Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
PERANAN KOPERASI DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN KAPASITAS PETERNAK SAPI PERAH UNTUK MENCAPAI SKALA USAHA LAYAK THE ROLE COOPERATIVE IN PUSHING DAIRY CATTLE CAPACITY BUILDING TO RANCHED FEASIBLE SCALE Aris Riswara*, Lilis Nurlina**, dan Marina Sulistyati** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung - Sumedang KM 21 Sumedang 45362 *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian tentang peranan koperasi dalam mendorong pembangunan kapasitas peternak sapi perah untuk mencapai skala usaha layak di wilayah kerja KSU Tandangsari Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang ini telah dilaksanakan dari tanggal 2 Febuari 2015 sampai 7 April 2015 di Desa Cilembu, Desa Haurngombong, dan Desa Mekarbakti. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji peranan koperasi KSU Tandangsari dalam mendorong pembangunan kapasitas peternak sapi perah untuk mencapai skala usaha yang layak dan mengetahui pembangunan kapasitas yang dilakukan oleh peternak sapi perah di KSU Tandangsari untuk mencapai skala usaha yang layak. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Tahapan analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan koperasi dalam mendorong peternak untuk mencapai skala usaha layak melalui pengembangan pengetahuan peternak, memfasilitasi modal untuk pengembangan usaha, penyediaan sarana produksi, pemasaran susu dengan berbagai kebijakan penetapan harga. Namun yang utama dari peternak sendiri melalui kreativitas dalam mencari pengetahuan dan memanfaatkan peluang, mempunyai mental usaha kuat, motivasi tinggi, perbaikan manajemen usaha berkelanjutan melalui pembelajaran dari pengalaman. Skala usaha yang layak dan peternak bisa menabung, saat skala usaha lebih dari 6 ekor. Kata Kunci : Peranan Koperasi, Pembangunan Kapasitas, Skala Usaha Layak
ABSTRACT Research about the role of cooperatives in encouraging the capacity building of dairy farmers to achieve a feasible scale in Tandangsari KSU Pamulihan, Sumedang has been conducted from 2nd Febuary 2015 until 7th April 2015 at Cilembu village, Haurngombong village, and Mekarbakti village. The purpose of this research was to examine the role of cooperatives in promoting the capacity building of KSU Tandangsari’s dairy farmers to achieve a worth scale of business and to know about the capacity building that has been done by dairy farmers in KSU Tandangsari to achieve a worth scale of business. This study uses a case study method with descriptive qualitative approach. The data collected through interviews. The Stages of the data analysis included data reduction, data presentation and a conclusion. Based on the results of the study indicated that the role of cooperatives in encouraging farmers to achieve a worth scale of business through the developing of the farmers’ knowledge, facilitating financial capital for business development, supplying production materials, milk marketing and pricing policy. However, the main point of the farmers itself was the creativity in search for knowledge and take advantage of oppotunities, 1
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
having a mentally strong effort, high motivation, and making improvements in business management continually by learning process. Feasible scale for farmers can saving at business scale more than 6 tail. Keywords : Role Cooperatives, Capacity Building , Feasible Scale
