POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
Juni 2011
PERAN POLITEKNIK MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BERBEKAL TECHNOPRENEURSHIP Burhan Ibnu Mubtadi Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia , Surakarta 57149, Indonesia
ABSTRACT
The role of Polytechnic in producing professional graduates is very needed. The professional graduate will improve the national competition power, not only in the country but also in the world wide. The old paradigm of Polytechnic as supplier of professional workers is to be kept and will have a greater meaning with the orientation toward the new paradigm, preparing the human resource with Technopreneurship. Technopreneurship is to prioritize and synergize few things. Such as: science and technology, management knowledge and entrepreneurship. Keywords: Polytechnic, Technopreneurship, Prosser’s Theorems.
PENDAHULUAN Kemajuan suatu Negara akan membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Hal tersebut tidak hanya bergantung pada potensi Sumber Daya ALam (SDA) yang tersedia, tetapi sangat bergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM). Jepang dan Singapura adalah contoh Negara yang relatif tidak memiliki SDA yang melimpah, akan tetapi memiliki SDM yang handal, sehingga kedua Negara tersebut mengalami kemajuan yang sangat pesat dan
Peran Politeknik Menyiapkan…
memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pentingnya suatu Negara memiliki SDM yang unggul dari segi kualitas, sejalan dengan pemikiran Edward Deming dalam bukunya “Out of the Crisis” yang menyatakan bahwa kemakmuran suatu bangsa lebih banyak ditentukan oleh SDM-nya, manajemen dan pemerintahan daripada oleh sumberdaya alam yang berlimpah. Suatu Negara yang berhasil mengekspor produknya ke negara lain dapat diindikasikan oleh dua 1
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
hal : Pertama, Negara yang mengekspor memiliki “kelebihan” barang atau jasa dan Negara yang mengimpor membutuhkan barang atau jasa tersebut. Kedua, Negara yang meng-ekspor memiliki “standar kualitas” barang atau jasa yang tinggi dan Negara yang mengimpor menerima standar kualitas tersebut yang kemudian saling membutuhkan “supply and demand” Salah satu persoalan yang kini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dimata dunia Internasional adalah rendahnya daya saing bangsa kita dibandingkan bangsa-bangsa lain. Daya saing (competitiveness) sangat erat kaitannya dengan kemampuan SDM suatu bangsa untuk mengolah, mengelola, dan mengeksplor sumber daya alam apapun yang tersedia atau mungkin berada jauh dari negaranya. Jika kita belajar dari Negara-negara lain yang telah menunjukkan keberhasilan dalam mengukir ber-bagai kemajuan untuk meningkatkan daya saing bangsa, maka setidaknya ada tiga faktor penting yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya peningkatan daya saing bangsa yaitu : Pemerintah, Kalangan Bisnis dan Perguruan Tinggi (termasuk Politeknik).
Peran Politeknik Menyiapkan…
Juni 2011
Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab yang tidak ringan dalam berkontribusi terhadap peningkatan daya saing bangsa karena .selain dituntut untuk menghasilkan SDM yang memiliki keunggulan (kompetitif dan komparatif) kompe-tensi dan kualitas, juga dijadikan sebagai pusat pengembangan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengelola dan megolah sumber daya alam yang dimiliki. PENDIDIKAN POLITEKNIK Bentuk Perguruan Tinggi di Indonesia menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Selanjutnya dijelaskan pada UU tersebut bahwa Politeknik menyelenggarakan Pendidikan Vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Inilah yang membedakan Perguruan Tinggi Politeknik dibandingkan Perguruan Tinggi lainnya, bahwa Politeknik khusus menyelenggarakan Pendidikan Vokasi. Lebih lanjut dijelaskan menurut PP no. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, bahwa Politeknik menyelenggarakan program pendidikan professional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Jadi vokasi
2
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
yang dimaksud adalah professional dalam bidang khusus (tertentu). Program Pendidikan Politeknik merupakan jalur Pendidikan Vokasi pada tingkat Perguruan Tinggi yang membekali lulusannya dengan keterampilan, yang didukung dengan pengetahuan dasar yang cukup dan sikap disiplin yang tangguh. Dengan bekal itu diharapkan alumni Politeknik dapat berkembang menjadi tenaga professional dalam bidangnya, khususnya dibidang industri maupun bidang usaha / komersial. Politeknik di Indonesia secara umum memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama yaitu menghasilkan lulusan SDM berkualitas yang diharapkan dapat berkontribusi turut serta meningkatkan kemajuan bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan khusus (terapan). Dengan berbekal vokasi (ketrampilan khusus) tersebut diharapkan dari Politeknik dapat tercipta inovasi-inovasi kreatif yang berbasis keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi terapan. Hal inilah sebagai upaya untuk menciptakan daya saing bangsa yang tangguh. Untuk itulah perlu terobosan baru dalam hal sistem,
