1
PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh : Nisa Nuraeni Latifah A14304019
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
RINGKASAN NISA NURAENI LATIFAH. Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan dalam Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Di bawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM). IKM di Kabupaten Tasikmalaya termasuk ke dalam sektor industri pengolahan. Industri pengolahan menempati urutan keempat dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya setelah sektor pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran, serta jasa-jasa. Kabupaten Tasikmalaya memiliki lima bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan dalam IKM, salah satunya industri kerajinan anyaman pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000) Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tasikmalaya terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Industri tersebut setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Walaupun demikian, peningkatan tersebut relatif kecil dan cenderung tetap di beberapa sentra lokasinya. PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya cenderung meningkat. Namun peningkatan tersebut disertai dengan penurunan laju pertumbuhan setiap tahunnya. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai investasi, dan nilai produksi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan analisis deskriptif. Kedua, menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan menganalisis proyeksi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Data tersebut diolah dengan menggunakan alat analisis shift share dan proyeksi shift share. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki tren yang cenderung meningkat dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki prospek yang cerah. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan berada di wilayah yang memiliki pertumbuhan yang cepat daripada pertumbuhan rata-rata kabupaten. Industri kerajinan anyaman pandan juga memiliki daya saing daripada sektor-sektor yang lainnya dan termasuk kelompok sektor yang progresif atau maju. Hasil analisis proyeksi shift share lima tahun ke depan juga menunjukkan hal yang sama. Hal ini mengindiksikan bahwa industri kerajinan anyaman pandan mempunyai peluang yang bagus untuk tetap terus dikembangkan.
3
PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh : Nisa Nuraeni Latifah A14304019
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
4
Judul
: Peranan
Industri
Kerajinan
Anyaman
Pandan
terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya Nama
: Nisa Nuraeni Latifah
NRP
: A14304019
Program Studi
: Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 131 846 871
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
5
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PERANAN INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN PANDAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA” BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2008
Penulis
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Holis Subarnas dan Elin Warlina. Penulis lahir di Ciamis pada tanggal 28 Mei 1985. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Fajar Kasih, Rajapolah, Tasikmalaya dan lulus tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri Rajapolah I Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama diterima di SMA Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada tahun 2004 melalui jalur USMI. Selama mengenyam pendidikan, penulis aktif berorganisasi. Di antaranya OSIS SMP Negeri I Cihaurbeuti tahun 1999/2000, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 2 Tasikmalaya tahun 2002-2003, anggota Koperasi Mahasiswa IPB tahun 2005, dan UKM Pers Kampus Gema Almamater IPB tahun 2005-2007.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan selama lima tahun ke depan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam industri kerajinan anyaman pandan. Selain itu, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.
Bogor, Juni 2008
Penulis
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyelesaikan penelitian ini atas dukungan dan dorongan semua pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Mamah dan Papa tercinta atas cinta dan kasih sayang kepada penulis, serta doa yang tidak pernah putus. 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan dan nasihat selama penulis mengenyam pendidikan di IPB sampai selsesai menyelesaikan penelitian. 3. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen penguji utama atas saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi. 4. Adi Hadianto, SP atas segala saran dan bimbingannya dan berkenan menjadi dosen penguji wakil departemen. 5. Kepala Bappeda Kabupaten Tasikmalaya, Bapak Asep Saepudin beserta jajarannya dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, serta staf BPS Kabupaten Tasikmalaya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam pengambilan data 6. Mih, para Om dan Tante tercinta, atas dukungan moril maupun materil serta adikku tersayang yang selalu menghadirkan keceriaan. 7. Ismail, Rolas, Fitri, Santi, dan Marlina yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. 8. Rani, Rahma, Aghiez, dan Dylla yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 9. Teman-teman EPS 41 yang telah memberikan warna dalam kehidupan penulis.
9
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................
i
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................
vi
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
9
2.1 Industri Kecil.......................................................................................
9
2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan...................................................
10
2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah......................
11
2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah....................
12
2.5 Penelitian Terdahulu............................................................................
14
2.5.1 Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah.........................
14
2.5.2 Peranan Industri Kerajinan ........................................................
15
2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan.........................................
16
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................................
17
3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional .........................................
17
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional........................................................
19
10
BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................................
22
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................
22
4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................
22
4.3 Metode Analisis Data ..........................................................................
22
4.3.1 Analisis Deskriptif ....................................................................
23
4.3.2 Analisis Shift Share ...................................................................
23
4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share ....................................................
26
BAB V. GAMBARAN UMUM .................................................................................
28
5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah .....................................................
28
5.2 Iklim ....................................................................................................
28
5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ..................................................
28
5.4 Perekonomian ......................................................................................
30
5.5 Industri Pengolahan .............................................................................
32
5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan...................................................
34
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
37
6.1 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya ................................................................
37
6.1.1 Perkembangan Unit Usaha ........................................................
38
6.1.2 Perkembangan Tenaga Kerja ....................................................
39
6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi...................................................
40
6.1.4 Perkembangan Nilai Produksi...................................................
41
6.2 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya..........................................................
41
6.2.1 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (2003-2006) ..........
42
6.2.1.1 Analisis PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan.........................
42
11
6.2.1.2 Analisis Indikator Kegiatan Ekonomi..........................
43
6.2.1.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah.................
45
6.2.2 Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2006-2011) ................................................................
49
6.2.2.1 Analisis Proyeksi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan ..............
49
6.2.2.2 Analisis Proyeksi Indikator Kegiatan Ekonomi...........
50
6.2.2.3 Analisis Proyeksi Komponen Pertumbuhan Wilayah ................................................
51
6.4 Implikasi Kebijakan ............................................................................
55
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
57
7.1 Kesimpulan..........................................................................................
57
7.2 Saran....................................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
58
LAMPIRAN................................................................................................................
60
12
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 1.
Teks
Halaman
Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 (%) .......................................................
Tabel 2.
Perkembangan Industri di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007 ...........................................................................
Tabel 3.
1
3
Perkembangan Jumlah Usaha dan Pekerja Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Lokasi Sentra di Kabupaten Tasikmalaya 2006-2007...........................................
Tabel 4.
4
Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006.....................................................................................
Tabel 5.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2006 (Persen) ............................
Tabel 6.
30
30
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dirinci Menurut Sektor Tahun 2006 (Persen) ......................................................................
Tabel 7.
31
Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)................................................
32
13
Tabel 8.
PDRB Industri Pengolahan dan Distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000..........................................
Tabel 9.
32
Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007....................................
37
Tabel 10. Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 .............................
43
Tabel 11. Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 .............................
45
Tabel 12. Nilai Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ...........................................................................
46
Tabel 13. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ...........................................................................
47
Tabel 14. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ..........................................................................
48
14
Tabel 15. Nilai Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 .............................
48
Tabel 16. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 ...........................................................................
50
Tabel 17. Proyeksi Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 ...........................................................................
51
Tabel 18. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011...............................................................
52
Tabel 19. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011...............................................................
53
Tabel 20. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011...............................................................
54
Tabel 21. Nilai Proyeksi Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 ...........................................................................
55
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1.
Teks
Halaman
Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007.........................
5
Gambar 2. Perkembangan Akumulasi PDRB Sektor Industri Pengolahan di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 ...................
6
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Operasional.......................................
21
Gambar 4. Perkembangan Unit Usaha Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya Tahun 2002-2007 .................................................................
39
Gambar 5. Perkembangan Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya Tahun 2002-2007 .................................................................
40
Gambar 6. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya Tahun 2002-2007 .........................................................................
40
Gambar 7. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya Tahun 2002-2007 .........................................................................
41
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran 1. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2006 ............................................
61
Lampiran 2. Akumulasi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2006.............................................
61
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan (Periode 2003-2006) ....................................................
62
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2003-2006)............................................
63
Lampiran 5. Proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011....................................................
64
Lampiran 6. Proyeksi Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ............................
64
Lampiran 7. Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten...........................
65
Lampiran 8. Proyeksi Komponen Pertumbuhan Proposional .........................
65
17
Lampiran 9. Proyeksi Pertumbuhan Pangsa Wilayah .....................................
66
Lampiran 10. Proyeksi Akumulasi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2011.........
67
Lampiran 11. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan.............................
68
Lampiran 12. Proyeksi Pergeseran Bersih di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan.............................
68
Lampiran 13. Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Desa Sentra Lokasi di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2007 ................................................
69
Lampiran 14. PDRB Kecamatan Cipatujah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000...............................................................................
70
Lampiran 15. PDRB Kecamatan Cikalong Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000...............................................................................
70
Lampiran 16. PDRB Kecamatan Parungponteng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000...............................................................................
71
18
Lampiran 17. PDRB Kecamatan Rajapolah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000...............................................................................
71
Lampiran 18. PDRB Kecamatan Pagerageung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000...............................................................................
72
19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang pada tatanan pengembangan industrinya dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah (IKM), bukan industri manufaktur (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000). Industri pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kecil dan menengah, pada tahun 2006 menempati urutan keempat dalam distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 7,84 persen terhadap PDRB, setelah sektor pertanian (45,31%), perdagangan, hotel, dan restoran (21,93%), dan jasa-jasa (10,27%). Kontribusi beberapa sektor terhadap PDRB dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 (Persen) No. Sektor Persentase (%) 1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, 45,31 Kehutanan, Perikanan 2. Pertambangan dan penggalian 0,25 3. Industri Pengolahan 7,84 4. Listrik, Gas dan Air Minum 1,00 5. Bangunan 5,35 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,93 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,62 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,42 9. Jasa-jasa 10,27 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya 2007
Industri di Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh industri kecil, baik industri kecil formal maupun industri kecil non formal. Industri kecil formal dan
20
non formal dari tahun 2002 sampai 2007 terus mengalami peningkatan baik unit usaha, tenaga kerja, maupun nilai investasi. Sebagai contoh, pada tahun 2002 seluruh industri kecil mampu menyerap 79.099 tenaga kerja, setahun berikutnya mampu menyerap 83.054 tenaga kerja, atau meningkat sebesar lima persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, seluruh industri kecil mampu menyerap 92.377 tenaga kerja atau terjadi penambahan tenaga kerja sebanyak 13.278 dari tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil di Kabupaten Tasikmalaya berkembang dengan pesat. Perkembangan industri di Kabupaten Tasikmalaya secara rinci sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagai wilayah yang dikembangkan sebagai kawasan industri kecil dan menengah, pergerakan ekonomi kerakyatan menjadi pilar pembangunan perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya. Pentingnya pengembangan IKM, kini diperkuat oleh situasi baru yakni pemberlakuan otonomi daerah, globalisasi dunia, dan liberalisasi pasar. Di samping itu, telah terbukti bahwa usaha kecil lebih resisten terhadap fluktuasi ekonomi. Kabupaten Tasikmalaya mempunyai komoditas IKM yang sangat beragam. Terdapat lima bidang usaha potensial untuk sektor IKM di daerah ini. Kelima bidang usaha potensial tersebut adalah bordir dan konveksi, meubel kayu, gula aren, dan aneka kerajinan seperti mendong, bambu, dan pandan (Pemda Kabupaten Tasikmalaya, 2000). Dari lima bidang usaha tersebut, industri kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu dari dua sentra industri kerajinan anyaman pandan di Pulau Jawa. 1
1
Situs MMA IPB. 2006. ‘Pengenalan Produk Pandan’. www.mma.ipb.ac.id. Diakses tanggal 10 Desember 2007.
21
Tabel 2. Perkembangan Industri di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007 No.
Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sektor Industri - Sentra (buah) 249 269 283 292 307 321 - Unit Usaha 9.126 9.561 9.988 10.454 10.660 10.827 (unit) - Tenaga Kerja 79.099 83.054 86.777 89.831 90.980 92.377 (orang) - Nilai Investasi 46.399.164 64.696.988 69.971.383 71.092.000 73.418.749,75 77.123.635,30 (Rp 000) 1. Industri Kecil Non Formal - Unit Usaha 8.211 8.560 8.879 9.279 9.399 9.512 (unit) - Tenaga Kerja 67.834 70.504 73.942 75.942 76.302 77.102 (orang) - Nilai Investasi 29.971.025 30.173.825 32.465.125 25.889.044 26.309.044 27.092.809,55 (Rp 000) 2. Industri Kecil Formal - Unit Usaha (unit) - Tenaga Kerja (orang) - Nilai Investasi (Rp 000) 3. Industri Menengah
912
996
1.102
1.166
1.252
1.304
10.986
11.961
12.176
13.052
13.841
14.388
7.086.540 8.727.210 10.850.355 12.649.073 14.555.822,75 16.599.192,75
- Unit Usaha 3 5 7 9 9 11 (unit) - Tenaga Kerja 279 589 659 837 837 887 (orang) - Nilai Investasi 9.341.599 25.795.953 26.655.903 32.553.883 32.553.883 33.431.633 (Rp 000) Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopperindag) Kab. Tasikmalaya 2008
1.2 Perumusan Masalah Di Kabupaten Tasikmalaya, lokasi sentra industri kerajinan anyaman pandan terdapat di delapan belas desa yang berada di lima wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan
Rajapolah,
Parungponteng,
Cikalong,
Cipatujah,
dan
Pagerageung. Sentra produksi terbesar usaha kerajinan pandan adalah Kecamatan Rajapolah. Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas
22
unggulan Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya terus berkembang. Jumlah unit usahanya cenderung meningkat, walaupun di beberapa kecamatan cenderung tetap. Tenaga kerja yang diserap juga cenderung meningkat, walaupun peningkatannya relatif kecil. Begitu pula dengan nilai produksinya, secara umum menunjukkan peningkatan namun di beberapa sentra lokasi nilai produksinya cenderung tetap (Tabel 3). Tabel 3. Perkembangan Jumlah Usaha dan Pekerja Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Lokasi Sentra di Kabupaten Tasikmalaya 2006-2007 Lokasi Sentra Tahun (Kecamatan) 2006 2007 Usaha Pekerja Produksi Usaha Pekerja Produksi (unit) (orang) (Rp.000) (unit) (orang) (Rp.000) Cikalong 70 1.042 1.191.000 74 1.135 1.470.000 Parungponteng 51 839 711.000 51 839 711.000 Pagerageung 136 2.544 1.667.250 136 2.544 1.667.250 Rajapolah 315 8.681 3.101.125 315 8.681 3.101.125 Cipatujah 49 666 547.500 111 955 1.715.292 Total 621 13.772 7.217.875 687 14.154 8.663.667 Sumber : Dinas Kopperindag Kab. Tasikmalaya 2008
Peningkatan yang cukup tajam terjadi di Kecamatan Cipatujah, baik dari unit usaha, tenaga kerja, dan nilai produksi. Dari tahun 2006 sampai 2007, unit usaha di kecamatan tersebut meningkat sebesar 44,14 persen. Hal ini dikarenakan dibukanya unit usaha baru untuk memproduksi tanaman pandan menjadi lembaran anyaman seperti tikar sebagai bahan baku utama industri kerajinan anyaman pandan. Pembukaan unit usaha baru tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku dari daerah lain karena selama ini bahan baku yang dapat dipenuhi dari daerah sendiri sebesar 30 persen. Seiring bertambahanya jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja yang terlibat pada industri ini di Kecamatan Cipatujah pun meningkat. Peningkatan jumlah tenaga kerja di kecamatan tersebut pada kurun waktu 2006 sampai 2007
23
adalah sebesar 43,39 persen. Dibukanya unit usaha baru pada kurun waktu tersebut di Kecamatan Cipatujah mampu meningkatkan nilai produksi sebesar 213,29 persen. Industri kerajinan anyaman pandan mempunyai prospek yang cerah karena kerajinan anyaman termasuk kerajinan anyaman pandan merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. 2 Berdasarkan hasil riset Small Project Facility Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya tahun 2005, nilai ekspor kerajinan anyaman pandan mencapai 20,8 milyar rupiah. Barang-barang kerajinan Indonesia diminati di luar negeri karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, trend yang berkembang di negara maju untuk memakai bahan-bahan natural, apresiasi yang tinggi terhadap barang-barang buatan tangan, keterbatasan atau ketidakadaan bahan baku di negara maju, serta trend dunia yang menyukai gaya Asia. Nilai investasi pada industri ini cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Grafik berikut menyajikan tren nilai investasi industri kerajinan anyaman pandan dari tahun 2002 sampai 2007. 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
Nilai Investasi (Rp.000)
Gambar 1. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007 Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008 (diolah) 2
Loc.cit
24
Nilai investasi industri kerajinan anyaman pandan mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu sebesar 155,68 persen. Namun, dari tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami sedikit penurunan yaitu sekitar 13,12 persen. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, nilai investasi industri ini terus mengalami peningkatan. Sama halnya dengan nilai investasi, PDRB industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Apabila diasumsikan PDRB industri pengolahan di lima kecamatan tersebut seluruhnya berasal dari industri kerajinan anyaman pandan, maka PDRB industri ini pun memiliki tren PDRB yang terus meningkat. Namun, peningkatannya relatif kecil dan pertumbuhannya mengalami penurunan. Grafik berikut menunjukkan perkembangan akumulasi PDRB industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan sentra industri tersebut.
44,000.00 42,000.00 40,000.00 38,000.00 36,000.00 34,000.00 32,000.00 2003
2004
2005
2006
PDRB Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) (Juta Rupiah)
Gambar 2. Perkembangan Akumulasi PDRB Sektor Industri Pengolahan di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 20032006. Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007 (diolah)
25
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya? 2. Bagaimana kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya dan bagaimana kontribusi industri tersebut selama lima tahun ke depan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah: 1.
mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya; dan
2.
menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang dan prospeknya selama lima tahun ke depan.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat mengenai perkembangan industri kerajinan anyaman pandan dan kontribusi industri tersebut terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya. Informasi kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tidak hanya pada masa sekarang, namun akan dilihat juga perkembangannya selama lima tahun ke depan. Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan yang berpihak pada pengembangan industri kerajinan anyaman pandan.
26
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, pembahasan mengenai peranan industri kerajinan anyaman terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dibatasi pada kontribusi industri tersebut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya dan proyeksi kontribusi industri tersebut selama lima tahun ke depan.
27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Kecil Industri adalah unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administratif tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut (Melani, 2007). Sementara itu, industri kecil adalah unit usaha (perorangan) yang bergerak di bidang industri usaha yang menyerap tenaga kerja upahan atau tenaga kerja keluarga, dengan menggunakan teknologi sederhana yang lebih mengutamakan keterampilan tangan dan memproduksi barang untuk dipasarkan. Industri kecil merupakan bagian dari industri nasional yang mempunyai misi utama menyerap tenaga kerja dan memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan barang dan jasa berbagai komponen, baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri (Marliana, 2005). Kriteria mengenai industri kecil berbeda antara instansi satu dengan yang lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha yang memperkerjakan antara 5-19 orang tenaga kerja, jika jumlahnya antara 1-4 orang termasuk dalam kategori industri rumah tangga (Meliani, 2007). Sementara
itu,
menurut
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan
(Depperindag, 1997), industri kecil adalah unit usaha yang mempunyai nilai investasi seluruhnya sampai dengan 200 juta rupiah tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha yang dimiliki oleh warga negara Indonesia.
28
Apabila dilihat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil mempunyai karakteristik yaitu: (1) berbasis pada sumberdaya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (2) dimiliki
dan
dilaksanakan
oleh
masyarakat
lokal
sehingga
mampu
mengembangkan sumberdaya manusia; (3) menerapkan teknologi lokal sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal; dan (4) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pembangunan yang efektif.
2.2 Industri Kerajinan Anyaman Pandan Industri kerajinan merupakan salah satu kategori dalam industri pengolahan. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan industri dan pekerjaan perakitan (Meliani 2007). Industri kerajinan biasanya dikembangkan dalam skala kecil, namun ada juga yang dikembangkan pada skala menengah. Salah satu industri kerajinan yang cukup populer adalah industri kerajinan anyaman pandan. Di Pulau Jawa, sentra industri kerajinan anyaman pandan terpusat di dua daerah yaitu di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat) dan Yogyakarta. Di Kabupaten Tasikmalaya, kerajinan anyaman pandan sudah ditekuni secara turun menurun. Sejak lama daun pandan telah dipergunakan untuk kerajinan dan keperluan sehari-hari, terutama untuk tikar, tali tambang dan lainlain. Hal ini disebabkan pandan mempunyai serat yang kuat dan tahan lama.
29
Struktur anyaman pandan yang menarik menjadi alternatif bahan untuk berbagai aksesoris baik aksesoris rumah maupun kantor. Namun, bahan anyaman pandan juga memiliki kelemahan. Pandan hanya dapat dipakai sebagai lapisan akhir karena tidak memiliki kekuatan struktur sehingga dalam aplikasinya pandan harus dipadukan dengan bahan yang lain seperi kayu, karton berdiameter tebal, triplek, dan keramik. Kerajinan anyaman pandan sangat cocok sebagai komoditas ekspor Indonesia karena material pandan hanya tersedia di negara-negara tropis yang membuat kompetisi terbatas. Selain itu, anyaman pandan memerlukan padat karya, tidak memerlukan teknologi tinggi maupun investasi yang besar. Pandan juga bukanlah tanaman yang dilindungi dan dapat tumbuh dengan cepat sehingga tidak menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup. Ekspor kerajinan anyaman pandan Tasikmalaya diperkirakan mencapai 15 kontainer setiap bulan. Tujuan terbesar dari ekspor ini adalah negara-negara di Eropa (60 %), Amerika (30 %), dan Asia (10 %). 3
2.3 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Daerah Industri kecil memiliki beberapa peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi daerah. Pertama, sebagai penyedia lapangan kerja pada sektor informal bagi tenaga lokal yang berpendidikan rendah. Kedua, merupakan sumber mata pencaharian utama dan sampingan yang berguna bagi kontribusi pendapatan keluarga. Ketiga, merupakan sumber pendapatan dan pembangunan daerah. Keempat, mengurangi kecenderungan penduduk untuk bermigrasi. 3
Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Kadin Kabupaten Tasikmalaya, tanggal 26 Juni 2008.
30
Kelima, merupakan tahap awal industrialisasi di bidang agribisnis. Keenam, membantu meningkatkan penggunaan input sumberdaya lokal. Ketujuh, merupakan penyedia barang kebutuhan bagi pasar lokal dengan harga murah bagi masyarakat ekonomi lemah ( Mubyarto, 1994). Menurut Depperindag (1997), industri kecil mempunyai peranan sangat penting terutama dalam pemeliharaan dan pembentukan modal sektor swasta, penyebaran
kekuatan
ekonomi
dan
pertahanan
keamanan,
menciptakan
kesempatan kerja, peningkatan keterampilan dan kesadaran industri, serta pengembangan kewirausahaan. Sementara itu, Sanim dalam Zairani (2004) menjelaskan bahwa industri kecil memiliki peranan yang dapat dilihat pada tingkat mikro dan makro. Pada tingkat mikro, industri kecil berperan sebagai alat distribusi untuk bisnis besar, sumber pendapatan dan perolehan devisa, menciptakan kompetisi, medan bagi inovasi independen dan bakat kewirausahaan, serta kontribusi bagi desentralisasi. Pada tingkat makro industri kecil berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, breeding ground untuk bisnis baru, usaha bersama kekeluargaan, serta mengurangi kecemburuan sosial, akibat adanya kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan.