1. PENDAHULUAN Dunia usaha peternakan sapi perah mempunyai prospek usaha yang cukup baik sehingga perlu diperkuat dengan peningkatan kualitas SDM yang terkait dengan bidang ini. Hal ini didukung oleh kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia yang memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agribisnis persusuan. Selain itu, dari sisi permintaan, produksi susu domestik masih belum bisa mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi susu domestik hanya bisa memasok tidak lebih dari 20% (Kementrian Perindustrian, 2014). Mencermati perkembangan populasi sapi perah di Jawa Barat berdasarkan data statistik periode tahun 2011-2013 terjadi penurunan populasi sapi perah, dari 139.970 ekor pada tahun 2011 kemudian menjadi 103.832 ekor pada tahun 2013 (Disnak Jabar, 2013). Penurunan jumlah populasi yang mencapai 25,82% tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peternak muda yang alih profesi ke pekerjaan lain seperti buruh pabrik dan lebih memilih menjadi pekerja. Selain itu, penjualan sebagian sapi perah oleh peternak saat harga daging tinggi di pasar menyebabkan lebih banyak ternak sapi perah yang dipotong dan penyediaan bibit pengganti (replacement stock) yang relatif lama, sehingga penurunan populasi dapat terjadi dengan cepat. Upaya untuk mengembalikan kejayaan usaha peternakan sapi perah agar siap dalam memasuki AFTA (ASEAN Free Trade Area) 2015 salah satunya dengan memperkuat kelembagaan yang berkaitan dengan usaha peternakan sapi perah seperti koperasi. Dari beberapa negara di ASEAN menurut Food Agriculture and Policy Research Institute (FAPRI, 2006), Indonesia memiliki populasi sapi perah yang paling tinggi (377.000 ekor) pada tahun 2006 dibandingkan dengan Thailand (287.000 ekor), Vietnam (75.000 ekor), Philiphina (6.000 ekor), namun produktivitas sapi perah Indonesia (1.594 kg/ekor) masih dibawah negara Thailand (2.912 kg/ekor), Vietnam (2.071 kg/ekor), dan Philipina (2.353 kg/ekor), padahal kebutuhan susu dalam negeri cukup tinggi. Tingginya angka produktivitas sapi perah di negara lain diikuti oleh pengelolaan secara professional dan tingkat kepemilikan sapi perah per individu lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Pencapaian produktivitas sapi perah dalam mendukung keberhasilan usaha, tidak terlepas dari perbaikan kualitas sumber daya internal peternak dan dorongan eksternal koperasi. Perbaikan kualitas SDM melalui pembangunan kapasitas, mengacu pada proses dimana individu peternak mengembangkan kemampuannya baik secara individual maupun kolektif untuk melaksanakan fungsi sebagai manajer sekaligus pekerja dalam usahanya, menyelesaikan masalah, dan mencapai tujuan-tujuan secara mandiri. 2
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
Proses pembangunan kapasitas peternak dapat diperoleh secara kolektif dari pelayanan koperasi melalui penyuluhan dan pelatihan yang dapat membangun sikap kreatif dan professional peternak, serta dapat juga diperoleh melalui proses pengembangan kapasitas individual seperti pendidikan formal dan non formal yang pernah diikutinya. Pendidikan non formal seperti kursus dan pelatihan di luar pelayanan koperasi serta kreatifitas peternak dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi yang memudahkan peternak dalam mencari inovasi maupun informasi baru. Selain proses tersebut, juga tidak terlepas dari pengembangan mental usaha peternak dalam mengambil keputusan untuk menghadapi berbagai ancaman usaha, baik secara ekonomi maupun sosial. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengkaji peranan koperasi dalam mendorong pembangunan kapasitas peternak sapi perah untuk mencapai skala usaha yang layak, dan mengetahui proses pembangunan kapasitas oleh internal peternak. 2. SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah peternak yang memiliki minimal tujuh ekor sapi perah betina produktif dan tergabung sebagai anggota koperasi KSU Tandangsari di wilayah kerja Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif. Studi kasus merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan suatu kejadian tertentu (Paturochman, 2012). Prosedur penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dengan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007). Variabel yang Diamati Variabel yang diamati adalah peranan koperasi dan pembangunan kapasitas peternak yang meliputi pengenalan budidaya yang baik, memfasilitasi modal, pelayanan dan pengadaan sarana produksi serta pemasaran hasil produksi. Pembangunan kapasitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah serangkaian upaya yang dilakukan peternak untuk meningkatkan kualitas diri secara berkelanjutan dalam melaksanakan usaha sapi perah, melalui upaya peningkatan motivasi, kreativitas, adaptabilitas dan perbaikan usaha berkelanjutan. Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007) adalah upaya yang dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 3
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
Teknik analisa data yang dilakukan melalui 3 tahapan secara bertahap, yaitu tahap reduksi data atau proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah dari catatan - catatan tertulis dilapangan. Tahap penyajian data atau penyusunan informasi yang kompleks kedalam suatu bentuk yang sistematis. Tahap penarikan kesimpulan (tahap akhir), peneliti mengutarakan kesimpulan dari data – data yang telah diperoleh dari observasi, interview dan dokumentasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Haurngombong, Mekarbakti dan Cilembu merupakan bagian dari wilayah kerja KSU Tandangsari di Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Luas wilayah kecamatan Pamulihan 4.186,3 Ha, dengan ketinggian tempatnya ± 720 - 1087 meter diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 18 – 300 C dan kelembaban antara 37-76%. Kecamatan Pamulihan secara administratif berada di sebelah barat dari pusat ibukota Kabupaten Sumedang dan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Rancakalong (Utara), Kecamatan Cimanggung (Selatan), Kecamatan Sumedang Selatan (Timur), Kecamatan Tanjungsarri (Barat). Penggunaan lahan terluas untuk usaha tani. Peranan Koperasi Pengetahuan mengenai teknik budidaya sapi perah yang baik sangat dibutuhkan para peternak untuk menunjang keberlangsungan usaha. Pembinaan KSU dalam mengenalkan teknik budidaya terhadap anggota dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan dan studi banding. Materi-materi yang disampaikan diutamakan merupakan pemecahan masalah yang peternak hadapi. Peternak membutuhkan pengetahuan seperti teknik budidaya yang baik dan manajemen usaha untuk dapat mengembangkan usaha sapi perah. Wagiono (1987) mengatakan bahwa hakekat koperasi sebagai lembaga ekonomi dan sosial, maka sudah sewajarnya jika dalam merealisasikan konsep kemakmuran anggota, maka dibutuhkan adanya pembinaan, bimbingan ataupun penyuluhan koperasi. Materi Penyuluhan yang disampaikan dari KSU Tandangsari seperti pemilihan bibit yang baik, manajemen pakan serta teknik pemerahan. Studi banding diikuti oleh pengurus kelompok dan sebagian anggota. Waktu pelaksanaannya dilakukan setiap satu tahun sekali namun dapat berubah sesuai dengan dana yang ada serta terkadang ada program pembinaan dari Dinas Pertanian dalam bentuk studi banding untuk peternak sapi perah melalui koperasi. Peternak yang mengikuti studi banding hanya pengurus kelompok (50%). Anggota kelompok yang tidak ikut studi banding menyadari dan berpandangan positif terhadap keputusan koperasi tersebut, selain efesiensi biaya juga sebagian besar peternak berpendidikan rendah dan mempunyai daya tangkap yang lemah. 4
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
