalah pejabat
diakui (dan dari hasil pengamatan dalam sebuah
negara atau orang penting (perwira dari Amerika)
thread) tidak begitu baik, namun komunikasi tetap
dengan
berjalan
sehingga
pelaku
tidak
pernah
(airways
berupa
dia
dan pelaku menggunakan bahasa sehari-hari yang
lancar.Karena
dokumen
berharga,
bill).
menggunakan bisa
tanda
bukti
Pelaku
juga
fasilitas
masuk
diplomatik
Indonesia
tanpa
mengkritik bahasa Inggris korban, korban dengan
pemeriksaan. Selanjutnya pelaku menyebutkan
leluasa terus berkomunikasi tanpa khawatir bahwa
nama tempat tinggal (hotel) yang benar-benar ada
bahasa
teori
di Indonesia, dan ketika pelaku mengaku sedang
pembingkaian, tindakan pelaku membuat korban
berada di Indonesia, dia menggunakan telepon
tetap nyaman berkomunikasi disebut sebagai
dengan layanan operator Mentari. Bukti-bukti
pembingkaian sosial (social framework) dimana
fisik tersebut begitu meyakinkan dan dapat
pelaku menjaga situasi secara terus menerus dan
dikonfirmasi sehingga korban sangat yakin bahwa
membimbing
semua yang dikatakan oleh pelaku penipuan
Inggrisnya
korban
keliru.
Dalam
agar
tetap
bersedia
beinteraksi (guided doings).
adalah benar, dan dengan keyakinan ini muncul kepercayaan
korban.
Fabrikasi
dan
keying
d. Rancangan dan fabrikasi (Design and
dibangun melalui rekayasa oleh pelaku penipuan
fabrication).
mempengaruhi korban ketika mempersepsi situasi
Rancangan dan fabrikasi dilakukan oleh pelaku dengan menunjukkan bahwa dia sangat menyukai
dan
pengaturan
mencintai
korban
tindakanberupa
frekuensi
hampir di setiap kesempatan. Dengan frekuensi yang
kesungguhan,
secara
umum
kepercayaan
bertambah pada pelaku.
menjadi korban
melihat semuanya sebagai sebuah realitas.
melalui
berkomunikasi yang sangat tinggi dan pada
tinggi
yang dibuat sengaja oleh pelaku, sehingga dia
tanda
semakin
Kepercayaan Sebagai Faktor yang Mengurangi Kepekaan Kepercayaan pada pelaku membuat korban kurang peka dan tidak memperhatikan adanya kejanggalan pelaku.Terdapat
situasi
yang
beberapa
dibuat
kejanggalan
oleh yang
terlalu menonjol yang teramati dan disadari sendiri oleh korban namun diabaikan, seperti harus membayar pajak untuk mengambil gajinya, harus mengurus perawatan dirinya di rumah sakit
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 187-194
193
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
sendirian, padahal dia adalah utusan perusahaan ,
dan tetap mempersepsinya sebagai sebuah
sanggup mengirimkan sejumlah barang berharga
realitas.
dan uang tetapi tidak punya uang untuk membayar
2.
Melalui penampilan panggung (front region)
ongkos kirim dan pajak, mengaku memiliki mobil
yang menciptakan kesan menarik dan
mewah dan bertamasya ke luar negeri, namun
menyenangkan, dan rekayasa peristiwa yang
tidak
relevan,
mampu
membayar
biaya
seseorang
dapat
menciptakan
kuliah.Kejanggalan-kejanggalan tersebut begitu
sebuah situasi yang dipersepsi oleh orang
jelas dan seharusnya mampu membuat siapapun
lain
menyadarinya. Namun korban seperti yang tidak
dipercaya hanya akan bertindak baik dan
perduli
tidak merugikan.
dan tetap bertindak sesuai
dengan
permintaan pelaku.
3.
sebagai
seseorang
yang
pantas
Melalui strategi pembingkaian (framing) berupa pemberian barang-barang berharga yang disertai rekayasa bukti dan raingkaian
Kekuatan Media Sosial Media sosial sebagai perantara interaksi
peristiwa yang mengiringinya (strip) yang
yang menghubungkan korban dengan pelaku
menunjukkan kebenaran tindakan, seseorang
memiliki
kesan
dapat membatasi persepsi orang lain untuk
sungguh-sungguh (real) pada interaksi yang
hanya melihat sifat baik dan sungguh-
terjadi. Namun pada saat yang sama, Facebook
sungguh dari orang tersebut.
peran
dalam
menciptakan
juga membuat penggunanya tanpa sadar membuka informasi
tentang
untuk menampilkan pesan berupa lambang
bagi
verbal dan nonverbal serta interaktivitas
penggunanya untuk menjadi sasaran orang-orang
yang tinggi. Kemampuan ini memperkuat
yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan
persepsi seorang pengguna media bahwa dia
kekurangan seorang pengguna dengan alasan
bisa mengetahui semua peristiwa yang
ingin memberikan pertolongan.
disampaikan oleh pasangan interaksinya dan
ini
terlalu
Media sosial yang memiliki kemampuan
banyak.
Keterbukaan
dirinya
4.
memiliki
resiko
percaya bahwa semuanya benar. SIMPULAN Dari
analisis
hasil
penelitian
tentang
peristiwa penipuan dalam interaksi melalui media sosial, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Keinginan untuk mendapatkan pasangan hidup yang dapat meningkatkan status sosial tinggi (marry up), membuat seseorang kehilangan
kepekaan
atau
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Moch, (1979). Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP II). Bandung, Percetakan Offset Alumni, hal. 16 Gale, Miller and Richard S. Jones, (2000). Case Studies, Encyclopedia of Sociology Second Edition, (Editor: Edgar F. Borgatta and Rhonda J. V. Montgomery), pp.243-249, New York, Macmillan Reference USA
untuk mengenali lambang-lambang interaksi yang memperlihatkan adanya kejanggalan, ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
194
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Goffman, Erving, (1974). Frame Analysis: An Essay on the Organization of Experience. Boston, Northeastern University Press ______________, (1956). Presentation Of Self In Everyday Life. Monograph No. 2, 1956, Edinburgh,Social Sciences Research Centre University of Edinburgh Kollányi, Bence, (2007). Social Networks and The Network Society. Budapest, Szilárd Molnár – Levente Székely Pescosolido, Bernice A, (2006). The Sociology of Social Networks, 21st Century Sociology. Sage Publication 2011
Agus