2.4 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan
masyarakat
serta
menumbuhkan
aktivitas
perekonomian di daerah. Di samping itu, pengembangan IKM merupakan bagian
31
integral dari upaya pengembangan ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan. Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan IKM tahun 2005-2009 adalah (1) meningkatnya unit usaha mencapai 3,95 juta pada akhir tahun 2009, atau dengan laju pertumbuhan 4,04 persen; (2) penyerapan tenaga kerja mencapai 10,3 juta orang pada akhir tahun 2009, atau dengan laju pertumbuhan sebesar 4,94 persen; sedangkan (3) nilai ekspor yang disumbangkan oleh produk IKM mampu mencapai US$ 8,9 milyar, atau dengan pertumbuhan sebesar 2,47 persen. Dengan demikian, hasil pengembangan IKM ini diharapkan antara lain meningkatnya produktivitas dan daya saing sehingga peranan IKM di pasar dalam negeri dan ekspor semakin besar.
Adapun tujuan pengembangan IKM adalah: (1)
meningkatkan kesempatan berusaha, lapangan kerja dan pendapatan; (2) memperkuat struktur industri; (3) meningkatkan IKM berbasis hasil karya intelektual (knowledge-based); (4) meningkatkan persebaran industri; dan (5) melestarikan seni budaya kegiatan produktif yang ekonomis. Bagi IKM, peningkatan kemitraan, baik dalam bidang pemasaran, teknologi maupun permodalan perlu segera dilakukan. Fasilitasi pemerintah masih tetap sangat diperlukan dan dalam intensitas yang tinggi. Pengembangan IKM perlu dilakukan secara terintegrasi dan sinergi dengan pengembangan industri berskala menengah dan besar, karena kebijakan pengembangan sektoral tidak bisa mengkotak-kotakkan kebijakan menurut skala usaha. Dengan demikian, strategi pengembangan IKM dilaksanakan melalui (1) pemberdayaan IKM yang sudah ada; (2) pembinaan IKM secara terpadu; dan (3) peningkatkan keterkaitan IKM dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya.
32
2.5 Penelitian Terdahulu 2.5.1 Peranan Industri Kecil terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah Penelitian mengenai peranan sektor industri kecil dan menengah terhadap perekonomian baik skala nasional maupun daerah telah dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djaimi (2006) mengenai analisis peranan industri kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia dengan menggunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) menyebutkan bahwa IKM lebih besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menyediakan lapangan kerja, serta distribusi pendapatan yang lebih merata jika dibandingkan dengan industri besar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2005) mengenai peranan sektor industri pengolahan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kabupaten Jepara menjelaskan bahwa peranan sektor industri pengolahan di daerah tersebut sangatlah besar. Hal ini terlihat dalam kontribusi yang besar pembentukan struktur permintaan (46,68 %), konsumsi masyarakat (32,37%), ekspor dan impor (975, 95 milyar rupiah), nilai tambah bruto (936, 65 milyar rupiah), dan struktur output sektoral (46,68%). Penelitian yang menggunakan pendekatan input-output ini juga menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Jepara secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan tidak langsung) yang tinggi dengan sektor-sektor lain. Hal ini berarti bahwa sektor industri pengolahan dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lainnya baik hulu maupun hilir. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Setyawan (2005), hasil penelitian Akbar (2007) mengenai peranan industri makanan dan minuman terhadap perekonomian Kabupaten Tangerang menjelaskan bahwa kontribusi
33
industri tersebut terhadap permintaan akhir total dan pembentukan output total menempati urutan kedua. Sementara itu, kontribusi terhadap pembentukan permintaan antara total menempati urutan ketiga. Impor dan konsumsi masyarakat untuk subsektor industri makanan dan minuman adalah terbesar dibanding sektor lainnya. Selain itu, penelitian yang menggunakan analisis input-output dan deskriptif ini menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman berperan cukup besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di Kabupaten Tangerang. Hal ini dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua.
2.5.2 Peranan Industri Kerajinan Penelitian mengenai peranan industri kerajinan telah dilakukan oleh Usman (1991). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa industri kecil dan kerajinan merupakan sektor basis berdasarkan indikator pendapatan di Kabupaten Langkat. Hal ini memberikan dampak yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan yang dilihat dari supply, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Kajian lain mengenai peranan industri kerajinan telah dilakukan oleh Mumu (1992) yang menjelaskan peranan industri kerajinan dalam rangka perluasan kesempatan kerja di Kabupaten Gorontalo. Dari kajian tersebut diperoleh hasil bahwa industri kerajinan merupakan sektor basis di daerah tersebut sehingga memberikan dampak bagi perekonomian daerah dalam hal peningkatan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja.
34
2.5.3 Industri Kerajinan Anyaman Pandan Penelitian mengenai industri kerajinan anyaman pandan juga sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian daerah sentra produksinya belum banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan mengenai industri ini antara lain kajian penerapan manajemen mutu terpadu, analisis kegiatan keluarga dalam produksi usaha kerajinan pandan, dan kajian pelaksanaan kemitraan antara pengusaha dengan pengrajin, serta respon pengusaha industri kerajinan anyaman pandan terhadap dampak krisis ekonomi. Penelitian lain yang sering dilakukan mengenai industri ini adalah strategi pengembangan usaha kerajinan pandan.
35
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional Pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Beberapa konsep dan definisi yang biasa digunakan dalam kajian mengenai pendapatan regional adalah PDRB atas dasar harga pasar, Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas dasar harga pasar, PDRN atas dasar biaya faktor, pendapatan regional, pendapatan perseorangan dan pendapatan siap dibelanjakan, serta pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan harga konstan (Tarigan, 2004). 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah bruto adalah nilai produksi dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Dengan demikian, PDRB atas harga pasar didapat dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya. 2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar PDRN atas dasar harga pasar adalah PDRB atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lainnya)
36
karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi atau karena faktor waktu. 3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lainnya, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung neto adalah pajak tidak langsung dikurangi subsidi dalam perhitungan pendapatan regional. 4. Pendapatan Regional Pendapatan regional neto adalah PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang mengalir masuk. PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan di wilayah tersebut. PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto, yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk yang tinggal di daerah tersebut. 5. Pendapatan Perorangan dan Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan regional (regional income) dikurangi pajak pendapatan perusahaan, keuntungan yang tidak dibagikan, iuran kesejahteraan sosial, ditambah transfer yang diterima oleh rumah tangga pemerintah dan bunga neto atas utang pemerintah. Sementara itu, pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) adalah pendapatan
37
perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/PBB, dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga. 6. Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Pendapatan regional dalam kurun waktu tertentu menggambarkan peningkatan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di suatu daerah. Peningkatan atau penurunan tersebut dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu peningkatan/penurunan
riil
dan
peningkatan/penurunan
pendapatan
yang
disebabkan adanya faktor perubahan harga. Peningkatan/penurunan riil adalah peningkatan/penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Apabila terjadi peningkatan riil pendapatan penduduk maka daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat. Pendapatan regional atas dasar harga berlaku adalah pendapatan regional yang
memperhitungkan
unsur
inflasi.
Pendapatan
regional
yang
tidak
memperhitungkan unsur inflasi disebut pendapatan regional atas dasar harga konstan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh sektor pertanian yang menyumbang sebesar 45,31 persen terhadap PDRB pada tahun 2006. Namun, sektor lain yang tidak kalah pentingnya adalah sektor industri pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kecil dan menengah. Berdasarkan data Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopperindag) Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun 2007 sektor IKM di daerah ini memiliki 10.827 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 92.377 orang. Salah satu
38
IKM yang ada di Kabupaten Tasikmalaya adalah industri kerajinan anyaman pandan. Industri kerajinan anyaman pandan yang terletak di lima kecamatan memiliki 687 unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 14.154 orang (Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya, 2007). Pada penelitian ini akan dikaji bagaimana peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dalam hal perkembangan industri tersebut setiap tahunnya dilihat dari unit usaha, tenaga kerja yang terlibat di dalamnya, nilai investasi, dan nilai produksi. Kemudian, akan dilihat bagaimana kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang dan lima tahun ke depan. Setelah diketahui peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya, diharapkan timbul kebijakan yang mendukung pengembangan sektor tersebut. Skema kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
39
Struktur Perekonomian Kab. Tasikmalaya
Sektor Pertanian
Sektor Industri Pengolahan
Sektor Lainnya
Industri Kecil dan Menengah
Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Mendeskripsikan Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan (analisis deskriptif)
Menganalisis Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kab. Tasikmalaya (analisis shift share)
Menganalisis Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kab. Tasikmalaya (analisis proyeksi shift share)
Peranan Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Perekonomian Kab. Tasikmalaya
Implikasi Kebijakan
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Operasional
40
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tasikmalaya merupakan sentra industri kerajinan anyaman pandan di Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti BPS Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten
Tasikmalaya,
dan
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Tasikmalaya.
4.3 Metode Analisis Data Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis shift share. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mendeskripsikan perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya. Analisis shift share digunakan untuk menganalisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang. Sementara itu, analisis proyeksi shift share digunakan untuk menganalisis kontribusi industri tersebut terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya selama lima tahun ke depan.
41
4.3.1 Analisis Deskriptif Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney, 1960 dalam Nazir, 1983). Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai perkembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya.
4.3.2 Analisis Shift Share Analisis shift share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan (Sahara, tanpa tahun). Analisis shift share mempunyai banyak kegunaan diantaranya adalah untuk melihat perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas dan perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya. Selain itu, analisis ini juga berguna untuk melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju
42
pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya juga dapat dilihat melalui analisis ini. Pada analisis shift share terdapat tiga kompenen utama yaitu komponen pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Sementara itu, komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support), dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh pertumbuhan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. • Analisis Perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan ΔYij = Yij '−Yij
Keterangan : j = Wilayah analisis atau pada penelitian ini Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan = Sektor perekonomian ( termasuk industri kerajinan anyaman pandan) i ΔΥij = Perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i
43
Υij = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari
sektor i pada tahun awal analisis (2003) Yij’ = PDRB dari sektor i pada tahun akhir analisis (2006) Persentase perubahan PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan , menggunakan rumus : % ΔΥi =
Υi' − Υi × 100% Υi
• Analisis Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi
a. ri (rasio PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i) ri =
Υij' − Υij Υij
Keterangan : Υij = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun dasar analisis ' Υij = PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan dari sektor i pada tahun akhir analisis b. Ri (rasio PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i) Υi' − Υi Ri = Υi Keterangan : Υi = PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i pada tahun dasar analisis Υi' = PDRB Kabupaten Tasikmalaya dari sektor i pada tahun akhir analisis
c. Ra(Rasio PDRB Kabupaten Tasikmalaya) Υ ' − Υ• Ra = • Υ• Keterangan : Υ•' = PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun akhir analisis Υ• = PDRB Kabupaten Tasikmalaya pada tahun dasar analisis • Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah a. Komponen Pertumbuhan Nasional yang pada penelitian ini disebut Pertumbuhan Kabupaten (PK) PK ij = ( Ra)Yij b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
44
PPij = ( Ri − Ra)Yij Apabila : PP ij <0, menunjukkan bahwa sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan pertumbuhannya lambat PP ij >0, menunjukkan bahwa sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan pertumbuhannya cepat c. Komponen pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) PPWij = (ri − Ri )Yij Apabila : PPWij >0, menunjukkan bahwa sektor i (industri kerajinan anyaman pandan) pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya PPWij <0, menunjukkan bahwa Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. d. Pergeseran Bersih (PB) PBij = PPij + PPWij Keterangan: PBij = pergeseran sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Apabila: PBij > 0, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan termasuk ke dalam kelompok progresif (maju) PBij < 0, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan termasuk lamban
4.3.3 Analisis Proyeksi Shift Share
Analisis proyeksi shift share sama dengan analisis shift share tanpa proyeksi, hanya tahun dasar analisis yang digunakan adalah tahun akhir analisis pada analisis tanpa proyeksi. Tahun akhir analisis yang digunakan pada analisis proyeksi adalah jangka waktu yang ditentukan untuk proyeksi. Pada penelitian ini tahun akhir analisis adalah tahun 2011 atau lima tahun dari tahun akhir analisis
45
tanpa proyeksi. Proyeksi dilakukan sampai tahun 2011 karena disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tasikmalaya. PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 diproyeksikan dengan metode ektrapolasi. Metode ektrapolasi adalah melihat pertumbuhan PDRB pada masa lalu dan melanjutkan pertumbuhan tersebut untuk masa yang akan datang sebagai proyeksi. Metode ektrapolasi mengasumsikan laju pertumbuhan PDRB masa lalu akan berlanjut di masa datang. Rumus proyeksi yang digunakan adalah sebagai berikut. Yi " = Yi ' (1 + r ) n Keterangan : Yi " = proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya sektor i tahun 2011 = PDRB Kabupaten Tasikmalaya sektor i tahun 2006 Yi ' r = rata-rata proporsi pertumbuhan PDRB n = jumlah tahun proyeksi atau pada penelitian ini lima tahun (2011-2006) Nilai r dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Yi " Yi ' = log(1 + r ) n
log
Yi " = Yi ' (1 + r ) n ⇒
Proyeksi PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan menggunakan
proyeksi
shift
share.