Mengenalkan budidaya yang baik melalui pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak. Pelatihan atau demonstrasi dapat mendorong peternak mencoba sendiri inovasi baru. Sebanyak 58,33% peternak pernah mengikuti pelatihan, dan 25% peternak sering mengikuti pelatihan dari KSU dan juga luar KSU seperti Dinas Pertanian. Pelatihan yang dilakukan pihak koperasi mengenai pelatihan kepemimpinan dan pelatihan seputar budidaya, seperti pemotongan kuku dan pemotongan tanduk. Pelatihan oleh PPL Pertanian Kecamatan seperti pelatihan pengawetan pakan hijauan, pengolahan susu dan limbah usaha sapi perah. Koperasi memfasilitasi peternak dengan memberikan pelayanan simpan pinjam. Pelayanan simpan pinjam tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan maupun mempertahankan usaha sapi perahnya. KSU menyediakan pelayanan simpan pinjam yang terbuka untuk semua anggota. Sebanyak 8 peternak (66,67%) sering menggunakan layanan simpan pinjam, ketika angsurannya selesai maka langsung pinjam lagi. Sedangkan jika peternak memilih permodalan dari Bank memrlukan banyak pertimbangan, seperti harus bisa menentukan jumlah besaran pinjaman dan menilai kemampuan sendiri untuk mengembalikannya. Hanya sebagian kecil (16,67%) peternak yang menggunakan jasa perbankan. Peminjaman ke koperasi menurut peternak lebih mudah, karena dalam jumlah pinjaman kurang dari lima juta rupiah, tanpa menggunakan jaminan serta tidak ada survey seperti perbankan. Kualitas konsentrat yang diproduksi oleh koperasi akan mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan peternak. Konsentrat yang diproduksi KSU ada dua jenis berdasarkan kualitas, yaitu kualitas medium dan kualitas super. Konsentrat kualitas super masih diproduksi terbatas, sekitar 20 ton atau 5% dari total produksi (400 ton). Hal tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku konsentrat yang semakin sulit diperoleh dan harganya lebih tinggi. Harga konsentrat medium adalah Rp 2.400,00/kg sedangkan kualitas super Rp 2.550,00/kg hanya berbeda Rp 150,/kg. Pemberian hijauan dan konsentrat saja, menurut peternak masih belum dapat mengoptimalkan produksi susu, sehingga banyak peternak yang menggunakan pakan tambahan seperti ampas tahu, bubuk kue, dan umbi atau kulit singkong. Menurut pengalaman peternak, perlakuan tersebut dapat meningkatkan produksi susu sekitar 2-3 liter per ekor setiap harinya. Penanganan sapi perah yang sakit, peternak dipermudah dengan adanya pelayanan kesehatan hewan dari KSU. Jika ada ternaknya yang sakit, peternak menyimpan kartu di kotak yang sudah tersedia di TPK masing-masing. Penyakit ringan pada sapi perahnya seperti demam, peternak lebih berinsiatif melakukan penanganannya sendiri tanpa bantuan petugas kesehatan hewan, namun menggunakan obat-obatan tradisional, supaya susunya tidak tercemar antibiotik dan masih dapat disetorkan. Dimensi peranan KSU dalam pemasaran sangat dibutuhkan oleh para peternak. Kegiatan pemasaran KSU meliputi pendistribusian susu sapi perah dari anggota ke IPS. 5
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
Penentuan harga susu berdasarkan kandungan nutrisi dalam susu, protein merupakan harga paling tinggi yaitu Rp 78,00/0,01 ml daripada kandungan yang lainnya seperti lemak dan TPC. Kandungan protein dalam susu yang dianjurkan minimal 2,6%, lemak (fat) 3,0%, dan SNF 7,4%. Kualitas TPC susu jika mencapai > 3 juta maka harga yang didapatkan peternak untuk TPC setiap liternya adalah Rp 0, sedangkan jika TPC melebihi 5 juta maka peternak akan mendapatkan finalty atau sanksi berupa pemotongan harga susu Rp 100,- per liternya. Namun pada dasarnya sapi FH dapat menghasilkan susu dengan kadar lemak 3,7% (Akoso, 2012). Peternak yang sudah mencapai produksi 70 liter sehari atau lebih, dapat memperoleh harga susu berdasarkan kualitas susu individu. Sebanyak 5 orang peternak (41,67%) sudah menetapkan harga sendiri. Peternak menggunakan harga pribadi karena menurutnya lebih banyak manfaatnya, seperti lebih mudah mencapai harga susu yang tinggi tanpa harus melakukan perubahan secara bersama-sama dengan anggota kelompok lain. Pembangunan Kapasitas Kreativitas dalam kaitannya dengan unsur aptitude dan non aptitude, Semiawan (1984) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannnya dalam pemecahan masalah. Kreativitias meliputi, baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Peternak sebagai anggota koperasi difasilitasi berbagai pembinaan tentang berbagai inovasi. Sebagian peternak