Peran Politeknik Menyiapkan…
Juni 2011
metode dan proses, yang dikembangkan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam yang tersedia sehingga tercipta produk dan atau jasa baru yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sangat diharapkan akan dapat dilahirkan dari pendidikan Politeknik. TECHNOPRENEURSHIP Istilah Technopreneurship mulai mencuat pada tahun 1990-an di Singapura, dimana negara tersebut berhasil dengan terobosan baru yang didukung oleh SDM yang handal dan berkualitas, mampu menciptakan produk berbasis teknologi namun dapat memenuhi kebutuhan pasar sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Technopreneurship sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu Technologi dan entrepreneurship. Menurut Sukardi dalam makalahnya Technopreneurship: An Approach for Bringing Society into a New Economy menyatakan: It is believed that in the new economy environment, there is a need to find a knowledge based strategic approach to develop a completely new business paradigm. Clearly, technopreneurship then become the choice. It
3
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
essentially will redirect traditional entrepreneurship areas such as retailing, trading, and property investment into technological ventures so as to secure the sustainability of business. The practice of technopreneurship will augment the technological skill together with the entrepreneurial ability to form one's or organization's competency in converting good technological ideas into profitable commercial ventures. Jadi technopreneurship adalah entrepreunership yang menge-depankan talenta riset, ilmu pengetahuan dan teknologi, modal, konsep usaha baru, skill manajemen, untuk berkreasi mencapal sukses bisnis melalui inovasi dan aplikasi teknologi. Kemudian secara praktis technopreneurship merupakan gabu-ngan dari berbagai disiplin termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, manajerial, dan entrepreuneurship. POLITEKNIK MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA TECHNOPRENEURSHIP Untuk meningkatkan SDM yang berkualitas sudah selayaknya Politeknik sebagai
Peran Politeknik Menyiapkan…
Juni 2011
salah satu Jenis Perguruan Tinggi yang khusus menekuni bidang vokasi, harus tampil menunjukkan peran dan kontribusinya menciptakan berbagai solusi untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi bangsa, agar menghasilkan inovasi dalam merespon terhadap setiap perubahan yang terjadi. Rendahnya daya saing bangsa kita dimata Intemasional dapat dipandang sebagai suatu kesempatan emas bagi Politeknik untuk menghasilkan suatu terobosan dengan paradigma baru sesuai dengan kebutuhannya. Paradigma Politeknik yang saat ini masih komitmen adalah menghasilkan lulusan yang siap kerja, atau Politeknik masih dianggap penyedia SDM terdidik yang akan terjun ke dunia kerja. Orientasi lulusan Politeknik. masih berkisar pada pencarian tempat kerja, belum berorientasi pada penciptaan lapangan kerja berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajarinya disaat kuliah. Paradigma ke depan adalah berdasar pada kemampuannya (teori dan praktek) membuka lapangan kerja. Dengan sistem pendidikan yang berorientasi technopreneurship, keter-kaitan antara Polteknik dengan dunia
4
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
kerja akan diperkuat, karena sistem pendidikan seperti ini akan mengarahkan lulusannya untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari dan dikembangkan di Politeknik yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Sistem pendidikan seperti ini mendorong mahasiswa untuk memikirkan dan mengembangkan ide-ide kreatif merancang, membuat, dan mengembangkan bisnis yang didasarkan pada materi-materi kuliah yang dipelajarinya. Orientasi lulusan tidak hanya mencari lapangan kerja di industri yang telah ada, melainkan juga beorientasi pada penciptaan lapangan kerja berdasarkan ideide kreatif yang telah mereka pikirkan dan formulasikan sejak dibangku kuliah. Pendidikan yang berorientasi technopreneurship sangat tepat untuk dikembangkan di Politeknik, mengingat bahwa technopreneurship berbeda dengan entrepreneurship yang biasa dikembangkan pada kursuskursus singkat. Webster Dictionary (2005) membedakan definisi technopreneur dibandingkan entrepreneur dalam hal penggunaan teknologi tinggi. Bila entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan,
Peran Politeknik Menyiapkan…
Juni 2011