Rumus
yang
digunakan
adalah
⎡ Y " m Dij ⎤ Yij " = Yij ' ⎢ i + ⎥ n Yij ⎥⎦ ⎢⎣ Yi Keterangan : Yij " = proyeksi PDRB sektor i di lima kecamatan sentra industri kerajinan Dij m n
anyaman pandan tahun 2011 = nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan masa lalu = tahun proyeksi atau pada penelitian ini tahun 2011 = tahun dasar analisis pada analisis proyeksi atau pada penelitian ini tahun 2003
46
BAB V GAMBARAN UMUM
5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Tasikmalaya
berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, Kota
Tasikmalaya, dan Kabupaten Majalengka di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut. Kabupaten Tasikmalaya memiliki luas wilayah 271.251,71 hektar yang terbagi atas 39 kecamatan dan 351 desa.
5.2 Iklim
Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya beriklim tropis, dengan temperatur normal rata-rata 20º - 34º C. Temperatur di dataran rendah pada umumnya 34º C dan kelembaban 50 persen, sedangkan pada daerah dataran tinggi mempunyai temperatur 18º - 22º C dengan kelembaban berkisar antara 61 persen sampai 73 persen. Curah hujan rata-rata per tahun 217,195 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu tahun sebanyak 84 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, dengan musim hujan terjadi antara bulan OktoberMei dan musim kemarau terjadi antara bulan Juni-September.
5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2006 sebanyak 1.668.581 orang. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sejumlah 833.018 orang dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 835.563 sehingga nilai
47
sex ratio-nya sebesar 0,9977 persen. Rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 651
orang per kilometer persegi. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Singaparna yaitu sebanyak 3.581 orang per kilometer persegi, sedangkan Kecamatan Pancatengah merupakan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah. Pada Tahun 2006, jumlah pencari kerja yang tercatat sebanyak 20.846 orang yang terdiri dari 11.552 laki-laki dan 9.294 perempuan. Dari seluruh pencari kerja yang tercatat, hanya 3,89 persen atau sebanyak 811 orang yang sudah ditempatkan. Sementara itu, sebagian besar atau sebanyak 20.035 orang sedang menunggu penempatan. Berdasarkan data BPS tahun 2006, sebagian besar penduduk atau sebanyak 46,52 persen atau sejumlah 329.846 orang dari penduduk yang bekerja, bekerja pada sektor pertanian. Hal ini terkait dengan struktur perekonomian Kabupaten Tasikmalaya yang ditopang oleh sektor pertanian. Selain pada sektor pertanian, penduduk di Kabupaten Tasikmalaya juga banyak yang bekerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebanyak 25,20 persen. Industri pengolahan yang di dalamnya terdapat industri kerajinan anyaman pandan mampu menyerap 10,60 persen tenaga kerja. Pada tahun yang sama, 18,32 persen dari penduduk yang bekerja pada sektor industri pengolahan atau sebesar 13.772 orang bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan. Sementara itu, dari total penduduk yang bekerja sekitar dua persennya bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan. Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha secara rinci di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 4.
48
Tabel 4. Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006 Lapangan Usaha Jumlah (orang) Persentase Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, 329.846 46,52 dan perikanan Pertambangan dan penggalian 3.254 0,46 Industri Pengolahan 75.177 10,60 Listrik, gas, dan air 540 0,08 Bangunan 32.715 4,61 Perdagangan, hotel, dan restoran 178.665 25,20 Angkutan 42.108 5,94 Keuangan 4.789 0,68 Jasa Kemasyarakatan 41.637 5,87 Lainnya 271 0,04 Jumlah 709.002 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
5.4 Perekonomian
Laju
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Tasikmalaya
mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Sebagai contoh, pada tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut meningkat sebesar 1,18 persen menjadi 4,01 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya produksi pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman bahan makanan yang menyumbang cukup besar bagi PDRB Kabupaten Tasikmalaya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya tahun 2004-2006 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2006 (Persen) Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat 2004 3,52 5,16 2005 3,83 5,47 2006 4,01 6,30 Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
Pada tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun-tahun sebelumnya. Sektor
49
industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi diantara sektorsektor yang lainnya yaitu sebesar 7,84 persen. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,08 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya yang dirinci menurut sektor dapat dilihat pada Tabel 6. Struktur
ekonomi
secara
kuantitatif
dapat
digambarkan
dengan
menghitung besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap nilai total PDRB. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh tiga sektor yaitu: sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor industri pengolahan. Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dirinci Menurut Sektor tahun 2006 (Persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi (%) Prov. Jawa Kab. Tasikmalaya Barat Pertanian, perkebunan, peternakan, 2,06 -0,62 kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian 4,19 -0,65 Industri pengolahan 7,84 8,86 Listrik, gas, dan air minum 4,93 1,87 Bangunan 5,86 4,20 Perdagangan, hotel, dan restoran 7,08 7,09 Pengangkutan dan Komunikasi 5,48 7,88 Keuangan, Persewaan dan Jasa 0,46 0,64 Perusahaan Jasa-jasa 4,23 8,20 Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
Dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian,
perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB setiap tahunnya. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 7.
50
Tabel 7. Distribusi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan, peternakan, 38,11 47,09 46,38 45,31 kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian 0,18 0,25 0,24 0,25 Industri Pengolahan 6,84 7,49 7,53 7,84 Listrik, gas, dan air bersih 0,80 0,98 1,01 1,00 Bangunan 6,41 3,64 4,93 5,35 Perdagangan, hotel, dan restoran 26,86 21,69 21.31 21,93 Pengangkutan dan komunikasi 3,89 4,62 4,69 4,62 Keuangan, persewaan, dan 3,25 3,70 3,64 3,42 jasa perusahaan Jasa-jasa 13,66 9,23 10,30 10,27 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
5.5 Industri Pengolahan
PDRB sektor industri pengolahan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya terus mengalami peningkatan walaupun peningkatannya relatif kecil. Selama kurun waktu empat tahun (2003-2006), industri pengolahan di Kabupaten Tasikmalaya meningkat sebesar 16,83 persen. Sementara itu, distribusi industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya selama kurun waktu tersebut berkisar 7,31-7,62 persen. PDRB sektor industri pengolahan dan distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2003-2006 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. PDRB Sektor Industri Pengolahan dan Distribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun PDRB Sektor Industri Pengolahan Distribusi terhadap PDRB (Juta Rupiah) (Persen) 2003 294,112.70 7,31 2004 306,368.74 7,33 2005 318,616.18 7,34 2006 343,605.47 7,62 Sumber: BPS Kabupaten Tasikmalaya 2007
51
Menurut BPS Kabupaten Tasikmalaya, industri pengolahan di daerah ini terdiri dari: aneka kerajinan anyaman (pandan, bambu, dan mendong); pengolahan kayu; makanan dan minuman; meubel; pengolahan teh; pengolahan tembakau; pengolahan aren; sutera alam; dan alas kaki. Industri pengolahan di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan cukup bervariatif. Di Kecamatan Cipatujah, industri pengolahan terdiri atas industri makanan dan industri kerajinan anyaman pandan. Namun, di kecamatan tersebut industri pengolahan bukanlah sektor yang
memberikan
kontribusi besar terhadap total PDRB kecamatan. PDRB Kecamatan Cipatujah menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 14. Di Kecamatan Cikalong, industri pengolahan bukanlah merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB kecamatan. Industri pengolahan di kecamatan tersebut adalah industri makanan dan industri kerajinan anyaman pandan. Perekonomian Kecamatan Cikalong ditopang oleh sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB setiap tahunnya. PDRB Kecamatan Cikalong menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 15. Sama halnya dengan Kecamatan Cipatujah dan Kecamatan Cikalong, di Kecamatan Parungponteng pun industri pengolahan tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB kecamatan. PDRB Kecamatan Parungponteng menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 16. Industri pengolahan di Kecamatan Cikalong terdiri atas industri pengolahan aren dan industri kerajinan anyaman pandan.
52
Industri pengolahan di Kecamatan Rajapolah yaitu industri kerajinan anyaman pandan, industri makanan, dan pembuatan kompor. PDRB industri pengolahan di kecamatan tersebut lebih besar daripada sektor pertanian. Hal ini berbeda dengan kecamatan-kecamatan lain yang PDRB nya ditopang oleh sektor pertanian. PDRB Kecamatan Rajapolah menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 17. Industri pengolahan di Kecamatan Pagerageung lebih bervariatif yaitu industri makanan (pembuatan dodol dari beras ketan), pengolahan teh, pengolahan aren, pengolahn nilam, dan industri kerajinan anyaman pandan. Walaupun demikian, industri pengolahan memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB kecamatan. PDRB Kecamatan Pagerageung menurut lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 18.
5.6 Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Industri kerajinan anyaman pandan merupakan industri yang telah dilakukan secara turun-temurun di Kabupaten Tasikmalaya. Industri ini terpusat di lima kecamatan dan delapan belas desa. Lima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cikalong, Parungponteng, Cipatujah, Rajapolah, dan Pagerageung. Di Kecamatan Cikalong, sentra industri kerajinan anyaman pandan terletak di empat desa yaitu Desa Sindangjaya, Kalapagenep, Cimanuk, dan Mandalajaya. Sama halnya dengan di Kecamatan Cikalong, sentra industri kerajinan anyaman di Kecamatan Cipatujah, Rajapolah, dan Pagerageung juga terletak di empat desa. Di Kecamatan Cipatujah industri ini terpusat di Desa Ciheras, Bantarkalong, Cipatujah, dan Sindangkerta; di Kecamatan Rajapolah terpusat di Desa
53
Manggungsari, Manggungjaya, Rajapolah, dan Sukaraja; di Kecamatan Pagerageung terpusat di Desa Tanjungkerta, Cipacing, Puteran, dan Sukadana. Sementara itu, di Kecamatan Parungponteng industri kerajinan anyaman pandan hanya terpusat dua desa yaitu Desa Cigunung dan Karyabakti. Dari lima kecamatan tersebut, Kecamatan Rajapolah merupakan pusat produksi dan promosi industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Tasikmalaya. Sementara itu, empat kecamatan lainnya hanya mengolah tanaman pandan menjadi barang setengah jadi berupa lembaran-lembaran anyaman seperti tikar. Pada industri kerajinan anyaman pandan, perusahaan melakukan mitra dengan pengrajin untuk pembuatan produk kerajinan. Sementara
itu, proses
finishing dan packing dilakukan sendiri oleh perusahaan. Terdapat dua sistem
kemitraan antara perusahaan dengan pengrajin, yaitu sistem maklun dan sistem borongan. Pada sistem maklun pengrajin mengambil semua bahan baku yang dibutuhkan dari perusahaan dan pengerjaan produknya dilakukan di rumah masing-masing pengrajin. Kalau bahan baku tersebut tersisa, maka sepenuhnya menjadi hak milik pengrajin. Oleh karena itu, sistem upah yang diterapkan disebut ongkos kerja. Besarnya ongkos kerja tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya. Sistem borongan hampir sama dengan sistem maklun. Namun, pada sistem borongan, apabila ada bahan baku yang tersisa harus dikembalikan pada perusahaan dan pengerjaan produknya dilakukan di tempat yang telah disediakan oleh perusahaan. Sama halnya dengan sistem maklun, upah pada sistem borongan
54
juga disebut ongkos kerja. Besarnya ongkos kerja tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya. Produk dari industri kerajinan anyaman pandan cukup beragam mulai dari peralatan rumah tangga hingga peralatan kantor. Produk-produk industri ini antara lain tempat cucian, tempat sampah, nampan, alas panas, tissue box, tempat file, kap lampu, tas dengan berbagai ukuran, sandal, CD box, magazine box, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut banyak diminati oleh konsumen dari luar negeri terutama dari Eropa Barat dan Jepang.