tidak mendapatkan pembinaan secara langsung dari KSU, seperti halnya studi banding yang hanya bisa diikuti oleh para pengurus kelompok. Namun demikian, peternak yang tidak mengikuti studi banding akan tetap mengetahui berbagai inovasi hasil dari studi banding tersebut, karena pengurus kelompok akan menyampaikan kembali hasil studi banding kepada para anggotanya. Inovasi yang didapatkan tidak langsung diterapkan begitu saja oleh peternak, selalu di evaluasi lebih lanjut untuk memastikan bahwa inovasi tersebut tepat untuk digunakan. Seperti inovasi tentang biogas, biogas sangat bagus dijadikan alternatif peternak untuk memanfaatkan limbah feses yang melimpah menjadi sumber bahan bakar dan sumber pembangkit listrik. Namun pemanfaatan sebagai sumber pembangkit listrik masih perlu kajian lebih mendalam. Menurut peternak, gas yang dihasilkan dari feses sapi perah masih mengandung air yang dapat menyebabkan mesin genset cepat berkarat. Selektif dalam memilih permodalan usaha serta produktivitas menggunakan pinjaman sangat penting untuk menunjang pengembangan usaha sapi perah. Penggunaan modal pinjaman yang tidak sesuai dengan kebutuhan usaha akan mengakibatkan pendapatan berkurang dan pengeluaran bertambah. Hal tersebut karena peminjaman modal tidak menambah produksi susu yang dihasilkan, sedangkan pengeluaran peternak menjadi 6
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
bertambah karena harus membayar angsuran pinjaman, sehingga diperlukan produktivitas penggunaan uang dari hasil pinjaman. Pembangunan Kapasitas merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-citakan (Brown, 2001). Saat memulai usaha sapi perah dari 1-2 ekor, peternak lebih menemukan banyak tantangan dalam segi ekonomi, karena pendapatan yang dihasilkan masih rendah dan tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Alternatif yang bisa diambil oleh peternak dengan meminjam uang ke koperasi atau bank, jika hal tersebut masih belum mencukupi maka peternak akan menjual pedetnya. Hal ini menjadi kendala untuk peternak lebih cepat mencapai skala usaha 7 ekor, sehingga peternak harus inisiatif menyisihkan penghasilannya dan meminimalisir pengeluaran kebutuhannya sehari-hari untuk dapat mencapai skala usaha yang layak. Pakan hijauan juga menjadi permasalahan peternak saat musim kemarau, dimana rumput hijauan yang ditanam saat musim kemarau tidak bisa mencukupi untuk kebutuhan sapi perah. Saat musim kemarau hasil produksi susu cenderung menurun karena kualitas pakan terutama hijauan yang berkualitas rendah seperti diberikan jerami padi atau jerami jagung.yang mempunyai protein tercerna 0-4%, berbeda dengan rumput gajah yang mengandung protein tercerna 10-15% (Bamualim,dkk., 2009). Biaya pakan hijauan lebih banyak dikeluarkan peternak saat musim kemarau untuk biaya transportasi pengangkutan hijauan ke luar daerah. Menghadapi hal tersebut, dengan penguasaan lahan hijauan yang dimiliki informan (66,67%) masih dibawah 5000 m2, peternak berusaha memperluas lahan rumput baik dengan membeli lahan rumput maupun menyewa lahan milik orang lain (ngagarap) atau milik pemerintah untuk mencukupi kebutuhan hijauan secara kontinyu. Informan penelitian dengan jumlah skala kepemilikan sapi perah sampai 7 ekor atau lebih, sebagian besar masih mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga dengan rata-rata dikerjakan oleh dua orang (suami istri). Dengan jumlah waktu yang sama, lebih banyak pekerjaan peternak yang harus diselesaikan saat populasi sapi perahnya terus bertambah. Seperti memandikan sapi perah sebelum pemerahan, kadang hanya dilakukan peternak saat pemerahan pagi hari, sedangkan pemerahan pada sore hari tergantung kondisi kebersihan sapi perah, jika sapi dalam keadaan bersih, peternak hanya membersihkan bagian ambing. Selain itu, penggunaan lap air hangat untuk ambing sebelum pemerahan untuk merangsang sekresi air susu menjadi jarang dilakukan, karena peternak kewalahan dengan tenaga kerja yang terbatas serta waktu pemerahan yang harus tepat. Peningkatan professionalisme peternak dalam proses pengambilan keputusan diperoleh dari pengetahuan melalui pengalaman pribadi, penyuluhan-penyuluhan, maupun komunikasi dengan peternak lain. Pengalaman mempunyai peranan penting terhadap