memanajemen, dan mengambil resiko dari suatu bisnis atau suatu perusahaan, maka technopreneur didefinisikan sebagai seorang entrepreneur yang dalam bisnisnya melibatkan teknologi tinggi. Penggunaan teknologi tinggi yang berbasis riset dan pengembangan serta inovasi inilah yang menjadi keunggulan Politeknik untuk mengembangkan technopreneurship, melalui sebuah kemasan yang tercantum di dalam kurikulum, selanjutnya diharapkan akan terjadi penciptaan kultur technopreneurship. Penciptaan kultur adalah hal mendasar yang menentukan kesuk-sesan dari tujuan pengembangan Technopreneurship, Menciptakan kultur tersebut dapat dilakukan dalam sistem pendidikan dengan cara antara lain : 1) Membangun pendidikan techno-preneurship sebagai topik yang tidak diujikan dan dikayakan sebagai aktivitas ekstra kurikuler; 2) Memasukkan proyek bisnis dalam kurikulum, misalkan mahasiswa dilibatkan dalam proyek pembangunan mikrohidro, dari segi perhitungan kelayakan sampai pada proyek tersebut mencapai BEP, serta
5
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
konsekuensi resiko yang mungkin terjadi; 3) Memasukkan criteria ketechnopreneur-an sebagai peringkat ranking (akreditasi) Politeknik; 4) Mengadopsi kebijakan manajemen untuk mendorong staf pengajar berkolaborasi dengan industri dan nilai-nilai komersial dari hasil kebijakan dan kegiatan tersebut yang berkontribusi bagi Politeknik dan Industri; 5) Melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang memasukkan unsur pengembangan technopreneur dalam merancang kompetensi kemandirian dan kreativitas lulusannya. TEORI PROSSER’S Untuk mengarah kepada pembentukan SDM melalui Politeknik sebagai pendidikan vokasi maka perlu memperhatikan adanya “Prosser’s Sixteen Theorems on Vocational Education” antara lain : 1) Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan belajar yang sesuai dengan semisal replika dari lingkungan dimana mereka kelak akan bekerja
Peran Politeknik Menyiapkan…
Juni 2011
2) Pendidikan kejuruan akan efektif apabila latihan diberikan secara langsung dan spesifik di dalam pemikiran, perhatian, minat, dan inteligensi intrinsik dengan kemungkinan pengembangan terbesar (dengan memberikan kondisi yang menunjang pengembangan agar potensi yang ada dapat mengaktual). 3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika sejak latihan sudah dibiasakan dengan perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya kelak. 4) Pendidikan kejuruan harus mengenal kondisi kerja dan harus memenuhi harapan “pasar”. 5) Pendidikan kejuruan akan efektif apabila pelatihnya cukup berpengalaman dan mengetrapkan kemampuan / ketrampilannya dalam mengajar. 6) Pendidikan kejuruan akan dirasakan efisien sebagai penyiapan pelayanan bagi masyarakat untuk kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Teori-teori Prosser’s tersebut sangat mendukung untuk
6
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
menghasilkan lulusan Politeknik yang mempunyai kompetensi, baik teori maupun praktiknya dengan berbekal Technopreneurship. PENUTUP Keberhasilan pendidikan yang berbasis technopreneurship adalah perubahan mindset dari semua lini dan semua sivitas akademika, maka dibutuhkan suatu perubahan nilai-nilai yang dipercaya untuk menjadi suatu kultur yang mampu mendorong keberhasilan mindset kreatif dan inovatif. Pengembangan spirit technopreneurship di Politeknik harus selalu tercermin dari seluruh unsur, dari Pimpinan sampai pada seluruh sivitas akademika. Selain itu dibutuhkan integrasi program, baik yang bersifat kurikuler maupun non kurikuler. Kurikuler berhubungan dengan kurikulum dan proses pembelajaran yang menekankan pada Project Base Learning (PBL), sedangkan non-kurikuler ber-hubungan dengan aspek pengem-bangan diluar kelas, seperti kegiatan pengabdian pada masyarakat, penciptaan usaha mahasiswa berbasis tehnopreneurship, inkubator,
Peran Politeknik Menyiapkan…
Juni 2011
jalinan bisnis dengan alumni, dan lain sebagainya. Semoga dimasa depan Politeknik dapat menyiapkan alumninya sebagai tenaga kerja yang berwawasan tehnopreneur, sehingga mereka tidak hanya memburu tempat kerja (job hunter) tetapi dapat pula menciptakan lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA --------, (2008). Menstimulasi Potensi Wirausaha Pemuda Berbasis Sumber Daya Lokal, Jakarta : Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. ---------, (2008). Pengemba-ngan Soft Skill dalam Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas. ---------, (1999) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. ---------, (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas.
7
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS
Juni 2011
Aji
Hermawan dkk, (2008). Pendidikan Berorientasi Technopre-neurship untuk Mening-katkan Daya Saing Bangsa, Jakarta : Dirjen Dikti Direktorat Akademik. Arikunto, Suharsini. (1989), Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta : Dirjen Dikti.
Peran Politeknik Menyiapkan…
8