55
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan di Kabupaten Tasikmalaya
Industri kerajinan anyaman pandan merupakan industri yang telah dilakukan secara turun-temurun di Kabupaten Tasikmalaya. Sampai saat ini, industri kerajinan anyaman pandan masih terus bertahan bahkan terus berkembang. Selain itu, industri ini menjadi salah satu komoditas unggulan di daerah tersebut. Di Kabupaten Tasikmalaya, sentra industri kerajinan anyaman pandan terletak di lima kecamatan yaitu Kecamatan Cikalong, Parungponteng, Cipatujah, Rajapolah, dan Pagerageung. Berdasarkan data Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Kopperindag) Kabupaten Tasikmalaya, industri kerajinan anyaman pandan setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan baik dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Perkembangan industri kerajinan anyaman pandan tahun 2002-2007 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007 Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi Produksi (Unit) (Orang) (Rp. 000) (Rp. 000) 2002 632 13.482 1.172.200 6.719.625 2003 611 13.482 2.997.170 6.871.125 2004 616 13.627 2.603.707 5.965.093 2005 621 13.772 2.864.080 6.561.600 2006 621 13.772 3.150.490 7.217.875 2007 687 14.154 3.987.640 8.663.667 Sumber: Dinas Kopperindag Kab. Tasikmalaya 2008
56
6.1.1 Perkembangan Unit Usaha
Unit usaha pada industri kerajinan anyaman pandan dari tahun 2002-2007 cenderung meningkat. Perubahan yang cukup berarti terjadi pada tahun 2003, yaitu
terjadi penurunan unit usaha sebesar 3,32 persen. Hal ini dikarenakan
adanya pembentukan kelompok usaha bersama di lokasi sentra industri ini terutama di Kecamatan Cikalong, Pagerageung, dan Parungponteng dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dari unit usaha tersebut. Perubahan yang cukup berarti juga terjadi pada tahun 2007 yakni terjadi peningkatan jumlah unit usaha sebesar 10,62 persen dari tahun 2006. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi peningkatan unit usaha di dua sentra lokasi, yaitu di Kecamatan Cikalong dan Cipatujah. Di Kecamatan Cikalong terjadi penambahan empat unit usaha. Di Kecamatan Cipatujah terjadi penambahan 58 unit usaha dengan dibukanya lokasi sentra yang baru di dua desa di kecamatan tersebut. Perkembangan industri kerajinan anyaman pandan menurut sentra lokasi kecamatan dan desa di Kabupaten Tasikmalaya secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 13. Penambahan unit usaha di dua kecamatan tersebut bertujuan untuk menambah unit usaha yang mengolah tanaman pandan menjadi barang setengah jadi berupa lembaran-lembaran anyaman seperti tikar. Perkembangan unit usaha pada industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Gambar 4.
57
700 680 660 640 620 600 580 560 2002
2003
2004
2005
2006
2007
Unit Usaha
Gambar 4. Perkembangan Unit Usaha Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya Tahun 2002-2007 Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008
6.1.2 Perkembangan Tenaga Kerja
Pada tahun 2006, 18,32 persen penduduk yang bekerja pada sektor industri pengolahan bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan. Sementara itu, dari total penduduk yang bekerja di Kabupaten Tasikmalaya dua persennya bekerja pada industri ini. Dari lima kecamatan yang menjadi sentra lokasi industri kerajinan anyaman pandan, Kecamatan Rajapolah sebagai pusat produksi dan pusat promosi menyerap tenaga kerja paling banyak. Pada tahun 2007, Kecamatan Rajapolah menyerap 8.681 tenaga kerja atau 60,33 persen dari total tenaga kerja yang bekerja pada industri ini Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri kerajinan anyaman pandan memiliki tren yang meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007 yang meningkat sebesar 2,78 persen. Hal ini dikarenakan dibukanya 62 unit usaha baru yang tersebar di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong. Perkembangan tenaga kerja pada industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Gambar 5.
58
14,400 14,200 14,000 13,800 13,600 13,400 13,200 13,000 2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Gambar 5. Perkembangan Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya Tahun 2002-2007 Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008
6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi
Nilai investasi industri kerajinan anyaman pandan mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2002 ke tahun 2003 yaitu sebesar 155,68 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini memiliki prospek pasar yang cerah. Namun, dari tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami sedikit penurunan yaitu sekitar 13,12 persen. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, nilai investasi industri ini terus mengalami peningkatan. Tren investasi industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Gambar 6. 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
Nilai Investasi (Rp.000)
Gambar 6. Perkembangan Investasi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007 Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008
59
6.1.4 Perkembangan Nilai Produksi
Nilai produksi pada industri kerajinan anyaman pandan juga cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penurunan produksi terjadi dari tahun 2003 ke tahun 2004 yaitu sekitar 13,18 persen. Dari tahun 2004 sampai 2007 nilai produksi industri ini terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan pada kurun waktu tersebut, permintaan terhadap produk dari industri ini terus meningkat karena produksi dilaksanakan berdasarkan pesanan (made by order). Gambar 7 menunjukkan perkembangan nilai produksi pada industri kerajinan anyaman pandan.
10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
Produksi (Rp.000)
Gambar 7. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Anyaman Pandan Kab. Tasikmalaya 2002-2007 Sumber: Dinas Kopperindag Kabupaten Tasikmalaya 2008
6.2 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya
Analisis kontribusi industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya menggunakan analisis shift share. Pada analisis shift share terdapat tiga analisis. Ketiga analisis tersebut adalah: analisis perubahan
PDRB; analisis indikator kegiatan ekonomi; dan analisis komponen pertumbuhan
60
wilayah. Data yang digunakan pada analisis ini adalah data PDRB Kabupaten Tasikmalaya atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha tahun 2003 dan 2006, serta data akumulasi PDRB lima kecamatan yang menjadi sentra lokasi industri kerajinan anyaman pandan
tahun 2003 dan 2006. Analisis
kontribusi industri kerajinan anyaman pandan juga dilakukan dengan proyeksi shift share yang bertujuan untuk melihat pertumbuhan industri ini selama lima
tahun ke depan. Asumsi yang digunakan pada analisis ini adalah sektor industri pengolahan di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan, seluruhnya berasal dari industri kerajinan anyaman pandan.
6.2.1 Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2003-2006) 6.2.1.1 Analisis PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Pada kurun waktu 2003-2006, industri kerajinan anyaman pandan menempati urutan kedua dalam perubahan PDRB per sektor di lima kecamatan yang menjadi sentra lokasinya, yaitu sebesar 18,84 persen. Pada kurun waktu tersebut, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan mengalami perubahan PDRB paling besar yaitu sebesar 30,29 persen. Disusul oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yang mengalami perubahan sebesar 17,91 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total PDRB di lima kecamatan yang menjadi sentra lokasi industri kerajinan anyaman pandan. Walaupun demikian, share industri kerajinan anyaman pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya masih sangat
61
sedikit yaitu hanya 0,96 persen. Tabel 10 menunjukkan perubahan PDRB di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan secara rinci. Tabel 10. Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 Perubahan Sektor Perekonomian PDRB (Juta Rupiah) % PDRB (Juta 2003 2006 Rupiah) Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan 260.771,81 339.752,40 78.980,59 30,29 Pertambangan dan penggalian 819,00 785,39 -33,61 -4,10 Industri Pengolahan (Industri kerajinan Anyaman Pandan) 36.289,25 43.125,72 6.836,47 18,84 Listrik, gas, dan air bersih 6.533,08 7.703,31 1.170,23 17,91 Bangunan 27.748,28 19.250,16 -8.498,12 -30,63 Perdagangan, hotel, dan 155.286,92 175.574,43 20.287,51 13,06 restoran Pengangkutan dan komunikasi 15.636,81 18.250,71 2.613,90 16,72 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 23.897,85 25.349,47 1.451,62 6,07 Jasa-jasa 104.321,23 75.891,45 -28.429,78 -27,25 Produk Domestik Regional 631.304,23 705.683,04 74.378,81 11,78 Bruto Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
6.2.1.2 Analisis Indikator Kegiatan Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis indikator kegiatan ekonomi, diperoleh nilai ri, Ri, dan Ra. Pada kurun waktu 2003 sampai 2006, industri kerajinan anyaman pandan memiliki nilai ri yang positif yaitu sebesar 0,19. Nilai ri yang positif menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki laju pertumbuhan yang meningkat. Nilai ri sebesar 0,19 menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan selama kurun waktu empat tahun mengalami pertumbuhan riil sebesar 18,84 persen.
62
Nilai Ri menunjukkan laju pertumbuhan sektor-sektor di Kabupaten Tasikmalaya. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa nilai Ri sektor-sektor perekonomian ada yang bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Nilai Ri yang positif mengindikasikan bahwa pada kurun waktu 2003 sampai 2006, sektorsektor tersebut mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Nilai Ri yang negatif mengindikasikan bahwa pada kurun waktu 2003 sampai 2006, sektor-sektor tersebut mengalami penurunan laju pertumbuhan. Industri pengolahan yang didalamnya termasuk industri kerajinan anyaman pandan memiliki nilai Ri yang positif yaitu sebesar 0,17. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan riil Pada kurun waktu 2003-2006, nilai Ra yang diperoleh sebesar 0,12. Nilai Ra yang positif mengindikasikan bahwa di Kabupaten Tasikmalaya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Nilai Ra sebesar 0,12 menunjukkan bahwa pada kurun waktu tersebut terjadi peningkatan total PDRB di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 12,13 persen. Nilai ri, Ri, dan Ra secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11. Dengan demikian, industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan yang menjadi sentra industrinya memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar daripada laju pertumbuhan sektor tersebut di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, laju pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan tersebut lebih tinggi daripada laju pertumbuhan rata-rata Kabupaten Tasikmalaya.
63
Tabel 11. Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 Sektor Perekonomian ri Ri Ra Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan 0,30 0,38 0,12 Pertambangan dan penggalian -0,04 0,63 0,12 Industri Pengolahan (Industri kerajinan Anyaman Pandan) 0,19 0,17 0,12 Listrik, gas, dan air bersih 0,18 0,19 0,12 Bangunan -0,31 -0,32 0,12 Perdagangan, hotel, dan restoran 0,13 -0,02 0,12 Pengangkutan dan komunikasi 0,17 0,35 0,12 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,06 0,08 0,12 Jasa-jasa -0,27 -0,25 0,12 Produk Domestik Regional Bruto 0,12 0,12 0,12 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
6.2.1.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis
komponen
pertumbuhan
wilayah
terdiri
dari
analisis
pertumbuhan nasional yang pada penelitian ini disebut analisis pertumbuhan kabupaten (PK), analisis pertumbuhan proporsional (PP), dan analisis pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan kabupaten, industri kerajinan anyaman pandan menempati urutan keempat setelah sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan; perdagangan, hotel, dan restoran; serta jasa-jasa. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi perubahan produksi atau kebijakan ekonomi yang mempengaruhi semua sektor dan semua wilayah, akan menyebabkan perubahan kontribusi sektor industri kerajinan anyaman pandan terhadap total PDRB. Nilai pertumbuhan kabupaten seluruh sektor perekonomian dapat dilihat pada Tabel 12.