7
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
keputusan-keputusan yang diambil peternak. Soeharjo dan Patong (1973), semakin banyak pengalaman yang dimiliki, maka kemampuan dalam mengelola usaha ternak akan lebih baik. Informan yang mempunyai skala usaha lebih dari 20 ekor, relatif membutuhkan teknologi untuk lebih efisien, seperti penggunaan mesin perah dalam proses pemerahan, peternak akan lebih efisien dari sisi waktu dan juga kualitas susu lebih terjamin kebersihannya daripada dengan menambah tenaga kerja. Namun dalam penelitian ini, informan belum menggunakan mesin perah, menurutnya untuk tetap menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitar serta usahanya membantu masyarakat sekitar seperti menyerap tenaga kerja di lingkungan usahanya. Pengembangan kapasitas berupaya memperkuat kemampuan adaptasi diri dan organisasi, dengan tujuan agar mereka dapat merespon perubahan lingkungan diatas situasi yang tengah berlangsung (Morrison, 2001). Sebagian besar peternak memilih usaha sapi perah karena sebelumnya melihat aktifitas keseharian peternak sapi perah yang menarik, terlihat lebih nyaman. Untuk mememenuhi kebutuhan sehari-hari, seyogyanya penghasilan yang diperoleh juga tidak berhenti. Sebagai seorang peternak, pendapatan yang diperoleh dari usaha sapi perah tidak hanya dari susu, tetapi juga dari penjualan pedet. Selain itu, peternak dapat menentukkan pendapatannya sendiri serta kontinyu, saat peternak sedang sakit, usahanya masih bisa ditangani oleh anggota keluarganya, seperti istri dan anak. Motivasi terbesar peternak dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu dukungan positif dari keluarga, karena sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak mencukupi dengan skala usaha hanya 2-3 ekor sapi perah. Menurut setiani dan prasetyo (2008), usaha peternakan sapi perah tingkat rumah tangga dapat memberikan keuntungan jika jumlah yang dipelihara minimal 6 ekor. Proses pencapaian skala usaha besar dari mulai skala kecil, peternak mempunyai mental usaha yang kuat seperti tidak mudah mengeluh dan terus memotivasi dirinya bahwa bisa berhasil. Menurut Asep dan Tanjung (2003), bahwa orang yang termotivasi akan senang melakukan pekerjannya. KSU dalam memotivasi peternak dalam sisi permodalan untuk pengembangan usaha, memberikan keringanan pada peternak dengan memperbolehkan membayar bunga angsuran kredit saja saat produksi susunya sedang menurun. Harga susu ditentukan berdasarkan kulitas susu. Penilaian kualitas susu terbagi dua, yaitu kualitas susu berdasarkan kelompok dan kualitas susu berdasarkan individu. Hal ini untuk mendorong peternak bersemangat meningkatkan produksi susu. Peternak akan lebih mudah mengevaluasi kekurangan dan kelebihan kualitas susu yang dihasilkan dengan melihat hasil uji kualitas susu dari KSU. Pada hakikatnya pembangunan kapasitas pada tingkat individu dalam perbaikan berkelanjutan, akan mengarah pada tata kelola manajemen usaha yang lebih baik. Oleh karena itu, peternak harus senantiasa meningkatkan pengendalian mutu dengan cara mengevaluasi
8
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