64
Nilai PK yang positif pada industri kerajinan anyaman pandan mengindikasikan
bahwa
industri
tersebut
berada
di
kecamatan
yang
pertumbuhannya lebih cepat daripada kecamatan lain di Kabupaten Tasikmalaya. Pertumbuhan kabupaten menyebabkan PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan meningkat sebesar 75.756,51 juta rupiah. Tabel 12. Nilai Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PK % PK (Ra)Yij Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 31.292,62 12,00 perikanan Pertambangan dan penggalian 98,28 12,00 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) 4.354,71 12,00 Listrik, gas, dan air bersih 783,97 12,00 Bangunan 3.329,79 12,00 Perdagangan, hotel, dan restoran 18.634,43 12,00 Pengangkutan dan komunikasi 1.876,42 12,00 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 2.867,74 12,00 Jasa-jasa 12.518,55 12,00 Produk Domestik Regional Bruto 75.756,51 12,00 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Hasil analisis pertumbuhan proporsional menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki nilai PP yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan sentra lokasinya memiliki pertumbuhan yang cepat. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan proporsional, PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan meningkat sebesar 801,07 juta rupiah. Nilai komponen pertumbuhan proporsional di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Tabel 13.
65
Tabel 13. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PP % PP (Ri-Ra)Yij Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 68.910,02 26,43 perikanan Pertambangan dan penggalian 418,85 51,14 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan 1.751,98 4,83 Listrik, gas, dan air bersih 477,39 7,31 Bangunan -12.314,61 -44,38 Perdagangan, hotel, dan restoran -21.936,97 -14,13 Pengangkutan dan komunikasi 3.601,25 23,03 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -953,40 -3,99 Jasa-jasa -38.288,63 -36,70 Produk Domestik Regional Bruto 801,07 0,13 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) di lima kecamatan sentra lokasi industri kerajinan anyaman pandan sebagian besar memiliki nilai yang negatif. Dari sembilan sektor perekonomian, hanya tiga sektor yang memiliki nilai positif, termasuk industri kerajinan anyaman pandan. Hal ini mengindikasikan bahwa industri kerajian anyaman pandan memiliki daya saing yang baik daripada sektor-sektor yang lainnya. Pertumbuhan pangsa wilayah menyebabkan penurunan PDRB di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan sebesar 2.178,77 juta rupiah. Nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14. Setelah nilai pertumbuhan proporsional dan nilai pertumbuhan pangsa wilayah diketahui, maka dapat diketahui pula nilai pergeseran bersih di lima kecamatan sentra lokasi industri kerajinan anyaman pandan. Nilai pergeseran bersih merupakan penjumlahan dari nilai pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.
66
Tabel 14. Nilai Komponen PPW di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Th 2003-2006 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PPW % PPW (ri-Ri)Yij Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan -21.222,05 -6,25 perikanan Pertambangan dan penggalian -550,74 -70,12 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) 729,78 1,69 Listrik, gas, dan air bersih -91,13 -1,18 Bangunan 486,69 2,53 Perdagangan, hotel, dan restoran 23.590,05 13,44 Pengangkutan dan komunikasi -2.863,77 -15,69 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -462,72 -1,83 Jasa-jasa -2.659,69 -3,50 Produk Domestik Regional Bruto -2.178,77 -0,31 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Pergeseran bersih menentukan kelompok sektor ekonomi suatu wilayah. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pergeseran bersih industri kerajinan anyaman pandan memiliki nilai yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan di sentra lokasinya termasuk kelompok progresif atau maju. Nilai pergeseran bersih di lima kecamatan sentra lokasi industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2003-2006 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PB % PB (PP+PPW) Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 47.687,97 18,29 perikanan Pertambangan dan penggalian -131,89 -16,10 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) 2.481,76 6,84 Listrik, gas, dan air bersih 386,26 5,91 Bangunan -11.827,91 -42,63 Perdagangan, hotel, dan restoran 1.653,08 1,06 Pengangkutan dan komunikasi 737,48 4,72 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -1.416,12 -5,93 Jasa-jasa -40.948,33 -39,25 Produk Domestik Regional Bruto -1.377,70 -0,22 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
67
6.2.2 Proyeksi Kontribusi Industri Kerajinan Anyaman Pandan terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2006-2011) 6.2.2.1 Analisis Proyeksi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan
Pada kurun waktu 2006-2011, industri kerajinan anyaman pandan masih tetap menempati urutan kedua dalam perubahan PDRB per sektor di lima kecamatan yang menjadi sentra industri tersebut, yaitu sebesar 18,80 persen. Perubahan ini mengalami sedikit penurunan dari lima tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,004 persen. Sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan juga masih tetap memiliki perubahan yang paling besar yaitu sebesar 29,78 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut masih tetap memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total PDRB di lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan. Proyeksi perubahan PDRB di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16. Share industri kerajinan anyaman pandan terhadap total PDRB Kabupaten
Tasikmalaya lima tahun ke depan meningkat menjadi 1,01 persen. Dengan kata lain, dalam jangka waktu lima tahun share industri tersebut meningkat sebesar 0,05 persen. Apabila dibandingkan dengan perubahan PDRB setiap sektor di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan
periode 2003-2006,
perubahan PDRB setiap sektor di lokasi tersebut pada periode 2006-2011 cenderung
mengalami
penurunan.
Namun,
ada
beberapa
sektor
yang
penurunannya relatif stabil yaitu industri kerajinan anyaman pandan, listrik, gas,
68
dan air bersih, bangunan, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasajasa. Tabel 16. Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 Perubahan Sektor Perekonomian PDRB (Juta Rupiah) % PDRB (Juta 2006 2011 Rupiah) Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan 339.752,40 440.926,95 101.174,55 29,78 Pertambangan dan penggalian 785,39 382,82 -402,57 -51,26 Industri Pengolahan (Industri kerajinan Anyaman Pandan) 43.125,72 51.235,43 8.109,71 18,80 Listrik, gas, dan air bersih 7.703,31 9.081,89 1.378,58 17,90 Bangunan 19.250,16 13.346,12 -5.904,04 -30,67 Perdagangan, hotel, dan 175.574,43 194.928,77 19.354,34 11,02 restoran Pengangkutan dan komunikasi 18.250,71 20.777,08 2.526,37 13,84 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 25.349,47 26.880,30 1.530,83 6,04 Jasa-jasa 75.891,45 55.141,29 -20.750,16 -27,34 Produk Domestik Regional 705.683,04 788,817.46 83.134,42 11,78 Bruto Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
6.2.2.2 Analisis Proyeksi Indikator Kegiatan Ekonomi
Hasil analisis proyeksi indikator ekonomi menunjukkan bahwa nilai ri, Ri, dan Ra pada periode 2006 sampai 2011 memiliki nilai yang sama persis dengan nilai ri, Ri, dan Ra pada periode lima tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu lima tahun, seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya maupun di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan memiliki laju pertumbuhan yang sama. Industri kerajinan anyaman memiliki nilai ri yang positif yaitu sebesar 0,19 persen. Hal ini
69
menunjukkan bahwa pada periode lima tahun ke depan, industri kerajinan anyaman pandan masih tetap memiliki laju pertumbuhan yang meningkat dengan laju peningkatan yang sama dengan periode sebelumnya. Proyeksi nilai ri, Ri, dan Ra secara rinci dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Proyeksi Nilai ri, Ri, dan Ra di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 Sektor Perekonomian ri Ri Ra Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan 0,30 0,38 0,12 Pertambangan dan penggalian -0,04 0,63 0,12 Industri Pengolahan (Industri kerajinan Anyaman Pandan) 0,19 0,17 0,12 Listrik, gas, dan air bersih 0,18 0,19 0,12 Bangunan -0,31 -0,32 0,12 Perdagangan, hotel, dan restoran 0,13 -0,02 0,12 Pengangkutan dan komunikasi 0,17 0,35 0,12 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,06 0,08 0,12 Jasa-jasa -0,27 -0,25 0,12 Produk Domestik Regional Bruto 0,12 0,12 0,12 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Dengan demikian, pada periode lima tahun ke depan, industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan yang menjadi sentra industrinya tetap memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi daripada laju pertumbuhan sektor tersebut di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan tersebut juga tetap memiliki laju pertumbuhan di atas laju pertumbuhan rata-rata Kabupaten Tasikmalaya
6.2.2.3 Analisis Proyeksi Komponen Pertumbuhan Wilayah
Berdasarkan hasil analisis proyeksi pertumbuhan kabupaten, industri kerajinan anyaman pandan masih tetap menempati urutan keempat setelah sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan; perdagangan, hotel, dan
70
restoran; serta jasa-jasa. Nilai pertumbuhan kabupaten untuk industri kerajinan anyaman pandan lima tahun yang akan datang meningkat sebesar 18,83 persen. Akibat pertumbuhan kabupaten, PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan meningkat sebesar 84.681,96 juta rupiah. Peningkatan total PDRB akibat pertumbuhan kabupaten pada lima tahun yang akan datang mengalami peningkatan sebesar 11,78 persen. Nilai pertumbuhan kabupaten yang positif menunjukkan bahwa lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada pertumbuhan rata-rata Kabupaten Tasikmalaya. Nilai proyeksi pertumbuhan kabupaten secara lengkap ditunjukkan oleh Tabel 18. Tabel 18. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PK % PK (Ra)Y’ij Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 40.770,29 12,00 perikanan Pertambangan dan penggalian 94,25 12,00 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan 5.175,09 12,00 Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih 92,40 12,00 Bangunan 2.310,02 12,00 Perdagangan, hotel, dan restoran 21.068,93 12,00 Pengangkutan dan komunikasi 2.190,09 12,00 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.041,94 12,00 Jasa-jasa 9.106,97 12,00 Produk Domestik Regional Bruto 84.681,96 12,00 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Hasil analisis proyeksi pertumbuhan proporsional menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan dalam jangka waktu lima tahun ke depan tetap memiliki nilai PP yang positif. Nilai proyeksi komponen pertumbuhan proporsional setiap sektor di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Tabel 19.
71
Tabel 19. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Proporsional di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 20062011 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PP % PP (Ri-Ra)Y’ij Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 89.780,97 26,43 perikanan Pertambangan dan penggalian 401,66 51,14 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan 2.082,03 4,83 Listrik, gas, dan air bersih 562,90 7,31 Bangunan -8.543,16 -44,38 Perdagangan, hotel, dan restoran -24,802.94 -14,13 Pengangkutan dan komunikasi 4.203,25 23,03 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -1.011,32 -3,99 Jasa-jasa -27.854,46 -36,70 Produk Domestik Regional Bruto 895,45 0,13 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Nilai PP yang positif tersebut menunjukkan bahwa industri tersebut di lima kecamatan yang menjadi sentra lokasinya memiliki pertumbuhan yang cepat. Nilai PP industri kerajinan anyaman pandan lima tahun ke depan meningkat sebesar 18,84 persen. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan proporsional, PDRB lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan meningkat sebesar 895,45 juta rupiah atau meningkat 11,78 persen dari PP saat ini. Nilai PP yang positif menunjukkan bahwa lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan berspesialisasi dalam sektor-sektor yang pada wilayah kabupaten tumbuh dengan cepat. Nilai proyeksi komponen pangsa wilayah di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan, sebagian besar bernilai negatif. Dari sembilan sektor perekonomian, hanya tiga sektor yang memiliki nilai positif, termasuk industri kerajinan anyaman pandan. Nilai PPW industri ini meningkat 16,83 persen dalam jangka waktu lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa industri
72
kerajinan anyaman pandan memiliki daya saing yang baik daripada sektor-sektor yang lainnya. Selain itu, hal ini juga mengindikasikan bahwa lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan mempunyai keuntungan lokasional dalam ketersediaan bahan baku pandan dan sumberdaya manusia yang terampil dalam membuat produk kerajinan anyaman pandan. Pertumbuhan pangsa wilayah menyebabkan penurunan PDRB di lima kecamatan sentra industri kerajinan ayaman pandan sebesar 2.442, 99 juta rupiah. Pada periode ini terjadi peningkatan dalam penurunan PDRB sebesar 12,13 persen. Nilai proyeksi komponen pertumbuhan wilayah secara lengkap di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai Proyeksi Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan 2006-2011 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PPW % PPW (ri-Ri)Yij Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan -2.376,71 -8,65 perikanan Pertambangan dan penggalian -898,48 -114,40 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) 852,59 1,98 Listrik, gas, dan air bersih -108,72 -1,41 Bangunan 329,10 1,71 Perdagangan, hotel, dan restoran 23.088,35 13,15 Pengangkutan dan komunikasi -3.866,97 -21,19 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -499,79 -1,97 Jasa-jasa -2.002,67 -2,64 Produk Domestik Regional Bruto -2.442,99 -0,35 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Hasil analisis proyeksi pergeseran bersih menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan tetap memiliki nilai pergeseran bersih yang positif. Nilai proyeksi pergeseran bersih setiap sektor di lima kecamatan sentra industri kerajinan anyaman pandan ditunjukkan oleh Tabel 21.