diri atas pekerjaan yang telah dilaksanakan per periode atau 10 hari dan berusaha memanfaatkan hasil pengukuran kinerja untuk perbaikan berkelanjutan. Keberhasilan mencapai skala usaha yang layak, peternak terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Seperti pemberian pakan pada ternak yang terus diamati peternak dari segi kuantitas dan kualitas, sampai menemukan yang paling optimal untuk produksi susu yang dihasilkan. Seperti akibat pemberian pakan yang tidak memenuhi kebutuhan basal dan pokok, banyak sapi milik informan yang rubuh atau mati mendadak, biasanya sapi tersebut adalah sapi-sapi yang mempunyai produksi susu tinggi diatas rata-rata. Hal ini dikarenakan tidak seimbangnya antara pemberian pakan dan kapasitas produksi susu sapi perah. Pengalaman-pengalaman peternak dalam meraih kegagalan dalam beternak sapi perah membuat mental usaha lebih kuat dan lebih serius dalam melakukan pekerjaan selanjutnya. Saat beberapa sapinya rubuh atau mati, peternak terus bertahan sampai dengan bisa sukses mencapai skala yang layak. Usia semakin lanjut serta tenaga yang dimiliki semakin berkurang, targetan peternak untuk berhasil bukan hanya terus melakukan penambahan populasi, namun mempunyai sapi yang berproduksi tinggi, karena menurutnya banyak sapi percuma jika produksi yang dihasilkan sedikit. Dalam upaya peningkatan usaha sapi perah ditunjang dengan penggunaan tenaga kerja keluarga secara optimal. Penggunaan tenaga kerja keluarga memungkinkan setiap pekerjaan dalam usaha beternak sapi perah dilakukan dengan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki yang tinggi. Usaha ternak sapi perah memang memerlukan tenaga yang cukup besar dan bersifat rutinitas. Peternak yang kurang mendapatkan dukungan tenaga keluarga, akan lebih sulit mengembangkan usaha sapi perah dari skala kecil menuju skala besar. Prinsip yang sedang dilakukan oleh peternak dalam memperbaiki produktivitas sekarang adalah berorientasi pada penyiapan bibit yang unggul hasil pembesaran pedet milik sendiri. Saat peternak mempunyai pedet bagus akan dibesarkan, namun saat populasi induk relatif banyak, maka pedet yang dihasilkan ditukarkan dengan cara beberapa pedet ditukar dengan satu ekor dara bunting sehingga siklus produksi lebih cepat. Pembagian kerja dalam usaha sapi perah pada keluarga informan bervariasi, namun pada umumnya suami bertugas mencari rumput dan istrinya bertugas membantu di kandang seperti membersihkan kandang dan memerah sapi yang jinak, sementara anaknya membantu menyetorkan susu ke TPS. Adapun peternak yang menggunakan tenaga kerja luar adalah peternak yang sudah berusia tidak produktif. Peternak yang memperhatikan jangka panjang lebih berhasil, salah satunya terlihat dari skala pemilikan sapi perah yang besar. Pemikiran jangka panjang disini seperti inisiatif peternak untuk menyiapkan biaya perbaikan kandang dan penggantian induk afkir dari hasil usaha. Seorang peternak yang berhasil memliki lebih dari 20 ekor selalu menghitung nilai penyusutan kandang maupun sapi perah, sehingga saat kandang rusak dan sapinya di afkir,
9
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
usahanya akan tetap stabil tanpa harus menambah modal dari luar untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kepemilikan sapi perah berbeda dari setiap peternak, dengan mempertimbangkan tenaga kerja yang dimiliki, produksi susu setiap ekor dan kebutuhan peternak sehari-hari. Menurut peternak, usaha ternak sapi perah dapat memberikan keuntungan jika telah mencapai skala usaha lebih dari enam (6) ekor dengan produksi susu 15 liter/ekor/hari. Dengan kepemilikan sapi perah lebih dari 6 ekor peternak bisa menabung. Setiani dan prasetyo (2008) melaporkan bahwa usaha peternakan sapi perah tingkat rumah tangga dapat memberikan keuntungan jika jumlah yang dipelihara minimal 6 ekor. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Peranan KSU Tandangsari dalam mendorong pembangunan kapasitas peternak sebenarnya sesuai dengan peran koperasi sebagai organisasi yang berorientasi pada pelayanan anggota yang mencakup peningkatan pengetahuan peternak, membantu memfasilitasi modal guna pengembangan usaha, menyediakan sarana prasarana produksi yang dibutuhkan peternak, membantu dalam pelayanan kesehatan hewan (Keswan) termasuk Inseminasi Buatan (IB), serta memasarkan susu sapi perah milik peternak dengan mengupayakan berbagai kebijakan penetapan harga, supaya dapat membantu mengoptimalkan harga susu yang diperoleh peternak. 2. Proses pembangunan kapasitas yang dilakukan peternak mencakup sikap kreativitas seperti dalam mencari pengetahuan di luar koperasi dan memanfaatkan setiap peluang usaha. Peternak mempunyai mental usaha yang kuat dan motivasi yang tinggi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik serta mendapatkan dukungan dari anggota keluarga. Perbaikan manajemen usaha diperoleh peternak melalui keterbukaan terhadap pengetahuan baru serta menambah pengalaman secara berkelanjutan, untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran tercapainya manajamen usaha yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut skala kepemilikan sapi perah yang layak menurut peternak jika lebih dari 6 ekor sapi produktif. Saran Koperasi perlu terus meningkatkan kualitas pelayanan, seperti meningkatkan intensitas penyuluhan, terutama mengenai efesiensi usaha selain tentang teknis budidaya. Kelompok perlu melakukan pertemuan rutin sekalipun tidak di fasilitasi KSU agar hubungan kerjasama dan berbagi pengetahuan antar peternak dapat berjalan dengan baik. Perlu dilakukan penyuluhan atau sosialisasi kiat-kiat untuk mencapai skala usaha yang layak agar para peternak dapat mencapai kehidupan ekonomi yang lebih baik.
10
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
5. DAFTAR PUSTAKA Akoso, Budi Tri. 2012. Budidaya Sapi perah: Jilid 1. Airlangga University Press. Surabaya. Asep Ishak dan Tanjung Hendri. 2003. Manajemen Motivasi. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Bamualim, Abdullah M, Kusmartono, dan Kuswandi. 2009. Aspek Nutrisi Sapi Perah. Dalam buku profil usaha peternakan sapi perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Brown, Lisanne. LaFond Anne. Macintyre, Kate, 2001.Measuring Capacity Building, Carolina Population Centre/University of North Carolina, Chapel Hill. Dinas Peternakan Jawa Barat, 2013. Statistik Peternakan. Bandung. Firman, Achmad. 2010. Agribisnis Sapi Perah : Bisnis Sapi perah dari hulu sampai hilir. Widya Padjadjaran. Bandung. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2014. Bahan baku susu ddidominasi produk Impor. tersedia : http://www.kemenperin.go.id /artikel/8883/Bahan-Baku-SusuDidominasi-Produk-Impor. (diakses 20 November 2014, jam 19:00 WIB) Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian kualitatif (cetakan 24). PT. Rosdakarya, Bandung. Morrison, Terrence 2001. Actionable Learning – A Handbook for Capacity Building Through Case Based Learning. ADB Institute. Paturochman, M. 2012. Penentuan jumlah dan teknik pengambilan sampel untuk penelitian sosial ekonomi. Unpad press, Bandung. Semiawan, Conny. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Peserta didik sekolah Menengah. Gramedia. Jakarta. Setiani, C. dan T, Prasetyo. 2008. Penguatan kelembagaan Pemasaran Susu untuk Mendukung Pengembangan Industri Sapi Perah di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi keuangan dan Perbankan Indonesia. Wagiono, Ismanggil, 1987. Ilmu Manajemen dan Koperasi, Seminar Ilmu Koperasi bagi Koperasi, Kerjasama UNPAD-IKOPIN-DEKOPIN, Juli 1987. Jakarta.
11
Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah………………………………………….......Aris Riswara
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama
: Aris Riswara
NPM
: 200110110092
Judul Skripsi : Peranan Koperasi Dalam Mendorong Pembangunan Kapasitas Peternak Sapi Perah Untuk Mencapai Skala Usaha Layak (Studi Kasus Peternak Skala Usaha Besar di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kecamatan Pamulihan Sumedang) Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyataan ini. Dibuat di Jatinangor, Tanggal 10 Juli 2015 Penulis,
(Aris Riswara) Mengetahui, Pembimbing Utama,
(Dr. Ir. Hj. Lilis Nurlina, M.Si) Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Marina Sulistyati, MS) 12