73
Tabel 21. Nilai Proyeksi Pergeseran Bersih Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2006-2011 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian PB % PB (PP+PPW) Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 60.404,26 17,78 perikanan Pertambangan dan penggalian -496,82 -63,26 Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) 2.934,62 6,80 Listrik, gas, dan air bersih 454,18 5,90 Bangunan -8.214,06 -42,67 Perdagangan, hotel, dan restoran -1.714,59 -0,98 Pengangkutan dan komunikasi 336,28 1,84 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -1.511,11 -5,96 Jasa-jasa -29.857,13 -39,34 Produk Domestik Regional Bruto -1.547,54 -0,22 Sumber: Bappeda Kabupaten Tasikmalaya 2005 dan 2007, diolah
Nilai pergeseran bersih yang positif menunjukkan bahwa selama lima tahun ke depan, pertumbuhan industri kerajinan anyaman pandan di lima kecamatan sentra industri tersebut termasuk progresif atau maju. Namun, persentase pergeseran bersih industri kerajinan anyaman pandan periode 20062011 turun sebesar 0,004 persen dari periode sebelumnya.
6.4 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, industri kerajinan anyaman pandan memiliki tren yang terus meningkat setiap tahunnya dilihat dari unit usaha, nilai investasi, nilai produksi, dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan merupakan industri yang selayaknya terus dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil analisis shift share, industri kerajinan anyaman pandan merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan memliki daya saing
74
apabila dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan termasuk kelompok sektor yang progresif atau maju. Hasil analisis proyeksi shift share untuk lima tahun ke depan juga menyatakan hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan mampu bertahan dan mempunyai prospek yang cerah. Dengan demikian, pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya beserta dinas-dinas terkait perlu melakukan tindakan-tindakan yang mendukung kemajuan industri kerajinan anyaman pandan. Lima kecamatan yang menjadi sentra industri kerajinan anyaman pandan layak mendapatkan perhatian untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah sesuai dengan misi Kabupaten Tasikmalaya. Potensi industri kerajinan anyaman pandan yang sudah ada di lima kecamatan tersebut harus lebih dioptimalkan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap industri kerajinan anyaman pandan perlu dilakukan agar industri tersebut mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya. Pembinaan terhadap industri kerajinan anyaman pandan dapat dilakukan kepada pengrajin sebagai pelaku utama dari industri ini. Pengrajin sebagai pelaku utama industri kerajinan anyaman pandan perlu dibina agar menghasilkan produkproduk yang unik dan inovatif sehingga banyak diminati oleh konsumen. Selain itu, inovasi teknologi pada industri kerajinan anyaman pandan juga perlu dilakukan agar tercapai hasil yang optimal. Dengan demikian, industri kerajinan anyaman pandan mampu memberikan kontribusi yang optimal dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tasikmalaya.
75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Industri kerajinan anyaman pandan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki tren yang cenderung meningkat dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi. Hal ini menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan memiliki prospek yang cerah.
2.
Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan berada di wilayah yang memiliki pertumbuhan yang cepat daripada pertumbuhan rata-rata kabupaten. Industri kerajinan anyaman pandan juga memiliki daya saing daripada sektor-sektor yang lainnya dan termasuk kelompok sektor yang progresif atau maju. Hasil analisis proyeksi shift share lima tahun ke depan juga menunjukkan hal yang sama. Hal ini mengindiksikan bahwa industri kerajinan anyaman pandan mempunyai peluang yang bagus untuk tetap terus dikembangkan.
7.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya peranan industri kerajinan anyaman pandan terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja.
76
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Teuku Fajar. 2007. Analisis Peranan Sektor Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ariyanah. 2004. Kajian Pelaksanaan Kemitraan Antara CV. Panams Ligar Perkasa dengan Pengrajin Anyaman Tas Pandan di Desa Sukaraja, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. 2005. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha per Kecamatan Tahun 2003-2005. Bappeda Tasikmalaya, Tasikmalaya. _________________. 2006. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha per Kecamatan Tahun 2004-2006. Bappeda Tasikmalaya, Tasikmalaya. Badan Pusat Stasistik Kabupaten Tasikmalaya. 2007. Kabupaten Tasikmalaya dalam Angka 2007. BPS Tasikmalaya, Tasikmalaya. _________________. 2004. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2004. BPS Tasikmalaya, Tasikmalaya. _________________. 2005. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2005. BPS Tasikmalaya, Tasikmalaya. __________________. 2006. PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006. BPS Tasikmalaya, Tasikmalaya. Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah, Pesisir, dan Lautan. PT. Pradnya Pramita, Jakarta. Depatemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 1997. Kriteria Industri Kecil. Depperindag RI, Jakarta. Djaimi, 2006. Analisis Peranan, Perilaku, dan Kinerja Industri Kecil Menengah alam Perekonomian Indonesia. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Idris, Fahmi. 2007. ’Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Nasional’. www.setneg.go.id. Diakses tanggal 21 Januari 2008. Marliana, Rina. 2005. Analisis Kegiatan Keluarga dalam Produksi Usaha Kerajinan Pandan (Studi Kasus : Pengusaha Kerajinan Anyaman Pandan di
77
Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Meliani, Cenita. 2007. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta Mumu, R.F. 1992. Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Kerawang dalam Rangka Perluasan Kesempatan Kerja di Pedesaan Daerah Gorontalo. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sahara. Tanpa tahun. Modul Kuliah MK. Ekonomi Regional. Tidak dipublikasikan Setyawan, Surya Agus. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Kabupaten Jepara (Analisis InputOutput). Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Situs resmi Pemda Kabupaten Tasikmalaya. 2007. ‘Potensi Industri Kecil Kabupaten Tasikmalaya’. www.tasikmalaya.go.id. Diakses tanggal 17 Desember 2007. Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta. _______________. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Edisi Revisi). Bumi Aksara, Jakarta. Tasikmalaya Trade and Industry Guide. 2005. ‘Scheme : Phase of Strategy Constructions SPF : Establishment of Support Structure for Small and Medium Enterprises in Tasikmalaya Regency’. http://www.tasiktrade.or.id/. Diakses tanggal 25 Desember 2007. Usman. 1991. Peranan Sektor Industri Kecil dan Kerajinan dalam Rangka Pembangunan Wilayah Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Departemen IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Zairani, Dewi. 2004. Analisis Peluang Kerja dan Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Pengusaha Kecil di Kota Bogor (Kasus Penerapan Kredit Usaha Kecil). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
78
79
Lampiran 1 PDRB Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan
2003
2004
2005
2006
1,559,032.22
2,034,706.27
2,114,471.49
2,158,096.76
7,002.64
10,725.52
10,964.35
11,424.18
294,112.70
306,368.74
318,616.18
343,605.47
39,171.83
41,679.48
44,540.24
46,734.82
Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi
180,714.90
111,226.20
115,437.35
122,199.93
981,745.79
871,401.02
897,342.35
960,866.64
149,384.01
192,990.05
201,714.16
201,714.16
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
134,643.01
140,728.02
144,764.74
145,428.60
Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
677,645.42
467,736.94
489,555.21
510,249.18
4,023,452.52
4,177,562.24
4,337,406.07
4,511,372.24
Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih
Lampiran 2 Akumulasi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
2003
2004
2005
2006
260,771.81 819.00
325,018.30 746.63
349,061.23 762.44
339,752.40 785.39
36,289.25 6,533.08 27,748.28 155,286.92 15,636.81
38,450.16 6,853.61 17,844.58 161,553.41 17,329.09
40,630.11 7,333.62 18,513.20 166,139.87 18,059.28
43,125.72 7,703.31 19,250.16 175,574.43 18,250.71
23,897.85 104,321.23
24,796.51 67,496.44
25,417.95 69,802.21
25,349.47 75,891.45
631,304.23
660,088.73
695,719.91
705,683.04
80
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan (Periode 2003-2006) Sektor Perekonomian
Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
2003
2006
Perubahan PDRB (Juta Rupiah)
260,771.81
339,752.40
78,980.59
30.29
0.30
31,292.62
12.00
68,910.02
26.43
21,222.05
-6.25
47,687.97
18.29
819.00
785.39
-33.61
-4.10
-0.04
98.28
12.00
418.85
51.14
-550.74
-70.12
-131.89
-16.10
36,289.25 6,533.08
43,125.72 7,703.31
6,836.47 1,170.23
18.84 17.91
0.19 0.18
4,354.71 783.97
12.00 12.00
1,751.98 477.39
729.78 -91.13
1.69 -1.18
2,481.76 386.26
6.84 5.91
27,748.28
19,250.16
-8,498.12
-30.63
-0.31
3,329.79
12.00
-12,314.61
486.69
2.53
-11,827.91
-42.63
155,286.92
175,574.43
20,287.51
13.06
0.13
18,634.43
12.00
-21,936.97
4.83 7.31 44.38 14.13
23,590.05
13.44
1,653.08
1.06
15,636.81
18,250.71
2,613.90
16.72
0.17
1,876.42
12.00
3,601.25
23.03
-2,863.77
-15.69
737.48
4.72
23,897.85
25,349.47
6.07
0.06
2,867.74
12.00
-953.40
-1.83
-1,416.12
-5.93
75,891.45
-27.25
-0.27
12,518.55
12.00
-38,288.63
-3.99 36.70
-462.72
104,321.23
1,451.62 28,429.78
-2,659.69
-3.50
-40,948.33
-39.25
631,304.23
705,683.04
74,378.81
11.78
0.12
75,756.51
12.00
801.07
0.13
-2,178.77
-0.31
-1,377.70
-0.22
PDRB (Juta Rupiah)
%
ri
PK
% PK
(Ra)Yij
PP
% PP
(Ri-Ra)Yij
PPW
% PPW
(ri-Ri)Yij
PB
% PB
(PP+PPW)
81
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Shift Share per Sektor Kabupaten Tasikmalaya (Periode 2003-2006) Sektor Perekonomian Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PDRB (Juta Rupiah) 2003 2006 1,559,032.22 2,158,096.76 7,002.64 11,424.18 294,112.70 39,171.83 180,714.90 981,745.79 149,384.01 134,643.01 677,645.42 4,023,452.52
343,605.47 46,734.82 122,199.93 960,866.64 201,714.16 145,428.60 510,249.18 4,511,372.24
Perubahan PDRB (Juta Rupiah) 599,064.54 4,421.54 49,492.77 7,562.99 -58,514.97 -20,879.15 52,330.15 10,785.59 -167,396.24 487,919.72
%
Ra
Ri
38.43 63.14
0.12 0.12
0.38 0.63
16.83 19.31 -32.38 -2.13 35.03 8.01 -24.70 12.13
0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
0.17 0.19 -0.32 -0.02 0.35 0.08 -0.25 0.12
82
Lampiran 5 Proyeksi PDRB Kabupaten Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
2006 2,158,096.76
r 0.067
2011 2,987,354.32
11,424.18 343,605.47 46,734.82 122,199.93 960,866.64 201,714.16 145,428.60
0.103 0.032 0.036 -0.075 -0.004 0.062 0.016
18,637.53 401,426.80 55,758.01 82,631.97 940,431.53 272,375.89 157,078.17
510,249.18 4,511,372.24
-0.055 0.023
384,204.21 5,058,461.45
Lampiran 6 Proyeksi Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi (Ra dan Ri) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PDRB (Juta Rupiah) 2006 2011
Perubahan PDRB (Juta Rupiah)
%
Ra
Ri
2,158,096.76 11,424.18 343,605.47 46,734.82 122,199.93
2,987,354.32 18,637.53 401,426.80 55,758.01 82,631.97
829,257.56 7,213.35 57,821.33 9,023.19 -39,567.96
38.43 63.14 16.83 19.31 -32.38
0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
0.38 0.63 0.17 0.19 -0.32
960,866.64 201,714.16
940,431.53 272,375.89
-20,435.11 70,661.73
-2.13 35.03
0.12 0.12
-0.02 0.35
145,428.60 510,249.18
157,078.17 384,202.21
11,649.57 -126,046.97
8.01 -24.70
0.12 0.12
0.08 -0.25
4,511,372.24
5,058,461.45
547,089.21
12.13
0.12
0.12
83
Lampiran 7 Proyeksi Komponen Pertumbuhan Kabupaten (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PDRB (Juta Rupiah) 2006
PK (Ra)Y’ij
339,752.40 785.39
40,770.29 94.25
43,125.72 7,703.31 19,250.16 175,574.43 18,250.71 25,349.47 75,891.45 705,683.04
5,175.09 924.40 2,310.02 21,068.93 2,190.09 3,041.94 9,106.97 84,681.96
Lampiran 8 Proyeksi Komponen Pertumbuhan Proposional (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PDRB (Juta Rupiah) 2006
PP (Ri-Ra)Y”ij
339,752.40 785.39
89,780.97 401.66
26.43 51.14
43,125.72 7,703.31 19,250.16 175,574.43 18,250.71 25,349.47 75,891.45 705,683.04
2,082.03 562.90 -8,543.16 -24,802.94 4,203.25 -1,011.32 -27,854.46 895.45
4.83 7.31 -44.38 -14.13 23.03 -3.99 -36.70 0.13
% PP
84
Lampiran 9 Proyeksi Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PDRB (Juta Rupiah) 2006
PPW Masa Lalu
Indeks Perubahan Y"ij/Y'ij
PPW yang Disesuaikan (PPW Masa Lalu*Indeks Perubahan)
339,752.40 785.39
-21,222.05 -550.74
1.38 1.63
-29,376.71 -898.48
43,125.72 7,703.31 19,250.16 175,574.43 18,250.71 25,349.47 75,891.45 705,683.04
729.78 -91.13 486.69 23,590.05 -2,863.77 -462.72 -2,659.69 -2,178.77
1.17 1.19 0.68 0.98 1.35 1.08 0.75 1.12
852.59 -108.72 329.10 23,088.35 -3,866.97 -499.79 -2,002.67 -2,442.99
85
Lampiran 10 Proyeksi Akumulasi PDRB Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Tahun 2011 Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PDRB (Juta Rupiah) 2006
PK
Perubahan Karena Faktor PP
PPW
PDRB Th 2011 (Juta Rupiah)
339,752.40 785.39
40,770.29 94.25
89,780.97 401.66
-29,376.71 -898.48
440,926.95 382.82
43,125.72 7,703.31 19,250.16 175,574.43 18,250.71 25,349.47 75,891.45 705,683.04
5,175.09 924.40 2,310.02 21,068.93 2,190.09 3,041.94 9,106.97 84,681.96
2,082.03 562.90 -8,543.16 -24,802.94 4,203.25 -1,011.32 -27,854.46 895.45
852.59 -108.72 329.10 23,088.35 -3,866.97 -499.79 -2,002.67 -2,442.99
51,235.43 9,081.89 13,346.12 194,928.77 20,777.08 26,880.30 55,141.29 788,817.46
86
Lampiran 11 Proyeksi Perubahan PDRB di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan Lapangan Usaha
2011
Perubahan PDRB (Juta Rupiah)
339,752.40 785.39
440,926.95 382.82
101,174.55 -402.57
29.78 -51.26
43,125.72 7,703.31 19,250.16 175,574.43 18,250.71
51,235.43 9,081.89 13,346.12 194,928.77 20,777.08
8,109.71 1,378.58 -5,904.04 19,354.34 2,526.37
18.80 17.90 -30.67 11.02 13.84
25,349.47 75,891.45 705,683.04
26,880.30 55,141.29 788,817.46
1,530.83 -20,750.16 83,134.42
6.04 -27.34 11.78
PDRB (Juta Rupiah) 2006
Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
%
Lampiran 12 Proyeksi Pergeseran Bersih di Lima Kecamatan Sentra Industri Kerajinan Anyaman Pandan (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan (Industri Kerajinan Anyaman Pandan) Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
PP
PPW
PB (PP+PPW)
% PB
89,780.97 401.66
-29,376.71 -898.48
60,404.26 -496.82
17.78 -63.26
2,082.03 562.90 -8,543.16 -24,802.94 4,203.25
852.59 -108.72 329.10 23,088.35 -3,866.97
2,934.62 454.18 -8,214.06 -1,714.59 336.28
6.80 5.90 -42.67 -0.98 1.84
-1,011.32 -27,854.46 895.45
-499.79 -2,002.67 -2,442.99
-1,511.11 -29,857.13 -1,547.54
-5.96 -39.34 -0.22
87
Lampiran 13 Perkembangan Industri Kerajinan Anyaman Pandan Menurut Desa Sentra Lokasi di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2007 Tahun
Lokasi Sentra Kecamatan
Cikalong
Parungponteng Pagerageung
Rajapolah
Cipatujah
2006 Desa
Unit Usaha (Unit)
Tenaga Kerja (Orang)
2007
Nilai Investasi (Rp. 000)
Nilai Produksi (Rp. 000)
Tenaga Kerja (Orang)
Nilai Investasi (Rp. 000)
Nilai Produksi (Rp. 000)
Sindangjaya
30
382
386,050
648,500
30
382
386,050
648,500
Kalapagenep
20
380
50,034
227,500
20
380
50,034
227,500
Cimanuk
20
280
36,867
315,000
4
93
381,975
279,000
Mandalajaya
49
784
323,903
696,000
20
280
36,867
315,000
Cigunung
2
55
3,000
15,000
49
784
323,903
696,000
Karyabakti
45
837
456,625
589,000
2
55
3,000
15,000
Tanjungkerta
33
731
45,030
384,750
45
837
456,625
589,000
Cipacing
48
876
4,799
346,750
33
731
45,030
384,750
Puteran
10
100
50,000
346,750
48
876
4,799
346,750
Sukadana
75
2,074
414,747
733,250
10
100
50,000
346,750
Manggungsari
72
2,048
424,360
704,000
75
2,074
414,747
733,250
Manggungjaya
73
2,059
412,772
816,375
72
2,048
424,360
704,000
Sukaraja
95
2,500
198,179
847,500
73
2,059
412,772
816,375
Rajapolah
37
632
281,556
411,000
95
2,500
198,179
847,500
Ciheras
12
34
62,568
136,500
37
632
281,556
411,000
Bantarkalong
12
34
62,568
136,500
Cipatujah
58
196
73,200
887,792
4
93
381,975
279,000
687
14,154
3,987,640
8,663,667
Sindangkerta Jumlah
Unit Usaha (Unit)
621
13,772
3,150,490
7,217,875
88
Lampiran 14 PDRB Kecamatan Cipatujah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
Sektor Perekonomian Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
2003
2004
2005
2006
88,857.04 109,194.95 117,289.34 114,019.08 243.74 6,920.76 1,156.98 5,446.71
203.16 6,072.23 1,031.53 2,964.28
207.48 6,957.36 1,103.72 3,075.51
213.74 6,810.66 1,159.12 3,197.76
29,040.26
25,874.97
26,603.04
28,107.02
2,267.36
2,062.00
2,159.16
2,189.42
5,100.15 20,335.03
4,680.77 11,341.14
4,807.06 11,729.77
4,790.60 12,753.31
157,720.67 159,386.90 164,945.39 170,519.47
Lampiran 15 PDRB Kecamatan Cikalong Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
Sektor Perekonomian Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto
2003
63,292.05
2004
2005
2006
95,267.75 103,236.17 100,906.59
329.83 7,444.45
273.10 6,488.98
278.88 6,748.48
287.26 7,278.10
1,566.06 6,464.04
1,387.05 3,494.95
1,484.50 3,625.87
1,559.39 3,770.25
40,203.46
35,589.89
36,583.98
38,755.52
6,730.71
5,989.77
6,204.67
6,304.04
6,118.15 26,905.03
5,437.98 15,257.99
5,563.90 15,772.52
5,533.79 17,154.90
158,799.69 166,247.16 173,028.47 180,179.41
89
Lampiran 16 PDRB Kecamatan Parungponteng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 47,329.36 48,926.61 52,245.27 50,886.02 perikanan Pertambangan dan penggalian 109.19 128.79 131.51 135.47 Industri Pengolahan 3,277.63 4,069.89 4,232.66 4,564.84 Listrik, gas, dan air bersih 594.75 750.39 802.87 843.15 Bangunan 2,998.31 2,309.37 2,395.88 2,491.28 Perdagangan, hotel, dan 16,348.40 20,605.96 21,184.38 22,427.16 restoran Pengangkutan dan komunikasi 1,532.20 1,989.73 2,099.92 2,128.96 Keuangan, persewaan, dan 1,971.64 2,511.15 2,572.33 2,565.81 jasa perusahaan Jasa-jasa 11,982.24 9,732.20 10,061.09 10,942.71 Produk Domestik Regional 85,216.07 89,689.39 92,837.15 96,721.98 Bruto
Lampiran 17 PDRB Kecamatan Rajapolah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 10,282.32 12,236.66 12,968.16 12,507.33 perikanan Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 Industri Pengolahan 14,111.69 16,169.12 16,815.73 18,135.44 Listrik, gas, dan air bersih 2,099.46 2,444.35 2,615.96 2,747.79 Bangunan 8,170.28 5,907.82 6,129.11 6,373.16 Perdagangan, hotel, dan 44,236.43 51,249.90 52,742.24 55,560.90 restoran Pengangkutan dan komunikasi 2,638.38 4,490.22 4,661.57 4,651.67 Keuangan, persewaan, dan 7,803.46 9,018.87 9,242.89 9,221.46 jasa perusahaan Jasa-jasa 27,194.26 18,701.77 19,345.09 21,029.99 Produk Domestik Regional 119,647.75 123,363.88 129,359.58 136,673.54 Bruto
90
Lampiran 18 PDRB Kecamatan Pagerageung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) Sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 51,011.04 59,392.33 63,322.29 61,433.38 perikanan Pertambangan dan penggalian 136.24 141.58 144.57 148.92 Industri Pengolahan 5,164.72 5,649.94 5,875.88 6,336.68 Listrik, gas, dan air bersih 1,115.83 1,240.29 1,327.17 1,393.86 Bangunan 4,668.94 3,168.16 3,286.83 3,417.71 Perdagangan, hotel, dan 25,428.37 28,232.69 29,026.23 30,723.83 restoran Pengangkutan dan komunikasi 2,468.16 2,797.37 2,933.96 2,976.62 Keuangan, persewaan, dan 2,904.45 3,147.74 3,231.77 3,237.81 jasa perusahaan Jasa-jasa 17,904.67 12,463.34 12,893.74 14,010.54 Produk Domestik Regional 110,317.95 114,817.56 118,902.09 123,831.79 Bruto
91